PENINGKATAN MUTU LAYANAN PKBM MELALUI PROGRAM KEWIRAUSAHAAN BERBASIS KEMITRAAN

(1)

PENINGKATAN MUTU LAYANAN PKBM

MELALUI PROGRAM KEWIRAUSAHAAN BERBASIS KEMITRAAN

A. Dasar Pemikiran

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) adalah sebuah lembaga/wadah tempat menampung kegiatan belajar masyarakat, sehingga keberadaannya merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih dan dijadikan ajang pemberdayaan masyarakat. Sejalan dengan pemikiran melembagakan pusat kegiatan belajar masyarakat, maka potensi yang selama ini tidak tergali akan dapat digali, ditumbuhkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat.

Gagasan menggulirkan pusat kegiatan belajar masyarakat ini timbul karena luasnya sasaran layanan, kompleksitas dan kendala yang dihadapi masyarakat. Hal ini menyadarkan dan menyemangati pelaku pembangunan untuk melakukan berbagai upaya pembelajaran masyarakat yang berpangkal pada masyarakat, dilaksanakan oleh masyarakat, berada di dalam lingkungan masyarakat dan bermakna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Strategi ini digunakan agar dalam penyelenggaraan program pembelajaran masyarakat senantiasa berada dalam koridor pemberdayaan masyarakat. Dalam perspektif inilah pelaksanaan strategi mendinamisasikan peran serta masyarakat untuk merencanakan, melaksanakan, mengembangkan dan melembagakan kegiatan belajarnya yang diaktualisasikan dengan pembentukan PKBM.

Prinsip utama pembentukan PKBM adalah bertolak dari kebermaknaan, kebermanfaatan dan keterlibatan warga belajar dalam perencanaan dan pelaksanaan program belajar. PKBM tumbuh dan berkembang dari, oleh dan untuk masyarakat dan pemerintah hanya berperan fasilitator. PKBM bukan milik pemerintah tetapi milik masyarakat yang dikelola oleh masyarakat setempat dimana PKBM berada. Bagaimanapun, keberhasilan pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, pemerintah dan masyarakat.

Keterlibatan masyarakat dalam proses pendidikan secara tidak langsung akan memberikan ruang gerak yang lebih luas, sehingga masyarakat akan semakin dewasa dan semakin mandiri dalam menentukan masa depannya. Dengan demikian pengembangan program-program yang ada di PKBM diarahkan pada pengembangan potensi masyarakat. Anggota masyarakat yang memiliki kelebihan, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan membantu mereka yang masih ketinggalan pendidikannya, sehingga masyarakat mampu untuk mandiri, menopang kehidupan keluarga dan mendukung pembangunan masyarakatnya. Dengan kata lain, apabila


(2)

potensi yang ada di masyarakat dapat berkembang secara optimal, maka keberadaan PKBM akan selalu mendapat tempat dan dukungan dari masyarakat yang mengarah pada suatu tujuan, yaitu terciptanya masyarakat yang gemar belajar, kreatif, dinamis, mandiri, memiliki daya saing serta sanggup menghadapi segala tantangan ke depan.

Di propinsi Jawa Timur saat ini tercatat ± 1.216 PKBM yang tersebar di 38 Kabupaten/Kota dengan asumsi bahwa tiap Kabupaten/Kota terdapat 32 PKBM. Data di Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang tercatat 52 PKBM yang tersebar di 21 kecamatan. Namun demikian, perjalanan PKBM sampai saat ini masih belum mampu menunjukkan hasil seperti apa yang diharapkan. Berbagai kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam aspek pengelolaannya. PKBM padahal sebagai suatu organisasi, efektifitas manajerial adalah merupakan faktor kunci yang menentukan keberhasilan PKBM dalam melayani kebutuhan belajar masyarakat. Dari penglihatan secara kasat mata selama ini, PKBM yang ada sebagaian besar belum menunjukkan efektifitas program yang baik, baik dilihat dari aspek program kerja, proses pembelajaran, hasil yang dicapai maupun dari aspek prestasi.

Fenomena terkait dengan keberadaan PKBM, setidak-tidaknya kalau kita amati ada tiga; 1) terdapat PKBM yang demikian progresif dalam mengembangkan dan menjalankan program kerja, namun pada sisi lain lebih banyak PKBM yang daya hidupnya kembang kempis, 2) terdapat PKBM “papan nama” di mana ada tercatat (terdaftar) nama sebuah PKBM pada Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, namun PKBM tersebut tidak tampak adanya aktivitas pembelajaran., dan 3) terdapat PKBM yang daya hidupnya “hanya” bergantung pada ada atau tidaknya stimulan dana dari pemerintah. Apabila suatu waktu ada dana stimulan dari pemerintah, maka PKBM tersebut menjalankan aktivitas pembelajaran, namun bila dana dari pemerintah tidak ada, maka tidak mengadakan kegiatan sama sekali.

Terlepas dari hal diatas, maka dengan karakteristik sebagai wahana, wadah, pusat, sekaligus sebagai agen layanan pembelajaran dan pendidikan, semestinya PKBM dapat berkembang dan berakar kuat pada kebutuhan belajar masyarakat. Dengan berbagai problema sosial seperti kebuta-aksaraan, pengangguran, kemiskinan, ketidakterampilan (unskilled), kebodohan, dan sebagainya; semetinya kebutuhan belajar masyarakat muncul begitu banyak. Munculnya berbagai kebutuhan belajar masyarakat itu semestinya bisa menjadi salah satu sumber daya bagi keberlangsungan hidup PKBM. Lebih-lebih jika PKBM mampu menjalin kerjasama dengan berbagai mitra terkait, baik sebagai penyandang dana, pemetik manfaat, maupun sebagai rekan dalam melayani pemenuhan kebutuhan-kebutuhan belajar tersebut.


