PROPOSAL KARYA ILMIAH MINAT REMAJA KELAS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejauh ini ada banyak sekali buku fiksi yang diterbitkan, baik dari media
cetak maupun media elektronik. Buku fiksi ada yang baik dibaca, ada juga yang
berdampak buruk jika dibaca. Seperti yang telah diketahui, bawasanya semua
buku fiksi pastinya telah lulus sunting dan memenuhi syarat penerbitan yang
diberi oleh lembaga penerbitan buku tertentu. Buku-buku fiksi yang diterbitkan di
Indonesia, banyak di antaranya berasal dari lembaga penerbitan buku yang
menerbitkan buku fiksi berkualitas, baik dari dalam negeri maupun dari luar
negeri (asli dan terjemahan).
Di dalam kalangan remaja, terkhusus kelas XII lagi suka-sukanya dengan
namanya science fiction. Selain menambah wawasan, segala yang berbau science
fiction juga menghibur penikmatnya. Setiap orang punya minatnya masingmasing. Juga halnya dengan membaca buku adalah kegemaran tersendiri untuk
orang tertentu. Oleh karena itu, di dalam proposal karya ilmiah ini akan dibuat
rencana penelitian mengenai minat remaja kelas XII dalam membaca buku fiksi
dan diambilah sampel penelitian dari remaja kelas XII IPA SMA Unggul Sakti
tahun ajaran 2016/2017, sebab banyak dari mereka tertarik dengan science fiction.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan masalah
yang secara garis besar, yaitu:

1. Bagaimana minat remaja Kelas XII IPA SMA Unggul Sakti tahun ajaran
2016/2017 dalam membaca buku fiksi?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan yang ingin dicapai berdasarkan rumusan masalah di
atas adalah:
1. Untuk mengetahui minat remaja Kelas XII IPA SMA Unggul Sakti tahun
ajaran 2016/2017 dalam membaca buku fiksi.
1.4 Manfaat Penulisan
1

Adapun manfaat dari karya tulis ini, yaitu:
1. Sebagai sumber informasi bagi pembaca dalam mempersiapkan penelitian
mengenai minat remaja kelas XII IPA SMA Unggul Sakti tahun ajaran
2016/2017 terhadap membaca buku fiksi, atau yang disamakan.
2. Sebagai sumber kajian dan penambah wawasan bagi para pembaca.
3. Sebagai sumber kajian terhadap guru-guru SMA Unggul Sakti yang baru
memulai menyelesaikan masalah siswa-siswi SMA Unggul Sakti tahun
ajaran 2016/2017, bersangkutan dengan minat membaca buku fiksi.
4. Sebagai sarana pembelajaran bagi siswa-siswi SMA Unggul Sakti tahun
ajaran 2016/2017 dan bahan evaluasi bagi guru-guru SMA Unggul Sakti.


2

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Minat
Minat adalah suatu sistem mental yang terdiri dari perasaan, harapan,
pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain yang mengarahkan
individu kepada suatu pikiran tertentu sehingga merasa senang dan puas.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Anwar, 2005 : 217), minat
berarti ‘perhatian’, ‘kesukaan’, dan ‘kecenderungan hati’.
Minat yang ada pada diri seseorang akan memberi gambaran dalam
aktivitas untuk mencapai suatu tujuan. Minat merupakan suatu keinginan yang
dimiliki oleh seseorang secara sadar. Minat tersebut mendorong seseorang untuk
memperoleh subjek khusus, aktivitas, pemahaman, dan ketrampilan untuk tujuan
perhatian ataupun pencapaian yang diinginkan oleh seseorang tersebut.
Minat juga berkaitan dengan perasaan seseorang tentang suka atau senang
terhadap suatu objek atau aktivitas.
Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan keterkaitan yang kuat
faktor-faktor internal lain pada diri, seperti perhatian, keingintahuan, motivasi

dan kebutuhan terhadap sesuatu (Tim WRI : 2001). Secara sederhana, minat
(interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang
besar terhadap sesuatu (Syah, 2008 : 136).
Minat adalah suatu perasaan dapat positif, dan dapat juga negatif
terhadap orang, aktivitas, maupun benda, apabila perasaannya positif maka akan
dilaksanakan dan apabila perasaanya negatif maka orang, aktivitas maupun
benda itu akan ditinggalkan (Painun, 1994 : 46). Minat menunjukkan
kecenderungan ingin mengetahui sesuatu secara lebih mendalam (Walgito, 1981 :
38).
Jadi, dapat disimpulkan minat ialah suatu proses pengembangan dalam
mencampurkan seluruh kemampuan yang ada untuk mengarahkan individu
kepada suatu kegiatan yang diminatinya.

3

2.2 Hakikat Remaja
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa
yang berjalan antara umur 11 tahun sampai 21 tahun. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (dalam Anwar, 2005 : 291), remaja berarti ‘mulai dewasa’.
Menurut situs Wikipedia, remaja adalah waktu manusia berumur belasan

tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak
dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari
anak-anak menuju dewasa.
Dilihat dari Bahasa Inggris ‘teenager’, remaja artinya yakni manusia
berusia belasan tahun. Dimana usia tersebut merupakan perkembangan untuk
menjadi dewasa. Oleh sebab itu orang tua dan pendidik sebagai bagian
masyarakat yang lebih berpengalaman memiliki peranan penting dalam membantu
perkembangan remaja menuju kedewasaan. Remaja memiliki tempat di
antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak termasuk golongan anak tetapi
belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua. Masa remaja berlangsung
antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai
dengan 22 tahun bagi pria. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para
ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Remaja adalah sebagai suatu periode transisi tertentu dalam kehidupan
manusia dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada
usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22
tahun. merupakan suatu konsep yang relative baru dalam kajian psikologi. Istilah
remaja dikenal dengan nama ‘adolescence’ yang berasal dari kata dalam bahasa
latin ‘adolescere’ (ata benda adolescentia) yang berarti tumbuh menjadi dewasa
atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Masa remaja bermula pada perubahan

fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan
bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah
dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada
perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol
(pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak
menghabiskan waktu di luar keluarga.
4

