PENGGUNAAN METODE ETNOGRAFI PARTICIPATIO. pdf

PENGGUNAAN METODE ETNOGRAFI, PARTICIPATION
ACTION RESEARCH, DAN FOCUS GROUP DISCUSSION
SEBAGAI SEBUAH STRATEGI PENELITIAN SOSIAL
KEAGAMAAN1

apakah metode yang digunakan untuk mengkaji suatu permasalahan
telah mengikuti perkembangan metode yang mutakhir atau telah
tertinggal jaman.

Amilda

Kajian keagamaan akan lebih menarik bila tidak hanya
mengkaji ajaran-ajaran normatif yang dipesankan kitab suci sebagai
sebuah panduan bagi kehidupan umat manusia (model of), tetapi juga

Latar Belakang

mengkaji bagaimana para pemeluknya menginterpretasikan ajaran-

Tulisan ini berangkat dari pertanyaan yang cukup mendasar
mengapa penelitian dikalangan Perguruan Tinggi Agama Islam

cenderung tidak begitu variatif dalam menggunakan metode
penelitian dalam mengkaji permasalahan social keagamaan. Kajian
sosial keagamaan yang berkembang umumnya lebih fokus kepada
hal-hal yang bersifat normatif. Fokus kajian normatif ini acapkali
tidak dapat menyentuh permasalahan yang dihadapi oleh umat Islam
yang lebih luas. Kondisi ini berakibat Perguruan Tinggi Islam tidak

ajaran tersebut dalam perilaku kesehariannya, serta memberikan
ruang makna dari tindakan tersebut (model for). Dengan melihat
kedua sisi ini, kajian keagamaan akan menjadi lebih komprehensif
dan subur dengan berbagai masalah penelitian, sehingga akan
memberikan ruang gerak yang lebih cair bagi berbagai fenomena
sosial yang berkaitan dengan tindakan manusia dalam menjalankan
ajaran agamanya serta interaksi mereka dengan manusia dan
komunitas lain dalam kerangka lingkungannya.

dijadikan barometer rujukan untuk menyelesaikan permasalah
keagamaan dihadapi oleh masyarakat. Kondisi ini memaksa para
intelektual Perguruan Tinggi Islam untuk melakukan refleksi diri
terhadap hasil kajian-kajian mereka terhadap permasalahan yang

berkembang

sehingga

dapat

memberikan

solusi

terhadap

permasalahan tersebut. Salah satu dari refleksi tersebut adalah

Kajian yang bersifat komprehensif ini, menuntut interaksi
ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu lainnya –yang umum disebut
ilmu umum/sekuler. Interaksi ini akan sangat terlihat pada bagaimana
sebuah

penelitian


sosial

tentang

perilaku

keagamaan

suatu

komunitas/masyarakat akan dibangun. Ketika suatu penelitian
memfokuskan subyek penelitiannya pada tindakan manusia, maka
para penelitinya pun dipaksa untuk menggunakan teori dan model

1

Makalah disampaikan pada “Forum Diskusi Dosen Fakultas Ushuluddin dan
Pemikiran Islam IAIN Raden Fatah Palembang”, 06 Juli 2011.


Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam IAIN Raden Fatah Palembang.

yang digunakan pada ilmu-ilmu sosial-humaniora. Salah satu bentuk

1

2

penelitian yang kerap digunakan dalam menjawab fenomena

ethnografi, wawancara tidak terstruktur, analisis textual, serta studi-

keagamaan adalah penelitian qualitative.

studi sejarah. Ruang-ruang interpretasi dalam penelitian ilmiah

Penelitian

qualitative


bertujuan

untuk

mendapatkan

gambaran, makna, dan pemahaman tentang kualitas dari suatu

mendapat ruang dalam kancah keilmuan sama hanya seperti ilmu
pasti yang dipandang telah ‘ilmiah’2.

tindakan yang dimiliki oleh masyarakat pemiliknya. Penelitian

Penelitian qualitatif merupakan multi metode dalam fokus,

qualitative adalah penelitian yang kaya dengan metode dan berbagai

melibatkan

riset strategi yang dapat digunakan sesuai dengan permasalahan dan


menempatkan subyek penelitian tersebut secara alami. Hal ini berarti

paradigma yang dipilih peneliti. Tulisan ini mencoba untuk

bahwa penelitian qualitatif, mempelajari “sesuatu” dalam setting

memperkenalkan tiga riset strategi yang dapat digunakan dalam

yang aslinya sehingga mendapatkan sebuah pengertian, atau

melakukan kajian sosial keagamaan yaitu Etnografi, Participant

penafsiran, pemahaman suatu fenomena berdasarkan pemahaman

Action Research (PAR), dan Focuss Group Discussion (FGR).

masyarakat pemiliknya. Dengan kata lain, penelitian qualitatif

Karena sifat dari tulisan ini hanya memberikan pengantar, maka


memuat lingkup yang sangat luas berbagai metode –study kasus, life

pembahasan yang dihadirkan lebih banyak ketataran teoritik dari

story, interaksional, dan visual text- dan saling bertemu dalam rangka

ketiga bentuk riset strategi tersebut, dengan harapan akan

memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang suatu subyek

memunculkan minat untuk mulai menggenal dan menggunakannya.

