PENGGUNAAN METODE ETNOGRAFI PARTICIPATIO. pdf
PENGGUNAAN METODE ETNOGRAFI, PARTICIPATION
ACTION RESEARCH, DAN FOCUS GROUP DISCUSSION
SEBAGAI SEBUAH STRATEGI PENELITIAN SOSIAL
KEAGAMAAN1
apakah metode yang digunakan untuk mengkaji suatu permasalahan
telah mengikuti perkembangan metode yang mutakhir atau telah
tertinggal jaman.
Amilda
Kajian keagamaan akan lebih menarik bila tidak hanya
mengkaji ajaran-ajaran normatif yang dipesankan kitab suci sebagai
sebuah panduan bagi kehidupan umat manusia (model of), tetapi juga
Latar Belakang
mengkaji bagaimana para pemeluknya menginterpretasikan ajaran-
Tulisan ini berangkat dari pertanyaan yang cukup mendasar
mengapa penelitian dikalangan Perguruan Tinggi Agama Islam
cenderung tidak begitu variatif dalam menggunakan metode
penelitian dalam mengkaji permasalahan social keagamaan. Kajian
sosial keagamaan yang berkembang umumnya lebih fokus kepada
hal-hal yang bersifat normatif. Fokus kajian normatif ini acapkali
tidak dapat menyentuh permasalahan yang dihadapi oleh umat Islam
yang lebih luas. Kondisi ini berakibat Perguruan Tinggi Islam tidak
ajaran tersebut dalam perilaku kesehariannya, serta memberikan
ruang makna dari tindakan tersebut (model for). Dengan melihat
kedua sisi ini, kajian keagamaan akan menjadi lebih komprehensif
dan subur dengan berbagai masalah penelitian, sehingga akan
memberikan ruang gerak yang lebih cair bagi berbagai fenomena
sosial yang berkaitan dengan tindakan manusia dalam menjalankan
ajaran agamanya serta interaksi mereka dengan manusia dan
komunitas lain dalam kerangka lingkungannya.
dijadikan barometer rujukan untuk menyelesaikan permasalah
keagamaan dihadapi oleh masyarakat. Kondisi ini memaksa para
intelektual Perguruan Tinggi Islam untuk melakukan refleksi diri
terhadap hasil kajian-kajian mereka terhadap permasalahan yang
berkembang
sehingga
dapat
memberikan
solusi
terhadap
permasalahan tersebut. Salah satu dari refleksi tersebut adalah
Kajian yang bersifat komprehensif ini, menuntut interaksi
ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu lainnya –yang umum disebut
ilmu umum/sekuler. Interaksi ini akan sangat terlihat pada bagaimana
sebuah
penelitian
sosial
tentang
perilaku
keagamaan
suatu
komunitas/masyarakat akan dibangun. Ketika suatu penelitian
memfokuskan subyek penelitiannya pada tindakan manusia, maka
para penelitinya pun dipaksa untuk menggunakan teori dan model
1
Makalah disampaikan pada “Forum Diskusi Dosen Fakultas Ushuluddin dan
Pemikiran Islam IAIN Raden Fatah Palembang”, 06 Juli 2011.
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam IAIN Raden Fatah Palembang.
yang digunakan pada ilmu-ilmu sosial-humaniora. Salah satu bentuk
1
2
penelitian yang kerap digunakan dalam menjawab fenomena
ethnografi, wawancara tidak terstruktur, analisis textual, serta studi-
keagamaan adalah penelitian qualitative.
studi sejarah. Ruang-ruang interpretasi dalam penelitian ilmiah
Penelitian
qualitative
bertujuan
untuk
mendapatkan
gambaran, makna, dan pemahaman tentang kualitas dari suatu
mendapat ruang dalam kancah keilmuan sama hanya seperti ilmu
pasti yang dipandang telah ‘ilmiah’2.
tindakan yang dimiliki oleh masyarakat pemiliknya. Penelitian
Penelitian qualitatif merupakan multi metode dalam fokus,
qualitative adalah penelitian yang kaya dengan metode dan berbagai
melibatkan
riset strategi yang dapat digunakan sesuai dengan permasalahan dan
menempatkan subyek penelitian tersebut secara alami. Hal ini berarti
paradigma yang dipilih peneliti. Tulisan ini mencoba untuk
bahwa penelitian qualitatif, mempelajari “sesuatu” dalam setting
memperkenalkan tiga riset strategi yang dapat digunakan dalam
yang aslinya sehingga mendapatkan sebuah pengertian, atau
melakukan kajian sosial keagamaan yaitu Etnografi, Participant
penafsiran, pemahaman suatu fenomena berdasarkan pemahaman
Action Research (PAR), dan Focuss Group Discussion (FGR).
masyarakat pemiliknya. Dengan kata lain, penelitian qualitatif
Karena sifat dari tulisan ini hanya memberikan pengantar, maka
memuat lingkup yang sangat luas berbagai metode –study kasus, life
pembahasan yang dihadirkan lebih banyak ketataran teoritik dari
story, interaksional, dan visual text- dan saling bertemu dalam rangka
ketiga bentuk riset strategi tersebut, dengan harapan akan
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang suatu subyek
memunculkan minat untuk mulai menggenal dan menggunakannya.
((Denzin & Lincoln, 1994:2). Pemilihan metode dalam kegiatan
Sekilas tentang Penelitian Qualitatif
Lebih dari dua dekade ini, perkembangan metodologi
interpretasi,
dan
merupakan
pendekatan
yang
penelitian sangat tergantung pada pertanyaan penelitian dan
dipengaruhi oleh konteks pertanyaan tersebut (Nelson dkk. 1992:2).
penelitian mengalami revolusi yang sangat pesat terutama di
Perkembangan penelitian qualitative memiliki sejarah yang
lingkungan ilmu social dan humaniora, dikenal dengan “the
panjang, Richardson (1991) ditandai dengan kritik terhadap aliran
Qualitative revolution”. Revolusi ini menggeser peran statistic yang
positivisme yang berkembang (pada awal 1900-an) dan menjadi
memiliki peran penting pada penelitian ilmu sosial dan humaniora
pada waktu itu (Denzin & Lincoln, 1994:ix). Proses perubahan yang
2
cepat ini memberikan ruang bagi penelitian yang ‘lain’ seperti
Perkembangan ini tidak dapat dilepaskan dari revolusi ilmu pengetahuan yang
berkembang di dunia, terutama barat, ditandai dengan kokohnya pengaruh
paradigma positivisme. Proses ini melalui terjadinya revolusi paradigma sebagai
inti dari ilmu pengetahuan (Ahimsa-Putra, 2008).
3
4
barometer bagi pengkategorian ilmiah dalam ilmu pengetahuan pada
Penolakan ini memuncul aliran yang berbeda dengan aliran
masa itu. Pada masa ini, metode qualitatif menggunakan kriteria
positivis, diawali pasca PD II. Studi-studi qualitatif dengan kerja
“objektivitas” seperti halnya pada ilmu alam. Asumsí dasarnya
participant observation mendapat ruang tersendiri pada ilmu social
adalah (1) manusia merupakan bagian dari alam sehingga harus
dan humaniora. Di awali oleh Malinowsky dengan penelitian
diperlakukan seperti fenomena alam yang lain; (2) hanya ada satu
lapangannya di Pulau Trobrian, setelahnya penelitian lapangan yang
3
dunia yang memiliki eksistensi, yaitu yang “objektif” ; (3) dan hanya
bersifat qualitatif menjadi semakin penting dalam pengembangan
satu bentuk pengetahuan yaitu ilmu alam. Berdasarkan asumsi ini
ilmu social dan humaniora. Peran stategis dari penelitian qualitatif
maka dunia harus dipelajari dengan menggunakan metode dan cara-
ditunjukan bagaimana penelitian ini menempatkan sikap subjek
cara yang digunakan oleh ilmu alam, karena perilaku manusia
penelitiannya sebagai suatu yang nyata, yang memiliki pikiran,
merupakan bagian dari gejala alam (Bryant, 1985:3-5).
kepercayaan, dan pengalaman. Sifat dari subyek penelitian tersebut
Berdasarkan asumsi ini, maka untuk menjelaskan satu fakta
menuntut penelitian qualititaf melakukan kajian yang sifatnya
social tersebut dengan mengadopsi metode penelitian yang
multidisipliner sehingga memungkin untuk menggunakan berbagai
digunakan dalam ilmu alam yaitu semua gejala harus memiliki
metode penelitian dalam rangka memahami subyek penelitiannya
ukuran sehingga dapat digeneralisasikan dalam rangka menemukan
(Denzin & Lincoln, 1994:12).
hukum-hukum yang berlaku universal dibalik suatu fenomen, seperti
Penelitian qualitatif menggunakan berbagai paradigma4
halnya dalam ilmu alam. Berdasarkan pandangan positivisme ini,
interpretasi yang dibangun oleh serangkaian kepercayaan dan
maka
yang
perasaan tentang dunianya dan bagaimana kepercayaan dan perasaan
menghasilkan menggunakan data yang tidak dapat diukur dan
tersebut dipahami dan dipelajari. Dalam penelitian qualitatif –secara
digeneralisasikan dianggap tidak ilmiah.
umum- terdapat empat paradigma yaitu positivist-postpositivist,
penelitian
yang
dilakukan
penelitian
qualitatif
constructivist-interpretive, critical (Marxist, emancipatory), dan
feminist-poststructural. Pilihan terhadap paradigma sangat ditentukan
3
Objektivitas ini akan dapat diperoleh bila suatu fenomena tersebut merupakan
gejala yang empirik dan dapat diobservasi sebagai dasar dari pengetahuan manusia
(Bryant, 1985:6,12). Kriteria empirik dan dapat diobservasi ini, pada
perkembangannya dipandang tidak mampu untuk memayungi berbagai pertanyaan
yang ‘tidak empirik’ dan ‘tidak dapat diobservasi’.
5
4
Paradigma adalah seperangkat konsep yang berhubungan secara logis membentuk
sebuah kerangka pemikiran yang berfungsi untuk menjelaskan, memahami,
menafsirkan kenyataan dan/ masalah yang dihadapi (Ahimsa-Putra, 2001).
6
oleh masalah penelitian serta asumsi-asumsi dasar yang akan
digunakan ketika peneliti mulai menterjemahkan paradigma dan
digunakan dalam menjawab permasalahan tersebut.
rancangan penelitiannya kepada tindakan mengumpulkan dan
Beragam paradigma yang bersifat abstrak tersebut kemudian
menganalisa data. Misalnya pada penelitian yang menggunakan
Penelitian
strategi penelitian case study/studi kasus5, maka peneliti akan
qualitative memiliki beragam riset strategi yang dapat digunakan
menggunakan teknik pengumpulan datanya dengan melakukan
dalam rangka bagaimana masalah penelitian tersebut akan dijawab.
wawancara, observasi, dan analisa dokumentasi. Pada studi kasus,
Strategi penelitian ini berhubungan dengan metode pengumpulan dan
paradigma diletakkan pada lokasi yang telah pasti/tertentu dan
analisis data. Strategi
riset antara lain adalah case study,
metode yang telah pasti pula yaitu menempatkan sebuah kasus
ethnography, phenomenology, grounded theory, action and applied
sebagai objek dari penelitian (Stake, 1994:236-246). Begitu pula
research, focuss group research.
pada bentuk riset strategi yang lain. Tulisan ini hanya akan
dioperasionalkan
dalam
suatu
strategi
penelitian.
membahas tiga bentuk riset strategi
Strategi Penelitian
Strategi penelitian dimanifestasikan pada desain penelitian,
sebuah gambaran akan seperti apa penelitian tersebut dijalankan.
yang
yaitu etnografi,
participation action research (PAR), dan focuss group discussiom
(FGD).
