JUDUL SKRIPSI : MAKNA TINGKEPAN DALAM TRADISI JAWA PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM DI DUSUN KRAJANSARI DESA KEBUMEN KEC. BANYUBIRU KAB. SEMARANG TAHUN 2017 - Test Repository

  

MAKNA TINGKEPAN DALAM TRADISI JAWA

PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM DI DUSUN

KRAJANSARI DESA KEBUMEN KEC. BANYUBIRU KAB.

SEMARANG

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

  

Oleh :

Novie Wahyu Arumsari

NIM. 111-14-059

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

TAHUN 2018

  

MOTTO

ِنَلَقْلاِب َنَّلَع يِذَّلا.مَزْكلأا َكُّبَرَو ْأَزْقا.ٍقَلَع ْنِه َناَسْنلإا َقَلَخ.قَلَخ يِذَّلا َكِّبَر ِنْساِب ْأَزْقا ىَغْطَيَل َناَسْنلإا َّنِإ لاَك.ْنَلْعَي ْنَل اَه َناَسْنلإا َنَّلَع Artinya :

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah, 3.

  

Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia)

dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya.(Q.S Al-Alaq: 1-5)

  

PERSEMBAHAN

  Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam pencipta langit dan bumi beserta isinya yang telah memberikan segala rahmat, taufik dan hidayah- Nya. Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1.

  Ayah bunda kutercinta, Bejo Riswanto dan Nur Khayati yang selalu dengan sabar mencurahkan kasih sayang, dukungan dan do ‟a yang tak pernah putus untuk penulis.

  2. Kakakku Puji Ariyanto dan adikku tersayang Laila Rahma Nurul Asyifa yang selalu memberi dukungan sehingga terselesainya skripsi ini dengan lancer.

  3. Bapak Drs. Juz'an, M.Hum selaku pembimbing penulis yang tidak henti- hentinya membimbing dan meluangkan waktunya

  4. Pak Eko Haryanto, S.Pd.I. terima kasih atas kritik dan masukkanya dalam penulisan skripsi ini.

  5. Teman-teman Jurusan Tarbiyah Progdi. PAI angkatan 2014 yang setia menemani dan memberi motivasi.

KATA PENGANTAR

  Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam pencipta langit dan bumi beserta isinya yang telah memberikan segala rahmat, taufik dan hidayah- Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada pemimpin umat dan penutup para Rasul, Muhammad SAW yang telah membimbing dan mendidik manusia dari masa kegelapan menujumasa yang sangat terang benderang dengan syariatnya yang lurus.

  Skripsi yang berjudul “Makna Tingkepan dalam Tradisi Jawa Perspektif Pendidikan Islam di Dusun Krajansari Desa Kebumen Kec. Banyubiru, Kab. SemarangTahun 2017

  ” ini, diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) padaInstitut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Salatiga.

  Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual.

  Selanjutnya penulis haturkan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi- tingginya kepada:

  1. Bapak Dr.H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) 3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M. Ag selaku Ketua Program Pendidikan Agama Islam

  (PAI)

  4. Bapak Drs. Juz'an, M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.

  5. Seluruh Dosen dan Karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi.

  6. Ayah dan Ibuku tercinta Bejo Riswanto dan Nur Khayati yang selalu dengan sabar mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus untuk penulis.

  7. Sahabat-sahabatku PAI angkatan 2014 yang telah menemani hari-hari saat kuliah di IAINSalatiga.

  Semoga segala amal yang telah diperbuatakan menjadi amal saleh, yang akan mendapatkan pahala yang setimpal dari Allah SWT, kelak dikemudian hari.

  Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.

  Amin.yarabbal „alamin Salatiga, 2 April 2018 Novie Wahyu Arumsari

  NIM. 11114059

  

ABSTRAK

  Arumsari, Novie Wahyu. 2018. Makna Tingkepan dalam Tradisi Jawa Perspektif Pendidikan Islam di Dusun Krajansari Desa Kebumen Kec.

  Banyubiru, Kab. Semarang Tahun 2017. Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  Pembimbing: Drs. Juz‟an, M.Hum. Kata Kunci : Tingkepan, Perspektif Pendidikan Islam

  Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk ritual tingkepan yang ada di masyarakat Dusun Krajansari Desa Kebumen, Kec. Banyubiru, Kab. Semarang dan untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam dalam ritual tingkepan di masyarakat Dusun Krajansari Desa Kebumen, Kec. Banyubiru, Kab. Semarang.

  Penelitian ini adalah merupakan penelitian lapangan. Dan menggunakan pendekatan kualitatif. Dilihat dari sifatnya, penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif, penelitian yang menjelaskan realitas yang ada di lapangan kemudian menganalisisnya dengan cara memaparkan atau mendeskripsikan dengan kata- kata atau kalimat.

  Hasil penelitian tentang Makna Tingkepan dalam Tradisi Jawa Perspektif Pendidikan Islam di Dusun Krajansari Desa Kebumen Kec. Banyubiru, Kab. Semarang Tahun 2017 tersebut diantaranya adalah Ritual tingkepan yang ada di Dusun Krajansari Desa Kebumen, Kec. Banyubiru, Kab. Semarang. 1). Siraman. Dimaksudkan untuk membersihkan serta menyucikan calon ibu dan bayi yang sedang dikandung, lahir maupun batin. Siraman dilakukan di tempat yang disiapkan secara khusus dan didekor indah. 2). Brojolan. Menggunakan sepasang kelapa gading yang ditato gambar Kamajaya dan Dewi Ratih. 3). Pemakaian busana. Calon ibu dibimbing keruangan lain untuk dikenai busana kain batik atau jarit. Sebelum matahari terbenam, Seluruh rangkaian upacara ini sudah selesai.

