Studi tentang tingkat kebiasaan proaktif mahasiswa semester III program studi bimbingan dan konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006.

(1)

vii ABSTRAK

STUDI TENTANG TINGKAT KEBIASAAN PROAKTIF MAHASISWA SEMESTER III PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA ANGKATAN TAHUN 2006

Novilia Puspitasari Iriani Universitas Sanata Dharma, 2008

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kebiasaaan proaktif mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006 sebanyak 40 mahasiswa.

Instrumen penelitian adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti sendiri. Instrumen tersebut memuat tiga komponen kebiasaan proaktif, yaitu: (1) mampu mengambil keputusan; (2) memilih nilai-nilai hidup yang positif; (3) tidak menyalahkan pihak-pihak eksternal (orang lain, situasi dan hal-hal di luar diri sendiri) ketika menghadapi suatu permasalahan. Teknik analisis data yang digunakan adalah mengadaptasi teknik perhitungan skor dengan menggunakan rumus Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe I. Untuk penggolongan kebiasaan proaktif yaitu: ”sangat tinggi”, ”tinggi”, ”cukup tinggi”, ”rendah”, dan ”sangat rendah”.

Hasil penelitian tidak ditemukan mahasiswa yang memiliki kebiasaan proaktif yang ”sangat tinggi” (berada pada rentang 90%-100%), 18 mahasiswa memiliki kebiasaan proaktif yang ”tinggi” (berada pada rentang 80%-89%), 21 mahasiswa memiliki kebiasaan proaktif yang ”cukup tinggi” (berada pada rentang 65% -79%), 1 mahasiswa memiliki kebiasaan proaktif yang ”rendah” (berada pada rentang 55%-64%) dan tidak ada mahasiswa memiliki kebiasaan proaktif yang ”sangat rendah” (berada pada rentang dibawah 55%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebiasaan proaktif sebagian besar mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006 kurang tinggi atau belum ideal dan perlu ditingkatkan.


(2)

viii ABSTRACT

A STUDY ON THE THIRD SEMESTER STUDENTS’ PROACTIVE HABIT IN GUIDANCE COUNSELLING

SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA ACADEMIC YEAR 2006

Novilia Puspitasari Iriani Sanata Dharma University, 2008

The purpose of this research was to know the level of the third semester students’ proactive habit in guidance and counseling, Sanata Dharma University Yogyakarta academic year 2006. This research was a descriptive research with survey method. This population was the third semester students’ proactive habit in guidance and counseling, Sanata Dharma University of Yogyakarta academic year 2006 consistace of 40 students.

The research instrument was a questioner compiled by researcher herself. The instrument ha d three components of proactive habit, those were: (1) capable to take a decision; (2) choose the values of life; (3) not blame the external sides (others, situation and the outside things from ourselves) when to face a problem. The technique of data analysis was adapting score calculation technique by using assessment formula of directive reference (PAP) type I. For the classifications of proactive habit, those are, "very high", "high", "high enough", "low", and “very low".

The result of the research showed that there was no student having proactive habit "very high" (stays at spread of 90% -100%), 18 students had "high" proactive habit (stays at spread 80%-89%), 21 students had "high enough" proactive habit (stays at spread 65%-79%), 1 student ha d "low" proactive habit (stays at spread 55%-64%) and there was no student ha d "very low" proactive habit (stays at spread below 55%). From the result of this research it was concluded that proactive habit of most students in third semester in guidance and counseling, Sanata Dharma University of Yogyakarta academic year 2006, was not high enough or not ideal yet and need to be improved.


(3)

i

STUDI TENTANG TINGKAT KEBIASAAN PROAKTIF MAHASISWA SEMESTER III PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA ANGKATAN TAHUN 2006

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Prog ram Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh: Novilia Puspitasari Iriani

NIM : 01 1114 033

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008


(4)

(5)

(6)

iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Tataplah hari ini...

Karena kemarin adalah mimpi dan esok

hanyalah bayangan.

Tetapi hari ini...

Yang dijalani dengan baik membuat setiap hari kemarin

menjadi impian kebahagiaan.

Dan setiap esok hari menjadi bayangan harapan.

Karena itu, tataplah hari ini untuk menjadi yang terbaik

dengan berani menerima kemungkinan terburuk

Dengan penuh cinta dan kerendahan hati k upersembahkan karya

ini untuk:

v

Papah dan Mamah tercinta untuk pemberiannya yang tak terbatas

v

Adik-adikku untuk tawa, canda dan amarahnya

v

Sosok malaikat yang menjadi belahan jiwaku


(7)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagimana layaknya karya ilmiah.


(8)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Novilia Puspitasari Iriani

Nomor Mahasiswa : 011114033

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

STUDI TENTANG TINGKAT KEBIASAAN PROAKTIF MAHASISWA SEMESTER III PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

ANGKATAN TAHUN 2006

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 21 April 2008


(9)

vii ABSTRAK

STUDI TENTANG TINGKAT KEBIASAAN PROAKTIF MAHASISWA SEMESTER III PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA ANGKATAN TAHUN 2006

Novilia Puspitasari Iriani Universitas Sanata Dharma, 2008

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kebiasaaan proaktif mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006 sebanyak 40 mahasiswa.

Instrumen penelitian adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti sendiri. Instrumen tersebut memuat tiga komponen kebiasaan proaktif, yaitu: (1) mampu mengambil keputusan; (2) memilih nilai-nilai hidup yang positif; (3) tidak menyalahkan pihak-pihak eksternal (orang lain, situasi dan hal-hal di luar diri sendiri) ketika menghadapi suatu permasalahan. Teknik analisis data yang digunakan adalah mengadaptasi teknik perhitungan skor dengan menggunakan rumus Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe I. Untuk penggolongan kebiasaan proaktif yaitu: ”sangat tinggi”, ”tinggi”, ”cukup tinggi”, ”rendah”, dan ”sangat rendah”.

Hasil penelitian tidak ditemukan mahasiswa yang memiliki kebiasaan proaktif yang ”sangat tinggi” (berada pada rentang 90%-100%), 18 mahasiswa memiliki kebiasaan proaktif yang ”tinggi” (berada pada rentang 80%-89%), 21 mahasiswa memiliki kebiasaan proaktif yang ”cukup tinggi” (berada pada rentang 65% -79%), 1 mahasiswa memiliki kebiasaan proaktif yang ”rendah” (berada pada rentang 55%-64%) dan tidak ada mahasiswa memiliki kebiasaan proaktif yang ”sangat rendah” (berada pada rentang dibawah 55%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebiasaan proaktif sebagian besar mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006 kurang tinggi atau belum ideal dan perlu ditingkatkan.


(10)

viii ABSTRACT

A STUDY ON THE THIRD SEMESTER STUDENTS’ PROACTIVE HABIT IN GUIDANCE COUNSELLING

SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA ACADEMIC YEAR 2006

Novilia Puspitasari Iriani Sanata Dharma University, 2008

The purpose of this research was to know the level of the third semester students’ proactive habit in guidance and counseling, Sanata Dharma University Yogyakarta academic year 2006. This research was a descriptive research with survey method. This population was the third semester students’ proactive habit in guidance and counseling, Sanata Dharma University of Yogyakarta academic year 2006 consistace of 40 students.

The research instrument was a questioner compiled by researcher herself. The instrument ha d three components of proactive habit, those were: (1) capable to take a decision; (2) choose the values of life; (3) not blame the external sides (others, situation and the outside things from ourselves) when to face a problem. The technique of data analysis was adapting score calculation technique by using assessment formula of directive reference (PAP) type I. For the classifications of proactive habit, those are, "very high", "high", "high enough", "low", and “very low".

The result of the research showed that there was no student having proactive habit "very high" (stays at spread of 90% -100%), 18 students had "high" proactive habit (stays at spread 80%-89%), 21 students had "high enough" proactive habit (stays at spread 65%-79%), 1 student ha d "low" proactive habit (stays at spread 55%-64%) and there was no student ha d "very low" proactive habit (stays at spread below 55%). From the result of this research it was concluded that proactive habit of most students in third semester in guidance and counseling, Sanata Dharma University of Yogyakarta academic year 2006, was not high enough or not ideal yet and need to be improved.


(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang berlimpah penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas penyertaan kasih dan rahmatNya sejak awal hingga akhir sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma .

Kasih dan rahmat Tuhan yang penulis terima terwujud dalam kehadiran dan perhatian banyak pihak. Untuk itu penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada:

1. Drs. R. H. Dj. Sinurat, M.A., sebagai dosen pembimbing I yang penuh kesabaran dan kasih memberikan pikiran ,tenaga, semangat serta perhatian untuk membimbing dan mendampingi penulis dalam menyelesaikan skripsi.

2. Dra. M. J. Retno Priyani, M.Si., sebagai dosen pembimbing II yang banyak memberikan sumbangan pikiran dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.

3. Dra. C. L. Milburga, CB., M.Ed. selaku dosen penguji telah membantu

dan memberikan sumbangan pikiran dalam menyempurnakan skripsi ini. 4. A. Setyandari, S. Pd.,Psi.,M.A. yang bersedia bertukar pikiran dan

mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs. A. Cruse Haryanto. Mardiraharjo, dosen kateketik Program Studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Santa Dharma Yogyakarta yang bersedia memberi sumbangan pikiran kepada penulis.

6. Papah dan Mamah tercinta yang memberikan cinta tak terbatas dan materi demi membesarkan, mendampingi, membimbing dan mendoakan sehingga aku dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Ganang Anggara Bayu Wicaksono dan Junior Cesar Sielvals, kedua jagoanku yang setia menghiasi hari-hariku dengan tawa, canda dan pastinya berantem, sehingga kejenuhan tiada pernah singgah dalam menyelesaikan skripsi ini.


(12)

x

8. Keluarga besar Lay Moen Hong: (Bude Shanty, Pakde Djiong, Bude Chen, Pakde Fredy, Pakde Ady (Alm), Tante Nancy, Pakde Jhony, Om Theo, Mas Ary, Mas Richard, Mas Andy, Mas Franky, Mas Ricky, Mbak Riena, Mas Henry, Koko Jufri, Mbak Bq, Mas Joko, Elleyen, Jacson, Nyssa, Alvin) yang nambahin uang jajanku, setia mendoakan dan memberi perhatian bagiku.

9. Keluarga besar Aximin Siswowerdjoyo yang mendewasakan diriku. Mbah utie yang tidak lagi ku dapati raganya namun masih ku rasakan kehadirannya.

10. Michael, Jessica, Melvin, Vallen, Ryan, Marcello, Josua, Adit, Afsar, Keke, keponakan-keponakan tercinta yang membuatku rindu masa kanak-kanakku.

11. Keluarga besar Ponco Jati dan Kweni 19 (Pakde Kadaryanto(Alm))&Bude Yanto, Mas ‘ndoko, Mas Inu, Mas Rudi, Mbak Mira, Mbak Rina) yang sedia membantu dan memberikan nasihat untuk hari-hariku ke depan. 12. Pakde+Bude Bakat, Pakde+Bude Zen, Pakde (Alm)+Bude Marsono,

Pakde+Bude Bardiman yang menjadi orangtua keduaku.

13. Didik Wisudantoro, kakak tercinta yang memberikan modul trainingnya dan menjadi idolaku dengan kasihnya tak pernah berubah memperlakukan aku.