Secara structural, desain penelitian memuat isu utama, yaitu (1)
bagaimana desain penelitian akan dihubungkan dengan paradigma
Etnografi
yang akan digunakan; (2) siapa dan apa yang akan dipelajari?; (3)
Secara harfia etnografi berarti tulisan atau laporan tentang
strategi penelitian apa yang akan digunakan?; serta (4) metode
suku-bangsa yang ditulis oleh seorang antropolog atas hasil
pengumpulan dan analisa apa yang akan digunakan?. Berdasarkan
penelitian
struktur penelitian di atas, maka strategi penelitian menjadi penting
antropologis tersebut bersifat khas, sehingga istilah etnografi
lapangan
yang
memakan
waktu
lama.
Laporan
untuk mengarahkan bagaimana penelitian tersebut akan dijalankan
sesuai dengan alur paradigma yang dipilih.
Sebuah strategi penelitian meliputi kemampuan peneliti,
5
asumís-asumsi yang dimiliki peneliti, serta segala tindakan yang
Terdapat “bounded system” dimana sebuah fenomena terikat dalam suatu ikatan
makna sehingga akan memunculkan hasil yang sama pada setiap kasus yang sama.
Syarat dasar melakukan studi kasus adalah sifat homogenitas dari suatu kasus
sehingga kualitas pemilihan sampel menjadi sangat penting (Stake, 1994:236-246).
7
8
mengacu pula kepada metode yang digunakan untuk menghasilkan
menggunakan observasi partisipasi sebagai teknik pengumpulan
laporan tersebut6.
datanya dalam rangka memahami nalar masyarakat pemilik
Brewer (2000:10) secara eksplisit memberikan definisi
kebudayaan tersebut. Pemahaman terhadap nalar tersebut menjadi
etnografi sebagai the “study of people in naturally occuring getting
penting karena budaya suatu masyarakat terdiri atas segala sesuatu
or ‘fields’ by means of methods which capture their social meanings
yang seharusnya diketahui atau dipercayai seseorang agar ia dapat
and ordinary activities, involving the reseacher participating directly
berperilaku sesuai dengan cara yang diterima oleh masyarakatnya
in the setting if not also the activities, in order to collect data in a
(Goodenough dalam Marzali, 1997:xix).
systematic manner but without meaning being imposed on the
1) Teknik Pengumpulan dan Verifikasi Data
externally”. Etnografi, secara umum mengacu pada bentuk penelitian
social yang:
Teknik pengumpulan data dalam etnografi menggunakan
observasi partisipasi, data diperoleh melalui partisipasi di dalam
Menekankan pada explorasi fenomena social pada setting
kehidupan sehari-hari informan dalam kondisi yang sebenarnya
aslinya.
dalam rangka mendapatkan interpretasi mereka dan makna sosial
Data yang digunakana bersifat tidak terstruktur.
dari tindakan dan kegiatan tersebut (Brewer, 2000:59). Hammersley
Penelitian dilakukan bersifat mikro.
& Atkinson (1983) menyebutkan bahwa observasi partisipasi tidak
Analisis data meliputi interpretasi makna dan fungsi dari
hanya menempatkan peneliti sebagai bagian dari subyek penelitian
tindakan manusia, hasil dari analisa tersebut berupa deskripsi
tersebut tetapi juga bagaimana caranya seorang peneliti dapat
verbal dan paparan penjelasan (Atkinson dkk, 2001:323).
menghadirkan pandangan dunia subyek penelitian tersebut sebagai
Berdasarkan criteria tersebut maka ciri khas penelitian ini
bagian dari karakteristik penelitiannya. Instrument terpenting dalam
adalah bersifat holistic-integratif, thick description, dan analisis
teknik ini adalah peneliti itu sendiri, dimana seorang peneliti harus
kualitatif dalam rangka mendapatkan native’s point of view. Dalam
mampu membangun atau menempatkan diri sebagai orang “dalam”
rangka mendapatkan native’s point of view tersebut, etnografi
sekaligus sebagai orang “luar” dari masyarakat tersebut. Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka seorang peneliti etnografi dituntut
6
Korelasi antara etnografi dan antropologi diungkapkan oleh Margaret Mead,
“Anthropology as a sciences is entirely dependent upon field work records made
by individuals within living societies” (dalam Naroll & Cohe, 1970).
9
untuk menguasai bahasa informannya (Brewer, 2000:59).
10
Data etnografi juga diperoleh dengan melakukan wawancara
Proses interpretasi adalah proses meletakkan atau memberikan
mendalam (depth interview) dalam bentuk wawancara tidak
makna pada data sesuai dengan konteksnya, karena interpretasi selalu
terstruktur. Wawancara ini menghasilkan respon verbal dari
bertalian dengan metode yang digunakan. Pada tahapan ini, juga
informan. Selain itu data personal dari informan dan riwayat
harus menampilkan polyphony voices yang diperoleh dari lapangan
hidupnya menjadi data pendukung dalam melakukan analisa
karena
etnografi (Brewer, 2000:73). Verifikasi data menggunakan prinsip
masyarakat (Brewer, 2000:124).
trianggulasi yaitu dengan menggunakan berbagai metode untuk
3) Penerapan etnografi dalam kajian social keagamaan
mendapatkan data. Prinsip trianggulasi data digunakan karena ruang
terdapat
berbagai
versi
kebenaran
diantara
anggota
M. Amin Abdullah (2010) mengungkapkan bahwa kajian
lingkup pengumpulan data dapat diperoleh dari berbagai sumber.
keagamaan tidak hanya pada kajian yang bersifat normatif tetapi juga
2) Analisis Data
harus melihat bagaimana suatu agama dihayait, dipraktekkan oleh
Analisis data dalam etnografi merupakan analisis data7 yang
para pemeluknya, serta bagaimana pengikut agama-agama tersebut
berproses, data dianalisis bersamaan dengan proses pengumpulan
mempertahankan nilai-nilai serta norma-norma yang diyakini
data. Analisa data etnografi meliputi klasifikasi dan interpretasi data
kebenarannya
etnografi (Brewer, 2000:115). Klasifikasi data didasarkan pada
pertanyaan tersebut kemudian dimanifestasikan dalam berbagai
konsep yang digunakan pada penelitian tersebut, proses taxonomi
proses dan prosedur penelitian. Ketika fokus suatu penelitian adalah
dan typology data. Data diklasifikasikan sesuai dengan makna yang
perilaku manusia dalam aktivitas keagamaan atau berkaitan dengan
dihadirkan oleh data tersebut.
manifestasinya terhadap suatu ajaran agama, maka penggunaan
lewat
berbagai
aktifitas
budaya.
Pertanyaan-
Interpretasi merupakan bagian terpenting dalam analisa
metode etnografi dapat digunakan sebagai stategi penelitian. Apabila
etnografi, yaitu menempatkan data dalam kerangka ilmu, “in the
seorang peneliti ingin mendapatkan pemahaman yang utuh tentang
social sciences, there is only interpretation” (Denzin, 1997:313).
kehidupan beragama suatu masyarakat dan relasi nilai-nilai agama
tersebut dalam sistem social budaya mereka, maka pengumpulan data
7
Analisa data melalui tiga subproses yaitu (1) reduksi data, menseleksi data yang
akan digunakan; (2) display data, menempatkan data dalam setting penelitian
secara keseluruhan; (3) menggambarkan kesimpulan berupa interpretasi terhadap
temuan (Huberman & Miles, 1998:180).
11
yang paling tepat digunakan adalah obserpasi partisipasi dan
wawancara mendalam.
12
Clifford Geertz (2000) adalah contoh etnografer yang
dengan tradisi, agama, identitas social, dan pertarungan politik yang
menghasilkan tulisan yang berkaitan dengan peran social budaya dari
sarat dengan kepentingan. Pada akhirnya Hefner menunjukkan
kehidupan beragama pada masyarakat hindu Bali, dalam tulisannya
bahwa kekuatan masyarakat sipil harus dibangun di atas dasar-dasar
Negara Teater. Pada penelitian ini, Geertz menggunakan metode
pluralitas yang ada dalam masyarakat dimana keragaman agama,
etnografik dalam rangka merekonstruksikan kehidupan masyarakat
tradisi, dan kebudayaan menjadi bagian yang memperkokoh dasar
Bali yang sangat kuat dipengaruhi oleh agama Hindu Bali. Negara
masyarakat sipil tersebut.
dalam sistem kekuasaan di Bali merupakan jelmaan dari konsep
Partisipasi Action Reseach (PAR)
dewata sehingga yang hadir dalam tiga konsep relasi yang penting
Berbeda dengan etnografi yang menempatkan posisi peneliti
yaitu relasi raja dengan para pendeta Hindu, raja dengan dunia
bersifat pasif terhadap subyek penelitiannya, maka PAR merupakan
material, dan raja dengan dirinya sendiri. Berdasarkan tulisan ini,
bentuk penelitian yang sangat berbeda dengan bentuk penelitian
Geertz menginterpretasikan bagaimana struktur kekuasaan di Bali
participan yang berkembang selama ini. Teknik participan tradisional
tidak dapat dilepaskan dari representasi raja sebagai dewata.
–mengacu pada partisipasi yang bersifat satu arah- karena hanya
Tulisan etnografi dengan gaya berbeda, walaupun satu aliran,
bertujuan untuk memahami masyarakat yang diteliti dalam rangka
ditampilkan oleh Hefner (1999) ketika ia mengupas tentang agama
kepentingan akademis sedangkan masyarakatnya tidak mengalami
dan politik di Indonesia dalam rangka mencari wacana civil society
atau memperoleh apapun dari proses tersebut, sedangkan mereka
di negara yang sangat kuat pengaruh keagamaannya. Ia mengulas
adalah pemiliki pengetahuan tersebut. Idealnya terjadi proses
bagaimana pertarungan politik aliran baik ideologi maupun agama
pertukaran pengetahuan yang saling menguntungkan antar keduanya,
yang terjadi di Indonesia pada masa transisi pasca keruntuhan orde
peneliti dan masyarakat yang diteliti (Reason, 1994:325-326). PAR
lama dan berkuasanya orde baru. Tulisan ini mengungkapkan
berorientasi proses transformasi sosial melalui penggabungan
kenyataan bahwa kekerasan social politik menjadi bahaya laten
kegiatan penelitian, pendidikan, dan tindakan. Asumsi dasar dari
bangsa ini dan akan berlanjut menjadi budaya kekerasan. Hefner juga
bentuk penelitian ini adalah “those who have been most
menunjukkan perubahan social yang terjadi pada masyarakat
systematically excluded, oppressed, or denied carry specifically
Tengger menunjukkan kompleksitas persoalan yang dikaitkan
revealing wisdom about the history, structure, consequences, and the
13
14
fracture points in unjust social arrangement”, sehingga PAR
1) Teknik pengumpulan data
merepresentasikan sebuah bentuk pendekatan counter-hegemoni
dalam
pengetahuan.