  Nilai-nilai pendidikan Islam dalam ritual tingkepan di masyarakat Dusun Krajansari adalah 1).

  I’tiqadiyyah. Manusia diajarkan untuk selalu memohon

  perlindungan pada Allah agar diberikan keselamatan untuk anak yang masih ada dalam kandungan. Hal ini adalah perwujudan dari keimanan kepada Allah SWT. 2). Khuluqiyyah. Manusia selalu di ingatkan agar tidak seombong, hal ini terbukti adanya permohonan keselamatan kepada Allah dan sekaligus menandakan bahwa manusia makhluk yang lemah. 3). Amaliyyah. Mengundang seluruh tetangga, kerabat, sesepuh maupun tokoh agama dengan harapan mendoakan anak dan ibu yang mengandung. Berarti sudah menjaga tali persaudaraan dan berbuat baik. Hal ini yang selalu Agama Islam ajarkan kepada pemeluknya dan mendekatkan tetangga atau saudara yang jarang bertemu karena kesibukan kerja. 4). Muamalah. Pelaksanaan Tingkepan adalah ketika berkumpul dalam acara tersebut kita akan selalu saling menghargai, tidak membedakan status dan selalu rendah hati antar sesama.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i LEMBAR BERLOGO ....................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... v HALAMAN MOTTO ........................................................................................ vi HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii ABSTRAK ......................................................................................................... x

  xi DAFTAR ISI .....................................................................................................

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................

  1 B. Rumusan Masalah ......................................................................

  7

  7 C. Tujuan Penelitian .......................................................................

  8 D. Kegunaan Penelitian ..................................................................

  E. Penegasan Istilah ......................................................................

  8

  10 F. Metode Penelitian ......................................................................

  16 G. Sistematika Penulisan Skripsi ....................................................

  BAB II KAJIAN PUSTAKA

  18 A. Pendidikan Islam .......................................................................

  18 1. Pengertian Pendidikan Islam ...............................................

  2. Tujuan Pendidikan Islam .....................................................

  19 3. Konsep Pendidikan Prenatal dalam Islam ...........................

  20

  24 4. Metode Pendidikan Islam ...................................................

  32 5. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam ....................................

  6. Bentuk-Bentuk Pendidikan Islam ........................................

  35 7. Nilai-Nilai Agama Islam .....................................................

  42

  B. Korelasi Budaya Jawa dan Agama Islam .................................

  44

  1. Pengertian Buday 44 a ……………...........................................

  2. Masyarakat Jawa ..................................................................

  44

  3. Konsep Mitoni dalam Tradisi Jawa

  45 ……………...…....…..

  4. Proses Akulturasi Budaya Jawa dan Islam ....................

  46 ….

  5. Interelasi Nilai Budaya Jawa dan Islam dalam aspek kepercayaan dan ritual .........................................................

  50 C. Tradisi Tingkeban dalam Masyarakat Jawa

  53 …...........….……...

  BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data Gambaran Umum Lokasi

  66 ………............……… 1. Kondisi Geografis Desa Kebumen ......................................

  66

  2. Gambaran Umum Demografis

  66 ……………............…….… 3. Data Monografi Kependudukan Dusun Krajansari .............

  67 B. Temuan Penelitian .....................................................................

  70 BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................

  81 BAB V PENUTUP ............................................................................................

  92 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Setiap bangsa dan suku bangsa tentunya memiliki agama sebagai

  kepercayaan yang mempengaruhi manusia sebagai individu, juga sebagai pegangan hidup. Di samping agama, kehidupan manusia juga dipengaruhi oleh kebudayaan. Kebudayaan menjadi identitas dari bangsa dan suku bangsa. Suku tersebut memelihara dan melestarikan budaya yang ada (Bustanudin, 2002:15).

  Kebudayaan juga merupakan sebagai hasil dari cipta, karsa dan rasa manusia secara keseluruhan yang terdiri dari unsur-unsur berbeda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat dan segala kecakapan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.

  Kebudayaan akan melahirkan sebuah tradisi sehingga akan memunculkan fenomena yang selalu merealisasikan kebutuhan masyarakat.

  Sesuai dengan naluri manusia yang tersembunyi, yang tercermin dalam penghormatan tradisi yang baku dan perasaan individu dengan rasa takut ketika melanggar apa yang telah dilakukan pendahulu mereka.

  Ajaran dalanm agama Islam bisa dinyatakan telah kuat bila ajaran itu telah mentradisi dan membudaya di tengah masyarakat Islam. Menurut Chafidh (2008:10) bahwa, Tradisi dan budaya menjadi sangat menentukan dalam kelangsungan syiar Islam ketika tradisi dan budaya telah menyatu dengan ajaran Islam. Karena tradisi dan budaya merupakan darah daging dalam tubuh masyarakat, dan mengubah tradisi adalah sesuatu yang sangat sulit. Maka suatu langkah bijak ketika tradisi dan budaya tidak diposisikan berhadapan dengan ajaran, tetapi justru tadisi dan budaya sebagai pintu masuk ajaran Islam, misalnya tradisi Tingkepan yang dilaksanakan oleh sebagian umat Islam di Jawa.

