NILAI-NILAI KEIKHLASAN DALAM FILM LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

  

NILAI-NILAI KEIKHLASAN DALAM FILM LASKAR

PELANGI KARYA ANDREA HIRATA

SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

AHMAD NADHIR

  

NIM: 11109142

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

  

NILAI-NILAI KEIKHLASAN DALAM FILM LASKAR

PELANGI KARYA ANDREA HIRATA

SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

AHMAD NADHIR

  

NIM: 11109142

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO ﺧﲑﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﻧﻔﻌﻬﻢ ﻟﻠﻨﺎﺱ

  … Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi orang lain” (HR. Ath- Thabrani)

  

“Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk

menerima sebanyak- banyaknya.”

  • --- Novel Laskar Pelangi. PERSEMBAHAN

  Ibuku Ayahku

  Sedulur-sedulur UKM Teman teman IAIN Salatiga angkatan 2009

  

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim.

  Alhamdulillah irobbil’alamin segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat

  Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya kepada kita sehingga menjadikan hidup kita lebih bermakna.

  Khususnya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “NILAI-NILAI KEIKHLASAN DALAM FILM LASKAR

  PELANGI KARYA ANNDREA HIRATA ”.

  Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang selalu menjadi teladan untuk kita semua dan semoga kita semua termasuk umatnya yang mendapat syafa ’at kelak di yaumul qiyamah.

  Amien ya robbal ‘alamin.

  Ucapan terimakasih penulis sampaikan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan pengarahan, bimbingan, motivasi, masukan saran, dan bantuan dalam hal apapun yang sangat besar bagi penulis. Maka pada kesempatan ini dengan rasa hormat yang dalam penulis mengucapkan terimakasih kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M. Pd selaku Dekan FTIK IAIN salatiga.

  3. Ibu Siti Rohayati, M. Ag, selaku Ketua Program Studi PAI.

  

ABSTRAK

  Nadhir, Ahmad. 2016. Nilai-nilai Keikhlasan dalam Film Laskar Pelangi Karya

  

Andrea Hirata. Skripsi Program Strata I Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga 2016. Pembimbing: Imam Mas Arum, S. Pd., M.

  Pd.

  Kata kunci: nilai-nilai keikhlasan, laskar pelangi, andrea hirata

  Judul skripsi ini adalah Nilai-nilai Keikhlasan dalam Film Laskar Pelangi

  

Karya Andrea Hirata. Skripsi ini adalah bagaimana film yang seharusnya menjadi

  motivasi bagi pelaku pendidikan dan masyarakat Indonesia. Peneliti meniliti dari aspek nilai-nilai keikhlasan dalam film laskar pelangi karya Andrea Hirata, karakteristik tokoh dan nilai pendidikan Islam dalam film laskar pelangi. .

  Jenis penelitian ini adalah penelitian dokumen (documentary research) dengan pendekatan semiotik. Pendekatan semiotik digunakan untuk mendiskripsikan isi yang tersurat maupun yang tersirat dalam film. Peneliti menggunakan penafsiran prospective dan kategorisasi sebagai teknik analisis data. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan metode dokumentasi melalui penelusuran dokumen film, majalah atau koran (media massa), dan buku.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa film Laskar Pelangi mengandung nilai-nilai keikhlasan. Keikhlasan pelaku pendidikan yang rela berjuang, pantang menyerah dan mempunyai tujuan untuk menapai cita-cita. Nilai-nilai keikhlasan yang terkandung di antaranya adalah kerjasama, kemerdekaan, kebahagiaan, kejujuran, kerendahhatian, kasih sayang, kedamaian, rasa hormat, tanggung jawab, kesederhanaan, toleransi, dan kesatuan. Nilai-nilai tersebut terkandung dalam dialog dan gambar adegan. Dialog-dialog yang disajikan film, sebagian bersumber pada ajaran-ajaran Islam. Film juga memperlihatkan gambar adegan mengenai sosok teladan, praktik keagamaan dan proses pendidikan di lembaga pendidikan.

  

DAFTAR ISI

  SAMPUL………………………....................………………………………….…i LEMBAR BERLOGO............................................................................................ii JUDUL...................................................................................................................iii PERSETUJUAN PEMBIMBING..........................................................................iv PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………………….......………………...vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN……..………………………….……….……vii KATA PENGANTAR..

