ANALISIS RISIKO KESEHATAN PAJANAN SULFUR

ANALISIS RISIKO KESEHATAN PAJANAN SULFUR DIOKSIDA

(SO 2 ) PADA MASYARAKAT DI PERMUKIMAN PENDUDUK SEKITAR INDUSTRI PT.PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG TAHUN 2016 SKRIPSI

Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) OLEH : ROIS SOLICHIN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/ 2016 M

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Desember 2016

Rois Solichin

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN Skripsi, 6 Desember 2016

Rois Solichin, NIM: 1111101000132 Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Sulfur Dioksida (SO 2 ) Pada Masyarakat di Pemukiman Penduduk Sekitar Industri PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang Tahun 2016

(xvii + 132 halaman, 21 tabel, 6 gambar, 8 bagan, 5 lampiran)

ABSTRAK

Sulfur dioksida (SO 2 ) sebagai salah satu zat pencemar udara yang sebagian besar dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil, dimana pembangkit listrik dengan bahan bakar batubara memiliki peran terbesar penghasil SO 2 yang ada di dunia. Tujuan penelitian ini untuk memprakirakan besaran risiko gangguan kesehatan pada penduduk yang bermukim di sekitar industri PT. Pupuk Sriwidjaja

(Pusri) Kota Palembang terhadap pajanan SO 2 pada tahun 2016. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode analisis risiko kesehatan lingkungan, dilakukan selama bulan September sampai Oktober 2016 dengan 297 responden penduduk usia dewasa yang terbagi pada 3 cluster wilayah yaitu 800 meter, 1050 meter dan 1300 meter dari pusat emisi SO 2 yang ada di dalam area pabrik PT. Pusri Palembang. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi SO 2 di pemukiman sekitar industri PT. Pusri Palembang adalah 0,246 mg/m 3 . Berat badan dengan nilai

median 56,4 kg, rata-rata laju asupan harian adalah 0,60 m 3 /jam, waktu pajanan dengan median 24 jam/hari, frekuensi pajanan dengan median 365 hari/tahun, dan

durasi pajanan dengan median

31 tahun. Nilai intake non karsinogenik yang didapatkan untuk intake SO 2 real time) ( adalah 0,053 mg/kg/hari. Tingkat risiko yang didapatkan adalah 0,252 (RQ<1) yang artinya tidak memiliki risiko yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi masyarakat yang bermukim di sekitar industri PT. Pusri Palembang.

Kesimpulan penelitian ini adalah masyarakat yang bermukim di sekitar area industri PT. Pusri Palembang tidak berisiko memiliki gangguan kesehatan non karsinogenik akibat paparan SO 2 . Walaupun begitu, baik pihak PT. Pusri Palembang maupun pemerintah Kota Palembang sebagai pemangku kebijakan dapat melakukan kajian lebih lanjut dan pemantauan rutin terhadap zat-zat

pencemar yang keluar dari aktivitas industri termasuk SO 2 agar tidak membahayakan masyarakat yang tinggal berdekatan langsung dengan area industri

Daftar Pustaka

: 73 (1978-2016)

Kata Kunci

: ARKL, Asupan SO 2 , Pemukiman Penduduk Sekitar PT.Pusri Palembang

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH PROGRAM STUDY SPECIALIZATION OF ENVIRONMENT HEALTH

Ungraduate Thesis, 6 Desember 2016 Rois Solichin, NIM: 1111101000132

Environment Health Risk Analysis Exposure Sulfur dioxide (SO 2 ) in the Community Living Around PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang Industry.

(xvii + 132 pages, 21 table, 6 pictures, 8 chart and 5 attachment)

ABSTRACT

Sulfur dioxide (SO 2 ) as one of the air pollutants is largely formed by the combustion of fossil fuel, therefore fuel power plants with coal has a big role in producing SO 2 in the world. The purpose of this study is to predict the risk of health problems occured in residents living around industrial of PT. Pupuk

Sriwidjaja (Pusri) Palembang on exposure of SO 2 in 2016.

This research is using a quantitative method analysis about the environmental health risks, conducted during October 2016, with 297 respondents age more than 17 years old, divided in three clusters area of 800 meters, 1050

meters and 1300 meters, from the center of SO 2 emissions in the plant area of PT. Pusri Palembang. The results showed the concentration of SO 2 in the settlements around the

industrial area of PT. Pusri Palembang is 0.246 mg/m 3 . The weight with a median value of 56.4 kg, average daily intake rate is 0.60 m 3 /h, the time of exposure to a

median 24 hours/day, frequency of exposure to a median 365 days/year, and duration of exposure to a median of 31 years. Non-carcinogenic intake value

obtained for the intake SO 2 (real time) is 0.053 mg/kg/day. The level of risk obtained is 0.252 (RQ <1), which means there is no risk that can cause health problems for people living around industrial area of PT. Pusri Palembang.

The conclusion of this paper is the communities living around industrial area of PT. Pusri Palembang have no risk in getting non-carcinogenic health problems due to exposure of SO 2 . However, both the PT. Pusri Palembang and Palembang city government as policy maker can do further studies and do routine monitoring of the contaminants out of the industrial activities including SO 2 in order not to endanger the people who live directly close to the industrial area.

: ARKL, intake SO 2 , Settements around PT. Pusri Palembang

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul

ANALISIS RISIKO KESEHATAN PAJANAN SULFUR DIOKSIDA (SO 2 ) PADA MASYARAKAT DI PEMUKIMAN PENDUDUK SEKITAR INDUSTRI PT. PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG TAHUN 2016

OLEH: ROIS SOLICHIN 1111101000132

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, Desember 2016

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ela Laelasari, SKM, M.Kes Catur Rosidati. SKM, MKM

NIP: 197210022006042001 NIP: 197502102008012018

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, Desember 2016 Mengetahui

Penguji I

Dewi Utami Iriani, M.Kes, Ph.D

NIP. 19750316 200710 2 001

Penguji II

Siti Rahmah Hidayatullah Lubis, MKKK

Penguji III

Andi Asnifatima, M.Kes

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

1. Nama Lengkap

: Rois Solichin

2. Tempat Tanggal Lahir: Palembang, 2 Mei 1994

3. Alamat Asal : Jl. H.A.Halim Perumahan Dosen Politeknik Negeri Sriwijaya No. 04 RT. 13 RW. 41 Kelurahan Bukit Lama Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang

4. Alamat Domisili : Jl. Kertamukti, pisangan raya no. 20 RT.03 RW.09 Kelurahan Cireundeu Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan

5. Agama

: Islam

6. Jenis Kelamin

: Laki-laki

7. Golongan Darah

:A

8. Status

: Belum Menikah

9. Program Studi : Kesehatan Masyarakat

10. Nomor Telepon : 085764360644

11. Alamat Email : roizz.08@gmail.com/ roissolichin@yahoo.com

II. Riwayat Pendidikan

1. SD Islam Az-Zahrah Kota Palembang

2. SMP Negeri 1 Kota Palembang

3. MA Negeri 3 Kota Palembang

4. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi penelitian yang berjudul “ ANALISIS RISIKO KESEHATAN PAJANAN SULFUR DIOKSIDA (SO 2 ) PADA

MASYARAKAT DI PERMUKIMAN PENDUDUK SEKITAR INDUSTRI PT.PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG TAHUN 2016 ”.

Pada penulisan skripsi ini, penulis merasa masih banyak kekurangan baik teknis maupun materi mengingat akan kemampuan penulis yang belum mencapai kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan bagi penulis demi kesempurnaan skripsi penelitian ini.

Dalam penulisan skripsi penelitian ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan proposal penelitian ini, khususnya kepada :

1. Allah SWT. yang telah memberikan ridho-Nya sehingga dalam pelaksanaan penelitian ini berjalan dengan lancar sesuai dengan izinnya.

2. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat dan Ibu Dewi Utami Iriani, SKM, Ph.D selaku Sekretaris Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Ibu Dr.Hj. Ela Laelasari, SKM, M.Kes selaku dosen Pembimbing I dan Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam proses penyusunan penelitian ini.

5. Kedua Orang Tua saya yang telah membimbing, senantiasa mendoakan, menemani dan memberi semangat anak-anaknya hingga saat ini. Jasa-jasa kalian berdua mungkin tidak akan pernah terbalas, akan tetapi kami selaku anak akan selalu berusaha memberikan yang terbaik kepada kalian.

6. Kepada kedua saudara/i ku Aditya Rachmadi dan Kartika Nur Dilana yang senantiasa memberikan semangat dan waktu untuk membimbing saya.

7. Sahabat karib seperjuangan, satu daerah, satu pintu kosan, satu piring makan dan satu gelas minum saya Chandra Perdana, Muslim, Sugi, Haidar, Bahtiar (BTR), Kak Iid, Hatan dan Kak Bayu. Keluarga besar SJD-SS, teman-teman seperjuangan di Kesehatan Lingkungan 2011, Kesehatan Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (ENVIHSA)

8. Serta Rekan-rekan mahasiswa kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga kita bisa menjadi ahli kesehatan masyarakat yang bisa diandalkan didunia nyata nantinya. Ilmu yang dipelajari mendapat berkah dari Allah swt.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran serta pencerahan khususnya bagi penulis, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, aamiin yarabbalalamin.

Penulis

Rois Solichin

Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Asupan Pajanan SO 2 ...... 101 Tabel 5.14 Distribusi Menurut Karakteristik Risiko .................................................

102 Tabel 5.15 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Besar Risiko ...................

103 Tabel 5.16 Prakiraan Besar Risiko 5,10,15,20,15 sampai 30 Tahun yang akan

datang ........................................................................................................ 104

DAFTAR ISTILAH

µg/Nm 3

: Mikrogram per newton meter kubik mg/m 3 : Miligram per meter kubik

AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ARKL

: Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan ATSDR

: Agency for Toxic Substances and Disease Registry BLH

: Badan Lingkungan Hidup BLHD

: Badan Lingkungan Hidup Daerah BMKG

: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BPS

: Badan Pusat Statistik BUMN

: Badan Usaha Milik Negara CSF

: Cancer Slope Factor DDT

: Dichloro-Dhphenyl-Trichloroethane

Depkes : Departemen Kesehatan ECR

: Excess Cancer Risk EHRA

: Enivonmental Health Risk Assesment

EPA : Environmental Protect Agency GRK

: Gas Rumah Kaca

H 2 SO 4 : Asam Sulfat Ha : Hektar

IARC : International Agency for Research on Cancer IPCS

: International Programme On Chemical Safety Kemendagri : Kementrian Dalam Negeri Kemenkes

: Kementrian Kesehatan LOAEL

: Low Observed Adverse Effect Level

LSM

: Lembaga Swadaya Masyarakat

MRL : Minimum Risk Level NAAQS

: National Ambient Air Quality Standard NO 2 : Nitrogen dioksida

NOAEL : No Observed Adverse Effect Level NRC

: National Research of Cancer OSHA

: Occupational Safety and Health Administration PermenLH

: Peraturan Menteri Lingkungan Hidup PP

: Peraturan Pemerintah PPM

: Particulate Per Meter PT

: Perseroan Terbatas PUSRI

: Pupuk Sriwidjaja RfC

: Reference Concentration RfD

: Reference Dose RI

: Republik Indonesia RQ

: Risk Quotient SF

: Slope Factor SNI

: Standar Nasional Indonesia SO 2 : Sulfur dioksida SO 3 : Sulfur trioksida

SOx : Sulfur oksida UU

: Undang-Undang UUD

: Undang-Undang Dasar WBG

: World Bank Group WHO

: World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Polusi udara saat ini menjadi salah satu masalah bagi kehidupan makhluk hidup terutama kesehatan manusia di dunia. Seiring bertambahnya jumlah pengguna kendaraan bermotor, membuat lingkungan semakin dipenuhi dengan udara-udara yang tidak sehat. Belum lagi berdirinya pabrik-pabrik besar yang ikut berkontribusi mencemari udara yang ada di atmosfer dunia ini (Amelia, 2014).

Dalam urutan prioritas masalahnya, sumber polusi udara antara lain berasal dari sektor (1) transportasi, terutama mobil dan truk; (2) pembangkit tenaga listrik yang membakar batubara atau minyak; dan (3) industri, yang pelaku utamanya adalah pabrik baja, peleburan logam, kilang minyak, pabrik pulp dan kertas. Pada saat ini dunia industri adalah sumber terbesar penghasil polusi udara yang ada di dunia dan terus mengalami pertumbuhan di setiap tahunnya.