Berdasarkan
asumsi
ini
maka
Data diperoleh berdasarkan kesepakatan bersama dengan
PAR
masyarakat, secara bersama-sama menyusun agenda permasalahan
menggunakan paradigma feminism, postcolonialism, Marxism, dan
yang dihadapi bersama dan analisa pun dilakukan bersama. Kontrol
critical theory (Kindon, 2007:9-14).
terhadap data dilakukan melalui hasil yang dicapai berdasarkan
Berdasarkan tujuan tersebut, maka PAR sebagai sebuah
agenda dan analisa yang telah dilakukan bersama. Pada proses ini
strategi penelitian memiliki dua fungsi utama yaitu untuk
merupakan tahapan mengkomunikasikan masalah actual yang
menghasilkan pengetahuan dan tindakan nyata yang dapat dirasakan
dihadapi oleh masyarat tersebut.
manfaatnya oleh kelompok masyarakat tersebut, melalui penelitian,
Karena tujuan dari penelitian ini adalah membangun
pendidikan, dan aksi yang bersifat social, ekonomi, dan politik.
kesadaran bersama, maka desain penelitian, pengumpulan data,
Fungsi kedua adalah memberikan kepercayaan kepada masyarakat
analisa data, dan sebagainya tidak lagi menjadi hal utama yang harus
untuk mengembangkan proses konstruksi pengetahuan yang mereka
dilakukan. Proses terpenting dalam PAR adalah proses kolaborasi
miliki agar dapat memberikan manfaat bagi seluruh anggota
dan
masyarakat.
sebagai
menghargai diri sendiri, dan membangun solidaritas bersama. Media
conscientification –proses membangun kesadaran bersama melalui
penting dalam PAR adalah pertemuan dan berbagai kegiatan yang
pengenalan diri sendiri dan melakukan refleksi (Fals-Borda &
melibatkan setiap anggota masyarakat, sehingga akan terjadi proses
Rahman, 1991:16). Fungsi ini hanya dapat dicapai melalui suatu
saling berbagi pengalaman dan mengumpulkan informasi dan
komitmen bersama untuk bekerjasama semua unsur yang terlibat.
bersama-sama merefleksikan capai dari proses PAR yang tengah
Peneliti sebagai penggagas proses ini berperan sebagai agen
berlangsung (Kindon, 2007:17).
perubahan, ia terikat pada etika untuk bersikap demokratis dan
2) Analisis Data
Meminjam
istilah
Paulo
menghargai kearifan lokal masyarakat tersebut.
Freire
dialogis
membangun,
memotivasi,
menumbuhkan
sikap
Analisis data dilakukan dalam proses negosiasi dan
interpretasi bersama terhadap permasalahan yang dihadapi. Seorang
peneliti berperan sebagai fasilitator yang melakukan analisis awal,
15
16
kemudian hasil analisis awal ini akan didiskusikan kembali di dalam
sosial, merepresentasikan kembali hubungan tersebut dalam tataran
kelompok sehingga dapat dilakukan refleksi terhadap apa yang telah
konteks permasalahan yang lebih luas, sebagai bentuk dari validasi
dicapai serta koreksi yang mungkin dilakukan. Model analisa seperti
data. Pada proses ini, peneliti dituntut untuk cermat menempatkan
ini disebut dengan analisa dengan alur melingkar8, dimana peneliti
data yang bersifat personal tersebut dalam kerangka sosial politik
akan membangun pertanyaan yang akan dijawab oleh para participan
yang lebih luas (Cahill, 2007:182-187).
sehingga akan memunculkan perspektif berbeda dari masing-masing
3) Penerapan PAR dalam kajian sosial keagamaan
participan, kemudian akan dihasilkan kerangka pemikiran bersama
Karena sifat metode PAR yang menuntut peneliti mengawal
dan akhirnya akan menghasilkan interpertasi bersama, pada proses
sebuah proses perubahan dalam waktu yang cukup lama, maka
ini akan menghasilkan permasalahan baru, yang akan direfleksi
penelitian ini belum begitu diminati oleh para peneliti dikalangan
kembali. Hasil dari proses analisa ini adalah sebuah proses diskusi
perguruan tinggi. Tujuan dari PAR adalah berkomitmen mendorong
yang terbangun dan dokumentasi kesepakatan atau ketidaksepakatan
transformasi social dalam masyarakat, menjadi sangat relevan untuk
terhadap suatu permasalahan.
digunakan karena ia menjadi media yang menjembatani peran
Proses
membangun
kesepakatan/ketidaksepakatan
melalui
diskusi
proses
verifikasi
dan
seorang akademisi yaitu melakukan penelitian dan pengabdian
data
masyarakat. PAR menawarkan sebuah bentuk yang memungkinkan
menggunakan trianggulasi multiple point of view yaitu berbagai
seorang peneliti melakukan keduannya.
perspektif yang disampaikan oleh participant terhadap suatu masalah.
Buku Kampung, Islam, and State in Urban Jawa yang ditulis
Proses verifikasi data ini merupakan proses negosiasi antar berbagai
oleh Patrick Guinness (2009) merupakan salah satu dari sedikit buku
perspektif berbeda, yang muncul dalam proses diskusi, sebagai
menggunakan metode PAR yang dihasilkan kalangan akademisi.
bentuk dari konstruksi sosial dan pengalaman hidup dari masing-
Dalam bukunya ini, Guinness menjelaskan bagaimana proses
masing participant. Pada proses ini peneliti berperan untuk
kemandirian yang dibangun oleh masyarakat di kampung Ledok,
meletakkan pengalaman pribadi participant kepada kerangka teori
Yogyakarta membangun kemandirian ekonomi mereka ketika
dihadapkan
8
pada
krisis
ekonomi
yang
melanda
Indonesia.
Pada penelitian qualitative umumnya menggunakan alur lineal dimana data
dianalisa bertahap diawali oleh problem identifikasi, pengumpulan data, analisis
data, presentasi hasil penelitian berupa teori (Cahil, 2007:184).
Masyarakat Ledok membangun proses participasi dalam mengatasi
17
18
kesulitan ekonomi tersebut. proses ini didukung peran Romo
dilakukan oleh berbagai lembaga baik pemerintah dan non-
Mangunwidjaya yang sangat besar bersama Yayasan Pondok Rakyat
pemerintah. Direktorat Pendidikan Tinggi Islam memberikan ruang
untuk membuat kesepakatan bagaimana mengelola perekonomian
yang cukup luas untuk melakukan penelitian PAR ini dengan
bersama
Dalam
memberikan porsi tersendiri setiap tahunnya. Isu-isu sosial
membangun proses ini tahapan pertama yang dibangun adalah
keagamaan yang diangkat umumnya berkaitan dengan isu global
menghilangkan hambatan dan kecurigaan antar anggota masyarakat
seperti kemiskinan, kesetaraan gender, pendidikan, dan kesehatan.
dalam
bentuk
kelompok-kelompok
usaha.
Ledok yang disebabkan oleh perbedaan agama.
Kelompok-
Focus Grup Discussion (FGD)
kelompok usaha ini merupakan strategi yang disepakati bersama
Penggunaan FGD telah cukup banyak digunakan oleh para
antar anggota masyarakat dalam mengatasi kesulitan ekonomi
peneliti ilmu sosial, khususnya mereka yang melakukan penelitian
mereka.
kebijakan. Berbeda dengan dua metode sebelumnya, yang menuntut
Publikasi penggunaan metode PAR lebih banyak dilakukan
peneliti
terjun
langsung
dalam
kehidupan
informan
atau
oleh NGO’s sebagai bentuk dokumentasi proses pemberdayaan yang
partisipannya, maka FGD tidak menuntut keterlibatan penuh peneliti
dibangun ditingkat masyarakat. Salah satu laporan penelitian yang
terhadap subyek penelitiannya. Inti dari penelitian ini adalah
menggunakan metode PAR ini diterbitkan oleh CIFOR dalam
perekaman melalui notulensi. Pada umumnya digunakan sebagai
menginisiasi proses Adaptive Collaborative Management (ACM).
sarana konfirmasi terhadap sebuah isu yang diketahui oleh
Buku Belajar Beradaptasi Bersama-sama Mengelola Hutan di
masyarakat luas.
Indonesia (2006) menggambarkan bagaimana membangun kesadaran
FGD9 merupakan metode yang cukup unik dalam penelitian
bersama dalam pengelolaan kehutanan rakyat. Proses participatif ini
qualitatif, karena metode ini mensyaratkan adanya diskusi yang
dibangun dari level masyarakat hingga level multistakeholder dan
cukup intens terhadap suatu isu yang spesifik sebagai permasalahan
disepakatinya kebijakan pengelolaan bersama.
penelitian, dan kelompok diskusi tersebut telah dipersiapkan atau
Hingga sekarang, hasil penelitian PAR yang berkorelasi
9
Niat untuk mendorong penggunaan metode ini cukup gencar
A Focus Group Study is a carefully planned series of discussions designed to
obtain perception on a defined area of interest in a permissive, non-threatening
environment. Each group is conducted with six to eight people by a skilled
interviewer….Group members influence each other by responding to idea and
comments of others (Krueger and Casey, 2000:5).
19
20
dengan kajian sosial keagamaan belum dipublikasikan secara luas.
dirancang terlebih dahulu oleh peneliti. FGD berbeda dengan metode
dapat digunakan oleh para pembuat kebijakan untuk membuat
penelitian qualitatif lainnya dari tujuan, susunan dan proses
kebijakan politik, rencana pembangunan, atau peraturan yang akan
pengumpulan data. Tujuan dasar dari penelitian ini adalah untuk
berdampak kepada masyarakat luas. (2) FGD dapat digunakan untuk
mengidentifikasi berbagai pandangan yang berbeda diseputar topik
mengevaluasi
penelitian dan untuk memdapatkan memahami isu tersebut dari
masyarakat yang terkena peraturan tersebut, misalnya apakah efektif
perspektif partisipan (Hennink, 2007:4). Model penelitian ini mulai
untuk menerapkan kebijakan Light-on pada pengendara sepeda
digunakan pada ilmu sosial pada tahun 1940-an dan beberapa dekade
motor di siang hari. (3) FGD juga dapat digunakan untuk memahami
kemudian FGD lebih banyak digunakan pada penelitian pasar,
perilaku
bagaimana pandangan konsumen terhadap suatu produk.
kebiasaan, perilaku yang ada di masyarakat yang dijadikan target
Metode ini muncul karena dirasakannya adanya keterbatasan
dan
efectivitas
suatu
memberikan
program
penjelasan
kebijakan Kali Bersih (PROKASIH).
interviewer menjadi sangat dominan sehingga menimbulkan bias
1) Teknik Pengumpulan Data
terhadap data yang dihasilkan. Kritik terhadap model interview
tersebut
kemudian
menghasilkan
terhadap
pandangan
kepercayaan,
sebuah kebijakan. Misalnya bagaimana respon masyarakat terhadap
dari model wawancara yang umumnya dilakukan, dimana peran
tradisional
menurut
Data dalam metode FGD diperoleh melalui media diskusi.
non-directive
Diskusi tersebut terdiri dari individu-individu yang telah diseleksi
interviewing, dimana peran interviewer bersifat terbatas dan
terlebih dahulu. Partisipan diskusi diharapkan tidak lebih dari 5-12
dinamika kelompok menjadi media untuk mengumpulkan data
orang, dengan durasi pertemuan 2-3 jam. Pemilihan participan ini
melalui respon spontan partisipan terhadap topik diskusi (Krueger,
didasarkan pada kriteria keterlibatan atau memiliki pengalaman
1988). Model penelitian ini berfungsi untuk mengurangi dominasi
terhadap topik penelitian tersebut. Pemilihan participan ini menjadi
interviewer, peran interviewer digantikan oleh partisipan, sedangkan
sangat penting dalam membangun FGD. Participant10 dipilih secara
interviewer berperan sebagai pendengar.
purposive recruitment berdasarkan criteria dari objek penelitian.