  Anak adalah anugerah terindah yang diberikan Allâh, sebagai satu amanah yang harus dijalankan dengan baik. Kehadiran anak bagi orang tua, terlebih anak pertama mampu membawa dan menambah keharmonisan hubungan dalam keluarga. Ada harapan besar dari setiap hal yang dilakukan oleh orang tua demi menyambut kelahiran buah hatinya, orang tua seringkali melakukan berbagai upaya agar anak yang dilahirkan nantinya memperoleh kemudahan mulai dari proses kehamilan sampai kelahiran dan kehadiran anak yang masih dalam kandungan sudah seharusnya menjadi perhatian khusus bagi calon orang tua, khususnya ibu. Dari segi kesehatan, calon ibu senantiasa dengan sabar memeriksakan kandungannya ke dokter secara periodik agar kesehatan bayinya terjaga. Secara psikis, emosional dan watak seorang ibu pun dapat ditularkan melalui perilaku seorang ibu selama mengandung dan mengasuh. Apa yang ibu dengarkan atau bacakan kepada bayi dalam kandungan, akan didengar pula oleh sang bayi. Maka, sebelum mengenal masyarakat secara luas dan mendapat bimbingan dari sekolah, anak terlebih dahulu memperoleh perawatan dan bimbingan dari kedua orang tuanya. Dengan demikian pendidikan anak dalam kandungan harus diperhatikan oleh kedua orang tua terutama ibu yang sedang mengandungnya, sebab pendidikan dalam kandungan merupakan awal mula berperannya pendidikan, sebagai peletak fondasi terhadap pendidikan selanjutnya. Oleh sebab itu Islam sangat memperhatikan pendidikan anak sedini mungkin bahkan sejak dalam kandungan. Tradisi Tingkepan yang dilakukan oleh sebagian golongan umat Islam di Jawa, merupakan salah satu upaya mendidik anak didalam kandungan ketika usia kandungan mencapai tujuh bulan (Mansur, 2004:11).

  Seiring perkembangan zaman menuju pada era dimana masyarakat mulai berfikir seara logis dan ilmiah serta meninggalkan hal

  • – hal yang bersifat mistisme, tradisi pun mulai mengalami perubahan bahkan terkadang dilupakan. Hal ini dikarenakan tradisi Jawa yang notabene memiliki aturan
  • – aturan yang detail dan penuh ritual membuat masyarakat modern yang terkenal dengan masyarakat logis dan senang dengan
  • – hal yang praktis mulai meninggalkan beberapa aturan dalam sebuah tradisi atau bahkan tidak memperhatikan tradis dalam segi kehidupan mereka.

  Budaya Barat yang mulai menyebar seiring laju globalisasi juga memiliki andil dalam lunturnya penerapan tradisi di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa. Budaya kebarat

  • – baratan yang dianggap lebih praktis, elegan dan terlihat uptodate dengan perkembangan mode lebih dilirik masyarakat sebagai patokan kehidupan mereka. Maka dari
itu budaya ke Barat

  • – baratan lebih dominan menjadi “tradisi” baru dikalangan masyarakat dari pada tradisi yang diturunkan dari para leluhur terdahulu.

  Nilai-nilai yang terkandung dalam upacara adat Tingkepan salah satunya adalah rasa bersyukur kepada Allah SWT. Atas nikmat dan rizkinya akan datangnya calon bayi dalam kandungan ibu yang merupakan anugerah kepada manusia. Selain itu rasa kekeluargaan semakin kental antar anggota keluarga yang lain, dimana dengan adanya acara ini semua anggota keluarga dan masyarakat sekitar dapat berkumpul dan saling berbagi.

  Secara struktural tradisi Tingkepan mengandung nilai-nilai moral, etika, dan religius. Tradisi Tingkepan merupakan upacara peringatan tujuh bulan yang dilaksanakan untuk memperingati umur kehamilan pada bulan ketujuh yang didalamnya mengandung nilai-nilai religius baik dari perilaku peristiwa proses upacaranya. Secara prinsip, tradisi Tingkepan tidak terlepas dari nilai-nilai religius pada setiap urutan acaranya, khususnya nilai-nilai ajaran Jawa tidak bisa dipisahkan dari ajaran budi pekerti yang terdapat pada ajaran Islam.

  Nilai-nilai ajaran Islam yang universal pada dasarnya terdapat relevansi dengan nilai-nilai yang terdapat pada tradisi Tingkepan, misalnya dalam tradisi Tingkepan yang sarat akan nilai-nilai budi pekerti ini pada intinya sama dengan istilah akhlakul karimah (sikap dan perbuatan terpuji). Seiring dengan perkembangan zaman yang serba modern dan instan, tradisi Tingkepan juga mengalami pergeseran dan pengurangan unsur-unsur ritual, dari ritual yang serba lengkap kini menjadi tradisi instan dengan tidak meninggalkan inti tradisi. Hal ini menyebabkan ikut hilangnya beberapa makna simbol dan nilai- nilai religius dalam upacara Tingkepan secara perlahan dan sangat disayangkan jika generasi mendatang melestarikan sebuah budaya tanpa mengetahui makna simbol yang terkandung dalam budaya itu.

