Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai (Studi pada Kantor Bupati Dairi Provinsi Sumatera Utara)

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang No. 22 tahun 1999 yang
dimulai pelaksanaannya pada tanggal 1 Januari 2001 yang kemudian direvisi
dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2004, membawa implikasi bahwa
pemerintah daerah dalam hal ini adalah pemerintah kabupaten/kota didelegasikan
wewenang untuk mengatur dan menyelenggarakan rumah tangganya secara
mandiri. Upaya penyelenggaraan otonomi daerah tersebut mendorong pemerintah
daerah untuk lebih responsif dalam penanganan dan pengelolaan kebijakan publik
di wilayahnya. Seturut dengan hal tersebut mekanisme pengelolaan pemerintahan
yang berpedoman pada prinsip-prinsip good governance membuka ruang
sebesarnya kepada setiap pihak terkait (stakeholders) untuk mengelola
pemerintahan

secara

terencana,


partisipatif,

demokratis,

transparan,

bertanggungjawab dan memperhatikan keadilan. Dalam hal ini tujuannya adalah
agar daerah otonom lebih mampu meningkatkan pembangunan di daerahnya
secara adil dan merata untuk mendongkrak kesejahteraan masyarakat. Oleh karena
itu pemerintah daerah (kabupaten/kota) diharapkan dapat mengoptimalkan kinerja
dalam unit organisasinya untuk menyelenggarakan prinsip ketatapemerintahan
yang baik (good governance) yang akan berimplikasi terhadap pelayanan publik
yang berkualitas.
Dampak pelaksanaan otonomi daerah sangat besar karena pelimpahan
kewenangan pada pemerintahan daerah dapat memberikan keleluasaan untuk
melaksanakan

pembangunan

daerah


sesuai

dengan

karakteristik

serta

Universitas Sumatera Utara

2

permasalahan daerah yang bersangkutan. Hal ini juga dikuatkan oleh PP No. 38
tahun 2007 tentang pembagian urusan wajib dan pilihan yang akan memberikan
kawalan untuk mewujudkan pembangunan yang sesuai dengan karakteristik
masing-masing daerah. Pada saat krisis terjadi, ada wacana yang menyebutkan
bahwa asal muasal krisis adalah kurangnya kualitas “governasi” atau governance
kita baik di sektor pemerintah maupun di sektor bisnis. Bertolak dari proses
reformasi


1998

yang

menginginkan suatu

perubahan mendasar

dalam

penyelenggaraan pemerintahan yang lebih transparan, berkeadilan dan akuntabel,
maka tuntutan akan adanya pemerintahan yang baik (good governance) menjadi
relevan berhubungan satu dengan yang lainnya. Tujuan reformasi untuk
penguatan peran masyarakat dengan penerapan demokrasi rakyat tidak tercapai
jika tidak didukung oleh suatu pemerintahan yang kredibel dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Dalam waktu terakhir ini, telah terjadi perubahan paradigma organisasi
dalam berbagai aspek, dari segi manajemen perubahan, dari organisasi yang
bersifat sentralisasi ke organisasi yang bersifat desentralisasi, gaya kerja

organisasi yang kaku berubah menjadi lebih fleksibel, kekuatan organisasi yang
sebelumnya dilihat dari tolak ukur stabilitas organisasi kini bergeser pada
kemampuan organisasi untuk mengadaptasi perubahan.

Faktor

politik

yang

mempengaruhi perubahan peran organisasi dalam hal ini dimana organisasi publik
menuntut penerapan Good Governance. Good governance dimaksud adalah
merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan
penyediaan public good and service disebut governance (pemerintahan atau

Universitas Sumatera Utara

3

kepemerintahan) sedangkan praktek terbaiknya adalah “good governance”

(kepemerintahan yang baik).
Pemerintah dituntut untuk menerapkan prinsip-prinsip good governance.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance, diharapkan dalam
menggunakan dan melaksanakan kewenangan politik, ekonomi dan administratif
dapat diselenggarakan dengan baik. Oleh sebab itu dalam prakteknya, konsep
good governance harus ada dukungan komitmen dari semua pihak yaitu negara

(state), pemerintah (government), swasta (private) dan masyarakat (society). Good
governance yang efektif menuntut adanya koordinasi yang baik dan integritas,

profesional dan etos kerja dan moral yang tinggi.
Untuk memposisikan penerapan prinsip-prinsip good governance sebagai
tanggung jawab bersama di lingkungan instansi pemerintahan, sangat dibutuhkan
komitmen dan keseriusan dari aparatur pemerintah dalam hal ini adalah pegawai.
Standar manajemen dengan memperhatikan prinsip-prinsip good governance oleh
instansi Pemerintah Daerah dalam merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan
mengevaluasi kinerja dioptimalkan fungsinya agar hasil akhir memuaskan pada
pihak-pihak yang mendapat pelayanan. Dengan semakin efektifnya kerja para
pegawai dapat menjadikan organisasi tersebut semakin tangguh mencapai
tujuannya dan berbagai sasarannya. Oleh karena itu tanpa didukung kecakapan

pegawai dalam suatu organisasi maka tujuan organisasi tersebut yang telah
ditentukan tidak akan tercapai sebagaimana yang diharapkan.