(3)

Kehadiran PKBM “Pandu” di tengah-tengah masyarakat berawal dari ide gagasan/pemikiran dari warga masyarakat desa Menturus Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang yang ingin mendirikan dan menghadirkan suatu wadah/organisasi pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai sarana dan sekaligus sentral pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Tepatnya tanggal 19 Mei 2006 melalui rembug desa lahirlah PKBM dengan nama “PANDU”.Dipilihnya“Pandu” sebagai nama PKBMdengan harapan bahwa lembaga ini dapat memandu dan mengarahkan warga masyarakat menuju masyarakat yang berdaya, baik berdaya secara ekonomi maupun sosialnya.

B. Gambaran Obyektif Lembaga

Secara geografis letak PKBM “PANDU” berada diujung utara wilayah Kabupaten Jombang (+ 25 km). Tepatnya berada di Desa Menturus Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang Jawa Timur Telp (0321) 6269960. Keberadaan PKBM “Pandu” dalam demografis Kabupaten Jombang masuk kategori zona “merah”. Dikatakan zona merah dikarenakan ada beberapa beberapa alasan: 1) tingkat angka kemiskinan tergolong tinggi (38%), 2) jumlah keaksaraan fungsionalnya besar (4.586 orang), 3) jumlah angka putus sekolahnya juga tinggi, ini dapat dilihat dari besarnya peminat/jumlah peserta didik yang ikut program kesetaraan, belum lagi mereka yang tidak sekolah dan/atau tidak ikut program kesetaraan.

Pada awal pendiriannya, pembelajaran dilakukan di tiga tempat yang berbeda, yaitu: 1) untuk program life-skill dilaksanakan di rumah pengurus dan sekaligus merupakan kantor kesekretariatan, 2) untuk program PAUD dilaksanakan di gedung Posyandu, dan 3) gedung SD untuk program kesetaraan. Alhamdulillah mulai Juni 2010 berkat partisipasi masyarakat dan bantuan pemerintah daerah, lembaga ini telah memiliki Gedung PAUD dan Tempat Penitipan Anak (TPA) yang dilengkapi dengan berbagai aneka mainan anak dan kolam renang.

Warga Belajar PKBM Pandu sebagian besar tersebar di 5 wilayah kecamatan, yaitu; Kudu, Ngusikan, Kabuh, Kesamben dan Ploso. Mengingat letak lembaga berada di wilayah perbatasan Jombang-Mojokerto dan Jombang-Lamongan, maka warga belajarnya ada yang berasal dari dua kabupaten tersebut meskipun jumlahnya tidak banyak.

Sebagai mitra kerja pemerintah dan dunia usaha, PKBM dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui program-program pendidikan nonformal, diharapkan mampu menumbuhkan masyarakat belajar sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kemandirian, keberdaya didikan, dan inovatif dalam mencari berbagai informasi baru dalam rangka meningkatkan kehidupannya. Sebagai sebuah pusat pembelajaran, PKBM dibangun atas dasar kebutuhan


(4)

masyarakat dengan menitik beratkan swadaya, gotong royong dan partisipasi masyarakat itu sendiri. Terutama berkaitan dengan pentingnya peningkatan kemampuan, keterampilan atau kecerdasan anggota masyarakat.

Untuk itulah PKBM“Pandu” menyelenggarakan program kegiatan berupa: 1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Alasan dasar mengapa program ini dikembangkan oleh PKBM “Pandu” karena sampai saat ini perhatian terhadap pendidikan anak usia dini masih sangat kurang. Padahal, konsep pembangunan sumber daya manusia (SDM) justru dimulai sejak masa usia dini. Rendahnya kualitas hasil pendidikan di Indonesia selama ini cerminan rendahnya perhatian terhadap pendidikan anak usia dini, sehingga berdampak terhadap rendahnya kualitas SDM Indonesia. Oleh sebab itu PKBM “Pandu” memiliki kewajiban untuk mengembangkan program tersebut sejalan dengan tujuan dan fungsi PKBM di tengah-tengah masyarakat. 2. Kejar Paket B dan C

Rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia salah satunya diakibatkan oleh tingginya angka putus sekolah, pada level pendidikan dasar dan level pendidikan menengah. Pada tingkat Sekolah Dasar 25 % dari jumlah lulusannya tidak melanjutkan ke jenjang (level) yang lebih tinggi atau ke SMP/MTs, begitu pula 50 % lulusan SMP/MTs tidak melanjutkan ke jenjang atau level SMA/MA. Hal inilah yang menjadi motivasi kami untuk menyelenggarakan program kesetaraan Paket B dan C.

3. Kursus Komputer

Program ini dikembangkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mendukung profesi. Program ini selain diikuti oleh mereka yang putus sekolah juga diikuti oleh para guru dan siswa sekolah formal.

4. Perkoperasian

PKBM selain dijadikan tempatkegiatan pembelajaran juga dapat dijadikan sebagai kegiatan ekonomi. Program ini dikembangkan untuk memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk melakukan kegiatan ekonomi berupa koperasi simpan pinjam.

5. Kursus Menjahit dan Bordir

Program ini dikembangkan untuk memberikan keterampilan kepada masyarakat. Program ini mayoritas diikuti oleh perempuan.