Pembangunan fisik kota dan berdirinya pusat-pusat industri disertai dengan lonjakan produksi kendaraan bermotor, mengakibatkan peningkatan substansi kimiawi sumber pencemaran udara. Konsentrasi pencemaran udara di beberapa kota besar dan daerah industri Indonesia menyebabkan munculnya kasus-kasus gangguan pernapasan, iritasi pada mata dan telinga, serta mengakibatkan gangguan jarak pandang

(visibilitas) yang sering menimbulkan kecelakaaan lalu lintas (Soedomo,2001).

Pertumbuhan industri sendiri terjadi dimulai dari sebelum krisis moneter yang terjadi di Indonesia hingga perkembangannya pada saat ini. Laju pertumbuhan yang terjadi di industri nonmigas berkisar 12% sebelum terjadinya krisis moneter dan sempat menurun menjadi 6,1% pada tahun 1997 dan bahkan hingga 13,1% pada tahun 1998. Sedangkan laju pertumbuhan yang terjadi di industri nonmigas pada tahun 2003 dan 2004 berturut-turut adalah 5,57% dan 7,7%. Pada tahun 2004, laju pertumbuhan tertinggi tercatat pada industri alat angkut, mesin dan peralatan yaitu 17,7% yang kemudian disusul oleh industri lainnya sebesar 15,1% yang tersebar di seluruh Indonesia (Pasaribu, 2012).

Tahun 2012 lalu seperti yang data yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari 3 juta orang di dunia tewas karena terpapar polusi udara luar ruang. Sebanyak 72% kematian akibat polusi luar ruang disebabkan oleh jantung dan stroke, 14% penyakit paru obstruktif kronik atau infeksi pernapasan bawah akut dan 14% lainnya disebabkan oleh kanker paru-paru. WHO mengkategorikan polusi udara luar ruangan sebagai pemicu resiko kesehatan lingkungan tunggal terbesar di dunia. Pada 2014, sekitar 92% populasi manusia tinggal di kawasan kualitas udara yang buruk menurut WHO dan 87% diantaranya tinggal di negara-negara yang terpapar polusi udara dalam tingkat yang membahayakan terutama pada daerah Pasifik Barat dan Asia Tenggara.. Laporan ini menggunakan ukuran yang lebih ketat dibandingkan data Tahun 2012 lalu seperti yang data yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari 3 juta orang di dunia tewas karena terpapar polusi udara luar ruang. Sebanyak 72% kematian akibat polusi luar ruang disebabkan oleh jantung dan stroke, 14% penyakit paru obstruktif kronik atau infeksi pernapasan bawah akut dan 14% lainnya disebabkan oleh kanker paru-paru. WHO mengkategorikan polusi udara luar ruangan sebagai pemicu resiko kesehatan lingkungan tunggal terbesar di dunia. Pada 2014, sekitar 92% populasi manusia tinggal di kawasan kualitas udara yang buruk menurut WHO dan 87% diantaranya tinggal di negara-negara yang terpapar polusi udara dalam tingkat yang membahayakan terutama pada daerah Pasifik Barat dan Asia Tenggara.. Laporan ini menggunakan ukuran yang lebih ketat dibandingkan data

Berdasarkan data yang didapat dari Kementrian Lingkungan Hidup (2014) sektor transportasi merupakan sumber pencemar udara dan Gas Rumah Kaca (GRK) yang penting di perkotaan. Hasil inventarisasi emisi yang dilakukan di Kota Palembang dan Surakarta dengan menggunakan basis data tahun 2010, menunjukan kontribusi emisi partikel halus dari sektor transportasi (sumber bergerak) sebesar 50%-70% dari total emisi partikel halus dan sekitar 75% dari total emisi gas-gas berbahaya terhadap kesehatan. Sumber emisi pencemar partikel halus lainnya adalah industri, rumah tangga, komersial, dan lain-lain. Sedangkan, emisi GRK dari sektor transportasi di perkotaan adalah sekitar 23% dari total emisi GRK dari seluruh sumber (Kementrian Lingkungan Hidup, 2014).

Sulfur dioksida (SO 2 ) yang termasuk kedalam gas rumah kaca juga berperan sebagai polutan pencemaran udara dapat berasal dari aktivitas antropogenik atau hasil dari kegiatan manusia seperti aktivitas transportasi, kegiatan industri, maupun dari aktivitas pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar minyak, gas, batubara, maupun kokas (Wiharja, 2002). Sumber kedua berasal dari kegiatan alamiah di bumi seperti letusan gunung berapi dan batuan yang mengandung sulfur.

Pencemaran udara oleh SO 2 disebabkan oleh dua komponen gas yang tidak berwarna, yaitu Sulfur dioksida (SO 2 ) dan Sulfur trioksida (SO 3 ), dan keduanya disebut sebagai SOx. Sulfur dioksida (SO 2 ) mempunyai Pencemaran udara oleh SO 2 disebabkan oleh dua komponen gas yang tidak berwarna, yaitu Sulfur dioksida (SO 2 ) dan Sulfur trioksida (SO 3 ), dan keduanya disebut sebagai SOx. Sulfur dioksida (SO 2 ) mempunyai

Seiring dengan meningkatnya pemakaian bahan bakar fosil berbanding lurus dengan konsentrasi SO 2 yang juga ikut terus meningkat. Di Asia, jumlah emisi SO 2 terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 1970, emisi SO 2 sekitar 11,25 juta ton dan meningkat menjadi 20 juta ton SO 2 pada tahun 1986 (Hammed and Dignon, 1992 dalam Dewi, 2007). Indonesia sendiri, jumlah emisi SO 2 terus mengalami peningkatan mencapai 797 ribu metrik ton pada tahun 1995 ( Earth Trends Country Profiles , 2003 dalam, Dewi 2007).

Sedangkan menurut Sugiyono (2000) SO 2 yang berasal dari pembangkit listrik dengan bahan bakar batubara mempunyai pangsa yang paling besar diantara lainnya yaitu sebesar 42,0% dari total pembangkitan. Pangsa yang kedua adalah pembangkit listrik yang menggunakan gas alam yaitu sebesar 38,8%. Sisanya adalah pembangkit listrik tenaga diesel (8,7%), pembangkit listrik tenaga air (6,9%) dan pembangkit listrik tenaga panas bumi (3,6%).