Universitas Sumatera Utara

4

Dengan demikian penerapan good governance dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara merupakan tantangan tersendiri. Terselenggaranya good
governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat

dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Dalam rangka hal
tersebut, diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggung jawaban
yang tepat, jelas dan nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan dapat
berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bertanggung jawab serta bebas
KKN.
Kepuasan kerja merupakan sikap umum seorang individu terhadap
pekerjaannya, seorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap
yang positif terhadap pekerjaan itu, seorang yang tidak puas dengan pekerjaannya
menunjukkan sikap negatif terhadap pekerjaan itu (Robbins, 2001: 139).

Kepuasan kerja bagi seorang pegawai merupakan faktor yang amat penting karena
kepuasan yang diperolehnya akan turut menentukan sikap positif terhadap
pekerjaan. Perasaan puas dalam bekerja dapat menimbulkan dampak positif
terhadap perilaku, seperti misalnya tingkat kedisiplinan dan semangat kerja yang
cenderung meningkat. Kepuasan kerja juga berhubungan dengan outcomes seperti
kinerja, sehingga apabila kepuasan kerja semakin tinggi maka akan menimbulkan
semangat dalam bekerja. Dengan demikian seseorang akan lebih mudah mencapai
tingginya kinerja.
Luqman et al. (2012) menyatakan bahwa kualitas pelayanan publik akan
meningkat apabila pegawai puas dan senang dengan pekerjaannya. Kepuasan
kerja sangat berperan dalam membentuk kedisiplinan, komitmen dan kinerja
pegawai yang kemudian berpengaruh terhadap kualitas layanan dalam usaha

Universitas Sumatera Utara

5

mencapai tujuan organisai (Mathis dan Jackson, 2011). Pemberdayaan dan
pengelolaan pegawai melalui kondisi lingkungan kerja yang kondusif, komunikasi
yang baik, imbalan kerja yang sesuai serta sikap dan perilaku atasan yang akan

memunculkan kepuasan kerja bagi pegawai sehingga dapat menumbuhkan sikap
loyal terhadap organisasi dan pada akhirnya akan berdampak kepada kualitas
layanan yang akan diberikan oleh pegawai (Hella, 2011). Hallowell et al. (1996),
Malhotra dan Mukherjee (2004) dan Hella (2011) menyimpulkan adanya
pengaruh positif dan signifikan antara kepuasan kerja terhadap kualitas pekerjaan
yang diberikan pegawai.
Kenyataan yang dialami bahwa para Pegawai di Kantor Bupati Dairi
dihadapkan dengan berbagai peraturan dan prosedur kerja sesuai yang ditetapkan
organisasi. Kejelasan organisasi dan sistem penghargaan bagi para pegawai
merupakan beberapa faktor yang turut mempengaruhi kepuasan kerja pegawai, hal
ini menyangkut persepsi mereka terhadap sistem insentif, kelengkapan sarana
kerja, serta kenagatan hubungan kerja dengan atasan maupun sesama kerja.
Kebutuhan tersebut merupakan sumber-sumber kepuasan kerja yang perlu
mendapat pemenuhan yang semakin baik.

Hal tersebut berkaitan dengan

kesadaran berkarya para pegawai untuk organisasi, di mana hal tersebut
merupakan suatu kewajiban yang perlu lebih ditumbuhkembangkan. Kejelasan
tujuan dan kebijakan yang diterapkan oleh organisasi, turut mempengaruhi

komitmen pegawai di dalam menjalankan tugas. Good Governance yang
diterapkan di dalam suatu instansi pada akhirnya akan mempengaruhi kepuasan
kerja. Untuk itu Good Governance yang diterapkan oleh organisasi merupakan
faktor yang amat penting dan perlu diterapkan dengan baik dan benar sehingga