6. Kelompok Belajar Usaha/Kelompok Kewirausahaan

Program kelompok belajar usaha (KBU) diperuntukan bagi masyarakat (warga belajar) yang minimal telah bebas buta aksara dan atau selesai program kesetaraan, juga masyarakat


(5)

lainnya yang merasa perlu untuk meningkatkan dan memperoleh pengetahuan serta keterampilan baru. Untuk saat ini KBU/KWU yang dikembangkan adalah pembuatan sol sepatu dan ampok instan.

7. Pendidikan life skill dan kepemudaan; teknik elektro, teknik pengelasan, sablon, dan prosesing. Program ini dikembangkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kepada para pemuda. Target utama dari kegiatan ini dalam rangka untuk memberikan peluang usaha dan dalam rangka untuk mengurangi pengangguran dan tingkat kemiskinan di level pedesaan.

8. Keaksaraan Fungsional (KF)

Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan keaksaraan dasar warga masyarakat yang masih buta aksara. Saat ini di Indonesia terdapat 5,2 juta orang usia 10-44 tahun yang masih buta huruf, apabila ditambah dengan anak yang putus sekolah (drop out) maka jumlah tersebut akan mencapai 6 juta orang. Oleh karena itu sasaran dari kegiatan ini adalah melayani warga masyarakat yang menyandang buta aksara berusia di antara 10-44 tahun, dengan prioritas usia antara 17-30 tahun.

9. Taman Bacaan Masyarakat (TBM)

Program ini diadakan dalam rangka untuk memberikan informasi, baik pendidikan maupun keterampilan kepada masyarakat sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu sumber belajar yang mudah dan murah. Selain itu untuk menumbuhkan kegemaran membaca di kalangan masyarakat yang saat ini memang sangat memperihatinkan.

Sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang pemberdayaan masyarakat tentu memerlukan bantuan dan kerjasama kemitraan dari berbagai pihak, baik dari instansi pemerintah maupun pihak swasta. Baik sebagai penyandang dana, pemetik manfaat, maupun sebagai rekan dalam melayani pemenuhan kebutuhan belajar, PKBM “Pandu” melakukan kerjasama kemitraan dengan:

1. Pemerintah Desa yang ada di wilayah sekitar lembaga 2. PC Fatayat NU Jombang

3. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Jombang 4. Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Jombang 5. Balai Latihan Kerja Kabupaten Jombang

6. BRI Kantor Kas Tapen 7. UD Lancar Jaya


(6)

Berdasarkan hal diatas, maka terlihat bahwa peran serta masyarakat dalam pendidikan luar sekolah dapat dilakukan melalui PKBM. Melalui pendidikan tersebut masyarakat diharapkan mampu memberdayakan dirinya. Dalam hal ini PKBM “Pandu” setidak-tidaknya telah melaksanakan fungsi:

1) Sebagai tempat masyarakat belajar, PKBM merupakan tempat masyarakat memperoleh berbagai ilmu pengetahuan dan bermacam ragam keterampilan fungsional sesuai dengan kebutuhannya, sehingga masyarakat berdaya dalam meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya.

2) Sebagai tempat tukar belajar, PKBM memiliki fungsi sebagai tempat terjadinya pertukaran berbagai informasi (pengalaman), ilmu pengetahuan dan keterampilan antar warga belajar, sehingga antara warga belajar yang satu dengan yang lainnya bisa saling mengisi. Sehingga setiap warga belajar sangat dimungkinkan dapat berperan sebagai sumber belajar bagi warga belajar lainnya (masyarakat lainnya).

3) Sebagai Pusat pengetahuan dan informasi atau perpustakaan masyarakat, sebagai perpustakaan masyarakat PKBM harus mampu berfungsi sebagai bank informasi, artinya PKBM dapat dijadikan tempat menyimpan berbagai informasi pengetahuan dan keterampilan secara aman dan kemudian disalurkan kepada seluruh masyarakat atau warga belajar yang membutuhkan. Disamping itu pula PKBM dapat berfungsi sebagai pengembang pengetahuan dan keterampilan secara inovatif, misalnya melalui penelitian/pengkajian.

4) Sebagai sentra pertemuan berbagai lapisan masyarakat, fungsi PKBM dalam hal ini, tidak hanya berfungsi sebagai tempat pertemuan antara pengelola dengan sumber belajar dan warga belajar serta dengan tokoh masyarakat atau dengan berbagai lembaga (pemerintah dan swasta/LSM, ormas), akan tetapi PKBM berfungsi sebagai tempat berkumpulnya seluruh komponen masyarakat dalam berbagai bidang sesuai dengan kepentingan, masalah dan kebutuhan masyarakat.

5) Sebagai pusat penelitian masyarakat terutama dalam pengembangan pendidikan nonformal. Pada bagian ini PKBM berfungsi sebagai pusat pengkajian (studi, research) bagi pengembangan model-model pendidikan nonformal pada tingkat Kecamatan dan Kabupaten. Dalam hal ini PKBM dapat dijadikan tempat oleh masyarakat, kalangan akademisi dll sebagai tempat menggali, mengkaji, menelaah (menganalisa) berbagai persoalan atau permasalahan dalam bidang pendidikan dan keterampilan masyarakat. Contoh penelitian yang dilakukan oleh Tri Dyah Nastiti dosen UT Surabaya dengan judul:


(7)

Peningkatan Pemanfaatan dan Pengolahan Ampok Jagung Instan sebagai Pangan Lokal Potensial Bagi Kelompok Masyarakat Desa Menturus Kecamatan Kudu).

