07. Paparan Audit dan Sinergi Itda

(1)

AUDIT KEUANGAN ATAS PROGRAM

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN

PROGRAM PENANGANAN KUMUH

BERBASIS MASYARAKAT

(PROGRAM KOTA TANPA KUMUH)

Sosialisasi Nasional Program KOTAKU, 27 April

2016


(2)

Dasar Audit

1. Loan agreement

yang ditandatangani oleh

pihak lenders (donor) dan Pemerintah

Indonesia

2. Project Appraisal Document

3. Permintaan pihak

lenders

(donor) yang

menunjuk BPKP sebagai “

auditor

acceptable

to the lenders

” atau “

independent and

qualified auditor

”.


(3)

Tujuan Audit Keuangan

1. Memberikan opini mengenai tingkat kewajaran penyajian

laporan keuangan program sesuai dengan prinsip akuntansi

yang diterapkan pada program yang bersangkutan;

2. Memberikan penilaian atas kecukupan rancangan sistem

pengendalian intern program guna mencapai tujuan program,

serta penilaian atas tingkat efektivitas implementasinya di

lapangan;

3. Memberikan

penilaian

terhadap

kepatuhan

program

berdasarkan jenis kegiatan tertentu yang ditetapkan;

4. Memberikan penilaian terhadap pencapaian kinerja program

berdasarkan

indikator-indikator

kinerja

yang

telah

ditetapkan;dan

5. Mengidentifikasi dan menginformasikan bilamana dari hasil

audit dijumpai adanya indikasi terjadinya

fraud dalam

pelaksanaan kegiatan program.


(4)

Output Audit Keuangan dan Kinerja

1. Laporan Auditor Independen atas Laporan Keuangan Program

Memberikan opini mengenai tingkat kewajaran penyajian

laporan keuangan program sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterapkan pada program yang bersangkutan;

Memberikan penilaian atas kecukupan rancangan sistem

pengendalian intern program guna mencapai tujuan program, serta penilaian atas tingkat efektivitas implementasinya di lapangan;

Memberikan penilaian terhadap kepatuhan program berdasarkan

jenis kegiatan tertentu yang ditetapkan;

Mengidentifikasi dan menginformasikan bilamana dari hasil audit

dijumpai adanya indikasi terjadinya fraud dalam pelaksanaan kegiatan program.

2. Laporan Evaluasi Kinerja Program

Memberikan penilaian terhadap pencapaian kinerja program berdasarkan indikator-indikator kinerja yang telah ditetapkan dengan Lender.


(5)

SINERGI PENGAWASAN DENGAN

INSPEKTORAT DAERAH

Perlu Mendorong Peran Serta Inspektorat Daerah Dalam

Pengawasan Program/Hasil Program

Program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) didanai dari dana APBN

dan APBD, dimana diperlukan keikutsertaan Pemda

Kabupaten/Kota dan Provinsi dalam mendanai pembangunan

Mengingat kontribusi Pemda diharapkan cukup besar dalam

implementasi program, perlu didorong peran serta Inspektorat

Daerah dalam pengawasan program/hasil program


(6)

SINERGI PENGAWASAN DENGAN

INSPEKTORAT DAERAH

Perlu menambah sampel audit; audit yang dilaksanakan oleh BPKP

hanya sampel kabupaten/kota. Inspektorat Kabupaten/kota dapat melaksanakan audit atas kabupaten/kota atau

kecamatan/kelurahan yang tidak diaudit BPKP.