  ……………………………………………………...….viii ABSTRAK…………………………………………………………….……….....x DAFTAR ISI………………………..………………………………….………...xi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………………….……….1 B. Rumusan Masalah.……...………….……………………….……….….9 C. Tujuan Penelitian……………………………………………….………9 D. Manfaat Penelitian…………………………………………….……....10 E. Definisi Operasional………………………………………….……….10 F. Metode Penelitian……………………………………………….…….13 G. Sistematika Penulisan…………………………………………………16

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Nilai-nilai Keikhlasan 1. Pengertian Keikhlasan…………………...…………………….…..17 2. Makna Ikhlas……………………………………………..…..........18 B. Tinjauan Umum tentang Film……………………………………….. 21 1. Film Cerita (Story Film)……………………..…...…………….22 2. Film Berita (Newsreel).…………………………..…………….23 3. Film Dokumentar….…………….……………………………..23 4. Film Kartun (Cartoon Film)..………………………..…………24 C. Film Sebagai Media Pendidikan……………………..……….……...24 D. Andrea Hirata………………………………………………………...31 E. Kerangka Berfikir…………………………………………………….36 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELTIAN A. Biografi Pengarang 1. Biografi Andrea Hirata...……...…………………………..……….37 2. Karya-karya Andrea Hirata...………….……………….....……….38 B. Film Laskar Pelangi 1. Setting Sosial Film Laskar Pelangi………………………....…....45

  2. Narasi Film Laskar Pelangi………………………..….…....……..55

  BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Apresiasi Film Laskar Pelangi…….................………………....…….82 B. Nilai-nilai Keikhlasan Dalam Film Laskar Pelangi..……....…….…...85 C. Karakterisitik Tokoh Film Laskar Pelangi………………………….120 D. Nilai-Nilai Pendidikan yang Diperankan Tokoh Film Laskar Pelangi ….……………………………………………..124 E. Nilai-nilai Pendidikan Dalam Film Laskar Pelangi………………...127 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………..........…......….132 B. Saran…………………………….............………………………..…137 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era modern nan global, media massa telah menjadi kebutuhan

  hampir setiap orang. Pengaruhnya besar. Jangkauannya luas dan gerakannya juga cepat.

  Perkembangan media massa bak jamur di musim hujan. Terutama The

  Big Five of Mass Media (lima besar media massa), yaitu: surat kabar,

  majalah, radio, televisi, dan film. Kelimanya berusaha merebut minat masyarakat dengan memberikan pelayanan yang terbaik.

  Berkat kecanggihan teknologi komunikasi, segala informasi dapat diperoleh dengan mudah. Pesan komunikator pun sampai dengan mudah oleh pikiran khalayak. Munculnya beragam jenis teknologi komunikasi dan bergulirnya keterbukaan, berbuah kebebasan untuk memilih media untuk dikonsumsi. Konsumsi atas media tertentu dengan segala unsur menghiburnya menjelma menjadi kebutuhan.

  Bagi masyarakat, bukan hanya pesan yang menjadi daya tarik. Jenis media juga sangat menentukan. Akhirnya, media audio visual dengan berbagai kelebihannya berhasil menarik mayoritas khalayak. Bahkan, sekarang ini, muncul istilah televisi telah menjadi "agama baru". Hampir seluruh aspek kehidupan dapat ditemukan dan ditirukan melalui program televisi. ( http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?ID=8004. Diakses pada

29 Januari 2016, pukul 14;00 WIB) Film juga memiliki kelebihan daya tarik sebagaimana televisi.

  Pasalnya, keduanya tergolong dalam media audio visual. Keduanya saling mendukung, karena film juga menjadi bagian dari program televisi.

  Sekarang ini, berkat keberhasilan persuasifnya, konsumsi akan film sudah menjadi kebutuhan, bahkan gaya hidup. Khalayak dengan mudah terbujuk oleh sajian isi dengan tema aktual yang digarap film. Selain itu, penyerapan informasi yang melibatkan indera-indera audio visual, mempermudah pesan sampai di kepala pemirsa.

  Di tanah air, perkembangan industri perfilman selama lima tahun terakhir ini mengalami kemajuan yang sangat luar biasa. Film Indonesia telah menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Akan tetapi, banyaknya produksi film belum memberikan kontribusi bagi pencerahan bagi masyarakat. Indonesia masih kering dari produksi film yang edukatif. ( http://tv.kompas.com/content/view/6383/109/. Diakses pada 31 Maret 2009 pukul

  20;00 WIB)

  Harold D. Laswell (2000: 10-13) menyatakan terdapat tiga fungsi media massa. Ketiganya adalah untuk menginformasikan (to inform), untuk mendidik (to educate) dan untuk menghibur publik (to entertain).

  Berbekal pemahaman atas tiga hakekat fungsi media di atas, masyarakat, apalagi para pendidik, mempunyai hak mempergunakan media massa untuk kepentingan dunia pendidikan. Pendidik, terlebih dahulu, perlu dibekali pemahaman bagaimana memanfaatkan media film terkait proses pendidikan mengingat peserta didik juga belajar dari lingkungan luar sekolah.

  Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui media tertentu ke penerima pesan. Komunikasi adalah elemen terpenting dalam proses pendidikan.

  Dalam kaitan dengan massa, menurut Alex Sobur (2004: 17) komunikasi telah beralih dari motif mencari pesan lewat media, ke arah motif penikmatan kesenangan yang disediakan oleh media itu sendiri. Saat ini, media telah mengambil alih pesan, bahkan telah berubah menjadi pesan itu sendiri. Unsur menarik harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum pesan itu disampaikan. Dan kecanggihan teknologi yang mampu memenuhinya dengan menyajikan materi menghibur diri sambil memperoleh ilmu.