  Berdasarkan uraian di atas, pengetahuan mengenai makna simbol yang terdapat pada upacara Tingkepan sedikit banyak berkurang dan bahkan banyak yang masyarakat menjalankan tradisi Tingkepan akan tetapi tidak mengetahui makna yang tersirat dibalik simbol-simbol dalam tradisi Tingkepan. Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan, Dusun Krajansari Desa Kebumen Kec. Banyubiru, Kab. Semarang merupakan daerah yang masih menjalankan tradisi Tingkepan.

  Dalam pelaksanaannya disertai dengan kenduri sebagai syukuran. Adapun ubarampe yang perlu dipersiapkan, yaitu: tumpeng, keleman (ubi- ubian), rujakan dan dawet ayu, kecambah kacang ijo dan ketan procot. Semua

  

ubarampe yang harus dipersiapkan memiliki maksud tertentu yang pada

intinya mendoakan agar calon bayi dan ibunya selamat.

  Disamping itu semua, tradisi Tingkepan sudah mengalami perubahan, dimana tadinya lebih ditekankan harus ada ubarampe secara lengkap, sekarang mulai renggang. Pelaksanaan tradisi Tingkepan dilakukan secara lebih spiritual yaitu dengan adanya pembacaan ayat-ayat al-

  Qur‟an, al-Barjanji, doa melahirkan, dan wejangan-wejangan tentang pentingnya melaksanakan

  

Tingkepan atau mendoakan calon bayi yang berumur 7 bulan dan ibu yang

mengandungnya.

  Pelaksanaan tradisi Tingkepan terkadang mendatangkan seorang pemateri yang kemudian menerangkan tata cara Tingkepan secara Islami yang pada intinya bahwa antara tradisi Jawa dan Islam itu saling melengkapi, hanya saja tradisi-tradisi yang lebih mengarah kepada syirik ditinggalkan dan tradisi tradisi yang lebih bersifat positif perlu diperbaiki dengan meninggalkan sifat yang menuju kesyirikan diubah menjadi sifat yang religius dan membawa keberkahan. Dan untuk seorang ibu yang sedang mengandung sebaiknya diperbanyak membaca al-

  Qur‟an dan bershalawat agar calon bayi mendapatkan syafa‟at dari Allah SWT. dan secara tidak langsung calon bayi mendapatkan pendidikan dimana apapun yang dilakukan oleh ibunya, lingkungan yang terjadi dan perasaan ibunya dapat mempengaruhi perkembangan otak bayi dan direkam dalam memori.

  Dari uraian di atas maka peneliti tertarik ingin mengetahui lebih jauh apa yang melatar belakangi kebiasaan atau tradisi Tingkepan sehingga masih dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Krajansari, adapun peneliti mengambil judul:

  “Makna Tingkepan dalam Tradisi Jawa Perspektif Pendidikan

Islam di Dusun Krajansari Desa Kebumen Kec. Banyubiru, Kab.

  Semarang”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas maka yang menjadi topik permasalahan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Bagaimana ritual tingkepan yang ada di Dusun Krajansari Desa Kebumen, Kec. Banyubiru, Kab. Semarang? 2. Bagaimana nilai-nilai pendidikan Islam dalam ritual tingkepan di masyarakat Dusun Krajansari Desa Kebumen, Kec. Banyubiru, Kab.

  Semarang? 3. Apa makna Tingkepan dalam Tradisi Jawa Perspektif Pendidikan Islam di

  Dusun Krajansari Desa Kebumen Kec. Banyubiru, Kab. Semarang? C.

   Tujuan Penelitian

  Penelitian ini secara umum bertujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui bentuk ritual tingkepan yang ada di masyarakat Dusun Krajansari Desa Kebumen, Kec. Banyubiru, Kab. Semarang.

  2. Mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam dalam ritual tingkepan di masyarakat Dusun Krajansari Desa Kebumen, Kec. Banyubiru, Kab.

  Semarang.

  3. Mengetahui makna Tingkepan dalam Tradisi Jawa Perspektif Pendidikan Islam di Dusun Krajansari Desa Kebumen Kec. Banyubiru, Kab. Semarang

D. Kegunaan Penelitian

  Dari hasil penelitian, diharapkan nantinya dapat berguna yaitu sebagai berikut:

  1. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat berguna untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang terdapat di Indonesia.

  2. Untuk masyarakat, sebagai sumbangan informasi bagi semua lapisan masyarkat agar tetap menjaga tradisi dan adat istiadat peninggalan orang- orang Jawa yang ada sampai saat ini.

  3. Bagi IAIN Salatiga, untuk memperkaya perbendaharaan perpustakan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk mengembangkan wawasan dan bahan dokumentasi untuk penelitian lebih lanjut.

E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kesalahpahaman, penulis akan mengartikan beberapa kata yaitu:

1. Makna

  Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan bendanya, peristiwa atau keadaan tertentu maka kita tidak bisa memperoleh makna dari kata itu (Tjiptadi, 1984:19).

  2. Tingkepan Tingkepan adalah diselenggarakanya upacara slametan pada masa kehamilan seorang ibu hamil pada usia tujuh bulan (Geertz,1981:48).