((Denzin & Lincoln, 1994:2). Pemilihan metode dalam kegiatan

Sekilas tentang Penelitian Qualitatif
Lebih dari dua dekade ini, perkembangan metodologi

interpretasi,


dan

merupakan

pendekatan

yang

penelitian sangat tergantung pada pertanyaan penelitian dan
dipengaruhi oleh konteks pertanyaan tersebut (Nelson dkk. 1992:2).

penelitian mengalami revolusi yang sangat pesat terutama di

Perkembangan penelitian qualitative memiliki sejarah yang

lingkungan ilmu social dan humaniora, dikenal dengan “the

panjang, Richardson (1991) ditandai dengan kritik terhadap aliran

Qualitative revolution”. Revolusi ini menggeser peran statistic yang


positivisme yang berkembang (pada awal 1900-an) dan menjadi

memiliki peran penting pada penelitian ilmu sosial dan humaniora
pada waktu itu (Denzin & Lincoln, 1994:ix). Proses perubahan yang

2

cepat ini memberikan ruang bagi penelitian yang ‘lain’ seperti

Perkembangan ini tidak dapat dilepaskan dari revolusi ilmu pengetahuan yang
berkembang di dunia, terutama barat, ditandai dengan kokohnya pengaruh
paradigma positivisme. Proses ini melalui terjadinya revolusi paradigma sebagai
inti dari ilmu pengetahuan (Ahimsa-Putra, 2008).

3

4

barometer bagi pengkategorian ilmiah dalam ilmu pengetahuan pada


Penolakan ini memuncul aliran yang berbeda dengan aliran

masa itu. Pada masa ini, metode qualitatif menggunakan kriteria

positivis, diawali pasca PD II. Studi-studi qualitatif dengan kerja

“objektivitas” seperti halnya pada ilmu alam. Asumsí dasarnya

participant observation mendapat ruang tersendiri pada ilmu social

adalah (1) manusia merupakan bagian dari alam sehingga harus

dan humaniora. Di awali oleh Malinowsky dengan penelitian

diperlakukan seperti fenomena alam yang lain; (2) hanya ada satu

lapangannya di Pulau Trobrian, setelahnya penelitian lapangan yang

3


dunia yang memiliki eksistensi, yaitu yang “objektif” ; (3) dan hanya

bersifat qualitatif menjadi semakin penting dalam pengembangan

satu bentuk pengetahuan yaitu ilmu alam. Berdasarkan asumsi ini

ilmu social dan humaniora. Peran stategis dari penelitian qualitatif

maka dunia harus dipelajari dengan menggunakan metode dan cara-

ditunjukan bagaimana penelitian ini menempatkan sikap subjek

cara yang digunakan oleh ilmu alam, karena perilaku manusia

penelitiannya sebagai suatu yang nyata, yang memiliki pikiran,

merupakan bagian dari gejala alam (Bryant, 1985:3-5).

kepercayaan, dan pengalaman. Sifat dari subyek penelitian tersebut

Berdasarkan asumsi ini, maka untuk menjelaskan satu fakta

menuntut penelitian qualititaf melakukan kajian yang sifatnya

social tersebut dengan mengadopsi metode penelitian yang

multidisipliner sehingga memungkin untuk menggunakan berbagai

digunakan dalam ilmu alam yaitu semua gejala harus memiliki

metode penelitian dalam rangka memahami subyek penelitiannya

ukuran sehingga dapat digeneralisasikan dalam rangka menemukan

(Denzin & Lincoln, 1994:12).

hukum-hukum yang berlaku universal dibalik suatu fenomen, seperti

Penelitian qualitatif menggunakan berbagai paradigma4

halnya dalam ilmu alam. Berdasarkan pandangan positivisme ini,

interpretasi yang dibangun oleh serangkaian kepercayaan dan

maka

yang

perasaan tentang dunianya dan bagaimana kepercayaan dan perasaan

menghasilkan menggunakan data yang tidak dapat diukur dan

tersebut dipahami dan dipelajari. Dalam penelitian qualitatif –secara

digeneralisasikan dianggap tidak ilmiah.

umum- terdapat empat paradigma yaitu positivist-postpositivist,

penelitian

yang

dilakukan

penelitian

qualitatif

constructivist-interpretive, critical (Marxist, emancipatory), dan
feminist-poststructural. Pilihan terhadap paradigma sangat ditentukan
3

Objektivitas ini akan dapat diperoleh bila suatu fenomena tersebut merupakan
gejala yang empirik dan dapat diobservasi sebagai dasar dari pengetahuan manusia
(Bryant, 1985:6,12). Kriteria empirik dan dapat diobservasi ini, pada
perkembangannya dipandang tidak mampu untuk memayungi berbagai pertanyaan
yang ‘tidak empirik’ dan ‘tidak dapat diobservasi’.

5

4

Paradigma adalah seperangkat konsep yang berhubungan secara logis membentuk
sebuah kerangka pemikiran yang berfungsi untuk menjelaskan, memahami,
menafsirkan kenyataan dan/ masalah yang dihadapi (Ahimsa-Putra, 2001).

6

oleh masalah penelitian serta asumsi-asumsi dasar yang akan

digunakan ketika peneliti mulai menterjemahkan paradigma dan

digunakan dalam menjawab permasalahan tersebut.

rancangan penelitiannya kepada tindakan mengumpulkan dan

Beragam paradigma yang bersifat abstrak tersebut kemudian

menganalisa data. Misalnya pada penelitian yang menggunakan

Penelitian

strategi penelitian case study/studi kasus5, maka peneliti akan

qualitative memiliki beragam riset strategi yang dapat digunakan

menggunakan teknik pengumpulan datanya dengan melakukan

dalam rangka bagaimana masalah penelitian tersebut akan dijawab.

wawancara, observasi, dan analisa dokumentasi. Pada studi kasus,

Strategi penelitian ini berhubungan dengan metode pengumpulan dan

paradigma diletakkan pada lokasi yang telah pasti/tertentu dan

analisis data. Strategi

riset antara lain adalah case study,

metode yang telah pasti pula yaitu menempatkan sebuah kasus

ethnography, phenomenology, grounded theory, action and applied

sebagai objek dari penelitian (Stake, 1994:236-246). Begitu pula

research, focuss group research.

pada bentuk riset strategi yang lain. Tulisan ini hanya akan

dioperasionalkan

dalam

suatu

strategi

penelitian.

membahas tiga bentuk riset strategi

Strategi Penelitian
Strategi penelitian dimanifestasikan pada desain penelitian,
sebuah gambaran akan seperti apa penelitian tersebut dijalankan.

yang

yaitu etnografi,

participation action research (PAR), dan focuss group discussiom
(FGD).

