PERCERAIAN DI LINGKUNGAN KERJA - Test Repository

  

PERCERAIAN DI LINGKUNGAN KERJA

(Studi Kasus PT. Morich Indo Fashion Kecamatan Karang jati

Kabupaten Semarang)

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Mirza Ghulam Akhmad

  

NIM : 21112042

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

  

MOTTO

  

ILMU YANG BERMANFAAT ADALAH ILMU YANG

MINIMAL MANFAAT UNTUK DIRI SENDIRI

  PERSEMBAHAN

  • Untuk bapak dan emak yang selalu memdoakan, mendukung,mendidik dan tentunya menyayangi. Love you full
  • Untuk kakak pertama rohmatul ummah yang selalu mendukung dan memotivasi
  • Untuk kakak kedua yang telah mengalah, merelakan untuk memberi kesempatan buat saya kuliah
  • Untuk mas abdul majid wawan rosadi dan mas amin yang mendukung dalam penulisan skripsi
  • Terimakasih untuk para janda-janda yang ikhlas berbagi pengalaman hidupnya
  • Terimakasih buat teman-teman pejuang skripsi edisi oktober 2017
  • Terimakasih untuk teman AHS angkatan 2012 yang tidak bisa penulis sebut satu-persatu

KATA PENGANTAR

  Bismillahirrahmanirrahim

  Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan nikmat kepada semua hamba-Nya sehingga penulian skripsi ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam senantiasa tetap tercurah kepada Nabi Agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta pengikutnya yang senantiasa setia dan menjadikan suri tauladan. Beliaulah yang membawa umat dari zaman kegelapan menuju zaman terang benerang dan semoga kita semua mendapat syafaatnya nanti di yaumul qiyamah. Amin ya robbal alamin.

  Dengan segala kerendahan hati, penulis sampaikan bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Skripsi yang berjudul “PERCERAIAN DI LINGKUNGAN KERJA ( Studi Kasus PT. Morich Indo

  fashion Kecamatan Karang Jati Kabupaten Semarang)

  ” ini disusun untuk melengkapi syarat-syarat mencapai gelar sarjana Hukum (S1) pada fakultas Syari‟ah jurusan Hukum Keluarga Islam di IAIN Salatiga. Meskipun bentuknya masih sederhana dan tentunya masih banyak kekurangan.

  Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

  1. Yang terhormat Dr. Rahmad Haryadi, M.Pd selaku rektor IAIN Salatiga.

  2. Yang terhormat Dra. Siti Zumrotun M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari‟ah

  IAIN Salatiga 3. Yang terhormat Bapak Sukron Ma‟mun, S.HI., M.Si selaku ketua jurusan

  Hukum Keluarga Islam (Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah) IAIN Salatiga 4. Yang terhormat ibu Heni Satar. SH., M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah rela menysihkan dan meluangkan waktunyauntuk membimbing dengan penuh kebijaksanaan dan memberi petunjuk-petunjuk dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.

  5. Yang terhormat, seluruh bapak/ibu dosen yang telah memberi pelajaran dan mencurahkan pengetahuan dan bimbingan selama penulis kuliah sampai menyelesaikan sekripsi ini.

  6. Yang terhormat kepada HRD PT.Morich Indo fashion yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian.

  7. Yang terhormat kepada kelima karyawati yang telah berbagi pengalaman hidup dan yang telah sukarela memberikan informasi untuk mendukung penulisan skripsi tersebut.

  8. Yang terhormat dan yang tercinta, ayahanda dan ibunda dan kakak-kakak yang selalu memberi dukungan dan doa yang selalu dipanjatkan untuk penulis supaya dapat mewujudkan cita-cita.

  9. Yang tercinta kepada teman-teman dan pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan selama menempuh studi, khususnya dalam proses penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebut satu persatu. Atas semua bantuan dan dukunganya yang telah sukarela diberikan kepada penulis dalam studi maupun dalam penyusunan skripsi, mudah-mudahan semua kebaikanya dibalas dengan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Serta seluruh proses yang penulis alami bermanfaat dikemudian hari sebagai bekal untuk mengarungi kehidupan selanjutnya.penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tentunya masih banyak kekurangan dan perlu penyempurnaan baik dari isi maupun metodologi. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini.

  Magelang, 24 September 2017 Penulis

  

ABSTRAK

Akhmad, Mirza Ghulam, 2017: Perceraian Di Lingkungan Kerja (Studi kasus PT.

  Morich Indo Fashion Kecamatan karang Jati Kabupaten Semarang ), Skripsi, Fakultas Syariah, Jurusan Hukum

  Keluarga Islam, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Heni Satar Nurhaida. SH., M.Si

  Kata Kunci: Perceraian, Lingkungan Kerja,

  Penelitian ini bertujuan untuk menguak banyaknya perceraian yang terjadi di lingkungan kerja. Perceraian tersebut terjadi pada sebuah PT. Morich Indo Fashion yang berada di Desa Gembongan Kecamatan Karang Jati Kabupaten Semarang. Dalam penelitian ini meneliti lima pelaku perceraian sebagai sampel. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Apakah faktor-faktor penyebab terjadinya perceraian karyawati dilingkungan kerja PT. Morich Indo fashion? (2) Apakah perceraian tersebut mempunyai dampak sosial yang signifikan terhadap karyawati PT. Morich Indo Fashion?

  Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan sosiologi. Lokasi penelitian ini berada di PT. Morich Indo Fashion yang terletak di Desa Gembongan Kecamatan Karang Jati Kabupaten Semarang. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi.

  Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dilingkungan kerja pada PT. Morich Indo Fashion terjadi banyak perceraian. Perceraian ini terjadi pada para karyawati PT. Morich Indo Fashion. Adapun faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya perceraian pada karyawati tersebut adalah faktor ekonomi, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan faktor perselingkuhan atau faktor orang ketiga. Perceraian yang terjadi di PT Morich Indo Fashion tersebut terdapat dua dampak yaitu: (1) dari segi pekerjaan, dari segi pekerjaan dampak terjadinya perceraian tidak mempengaruhi hasil kerja atau pkerjaanya. (2) dari segi sosiologi, pergaulanya dengan masyarakat atau dengan teman satu kerjaan lebih tertutup akan tetapi dengan teman dekat yang lawan jenis semakin lebih terbuka. (3) dari segi psikologi, dampak perceraian tersebut menjadi beban bagi pelaku perceraian karena mereka mempunyai status janda.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan untuk hidup

  berpasang-pasangan guna membentuk keluarga sakinah, mawaddah, warahmah yang dapat diwujudkan dalam sebuah ikatan pernikahan. Maka jelas bahwa pernikahan telah menjadi seruan agama yang patut dijalankan oleh manusia yang telah mampu untuk berkeluarga.Pernikahan sejatinya merupakan sunnatullah yang tidak hanya berlaku pada manusia akan tetapi suatu kaidah umum yang berlaku pada semua makhluk-Nya baik itu pada hewan maupun tumbuh-tumbuhan.Lebih khusus bagi manusia, pernikahan kemudian menjadi suatu lembaga yang mempunyai peran sangat vital dalam kehidupan sosial yaitu sebagai perantara untuk menyatukan dua hati yang berbeda dan untuk saling memberikan kasih sayang dan kepedulian antara laki-laki dan perempuan secara legal dalam suatu bahtera berbentuk rumah tangga. Lebih jauh, lembaga pernikahan digunakan sebagai media untuk menjaga keberlangsungan keturunan secara sah. Kesemuanya itu telah disyariatkan semata

  • – mata sebagai jalan menuju kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat, di bawah naungan cinta kasih dan ridho Ilahi (Sosroatmodjo & Aulawi, 1981:33).

  M enurut syara‟ nikah adalah akad serah terima antara laki-laki dan perempuan dengan tujuan untuk saling memuaskan satu sama lainnya dan untuk membentuk sebuah bahtera rumah tangga.

  Imam syafi‟i menegaskan secara rinci bahwa pernikahan sebagai salah satu syariat adalah suatu akad yang dengannya menjadi halal hubungan seksual antara pria dengan wanita. Pemahaman serupa masih terus dipegang setidaknya oleh para sarjana sampai pada masa keilmuan modern ini, salah satunya adalah Prof.

  Ibrrahim Hosen yang memahami nikah tetap sebagai suatu akad yang dengan itu menjadi halal suatu hubungan kelamin antara pria dan wanita.(Ibrahim, 1971:65). Sehingga tidak keliru mengatakan bahwa menurut sya ra‟makna nikah tidak keluar dari seluruh pemaknaan diatas

  (Azzam, 2009:38). Sebagaimana dalam firman Allah dalam QS. Yasin: 36

  

َلَ اَِّمَِو ْمِهِسُفنَأ ْنِمَو ُضْرَْلْا ُتِبنُت اَِّمِ اَهَّلُك َجاَوْزَْلْا َقَلَخ يِذَّلا َناَحْبُس

َن ُ َلْ َيَ Mahasuci Tuhan yang telah menciptakan pasangan pasangan semuanya, baikdariapa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.

  Selaras dengan itu semua dalam UU No.1 Tahun 1974 juga dikatakan bahwa, “tujuan pernikahan adalah membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Tujuan itu dapat tercapai lewat perkawinan yang sah dan baik menurut agama dan ketentuan Undang-Undang yang berlaku, sehingga dari sini akan tercipta kehidupan harmonis yang didambakan oleh setiap keluarga. Lawan dari harmonisasi keluarga seperti diatas adalah perceraian, ia cenderung salah satu hasil dari perkembangan yang terjadi di masyarakat yang dipandang tidak sejalan dengan tujuan perkawinan. Untuk mengatur atau lebih tepatnya mempersempit ruang perceraian, di Indonesia diberlakukan Undang-Undang perkawinan yakni peraturan pemerintah No.

  9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974. Perceraian berdasarkan pasal 38 undang

  • – undang perkawinan no. 1 tahun 1974 adalah salah satu dari tiga penyebab putusnya perkawinan. Sementara itu perceraian dalam istilah fiqh adalah “Talaq atau Furqah”. adapun arti dari pada talak adalah membuka ikatan, membatalkan perjanjian sedangkan furqah artinya bercerai yaitu lawan dari berkumpul.

  Guna mencapai tujuan mulia seperti disebut diawal dan menghindari sejauh

  • – jauhnya perceraian itu maka pernikahan sekurang – kurangnya haruslah dilandasi oleh rasa cinta, rela, mengasihi serta menyayangi yang secara implisit tertulis dalam Pasal 6 Undang – Undang Perkawinan sebagai salah satu syarat terjadinya perkawinan yang berbunyi perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua mempelai. Setelah itu masing masing pihak yang terikat dalam suatu pernikahan tentunya memegang hak dan kewajiban masing
  • – masing yang harus dijalankan dengan baik untuk menegakan sendi sendi kehidupan rumah tangga.