Untuk dana yang dikelola oleh desa/kelurahan melalui Unit

Pengelola Keuangan (UPK) di bawah Badan Keswadayaan

Masyarakat (BKM) eks PNPM Mandiri Perkotaan, sehingga perlu diaudit/diawasi oleh Itda dengan pertimbangan:

- UPK hanya diaudit oleh KAP (hanya audit atas laporan keuangan) - Mengurangi risiko pengelolaan dana bergulir dari UPK (beberapa UPK

mengelola dana bergulir dalam jumlah besar/di atas 500 milyar) - Pengelola UPK masih belum banyak yang mempunyai

profesionalitas tinggi


(7)

SINERGI PENGAWASAN DENGAN

INSPEKTORAT DAERAH

Lesson Learned Sinergi Audit dengan ITDA

MOU antara BPKP, Dirjen Cipta Karya, Irjen Kementerian

PUPERA, Irjen Kementerian dalam Negeri : sejak 2011 s.d

2015

Mekanisme:

Penyusunan Juklak Audit untuk Itda

TOT bagi BPKP Perwakilan

Sosialisasi Juklak Audit oleh Trainer BPKP & Proyek

Audit dilaksanakan oleh ITDA


(8)

SINERGI PENGAWASAN DENGAN

INSPEKTORAT DAERAH

Landasan

1

.

Standar Pekerjaan Lapangan, Pernyataan Standar

Audit SPAP

Penggunaan Auditor Intern Untuk Menyediakan Bantuan

Langsung Auditor

“Dalam melaksanakan audit, auditor dapat meminta bantuan dari

auditor intern. Bantuan langsung berkaitan dengan pekerjaan

yang secara spesifik diminta oleh auditor dari auditor intern untuk

menyelesaikan beberapa aspek pekerjaan auditor. …….. Auditor

harus memberitahu auditor intern mengenai tanggung jawab

auditor intern tersebut, tujuan prosedur yang dilaksanakan oleh

auditor intern, serta hal-hal yang mungkin berdampak terhadap

sifat, saat, dan lingkup prosedur audit, seperti masalah akuntansi

dan auditing”


(9)

SINERGI PENGAWASAN DENGAN

INSPEKTORAT DAERAH

Landasan

2. Pelaksanaan Audit Intern yang ditetapkan oleh Asosiasi Auditor Intern Pemerintah

Indonesia (AAIPI)

3050 - Melakukan Koordinasi

Pimpinan APIP harus melakukan koordinasi dengan, dan membagi informasi kepada, auditor eksternal dan/atau auditor lainnya.

12. Tujuan koordinasi adalah untuk memastikan cakupan yang tepat dan meminimalkan pengulangan kegiatan.

13. Koordinasi dilakukan dengan menyampaikan rencana kegiatan audit intern

tahunan serta hasil-hasil kegiatan audit intern yang telah dilakukan APIP selama periode yang akan dilakukan pemeriksaan oleh auditor eksternal dan/atau

auditor lainnya.

Dengan menyampaikan hasil-hasil kegiatan audit intern, auditor eksternal dan/atau auditor lainnya diharapkan akan menggunakan hasil tersebut untuk mengurangi lingkup penugasannya.


(10)

KELEMAHAN PELAKSANAAN PROGRAM

1. Kelebihan Pembayaran, Ketekoran Kas, Kemahalan Harga

dan

Pengeluaran Yang Belum Didukung dengan Bukti Pertanggungjawaban

Penyebab:

Kurangnya pendampingan, pembinaan dan pengawasan serta kurang cermatnya

Fasilitator Kelurahan, Koordinator Kota, PJOK, KMW, dan Tim Verifikasi dalam

melaksanakan tugasnya Akibatknya:

– Kerugian bagi masyarakat dan LKM serta dapat menimbulkan

berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pengelola program.

– Masyarakat tidak dapat memanfaatkan dana dalam bentuk bantuan sosial, dana bergulir, dan pembangunan infrastruktur.


(11)

KELEMAHAN PELAKSANAAN PROGRAM

2. Volume Pekerjaan Tidak Sesuai dengan RAB

Penyebab:

– Kurangnya tanggung jawab masing-masing KSM/Panitia dalam mengelola dana BLM dan kelalaian serta lemahnya pengawasan masing-masing BKM dan Tim Fasilitator dalam penyusunan RAB dan pelaksanaan pekerjaan.