Untuk merumuskan sebuah definisi yang memadai tentang remaja
tidaklah mudah. Namun sejak abad ke-19 muncul konsep adolesen sebagai suatu
periode kehidupan tertentu yang berbeda dari masa anak-anak dan dewasa.
Masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan kemudian menjadi orang tua,
tidak lebih hanyalah merupakan suatu proses wajar dalam hidup yang
berkesinambungan dari tahap-tahap pertumbuhan yang harus dilalui oleh seorang
manusia. Setiap masa pertumbuhan memiliki ciri-ciri tersendiri. Masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikian pula dengan masa remaja. Masa
remaja sering dianggap sebagai masa yang paling rawan dalam proses kehidupan
ini. Masa remaja sering menimbulkan kekuatiran bagi para orang tua. Masa
remaja sering menjadi pembahasan dalam banyak seminar. Padahal bagi si remaja
sendiri, masa ini adalah masa yang paling menyenangkan dalam hidupnya. Oleh

karena itu, para orang tua hendaknya berkenan menerima remaja sebagaimana
adanya. Jangan terlalu membesar-besarkan perbedaan. Orang tua para remaja
hendaknya justru menjadi pemberi teladan di depan, di tengah membangkitkan
semangat, dan di belakang mengawasi segala tindak tanduk si remaja.
Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli
pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun
sampai dengan 18 tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai
kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa.
Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering
dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan.
Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekuatiran serta perasaan yang
tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orang tuanya. Kesalahan yang diperbuat
para remaja hanya akan menyenangkan teman sebayanya. Hal ini karena mereka
semua memang sama-sama masih dalam masa mencari identitas. Kesalahankesalahan yang menimbulkan kekesalan lingkungan inilah yang sering disebut
sebagai kenakalan remaja.
Istilah remaja sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup
kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Pandangan ini didukung oleh
Piaget yang menyatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia

5


dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang
lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar.
Masa remaja disebut juga masa ‘storm and stress’, dan laim dikenal
dengan istilah masa pancaroba. Pada masa ini si anak seolah-olah disertai badai
dan tidak merasa aman. Pada saat ini si remaja tampak kurang menyadari dirinya.
Kekurangsadaran akan diri ini menghadapkan dia pada masalah-masalah yang
merepotkan. Kemudian ia kadang-kadang kehilangan pengendalian diri, suka
berontak, menentang otoritas orang tua atas emosi yang meluap-luap, atau atas
pertentangan-pertentangan dalam hal pendapat dan selera.
Masa remaja ini sering pula disebut sebagai masa belasan tahun yang
penuh pergolakan jiwa. Hidup anak terasa seolah-olah diliputi pelbagi macam
ketegangan, sehingga sampai membuat diri anak itu kurang keseimbangan.
Kemudian si remaja tampak gelisah dan cemas, seolah-olah kehilangan pegangan.
Dalam hal ini si anak merasa khawatir, karena tidak mendapat tempat di mata
orang lain, terutama dalam kelompok orang dewasa. Ingin digolongkan orang
dewasa. Dikatakan anak-anak ia merasa tersinggung, karena ia sudah
meninggalkan masa kanak-kanaknya. Konflik semacam inilah membuat dia
kemudian merasa ragu-ragu.
Kadang-kadang pula si remaja merasa gelisah, seolah-olah diliputi rasa

takut, suka bermalas-malasan, malah kadang-kadang suka menyendiri. Kadangkadang ia dapat saja tiba-tiba naik emosi kalau merasa terganggu, dan berani
mengacungkan tinjunya kepada orang tua, dan seolah-olah hendak menyatakan
dirinya sudah dapat berdiri sendiri. Kemudian ia bingung karena ia belum
berpenghasilan sendiri.
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode ‘badai dan
tekanan’ suatu masa di mana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari
perubahan fisik dan kelenjar. Adapun meningginya emosi terutama karena anak
laki-laki dan perempuan berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi
baru, yakni harapan sosial yang baru. Misalnya berhubungan dengan percintaan,
bila kisah cinta berjalan lancar, remaja bahagia, dan menjadi sedih, bila
percintaannya tidak lancar.

6

Pola emosi masa remaja, yakni perlakuan sebagai ‘anak kecil’ atau
secara ‘tidak adil’ membuat remaja sangat marah, dibandingkan dengan hal-hal
lain. Remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dengan cara gerakan amarah
yang meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu dan diam (tidak mau
berbicara).
Masa remaja merupakan salah satu fase dari perkembangan individu

yang terentang sejak anak masih dalam kandungan sampai dengan meninggal.
Masa remaja memiliki ciri yang berbeda dengan masa sebelum atau sesudahnya,
sehingga masa remaja menjadi menarik untuk dibicarakan. Usia masa remaja
dimulai pada usia 11 tahun sampai dengan 18 tahun.
Problem sosial yang sering muncul pada masa ini adalah remaja lebih
berkelompok dalam sebuah ‘gang’ dimana rasa solidaritas remaja dituntut di
dalam ‘gang’ tersebut. Selain itu remaja juga cenderung merasa ingin untuk
diperhatikan oleh orang lain dengan cara menonjolkan diri dan menaruh perhatian
kepada orang lain. Dan juga remaja juga sering untuk menerima aturan serta
berusaha menentang otoritas untuk urusan pribadinya.
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi
dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat
orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama,
sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Intelegensi dalam masyarakat (dewasa)
mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber.
Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual
yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai
integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri
khas yang umum dari periode perkembangan ini.
Karakteristik Remaja

Remaja yang sedang berkembang cenderung memunculkan tingkah laku
yang negatif, seperti suka melawan, gelisah, periode badai dan tekanan, tidak
stabil dan berbagai label buruk lainnya. Orang dewasa seharusnya menyadari
bahwa remaja tidak ingin dituntut patuh kepada apa saja yang diinginkan orang
tua atau orang dewasa lainnya, tetapi mereka butuh untuk dimandirikan dalam

7

memecahkan masalah kehidupan keluarga, sekolah dan masyarakat umumnya
(Prayitno, 2006 : 3).
Menurut Blair dan Jones, 1964; Ramsey, 1967; Mead, 1970; Dusek,
1977; Besonky, 1981; (dalam Prayitno, 2006 : 4-6) mengemukakan sejumlah ciri
khas perkembangan remaja sebagai berikut:
1. Remaja mengalami perubahan fisik (pertumbuhan) paling pesat,
dibandingkan dengan periode perkembangan sebelum maupun
sesudahnya, pertumbuhan fisik pada permulaan remaja sangat cepat.
2. Mempunyai energi yang berlimpah secara fisik dan psikis yang
mendorong mereka untuk berprestasi dan beraktivitas.
3. Perhatian mereka lebih terarah kepada teman sebaya dan secara berangsur
melepaskan diri dari keterikatan dengan keluarga.