Universitas Sumatera Utara

6

kepuasan pegawai dalam menjalankan tugasnya terhadap organisasi dapat
semakin tumbuh. Kehangatan hubungan kerja di tempat pekerjaan, perhatian
organisasi terhadap sarana dan prasarana yang semakin memadai, penghargaan
pegawai yang semakin baik perlu mendapat perhatian atasan karena faktor-faktor
tersebut memberikan sumbangan positif terhadap kepuasan kerja pegawai.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diurai asumsi bahwa penerapan good
governance oleh organisasi Pemerintah Daerah akan optimal pencapaiannya

apabila setiap organisasi/instansi memperhatikan kepuasan pegawainya dalam
upaya menerapkan prinsip-prinsip good governance tersebut. Penelitian yang
melibatkan tema good governance dan kepuasan kerja pegawai bagi pegawai yang

bekerja di Kantor Bupati Dairi memang belum ada diteliti. Hal ini menimbulkan
pertanyaan apakah ada pengaruh penerapan prinsip-prinsip good governance
terhadap kepuasan kerja pegawai pada Kantor Bupati Dairi Provinsi Sumatera
Utara?. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang
penerapan good governance dan kepuasan kerja pegawai dan menyusunnya dalam
bentuk karya ilmiah dengan judul : “Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good
Governance Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai (Studi Pada Kantor Bupati

Dairi Provinsi Sumatera Utara)”.
B. Rumusan Masalah
Arikunto

(1998:17)

menguraikan

bahwa

agar


penelitian

dapat

dilaksanakan sebaik-baiknya, maka penulis harus merumuskan masalahnya
sehingga jelas darimana harus memulai, kemana harus pergi, dan dengan apa ia

Universitas Sumatera Utara

7

melakukan penelitian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pentingnya
perumusan masalah adalah agar diketahui arah jalan suatu penelitian.
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka permasalahan yang
akan diangkat pada penelitian ini adalah : “Bagaimana Pengaruh Penerapan
Prinsip-Prinsip Good Governance Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai (Studi
pada Kantor Bupati Dairi Provinsi Sumatera Utara)?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip-prinsip Good Governance
di Kantor Bupati Dairi.
2. Untuk mengetahui bagaimana kepuasan kerja pegawai di Kantor Bupati
Dairi.
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh penerapan prinsip-prinsip Good
Governance terhadap kepuasan kerja pegawai di Kantor Bupati Dairi.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Secara Subjektif, sebagai suatu sarana melatih dan mengembangkan
kemampuan berpikir ilmiah dan kemampuan untuk menuliskannya dalam
bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian teori dan aplikasinya yang
diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.
2. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik secara umum dan Ilmu

Universitas Sumatera Utara

8

Administrasi Negara secara khusus dalam menambah bahan kajian
perbandingan bagi yang menggunakannya.
3. Secara Praktis, bagi Kantor Bupati Dairi, penelitian ini diharapkan mampu
memberikan sumbangsih pemikiran, informasi dan saran.
E. Kerangka Teori
1. Good Governance
a. Pengertian Governance
Governance adalah suatu terminologi yang digunakan untuk mengganti

istilah government, yang menggunakan otoritas politik, ekonomi, dan administrasi
dalam mengelola masalah-masalah kenegaraan, hal tersebut di atas dapat
ditelusuri dari tulisan J.S Endarlin (Setyawan, 2004:223).
Governance yang diterjemahkan menjadi tata pemerintahan adalah

penggunaan wewenang ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola urusanurusan negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan mencangkup seluruh
mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok-kelompok
masyarakat mengutamakan kepentingan mereka, menggunakan hak hukum,
memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan diantara mereka.
Menurut Kooiman (Setyawan, 2004 : 224) mengatakan governance
merupakan serangkaian proses interaksi social politik antara pemerintah dengan
masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan
masyarakat

dan

intervensi

pemerintah

atas

kepentingan-kepentingan

tersebut.Governance merupakan mekanisme-mekanisme, proses-proses dan
institusi-institusi

melalui

warga

negara

mengartikulasikan

kepentingan-

kepentingan mereka, memediasi perbedaan-perbedaan mereka serta menggunakan

Universitas Sumatera Utara

9

hak dan kewajiban legal mereka (Setyawan, 2004:12). Dalam konteks ini
governance memeiliki hakikat yang sesuai yaitu bebas dari penyalahgunaan

wewenang dan korupsi serta dengan pengakuan hak berlandaskan pada
pemerintahan hukum.
b. Pengertian Good Governance
Istilah good governance berasal dari induk bahasa Eropa Latin, yaitu
Gubernare yang diserap oleh bahasa Inggris menjadi Govern, yang berarti steer