14. Chriscensia Intan Kurniyanti yang menjadi belahan jiwaku, Abang Ferry, Mas Adit, Mbak Tinuk, Mas Bayu, Mbak Nawang, Ida , Mbak Susi, Mbak Mexsy, untuk perhatiannya dalam wujud moral maupun moril kepadaku. 15. Teman-teman sejak di TK Bhayangkari Angkasapura, SD Inpres

Angkasapura, SMPN 1 Jayapura, SMUNDA Jayapura dan akhirnya teman-teman alumni AVUGASA, STERO yang membuatku mengerti dunia kaum hawa.

16. Teman-teman BK angkatan 01 yang membuat kita bisa saling kenal dan hidup bersama selama belajar. Semoga masih ada waktu untuk kita bertemu walau dengan keadaan yang berbeda.


(13)

xi

17. Aa Tjockro, Muhammad Fawzi Habibie, Ade, Mirmo Bayu Aji, Emil Bardian Iqbal, Eka Chandra, Catur, Satria Denny Irawan, Mas Aric, Pak Suroto dengan kafe tiga ceretnya, Mas Dahlar, Aa Wicko, Surya, Stella Gracia Ininda Larasati yang setia membantuku mencapai yang terbaik dalam hidup.

18. Kakak dan Adik tingkat BK USD (Sr Date (alm) menjadi kenangan terindah untuk kebersamaan yang pernah tercipta antara kita, Mas Arint, Mbak Nita yang bolehin mengembangkan skripsinya, Br. Teguh, Gugun, Sari, Uning, Ema, Yala, Paula) yang bersedia berbagi banyak hal selama studi di BK USD.

19. Muhammad Ikhwa dan Fransisco Fachmy Hasry kedua sosok sahabat dan kakak super bocor yang memberikan perhatian dengan canda tawa serta sindiran agar aku bisa mengikuti jejak mereka menjadi eksekutif muda. Siti Nurliah Indah Purwanti sahabat super heboh sejak dalam perut sampe segede ini yang setia peduli dengan suara kehidupanku.

20. Johan Sangkar, Faizal Arbi Abba dan Simeon Abiyagsa Ticoalu yang pernah menoreh kisah uniq dalam hidupku.

21. Sonny Marcofussano yang tak pernah berhenti menjadi selimut hatiku dahulu, kini dan untuk selamanya. Ivan yang memberi tempat terindah untuk batinku. Muhammad Sagihel Magadan Al-ydrus yang selalu ada di saat-saat genting.

22. Hartono untuk kehadiranmu yang mampu membuatku merasa nyaman, karena engkaulah yang terpilih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berharap, semoga skripsi ini barmanfaat bagi para pembaca dan dapat memberikan sumbangan bagi para pembaca yang berminat terhadap proaktivitas.


(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...……….... HALAMAN PENGESAHAN……….. HALAMAN PERSEMBAHAN………... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………... HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……… ABSTRAK………...….. ABSTRAC……..………...…... KATA PENGANTAR………... DAFTAR ISI………...….. DAFTAR GAMBAR dan TABEL……… DAFTAR LAMPIRAN……… BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……….

B. Perumusan Masalah……….

C. Tujuan Penelitian………. D. Manfaat Penelitian………... E. Definisi Operasional………

i ii iii iv v vi vii viii xi xii xv xvi

1 5 6 6 7


(15)

xiii BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Kebiasaan Proaktif……… B. Komponen-Komponen Kebiasaan Proaktif……… C. Ciri-Ciri Orang Yang Proaktif……… D. Manfaat Kebiasaan Proaktif……… E. Upaya Mengembangkan Kebiasaan Proaktif……….. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian……… B. Subjek Penelitian………. C. Instrumen Penelitian………

1. Alat Pengumpulan Data……….

2. Uji Coba Alat……….

3. Validitas dan Reliabilitas………... 4. Prosedur Pengumpulan Data………. 5. Teknik Analisis Data………. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Tingkat Kebiasaan Proaktif Mahasiswa Semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan Tahun 2006...

B. Pembahasan... 8 16 20 24 25

27 27 28 28 33 33 37 38

40 42


(16)

xiv BAB V PENUTUP

A. Ringkasan………

B. Kesimpulan………..

C. Saran………

DAFTAR PUSTAKA……….. LAMPIRAN

49 51 51 53


(17)

xv

DAFTAR GAMBAR dan TABEL

Gambar 1 : Model Proaktivitas………. Gambar 2 : Fokus Proaktif dan Reaktif………. Gambar 3 : Bahasa Proaktif dan Reaktif………... Tabel 1 : Distribusi Item Kuesioner Kebiasaan Proaktif

(Sebelum Uji Coba)... Tabel 2 : Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Validitas... Tabel 3 : Kisi-kisi Kuesioner Kebiasaan Proaktif

(Sesudah Uji Coba)... Tabel 4 : Penggolongan Kebiasaan Proaktif Berdasarkan PAP... Tabel 5 : Penggolongan Tingkat Kebiasaan Proaktif Mahasiswa Semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

angkatan tahun 2006... 9 12 15

29 35

37 39


(18)

xvi DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Uji Coba Kebiasaan Proaktif……… Lampiran 2 : Tabulasi Skor Uji Coba Kebiasaan Proaktif……….. Lampiran 3 : Kuesioner Kebiasaan Proaktif……… Lampiran 4 : Tabulasi Skor Kebiasaan Proaktif………. Lampiran 5 : Tabel Kategori Tingkat Kebiasaan Proaktif………...

Lampiran 6 : Tabel r………

55 64 73 80 86 88


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Perguruan tinggi merupakan salah satu institusi yang mempersiapkan sumber daya manusia (mahasiswa) melalu i kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya. Untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berdaya guna perlu suasana akademis yang kondusif. Suasana akademis yang dimaksud yaitu: (1) adanya persaingan ketat, bersih, dan terbuka dalam penerapan dan pengembangan ilmu, (2) adanya berbagai jenis pertemuan ilmiah, seperti lokakarya, seminar, simposium, diskusi, (3) penerbitan ilmiah terselenggara secara baik dalam bentuk bulletin ilmiah, jurnal ilmiah atau majalah ilmiah, (4) perpustakaan dengan koleksi bahan pustaka relatif lengkap, (5) adanya dukungan administrasi yang baik dan birokrasi yang luwes, dan (6) pergaulan intens yang dapat membangun wawasan pengetahuan para mahasiswa agar memiliki sikap proaktif terhadap kondisi lingkungannya. Apabila mahasiswa tidak memiliki sikap yang proaktif terhadap lingkungan sekitarnya, maka ia akan dengan mudah bersikap reaktif. Sikap reaktif timbul karena perkembangan teknologi informasi dewasa ini semakin canggih dan menjadikan orang sangat antusias untuk meraih kesuksesan


(20)

2

dengan berbagai cara tanpa mengindahkan nilai-nilai moral yang seharusnya dipatuhi. Akibatnya banyak tata nilai lama tertantang atau tergoyahkan dan membuat orang termasuk mahasiswa semakin didesak ke arah pola kehidupan yang semakin modern dan penuh dengan persaingan. Misalnya nilai kesopanan dalam berpakaian menjadi goyah karena adaptasi budaya barat, seperti model pakaian yang terbuka dan seronok, gaya hidup anak muda zaman sekarang yang bebas dan tidak mau bekerja keras. Mahasiswa diharapkan dapat mengatur kehidupannya sendiri secara bebas dan bertanggung jawab, mampu untuk mengambil inisiatif dalam memilih/ menentukan (merespon) apa pun yang dihadapinya sejalan dengan nilai-nilai hidupnya yaitu sejalan dengan hal-hal yang dianggap penting atau berharga dalam hidupnya (Covey, 1997: 113-119).

Hasil penelitian Pusat Penelitian Sosial Lembaga Penelitian UII pada tahun 2003 meneguhkan sinyalemen bahwa kehidupan mahasiswa sekarang cenderung eksklusif dan apatis terhadap kehidupan masyarakat sekitar (Kedaulatan Rakyat, Juni 2003). Sinyalemen kehidupan mahasiswa yang cenderung eksklusif dan apatis terhadap kehidupan masyarakat sekitar diperkuat dalam kehidupan sehari-hari; setiap individu memiliki kebiasaan-kebiasaan yang berbeda -beda. Kebiasaan dapat menunjang dan menghambat perkembangan kepribadian. Kebiasaan adalah perpaduan antar pengetahuan, keterampilan dan keinginan. Pengetahuan berarti memahami hal-hal yang akan dilakukan dan alasan melakukan hal-hal yang bersangkutan; keterampilan berarti kemampuan melakukan sesuatu secara tepat, cepat, dan


(21)

mudah; keinginan adalah motivasi untuk melakukannya (Covey ,1986, 1996, 1998: 4).

Menurut Covey (1997: 94), seorang individu lebih kuat dari kebiasaannya, sehingga orang yang bersangkutan bisa merubah kebiasaan-kebiasaannya ke arah yang lebih positif. Lorayne (2004: 124) mengatakan bahwa kebiasaan ibarat seutas kabel; setiap hari orang memintal benang untuk dijadikan kabel dan akhirnya orang yang bersangkutan tidak dapat memutuskannya. Kebiasaan tidak mudah untuk dihilangkan. Kebiasaan terbentuk selangkah demi selangkah dan berulang-ulang dilakukan sampai tidak sadar (Lorayne, 2004: 129).

Berdasar uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa agar mahasiswa mampu mengendalikan dirinya dari tekanan dan kebiasaan yang cenderung eksklusif dan apatis, mahasiswa harus memiliki kebiasaan proaktif. Kebiasaan proaktif adalah prinsip dasar manusia yang merupakan salah satu kebiasaan yang paling mendasar yang tidak terbentuk secara alamiah. Kebiasaan proaktif tidak dapat dikembangkan hanya dengan membaca berbagai referensi. Kebiasaan proaktif harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan dan pemahaman tentang kebiasaan proaktif tidak otomatis membuat orang menjadi proaktif. Keberanian dan kemauan untuk terus berlatih dan bertanggungjawab atas pilihan sendirilah yang dapat membuat orang menjadi proaktif. Kebiasaan yang buruk sudah tentu berpengaruh terhadap pengembangan kepribadian mahasiswa, termasuk mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling yang kelak menjadi konselor.


(22)

4

Seperti yang dikatakan Covey (1997: 94) kebiasaan tidak lebih kuat dari diri orangnya. Karena itu orang yang bersangkutan dapat memperbaiki kebiasaannya. Pada titik mahasiswa merasa jenuh tidak berhasil seperti orang lain, ia akan berusaha mencari kompensasi, misalnya minum miras, narkoba, merokok. Mahasiswa yang bersangkutan akan terus lari dari kenyataan dengan kompensasi yang menjadi suatu kebiasaan ketika berada di titik jenuh. Dengan menguasai kebiasaan proaktif, mahasiswa akan terbantu dalam mencapai sukses hidupnya. Setiap orang dapat menjadi proaktif karena proaktivitas merupakan kebiasaan yang dapat dipelajari dan dilatih. Kebiasaan proaktif dapat menjadi bagian dari hidup dengan jalan berlatih. Kebiasaan proaktif diharapkan tercermin antara lain dengan mengenal diri sendiri, menumbuhkan kepercayaan diri.