4. Remaja memiliki keterkaitan kuat dengan lawan jenis.
5. Periode idealis. Periode ini remaja merupakan periode terbentuknya
keyakinan tentang kebenaran, keagamaan, dan kebijaksanaan yang benar
terjadi di masyarakat.
6. Menunjukkan kemandirian. Remaja menunjukkan keinginan untuk
mengambil keputusan tentang diri mereka sendiri.
7. Berada pada posisi transisi antara kehidupan masa kanak-kanak dan
kehidupan orang dewasa. Oleh karena itu, mereka akan mengalami
berbagai kesulitan dalam hal penyesuaian diri untuk menempuh kehidupan
sebagai orang dewasa.
8. Pencarian identitas diri. Pencarian identitas diri merupakan suatu kekhasan
perkembangan remaja untuk mengatasi periode transisi.
Remaja adalah masa transisi dari periode anak ke dewasa. Secara
psikologi, kedewasaan sudah ada ciri-ciri psikologi tertentu yang memang mulai
tampak pada masa ini (Sarwono, 1989 : 71-72). Menurut G. W. Allport (dalam
Sarwono, 1989 : 71-72) adalah sebagai berikut:
1. Pemekaran diri sendiri (extension of the self).
2. Kemampuan untuk melihat dirinya sendiri secara objektif (self
objektivication).
3. Memiliki falsafah hidup tertentu (unifying philosophy of life).
Perkembangan Remaja
Havighurst (dalam Prayitno, 2006 : 13) menjelaskan sembilan tugas
perkembangan yang seharusnya dicapai pada periode remaja, yaitu:
8

1. Menguasai kemampuan membina hubungan baru yang lebih matang
dengan teman sebaya atau berbeda jenis kelamin. Kemampuan itu adalah
kemampuan berpikir sosial positif, empati, kontrol emosi dan altruistik.
2. Menguasai kemampuan melaksanakan peranan sosial sesuai dengan jenis
kelamin.
3. Menerima keadaan fisik dan mengaktualisasikan secara aktif.
4. Mencapai kemerdekaan emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya.
5. Memiliki kemampuan untuk mandiri secara ekonomi
6. Memiliki kemampuan untuk memilih dan mempersiapkan diri untuk
karier.
7. Berkembangnya keterampilan intelektual, dan konsep-konsep yang perlu
untuk menjadi warga Negara yang baik.
8. Memiliki keinginan untuk bertanggungjawab terhadap tingkah laku sosial.
9. Memiliki perangkat nilai dan sistem etika dalam bertingkah laku.
Lain halnya dengan Syamsu (Yusuf, 2001 : 193-201) yang mengemukakan lebih
rinci lagi tentang perkembangan remaja, yaitu:
1. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik remaja ditandai semakin matangnya fungsi
organ-organ tubuh remaja.
2. Perkembangan Kognitif (intelektual)
Menurut Piaget (dalam Yusuf, 2001 : 195) masa remaja sudah
mencapai tahap operasi formal (operasi merupakan kegiatan-kegiatan
mental mengenai gagasan). Remaja secara mental telah dapat berpikir
logis tentang berbagai gagasan yang abstrak.
Siselman & Shaffer (dalam Yusuf, 2001 : 195) menyatakan bahwa
pada usia 16 tahun, berat otak sudah menyamai orang dewasa. Sistem
syaraf yang memproses informasi berkembang secara tepat pada usia ini.
Pada masa remaja terjadi reorganisasi lingkaran syaraf Lobe Frontal yang
berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi, yaitu kemampuan
merumuskan perencanaan strategis, atau mengambil keputusan. Lobe
Frontal ini terus berkembang sampai usia dua puluh tahun atau lebih.
Perkembangan Lobe Frontal ini sangat berpengaruh kepada kemampuan
intelektual remaja, seperti pada usia dua belas tahun, walaupun secara
intelektual remaja ini temasuk anak berbakat atau pintar, namun belum
bijaksana. Maksudnya remaja tersebut mampu memecahkan masalah
9

secara benar, tetapi tidak seterampil remaja yang lebih tua usianya yang
menunjukkan wawasan atau perspektif yang luas terhadap masalah.
Sejalan dengan itu, Keating, Adam & Gullota (dalam Yusuf, 2001 :
195) merumuskan lima hal pokok yang berkaitan dengan perkembangan
berpikir operasi formal, yaitu sebagai berikut:
a. Berlainan dengan cara berpikir anak-anak. Remaja sudah mampu
menggunakan abstraksi-abstraksi dan dapat membedakan antara
yang nyata dan konkret dengan yang abstrak dan mungkin.
b. Melalui kemampuannya untuk menguji hipotesis, muncul
kemampuan nalas secara ilmiah.
c. Remaja dapat memiikirkan tentang masa depan dengan membuat
perencanaan dan mengeksplorasi berbagai kemungkinan untuk
mencapainya.
d. Remaja menyadari tentang aktivitas kognitif dan mekanisme yang
membuat proses kognitif itu efisien atau tidak.
e. Berpikir operasi formal memungkinkan terbukanya topik-topik
baru, ekspansi (perluasan) berpikir.
3. Perkembangan Emosi
Gessel, dkk (dalam Yusuf, 2001 : 197) mengemukakan bahwa
remaja empat belas tahun sering kali mudah marah, mudah terangsang,
dan emosinya cenderung ‘meledak’, tidak berusaha mengendalikan
perasaannya. Sebaliknya, remaja enam belas tahun mengatakan bahwa
mereka tidak mempunyai keprihatinan. Jadi, adanya badai dan tekanan
dalam periode ini berkurang menjelang berakhirnya awal masa remaja.
4. Perkembangan Sosial
Masa remaja berkembangan ‘social cognition’, yaitu kemampuan
untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai
individu yang unik, baik yang menyangkut sifat-sifat pribadi, minat nilainilai maupun perasaannya. Pemahamannya ini, mendorong remaja untuk
menjalin hubungan sosial yang lenih akrab dengan mereka (terutama
teman sebaya), baik melalaui jaringan persahabatan maupun percintaan
(Yusuf, 2001 : 198).
Pada masa ini juga berkembangan sikap ‘conformity’ , yaitu
kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai,
kebiasaan, kegemaran, ‘hobby’ atau keinginan orang lain (teman sebaya).
10

Perkembangan sikap konformitas remaja memberikan dampak yang positif
maupun yang negatif bagi dirinya (Yusuf, 2001 : 198).
5. Perkembangan Moral
Pada masa ini remaja sudah mengenal nilai-nilai moral atau
konsep-konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan
kedisiplinan. Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatanperbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku
bukan hanya untuk memberi kepuasan fisiknya, tetapi psikologis. Rasa
puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain
tentang perbuatannya (Yusuf, 2001 : 199-200).
6. Perkembangan kepribadian
Pada perkembangan kepribadian ini, ditandai dengan adanya
perkembangan identity, yaitu perkembangan dalam pencarian identitas
diri, idenity merupakan isu sentral pada masa remaja yang memberikan
dasar bagi masa dewasa (Yusuf, 2001 : 200-201).
Dengan demikian, remaja dalam perkembangannya mengalami
perkembangan fisik, kognitif, sosial, emosional, dan kepribadian.
2.3 Hakikat Membaca
“Membaca adalah sebuah keterampilan. Keterampilan tersebut akan
berkembang cepat jika dilakukan secara rutin dan berkesinambungan melalui
latihan yang intensif.” (Mafrukhi, 2007 : 133). Membaca juga bisa diartikan
sebagai kegiatan meresepsi, menganalisis, dan menginterpretasi yang dilakukan
oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis
dan dapat memahami pokok-pokok isi bacaan dalam media tulisan.
Ada teknik membaca menurut W.S. Rendra (dalam Mafrukhi, 2007 : 6)
yaitu teknik tekuk daun telinga. Caranya, saat membaca, tekankan kedua daun
telinga ke depan menutup lubang pendengaran. Teknik ini berguna untuk
mendengarkan apakah lafal, intonasi, dan ucapan sudah tepat dan jelas atau
belum. Teknik ini berguna apabila mempunyai alat perekam. Jika membaca
dengan teknik ini, suara yang didengar akan mendekati suara asli bila direkam.
Manfaat Membaca