Secara structural, desain penelitian memuat isu utama, yaitu (1)
bagaimana desain penelitian akan dihubungkan dengan paradigma

Etnografi

yang akan digunakan; (2) siapa dan apa yang akan dipelajari?; (3)

Secara harfia etnografi berarti tulisan atau laporan tentang

strategi penelitian apa yang akan digunakan?; serta (4) metode

suku-bangsa yang ditulis oleh seorang antropolog atas hasil

pengumpulan dan analisa apa yang akan digunakan?. Berdasarkan

penelitian

struktur penelitian di atas, maka strategi penelitian menjadi penting

antropologis tersebut bersifat khas, sehingga istilah etnografi

lapangan

yang

memakan

waktu

lama.

Laporan

untuk mengarahkan bagaimana penelitian tersebut akan dijalankan
sesuai dengan alur paradigma yang dipilih.
Sebuah strategi penelitian meliputi kemampuan peneliti,

5

asumís-asumsi yang dimiliki peneliti, serta segala tindakan yang

Terdapat “bounded system” dimana sebuah fenomena terikat dalam suatu ikatan
makna sehingga akan memunculkan hasil yang sama pada setiap kasus yang sama.
Syarat dasar melakukan studi kasus adalah sifat homogenitas dari suatu kasus
sehingga kualitas pemilihan sampel menjadi sangat penting (Stake, 1994:236-246).

7

8

mengacu pula kepada metode yang digunakan untuk menghasilkan

menggunakan observasi partisipasi sebagai teknik pengumpulan

laporan tersebut6.

datanya dalam rangka memahami nalar masyarakat pemilik

Brewer (2000:10) secara eksplisit memberikan definisi

kebudayaan tersebut. Pemahaman terhadap nalar tersebut menjadi

etnografi sebagai the “study of people in naturally occuring getting

penting karena budaya suatu masyarakat terdiri atas segala sesuatu

or ‘fields’ by means of methods which capture their social meanings

yang seharusnya diketahui atau dipercayai seseorang agar ia dapat

and ordinary activities, involving the reseacher participating directly

berperilaku sesuai dengan cara yang diterima oleh masyarakatnya

in the setting if not also the activities, in order to collect data in a

(Goodenough dalam Marzali, 1997:xix).

systematic manner but without meaning being imposed on the

1) Teknik Pengumpulan dan Verifikasi Data

externally”. Etnografi, secara umum mengacu pada bentuk penelitian
social yang:


Teknik pengumpulan data dalam etnografi menggunakan
observasi partisipasi, data diperoleh melalui partisipasi di dalam

Menekankan pada explorasi fenomena social pada setting

kehidupan sehari-hari informan dalam kondisi yang sebenarnya

aslinya.

dalam rangka mendapatkan interpretasi mereka dan makna sosial

Data yang digunakana bersifat tidak terstruktur.

dari tindakan dan kegiatan tersebut (Brewer, 2000:59). Hammersley

Penelitian dilakukan bersifat mikro.

& Atkinson (1983) menyebutkan bahwa observasi partisipasi tidak

Analisis data meliputi interpretasi makna dan fungsi dari

hanya menempatkan peneliti sebagai bagian dari subyek penelitian

tindakan manusia, hasil dari analisa tersebut berupa deskripsi

tersebut tetapi juga bagaimana caranya seorang peneliti dapat

verbal dan paparan penjelasan (Atkinson dkk, 2001:323).

menghadirkan pandangan dunia subyek penelitian tersebut sebagai

Berdasarkan criteria tersebut maka ciri khas penelitian ini

bagian dari karakteristik penelitiannya. Instrument terpenting dalam

adalah bersifat holistic-integratif, thick description, dan analisis

teknik ini adalah peneliti itu sendiri, dimana seorang peneliti harus

kualitatif dalam rangka mendapatkan native’s point of view. Dalam

mampu membangun atau menempatkan diri sebagai orang “dalam”

rangka mendapatkan native’s point of view tersebut, etnografi

sekaligus sebagai orang “luar” dari masyarakat tersebut. Untuk





mencapai tujuan tersebut, maka seorang peneliti etnografi dituntut
6

Korelasi antara etnografi dan antropologi diungkapkan oleh Margaret Mead,
“Anthropology as a sciences is entirely dependent upon field work records made
by individuals within living societies” (dalam Naroll & Cohe, 1970).

9

untuk menguasai bahasa informannya (Brewer, 2000:59).
10

Data etnografi juga diperoleh dengan melakukan wawancara

Proses interpretasi adalah proses meletakkan atau memberikan

mendalam (depth interview) dalam bentuk wawancara tidak

makna pada data sesuai dengan konteksnya, karena interpretasi selalu

terstruktur. Wawancara ini menghasilkan respon verbal dari

bertalian dengan metode yang digunakan. Pada tahapan ini, juga

informan. Selain itu data personal dari informan dan riwayat

harus menampilkan polyphony voices yang diperoleh dari lapangan

hidupnya menjadi data pendukung dalam melakukan analisa

karena

etnografi (Brewer, 2000:73). Verifikasi data menggunakan prinsip

masyarakat (Brewer, 2000:124).

