PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA BAGI SISWA SEKOLAH DASAR.

(1)

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri 1 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh Mitha Yulitasari

1003491

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2014


(2)

BERBICARA BAGI SISWA SEKOLAH DASAR

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri 1 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)

Oleh Mitha Yulitasari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Mitha Yulitasari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

UCAPAN TERIMAKASIH ...iii

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL ...v

DAFTAR GAMBAR ...vi

DAFTAR LAMPIRAN ...vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Hipotesis Tindakan ... 6

F. Penjelasan Istilah ... 7

BAB II MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA BAGI SISWA SEKOLAH DASAR ... 8

A. Hakikat Menyimak ... 8

1. Pengertian Menyimak ... 8

2. Tahap-tahap Menyimak ... 9

3. Tujuan Menyimak ... 10

4. Proses Menyimak ... 10

5. Keterampilan Menyimak Siswa Sekolah Dasar ... 11

B. Hakikat Berbicara ... 12

1. Pengertian Berbicara ... 12

2. Jenis-jenis Berbicara ... 13

3. Tujuan Pembelajaran Berbicara ... 14

4. Keterampilan Berbicara Siswa Sekolah Dasar ... 15

5. Pembelajaran Berbicara di Sekolah Dasar ... 16

6. Metode Penyampaian dan Penilaian Berbicara ... 17

C. Hubungan Keterampilan Menyimak dan Keterampilan Berbicara ... 20


(5)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Pengertian Menjelaskan Persoalan ... 21

2. Pengertian Mengomentari Persoalan Faktual ... 21

3. Tata Cara Berkomentar ... 21

E. Hakikat Model Pembelajaran Time Token ... 22

1. Pengertian Model Pembelajaran Time Token ... 22

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Time Token ... 22

3. Kelebihan Model Pembelajaran Time Token ... 23

F. Penelitian yang Relevan ... 23

G. Kerangka Berpikir ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Metode Penelitian ... 26

B. Model Penelitian ... 29

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

D. Subjek Penelitian ... 32

E. Prosedur Penelitian ... 32

F. Instrumen Penelitian ... 37

G. Analisis dan Interpretasi Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Deskripsi Data Awal Penelitian ... 44

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus I ... 45

a. Perencanaan Pembelajaran Siklus I ... 45

b. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus I ... 47

c. Observasi Siklus I ... 49

1) Perencanaan Pembelajaran ... 50

2) Pelaksanaan Pembelajaran ... 51

3) Hasil Pembelajaran ... 51

d. Refleksi Siklus I ... 58

1) Perencanaan Pembelajaran ... 58

2) Proses Pembelajaran ... 59

3) Hasil Pembelajaran ... 59

2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus II ... 60

a. Perencanaan Pembelajaran Siklus II... 60

b. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus II ... 61

c. Observasi Siklus II ... 62

1) Perencanaan Pembelajaran ... 62

2) Pelaksanaan Pembelajaran ... 63

3) Hasil Pembelajaran ... 64

d. Refleksi Siklus II ... 71

1) Perencanaan Pembelajaran ... 71


(6)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Hasil Pembelajaran ... 72

3. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus III ... 73

a. Perencanaan Pembelajaran Siklus III ... 73

b. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus III... 74

c. Observasi Siklus III ... 75

1) Perencanaan Pembelajaran ... 75

2) Pelaksanaan Pembelajaran ... 76

3) Hasil Pembelajaran ... 77

d. Refleksi Siklus III ... 83

B. Rekap Hasil Keterlaksanaan Pembelajaran Setiap Siklus... 84

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 87

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 94

A. Simpulan ... 94

B. Rekomendasi ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 98 LAMPIRAN


(7)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA

BAGI SISWA SEKOLAH DASAR

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri 1 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)

Oleh Mitha Yulitasari

1003491

Abstract: The Application Of Time Token Model Of Teaching To Improve Listening And Speaking Skills For Elementary School Students (Classroom Action Research in Fifth Grade of Cibogo 1 Elementary School, Lembang-Bandung Barat) This research is based on some of the problems from student in

listening and speaking activities especially in the subject of comment on the factual issues. It is based on the result from first observation indicate that the students have less motivation in listening and speaking activities, students have difficulty in expressing opinions and cannot comment on a factual issue properly. To answer that, conducted the action research to improve listening and speaking skills by applying time token model of learning that has the characteristic using coupons to talk to train listening and speaking skills from students with the time specified by the teacher 90 second/coupons. Goals to be achieved in this research are: (1) disclose time token lesson planning in the subject of comment on the factual issues, (2) revealed the implementation of the time token model of learning in the subject of comment on the factual issues, and (3) reveal an increase in listening and speaking skills of students after applying the time token model of learning in the subject of comment on the factual issues. This research is a class action research, adapted from Kemmis and Mc. Taggart models. Therefore, this research was conducted with several stages. Each stage consists of the planning, execution, observation, and reflection. This research was conducted in three cycles. The result obtained are, the percentage of students listening skills improved from the first cycle were only obtained 53,33% of students in the skilled category. In the second cycle increased to 75% and in the third cycle again increased to 84,62%. The percentage of students speaking skills increase from the first cycle to obtain 60% of students in the skilled category, increases in the second cycle to be 81,25% and 92,31% in the third cycle. Conclusions from this research that students skills in listening and speaking increased after learning by applying the time token model of learning. Based in these findings, it is suggested to teachers especially Indonesian language teachers to implement time token model of learning to increase interest as well as listening and speaking skills of students.


(8)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Abstrak: Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri 1 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat). Penelitian ini dilatarbelakangi karena

beberapa permasalahan siswa dalam kegiatan menyimak dan berbicara siswa khususnya dalam pokok bahasan mengomentari persoalan faktual. Hal ini didasarkan pada hasil observasi awal yang menunjukkan bahwa siswa kurang termotivasi dalam kegiatan menyimak dan berbicara, siswa memiliki kesulitan dalam mengungkapkan pendapat serta belum dapat mengomentari sebuah persoalan faktual dengan baik. Untuk menjawab hal tersebut, dilakukan penelitian tindakan untuk meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara dengan menerapkan model pembelajaran time token yang memiliki cirikhas menggunakan kupon bicara untuk melatih keterampilan menyimak dan berbicara siswa dengan waktu yang ditentukan oleh guru yaitu 90detik/kupon. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) mengungkapkan perencanaan pembelajaran time token pada materi mengomentari persoalan faktual, (2) mengungkapkan pelaksanaan penerapan model pembelajaran time token pada materi mengomentari persoalan faktual, dan (3) mengungkapkan peningkatan keterampilan menyimak dan berbicara siswa setelah menerapkan model pembelajaran time token pada materi mengomentari persoalan faktual. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang diadaptasi dari model Kemmis dan Mc. Taggart. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan. Setiap tahapan terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu, persentase keterampilan menyimak siswa meningkat dari siklus I yang hanya memperoleh 53,33% siswa dalam kategori terampil. Pada siklus II meningkat menjadi 75% dan pada siklus III kembali mengalami peningkatan menjadi 84,62%. Persentase keterampilan berbicara siswa meningkat dari siklus I yang memperoleh 60% siswa dalam kategori terampil, meningkat pada siklus II menjadi 81,25% dan menjadi 92,31% pada siklus III. Simpulan dari penelitian ini yaitu keterampilan siswa dalam menyimak dan berbicara siswa meningkat setelah dilakukan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran time token. Berdasarkan temuan tersebut, disarankan kepada para guru khususnya guru Bahasa Indonesia untuk menerapkan model pembelajaran time token untuk meningkatkan minat serta keterampilan menyimak dan berbicara siswa.

Kata kunci: model pembelajaran Time Token, keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, mengomentari persoalan faktual.


