Danang Hardyatmoko H3509005

(1)

commit to user

i

TUGAS AKHIR

PROSES PENGOLAHAN JAMU SEDIAAN KAPSUL

DI PT. PUTRO KINASIH

Jl. Sidoluhur No.89 Rt06/XV, Cemani, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Ahli Madya

Agrofarmaka di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

Danang Hardyatmoko H 3509005

PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS AGROFARMAKA

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat guna meraih Gelar Ahli Madya dan telah diketahui serta disahkan oleh Dosen Penguji serta Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Disusun oleh:

Danang Hardyatmoko H 3509005

Telah dipertahankan di depan Dosen Penguji Pada tanggal :

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Menyetujui,

Penguji I Penguji II

Ir. Suharto Pr, MP Setyowati, SP., M.P NIP. 194910101976111001 NIP. 197103221996012001

Surakarta,

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan,

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 195602251986011001


(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunia–Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini tidak mampu penulis susun sendiri tanpa bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Laporan Tugas Akhir ini. Rasa terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian UNS.

2. Ir. Wartoyo, SP, M.S selaku Ketua Program DIII Fakultas Pertanian UNS. 3. Ir. Heru Irianto, MM selaku Pembimbing Akademik Program DIII Agribisnis

Minat Agrofarmaka Fakultas Pertanian.

4. Ir. Suharto Pr, MP selaku Dosen Pembimbing Magang dan Penguji I yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Setyowati, SP., M.P selaku Dosen Penguji II yang juga telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Mas Joko Sekretariat D-III yang telah banyak memberi info dan masukan kepada penulis.

7. Keluarga tercinta terima kasih atas segala doa, kasih sayang, bantuan dan dorongan yang telah kalian berikan.

8. Teman-teman Agribisnis angkatan 2009, keluarga besar HIMADIPTA (Himpunan Diploma Tiga) dan kerabat yang telah banyak memberikan motivasi dan semangat.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini. Pokoknya makasih semua.


(4)

commit to user

iv

Akhirnya semoga Laporan Tugas Akhir ini nantinya banyak membantu dan berguna bagi penulis dan semua yang membaca laporan ini. Banyak kekurangan dari penyusunan laporan ini, kritik dan saran penulis selalu harapkan demi sempurnanya laporan ini.

Surakarta, Mei 2010


(5)

commit to user

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN KEGIATAN ... 4

1. Tujuan Umum ... 4

2. Tujuan Khusus ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. TANAMAN OBAT ... 6

B. SIMPLISIA ... 15

C. EKSTRAK ... 18

D. SEDIAAN SERBUK (PULVIS dan PULVERES) ... 20

E. SEDIAAN KAPSUL ... ... 21

F. PROSES PRODUKSI KAPSUL ... .. 24

III.TATALAKSANA KEGIATAN ... 26

A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN ... 26

B. METODE PENGUMPULAN DATA ... 26

1. Pengumpulan Data secara Langsung ... 26

2. Pengumpulan Data secara Tidak Langsung ... 26

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

A. KONDISI UMUM PERUSAHAAN ... 27

1. Sejarah dan Perkembangan ... 27

2. Visi dan Misi ... 28

3. Lokasi Perusahaan ... 29


(6)

commit to user

vi

5. Mitra Perusahaan ... 33

6. Struktur Organisasi ... 33

7. Tata Tertib Perusahaan ... 37

8. Sistem Gaji ... 38

9. Fasilitas dan Kesejahteraan Karyawan ... 39

B. PENGOLAHAN BAHAN DASAR ... 41

1. Sumber dan Proses Penerimaan Bahan Dasar ... 41

2. Jumlah dan Penyediaannya ... 41

3. Spesifikasi Bahan Dasar ... 42

4. Penanganan Bahan Dasar ... 43

C. PRODUKSI KAPSUL SUSPER MONA & LISA ... 43

1. Peracikan ... 49

2. Penggilingan ... 50

3. Pengadukan ... 52

4. Pengayakan ... 52

5. Pencetakan Dan Pengisian Serbuk ke Dalam Cangkang Kapsul ... 53

6. Sortasi ... 57

7. Pengemasan, Coding dan Pelabelan ... 58

D. PRODUK AKHIR ... 60

E. PENGENDALIAN MUTU ... 61

1. Pengawasan Mutu untuk Bahan Baku dan Bahan Pembantu ... 61

2. Pengawasan Proses ... 62

3. Pengawasan Mutu Produk ... 62

4. Pengawasan Terhadap Peralatan ... 63

F. SANITASI ... 63

1. Sanitasi Ruangan dan Peralatan Mesin ... 63

2. Sanitasi Karyawan ... 64

3. Penanganan Limbah ... 64

G. PEMASARAN ... 65

1. Teknik Pemasaran ... 65


(7)

commit to user

vii

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 68 A. KESIMPULAN ... 68 B. SARAN ... 69

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

commit to user

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Denah Lantai Dasar Gedung I ... 30

Gambar 2. Denah Lantai Dua Gedung I ... 31

Gambar 3. Denah Lantai Dasar dan Lantai Dua Gedung II ... 32

Gambar 4. Struktur Organisasi ... 34

Gambar 5. Seragam Karyawan ... 39

Gambar 6. Gudang Kotor ... 41

Gambar 7. Penanganan Bahan Dasar ... 43

Gambar 8. Proses Produksi Jamu Sediaan Kapsul ... 48

Gambar 9. Proses Peracikan ... 49

Gambar 10. Mesin Agalan A ... 50

Gambar 11. Mesin Agalan B ... 51

Gambar 12. Mesin Agalan C ... 51

Gambar 13. Mesin Giling Halus ... 51

Gambar 14. Hasil Dari Masing-Masing Mesin Penggiling ... 52

Gambar 15. Mesin Mixer (mesin pengaduk) ... 52

Gambar 16. Mesin Pengayak (80 mesh) ... 53

Gambar 17. Proses Pemasukan Serbuk ke Dalam Mesin Kapsul ... 54

Gambar 18. Proses Pemasukan Cangkang Kapsul ke Dalam Mesin Kapsul ... 54

Gambar 19. Proses Pemasukan Serbuk ke Dalam Cangkang Kapsul ... 54

Gambar 20. Proses Penekanan Cangkang Kapsul ... 55

Gambar 21. Ring (Tempat Cangkang Kapsul) ... 55

Gambar 22. Kapsul Jadi Dari Jamu Susper Mona & Lisa ... 55

Gambar 23. Tombol-Tombol Penggerak Mesin Kapsul ... 56

Gambar 24. Bahan (serbuk) yang Mengeras ... 57

Gambar 25. Sortasi Manual (Keseragaman Bobot) ... 58

Gambar 26. Mesin Coding ... 59


(9)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL


(10)