  3. Tradisi Jawa Tradisi merupakan perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dalam bentuk yang sama (Soekanto, 1987:13). Dalam Kamus Bahasa

  Indonesia tradisi adalah adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat. Sedangkan kata Jawa adalah masyarakat atau orang-orang Jawa.

  Jadi tradisi jawa merupakan kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus oleh masyarakat dan akan diwariskan secara turun-temurun yang dilakukan masyarakat atau orang-orang Jawa.

  4. Pendidikan Islam Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik kepada terdidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju kepribadian yang lebih baik, yang pada hakikatnya mengarah pada pembentukan manusia yang ideal (Nata, 2005:101). Manusia ideal adalah manusia yang sempurna akhlaqnya. Yang nampak dan sejalan dengan misi kerasulan Nabi Muhammad SAW, yaitu menyempurnakan akhlaq yang mulia.

  Agama Islam adalah agama universal yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan baik kehidupan yang sifatnya duniawi maupun yang sifatnya ukhrawi. Salah satu ajaran Islam adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan pendidikan, karena dengan pendidikan manusia dapat memperoleh bekal kehidupan yang baik dan terarah (Zuhairini,1983:98).

  Jadi, dalam penelitian yang berjudul makna Tingkepan dalam Tradisi Jawa Perspektif Pendidikan Islam di Dusun Krajansari di fokuskan pada nilai-nilai Pendidikan yang Islami yang terkandung dalam ritual Tingkepan.

F. Metode Penelitian

  Metode di sini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian diartikan upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip prinsip dengan sabar, hati-hati, dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran (Mardalis, 2002:24). Ada beberapa komponen dalam metode penelitian ini: 1.

  Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini adalah merupakan penelitian lapangan. Dan menggunakan pendekatan kualitatif. Dilihat dari sifatnya, penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif, penelitian yang menjelaskan realitas yang ada di lapangan kemudian menganalisisnya dengan cara memaparkan atau mendeskripsikan dengan kata-kata atau kalimat.

  Menurut Suryabrata (1998:19), Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (uraian, paparan) mengenai situasi kejadian-kejadian. Sedangkan tujuan penelitian deskriptif menurut Umar (1999:29), Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat research dilakukan dan untuk memeriksa sebab-sebab dari sesuatu gejala tertentu.

  2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, kehadiran peneliti sangatlah penting sekali.

  Peneliti bertindak sebagai instrumen langsung sekaligus pengumpul data. Peneliti dalam penelitian ini bertindak secara langsung dan terlibat aktif di lapangan guna mendapatkan data yang riil dan akurat.

  3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Krajansari Desa Kebumen, Kec. Banyubiru, Kab. Semarang Propinsi Jawa Tengah.

  4. Sumber Data Dalam penelitian ini penulis dapat memperoleh informasi data dari beberapa literatur buku maupun jurnal sebagai bahan teoritik dan memperoleh sumber informasi riil dari proses data observasi dan wawancara yang peneliti lakukan secara langsung yang kemudian dianalisis.

  5. Prosedur Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode diantaranya: a.

  Observasi Yaitu pengamatan atau pencatatan dengan sistematis fenomena- fenomena yang diselidiki saat berada di lokasi penelitian. Data yang di kumpulkan berupa kegiatan-kegiatan keagamaan dan kegiatan perilaku

  kejawen di Dusun Krajansari Desa Kebumen, Kec. Banyubiru, Kab.

  Semarang.

  b.

  Wawancara atau interview Yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden. Hal ini dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai pelaksanaan ritual Tingkepan, pendapat beberapa tokoh tentang Tingkepan dan Nilai-nilai pendidikan Islam dalam ritual tersebut kepada masyarakat di Dusun Krajansari Desa Kebumen, Kec. Banyubiru, Kab. Semarang.

  c.

  Dokumen Yaitu teknik dengan cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku- buku tentang pendapat, teori, dalil/hukum-hukum yang berhubungan dengan masalah penyelidikan (Nawawi, 1990:133). Dokumen yang dikumpulkan oleh peneliti berupa kondisi Geografis, gambaran Demografis Desa Kebumen dan Data Monografi Kependudukan Dusun Krajansari.

6. Analisis Data

  Kegiatan analisis data selama pengumpulan data dapat dimulai setelah peneliti memahami fenomena sosial yang sedang diteliti dan setelah mengumpulkan data yang dapat dianalisis (Tobroni, 2001:192). Kegiatan- kegiatan analisis selama penulis mengumpulkan data meliputi: a. Menetapkan fokus penelitian b.

  Penyusunan temuan-temuan sementara berdasarkan data yang telah terkumpul

  c.

  Pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan temuan- temuan pengumpulan data sebelumnya

  d. Pengembangan pertanyaan-pertanyaan analitik dalam rangka

  pengumpulan data berikutnya e. Penetapan sasaran-sasaran pengumpulan data berikutnya.

  Setelah data terkumpul maka selanjutnya adalah tahap menganalisis data, sebagai tatap akhir suatu penelitian maka penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan cara data yang dikumpulkan berupa kata kata, gambar dan bukan angka-angka, hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.

  Jadi, Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data serta menarik kesimpulan (Verifikasi) ” (Milles, 2007:16-18).

7. Pengecekan Keabsahan Data

  Keabsahan data dalam penelitian ini ditentukan dalam menggunakan Kriteria kreadibilitas. Hal ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa apa yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam latar penelitian. Menurut Moloeng (1992:175- 178) mengatakan, pemeriksaan keabsahan data yaitu: a.