(9)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis tindakan serta penjelasan istilah dari penelitian yang diteliti.

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Bahasa dijadikan sebagai alat komunikasi untuk melakukan sosialisasi satu sama lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyampaikan ide/gagasan, informasi ataupun perasaannya kepada orang lain. Tidak hanya itu, dengan menggunakan bahasa, ilmu dan teknologi dapat dikembangkan sehingga dapat mengembangkan nilai-nilai moral dan kehidupan.

Sejak lahir, manusia sudah menggunakan bahasa. Bahasa diperoleh seorang anak secara alami dari ibunya atau bisa disebut dengan “bahasa ibu”. Banyak hal diperolehnya dari pengalaman langsung di dalam lingkungannya berupa interaksi dengan keluarga, teman sebayanya maupun lingkungan lain yang lebih luas dalam konteks yang alami dan tidak dibuat-buat.

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik. Bahasa merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari bidang studi. Dengan pembelajaran bahasa, diharapkan dapat membantu peserta didik untuk mengenal dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Selain itu juga, bahasa digunakan untuk mengungkapkan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. (Depdiknas, 2009, hlm. 100)

Dalam pelajaran Bahasa Indonesia ada empat aspek keterampilan berbahasa yang harus dikuasai peserta didik, yaitu: keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap aspek keterampilan itu sangat erat sekali


(10)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hubungannya satu sama lain. Biasanya dalam memperoleh keterampilan berbahasa itu kita menjalani setiap aspek secara berurutan, mulai dari bayi kita menyimak, kemudian berbicara, lalu membaca dan menulis.

Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan memerlukan keberadaan orang lain untuk kelangsungan hidupnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat terlepas dari yang namanya berbicara. Orang yang tunawicara sekalipun dapat berbicara meskipun dengan menggunakan kode atau isyarat yang mereka gunakan agar lawan bicaranya memahami apa yang mereka maksud.

Sebagai makhluk sosial, manusia juga harus melakukan interaksi dengan sesamanya, dan peranan penting dalam suatu interaksi sosial itu adalah dengan adanya komunikasi yakni salah satu sebagai pembicara dan yang lainnya adalah penyimak. Aktivitas berbicara tidak mungkin berlangsung tanpa situasi dan lingkungan tertentu baik formal atau sebaliknya. Berbicara dalam lingkungan informal dapat dilakukan dalam kegiatan sehari-hari. Sedangkan dalam lingkungan formal, berbicara haruslah menggunakan bahasa yang santun, baik dan benar sesuai dengan lingkungan dimana kita berada.

Sejalan dengan pentingnya berbicara, aspek menyimakpun sama pentingnya dengan kegiatan berbicara. Seseorang akan dapat berbicara ketika dirinya telah menyimak suatu hal. Proses menyimak dan berbicara memang saling berkesinambungan. Menyimak dan berbicara kita pelajari sejak kecil sebelum

memasuki sekolah. Brooks, (dalam Tarigan, 2013, hlm. 3) “Menyimak dan

berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah secara langsung, merupakan komunikasi tatap muka atau face to face communication”.

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sendiri, kegiatan berbicara seperti bertanya, mengemukakan pendapat/komentar sangatlah penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Selain untuk menjadi ciri-ciri keaktifan dan tolak ukur pemahaman siswa, bertanya ataupun mengemukakan pendapat/komentar juga menjadi sebuah penunjang keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran.


(11)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Namun, menurut hasil pengamatan peneliti selama Program Latihan Profesi (PLP) di SD Negeri 1 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, keterampilan berbicara dan menyimak siswa sangatlah rendah, terutama dalam pokok bahasan mengomentari persoalan faktual sehingga tujuan pembelajaran sering kali tidak tercapai. Kegiatan menyimak dan berbicara siswa di Kelas V SD Negeri 1 Cibogo ini kurang baik secara menyeluruh. Hanya minoritas siswa yang dapat mengemukakan komentar/pendapat sedangkan yang lainya kurang dan tidak bisa sama sekali.

Sebagai contoh, ketika siswa diberi tugas mengomentari persoalan faktual yang diberikan guru, kebanyakan dari siswa hanya diam dan hanya menyebutkan isi dari persoalan faktual tersebut seperti tempat kejadian dan kronologisnya. Siswa tidak bisa membedakan bagaimana mengemukakan pendapat atau komentar dengan mengidentifikasi pokok persoalan faktual.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan, khususnya di kelas V SD Negeri 1 Cibogo menunjukkan hasil belajar yang rendah. Dari 16 siswa hanya ±5 siswa (33%) yang mampu menyimak dengan baik, dan ±11 siswa (68%) belum mampu menyimak dengan baik atau masih berada di bawah ketentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), atau memperoleh nilai di bawah 65. Adapun dalam kegiatan berbicara, hanya ±3 siswa (25%) yang mampu menunjukkan keterampilan berbicara dalam diskusi kelas maupun kelompok, terutama dalam memberikan komentar, sedangkan ±13 siswa (75%) belum mampu menunjukkan keterampilan berbicara yang memadai. Fakta tersebut menjadi bukti penguat yang menunjukan bahwa anak belum mencapai tujuan pembelajaran yang dilaksanakan.

Kekurangan siswa ini mungkin terjadi karena beberapa penghambat belajar misalnya kurang baiknya siswa dalam menyimak pembelajaran sehingga berdampak pula pada kegiatan berbicaranya. Ataupun kurang menariknya media pemebelajaran sehingga motivasi siswa dalam belajar menjadi rendah.

Dari latar belakang masalah di atas juga terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, diantaranya sebagai berikut.


(12)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Masih banyak siswa yang kesulitan dalam mengomentari atau berpendapat tentang persoalan faktual yang diberikan oleh guru.

2. Nilai rata-rata siswa berada dibawah KKM yaitu di bawah 65.

3. Siswa kurang dapat mengembangkan kata-kata dan menyusun kalimat saat memberikan komentar.

4. Siswa belum terbiasa berbicara baik di depan kelas maupun dalam kelompok. 5. Pembelajaran yang monoton sehingga siswa kurang termotivasi untuk

menyimak persoalan faktual yang diberikan guru.

Oleh karena itu, sudah menjadi tugas guru untuk meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara siswa dalam pokok bahasan mengomentari persoalan faktual. Diperlukan pula suasana belajar yang lebih menyenangkan agar siswa dapat terangsang keaktifan dan motivasi belajarnya. Strategi pembelajaran harus dibuat semenarik mungkin, maka dari permasalahan inipun peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran Time Token untuk meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara dalam pokok bahasan mengomentari persoalan faktual di Kelas V SD Negeri 1 Cibogo.

Pada model pembelajaran Time Token, siswa diajak untuk memecahkan permasalahan yang ditemui sepanjang kegiatan pembelajaran berlangsung. Siswa juga dilibatkan untuk aktif sehingga keterampilan sosial siswa dapat berkembang sehingga secara keseluruhan siswa tidak ada yang mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali.

Dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti akan mengkaji dalam suatu penelitian tindakan kelas dengan judul yaitu, Penerapan Model Pembelajaran Time Token untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak dan

Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar” B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, secara umum permasalahan yang akan diteliti adalah, “Bagaimanakah meningkatkan keterampilan kegiatan menyimak dan berbicara siswa khususnya


(13)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada pokok bahasan mengomentari persoalan faktual melalui penerapan model pembelajaran Time Token di kelas V SD Negeri 1 Cibogo?”

Untuk menjawab masalah itu, disusun beberapa pertanyaan penelitian yang mengarahkan pada jawaban terhadap permasalahan utama penelitian itu. 1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan

menerapkan model pembelajaran Time Token untuk meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara dalam pokok bahasan mengomentari persoalan faktual di kelas V SD Negeri 1 Cibogo?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan penerapan model pembelajaran Time Token untuk meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara dalam pokok bahasan mengomentari persoalan faktual di kelas V SD Negeri 1 Cibogo?