– Kecenderungan BKM/KSM untuk melaporkan kegiatan sesuai dengan RAB dan bukan berdasarkan realisasi yang sesungguhnya.

– Kurangnya pemahaman KSM, BKM dan fasilitator terhadap pedoman/ketentuan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan.

– Unit Pengelola Lingkungan (UPL) kurang efektif dalam memonitor pelaksanaan pekerjaan dan tidak adanya batas waktu pelaksanaan pekerjaan yang tertuang dalam Surat Perjanjian Pemberian Pekerjaan (SP3)/Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan (SP2D-L) antara BKM dan KSM.


(12)

KELEMAHAN PELAKSANAAN PROGRAM

2. Volume Pekerjaan Tidak Sesuai dengan RAB

Akibatnya

:

Pemborosan biaya pada kegiatan pembangunan

infrastruktur/prasarana tersebut.

Kelebihan alokasi dana yang dapat digunakan untuk

kepentingan lain.

Prasarana yang dibangun tidak sesuai dengan volume fisik

yang seharusnya dan kurang memenuhi kualitas serta belum

didukung dengan pertanggungjawaban kegiatan yang

memadai.

Dana bantuan tidak dapat dinikmati masyarakat secara

optimal.


(13)

KELEMAHAN PELAKSANAAN PROGRAM

3. Prasarana yang Dibangun Tidak Memenuhi Spesifikasi

Teknik dan Mengalami Kerusakan serta Tidak Dipelihara

dengan Baik

Penyebab

:

Pelaku perorangan PNPM Mandiri Perkotaan belum memiliki rasa

kepemilikan dan kepedulian terhadap keberhasilan program.

– Kelalaian dan kurang memadainya pendampingan dan pengawasan oleh Fasilitator Kelurahan di lapangan.

Kelalaian dan kurang memadainya UPL dalam melaksanakan tugas

dan tanggung jawabnya.

Panitia pemeliharaan yang telah terbentuk belum berfungsi secara

optimal untuk mempertahankan dan melestarikan fungsi prasarana yang dibangun.

Kelalaian pelaku program (KSM) yang kurang memperhatikan


(14)

KELEMAHAN PELAKSANAAN PROGRAM

3. Prasarana yang Dibangun Tidak Memenuhi Spesifikasi

Teknik dan Mengalami Kerusakan serta Tidak Dipelihara

dengan Baik

Akibatnya

:

Hasil kegiatan tidak berfungsi secara optimal sesuai dengan yang

diharapkan.

– Tujuan pelaksanaan kegiatan untuk memperbaiki kualitas sarana prasarana (sarpras) di daerah tersebut tidak tercapai.

Prasarana yang dibangun tidak segera dapat dimanfaatkan. – Fungsi sarana dan prasarana tidak optimal dan dapat


(15)

KELEMAHAN PELAKSANAAN PROGRAM

4. Prasarana dan Hasil Kegiatan Belum Dimanfaatkan, Kurang

Bermanfaat, Tidak Dapat Dimanfaatkan, dan Tidak Dimanfaatkan sesuai Tujuan

Penyebab:

– Kurangnya pemahaman BKM/pelaku program lainnya tentang perlunya

penyebarluasan informasi/transparansi terhadap pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan.

– KSM yang telah dibentuk tidak berfungsi dan rendahnya komitmen

masyarakat atas kesanggupan penyediaan dana swadaya sesuai dengan proposal KSM.

– Tim Pemelihara yang dibentuk belum berfungsi secara optimal.

– Sebagian pelaku program belum memahami kebijakan organisasi dan tata kelola program.

– Kurangnya pendampingan dan pengawasan oleh Fasilitator Kelurahan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana yang dilakukan oleh KSM.

– Tim Koordinasi dan pelaku perorangan PNPM Mandiri Perkotaan belum memiliki rasa kepemilikan dan kepedulian terhadap keberhasilan program.