Metode FGD ini dapat digunakan untuk (1) mengeksploitasi
isu-isu baru, mengidentifikasi norma-norma social atau praktek-
10
praktek budaya yang berkembang dalam masyarakat. Data tersebut
Pemilihan participant adalah proses identifikasi individu yang dianggap sesuai
dengan karakteristik dan kemudian mengundang mereka untuk berpatisipasi dalam
kelompok diskusi. Terdapat tiga cara pemilihan participant yaitu random
recruitmen, purposive recruitment, dan snowball recruitmen (Hennink, 2007:94).
21
22
Kemampuan peneliti sebagai moderator diskusi berperan sebagai
2) Analisis Data
menstimulus jalannya diskusi untuk mendapatkan data yang
Karakteristik data FGD berbeda dengan data qualitatif
dibutuhkan melalui kemampuannya mengatur dinamika kelompok
lainnya karena data diperoleh dari proses diskusi yang berkembang
diskusi tersebut. Data FGD diperoleh pada saat diskusi berlangsung,
diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat sehingga konteks
dimana inti dari FGD adalah proses perekaman melalui notulensi
dan dinamika kelompok harus menjadi fokus perhatian dalam
proses diskusi.
melakukan analisa data. Pernyataan-pernyataan yang muncul dalam
Proses perekaman proses ini umumnya menggunakan dua
diskusi harus diletakkan pada konteks permasalahan yang menjadi
cara yaitu pencatatan proses secara manual serta perekaman proses
fokus diskusi.
Analisis data dilakukan sejak awal dari proses
melalui audio dan visual recorder. Pencatatan secara manual
pengumpulan data hingga penulisan laporan penelitian atau disebut
dibutuhkan untuk menjaga proses diskusi tetap berada pada alur
ongoing process, proses pengumpulan data dan analisis data selalu
penelitian dan menandai isu-isu penting yang muncul ketika proses
terbangun secara simultan.
berlangsung. Catatan ini juga menjadi penting ketika participan
Data yang digunakan dalam FGD berupa data tekstual yang
menolak pernyataannya direkam. Video recording digunakan untuk
didapat dari proses diskusi, maka analisis datanya bersifat
mengidentifikasi tindakan dari partisipan, interaksi kelompok yang
menggunakan proses melingkar/circular process, dimana tingkatan
terbangun, gesture dan ekspresi wajah partisipan ketika berdialog.
analisis akan berulang secara terus menerus antara tindakan
Kesemuanya ini dibutuhkan untuk meletakkan data dalam catatan
merefleksikan data yang ditemukan, mengumpulkan lebih banyak
manual pada konteks dinamika kelompok. Rekaman audio/tape
data, menganalisis data, membangun pemahaman yang lebih
record memberikan data yang lebih akurat dari isu yang berkembang.
mendalam terhadap masalah penelitian, kemudian proses akan
Data yang akurat ini dibutuhkan dalam proses analisis data, seperti
berulang kembali. Tahap pertama dari analisis data FGD adalah
mengidentifikasi tema-tema yang muncul dalam diskusi dan
membaca data tekstual agar didapat kontek dari masing-masing
mendapatkan pengertian yang lebih baik lagi tentang permasalahan
kelompok dalam diskusi. Data tersebut kemudia dipilah-pilah
penelitian tersebut (Hennink, 2007:193-197).
menjadi pecahan data berdasarkan topik permasalahan yang lebih
fokus agar dapat dianalisa lebih mendalam. Tahap berikutnya adalah
23
24
menyatukan berbagai macam tema dan responnya kedalam
Kesimpulan
permasalahan penelitian dan menggambarkan kesimpulan teoritik
Penggunaan
metode
sebagai
sebuah
strategi
dalam
dari data tersebut (Hennink, 2007:204-209).
melakukan penelitian sangat ditentukan oleh permasalahan penelitian
3) Penerapan FGD dalam kajian sosial keagamaan
serta bagaimana suatu penelitian akan dijawab. Pilihan ini sangat
Metode FGD ini telah cukup banyak digunakan dikalangan
menentukan akan seperti apa hasil dari penelitian tersebut. Etnografi
perguruan tinggi, terutama untuk penelitian yang bersifat terapan,
sebagai suatu strategi penelitian bertujuan untuk mendapatkan
misalnya mengkaji kebijakan pemerintah, dampak kebijakan, dan
pemahaman masyarakat tentang dunia mereka. Metode Participation
sebagainya. Tidak dapat pula dipungkiri, karena sifatnya sangat
Action
praktis, maka pendokumentasian proses ini pun bersifat terbatas
mentransformasikan dan membangun kesadaran diri masyarakat
hanya untuk kepentingan tertentu. Bila metode ini digunakan akan
terhadap permasalahan yang dihadapi. Metode Focus Group
cukup efektif untuk menjaring pendapat masyarakat terhadap
Discussion merupakan metode yang mengandalkan kegiatannya
kebijakan tersebut.
melalui diskusi kelompok dalam rangka menjaring opini dan
Salah satu kajian yang cukup menarik untuk menggunakan
Research
adalah
bentuk
penelitian
yang
bertujuan
pendapat masyarakat terhadap masalah penelitian.
metode ini adalah masalah kerukunan antar umat beragama. Dengan
Penggunaan metode ini akan dapat memberikan warna lain
metode ini maka peneliti akan dapat menjaring konsep ‘kerukunan’
dalam kajian sosial keagamaan di lingkungan Perguruan Tinggi
pada beberapa kelompok masyarakat dengan cara cepat dan biaya
Islam. Masing-masing metode akan menghasilkan bentuk kajian
yang tidak begitu besar. Selain masalah tersebut dapat pula
yang berbeda pula sehingga diharapkan hasil penelitiannya pun akan
membahas tentang penerapan UU yang berkaitan dengan kebijakan
memberikan warna yang beragam pula. Melalu metode-metode ini
negara dalam mengatur kehidupan beragama, atau untuk topik yang
diharapkan kajian tersebut akan bernilai jual karena didasarkan pada
lebih up-to-date dapat menggunakan metode ini untuk menjaring
kajian terapan sehingga diharapkan hasil penelitian Perguruan Tinggi
respon masyarakat terhadap model dakwah yang dilakukan di media
Islam
televise sehingga dapat diketahui model dakwah seperti apa yang
permasalahan keagamaan.
dapat
juga
menjadi
barometer
diminati oleh masyarakat.
25
26
dalam
penyelesaian
Pustaka
Abdullah, M. Amin. 2010. “Religious Studies in Indonesia:
Rethinking or Reinforced?. Makalah disampaikan dalam Diskusi
Publik Rethinking Religious Studies in Indonesia. CRCS UGM.
Yogyakarta, 26 Juni.
Ahimsa-Putra, Heddy Shri. 2001. Stukturalisme Levi-Strauss: Mitos
dan Karya Sastra. Yogyakarta: Kepel Press.
Ahimsa-Putra, Heddy Shri. 2008. “Paradigma dan Revolusi Ilmu
dalam Antropologi Budaya” disampaikan pada “Pengukuhan
Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UGM” Yogyakarta, 10
November.
Atkinson, Paul, Amanda Coppey, dkk. 2001. Handbook of
Ethnography. London: SAGE Publication.
Brewer, Johnd. 2000. Ethnography. Philadelphia: Open University
Press.
Bryant, Christopher G.A. 1985. Positivism in Social Theory and
Research. New York: St. Martin’s Press, Inc.
Cahill, Caitlin. 2007. “Participatory Data Analysis” dalam Sara
Kindon, Rachel Pain, & Mike Kesby (eds.). Participatory Action
Research Approaches and Metods Connecting People,
Participation, and Place. New York: Routledge.
Denzin, Norman. 1997. Interpretative Ethnography. London: SAGE
Publication.
Denzing, Norman K & Yvonna S. Lincoln. 1994. Handbook of
Qualitative Research. California: SAGE Publication.
Fals-Borda, O. & M.A. Rahman (eds.). 1991. Action and Knowledge:
Breaking the Monopoly with Participatory Action Research. New
York: Intermediate Technology/Apex.
Guinness, Patrick. 2009. Kampung, Islam, and State in Urban Java.
Singapore: National Uniersity Singapore Press.
Hefner, Robert W. 1999. Geger Tengger Perubahan Sosial dan
Perkelahian Politik. Yogyakarta: LKiS.
27
Hennink, Monique M. 2007. International Focus Group Research A
Handbook for the Health and Social Sciences. Cambridge UK:
Cambridge University Press.
Geertz, Clifford. 2000. Negara Teater Kerajaan-kerajaan di Bali
pada Abad Kesembilan Belas. Yogyakarta: Yayasan Bentang
Budaya.
Havilland, William A. 1985. Antropologi edisi keempat.
Diterjemahkan oleh RG. Soekadijo. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hammersley, M. & Paul Atkinson. 1983. Ethnography: Principles in
Practice. London: Tavistock.
Huberman, A. & M.B. Miles. 1998. “Data Management and Analysis
Methods” dalam N. Denzin dan Y. Lincoln (eds.). Collecting and
Interpreting Qualitative Materials. London: SAGE Publication.
Kindon, Sara, Rachel Pain, & Mike Kesby. 2007. Participatory
Action Research Approaches and Methods Connecting People,
Participation, and Place. New York: Routledge.
Kusuma, Trikurniati, Elizabeth Linda Yuliani, dkk. 2006. Belajar
Beradaptasi Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia.
Jakarta: Center for Internacional Forestry Research (CIFOR).
Krueger, R. 1988. Practical Guide Applied Research. Thousand
Oaks CA: SAGE Publication.
Krugen, R & M. Casey. 2000. Focus Groups a Practical Guide for
Applied Research 3th edition. Thousand Oaks, CA: SAGE
Publication.
Marzali, Amri. 1997. “Kata Pengantar” dalam James P. Spreadly.
Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yoga.
Nelson, C., P.A. Treichler, & L. Grossberg. 1992. “Culture Studies”
dalam L. Grossberg, C. Nelson, & P.A. Treichler (Eds.). Cultural
Studies. pp.1-16. New York: Routledge.
Reason, Peter. 1994. “Three Approaches to Participantive Inquiry”
dalam Norman K. Denzing & Yvonna S. Lincoln (eds.).
28
Handbook of Qualitative Research. California: SAGE
Publication.
Richardson, L. 1991. “Postmodern Social Theory” dalam
Sociological Theory. 9. pp. 173-179.
Stake, Robert E. 1994. “Case Studies” dalam Norman K. Denzing &
Yvonna S. Lincoln. Handbook of Qualitative Research.