(menyetir, mengendalikan), direct (mengarahkan), atau rule (memerintah).
Penggunaan utama istilah ini dalam bahasa Inggris adalah to rule with authority,
atau memerintah dengan kewenangan.
Pengertian good governance di atas merupakan suatu pemahaman atau
pijakan dari akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Good governance
sebenarnya mempunyai makna sebagai kepengelolaannya atau kepengarahannya
yang baik bukan kepemerintahan yang baik. Memang pemahaman ini mempunyai
perbedaan dengan pemahaman dasar di lingkungan kita selama ini, antara lain
yang diperkenalkan oleh lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawaasn
Keuangan dan Pembangunan.
O‟Brien (Nugroho, 2005:142) mendefinisikan Good Governance adalah
penjumlahan dari cara-cara dimana individu-individu dan institusi-institusi baik
privat maupun public mengelola urusan-urusan bersamanya.
Menurut Bank Dunia yang dikutip Wahab (2002:34) menyebut Good
Governance

adalah

suatu

konsep

dalam

penyelenggaraan

manajemen

pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan demokrasi dan
pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dan investasi yang langka dan

Universitas Sumatera Utara

10

pencegahan korupsi baik secara politik maupun Administrative, menjalankan
disiplin anggaran serta penciptaan legal framework bagi tumbuhnya aktivitas
kewiraswastaan. Selain itu Bank Dunia juga mensinonimkan Good Governance
sebagai hubungan sinergis dan konsturktif diantara Negara, sektor swasta dan
masyarakat.
Berkaitan dengan good governance, Mardiasmo dalam Tangkilisan
(2005:114), mengemukakan bahwa orientasi pembangunan sektor publik adalah
untuk menciptakan good governance, dimana pengertian dasarnya adalah
pemerintahan yang baik. Kondisi ini berupaya untuk menciptakan suatu
penyelenggaraan pembangunan yang solid dan bertanggungjawab sejalan dengan
prinsip demokrasi, efesiensi, pencegahan korupsi, baik secara politik maupun
administrasi. Berdasarkan dokumen kebijakan UNDP (2000), disebutkan : Tata
pemerintahan adalah penggunaan wewenang ekonomi, politik dan administrasi
guna mengelola urusan-urusan Negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan
mencakup seluruh mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan
kelompok-kelompok

masyarakat

mengutarakan

kepentingan

mereka,

menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaanperbedaan diantara mereka. Jelas bahwa good governance adalah masalah
perimbangan antara negara, pasar dan masyarakat.
Dari berbagai pengertian tentang Good Governance dapat disimpulkan
bahwa suatu konsep tata pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan
penggunaan otoritas politik dan kekuasaan untuk mengelola sumber daya demi
pembangunan masyarakat yang solid dan bertanggung jawab secara efektif
melalui pembuatan peraturan dan kebijakan yang absah dan yang merujuk pada

Universitas Sumatera Utara

11

kesejahteraan rakyat, pengambilan keputusan, serta tata laksana pelaksanaan
kebijakan.
c. Aspek-Aspek Good Governance
Good Governance menurut definisi dari World Bank dalam Kurniawan

(2005:14), adalah “The way state power is used in managing economic and social
resources for development and society”. Sementara UNDP mendefinisikan
sebagai “The exercise of political, economic, and administrative authority to
manage a nations affair at all levels”. Dari pengertian tersebut, secara fungsional
aspek-aspek good governance dapat ditinjau dari apakah pemerintah telah
berfungsi secara efektif dalam upaya mencapai tujuan yang telah digariskan, atau
justru sebaliknya dimana pemerintahan tidak berfungsi secara efektif dan terjadi
in efisiensi.
Berdasarkan definisi terakhir ini, governance mempunyai tiga kaki (three
legs), yaitu:

1. Economic governance meliputi proses pembuatan keputusan (decision
making processes) yang memfasilitasi terhadap equity, poverty dan quality
of live.

2. Political governance adalah proses keputusan untuk formulasi kebijakan.
3. Administrative governance adalah sistem implementasi proses kebijakan.
Dari aspek pemerintah (governance), good governance dapat dilihat
melalui aspek:
1. Hukum/kebijakan ditujukan pada perlindungan kebebasan sosial, politik
dan ekonomi.