Fenomena mahasiswa yang eksklusif dan apatis membuat prihatin banyak pihak, terutama kalangan pendidik di perguruan tinggi dan peneliti mendapat kesan bahwa mahasiswa kurang proaktif. Kesan ini timbul dari pengalaman sewaktu berinteraksi dengan adik tingkat; peneliti mendengar keluhan yang menyalahkan faktor eksternal saat menghadapi suatu permasalahan. Padahal mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada masa orientasi kampus sudah pernah mendapatkan materi pelatihan pengembangan kepribadian tentang Tujuh Kebiasaan Remaja yang Sangat Efektif ; salah satu topiknya adalah "Jadilah Proaktif".

Peneliti semakin tertantang untuk mengetahui tingkat kebiasaan proaktif mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas


(23)

Sanata Dharma yang memperoleh pelatihan tentang proaktivitas yang dipersiapkan untuk menjadi calon-calon konselor yang diharapkan proaktif dan ke lak mampu memberikan pelatihan tentang kebiasaan yang proaktif.

Pelatihan kebiasaan proaktif diharapkan dapat membantu mahasiswa agar antara lain:

1. Meningkatkan keberhasilannya dalam memimpin diri sendiri.

2. Meningkatkan keberhasilannya dalam menjalin hubungan dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya .

3. Meningkatkan kebiasaan bertanggung jawab terhadap pilihan-pilihannya. 4. Meningkatkan rasa percaya diri karena memiliki sikap “Aku bisa”.

Penulis tertarik untuk mengetahui tingkat kebiasaan proaktif mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006 karena dengan mengetahuinya bisa dipikirkan upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan kebiasaan proaktif maha siswa.

B. Perumusan Masalah

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan tingkat kebiasaan proaktif mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006. Secara spesifik, pertanyaan yang dijawab dalam penelitian ini adalah :


(24)

6

“Bagaimanakah tingkat kebiasaan proaktif mahasiswa semester III P rogram Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan tingkat kebiasaan proaktif mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

1. Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi program studi Bimbingan dan Konseling tentang kebiasaan proaktif mahasiswanya. 2. Peneliti

Peneliti memperoleh pengalaman dalam mengungkap kebiasaan proaktif sebagai bekal kehidupan di masa yang akan datang.

3. Peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi atau bahan pembanding apabila peneliti lain ingin melakukan penelitian di seputar obyek yang sama.


(25)

E. Definisi Operasional

Untuk mempermudah pemahaman tentang penelitian ini, berikut ini dijelaskan beberapa istilah:

1. Kebiasaan adalah perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, dan keinginan yang dilakukan berulang-ulang. Pengetahuan berarti memahami hal-hal yang akan dilakukan dan alasan melakukan hal-hal yang bersangkutan; keterampilan berarti kemampuan melakukan sesuatu secara tepat, cepat, dan mudah; keinginan adalah motivasi untuk melakukannya. 2. Proaktif adalah mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai

hidup tanpa menyalahkan faktor -faktor eksternal (orang lain, situasi dan hal-hal lain di luar diri sendiri), seperti yang dimaksudkan dengan butir-butir kuesioner.


(26)

8 BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini disajikan uraian tentang pengertian kebiasaan proaktif, ciri-ciri orang yang proaktif, komponen-komponen kebiasaan proaktif, manfaat kebiasaan proaktif dan upaya mengembangkan kebiasaan proaktif.

A. Pengertian Kebiasaan Proaktif

Kata proaktif lazim digunakan dalam literatur manajemen. Namun

masih banyak definisi menyimpang tentang proaktif. Menurut Covey, (1997: 60) dalam bukunya "The Seven Habits Of Highly Effective

People" (7 Kebiasaan Pokok Orang Yang Sangat Efektif), kata proaktif pertama kali dipopulerkan oleh Viktor Franklin. Ia seorang ahli yang menemukan prinsip dasar sifat manusia yang menggambarkan sebuah peta diri yang akurat dan darimana ia mulai mengembangkan ke biasaan pertama yang paling mendasar dari manusia yang sangat efektif pada lingkungan apa pun, yaitu kebiasaan proaktif.

Kata proaktif mengandung makna mengambil inisiatif dan bertanggung jawab untuk membuat segala sesuatunya terjadi (Covey,1997:61). Proaktif berarti dapat membedakan mana yang dalam kendalinya, mana yang dalam kendali orang lain, dan mana yang dalam kendali Tuhan Yang Maha Esa.

Covey (1997) memaparkan bahwa proaktivitas adalah kebebasan mengambil prakarsa/ inisiatif dalam mengambil keputusan berdasarkan


(27)

nilai-nilai hidup tanpa menyalahkan pihak-pihak eksternal (orang lain, situasi dan hal-hal di luar diri sendiri). Misalnya seorang mahasiswa menerima kritik dari teman sekelasnya. Kalau dia proaktif, dia memiliki pertimbangan untuk menerima atau tidak menerima kritik dari teman sekelasnya. Dia sadar akan kecenderungannya dan dapat memberikan respon yang tepat.

Menurut Covey (1997) dalam kebebasan memilih terkandung empat anugerah manusiawi, yaitu: self-awareness (kesadaran diri), imagination (imajinasi), conscience (kata hati), independen t will (kehendak bebas). Secara skematis model proaktivitas dari Covey dapat dilihat dalam gambar 1.

Menurut Covey (1997:61), empat anugerah manusiawi membuat manusia memiliki kebebasan untuk memilih dan menentukan tujuan hidupnya sendiri, yaitu: Pertama adalah self-awareness (kesadaran diri), yaitu kemampuan untuk melihat, memikirkan, merenungkan, dan menilai diri sendiri. Kesadaran diri tidak saja mempengaruhi sikap dan tingkah laku

STIMULUS KEBEBASAN UNTUK RESPON

MEMILIH

Kesadaran Diri Imajinasi Suara Hati/ Kata Hati

Kehendak Bebas

Gambar 1. Model Proaktivitas


(28)

10

manusia , melainkan sekaligus mempengaruhi cara pandangnya terhadap sesuatu di luar dirinya. Contohnya, “Saya uring-uringan, karena saya tidak cukup tidur tadi malam,” atau “Saya bilang begitu hanya karena saya kesal.”

Kedua adalah imagination (imajinasi), yaitu kemampuan untuk membayangkan sesuatu melampaui realitas empiris, yang memungkinkan orang untuk menciptakan sesuatu dalam pikirannya yang tidak dibatasi oleh dunia nyata. Menurut Covey (1986, 1996, 1998: 47):

Jika kita hidup dengan ingatan kita, kita terikat dengan masa lalu dan dengan hal-hal yang terbatas. Apabila kita hidup dengan imajinasi kita, kita mengikat diri pada hal-hal yang tak terbatas.

Imajinasi memungkinkan orang meloloskan diri dari keadaan yang sekarang dan menciptakan kemungkinan-kemungkinan baru dalam benaknya. Imajinasi memberi peluang untuk membayangkan masa depan dan memimpikan menjadi apa kelak nantinya. Contohnya, “Saya merasa kesulitan untuk membayar uang SPP, maka saya akan mencari pekerjaan paruh waktu.” Ketiga adalah conscience (kata hati), yaitu kesadaran batin yang mendalam tentang benar-salah, baik-buruk, yang diharapkan-tidak diharapkan, sebagai prinsip hidup yang mengatur perilaku manusia sehingga ia dapat menyelaraskan pikiran, perasaan dan tindakannya. Contohnya, “Saya harus berusaha lebih keras untuk bergaul dengan sahabat saya. Ia penting artinya bagi saya.”

Keempat adalah independen t will (kehendak bebas), yaitu kemampuan untuk menentukan pilihan berdasarkan kesadaran dirinya dan bebas dari segala pengaruh lain. Kehendak bebas me mungkinkan orang membuat pilihan


(29)

sendiri, menguasai emosi-emosi, dan mengatasi kebiasaan serta nalurinya. Orang yang berkehendak bebas memiliki tanggung jawab dan moral. Orang yang proaktif tidak pernah merasa dan menggunakan kata terpaksa. Karena orang proaktif telah mencoret dari kamus perbendaharaan bahasanya kata "terpaksa" dan menggantikannya dengan kata "memilih". Contohnya: “Saya tidak mungkin mengendalikan siapa orangtua saya, bera pa biaya kuliah semester berikutnya atau bagaimana orang-orang memperlakukan diri saya. Tetapi sayalah yang memilih bagaimana mengendalikan reaksi saya terhadap apa yang terjadi pada diri saya” atau “Meskipun ia menyebar gosip tentang saya, saya akan bersikap baik dan tak akan membicarakannya di belakang dia.” Dalam lingkungan keluarga misalnya bisa terbentuk pola -pola yang tidak sehat, berbahaya, kasar, dan patut disesali. Orang yang proaktif memiliki kemauan dan kekuatan keras secara sadar mematahkan perilaku yang tidak sehat, berbahaya, kasar dan patut disesali dengan menggantikannya dengan kebaikan, kasih sayang, empati, keakraban, pengertian dan perilaku suka menolong.

Kebiasaan proaktif merupakan sumber pendorong untuk berpikir tepat, jelas dan efekt if dalam menentukan sikap dan tindakan. Orang menjadi semakin proaktif atau sebaliknya menjadi semakin reaktif tergantung dari sikap orang terhadap yang terjadi pada dirinya, dengan apa yang dilihat, didengar, disentuh (Covey, 1997). Orang yang proaktif memiliki sikap dalam membuat pilihan di kala mendapat rangsangan atau dengan kata lain mampu memberi jeda antara datangnya rangsangan dengan keputusan untuk memberi


(30)

12

respon. Pada saat jeda tersebut orang yang proaktif dapat membuat pilihan dan mengambil respon yang dipandang terbaik bagi dirinya.

Kebiasaan proaktif berarti memilih dan menentukan sikap dan tindakan atas apa yang terjadi sesuai dengan nilai-nilai hidup, sehingga keadaan lingkungan tidak dapat mengendalikan atau menentukan apa yang akan terjadi.

Orang yang memiliki kebiasaan proaktif memfokuskan perhatiannya pada peristiwa-peristiwa dan kondisi lingkungan yang bisa dikendalikan atau dipengaruhinya. Covey (1997:71) menggolongkan peristiwa-peristiwa dan kondisi lingkungan menjadi dua macam, seperti yang dilukiskan dalam gambar 2.

FOKUS PROAKTIF FOKUS REAKTIF

Lingkaran Pengaruh Lingkaran

Pengaruh

Gambar 2.


(31)

Gambar 2 menjelaskan:

1) Orang proaktif berfokus pada ha l-hal yang bisa dipengaruhinya, baik langsung maupun tidak langsung. Sehingga Lingkaran Pengaruhnya (Inner Circle of Influence) semakin besar.

2) Orang yang reaktif atau tidak proaktif lebih berfokus pada ha l-hal yang sama sekali tidak bisa dipengaruhi, sehingga Lingkaran Kepeduliannya (Outer Circle of Concern) semakin kecil.