  Pada dasarnya setiap pihak baik suami maupun istri menempati posisi yang seimbang. Disebutkan dalam pasal 30 Undang

  • – Undang Perkawinan bahwa keduanya memikul kewajiban yang luhur untuk mengakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. Pasal 31 kemudian menegaskan bahwa suami berperan sebagai kepala keluarga dan istri sebagai ibu rumah tangga. Pasal 34
Undang

  • – Undang Perkawinan selanjutnya merinci bahwa sebagai kepala keluarga seorang suami mempunyai kewajiban untuk melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya. Sedang istri wajib mengatur urusan rumah tangganya sebaik mungkin.

  Dari pasal 34 tersebut diatas jelas terlihat bahwa tugas untuk mencukupi segala kebutuhan rumah tangga pada dasarnya hanya dibebankan kepada satu pihak saja yaitu kepada suami. Pihak istri dapat dengan abai menuntut pemenuhan kewajiban tersebut dari sang suami tanpa memperhatikan kondisi suami. Namun pemahaman tersebut tidak statis dan masih berlanjut dengan adanya keharusan dari kedua belah pihak untuk menyadari serta mengukur kemampuan pihak suami dalam upaya mencari nafkah adalah hanya sesuai dengan kemampuannya. Sehingga pihak istri tidak dapat secara sepihak menaruh beban kewajiban mencari fasilitas penghidupan keluarga kepada pihak suami diatas kemampuan sang suami. Akan tetapi tidak jarang suatu masalah muncul saat ini bahwa dengan memperhatikan kondisi lingkungan sekitar dan menghitung kebutuhan rumah tangga yang dirasa tidak pernah menurun tapi justri selalu mengalami peningkatan yang signifikan yang pada akhirnya mengantarkan pada sebuah simpulan yaitu jumlah pendapatan keluarga selalu lebih kecil dari jumlah pengeluaran sehingga perlu adanya upaya peningkatan penghasilan. Dari satu titik masalah perekonomian ini kemudian wajar memunculkan anti masalahnya. Ketika suami sudah terbatas dengan kemampuannya namun dirasa baik oleh salah satu pihak atau keduanya masih belum mencukupi kebutuhan keluarga mereka maka tidak salah kemudian jika istri memberikan bantuan kepada suami untuk mengisi kekurangan tersebut. Hal ini sangat sesuai dengan apa yang tertulis dalam Pasal 33 Undang

  • – Undang Perkawinan yang mewajibkan baik suami maupun istri untuk saling mencintai, menghormati, setia, serta memberi bantuan lahir dan batin kepada satu pihak yang lain.

  Berangkat dari salah satu atau mungkin semuanya baik asas tolong menolong diatas atau dengan menimbang ketersediaan peluang kerja yang ada di lingkungan sekitar atau bahkan diluar keduanya saat ini banyak para istri yang ikut berperan mencari nafkah sebagai karyawati di sebuah perusahaan. Kenyataan semacam itu saat ini dapat ditemui di PT. Morich Indo Fashion sebuah perusahaan garment yang mayoritas pekerjanya adalah perempuan. Dari segi ekonomi keluarga, idealnya kegiatan para

  • – istri disitu sangat membantu perekonomian keluarga mereka masing masing sehingga dapat memperkokoh bangunan rumah tangga mereka. Namun realitanya ada beberapa peristiwa anomali di perusahaan tersebut yang dapat dikatakan telah menjadi sebuah pola, yaitu terdapat beberapa perceraian yang terjadi pada keluarga karyawati PT. Morich Indo Fashion justru saat mereka dalam posisi sebagai karyawati aktif perusahaan tersebut. Inilah letak urgensi penelitian ini, untuk mengetahui akar masalah dari perceraian yang menimpa pada para karyawati PT. Morich Indo Fashion. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui apakah
kegiatan para istri di Morich mempunyai dampak baik secara langsung maupun tidak terhadap pola perceraian tersebut. Kemudian sebagai bentuk upaya penanggulangan maupun pencegahan, penelitian ini akan berujung pada pembahasan mengenai dampak dampak yang mungkin terjadi dari pola perceraian di PT. Morich Indo Fashion.

  Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang

  “Perceraian di Lingkungan Kerja (Studi Kasus PT. Morich Indo Fashion Kecamatan Karang Jati Kabupaten Semarang) ”.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

  1. Apakah faktor-faktor penyebab terjadinya perceraian karyawati dilingkungan kerja PT. Morich Indo fashion.?

  2. Apakah perceraian tersebut mempunyai dampak sosial yang signifikan terhadap karyawati PT. Morich Indo Fashion?

  C. Tujuan penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penyusun merumuskan tujuan penulisan sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya perceraian karyawati dilingkungan kerja PT. Morich Indo Fashion.

  2. Untuk mengetahui signifikansi dampak sosial pola perceraian tersebut terhadap karyawan maupun karyawati PT. Morich Indo Fashion.

D. Kegunaan penelitian

  Dari penulisan ini tentunya penulis berharap agar tulisan ini mempunyai kegunaan atau kemanfaatan. Diantaranya adalah sebagai berikut: 1.

  Bagi masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan dan masukan pemikiran terhadap masyarakat tentang hukum pernikahan khususnya tentang perceraian, sehingga diharapkan masyarakat dapat menghindari perceraian. Penelitian ini dapat menjadi bahan kajian mencari solusi ilmiah mengenai angka perceraian, khususnya perceraian dilingkungan kerja.