Universitas Sumatera Utara

12

2. Administrative competence and tranparency. Kemampuan membuat
perencanaan dan melakukan implementasi secara efisien, kemampuan
melakukan penyederhanaan organisasi, penciptaan disiplin dan model
administrasi serta keterbukaan informasi.
3. Desentralisasi. Desentralisasi regional dan dekosentrasi di dalam
departemen.
4. Penciptaan pasar yang kompetitif. Penyempurnaan mekanisme pasar,
peningkatan peran pengusaha kecil dan segmen lain dalam sektor swasta,
deregulasi, dan kemampuan pemerintah dalam mengelola kebijakan makro
ekonomi.
d. Prinsip-prinsip Good Governance
Berdasarkan pengertian Good Governance oleh Mardiasmo dan Bank Dunia
yang disebutkan diatas dan sejalan dengan tuntutan reformasi yang berkaitan
dengan aparatur Negara termasuk daerah adalah perlunya mewujudkan
administrasi Negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan
pelaksanaan tugas, dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan,
maka menuntut penggunaan konsep Good Governance sebagai kepemerintahan
yang baik, relevan dan berhubungan satu dengan yang lainnya. Ide dasarnya
sebagaimana disebutkan Tangkilisan (2005:116) adalah bahwa Negara merupakan
institusi yang legal formal dan konstitusional yang menyelenggarakan
pemerintahan dengan fungsi sebagai regulator maupun sebagai Agent of Change.
Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa Good Governance awalnya
digunakan dalam dunia usaha (corporate) dan adanya desakan untuk menyusun
sebuah konsep dalam menciptakan pengendalian yang melekat pada korporasi dan

Universitas Sumatera Utara

13

manajemen profesionalnya, maka ditetapkan Good Corporate Governance.
Sehingga dikenal prinsip-prinsip utama dalam Governance Corporate adalah:
transparansi, akuntabilitas, fairness, responsibilitas, dan responsivitas (Nugroho,
2004:216).
Prinsip-prinsip Good Governance diatas cenderung kepada dunia usaha,
sedangkan bagi suatu organisasi publik bahkan dalam skala Negara prinsip-prinsip
tersebut lebih luas menurut UNDP melalui LAN yang dikutip Tangkilisan
(2005:115) menyebutkan bahwa adanya hubungan sinergis konstruktif di antara
Negara, sektor swasta atau privat dan masyarakat yang disusun dalam sembilan
pokok karakteristik Good Governance, yaitu:
1. Partisipasi (Participation)
Setiap warga Negara mempunyai suara dalam formulasi keputusan, baik
secara langsung maupun intermediasi institusi legitimasi yang mewakili
kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun atas dasar kebebasan
berasosiasi dan berbicara secara berpartisipasi secara konstruktif
2. Penerapan Hukum (Fairness).
Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu,
terutama hukum untuk hak azasi manusia.
3. Transparansi (Transparency)
Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi secara
langsung dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan. Informasi harus
dapat dipahami dan dapat dimonitor.

Universitas Sumatera Utara

14

4. Responsivitas (Responsiveness)
Lembaga-lembaga dan proses-proses kelembagaan harus mencoba untuk
melayani setiap stakeholders.
5. Orientasi (Consensus Oreintation)
Good Governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk

memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik dalam
hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur
6. Keadilan (Equity)
Semua warga Negara, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai
kesempatan untuk meningkatkan ataupun menjaga kesejahteraan mereka
dan terlibat di dalam pemerintahan.
7. Efektivitas (Effectivness)
Proses-proses dan lembaga-lembaga menghasilkan sesuai dengan apa yang
telah digariskan dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia
sebaik mungkin.
8. Akuntabilitas (Acoountability)
Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan
masyarakat sipil (civil society) bertanggungjawab kepada publik dan
lembaga-lembaga

stakeholders.

Akuntabilitas

ini

tergantung

pada

organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut
untuk kepentingan internal atau eksternal organisasi.

Universitas Sumatera Utara

15

9. Strategi visi (Strategic vision)
Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good governance
dan pengembangan manusia yang luas dan jauh kedepan sejalan dengan
apa yang diperlukan untuk pembangunan semacam ini.
Prinsip-prinsip diatas merupakan suatu karakteristik yang harus dipenuhi
dalam hal pelaksanaan good governance yang berkaitan dengan kontrol dan
pengendalian, yakni pengendalian suatu pemerintahan yang baik agar cara dan
penggunaan cara sungguh-sugguh mencapai hasil yang dikehendaki stakeholders.
Penerapan Good Governance kepada pemerintah adalah ibarat masyarakat
memastikan mandat, wewenanang, hak dan kewajibannya telah dipenuhi dengan
sebaik-baiknya. Disini dapat dilihat bahwa arah ke-delapan dari

Good

Governance adalah membangun the professional government, bukan dalam arti

pemerintah yang dikelola para teknokrat, namun oleh siapa saja yang mempunyai
kualifikasi professional, yaitu mereka yang mempunyai ilmu dan pengetahuan
yang mampu mentransfer ilmu dan pengetahuan menjadi skill dan dalam
melaksanakannya berlandaskan etika dan moralitas yang tinggi.
2. Kepuasan Kerja
a. Pengertian Kepuasan Kerja
Setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan dari
tempatnya bekerja. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat
individual karena setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbedabeda sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam diri setiap individu. Semakin
banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu, maka
semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan.