California: SAGE Publication.
29
ACTION RESEARCH, DAN FOCUS GROUP DISCUSSION
SEBAGAI SEBUAH STRATEGI PENELITIAN SOSIAL
KEAGAMAAN1
apakah metode yang digunakan untuk mengkaji suatu permasalahan
telah mengikuti perkembangan metode yang mutakhir atau telah
tertinggal jaman.
Amilda
Kajian keagamaan akan lebih menarik bila tidak hanya
mengkaji ajaran-ajaran normatif yang dipesankan kitab suci sebagai
sebuah panduan bagi kehidupan umat manusia (model of), tetapi juga
Latar Belakang
mengkaji bagaimana para pemeluknya menginterpretasikan ajaran-
Tulisan ini berangkat dari pertanyaan yang cukup mendasar
mengapa penelitian dikalangan Perguruan Tinggi Agama Islam
cenderung tidak begitu variatif dalam menggunakan metode
penelitian dalam mengkaji permasalahan social keagamaan. Kajian
sosial keagamaan yang berkembang umumnya lebih fokus kepada
hal-hal yang bersifat normatif. Fokus kajian normatif ini acapkali
tidak dapat menyentuh permasalahan yang dihadapi oleh umat Islam
yang lebih luas. Kondisi ini berakibat Perguruan Tinggi Islam tidak
ajaran tersebut dalam perilaku kesehariannya, serta memberikan
ruang makna dari tindakan tersebut (model for). Dengan melihat
kedua sisi ini, kajian keagamaan akan menjadi lebih komprehensif
dan subur dengan berbagai masalah penelitian, sehingga akan
memberikan ruang gerak yang lebih cair bagi berbagai fenomena
sosial yang berkaitan dengan tindakan manusia dalam menjalankan
ajaran agamanya serta interaksi mereka dengan manusia dan
komunitas lain dalam kerangka lingkungannya.
dijadikan barometer rujukan untuk menyelesaikan permasalah
keagamaan dihadapi oleh masyarakat. Kondisi ini memaksa para
intelektual Perguruan Tinggi Islam untuk melakukan refleksi diri
terhadap hasil kajian-kajian mereka terhadap permasalahan yang
berkembang
sehingga
dapat
memberikan
solusi
terhadap
permasalahan tersebut. Salah satu dari refleksi tersebut adalah
Kajian yang bersifat komprehensif ini, menuntut interaksi
ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu lainnya –yang umum disebut
ilmu umum/sekuler. Interaksi ini akan sangat terlihat pada bagaimana
sebuah
penelitian
sosial
tentang
perilaku
keagamaan
suatu
komunitas/masyarakat akan dibangun. Ketika suatu penelitian
memfokuskan subyek penelitiannya pada tindakan manusia, maka
para penelitinya pun dipaksa untuk menggunakan teori dan model
1
Makalah disampaikan pada “Forum Diskusi Dosen Fakultas Ushuluddin dan
Pemikiran Islam IAIN Raden Fatah Palembang”, 06 Juli 2011.
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam IAIN Raden Fatah Palembang.
yang digunakan pada ilmu-ilmu sosial-humaniora. Salah satu bentuk
1
2
penelitian yang kerap digunakan dalam menjawab fenomena
ethnografi, wawancara tidak terstruktur, analisis textual, serta studi-
keagamaan adalah penelitian qualitative.
studi sejarah. Ruang-ruang interpretasi dalam penelitian ilmiah
Penelitian
qualitative
bertujuan
untuk
mendapatkan
gambaran, makna, dan pemahaman tentang kualitas dari suatu
mendapat ruang dalam kancah keilmuan sama hanya seperti ilmu
pasti yang dipandang telah ‘ilmiah’2.
tindakan yang dimiliki oleh masyarakat pemiliknya. Penelitian
Penelitian qualitatif merupakan multi metode dalam fokus,
qualitative adalah penelitian yang kaya dengan metode dan berbagai
melibatkan
riset strategi yang dapat digunakan sesuai dengan permasalahan dan
menempatkan subyek penelitian tersebut secara alami. Hal ini berarti
paradigma yang dipilih peneliti. Tulisan ini mencoba untuk
bahwa penelitian qualitatif, mempelajari “sesuatu” dalam setting
memperkenalkan tiga riset strategi yang dapat digunakan dalam
yang aslinya sehingga mendapatkan sebuah pengertian, atau
melakukan kajian sosial keagamaan yaitu Etnografi, Participant
penafsiran, pemahaman suatu fenomena berdasarkan pemahaman
Action Research (PAR), dan Focuss Group Discussion (FGR).
masyarakat pemiliknya. Dengan kata lain, penelitian qualitatif
Karena sifat dari tulisan ini hanya memberikan pengantar, maka
memuat lingkup yang sangat luas berbagai metode –study kasus, life
pembahasan yang dihadirkan lebih banyak ketataran teoritik dari
story, interaksional, dan visual text- dan saling bertemu dalam rangka
ketiga bentuk riset strategi tersebut, dengan harapan akan
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang suatu subyek
memunculkan minat untuk mulai menggenal dan menggunakannya.
((Denzin & Lincoln, 1994:2). Pemilihan metode dalam kegiatan
Sekilas tentang Penelitian Qualitatif
Lebih dari dua dekade ini, perkembangan metodologi
interpretasi,
dan
merupakan
pendekatan
yang
penelitian sangat tergantung pada pertanyaan penelitian dan
dipengaruhi oleh konteks pertanyaan tersebut (Nelson dkk. 1992:2).
penelitian mengalami revolusi yang sangat pesat terutama di
Perkembangan penelitian qualitative memiliki sejarah yang
lingkungan ilmu social dan humaniora, dikenal dengan “the
panjang, Richardson (1991) ditandai dengan kritik terhadap aliran
Qualitative revolution”. Revolusi ini menggeser peran statistic yang
positivisme yang berkembang (pada awal 1900-an) dan menjadi
memiliki peran penting pada penelitian ilmu sosial dan humaniora
pada waktu itu (Denzin & Lincoln, 1994:ix). Proses perubahan yang
2
cepat ini memberikan ruang bagi penelitian yang ‘lain’ seperti
Perkembangan ini tidak dapat dilepaskan dari revolusi ilmu pengetahuan yang
berkembang di dunia, terutama barat, ditandai dengan kokohnya pengaruh
paradigma positivisme. Proses ini melalui terjadinya revolusi paradigma sebagai
inti dari ilmu pengetahuan (Ahimsa-Putra, 2008).
3
4
barometer bagi pengkategorian ilmiah dalam ilmu pengetahuan pada
Penolakan ini memuncul aliran yang berbeda dengan aliran
masa itu. Pada masa ini, metode qualitatif menggunakan kriteria
positivis, diawali pasca PD II. Studi-studi qualitatif dengan kerja
“objektivitas” seperti halnya pada ilmu alam. Asumsí dasarnya
participant observation mendapat ruang tersendiri pada ilmu social
adalah (1) manusia merupakan bagian dari alam sehingga harus
dan humaniora. Di awali oleh Malinowsky dengan penelitian
diperlakukan seperti fenomena alam yang lain; (2) hanya ada satu
lapangannya di Pulau Trobrian, setelahnya penelitian lapangan yang
3
dunia yang memiliki eksistensi, yaitu yang “objektif” ; (3) dan hanya
bersifat qualitatif menjadi semakin penting dalam pengembangan
satu bentuk pengetahuan yaitu ilmu alam. Berdasarkan asumsi ini
ilmu social dan humaniora. Peran stategis dari penelitian qualitatif
maka dunia harus dipelajari dengan menggunakan metode dan cara-
ditunjukan bagaimana penelitian ini menempatkan sikap subjek
cara yang digunakan oleh ilmu alam, karena perilaku manusia
penelitiannya sebagai suatu yang nyata, yang memiliki pikiran,
merupakan bagian dari gejala alam (Bryant, 1985:3-5).
kepercayaan, dan pengalaman. Sifat dari subyek penelitian tersebut
Berdasarkan asumsi ini, maka untuk menjelaskan satu fakta
menuntut penelitian qualititaf melakukan kajian yang sifatnya
social tersebut dengan mengadopsi metode penelitian yang
multidisipliner sehingga memungkin untuk menggunakan berbagai
digunakan dalam ilmu alam yaitu semua gejala harus memiliki
metode penelitian dalam rangka memahami subyek penelitiannya
ukuran sehingga dapat digeneralisasikan dalam rangka menemukan
(Denzin & Lincoln, 1994:12).
hukum-hukum yang berlaku universal dibalik suatu fenomen, seperti
Penelitian qualitatif menggunakan berbagai paradigma4
halnya dalam ilmu alam. Berdasarkan pandangan positivisme ini,
interpretasi yang dibangun oleh serangkaian kepercayaan dan
maka
yang
perasaan tentang dunianya dan bagaimana kepercayaan dan perasaan
menghasilkan menggunakan data yang tidak dapat diukur dan
tersebut dipahami dan dipelajari. Dalam penelitian qualitatif –secara
digeneralisasikan dianggap tidak ilmiah.
umum- terdapat empat paradigma yaitu positivist-postpositivist,
penelitian
yang
dilakukan
penelitian
qualitatif
constructivist-interpretive, critical (Marxist, emancipatory), dan
feminist-poststructural. Pilihan terhadap paradigma sangat ditentukan
3
Objektivitas ini akan dapat diperoleh bila suatu fenomena tersebut merupakan
gejala yang empirik dan dapat diobservasi sebagai dasar dari pengetahuan manusia
(Bryant, 1985:6,12). Kriteria empirik dan dapat diobservasi ini, pada
perkembangannya dipandang tidak mampu untuk memayungi berbagai pertanyaan
yang ‘tidak empirik’ dan ‘tidak dapat diobservasi’.
5
4
Paradigma adalah seperangkat konsep yang berhubungan secara logis membentuk
sebuah kerangka pemikiran yang berfungsi untuk menjelaskan, memahami,
menafsirkan kenyataan dan/ masalah yang dihadapi (Ahimsa-Putra, 2001).
6
oleh masalah penelitian serta asumsi-asumsi dasar yang akan
digunakan ketika peneliti mulai menterjemahkan paradigma dan
digunakan dalam menjawab permasalahan tersebut.
rancangan penelitiannya kepada tindakan mengumpulkan dan
Beragam paradigma yang bersifat abstrak tersebut kemudian
menganalisa data. Misalnya pada penelitian yang menggunakan
Penelitian
strategi penelitian case study/studi kasus5, maka peneliti akan
qualitative memiliki beragam riset strategi yang dapat digunakan
menggunakan teknik pengumpulan datanya dengan melakukan
dalam rangka bagaimana masalah penelitian tersebut akan dijawab.
wawancara, observasi, dan analisa dokumentasi. Pada studi kasus,
Strategi penelitian ini berhubungan dengan metode pengumpulan dan
paradigma diletakkan pada lokasi yang telah pasti/tertentu dan
analisis data. Strategi
riset antara lain adalah case study,
metode yang telah pasti pula yaitu menempatkan sebuah kasus
ethnography, phenomenology, grounded theory, action and applied
sebagai objek dari penelitian (Stake, 1994:236-246). Begitu pula
research, focuss group research.
pada bentuk riset strategi yang lain. Tulisan ini hanya akan
dioperasionalkan
dalam
suatu
strategi
penelitian.
membahas tiga bentuk riset strategi
Strategi Penelitian
Strategi penelitian dimanifestasikan pada desain penelitian,
sebuah gambaran akan seperti apa penelitian tersebut dijalankan.
yang
yaitu etnografi,
participation action research (PAR), dan focuss group discussiom
(FGD).