Pencemaran SO 2 yang melebihi ambang batas atau baku mutu yaitu sekitar 900 µg/Nm 3 (PP RI no. 41 tahun 1999) juga secara langsung

bisa memberikan dampak pada mahkluk hidup apabila tercampur dengan unsur air pada saat berada di atmosfer yaitu membentuk suatu ikatan Asam

sulfat (H 2 SO 4 ) atau lebih dikenal sebagai hujan asam yang berdampak terhadap makhluk hidup maupun makhluk tak hidup di permukaan bumi.

Bagi makhluk hidup seperti manusia, SO 2 maupun ikatan H 2 SO 4 berdampak terhadap kesehatan seperti penyakit pernafasan ( bronchitis ) ataupun pada tanaman berdampak kepada kematian pada tanaman tersebut.

Sedangkan, bagi makhluk tak hidup seperti benda-benda mati, H 2 SO 4 dapat mengakibatkan korosif pada benda tersebut. Sedangkan menurut Achmadi (2012) dampak pencemaran udara terhadap tubuh manusia sangat luas mulai dari hal yang bersifat lokal dan sistemik. Paru adalah target utamanya selain dari organ lainnya seperti tenggorokan hingga ke

saluran pencernaan. Pengaruh utama polutan SO 2 terhadap manusia adalah iritasi sistem pernapasan. Oleh Karena itu, SO 2 dianggap pencemar yang

berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit kronis pada sistem pernapasan kardiovaskular (Zakaria dan Azizah, 2013).

Berdasarkan data prevalensi penyakit yang dihimpun oleh Kementrian Kesehatan melalui Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 kategori penyakit yang berasal dari agen lingkungan (udara), prevalensi infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di Indonesia menurut Riskesdas 2013 sebesar 25% tidak jauh berbeda dengan prevalensi ISPA pada laporan Riskesdas tahun 2007 yaitu sebesar 25,5%. Namun, prevalensi ISPA di Provinsi Sumatera Selatan mengalami peningkatan dari 17,5% pada tahun 2007 menjadi 20% pada tahun 2013. Untuk prevalensi ISPA di Kota Palembang sendiri pada tahun 2014 sebesar 13,8%, sedangkan data yang berhasil dihimpun dari Dinas Kesehatan Kota Palembang (2014) dari 10 Berdasarkan data prevalensi penyakit yang dihimpun oleh Kementrian Kesehatan melalui Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 kategori penyakit yang berasal dari agen lingkungan (udara), prevalensi infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di Indonesia menurut Riskesdas 2013 sebesar 25% tidak jauh berbeda dengan prevalensi ISPA pada laporan Riskesdas tahun 2007 yaitu sebesar 25,5%. Namun, prevalensi ISPA di Provinsi Sumatera Selatan mengalami peningkatan dari 17,5% pada tahun 2007 menjadi 20% pada tahun 2013. Untuk prevalensi ISPA di Kota Palembang sendiri pada tahun 2014 sebesar 13,8%, sedangkan data yang berhasil dihimpun dari Dinas Kesehatan Kota Palembang (2014) dari 10

Kota Palembang sebagai kota terbesar ke-7 di Indonesia mempunyai luas wilayah 374,03 Ha dengan jumlah kecamatan sebanyak

16 dan 107 kelurahan/desa (BPS Kota Palembang, 2012). Sedangkan, jumlah penduduk berdasarkan data Kemendagri sampai tahun 2011 berjumlah 1.611.309 jiwa (Kemendagri, 2013) disebut sebagai pusat pemerintahan di Sumatera Selatan pastinya memiliki berbagai aktivitas padat seperti transportasi, perniagaan, pendidikan, industri, pemerintahan dan lainnya, termasuk kegiatan perindustrian yang dijalankan PT. Pusri Palembang. PT. Pusri Palembang yang dikenal masyarakat sekitar adalah perusahaan yang bergerak dalam produksi dan distribusi pupuk urea ke seluruh wilayah Indonesia dan yang terbesar se-Asia Tenggara. PT. Pusri Palembang terletak berdekatan dengan pusat perkotaan Kota Palembang yaitu di pinggiran sungai Musi sebagai salah satu ikon dari kota yang dikenal sebagai Venesia nya Asia Tenggara.

Pada proses pembuatan pupuk urea PT. Pusri Palembang, limbah yang dikeluarkan mengandung hasil sampingan udara kotor ( impurities ) SO 2 dalam bentuk gas yang dihasilkan oleh boiler-boiler dan alat-alat pembangkit energi listrik yang ada di kawasan pabrik PT. Pusri Palembang. Sama halnya yang disimpulkan oleh Dwirani (2004) baik itu

limbah udara berupa ammonia maupun limbah gas-gas lainnya seperti SO 2 dan NO 2 , apabila limbah ini dibuang langsung ke udara ambien dan langsung dimanfaatkan oleh manusia untuk bernapas maka hal ini akan limbah udara berupa ammonia maupun limbah gas-gas lainnya seperti SO 2 dan NO 2 , apabila limbah ini dibuang langsung ke udara ambien dan langsung dimanfaatkan oleh manusia untuk bernapas maka hal ini akan

Berdasarkan hasil pemantauan lingkungan polutan yang diakibatkan oleh aktivitas indutri seperti yang terjadi di sekitar permukiman PT. Pusri Palembang yang dilakukan oleh Laboratorium Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Selatan (BLH Sumsel, 2014) didapatkan hasil rata-rata kadar pencemaran udara oleh gas

SO 2 sebesar 180,4 µg/Nm 3 /1jam pada pematuan di 5 titik sekitar pemukiman PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang. Nilai tersebut memang belum melewati ambang batas SO 2 yaitu 900 µg/Nm 3 /1jam yang dikeluarkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 41 Tahun 1999.