PROSES PENGOLAHAN JAMU SEDIAAN KAPSUL DI PT. PUTRO KINASIH

Jl. Sidoluhur No.89 Rt06/XV, Cemani, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah

Danang Hardyatmoko1

Ir. Suharto Pr, MP2 dan Setyowati, SP., M.P3 ABSTRAK

Obat tradisional merupakan obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Ditengah-tengah derasnya arus obat-obatan modern, perusahaan jamu PT. Putro Kinasih merintis penggunaan obat tradisional dalam rangka pemeliharaan kesehatan masyarakat sekaligus mengembangkan dan melestarikannya. Dalam hal ini PT. Putro Kinasih memiliki dua macam produk dalam cair dan padat, produk dalam bentuk cair misalnya minyak untuk obat luka, bahan ini menggunakan simplisia kering dengan menambahkan cairan agar simplisia mencair. Sedangkan produk padat contohnya kapsul, pil dan tablet, bahan yang digunakan simplisia kering.

Istilah sediaan kapsul berasal dari bahasa latin “capsula” yang artinya kotak kecil. Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, bisa juga dari pati atau bahan lain yang sesuai. Yang disebut dengan kapsul adalah sediaan berupa serbuk yang dimasukkan dalam cangkang kapsul atau sediaan cair atau setengah padat yang dibungkus dengan kapsul dasar. Nama resmi dari kapsul

adalah capsulae operculate. Adapun keuntungan dari sediaan kapsul adalah dapat menutupi rasa dan bau obat yang tidak enak, memudahkan penggunaan, mempercepat penyerapan, dapat dibuat sediaan cair dengan konsentrasi tertentu. Sedangkan kelemahan dari sediaan kapsul adalah tidak dapat digunakan untuk bahan – bahan yang sangat efloresen dan delikuesen. Bahan efloresen adalah kapsul menjadi lunak, sedangkan delikuesen adalah kapsul menjadi rapuh dan mudah pecah. Selain itu untuk pewadahan kapsul harus dalam pot gelas yang disimpan ditempat sejuk dan kering.

Kata kunci : capsulae operculate

1Mahasiswa Jurusan/Program Studi Agibisnis Agrofarmaka Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan Danang Hardyatmoko H 3509005

2 Dosen Pembimbing/Penguji 3 Dosen Penguji


(11)

THE PROCESS OF PROCESSING OF MEDICINAL PREPARATIONS CAPSULES

IN PT. PUTRO KINASIH

Jl. Sidoluhur No.89 Rt06/XV, Cemani, Grogol, Sukoharjo, Central Java

DANANG HARDYATMOKO1 H3509005

Ir. Suharto Pr, MP2 and Setyowati, SP., M.P3

ABSTRACT

Traditional medicine is drugs tillable traditionally, hereditary, according to prescriptions of ancestors customs, trust, or habit of local either spatially magic and traditional knowledge. Middle of the strong influx of modern medicine, company jamu PT. Putro Kinasih pioneered the use of traditional medicine in order the maintenance of public health, as well as developing and preserve it. In this pt. Putro kinasih having two kinds of products in liquid and solid, the product in the form of a liquid for example oil to drug wound, this material use simplisia dry by adding liquid to simplisia to melt. Meanwhile, solid for example, the product of a capsule pills and tablet, material used simplisia dry.

Preparation of the capsule of a term derived from latin “ capsula “ which means small box. The capsules are solid preparation consisting of medicine in a hard shell or software that can be late. The shell of a generally made of gelatin, can also from the starch or other material that is appropriate. Which is called by the capsules are preparation in the form of powder included in the shell of a capsule or liquid preparation or semisolid which is wrapped with a capsule base. The official name of the capsules are capsulae operculate. The advantage of the capsules are preparation can cover taste and odor drug embarrassed. Facilitate use hasten absorptions, can be made by certain liquid preparation concentration. While weakness of preparation the capsules are cannot be used for material an extremely efloresen and delikuesen. Material efloresen is to be soft, a capsule while delikuesen is a capsule be fragile and easily broken.

Keyword : capsulae operculate

1

Student Majoring/Program Of Study Agribusiness Agrofarmaka Faculty Agricultur Sebelas Maret University Surakarta With Danang Hardyatmoko H 3509005

2 Supervisor/Examinator

3


(12)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alam merupakan perpaduan selaras antara keindahan dan kekuatan, suatu sarana anugerah Tuhan untuk memelihara kehidupan manusia dengan kelebihan yang ada padanya, sudah selayaknya manusia mengupayakan pemanfaatannya termasuk pemanfaatan sebagai penunjang kesehatan. Berbekal kekayaan flora alam Indonesia yang banyak diantaranya memiliki khasiat-khasiat tertentu untuk menyembuhkan penyakit dan memelihara kesehatan, nenek moyang bangsa Indonesia telah mewariskan suatu kebudayaan upaya pemulihan dan pemeliharaan kesehatan melalui alam. Penggunaan tumbuhan obat di Indonesia akhir-akhir ini semakin meningkat, namun upaya budidaya tumbuhan obat masih sangat terbatas. Lebih dari 400 etnis masyarakat Indonesia memiliki hubungan yang erat dengan hutan dalam kehidupan sehari-hari dan mereka memiliki pengetahuan tradisional yang tinggi dalam pemanfaatan tumbuhan obat (Pramono, 2002).

Di Indonesia, tumbuhan obat merupakan salah satu komponen penting dalam pengobatan, yang berupa ramuan jamu tradisional dan telah digunakan sejak ratusan tahun yang lalu. Tumbuhan obat telah berabad-abad didayagunakan oleh bangsa Indonesia dalam bentuk jamu untuk memecahkan berbagai masalah kesehatan yang dihadapi dan merupakan kekayaan budaya bangsa Indonesia yang perlu dipelihara dan dilestarikan. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) memperkirakan sekitar 80% masyarakat dunia yang tinggal di pedesaan masih menggantungkan dirinya terhadap tumbuhan obat untuk menjaga kesehatan. Peran tumbuhan bagi masyarakat tradisional hampir tidak tergantikan oleh obat-obatan modern kimiawi. Sudah sejak lama bangsa Indonesia mengenal khasiat berbagai ragam jenis tanaman sebagai sarana perawatan kesehatan, pengobatan serta untuk mempercantik diri yang selama ini dikenal sebagai jamu. Dikalangan internasional, jamu


(13)

commit to user

dikenal dengan istilah Herbs yang berasal dari bahasa latin Herba yang berarti rumput, tangkai, tangkai hijau yang lunak dan kecil dan agak berdaun. Dengan meramu tumbuh-tumbuhan tertentu dengan tumbuhan lain sehingga khasiatnya dapat lebih dirasakan maka jadilah suatu jamu atau obat tradisional warisan leluhur ini ternyata peranannya dalam usaha pemeliharaaan kesehatan masyarakat tidaklah kecil, bahkan dewasa ini penggunaannya semakin meningkat (Pramono, 2002).

Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan lain cenderung meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat. Obat tradisional dan tanaman obat banyak digunakan masyarakat menengah kebawah terutama dalam upaya preventif, promotif dan rehabilitatif. Sementara ini banyak orang beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat atau obat tradisional relatif lebih aman dibandingkan obat sintesis. Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki efek samping yang merugikan, bila penggunaannya kurang tepat. Agar penggunaannya optimal, perlu diketahui informasi yang memadai tentang kelebihan dan kelemahan serta kemungkinan penyalahgunaan obat tradisional dan tanaman obat. Dengan informasi yang cukup diharapkan masyarakat lebih cermat untuk memilih dan menggunakan suatu produk obat tradisional atau tumbuhan obat dalam upaya kesehatan (Pramono, 2002).

Dilihat dari aspek ekonomi, evaluasi ekonomi potensi bahan obat alami yang berasal dari tumbuhan memiliki nilai yang sangat besar, akan tetapi disayangkan dari potensi tersebut yang dimanfaatkan oleh Indonesia masih terlalu kecil. Nilai volume perdagangan obat tradisional di Indonesia pada tahun 2002 baru mencapai angka 150 juta USD, padahal lebih dari 61% penduduk Indonesia terbiasa mengkonsumsi bahan obat alami yang dikenal dengan sebutan “jamu”. Hal ini tentu amat disayangkan karena pada kurun waktu yang sama, China memiliki nilai penjualan domestik mencapai 6 miliar USD atau setara dengan 33% pangsa pasar dunia. Negara lain, India yang


(14)

60-commit to user

70% penduduknya menggunakan bahan obat alami, memiliki nilai penjualan domestik mencapai 3 miliar USD (Nurrohman, 2011).

Ditengah-tengah derasnya arus obat-obatan modern, perusahaan jamu PT. Putro Kinasih merintis penggunaan obat tradisional dalam rangka pemeliharaan kesehatan masyarakat sekaligus mengembangkan dan melestarikannya. Dalam hal ini PT. Putro Kinasih memiliki dua macam produk dalam cair dan padat, produk dalam bentuk cair misalnya minyak untuk obat luka, bahan ini menggunakan simplisia kering dengan menambahkan cairan agar simplisia mencair. Sedangkan produk padat contohnya kapsul, pil dan tablet, bahan yang digunakan simplisia kering.

Istilah sediaan kapsul berasal dari bahasa latin “capsula” yang artinya kotak kecil. Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, bisa juga dari pati atau bahan lain yang sesuai. Yang disebut dengan kapsul adalah sediaan berupa serbuk yang dimasukkan dalam cangkang kapsul atau sediaan cair atau setengah padat yang dibungkus dengan kapsul dasar. Nama resmi dari kapsul adalah capsulae operculate. Kapsul dapat diberi bermacam – macam warna. Bila dalam resep diinginkan serbuk dalam kapsul, maka ukuran dan warna kapsul yang dipakai harus dicantumkan dalam resep. Sedangkan konsistensi obat yang dimasukkan kedalam kapsul dapat berupa serbuk, cair, granul (Chaerunissa, dkk, 2009).

Adapun keuntungan dari sediaan kapsul adalah dapat menutupi rasa dan bau obat yang tidak enak, memudahkan penggunaan, mempercepat penyerapan, dapat dibuat sediaan cair dengan konsentrasi tertentu. Sedangkan kelemahan dari sediaan kapsul adalah tidak dapat digunakan untuk bahan – bahan yang sangat efloresen dan delikuesen. Bahan efloresen adalah kapsul menjadi lunak, sedangkan delikuesen adalah kapsul menjadi rapuh dan mudah pecah. Selain itu untuk pewadahan kapsul harus dalam pot gelas yang disimpan ditempat sejuk dan kering (Chaerunissa, dkk, 2009).

Dengan adanya perkembangan tersebut PT. Putro Kinasih mengalami peningkatan prasarana, proses produksi, tenaga kerja, manajemen dan


(15)

bidang-commit to user

bidang lain yang berkaitan. Perkembangan ini didukung juga oleh semakin tingginya minat masyarakat terhadap jamu tradisional karena dipandang lebih aman dikonsumsi. Selain itu, jamu tradisional lebih efisien dan biayanya lebih murah dibanding dengan obat dari bahan kimia. Resiko yang ditimbulkan dari obat tradisional juga lebih kecil dibandingkan dengan obat dari bahan kimia. Sehingga konsumen tidak perlu mengeluarkan uang lebih untuk mendapatkan obat tersebut.

B. Tujuan Kegiatan

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dilaksanakannya kegiatan magang ini antara lain :

a. Untuk memperluas pengetahuan dan wawasan berpikir dalam menerapkan ilmu yang dipelajari serta keterkaitannya dengan bidang ilmu yang lain.

b. Memperoleh pengalaman kerja secara langsung sehingga dapat membandingkan antara teori yang telah diperoleh dengan aplikasinya di lapangan.

c. Memberikan pengetahuan dan pengalaman praktis kepada mahasiswa dalam rangka kesiapan menghadapi dunia kerja yang mengarah pada kegiatan kewirausahaan, dan penciptaan lapangan kerja.

d. Meningkatkan hubungan kerjasama antara Perguruan Tinggi, pemerintah, instansi terkait lainnya dan masyarakat sehingga dapat meningkatkan mutu pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dilaksanakannya kegiatan magang ini antara lain :

a. Meningkatkan pemahaman antara teori dan aplikasi lapangan mengenai pengadaan bahan baku dan proses pengolahan obat produk PT. Putro Kinasih.

b. Mengetahui dan memahami secara langsung tentang proses produksi jamu sediaan kapsul Susper Mona & Lisa.