11

Kita tahu bahwa buku adalah jendela dunia, untuk mengetahui isi sebuah
buku kita perlu memiliki kemampuan membaca. Banyak sekali manfaat yang akan
didapat dengan membaca. Manfaat dari membaca untuk kita adalah:
1. Membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan.
2. Ketika sibuk membaca, sesorang terhalang masuk dalam kebodohan.
3. Dengan sering membaca, seseorang bisa mengembangkan keluwesan dan
kefasihan dalam bertutur kata.
4. Membaca membatu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara
pikir.
5. Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan
memori dan pemahaman.
6. Dengan sering membaca, seseorang dapat mengambil manfaat dari
pengalaman orang lain, seperti mencontoh kearifan orang bijaksanan dan
kecerdasan para sarjana.
7. Dengan sering membaca, seseorang dapat mengembangkan
kemampuannya baik untuk mendapat dan merespon ilmu pengetahuan
maupun untuk mempelajari disiplin ilmu dan aplikasi di dalam hidup.
8. Keyakinan seseorang akan bertambah ketika dia membaca buku-buku
keagaman. Buku itu adalah penyampai ceramah terbaik dan ia mempunyai
pengaruh kuat untuk menuntun seseorang menuju kebaikan dan
menjauhkan dari kejahatan.
9. Membaca membantu seseorang untuk menyegarkan pikirannya dari
keruwetan dan menyelamatkan waktunya agar tidak sia-sia.
10. Dengan sering membaca, seseorang bisa menguasai banyak kata dan
mempelajari berbagai model kalimat, lebih lanjut lagi ia bisa
meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep dan untuk
memahami apa yang tertulis ‘di antara baris demi baris’ (memahami apa
yang tersirat).
11. Membantu menghilangkan insomnia. Dengan sering membaca, lamakelamaan akan timbul rasa kantuk dan mudah sekali untuk tertidur.
Cara Membaca Buku yang Baik dan Benar
1. Memilih Topik Bacaan.
Kita suka membaca buku karena ‘paksaan’. Kegiatan membaca
buku masih dinilai sebagai beban. Kita jarang menggunakan kegiatan
membaca sebagai kebutuhan. Satu penyebab utama yaitu kesalahan

12

memilih topik bacaan. Oleh karena itu, hendaknya kita memilih topik
bacaan yang menarik.
Topik buku yang menarik tentu sering berhubungan dengan profesi.
Mengapa? Agar isi buku dapat menunjang karier. Oleh karena itu,
hendaknya kita membaca buku-buku yang relevan dengan profesi kita saat
ini. Dari sekadar menyalurkan hobi, kita menambah wawasan untuk
memperbaiki kualitas profesi.
2. Usahakan untuk Menyelesaikan
Ketika membaca buku, hendaknya kita pandai-pandai memilih
buku. Usahakan agar buku itu tidak terlalu tebal. Mengapa? Agar buku itu
terselesaikan membacanya dalam sekali duduk. Hendaknya kita
menghindari menunda menyelesaikan membaca buku. Selesaikan agar
pemahaman isi buku tidak sepotong-potong.
3. Memilih Waktu
Kegiatan membaca buku memerlukan waktu tersendiri. Kegiatan
membaca buku tidak dapat dilakukan dengan serampangan. Oleh karena
itu, hendaknya kita memilih waktu yang tepat agar kita dapat
menyelesaikan buku itu.
Tips Esekusi Membaca
1. Pilihlah tempat dan suasana yang sesuai untuk membaca, yaitu tempat
yang terang/baik dalam pencahayaan, sejuk, bersih, nyaman, tenang dan
rapih menurut kita sendiri.
2. tingkatkan motivasi agar lebih bersemangat dalam membaca
3. Pastikan posisi membaca kita dalam posisi yang benar. Posisi yang benar
pada waktu membaca adalah duduk dengan posisi badan tegak, tidak
bungkuk, dan pastikan jarak antara buku dengan mata kita kurang lebih 30
cm.
4. Percepatlah bagian yang sudah Anda pahami. Jika Anda menemukan sub
bab yang tidak penting atau familiar, Anda bisa melompatinya.
5. Perlambatlah ketika menemukan sesuatu yang baru dipahami. Perlambatan
ini diperlukan untuk mencerna istilah-istilah yang baru dikenal atau baru
ditemui.
6. Siapkan juga hal-hal yang biasanya membantu kita dalam membaca,
seperti pensil atau spidol.
13

7. Berilah garis bawah atau stabillo pada kalimat-kalimat yang menurut anda
penting. Dengan memberikan sesuatu, seperti garis bawah atau stabillo
anda dapat mengingat baca dan merangkumnya.
8. Konsentrasi. Kebanyakan kita menganggap bahwa konsentrasi adalah
pekerjaan berat dan sangat sulit dilakukan. Kita memiliki suatu keyakinan
bahwa hal tersebut susah untuk dilakukan. Maka lakukan dengan baik
intruksi sebelumnya agar bisa berkonsentrasi dengan baik
9. Tidak mengeluarkan suara dalam membaca karena dapat memakan waktu
lebih lama.
10. Usahakan tidak banyak bergerak saat Anda membaca. Gerak yang
dihasilkan akan membuang waktu dan menghambat untuk membaca cepat.
11. Mental block. Artinya, ketika membaca buku jangan mulai berpikir kita
sudah mengetahui isi dalam buku tersebut.

2.4 Hakikat Buku Fiksi
“Setiap karya sastra, baik sastra lama maupun modern, diciptakan dengan
pengaruh latar sosial, budaya, alam, dan agama yang melatarbelakangi
pengarangnya.” (Mafrukhi, 2007 : 222). Buku termasuk karya sastra.
Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada
salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar.
Seiring dengan perkembangan dalam bidang dunia informatika, kini
dikenal pula istilah e-book atau buku-e (buku elektronik), yang mengandalkan
perangkat seperti komputer meja, komputer jinjing, komputer tablet, telepon
seluler dan lainnya, serta menggunakan perangkat lunak tertentu untuk
membacanya.
Buku fiksi berarti karya sastra yang bersifat fiktif dan imajinatif. Buku
fiksi dibuat berdasarkan khayalan dan imajinasi penulis, berisi karangan atau
tulisan yang tidak nyata atau imajinatif. Buku fiksi ada banyak jenisnya, yaitu
novel fiksi, komik, buku cerita fiksi, dan sebagainya.
Ada 2 macam fiksi:
1. Fiksi imajinatif (berdasarkan imajinasi)
2. Science fiction (berdasarkan analisa ilmiah)
14