Namun, beradasarkan perhitungan analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL) yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan nilai default untuk pola aktivitas (waktu, frekuensi dan lama pajanan),

berat badan dan konsentrasi referensi SO 3

2 sebesar 0,026 mg/m dari faktor pajanan inhalasi (EPA, 1990 dalam Kemenkes 2012) dengan nilai konsentrasi sebesar 180,4 µg/Nm 3 /1jam menghasilkan tingkat risiko sebesar 2,5 (RQ≥1) atau dikategorikan tidak aman dan berisiko menimbulkan gangguan kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di pemukiman sekitar PT. Pusri Palembang.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, PT. Pusri Palembang sebagai industri yang telah lama berdiri dan beroperasi di Kota Palembang

menghasilkan suatu dampak lingkungan dari kegiatannya tersebut. Hal ini didukung dengan letak geografisnya yang berada sangat dekat dengan permukiman masyarakat Kota Palembang dan aliran Sungai Musi. Dampak lingkungan yang dimaksud disini adalah seberapa besar dampak penting baik yang bersifat positif maupun negatif yang akan dihasilkan dari kegiatan PT. Pusri Palembang yang akan mempengaruhi masyarakat yang tinggal di sekitarnya baik itu dari komponen fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomi-budaya dan kesehatan masyarakat yang terkena dampak dari kegiatan industri ini. Untuk menilai seberapa besar dampak lingkungan dari suatu usaha dan/atau kegiatan diperlukan suatu analisis mengenai dampak lingkungan.

Analisis mengenai dampak lingkungan atau yang lebih dikenal dengan sebutan AMDAL berisi panduan kajian yang harus dilaksanakan bagi suatu kegiatan atau usaha mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga penilaian akhir kegiatan usaha itu beroperasi. Seberapa besar dampak dari segi lingkungan fisik, biologi, kimia, sosial, ekonomi dan budaya yang akan timbul dari kegiatan dan/atau suatu usaha. Pedoman maupun peraturan-peraturan yang mengatur keberlangsungan proses AMDAL terdiri dari Undang-Undang Republik Indonesia nomor 32 tahun 2009 pasal 47 ayat 2 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1999 tentang analisis mengenai dampak lingkungan sampai Keputusan Menteri Kesehatan nomor 876 tahun 2001 tentang pedoman teknis analisis dampak kesehatan lingkungan.

Tujuan dilaksanakannya studi AMDAL ini merupakan untuk menjamin agar sesuatu usaha dan/atau kegiatan pembangunan dapat beroperasi secara berkelanjutan tanpa merusak lingkungan atau layak dari aspek lingkungan hidup. Dengan kelayakan lingkungan tersebut, berarti bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan tersebut diharapkan akan mampu meminimalkan kemungkinan dampak negatif yang kemungkinan timbul, serta dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam secara efisien (Sucipto dan Asmadi, 2011). Selain itu, tujuan AMDAL untuk merumuskan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan dari rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut.

Salah satu ilmu yang dipakai di dalam studi AMDAL adalah analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL) dimana berfungsi untuk menghitung dan memprakirakan seberapa besar risiko kesehatan manusia yang akan ditimbulkan dari kegiatan industri tersebut. Dalam hal ini ARKL berperan dari segi dampak kesehatan masyarakat dari kegiatan usaha yang dilakukan Oleh PT. Pussri Palembang. Baik ARKL maupun AMDAL itu sendiri memiliki konsep yang sama yaitu pelaksanaannya bukan hanya terletak pada saat kegiatan atau usaha baru akan didirikan dan bukan hanya semata-mata hanya untuk mendapatkan sertifikat izin kelayakan membangun suatu kegiatan atau usaha melainkan bisa dilakukan kapan saja yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan dalam hal ini pada saat kegiatan ini sedang berlangsung maupun penilaian pada saat kegiatan sudah tidak beroperasi.

Dari hasil data sekunder yang didapatkan dari Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Sumatera Selatan yaitu konsentrasi di sekitar kawasan industri PT. Pusri Palembang sebesar 180,4 µg/Nm 3 /1jam dan

setelah dihitung dengan menggunakan rumus ARKL oleh peneliti didapatkan hasil berupa risiko tidak aman bagi kesehatan masyarakat sekitar sehingga pentingnya suatu proses audit lingkungan hidup yang tertera dalam studi AMDAL. Maka salah satu cara untuk melaksanakan bagian dari proses audit lingkungan hidup ini dengan menggunakan pendekatan analisis risiko kesehatan lingkungan dimana berfungsi untuk menilai dan memprakirakan dampak kesehatan yang ditimbulkan dari kegiatan usaha yang dilaksanakan PT. Pusri Palembang sejauh ini bagi kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi industri.

Sampai pada saat penelitian ini dilakukan, belum ditemukannya penelitian dengan topik yang serupa menggunakan pendekatan ARKL untuk mengukur tingkat risiko kesehatan oleh pajanan SO 2 pada masyarakat yang bermukim di sekitar industri PT. Pusri Palembang. Sampel manusia pada penelitian ini terfokus kepada orang dengan kelompok umur dewasa dikarenakan kelompok umur dewasa rata-rata memiliki laju inhalasi yang lebih besar dibandingkan kelompok umur

lainnya seperti anak-anak dan remaja. Pajanan SO 2 sendiri lebih banyak berdampak pada orang dewasa dibandingkan dengan anak-anak maupun remaja (ATSDR, 1998). Oleh karena itu, maka diperlukanlah suatu analisis risiko kesehatan lingkungan untuk memprediksikan apakah pencemaran lainnya seperti anak-anak dan remaja. Pajanan SO 2 sendiri lebih banyak berdampak pada orang dewasa dibandingkan dengan anak-anak maupun remaja (ATSDR, 1998). Oleh karena itu, maka diperlukanlah suatu analisis risiko kesehatan lingkungan untuk memprediksikan apakah pencemaran

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil perhitungan analisis risiko kesehatan yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan nilai konsentrasi SO 2 yang didapatkan dari hasil pengukuran oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Sumatera Selatan pada daerah pemukiman yang berada di sekitar industri PT. Pusri Palembang tahun 2014 menghasilkan tingkat risiko tidak aman (RQ ≥1) bagi masyarakat yang tinggal di permukiman sekitar

industri PT. Pusri Palembang. Udara yang mengandung SO 2 dengan konsentrasi yang terus meningkat secara terus-menerus dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti gangguan pada iritasi tenggorokan, iritasi mata, batuk hingga berbahaya pada sistem pernafasan kardiovaskular.