C. Prinsip Pengembangan Program PKBM

PKBM Pandu dalam pengembangan dan menyusun program berprinsip pada:

1. Relevansi, program yang dikembangkan harus relevan karena setiap program terkait dengan penyiapan warga belajar untuk meningkatkan mutu kehidupan melalui kesempatan, pengalaman, dan latihan dalam berperan dan bersikap secara bertanggungjawab dalam mewujudkan kedewasaan berfikirnya.

2. Keluasan. program yang dikembangkan meluas sehingga warga belajar merasa memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan pengalaman tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang berkaitan dengan etika, estetika, logika, dan kinestetika pada saat pembelajaran. Contohnya; ide pembuatan ampok instan yang saat ini menjadi salah satu produk unggulan PKBM merupakan ide dari warga belajar.

2. Keseimbangan, program harus memiliki prinsip keseimbangan dimana setiap kompetensi yang dikembangkan dalam program PKBM harus dapat dicapai melalui alokasi waktu yang cukup untuk sebuah proses pembelajaran yang efektif.

4 Perbedaan, prinsip ini merupakan upaya pelayanan individual dimana warga belajar harus memahami: apa yang perlu dipelajari; bagaimana berpikir, bagaimana belajar, dan berbuat untuk mengembangkan potensi dan kebutuhan dirinya masing-masing secara optimal.

Untuk mendukung terlaksananya prinsip tersebut, PKBM Pandu berpatokan pada: a) kualitas SDM yang ada, dalam hal ini berperan sebagai ujung tombak dan sekaligus sebagai pengusung program, b) kemampuan bekerjasama dengan pihak-pihak tertentu (channeling; masyarakat, pemerintah dan sumber-sumber lainnya), c) kemampuan (kompetensi dan kualitas) sumber belajar (tutor/fasilitator), d) warga belajar yang berminat dan butuh dengan program yang dikembangkan, e) fasilitas pendukung program yang refresentatif sesuai dengan kebutuhan program, f) partisipasi masyarakat dalam pengembangan program, g) alat control (supervisi, monitoring dan evaluasi) program, h) ketersediaan anggaran, i) pemeliharaan program agar program tetap eksis, dan j) pengembangan program ke depan.

D. Pengembangan Program Kegiatan

Salah satu karakteristik utama dan pertama dalam mengembangkan dan menumbuhkan semua kegiatan PKBM adalah peningkatan partisipasi masyarakat. Sehingga PKBM “Pandu” merupakan salah satu wadah dalam memberikan kesempatan yang penuh kepada seluruh


(8)

komponen masyarakat agar mampu: a) memberdayakan masyarakat agar masyarakat mandiri dan mampu berswadaya, b) meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dan c) Pengembangan dan pembangunan masyarakatnya. Dengan ketiga kriteria tersebut PKBM harus mampu dibangun dan dikembangkan oleh masyarakat itu sendiri sehingga PKBM lebih bermakna, bermanfaat, selaras dan sesuai dengan kebutuhan.

Tujuan pelembagaan PKBM pada hakikatnya adalah untuk menggali, menumbuhkan, mengembangkan, dan memanfaatkan seluruh potensi yang ada di masyarakat, untuk sebesar-besarnya pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Dalam arti memberdayakan seluruh potensi dan fasilitas pendidikan yang ada di desa sebagai upaya membelajarkan masyarakat yang diarahkan untuk mendukung pengentasan kemiskinan, dengan prinsip pengembangan dalam rangka mewujudkan demokrasi bidang pendidikan. Pada sisi lain tujuan PKBM adalah untuk lebih mendekatkan proses pelayanan pendidikan terutama proses pelayanan pembelajaran yang dipadukan dengan berbagai tuntutan, masalah-masalah yang terjadi di sekitar lingkungan masyarakat itu sendiri.

Ketika pendidikan nonformal dijadikan sebagai sebuah strategi dalam pengembangan dan pembangunan masyarakat, maka PKBM “Pandu” Menturus Kudu Jombang berusaha tampil sebagai salah satu wadah dalam mewujudkan program-program pendidikan dan keterampilan yang terpadu dengan kehidupan dan kebutuhan masyarakat. Baik program pendidikan yang digulirkan pemerintah, khususnya program-program pendidikan nonformal yang dilahirkan oleh kebijakan pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, atau mengembangkan program pendidikan yang secara khusus lahir dan diprakarsai oleh masyarakat itu sendiri.

Adapun bentuk pengembangan program berbasis kewirausahaan dan kemitraan yang telah dilakukan dan dikembangkanoleh PKBM “Pandu” meliputi:

1) Keterampilan Kerja Kejuruan Menjahit dan Bordir hasil kerjasama dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemerintah Kabupaten Jombang pada 12 s/d. 28 April 2008. Dengan kerterampilan yang dimiliki para warga belajar (perempuan) banyak yang telah merintis usaha mandiri dengan membuka jahitan/bordir di rumah. Pada tahun 2011 bekerjasama dengan PNPM Mandiri, PKBM sebagai penyedia alat dan tenaga (tutor) sedangkan PNPM Mandiri sebagai pengusung program dan sekaligus bertindak sebagai penyandang dana dalam kegiatan tersebut. Sedangkan PKBM menyediakan fasilitas pembelajaran dan tenaga pengajar (tutor).