trianggulasi yaitu dengan menggunakan berbagai metode untuk

3) Penerapan etnografi dalam kajian social keagamaan

mendapatkan data. Prinsip trianggulasi data digunakan karena ruang

terdapat

berbagai

versi

kebenaran

diantara

anggota

M. Amin Abdullah (2010) mengungkapkan bahwa kajian

lingkup pengumpulan data dapat diperoleh dari berbagai sumber.

keagamaan tidak hanya pada kajian yang bersifat normatif tetapi juga

2) Analisis Data

harus melihat bagaimana suatu agama dihayait, dipraktekkan oleh

Analisis data dalam etnografi merupakan analisis data7 yang

para pemeluknya, serta bagaimana pengikut agama-agama tersebut

berproses, data dianalisis bersamaan dengan proses pengumpulan

mempertahankan nilai-nilai serta norma-norma yang diyakini

data. Analisa data etnografi meliputi klasifikasi dan interpretasi data

kebenarannya

etnografi (Brewer, 2000:115). Klasifikasi data didasarkan pada

pertanyaan tersebut kemudian dimanifestasikan dalam berbagai

konsep yang digunakan pada penelitian tersebut, proses taxonomi

proses dan prosedur penelitian. Ketika fokus suatu penelitian adalah

dan typology data. Data diklasifikasikan sesuai dengan makna yang

perilaku manusia dalam aktivitas keagamaan atau berkaitan dengan

dihadirkan oleh data tersebut.

manifestasinya terhadap suatu ajaran agama, maka penggunaan

lewat

berbagai

aktifitas

budaya.

Pertanyaan-

Interpretasi merupakan bagian terpenting dalam analisa

metode etnografi dapat digunakan sebagai stategi penelitian. Apabila

etnografi, yaitu menempatkan data dalam kerangka ilmu, “in the

seorang peneliti ingin mendapatkan pemahaman yang utuh tentang

social sciences, there is only interpretation” (Denzin, 1997:313).

kehidupan beragama suatu masyarakat dan relasi nilai-nilai agama
tersebut dalam sistem social budaya mereka, maka pengumpulan data

7

Analisa data melalui tiga subproses yaitu (1) reduksi data, menseleksi data yang
akan digunakan; (2) display data, menempatkan data dalam setting penelitian
secara keseluruhan; (3) menggambarkan kesimpulan berupa interpretasi terhadap
temuan (Huberman & Miles, 1998:180).

11

yang paling tepat digunakan adalah obserpasi partisipasi dan
wawancara mendalam.
12

Clifford Geertz (2000) adalah contoh etnografer yang

dengan tradisi, agama, identitas social, dan pertarungan politik yang

menghasilkan tulisan yang berkaitan dengan peran social budaya dari

sarat dengan kepentingan. Pada akhirnya Hefner menunjukkan

kehidupan beragama pada masyarakat hindu Bali, dalam tulisannya

bahwa kekuatan masyarakat sipil harus dibangun di atas dasar-dasar

Negara Teater. Pada penelitian ini, Geertz menggunakan metode

pluralitas yang ada dalam masyarakat dimana keragaman agama,

etnografik dalam rangka merekonstruksikan kehidupan masyarakat

tradisi, dan kebudayaan menjadi bagian yang memperkokoh dasar

Bali yang sangat kuat dipengaruhi oleh agama Hindu Bali. Negara

masyarakat sipil tersebut.

dalam sistem kekuasaan di Bali merupakan jelmaan dari konsep

Partisipasi Action Reseach (PAR)

dewata sehingga yang hadir dalam tiga konsep relasi yang penting

Berbeda dengan etnografi yang menempatkan posisi peneliti

yaitu relasi raja dengan para pendeta Hindu, raja dengan dunia

bersifat pasif terhadap subyek penelitiannya, maka PAR merupakan

material, dan raja dengan dirinya sendiri. Berdasarkan tulisan ini,

bentuk penelitian yang sangat berbeda dengan bentuk penelitian

Geertz menginterpretasikan bagaimana struktur kekuasaan di Bali

participan yang berkembang selama ini. Teknik participan tradisional

tidak dapat dilepaskan dari representasi raja sebagai dewata.

–mengacu pada partisipasi yang bersifat satu arah- karena hanya

Tulisan etnografi dengan gaya berbeda, walaupun satu aliran,

bertujuan untuk memahami masyarakat yang diteliti dalam rangka

ditampilkan oleh Hefner (1999) ketika ia mengupas tentang agama

kepentingan akademis sedangkan masyarakatnya tidak mengalami

dan politik di Indonesia dalam rangka mencari wacana civil society

atau memperoleh apapun dari proses tersebut, sedangkan mereka

di negara yang sangat kuat pengaruh keagamaannya. Ia mengulas

adalah pemiliki pengetahuan tersebut. Idealnya terjadi proses

bagaimana pertarungan politik aliran baik ideologi maupun agama

pertukaran pengetahuan yang saling menguntungkan antar keduanya,

yang terjadi di Indonesia pada masa transisi pasca keruntuhan orde

peneliti dan masyarakat yang diteliti (Reason, 1994:325-326). PAR

lama dan berkuasanya orde baru. Tulisan ini mengungkapkan

berorientasi proses transformasi sosial melalui penggabungan

kenyataan bahwa kekerasan social politik menjadi bahaya laten

kegiatan penelitian, pendidikan, dan tindakan. Asumsi dasar dari

bangsa ini dan akan berlanjut menjadi budaya kekerasan. Hefner juga

bentuk penelitian ini adalah “those who have been most

menunjukkan perubahan social yang terjadi pada masyarakat

systematically excluded, oppressed, or denied carry specifically

Tengger menunjukkan kompleksitas persoalan yang dikaitkan

revealing wisdom about the history, structure, consequences, and the

13

14

fracture points in unjust social arrangement”, sehingga PAR

1) Teknik pengumpulan data

merepresentasikan sebuah bentuk pendekatan counter-hegemoni
dalam

pengetahuan.