Secara structural, desain penelitian memuat isu utama, yaitu (1)
bagaimana desain penelitian akan dihubungkan dengan paradigma
Etnografi
yang akan digunakan; (2) siapa dan apa yang akan dipelajari?; (3)
Secara harfia etnografi berarti tulisan atau laporan tentang
strategi penelitian apa yang akan digunakan?; serta (4) metode
suku-bangsa yang ditulis oleh seorang antropolog atas hasil
pengumpulan dan analisa apa yang akan digunakan?. Berdasarkan
penelitian
struktur penelitian di atas, maka strategi penelitian menjadi penting
antropologis tersebut bersifat khas, sehingga istilah etnografi
lapangan
yang
memakan
waktu
lama.
Laporan
untuk mengarahkan bagaimana penelitian tersebut akan dijalankan
sesuai dengan alur paradigma yang dipilih.
Sebuah strategi penelitian meliputi kemampuan peneliti,
5
asumís-asumsi yang dimiliki peneliti, serta segala tindakan yang
Terdapat “bounded system” dimana sebuah fenomena terikat dalam suatu ikatan
makna sehingga akan memunculkan hasil yang sama pada setiap kasus yang sama.
Syarat dasar melakukan studi kasus adalah sifat homogenitas dari suatu kasus
sehingga kualitas pemilihan sampel menjadi sangat penting (Stake, 1994:236-246).
7
8
mengacu pula kepada metode yang digunakan untuk menghasilkan
menggunakan observasi partisipasi sebagai teknik pengumpulan
laporan tersebut6.
datanya dalam rangka memahami nalar masyarakat pemilik
Brewer (2000:10) secara eksplisit memberikan definisi
kebudayaan tersebut. Pemahaman terhadap nalar tersebut menjadi
etnografi sebagai the “study of people in naturally occuring getting
penting karena budaya suatu masyarakat terdiri atas segala sesuatu
or ‘fields’ by means of methods which capture their social meanings
yang seharusnya diketahui atau dipercayai seseorang agar ia dapat
and ordinary activities, involving the reseacher participating directly
berperilaku sesuai dengan cara yang diterima oleh masyarakatnya
in the setting if not also the activities, in order to collect data in a
(Goodenough dalam Marzali, 1997:xix).
systematic manner but without meaning being imposed on the
1) Teknik Pengumpulan dan Verifikasi Data
externally”. Etnografi, secara umum mengacu pada bentuk penelitian
social yang:
Teknik pengumpulan data dalam etnografi menggunakan
observasi partisipasi, data diperoleh melalui partisipasi di dalam
Menekankan pada explorasi fenomena social pada setting
kehidupan sehari-hari informan dalam kondisi yang sebenarnya
aslinya.
dalam rangka mendapatkan interpretasi mereka dan makna sosial
Data yang digunakana bersifat tidak terstruktur.
dari tindakan dan kegiatan tersebut (Brewer, 2000:59). Hammersley
Penelitian dilakukan bersifat mikro.
& Atkinson (1983) menyebutkan bahwa observasi partisipasi tidak
Analisis data meliputi interpretasi makna dan fungsi dari
hanya menempatkan peneliti sebagai bagian dari subyek penelitian
tindakan manusia, hasil dari analisa tersebut berupa deskripsi
tersebut tetapi juga bagaimana caranya seorang peneliti dapat
verbal dan paparan penjelasan (Atkinson dkk, 2001:323).
menghadirkan pandangan dunia subyek penelitian tersebut sebagai
Berdasarkan criteria tersebut maka ciri khas penelitian ini
bagian dari karakteristik penelitiannya. Instrument terpenting dalam
adalah bersifat holistic-integratif, thick description, dan analisis
teknik ini adalah peneliti itu sendiri, dimana seorang peneliti harus
kualitatif dalam rangka mendapatkan native’s point of view. Dalam
mampu membangun atau menempatkan diri sebagai orang “dalam”
rangka mendapatkan native’s point of view tersebut, etnografi
sekaligus sebagai orang “luar” dari masyarakat tersebut. Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka seorang peneliti etnografi dituntut
6
Korelasi antara etnografi dan antropologi diungkapkan oleh Margaret Mead,
“Anthropology as a sciences is entirely dependent upon field work records made
by individuals within living societies” (dalam Naroll & Cohe, 1970).
9
untuk menguasai bahasa informannya (Brewer, 2000:59).
10
Data etnografi juga diperoleh dengan melakukan wawancara
Proses interpretasi adalah proses meletakkan atau memberikan
mendalam (depth interview) dalam bentuk wawancara tidak
makna pada data sesuai dengan konteksnya, karena interpretasi selalu
terstruktur. Wawancara ini menghasilkan respon verbal dari
bertalian dengan metode yang digunakan. Pada tahapan ini, juga
informan. Selain itu data personal dari informan dan riwayat
harus menampilkan polyphony voices yang diperoleh dari lapangan
hidupnya menjadi data pendukung dalam melakukan analisa
karena
etnografi (Brewer, 2000:73). Verifikasi data menggunakan prinsip
masyarakat (Brewer, 2000:124).
trianggulasi yaitu dengan menggunakan berbagai metode untuk
3) Penerapan etnografi dalam kajian social keagamaan
mendapatkan data. Prinsip trianggulasi data digunakan karena ruang
terdapat
berbagai
versi
kebenaran
diantara
anggota
M. Amin Abdullah (2010) mengungkapkan bahwa kajian
lingkup pengumpulan data dapat diperoleh dari berbagai sumber.
keagamaan tidak hanya pada kajian yang bersifat normatif tetapi juga
2) Analisis Data
harus melihat bagaimana suatu agama dihayait, dipraktekkan oleh
Analisis data dalam etnografi merupakan analisis data7 yang
para pemeluknya, serta bagaimana pengikut agama-agama tersebut
berproses, data dianalisis bersamaan dengan proses pengumpulan
mempertahankan nilai-nilai serta norma-norma yang diyakini
data. Analisa data etnografi meliputi klasifikasi dan interpretasi data
kebenarannya
etnografi (Brewer, 2000:115). Klasifikasi data didasarkan pada
pertanyaan tersebut kemudian dimanifestasikan dalam berbagai
konsep yang digunakan pada penelitian tersebut, proses taxonomi
proses dan prosedur penelitian. Ketika fokus suatu penelitian adalah
dan typology data. Data diklasifikasikan sesuai dengan makna yang
perilaku manusia dalam aktivitas keagamaan atau berkaitan dengan
dihadirkan oleh data tersebut.
manifestasinya terhadap suatu ajaran agama, maka penggunaan
lewat
berbagai
aktifitas
budaya.
Pertanyaan-
Interpretasi merupakan bagian terpenting dalam analisa
metode etnografi dapat digunakan sebagai stategi penelitian. Apabila
etnografi, yaitu menempatkan data dalam kerangka ilmu, “in the
seorang peneliti ingin mendapatkan pemahaman yang utuh tentang
social sciences, there is only interpretation” (Denzin, 1997:313).
kehidupan beragama suatu masyarakat dan relasi nilai-nilai agama
tersebut dalam sistem social budaya mereka, maka pengumpulan data
7
Analisa data melalui tiga subproses yaitu (1) reduksi data, menseleksi data yang
akan digunakan; (2) display data, menempatkan data dalam setting penelitian
secara keseluruhan; (3) menggambarkan kesimpulan berupa interpretasi terhadap
temuan (Huberman & Miles, 1998:180).
11
yang paling tepat digunakan adalah obserpasi partisipasi dan
wawancara mendalam.
12
Clifford Geertz (2000) adalah contoh etnografer yang
dengan tradisi, agama, identitas social, dan pertarungan politik yang
menghasilkan tulisan yang berkaitan dengan peran social budaya dari
sarat dengan kepentingan. Pada akhirnya Hefner menunjukkan
kehidupan beragama pada masyarakat hindu Bali, dalam tulisannya
bahwa kekuatan masyarakat sipil harus dibangun di atas dasar-dasar
Negara Teater. Pada penelitian ini, Geertz menggunakan metode
pluralitas yang ada dalam masyarakat dimana keragaman agama,
etnografik dalam rangka merekonstruksikan kehidupan masyarakat
tradisi, dan kebudayaan menjadi bagian yang memperkokoh dasar
Bali yang sangat kuat dipengaruhi oleh agama Hindu Bali. Negara
masyarakat sipil tersebut.
dalam sistem kekuasaan di Bali merupakan jelmaan dari konsep
Partisipasi Action Reseach (PAR)
dewata sehingga yang hadir dalam tiga konsep relasi yang penting
Berbeda dengan etnografi yang menempatkan posisi peneliti
yaitu relasi raja dengan para pendeta Hindu, raja dengan dunia
bersifat pasif terhadap subyek penelitiannya, maka PAR merupakan
material, dan raja dengan dirinya sendiri. Berdasarkan tulisan ini,
bentuk penelitian yang sangat berbeda dengan bentuk penelitian
Geertz menginterpretasikan bagaimana struktur kekuasaan di Bali
participan yang berkembang selama ini. Teknik participan tradisional
tidak dapat dilepaskan dari representasi raja sebagai dewata.
–mengacu pada partisipasi yang bersifat satu arah- karena hanya
Tulisan etnografi dengan gaya berbeda, walaupun satu aliran,
bertujuan untuk memahami masyarakat yang diteliti dalam rangka
ditampilkan oleh Hefner (1999) ketika ia mengupas tentang agama
kepentingan akademis sedangkan masyarakatnya tidak mengalami
dan politik di Indonesia dalam rangka mencari wacana civil society
atau memperoleh apapun dari proses tersebut, sedangkan mereka
di negara yang sangat kuat pengaruh keagamaannya. Ia mengulas
adalah pemiliki pengetahuan tersebut. Idealnya terjadi proses
bagaimana pertarungan politik aliran baik ideologi maupun agama
pertukaran pengetahuan yang saling menguntungkan antar keduanya,
yang terjadi di Indonesia pada masa transisi pasca keruntuhan orde
peneliti dan masyarakat yang diteliti (Reason, 1994:325-326). PAR
lama dan berkuasanya orde baru. Tulisan ini mengungkapkan
berorientasi proses transformasi sosial melalui penggabungan
kenyataan bahwa kekerasan social politik menjadi bahaya laten
kegiatan penelitian, pendidikan, dan tindakan. Asumsi dasar dari
bangsa ini dan akan berlanjut menjadi budaya kekerasan. Hefner juga
bentuk penelitian ini adalah “those who have been most
menunjukkan perubahan social yang terjadi pada masyarakat
systematically excluded, oppressed, or denied carry specifically
Tengger menunjukkan kompleksitas persoalan yang dikaitkan
revealing wisdom about the history, structure, consequences, and the
13
14
fracture points in unjust social arrangement”, sehingga PAR
1) Teknik pengumpulan data
merepresentasikan sebuah bentuk pendekatan counter-hegemoni
dalam
pengetahuan.
