HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PEMAHAMAN TAUHID DENGAN TINGKAT KEJUJURAN (STUDI KASUS SISWA MTs ASSALAFI SUSUKAN TAHUN 2010) - Test Repository

  DEKLARASI

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skirpsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasiyang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain ' di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka penelliti sanggup empertanggungjawabkan keaslian skripsi ini dihadapan siding munaqasah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneiti untuk dapat dimaklumi Salatiga, 15 Juli 2010

  Penulis N

  I Jazuli

  08196

  KEMENTRIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 fax. 323433 Salatiga 50721 Website :

  Drs. A. Bahruddin, M.Ag Dosen STAIN Salatiga NOTA PEMBIMBING Lamp : - Hal : Naskah Skripsi

  Saudara Nur Ahmad Jazuli Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga

  Assalamualaikum Wr. Wb

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama : Nur Ahmad Jazuli NIM : 11408196 Jurusan/Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam Judul : HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PEMAHAMAN TAUHID

  DENGAN TINGKAT KEJUJURAN (STUDI KASUS SISWA MTs ASSALAFI SUSUKAN TAHUN 2010)

  Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

  Wassalamualaikum Wr. Wb

  Salatiga, 15 juli 2010 Pembimbing

  KEMENTRIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 fax. 323433 Salatiga 50721 Website :

PENGESAHAN

  Skripsi Saudara : Nur Ahmad Jazuli dengan Nomor Induk Mahasiswa :

  

11408196 yang beijudul : “HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PEMAHAMAN

  TAUHID DENGAN TINGKAT KEJUJURAN (STUDI KASUS SISWA MTs ASSALAFI SUSUKAN TAHUN 2010)”. Telah dimunaqosahkan dalam sidang panitia ujian jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari

  : Sabtu, 28 Agustus 2010 M yang bertepatan dengan tanggal 18 Ramadhan 1431 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam ilmu tarbiyah.

  Salatiga, 28 Agustus 2010 M

  18 Ramadhan 1431 H Panitia Ujian

  

NIP. 19531223 198203 1 005

  MOTTO

  Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang mampu menyesatkannya. Barang siapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang mampu memberinya petunjuk.

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

  1. Istri dan anak-anak tercinta yang senantiasa memberikan dorongan dan motivasi

  2. Teman-teman mahasiswa dan almamater

  

ABSTRAK

  Nur Ahmad Jazuli, NIM : 11408196 : HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PEMAHAMAN TAUHID DENGAN TINGKAT KEJUJURAN (STUDI KASUS SISWA MTs ASSALAFI SUSUKAN TAHUN 2010).

  Penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pemahaman tauhid dengan tingkat kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan metode wawancara, dokumentasi, dan angket.

  Hasil analisis akhir, sebagai kesimpulan penelitian ini sebagai berikut : Hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,8 16. Hasil ini diuji dengan teknik statistic dengan mengkonsultasikan antara nilai hasil perhitungan dengan nilai yang terdapat pada table. Bila nilai hitung sama atau lebih besar dan nilai table, maka hasil nilai hitung dikatakan signifikan.

  Ternyata nilai hitung 0,8 16 lebih besar dan pada nilai table 0,339 maupun 0,436. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi ada hubungan antara tingkat

  

pemahaman tauhid dengan tingkat kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan, Tahun

2010, dapat diterima.

  Kata K u n ci: Pemahaman : Mengetahui dengan yakin.

  Tauhid : Pengesaan. Jujur : Berkata dan berbuat sesuai dengan kenyataan.

KATA PENGANTAR

  • *4

  Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan nikmatNya yang tidak terhingga kepada seluruh makhluk, khususnya manusia. Allah SWT te,pat bergantung dan memohon segala hal dalam kehidupan. Sholawat serta salam kita sanjungkan kepada beliau Nabi Agung Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya yang telah menghantarkan manusia pada jalan yang benar sesuai dengan perintah dan petunjuk Allah SWT.

  Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan, dorongan serta bimbingan dari pihak-pihak tertentu yang terkait. Naun, kebahagiaan tentu tidak dapat disembunyikan dari terselenggarannya penulisan skripsi ini.

  Tidak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya dan setulusnya atas semua bantuan, bimbingan dan partisipasinya, khususnya kepada :

  1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.

  2. Bapak Dr. H. Muh Saerozi, M.Ag selaku Pembantu Ketua Bidang Akademik.

  3. Bapak Drs. Joko Sutopo selaku Ketua Progdi Tarbiyah Ekstensi.

  4. Bapak Drs. A. Bahrudin, M.Ag selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini, yang telah memberikan bimbingan dengan penuh perhatian dan kesabaran.

  5. Bapak dan Ibu Dosen yang dengan tulus mendidik dan memberikan jasanya dalam menuntut ilmu di STAIN Salatiga.

  6. Ibu Dra. Dwi Astuti selaku Kepala MTs Assalft, beserta guru, karyawan dan para siswa, yang telah membantu memberikan data-data untuk penyusunan skripsi ini.

  7. Istri dan anak-anak yang telah memberikan dorongan moril sehingga dapat menyelesakan skripsi ini.

  8. Teman-teman sekelasku dan semua pihak yang telah membentu dan memberikan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  Akhirnya penulis hanya dapat berdoa kepada Allah SWT, semoga semua amal baik dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis senantiasa mendapat balasan yang berlipat ganda dan selalu mendapatkan hidayah serta risho dari Allah SWT.

  Dengan berbagai keterbatasan pengetahuan dan lainnya yang dimiliki penulis, tentunya dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat membawa manfaat, barokah bagi penulis khususnya dan segenap pembaca pada umumnya, serta bermanfaat bagi nusa, bangsa dan begara.

  Amin-amin ya rabbal ‘alamin.