2. Bagi akademik

  Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan ilmiah bagi penelitian-penelitian selanjutnya tentang perkembangan faktor-faktor penyebab perceraian. Diharapkan hasil penelitian ini juga bermanfaat untuk memperkaya wacana keilmuan khususnya dalam bidang hukum islam dan juga menambah bahan pustaka bagi Institut Agama Islam Negeri (IAIN).

E. Penegasan istilah

  Untuk memudahkan pemahaman dan kejelasan judul tersebut maka penulis memberikan penegasan atau pengertian terhadap judul penelitian ini. Antara lain sebagai berikut:

1. Perceraian

  Perceraaian berasal dari kata cerai yaitu pisah, putus hubungan antara suami istri. Dalam hukum Islam talak adalah melepaskan ikatan tali perkawinan (sayyid, sabiq. 1980: 10) 2. Lingkungan kerja

  Lingkungan kerja merupakan bagian komponen yang sangat penting didalam karyawan melakukan aktifitas bekerjanya.( Suyotno, 2012: 43) lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar karyawan pada saat bekerja ,baik dalam bentuk fisik maupun berbentuk non fisik, langsung maupun tidak langsung yang dapat mempengaruhi dirinya dan pekerjaanya saat bekerja.

F. Tinjauan pustaka

  Penelitian ini tentu saja bukan penelitian yang pertama kali dilakukan dengan mengusung tema yang sama yaitu seputar perceraian.

  Sudah banyak sekali penelitian-penelitian yang pernah dilakukan berkaitan masalah perceraian ini, namun tentunya fokus penelitianya yang berbeda.

  Ada beberapa literal kajian karya ilmiah yang pernah ditulis baik berupa skripsi, artikel maupun dalam bentuk buku yang pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.

  Terdapat beberapa penelitian yang pernah ada yang juga menjadi acuan penulis dalam menyusun penelitian tersebut, yang pertama adalah penelitian oleh Muchimah (2015), mahasiswi fakultas syari‟ah dan hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (UIN) Yogyakarta. Dalam skripsinya yang berjudul “Faktor-Faktor Penyebab Perceraian

  

Dikalangan Buruh Migran (Studi Kasus Di Desa Banjar Sari Kecamatan

Nusawungu Kabupaten Cilacap ”) peneliti tersebut menggunakan metode

  penelitian Field Research. Penelitian ini berusaha mengetahuai faktor- faktor penyebab perceraian, diantaranya dari pihak istri yang tidak bisa menjaga kehormatan suaminya, istri beranggapan bahwa suami tidak adil dalam masalah harta keluarga. Kedua, pihak suami yang tidak memberikan kabar, tidak memberikan nafkah dalam waktu panjang, adanya ketidak harmonisan antara istri dan keluarga biasanya dalam pendapatan suami.

  Secara umum sebab-sebab atau alasan tersebut bisa dijadikan sebagai gugatan perceraian di Indonesia.

  Penelitian yang selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Hayatul Izzah dengan judul

  “faktor-faktor penyebab terjadinya perceraian

TKI atau TKW di kecamatan paciran kab. Lamongan tahun 1998”.

  Terjadinya perceraian itu disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya tidak ada tanggung jawab perkawinan melahirkan hak dan kewajiban antara suami dan istri. Apabila salah satu pihak tidak bertanggung jawab terhadap hak dan kewajibanya maka hancur rumah tangganya. Tidak ada tanggung jawab menjadi salah satu faltir terjadinya perceraian.faktor lain yaitu tidak ada keharmonisan, adanya perselisihan disebabkan adanya kenyataan tidak sesuai dengan harapan mengenai masalah rezeki, adanya krisis akhlak dari salah satu pihak, hal ini disebabkan salah satu dari mereka berbuat serong atau selingkuh dengan orang lain.

  Selanjutnya penelitian dari Nurul Fadilah dengan penelitianya yang berjudul

  “Faktor-Faktor Penyebab Perceraian (Studi Terhadap Perceraian di Desa Batur Kec. Getasan Kab. Semarang

  ” mahasiswi jurusan Syariah Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) tahun 2013. Penelitian ini juga menjelaskan tentang faktor-faktor perceraian, penulis menjelaskan bahwa munculnya masalah dalam rumah tangga dapat disebabkan banyak hal diantaranya karena factor ekonomi, biologis, psikologi, perbedaan pandangan hidup dan lain sebagainya yang dapat menimbulkan krisis rumah tangga serta mengancam sendi-sendinya. Besar kecilnya persoalan yang dihadapi tergantung dari pandangan dan cara mereka menyelesaikan persoalan tersebut, tidak sedikit dari pasangan suami istri merasa bahwa perkawinan mereka sudah tidak dapat dipertahankan lagi dan kemudian mereka memutuskan untuk mengakhiri masalah rumah tangga mereka dengan jalan perceraian.

  Dari penelitian yang pernah dilakukan diatas mereka sama

  • – sama mefokuskan penelitian mereka pada pola perceraian dengan mengambil suatu lokasi tertentu yang menarik sebagai latarnya. Penelitian ini pun berangkat dari keadaan yang serupa. Namun ada beberapa poin pembeda yang menjadikan penelitian ini tetap menarik serta masih cukup relevan dengan kondisi masyarakat dewasa ini. Jika Muchimah dalam skripsinya yang berjudul “Faktor-Faktor Penyebab Perceraian Dikalangan Buruh

  

Migran (Studi Kasus Di Desa Banjar Sari Kecamatan Nusawungu

  Kabupaten Cilacap ”)bertolak dari sisi patriarchi atau laki-laki, maka

  penelitian ini menempatkan diri secara berbeda untuk menyoroti objek perceraian dari sisi matriarchi atau sudut masalah perempuan.Berbeda dari Hayatul Izzah dengan judul skripsinya “faktor-faktor penyebab terjadinya

  perceraian TKI atau TKW di kecamatan paciran kab. Lamongan tahun 1998” yang menghadapi masalah jarak, komunikasi , serta kedekatan

  batin, penelitian ini secara harfiah tidak mengalaminya sehingga seharusnya kecil kemungkinan peluang terjadinya perceraian.Oleh karena itu, penelitian ini cukup relevan dan menarik untuk dikaji.