(16)

commit to user

c. Mempelajari kondisi umum perusahaan meliputi sejarah, perkembangan dan lokasi perusahaan.

d. Mengetahui dan mempelajari manajemen perusahaan, yang meliputi struktur organisasi, ketenagakerjaan, kesejahteraan, hak dan kewajiban karyawan.


(17)

commit to user

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TANAMAN OBAT

Obat tradisional merupakan obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah di jangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelilitian tidak terlalu menyebabkan efek samping kerena masih bisa dicerna oleh tubuh. Pada prinsipnya, obat tradisional yang bahannya berasal dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia (produk herbal) disebut jamu. Bahan herbal adalah tanaman atau bagian dari tanaman yang digunakan sebagai pemberi aroma, perasa atau untuk pengobatan. Obat herbal sendiri merupakan produk yang berasal dari tanaman dan digunakan untuk meningkatkan kesehatan. Banyak obat herbal yang telah digunakan secara empiris (turun-temurun) sebagai obat dalam pengobatan tradisional.

Beberapa perusahaan mengolah obat–obatan tradisional yang dimodifikasi lebih lanjut. Bagian dari tanaman obat yang bisa di manfaatkan adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga. Bentuk obat tradisional yang banyak dijual dipasar dalam bentuk kapsul, serbuk, cair, simplisia dan tablet (Anonim, 2009).

Bentuk sediaan Obat Tradisional yang diizinkan beredar di Indonesia menurut Kepmenkes no.661/Menkes/SK/VII/1994 antara lain: rajangan, serbuk, pil, dodol, pastiles, kapsul, tablet, cairan obat dalam, parem, pilis, tapel, koyok, salep atau krim (Depkes, 1994).

Sesuai dengan regulasi pemerintah melalui Badan POM menetapkan pengaturan jenis obat bahan alam (tanaman) yang diproduksi oleh industri untuk dipasarkan di masyarakat sejak tahun 2004 dikelompokkan menjadi:


(18)

commit to user

Jamu, Obat Herbal Terstandar (OHT), dan Fitofarmaka. Jamu memiliki klaim manfaat atau khasiat hanya berdasarkan informasi tradasional dan coba-coba (empiris), Obat Herbal Terstandar (OHT) mempunyai klaim khasiat berdasarkan hasil penelitian pra-klinik pada hewan coba dan Fitofarmaka mempunyai landasan kemanfaatan atau khasiat berdasarkan uji klinik.

Badan POM sendiri membedakan obat herbal tradisional yang beredar di Indonesia menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Jamu

Jamu adalah obat tradisional Indonesia. Ramuan atau bahan-bahan yang digunakan untuk membuat jamu biasanya merupakan bahan yang secara turun temurun digunakan untuk pengobatan secara tradisional, misalnya beras kencur, kunyit asam, temulawak, brotowali dll. Dahulu jamu tersedia dalam bentuk rebusan ataupun cairan, untuk saat ini produk jamu sudah banyak yang beredar dalam bentuk serbuk ataupun kapsul. Pihak BPOM telah mengeluarkan standar produksi obat tradisional yang dikenal dengan CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik). 2. Obat herbal terstandar

Obat herbal terstandar adalah sediaan obat herbal berbahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di standarisasi. Jadi pada tahap ini obat herbal tersebut selain telah distandarisasi bahan baku dan proses produksinya juga harus melalui proses pengujian di laboratorium yang meliputi uji khasiat dan uji keamanan. Uji khasiat dilakukan terhadap hewan uji yang secara fisiologi dan anatomi dianggap hampir sama dengan manusia, sedangkan uji keamanan dilakukan untuk mengetahui apakah bahan tersebut membahayakan atau tidak. Uji keamanan yang dilakukan berupa uji toksisitas akut, uji toksisitas subkronis atau bila diperlukan uji toksisitas kronis. Dari hasil pengujian praklinik tersebut akan dapat diketahui mengenai khasiat bahan tersebut, dosis yang tepat untuk terapi, keamanan dan bahkan efek samping yang mungkin timbul.


(19)

commit to user 3. Fitofarmaka

Fitofarmaka merupakan standar yang lebih tinggi lagi terhadap obat herbal. Fitofarmaka sendiri adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik. Jadi selain obat telah melalui proses standarisasi produksi dan bahan baku, kemudian melakukan uji praklinik di laboratorium, maka selanjutnya obat dilakukan uji coba kepada manusia (uji klinik) untuk mengetahui khasiatnya terhadap orang sakit ataupun orang sehat sebagai pembanding. Tahapan ini yang biasanya memerlukan waktu yang lama dan biaya yang mahal karena melibatkan orang banyak. Setelah lolos uji klinik maka obat herbal tersebut telah memiliki evidance based herbal medicine yang artinya telah memiliki bukti medis terhadap khasiat dan keamanannya bagi manusia. Di Indonesia sendiri saat ini telah ada beberapa jenis obat herbal yang telah masuk dalam golongan fitofarmaka dan bahkan telah diresepkan penggunaannya oleh dokter

(Sukardiman, 2009).

Mengingat obat herbal dan berbagai tanaman memiliki peran penting dalam bidang kesehatan bahkan menjadi produk andalan Indonesia maka perlu dilakukan upaya penetapan standar mutu dan keamanan ekstrak tanaman obat. Rangkaian proses melibatkan berbagai metode analisis kimiawi berdasarkan data farmakologis, melibatkan analisis fisik dan mikrobiologi berdasarkan kriteria umum keamanan (tosikologi) terhadap suatu ekstrak alam (tumbuhan obat) disebut standarisasi bahan obat alam (SBOA) atau standarisasi obat herbal. Standarisasi secara normatif bertujuan untuk memberikan efikasi yang terukur secara farmakologis dan menjamin keamanan konsumen. Standarisasi obat herbal meliputi dua aspek :

1. Aspek parameter spesifik: yakni berfokus pada senyawa atau golongan senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas farmakologis. Analisis kimia yang dilibatkan ditujukan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap senyawa aktif.


(20)

commit to user

2. Aspek parameter non spesifik: yakni berfokus pada aspek kimia, mikrobiologis dan fisis yang akan mempengaruhi keamanan konsumen dan stabilitas missal kadar logam berat, aflatoksin, kadar air dan lain – lain.