  Salatiga, 15 Juli 2010 Penulis

  Nur Ahmad Jazuli

  N IM : 11408196

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  

   DA FTA R ISI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

DA FTA R TABEL

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  2

  Dengan memahami tauhid yang benar, seseorang akan memiliki akhlak yang mulia. Hal ini jelas sekali, karena seseorang yang memahami tauhid dengan benar, dia tidak hanya menghafal secara urut tentang sifat-sifat wajib bagi Allah. Tetapi memahami betul maksud kandungannya. Misalnya Allah SWT Maha Mengetahui. Dengan memahami bahwa Allah adalah Al-‘Alim

  (Yang Maha Mengetahui), kita harus mengaplikasikan keyakinan tersebut dalam kehidupan nyata, dengan berusaha optimal melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, di manapun, kapanpun, baik di tempat ramai, maupun di tempat sunyi. Kita tidak lagi terpengaruh dengan “diketahui” atau “tidak diketahui” oleh orang lain untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu, karena kita menyadari sepenuhnya bahwa Allah SWT yang Maha Mengetahui pasti selalu melihat, mendengar, dan memperhatikan apa yang kita lakukan di mana saja dan kapan saja.2

  Firman Alah SWT dalam Surat Al-Hajj ayat 7 0 :3 Artinya : “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di b u m i...”

  2 Ibid, hal. 59

  3 Departemen Agama RI, Al-Qur ’an Dan Terjemahannya , Pustaka Amani, Jakarta,2005,hal. 473

  3 Firman Allah SWT Surat Az-Zalzalah ayat 7-8 : 4

  • C i L <,< -7 7/V "/T

  A rtin y a: “Barang siapa yang beramal walau sebesar dzarrah (atom) dari kebajikan pastilah akan dilihat-Nya. Dan barang siapa yang beramal walaupun sebesar dzarrah dari kejahatan, akan dilihat-Nya pula.”

  Menurut sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, dari Abdullah bin Umar, diceritakan bahwa pernah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW, yang ternyata orang itu adalah Malaikat Jibril, menanyakan tentang iman, islam, dan ihsan. Dalam dialog antara Rasulullah SAW dengan Malaikat Jibril, diantaranya menjelaskan bahwa pengertian ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, tetapi jika engkau tidak melihat-Nya, yakinlah bahwa Ia selalu melihat engkau.5

  Berdasarkan ayat-ayat Al Qur’an dan hadits di atas, dapat kita petik pelajaran, bahwa seseorang yang memahami tauhidnya dengan benar, dia akan memiliki akhlak mulia. Salah satu wujud lahiriyah yang tampak pada akhlak mulia adalah sikap jujur.

  Tingkat kejujuran siswa dapat diwujudkan lewat ucapan maupun perbuatannya. Ucapan siswa yang jujur, tentu akan mengatakan apa saja yang sesuai dengan kenyataan yang ada. Perbuatan siswa yang jujur, bila ulangan

  4 Departemen Agama RI, Al-Our’an Dan Terjemahannya. Pustaka Amani, Jakarta,2005,hal. 909

  5 Dr. Asmaran As, M. A, Pengantar Studi Akhlak. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal 70

  4

  tentu tidak akan menyontek, bila mendapat amanat akan menyampaikan dan menjaganya, bila dipercaya tidak akan menghianati. Bahkan dalam beribadah pun mereka tetap melaksanakan dengan sadar, tanpa menunggu perintah orang lain. Hal ini dilakukan, karena mereka yakin akan adanya kekuatan gaib yang mengawasinya yaitu Allah. Dan ini dilakukan karena memang kejujuran adalah perintah agama. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Imam

  Muslim : 6

  if J * J ' 01 j jjl Jl JiSdl OU «piHj LS^’- li-CaJl (3-W2J Jljj iSdi Jl

  C & «jc-tf v^isdl Oli 4-idt j j iLjy. 4 J l ou ^ J i Jjl lup 4 ^ ' ^

  A rtin y a: “Kalian harus jujur karena kejujuran akan menghantarkan kebaikan dan kebaikan akan menghantarkan kepada surga. Sungguh seseorang yang senantiasa berlaku jujur dan menjaga kejujuran akan dinilai di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian terhadap sifat dusta karena kedustaan akan menghantarkan kepada kemaksiatan dan kemaksiatan akan menghantarkan kepada neraka. Sungguh seseorang yang senantiasa berdusta dan berupaya untuk selalu berdusta akan dianggap di sisi Allah sebagai pendusta.

6 Ibnu Hajar Al Asqalani, Terjemah BulughulMaram, Pustaka Amani, Jakarta, 1996, hal 605-606

  5 Hadis yang diriwayatkan Imam M uslim .7 Artinya: ’’Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara berdusta, jika berjanji mengingkari dan jika diberi amanat khianat” (HR. Muslim)

  Dengan demikian, menurut hemat peneliti bahwa siswa yang jujur, pasti dapat dipercaya dan apabila berjanji akan selalu menepati. Hal ini karena tingkat pemahaman tauhidnya tinggi. Jadi, memahami tauhid bagi para siswa sangat penting. Karena dengan betul-betul memahami pelajaran tauhid sejak dini, generasi mendatang akan tercipta generasi yang jujur, bersih, berwibawa, tidak suka”ngobral” janji yang tidak pemah ditepati, dan betul-betul amanah.

  Untuk mencapai tujuan ini, program yang disajikan dalam lembaga pendidikan di sekolah harus meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikom otorik. Sebab kenyataan di lapangan, pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah, pada umumnya masih menekankan pada aspek kognitif Sedangkan aspek a fe k tif dan psikom otorik masih kurang mendapat perhatian. Selain itu pendidik (guru) harus betul-betul berusaha menguasai ilmu mendidik. Karena kenyataan di lapangan juga, bahwa sebagian besar pendidik khususnya di tingkat dasar, masih berprinsip bekeija untuk mendapatkan upah belaka.