Mengacu kepada Keputusan Menteri Kesehatan nomor 876 tahun 2001 tentang pedoman teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan dan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 32 tahun 2009 tentang pengelolaan lingkungan hidup perlu adanya suatu proses evaluasi mengenai dampak lingkungan yang ditimbulkan dari aktivitas kegiatan yang selama ini PT. Pusri Palembang jalankan termasuk didalamnya memprakirakan tingkat risiko dari limbah yang PT. Pusri Palembang buang ke lingkungan sekitarnya. Hal ini pun didukung dengan belum pernah diadakannya penelitian terkait penilaian risiko kesehatan pajanan

SO 2 pada masyarakat yang bermukim di sekitar industri PT. Pusri Palembang. Dalam teknisnya limbah udara emisi yang dikeluarkan oleh PT. Pusri Palembang berupa emisi natural berupa ammonia dan debu urea yang lebih mendominasi dibandingkan emisi buangan lainnya seperti sulfur dioksida, nitrogen dioksida dan opasitas yang dihasilkan oleh

packed-packed boiler dan pembangkit listrik yang ada di kawasan pabrik. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran konsentrasi SO 2 yang dihasilkan oleh packed-packed boiler tadi yang terdispersi ke dalam udara ambien di pemukiman penduduk sekitar industri PT. Pusri Kota Palembang serta mengetahui besar risiko yang ditimbulkan dari

konsentrasi SO 2 tersebut bagi kesehatan masyarakat yang bermukim di sekitar industri PT. Pusri Palembang.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Berapa nilai konsentrasi SO 2 di udara ambien di pemukiman sekitar industri PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang pada tahun 2016?

2. Berapa nilai berat badan masyarakat yang bermukim di sekitar industri PT. Pupuk Sriwidjaja pada tahun 2016?

3. Berapa nilai laju asupan pajanan SO 2 pada masyarakat yang bermukim di

sekitar industri PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang pada tahun 2016?

4. Berapa nilai waktu pajanan (jam/hari) masyarakat yang bermukim di sekitar industri PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang yang terhirup udara yang

mengandung SO 2 pada tahun 2016?

5. Berapa nilai frekuensi pajanan (hari/tahun) masyarakat yang bermukim di sekitar industri PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang yang terhirup udara yang

mengandung SO 2 pada tahun 2016?

6. Berapa nilai durasi pajanan (tahun) masyarakat yang bermukim di sekitar industri PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang yang terhirup udara yang

mengandung SO 2 pada tahun 2016?

7. Berapa nilai Intake (Asupan SO 2 ) masyarakat yang bermukim di sekitar industri PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang yang terhirup udara yang

mengandung SO 2 pada tahun 2016?

8. Berapa besar nilai risiko kesehatan pada masyarakat yang bermukim di sekitar industri PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang akibat pajanan SO 2 pada tahun 2016?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk memprakirakan besaran risiko gangguan kesehatan pada penduduk yang bermukim di sekitar industri PT. Pupuk Sriwidjaja Kota Palembang terhadap pajanan polutan sulfur SO 2 pada tahun 2016.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahui nilai konsentrasi SO 2 dalam udara ambien di sekitar pemukiman PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang tahun 2016

2. Diketahui nilai berat badan masyarakat yang menghirup udara yang diperoleh dari udara yang mengandung SO 2 di industri PT. Pupuk Sriwidjaja Kota Palembang pada tahun 2016.

3. Diketahui nilai laju asupan SO 2 pada masyarakat yang menghirup udara yang diperoleh dari udara yang mengandung SO 2 di industri PT. Pupuk Sriwidjaja Kota Palembang pada tahun 2016.

4. Diketahui nilai waktu pajanan (jam/hari) terhadap udara terhirup yang mengandung SO 2 yang diperoleh dari aktivitas industri PT. Pupuk Sriwidjaja Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2016

5. Diketahui nilai frekuensi pajanan (hari/tahun) SO 2 terhadap masyarakat yang bermukim di sekitar industri PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang tahun 2016.

6. Diketahui nilai durasi pajanan (tahun) terhadap udara terhirup yang mengandung SO 2 yang diperoleh dari aktivitas industri PT. Pupuk Sriwidjaja Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2016

7. Berapa nilai Intake (Asupan SO 2 ) pada masyarakat yang bermukim di sekitar industri PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang?

8. Diketahui besar risiko kesehatan pada masyarakat yang bermukim di sekitar industri PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang tahun 2016

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan tolak ukur bagi penelitian selanjutnya mengenai cemaran udara oleh SO 2 di udara Kota Palembang akibat dari buangan limbah udara (gas) pabrik PT. Pusri Palembang serta dapat mengembangkan ilmu ARKL sebagai disiplin ilmu untuk mendukung perkembangan ilmu kesehatan dalam meprediksikan dampak kesehatan dari suatu pajanan agent biologi maupun kimia di masa yang akan datang.

1.5.2 Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan untuk penelitian berikutnya dengan mengembangkan metode yang lebih luas ruang lingkupnya. Informasi dari penelitian ini juga dapat menjadi bahan tambahan ilmu untuk pengembangan kemampuan mahasiswa untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan yang dimiliki mahasiswa program studi kesehatan masyarakat.

1.5.3 Manfaat Bagi PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang

Hasil penelitian ini nantinya akan menjadi informasi tambahan kepada pihak perusahaan dalam hal mengevaluasi besaran konsentrasi emisi SO 2 yang selama ini dibuang ke lingkungan luar (udara ambien) dan dampaknya pada makhluk hidup di sekitarnya. Selain itu, studi ARKL ini juga dapat menjadi studi pendukung dalam proses pemantauan dan evaluasi dari kegiatan aktivitas industri yang dilakukan pihak perusahaan.

1.5.4 Manfaat Bagi Pemerintah Kota Palembang

Sebagai informasi batas baku mutu cemaran udara oleh SO 2 yang ditoleransi serta sebagai acuan tolak ukur pembentukan regulasi-regulasi yang memungkinkan jika cemaran udara oleh SO 2 tersebut melebihi baku mutu yang telah ada. Ataupun sebagai acuan bagi pemerintah untuk lebih mengkritisasi dan mengawasi secara penuh aktivitas-aktivitas yang memungkinkan terjadi pencemaran.