(9)

2) Keterampilan pembuatan Sol Sepatu bekerjasama dengan UD. Sinar Jaya dengan pola kemitraan dan bagi hasil dengan prosentase 70:30. Penyediaan alat, bahan, warga belajar dan sekaligus calon tenaga kerja dilakukan oleh PKBM sedangkan penyediaan tenaga didik (tutor) dilakukan oleh pihak UD. Sinar Jaya. Untuk distribusi hasil selain diambil oleh UD. Sinar Jaya sendiri juga diambil oleh para perajin sepatu lain. Hingga saat ini sosialisasi/pemasaran produk PKBM kami baru pada kalangan terbatas saja. Hal ini dikarenakan untuk melayani kebutuhan-kebutuhan mereka kami sudah kewalahan. Tenaga kerjanya diambilkan dari WB paket B. Usaha ini dimulai pada Januari 2012.

3) Keterampilan pembuatan nasi Ampok Instan. Keterampilan ini telah dirintis sejak PKBM ini berdiri (2006) dan bertahan hingga sekarang serta telah memiliki beberapa kelompok binaan. Ini merupakan tindak lanjut dari program keaksaraan fungsional sehingga para warga binaannya berasal dari mereka yang telah mengikuti pembelajaran KF. Wilayah pemasaran tidak hanya terbatas pada area sekitar PKBM namun sudah merambah pada wilayah perkotaan.

4) Budi daya Jamur Tiram bekerjasama dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Pemerintah Kabupaten Jombang. Pada tahun 2008 usaha ini sempat booming dan para warga belajar yang menekuni usaha ini mengalami kewalahan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. 5) Keterampilan Kejuruan Elektronika bekerjasama dengan Balai Latihan Kerja Kabupaten

Jombang yang dilaksanakan pada 13 Juli s/d. 28 Agustus 2009. Para warga binaannya telah banyak bekerja, baik melalui rintisan usaha mandiri maupun ikut perusahaan.

6) Teknik pengelasan bekerjasama bekerjasama dengan Balai Latihan Kerja Kabupaten Jombang yang dilaksanakan pada 3 Nopember s/d. 20 Desember 2010. Warga binaan selain merisntis usaha mandiri juga ada yang terserap ke beberapa dunia kerja.

7) Kerampilan processing bekerjasama dengan Balai Latihan Kerja Kabupaten Jombang yang dilaksanakan pada 5 s/d. 30 April 2007, warga belajar diberikan bekal tentang cara pembuatan aneka macam masakan berikut diajari bagaimana caranya keterampilan ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber kehidupan (penghasilan) bagi warga belajar.

8) Keterampilan pembuatan Bros dari manik-manik bekerjasama dengan Fatayat NU Kabupaten Jombang yang dilaksanakan pada 9 April 2010. Fatayat selain berperan sebagai penyedia bahan dan tutor juga bersedia membantu memasarkannya.

9) Kegiatan Perkoperasian, pada tahun 2009 mengajukan permohonan pengajuan dana ke Depkop Provinsi Jawa Timur dan mendapat suntikan dana Rp. 25.000.0000,- dan dikembangkan menjadi koperasi simpan pinjam bagi masyarakat, anggotanya tidak hanya


(10)

terbatas pada mereka yang tercatat sebagai warga belajar PKBM. Karena dianggap sebagai salah satu koperasi terbaik, maka pada tahun 2011 mendapat suntikan dana sebesar Rp.

25.000.000,-Berdasar pada hal diatas, maka PKBM sebagai basis pendidikan masyarakat perlu dikembangkan secara komprehensif, fleksible, beraneka ragam dan terbuka bagi semua kelompok usia, sesuai dengan peranan, hasrat, kepentingan dan kebutuhan belajar masyarakat. Sehingga peran-peran masyarakat dalam PKBM tidak hanya sekedar sebagai sasaran akan tetapi sebagai sumber belajar, sehingga tumbuh rasa memiliki, rasa percaya diri akan program-program yang dikembangkan.

E. Penutup

PKBM sebagai sebuah lembaga (organisasi swadaya) yang mengedapankan learning society dan lifelong learning serta mengembangkan budaya belajar seyogyanya berjalan secara professional dan didirikan tidak hanya berdasar untuk menyerap atau mengimplementasikan program-program yang digulirkan pemerintah saja. Akan tetapi PKBM betul-betul merupakan wujud dari sebuah lembaga learning society yang utuh.

Untuk itu, sebagai pengelola PKBM dalam rangka meningkatkan mutu layanannya pengembangan program kegiatannya perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu: a) kemampuan mengidentifikasi dan mencatat kebutuhan masyarakat (warga belajar), b) melayani kebutuhan dan minat warga belajar dalam kegiatan yang bervariasi atau sesuai kebutuhan dan minatnya, c) memobilisasi sumberdaya yang ada di masyarakat, d) membangun kemitraan dan kerjasama (chanelling) secara terbuka dengan berbagai lembaga atau organisasai, sehingga PKBM mampu mengembangkan berbagai aktivitas pembangunan masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan lokal, e) memonitor perkembangan kegiatan serta keberhasilan sehingga dijadikan dasar pengembangan program ke depan, f) evaluasi diri; mencatat berbagai kelebihan dan kekurangan dari kegiatan yang dikembangkan PKBM.