3. Bagaimanakah peningkatan keterampilan menyimak dan berbicara siswa kelas V SD Negeri 1 Cibogo khususnya dalam pokok bahasan mengomentari persoalan faktual setelah dilakukan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Time Token?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara siswa kelas V SD Negeri 1 Cibogo. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai hal-hal berikut.

1. Mengetahui perencanaan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan model pembelajaran Time Token untuk meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara dalam pokok bahasan mengomentari persoalan faktual di kelas V SD Negeri 1 Cibogo.

2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan penerapan model pembelajaran Time Token untuk meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara dalam pokok bahasan mengomentari persoalan faktual di kelas V SD Negeri 1 Cibogo.


(14)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Mengetahui peningkatan keterampilan menyimak dan berbicara siswa kelas V SD Negeri 1 Cibogo khususnya pokok bahasan mengomentari persoalan faktual setelah dilakukan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Time Token.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak antara lain sebagai berikut.

1. Bagi Siswa

Diharapkan dengan penggunaan model pembelajaran Time Token dalam meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara ini siswa dapat lebih termotivasi untuk mengembangkan kata-kata atau ide dalam mengomentari persoalan faktual, selain itu juga siswa menjadi berani dan terbiasa untuk berbicara di depan orang banyak baik dalam situasi formal ataupun informal.

2. Bagi Guru

a. Memberikan informasi mengenai model pembelajaran yang sesuai dengan materi Bahasa Indonesia khususnya pada pokok bahasan mengomentari persoalan faktual.

b. Memberikan sumbangan pikiran sebagai pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai kajian mahasiswa atau guru dalam meningkatkan hasil belajar melalui metode pembelajaran Time Token.

c. Mendorong guru agar dapat menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan, sehingga siswa memiliki rasa ketertarikan belajar yang tinggi dan siswa dapat menemukan makna dalam proses pembelajaran.


(15)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul

“Penerapan Model Pembelajaran Time Token untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak dan Berbicara bagi Siswa Sekolah Dasar” yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut.

"Jika proses belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam materi mengomentari persoalan faktual menggunakan model pembelajaran Time Token dimungkinkan dapat menumbuhkan ide serta imajinasi siswa dalam mengomentari persoalan faktual lebih baik serta lebih menarik dibandingkan dengan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru sebelumnya".

F. Penjelasan Istilah

Istilah utama penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Time Token untuk meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara di kelas V SD. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami masalah penelitian, maka istilah-istilah dalam judul penelitian ini dijelaskan masing-masing batasannya secara operasional dalam uraian berikut.

1. Model pembelajaran Time Token

Model Pembelajaran Time Token adalah model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa karena dalam model pembelajaran ini guru merangsang keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan kupon berbicara, dalam kupon berbicara tersebut terdapat waktu bicara ±30 detik perkupon dan mengharuskan setiap siswa yang memiliki kupon dapat berbicara mengomentari persoalan faktual yang tertera pada kupon sesuai dengan waktu yang ditentukan dalam kupon itu juga. Dengan menggunakan model pembelajaran ini, siswa secara menyeluruh akan seimbang dan tidak ada yang mendominasi berbicara ataupun diam sama sekali.


(16)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterampilan menyimak adalah suatu keterampilan yang didalamnya terdapat kegiatan lebih dari sekedar mendengarkan yaitu lebih memahami apa yang diujarkan seseorang.

3. Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara adalah suatu kegiatan mengungkapkan gagasan atau ide secara lisan setelah melihat atau menyimak suatu hal/persoalan.


(17)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai metode penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas. Akan dibahas pula model penelitian, lokasi, subjek, prosedur dan instrumen penelitian yang digunakan peneliti serta analisis dan interperensi data penelitian.

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan sebagai kajian, refleksi diri, dan tindakan terhadap proses pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara siswa kelas V SD Negeri 1 Cibogo. Oleh karena itu, pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Elliot (dalam Muslihuddin, 2010, hlm. 6) “PTK ialah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di

dalamnya”.

Menurut Kemmis & Taggart (dalam Muslihuddin, 2010, hlm. 6) menyatakan bahwa

Penelitian Tindakan kelas adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut.

Menurut Wardhani & Wihardit (2008, hlm. 1.4), “Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dalam kelasnya sendirimelalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat”.


(18)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun yang dikemukakan oleh Mills (dalam Wardhani & Wihardit, 2008, hlm. 1.4) mendefinisikan bahwa Penelitian tindakan sebagai “systematic

inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah atau konselor sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru didalam suatu kegiatan belajar mengajar yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Adapun karakteristik PTK menurut Wardhani & Wihardit (2008. hlm. 1.5) yang dapat membedakannya dengan jenis penelitian lain adalah sebagai berikut.

a. Adanya masalah dalam PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan.

b. Self-reflective inquiry, atau penelitian melalui refleksi diri, merupakan ciri PTK yang paling esensial. Berbeda dengan penelitian biasa yang mengumpulkan data dari lapangan atau objek atau tempat lain sebagai responden, maka PTK mempersyaratkan guru mengumpulkan data dari praktiknya sendiri melalui refleksi diri.

c. PTK dilakukan di dalam kelas sehingga fokus penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran berupa perilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi. d. PTK dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran.

3. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas berbeda dengan penelitian lainnya, adapun prinsip penelitian tindakan kelas menurut Muslihuddin (2011, hlm. 19), diantaranya adlah sebagai berikut.


(19)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Pada dasarnya, PTK itu merupakan prosedur penelitian di tempat kejadian yang dirancang untuk menanggulangi masalah nyata di tempat bersangkutan. b. Metode PTK diterapkan secara kontekstual, dalam artian bahwa

variabel-variabel atau faktor-faktor yang ditelaah selalu terkait dengan keadaan dan suasanadi tempat penelitian

c. PTK di sekolah terarah kepada perbaikan atau peningkatan mutu kerja guru. d. PTK bersifat luwes dan dapat disesuaikan dengan keadaan.

e. PTK banyak mengandalkan data yang diperoleh langsung dari pengadaptasian dari perilaku serta refleksi perilaku peneliti.

f. PTK disatu pihak menyerupai “penelitian eksperimental”, dalam arti adanya percobaan tindakan yang segera dilakukan dan ditelaah kembali efektivitasnya.

4. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki manfaat yang cukup besar untuk guru, pembelajaran maupun sekolah. Adapun manfaat PTK menurut Wardhani & Wihardit (2008. hlm. 1.19-1.27) diantaranya sebagai berikut.

a. Manfaat PTK bagi Guru

1) PTK dapat dimanfaatkan oleh guru untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya karena memang sasaran akhir PTK adalah perbaikan pembelajaran.

2) Dengan melakukan PTK guru dapat berkembang secara profesional karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.

3) PTK membuat guru lebih percaya diri.

4) Melalui PTK guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.


(20)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selain bermanfaat untuk memperbaiki praktik pembelajaran, menurut Wardhani & Wihardit (2008. hlm. 1.25) manfaat PTK bagi pembelajaran siswa adalah untuk meningkatkan hasil belajar, selain itu PTK yang dilaksanakan guru juga dapat menjadi model bagi siswa.

c. Manfaat PTK bagi Sekolah

Selain bermanfaat bagi guru dan pembelajaran siswa, PTK juga bermanfaat untuk sekolah. Sebagaimana yang diargumentasikan oleh Hargareaves (dalam Wardhani & Wihardit. 2008. hlm. 1.26)

1) Sekolah yang berhasil mendorong terjadinya inovasi pada diri guru telah berhasil pula meningkatkan kualitas pendidikan untuk para siswa.