(16)

KELEMAHAN PELAKSANAAN PROGRAM

4. Prasarana dan Hasil Kegiatan Belum Dimanfaatkan,

Kurang Bermanfaat, Tidak Dapat Dimanfaatkan, dan Tidak

Dimanfaatkan sesuai Tujuan

Akibatnya

:

Tujuan PNPM Mandiri Perkotaan untuk memberdayakan

masyarakat agar tidak hanya sekedar menjadi pemanfaat pasif melainkan sekaligus sebagai pelaksana kegiatan terkait dengan penanggulangan kemiskinan tidak sepenuhnya tercapai.

– Investasi yang ditanamkan oleh LKM pada kegiatan sosial produktif menjadi belum menghasilkan keuntungan sehingga rencana

pemberian bantuan kepada warga miskin menjadi tertunda pelaksanaannya.


(17)

KELEMAHAN PELAKSANAAN PROGRAM

5. Kelemahan dalam Pelaksanaan Dana BLM

Uraian Permasalahan a. Tunggakan dana bergulir

b. Penerima Dana Bergulir Tidak Tepat Sasaran/Tidak Sesuai dengan Ketentuan

c. Terdapat Dana Yang Belum Disalurkan/Belum Digulirkan Kembali

d. Penggunaan Dana BLM Tidak Tepat/Sesuai Ketentuan e. Sisa Dana Hasil Kegiatan

f. Keterlambatan Penyaluran Dana BLM


(18)

KELEMAHAN PELAKSANAAN PROGRAM

5. Kelemahan dalam Pelaksanaan Dana BLM

Penyebab

:

Minimnya upaya penagihan yang dilakukan oleh KSM maupun Unit

Pengelola Keuangan (UPK) kepada peminjam karena keterbatasan waktu dan kemampuan menagih, lemahnya penegakan sanksi terhadap penunggak, kurangnya kesadaran dari penunggak, serta kesulitan ekonomi yang dialami kelompok peminjam.

– Kurang optimalnya peran Korkot, Askorkot, Faskel, dan Unit-unit Pengelola (UP) di BKM.

Masih ada keraguan dari pihak BKM atas komitmen KSM untuk

pengembalian pinjaman.

Kelemahan BKM, KSM dan Faskel dalam merencanakan lokasi

kegiatan, melakukan seleksi dan pengawasan/monitoring terhadap tahapan proses pemberian bantuan.

Kurang tanggapnya Tim Koordinasi Kota dalam memproses usulan

revisi.

– Rendahnya komitmen Pemerintah Kota/Kabupaten untuk menyediakan dana pendamping BLM.

Ketidak siapan KSM dalam melaksanakan kegiatan.

– Kelalaian pengelola keuangan LKM dan UPK untuk mematuhi ketentuan.


(19)

KELEMAHAN PELAKSANAAN PROGRAM

5. Kelemahan dalam Pelaksanaan Dana BLM

Akibatnya

:

Pencapaian tujuan program secara umum tidak tercapai secara

optimal;

– Pencapaian sasaran dan manfaat pemberian pinjaman bergulir belum tercapai sepenuhnya;

Berpotensi menimbulkan konflik diantara kelompok masyarakat.Kegiatan BLM tidak dapat dilaksanakan sebelum adanya dana


(20)

KELEMAHAN PELAKSANAAN PROGRAM

6. Perubahan Pekerjaan Tidak Sesuai dengan Ketentuan

-

Pelaksanaan Pekerjaan Tidak Sesuai Proposal

- Perubahan Jenis kegiatan tanpa dilengkap Berita Acara

Perubahan

Penyebab

:

– Tim Koordinasi dan pelaku perorangan PNPM Mandiri Perkotaan belum memiliki rasa kepemilikan dan kepedulian terhadap

keberhasilan program.

– Penanggungjawab program dan Tim Koordinasi belum memiliki program kerja untuk memastikan bahwa pengawasan atasan langsung cukup memadai.

– Kurangnya pengawasan dan pembinaan oleh PPK maupun

Fasilitator Kelurahan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana yang dilakukan oleh KSM.