Universitas Sumatera Utara

16

Menurut Kreitner dan Kinicki (2001;271) kepuasan kerja adalah “suatu
efektifitas atau respons emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan”. Davis dan
Newstrom (1985;105) mendeskripsikan “kepuasan kerja adalah seperangkat
perasaan pegawai tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka”.
Menurut Robbins (2003;78) kepuasan kerja adalah “sikap umum terhadap
pekerjaan seseorang yang menunjukkan perbedaan antara jumlah penghargaan
yag diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini seharusnya mereka terima”.
Kepuasan kerja merupakan respon afektif atau emosional terhadap berbagai
segi atau aspek pekerjaan seseorang sehingga kepuasan kerja bukan merupakan
konsep tunggal. Seseorang dapat relatif puas dengan salah satu aspek pekerjaan
dan tidak puas dengan satu atau lebih aspek lainnya. Kepuasan Kerja merupakan
sikap (positif) tenaga kerja terhadap pekerjaannya, yang timbul berdasarkan
penilaian terhadap situasi kerja. Penilaian tersebut dapat dilakukan terhadap salah
satu pekerjaannya, penilaian dilakukan sebagai rasa menghargai dalam mencapai
salah satu nilai-nilai penting dalam pekerjaan. Karyawan yang puas lebih
menyukai situasi kerjanya daripada tidak menyukainya.
Perasaan-perasaan yang berhubungan dengan kepuasan dan ketidakpuasan
kerja cenderung mencerminkan penaksiran dari tenaga kerja tentang pengalamanpengalaman kerja pada waktu sekarang dan lampau daripada harapan-harapan
untuk masa depan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat dua unsur penting
dalam kepuasan kerja, yaitu nilai-nilai pekerjaan dan kebutuhan-kebutuhan dasar.
Nilai-nilai pekerjaan merupakan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam
melakukan tugas pekerjaan. Yang ingin dicapai ialah nilai-nilai pekerjaan yang
dianggap penting oleh individu. Dikatakan selanjutnya bahwa nilai-nilai

Universitas Sumatera Utara

17

pekerjaan harus sesuai atau membantu pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan hasil dari
tenaga kerja yang berkaitan dengan motivasi kerja.
Kepuasan kerja secara keseluruhan bagi seorang individu adalah jumlah dari
kepuasan kerja (dari setiap aspek pekerjaan) dikalikan dengan derajat pentingnya
aspek pekerjaan bagi individu. Seorang individu akan merasa puas atau tidak puas
terhadap pekerjaannya merupakan sesuatu yang bersifat pribadi, yaitu tergantung
bagaimana ia mempersepsikan adanya kesesuaian atau pertentangan antara
keinginan-keinginannya dengan hasil keluarannya (yang didapatnya).
Sehingga dapat disimpulkan pengertian kepuasan kerja adalah sikap yang
positif dari tenaga kerja meliputi perasaan dan tingkah laku terhadap pekerjaannya
melalui penilaian salah satu pekerjaan sebagai rasa menghargai dalam mencapai
salah satu nilai-nilai penting pekerjaan.
b. Teori Kepuasan Kerja
Teori kepuasan kerja mencoba mengungkapkan apa yang membuat sebagian
orang lebih puas terhadap suatu pekerjaan daripada beberapa lainnya. Teori ini
juga mencari landasan tentang proses perasaan orang terhadap kepuasan kerja.
Ada beberapa teori tentang kepuasan kerja yaitu :
1) Two Factor Theory
Teori ini menganjurkan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan
merupakan bagian dari kelompok variabel yang berbeda yaitu motivators
dan hygiene factors. Ketidakpuasan dihubungkan dengan kondisi disekitar
pekerjaan (seperti kondisi kerja, upah, keamanan, kualitas pengawasan dan
hubungan dengan orang lain) dan bukan dengan pekerjaan itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara

18

Karena faktor mencegah reaksi negatif dinamakan sebagai hygiene atau
maintainance factors.