  Film tidak hanya sebagai media hiburan. Sebagaimana fungsinya, seharusnya, ia memberikan fungsi edukasi. Pesan-pesan yang disampaikan, selayaknya juga berkontribusi terhadap terciptanya masyarakat yang terdidik; selain ditujukan untuk menghibur juga dipergunakan sebagai sarana mencapai tujuan pendidikan. Oleh karenanya, muncul istilah film edutainment. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan dunia pendidikan dalam kaitannya film sebagai media pendidikan.

  Akhir 2008, keinginan untuk menikmati film yang menghibur dan mencerahkan terjawab. Laskar Pelangi muncul dengan tawaran tema menarik. Film dibuat setelah kesuksesan novel di pasar. Fokus utama film ini adalah pada semangat memajukan dunia pendidikan meski dalam kondisi yang serba terbatas. Tema langka dan jarang ditampilkan ke dalam film-film Indonesia.

  Dalam http://www.kapanlagi.com/h/0000255099.html. yang diakses 31 Maret

  2009 pukul 20;00 WIB

  Masyarakat merespon positif dengan sambutan dan antusiasme besar atas film Laskar Pelangi. Ia berhasil meraih jumlah 4,6 juta penonton. Sejumlah penghargaan diraih dalam Indonesian Movie Award (IMA) 2009. Film sukses memborong 4 piala IMA. Tidak hanya di negeri sendiri. Film Laskar Pelangi juga go Asia dan diputar oleh bioskop-bioskop di Asia.

  Laskar Pelangi (dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi The

  

Rainbow Troops ) juga bergaung di lingkup internasional. Festival film

  Berlinale ke-59, Berlin, Jerman, 5-15 Februari 2009 juga menjadi saksi kesuksesan film Laskar Pelangi. Laskar Pelangi menjadi salah satu film Indonesia yang terpilih dan ditayangkan dengan sambutan yang menggembirakan dari para pengunjung, bahkan sampai melebihi studio yang disediakan. Selain itu, penyelenggara juga memberikan perhatian khusus kepada film ini, dengan memasang gambar kover film Laskar Pelangi dalam sampul buku program Berlinale 2009, mewakili film-film Asia.

  Di satu sisi, tidak dapat disangsikan lagi urgensi media film. Namun, mengingat bermacam warna isi dan pesan dalam film, jika tidak hati-hati hal ini justru akan menimbulkan masalah baru mengingat tidak semua isi media massa bermanfaat bagi khalayak. Banyak di antaranya yang tidak mendidik dan hanya mengedepankan kepentingan pemilik/pengelola media untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya.

  Film Laskar Pelangi yang akan menjadi objek dalam penelitian ini tergolong dalam film edukatif. Film yang bukan hanya memberikan unsur hiburan, akan tetapi juga menyisipkan nilai-nilai yang mendidik. Penonton secara tidak sengaja akan menerima pesan-pesan tentang nilai-nilai edukatif yang bersifat kebaikan, terutama dipandang dari kacamata Islam.

  Proses pendidikan melalui film ini dikemas apik dengan menampilkan pembelajaran yang tidak hanya di ruang kelas. Kondisi miskin, terbatas dan sederhana mampu dimanfaatkan secara maksimal. Nilai-nilai edukatif terselip dalam adegan-adegan yang ditampilkan. Menurut Rini Riza (2008), beberapa pesan nilai yang sekilas tampak di antaranya keikhlasan, kasih sayang, kesungguhan, kerja keras, kejujuran, dan tanggung jawab. Pendekatan untuk mengukur kualitas pendidikan, sebagaimana dikatakan tokoh utama dalam film itu, Harfan Effendy Noor, bahwa nilai-nilai, masalah kecerdasan tidak diukur dengan angka-angka, tapi dengan hati yang memancarkan kasih sayang.

  Pada episode ketika dilaksanakan lomba cerdas cermat juga terselip pesan nilai kejujuran dan tanggungjawab. Kecurigaan juri mengenai ketidakjujuran. Lintang, misalnya, dibuktikan dengan kemampuannya, mempertanggungjawabkan dengan menguraikan rumus-rumus matematika sehingga diperoleh jawaban yang menurut Pak Mahmud adalah benar. Akhirnya, sang juri pun mengakui kejujuran Lintang, sehingga SD yang diwakilinya menjadi pemenang.

  Nilai kerja keras dan kesungguhan dalam mencari ilmu juga nampak ketika sekolah dihadapkan pada keputusasaan. Salah satu guru, Bakri berhenti mengajar, sementara kepala sekolah, Harfan, meninggal dunia. Kelas sempat kosong tanpa aktivitas. Kesungguhan dan kerja keras terlihat ketika Lintang bersepeda dari rumah-hingga sekolah dengan jarak 40 klilometer. Lintang bersama Ikal juga harus mengajak teman-teman di rumah menuju ke sekolah untuk belajar. Lintang menggantikan Muslimah yang seharusnya bertugas mengajar. Muslimah pun akhirnya tegar dengan kembali mengajar murid- murid.