Lemahnya verifikasi Faskel dan KSM yang tidak melihat kondisi

lapangan yang sebenarnya.

– Kurangnya pemahaman dan kepatuhan BKM dan KSM terhadap ketentuan/pedoman PNPM Mandiri Perkotaan.


(21)

KELEMAHAN PELAKSANAAN PROGRAM

6. Perubahan Pekerjaan Tidak Sesuai dengan Ketentuan

Akibatnya

:

Dana BLM tidak sepenuhnya mencapai sasaran dan merugikan

penerima manfaat serta tujuan dari pemberdayaan masyarakat belum tercapai secara optimal.

Hasil pekerjaan belum sesuai rencana dan belum sesuai dengan

dana yang disediakan sehingga manfaatnya belum optimal.

– Kegiatan yang dilaksanakan tidak tepat sasaran sehingga tujuan PNPM dalam penanggulangan kemiskinan tidak tercapai.

Menimbulkan kesalahpahaman dan mengurangi kepercayaan

warga yang menjadi sasaran serta memberikan peluang bagi

pengurus KSM untuk memberikan bantuan perbaikan pada warga yang tidak berhak.


(22)

KELEMAHAN PELAKSANAAN PROGRAM

7. Perencanaan Kegiatan Belum Dilaksanakan Dengan Baik

Pelaksanaan kegiatan fisik, sosial dan program tidak sesuai

dengan perencanaan/PJM Pronangkis

Penyebab

:

Pendampingan Faskel pada saat penyusunan perencanaan belum

memadai.

Sebagian pelaku program belum memahami kebijakan organisasi

dan tata kelola program.

KMW belum optimal membina Fasilitator Kelurahan dalam

melakukan pendampingan kepada BKM/KSM;

Penanggungjawab program dan Tim Koordinasi belum memiliki

program kerja untuk memastikan bahwa pengawasan atasan langsung cukup memadai.

Kurangnya pengawasan oleh Fasilitator Kelurahan dan LKM dalam

pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana yang dilakukan oleh KSM.


(23)

KELEMAHAN PELAKSANAAN PROGRAM

7. Perencanaan Kegiatan Belum Dilaksanakan Dengan Baik

Akibatnya

:

Tujuan PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong tumbuh dan

berkembangnya partisipasi dan kemandirian masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan dan memonitoring kegiatannya tidak tercapai secara optimal.

Hasil pekerjaan belum sesuai dengan rencana dan belum sesuai

dengan dana yang disediakan sehingga manfaatnya belum optimal.

RAB tidak dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan dan

hasil kegiatan sulit diukur /dibandingkan karena tidak akuratnya perencanaan.

Masyarakat kurang memperoleh pembelajaran yang maksimal dari

konsultan sebagai pendamping masyarakat dalam PNPM Perkotaan.


(24)

KELEMAHAN PELAKSANAAN PROGRAM

8. Pelaksanaan Program Tidak Sesuai Ketentuan

Pelaksanaan kegiatan belum memenuhi prinsip dasar pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan

Pengelola program belum sepenuhnya melaksanakan perannya

Kurang efektifnya pendampingan fasilitator/Askot/Korkot, KSM tidak

menaati prosedur sesuai pedoman pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan  Kurang selektifnya KSM dalam merencanakan program sesuai ketentuanPelaksanaan kegiatan sudah menyimpang dari PJM Pronangkis

Lemahnya pengawasan dari UPL dalam melaksanakan tugasnya. Penyebab:

– Kurangnya pemahaman KSM dalam melaksanakan kegiatan sesuai dengan tujuan program PNPM Mandiri Perkotaan.

– Kurang optimalnya pendampingan yang dilakukan oleh PJOK, Korkot dan Faskel.

Akibatnya:

– Pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan prinsip pelaksanaan program yaitu partisipatif, transparansi dan akuntabel.

– Pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan yang telah direncanakan dalam PJM Pronangkis.