Semua yang dikerjakan dalam standarisasi parameter spesifik dan non spesifik sangat tergantung dari kadar air awal ekstrak. Maka sebelum melakukan kedua aspek tersebut harus menentukan terlebih dahulu jenis ekstrak yang akan dipilih apakah berupa ekstrak cair, kental, atau kering. Setelah itu barulah bisa dilakukan standarisasi parameter spesifik maupun non spesifik (Anonim, 2000).

Khasiat obat herbal sendiri terutama obat herbal terstandar dan fitofarmaka dapat dibuktikan melalui hasil penelitian baik melalui uji klinik ataupun uji praklinik. Meskipun demikian perlu perhatian juga bagi para pengguna obat herbal, karena kata-kata herbal bukan berarti obat tersebut aman untuk dikonsumsi tanpa batasan. Hal ini karena di dalam bahan herbal dapat terkandung zat yang mempunyai efek sangat kuat (bahkan ada beberapa zat aktif yang digunakan untuk pengobatan modern didapat melalui hasil ekstraksi dari tumbuhan). Jadi sebaiknya penggunaan obat herbal harus sesuai dosis yang telah dianjurkan dan berdasarkan aturan pakai yang ditetapkan (Pratitasari, 2011).

yang harus diperhatikan dalam menggunakan obat herbal walaupun obat herbal aman digunakan, ada beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan apabila ingin mengkonsumsi obat herbal, yaitu:

a. Pastikan obat herbal yang dikonsumsi telah terdaftar di BPOM sehingga keamanannya terjaga.

b. Jika sedang dalam pengobatan obat tertentu, sebaiknya konsultasikan dahulu ke dokter apabila ingin menggunakan obat herbal (terlebih obat herbal yang terdiri dari beberapa jenis bahan herbal) karena dapat berinteraksi dengan obat yang sedang diminum.

c. Untuk wanita yang sedang hamil atau menyusui perlu perhatian khusus, untuk golongan ini memang pemakaian obat baik obat modern


(21)

commit to user

ataupun tradisional harus diperhatikan karena dikhawatirkan dapat mempengaruhi bayi atau janin yang dikandung. Pastikan didalam kemasannya tertera bahwa obat tersebut aman untuk dikonsumsi oleh wanita hamil ataupun menyusui.

d. Jika akan di operasi beritahukan kepada dokter mengenai obat herbal yang anda konsumsi, hal ini karena ada beberapa obat herbal yang dapat mempengaruhi kesuksesan operasi karena dapat mempengaruhi proses anestesi atau menyebabkan terjadinya komplikasi. Komplikasi yang mungkin terjadi seperti meningkatkan tekanan darah atau meningkatkan resiko terjadinya pendarahan.

e. Anak di bawah usia 18 tahun dan orang tua di atas usia 65 tahun perlu pengawasan dokter. Hal ini karena biasanya obat herbal tersebut tidak di uji kepada anak-anak (kecuali tertera aman untuk anak-anak/ada dosis untuk anak) dan karena metabolisme orang yang telah lanjut usia biasanya berbeda dengan orang dewasa.

Konsumen yang bijak akan memilih jamu yang sudah terdaftar di Badan POM untuk memperkecil resiko yang mungkin terjadi. Selain itu konsumen diharapkan mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai produk yang akan dikonsumsi sebelum memutuskan untuk mengkonsumsi produk tersebut.

Secara visual, jamu yang mengandung bahan kimia obat sulit dibedakan dengan jamu yang tidak mengandung bahan kimia obat. Tetapi konsumen harus curiga bila jamu yang diminum langsung terasa berkasiat, atau konsumen tiba-tiba merasakan efek samping seperti jantung berdebar, keluar keringat yang berlebihan, pusing, perih pada lambung, konsumen alergi terhadap salah satu kandungan obat tersebut atau gejala lain yang sebelum minum jamu tidak merasakan, karena kemungkinan jamu ini mengandung bahan kimia obat. Bahan kimia obat yang dicampurkan pada jamu dosisnya tidak terukur dan karena pencampuran yang tidak homogen, maka dosis bahan kimia obat pada tiap kemasan bisa berbeda. Hal ini bisa berbahaya karena


(22)

commit to user

memungkinkan konsumen mengkonsumsi bahan kimia obat berlebihan (Anonim, 2009).

Obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam yang jenis dan sifat kandungannya beragam sehingga untuk menjamin mutu obat tradisional tersebut diperlukan cara pembuatan yang baik dengan lebih memperhatikan proses produksi dan penanganan bahan baku. Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, yang bertujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Mutu produk tergantung dari bahan awal, proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan personalia yang menangani.

1. Beberapa Persyaratan Obat Tradisional

Untuk serbuk (berupa butiran homogen dengan derajat halus yang cocok, bahan bakunya berupa simplisia/bahan kering):

a. Kadar air tidak lebih dari 10%.

b. Angka kapang (semacam jamur yang biasanya tumbuh pada permukaan makanan yang sudah basi atau terlalu lama tidak di olah), dan khamir (ragi) tidak lebih dari 10.

c. Mikroba patogennya negatif/nol.

d. Aflatoksin tidak lebih dari 30 bpj (bagian per juta).

e. Serbuk dengan bahan baku simplisia dilarang ditambahkan bahan pengawet.

f. Wadah tertutup baik, disimpan pada suhu kamar, ditempat kering dan terlindung dari sinar matahari.

Untuk kapsul (obat tradisional yang terbungkus cangkang keras atau lunak):

a. Waktu lunak tidak lebih dari 15 menit.

b. Isi kapsul harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) Kadar air isi kapsul tidak lebih dari 10%


(23)

commit to user 3) Aflatoksis tidak lebih dari 30 bpj.

4) Dalam wadah tertutup baik, disimpan pada suhu kamar, ditempat kering dan terlindung dari sinar matahari.

2. Aturan Kemasan

Kemasan obat tradisional memiliki aturan-aturan yang jelas dari BPOM. Desain kemasan obat yang tidak memenuhi ketentuan-ketentuan ini akan ditolak oleh BPOM, menjadikan produk tersebut tidak memiliki nomor registrasi dan menjadi ilegal bila diedarkan.