2) Mempunyai kesempatan yang besar untuk berkemban pesat

3) Menumbuhkan iklim kerjasama yang kondusif untuk memajukan sekolah.

B. Model Penelitian

Di dalam penelitian tindakan kelas ada beberapa model yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam merancang dan melaksanakan penelitian tindakan. Pemilihan model yang digunakan dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.

Desain penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah model siklus yang dilakukan secara berkelanjutan atau model siklus berbentuk spiral (siklus spiral) yang mengacu pada model Kemmis dan Mc. Taggart (dalam Muslihuddin, 2011, hlm. 69) dikatakan bahwa:

Penelitian tindakan juga digambarkan berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian itu dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan ini adalah suatu putaran yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.


(21)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Langkah-langkah penelitian yang ditempuh pada setiap siklus menurut model Kemmis dan Mc. Taggart adalah sebagai berikut.

a. Perencanaan

Dalam pelaksanaan tindakan kelas yang dilakukan pertama kali yaitu membuat perencanaan tindakan. Rencana tindakan dilaksanakan untuk menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan pada saat penelitian berlangsung dalam pemberian tindakan. Perencanaan dalam hal ini hampir sama dengan perencanaan operasional dalam pembelajaran yang dikenal dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selain itu mempersiapkan media, bahan dan alat, instrumen observasi, evaluasi, dan refleksi.

b. Pelaksanaan/ tindakan

Dalam tahap ini, rencana yang telah disusun diujicobakan sesuai dengan langkah yang telah dibuat sebelumnya, yaitu langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Time Token strategi dalam pembelajarannya terhadap siswa dalam pembelajaran di dalam kelas.

c. Observasi

Kegiatan observasi atau pengamatan adalah untuk melihat sejauh mana efek tindakan yang diberikan telah mencapai sasaran. Observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi (instrumen-instrumen penelitian) yang telah disiapkan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk melihat hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilaksanakan. Hasil observasi merupakan bahan pertimbangan untuk melakukan refleksi dan revisi terhadap rencana dan tindakan yang telah dilakukan untuk menyusun rencana dan tindakan yang telah dilakukan untuk menyusun rencana dan tindakan selanjutnya, yang diharapkan lebih baik dari tindakan yang dilaksanakan sebelumnya.

d. Refleksi

Refleksi adalah bagian yang sangat penting untuk peneliti merenungkan kembali apa yang telah dikerjakan. Apakah pembelajaran berhasil baik sehingga materi bisa dilanjutkan atau perlu diadakan perbaikan.


(22)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Refleksi dilakukan antara peneliti/guru dengan memperhatikan saran dan pendapat dari observer, karena observer bertugas sebagai pengamat atau pengawas selama kegiatan barlangsung. Kegiatan refleksi ini merupakan penyusunan rencana tindakan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian berikutnya.

Salah satu aspek yang penting dari kegiatan refleksi adalah evaluasi terhadap keberhasilan dan pecapaian tujuan penelitian. Berdasarkan hasil refleksi tersebut peneliti mencoba mengatasi kelemahan dan kekurangan yan terjadi akibat dri tindakan yang telah dilakukan. Kemudian dirancanglah strategi yang tepat untuk pada akhirnya disusun rencana tindakan/siklus berikutnya.

Oleh sebab itu, peneliti harus mendiskusikan hasil tindakan untuk mengetahui kekurangan apa yang terjadi pada pelaksanaan tindakan untuk perumusan rencana pembelajaran selanjutnya.

Adapun langkah-langkah penelitian tersebut, dapat digambarkan pada gambar di bawah ini.

Perencanaan

Observasi Pelaksanaan

Siklus I

Perencanaan

Observasi Pelaksanaan

Siklus II

Perencanaan

Pelaksanaan Observasi

Siklus III


(23)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1 Adaptasi Siklus Spiral Kemmis dan Mc. Taggart 1982 (Muslihuddin, 2011, hlm 69)

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini berlokasi di SD Negeri 1 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam 3 siklus yang dimulai pada bulan Maret 2014 sampai dengan Juni 2014. Siklus I dilaksanakan pada awal bulan Mei tepatnya pada hari Selasa, 6 Mei 2014. Siklus II pada hari Selasa, 13 Mei 2014. Dan siklus III pada hari Sabtu, 17 Mei 2014.

D. Subjek Penelitian

Subjek penilaian yang digunakan peneliti adalah siswa Kelas V SD Negeri 1 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat yang berjumlah 16 orang siswa dengan jumlah siswa perempuan sebanyak 6 orang dan laki-laki 10 orang.

Pada siklus I jumlah siswa yang hadir adalah 15 orang, pada siklus ke II jumlah siswa keseluruhan hadir semua yaitu 16 orang, dan pada siklus III jumlah


(24)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa yang hadir sebanyak 13 siswa. Siswa yang tidak hadir dalam pertemuan berhalangan hadir karena sakit dan ijin keperluan keluarga.

E. Prosedur Penelitian

Terdapat tiga siklus di dalam prosedur penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan. Hasil dari siklus pertama akan direfleksikan untuk perbaikan pelaksanaan pada siklus kedua dan begitupun pada siklus selanjutnya. Pada setiap siklus terdapat 4 tahapan yaitu, perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Prosedur penelitian ini akan diperinci sebagai berikut.

1. Siklus I

a. Perencanaan Penelitian

Pada tahap ini merupakan kegiatan pendahuluan yang tujuannya untuk mengidentifikasikan masalah dan menemukan fakta yang terjadi di kelas.

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut. 1) Meminta izin penelitian di lokasi penelitian yaitu SD Negeri 1 Cibogo. 2) Membuat lembar observasi, instrumen penelitian dan pedoman wawancara

untuk melihat bagaimana kondisi pembelajaran di kelas.

3) Mengidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang terjadi di kelas V SD Negeri 1 Cibogo.

4) Menentukan lokasi atau lingkungan sekitar yang akan dijadikan sumber belajar atau media dalam pengajaran.

5) Membuat skenario pembelajaran (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran/RPP) untuk beberapa siklus.

6) Menyiapkan dan menyusun teknik serta alat-alat yang diperlukan seperti handycam dan camera digital.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Memberikan lembar observasi kepada observer untuk diisi.

2) Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Time Token.


(25)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Melakukan tes siklus I untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar siswa tentang keterampilan menyimak dan berbicara dalam pokok bahasan mengomentari persoalaan faktual di kelas V.

4) Mencatat dan merekam semua aktivitas belajar yang terjadi oleh pengamat pada lembar observasi sebagai sumber data yang akan digunakan pada tahap refleksi.

5) Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi hasil pengamatan pada lembar observasi.

c. Observasi

Observasi dilaksanakan oleh observer dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan sehingga dapat mengetahui aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Time Token berlangsung.

Adapun hal-hal yang diamati adalah sebagai berikut:

 Guru

 Apersepsi

 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.

 Guru menjelaskan materi tentang mengomentari persoalan faktual.

 Guru memberi tugas

 Guru memotivasi siswa.

 Guru membimbing selama proses kegiatan belajar dan kegiatan yang dilakukan siswa.

 Siswa

 Siswa mendengarkan penjelasan guru.

 Siswa menyimak contoh persoalan faktual yang diberikan guru.

 Siswa mengomentari persoalan faktual.