Sifat Fiksi
1. Segala sesuatu yang diungkapkan tidak dapat dibuktikan kebenarannya
dalam kehidupan sehari-hari, merupakan hasil rekaan.
2. Semua tokoh, setting dan pokok persoalan adalah realitas imajinatif bukan
objektif.
3. Kebenaran yang terjadi di dalam fiksi adalah bukan kebenaran objektif
melainkan kebenaran logis yaitu kebenaran yang ada dalam penalaran.
4. Manusia-manusia yang hidup dalam kenyataan sehari-hari yang terlibat
dalam seluruh aspek kehidupan penokohan fiksi mampu mempengaruhi &
membentuk sifat dan sikap pembaca, pendengar, pemirsa.
5. Kebenaran logis fiksi menyebabkan setiap fiksi selalu multi-interpretable,
artinya setiap pembaca, pendengar, pemirsa mempunyai tafsiran.
Unsur-unsur Fiksi
1. Tema merupakan pokok persoalan yang menjiwai seluruh cerita. Tema
diangkat dari konflik kehidupan.
2. Plot, yaitu dasar cerita; pengembangan cerita. Sedangkan alur merupakan
rangkaian cerita.
a. proses alur bisa maju; mundur; atau maju mundur (campuran).
b. penyelesaian alur, ada alur klimaks dan ada alur anti-klimaks.
3. Latar/setting merupakan tempat terjadinya cerita, terbagi menjadi:
a. setting geografis
: tempat di mana kejadian berlangsung
b. setting antropologis : kejadian berkaitan dengan situasi masyarakat,
kejiwaan pola pikir, adat-istiadat.
4. Tokoh dan Penokohan
Tokoh ada yang digambarkan sebagai tokoh utama (protagonis),
tokoh yang bertentangan (antagonis), maupun tokoh pembantu.
Penghadiran tokoh bisa langsung dengan cara melakukan deskripsi,
melukiskan pribadi tokoh; atau tidak langsung dengan cara dialog antar
tokoh.
Bidang tokoh harus digambarkan:
a. bidang tampak
: gestur, mimik, pakaian, milik pribadi, dan
b. bidang tak tampak

sebagainya.
: motif berupa dorongan/keinginan, psikis
berupa perubahan kejiwaan, perasaan, dan
religiusitas.

15

5. Sudut pandang, yang mendasari tema dan tujuan penulisan. Penghadiran
bisa dengan:
a. gaya orang pertama : penulis terlibat sebagai salah satu tokoh
b. gaya orang ketiga : penulis serba tahu apa yang terjadi tetapi tidak
terlibat di dalam cerita.
6. Suasana yang mendasari dalam cerita adalah penokohan karena perbedaan
karakter sehingga menimbulkan konflik. Dengan konflik pengarang
berhadapan dengan suasana menyedihkan, mengharukan, menantang,
menyenangkan, atau memberi inspirasi.
Semua point ini harus dihadirkan secara utuh sehingga fiksi baik itu
berupa cerpen, novel, drama, skenario film/sinetron sehingga pembaca,
pendengar, pemirsa mempunyai daya imajinatif; mempunyai tafsiran tentang
tokoh, suasana, dan sebagainya; terhadap karya fiksi tersebut. Tema, plot, alur,
dan setting juga harus jelas sehingga karya fiksi benar-benar utuh sebagai karya
seni bukan berupa sekadar curahan hati (seperti diary).
Langkah-Langkah Pembuatan Suatu Karya Fiksi
1. Ide
Tanpa ide kita layaknya balon yang tertiup udara yang entah kan
terbang ke mana. Untuk itu, ide adalah modal saat bagi kita untuk
menentukan arah den tujuan ke mana kita melangkah. Ide dapat kita petik
dari berbagai sumber. Baik secara formal maupun non formal. Baik
pengalaman pribadi, teman, atau lingkungan.
2. Pengembangan Ide
Setelah kita mendapatkan ide, make kita harus mampu
mengembangkan ide tersebut. Misalnya, kita mendapatkan ide untuk
membuat suatu novel tentang kehidupan seorang anak adopsi. Maka kita
harus mengembangkan cerita ini. Bagaimana alur ceritnya, tokohtokohnya, karakter tokoh, dan masalah-masalah yang akan kita tulis dalam
setiap babnya.
3. Membangkitkan Daya Imajinasi
Dalam pengembangan ide ini, kita harus mampu membangkitkan
daya imajinasi kita. Kita dapat berkhayal setinggi mungkin dan
menciptakan sesuatu hal yang mungkin tidak masuk akal (tetapi dalam
karya fiksi, hal ini bisa saja terjadi, contoh Novel Harry Potter karya J. K.
Rowling).
16

4. Menuliskan Sinopsis
Setelah terbentuk sempurna, gambaran cerita yang akan kita buat,
maka kita dapat menuliskannya menjadi sebuah sinopsis. Sinopsis ini
berupa cerita singkat dari cerita saat hingga akhir (ending).
5. Membuat Kerangka Karangan
Dalam pembuatan kerangka karangan, kita dapat membagi cerita
ke dalam beberapa bab. Misalnya dalam novel The Power Of First Love
(karya Syarifah Aliyyah) terdapat 19 bab dan dalam novel Kawin Kontrak
(karya Syarifah Aliyyah) terdapat 12 bab. Pada setiap bab, terdapat
beberapa adegan (scene). Maka kita dapat menuliskan berapa banyak bab
yang akan kita buat. Lalu adegan apa saja yang akan kita masukkan ke
dalam cerita tersebut.
6. Mu1ai Mengembangkan Cerita
Dalam tahap ini merupakan proses yang amat panjang. Kita harus
mampu mengolah kata, agar menjadi sajian yang hangat bagi para
pembaca. Mengembangkan cerita yang kita inginkan dengan berbagai
adegan yang romantis, melankolis, ataupun tragis.
7. Proses Editing
Ketika cerita kita telah selesai, maka kita perlu mengedit cerita
tersebut. Dalam proses ini kita cukup membaca ulang hasil karya kita,
sekaligus membetulkan kata yang salah ketik, ejaan atau kalimat yang
rancu, tanpa harus mengubah alur cerita.
8. Pencarian Penerbit
Tentulah kita ingin agar karya kita diterbitkan. Maka kita harus
mencari penerbit yang berminat untuk membantu proses penerbitan karya
kita itu. Alamat penerbit dapat kita peroleh dari beberapa buku yang kita
miliki. Lalu catat alamatnya dan kita dapat melakukan kontak kepada
penerbit via telepon.
Karya fiksi terbagi menjadi:
1. Prosa
Prosa berasal dari bahasa Latin, ‘prosa’ yang berarti ‘terus terang’.
Prosa adalah suatu karya tulis yang menceritakan kehidupan yang bersifat
imajinatif. Di dalamnya memuat alur kehidupan yang diceritakan dengan
kecenderungan apa adanya. Tidak dikiaskan. Prosa terbagi menjadi tiga,
yaitu:
a. Novel
17