Sebaliknya kepuasan ditarik dari faktor yang terkait dengan pekerjaan
itu sendiri atau hasil langsung daripadanya seperti sifat pekerjaan, prestasi
dalam pekerjaan, peluang promosi dan kesempatan untuk pengembangan
diri dan pengakuan. Karena faktor ini berkaitan dengan tingkat kepuasan
kerja tinggi dinamakan motivators.
2) Value Theory
Menurut teori ini kepuasan kerja terjadi pada tingkatan dimana hasil
pekerjaan diterima individu seperti diharapkan. Semakin banyak orang
menerima hasil, akan semakin puas dan sebaliknya. Kunci menuju
kepuasan pada teori ini adalah perbedaan antara aspek pekerjaan yang
dimiliki dengan yang diinginkan seseorang. Semakin besar perbedaan,
semakin rendah kepuasan orang.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Ada lima faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja menurut Kreitner
dan Kinicki (2001; 225) yaitu sebagai berikut :
1) Pemenuhan kebutuhan (Need fulfillment)
Kepuasan ditentukan oleh tingkatan karakteristik pekerjaan memberikan
kesempatan pada individu untuk memenuhi kebutuhannya.
2) Perbedaan (Discrepancies)
Kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan. Pemenuhan harapan
mencerminkan perbedaan antara apa yang diharapkan dan apa yang diperoleh
individu dari pekerjaannya. Bila harapan lebih besar dari apa yang diterima,

Universitas Sumatera Utara

19

orang akan tidak puas. Sebaliknya individu akan puas bila menerima manfaat
diatas harapan.
3) Pencapaian nilai (Value attainment)
Kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan memberikan pemenuhan
nilai kerja individual yang penting.
4) Keadilan (Equity)
Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil individu diperlakukan di tempat
kerja.
5) Komponen genetik (Genetic components)
Kepuasan kerja merupakan fungsi sifat pribadi dan faktor genetik. Hal ini
menyiratkan perbedaan sifat individu mempunyai arti penting untuk
menjelaskan kepuasan kerja disampng karakteristik lingkungan pekerjaan.
Selain penyebab kepuasan kerja, ada juga faktor penentu kepuasan kerja.
Diantaranya adalah sebagi berikut :
1) Pekerjaan itu sendiri (work it self)
Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan
bidangnya masing-masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan
seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan
tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan.
2) Hubungan dengan atasan (supervision)
Kepemimpinan yang konsisten berkaitan dengan kepuasan kerja adalah
tenggang

rasa

(consideration).

Hubungan

fungsional

mencerminkan

sejauhmana atasan membantu tenaga kerja untuk memuaskan nilai-nilai
pekerjaan yang penting bagi tenaga kerja. Hubungan keseluruhan didasarkan

Universitas Sumatera Utara

20

pada ketertarikan antar pribadi yang mencerminkan sikap dasar dan nilai-nilai
yang serupa, misalnya keduanya mempunyai pandangan hidup yang sama.
Tingkat kepuasan kerja yang paling besar dengan atasan adalah jika kedua
jenis hubungan adalah positif. Atasan yang memiliki ciri pemimpin yang
transformasional, maka tenaga kerja akan meningkat motivasinya dan
sekaligus dapat merasa puas dengan pekerjaannya.
3) Teman sekerja (workers)
Teman kerja merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan antara
pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun
yang berbeda jenis pekerjaannya.
4) Promosi (promotion)
Promosi merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan
untuk memperoleh peningkatan karier selama bekerja.
5) Gaji atau upah (pay)
Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak
atau tidak.
3. Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap
Kepuasan Kerja Pegawai
Pengelolaan yang baik dari suatu organisasi publik menyangkut pencapaian
tujuan organisasi secara bersama-sama, yaitu untuk menciptakan suatu
penyelenggaraan manajemen perubahan organisasi yang solid dan bertanggung
jawab sejalan dengan prinsip good governance. Dengan pengertian lain Good
Governance adalah proses penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, transparan,

akuntabel oleh organisasi-organisasi pemerintah seperti organisasi Pemerintah

Universitas Sumatera Utara

21

Kabupaten Dairi yang mencakup struktur organisasi dan sumber daya
manusianya.
Berdasarkan kajian teoritis menurut Kreitner dan Kinicki (2001;226),
diindikasikan bahwa apabila komitmen anggota organisasi mencerminkan
tingkatan dimana individu mengidentifikasi dengan organisasi dan mempunyai
komitmen terhadap tujuannya menerapkan prinsip manajemen (good governance)
dalam melaksanakan tugasnya, maka akan tercipta prinsip Good Governance yang
berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai dari organisasi itu sendiri. Antara
komitmen organisasi maupun individual dengan kepuasan kerja terdapat
hubungan yang signifikan dan kuat, karena meningkatnya kepuasan kerja akan
menimbulkan tingkat komitmen yang lebih tinggi. Selanjutnya komitmen yang
lebih tinggi dapat meningkatkan produktivitas kerja, dalam hal ini meliputi
penerapan prinsip-prinsip good governance.
F. Hipotesis
Sugiyono