Beberapa aturan Desain Kemasan Obat Tradisional BPOM: a. Merek

b. Ilustrasi. c. Khasiat.

d. Nomor regristrasi.

e. Logo Obat Tradisional/Jamu dibagian kiri atas. Penggunaan warna logo juga tidak bisa diubah, standar warna yang digunakan adalah warna hijau tua.

f. Nama produsen. g. Komposisi produk.

h. Peringatan/Perhatian (optional dari BPOM). i. Netto/Isi.

j. Khasiat produk pada kemasan obat tradisional harus sama dengan sertifikat yang diberikan oleh BPOM. Khasiat tidak boleh dilebih-lebihkan.

k. Cantumkan cara penyimpanan agar kandungan produk tidak mudah kadaluarsa.

l. Dosis

m. Nomor produksi dan tanggal kadaluarsa, sehingga mudah mengecek tanggal produksi, ataupun hal lain seperti pengajuan komplain dari konsumen atas ketidakpuasan isi produk.


(24)

commit to user

3. Aturan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) a. Bangunan

1) Memenuhi persyaratan higienis dan sanitasi

2) Tahan terhadap pengaruh cuaca, serta dapat mencegah masuknya rembesan dan masuk dan bersarangnya serangga, binatang pengerat, burung dan binatang lainnya.

3) Memudahkan dalam pelaksanaan kerja, pembersihan dan pemeliharaan.

4) Memiliki ruangan atau tempat administrasi, ruangan atau tempat penyimpanan simplisia yang baru diterima dari pemasok, tempat sortasi, tempat pencucian, ruang tempat pengeringan, tempat penyimpanan simplisia termasuk bahan baku lainnya yang telah diluluskan, tempat penimbangan, ruang pengolahan, tempat penyimpanan produk setengah jadi, ruang pengemasan, ruang penyimpan bahan pengemas, ruang penyimpanan produk jadi termasuk karantina produk jadi, laboratorium atau tempat penguji mutu, toilet, ruang serba guna.

5) Yang perlu diperhatikan antara lain:

a) Ruangan pengolahan tidak boleh digunakan untuk lalu lintas umum dan tempat penyimpanan bahan yang tidak termasuk dalam proses pengolahan.

b) Ruang pengolahan produk tidak digunakan untuk kegiatan lain. c) Mempunyai sarana pembuangan dan atau pengolahan limbah

yang memadai dan berfungsi dengan baik.

d) Ventilasi udara serta pipa-pipa saluran dipasang sedemikian rupa untuk mencegah timbulnya pencemaran terhadap produk. e) Bebas dari retakan dan sambungan terbuka serta mudah

dibersihkan dan disanitasi.

f) Ruangan atau tempat penyimpanan hendaklah cukup luas, terang dan memungkinkan penyimpanan bahan dan produk jadi dalam keadaan kering, bersih dan teratur, dan lain-lain.


(25)

commit to user b. Peralatan

Ketentuan untuk peralatan antara lain :

1) Peralatan yang digunakan tidak menimbulkan serpihan atau akibat yang merugikan produk.

2) Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, menguji, dan mencatat hendaklah diperiksa ketelitiannya secara teratur serta ditera menurut suatu program dan prosedur yang tepat.

3) Penyaring yang menggunakan asbes tidak boleh digunakan.

4) Bahan-bahan yang diperlukan untuk tujuan khusus, seperti bahan pelumas, bahan penyerap kelembaban, air kondensor dan sejenisnya tidak boleh bersentuhan langsung dengan bahan yang diolah.

5) Peralatan pengolahan obat herbal berbentuk kapsul, antara lain: a) Alat ekstraksi bahan sampai mendapat ekstrak/serbuk yang

memenuhi syarat yang ditetapkan.

b) Alat atau mesin pencampur yang dapat menghasilkan campuran yang homogen.

c) Alat atau mesin granulasi bahan untuk sediaan kapsul, bila diperlukan.

d) Alat atau mesin pengering granul, bila diperlukan.

e) Alat atau mesin pengisi kapsul yang dapat mengisikan campuran bahan ke dalam kapsul dengan bobot seragam. f) Alat atau mesin pengemas primer.

c. Karyawan

Beberapa aturan bagi karyawan antara lain:

1) Hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan baik sebelum diterima menjadi karyawan maupun selama menjadi karyawan yang dilakukan secara berkala.

2) Karyawan yang mengidap penyakit atau menderita luka terbuka yang dapat menurunkan kualitas produk dilarang menangani bahan


(26)

commit to user

baku, bahan yang sedang dalam proses, bahan pengemas dan produk jadi sampai sembuh kembali.

3) Karyawan hendaklah mencuci tangan dengan sabun atau detergent lain sebelum memasuki ruang pembuatan. Untuk tujuan itu perlu dipasang tanda peringatan.

4) Karyawan hendaklah melaporkan kepada atasan langsung setiap keadaan pabrik, peralatan atau personalia yang menuntut penilaian mereka dapat menurunkan kualitas produk.

5) Karyawan hendaklah menggunakan seragam kerja, penutup rambur, masker, sarung tangan, dan lain sebagainya yang bersih sesuai dengan tugas yang dilaksanakan. Untuk tujuan itu disediakan tempat khusus untuk ganti pakaian.

6) Dilarang merokok, makan dan minum serta perbuatan lain yang dapat mencemari mutu produk didalam ruangan pembuatan dan ruang penyimpanan. Untuk tujuan ini perlu dipasang peringatan. Penerapan CPOTB merupakan persyaratan kelayakan dasar untuk menerapkan sistem jaminan mutu yang diakui dunia Internasional. Untuk itu sistem mutu hendaklah dibangun, dimantapkan dan diterapkan sehingga kebijakan yang ditetapkan dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai. Dengan demikian penerapan CPOTB merupakan nilai tambah bagi produk obat tradisional Indonesia agar dapat bersaing dengan produk sejenis dari Negara lain baik di pasar dalam negeri maupun Internasional (Depkes, 2005).

B. SIMPLISIA

Simplisia merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat alam yang berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk. Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:


(27)

commit to user 1. Simplisia Nabati

Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudet tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalkan Datura folium dan Piperis nigri fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudet tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.

2. Simplisia Hewani

Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecorisasselli) dan madu (Mel

depuratum).

3. Simplisia Pelikan atau Mineral

Simplisia pelican atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga.

Tidak semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku atau memiliki fungsi, pengaruh serta khasiat sebagai obat. Dalam pengertian umum kefarmasian Indonesia, bahan yang digunakan sebagai obat disebut simplisia (Gunawan dan Mulyani, 2002).

Dalam hal simplisia sebagai bahan baku (awal) dan produk siap dikonsumsi langsung, dapat dipertimbangkan tiga konsep untuk menyusun parameter standar mutu simplisia yaitu sebagai berikut :

1. Bahwa simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya mempunyai tiga parameter mutu umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia dan biologis), serta aturan penstabilan (wadah, penyimpanan dan transportasi).