Orang yang mempunyai kebiasaan proaktif mampu mengendalikan sikap serta perbuatannya sendiri. Sejalan dengan nilai-nilai hidupnyalah dia mempengaruhi orang dan hal-hal lain dalam hidupnya. Bila orang proaktif, maka ia memfokuskan energi pada “Lingkaran Pengaruh". Lingkaran P engaruh mencakup segala hal yang secara langsung dapat dipengaruhi untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Lingkaran P engaruh ibarat otot yang semakin kekar dan lentur bila dilatih, tetapi menjadi lemah apabila jarang dipakai. Jika seseorang memusatkan perhatian pada hal-hal yang dapat dipengaruhi misalnya kesehatan diri sendiri, maka orang yang bersangkutan memperluas pengetahuan dan pengalamannya dan menumbuhkan sifat layak dipercaya. Sebagai hasilnya, Lingkaran Pengaruhnya berkembang, semakin besar.

Sebaliknya, bila seseorang bersikap reaktif, ia akan tertarik membuat dalih atau alasan bukan hasil nyata, karena orang reaktif berfokus pada hal-hal yang tak dapat dikendalikan; waktu dan energinya akan semakin sedikit yang bisa digunakan untuk hal-hal yang dapat dipengaruhi. Akibatnya, Lingkaran


(32)

14

Pengaruhnya menciut. Dalam hal inilah Lingkaran Kepedulian menjadi semakin luas dan dapat dijadikan dalih mengapa tidak menghasilkan kar ya apa pun. Lingkaran Kepedulian meliputi berbagai peristiwa yang tidak dapat dikendalikan, misalnya seorang mahasiswa yang selalu mengeluh mengenai biaya kuliah semester berikutnya (sesuatu yang tidak bisa dikendalikan mahasiswa yang bersangkutan). Terus mengeluh tentang biaya kuliah adalah sesuatu hal yang tidak ada gunanya karena hanya membuat dia kehabisan waktu untuk memikirkan hal tersebut, padahal ada hal lain yang dapat ia pikirkan untuk dike rjakan.

Untuk mengetahui apakah perhatian seseorang berfokus pada Lingkaran Kepedulian atau Lingkaran Pengaruh, perlu dibedakan kata mempunyai dan menjadi. Orang yang memusatkan perhatian di Lingkaran Kepedulian cenderung menggunakan kata mempunyai, misalnya “Seandainya saja saya mempunyai dosen yang lebih sabar…”, “Seandainya saja saya mempunyai orangtua yang lebih peduli…”, “Seandainya saja saya mempunyai uang yang banyak…”, “Seandainya saja saya mempunyai lebih banyak waktu untuk diri sendiri…”. Sedangkan orang yang memusatkan perhatian di Lingkaran Pengaruh cenderung menggunakan kata menjadi, misalnya “Saya menjadi lebih sabar”, “Saya menjadi bijaksana”, “Saya menjadi penuh kasih.”

Sebelum berfokus pada Lingkaran Pengaruh, orang perlu mempertimbangkan dua hal dalam lingkaran kepedulian yang layak dipikirkan lebih dalam, yaitu: konsekuensi dan kesalahan. Walaupun bebas untuk memilih tindakannya, tetapi orang tidak bebas untuk memilih konsekuensi


(33)

dari tindakan itu. Konsekuensi berada di dalam Lingkaran Kepedulian. Contohnya: seorang mahasiswa dapat memutuskan untuk tidak jujur dalam ujian. Tidak jujur adalah kesalahan, maka konsekuensi yang akan dia alami bila ia ketahuan tidak jujur dalam ujian adalah ia akan mendapat sanksi.

Orang proaktif memiliki bahasa yang berfokus pada Lingkaran P engaruhnya dan orang reaktif memiliki bahasa yang berfokus pada Lingkaran Kepeduliannya (Outer Circle of Concern). Orang yang memakai bahasa proaktif mengekspresikan tanggung jawab atas tindakannya dan sebaliknya orang reaktif tidak menunjukkan tanggung jawab atas perbuatannya. Contoh bahasa proaktif dan bahasa reaktif disajikan dalam gambar 3.

Bahasa Proaktif “Saya mau pergi”

“Saya mengendalikan perasaan saya” “Mari kita jelajahi alternatif yang ada” “Saya dapat…”

“Saya memilih…” “Saya akan…”

Bahasa Reaktif “Saya harus pergi’

“D ia membuat saya begitu marah”

“Tak ada yang dapat saya lakukan” “Andaikan saja…

“Saya tidak bisa” “Seandainya saja”

Gambar 3.


(34)

16

Orang yang memiliki kebiasaan proaktif sadar bahwa cara terbaik untuk menentukan masa depan adalah dengan membangun masa depan itu sendiri. Untuk dapat membangun masa depan, orang harus melatih keempat anugerah manusiawinya. Covey (1997: 36), berpendapat bahwa kebiasaan dapat menunjang dan menghambat perkembangan kepribadian.

Jadi pribadi yang proaktif mampu mengambil keputusan sendiri sesuai dengan keinginannya tanpa mengabaikan kepentingan orang lain, mengekspresikan apa yang terbaik untuk diri sendiri tanpa harus cemas terhadap situasi lingkungan karena memiliki rasa percaya diri, memiliki kemampuan untuk menghargai diri sendiri, menjadi apa yang dibutuhkan dan menjadi pemimpin atas dirinya (Widanarti, 2003: 3).

Mengacu pada uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa ke biasaan proaktif adalah kebiasaan mengambil keputusan sendiri, berdasarkan nilai-nilai hidup, tanpa menyalahkan pihak-pihak eksternal (orang lain, situasi dan hal-hal di luar dirinya sendiri).

B. Komponen-komponen Kebiasaan Proaktif

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan perhatian pada beberapa komponen-komponen kebiasaan proaktif (Covey, 2001) yakni:

1. Mampu mengambil keputusan

Proaktif bukan sikap yang bersifat memaksa, melainkan mampu memfokuskan perhatian pada hal-hal yang bisa dikendalikan. Orang yang proaktif memiliki prakarsa/ inisiatif. Mengambil prakarsa/ inisiatif bukan


(35)

berarti mendesak, menjengkelkan atau berperilaku agresif. Poerwadarminta (1976), mendefinisikan prakarsa/ inisiatif sebagai usaha, tindakan, memulai berusaha. Orang yang proaktif memiliki sikap “Aku bisa”, memiliki inisiatif untuk memilih dan memikirkan solusi agar terjadi apa yang dimauinya. Bila seseorang memakai daya inisiatifnya untuk memilih respon-responnya sesuai dengan nilai-nilai yang dianut, ia adalah proaktif. Mengambil inisiatif berarti tidak pernah merasa dan menggunakan kata terpaksa. Dengan kata lain, orang proaktif mengganti kata terpaksa dengan kata memilih. Orang yang proaktif bebas menentukan keputusannya sendiri.

Viktor Franklin menyatakan bahwa kebebasan manusia yang paling dasar adalah kebebasan untuk memilih sikap sendiri, bagaimana pun situasinya (Covey, 1986, 1996, 1998: 33). Dalam memilih respon, orang proaktif dapat mengendalikan sikap dan tanggapannya sendiri terhadap apa yang terjadi pada dirinya, apa yang didengar, dilihat dan dirasakan. Sebaliknya dengan orang yang reaktif. Orang yang reaktif cenderung berdalih bahwa sikap dan tindakan mereka disebabkan oleh hal-hal di luar kendali mereka. Dalam merespon rangsangan, mereka sering kali mengaitkan perilakunya dengan determinan yang bersifat genetik, psikis dan lingkungan.

Dengan determinan genetik, orang menghubungkan perilakunya dengan fa ktor asal keturunan. Contohnya, “Saya seorang tipe menusia


(36)

18

malam. Seluruh keluarga saya juga, sejak sekian generasi ke belakang. Jadi janganlah bicara kepada saya di pagi hari karena saya tidak suka.”

Dengan determinan psikis, orang mengkaitkan perilakunya dengan cara dia dibesarkan dan dididik dalam keluarganya. Contohnya, “Orangtua saya membenci matematika, jadi saya juga membencinya. Sebagai akibatnya, saya sulit mengatur penerimaan dan pengeluaran saya.”

Dengan determinan lingkungan, orang menghubungkan perilakunya dengan kondisi yang berasal dari kekuatan-kekuatan dan keadaan eksternal. Contohnya, “Dosen saya selalu mengkritik dan mengeluh. Ia membuat suasana hati saya tidak enak setiap hari.” Unsur determinisme dapat berpengaruh, tetapi bukan penentu kebebasan memilih perilaku dan sikap.

2. Memilih berdasarkan nilai-nilai hidup

Nilai adalah hal-hal yang dianggap penting atau berharga dalam kehidupan. Pada umumnya nilai berwujud prinsip-prinsip yang abstrak, sifatnya bukan hal konkret atau bendawi, misalnya keadilan, cinta kasih, kehormatan, kejujuran. Orang proaktif memanfaatkan kebebasan untuk menentukan pilihannya yang sejalan dengan nilai-nilai hidupnya. Kalau orang menghargai kejujuran misalnya, maka orang yang bersangkutan akan cenderung selalu jujur, tidak berbohong, tidak mencuri, uang atau barang yang ditemukannya akan dikembalikan kepada yang empunya. Orang yang proaktif mengambil keputusan dengan berpedoman pada nilai-nilai hidupnya yang mempengaruhi pikiran, perasaan dan


(37)

perilakunya secara cermat, penuh kesadaran dan sensitif terhadap lingkungan sekitarnya.

3. Tidak menyalahkan pihak-pihak eksternal (orang lain, situasi dan hal-hal di luar diri sendiri)

Tidak menyalahkan pihak-pihak eksternal adalah akibat dari berpikir dan bertindak proaktif. Orang yang proaktif jarang menyalahkan orang lain, keadaan lingkungan dan hal-hal di luar dirinya karena orang yang proaktif dapat membedakan mana yang dalam kendalinya, mana yang dalam kendali orang lain dan mana yang dalam kendali Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang proaktif sadar bahwa keputusannya membuat pilihan adalah sesuai dengan nilai-nilai, tujuan dan visinya sendiri. Dia tidak menyalahkan orang lain atau keadaan lingkungan untuk hal-hal yang menimpanya. Orang yang proaktif memiliki kesadaran bahwa pengalaman kehidupan yang dialaminya merupakan hasil dari perilakunya sendiri, yang dilakukannya atas dasar keputusan yang diambilnya secara sadar. Karena itu dirinyalah yang bertanggung jawab atas pilihannya dengan berani mengambil resiko atas apa yang terjadi sebagai akibat dari keputusannya.


(38)

20

C. Ciri-ciri Orang yang Proaktif

Kebiasaan proaktif adalah salah satu kebiasaan yang perlu dimiliki setiap orang. Adapun ciri-ciri orang yang proaktif (Covey, 1997) adalah: 1. Orang yang proaktif dapat mengambil keputusan dengan akal dan

inisiatifnya.

Orang proaktif mampu menentukan sikap dan responnya. Misalnya sikap dan respon terhadap warna kulit, bentuk tubuh yang berbeda dengan orang lain , komentar kasar, kesalahan di masa lalu atau cuaca dan lain-lain. Dengan demikian orang yang proaktif mengalami kedamaian batin dan belajar tersenyum terhadap banyak hal ya ng tidak bisa dikendalikannya, meskipun tidak suka dengan hal-hal yang bersangkutan.