Berdasarkan

asumsi

ini

maka

Data diperoleh berdasarkan kesepakatan bersama dengan

PAR

masyarakat, secara bersama-sama menyusun agenda permasalahan

menggunakan paradigma feminism, postcolonialism, Marxism, dan

yang dihadapi bersama dan analisa pun dilakukan bersama. Kontrol

critical theory (Kindon, 2007:9-14).

terhadap data dilakukan melalui hasil yang dicapai berdasarkan

Berdasarkan tujuan tersebut, maka PAR sebagai sebuah

agenda dan analisa yang telah dilakukan bersama. Pada proses ini

strategi penelitian memiliki dua fungsi utama yaitu untuk

merupakan tahapan mengkomunikasikan masalah actual yang

menghasilkan pengetahuan dan tindakan nyata yang dapat dirasakan

dihadapi oleh masyarat tersebut.

manfaatnya oleh kelompok masyarakat tersebut, melalui penelitian,

Karena tujuan dari penelitian ini adalah membangun

pendidikan, dan aksi yang bersifat social, ekonomi, dan politik.

kesadaran bersama, maka desain penelitian, pengumpulan data,

Fungsi kedua adalah memberikan kepercayaan kepada masyarakat

analisa data, dan sebagainya tidak lagi menjadi hal utama yang harus

untuk mengembangkan proses konstruksi pengetahuan yang mereka

dilakukan. Proses terpenting dalam PAR adalah proses kolaborasi

miliki agar dapat memberikan manfaat bagi seluruh anggota

dan

masyarakat.

sebagai

menghargai diri sendiri, dan membangun solidaritas bersama. Media

conscientification –proses membangun kesadaran bersama melalui

penting dalam PAR adalah pertemuan dan berbagai kegiatan yang

pengenalan diri sendiri dan melakukan refleksi (Fals-Borda &

melibatkan setiap anggota masyarakat, sehingga akan terjadi proses

Rahman, 1991:16). Fungsi ini hanya dapat dicapai melalui suatu

saling berbagi pengalaman dan mengumpulkan informasi dan

komitmen bersama untuk bekerjasama semua unsur yang terlibat.

bersama-sama merefleksikan capai dari proses PAR yang tengah

Peneliti sebagai penggagas proses ini berperan sebagai agen

berlangsung (Kindon, 2007:17).

perubahan, ia terikat pada etika untuk bersikap demokratis dan

2) Analisis Data

Meminjam

istilah

Paulo

menghargai kearifan lokal masyarakat tersebut.

Freire

dialogis

membangun,

memotivasi,

menumbuhkan

sikap

Analisis data dilakukan dalam proses negosiasi dan
interpretasi bersama terhadap permasalahan yang dihadapi. Seorang
peneliti berperan sebagai fasilitator yang melakukan analisis awal,

15

16

kemudian hasil analisis awal ini akan didiskusikan kembali di dalam

sosial, merepresentasikan kembali hubungan tersebut dalam tataran

kelompok sehingga dapat dilakukan refleksi terhadap apa yang telah

konteks permasalahan yang lebih luas, sebagai bentuk dari validasi

dicapai serta koreksi yang mungkin dilakukan. Model analisa seperti

data. Pada proses ini, peneliti dituntut untuk cermat menempatkan

ini disebut dengan analisa dengan alur melingkar8, dimana peneliti

data yang bersifat personal tersebut dalam kerangka sosial politik

akan membangun pertanyaan yang akan dijawab oleh para participan

yang lebih luas (Cahill, 2007:182-187).

sehingga akan memunculkan perspektif berbeda dari masing-masing

3) Penerapan PAR dalam kajian sosial keagamaan

participan, kemudian akan dihasilkan kerangka pemikiran bersama

Karena sifat metode PAR yang menuntut peneliti mengawal

dan akhirnya akan menghasilkan interpertasi bersama, pada proses

sebuah proses perubahan dalam waktu yang cukup lama, maka

ini akan menghasilkan permasalahan baru, yang akan direfleksi

penelitian ini belum begitu diminati oleh para peneliti dikalangan

kembali. Hasil dari proses analisa ini adalah sebuah proses diskusi

perguruan tinggi. Tujuan dari PAR adalah berkomitmen mendorong

yang terbangun dan dokumentasi kesepakatan atau ketidaksepakatan

transformasi social dalam masyarakat, menjadi sangat relevan untuk

terhadap suatu permasalahan.

digunakan karena ia menjadi media yang menjembatani peran

Proses

membangun

kesepakatan/ketidaksepakatan

melalui

diskusi
proses

verifikasi

dan

seorang akademisi yaitu melakukan penelitian dan pengabdian

data

masyarakat. PAR menawarkan sebuah bentuk yang memungkinkan

menggunakan trianggulasi multiple point of view yaitu berbagai

seorang peneliti melakukan keduannya.

perspektif yang disampaikan oleh participant terhadap suatu masalah.

Buku Kampung, Islam, and State in Urban Jawa yang ditulis

Proses verifikasi data ini merupakan proses negosiasi antar berbagai

oleh Patrick Guinness (2009) merupakan salah satu dari sedikit buku

perspektif berbeda, yang muncul dalam proses diskusi, sebagai

menggunakan metode PAR yang dihasilkan kalangan akademisi.

bentuk dari konstruksi sosial dan pengalaman hidup dari masing-

Dalam bukunya ini, Guinness menjelaskan bagaimana proses

masing participant. Pada proses ini peneliti berperan untuk

kemandirian yang dibangun oleh masyarakat di kampung Ledok,

meletakkan pengalaman pribadi participant kepada kerangka teori

Yogyakarta membangun kemandirian ekonomi mereka ketika
dihadapkan

8

pada

krisis

ekonomi

yang

melanda

Indonesia.