(2005:70)

menyebutkan

“hipotesis

merupakan

jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian”. Dikatakan sementara karena
jawaban yang diberikan baru didasarkan pada fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data dan harus diuji kebenarannya melalui pengujian
hipotesis.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Hipotesis Nihil (Ho):
“Tidak ada pengaruh positif antara pelaksanaan prinsip-prinsip Good
Governance dan Kepuasan Kerja pegawai di Kantor Bupati Dairi”.

Universitas Sumatera Utara

22

2. Hipotesis Alternatif (Ha):
“Ada

pengaruh

positif

antara

pelaksanaan

prinsip-prinsip

Good

Governance dan Kepuasan Kerja pegawai di Kantor Bupati Dairi”.

G. Definisi Konsep
Menurut Singarimbun (1996:33), konsep adalah istilah dan definisi yang
digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok
atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep peneliti
diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan
satu istilah untuk beberapa kejadian (events) yang berkaitan satu sama lainnya.
Maka berdasarkan judul yang dipilih oleh peneliti, yang menjadi konsep
dari peneliti ini adalah:
1. Prinsip-prinsip Good Governance, adalah suatu karakteristik atau ukuran
pokok dari pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
2. Kepuasan Kerja Pegawai, adalah respon dan penafsiran individual oleh
pegawai terhadap keseluruhan proses dan lingkungan organisasi tempatnya
bekerja.
H. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana variabel
diukur. Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yakni satu
variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi dan satu variabel terikat yaitu
variabel yang dipengaruhi.
1. Variabel Bebas (X) dalam penelitian ini adalah Penerapan prinsip-prinsip
Good Governance, yang dimana penulis hanya mengambil 5 indikator dari

prinsip-prinsip good governance yaitu:

Universitas Sumatera Utara

23

a. Akuntabilitas.
yaitu terukurnya kinerja, sumber daya dan kewenangan yang
digunakan oleh Kantor Bupati Dairi.
b. Transparansi atau keterbukaan
yaitu keterbukaan informasi kepada masyarakat terkait seluruh
kegiatan Kantor Bupati Dairi.
c. Responsivitas atau ketanggapan.
yaitu mampu dan tanggap menanggapi aspirasi maupun
kebutuhan masyarakat dan menjadikannya sebagai acuan
pengambilan keputusan.
d. Penerapan Hukum
yaitu kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa
pandang bulu, terutama hukum untuk hak azasi manusia.
e. Keadilan
yaitu semua warga negara, baik laki-laki maupun perempuan
mempunyai kesempatan untuk meningkatkan ataupun menjaga
kesejahteraan mereka dan terlibat di dalam pemerintahan.
2. Variabel Terikat (Y) dalam penelitian ini adalah Kepuasan Kerja Pegawai.
Kepuasan kerja pegawai dapat diukur melalui indikator sebagai berikut:
Menurut Kreitner dan Kinicki (2001; 225) untuk mengukur kepuasan kerja
ada beberapa variabel yang bisa digunakan, yaitu:
a) Pekerjaan itu sendiri (work it self)
Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa
keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

24

b) Hubungan dengan atasan (supervision)
Sejauhmana atasan membantu pegawainya untuk memuaskan nilai-nilai
pekerjaan yang penting bagi tujuan organisasi
c) Teman sekerja (workers)
Faktor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan
atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda
jenis pekerjaannya.
d) Promosi (promotion)
Faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk
memperoleh peningkatan karier selama bekerja.
e) Gaji atau upah (pay)
Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap
layak atau tidak.
I. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan
keseluruhan hasil penelitian ini secara singkat dapat diketahui sebagai berikut :
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis, defenisi konsep, defenisi
operasional dan sistematika penulisan

BAB II METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan
sample teknik pengumpulan data, teknik penentuan skor dan teknik
analisis data.

Universitas Sumatera Utara

25

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisi gambaran umum tentang objek atau lokasi penelitian yang
relevan dengan topik penelitian .
BAB IV PENYAJIAN DATA
Bab ini berisi hasil data yang diperoleh dari lapangan dan atau berupa
dokumen yang akan dianalisis.
BAB V ANALISA DATA
Bab ini berisi tentang uraian data-data yang diperoleh setelah
melaksanakan penelitian.
BAB VI PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang
dilakukan

Universitas Sumatera Utara