  Perjuangan dan kesadaran itulah yang menjadi sebuah bentuk pencapaian pendidikan. Pendidikan yang diraih dari rasa ikhlas yang dimaksudkan untuk mencapai cita-cita. Keikhlasan untuk belajar, bersosial dan keikhlasan untuk berbuat lebih baik dari sebelumnya. Dalam film laskar pelangi ada beberapa situasi, karakter dan motivasi yang mendeskripsikan seberapa jauh keterimaan, kepasrahan dan keberusahaan manusia sebaagai mahkuk yang mencari jati diri. Karya luar biasa tersebut seharusnya menjaadi percontohan media sebagai salah satu pendukung pendidikan moral.

  Berdasarkan Uman Said (1985: 148), penggunaan media massa sebagai sumber belajar untuk bidang pengajaran agama memerlukan pengolahan, karena umumnya pengomunikasian melalui mass media untuk kehidupan keagamaan masih relatif sedikit.

  Dijelaskan pula oleh Azhar Arsyad (2003: 48), kemampuan film dalam melukiskan gambar secara hidup dan suara memberinya daya tarik besar. Film sebagaimana media massa lainnya memiliki tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Mereka dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap.

  Bahkan, William L. Rivers (2003: 252) mendeskripsikan film lebih dianggap sebagai hiburan ketimbang media pembujuk. Kekuatan bujukan atau persuasi yang besar perlu dimanfaatkan. Kekuatan dan kemampuan film dalam menjangkau banyak segmen sosial, memiliki potensi untuk pendidikan massa. Akhirnya, daya tarik dan persuasi film berperan sebagai referensi audien bersosialisasi dan transmisi nilai (transmission of values) secara massal. Dalam hal ini, media menjadi sebuah alat kontrol yang mampu mempengaruhi bahkan mengatur isi pikiran dan keyakinan-keyakinan masyarakat.

  Meskipun kisah yang terjadi dalam film Laskar pelangi, sudah terjadi sangat lama, akan tetapi pada kenyataannya kisah Laskar Pelangi, masih ada di zaman sekarang. Banyak pengamat sastra yang memberikan penilaian berkaitan dengan suksesnya film Laskar Pelangi, Suksesnya film Laskar

  

Pelangi, disebabkan film tersebut muncul pada saat yang tepat yaitu pada

  waktu masyarakat khususnya masyarakat yang merasa mengalami pendidikan yang sama seperti beberapa tokoh yang terdapat dalam film tersebut. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang disampaikan oleh Sapardi Djoko Darmono dalam Ruktin Handayani (2008), seorang sastrawan dan Guru Besar

  Fakultas Ilmu Budaya UI Ia menyatakan Laskar Pelangi, merupakan “Ramuan pengalaman dan imajinasi yang menarik, yang menjawab inti

  

pertanyaan kita tentang hubungan-hubungan antara gagasan sederhana,

kendala, dan kualitas pendidikan

  ”. Isi film Laskar Pelangi, menegaskan bahwa keadaan ekonomi bukanlah menjadi hambatan seseorang dalam meraih cita-cita dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-citanya. Kemiskinan adalah penyakit sosial yang berada dalam ruang lingkup materi sehingga tidak berkaitan dengan kemampuan otak seseorang. Pendidikan tidak selalu bergantung dengan status social dan keadaan ekonomi, akan tetapi juga etos kerja guru dan kesadaran serta keikhlasan untuk merubah paradigma pendidikan yang praktis. Dibutuhkan kualitas pengajar dan keikhlasan dalam mengajar.

  Menurut Hasan Al Banna (2000: 31), seorang al akh yang ikhlas adalah yang mengorientasikan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya kepada Allah dengan mengharapkan keridhoan-Nya tanpa memperhatikan keuntungan materi, pestise, pangkat, popularitas, dan sebagainya. Dalam Al Qur’an juga dijelaskan dalam surat Al An’am : 162.

           

  “Katakanlah sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam .” (Al-An’am: 162).

  Menurut Hasan Al Banna (2000: 33)), Ikhlas merupakan buah kesempurnaan tauhid yang bertujuan untuk mengesakan Allah dalam beribadah. Dan riya merupakan lawan dari ikhlas yang harus kita jauhi.

  Para siswa yang ikhlas, pantang menyerah, determinatif, kreatif, serta peran paara guru yang benar-benar menjadi fasilitator, ikhlas berjuang demi cita-cita siswa mereka. Tertuang dalam film yang benar-benar menjadi motivator untuk perfilman Indonesia. Film yang menginspirasi untuk berjuang secara ikhlas dalam dunia pendidikan. Bukan hanya untuk film, tetapi untuk dunia pendidikan yang terkadang menjadi ruang kapitalis. Hanya untuk kepentingan sendiri, bukan kepentingan bersama.

  Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tema di atas dengan judul "NILAI-NILAI KEIKHLASAN DALAM FILM

  LASKAR PELANGI, KARYA ANDRE HIRATA".

B. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang masalah di muka, permasalahan yang akan dikaji melalui penelitian ini adalah:

1. Nilai-nilai keikhlasan apa sajakah yang terkandung dalam film

  Laskar Pelangi karya Andrea Hirata? 2.

  Apa saja karakteristik tokoh dalam film laskar pelangi? 3. Nilai-nilai pendidikan apa saja yang tertuang dalam film laskar pelangi?

C. Tujuan Penelitian

  Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah: 1.

  Untuk mengetahui nilai-nilai edukatif dalam film Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.

  2. Untuk mengetahui deskripsi karakteristik tokoh-tokoh dalam fil laskar pelangi.

  3. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan yang tertuang dalam film laskar pelangi.

D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

  1. Memberi tambahan wacana tentang nilai keikhlasan.

  2. Memberi tambahan wacana kepada publik tentang nilai-nilai keikhlasan dalam film Laskar Pelangi.

  3. Menumbuhkan pemahaman bagi pendidik dan orang tua mengenai film sebagai media pendidikan.

E. Definisi Operasional

  Penulis akan menegaskan dan mendeskripsikan istilah-istilah yang terdapat pada judul; Nilai-Nilai Keikhlasan dalam Film Laskar Pelangi Perspektif karya Andrea Hirata.

  Untuk memperjelas dan mempertegas serta menghindari dari kesalahpahaman terhadap judul, maka akan dijelaskan secara kongkret dan lebih bersifat operasional.

  1. Nilai Keikhlasan Menurut Al -Qaradhawi Yusuf (2003 :18), secara bahasa Ikhlas berarti jernih dari kotoran. Orang yang ikhlas (mukhlis) adalah orang yang tidak menyertakan kepentingan pribadi atau imbalan duniawi dari apa yang dapat ia lakukan. Konsentrasi orang yang ikhlas cuma satu, yaitu bagaimana agar apa yang dilakukannya diterima oleh Allah SWT. Menuntut ilmu merupakan salah satu bentuk mensyukuri nikmat Allah dan cara untuk mendapatkan hidayahNya.

  Dalam menuntut ilmu keikhlasan mutlak diperlukan, sebab banyak pengorbanan yang harus diberikan guna mendapatkan ilmu baik berkorban waktu, tenaga maupun biaya, selain itu banyak pula cobaan ataupun rintangan yang harus dihadapi dalam mendapatkan ilmu juga mengamalkan ilmu yang telah didapat, karena keikhlasan menjadi sangat penting dalam menuntut ilmu.

  Al Ghazali berpendapat bahwa: “Semua orang pasti akan binasa kecuali yang berilmu, orang yang berilmu akan binasa kecuali yang beramal, orang yang beramal binasa kecuali yang ikhlas”.

  Tanda ikhlas sendiri bias dibagi menjadi pantang menyerah, istiqomah, tawaakkal, bersyukur, rendah hati, beramal secara diam-diam, tidak sungkan memberi pujian terhadap orang lain, dan selalu sabar.

  2. Film laskar pelangi

  Laskar Pelangi

  yang dirilis pada

  Skenarionya ditulis

  Ayat Cinta dibantu oleh Riri Riza dan Mira Lesmana. Hingga Maret 2009, Laskar Pelangi telah ditonton oleh 4,6 juta orang, menjadikannya film terbanyak ditonton di Indonesia keempat, seteladengan 5,7 Juta, dengan 4,9 Juta.

  http://www.kapanlagi.com/h/0000255099.html. yang diakses 31 Maret 2009 pukul 20:10 WIB

  Sang Pemimpi merupakan film kedua yang diadaptasi dari novel karya Andrea Hirata. Mira sendiri tak berani memasang target bahwa film ini harus melampaui prestasi yang telah diraih film Laskar Pelangi, yang telah ditonton oleh 4,6 juta orang. "Kita enggak berani memasang target, karena penonton kita memang sulit ditebak. Tapi, tetap kita akan mencoba berbuat yang terbaik," ujarnya.

  Untuk mencari pemeran tokoh-tokoh anggota Laskar Pelangi, melakukan casting di daerah Belitung dengan menggunakan pemeran- pemeran lokal dalam pembuatan film. Film ini juga diambil di lokasi yang saIndonesia yang dikenal dengan kemampuan akting mereka dengan 12 anak-anaasli yang bertalenta akting.

F. Metode Penelitian

  Dalam penelitian ini, digunakan beberapa metode yang relevan untuk mendukung pengumpulan dan penganalisaan data, yaitu:

1. Jenis Penelitian/ Pendekatan

  Dalam penelitian ini, film Laskar Pelangi dijadikan objek penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian dokumen (documentary research). Peneliti akan memberikan penafsiran terhadap dokumen berupa film. Film umumnya dibangun melalui sistem tanda yang bekerjasama untuk mencapai efek yang diharapkan. Maka untuk menggali makna, pesan dan nilai-nilai keikhlasan yang ada di dalam film tersebut, akan ditafsirkan dengan menggunakan pendekatan semiotik.