Pada penelitian qualitative umumnya menggunakan alur lineal dimana data
dianalisa bertahap diawali oleh problem identifikasi, pengumpulan data, analisis
data, presentasi hasil penelitian berupa teori (Cahil, 2007:184).

Masyarakat Ledok membangun proses participasi dalam mengatasi

17

18

kesulitan ekonomi tersebut. proses ini didukung peran Romo

dilakukan oleh berbagai lembaga baik pemerintah dan non-

Mangunwidjaya yang sangat besar bersama Yayasan Pondok Rakyat

pemerintah. Direktorat Pendidikan Tinggi Islam memberikan ruang

untuk membuat kesepakatan bagaimana mengelola perekonomian

yang cukup luas untuk melakukan penelitian PAR ini dengan

bersama

Dalam

memberikan porsi tersendiri setiap tahunnya. Isu-isu sosial

membangun proses ini tahapan pertama yang dibangun adalah

keagamaan yang diangkat umumnya berkaitan dengan isu global

menghilangkan hambatan dan kecurigaan antar anggota masyarakat

seperti kemiskinan, kesetaraan gender, pendidikan, dan kesehatan.

dalam

bentuk

kelompok-kelompok

usaha.

Ledok yang disebabkan oleh perbedaan agama.

Kelompok-

Focus Grup Discussion (FGD)

kelompok usaha ini merupakan strategi yang disepakati bersama

Penggunaan FGD telah cukup banyak digunakan oleh para

antar anggota masyarakat dalam mengatasi kesulitan ekonomi

peneliti ilmu sosial, khususnya mereka yang melakukan penelitian

mereka.

kebijakan. Berbeda dengan dua metode sebelumnya, yang menuntut

Publikasi penggunaan metode PAR lebih banyak dilakukan

peneliti

terjun

langsung

dalam

kehidupan

informan

atau

oleh NGO’s sebagai bentuk dokumentasi proses pemberdayaan yang

partisipannya, maka FGD tidak menuntut keterlibatan penuh peneliti

dibangun ditingkat masyarakat. Salah satu laporan penelitian yang

terhadap subyek penelitiannya. Inti dari penelitian ini adalah

menggunakan metode PAR ini diterbitkan oleh CIFOR dalam

perekaman melalui notulensi. Pada umumnya digunakan sebagai

menginisiasi proses Adaptive Collaborative Management (ACM).

sarana konfirmasi terhadap sebuah isu yang diketahui oleh

Buku Belajar Beradaptasi Bersama-sama Mengelola Hutan di

masyarakat luas.

Indonesia (2006) menggambarkan bagaimana membangun kesadaran

FGD9 merupakan metode yang cukup unik dalam penelitian

bersama dalam pengelolaan kehutanan rakyat. Proses participatif ini

qualitatif, karena metode ini mensyaratkan adanya diskusi yang

dibangun dari level masyarakat hingga level multistakeholder dan

cukup intens terhadap suatu isu yang spesifik sebagai permasalahan

disepakatinya kebijakan pengelolaan bersama.

penelitian, dan kelompok diskusi tersebut telah dipersiapkan atau

Hingga sekarang, hasil penelitian PAR yang berkorelasi
9

Niat untuk mendorong penggunaan metode ini cukup gencar

A Focus Group Study is a carefully planned series of discussions designed to
obtain perception on a defined area of interest in a permissive, non-threatening
environment. Each group is conducted with six to eight people by a skilled
interviewer….Group members influence each other by responding to idea and
comments of others (Krueger and Casey, 2000:5).

19

20

dengan kajian sosial keagamaan belum dipublikasikan secara luas.

dirancang terlebih dahulu oleh peneliti. FGD berbeda dengan metode

dapat digunakan oleh para pembuat kebijakan untuk membuat

penelitian qualitatif lainnya dari tujuan, susunan dan proses

kebijakan politik, rencana pembangunan, atau peraturan yang akan

pengumpulan data. Tujuan dasar dari penelitian ini adalah untuk

berdampak kepada masyarakat luas. (2) FGD dapat digunakan untuk

mengidentifikasi berbagai pandangan yang berbeda diseputar topik

mengevaluasi

penelitian dan untuk memdapatkan memahami isu tersebut dari

masyarakat yang terkena peraturan tersebut, misalnya apakah efektif

perspektif partisipan (Hennink, 2007:4). Model penelitian ini mulai

untuk menerapkan kebijakan Light-on pada pengendara sepeda

digunakan pada ilmu sosial pada tahun 1940-an dan beberapa dekade

motor di siang hari. (3) FGD juga dapat digunakan untuk memahami

kemudian FGD lebih banyak digunakan pada penelitian pasar,

perilaku

bagaimana pandangan konsumen terhadap suatu produk.

kebiasaan, perilaku yang ada di masyarakat yang dijadikan target

Metode ini muncul karena dirasakannya adanya keterbatasan

dan

efectivitas

suatu

memberikan

program

penjelasan

kebijakan Kali Bersih (PROKASIH).

interviewer menjadi sangat dominan sehingga menimbulkan bias

1) Teknik Pengumpulan Data

terhadap data yang dihasilkan. Kritik terhadap model interview
tersebut

kemudian

menghasilkan

terhadap

pandangan

kepercayaan,

sebuah kebijakan. Misalnya bagaimana respon masyarakat terhadap

dari model wawancara yang umumnya dilakukan, dimana peran

tradisional

menurut

Data dalam metode FGD diperoleh melalui media diskusi.

non-directive

Diskusi tersebut terdiri dari individu-individu yang telah diseleksi

interviewing, dimana peran interviewer bersifat terbatas dan

terlebih dahulu. Partisipan diskusi diharapkan tidak lebih dari 5-12

dinamika kelompok menjadi media untuk mengumpulkan data

orang, dengan durasi pertemuan 2-3 jam. Pemilihan participan ini

melalui respon spontan partisipan terhadap topik diskusi (Krueger,

didasarkan pada kriteria keterlibatan atau memiliki pengalaman

1988). Model penelitian ini berfungsi untuk mengurangi dominasi

terhadap topik penelitian tersebut. Pemilihan participan ini menjadi

interviewer, peran interviewer digantikan oleh partisipan, sedangkan

sangat penting dalam membangun FGD. Participant10 dipilih secara

interviewer berperan sebagai pendengar.

purposive recruitment berdasarkan criteria dari objek penelitian.