Secara umum novel dapat didefinisikan sebagai prosa yang
panjang yang dibukukan. Di dalamnya terdapat berbagai konflik yang
mendukung alur cerita. Yang paling khas dari novel adalah terjadinya
perubahan nasib tokoh disebabkan oleh konflik yang dialami di dalam
cerita. Contohnya: Hujan karya Tere Liye, Assalamualaikum Beijing
karya Asma Nadia, Stoples Pelangi Ayasofya karya Keken Cana,
Sebelas Patriot karya Andrea Hirata, Ashtin Karimyeva karya Arif A P,
Pesantren Impian karya Asma Nadia, Sakura Berguguran di Beranda
Makkah karya Eva De, Samudera Setengah Abad karya Khoirunnisa
Nurul Habibatulloh, dan masih banyak lagi.
b. Cerpen (Cerita Pendek)
Cerpen adalah prosa yang pendek, mengandung satu konflik,
dan dapat dibaca dengan sekali duduk. Sekali duduk di sini maksudnya
adalah tidak memerlukan waktu lama, mengingat pendeknya prosa itu.
Cerpen paling panjang hanya sampai belasan halaman.
Sumardjo (dalam Sukino, 2010 : 142) menyatakan bahwa
cerpen (cerita pendek) adalah seni, keterampilan menyajikan cerita,
yang di dalamnya merupakan satu kesatuan bentuk utuh, manunggal,
dan tidak ada bagian-bagian yang tidak perlu, tetapi juga ada bagian
yang terlalu banyak. Semuanya pas, integral, dan mengandung suatu
arti.
Lubis (dalam Sukino, 2010 : 144) menyatakan bahwa dalam
cerpen harus ada:
1) Cerpen mengandung interpretasi pengarang tentang konsepsinya
mengenai penghidupan, baik secara langsung atau tidak langsung.
2) Sebuah cerpen harus menimbulkan suatu hempasan, suatu kesan
dalam pikiran pembaca.
3) Cerpen harus menimbulkan perasaan pada pembaca, bahwa
pembaca merasa terbawa oleh jalan cerita, dan cerpen pertamatama menarik perasaan, baru kemudian menarik pikiran.
4) Cerpen mengandung rincian dan insiden-insiden yang dipilih
dengan sengaja dan yang bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan
dalam pikiran pembaca.

18

Suroto (dalam Sukino, 2010 : 146) menyatakan bahwa cerpen
pada dasarnya dibangun atas unsur-unsur tema, amanat, perwatakan,
latar, dialog, dan pusat pengisahan.
Beberapa contoh cerpen, antara lain: Laki-laki Sejati karya
Putu Wijaya, Cinta Tak Bertuan karya Dewi Lestari, Playboy Berkedok
Ikhwan karya Panisia Julita, Ketika Mas Gagah Pergi karya Helvy
Tiana Rosa, Surat dari Israel karya Siti Arfidah dkk, dan masih banyak
lagi.
c. Roman
Roman adalah bentuk prosa baru yang mengisahkan
kehidupan pelaku utamanya dengan segala suka dukanya. Dalam
roman, pelaku utamanya sering diceritakan mulai dari masa kanakkanak sampai dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Roman
mengungkap adat atau aspek kehidupan suatu masyarakat secara
mendetail dan menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi
(pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi
kehidupan pelaku dalam cerita tersebut.
Berdasarkan kandungan isinya, roman dibedakan atas beberapa
macam, antara lain sebagai berikut:
1)

Roman transendensi, yang di dalamnya terselip maksud tertentu,
atau yang mengandung pandangan hidup yang dapat dipetik oleh
pembaca untuk kebaikan. Contoh: Layar Terkembang oleh Sutan
Takdir Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul Muis, Darah Muda
oleh Adinegoro.

2)

Roman sosial adalah roman yang memberikan gambaran tentang
keadaan masyarakat. Biasanya yang dilukiskan mengenai
keburukan-keburukan masyarakat yang bersangkutan. Contoh:
Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis St. Sati, Neraka Dunia oleh
Adinegoro.

3)

Roman sejarah yaitu roman yang isinya dijalin berdasarkan fakta
historis, peristiwa-peristiwa sejarah, atau kehidupan seorang tokoh
dalam sejarah. Contoh: Hulubalang Raja oleh Nur St. Iskandar,
Tambera oleh Utuy Tatang Sontani, Surapati oleh Abdul Muis.
19

4)

Roman psikologis yaitu roman yang lebih menekankan gambaran
kejiwaan yang mendasari segala tindak dan perilaku tokoh
utamanya. Contoh: Atheis oleh Achdiat Kartamiharja, Katak
Hendak Menjadi Lembu oleh Nur St. Iskandar, Belenggu oleh
Armijn Pane.

5)

Roman detektif merupakan roman yang isinya berkaitan dengan
kriminalitas. Dalam roman ini yang sering menjadi pelaku
utamanya seorang agen polisi yang tugasnya membongkar berbagai
kasus kejahatan. Contoh: Mencari Pencuri Anak Perawan oleh
Suman HS, Percobaan Seria oleh Suman HS, Kasih Tak Terlerai
oleh Suman HS.

2. Drama
Drama terdiri dari dua bagian, yaitu drama dalam bentuk naskah
dan drama dalam bentuk pementasan. Secara umum drama dapat diartikan
sebagai karangan yang menggambarkan kehidupan manusia yang
dipentaskan. Drama biasa juga disebut teater.
Drama yang dipentaskan merupakan drama yang dipertontonkan di
panggung. Sedangkan drama yang tidak dipentaskan atau naskah drama
merupakan tulisan atau teks yang menjadi patokan atau rujukan dalam
suatu pementasan drama.
3. Puisi
Puisi merupakan salah karya fiksi yang menggunakan kata-kata
yang indah, penuh kiasan, dan sepadat-padatnya untuk menyampaikan isi
hati, emosi, dan hal-hal mengenai eksplorasi diri. Sayuti (dalam Sukino,
2010 : 113) menyatakan bahwa puisi merupakan pengucapan bahasa yang
memperhitungkan adanya aspek-aspek bunyi di dalamnya, yang
mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual
penyair yang ditimba dari kehidupan individu dan sosialnya, yang
diungkapkan dengan teknik tertentu sehingga puisi itu dapat
membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca atau
pendengarnya.
Puisi juga bisa diartikan sebagai karya fiksi yang indah. Ya, puisi
paling kental dengan kata-kata indahnya. Banyak sekali yang menyatakan
‘puitis’ (indah atau diindah-indahkan).
20