  Dengan adanya penyajian dalam pendidikan Islam yang hanya terfokus pada aspek kognitif saja dan guru yang tidak menguasai ilmu mendidik, maka

  6

  hasil pendidikan yang diperoleh sebatas menghasilkan siswa-siswa yang berpengetahuan (dalam hal ini pengetahuan tauhid) saja. Sedangkan praktek sehari-hari belum bisa mencerminkan tauhid yang dimiliki. Kenyataannya masih banyak siswa-siswa yang menyontek waktu ulangan. Bahkan masyarakat, pejabat, wakil-wakil rakyat yang muslim, sikap mereka belum mencerminkan tauhid yang dimilikinya. Terutama sikap kejujuran.

  Seharusnya bila tauhid betul-betul dipahami, dan tertanam dalam hati, tentu kejujuran mereka akan tercermin dalam sikap sehari-hari. Berdasarkan latar belakang inilah peneliti mencoba mengadakan penelitian di MTs Assalafi Susukan. Apakah siswa MTs Assalafi Susukan memiliki pemahaman tauhid yang cukup dan memiliki tingkat kejujuran yang baik. Oleh karena itu, peneliti memilih judul HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PEMAHAMAN TAUHID DENGAN TINGKAT KEJUJURAN (STUDI KASUS SISWA MTs ASSALAFI SUSUKAN TAHUN 2010).

B. Rumusan Masalah

  1. Bagaimana tingkat pemahaman tauhid yang berkaitan dengan sifat Allah SWT seperti Maha Mengetahui, Maha Melihat dan Maha Mendengar di kalangan siswa MTs Assalafi Susukan tahun 2010?

  2. Bagaimana tingkat kejujuran dengan pemahaman tauhid seperti itu, dapat mewujudkan kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan tahun 2010?

  3. Adakah hubungan antara tingkat pemahaman tauhid dengan tingkat kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan tahun 2010?

  7

C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, tujuan penelitian ini ad alah :

  1. Untuk mengetahui tingkat pemahaman tauhid yang berkaitan dengan sifat Allah SWT seperti Maha Mengetahui, Maha Melihat, dan Maha Mendengar di kalangan siswa MTs Assalafi Susukan tahun 2010.

  2. Untuk mengetahui tingkat kejujuran dengan pemahaman tauhid seperti itu, dapat mewujudkan kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan tahun 2010.

  3. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pemahaman tauhid dengan tingkat kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan tahun 2010.

D. Hipotesis Penelitian

  1. Semakin tinggi pemahaman tauhid, semakin tinggi pula tingkat kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan tahun 2010.

  2. Semakin rendah tingkat pemahaman tauhid, semakin rendah pula tingkat kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan tahun 2010.

E. Kegunaan Penelitian

  Kegunaan penelitian ini adalah :

  1. Demi pembangunan Sumber Daya Mnusia terutama generasi muda muslim, agar sejak dini terbentuk muslim yang berkualitas. Yaitu generasi muslim yang beriman dan berakhlak mulia.

  8 2. menjadi salah satu sumbangan berharga bagi khasanah keilmuan islam di lingkungan MTs Assalafi Susukan khususnya dan seluruh umat muslim pada umumnya.

  Menurut hemat kami, penelitian ini sangat penting, k a re n a :

  1. Sampai saat ini, perilaku benar, jujur dan menepati janji yang merupakan akhlak mulia, semakin banyak dilecehkan orang.

  2. Begitu mudahnya orang-orang di kalangan kita (muslim) saling membohongi dan mengingkari janji. Padahal kepercayaan merupakan modal utama dalam kehidupan bermasyarakat.

  3. Seseorang yang memahami tauhid atau aqidah dengan benar, pasti akan memiliki akhlak yang mulia, dan akan melaksanakan ibadah dengan tertib.

  Seseorang tidak akan dinamakan berakhlak mulia bila tidak memiliki tauhid atau aqidah. Dan ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah SWT, kalau tidak dilandasi aqidah yang benar.

  Dengan penelitian ini, harapan k a m i:

  1. Semoga pemahaman tauhid siswa-siswa MTs Assalafi Susukan semakin meningkat, dan semakin meningkat pula kejujuran mereka.

  2. semoga Lembaga Pendidikan MTs Assalafi Susukan dapat menginstruksikan pembiasaan jujur bagi siswa-siswanya. Dan memasyarakatkan budaya rasa bangga dan penghormatan terhadap siswa-siswa yang memiliki sifat benar, jujur, dan menepati janji.

  9

F. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini, perlu kami memberi batasan-batasan yang berhubungan dengan konsep pokok pada judul ini.

  1. Hubungan Yang dimaksud hubungan dalam penelitian ini adalah hubungan antara dua variabel, yaitu tingkat pemahaman tauhid sebagai variabel bebas, dan tingkat kejujuran sebagai variabel terikat. Adapun hubungan dalam penilitian ini adalah hubungan yang searah. Artinya hubungan antara dua variabel tersebut menunjukkan arah yang sama.

  2. Pemahaman tauhid Yang dimaksud pemahaman tauhid dalam penelitian ini adalah memahami dengan benar atau yakin, bahwa Allah SWT Yang Maha Esa itu mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi. Walaupun kita tidak melihat-Nya, namun kita yakin bahwa Allah selalu melihat kita. Bahkan amal perbuatan kita yang baik maupun yang jahat, walau hanya seberat atom pun, Allah SWT tetap mengetahui.

  3. Kejujuran Yang dimaksud kejujuran dalam penelitian ini adalah takut berbuat dusta atau bohong dimanapun, kapanpun, baik di tempat ramai, maupun di tempat sunyi. Tidak lagi terpengaruh dengan ’’diketahui” atau ’’tidak diketahui” oleh orang lain untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu, karena kita menyadari sepenuhnya bahwa Allah SWT pasti mengetahui.