(28)

commit to user

2. Bahwa simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai obat tetap diupayakan memiliki tiga paradigma seperti produk kefarmasian lainnya, yaitu Quality-Safety-Efficacy (mutu-aman-manfaat).

3. Bahwa simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang bertanggung jawab terhadap respon biologis untuk mempunyai spesifikasi kimia, yaitu informasi komposisi (jenis dan kadar) senyawa kandungan.

Untuk mengetahui kebenaran dan mutu obat tradisional termasuk simplisia, maka dilakukan analisis yang meliputi analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif terdiri atas pengujian organoleptik, pengujian makroskopik, pengujian mikroskopik, dan pengujian histokimia.

1. Uji Organoleptik. Uji organoleptik dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui khususnya bau dan rasa simplisia yang diuji.

2. Uji Makroskopik. Uji makroskopik dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau tanpa menggunakan alat. Cara ini dilakukan untuk mencari khususnya morfologi, ukuran, dan warna simplisia yang diuji.

3. Uji Mikroskopik. Uji mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia yang diuji dapat berupa sayatan melintang, radial, paradermal maupun membujur atau berupa serbuk. Pada uji mikroskopik dicari unsur-unsur anatomi jaringan yang khas. Dari pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik bagi masing– masing simplisia.

4. Uji Histokimia. Uji histokimia bertujuan untuk mengetahui berbagai macam zat kandungan yang terdapat dalam jaringan tanaman. Dengan pereaksi spesifik, zat–zat kandungan tersebut akan memberikan warna yang spesifik pula sehingga mudah dideteksi.

Pohon Majakani banyak tumbuh di wilayah Indonesia, menghasilkan buah majakani yang kaya manfaat namun potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal. Buah majakani sudah begitu lama dimanfaatkan diberbagai negara: Cina, India, Arab, Iran, dan Malaysia, Brunai, dll. Buah Majakani berasal dari pohon majakani atau juga populer dengan sebutan pohon Oak,


(29)

commit to user

karena itu disebagian negera menyebut pohon majakani ini dengan “Oak Galls”. Pohon ini juga punya nama yang lain Mecca Majakani, dan nama ini populer dalam dunia obat tradisional.

Gambar 1. Buah Majakani (Quercus L Fructus)

Buah Majakani mengandung unsur yang kaya akan tannin untuk mengencangkan otot vagina. Selain itu juga mengandung vitamin A dan C, kalsium, protein, anti-microbial dan anti-radang serta mengandung unsur astringent yang berfungsi untuk menghilangkan bakteri penyebab keputihan, serta menambah kerapatan. Astringent banyak digunakan di kedokteran untuk membantu tubuh mengeluarkan sekresi mukus (cairan) berlebih yang sering terjadi saat sakit tenggorokan dan diare

Penggunaan buah majakani pada waktu dulu masih tradisional yaitu dengan cara dihaluskan menggunakan alat tumbuk. Hasilnya kemudian disaring sebelum dipergunakan untuk keperluan perawatan organ intim perempuan dengan cara dioleskan di organ vital tersebut. Selain cara itu pemanfaatan buah majakani juga dengan cara diminum sebagai jamu untuk tujuan meningkatkan elastisitas otot area V pada organ vital perempuan. (Yunan Shalimow, 2010).

Masyarakat Indonesia dahulu sering mengunyah sirih denan gambir, kapur, dan pinang karena salah satu manfaat daun sirih adalah dapat menjaga kesehatan gigi. Namun seiring berkembangnya zaman, kini sirih sudah diolah menjadi berbagai macam produk untuk memudahkan konsumen dalam mengonsumsinya. Manfaat daun sirih yang sangat banyak dan beragam


(30)

commit to user

membuat tanaman ini dikenal sebagai tanaman dengan seribu khasiat. Sirih

(Piper betle L./Chavica aurculata Miq) adalah tanaman yang sangat populer

dan asli dari Indonesia. Jenis sirih ada beberapa macam, yaitu: Sirih Jawa, Sirih Cengkeh, Sirih Belanda, Sirih Hitam, dan Sirih Kuning. Sesuai dengan manfaat daun sirih yang beragam, kandungan zat dari sirih juga sangat banyak.

Gambar 2. Daun Sirih (Piperis Folium)

Daun sirih memiliki aroma yang khas yaitu rasa pedas, sengak, dan tajam. Rasa dan aroma yang khas tersebut disebabkan oleh kavikol dan bethelphenol yang terkandung dalam minyak atsiri. Di samping itu, faktor lain yang menentukan aroma dan rasa daun sirih adalah jenis sirih itu sendiri, umur sirih, jumlah sinar matahari yang sampai ke bagian daun, dan kondisi dedaunan bagian atas tumbuhan. Daun sirih mengandung minyak atsiri di mana komponen utamanya terdiri atas fenol dan senyawa turunannya seperti kavikol, cavibetol, carvacrol, eugenol, dan allilpyrocatechol. Selain minyak atsiri, daun sirih juga mengandung karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotinat, vitamin C, tannin, gula, pati, dan asam amino. Daun sirih yang sudah dikenal sejak tahun 600 SM ini mengandung zat antiseptik yang dapat membunuh bakteri sehingga banyak digunakan sebagai antibakteri dan anti jamur. Hal ini disebabkan oleh turunan fenol yaitu kavikol dalam sifat antiseptiknya lima kali lebih efektif dibandingkan fenol biasa. Selain hasil metabolisme gula, glukan juga merupakan salah satu komponen dari jamur. Dengan sifat antiseptiknya, sirih sering digunakan untuk menyembuhkan kaki yang luka dan mengobati pendarahan hidung / mimisan. Pada pengobatan tradisional


(31)

commit to user

India, daun sirih dikenal sebagai zat aromatik yang menghangatkan, bersifat antiseptik, dan bahkan meningkatkan gairah seksual. Kandungan tannin pada daun sirih dipercaya memiliki khasiat mengurangi sekresi cairan pada vagina, melindungi fungsi hati, dan mencegah diare.

Sirih juga mengandung arecoline di seluruh bagian tanaman yang bermanfaat untuk merangsang saraf pusat dan daya pikir, meningkatkan gerakan peristaltik, dan meredakan dengkuran. Kandungan eugenol pada daun sirih mampu membunuh jamur Candida albicans, mencegah ejakulasi dini, dan bersifat analgesik. Daun sirih juga sering digunakan oleh masyarakat untuk menghilangkan bau mulut, mengobati luka, menghentikan gusi berdarah, sariawan, dan menghilangkan bau badan (Rozi, 2011).