Puisi terbagi menjadi dua, yaitu puisi lama dan puisi baru atau
modern. Puisi lama terdiri dari pantun, gurindam, syair, dan beberapa puisi
lain. Puisi lama adalah puisi yang terikat. Maksudnya, penulisnya
terkekang oleh aturan-aturan yang melekat padanya. Pantun misalnya,
terdiri dari beberapa syarat.
1) Setiap bait terdiri dari empat baris.
2) Bersajak a-b-a-b atau a-a-a-a.
3) Baris pertama dan kedua adalah sampiran.
4) Baris ketiga dan keempat adalah isi.
Sedangkan puisi baru atau puisi modern adalah puisi yang bebas.
Tidak terikat dengan aturan sebagaimana pantun, gurindam, dan puisipuisi lama lainnya. Namun, satu yang perlu dicatat, puisi modern
menggunakan bahasa yang sangat padat dan singkat. Intinya pada puisi
menggunakan bahasa yang sangat singkat untuk menyampaikan maksud
yang terbesit dalam hati.
Dampak Membaca Buku Fiksi
1. Dampak Positif
a. Mencegah Depresi dan Mengurangi Stres
Karya fiksi memiliki sifat menghibur. Bagi Anda yang sedang
galau atau penat, cobalah membaca buku fiksi. Niscaya, galau dan
rasa penat Anda akan berkurang bahkan hilang.
b. Meningkatkan Kemampuan Mengolah Emosi
Sebenarnya ketika kita membaca buku fiksi, kita sedang
berlatih berimajinasi dan mengolah emosi diri kita sendiri. Ketika
berimajinasi, otomatis emosi dalam diri kita pun akan bergejolak.
Kadang sedih, kadang kesal, kadang bahagia. Kalau kita jeli, ini
sebenarnya adalah permainan emosi, dimana emosi kita dilatih naikturun – naik-turun seperti melatih otot lengan dengan sebuah barbel.
Semakin sering emosi kita dipermainkan, kemampuan kita mengontrol
emosi menjadi lebih baik.
c. Menambah Kemampuan Membaca Pikiran Orang Lain
Masih tersambung dengan poin nomor 2, emosi yang naik
turun itu akan membuat pengindraan Anda semakin peka. Itu artinya,
Anda akan lebih peka terhadap lingkungan, termasuk pada orang yang
21

Anda ajak bicara. Secara tidak sadar, Anda akan memiliki kemampuan
untuk membaca isi hati dan perasaan orang lain.
d. Merilekskan Tubuh
Bagi Anda yang baru saja menyelesaikan sebuah proyek
besar, bagi Anda yang baru saja mengalami ketegangan karena bekera
terus-menerus, membaca buku fiksi bisa menjadi sarana yang baik
dalam merilekskan tubuh. Ya, membaca buku fiksi adalah salah satu
hiburan yang merilekskan otak dan tubuh.
e. Meningkatkan Kualitas Tidur
Jika Anda mengalami sulit tidur atau tidur Anda tidak
nyenyak, mulailah membiasakan diri membaca buku fiksi sebelum
tidur. Buku fiksi dapat membuat otak dan tubuh Anda rileks sehingga
Anda akan lebih mudah tertidur dan tidur Anda akan lebih nyenyak
dari biasanya.
f. Mencegah Alzheimer
Sebuah penelitian membuktikan bahwa ternyata membaca
buku fiksi dapat mencegah terjadinya penyakit lupa yang disebut
dengan alzheimer. Jika Anda ingin mencegah penyakit lupa, membaca
buku fiksi bisa menjadi solusi aman tanpa harus mengonsumsi obatobatan kimia.
g. Mempertajam Otak
Selain mencegah kepikunan, membaca buku fiksi juga
merangsang otak untuk berpikir dan berimajinasi. Akibatnya,
kemampuan otak Anda akan lebih tajam daripada sebelumnya.
h. Meningkatkan Empati
Mungkin Anda adalah orang apatis yang tidak mudah iba dan
tidak mudah berempati terhadap lingkungan Anda sendiri. Jika
memang ya, maka berubahlah, karena apatis itu bukan sifat yang baik.
Mulailah memperhatikan dan berempati terhadap orang lain. Jika
Anda sulit menjadi orang yang berempati, membaca buku fiksi bisa
menjadi latihan yang baik.
i. Meningkatkan Kesehatan Psikis.
j. Mudah untuk Bersosialisasi.
2. Dampak Negatif
a. Menyebabkan mata minus (miopi), atau bahkan mata plus
(hipermetropi). Miopi dan hipermetropi adalah kerusakan pada mata
yang disebabkan oleh kurangnya elastisitas otot silaris pada mata.
22

Otot silaris ini adalah pengatur fokus mata. Ketika kita melakukan
aktivitas membaca buku, otot silaris kita dituntut untuk berada dalam
kondisi statis. Karena berada dalam kondisi statis yang terlalu lama,
maka otot silaris pun menjadi tidak fleksibel lagi. Pada akhirnya, para
penderita miopi dan hipermetropi tidak dapat melihat secara jelas
suatu benda yang terlalu dekat atau terlalu jauh.
b. Tidak hanya itu, seorang kutu buku juga biasanya memiliki masalah
pada postur tubuhnya. Karena terlalu asik membaca buku, terkadang
seorang kutu buku duduk dengan posisi tidak sempurna atau mungkin
lupa berolahraga sehingga postur tubuhnya memburuk. Tidak hanya
postur tubuh, kebugaran dan daya tahan tubuh seorang kutu buku juga
biasanya terus memburuk seiring berjalannya waktu.
c. Membaca buku memang dapat mencegah kepikunan, tetapi apabila
membaca banyak buku dengan jenis berbeda dalam satu waktu, justru
akan menyebabkan berkurangnya daya ingat seseorang karena
terjadinya ‘tumpang-tindih’ informasi di otak.

23

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan peneliti dalam meneliti minat remaja kelas XII
IPA SMA Unggul Sakti tahun ajaran 2016/2017 dalam membaca buku fiksi
adalah metode angket. Sebelumnya, angket itu merupakan teknik pengumpulan
data dengan menyebarkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan, baik yang bersifat
terbuka maupun tertutup dan dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis.
Tujuannya, yaitu untuk mengonstruksi mengenal orang, kejadian, kegiatan
organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain (Sugiyanto,
2014 : 37).
Di sini peneliti menggunakan metode angket yang bersifat tertutup, yaitu
metode di mana peneliti ingin mengetahui jawaban yang jujur dari pengisi angket
tanpa perlu merasa khawatir akan identitasnya. Dengan metode ini dapat diketahui
bagaimana minat remaja kelas XII IPA SMA Unggul Sakti tahun ajaran
2016/2017 dalam membaca buku fiksi.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penyebaran angket tertutup pada:
hari, tanggal : Senin, 13 Maret 2017
waktu