  10 G. Metode Penelitian

  1. Rancangan Penelitian Dalam memahami subyek dan obyek penelitian, peneliti menggunakan pendekatan: a. Metode wawancara

  b. Metode dokumentasi

  c. Metode angket

  2. Lokasi dan waktu Penelitian ini dilaksanakan di MTs Assalafi Susukan, mulai tanggal 9 Nopember sampai dengan 9 Desember 2009.

  3. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa MTs Assalafi

  Susukan yang beijumlah 121 siswa . Sedangkan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII MTs Assalafi Susukan yang berjumlah 34 sisw a .

  4. Pengumpulan Data

  a. Metode wawancara Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data dengan menggunakan pertanyaan yang ada hubungan dengan sejarah berdirinya sekolah dan keadaan siswa.

  Adapun responden yang diwawancarai adalah kepala sekolah , wali kelas VII, guru Bimbingan Konseling, dan kepala tata usaha MTs Assalafi Susukan.

  11

  b. Metode Dokomentsi Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui gambaran umum sekolah, guru, sarana prasarana MTs Assalafi Susukan.

  c. Metode Angket Metode ini penulis gunakan untuk mencari data tentang pemahaman tauhid dan tingkat kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan

  5. Analisis Data

  a. Untuk menganalisis data yang telah terkumpul, digunakan analisa statistik dengan rumus prosentase.

  P = — xl0 0 % N

  Keterangan : P = Angka prosentase yang dicari F = Frekuensi dari jawaban N

  = Jumlah responden

  b. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat pemahaman tauhid dengan tingkat kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan, digunakan rumus korelasi product moment.

  r Nl/xy-(Lx)(Ly)

  Keterangan : % : Koefisien korelasi variable x dan variable y xy : perkalian antara x dan y x 2 Variabel pengaruh

  12

  y 2 Variabel terpengaruh N : Jumlah Sampel yang diselidiki £ : Sigma (jumlah)

  H. Sistem atika Penulisan Skripsi Dalam penulisan skripsi ini akan membahas masalah-masalah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian sebelumnya. Adapun sistematika ini adalah sebagai berikut :

  BAB I : Pendahuluan yang b e ris i: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, sistematika penulisan skripsi.

  BAB II : Landasan teori yang b e ris i: A. Pemahaman tauhid yang berkaitan dengan kejujuran

  1. Pengertian tauhid

  2. Ruang lingkup tauhid

  3. Peranan tauhid dalam agama

  a. fondasi ibadah

  b. fondasi akhlak

  4. Peranan tauhid dalam kejujuran

  a. fondasi ucapan yang benar

  b. fondasi perbuatan yang benar

  13

  B. Kejujuran

  1. Pengertian kejujuran

  2. Peranan kejujuran

  3. Pelaksanaan kejujuran

  BAB III : Laporan Hasil Penelitian, yang b e ris i: Sejarah berdirinya MTs Assalafi, struktur organisasi MTs Assalafi, keadaan siswa MTs Assalafi, keadaan karyawan MTs Assalafi, sarana prasarana MTs Assalafi, keadaan guru MTs Assalafi, visi dan misi MTs Assalafi, data responden .

  BAB IV : Analisis data, yang b e ris i:

  A. Analisis pertama

  B. Analisis kedua

  C. Analisis ketiga

  D. Hasil analisis data

  BAB V : Penutup, yang b e ris i:

  1. Kesimpulan

  2. Saran-saran

  3. Penutup

  

B A B U

LANDASAN TEORI

A. Pemahaman Tauhid Yang Berkaitan Dengan Kejujuran

1. Pengertian Tauhid

  Ilmu Tauhid dalam makna etimologis ialah : ilmu artinya pengetahuan, tauhid artinya menunggalkan, mengesakan atau menganggap satu.

  Ilmu Tauhid dalam makna terminologis ialah : suatu ilmu yang menerangkan tentang sifat-sifit Allah yang wajib dipercayai dan dimakrifati (M. Hamdani B.Dz, 2001, 03).

  Pengertian ilmu tauhid menurut Syeh Muhammad Abduh, asal makna ilmu tauhid ialah mengiktikadkan bahwa Allah adalah Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Ilmu ini menetapkan sifat Esa bagi Allah dalam Dzat-Nya dan perbuatan-Nya. Ilmu tauhid yang juga disebut ilmu kalam ialah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, tentang sifa-sifat Allah, dan tentang rasul- rasul N ya.1 2

  Menurut ulama-ulama ahli sunnah, tauhid ialah bahwa Allah itu Esa dalam Dzat-Nya, tidak terbagi-bagi, Esa dalam sifat-sifat-Nya, Esa dalam

  j perbuatan-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya.

  Beberapa istilah lain yang semakna dengan tauhid yaitu iman dan aqidah dan yang semakna dengan ilmu aqidah yaitu ushuluddin, ilmu kalam dan fikih akbar.3

  1 Drs. H. Sahilun. A. Nasir, Pengantar Ilmu Kalam , Rajawali Pers, Jakarta, 1991 hal 1

  2 Ibid, hal 6

  15 Iman semakna dengan tauhid. Iman adalah keyakinan yang terhujam di dalam hati dengan penuh yakin, tak ada perasaan syak dan ragu-ragu, serta mempengaruhi orientasi kehidupan, sikap dan aktivitas keseharian. Jadi tidak bisa dikatakan iman jika hanya sekedar hafal secara urut tentang sifat-sifat Allah, maupun hafal secara urut tentang rukun iman.