 Siswa mengerjakan lembar-lembar soal. d. Refleksi


(26)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah pelaksanaan tindakan, langkah selanjutnya adalah melakukan refleksi. Refleksi akan dilaksanakan dengan mengevaluasi kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran sehingga dapat diperbaiki pada siklus berikutnya yaitu siklus II. Dalam tahap ini, peneliti akan melakukan analisis terhadap hasil tes dan nontes siklus I. Jika hasil tes belum mencapai target yang ditentukan maka akan dilakukan siklus II serta dicarikan pemecahan dari masalah yang timbul pada siklus I, sedangkan kelebihannya tetap dipertahankan dan ditingkatkan pada siklus II dan siklus selanjutnya

2. Siklus II

a. Perencanaan Penelitian

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut. 1) Mengevaluasi pembelajaran

2) Mengidentifikasi permasalahan dalam siklus I.

3) Membuat skenario pembelajaran (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran/RPP) untuk siklus II

4) Menyiapkan dan menyusun teknik serta alat-alat yang diperlukan seperti kupon bicara, video persoalan faktual, handycam, dan camera digital.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi hasil pengamatan pada lembar observasi. Merancang rencana tindakan yang dilakukan dengan menekankan kepada hal yang harus diperbaiki berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.

2) Melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran mengomentari persoalan faktual dengan menerapkan model time token.

3) Melakukan observasi serta pengolahan data. Observasi dilakukan oleh observer dan pelaksanaannya bersama dengan pelaksanaan tindakan.


(27)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Hasil observasi data dianalisis, sehingga dapat diketahui secara optimal penerapan model time token yang dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mengungkapkan ide/gagasannya serta keterampilan menyimak dan berbicara pada pokok bahasan mengomentari persoalan faktual.

c. Observasi

Observasi dilaksanakan oleh observer dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan sehingga dapat mengetahui aktivitas guru dan siswa serta meningkat atau tidaknya hasil pembelajaran dari siklus I dalam kegiatan mengomentari persoalan faktual dengan penerapan model pembelajaran Time Token.

d. Refleksi

Refleksi akan dilaksanakan dengan mengevaluasi kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran sehingga dapat diperbaiki pada siklus berikutnya yaitu siklus III. Dalam tahap ini, peneliti akan melakukan analisis terhadap hasil tes dan nontes siklus II. Jika hasil tes belum mencapai target yang ditentukan maka akan dilakukan siklus III serta dicarikan pemecahan dari masalah yang timbul pada siklus I dan II, sedangkan kelebihannya tetap dipertahankan dan ditingkatkan pada siklus III.

3. Siklus III

a. Perencanaan Penelitian

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut. 1) Mengevaluasi pembelajaran

2) Mengidentifikasi permasalahan dalam siklus II.

3) Membuat skenario pembelajaran (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran/RPP) untuk siklus III

4) Menyiapkan dan menyusun teknik serta alat-alat yang diperlukan seperti kupon bicara, video persoalan faktual, handycam, dan camera digital.


(28)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi hasil pengamatan pada lembar observasi. Merancang rencana tindakan yang dilakukan dengan menekankan kepada hal yang harus diperbaiki berdasarkan hasil refleksi pada siklus II.

2) Melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran mengomentari persoalan faktual dengan menerapkan model time token.

3) Melakukan observasi serta pengolahan data. Observasi dilakukan oleh observer dan pelaksanaannya bersama dengan pelaksanaan tindakan.

4) Hasil observasi data dianalisis, sehingga dapat diketahui secara optimal penerapan model time token yang dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mengungkapkan ide/gagasannya serta keterampilan menyimak dan berbicara pada pokok bahasan mengomentari persoalan faktual.

c. Observasi

Observasi dilaksanakan oleh observer dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan sehingga dapat mengetahui aktivitas guru dan siswa serta meningkat atau tidaknya hasil pembelajaran dari siklus II dalam kegiatan mengomentari persoalan faktual dengan penerapan model pembelajaran Time Token.

d. Refleksi

Refleksi akan dilaksanakan dengan mengevaluasi kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran. Siklus dapat dihentikan jika hasil belajar yang diinginkan telah tercapai.

F. Instrumen Penelitian

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan hal pokok yang menjadi acuan dalam pelaksanaan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan


(29)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran. Oleh karena itu, perencanaan pembelajaran sangat penting untuk dirumuskan dengan tepat. Instrumen penilaian untuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dapat dilihat pada tabel yang terlampir.

2. Instrumen tes

Menurut Arikunto (2008. hlm. 53), tes merupakan “Alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”.

Teknik pengumpulan data dengan tes bermaksud untuk menilai hasil peningkatan keterampilan menyimak dan berbicara siswa, karena peserta didik diberikan materi oleh pendidik, cara untuk mengetahui hasil pemahaman materi peserta dididk setelah proses belajar yang telah dilakukan.

Instrumen tes dalam penelitian ini berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Lembar Kerja Kelompok (LKK). LKS dan tes berbicara yang dibuat berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. LKS individu bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan keterampilan menyimak dan berbicara siswa.

LKS, LKK, dan tes berbicara pun digunakan sebagai alat evaluasi untuk menilai hasil keterampilan menyimak dan berbicara siswa yang dilakukan pada setiap siklus. Oleh karena itu, LKS, LKK dan tes berbicara berguna untuk memperoleh data mengenai peningkatan keterampilan menyimak dan berbicara siswa serta aktivitas siswa dalam kelompok pada saat pembelajaran berlangsung

3. Instrumen Non-Tes

a. Pedoman atau Panduan Observasi

Menurut Sugiyono (2013, hlm. 145) observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner.

Mengacu dari pengertian di atas, maka observasi digunakan untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran mengomentari persoalan faktual.


(30)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1) Aktivitas Guru

Dalam observasi aktivitas guru, observer melihat dan mengamati setiap langkah yang dilakukan guru di dalam pembelajaran serta menganalisis apakah langkah kegiatan sesuai dengan apa yang tercantum dalam RPP atau belum sesuai. Adapun tabel aktifitas guru dapat dilihat pada tabel yang terlampir

2) Respon Siswa

Dalam observasi aktivitas siswa, observer melihat dan mengamati setiap respon yang diperlihatkan siswa di dalam pembelajaran serta menganalisis apakah kegiatan pembelajaran menarik dan memberikan respon positif pada siswa atau tidak. Adapun tabel aktifitas siswa dapat dilihat pada tabel yang terlampir

3) Aktivitas Siswa dalam Kelompok

Tabel 3.1

Aktivitas Siswa dalam Kelompok

No Nama Siswa

Aspek yang dinilai Jumlah

Skor Kategori

Perhatian Keaktifan Kedisiplinan

B C K

Keterangan:

Skor 0 : apabila tidak ditampilkan siswa Skor 1 : apabila ditampilkan siswa B= baik, jika jumlah skor 3 C= cukup, jika jumlah skor 2 K= kurang, jika jumlah skor 1

Rambu-rambu Penilaian


(31)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tidak mengobrol saat ketua kelompok menjelaskan petunjuk pengerjaan LKS, mencatat hal-hal yang dianggap penting, dan mengerjakan latihan dengan baik sesuai petunjuk dan penjelasan dari guru.

b) Keaktifan

Siswa mengajukan pertanyaan, menyatakan pendapat, dan membimbing teman yang lemah

c) Disiplin

Siswa mengisi LKS sesuai petunjuk, tidak mengganggu kelompok lain, dan bekerjasama dengan tertib

b. Pedoman Wawancara

“Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal- hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil” (Sugiyono, 2013, hlm. 137).

Dalam penelitian ini, wawancara terdiri dari dua tahap. Pada tahap awal penelitian, wawancara digunakan untuk memperoleh data awal mengenai hal-hal yang menjadi permasalahan dalam penelitian. Sedangkan dalam tahap selanjutnya, wawancara digunakan untuk melengkapi data observasi.