1.5.5 Manfaat Bagi Masyarakat

Masyarakat mengetahui sebagai suatu informasi seberapa besar tingkat pencemaran udara oleh SO 2 yang berasal dari asap hasil buangan limbah PT. Pusri Palembang yang mereka buang serta aktivitas transportasi yang berada berdekatan dengan lokasi penelitian

1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Palembang pada bulan Oktober 2016. Jenis penelitian dalam penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode analisis risiko kesehatan sebagai dampak

pajanan SO 2 terhadap masyarakat. Penelitian ini untuk memprakirakan risiko aman atau tidaknya pajanan SO 2 terhadap masyarakat yang bermukim di sekitar industri PT. Pusri Kota Palembang tahun 2016. Sampel penelitian merupakan masyarakat Kota Palembang yang berada pada daerah sekitar industri PT. Pusri Palembang dengan radius pengamatan 1.300 meter dari titik sumber emisi boiler- boiler pabrik yang

menghasilkan polutan SO 2 . Masyarakat yang dimaksud adalah kelompok umur manusia dewasa dikarenakan orang dewasa dapat menerima dosis menghasilkan polutan SO 2 . Masyarakat yang dimaksud adalah kelompok umur manusia dewasa dikarenakan orang dewasa dapat menerima dosis

Pengukuran konsentrasi polutan SO 2 diukur dengan menggunakan alat pengukuran udara ambien ( impinger ) milik Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit (BTKL-PP) Kota Palembang dengan metode Pararosanilin . Data dianalisis dengan menggunakan analisis univariat dan analisis risiko.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sulfur Dioksida

2.1.1 Pengertian

Sulfur dioksida adalah gas yang tidak berwarna dengan bau yang menyengat. Berbentuk cairan ketika berada di bawah tekanan, dan dengan mudah larut dalam air. SO 2 di udara berasal dari kegiatan seperti pembakaran batubara dan minyak di pembangkit listrik atau dari peleburan tembaga. Di alam sendiri, SO 2 dapat dilepaskan ke udara dari letusan gunung berapi (ATSDR, 1998). Sulfur dioksida dalam jumlah besar digunakan sebagai perantara dalam pembuatan asam sulfat dan pulp sulfit. Hal ini juga digunakan dalam pertanian dan di industri makanan dan minuman seperti, antara

lain, biosida dan pengawet. (IARC, 1997). SO 2 merupakan salah satu jenis agen oksidasi dan agen reduksi pada temperatur ruangan. Di atmosfer, SO 2 memiliki kemampuan bereaksi secara fotokimia ataupun katalitik dengan material lain yang dapat membentuk sulfur trioksida, asam sulfur, dan garam dari asam sulfur.

Pembakaran bahan bakar merupakan sumber utama pencemar SO 2 . Pabrik peleburan baja merupakan industri terbesar yang menghasilkan SO 2 . Sulfur merupakan kontaminan yang tidak dikehendaki di dalam lohgam dan biasanya lebih mudah untuk menghasilkan sulfur dari logam kasar daripada penghasilkannya dari

produk logam akhirnya. Oleh Karena itu, SO 2 secara rutin diproduksi produk logam akhirnya. Oleh Karena itu, SO 2 secara rutin diproduksi

Pada konsentrasi antara 0,8 ppm-1 ppm di udara, kehadirannya dapat dirasakan oleh kebanyakan orang, bahkan jika konsentrasinya lebih dari 8 ppm, gas ini berbau tajam dan dapat menyebabkan iritasi pada manusia.

2.1.2 Karakteristik SO 2

Berdasarkan sifat kimia, SO 2 adalah gas tidak berwarna dengan bau yang menyengat. SO 2 sangat mudah larut dalam air. Hal ini tidak bisa terbakar (ATSDR, 1998). Konsentrasi untuk terdeteksi pada indera perasa adalah 0,3-1 ppm di udara dan ambang bau adalah 0,5 ppm. Gas

ini bersifat iritan . SO 2 merupakan senyawa kimia dengan rumus kimia SO 2 yang tersusun dari 1 atom sulfur dan 2 atom oksigen.

Reaksi : S (g) +O 2(g)  SO 2(g)

Sulfur dioksida merupakan ikatan yang tidak stabil dan sangat reaktif terhadap gas yang lain .Berdasarkan sifat fisika SO 2 memiliki titik

0 didih -10 0 C, titik lebur -75,5

C, berat jenis relatif (air =1) 1,4. Kelarutannya dalam air adalah 8,5 dalam 100 ml air pada suhu 25 0 C.

Gas ini lebih berat dari udara, berat jenis uap relatif di udara 2,25 sedangkan berat jenis relatif udara adalah 1.

Bau yang menyengat biasanya cukup untuk mendeteksi kehadiran dari SO 2 . Kebanyakan orang dapat mendeteksi SO 2 pada

tingkat 1 sampai 3 ppm (1 ppm setara dengan 2,62 mg/m 3 ). SO

2 bersama dengan pencemar lainnya (CO, CO 2 , NO 2 , N 2 O, TSP, metana, senyawa 2 bersama dengan pencemar lainnya (CO, CO 2 , NO 2 , N 2 O, TSP, metana, senyawa

Berdasarkan penelitian terhadap sebaran SO 2 , jarak tempuh dari SO 2 pada sumber titik pencemar ( point source ) dapat mencapai 3.000 meter horizontal (Suryani S.,et al, 2010 dalam Purnama 2013). Emisi pencemar udara yang termasuk didalamnya SO 2 itu sendiri dapat menyebar sesuai dengan kondisi meteorologis setempat terutama arah angin rata-rata dan fluktuasi kecepatan turbulen, serta stabilitas atmosfer yang sangat dinamis antara temporal maupun spasial (Oke, 1986; Nasstrom dkk., 2000; Stroh dkk., 2005 dalam Turyanti dkk., 2016).

Tabel 2.1 Sifat Fisik SO 2

Berat Molekul

: 64,06 dalton

Titik Didih (760

0 : 14,0 0 F (-10 C)

mmHg)

0 Titik Beku 0 : -99,4 F (-72,7 C)

Tekanan Uap 0 : 2538 mmHg di 70,0 EF (21,1 C)

Uap kepadatan

: 1,43 g/ml (air = 1,00)

0 Kelarutan air 0 : Larut dalam air (11,3 g/100 ml pada 68 F [20 C])

Sifat

: Mudah terbakar

Sumber: ATSDR,2014

Sulfur dioksida larut dalam air atau uap untuk membentuk asam sulfur. Banyak logam termasuk seng, aluminium, cesium, dan besi terbakar di pemanas SO 2 . SO 2 bereaksi eksplosif ketika kontak dengan natrium hidrida. SO 2 terbakar bila dicampur dengan lithium asetilena

diamino karbida atau acetylide lithium ammonia (ATSDR, 2014).