(11)

RIWAYAT HIDUP

Fithrotul Laily Farida Mahfudhoh, lahir di Jombang pada tanggal 7 Maret 1972. Anak pertama dari tujuh bersaudara dari suami-istri Nahrul Fauzie dan Masruroh. Menempuh dan menyelesaikan sekolah dasar di SDN Megaluh (1985), sekolah menengah tingkat pertama di MTsN Mambaul Ma’arif Denanyar (1988), dan sekolah menengah tingkat atas di MAN Mambaul Ma’arif Denanyar (1991). Karena kesibuk gelar pendidikan tingginya baru bisa diraih pada tahun 2010 di Undar Jombang.

Merintis usaha pemberdayaan masyarakat melalui bendera PKBM “Pandu” Menturus Kudu Jombang dimulai pada tahun 2006. Dalam menjalani hidup, terutama dalam belajar dan bekerja senantiasa berusaha mengutamakan sinergi dan bekerjasama secara tepat waktu dan tepat sasaran. Baginya prestasi hanya bisa diraih melalui kerjasama tim yang kompak dan bantuan orang/pihak lain.

Menikah pada 19 Maret 2000 dengan alumnus program sarjana FKIP Undar Jombang, Moh. Sholihan. Semenjak menikah hingga sekarang, ia tetap setia mendampingi suami tercinta hidup dengan pengabdiannya di desa Menturus Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang dan telah dikarunia dua orang anak, Idrokul Mukasyafah (usia11 tahun) dan Moh. Ahsanul Istimror (8 tahun).


(1)

Berdasarkan hal diatas, maka terlihat bahwa peran serta masyarakat dalam pendidikan luar sekolah dapat dilakukan melalui PKBM. Melalui pendidikan tersebut masyarakat diharapkan mampu memberdayakan dirinya. Dalam hal ini PKBM “Pandu” setidak-tidaknya telah melaksanakan fungsi:

1) Sebagai tempat masyarakat belajar, PKBM merupakan tempat masyarakat memperoleh berbagai ilmu pengetahuan dan bermacam ragam keterampilan fungsional sesuai dengan kebutuhannya, sehingga masyarakat berdaya dalam meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya.

2) Sebagai tempat tukar belajar, PKBM memiliki fungsi sebagai tempat terjadinya pertukaran berbagai informasi (pengalaman), ilmu pengetahuan dan keterampilan antar warga belajar, sehingga antara warga belajar yang satu dengan yang lainnya bisa saling mengisi. Sehingga setiap warga belajar sangat dimungkinkan dapat berperan sebagai sumber belajar bagi warga belajar lainnya (masyarakat lainnya).

3) Sebagai Pusat pengetahuan dan informasi atau perpustakaan masyarakat, sebagai perpustakaan masyarakat PKBM harus mampu berfungsi sebagai bank informasi, artinya PKBM dapat dijadikan tempat menyimpan berbagai informasi pengetahuan dan keterampilan secara aman dan kemudian disalurkan kepada seluruh masyarakat atau warga belajar yang membutuhkan. Disamping itu pula PKBM dapat berfungsi sebagai pengembang pengetahuan dan keterampilan secara inovatif, misalnya melalui penelitian/pengkajian.

4) Sebagai sentra pertemuan berbagai lapisan masyarakat, fungsi PKBM dalam hal ini, tidak hanya berfungsi sebagai tempat pertemuan antara pengelola dengan sumber belajar dan warga belajar serta dengan tokoh masyarakat atau dengan berbagai lembaga (pemerintah dan swasta/LSM, ormas), akan tetapi PKBM berfungsi sebagai tempat berkumpulnya seluruh komponen masyarakat dalam berbagai bidang sesuai dengan kepentingan, masalah dan kebutuhan masyarakat.

5) Sebagai pusat penelitian masyarakat terutama dalam pengembangan pendidikan nonformal. Pada bagian ini PKBM berfungsi sebagai pusat pengkajian (studi, research) bagi pengembangan model-model pendidikan nonformal pada tingkat Kecamatan dan Kabupaten. Dalam hal ini PKBM dapat dijadikan tempat oleh masyarakat, kalangan akademisi dll sebagai tempat menggali, mengkaji, menelaah (menganalisa) berbagai persoalan atau permasalahan dalam bidang pendidikan dan keterampilan masyarakat. Contoh penelitian yang dilakukan oleh Tri Dyah Nastiti dosen UT Surabaya dengan judul:


(2)

Peningkatan Pemanfaatan dan Pengolahan Ampok Jagung Instan sebagai Pangan Lokal Potensial Bagi Kelompok Masyarakat Desa Menturus Kecamatan Kudu).

C. Prinsip Pengembangan Program PKBM

PKBM Pandu dalam pengembangan dan menyusun program berprinsip pada:

1. Relevansi, program yang dikembangkan harus relevan karena setiap program terkait dengan penyiapan warga belajar untuk meningkatkan mutu kehidupan melalui kesempatan, pengalaman, dan latihan dalam berperan dan bersikap secara bertanggungjawab dalam mewujudkan kedewasaan berfikirnya.

2. Keluasan. program yang dikembangkan meluas sehingga warga belajar merasa memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan pengalaman tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang berkaitan dengan etika, estetika, logika, dan kinestetika pada saat pembelajaran. Contohnya; ide pembuatan ampok instan yang saat ini menjadi salah satu produk unggulan PKBM merupakan ide dari warga belajar.

2. Keseimbangan, program harus memiliki prinsip keseimbangan dimana setiap kompetensi yang dikembangkan dalam program PKBM harus dapat dicapai melalui alokasi waktu yang cukup untuk sebuah proses pembelajaran yang efektif.