Wawancara yang dilakukan berisi pertanyaan yang diajukan kepada orang yang dianggap dapat memberikan informasi yang diperlukan. Dalam hal ini, peneliti mewawancarai langsung guru kelas V SD Negeri 1 Cibogo, serta mengadakan wawancara dengan siswa setelah dilakukan pembelajaran. Wawancara dibagi ke dalam dua bagian, yaitu wawancara sebelum siklus dan wawancara setelah siklus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penerapan model time token dapat meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara, sebelum dan sesudah menggunakan model time token

1) Sebelum pelaksaan siklus

Dalam wawancara sebelum pelaksanaan siklus, peneliti memberikan lembar wawancara baik kepada siswa maupun guru yang bertujuan mengetahui


(32)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sejauh mana pembelajaran mengomentari persoalan faktual sebelum diterapkannya model pembelajaran time token. Adapun lembar wawancara guru dan siswa dapat dilihat pada tabel yang terlampir

2) Setelah pelaksanaan siklus

Dalam wawancara setelah pelaksanaan siklus, peneliti memberikan lembar wawancara baik kepada siswa maupun guru yang bertujuan mengetahui sejauh mana pembelajaran mengomentari persoalan faktual setelah diterapkannyamodel pembelajaran time token. Adapun lembar wawancara guru dan siswa dapat dilihat pada tabel yang terlampir

G. Analisis dan Interpretasi Data

Analisis dan interpretasi data sangat penting untuk mengetahui secara detail bagaimana hasil dari penelitian serta perbandingannya.

“Dalam kaitan dengan PTK, sumber pertimbangan tersebut adalah data yang dikumpulkan baik melalui observasi maupun dengan teknik lain. Agar data tersebut bermakna sebagai dasar untuk mengambil keputusan, data tersebut harus dianalisis atau diberi makna.”. (Wardhani & Wihardit, 2008, hlm. 2.30)

Menurut Sugiyono (2013, hlm. 243) ,”Dalam pendekatan kuantitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal”.

Sesuai dengan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif yang digunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan proses interaksi yang terjadi selama pembelajaran yaitu respon siswa terhadap penerapan model time token dalam pembelajaran menyimak dan berbicara pada pokok bahasan mengomentari persoalan faktual. Data untuk dianalisis berasal dari hasil wawancara, observasi, serta catatan lapangan. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat kemajuan siswa dalam pembelajaran.

Adapun pedoman penilaian keterampilan menyimak dan berbicara siswa seperti pada tabel di bawah ini.


(33)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2

Tabel Penilaian Keterampilan Menyimak

No Nama Siswa

Aspek yang dinilai

Skor Kesesuaian

isi

Ketepatan kalimat

Kualitas komentar

B C K B C K B C K

Ket :

B (Baik) : 80

C (Cukup) : 70

K (Kurang) : 60

Skor = Kesesuaian isi + Ketepatan kalimat+ Kualitas komentar 3

Adapun dalam penilaian berbicara, peneliti menggunakan pedoman penilaian berbicara yang dimodifikasi dari pedoman penilaian berbicara Jakovits dan Gordon ( dalam Nurgiyantoro, 2001. hlm. 290) dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3

Tabel Penilaian Keterampilan Berbicara Nama Siswa : ...

No. Absen : ...

No. Aspek yang Dinilai Skala Bobot Skor

1 2 3 4 5

1. Keefektifan Kalimat 4

2. Kualitas gagasan /komentar 4

3. Kelancaran 4

4. Volume Suara 4


(34)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Total

Tabel 3.4

Tabel Kategori Aspek Penilaian Berbicara

1 SK Sangat Kurang

2 K Kurang

3 C Cukup

4 B Baik

5 SB Sangat Baik

Deskripsi Nilai Skala

A. Keefektifan Kalimat

5: Kalimat yang digunakan sudah efektif dan kosakata yang digunakan tepat.

4: Kalimat yang digunakan sudah efektif dan kosakata yang digunakan pada sedikit terdapat ketidak sesuaian.

3: Kalimat yang digunakan cukup efektif

2: Kalimat yang digunakan kurang efektif dan kosakata yang digunakan terdapat cukup banyak kesalahan

1: Kalimat tidak efektif dan banyak kesalahan penggunaan kosakata B. Kualitas gagasan /ide

5: Gagasan atau komentar sesuai dengan persoalan faktual yang ditayangkan

4: Gagasan atau komentar cukup sesuai dengan persoalan faktual yang ditayangkan

3: Gagasan atau komentar kurang jelas dan kurang sesuai dengan persoalan faktual yang ditayangkan

2: Gagasan atau komentar tidak sesuai dengan persoalan faktual yang ditayangkan

1: Tidak mampu memberikan gagasan atau komentar terhadap persoalan faktual yang ditayangkan

C. Kelancaran


(35)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4: Berbicara lancar, jeda kurang tepat.

3: Berbicara agak tersendat, jeda kurang tepat 2: Berbicara sering tersendat, jeda tidak tepat. 1: Berbicara tersendat-sendat, jeda tidak tepat. D. Volume

5: Suara sangat jelas saat memberikan komentar. 4: Suara cukup jelas saat memberikan komentar. 3: Suara krang jelas saat memberikan komentar. 2: Suara tidak jelas saat memberikan komentar. 1: Suara sangat lemah saat memberikan komentar. E. Gaya Penyampaian

5: Sangat sopan

4: Cukup sopan

3: Kurang sopan 2: Tidak sopan 1: Sangat tidak sopan

Tabel 3.5

Tabel Presentase Nilai dan Kategori

No Nilai Kategori

1 ≥ 70 Terampil

2 50 – 69 Cukup Terampil

3 ≤ 50 Kurang Terampil

Rumus perhitungan nilai tes berbicara siswa

Nilai = Jumlah soal yang benar x bobot nilai x 100 Nilai maksimal / ideal

Rumus perhitungan presentase menurut Santoso (2005, hlm. 57) :

Keterangan:


(36)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

f = jumlah siswa memenuhi kategori n = jumlah kleseluruhan siswa 100 = bilangan konstanta


(37)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dalam bab ini akan dibahas mengenai simpulan serta rekomendasi berdasarkan hasil penelitian, analisis, refleksi, dan pembahasan mengenai peningkatan keterampilan menyimak dan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran time token dari penelitian yang dilakukan di SD Negeri Cibogo 1.

A. Simpulan

Secara umum penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keterampilan menyimak dan berbicara siswa kelas V SD Negeri 1 Cibogo khususnya dalam pokok bahasan mengomentari persoalan faktual dapat meningkat dengan menerapkan model pembelajaran time token. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa simpulan yang diperoleh sebagai berikut.

1. Perencanaan pembelajaran mengomentari persoalan faktual dengan menerapkan model pembelajaran time token dilaksanakan selama tiga siklus. Perencanaan pembelajaran diawali dengan membuat RPP serta instrumen penilaian. Sistematika yang tertulis pada RPP sama seperti RPP pada umumnya. RPP dalam penelitian ini meliputi Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator, tujuan, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah pembelajaran, sumber belajar, serta penilaian/evaluasi. RPP dalam penelitian tindakan ini merupakan penerapan model pembelajaran time token yang menekankan aktivitas siswa untuk mengomentari persoalan faktual yang diberikan guru sesuai dengan waktu yang tertera pada kupn bicara. Sehingga langkah-langkah dalam RPP sama seperti langkah-langkah pada model pembelajaran time token. Perencaaan untuk setiap siklus pada umumnya sama, tetapi ada beberapa perbedaan. Perbedaan pada setiap siklus tergantung dari hasil observasi serta refleksi dari siklus sebelumnya. Sehingga perencaan pembelajaran pada siklus selanjutnya dapat lebih laik lagi.