: Pukul 12.00 WIB – selesai

tempat

: Ruang kelas XII IPA SMA Unggul Sakti

kegiatan

: Menyebarkan angket sebanyak 34 rangkap kepada sampel
penelitian

3.3 Sampel Penelitian
1. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Kemudian seperti yang telah dikemukakan bahwa sampel adalah
contoh, master, representative, atau wakil dari suatu populasi yang cukup
besar jumlahnya yaitu suatu bagian dari keseluruhan yang dipilih dan
24

representative sifatnya dari keseluruhannya (Suharsimi, 1993 : 104).
Pada prinsipnya, tidak ada peraturan-peraturan secara mutlak yang
menentukan berapa persen sampel tersebut harus diambil dari populasi
(Kartono, 1986 : 120).
2. Populasi
Populasi adalah totalitas semua kasus, kejadian orang, hal, dan
lain-lain. Populasi itu dapat berwujud sejumlah manusia, kurikulum,
kemampuan manajemen, alat-alat mengajar, cara mengajar, cara
pengadministrasian, kepemimpinan, peristiwa dan lain-lain (Kartono, 1990
: 133). Sedangkan Moh. Surya menyatakan bahwa:
“Populasi adalah sejumlah individu atau subjek yang terdapat dalam
kelompok tertentu yang dijadikan sumber data, yang berada dalam
daerah yang jelas batasannya, mempunyai pola-pola kualitas yang
unik serta memiliki keseragaman ciri-ciri di dalamnya yang dapat
diukur secara kualitatif untuk memperoleh kesimpulan penelitian”
(Surya, 1974 : 8 ).
Berikut adalah perincian sampel untuk diteliti:
sampel

: 34 remaja kelas XII IPA SMA Unggul Sakti

populasi

: 138 remaja kelas XII SMA Unggul Sakti

Berikut tabel perincian sampel dan populasi yang diambil dari kelas XII SMA
Unggul Sakti:
Kelas
Sampel yang diambil
Populasi siswa
XII IPA
34
34
XII IPS 1
0
34
XII IPS 2
0
36
XII IPS 3
0
34
Total
34*
138*
Tabel 3.1 Perincian Sampel dan Populasi
*keterangan: yang diberi warna kuning akan menjadi sampel dan populasi
penelitian.
3.4 Prosedur Penelitian
Berikut ini adalah langkah-langkah untuk melakukan penelitian:
1. Membuat kisi-kisi penelitian.
Penyusunan kisi-kisi penelitian ini merupakan hal yang sangat
penting karena kisi-kisi penelitian disusun sebagai acuan untuk menyusun
25

angket. Kisi-kisi penelitian ini meliputi, judul, pertanyaan penelitian, data
yang akan dikumpulkan, indikator-indikator dan item.
2. Menyusun item.
Item (pertanyaan) dalam angket merupakan penjabaran dari
indikator-indikator yang kemudian dibuat dalam bentuk pertanyaan.
3. Mencetak dan memperbanyak angket.
Setelah angket dirasa telah memenuhi syarat sebagai alat
pengumpul data dan telah diperbaiki, kemudian dicetak dan diperbanyak
sesuai dengan kebutuhan.
4. Sebarkan angket kepada sampel yang telah ditetapkan.
Menyebarkan angket kepada responden yang telah ditentukan
sebelumnya. Pelaksanaan penyebaran angket dibagi dalam dua tahap
kegiatan yaitu:
a. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan ini dipersiapkan segala sesuatu yang diperlukan
dalam proses penyebaran angket, yaitu:
1) Menetapkan sampel sesuai dengan judul penelitian.
2) Mempersiapkan surat ijin dari pihak yang berwenang.
3) Mempersiapkan

lembaran-lembaran

angket

yang

akan

disebarkan.
4) Mempersiapkan alat tulis yang dipergunakan apabila ada
yang perlu ditulis/ dicatat.
5) Sebarkan angket pada jadwal yang ditetapkan.
b. Tahap pelaksanaan
Setelah mendapat izin dari pihak yang berwenang maka
mulailah angket disebarkan. Di dalam proses penyebaran angket
ini penulis dibantu oleh satu orang pengurus yayasan dengan cara
mendatangi responden yang hendak diminta informasinya. Sebelum
responden

mengisi

angket,

terlebih

dahulu

diberi

beberapa

penjelasan yang berkaitan dengan pengisian angket.
5. Pengumpulan data
Pelaksanaan penyebaran angket untuk mengumpulkan data dilakukan
dengan tiga tahap yaitu:
a. Tahap persiapan meliputi mempersiapkan angket yang sudah
26

disusun dan difotokopi sesuai dengan jumlah reponden yang akan
diteliti.
b. Tahap pelaksanaan yaitu dengan menyebarkan angket kepada
reponden.
c. Pengambilan angket.
Berikut ini adalah angket yang akan peneliti sebarkan.

27

ANGKET PENELITIAN
MINAT REMAJA KELAS XII IPA SMA UNGGUL SAKTI TAHUN AJARAN
2016/2017 DALAM MEMBACA BUKU FIKSI
Cara pengisian data:
1. Pilih pernyataan dengan memberi tanda () pada kolom tabel ya/tidak!
2. Jawablah dengan sejujur-jujurnya!
Pernyataan

Ya

1. Buku fiksi adalah suatu kebutuhan.
2. Merasa seperti memerankan tokoh dalam buku fiksi ketika membacanya.
3. Sering mengkhayal setelah sering membaca buku fiksi.
4. Membaca buku fiksi dapat mempengaruhi mood.
5. Suka membaca buku fiksi ketika pembelajaran berlangsung.
6. Tetap melanjutkan bacaan ketika ada tugas lain.
7. Dengan seringnya membaca buku fiksi dapat mempengaruhi keputusan yang diambil.
8. Mementingkan buku fiksi daripada belajar.
9. Menabung demi mengoleksi buku fiksi yang disukai.
10. Lebih berminat membaca buku fiksi dalam negeri ketimbang luar negeri.
11. Suka menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
12. Suka untuk mengungkapkan apa yang dirasakan dengan menulis.
13. Suka untuk mengungkapkan apa yang dirasakan dengan berbicara kepada orang lain.
14. Buku fiksi mempengaruhi cara berpikir.
15. Semenjak membaca buku fiksi lebih cenderung berpikir ke depan.
16. Guru menemukan siswa sedang membaca buku fiksi saat belajar.
17. Pernah terlarut dalam kesedihan ketika membaca buku fiksi.
18. Selalu menggunakan waktu luang untuk membaca buku fiksi.
19. Dengan membaca buku fiksi mendapatkan motivasi bagi diri.
20. Buku fiksi adalah sumber motivasi utama.

28

Tidak

Pertanyaan tambahan:
2. Bagaimana minat Anda dalam membaca buku fiksi? Tuliskanlah alasan Anda!
 Sangat suka
 Suka
 Cukup suka
 Kurang suka
 Sangat tidak suka
Alasan Anda:
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
3. Menurut Anda, apakah membaca buku fiksi berpengaruh terhadap kehidupan
Anda?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................

29

3.5 Cara Menganalisis Data
Peneliti menggunakan metode angket tertutup. Angket yang dibuat
merupakan pertanyaan yang berhubungan dengan judul penelitian. Di dalam
angket terdapat dua puluh pertanyaan olah piki