  Alex Sobur (2003: 128) menjelaskaan semiotik merupakan suatu teknik analisis dengan cara mengenali tanda-tanda yang melekat pada objek kajian sehingga dapat dijelaskan sesuatu yang tersurat maupun yang tersirat dari suatu objek kajian tersebut. Objek semiotik yang lebih penting dalam film adalah digunakannya tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu.

  Berdasarkan pertimbangkan di atas, penelitian akan difokuskan untuk meneliti nilai-nilai keikhlasan yang terkandung dalam film Laskar

  Pelangi dengan mengedepankan pada penafsiran simbol-simbol yang dimunculkan dari adegan-adegan yang ada di dalamnya.

2. Sumber dan jenis data a.

  Data Primer Menurut Joko Subagyo (1991: 87), data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber utama. Dalam penelitian ini sebagai data primernya adalah film Laskar Pelangi. b.

  Data Sekunder Joko Subagyo (1991: 88) juga menjelaskan, data sekunder adalah data yang diperoleh tidak langsung dari sumbernya atau objek kajian.

  Adapun data sekunder yang akan dijadikan dalam bahan adalah tulisan- tulisan dari internet, surat kabar maupun majalah yang membahas mengenai tema ini, utamanya novel karya Andrea Hirata yang menjadi latar belakang munculnya film ini.

  3. Teknik Pengumpulan data Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah metode dokumentasi, yang menurut Suharsimi Arikunto

  (2006: 158) yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang akan diperoleh melalui penelusuran dokumen-dokumen dari majalah atau Koran (media massa), buku, film.

  Adapun objek penelitian adalah film. Maka, metode ini akan penulis gunakan untuk memperoleh data film yakni, transkip dialog dalam film serta penelusuran data pendukung seperti foto, internet dan media lain.

  4. Teknik Analisis a.

  Penafsiran prospektif (prospective) Menurut Alex Soubur (2003: 16) adalah tafsiran yang secara eksplisit membuka pintu bagi indeterminasi makna, di dalam sebuah

  "permainan bebas" (free play). Analisis prospektif adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisis sistem atau penggabungan dalam rangka menyusun kembali dengan pendekatan yang berbeda.

  Tahapan analisis prospektif menurut Bourgeois, yaitu; 1) menerangkan tujuan studi, 2) melakukan identifikasi kriteria, 3) mendiskusikan kriteria yang telah ditentukan, 4) analisis pengaruh antarkriteria, 5) merumuskan kondisi faktor, 6) membangun dan memilih skenario dan, 7) implikasi skenario.

  Melalui metode prospektif, tahapan kunci yang akan dilakukan yaitu dengan mencatat seluruh elemen penting, mengidentifikasi keterkaitan, dan selanjutnya menyusun gambaran keterkaitan dan implikasinya di masa depan.

  Dalam penelitian ini penafsiran prospektif akan digunakan untuk menguraikan secara teratur seluruh konsepsi dalam film Laskar Pelangi.

  Langkah yang akan ditempuh adalah setelah tujuan penelitian dan identifikasi kriteria mengenai nilai-nilai edukatif dirumuskan, peneliti akan memilah episode-episode film sesuai rumusan teoris. Selanjutnya, gambar dan suara dalam episode-episode akan dinarasikan dalam bentuk teks tanpa menghilangkan keutuhan cerita. Jadi, film sebagai media hiburan akan dianalisis dengan pendekatan pendidikan.

  b.

  Kategorisasi (mengelompokkan) nilai-nilai Berlandaskan pada Lexi J. Moleong (2007: 288) adalah upaya memilah dan memilih setiap satuan ke dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan. Kategorisasi digunakan untuk mengelompokkan nilai-nilai keikhlasan yang termuat dalam film Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata. Untuk itu diperlukan metode induksi di dalam menggeneralisasi maknanya. Induksi adalah cara berfikir yang berangkat dari fakta-fakta khusus, peristiwa-peristiwa konkret untuk kemudian ditarik generalisasi- generalisasi yang sifatnya umum. Kasus-kasus yang ada di dalam film dianalisis dan pemahaman yang ditemukan di dalamnya dirumuskan dalam ucapan umum.

G. Sistematika Pembahasan

  Pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab dengan sistematika sebagai berikut:

  BAB I PENDAHULUAN: Dalam Bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Operasional, dan Sistematika Pembahasan. BAB II KAJIAN PUSTAKA: Bab ini menjelaskan tentang nilai-nilai keiklhasan, makna keikhlasan, nilai-nilai keikhlasan dalam film laskar pelangi, deskripsi film laskar pelangi, dan deskripsi Andrea Hirata.

  BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN: Bab ini berisi tentang biografi Andrea Hirata, karya Andrea Hirata dan film laskar pelangi.