4 Perbedaan, prinsip ini merupakan upaya pelayanan individual dimana warga belajar harus memahami: apa yang perlu dipelajari; bagaimana berpikir, bagaimana belajar, dan berbuat untuk mengembangkan potensi dan kebutuhan dirinya masing-masing secara optimal.

Untuk mendukung terlaksananya prinsip tersebut, PKBM Pandu berpatokan pada: a) kualitas SDM yang ada, dalam hal ini berperan sebagai ujung tombak dan sekaligus sebagai pengusung program, b) kemampuan bekerjasama dengan pihak-pihak tertentu (channeling; masyarakat, pemerintah dan sumber-sumber lainnya), c) kemampuan (kompetensi dan kualitas) sumber belajar (tutor/fasilitator), d) warga belajar yang berminat dan butuh dengan program yang dikembangkan, e) fasilitas pendukung program yang refresentatif sesuai dengan kebutuhan program, f) partisipasi masyarakat dalam pengembangan program, g) alat control (supervisi, monitoring dan evaluasi) program, h) ketersediaan anggaran, i) pemeliharaan program agar program tetap eksis, dan j) pengembangan program ke depan.

D. Pengembangan Program Kegiatan

Salah satu karakteristik utama dan pertama dalam mengembangkan dan menumbuhkan semua kegiatan PKBM adalah peningkatan partisipasi masyarakat. Sehingga PKBM “Pandu” merupakan salah satu wadah dalam memberikan kesempatan yang penuh kepada seluruh


(3)

komponen masyarakat agar mampu: a) memberdayakan masyarakat agar masyarakat mandiri dan mampu berswadaya, b) meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dan c) Pengembangan dan pembangunan masyarakatnya. Dengan ketiga kriteria tersebut PKBM harus mampu dibangun dan dikembangkan oleh masyarakat itu sendiri sehingga PKBM lebih bermakna, bermanfaat, selaras dan sesuai dengan kebutuhan.

Tujuan pelembagaan PKBM pada hakikatnya adalah untuk menggali, menumbuhkan, mengembangkan, dan memanfaatkan seluruh potensi yang ada di masyarakat, untuk sebesar-besarnya pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Dalam arti memberdayakan seluruh potensi dan fasilitas pendidikan yang ada di desa sebagai upaya membelajarkan masyarakat yang diarahkan untuk mendukung pengentasan kemiskinan, dengan prinsip pengembangan dalam rangka mewujudkan demokrasi bidang pendidikan. Pada sisi lain tujuan PKBM adalah untuk lebih mendekatkan proses pelayanan pendidikan terutama proses pelayanan pembelajaran yang dipadukan dengan berbagai tuntutan, masalah-masalah yang terjadi di sekitar lingkungan masyarakat itu sendiri.

Ketika pendidikan nonformal dijadikan sebagai sebuah strategi dalam pengembangan dan pembangunan masyarakat, maka PKBM “Pandu” Menturus Kudu Jombang berusaha tampil sebagai salah satu wadah dalam mewujudkan program-program pendidikan dan keterampilan yang terpadu dengan kehidupan dan kebutuhan masyarakat. Baik program pendidikan yang digulirkan pemerintah, khususnya program-program pendidikan nonformal yang dilahirkan oleh kebijakan pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, atau mengembangkan program pendidikan yang secara khusus lahir dan diprakarsai oleh masyarakat itu sendiri.

Adapun bentuk pengembangan program berbasis kewirausahaan dan kemitraan yang telah dilakukan dan dikembangkanoleh PKBM “Pandu” meliputi:

1) Keterampilan Kerja Kejuruan Menjahit dan Bordir hasil kerjasama dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemerintah Kabupaten Jombang pada 12 s/d. 28 April 2008. Dengan kerterampilan yang dimiliki para warga belajar (perempuan) banyak yang telah merintis usaha mandiri dengan membuka jahitan/bordir di rumah. Pada tahun 2011 bekerjasama dengan PNPM Mandiri, PKBM sebagai penyedia alat dan tenaga (tutor) sedangkan PNPM Mandiri sebagai pengusung program dan sekaligus bertindak sebagai penyandang dana dalam kegiatan tersebut. Sedangkan PKBM menyediakan fasilitas pembelajaran dan tenaga pengajar (tutor).


(4)

2) Keterampilan pembuatan Sol Sepatu bekerjasama dengan UD. Sinar Jaya dengan pola kemitraan dan bagi hasil dengan prosentase 70:30. Penyediaan alat, bahan, warga belajar dan sekaligus calon tenaga kerja dilakukan oleh PKBM sedangkan penyediaan tenaga didik (tutor) dilakukan oleh pihak UD. Sinar Jaya. Untuk distribusi hasil selain diambil oleh UD. Sinar Jaya sendiri juga diambil oleh para perajin sepatu lain. Hingga saat ini sosialisasi/pemasaran produk PKBM kami baru pada kalangan terbatas saja. Hal ini dikarenakan untuk melayani kebutuhan-kebutuhan mereka kami sudah kewalahan. Tenaga kerjanya diambilkan dari WB paket B. Usaha ini dimulai pada Januari 2012.

3) Keterampilan pembuatan nasi Ampok Instan. Keterampilan ini telah dirintis sejak PKBM ini berdiri (2006) dan bertahan hingga sekarang serta telah memiliki beberapa kelompok binaan. Ini merupakan tindak lanjut dari program keaksaraan fungsional sehingga para warga binaannya berasal dari mereka yang telah mengikuti pembelajaran KF. Wilayah pemasaran tidak hanya terbatas pada area sekitar PKBM namun sudah merambah pada wilayah perkotaan.