  Iman bukan hanya sekedar ucapan lisan seseorang bahwa dirinya adalah orang beriman, sebab orang-orang munafik pun dengan lisannya menyatakan hal yang sama, namun hatinya mengingkari apa yang dikatakan itu. Demikian juga iman bukan sekedar pengetahuan akan makna dan hakikat iman, sebab tidak sedikit orang yang mengetahui hakikat iman akan tetapi mereka tetap ingkar. Dengan demikian iman atau tauhid memerlukan penerimaan akal hingga mencapai keyakinan yang benar-benar teguh, tidak lentur dengan perasaan bimbang dan keraguan. Firman Allah dalam Surat Al Hujurat ayat 15.4 1 * ' ' ' i \ i \ *

  I * ' -U * l’f , . f- ^ A J a UD 1 (JiJU! ^ j

  I L*j! A rtin y a: ’’Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasulullah, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka beijihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al Hujurat (49): 15)

  16 Memahami tauhid merupakan kewajiban pertama kali bagi manusia

  yang hidup di dunia ini, karena tauhid atau aqidah adalah dasar, pondasi yang paling utama dari semua agama. Menurut Sayyid Afandi Aljisr At Tarabulise, ilmu tauhid adalah pokok yang paling utama dari semua ilmu agama, karena bertalian erat dengan Dzat Allah serta Rasul-Nya. Ilmu tauhid dibawa oleh sekalian rasul sejak nabi Adam a.s. hingga nabi Muhammad SAW.5

  Menurut Prof . Hasby Ash Shidieq dalam buah karyanya ’’Sejarah Dan Pengantar Ilmu Tauhid” menyatakan : ” Pokok pembicaraan ilmu tauhid ialah aqidah. Dan yang dimaksud aqidah ialah pendapat dan pikiran atau anutan yang mempengaruhi jiw a manusia, kemudian dibela dan dipertahankan dan diiktikadkan bahwa hal itu adalah benar, harus dipertahankan dan diperkembangkan. Juga dikatakan bahwa aqidah menurut bahasa ialah sesuatu yang dipegang teguh dan terhujam kuat didalam lubuk jiw a dan tidak dapat beralih dari padanya.6

  Berdasarkan pengertian dan istilah-istilah tauhid diatas manusia hidup harus memahami tauhid dengan benar yaitu mengiktikadkan dengan yakin dan tidak ragu bahwa Allah adalah Maha Esa. Esa dalam Dzat-Nya, sifat-sifat- Nya perbutan-Nya, dan tidak ada sekutu bagi-Nya.

  Tauhid atau aqidah merupakan dasar, pondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi bangunan yang akan didirikan, harus semakin kokoh pondasi yang harus dibuat. Kalau pondasinya lemah, bangunan itu akan cepat roboh. Seseorang yang memiliki tauhid atau aqidah yang kuat, pasti

  5 Drs. H. Sahilan. A. Nasir, Pengatntar Ilmu Kalam, Rajawali Pers, Jakarta, 1991 hal 3

  6 M. Handani B. Dz, Pendidikan Ketuhanan dalam Islam, Anggota IKAPI Jateng, 2001, hal 5

  17 akan melaksanakan ibadah dengan tertib, mamiliki akhlak mulia dan bermuamalah dengan baik. Seseorang tidaklah dinamai berakhlak mulia bila tidak memiliki tauhid yang benar.7

  Jadi jelas, untuk mendasari tingkah laku seseorang agar terwujud akhlaknya yang mulia, terutama sikap jujur, seseorang tersebut harus betul- betul memahami tauhid dengan benar tentang sifat-sifat wajib bagi Allah, terutama sifat Ilm u, Sam a’ dan Bashar. Karena dengan meyakini dan mengaplikasikan ketiga sifat Allah tersebut dalam kehidupan nyata, seseorang akan melaksanakan perintah-Nya dan menghentikan larangan-Nya, tanpa diawasi oleh orang lain. Kita tidak lagi terpengaruh dengan "diketahui" atau

  ”tidak diketahui ” oleh orang lain untuk melakukan atau meniggalkan sesuatu,

  karena kita menyadari sepenuhnya bahwa Allah SWT. Yang Maha Mengetahui pasti selalu melihat, mendengar dan memperhatikan apa yang kita lakukan dimana dan kapan saja. Firman Allah dalam surat Al-Hajj ayat 70 :8

  ... r u -u i j c; ST j&S jJ!

  Artinya: ’’Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada dilangit dan di b u m i.. . ” (Qs. Al-Hajj(22) :70)

  7 Drs. H. Yunahar Ilyas, Lc, Kuliah Aqidah Islam, LPPIUNIM UH, Yogyakarta, 1993, hal 9

  8 Departemen Agama RI, Al-Qur 'an dan Terjemahannya, Pustaka Amani, Jakarta, 2005, hal 473

  18 Firman Allah SWT dalam surat Az-Zalzalah ayat 7-8 :9 j i (_y>j j -*-9

  Artinya : ’’Barang siapa yang beramal walau seberat dzarrrah (atom) dari kebajikan pasti akan dilihatnya. Dan barang siapa beramal walaupun seberat dzarrah dari kejahatan, akan dilihatnya pula. (Qs. Az-Zalzalah (99): 7-8)

  Menurut hadist yang di riwayatkan oleh muslim, dari Abdullah bin Umar, diceritakan bahwa pernah datang seorag laki-laki kepada Rasulullah

  SAW., yang ternyata orang itu adalah malaikat Jibril yang menanyakan tantang Iman, Islam, dan Ihsan. Dalam dialog antara Rasulullah SAW. dengan malaikat Jibril, diantaranya menjelaskan bahwa pengertian Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatNya, tetapi jika engkau tidak melihatnya, yakinlah bahwa Dia selalu melihat engkau.10

  Menurut Sayyid Husain Afandi Aljisr At Tarabulise dalam bukunya “Memperkokoh Aqidah Islamiyah” yang diteijemahkan oleh KH. Abdullah

  Zaky Al-Kaaf, arti iman kepada Allah SWT. Yaitu hendaknya seorang hamba Allah itu mengiktikadkan dengan keteguhan hatinya akan sifat-sifat Allah SWT. Baik yang wajib, mustahil serta yang jaiz. Secara keseluruhan ia harus beriktikad dengan seteguh hati, bahwa Allah itu wajib mempunyai sifat kesempurnaan yang sesuai dengan keadaan ketuhanan-Nya, dan mustahil bersifat dengan segala macam kekurangan, serta jaiz bagi Allah untuk melakukan setiap yang mungkin atau meninggalkannya. Seorang hamba itu

9 Ibid, hal 909

  19 wajib mengiktikadkan secara terperinci sifat-sifat Allah yang menunjukkan kesempumaanNya yang berjumlah tiga belas.11

  Ketiga belas sifat ini diantarnya adalah : Ilmu (Allah Maha Mengetahui), Sama’ (Allah Maha Mendengar), Bashar (Allah Maha Melihat).