  BAB IV PEMBAHASAN: Bab ini berisi tentang Apresiasi atas film Laskar Pelangi perspektif nilai keikhlasannya, nilai keikhlasan dalam film laskar pelangi, Implikasi Nilai-Nilai keikhlasan dalam Film Laskar Pelangi terhadap kehidupan sehari-hari, Karakteristik tokoh dalam film laskar pelangi dan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam film laskar pelangi.

  BAB V PENUTUP: bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Nilai-nilai Keikhlasan 1. Pengertian Keikhlasan Pengertian ikhlas secara bahasa adalah berasal dari bahasa arab

  َصَلَخ yang berarti: murni/bersih dan terbebas dari segala sesuatu yang mencampuri dan mengotorinya Adapun ikhlas menurut istilah: ada beberapa macam pengertian ikhlas menurut para tokoh Islam yaitu antara lain: 1. Menurut Harun Yahya “Memurnikan perintah Allah tanpa mempertimbangkan balasan apapun “2. Menurut Seikh Muhammad bin Sholih Al-

  Utsaimin “Seseorang bermaksud melalui ibadahnya tersebut untuk mendekatkan diri (Taqorub) kepada Allah dan mendapatkan keridhoanya”. 3. Ikhlas adalah “Melupakan pandangan manusia dengan selalu memandang kepada Allah”, Sebagaimana sabda nabi Muhammad Saw “Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya dan jika engkau tidak melihatnya maka sesungguhnya Ia melihatmu “.http://hasmidepok.org/kajian-islam/pengertian-arti-ikhlas-menurut- bahasa-dan-istilah-dalam-pandangan-islam.html

  Menurut Muhammad ruhan Sanusi (2010: 194), secara etimologis, kata ikhlas merupakan bentuk mashdar dari kata akhlasha yang berasal dari akar kata khalasha . Menurut Luis Ma’luuf, kata khalasha ini mengandung beberapa macam arti sesuai dengan konteks kaliamatnya. Ia bisa berarti shafaa (jernih), najaa wa salima (selamat), washala (sampai), dan

  I’tazala (memisahkan diri). Maksudnya, didalam menjalankan amal

  ibadah apa saja harus disertai dengan niat yang ikhlas tanpa pamrih apapun.

  Bila diteliti lebih lanjut, kata ikhlas sendiri sebenarnya tidak dijumpai secara langsung penggunaannya dalam al- Qur’an. Yang ada hanyalah kata-kata yang berderivat sama dengan kata ikhlas tersebut.

  Secara keseluruhan terdapat dalam tiga puluh ayat dengan penggunaan kata yang beragam. Kata-kata tersebut antara lain: kata khalashuu,

  

akhlashnaahum, akhlashuu, astakhlish, al-khaalish, dan khaalish masing-

  masing sebanyak satu kali. Selanjutnya kata khaalishah lima kali,

  mukhlish (tunggal) tiga kali, mukhlishuun (jamak) satu kali, mukhlishiin

  (jamak) tujuh kali, mukhlash (tunggal) satu kali, dan mukhlashiin (jamak) sebanyak delapan kali.

2. Makna Ikhlas

  Ditinjau dari segi makna, term ikhlas dalam al- Qur’an juga mengandung arti yang beragam. Dalam hal ini al-

  Alma’i merinci pemakaian term tersebut kepada empat macam: a. ikhlas berarti al-ishthifaa’ (pilihan) seperti pada surat Shaad: 46-47. Di sini al- Alma’i mengutip penafsiran dari Ibn al-Jauzi terhadap ayat tersebut yang intinya bahwa Allah telah memilih mereka dan menjadikan mereka orang-orang yang suci. Penafsiran yang sama juga dikemukakan oleh al-Shaabuuni dalam tafsirnya Shafwah al-Tafaasiir, yakni “Kami (Allah) istimewakan mereka dengan mendapatkan kedudukan yang tinggi yaitu dengan membuat mereka berpaling dari kehidupan duniawi dan selalu ingat kepada negeri akhirat.” Dengan demikian terdapat kaitan yang erat (munaasabah) antara ayat 46 dengan 47, yakni ayat yang sesudahnya menafsirkan ayat yang sebelumnya.

  b.

  Ikhlas berarti al-khuluus min al-syawaa’ib (suci dari segala macam kotoran), sebagaimana tertera dalam surat an-Nahl: 66 yang membicarakan tentang susu yang bersih yang berada di perut binatang ternak, meskipun pada mulanya bercampur dengan darah dan kotoran; kiranya dapat dijadikan pelajaran bagi manusia. Makna yang sama juga terdapat dalam surat al-zumar: 3, walaupun dalam konteks yang berbeda. Dalam ayat tersebut dibicarakan tentang agama Allah yang bersih dari segala noda seperti syirik, bid’ah dan lain-lain.

  c.

  Ikhlas berarti al-ikhtishaash (kekhususan), seperti yang terdapat pada surat al-Baqarah: 94, al- An’am: 139, al-A’raf: 32, Yusuf: 54, dan al- Ahzab: 32.

  d.