4) Budi daya Jamur Tiram bekerjasama dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Pemerintah Kabupaten Jombang. Pada tahun 2008 usaha ini sempat booming dan para warga belajar yang menekuni usaha ini mengalami kewalahan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. 5) Keterampilan Kejuruan Elektronika bekerjasama dengan Balai Latihan Kerja Kabupaten

Jombang yang dilaksanakan pada 13 Juli s/d. 28 Agustus 2009. Para warga binaannya telah banyak bekerja, baik melalui rintisan usaha mandiri maupun ikut perusahaan.

6) Teknik pengelasan bekerjasama bekerjasama dengan Balai Latihan Kerja Kabupaten Jombang yang dilaksanakan pada 3 Nopember s/d. 20 Desember 2010. Warga binaan selain merisntis usaha mandiri juga ada yang terserap ke beberapa dunia kerja.

7) Kerampilan processing bekerjasama dengan Balai Latihan Kerja Kabupaten Jombang yang dilaksanakan pada 5 s/d. 30 April 2007, warga belajar diberikan bekal tentang cara pembuatan aneka macam masakan berikut diajari bagaimana caranya keterampilan ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber kehidupan (penghasilan) bagi warga belajar.

8) Keterampilan pembuatan Bros dari manik-manik bekerjasama dengan Fatayat NU Kabupaten Jombang yang dilaksanakan pada 9 April 2010. Fatayat selain berperan sebagai penyedia bahan dan tutor juga bersedia membantu memasarkannya.

9) Kegiatan Perkoperasian, pada tahun 2009 mengajukan permohonan pengajuan dana ke Depkop Provinsi Jawa Timur dan mendapat suntikan dana Rp. 25.000.0000,- dan dikembangkan menjadi koperasi simpan pinjam bagi masyarakat, anggotanya tidak hanya


(5)

terbatas pada mereka yang tercatat sebagai warga belajar PKBM. Karena dianggap sebagai salah satu koperasi terbaik, maka pada tahun 2011 mendapat suntikan dana sebesar Rp.

25.000.000,-Berdasar pada hal diatas, maka PKBM sebagai basis pendidikan masyarakat perlu dikembangkan secara komprehensif, fleksible, beraneka ragam dan terbuka bagi semua kelompok usia, sesuai dengan peranan, hasrat, kepentingan dan kebutuhan belajar masyarakat. Sehingga peran-peran masyarakat dalam PKBM tidak hanya sekedar sebagai sasaran akan tetapi sebagai sumber belajar, sehingga tumbuh rasa memiliki, rasa percaya diri akan program-program yang dikembangkan.

E. Penutup

PKBM sebagai sebuah lembaga (organisasi swadaya) yang mengedapankan learning society dan lifelong learning serta mengembangkan budaya belajar seyogyanya berjalan secara professional dan didirikan tidak hanya berdasar untuk menyerap atau mengimplementasikan program-program yang digulirkan pemerintah saja. Akan tetapi PKBM betul-betul merupakan wujud dari sebuah lembaga learning society yang utuh.

Untuk itu, sebagai pengelola PKBM dalam rangka meningkatkan mutu layanannya pengembangan program kegiatannya perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu: a) kemampuan mengidentifikasi dan mencatat kebutuhan masyarakat (warga belajar), b) melayani kebutuhan dan minat warga belajar dalam kegiatan yang bervariasi atau sesuai kebutuhan dan minatnya, c) memobilisasi sumberdaya yang ada di masyarakat, d) membangun kemitraan dan kerjasama (chanelling) secara terbuka dengan berbagai lembaga atau organisasai, sehingga PKBM mampu mengembangkan berbagai aktivitas pembangunan masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan lokal, e) memonitor perkembangan kegiatan serta keberhasilan sehingga dijadikan dasar pengembangan program ke depan, f) evaluasi diri; mencatat berbagai kelebihan dan kekurangan dari kegiatan yang dikembangkan PKBM.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Fithrotul Laily Farida Mahfudhoh, lahir di Jombang pada tanggal 7 Maret 1972. Anak pertama dari tujuh bersaudara dari suami-istri Nahrul Fauzie dan Masruroh. Menempuh dan menyelesaikan sekolah dasar di SDN Megaluh (1985), sekolah menengah tingkat pertama di MTsN Mambaul Ma’arif Denanyar (1988), dan sekolah menengah tingkat atas di MAN Mambaul Ma’arif Denanyar (1991). Karena kesibuk gelar pendidikan tingginya baru bisa diraih pada tahun 2010 di Undar Jombang.

Merintis usaha pemberdayaan masyarakat melalui bendera PKBM “Pandu” Menturus Kudu Jombang dimulai pada tahun 2006. Dalam menjalani hidup, terutama dalam belajar dan bekerja senantiasa berusaha mengutamakan sinergi dan bekerjasama secara tepat waktu dan tepat sasaran. Baginya prestasi hanya bisa diraih melalui kerjasama tim yang kompak dan bantuan orang/pihak lain.

Menikah pada 19 Maret 2000 dengan alumnus program sarjana FKIP Undar Jombang, Moh. Sholihan. Semenjak menikah hingga sekarang, ia tetap setia mendampingi suami tercinta hidup dengan pengabdiannya di desa Menturus Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang dan telah dikarunia dua orang anak, Idrokul Mukasyafah (usia11 tahun) dan Moh. Ahsanul Istimror (8 tahun).