G. Metode penelitian 1.

  Jenis penelitian dan pendekatan Penelitian ini merupakan penelitian lapangan atau field research.

  Jenis penelitian ini biasa juga disebut penelitian kualitatif yang mana penelitian dilakukan pada kondisi alami (Sugiyono, 2013:8). Tujuan yang ingin disasar yaitu untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistic/menyeluruh, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007:6). Menurut Milles dan Michael sebagaimana dikutip oleh maslikhah (2013: 319) penelitian jenis ini akan mendapatkan data kualitatif yang sangat menarik, memiliki sumber dari dekripsi yang luas dan berlandaskan kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat.

  Penelitian ini dapat memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab akibat dalam lingkup pikiran orang-orang setempat, dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat serta dapat memperoleh penemuan-penemuan yang tidak diduga sebelumnya untuk membentuk kerangka teoritis baru. Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variable dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan data apa adanya.

  Penelitian ini menggungakan pendekatan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada berdasarkan data-data.

  Penelitian deskriptif dan kualitatif menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan dengan situasi yang terjadi, sikap pandanag yang terjadi dalam masyarakat, pertentangan dua keadaan atau lebih, hubungan antara fariabel, perbedaan antar fakta, pengaruh terhadap suatu kondisidan lain-lain. Dan yang terakhir adalah pendekatan sosiologis, yaitu pendekata yang melandaskan pada fenomena atau gejala-gejala yang berkembang ditengah-tengah masyarakat guna memahami hukum yang berlaku dalam masyarakat (soekanto, 1999:45)

  Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan mencari atau menelusuri penyebab terjadinya perceraian yang terjadi di lingkungan kerja dan faktor-faktor apa yang menjadi penyebab terjadinya perceraian yang terjadi pada karyawan tersebut.

2. Sumber data

  Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah observasi, wawancara, dokumen, (dokumen sermi atau pribadi, dan foto). Sumber data dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: a.

  Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber primer, yakni sumber asli yang memuat informasi atau data tersebut (Amirin, 1990:132). Macam macam data sekunder adalah sebagai berikut: 1. Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk mendapatkan informasinya tentang informasi dan kondisi latar belakang penelitian. Jadi seorang informan harus banyak mempunyai pengalaman tentang latar belakang penelitian. Seorang informan berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informa 1. Sebagai anggota tim dengan kebaikanya dan dengan kesukarelaanya iya dapat memberikan pandangandari segi orang dalam, tentang nilai-nilai sikap, bangunan proses dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian setempat (Moleong. 2002:90) dalam penelitian ini adalah karyawati yang bekerja di PT. Morich Indo Fashion yang berlokasi di kecamatan karang jati kabupaten semarang. 2. Dokumen adalahsetiap bahan tertulis atau film (Moleong. 2002: 161). Sumber tertulis adalah sumber buku dan majalah ilmiah, sumber arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi (Moleong. 2002: 113).dalam penelitian ini yang harus diambil adalah data karyawanti dan data perceraian yang terjadi di lingkungan kerja PT.Morich Indo Fashion. Data tersebut digunakan untuk memperoleh data tentang PT. Morich Indo Fashion yang berada di kecamatan karang jati kabupaten semarang. Dan data-data dan informasi yang menunjang atau memudahkan dalam penelitian ini.

  b.

  Data sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen- dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk laporan, skripsi tesis, disertasi dan peraturan perundang-undangan (Ali, 2009: 106).

3. Metode pengumpulan data

  Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (nazir, 1988: 211). Teknik dalam penelitian ini adalah: a.

  Wawancara/interiew Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawawncara untuk memperoleh informasidari terwawancara (Arikunto, 1998: 145). Data dikumpulkan dengan mewawancarai pelaku perceraian. Wawancara ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab perceraian yang terjadi dilingkungan kerja tepatnya di PT. Morich Indo Fashion. b. metode observasi atau pengamatan

  Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalahmelengkapinya dengan formatatau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item- item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi (Arikunto. 2006. 229)

  Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan pengamatan secara langsung mengenai obyek penelitian . metode ini digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi lingkungan PT. Morich Indo Fashion di Kecamatan Karang Jati Kabupaten Semarang. Observasi ini dilakukan dengan melakukan serangkaian pengamatan dengan menggunakan alat indera pengliatan dan pendengaran secara langsung terhadap objek yang diteliti.

  c.

  Metode dokumentasi Metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara membaca dan mengutip dengan dokumen-dokumen yang ada dan dipandang relevan. Dalam penelitian ini, dokumentasi yang Dimaksud adalah pengambilan beberapa data tentang perceraian karyawati yang terjadi dilingkungan kerja PT. Morich Indi Fashion.