(25)

KELEMAHAN PELAKSANAAN PROGRAM

9. Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan yang Dilaksanakan

oleh BKM/KSM

Penyebab

:

KMW dan Koordinator Kota belum optimal melakukan supervisi,

evaluasi dan pembinaan Fasilitator Kelurahan dalam melakukan pendampingan kepada BKM/KSM.

– Kurangnya pengawasan oleh Fasilitator Kelurahan dalam

pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana yang dilakukan oleh KSM.

– Kurang efektifnya UPL dalam melaksanakan monitoring.

Lemahnya perencanaan dan kurang optimalnya pendampingan

yang dilakukan oleh Faskel.

– Tingginya frekuensi pergantian fasilitator.

Ketidaksiapan KSM dalam melaksanakan kegiatan yang telah

disepakati.

– Keadaan alam yang tidak memungkinkan pelaksanaan kegiatan tersebut dilaksanakan segera.

Akibatnya:

Sarana dan prasarana yang akan/sedang dibangun tersebut

belum dapat dimanfaatkan oleh masyarakat desa/kelurahan

setempat


(26)

HAL-HAL YANG PERLU MENJADI

PERHATIAN

1. Kebelanjutan Kegiatan/Hasil Kegiatan eks PNPM

Mandiri Perkotaan

Keberlanjutan lembaga-lembaga yang sudah dibentuk:

BKM/LKM dan UPK: bagaimana bentuk hukumnya?

Bagaimana pendampingan dan pengawasan untuk lokasi

yang sudah tidak diakomodir dalam pogram KOTAKU:

Jika belum mandiri, apakah lembaga tersebut tetap

dilepas atau jika masih didampingi siapa yang

menjadi menyediakan tenaga fasilitator?

Pengawasan cukup oleh petugas pengawas di BKM &

auditor KAP, atau perlu peran Inspektorat Daerah?


(27)

HAL-HAL YANG PERLU MENJADI

PERHATIAN

2. Proses pembahasan audit (exit conference) belum dilakukan dengan baik

Satker mempunyai hak untuk memberikan tanggapan atas hasil audit, dan dimungkinkan tidak sependapat dengan hasil audit

Sebab:

- Satker Pengelola Program belum memahami proses bisnis program sehingga tidak dapat memberikan tanggapan atas notisi audit dengan baik

- Pembahasan tidak melibatkan konsultan & fasilitator yang lebih mengetahui mengenai program

Akibatnya:

Temuan audit tidak dapat ditindaklanjuti Contoh kasus:

Tunggakan dana bergulir (kumulatif dari awal) direkomendasikan oleh auditor

untuk dikembalikan ke rekening UPK (bersifat penyetoran). Rekomendasi tersebut akan sulit ditindaklanjuti.

Seharusnya rekomendasi adalah meminta pengelola program untuk melakukan upaya penagihan kepada kelompok.


(28)

HAL-HAL YANG PERLU MENJADI

PERHATIAN

3. Tindak lanjut atas temuan audit harus segera

disampaikan kepada auditor

Hendaknya dilakukan verifikasi yang cukup untuk meyakini

bahwa tindak lanjut sudah didukung dengan data yang benar

Yakinkan bahwa tindak lanjut atas temuan audit yang telah

disampaikan kepada auditor sudah diinput ke dalam SIM HP.

Satker program dapat meminta SIM HP kepada auditor


(29)

TERIMA

KASIH


(1)

KELEMAHAN PELAKSANAAN PROGRAM

8. Pelaksanaan Program Tidak Sesuai Ketentuan

Pelaksanaan kegiatan belum memenuhi prinsip dasar pelaksanaan

kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan

Pengelola program belum sepenuhnya melaksanakan perannya

Kurang efektifnya pendampingan fasilitator/Askot/Korkot, KSM tidak

menaati prosedur sesuai pedoman pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan

Kurang selektifnya KSM dalam merencanakan program sesuai ketentuanPelaksanaan kegiatan sudah menyimpang dari PJM Pronangkis

Lemahnya pengawasan dari UPL dalam melaksanakan tugasnya. Penyebab:

– Kurangnya pemahaman KSM dalam melaksanakan kegiatan sesuai dengan tujuan program PNPM Mandiri Perkotaan.