2.1.3 Sumber Pencemar SO 2

Sulfur Dioksida berasal dari dua sumber yakni sumber alamiah dan buatan. Sumber-sumber SO 2 alamiah adalah gunung-gunung berapi, pembusukan bahan organik oleh mikroba dan reduksi sulfat secara biologis. Proses pembusukan akan menghasilkan H 2 S yang akan menghasilkan H 2 S yang cepat berubah menjadi SO 2 sebagai berikut :

H 2 S (g) + 3/2 O 2(g)  SO 2(g) +H 2 O (l)

Sumber-sumber SO 2 buatan adalah pembakaran bahan bakar minyak,gas dan batubara yang mengandung sulfur tinggi. Gas belerang dioksida terutama dilepaskan dari pembakaran bahan bakar fosil (75% sampai 85% dari sumber-sumber industri), peleburan bijih sulfida, emisi vulkanik, dan beberapa sumber alam lainnya. Ini adalah polutan udara

utama, namun SO 2 memiliki banyak kegunaan industri dan utama, namun SO 2 memiliki banyak kegunaan industri dan

Pemakaian batubara sebagai bahan bakar pada beberapa kegiatan industri seperti yang terjadi di beberapa negara Eropa Barat dan Amerika, menyebabkan kadar SOx di udara meningkat. Pencemaran SOx di udara terutama berasal dari pemakaian batubara yang digunakan pada kegiatan industri, transportasi dan lain sebagainya. Bagaimana peranan batubara dalam menyumbang pencemaran SOx telah banyak diteliti di negara- negara industri seperti yang tampak pada tabel berikut ini.

Selain dari bahan bakar berupa minyak,batubara dan gas maupun dari alam yang berasal dari letusan gunung berapi, SO 2 juga dapat ditemukan pada makanan dan minuman yang sering dikonsumsi oleh manusia. Menurut Faloon (2016) SO 2 pada makanan ataupun minuman dilepaskan dari sulfit. Hal ini dapat ditemukan dalam pasokan makanan manusia sehari-hari. Sulfit digunakan sebagai pengawet dalam makanan seperti kentang kering, acar bawang, adonan pizza, selai, jeli, sirup maple. Kaleng dan salad buah botol dapat memiliki sulfit di dalamnya untuk Selain dari bahan bakar berupa minyak,batubara dan gas maupun dari alam yang berasal dari letusan gunung berapi, SO 2 juga dapat ditemukan pada makanan dan minuman yang sering dikonsumsi oleh manusia. Menurut Faloon (2016) SO 2 pada makanan ataupun minuman dilepaskan dari sulfit. Hal ini dapat ditemukan dalam pasokan makanan manusia sehari-hari. Sulfit digunakan sebagai pengawet dalam makanan seperti kentang kering, acar bawang, adonan pizza, selai, jeli, sirup maple. Kaleng dan salad buah botol dapat memiliki sulfit di dalamnya untuk

manusia yang memiliki alergi terhadap SO 2 ini diharapkan sadar akan hal itu dan selalu berhati-hati dalam memilih produk makanan maupun minuman yang diperjual belikan secara umum. Namun, menurut

Kristianingrum (2006) meski SO 2 bermanfaat dipakai sebagai bahan pengawet makanan akan tetapi dapat berisiko menyebabkan perlukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik, kanker dan alergi.

2.1.4 Dampak SO 2

2.1.4.1 Dampak SO 2 Terhadap Ekosistem Perairan

Masalah belerang sudah sangat lama dibahas, dan efek belerang terhadap lingkungan telah dikenal selama berabad-abad. Itu mungkin hasil dari pembuangan belerang ke perairan, tanah, atau udara. Efek ke lingkungan akan menjadi perhatian khusus.

Selain toksisitas SO 2 untuk organisme, efek lain berupa peningkatan pencucian kation dan logam, pengasaman tanah dan air, dan perubahan tingkat siklus nutrisi.

Efek terlarut SO 2 mirip dengan asam nitrat atau klorida. Di daerah yang luas belerang masih berupa zat asam besar, meskipun senyawa nitrogen baru-baru ini menjadi perhatian. Di Scandinavia, limbah belerang mencapai sekitar 70% dari total pengasaman.

Air akan asam jika daerah aliran sungai memiliki buffer yang sangat buruk. Paling sensitif adalah perairan di batuan dasar rendah, pelapukan silika, batupasir, granit, dan gneisses felsic , di mana kontribusi zat alkali air kecil. Perairan asam telah terlihat dalam kaitannya dengan endapan asam, outlet asam sulfat atau tanah, penggalian selokan, atau situasi lain yang terkontaminasi. Efek pengasaman atmosfer pada air telah dipelajari di tempat yang berbeda, misalnya di Pegunungan Adirondack Amerika Serikat, La Cloche Pegunungan Kanada, dan di Skandinavia.

2.1.4.2 Dampak SO 2 Terhadap Tanah

Di sini akan diringkas cara yang paling penting di mana belerang antropogenik ditambahkan ke tanah, jumlah belerang antropogenik yang mungkin ditambahkan, dan kondisi di mana belerang ditambahkan ke tanah dapat dianggap sebagai "polutan."

Emisi SO 2 ke atmosfer dan pengendapan sulfur ini pada tanah merupakan jenis polusi tanah yang saat ini menjadi perhatian. Sekitar 60 juta ton SO 2 dipancarkan setiap tahunnya di seluruh dunia dan melalui mekanisme ini jumlah terbesar dari sulfur ditambahkan ke tanah sebagai polutan. Cara-cara yang

dipancarkan SO 2 dikembalikan ke bumi adalah sebagai berikut:  H 2 SO 4 dan garam netral dari SO 2 dibawa pada saat hujan atau

salju turun ke permukaan bumi (Barret dan Brodin, 1955) dalam Nriagu (1978);

 SO 2 dapat terserap di pohon-pohon yang kemudian mencegah curah hujan dan H 2 SO 4 yang terbentuk dibawa ke dalam tanah