4. Analisis Data

  Analisis data adalah suatu proses menata, menyetrukturkan, dan memaknai data yang tidak beraturan (Daymon & holloway, 2008:368). Data yang berhasil dihimpun akan dianalisis secara kualitatif, yaitu menganalisa dengan cara menguraikan dan mendeskripsikan kasus perceraian di lingkungan kerja tepatnya di PT. Morich Indi Fashion sehingga didapat suatu kesimpulanyang obyektif, logis, konsisten, dan sistematis sesuai dengan tujuan yang dilakukan penulis dalam penelitian.

H. Sistematika Penulisan

  Agar penelitian ini tidak keluar dari pokok bahasan dan kerangka yang telah ditentukan, maka penulis menyusun sistematika sebagai berikut:

1. BAB I: Dalam bab ini berisi pendahuluan yang menjelaskan: A.

  Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D.

  Kegunaan Penelitian E. Penegasan Istilah F. Tinjauan Istilah G.

  Metode penelitian yang terdiri dari: 1.

  Jenis penelitian dan pendekatan 2. Sumber data 3. metodepengumpulan data 4. Analisi data H. Sistematikan penulisan

2. BAB II: Tinjauan Umum Tentang Perceraian A.

  Pengertian perkawinan B. Tujuan dan hikmah perkawinan C. Dasar Hukum Perkawinan D.

  Pengertian Perceraian E. Dasar Hukum perceraian F. Rukun dan syarat-syarat perceraian G.

  Sebab-sebab terjadinya perceraian H. Macam-macam perceraian I. Akibat atas putusnya perkawinan 3.

  BAB III: Paparan Hasil Penelitian terdiri dari: A. Gambaran umum PT. Morich Indo Fashion Kecamatan Karang Jati kabupaten Semarang. Yang meliputi:

  1. Letak geografis PT. Morich indo fashion 2.

  Keadaan karyawan dan karyawati B. Data Penelitian 1.

  Profil dan keadaan keluarga karyawati yang melakukan perceraian setelah masuk menjadi karyawati PT. Morich Indo Fashion Kecamatan Karang Jati Kabupaten Semarang.

  2. Faktor-faktor yang menyebabkan perceraian dan dampak sosial terhadap karyawan dan karyawati dilingkungan kerja PT.

  Morich Indo Fashion

4. BAB IV: Pembahasan A.

  Analisis faktor-faktor terjadinya perceraian PT, Morich Indo Fashion Kecamatan karang Jati Kabupaten Semarang B. Dampak signifikan setelah terjadinya perceraian PT. Morich Indo

  Fashion Kecamatan Karang jati Kabupaten Semarang 5.

BAB V: Penutup A. Kesimpulan B. Saran-Saran

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN DAN PERCERAIAN A. Pengertian Perkawinan Dalam Bahasa Indonesia, seperti dibaca dalam beberapa kamus

  diantaranya Kamus Umum Bahasa Indonesia, kawin diartikan dengan (1) perjodohan laki-laki dan perempuan menjadi suami istri; nikah (2) (sudah) beristri atau berbini (3) dalam bahasa pergaulan yaitu bersetubuh. Dalam

  Kamus Bahasa Lengkap Bahasa Indonesia, kawin diartikan dengan menjalin

  kehidupan baru dengan bersuami atau beristri, menikah, melakukan hubungan seksual, bersetubuh.

  Sedangkan pengertian nikah atau perkawinan dalam Al- qur‟an dan Hadist, perkawinan disebut dengan an-nikh dan az-ziwajatauaz-zijah. Secara harfiah, an-nikh berarti al-

  wath’u, adh-dhammu dan al-jam’u, berjalan diatas

  melalui, memijak, menginjak, memasuki, menaiki, menggauli dan bersetubuh

  • atau bersenggama. Adh-dhammu, yang terambil dari akar kata dhamma

  yadhummu

  • – dahamman, secara harfiah berarti mengumpulkan, memegang,

  menggenggam, menyatukan, menggabungkan, menyadarkan merangkul, memeluk dan menjumlahkan. Juga berarti bersikap lunak dan ramah.

  Sedangkan al-

  jam’u yang berasal dari akar kata jama’a – yajma’u – jam’an,

  berarti: mengumpulkan dan menyusun. Itulah mengapa sebabnya bersetubuh atau bersenggama dalam istilah fiqih disebut dengan al-

  jima’ mengingat persetubuhan secara langsung mengisaratkan semua aktifitas yang terkandung dalam makna-makna harfiah dari kata al-

  jam’u (Amin Summa, 2005: 42-43).

  Sedangkan definisi nikah, menurut beberapa ulama atau sebagian ulama Hanafiah, “nikah adalah akad yang memberikan faedah (mengakibatkan) kepemilikan untuk bersenang-senang secara sadar (sengaja) bagi seorang pria dan seorang wanita, terutama guna mendapatk an kenikmatan biologis”.

  Sedangkan menurut sebagian mazhab Maliki, nikah adalah sebuah ungkapan (sebutan) atau titel bagi suatu akad yang dilaksanakan dan dimaksudkan untuk meraih kenikmatan (seksual) semata- mata”. Oleh mazhab Syafi‟iah nikah dirumuskan dengan “akad yang menjamin kepemilikan (untuk) bersetubuh dengan menggunakan redaksi (lafal)” nikah atau tazwi

  ; atau turunan (makna) dari keduanya. Sedangkan ulama‟ Hanabilah mendefinisikan nikah dengan “akad (yang dilakukan dengan menggunakan) kata inkah atau tazwij guna mendapatkan kesenagan (bersenang-senang). (Summa, 2005: 45).