– Kurang optimalnya pendampingan yang dilakukan oleh PJOK, Korkot dan Faskel.

Akibatnya:

– Pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan prinsip pelaksanaan program yaitu partisipatif, transparansi dan akuntabel.

– Pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan yang telah direncanakan dalam PJM Pronangkis.


(2)

KELEMAHAN PELAKSANAAN PROGRAM

9. Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan yang Dilaksanakan

oleh BKM/KSM

Penyebab

:

KMW dan Koordinator Kota belum optimal melakukan supervisi,

evaluasi dan pembinaan Fasilitator Kelurahan dalam melakukan

pendampingan kepada BKM/KSM.

Kurangnya pengawasan oleh Fasilitator Kelurahan dalam

pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana yang dilakukan

oleh KSM.

Kurang efektifnya UPL dalam melaksanakan monitoring.

Lemahnya perencanaan dan kurang optimalnya pendampingan

yang dilakukan oleh Faskel.

Tingginya frekuensi pergantian fasilitator.

Ketidaksiapan KSM dalam melaksanakan kegiatan yang telah

disepakati.

Keadaan alam yang tidak memungkinkan pelaksanaan kegiatan

tersebut dilaksanakan segera.

Akibatnya:

Sarana dan prasarana yang akan/sedang dibangun tersebut

belum dapat dimanfaatkan oleh masyarakat desa/kelurahan

setempat


(3)

HAL-HAL YANG PERLU MENJADI

PERHATIAN

1. Kebelanjutan Kegiatan/Hasil Kegiatan eks PNPM

Mandiri Perkotaan

Keberlanjutan lembaga-lembaga yang sudah dibentuk:

BKM/LKM dan UPK: bagaimana bentuk hukumnya?

Bagaimana pendampingan dan pengawasan untuk lokasi

yang sudah tidak diakomodir dalam pogram KOTAKU:

Jika belum mandiri, apakah lembaga tersebut tetap

dilepas atau jika masih didampingi siapa yang

menjadi menyediakan tenaga fasilitator?

Pengawasan cukup oleh petugas pengawas di BKM &

auditor KAP, atau perlu peran Inspektorat Daerah?


(4)

HAL-HAL YANG PERLU MENJADI

PERHATIAN

2. Proses pembahasan audit (exit conference) belum dilakukan dengan baik

Satker mempunyai hak untuk memberikan tanggapan atas hasil audit, dan dimungkinkan tidak sependapat dengan hasil audit

Sebab:

- Satker Pengelola Program belum memahami proses bisnis program sehingga tidak dapat memberikan tanggapan atas notisi audit dengan baik

- Pembahasan tidak melibatkan konsultan & fasilitator yang lebih mengetahui mengenai program

Akibatnya:

Temuan audit tidak dapat ditindaklanjuti Contoh kasus:

Tunggakan dana bergulir (kumulatif dari awal) direkomendasikan oleh auditor

untuk dikembalikan ke rekening UPK (bersifat penyetoran). Rekomendasi tersebut akan sulit ditindaklanjuti.

Seharusnya rekomendasi adalah meminta pengelola program untuk melakukan upaya penagihan kepada kelompok.


(5)

HAL-HAL YANG PERLU MENJADI

PERHATIAN

3. Tindak lanjut atas temuan audit harus segera

disampaikan kepada auditor

Hendaknya dilakukan verifikasi yang cukup untuk meyakini

bahwa tindak lanjut sudah didukung dengan data yang benar

Yakinkan bahwa tindak lanjut atas temuan audit yang telah

disampaikan kepada auditor sudah diinput ke dalam SIM HP.

Satker program dapat meminta SIM HP kepada auditor


(6)

TERIMA

KASIH