2. Orang yang proaktif memiliki kebebasan untuk memilih berdasarkan nilai-nilai hidupnya.

Orang proaktif memiliki nilai-nilai hidup yang selaras sehingga dia dapat mengubah kemunduran menjadi kemenangan yakni dengan merespon kejadian yang terjadi dengan positif dan bijaksana, sehingga ketika dia mengalami kesalahan, dia langsung mengakuinya, memperbaikinya dan belajar dari kesalahannya. Nilai-nilai hidup yang dimiliki orang proaktif membuatnya tidak mengenal putus asa , melainkan tetap bersyukur dan tetap kuat untuk tetap bangkit menjadi pribadi yang berharga. Orang proaktif menjadi pelaku perubahan untuk menciptakan hidup baru bagi dirinya sendiri. Dia dapat memilih mempengaruhi orang


(39)

lain secara positif melalui tindakan-tindakan dan keteladanannya. D ia dapat bertindak sebagai manusia transisi yang secara sadar dapat mengabaikan perilaku reaktif dan mengubahnya dengan perilaku proaktif.

Seorang panutan dalam hal proaktivitas adalah Mahatma Gandhi yang mampu mempengaruhi dan menggerakkan orang-orang dan lingkungannya. Ketika Gandhi pertama kalinya dihukum penjara, ia bingung apa yang dilakukannya dan bagaimana agar sanggup bertahan. Pengalamannya lah yang menjadi dasar yang menerpa kebebasan Mahatma Gandhi untuk mengembangkan kekuatan dalam dirinya tentang privasi kehidupan yaitu nilai kesederhanaan. Nilai kesederhanaan membuat dia mampu mengilhami orang lain untuk juga berbuat hal yang sama (Mehta, 2002).

Orang yang proaktif punya kuasa untuk bangkit mengatasi apa pun yang terjadi dalam hidupnya meskipun tidak seperti Mahatma Gandhi tetapi mampu untuk menjadi pelaku perubahan dan menciptakan hidup baru bagi diri sendiri dan apa pun yang mungkin terjadi kemudian. Orang yang mau menjadi pelaku perubahan untuk menciptakan hidup baru bagi diri sendiri selalu mencari jalan untuk menjadikan segalanya terlaksana, bertanggung jawab atas pilihan-pilihannya dan cepat pulih jika terjadi sesuatu yang buruk.


(40)

22

3. Orang proaktif memiliki sikap percaya diri

Memiliki sikap percaya diri berarti memiliki sikap “aku bisa” misalnya berani ambil resiko, kreatif, banyak akal, berpikir sebelum bertindak, berfokus pada hal-hal yang bisa diubah dan tidak menguatirkan hal-hal yang tidak bisa diubah. Orang yang proaktif memahami bahwa setiap orang mempunyai kebutuhan, harapan dan ide-idenya sendiri. Maka ia percaya pada dirinya, tahu apa yang dilakukannya karena sadar apa yang dituju. Ia adalah pribadi bahagia yang sadar bahwa ia mempunyai arti bagi sesama. Ia tahu akan keunggulan dan kelemahannya dan menerima baik keunggulan dan kelemahannya.

Orang proaktif terus memupuk rasa percaya diri. Setiap orang pernah dan pasti mengalami krisis kepercayaan diri dalam menghadapi suatu situasi atau persoalan. Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang berusaha untuk mengembangkan penilaian positif terhadap diri sendiri dan terhadap situasi yang dihadapinya (www.cerdaspool.blogspot.com/2006/11). Dengan menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional, orang semakin proaktif untuk dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya. Bila seorang individu mampu memupuk rasa perca ya dirinya, maka ia me nghayati misi hidupnya dan tujuan hidupnya , dia menciptakan citra di benaknya tentang sesuatu yang secara fisik akan diwujudkan kelak. Misalnya, seseorang yang percaya bahwa dirinya adalah korban keadaa n, maka ia akan menjadi korban sungguhan untuk membenarkan kepercayaan itu. Namun bila


(41)

seseorang percaya bahwa dirinya mampu bertanggungjawab, maka ia akan memiliki kemampuan bertanggung jawab sesuai dengan keyakinannya sendiri. Orang yang proaktif terus memupuk rasa percaya dirinya sesuai dengan keyakinannya..

4. Orang proaktif tidak menyalahkan pihak-pihak eksternal (orang lain, situasi dan hal-hal diluar dirinya).

Orang proaktif sadar bahwa seseorang bertanggung jawab atas segala sikap dan tindakannya. Orang yang proaktif sadar bahwa dia sendirilah yang bertanggung jawab atas kes ukseksan atau kegagalannya dan dia mandiri karena tidak bergantung dengan keadaan dan orang lain. Contoh: seorang mahasiswa tidak mengikuti ujian semester karena sedang kurang enak badan, maka konsekuensinya ia bertanggung jawab jika nantinya ia tidak mendapat nilai..

5. Orang proaktif bersikap asertif

Sikap asertif yaitu jujur mengekspresikan kebutuhan, perasaan dan pikiran dengan apa adanya tanpa menyakiti orang lain. Dengan bersikap asertif orang semakin proaktif untuk lebih menghargai diri sendiri dan orang lain karena mengembangkan kontrol diri, mengembangkan kemampuan untuk menolak tanpa merasa bersalah, berani meminta bantuan orang lain ketika membutuhkan.


(42)

24

6. Orang proaktif mendahulukan hal yang harus diutamakan.

Mendahulukan hal yang harus diutamakan bagi orang proaktif berarti melaksanakan kegiatan sehari-hari menurut prioritas yang muncul dari misi, peran serta tujuan hidup yang ditetapkan. Orang yang semakin proaktif mampu memilih yang terbaik.

7. Orang proaktif memfokuskan diri pada hal-hal yang bisa dikendalikan. Apabila mau mendapatkan nilai ujian yang optimal, maka orang semakin proaktif untuk menghasilkan hasil nyata yaitu nilai optimal. Tetapi bila usahanya tidak menghasilkan nilai optimal, orang proaktif bisa memperbaikinya tanpa mencari-cari kesalahan di luar dirinya. Ia akan menc ari solusi dengan melihat kemampuan yang ada pada dirinya.

D. Manfaat Kebiasaan Proaktif

Ada berbagai manfaat kebiasaan proaktif (Covey, 2001) antara lain: 1. Meningkatkan keberhasilan dalam memimpin diri sendiri. Dia sendirilah

yang mengendalikan dirinya dan tidak dikendalikan oleh orang lain. 2. Meningkatkan keterampilan berkomunikasi dengan orang lain, sehingga

dapat mendukung keberhasilannya dalam menjalin hubungan dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya.

3. Meningkatkan pengembangan diri menjadi pribadi dewasa yang berkembang seutuhnya dan seoptimal mungkin sesuai dengan potensinya. 4. Menolong diri sendiri ketika menghadapi masalah.


(43)

5. Meningkatkan pemahaman diri dengan merubah cara pandang terhadap sesua tu hal.

6. Bersedia belajar dari kesalahan.

7. Meningkatkan komitmen diri dalam mempengaruhi lingkungan secara positif. Orang proaktif cenderung kreatif dan berinisiatif untuk berbuat sesuatu bagi lingkungannya .

E. Upaya Mengembangkan Kebiasaan P roaktif

Kebiasaan pr oaktif dapat diupayakan secara internal dan eksternal (Covey, 2001). Secara internal berarti individu (mahasiswa) yang bersangkutan berupaya:

1. Mahasiswa menentukan pilihannya sendiri untuk memperdalam mata kuliah yang dipilihnya.

2. Mahasiswa mencari kesempatan untuk mengikuti pelatihan tentang kebiasaan proaktif.

3. Dalam kehidupan sehari-hari mahasiswa berupaya secara aktif untuk konsisten berperilaku positif.

4. Mahasiswa membuat dan memenuhi komitmen untuk mengembangkan kapasitas intelektualnya untuk menjadi pribadi mandiri.

5. Mahasiswa senantiasa berupaya untuk bertanggung jawab atas segala pilihan hidupnya.


(44)

26

Sedangkan secara eksternal berarti pihak luar yang berupaya meningkatkan proaktivitas individu (mahasiswa), seperti:

1. Pihak kampus mengadakan pelatihan pengembangan proaktivitas.

2. Dosen memberikan peluang atau kesempatan bagi mahasiswa untuk menentukan pilihannya sendiri, seper ti memilih sendiri kegiatan yang relevan untuk memperdalam mata kuliah yang diampu.

3. Dosen memberikan contoh konkrit dari perilaku proaktif sehingga mahasiswa dapat meniru.

4. Pihak kampus memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memilih kegiatan ekstrakurikular yang dapat meningkatkan profesionalitas mahasiswa.


(45)

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan metodologi penelitian, yaitu jenis penelitia n, subjek penelitian, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Furchan (1982: 415), menjelaskan bahwa penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melukiskan variabel atau kondisi ”apa yang ada” dalam suatu situasi. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang kebiasaan proaktif mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006.

B. Subjek Penelitian

Popula si dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester III Program S tudi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006. Dalam penelitian ini tidak ada pemilihan sampel karena semua anggota populasi dapat dijadikan subjek penelitian. Suharsimi Arikunto (Hadjar, 1996) mengatakan bahwa penelitian yang melibatkan seluruh individu dalam suatu kelompok sebagai subjek penelitian disebut penelitian populasi. Responden yang


(46)

28

dijadikan subjek penelitian adalah mahasiswa semester III P rogram S tudi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006.

Alasan peneliti memilih mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006 adalah karena mahasiswa yang bersangkutan dipersiapkan untuk menjadi calon-calon konselor yang kelak diharapkan mampu me mberikan pelatihan proaktivitas, diharapkan menjadi lebih dewasa dan bertanggung jawab, dan mampu mengatasi masalahnya sendiri sebelum menangani masalah orang lain.

C. Instrumen Penelitian 1. Alat Pengumpul Data

Instrumen pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner disusun sendiri oleh peneliti. Penggunaan kuesioner berdasarkan anggapan bahwa responden penelitian adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.

Kuesioner ini terdiri atas sejumlah pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable). Pernyataan favorable adalah pernyataan positif yang menggambarkan adanya kebiasaan proaktif. Pernyataan unfavorable adalah pernyataan negatif yang menggambarkan kurang atau tidak adanya kebiasaan proaktif.

Secara keseluruhan kuesioner kebiasaan proaktif terdiri dari 87 (delapan puluh tujuh) butir item yang terbagi dalam 3 (tiga) aspek.


(47)

Distribusi item kuesioner kebiasaan proaktif se belum ujicoba dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1

Distribusi Item Kuesioner Kebiasaan Proaktif (Se belum Uji Coba)

Indikator Sifat Aspek

Aspek

Favorable Unfavorable

Total

Mampu mengambil keputusan sendiri

1. Di rumah 2. Di kampus 3. Di masya rakat 4. Diri sendiri

4,87 12,14,22,84 30,83 32,36,38,40 2,6,8,86,85 10,16,18,20 24,26,28 34,42,82 27 Memilih berdasarkan nilai-nilai hidup

1. Di rumah 2. Di kampus 3. Di masyarakat 4. Diri sendiri

44,46,48,52,77, 79 60,62,66,68,71 76,78,59,61 3,5,7,53,57 50,54,56,58,75,81 64,67,69,73 70,72,74,80,63,65 1,9,11,55 40 Tidak menyalah-kan pihak-pihak eksternal

1. Di rumah 2. Di kampus 3. Di masyarakat 4. Diri sendiri

13,47,49,51 15,39,41 33,35,37 17,19,23 45 43 29,31 2,25,27 20

TOTAL 45 42 87

Sumber: Kuesioner Sebelum U ji Coba Kebias aan Proaktif, 2007.