Metode FGD ini dapat digunakan untuk (1) mengeksploitasi
isu-isu baru, mengidentifikasi norma-norma social atau praktek-

10

praktek budaya yang berkembang dalam masyarakat. Data tersebut

Pemilihan participant adalah proses identifikasi individu yang dianggap sesuai
dengan karakteristik dan kemudian mengundang mereka untuk berpatisipasi dalam
kelompok diskusi. Terdapat tiga cara pemilihan participant yaitu random
recruitmen, purposive recruitment, dan snowball recruitmen (Hennink, 2007:94).

21

22

Kemampuan peneliti sebagai moderator diskusi berperan sebagai

2) Analisis Data

menstimulus jalannya diskusi untuk mendapatkan data yang

Karakteristik data FGD berbeda dengan data qualitatif

dibutuhkan melalui kemampuannya mengatur dinamika kelompok

lainnya karena data diperoleh dari proses diskusi yang berkembang

diskusi tersebut. Data FGD diperoleh pada saat diskusi berlangsung,

diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat sehingga konteks

dimana inti dari FGD adalah proses perekaman melalui notulensi

dan dinamika kelompok harus menjadi fokus perhatian dalam

proses diskusi.

melakukan analisa data. Pernyataan-pernyataan yang muncul dalam

Proses perekaman proses ini umumnya menggunakan dua

diskusi harus diletakkan pada konteks permasalahan yang menjadi

cara yaitu pencatatan proses secara manual serta perekaman proses

fokus diskusi.

Analisis data dilakukan sejak awal dari proses

melalui audio dan visual recorder. Pencatatan secara manual

pengumpulan data hingga penulisan laporan penelitian atau disebut

dibutuhkan untuk menjaga proses diskusi tetap berada pada alur

ongoing process, proses pengumpulan data dan analisis data selalu

penelitian dan menandai isu-isu penting yang muncul ketika proses

terbangun secara simultan.

berlangsung. Catatan ini juga menjadi penting ketika participan

Data yang digunakan dalam FGD berupa data tekstual yang

menolak pernyataannya direkam. Video recording digunakan untuk

didapat dari proses diskusi, maka analisis datanya bersifat

mengidentifikasi tindakan dari partisipan, interaksi kelompok yang

menggunakan proses melingkar/circular process, dimana tingkatan

terbangun, gesture dan ekspresi wajah partisipan ketika berdialog.

analisis akan berulang secara terus menerus antara tindakan

Kesemuanya ini dibutuhkan untuk meletakkan data dalam catatan

merefleksikan data yang ditemukan, mengumpulkan lebih banyak

manual pada konteks dinamika kelompok. Rekaman audio/tape

data, menganalisis data, membangun pemahaman yang lebih

record memberikan data yang lebih akurat dari isu yang berkembang.

mendalam terhadap masalah penelitian, kemudian proses akan

Data yang akurat ini dibutuhkan dalam proses analisis data, seperti

berulang kembali. Tahap pertama dari analisis data FGD adalah

mengidentifikasi tema-tema yang muncul dalam diskusi dan

membaca data tekstual agar didapat kontek dari masing-masing

mendapatkan pengertian yang lebih baik lagi tentang permasalahan

kelompok dalam diskusi. Data tersebut kemudia dipilah-pilah

penelitian tersebut (Hennink, 2007:193-197).

menjadi pecahan data berdasarkan topik permasalahan yang lebih
fokus agar dapat dianalisa lebih mendalam. Tahap berikutnya adalah

23

24

menyatukan berbagai macam tema dan responnya kedalam

Kesimpulan

permasalahan penelitian dan menggambarkan kesimpulan teoritik

Penggunaan

metode

sebagai

sebuah

strategi

dalam

dari data tersebut (Hennink, 2007:204-209).

melakukan penelitian sangat ditentukan oleh permasalahan penelitian

3) Penerapan FGD dalam kajian sosial keagamaan

serta bagaimana suatu penelitian akan dijawab. Pilihan ini sangat

Metode FGD ini telah cukup banyak digunakan dikalangan

menentukan akan seperti apa hasil dari penelitian tersebut. Etnografi

perguruan tinggi, terutama untuk penelitian yang bersifat terapan,

sebagai suatu strategi penelitian bertujuan untuk mendapatkan

misalnya mengkaji kebijakan pemerintah, dampak kebijakan, dan

pemahaman masyarakat tentang dunia mereka. Metode Participation

sebagainya. Tidak dapat pula dipungkiri, karena sifatnya sangat

Action

praktis, maka pendokumentasian proses ini pun bersifat terbatas

mentransformasikan dan membangun kesadaran diri masyarakat

hanya untuk kepentingan tertentu. Bila metode ini digunakan akan

terhadap permasalahan yang dihadapi. Metode Focus Group

cukup efektif untuk menjaring pendapat masyarakat terhadap

Discussion merupakan metode yang mengandalkan kegiatannya

kebijakan tersebut.