Berdasarkan
asumsi
ini
maka
Data diperoleh berdasarkan kesepakatan bersama dengan
PAR
masyarakat, secara bersama-sama menyusun agenda permasalahan
menggunakan paradigma feminism, postcolonialism, Marxism, dan
yang dihadapi bersama dan analisa pun dilakukan bersama. Kontrol
critical theory (Kindon, 2007:9-14).
terhadap data dilakukan melalui hasil yang dicapai berdasarkan
Berdasarkan tujuan tersebut, maka PAR sebagai sebuah
agenda dan analisa yang telah dilakukan bersama. Pada proses ini
strategi penelitian memiliki dua fungsi utama yaitu untuk
merupakan tahapan mengkomunikasikan masalah actual yang
menghasilkan pengetahuan dan tindakan nyata yang dapat dirasakan
dihadapi oleh masyarat tersebut.
manfaatnya oleh kelompok masyarakat tersebut, melalui penelitian,
Karena tujuan dari penelitian ini adalah membangun
pendidikan, dan aksi yang bersifat social, ekonomi, dan politik.
kesadaran bersama, maka desain penelitian, pengumpulan data,
Fungsi kedua adalah memberikan kepercayaan kepada masyarakat
analisa data, dan sebagainya tidak lagi menjadi hal utama yang harus
untuk mengembangkan proses konstruksi pengetahuan yang mereka
dilakukan. Proses terpenting dalam PAR adalah proses kolaborasi
miliki agar dapat memberikan manfaat bagi seluruh anggota
dan
masyarakat.
sebagai
menghargai diri sendiri, dan membangun solidaritas bersama. Media
conscientification –proses membangun kesadaran bersama melalui
penting dalam PAR adalah pertemuan dan berbagai kegiatan yang
pengenalan diri sendiri dan melakukan refleksi (Fals-Borda &
melibatkan setiap anggota masyarakat, sehingga akan terjadi proses
Rahman, 1991:16). Fungsi ini hanya dapat dicapai melalui suatu
saling berbagi pengalaman dan mengumpulkan informasi dan
komitmen bersama untuk bekerjasama semua unsur yang terlibat.
bersama-sama merefleksikan capai dari proses PAR yang tengah
Peneliti sebagai penggagas proses ini berperan sebagai agen
berlangsung (Kindon, 2007:17).
perubahan, ia terikat pada etika untuk bersikap demokratis dan
2) Analisis Data
Meminjam
istilah
Paulo
menghargai kearifan lokal masyarakat tersebut.
Freire
dialogis
membangun,
memotivasi,
menumbuhkan
sikap
Analisis data dilakukan dalam proses negosiasi dan
interpretasi bersama terhadap permasalahan yang dihadapi. Seorang
peneliti berperan sebagai fasilitator yang melakukan analisis awal,
15
16
kemudian hasil analisis awal ini akan didiskusikan kembali di dalam
sosial, merepresentasikan kembali hubungan tersebut dalam tataran
kelompok sehingga dapat dilakukan refleksi terhadap apa yang telah
konteks permasalahan yang lebih luas, sebagai bentuk dari validasi
dicapai serta koreksi yang mungkin dilakukan. Model analisa seperti
data. Pada proses ini, peneliti dituntut untuk cermat menempatkan
ini disebut dengan analisa dengan alur melingkar8, dimana peneliti
data yang bersifat personal tersebut dalam kerangka sosial politik
akan membangun pertanyaan yang akan dijawab oleh para participan
yang lebih luas (Cahill, 2007:182-187).
sehingga akan memunculkan perspektif berbeda dari masing-masing
3) Penerapan PAR dalam kajian sosial keagamaan
participan, kemudian akan dihasilkan kerangka pemikiran bersama
Karena sifat metode PAR yang menuntut peneliti mengawal
dan akhirnya akan menghasilkan interpertasi bersama, pada proses
sebuah proses perubahan dalam waktu yang cukup lama, maka
ini akan menghasilkan permasalahan baru, yang akan direfleksi
penelitian ini belum begitu diminati oleh para peneliti dikalangan
kembali. Hasil dari proses analisa ini adalah sebuah proses diskusi
perguruan tinggi. Tujuan dari PAR adalah berkomitmen mendorong
yang terbangun dan dokumentasi kesepakatan atau ketidaksepakatan
transformasi social dalam masyarakat, menjadi sangat relevan untuk
terhadap suatu permasalahan.
digunakan karena ia menjadi media yang menjembatani peran
Proses
membangun
kesepakatan/ketidaksepakatan
melalui
diskusi
proses
verifikasi
dan
seorang akademisi yaitu melakukan penelitian dan pengabdian
data
masyarakat. PAR menawarkan sebuah bentuk yang memungkinkan
menggunakan trianggulasi multiple point of view yaitu berbagai
seorang peneliti melakukan keduannya.
perspektif yang disampaikan oleh participant terhadap suatu masalah.
Buku Kampung, Islam, and State in Urban Jawa yang ditulis
Proses verifikasi data ini merupakan proses negosiasi antar berbagai
oleh Patrick Guinness (2009) merupakan salah satu dari sedikit buku
perspektif berbeda, yang muncul dalam proses diskusi, sebagai
menggunakan metode PAR yang dihasilkan kalangan akademisi.
bentuk dari konstruksi sosial dan pengalaman hidup dari masing-
Dalam bukunya ini, Guinness menjelaskan bagaimana proses
masing participant. Pada proses ini peneliti berperan untuk
kemandirian yang dibangun oleh masyarakat di kampung Ledok,
meletakkan pengalaman pribadi participant kepada kerangka teori
Yogyakarta membangun kemandirian ekonomi mereka ketika
dihadapkan
8
pada
krisis
ekonomi
yang
melanda
Indonesia.
Pada penelitian qualitative umumnya menggunakan alur lineal dimana data
dianalisa bertahap diawali oleh problem identifikasi, pengumpulan data, analisis
data, presentasi hasil penelitian berupa teori (Cahil, 2007:184).
Masyarakat Ledok membangun proses participasi dalam mengatasi
17
18
kesulitan ekonomi tersebut. proses ini didukung peran Romo
dilakukan oleh berbagai lembaga baik pemerintah dan non-
Mangunwidjaya yang sangat besar bersama Yayasan Pondok Rakyat
pemerintah. Direktorat Pendidikan Tinggi Islam memberikan ruang
untuk membuat kesepakatan bagaimana mengelola perekonomian
yang cukup luas untuk melakukan penelitian PAR ini dengan
bersama
Dalam
memberikan porsi tersendiri setiap tahunnya. Isu-isu sosial
membangun proses ini tahapan pertama yang dibangun adalah
keagamaan yang diangkat umumnya berkaitan dengan isu global
menghilangkan hambatan dan kecurigaan antar anggota masyarakat
seperti kemiskinan, kesetaraan gender, pendidikan, dan kesehatan.
dalam
bentuk
kelompok-kelompok
usaha.
Ledok yang disebabkan oleh perbedaan agama.
Kelompok-
Focus Grup Discussion (FGD)
kelompok usaha ini merupakan strategi yang disepakati bersama
Penggunaan FGD telah cukup banyak digunakan oleh para
antar anggota masyarakat dalam mengatasi kesulitan ekonomi
peneliti ilmu sosial, khususnya mereka yang melakukan penelitian
mereka.
kebijakan. Berbeda dengan dua metode sebelumnya, yang menuntut
Publikasi penggunaan metode PAR lebih banyak dilakukan
peneliti
terjun
langsung
dalam
kehidupan
informan
atau
oleh NGO’s sebagai bentuk dokumentasi proses pemberdayaan yang
partisipannya, maka FGD tidak menuntut keterlibatan penuh peneliti
dibangun ditingkat masyarakat. Salah satu laporan penelitian yang
terhadap subyek penelitiannya. Inti dari penelitian ini adalah
menggunakan metode PAR ini diterbitkan oleh CIFOR dalam
perekaman melalui notulensi. Pada umumnya digunakan sebagai
menginisiasi proses Adaptive Collaborative Management (ACM).
sarana konfirmasi terhadap sebuah isu yang diketahui oleh
Buku Belajar Beradaptasi Bersama-sama Mengelola Hutan di
masyarakat luas.
Indonesia (2006) menggambarkan bagaimana membangun kesadaran
FGD9 merupakan metode yang cukup unik dalam penelitian
bersama dalam pengelolaan kehutanan rakyat. Proses participatif ini
qualitatif, karena metode ini mensyaratkan adanya diskusi yang
dibangun dari level masyarakat hingga level multistakeholder dan
cukup intens terhadap suatu isu yang spesifik sebagai permasalahan
disepakatinya kebijakan pengelolaan bersama.
penelitian, dan kelompok diskusi tersebut telah dipersiapkan atau
Hingga sekarang, hasil penelitian PAR yang berkorelasi
9
Niat untuk mendorong penggunaan metode ini cukup gencar
A Focus Group Study is a carefully planned series of discussions designed to
obtain perception on a defined area of interest in a permissive, non-threatening
environment. Each group is conducted with six to eight people by a skilled
interviewer….Group members influence each other by responding to idea and
comments of others (Krueger and Casey, 2000:5).
19
20
dengan kajian sosial keagamaan belum dipublikasikan secara luas.
dirancang terlebih dahulu oleh peneliti. FGD berbeda dengan metode
dapat digunakan oleh para pembuat kebijakan untuk membuat
penelitian qualitatif lainnya dari tujuan, susunan dan proses
kebijakan politik, rencana pembangunan, atau peraturan yang akan
pengumpulan data. Tujuan dasar dari penelitian ini adalah untuk
berdampak kepada masyarakat luas. (2) FGD dapat digunakan untuk
mengidentifikasi berbagai pandangan yang berbeda diseputar topik
mengevaluasi
penelitian dan untuk memdapatkan memahami isu tersebut dari
masyarakat yang terkena peraturan tersebut, misalnya apakah efektif
perspektif partisipan (Hennink, 2007:4). Model penelitian ini mulai
untuk menerapkan kebijakan Light-on pada pengendara sepeda
digunakan pada ilmu sosial pada tahun 1940-an dan beberapa dekade
motor di siang hari. (3) FGD juga dapat digunakan untuk memahami
kemudian FGD lebih banyak digunakan pada penelitian pasar,
perilaku
bagaimana pandangan konsumen terhadap suatu produk.
kebiasaan, perilaku yang ada di masyarakat yang dijadikan target
Metode ini muncul karena dirasakannya adanya keterbatasan
dan
efectivitas
suatu
memberikan
program
penjelasan
kebijakan Kali Bersih (PROKASIH).
interviewer menjadi sangat dominan sehingga menimbulkan bias
1) Teknik Pengumpulan Data
terhadap data yang dihasilkan. Kritik terhadap model interview
tersebut
kemudian
menghasilkan
terhadap
pandangan
kepercayaan,
sebuah kebijakan. Misalnya bagaimana respon masyarakat terhadap
dari model wawancara yang umumnya dilakukan, dimana peran
tradisional
menurut
Data dalam metode FGD diperoleh melalui media diskusi.
non-directive
Diskusi tersebut terdiri dari individu-individu yang telah diseleksi
interviewing, dimana peran interviewer bersifat terbatas dan
terlebih dahulu. Partisipan diskusi diharapkan tidak lebih dari 5-12
dinamika kelompok menjadi media untuk mengumpulkan data
orang, dengan durasi pertemuan 2-3 jam. Pemilihan participan ini
melalui respon spontan partisipan terhadap topik diskusi (Krueger,
didasarkan pada kriteria keterlibatan atau memiliki pengalaman
1988). Model penelitian ini berfungsi untuk mengurangi dominasi
terhadap topik penelitian tersebut. Pemilihan participan ini menjadi
interviewer, peran interviewer digantikan oleh partisipan, sedangkan
sangat penting dalam membangun FGD. Participant10 dipilih secara
interviewer berperan sebagai pendengar.
purposive recruitment berdasarkan criteria dari objek penelitian.