Berikut beberapa hal yang berkaitan dengan kuesioner: a. Pemodifikasia n Kuesioner

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan modifikasi Skala Likert dengan gradasi skala positif (favorable) sampai negatif (unfavorable) yang menggunakan lima alternatif jawaban menjadi empat alternatif jawaban, yaitu ”SS” (Sangat Setuju), ”S” (Setuju), ”TS” (Tidak Setuju), ”STS” (Sangat Tidak Setuju).

Alasan peneliti menggunakan empat alternatif jawaban adalah untuk menghindari kemungkinan res ponden cenderung memilih alternatif


(48)

30

jawaban yang di tengah-tengah. Manurut Hadi (1990:19), penggunaan empat alternatif jawaban dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala lima tingkat, di mana alternatif jawaban yang netral (di tengah) mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum dapat memutuskan atau ragu-ragu. Tambahan lagi, tersedianya jawaban di tengah menimbulkan kenderungan menjawab alternatif yang netral atau yang di tengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu dalam memberikan jawaban.

b. Penentuan Skor

Pemberian skor didasarkan pada sifat favorabel dan unfavorabel. Pada item yang bersifat favorabel untuk jawaban ”SS” diberi skor 4 (empat), ”S” diberi skor 3 (tiga), ”TS” diberi skor 2 (dua), ”STS” diberi skor (1). Sedangkan pada item-item unfavorabel untuk jawaban ”SS” diberi skor 1 (satu), ”S” diberi skor 2 (dua), ”TS” diberi skor 3 (tiga), ”STS” diberi skor 4 (empat).

Semakin tinggi skor subjek untuk pernyataan positif (favorabel), maka kebiasaan mahasiswa semakin proaktif. Sebaliknya semakin rendah skor subjek untuk pernyataan positif (favorabel), maka kebiasaan mahasiswa semakin kurang proaktif. Sedangkan untuk pernyataan ne gatif (unfa vorabel), semakin tinggi skor subjek berarti kebiasaan mahasiswa sema kin kurang proaktif. Sebaliknya semakin rendah subjek untuk pernyataan negatif (unfa vorabel), maka kebiasaan mahasiswa semakin proaktif.


(49)

c. Komponen kebiasaan proaktif yang diukur :

Komponen-komponen kebiasaan pr oaktif yang diukur adalah sebagai berikut:

1) Kemampuan mahasiswa mengambil keputusan sendiri: a) Di rumah

Mahasiswa dapat mengambil keputusan dalam interaksinya dengan orang tua (Ayah, Ibu), saudara (kakak, adik).

b) Di kampus

Mahasiswa dapat mengambil keputusan dalam interaksinya dengan dosen, pegawai tata usaha, teman-teman di kampus. c) Di masyarakat

Mahasiswa dapat mengambil keputusan dalam interaksinya dengan tetangga, teman bermain/ berkumpul di lingkungan tempat tinggal dan teman dalam organisasi kampung, teman dalam organisasi keagamaan.

d) Diri sendiri

Mahasiswa dapat mengambil keputusan untuk dirinya sendiri. 2) Kemampuan mahasiswa memilih berdasarkan nilai-nilai hidup

a) Di rumah

Mahasiswa dapat memilih berdasarkan nilai-nilai hidup yang dipilihnya dalam berinteraksi dengan orang tua (ayah, Ibu), saudara (kakak, adik).


(50)

32

b) Di kampus

Mahasiswa dapat memilih berdasarkan nilai-nilai hidup yang dipilihnya dalam berinteraksi dengan dosen, pegawai tata usaha, teman-teman di kampus.

c) Di masyarakat

Mahasiswa dapat memilih berdasarkan nilai-nilai hidup yang dipilihnya dalam berinteraksi dengan tetangga, teman bermain/ berkumpul di lingkungan tempat tinggal, teman organisa si kampung, teman organisasi keagamaan.

d) Diri sendiri

Mahasiswa dapat memilih berdasarkan nilai-nilai hidup yang dipilihnya untuk diri sendiri.

3) Kemampuan mahasiswa tidak menyalahkan pihak-pihak eksternal (orang lain, situasi dan hal-hal diluar diri sendiri)

a) Di rumah

Mahasiswa tidak menyalahkan pihak-pihak eksternal dalam interaksinya dengan orang tua (ayah, Ibu), saudara (ka kak, adik).

b) Di kampus

Mahasiswa tidak menyalahkan pihak-pihak eksternal dalam interaksinya dengan dosen, pegawai tata usaha, teman-teman di kampus.


(51)

c) Di masyarakat

Mahasiswa tidak menyalahkan pihak-pihak eksternal dalam interaksinya dengan tetangga, teman bermain/ berkumpul di lingkungan tempat tinggal, teman organisaisi kampung, te man organisasi keagamaan.

d) Diri sendiri

Mahasiswa tidak menyalahkan pihak-pihak eksternal untuk dirinya sendiri.

2. Uji Coba Alat

Uji coba alat penelitian dilakukan kepada perwakilan mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa Indonesia angkatan 2006 pada hari Rabu 24 Oktober 2007. Uji coba ini terselenggara atas bantuan salah seorang mahasiswa program studi Bahasa Indonesia angkatan 2006. Jumlah subjek dalam uji coba alat penelitian adalah 24 mahasiswa.

3.

Validitas dan Reliabilitas a. Validitas Instrumen

Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2007: 5). Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan


(52)

34

maksud dilakukannya pengukuran yang bersangkutan. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah. Validitas suatu alat ukur adalah derajat ketepatan dan ketelitian alat yang bersangkutan. Hadi (1991: 1) mende finisikan validitas sebagai tingkat kemampuan suatu instrumen untuk mengungkapkan sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran yang dilakukan dengan instrumen yang bersangkutan. Arikunto (2005: 67) menjelaskan bahwa validitas isi mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi yang diberikan. Dalam penelitian ini yang diukur adalah kebiasaan proaktif.

Teknik statistik yang digunakan untuk menganalis item-item dari penelitian ini adalah teknik Korelasi Product Moment dari Pearson (Azwar, 2007: 19) dengan rumus sbb:

r xy =

∑ ∑

− − 2 2 2 2 ) ( ][ ) ( [ ) )( ( Y Y N X X N Y X XY N Keterangan:

r xy : koefisien korelasi antara X dan Y

Y : skor item yang diuji X : skor skala

N : banyaknya subjek

Penentuan kesahihan item kuesioner atau uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai rtabel untuk degree of

freedom (df) = n-k. Dalam hal ini n adalah jumlah sampel/ subjek dan k adalah jumlah konstruk atau variabel. Jika rhitung > rtabel, maka butir atau


(53)

Proses penghitungan validitas dilakukan dengan cara memberikan skor pada setiap item dan mentabulasi data uji coba. Selanjutnya proses penghitungan dilakukan dengan komputer melalui program SPSS versi 11. Berdasarkan penghitungan terhadap 87 item kuesioner , diperoleh 53 item yang koefisien korelasinya > 0,269. Rekapitulasi hasil analisis validitas uji coba alat ukur disajikan dalam tabel 2 sedangkan hasil penghitungan taraf validitas nya dapat dilihat pada lampiran 4.

Tabel 2

Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Validitas No Aspek Kebiasaan Proaktif Jumlah

Item Item yang valid Item yang gugur 1. 2. 3.

Mampu mengambil keputusan Memilih nilai-nilai hidup yang positif

Tidak menyalahkan pihak-pihak eksternal (orang lain, situasi dan hal-hal di luar diri sendiri) ketika menghadapi suatu permasalahan

27 40 20 17 23 13 10 17 7

87 53 34

b. Reliabilitas Instrumen

Menurut Furchan (1982: 295), reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat dipercaya/ dapat diandalkan. Menurut Azwar (2007: 4) reliabilitas merupakan terjemahan dari kata reliability yang menunjukkan konsistensi hasil pengukuran.

Pengujian tingkat reliabilitas alat ukur ditempuh dengan metode belah dua (Split-half Method). Metode ini digunakan untuk menguji reliabilitas alat ukur dengan satu kali pengukuran pada satu kelompok subjek uji coba. Metode belah dua yang dipakai adalah berdasarkan urutan


(54)

36

nomor item; yang bernomor ganjil menjadi belahan pertama dan yang bernomor genap menjadi belahan kedua.

Proses penghitung tingkat reliabilitas alat ukur dilakukan dengan cara memberi skor pada tiap-tiap item dan mentabulasi data uji coba. Penghitungan koefisien korelasi dilakukan dengan bantuan komputer program SP SS versi 11. Hasil koefisien korelasi dikoreksi dengan menggunakan rumus koefisien Cronbach Alpha , yaitu:

r = (1 1 )

1 2

2

σ σ

− −

k k

Keterangan:

r = Koefisien reliabilitas yang dicari k = Jumlah butir pertanyaan (soal)

2 1

σ = Varians butir pertanyaan (soal) 2

σ = Varians skor tes

Sumber: Azwar (2001: 78).

SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (a). Suatu konstruk atau variabel dikatakan

reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali, 2002: 133).

Hasil Cronbach Alpha sebesar 0,8870, angka ini > 0,60. Jadi dapat disimpulkan bahwa reliabilitas dari konstruk atau variabel kebiasaan proaktif tergolong tinggi.

Kisi-kisi kuesioner yang final dapat dilihat pada tabel 3. Kuesioner yang final disajikan dalam lampiran 3.


(55)

Tabel 3

Kisi-kisi Kuesioner Kebiasaan Proaktif (Sesudah Uji Coba)

Indikator Nomor Item

Aspek

Favorable Unfavorable

Total

Mampu mengambil keputusan sendiri

1. Di rumah 2. Di kampus 3. Di masyarakat 5. 4. Diri sendiri

1,3 10,14 16,17 18,21,25 53 7,9,52 51 23,27,50 3 5 3 6 Berdasarkan nilai-nilai hidup

1. Di rumah 2. Di kampus 3. Di masyarakat 4. Diri sendiri

28,29,33,35 41,43,44 46,48 2,4,6 31,47,49 39,45 38,40,42 5,36,37 7 5 5 6 Tidak menyalah-kan pihak-pihak eksternal (orang lain, situasi dan hal-hal diluar diri sendiri)

1. Di rumah 2. Di kampus 3. Di masyarakat 4. Diri sendiri

8 24 19 11,12,13 30,32,34 26 20,22 15 4 2 3 4

TOTAL 27 26 53

Sumber: Kuesioner Uji Coba Kebiasaan Proaktif, 2007.