melalui diskusi kelompok dalam rangka menjaring opini dan

Salah satu kajian yang cukup menarik untuk menggunakan

Research

adalah

bentuk

penelitian

yang

bertujuan

pendapat masyarakat terhadap masalah penelitian.

metode ini adalah masalah kerukunan antar umat beragama. Dengan

Penggunaan metode ini akan dapat memberikan warna lain

metode ini maka peneliti akan dapat menjaring konsep ‘kerukunan’

dalam kajian sosial keagamaan di lingkungan Perguruan Tinggi

pada beberapa kelompok masyarakat dengan cara cepat dan biaya

Islam. Masing-masing metode akan menghasilkan bentuk kajian

yang tidak begitu besar. Selain masalah tersebut dapat pula

yang berbeda pula sehingga diharapkan hasil penelitiannya pun akan

membahas tentang penerapan UU yang berkaitan dengan kebijakan

memberikan warna yang beragam pula. Melalu metode-metode ini

negara dalam mengatur kehidupan beragama, atau untuk topik yang

diharapkan kajian tersebut akan bernilai jual karena didasarkan pada

lebih up-to-date dapat menggunakan metode ini untuk menjaring

kajian terapan sehingga diharapkan hasil penelitian Perguruan Tinggi

respon masyarakat terhadap model dakwah yang dilakukan di media

Islam

televise sehingga dapat diketahui model dakwah seperti apa yang

permasalahan keagamaan.

dapat

juga

menjadi

barometer

diminati oleh masyarakat.
25

26

dalam

penyelesaian

Pustaka
Abdullah, M. Amin. 2010. “Religious Studies in Indonesia:
Rethinking or Reinforced?. Makalah disampaikan dalam Diskusi
Publik Rethinking Religious Studies in Indonesia. CRCS UGM.
Yogyakarta, 26 Juni.
Ahimsa-Putra, Heddy Shri. 2001. Stukturalisme Levi-Strauss: Mitos
dan Karya Sastra. Yogyakarta: Kepel Press.
Ahimsa-Putra, Heddy Shri. 2008. “Paradigma dan Revolusi Ilmu
dalam Antropologi Budaya” disampaikan pada “Pengukuhan
Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UGM” Yogyakarta, 10
November.
Atkinson, Paul, Amanda Coppey, dkk. 2001. Handbook of
Ethnography. London: SAGE Publication.
Brewer, Johnd. 2000. Ethnography. Philadelphia: Open University
Press.
Bryant, Christopher G.A. 1985. Positivism in Social Theory and
Research. New York: St. Martin’s Press, Inc.
Cahill, Caitlin. 2007. “Participatory Data Analysis” dalam Sara
Kindon, Rachel Pain, & Mike Kesby (eds.). Participatory Action
Research Approaches and Metods Connecting People,
Participation, and Place. New York: Routledge.
Denzin, Norman. 1997. Interpretative Ethnography. London: SAGE
Publication.
Denzing, Norman K & Yvonna S. Lincoln. 1994. Handbook of
Qualitative Research. California: SAGE Publication.
Fals-Borda, O. & M.A. Rahman (eds.). 1991. Action and Knowledge:
Breaking the Monopoly with Participatory Action Research. New
York: Intermediate Technology/Apex.
Guinness, Patrick. 2009. Kampung, Islam, and State in Urban Java.
Singapore: National Uniersity Singapore Press.
Hefner, Robert W. 1999. Geger Tengger Perubahan Sosial dan
Perkelahian Politik. Yogyakarta: LKiS.
27

Hennink, Monique M. 2007. International Focus Group Research A
Handbook for the Health and Social Sciences. Cambridge UK:
Cambridge University Press.
Geertz, Clifford. 2000. Negara Teater Kerajaan-kerajaan di Bali
pada Abad Kesembilan Belas. Yogyakarta: Yayasan Bentang
Budaya.
Havilland, William A. 1985. Antropologi edisi keempat.
Diterjemahkan oleh RG. Soekadijo. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hammersley, M. & Paul Atkinson. 1983. Ethnography: Principles in
Practice. London: Tavistock.
Huberman, A. & M.B. Miles. 1998. “Data Management and Analysis
Methods” dalam N. Denzin dan Y. Lincoln (eds.). Collecting and
Interpreting Qualitative Materials. London: SAGE Publication.
Kindon, Sara, Rachel Pain, & Mike Kesby. 2007. Participatory
Action Research Approaches and Methods Connecting People,
Participation, and Place. New York: Routledge.
Kusuma, Trikurniati, Elizabeth Linda Yuliani, dkk. 2006. Belajar
Beradaptasi Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia.
Jakarta: Center for Internacional Forestry Research (CIFOR).
Krueger, R. 1988. Practical Guide Applied Research. Thousand
Oaks CA: SAGE Publication.
Krugen, R & M. Casey. 2000. Focus Groups a Practical Guide for
Applied Research 3th edition. Thousand Oaks, CA: SAGE
Publication.
Marzali, Amri. 1997. “Kata Pengantar” dalam James P. Spreadly.
Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yoga.
Nelson, C., P.A. Treichler, & L. Grossberg. 1992. “Culture Studies”
dalam L. Grossberg, C. Nelson, & P.A. Treichler (Eds.). Cultural
Studies. pp.1-16. New York: Routledge.
Reason, Peter. 1994. “Three Approaches to Participantive Inquiry”
dalam Norman K. Denzing & Yvonna S. Lincoln (eds.).

28

Handbook of Qualitative Research. California: SAGE
Publication.
Richardson, L. 1991. “Postmodern Social Theory” dalam
Sociological Theory. 9. pp. 173-179.
Stake, Robert E. 1994. “Case Studies” dalam Norman K. Denzing &
Yvonna S. Lincoln. Handbook of Qualitative Research.
California: SAGE Publication.

29