  Dengan sifat ilmu inilah, Allah dapat mengetahui apa yang ada di alam semesta ini, baik apa-apa yang termasuk hal-hal yang wajib maupun yang jaiz dan yang mustahil. Dengan sifat sama’, Allah dapat mendengar suara yang jelas, samar, bahkan suara dalam hati pun Allah dapat mendengarNya.

  Demikian pula dengan sifat Bashar, Allah dapat melihat seluruh isi alam semesta ini baik yang dapat dilihat manusia maupun yang tidak dapat dilihat oleh manusia.

2. Ruang Lingkup Pembahasan Tauhid

  Sistematika yang penulis gunakan dalam pembahasan ini adalah yang pokok-pokok saja yaitu mengikuti sistematika arkanul iman. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Raslullah SAW tatkala berdialog dengan malaikat Jibril tentang iman. Disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim.12 ’’Engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rosul-Rosul-Nya, dan kepada Hari Akhir, serta engkau beriman kepada Taqdir-Nya yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim)

  

11 KH. Abdullah Zakiy Al Kaaf, Memperkokoh Aqidah Islamiyah, Pustaka Setia, Bandung, 1999, h all9

  12 KH. Adib Bisri Musthofa, Teijemah Shahih Muslim, CV. A sy Syifa, Semarang, 1992, hal 2

  20

  a. Iman Kepada Allah Beriman kepada Allah merupakan keimanan yang paling pokok dan mendasar, karena merupakan dasar keimanan selanjutnya. Iman kepada Allah akan menandai perilaku seorang muslim, sebab keyakinan yang ada dalam dirinya akan dibuktikan pada dampak perilakunya. Jika seseorang telah beriman bahwa Allah itu ada, maha mengetahui, maha mendengar, dan maha melihat, maka dalam perilakunya akan lahir sikap hati-hati dan waspada. Selama iman ada pada dirinya, maka tidak mungkin akan berbuat yang tidak sesuai dengan perintah Allah. Iman kepada Allah adalah meyakini sepenuh hati terhadap sifat-sifat Allah.

  Esensi imankepada Allah adalah tauhid. Yaitu meng-esakan-Nya baik dzat, asma’ dan sifat, maupun perbuatan-Nya. Al-Asma’ artinya nama-nama, dan As-Sifat artinya sifat-sifat. Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang menunjukkan ke-Maha Sempumaan-Nya. Diantaranya sifat-sifat Allah itu misalnya Allah Maha Mengetahui, Allah Maha

  Melihat, Allah Maha Mendengar dan sebagainya. Sedangkan nama-nama Allah disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan Bukhori Muslim sebagai b erik u t:13

  $ 1 s s s ' 'C /J. s s ' ''W

13 Drs. H. Yunahar Ilyas, Lc, Kuliah Aqidah Islam, LPPIUNIM UH, Yugyakarta, 1993, hal 56

  21 A rtinya: ’’Sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama, seratus kurang satu. Tiadalah seseorang menghafalnya kecuali dia akan masuk surga. Dia itu Tunggal dan menyukai yang tunggal.” (H.R Bukhori Muslim)

  Kata ’’menghafal” dalam hadis di atas janganlah diartikan secara sempit dengan sekedar menghafal di lisan, tapi lebih dari itu yaitu mengimani dan mengamalkan dalam kehidupan. Misalnya dengan meyakini bahwa Allah Maha Mengetahui, maka seseorang akan sadar bahwa apa yang dilakukan di mana dan kapan saja, baik tampak maupun tidak tampak Allah tetap mengetahuinya.

  Dengan meyakini ketiga contoh sifat Allah di atas, yaitu Allah Maha Mengetahui, Maha Melihat, dan Allah Maha Mendengar, jelaslah bahwa Allah Maha Mampu mengontrol segala sikap dan tingkah laku umat manusia. Firman Allah dalam Surat Al-Hadid ayat 4 sebagai berikut:14

  ^ £ j * - i

   ^3 fU-U'

(J* £ j£ -~

  (j ^

  o J z S u * t iii j ^ u J > j * Artinya : ”Dia yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari tertentu.

  Kemudian Dia bersemayam di ’Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari dalamnya, apa-apa yang turun dari

14 Departemen Agama RI, Al-Qur ’an dan Terjemahannya, Pustaka Amani, Jakarta, 2005, hal 785

  2 2

  langit dan apa-apa yang naik kepada-Nya. Dia bersamamu, di mana saja kamu berada. Allah maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” (QS A l-H adid(57): 4)

  Firman Allah dalam surat Al-Mujadilah ayat 7 :15 A rtin y a: ’’Tiadalah engaku ketahui bahwa Allah Mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi? Tiadalah berbisik tiga orang, melainkan Dia yang keempatnya, dan tidak pula lima orang, melainkan Dia yang keenamnya, dan tiada kurang daripada itu dan tidak pula lebih, melainkan Dia bersama mereka, di mana saja mereka berada. Kemudian

  Dia kabarkan kepada mereka apa-apa yang mereka kerjakan pada hari kiamat. Sungguh Allah maha mengetahui tiap-tiap sesuatu.” (QS Al-M ujadilah(58): 7)

  Fungsi Iman Kepada Allah, antara lain : Menumbuhkan sikap j uj ur - Menumbuhkan sikap disiplin dalam segala kegiatan - 15 Meningkatkan semangat keija dan beribadah -

  Ibid, hal 792

  23 Meningkatkan rasa percaya diri - Memperkuat keimanan - Memberikan ketenangan, ketentraman dan kedamaian - Menyadarkan manusia agar selalu ingat kepada Allah -

  b. Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah Keyakinan terhadap malaikat adalah salah satu dari keyakinan yang harus diyakini dan tidak sedikitpun bercampur keraguan. Kita yakin bahwa malaikat adalah makhluk yang selalu taat kepada Allah, serta tidak pernah berbuat maksiat dan durhaka. Jumlah malaikat sangat banyak.