  Perpanjangan keikutsertaan b.

  Ketekunan pengamatan c. Triangulasi d.

  Pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi e. Analisis kasus negativ f. Kecakupan referensional g.

  Pengecekan anggota h. Uraian rinci i. Auditing

  Penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moeloeng, 2004:330).

  Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003:115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen.

  Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.

  Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut: 1)

  Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara 2)

  Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

  3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

  4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

  5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

8. Tahap-tahap Penelitian

  Penemuan hal-hal yang penting dari data penelitian 2)

  5) Ujian munaqosah skripsi

  4) Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian

  3) Perbaikan hasil konsultasi

  2) Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing

  1) Penulisan hasil penelitian

  Pengecekan keabsahan data d. Tahap penulisan laporan penelitian

  Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut: a.

  Tahap pra lapangan 1)

  3) Pencatatan data yang telah dikumpulkan c.

  2) Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus penelitian

  1) Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian

  Konsultasi penelitian kepada pembimbing b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi:

  Menyusun proposal penelitian 3)

  Mengajukan judul penelitian 2)

  Tahap analisis data, meliputi kegiatan: 1)

G. Sistematika Penulisan

  Penulisan skripsi ini, penulis mengajukan pembahasan dari beberapa bab yang berisi tentang keterkaitan tentang studi kasus yang penulis teliti, penulis memberikan gambaran sebagai berikut:

  Adapun pembahasan dalam skripsi ini: Pada BAB I berisi Pendahuluan, yang memuat: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah dan Metode Penelitian. Metode penelitian berisi: Pendekatan dan Jenis Penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data, Tahap-tahap Penelitian dan Sistematika Penulisan.

  Pada BAB II berisi Kajian Pustaka, yang memuat: yang pertama adalah Pendidikan Islam, pendidikan Islam itu sendiri mencakup: Pengertian Pendidikan Islam, Batasan Pendidikan Islam, Tujuan Pendidikan Islam, Unsur- unsur Pendidikan Islam, Bentuk-bentuk Pendidikan Islam dan Nilai-nilai pendidikan Islam dalam ritual Tingkepan. Yang kedua adalah Tingkepan, Tingkepan itu sendiri mencakup: Pengertian Tingkepan, Bentuk

  • – bentuk tradisi Tingkepan dan Tujuan pelaksanaan Tingkepan.

  Pada BAB III berisi Paparan Data dan Temuan Penelitian yang mencakup: Paparan Data berisi Gambaran Umum Lokasi dan Latar Belakang adanya tradisi Tingkepan yang ada di Dusun Krajansari Desa Kebumen, Kec. Banyubiru, Semarang dan Temuan Penelitian berisi Bentuk-bentuk tradisi Tingkepan di Dusun Krajansari Desa Kebumen, Kec. Banyubiru, Semarang .

  Sedangkan BAB IV berisi Pembahasan, BAB V berisi Penutup yang mencakup: Kesimpulan dan Saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Islam 1. Pengertian Pendidikan Islam Pendidikan dalam bahasa Inggris “education”, berakar dari bahasa Latin “educare”, yang dapat diartikan pembimbingan berkelanjutan. Secara

  etimologis itu mencerminkan keberadaan pendidikan yang berlangsung dari

  generasi ke generasi sepanjang eksistensi kehidupan manusia. Secara

  teoritis , ada pendapat yang mengatakan bahwa bagi manusia pada umumnya, pendidikan berlangsung sejak 25 tahun sebelum kelahiran.

  Pendapat itu dapat diartikan bahwa sebelum menikah, ada kewajiban bagi siapa pun untuk mendidik diri sendiri terlebih dahulu sebelum mendidik anak keturunanya. Secara praktis, ada pendapat yang mengatakan bahwa bagi manusia individual, pendidikan dimulai sejak bayi lahir dan bahkan sejak masih ada di dalam kandungan (Suhartono, 2008:77).

  Pendidikan Islam terdapat proses transformasi unsur-unsur pokok peradaban muslim dari generasi ke generasi supaya identitas umat tetap terpelihara dan bisa berkembang secara sempurna.

  Dijelaskan juga oleh Ahid (2010:19): “Pendidikan Islam adalah suatu proses penggalian, pembentukan, pendayagunaan dan pengembangan fitrah, dzikir, dan kreasi serta potensi manusia, melalui pengajaran, bimbingan, latihan dan pengabdian yang dilandasi dan dinapasi oleh nilai-nilai ajaran Islam, sehingga terbentuk pribadi muslim yang sejati, mampu mengontrol, mengatur dan merekayasa kehidupan dengan penuh tanggung jawab berdasarkan nilai- nilai ajaran Islam”.

  Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Islam adalah upaya untuk membuat sosok pribadi menjadi lebih baik, dalam arti kehidupannya menjadi lebih berkembang dan menjadi manusia yang manusiawi. Keberadaan pendidikan melekat erat di dalam diri manusia sepanjang zaman dan pendidikan merupakan proses perubahan menuju kedewasaan, pencerdasan dan pematangan diri.