(38)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Secara umum pelaksanaan pembelajaran mengomentari persoalan faktual dengan menggunakan model pembelajaran time token berjalan dengan lancar. Langkah pembelajaran dengan menggunakanmodel pembelajaran time token yaitu (1) guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai, (2) guru menyajikan materi dari video berupa persoalan faktual, (3) siswa menyimak dan mengisi lembar kerja individu berdasarkan apa yang telah disimaknya, (4) guru memberikan kupon bicara yang berisi persoalan faktual yang harus dikomentari siswa sesuai dengan batas waktu yang ada dalam kupon bicara yaitu 90 detik.kupon, (6) setiap siswa mengomentari persoalan faktualnya di dalam diskusi kelompoknya sesuai dengan waktu yang tertera dalam kupon bicara, (7) siswa boleh bicara hanya saat memiliki kupon, (8) guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan pembelajaran. Aktivitas siswa saat pembelajaran terlihat aktif dan dinamis. Pembelajaran yang dilakukan berpusat pada siswa. Suasana pembelajaran di kelas pun meningkat menjadi lebih baik karena siswa mengalami suasana yang kondusif selama proses pembelajaran. Dengan menerapkan model pembelajaran time token siswa yang aktif dan pasif akan dapat diseimbangkan, siswa aktif tidak ada kesempatan untuk mendominasi pembelajaran dan siswa pun lebih mudah memahami materi dan lebih termotivasi untuk mengemukakan pendapatnya di depan kelas.

3. Keterampilan mengomentari persoalan faktual mengalami peningkatan setelah mendapatkan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran time token . Hal ini dapat terlihat dari peningkatan keterampilan menyimak dan berbicara siswa. Rata-rata keterampilan menyimak pada siklus I sebesar 65,67 dan mencapai ketuntasan KKM sebesar 66,67% dengan kategori terampil sebanyak 8 orang siswa atau 53,33%, nilai rata-rata keterampilan menyimak pada siklus II sebesar 74,62dan mencapai KKM sebersar 81,25% dengan kategori terampil menyimak 75% atau sebanyak 12 orang, dan nilai rata-rata keterampilan menyimak pada siklus III sebesar 78,76 dan mencapai 84,62% nilai di atas KKM dengan katerori terampil sebanyak 11 siswa dari


(39)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

13 siswa yang hadir atau 84,62%. Adapun rata-rata nilai keterampilan berbicara yang diukur dari hasil tes mengomentari persoalan faktual yaitu pada siklus I nilai rata-rata keterampilan berbicara sebesar 64,4 dengan kategori siswa yang memeperoleh nilai di atas 70 atau dapat dikatakan terampil serta mencapai KKM atau di atas nilai 65 yaitu 60%, nilai rata-rata keterampilan berbicara pada siklus II sebesar 73,88 dengan kategori siswa yang memeperoleh nilai di atas 70 atau dapat dikatakan terampil serta mencapai KKM atau di atas nilai 65 yaitu 81,25%, dan nilai rata-rata keterampilan berbicara pada siklus III sebesar 84,15 dengan kategori siswa yang memeperoleh nilai di atas 70 atau dapat dikatakan terampil serta mencapai nilai 65 yaitu 92,31%. Aspek yang dinilai dalam kegiatan menyimak yaitu kesesuaian isi dengan persoalan, keefektifan kalimat, dan kualitas komentar. Sedangkan dalam kegiatan berbicara terdapat beberapa aspek yang menjadi penilaian antara lain aspek penggunaan diksi, kualitas komentar, kelancaran berbicara, volume suara, dan gaya penyampaian komentar.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka beberapa saran yang diberikan sebagai berikut:

1. Bagi guru SD, penerapan model pembelajaran time token perlu dijadikan model alternatif dalam upaya meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara terutama dalam pokok bahasan mengomentari persoalan faktual. Dengan menerapkan model pembelajaran time token, guru dapat meningkatkan aktivitas siswa secara optimal, menumbuhkan minat dan motivasi untuk berbicara di depan umum. Tidak hanya itu saja, guru pun dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif, serta psikomotorik. Karena dengan menerapkan model pembelajaran time token siswa yang pasif akan menjadi aktif sehingga tidak akan ada yang mendominasi pembelajaran ataupun diam sama sekali. Model pembelajaran


(40)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

time token juga sangat sesuai untuk pembelajaran berbicara karena dengan model ini tidak hanya menuntut siswa aktif dalam pembelajaran, namun juga berani berbicara di depan kelas.

2. Bagi siswa, dapat menggunakan model pembelajaran time token dengan menggunakan kupon bicara dan menyimak dapat memuat siswa lebih disiplin dan kreatif serta dapat berpikir secara cepat dan optimal dengan penggunaan waktu dalam bicara maupun menyimak. Hal ini dapat menumbuhkan motivasi, keberanian dan kekreatifan siswa dalam mengemukakan komentarnya terhadap suatu persoalan.

3. Bagi peneliti, dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai keterampilan menyimak dan berbicara dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Peneliti pun dapat menggunakan gambaran model pembelajaran time token, mengomentari persoalan faktual sesuai dengan persoalan yang ada pada kupon, persoalan faktual pun di sesuaikan dengan keadaan sekitar siswa, dan dengan waktu 90 detik/kupon dirasa cukup untuk siswa mengomentari setiap persoalannya dengan baik, selain itu dapat dijadikan bahan referensi pula hasil penelitian untuk penelitian selanjutnya.


(41)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

BSNP. (2008). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Cahyani, I. dan Hodijah. (2007). Kemampuan Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS.

Depatemen Pendidikan Nasional. (2009). Bahan 02 Pendidikan dan Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Depatemen Pendidikan Nasional. (2009). Panduan KTSP (BSNP) Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi, Standar Kompetensi, dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Derti. (2011). Meningkatkan Keterampilan Menyimak dan Berbicara Melalui storytelling bagi siswa kelas III SD Negeri 2 Tanjng kecamatan Palaseman Kabupaten Cirebon. (Skripsi) PGSD, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Huda, M. (2013). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Muslihuddin. (2011). Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas & Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Nur’aini dan Indriyani. (2008). Bahasa Indonesia 5 untuk SD/MI Kelas V. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Nurgiyantoro, B. (2001). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE

Nurhasanah, Y. (2013). Model Time Token. [Online]. Tersedia di:

http://yennurhasanah.blogspot.com/2013/03/model-time-token.html. Diakses 21 Maret 2014.

Permata, N. (2013). Efektivitas Model Pembelajaran Time Token dalam Menanggapi Pembacaan Cerpen. (Skripsi). Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.


(42)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Risnawati. (2013). Model Pembelajaran Time Token. [Online]. Tersedia di:http://pendidikanuntukindonesiaku.blogspot.com/search/label/P embelajaran%20Kooperatif. Diakses 21 Maret 2014.

Rizky, M. (2013) Pengertian dan Tata Cara Berkomentar. [Online]. Tersedia di: http//:mrizkykk.blogspot.com/2013/11/pengertian-dan-tata-cara-berkomentar.html. Diakses 10 Maret 2014.

Santosa, P. (2011). Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas terbuka.

Santoso, S. (2005). SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: Elek Media Komputindo.

Solchan. T.W., dkk. (2008). Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sugiharto. (2011). Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token. [Online]. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/

2162650-pengertian-pembelajaran-kooperatif-tipe-time/#ixzz2EYVT2KGb. Diakses 22 Maret 2014.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, G. (2010). Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan Model Pembelajaran Tipe Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas IV SDN Sriwedari Surakarta. (Skripsi) Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suyatno. (2008). Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SD/MI Kelas V. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Tarigan, H.G. (2008). Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H.G. (2013). Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.


(43)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tarigan, H.G. (2013). Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Imiah. Bandung : UPI PRESS

Wardhani, I.G.A.K & Wihardit, K. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.