  Mereka memiliki tugas yang berbeda-beda. Sebagian dari malaikat disebutkan nama-nama mereka dan sebagian lagi hanya dijelaskan tugas- tugasnya saja. Diantara malaikat-malaikat itu ada yang mendapat tugas mencatat amal perbuatan manusia, yaitu malaikat Raqib dan ’Atid.

  Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Q af ayat 17-18, sebagai berikut:16 A rtin y a: ’’Ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya, yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada satu kata yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat Raqib dan ’Atid.” 16 (QS Q af (50): 17-18)

  Ibid, hal 748

  24 Berdasarkan kedua ayat tersebut, jelaslah bahwa setiap manusia selalu diawasi malaikat Raqib dan ’Atid untuk dicatat amal perbuatannya.

  Dengan demikian keyakinan terhadap malaikat, tidak hanya dihafal nama- nama dan tugasnya saja, melainkan harus dihayati keyakinan tersebut dalam kehidupan nyata. Sehingga manusia akan selalu berhati-hati. Sebab apapun perbuatannya akan dicatat oleh malaikat Raqib dan ’Atid.

  Jadi salah satu fungsi beriman kepada malaikat Allah adalah berusaha selalu berbuat kebaikan dan menjauhi segala kemaksiatan serta ingat senantiasa kepada Allah SWT, sebab malaikat Raqib dan ’Atid selalu mengawasi dan mencatat amal perbuatan manusia, c. Iman Kepada KitabAllah

  Seorang muslim wajib mengimani semua kitab-kitab suci yang telah diturunkan oleh Allah SWT kepada para nabi dan rosul-Nya. Akan tetapi tentu ada perbedaan konsekuensi keimanan antara iman kepada Al- Qur’an dan iman kepada kitab suci sebelumnya. Kalau terhadap kitab suci sebelumnya seorang muslim hanyalah mempunyai kewajiban mengimani keberadaan dan kebenarannya tanpa kewajiban mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkan kandungannya. Karena kitab-kitab suci tersebut berlaku untuk umat dan masa tertentu yang telah berakhir dengan kedatangan kitab suci yang terakhir yaitu Al-Qur’an. Sedangkan iman kepada Al-Qur’an membawa konsekuensi yang lebih luas. Seperti mempelajarinya, mengamalkan dan mendakwahkannya serta membelanya dari serangan musuh-musuh Islam.

  25 1) Mengimani bahwa A-Qur’an adalah kitab Allah yang terakhir yang berfungsi sebagai Nasikh, Muhaimin, dan Mushaddiq bagi kitab-kitab suci sebelumnya. 2) Mengamalkan ajaran Al-Qur’an dalam seluruh kehidupannya, baik kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, bernegara, maupun kehidupan internasional. 3) Mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain sehingga mereka dapat membaca, memahami dan mengamalkannya.

  Adapun fungsi iman kepada kitab-kitab Allah, antara la in :

  • Untuk mengenal Tuhan, karena dengan menggunakan akal, manusia tidak dapat mengenal Tuhannya dengan baik dan benar.
  • Sebagai pedoman hidup bagi dirinya, keluarganya, masyarakat dan negara.
  • Sebagai tolok ukur kebenaran hakiki,

  d. Iman Kepada Rosul-Rosul Allah Rosul diutus kepada manusia, agar manusia dapat memahami apa yang dikehendaki dan direncanakn oleh Allah, karena manusia tidak dapat berhubungan langsung dengan Allah. Rosul adalah manusia yang dipilih Allah dan diberi kuasa untuk menerangkan segala sesuatu yang ditanggung Allah. 1

  7 Jadi kewajiban seorang muslim terhadap Al-Qur’an, antara lain :17

17 Drs. H. Yunahar Ilyas, Lc, Kuliah Aqidah Islam, LPPIUNIM UH, Yogyakarta, 1993, hal 132

  26 Seorang muslim wajib beriman kepada seluruh nabi dan rosul yang telah diutus oleh Allah SWT, baik yang disebutkan namanya maupun yang tidak disebutkan. Bagi yang tidak disebutkan namanya kita wajib beriman secara ijmal tafshil. Seorang muslim wajib membenarkan semua rosul dengan sifat-sifatnya. Salah satu diantara sifat rosul adalah As-Shidqu.

  As-Shidqu (benar) artinya selalu berkata benar, tidak pernah dusta dalam keadaan bagaimana pun. Apapun yang dikatakan oleh seorang rosul, baik berupa berita, janji, ramalan masa depan dan lain-lain selalu mengandung kebenaran. Pendek kata seorang rosul selalu jujur atau benar, baik niat, keinginan, perkataan maupu perbuatan.18

  Oleh karena itu seorang muslim wajib menjadikan Rosulullah SAW sebagai uswatun hasanah dalam seluruh aspek kehidupannya.

  Firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 21 sebagai b erik u t:19 ajjl <U)! 0 ^ " A rtin y a: ” Sesungguhnya telah ada pada diri rosulullah uswatun hasanah bagimu, yaitu bagi omg-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah.” (QS A-Ahzab(33):21)

18 Ibid, hal 140

  27 Fungsi iman kepada rosul-rosul Allah, antara lain :

  • Untuk mengetahui segala tujuan Allah dalam menciptakan manusia, melalui rosul-rosul-Nya.