Metode FGD ini dapat digunakan untuk (1) mengeksploitasi
isu-isu baru, mengidentifikasi norma-norma social atau praktek-
10
praktek budaya yang berkembang dalam masyarakat. Data tersebut
Pemilihan participant adalah proses identifikasi individu yang dianggap sesuai
dengan karakteristik dan kemudian mengundang mereka untuk berpatisipasi dalam
kelompok diskusi. Terdapat tiga cara pemilihan participant yaitu random
recruitmen, purposive recruitment, dan snowball recruitmen (Hennink, 2007:94).
21
22
Kemampuan peneliti sebagai moderator diskusi berperan sebagai
2) Analisis Data
menstimulus jalannya diskusi untuk mendapatkan data yang
Karakteristik data FGD berbeda dengan data qualitatif
dibutuhkan melalui kemampuannya mengatur dinamika kelompok
lainnya karena data diperoleh dari proses diskusi yang berkembang
diskusi tersebut. Data FGD diperoleh pada saat diskusi berlangsung,
diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat sehingga konteks
dimana inti dari FGD adalah proses perekaman melalui notulensi
dan dinamika kelompok harus menjadi fokus perhatian dalam
proses diskusi.
melakukan analisa data. Pernyataan-pernyataan yang muncul dalam
Proses perekaman proses ini umumnya menggunakan dua
diskusi harus diletakkan pada konteks permasalahan yang menjadi
cara yaitu pencatatan proses secara manual serta perekaman proses
fokus diskusi.
Analisis data dilakukan sejak awal dari proses
melalui audio dan visual recorder. Pencatatan secara manual
pengumpulan data hingga penulisan laporan penelitian atau disebut
dibutuhkan untuk menjaga proses diskusi tetap berada pada alur
ongoing process, proses pengumpulan data dan analisis data selalu
penelitian dan menandai isu-isu penting yang muncul ketika proses
terbangun secara simultan.
berlangsung. Catatan ini juga menjadi penting ketika participan
Data yang digunakan dalam FGD berupa data tekstual yang
menolak pernyataannya direkam. Video recording digunakan untuk
didapat dari proses diskusi, maka analisis datanya bersifat
mengidentifikasi tindakan dari partisipan, interaksi kelompok yang
menggunakan proses melingkar/circular process, dimana tingkatan
terbangun, gesture dan ekspresi wajah partisipan ketika berdialog.
analisis akan berulang secara terus menerus antara tindakan
Kesemuanya ini dibutuhkan untuk meletakkan data dalam catatan
merefleksikan data yang ditemukan, mengumpulkan lebih banyak
manual pada konteks dinamika kelompok. Rekaman audio/tape
data, menganalisis data, membangun pemahaman yang lebih
record memberikan data yang lebih akurat dari isu yang berkembang.
mendalam terhadap masalah penelitian, kemudian proses akan
Data yang akurat ini dibutuhkan dalam proses analisis data, seperti
berulang kembali. Tahap pertama dari analisis data FGD adalah
mengidentifikasi tema-tema yang muncul dalam diskusi dan
membaca data tekstual agar didapat kontek dari masing-masing
mendapatkan pengertian yang lebih baik lagi tentang permasalahan
kelompok dalam diskusi. Data tersebut kemudia dipilah-pilah
penelitian tersebut (Hennink, 2007:193-197).
menjadi pecahan data berdasarkan topik permasalahan yang lebih
fokus agar dapat dianalisa lebih mendalam. Tahap berikutnya adalah
23
24
menyatukan berbagai macam tema dan responnya kedalam
Kesimpulan
permasalahan penelitian dan menggambarkan kesimpulan teoritik
Penggunaan
metode
sebagai
sebuah
strategi
dalam
dari data tersebut (Hennink, 2007:204-209).
melakukan penelitian sangat ditentukan oleh permasalahan penelitian
3) Penerapan FGD dalam kajian sosial keagamaan
serta bagaimana suatu penelitian akan dijawab. Pilihan ini sangat
Metode FGD ini telah cukup banyak digunakan dikalangan
menentukan akan seperti apa hasil dari penelitian tersebut. Etnografi
perguruan tinggi, terutama untuk penelitian yang bersifat terapan,
sebagai suatu strategi penelitian bertujuan untuk mendapatkan
misalnya mengkaji kebijakan pemerintah, dampak kebijakan, dan
pemahaman masyarakat tentang dunia mereka. Metode Participation
sebagainya. Tidak dapat pula dipungkiri, karena sifatnya sangat
Action
praktis, maka pendokumentasian proses ini pun bersifat terbatas
mentransformasikan dan membangun kesadaran diri masyarakat
hanya untuk kepentingan tertentu. Bila metode ini digunakan akan
terhadap permasalahan yang dihadapi. Metode Focus Group
cukup efektif untuk menjaring pendapat masyarakat terhadap
Discussion merupakan metode yang mengandalkan kegiatannya
kebijakan tersebut.
melalui diskusi kelompok dalam rangka menjaring opini dan
Salah satu kajian yang cukup menarik untuk menggunakan
Research
adalah
bentuk
penelitian
yang
bertujuan
pendapat masyarakat terhadap masalah penelitian.
metode ini adalah masalah kerukunan antar umat beragama. Dengan
Penggunaan metode ini akan dapat memberikan warna lain
metode ini maka peneliti akan dapat menjaring konsep ‘kerukunan’
dalam kajian sosial keagamaan di lingkungan Perguruan Tinggi
pada beberapa kelompok masyarakat dengan cara cepat dan biaya
Islam. Masing-masing metode akan menghasilkan bentuk kajian
yang tidak begitu besar. Selain masalah tersebut dapat pula
yang berbeda pula sehingga diharapkan hasil penelitiannya pun akan
membahas tentang penerapan UU yang berkaitan dengan kebijakan
memberikan warna yang beragam pula. Melalu metode-metode ini
negara dalam mengatur kehidupan beragama, atau untuk topik yang
diharapkan kajian tersebut akan bernilai jual karena didasarkan pada
lebih up-to-date dapat menggunakan metode ini untuk menjaring
kajian terapan sehingga diharapkan hasil penelitian Perguruan Tinggi
respon masyarakat terhadap model dakwah yang dilakukan di media
Islam
televise sehingga dapat diketahui model dakwah seperti apa yang
permasalahan keagamaan.
dapat
juga
menjadi
barometer
diminati oleh masyarakat.
25
26
dalam
penyelesaian
Pustaka
Abdullah, M. Amin. 2010. “Religious Studies in Indonesia:
Rethinking or Reinforced?. Makalah disampaikan dalam Diskusi
Publik Rethinking Religious Studies in Indonesia. CRCS UGM.
Yogyakarta, 26 Juni.
Ahimsa-Putra, Heddy Shri. 2001. Stukturalisme Levi-Strauss: Mitos
dan Karya Sastra. Yogyakarta: Kepel Press.
Ahimsa-Putra, Heddy Shri. 2008. “Paradigma dan Revolusi Ilmu
dalam Antropologi Budaya” disampaikan pada “Pengukuhan
Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UGM” Yogyakarta, 10
November.
Atkinson, Paul, Amanda Coppey, dkk. 2001. Handbook of
Ethnography. London: SAGE Publication.
Brewer, Johnd. 2000. Ethnography. Philadelphia: Open University
Press.
Bryant, Christopher G.A. 1985. Positivism in Social Theory and
Research. New York: St. Martin’s Press, Inc.
Cahill, Caitlin. 2007. “Participatory Data Analysis” dalam Sara
Kindon, Rachel Pain, & Mike Kesby (eds.). Participatory Action
Research Approaches and Metods Connecting People,
Participation, and Place. New York: Routledge.
Denzin, Norman. 1997. Interpretative Ethnography. London: SAGE
Publication.
Denzing, Norman K & Yvonna S. Lincoln. 1994. Handbook of
Qualitative Research. California: SAGE Publication.
Fals-Borda, O. & M.A. Rahman (eds.). 1991. Action and Knowledge:
Breaking the Monopoly with Participatory Action Research. New
York: Intermediate Technology/Apex.
Guinness, Patrick. 2009. Kampung, Islam, and State in Urban Java.
Singapore: National Uniersity Singapore Press.
Hefner, Robert W. 1999. Geger Tengger Perubahan Sosial dan
Perkelahian Politik. Yogyakarta: LKiS.
27
Hennink, Monique M. 2007. International Focus Group Research A
Handbook for the Health and Social Sciences. Cambridge UK:
Cambridge University Press.
Geertz, Clifford. 2000. Negara Teater Kerajaan-kerajaan di Bali
pada Abad Kesembilan Belas. Yogyakarta: Yayasan Bentang
Budaya.
Havilland, William A. 1985. Antropologi edisi keempat.
Diterjemahkan oleh RG. Soekadijo. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hammersley, M. & Paul Atkinson. 1983. Ethnography: Principles in
Practice. London: Tavistock.
Huberman, A. & M.B. Miles. 1998. “Data Management and Analysis
Methods” dalam N. Denzin dan Y. Lincoln (eds.). Collecting and
Interpreting Qualitative Materials. London: SAGE Publication.
Kindon, Sara, Rachel Pain, & Mike Kesby. 2007. Participatory
Action Research Approaches and Methods Connecting People,
Participation, and Place. New York: Routledge.
Kusuma, Trikurniati, Elizabeth Linda Yuliani, dkk. 2006. Belajar
Beradaptasi Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia.
Jakarta: Center for Internacional Forestry Research (CIFOR).
Krueger, R. 1988. Practical Guide Applied Research. Thousand
Oaks CA: SAGE Publication.
Krugen, R & M. Casey. 2000. Focus Groups a Practical Guide for
Applied Research 3th edition. Thousand Oaks, CA: SAGE
Publication.
Marzali, Amri. 1997. “Kata Pengantar” dalam James P. Spreadly.
Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yoga.
Nelson, C., P.A. Treichler, & L. Grossberg. 1992. “Culture Studies”
dalam L. Grossberg, C. Nelson, & P.A. Treichler (Eds.). Cultural
Studies. pp.1-16. New York: Routledge.
Reason, Peter. 1994. “Three Approaches to Participantive Inquiry”
dalam Norman K. Denzing & Yvonna S. Lincoln (eds.).
28
Handbook of Qualitative Research. California: SAGE
Publication.
Richardson, L. 1991. “Postmodern Social Theory” dalam
Sociological Theory. 9. pp. 173-179.
Stake, Robert E. 1994. “Case Studies” dalam Norman K. Denzing &
Yvonna S. Lincoln. Handbook of Qualitative Research.
California: SAGE Publication.
29