2. Tujuan Pendidikan Islam

  Tujuan adalah dunia cita, yakni suasana ideal yang ingin diwujudkan. Dalam tujuan pendidikan, suasana ideal itu tampak pada tujuan akhir. Dan kualitas dari tujuan itu adalah dinamis dan berkembang nilai- nilainya, lebih-lebih tujuan pendidikan yang di dalamnya sarat dengan nilai- nilai yang bersifat fundamental, seperti nilai sosial, nilai ilmiah, nilai moral dan nilai agama. Seperti yang dikatakan Majid (2007:47):

  “Tujuan pendidikan islam adalah untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah, menumbuhsuburkan hubungan harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia dan alam semesta”. Dalam hubungan dengan tujuan pendidikan Islam ini, Omar

  Mohammad Al-Toumy al-Syaibany membaginya menjadi tiga jenis tujuan yakni: a.

  Tujuan akhir pendidikan Islam adalah membentuk pribadi muslin sejati, memiliki kedalaman ilmu, ketajaman berfikir, keluasaan pandangan, kekuatan iman yang sempurna dan takwallah sampai pada derajat Ma’rifatullah yang diberi gelar Khalifatullah fil ardi.

  b.

  Tujuan umum pendidikan Islam adalah menghindarkan dari belenggu yang bisa menghambat pembentukan pribadi muslim dan berusaha membentuk pribadi muslim dan berusaha membentuk pribadi dengan mengembagkan berbagai fitrah yang dimiliki manusia sehingga mencapai kedewasaan dalam ukuran fikriyah, dzikriyah dan amaliyah.

  c.

  Tujuaan khusus pendidikan Islam adalah penjabaran dari sebagian aspek- aspek pribadi khalifatullah yang hendak diusahakan melalui pemberian berbagai kegiatan tertentu dalam setiap pentahapan proses pendidikan (untuk mengembagkan aspek-aspek pribadi muslim) (Ahid, 2010:45-54).

  Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya manusia muslim yang baik dan sempurna dari segi jasmaniah, aqliyah dan rohaniah.

  Dengan adanya tujuan pendidikan islam seseorang harus mampu menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai agama dan nilai-nilai ilmu pengetahuan secara mendalam dan luas dalam pribadi seseorang, sehingga akan terbentuk dalam dirinya sikap beriman dan bertakwa untuk mewujudkan kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat.

3. Konsep Pendidikan Prenatal dalam Islam

  Islam sangat unggul dalam memperhatikan anak-anak pada setiap fase kehidupan mereka, baik ketika masih janin, menyusui dan masa muda hingga dewasa. Dalam ajaran Islam, umat Islam diwajibkan untuk memelihara diri dan keluarganya dari kesengsaraan, kehancuran, atau kebinasaan api neraka, baik didunia maupun di akhirat. Cara pemeliharaan itu adalah dengan mematuhi ajaran dan hukum-hukum Islam mengenai pergaulan muda-mudi, perkawinan, pergaulan suami-istri, pendidikan anak, pemilikan harta dan lain-lain yang berkaitan dengannya.

  Keluarga merupakan pusat pendidikan pertama, tempat anak berinteraksi dan memperoleh kehidupan emosional, sehingga membuat keluarga mempunyai pengaruh yang dalam terhadap anak. Keluarga merupakan lingkungan alami yang memberi perlindungan dan keamanan serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok anak. Keluarga juga merupakan lingkungan pendidikan yang urgen, tempat anak memulai hubungan dengan dunia sekitarnya serta membentuk pengalaman- pengalaman yang membantunya untuk berinteraksi dengan lingkungan fisik dan sosial (Aly, 2000:203).

  Pada dasarnya ada dua tujuan pokok lembaga keluarga yang secara otomatis akan menciptakan pula kesehatan mental keluarga. Kedua tujuan pokok itu ialah: a.

  Mendapatkan ketentraman hati, terhindar dari kegelisahan dan kebimbangan yang tidak berujung pangkal.

  b.

  Melahirkan keturunan yang baik (saleh) (Surtiretna, 2002:5).

  Modal pertama ialah naluri rasa cinta terhadap lawan jenisnya, yang makin lama makin berkembang dalam bentuk yang makin konkret.

  Inilah yang disebut mawaddah, yaitu hal-hal yang membangkitkan kemauan dan menimbulkan kehendak untuk memadu kasih sayang, mengundang cumbu-rayu yang akhirnya memadukan hati dan jiwa.

  

Mawaddah banyak yang membutuhkan segala yang serba duniawi seperti:

  rumah, kendaraan dan jaminan masa depan. Melalui perkawinan,

  

mawaddah atau cinta ini akan berkembang menjadi rahmah, yaitu rasa

  saling menyantuni antara suami-istri lantaran jalinan kasih sayang, bukan karena daya tarik fisik.

  Tujuan perkawinan yang kedua ialah mendapatkan keturunan yang baik. Fungsi kedua ini merupakan akibat dari fungsi yang pertama, bertujuan untuk melestarikan spesies manusia melalui reproduksi hingga menghasilkan keturunan (Surtiretna, 2002:5-9).

  Perkawinan itu diharapkan akan mampu melahirkan keluarga yang sakinah (tentram dan damai), untuk mewujudkan hal itu diperlukan kemampuan memfungsikan tujuh fungsi keluarga sebagai berikut:

  

a. Fungsi ekonomis: keluarga merupakan satuan sosial yang mandiri, yang

  disitu anggota

  • –anggota keluarganya mengkonsumsi barang-barang yang diproduksi.