  Untuk mendapatkan keteladanan tingkah laku yang baik dan mulia - bagi kemanusiaan, memberikan contoh akhlak terpuji dan ibadah yang benar.

  e. Iman Kepada Hari Akhir Seorang muslim wajib beriman kepada Hari Akhir dengan segala proses, peristiwa dan keadaan yang terjadi pada hari itu sesuai dengan apa-apa yang telah diberitakan di dalam Al-Qur’an dan Sunah Rosulullah SAW tanpa mengurangi dan menambah-nambahnya. Dan untuk hal-hal yang sifatnya teknis (kaifiyah) segala sesuatu yang menyangkut masalah ghaib hanyalah bisa diketahui sepanjang diberitahukan oleh Allah dan Rosul-Nya. Misalnya tentang timbangan (mizan) bagaimana bentuknya, bagaimaa menimbang amal perbuatan manusia, begitu pula tentang jembatan (shirat) bagaimana bentuknya dan bagaimana melaluinya serta hal-hal semacam itu tidak perlu dipikirkan dan diselidiki, cukup diimani saja.

  Fungsi iman kepada Hari Akhir, antara lain : Seseorang akan disiplin dan berusaha maksimal untuk mematuhi - ajaran Allah, sebab dia tahu bahwa tidak satupun amal perbuatannya, baik lahir maupun batin, yang luput dari pencatatan dan perhitungan

  28 kelak di Akherat. Firman Allah dalam Surat Al-Qori’ah ayat 6-9 sebagai berikut :20

  Artinya : ”Dan adapun orang-orang yang berat timbangan kebaikannya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (surga). Dan adapun orang-orang yang ringan timbangannya, maka tempat kembalinya dalah neraka hawiyah. (QS Al-Qori’a h (lO l): 6-9) Seseorang akan terdorong untuk merasakan kenikmatan itu, dan takut untuk merasakan siksaan. Hal tersebut tentu akan membuatnya selalu ingin melaksanakan kebaikan dan tidak mau melaksanakan kemaksiatan.

  f. Iman Kepada Takdir Allah Iman kepada takdir adalah meyakini bahwa segala perbuatan, perkataan, termasuk segala hal yang tidak dilakukan manusia, diketahui, dituliskan, dikehendaki dan diciptakan oleh Allah SWT. Seorang muslim wajib beriman kepada takdir sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh Allah SWT dan Rosul-Nya di dalam Al-Qur’an dan Sunah Rosul.

  Memahami takdir harus secara benar, karena kesalahan memahami takdir akan melahirkan pemahaman dan sikap yang salah pula dalam menempuh kehidupan di dunia ini.

20 Departemen Agama RI, Al-Qur 'an dan Terjemahannya , Pustaka Amani, Jakarta, 2005, hal 911

  29

  • Mendorong manusia untuk berusaha dan beramal dengan sungguh- sungguh untuk mencapai kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat, mengikuti hukum sebab akibat yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
  • Mendorong manusia untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT yang memiliki kekuasaan dan kehendak yang mutlak.
  • Menanamkan sikap tawakal dalam diri manusia, karena menyadari bahwa manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah SWT.

  Dalam agama Islam, tauhid atau aqidah adalah dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi bangunan yang akan didirikan, harus semakin kokoh fondasi yang dibuat. Kalau fondasinya lemah, bangunan itu akan cepat roboh. Seseorang yang memiliki tauhid kuat, pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia. Seseorang tidak akan dinamakan berakhlak mulia bila tidak memiliki tauhid atau aqidah.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP VIRUS DENGAN PERSEPSI SISWA TENTANG MASALAH AIDS PADA KELAS I SMUN I ARJASA JEMBER TAHUN PELAJARAN 1999/2000

0 4 13

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN TAUHID DENGAN SIKAP BIRRUL WALIDAIN SISWA KELAS II MTs NEGERI (FILLIAL) TULUNG KLATEN TAHUN AJARAN 2 0 0 5 2 0 0 6

0 3 89

HUBUNGAN ANTARA PRESTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN SIKAP KEBERAGAMAAN ANAK DIDESA GEGANGAN KEC.TUNTANG KAB.SEMARANG (STUDI KASUS PADA SISWA SMP DI DESA GEDANGAN TAHUN 2005/2006) - Test Repository

0 0 94

HUBUNGAN POLA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA DENGAN PERILAKU DISIPLIN SISWA DI SEKOLAH (STUDI KASUS DI SDN MANGGIHAN KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010) - Test Repository

0 0 86

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR MATAP PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PERILAKU SISWA (STUDI KASUS PADA SDN BATUR 01 KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010) - Test Repository

0 0 72

HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DENGAN TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA MIN KECANDRAN SALATIGA TAHUN 20082009

0 7 193

KORELASI TINGKAT PEMAHAMAN KEAGAMAAN TERHADAP TOLERANSI (STUDI KASUS MASYARAKAT DESA KEMBANGARUM,KELURAHAN DUKUH, KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA 2010 - Test Repository

0 0 79

KORELASI TINGKAT PEMAHAMAN KEAGAMAAN TERHADAP TOLERANSI {studi kasus masyarakat desa Kembangarum, kelurahan Dukuh, kecamatan Sidomukti kota Salatiga tahun 2010) - Test Repository

0 0 82

HUBUNGAN ANTARA KASIH SAYANG ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR (STUDE KASUS PADA SISWA SD NEGERI LEBAK KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010) - Test Repository

0 0 99

STUDI KORELASI ANTARA AKTIVITAS KEAGAMAAN DENGAN TINGKAT KENAKALAN REMAJA DI SEKOLAH SISWA KELAS XI SMA ASSALAFI PAYUDAN KENTENG SUSUKAN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 - Test Repository

0 1 86