4. Prosedur Pengumpulan Data

a) Menyusun kuesioner dengan mengikuti beberapa langkah, yaitu: 1) Peneliti menjabarkan variabel kebiasaan proaktif mahasiswa ke

dalam indikator-indikatornya;

2) Peneliti menyusun butir-butir pernyataan sesuai dengan indikator dari kebiasaan proaktif mahasiswa.

b) Mengkonsultasikannya kepada dose n pembimbing dan kepada dosen ahli yang mengampu mata kuliah yang berkaitan dengan


(56)

38

proaktivitas, sehingga peneliti mendapatkan pengarahan dan pengetahuan yang lebih dalam tentang proaktivitas.

c) Melaksanakan uji coba kuesioner di Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Univ ersitas Sanata Dharma Yogyakarta.

d) Melaksanakan pengisian kuesioner di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

5. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian deskriptif digunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe I sebagai acuan/ dasar dalam menggolongkan kebiasaan proaktif (sangat rendah, rendah, cukup tinggi, dan sangat tinggi). PAP adalah suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu skor yang seharusnya atau idealnya dicapai oleh individu. Purw anto (Subagyo, 2006: 41), mengatakan bahwa PAP disebut juga penilaian patokan mutlak atau penilaian patokan absolut. Penilaian ini diorientasikan pada suatu standar absolut tanpa menghubungkan dengan kelompok tertentu. PAP dipilih sebagai acuan/ dasar penggolongan tingkat kebiasaan proaktif dalam penelitian ini karena peneliti mengharapkan sesuatu yang ideal/ seharusnya. Di bawah ini peneliti menjelaskan langkah yang ditempuh dalam mengolah dan menganalisis data, yaitu:

1) Menggolongkan kebiasaan proaktif berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP).


(57)

a) Menentukan skor dari setiap alternatif jawaban.

b) Mentabulasi skor dari item-item kuesioner dan menghitung jumlah skor masing-masing responden.

c) Menggolongkan kebiasaan proaktif dari seluruh responden berdasarkan PAP dengan kriteria kategorisasi Tabel 4.

2) Mendeskripsikan kebiasaan proaktif mahasiswa semester III program studi Bimbingan dan Konseling angkatan tahun 2006 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tabel 4

Penggolongan Kebiasaan Proaktif Berdasarkan PAP Tingkat Kebiasaan Proaktif Kualifikasi

90 % - 100% Sangat Tinggi

80 % - 89 % Tinggi

65 % - 79 % Cukup Tinggi

55 % - 64 % Rendah

Di bawah 55 % Sangat Rendah

Sumber: Sunaryo (1984). Evaluasi Hasil Belajar. Depdikbud. Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan: Jakarta


(58)

40 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti memaparkan has il penelitian beserta pembahasannya. Hasil penelitian merupakan jawaban atas masalah yang dikemukakan pada bab I, yaitu “Bagaimanakah tingkat kebiasaan proaktif mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006?”

A. Tingkat Kebiasaan Proaktif Mahasiswa Semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan Tahun 2006

Tingkat kebiasaan proaktif dihitung dengan menggunakan perhitungan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe I. Pap tipe I menetapkan bahwa untuk mendapatkan kualifikasi cukup tinggi, responden minimal harus mendapat skor sebanyak 65% dari skor ideal atau total skor. Penggolongan tingkat kebiasaan proaktif mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 5.


(59)

Tabel 5

Penggolongan Tingkat Kebiasaan Proaktif Mahasiswa Semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006 Rumus PAP Rentang

Skor

Frekuensi Persentase (%)

Kualifikasi

90% - 100% 191 – 212 0 0% Sangat Tinggi

80% – 89% 179 – 190 18 45% Tinggi

65% - 79% 138 – 169 21 52,2% Cukup Tinggi

55% - 64% 117 – 13 1 2,5% Rendah

Dibawah 55% 0 - 117 0 0% Sangat Rendah

Sumber: diolah berdasarkan data kuesioner/angket, 2007

Tabel 5 memperlihatkan kebiasaan proaktif mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006: yang memiliki kebiasaan yang proaktif yang berkualifikasi ”Sangat Tinggi” tidak ada seorang pun (0%); yang memiliki kebiasaan proaktif dengan kualifikasi ”Tinggi” ada 18 mahasiswa (45%); yang memiliki kebiasaan proaktif dengan kualifikasi ”Cukup Tinggi” ada 21 mahasiswa (52,2%); yang memiliki kebiasaan proaktif dengan kualifikasi ”Rendah” ada 1 mahasiswa (2,5%); dan tidak ada seorang pun (0%) yang memiliki kebiasaan proaktif ”Sangat Rendah”. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 2006 mempunyai tingkat kebiasaan proaktif yang kurang tinggi atau belum ideal dan perlu ditingkatkan.

Analisis data kebiasaan proaktif mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 2006 disajikan dalam lampiran 5.


(60)

42

B. Pembahasan

Sudah dikemukakan di atas bahwa hasil penelitian mengenai kebiasaan proaktif mahasiswa semester III P rogram Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006, menunjukkan bahwa kebiasaan proaktif mahasiswa kurang tinggi atau belum ideal dan perlu ditingkatkan.

Kedua kategori pertama yakni ”sangat tinggi” dan ”tinggi” dapat dianggap telah mencapai tingkat yang diidealkan; kedua kategori ini disatukan dalam pembahasan yaitu tinggi. Sebaliknya kedua kategori lainnya yakni ”rendah”, dan ”sangat rendah” dapat dianggap belum mencapai tingkat yang diidealkan. Untuk membatasi pembahasan sekaligus menghindari pengulangan yang tidak perlu, kedua penggolongan tinggi dan rendah yang diikuti.

Ada sebagian responden (45%) yang berpandangan bahwa kebiasaan proaktifnya termasuk tinggi. Ada beberapa keuntungan jika mahasiswa proaktif. Pertama, mahasiswa menjadi pemimpin bagi diri sendiri yang mampu mengambil tanggung jawab atas diri sendiri berdasarkan nilai-nilai hidup yang diyakininya. Apabila mahasiswa telah menunjukkan watak atau karakter yang kuat dan kecakapan yang tinggi, maka orang lain akan memulai menerimanya sebagai pribadi yang layak dipercaya.

Kedua, mahasiswa mampu meningkatkan kepercayaan dengan orang lain yang dapat mendukung keberhasilannya dalam menjalin hubungan dengan orang-orang sekitarnya. Dengan kepercayaan dari orang lain akan


(61)

mengakrabkan hubungan antar pribadi. Kepercayaan akan membuat mahasiswa lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya karena mahasiswa yang bersangkutan sudah terlatih untuk menentukan sikap dan tindakan secara positif terhadap apa pun yang dialami dalam kehidupannya.

Ketiga, mahasiswa mampu menghargai perbedaan cara pandang terhadap sesuatu hal. Dia tahu bagaimana cara memanfaatkan perbedaan itu. Menghormati perbedaan berarti memberi kebebasan berpikir kepada orang lain dan diri sendiri untuk mau bersikap terbuka terhadap pandangan masing-masing.

Keempat, mahasiswa menjadi pribadi yang bertanggung jawab terhadap pilihan-pilihannya. Apabila pilihannya salah, ia akan dengan segera merubah atau memperbaiki kesalahan yang bersangkutan dan tidak larut dalam penyesalan.

Tanda-tanda atau indikator yang menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki kebiasaan proaktif, antara lain: p ertama, orang yang proaktif dapat mengambil keputusan dengan akal dan inisiatifnya. Misalnya kemampuan mengambil keputusan untuk mengendalikan reaksi terhadap apa yang terjadi dengan dirinya ketika berpikir tentang berapa uang kuliah semester berikutnya , kapan ia harus lulus kuliah, dan masih banyak lagi hal-hal di luar kendali diri.

Kedua, mahasiswa yang proaktif memiliki kebebasan untuk memilih berdasarkan nilai-nilai hidupnya, sehingga mahasiswa yang bersangkutan mampu merespon kejadian yang terjadi dengan positif dan bijaksana,


(62)

44

misalnya ketika mengalami kesalahan ia berani mengakuinya, memperbaikinya dan belajar dari kesalahnnya.

Ketiga, mahasiswa memiliki sikap percaya diri, berarti ia percaya pada dirinya, tahu apa yang dilakukannya dan sadar akan apa yang dituju. Ia adalah pribadi bahagia yang sadar bahwa ia mempunyai arti bagi sesama. Ia tahu akan keunggulan dan kelemahannya dan menerima baik keunggulan dan kelemahannya.

Keempat, mahasiswa tidak menyalahkan pihak-pihak eksternal (orang lain, situasi dan hal-hal diluar dirinya). Apabila ia melakukan kesalahan, ia tidak suka menyalahkan pihak-pihak eksternal di luar dirinya karena ia adalah pribadi yang bebas menentukan apa pun yang ia perbuat sehingga ia siap menerima segala resiko yang akan terjadi pada dirinya.

Kelima, mahasiswa yang proaktif akan memiliki sikap asertif, yaitu memiliki sikap yang jujur dalam mengekspresikan kebutuhan, perasaan dan pikiran dengan apa adanya bagi dirinya sendiri tanpa menyakiti orang lain.

Keenam, mahasiswa yang proaktif mampu memilih dan memilah hal-hal yang harus didahulukan atau diutamakan. Karena mahasiswa yang proaktif mendahulukan hal yang harus diutamakan, maka dia melaksanakan kegiatan sehari-hari menurut prioritas yang muncul dari misi, peran serta tujuan hidup yang ditetapkan. Dengan demikian mahasiswa yang proaktif mampu memilih yang terbaik bagi dirinya sendiri.

Ketujuh, mahasiswa yang memiliki kebiasaan proaktif memiliki kemampuan untuk memfokuskan dirinya terhadap hal-hal yang bisa


(63)

dikendalikannya. Misalnya: Apabila mahasiswa ingin mendapatkan nilai ujian yang optimal, maka ia akan berusaha untuk menghasilkan hasil nyata yaitu nilai optimal. Tetapi bila usahanya tidak menghasilkan nilai optimal, maka ia akan tetap melihat dirinya untuk bisa memperbaikinya tanpa menyalahkan faktor eksternal. Ia akan mencari solusi dengan mencari apa yang bisa dilakukannya sendiri.

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi mahasiswa memiliki kebiasaan proaktif tinggi, antara lain: pertama, kesada ran mahasiswa untuk konsisten terhadap segala keputusan yang diambilnya. Dengan keputusan tersebut mahasiswa akan bertanggung jawab terhadap masa depannya .

Kedua, mahasiswa yang konsisten terhadap komitmennya termotivasi menciptakan hubungan bersama orang lain lewat tindakan dan menempatkan nilai-nilai hidup sebagai pedoman hidupnya. Sewaktu berinteraksi dengan orang lain, orang yang proaktif menghayati prinsip yang menjadi dasar hidupnya, seperti nilai hidup yang dikemukakan oleh Covey (1997: 70), yakni nilai cinta kasih. Covey mengartikan cinta sebagai tindaka n, yaitu sesuatu yang dilakukan dengan pengorbanan dan pemberian dirinya . Sejalan dengan prinsip hidupnya, mahasiswa yang proaktif akan menjalani aktivitas perkuliahan dengan senang hati tanpa merasa terpaksa.

Sebagian besar responden (54,7%) mempunyai kebiasaan proaktif kurang tinggi. Ada pun kerugian apabila mahasiswa kurang proaktif , antara lain: pertama, mahasiswa tidak mampu menjadi pemimpin bagi diri sendiri. Karena yang bersangkutan tidak mampu menunjukkan watak atau karakter


(64)

46

yang kuat dan kecakapan yang tinggi, maka orang lain akan sulit menerimanya sebagai pribadi yang layak dipercaya.

Kedua, mahasiswa tidak mampu meningkatkan kepercayaan dengan orang lain yang dapat mendukung keberhasilannya dalam menjalin hubungan dengan orang-orang sekitarnya. Dengan kepercayaan dari orang lain akan mengakrabkan hubungan antar pribadi. Kepercayaan akan membuat mahasiswa lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya karena mahasiswa yang bersangkutan sudah terlatih untuk menentukan sikap dan tindakan secara positif terhadap apa pun yang dialami dalam kehidupannya.