  Ikhlas berarti al-tauhid (mengesakan) dan berarti al-tathhir (pensucian) menurut sebagian

  qira’at. Ikhlas dalam artian pertama inilah yang

  paling banyak terdapat dalam al- Qur’an, antara lain terdapat dalam surat al-Zumar: 2,11,14, al-Baqarah: 139, al- A’raf: 29, Yunus: 22, al-

  Ankabut: 65, Luqmaan: 32, Ghaafir: 14,65, an-Nisaa: 146, dan al- Bayyinah: 5. Dalam ayat-ayat tersebut, kata-kata yang banyak digunakan adalah dalam bentuk

  isim fa’il (pelaku), seperti mukhlish

  (tunggal) dan mukhlishuun atau mukhlshiin (jamak). Secara leksikal kata tersebut dapat diartikan dengan al-muwahhid (yang mengesakan).

  Dalam konteks inilah kiranya surat ke-112 dalam al- Qur’an dinamakan surat al-ikhlaas, dan kalimat tauhid (laa ilaaha illa Allah) disebut kalimat al-ikhlas. Dengan demikian makna ikhlas dalam ayat-ayat di atas adalah perintah untuk selalu mengesakan Allah dalam beragama, yakni da lam beribadah, berdo’a dan dalam perbuatan taat lainnya harus dikerjakan semata-mata karena Allah; bukan karena yang lain. Itulah sebabnya mengapa term ikhlas pada ayat-ayat di atas selalu dikaitkan dengan al-diin.

  Adapun ikhlas dalam arti yang kedua (al-tathhiir) ditujukan kepada orang-orang yang telah disucikan Allah hatinya dari segala noda dan dosa sehingga mereka menjadi hamba Allah yang bersih dan kekasih pilihan-Nya. Hal ini seperti yang tercantum dalam surat Yusuf: 24, al- Hijr: 40, al-shaffat: 40,74,128,166,169, Shaad: 83, dan surat Maryam:

  51. Pada ayat-ayat tersebut semuanya memakai kata mukhlashiin (jamak) kecuali surat Maryam: 51 yang memakai bentuk tunggal (mukhlash). Selain itu semua kata mukhlashiin dalam ayat-ayat tersebut selalu dikaitkan dengan kata ibaad (hamba).

B. Tinjauan Umum tentang Film

  Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual yang kontinu. Sama halnya dengan film, video dapat menggambarkan suatu obyek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai.

  Menurut UU 8/1992 tentang perfilman, yang dimaksud dengan Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan/atau lainnya. http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_8_1992.htm

  Kemampuan film dan video melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik tersendiri. Kedua jenis media ini pada umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Mereka dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan ketrampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap.

  Film sebagai media komunikasi menyajikan bahasa lewat tanda-tanda gambar sebagai tempat makna diproduksi. Citraan visual dalam film merupakan konsep-konsep yang akan dikomunikasikan. Proses ini melibatkan pembuat film dan penontonnya.

  Film dibangun dengan banyak tanda. Berdasar Alex Sobour (2003: 88), berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Yang paling penting dalam film adalah gambar, suara dan musik.

  Film sebagai media komunikasi massa pandang-dengar sebagaimana disebutkan dalam UU 8/1992 tentang perfilman, mempunyai fungsi penerangan, pendidikan, pengembangan budaya bangsa, hiburan, dan ekonomi.

  Adapun jenis-jenis film, menurut Heru Effendy (2006), dapat dibedakan menurut sifatnya, yang umumnya terdiri dari jenis-jenis sebagai berikut: 1.

  Film Cerita (Story Film) Film cerita adalah film yang mengisahkan suatu cerita yang biasanya dikarang secara kreatif atau ditulis berdasarkan pengalaman seseorang.

  Tujuan dibuatnya film ini sering sebagai hiburan yang didapat dari kisah dan atau pengalaman yang dibumbui agar menarik. Cerita biasanya mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa manusia, sehingga dapat membuat publik terpesona. Film jenis ini biasanya diambil dari kisah-kisah dari sejarah, cerita nyata dari kehidupan sehari-hari, atau juga khayalan untuk kemudian diolah menjadi film. Film cerita lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan para bintang filmnya yang tenar.

  2. Film Berita (Newsreel) Film berita adalah film yang menggambarkan tentang suatu peristiwa atau fakta yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (news value). Film jenis ini digunakan untuk menyampaikan informasi yang bersifat fakta yang benar-benar terjadi. Misalnya, tsunami dan lumpur Lapindo yang filmnya diambil dari video-video amatir yang dikemas untuk diinformasikan kepada masyarakat umum.

  3. Film Dokumenter (Documentary Film) Istilah documentary mula-mula dipergunakan oleh seorang sutradara

  (director) Inggris, John Grierson, untuk menggambar suatu jenis khusus film yang dipelopori oleh seorang Amerika bernama Robert Flaherty, seorang seniman besar dibidang film. Grierson mendefinisikan film dokumenter sebagai karya ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of actuality). Film yang menggambarkan mengenai sebuah peristiwa atau gejala alam yang didokumentasikan.