  

b. Fungsi sosial: keluarga memberikan prestis dan status kepada anggota-

anggotanya.

  

c. Fungsi edukatif: keluarga memberikan pendidikan kepada anak-anak

dan juga remaja.

  

d. Fungsi protektif: keluarga melindungi anggota-anggotanya dari

ancaman fisik, ekonomis dan psiko-sosial.

  

e. Fungsi religius: keluarga memberikan pengalaman keagamaan kepada

anggota-anggotanya.

  

f. Fungsi rekreatif: keluarga merupakan pusat rekreasi bagi anggota-

  anggotanya

  

g. Fungsi afektif: keluarga memberikan kasih sayang dan melahirkan

keturunan (Surtiretna, 2002:14).

  Islam adalah agama Allah, baik mengenai akidah maupun hukum, yang diwahyukan kepada Rasulullah Muhammad dan telah diwajibkan rasulullah ini untuk menyeru umat manusia kepada agamanya itu. Nabi Muhammad SAW telah menerima wahyu itu dan telah menyampaikannya kepada umatnya persis seperti wahyu yang diterimanya. Nabi Muhammad SAW melalui wahyu, telah memberi nama bagi agama yang dibawanya itu dengan dinnullah, dinnul Islam, yaitu agama Allah, atau agama Islam (Baihaqi A.K, 2001:12).

  Islam memandang pendidikan sebagai proses yang terkait dengan upaya mempersiapkan manusia untuk mampu memikul taklif (tugas hidup) sebagai khalifah di muka bumi. Untuk maksud tersebut, manusia diciptakan dengan potensi berupa akal dan kemampuan belajar.

  Dapat dipahami bahwa pendidikan prenatal dalam Islam adalah pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari al- Qur‟an dan as-

  Sunnah, mendapatkan justifikasi dan perwujudan secara operasional dalam proses pembudayaan dan pewarisan serta pengembangan ajaran agama, budaya dan peradaban Islam dari generasi kegenerasi yang berlangsung sepanjang sejarah umat Islam yang dilakukan ketika anak masih dalam kandungan. Terkait proses penciptaan manusia ketika masih dalam kandungan Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Mukminun ayat 14:

  Artinya: Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu

  

segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging

itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus

dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.

Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik (QS. Al-

Mukminun:14).

  Tujuan yang hendak dicapai dalam paedagogis Islami adalah mendapatkan keturunan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, berilmu dan beramal saleh, berbudi luhur, berbakti kepada orang tua, memiliki ketrampilan, cakap memimpin, cakap mengolah isi bumi untuk kemakmuran hidup didunia dan mampu bertanggung jawab terhadap perjuangan pembangunan agama, bangsa, dan Negara (Baihaqi, 2001:27).

  Tujuan tersebut tidak dapat dicapai kecuali melalui upaya pendidikan yang terencana, terpadu dan terarah sesuai dengan ajaran Islam tentang pendidikan. Untuk itu, setiap orang tua harus memulainya dengan langkah-langkah sebagai berikut: a.

Dokumen yang terkait

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM LINGKUNGAN KELUARGA SINGLE PARENT DI DESA MORODEMAK KEC. BONANG KAB. DEMAK TAHUN 2007 - Test Repository

0 1 83

PENGARUH PEMBINAAN KEAGAMAAN TERHADAP PERILAKU KEAGAMAAN ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN PERMATA HATI DESA KEBUMEN KEC. BANYUBIRU KAB. SEMARANG TAHUN 2015 - Test Repository

0 0 103

PENGARUH INTENSITAS KEPEMIMPINAN ORANG TUA TERHADAP SIKAP TAWADHU ANAK DI DUSUN NGELOSARI DESA JOMBOR KEC. TUNTANG KAB. SEMARANG TAHUN 2014 - Test Repository

0 0 115

NILAI – NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI BROKOHAN DI DUSUN KADIPIRO DESA KARANGTENGAH KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015

0 0 107

KORELASI ANTARA PENDIDIKAN KEAGAMAAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMK NU ROUDLOTUL FURQON DESA KEBUMEN KEC. BANYUBIRU KAB. SEMARANG - Test Repository

0 0 135

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA KELUARGA NIKAH BEDA AGAMA DI DUSUN NGIPIK DESA CANDI KEC. BANDUNGAN KAB. SEMARANG TAHUN 2015 - Test Repository

0 0 115

IMPLEMENTASI TAKSONOMI BLOOM DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MI ASYAFI’IYYAH DESA JATIREJO, SURUH KAB. SEMARANG TAHUN 2017 - Test Repository

0 1 111

KONTRIBUSI KINERJA KOMITE MADRASAH DAN KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH TERHADAP PENINGKATAN MUTU MADRASAH PADA MI AL-MA’ARIF KEBUMEN DAN ROWOBONI KEC. BANYUBIRU KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - Test Repository

0 0 78

MANAJEMEN RUKUN TETANGGA PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM DALAM MEMBINA AKHLAK DAN RELIGIUSITAS REMAJA DI DUSUN KRAJAN DESA SUKOREJO KEC. SURUH KAB. SEMARANGTAHUN 2018 - Test Repository

0 0 124

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN DENGAN SISTEM PANCINGAN DI DESA LOSARI KEC. SUMOWONO KAB. SEMARANG - Test Repository

0 0 98