Ketiga, mahasiswa tidak mampu menghargai perbedaan cara pandang orang lain terhadap sesuatu hal.

Keempat, mahasiswa menjadi pribadi yang tidak bertanggung jawab terhadap pilihannya. Apabila pilihannya salah, ia tidak mau menanggung resiko dan berusaha mencari kambing hitam.

Tanda-tanda atau indikator yang menunjukkan mahasiswa belum memiliki kebiasaan proaktif, antara lain: pertama, mahasiswa yang tidak proaktif tidak dapat mengambil keputusan dengan akal dan inisiatifnya. Tidak mampu mengendalikan reaksi terhadap apa yang terjadi dengan dirinya.

Kedua, mahasiswa yang tidak proaktif tidak memiliki kebebasan memilih berdasarkan nilai-nilai hidupnya, sehingga mahasiswa yang bersangkutan tidak mampu merespon kejadian yang terjadi dengan positif


(65)

dan bijaksana. Ketika mengalami kesalahan ia tidak belajar dari kesalahnnya.

Ketiga, mahasiswa yang tidak proaktif tidak memiliki sikap percaya diri, karena ia lebih memandang kelemahan yang ada pada dirinya.

Keempat, mahasiswa yang tidak proaktif menyalahkan pihak-pihak eksternal (orang lain, situasi dan hal-hal diluar dirinya). Apa bila ia melakukan kesalahan, ia menyalahkan pihak-pihak eksternal di luar dirinya .

Kelima, mahasiswa yang tidak proaktif akan memiliki sikap agresif, yaitu sikap yang tidak jujur dalam mengekspresikan kebutuhan, perasaan dan pikirannya.

Keenam, mahasiswa yang tidak proaktif tidak mampu memilih dan memilah hal-hal yang harus didahulukan atau diutamakan.

Ketujuh, mahasiswa yang tidak proaktif tidak memiliki kemampuan untuk memfokuskan dirinya terhadap hal-hal yang bisa dikendalikannya.

Hal-hal yang perlu dilakukan mahasiswa supaya tetap memiliki kebiasaan proaktif antara lain pertama, berupaya untuk secara aktif ikut serta dalam proses belajar mengajar di kampus. Kedua, mahasiswa mempunyai keinginan untuk mengikuti pelatihan tentang kebiasaan proaktif. Ketig a, dalam kehidupan sehari-hari mahasiswa berupaya secara aktif untuk konsisten berperilaku positif. Keempat, mahasiswa membuat dan memenuhi komitmen untuk mengembangkan kapasitas intelektualnya untuk menjadi pribadi dewasa dan mandiri. Kelima, mahasiswa se nantiasa berupaya untuk


(66)

48

bertanggung jawab atas segala pilihan hidupnya. Keenam, mahasiswa membaca sumber -sumber referensi tentang proaktivitas.


(67)

49 BAB V PENUTUP

Pada bab ini disajikan ringkasan, kesimpulan dan saran untuk berbagai pihak. Bagian ringkasan memaparkan latar balakang masalah, rumusan masalah, metodologi penelitian dan hasil penelitian. Bagian kesimpulan memaparkan kesimpulan dari hasil penelitian. Dan bagian saran memaparkan saran-saran untuk mahasiswa.

A. Ringkasan

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan tingkat kebiasaan proaktif mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta a ngkatan tahun 2006. Topik ini dipilih berdasarkan pertimbangan karena mahasiswa yang bersangkutan dipersiapkan untuk menjadi konselor yang kelak diharapkan mampu memberikan pelatihan proaktivitas, menjadi lebih dewasa dan bertanggung jawab, dan mampu mengatasi masalahnya sendiri sebelum menangani masalah orang lain. Karena itu perlu dilihat sudah seberapa proaktif mereka.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kebiasaaan proaktif mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa semester III P rogram S tudi


(68)

50

Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2006 sebanyak 40 mahasiswa. Pengumpulan data dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 24 November dan hari Selasa, tanggal 27 November 2007.

Instrumen penelitian adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti sendiri. Instrumen tersebut memuat tiga komponen kebiasaan proaktif, yaitu: (1) mampu mengambil keputusan; (2) memilih nilai-nilai hidup yang positif; (3) tidak menyalahkan pihak-pihak eksternal (orang lain, situasi dan hal-hal di luar diri sendiri) ketika menghadapi suatu permasalahan. Setela h dilakukan uji coba kepada mahasiswa angkatan 2006, kuesioner final yang digunakan oleh peneliti memuat 53 butir pernyataan.

Teknik analisis data yang digunakan adalah mengadaptasi teknik perhitungan skor dengan menggunakan rumus Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe I. P enggolongan kebiasaan proaktif adalah: ”sangat tinggi”, ”tinggi”, ”cukup tinggi”, ”rendah”, ”sangat rendah”.

Berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe I, tidak ditemukan mahasiswa yang memiliki kebiasaan proaktif yang ”sangat tinggi” (berada pada rentang 90%-100%), 18 mahasiswa memiliki kebiasaan proaktif yang ”tinggi” (berada pada rentang 80%-89%), 21 mahasiswa memiliki kebiasaan proaktif yang ”cukup tinggi” (berada pada rentang 65%-79%), 1 mahasiswa memiliki kebiasaan proaktif yang ”rendah” (berada pada rentang 55% -64%) dan tidak ada mahasiswa memiliki kebiasaan proaktif yang ”sangat rendah” (berada pada rentang dibawah 55%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebiasaan proaktif sebagian besar mahasiswa semester III Program Studi


(1)

Tabulasi Skor Proaktivitas Item

Skor

46 47 48 49 50 51 52 53

1. 4 4 1 4 2 2 3 3

2. 3 3 2 3 3 3 3 3

3. 4 4 2 4 3 4 3 4

4. 4 3 2 3 1 4 1 3

5. 3 3 2 3 3 3 3 3

6. 4 4 3 4 4 4 3 3

7. 4 3 3 3 3 3 3 3

8. 4 4 3 4 2 3 3 3

9. 4 3 3 3 3 3 3 3

10. 4 2 4 2 4 3 2 4

11. 3 4 3 3 2 3 2 3

12. 4 2 3 3 2 3 3 1

13. 4 4 3 4 2 2 2 3

14. 4 3 3 3 4 4 4 3

15. 3 3 3 3 3 3 3 3

16. 4 4 1 4 4 4 4 4

17. 3 4 3 1 4 2 2 3

18. 4 3 4 2 3 3 3 2

19. 4 3 4 2 3 3 3 2

20. 4 3 3 2 3 4 3 4

21. 4 3 3 4 3 3 3 3

22. 4 4 4 3 1 3 3 3

23. 4 4 3 4 3 4 3 3

24. 3 3 3 3 2 2 1 1

25. 4 3 3 3 3 3 3 2

26. 3 2 2 1 2 3 2 1

27. 4 4 4 4 4 4 4 4

28. 4 4 3 4 2 3 3 4

29. 3 3 3 3 3 3 3 3

30. 4 3 3 3 3 3 2 3

31. 4 4 1 4 4 4 4 4

32. 4 2 1 1 1 1 2 3

33. 4 3 2 3 3 3 3 3

34. 4 2 4 3 3 4 3 3

35. 3 3 3 3 3 3 3 3

36. 3 3 2 3 3 3 3 3

37. 4 3 3 2 3 3 3 4

38. 4 4 1 4 4 4 4 2

39. 4 2 4 3 3 3 3 3


(2)

(3)

(4)

STUDI TENTANG TINGKAT KEBIASAAN PROAKTIF

MAHASISWA SEMESTER III PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

ANGKATAN TAHUN 2006

No. No. Subjek/ Responden

Skor yang Dicapai

Skor Maksimal

Kategori Posisi Skor

1. 27 188 212 Tinggi 80% - 89%

2. 23 187 212 Tinggi 80% - 89%

3. 38 187 212 Tinggi 80% - 89%

4. 16 186 212 Tinggi 80% - 89%

5. 28 185 212 Tinggi 80% - 89%

6. 6 181 212 Tinggi 80% - 89%

7. 34 181 212 Tinggi 80% - 89%

8. 10 179 212 Tinggi 80% - 89%

9. 15 179 212 Tinggi 80% - 89%

10. 4 178 212 Tinggi 80% - 89%

11. 14 178 212 Tinggi 80% - 89%

12. 3 176 212 Tinggi 80% - 89%

13. 5 176 212 Tinggi 80% - 89%

14. 8 175 212 Tinggi 80% - 89%

15. 22 175 212 Tinggi 80% - 89%

16. 1 173 212 Tinggi 80% - 89%

17. 11 17 212 Tinggi 80% - 89%

18. 9 172 212 Tinggi 80% - 89%

19. 7 169 212 Cukup Tinggi 65% - 79%

20. 21 16 212 Cukup Tinggi 65% - 79%

21. 2 168 212 Cukup Tinggi 65% - 79%

22. 31 165 212 Cukup Tinggi 65% - 79%

23. 32 164 212 Cukup Tinggi 65% - 79%

24. 37 164 212 Cukup Tinggi 65% - 79%

25. 13 163 212 Cukup Tinggi 65% - 79%

26. 20 162 212 Cukup Tinggi 65% - 79%

27. 12 161 212 Cukup Tinggi 65% - 79%

28. 18 161 212 Cukup Tinggi 65% - 79%

29. 35 161 212 Cukup Tinggi 65% - 79%

30. 33 160 212 Cukup Tinggi 65% - 79%


(5)

32. 32 159 212 Cukup Tinggi 65% - 79%

33. 29 157 212 Cukup Tinggi 65% - 79%

34. 26 155 212 Cukup Tinggi 65% - 79%

35. 39 152 212 Cukup Tinggi 65% - 79%

36. 17 152 212 Cukup Tinggi 65% - 79%

37. 25 150 212 Cukup Tinggi 65% - 79%

38. 30 150 212 Cukup Tinggi 65% - 79%

39. 40 142 212 Cukup Tinggi 65% - 79%

40. 24 136 212 Rendah 55% - 64%


(6)

Dokumen yang terkait

Tingkat kejenuhan belajar mahasiswa (studi deskriptif pada mahasiswa angkatan 2013 program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 1 99

Deskripsi tingkat adversity quotient mahasiswa angkatan 2014 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

0 3 114

Hubungan kemampuan manajemen waktu dengan kebiasaan prokrastinasi penulisan skripsi mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, angkatan 2011 dan 2012.

0 13 129

Deskripsi tingkat daya juang mahasiswa angkatan 2011 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

3 34 100

Tingkat kejenuhan belajar mahasiswa (studi deskriptif pada mahasiswa angkatan 2013 program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

4 18 97

MANAJEMEN WAKTU MAHASISWA TERHADAP KURIK

0 1 17

Deskripsi tingkat kematangan karier mahasiswa semester VIII program studi bimbingan dan konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2006/2007 - USD Repository

0 0 121

Deskripsi motivasi belajar mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan tahun 2010 - USD Repository

0 0 92

Tingkat kecenderungan perilaku konsumtif mahasiswa Program Studi Bimbingan Dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2011 tahun akademik 2013/2014 - USD Repository

0 0 68

Tingkat kreativitas mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 0 103