  Akad nikah atau ikatan perkawinan adalah sebuah rukun dari rangkaian strategis praktis untuk membangun sebuah keluarga yang sudah digariskan Islam. Inilah suatu sistem yang kontras dan serasi, dimana seorang laki-laki dan perempuan dipersatukan dalam mahligai rumah tangga dengan ikatan yang kokoh lagi mulia atas dasar saling menyukai, yang disahkan dengan ijab qobul sebagai sebuah perwujudan keinginan untuk bersatu. Akad nikah juga adalah sebuah persaksian bahwa kedua pihak tersabut saling membutuhkan satu sama lain. Sistem inilah yang diridhoi Allah untuk membentuk keluarga Islami, kehidupan dan perkawinan yang aman dan tentram untuk menumbuh kembangkan putra putri yang diabuahkan dari hubungan tersebut sebagai pelipurlara dan penyejuk hati dari kehidupan dunia yang membutuhkan bimbingan dan penanganan profesional, karena mereka adalah pilar-pilar masyarakat muslim dan cikal bakalnya sebagai penerus. Karena itulah islam sangat antipati terhadap sistem lain yang sesat, bahkan islam ingin menumpas dan menghancurkanya (Kisyik, 2005: 56).

  Definisi perkawinan juga dapat dilihat dari peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dalam kaitan ini Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan, dan Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam yang merumuskan demikian: “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasrkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Definisi ini jauh lebih representif, jelas serta tegas dibandingkan dengan definisi perkawnian dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 2 yang berbunyi “Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalizan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.” B.

   Tujuan dan hikmah perkawinan a.

  Tujuan pernikahan Tujuan pernikahan dalam Islam bukan hanya untuk melampiaskan hawa nasfsu biologis atau hanya untuk memenuhi kebutuhan seksual semata, akan tetapi memiliki beberapa tujuan penting yang berkaitan dengan sosial, psikologis, dan agama. Diantaranya yang terpenting adalah sebagai berikut: 1. Untuk memelihara generasi manusia, pernikahan sebagai sarana untuk memelihara keberlangsungan generasi manusia, alat reproduksi, dan regenerasi dari masa ke masa. Dengan pernikahan inilah manusia akan dapat memakmurkan hidup dan melaksanakan tugas sebagai khalifah dari Allah.

  2. Pernikahan adalah tiang keluarga yang teguh dan kokoh. Didalamnya terdapat hak-hak dan kewajiban yang sakral dan religius. Seseorang akan merasa adanya tali ikatan suci yang membuat tinggi sifat kemanusiaanya, yaitu ikatan rohani dan jiwa yang membuat ketinggian derajat manusia dan menjadi mulia dari pada tingkat kebinatangan yang hanya menjalin cinta syahwat antara jantan dan betina. Bahkan hubungan pasangan suami istri sesungguhnya adalah ketenganan jiwa, kasih sayang, dan memandang.

  3. Nikah sebagai perisai diri manusia. Nikah dapat menjaga diri kemanusiaan dan menjauhkan dari pelarangan-pelarangan yang diharamkan dalam agama.

  4. Melawan hawa nafsu, nikah menyalurkan nafsu manusia menjadi terpelihara, melakukan maslahat orang lain dan melaksanakan hak-hak istri dan mendidik anak-anak mereka. Nikah juga melatih kesabaran terhadap akhlak istri dengan usaha yang optimal memperbaiki petunjuk jalan agama (Azzam & Hawwas, 39) Sedangkan tujuan pernikahan menurut undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentan perkawinan dapat disimpulkan bahwa tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal, berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Membentuk keluarga artinya membentuk kesatuan masyarakat terkecil yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak. Membentuk rumah tangga artinya membentuk kesatuan hubungan suami istri dalam suatu wadah yang disebut rumah kediaman bersama. Bahagia artinya ada kerukunan hubungan antara suami dan istri, atau antara suami istri dan anak dalam rumah tangga. Kekal artinya berlangsung terus menerus seumur hidup dan tidak boleh diputuskan begitu saja atau dibubarkan menurut kehendak pihak-pihak. Perkawinan berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa artinya perkawinan tidak terjadi begitu saja menurut kemauan pihak-pihak, melainkan sebagai karunia Tuhan kepada manusia sebagai makhluk beradab. Karena itu perkawinan dilakukan dengan berkeadaban pula, sesuai ajaran yang diturunkan Tuhan kepada manusia (Muhammad, 1993: 75).

  b.

  Hikmah perkawinan Mengetahui bahwa perkawinan itu adalah hal yang baik dan sangat dianjurkan oleh hukum Islam dan sunnah Nabi, maka tentunya terdapat hikmah-hikmah yang dapat kita ambil dan kita pelajari dari perkawinan tersebut. Dan dibalik semua perintah dan bahkan larangan dari Allah untuk melakukan dan tidak boleh dilakukan bagi hamba-Nya selalu saja terdapat hikmah yang luhur dan mulia. Allah Swt telah menetapkan pernikahan dan menjadikannya sebagai suatu keharusan karena ada banyak manfaat yang tidak bisa dihitung serta derajatnya yang mulia. Dan diantara hikmah menikah tersebut adalah:

  1. Pernikahan adalah ajaran yang sesuai, selaras dan sejalan dengan fitrah manusia. Sebagaimana terdapat dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Baihaqi dari Sa‟ad bin Abu Waqas r.a.:

  sesungguhnya Allah Swt memberi tuntunan kepada kita menuju jalan tauhid dan berpegang teguh pada agama yang lurus. pada pernikahan

  ada benteng untuk menjaga diri dari godaan setan, menyalurkan kerinduan yang terpendam, mencegah kebrutalan nafsu, memelihara pandangan, dan menjaga kemaluan. Pernikahan juga merupakan penenang jiwa melalui kebersamaan suami-istri, penyejuk hati dan memotifasi untuk senantiasa beribadah. Karena pada dasarnya, jiwa manusia itu cenderung lari dari kebenaran.