(1)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Secara umum pelaksanaan pembelajaran mengomentari persoalan faktual dengan menggunakan model pembelajaran time token berjalan dengan lancar. Langkah pembelajaran dengan menggunakanmodel pembelajaran time token yaitu (1) guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai, (2) guru menyajikan materi dari video berupa persoalan faktual, (3) siswa menyimak dan mengisi lembar kerja individu berdasarkan apa yang telah disimaknya, (4) guru memberikan kupon bicara yang berisi persoalan faktual yang harus dikomentari siswa sesuai dengan batas waktu yang ada dalam kupon bicara yaitu 90 detik.kupon, (6) setiap siswa mengomentari persoalan faktualnya di dalam diskusi kelompoknya sesuai dengan waktu yang tertera dalam kupon bicara, (7) siswa boleh bicara hanya saat memiliki kupon, (8) guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan pembelajaran. Aktivitas siswa saat pembelajaran terlihat aktif dan dinamis. Pembelajaran yang dilakukan berpusat pada siswa. Suasana pembelajaran di kelas pun meningkat menjadi lebih baik karena siswa mengalami suasana yang kondusif selama proses pembelajaran. Dengan menerapkan model pembelajaran time token siswa yang aktif dan pasif akan dapat diseimbangkan, siswa aktif tidak ada kesempatan untuk mendominasi pembelajaran dan siswa pun lebih mudah memahami materi dan lebih termotivasi untuk mengemukakan pendapatnya di depan kelas.

3. Keterampilan mengomentari persoalan faktual mengalami peningkatan setelah mendapatkan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran time token . Hal ini dapat terlihat dari peningkatan keterampilan menyimak dan berbicara siswa. Rata-rata keterampilan menyimak pada siklus I sebesar 65,67 dan mencapai ketuntasan KKM sebesar 66,67% dengan kategori terampil sebanyak 8 orang siswa atau 53,33%, nilai rata-rata keterampilan menyimak pada siklus II sebesar 74,62dan mencapai KKM sebersar 81,25% dengan kategori terampil menyimak 75% atau sebanyak 12 orang, dan nilai rata-rata keterampilan menyimak pada siklus III sebesar 78,76 dan mencapai 84,62% nilai di atas KKM dengan katerori terampil sebanyak 11 siswa dari


(2)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

13 siswa yang hadir atau 84,62%. Adapun rata-rata nilai keterampilan berbicara yang diukur dari hasil tes mengomentari persoalan faktual yaitu pada siklus I nilai rata-rata keterampilan berbicara sebesar 64,4 dengan kategori siswa yang memeperoleh nilai di atas 70 atau dapat dikatakan terampil serta mencapai KKM atau di atas nilai 65 yaitu 60%, nilai rata-rata keterampilan berbicara pada siklus II sebesar 73,88 dengan kategori siswa yang memeperoleh nilai di atas 70 atau dapat dikatakan terampil serta mencapai KKM atau di atas nilai 65 yaitu 81,25%, dan nilai rata-rata keterampilan berbicara pada siklus III sebesar 84,15 dengan kategori siswa yang memeperoleh nilai di atas 70 atau dapat dikatakan terampil serta mencapai nilai 65 yaitu 92,31%. Aspek yang dinilai dalam kegiatan menyimak yaitu kesesuaian isi dengan persoalan, keefektifan kalimat, dan kualitas komentar. Sedangkan dalam kegiatan berbicara terdapat beberapa aspek yang menjadi penilaian antara lain aspek penggunaan diksi, kualitas komentar, kelancaran berbicara, volume suara, dan gaya penyampaian komentar.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka beberapa saran yang diberikan sebagai berikut:

1. Bagi guru SD, penerapan model pembelajaran time token perlu dijadikan model alternatif dalam upaya meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara terutama dalam pokok bahasan mengomentari persoalan faktual. Dengan menerapkan model pembelajaran time token, guru dapat meningkatkan aktivitas siswa secara optimal, menumbuhkan minat dan motivasi untuk berbicara di depan umum. Tidak hanya itu saja, guru pun dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif, serta psikomotorik. Karena dengan menerapkan model pembelajaran time token siswa yang pasif akan menjadi aktif sehingga tidak akan ada yang mendominasi pembelajaran ataupun diam sama sekali. Model pembelajaran


(3)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

time token juga sangat sesuai untuk pembelajaran berbicara karena dengan model ini tidak hanya menuntut siswa aktif dalam pembelajaran, namun juga berani berbicara di depan kelas.

2. Bagi siswa, dapat menggunakan model pembelajaran time token dengan menggunakan kupon bicara dan menyimak dapat memuat siswa lebih disiplin dan kreatif serta dapat berpikir secara cepat dan optimal dengan penggunaan waktu dalam bicara maupun menyimak. Hal ini dapat menumbuhkan motivasi, keberanian dan kekreatifan siswa dalam mengemukakan komentarnya terhadap suatu persoalan.

3. Bagi peneliti, dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai keterampilan menyimak dan berbicara dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Peneliti pun dapat menggunakan gambaran model pembelajaran time token, mengomentari persoalan faktual sesuai dengan persoalan yang ada pada kupon, persoalan faktual pun di sesuaikan dengan keadaan sekitar siswa, dan dengan waktu 90 detik/kupon dirasa cukup untuk siswa mengomentari setiap persoalannya dengan baik, selain itu dapat dijadikan bahan referensi pula hasil penelitian untuk penelitian selanjutnya.


(4)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

BSNP. (2008). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Cahyani, I. dan Hodijah. (2007). Kemampuan Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS.

Depatemen Pendidikan Nasional. (2009). Bahan 02 Pendidikan dan Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Depatemen Pendidikan Nasional. (2009). Panduan KTSP (BSNP) Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi, Standar Kompetensi, dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Derti. (2011). Meningkatkan Keterampilan Menyimak dan Berbicara Melalui storytelling bagi siswa kelas III SD Negeri 2 Tanjng kecamatan Palaseman Kabupaten Cirebon. (Skripsi) PGSD, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Huda, M. (2013). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Muslihuddin. (2011). Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas & Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Nur’aini dan Indriyani. (2008). Bahasa Indonesia 5 untuk SD/MI Kelas V. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Nurgiyantoro, B. (2001). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE

Nurhasanah, Y. (2013). Model Time Token. [Online]. Tersedia di:

http://yennurhasanah.blogspot.com/2013/03/model-time-token.html. Diakses 21 Maret 2014.

Permata, N. (2013). Efektivitas Model Pembelajaran Time Token dalam Menanggapi Pembacaan Cerpen. (Skripsi). Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.


(5)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Risnawati. (2013). Model Pembelajaran Time Token. [Online]. Tersedia di:http://pendidikanuntukindonesiaku.blogspot.com/search/label/P embelajaran%20Kooperatif. Diakses 21 Maret 2014.

Rizky, M. (2013) Pengertian dan Tata Cara Berkomentar. [Online]. Tersedia di: http//:mrizkykk.blogspot.com/2013/11/pengertian-dan-tata-cara-berkomentar.html. Diakses 10 Maret 2014.

Santosa, P. (2011). Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas terbuka.

Santoso, S. (2005). SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: Elek Media Komputindo.

Solchan. T.W., dkk. (2008). Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sugiharto. (2011). Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token. [Online]. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/

2162650-pengertian-pembelajaran-kooperatif-tipe-time/#ixzz2EYVT2KGb. Diakses 22 Maret 2014.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, G. (2010). Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan Model Pembelajaran Tipe Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas IV SDN Sriwedari Surakarta. (Skripsi) Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suyatno. (2008). Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SD/MI Kelas V. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Tarigan, H.G. (2008). Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H.G. (2013). Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.


(6)

Mitha Yulitasari, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tarigan, H.G. (2013). Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Imiah. Bandung : UPI PRESS

Wardhani, I.G.A.K & Wihardit, K. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.