  Allah berfirman dalam QS Ar-Rum: 21 yang berbunyi:

  ۡ ۦٓ ۡ ۡ زَأ ۡ ۡ ۡ نَأ ۦٓ ۡ َ ِ ْا ُنُك مُكِسُفنَأ سَ ِّل ا

  نِّم مُكَل َقَلَخ ج َوٗ ِوِ َ اَ نِمَو َلَ َجَو اَى ةر س [ ٢١ ۡمٖ ٖ ۦٓ ٗ

  َقِّل َلْ َ ِل َ ِ َّنِ َ ۡ ت َ ۡ ةً َمۚ حَرَو َنوُرَّكَفَيَ َيَ ةَّدَ َّم مُكَن

  ] ٢١ , مورلا

  21. dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan- Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

  Arti litaskunu pada ayat diatas adalah “cenderung kepadanya (pasanganmu)” dan “memperlakukannya dengan lemah lembut” karena masalah seksualitas menjadi sebab guna mempererat hubungan atau sebaliknya menjadi sebab pertentangan dan ketidak harmonisan.

  Sedangkan bainakum berarti “antara laki-laki da perempuan yang sudah diikat oleh tali perkawinan dalam kondisi saling mengenal, penuh cinta dan kasih sayang”. Sementara kata muwaddah adalah kaisan dari hubungan intim antara suami istri dan dan kata rahmah kiasan dari anak yang dihasilkanya.

  2. Melahirkan anak. Karena maksud dari sebuah pernikahan adalah ikatan syariat yang kuat, menyalurkan hasrat jiwa dan memperbanyak keturunan dan dengan maksud mendekatkan diri pada Allah Swt. Dan mengharap ridhoNya. Karena Allah tidak mengharuskan hamba-Nya yang saleh menemui-Nya dalam keadaan masih membujang. Dalam memenuhi perintah Allah untuk menikah, Imam Ghozali memberikan beberapa hukmah bila ditinjau dari segi meghasilkan keturunan: a.

  Sejalan dengan kecintaan manusia kepada Allah dalam usaha memperbanyak keturunan untuk melestarikan jenis manusia dimuka bumi. b.

  Sesuai dengan kecintaan umat manusia kepada Rasulullah Saw untuk memperbanyak jumlah ummat yang dibanggakan.

  c.

  Mencari berkah dengan doa anak-anaknya yang saleh.

  d.

  Mengharapkan syafaat Nabi jika anak yang dilahirkan meninggal waktu kecil.

  3. Hikmah menikah yang ketiga adalah memenuhi keinginan hati untuk membina rumah tangga dan saling berbagi rasa dengan cara menyiapkan hidangan untuk keluarga, membersihkan dan menyiapkan tempat tidur, membereskan alat-alat rumah tangga dan mencari rezeki.

  Abu Sulaiman Ad-Darani berpendapat bahwa istri yang baik bukan melulu mementingkan urusan dunia tetapi juga mementingkan akhirat, diantaranya adalah pengorbanan untuk membina dan menata rumah tangga sebaik-baiknya sekaligus mengurangi hawa nafsu.

  4. Memantapkan jiwa dengan ajakan kasih-sayang dan pelaksanaan hak serta kewajiban terhadap keluarga, menyabarkan diri terhadap tingkah laku istri dan ucapanya, berusaha meluruskan dan membimbingnya kepada agama untuk selalu memperoleh yang halal demi kebaikan diri dan terlaksananya pendidikan putra putri tercinta. Rasulullah bersabda “satu hasil menjadi wali yang adil terhadap keluaga bagi Allah Swt adalah lebih baik ketimbang ibadah 70 tahun

  ”. Karena itu, setiap pengorbanan untuk keluarga dan anak kedudukanya sama dengan berperang membela Agama. Dalam hal ini besar menjelaskan bahwa imam Hambali melarang tiga perkara demi mendapatkan sesuatu yang halal untuk diri sendiri dan orang lain sebagaimana sabda Rasulullah, “apapun yang diberikan seseorang demi kebaikan keluarganya

  

adalah sedekah. Sesungguhnya seorang suami mendapatkan pahala

untuk setiap suapan yang masuk kedalam mulut istri dan anak-

anaknya”.

  Perhatikanlah tiga perkara larangan tersebut: a.

  Keengganan seorang untuk memperoleh yang halal karena khawatir tertutup jalan untuk memperoleh rezeki meskipun dengan mengikuti keinginan-keinginan yang tidak terpuji dan menjual akhirat untuk membeli dunia.

  b.

  Melalaikan hak dan kewajiban terhadap keluarga serta tidak bersabar atas tingkah laku dan ucapan istri. Ini berbahaya karena seorang suami adalah pemimpin dan dia bertanggung jawab atas kepemimpinanya. Rasulullah bersabda “berdosa seorang yang melalaikan tanggung jawabnya”. Dan Allahberfirman “selamatkanlah diri dan keluargamu dari api neraka”. Dengan ini berarti Allah Swt memerintahkan kita untuk menyelamatkan keluarga dari neraka sebagaimana kita menyelamatkan diri sendiri.

  c.