Tanaman pulasari ini mempunyai banyak nama seperti Pulasari, Pulosari, Pulowaras, Palasari, Pula Dasplasare, Adaspulasari, Balasari, Calpari, Calapari, dan Purasane. Pulosari merupakan tanaman merambat dengan kulit batang putih yang memiliki wangi tertentu dan rasanya pahit, Pulasari tumbuh merambat di hutan-hutan di daerah pegunungan. Tersebar mulai dari negri Cina, Himalaya, Asia Tenggara, Australia, New Caledonia, dan Pulau Asia Psifik. Pulasari bisa berupa semak, merambat naik, atau merambat mendatar. Batang berkayu bulat, bercabang, warna hijau. Daun tunggal, lonjong, warna putih kehijauan. Bunga di ketiak daun, mahkota bentuk corong, warna putih. Buah kecil, bulat telur, warna hijau.

Gambar 3. Tanaman Pulasari/Pulosari (Alyxiae Cortex)

Yang biasa digunakan untuk obat tradisional adalah kulit batangnya. Kulit batang pulasari mengandung kumarin, tanin, alkaloid, saponin, minyak


(32)

commit to user

atsiri, polifenol. Dalam tulisan lainnya dikatakan mengandung Andrografin, Andrografoloid, Panikulin.

Khasiat dari Pulasari adalah Stomakik (meningkatkan nafsu makan), Karminatif (menghilangkan rasa nyeri kolik akibat gas), Antispasmodik (menghilangkan nyeri akibat spasme atau kram), Antitusif (menahan batuk), Emenagog (memperlancar haid apabila telat bulan bukan karena hamil)

(Syamsuhidayat dan Hutapea, 1981).

Tanaman Kayu Rapat (Parameriae Cortex) ini banyak tumbuh liar di hutan dan tempat lain yang bertanah tandus dan cukup mendapatkan sinar matahari. Semak menjalar, panjang kurang lebih 4 meter. Tumbuh liar di hutan pada dataran rendah samapai 1200 dpl. Kulit, kayu dan akar Parameria laevigata mengandung flavonoida dan polifenol, daunnya juga mengandung saponin dan Tanin.

Gambar 4. Tanaman Kayu Rapat (Parameriae Cortex)

Saponin adalah senyawa surfaktan. Dan berbagai hasil penelitian disimpulkan, saponin bersifat hipokolesterolemik, imunostimulator, dan antikarsinogenik. Mekanisme antikoarsinigenik saponin meliputi efek antioksidan dan sitotoksik langsung pada sel kanker. Saponin memberikan rasa pahit pada bahan pangan nabati. Sumber utama saponin adalah biji-bijian khususnya kedele. Saponin dapat menghambat pertumbuhan kanker kolon dan membantu kadar kolesterol menjadi normal. Tergantung pada jenis bahan makanan yang dikonsumsi, seharinya dapat mengkonsumsi saponin sebesar 10-200 mg.


(33)

commit to user

Tanin adalah astringen jalur usus, dapat mengurangi sekresi cairan dalam usus, sehingga kadar air dalam kotoran manusia berkurang sehingga dapat mencegah mencret.

Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol berperan dalam memberi warna pada suatu tumbuhan seperti warna daun saat musim gugur.

Flavonoid berfungsi melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh dan mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah, mengurangi kandungan kolesterol serta mengurangi penumbunan lemak pada dinding pembuluh darah, mengurangi kadar resiko penyakit jantung koroner, mengandung antiinflamasi (antiradang), berfungsi sebagai anti-oksidan, membantu mengurangi rasa sakit jika terjadi pendarahan atau pembengkakan.

Buah Delima (Granati Cortex) adalah tanaman buah-buahan yang dapat tumbuh hingga 5-8 m. Tanaman ini diperkirakan berasal dari Iran, namun telah lama dikembangbiakkan di daerah Mediterania. Bangsa Moor memberi nama salah satu kota kuno di Spanyol, Granada berdasarkan nama buah ini. Tanaman ini juga banyak ditanam di daerah Cina Selatan dan Asia Tenggara.

Gambar 5. Tanaman Delima (Granati Cortex)

Kulit buah Delima (Granati Cortex) mengandung alkaloid pelletierene, granatin, betulic acid, ursolic acid, isoquercitrin, elligatanin, resin, triterpenoid, kalsium oksalat, dan pati. Kulit akar dan kulit kayu mengandung sekitar 20% elligatanin dan 0,5--1% senyawa alkaloid, antara lain alkaloid pelletierine, pseudopelletierine, metilpelletierine, isopelletierine, dan metilisopellettierine. Daun mengandung alkaloid, tanin, kalsium oksalat,


(34)

commit to user

lemak, sulfur, peroksidase. Jus buah mengandung asam sitrat, asam malat, glukosa, fruktosa, maltosa, vitamin (A, C), mineral (kalsium, fosfor, zat besi, magnesium, natrium, dan kalium), dan tanin. Alkaloid pelletierine sangat toksik dan menyebabkan kelumpuhan cacing pita, cacing gelang, dan cacing keremi. Kulit buah dan kulit kayu juga astringen kuat sehingga digunakan untuk pengobatan diare.

C. EKSTRAK

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi bahan baku yang telah ditetapkan. Metode pembuatan ekstrak yang umumnya digunakan antara lain maserasi, perkolasi dan soxhletasi.

1. Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, entanol, air entanol atau pelarut lain. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Maserasi merupakan proses yang paling tepat untuk simplisia yang sudah halus dan memungkinkan direndam hingga meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zatnya akan larut. Proses ini dilakukan dalam bejana bermulut lebar, serbuk ditempatkan lalu ditambah pelarut dan ditutup rapat, isinya dikocok berulang-ulang kemudian disaring.

2. Perkolasi

Perkolasi merupakan proses penyiran serbuk simplisia dengan pelarut yang cocok dengan cara melewatkan perlahan-lahan melewati suatu kolom. Serbuk simplisia dimampatkan dalam alat ekstraksi yang disebut perkolator. Mengalirnya cairan penyari dalam perkolasi ini melalui


(35)

commit to user

kolom dari atas ke bawah melalui celah untuk ditarik keluar oleh gaya berat seberat cairan dalam kolom.

3. Soxhletasi

Soxhletasi merupakan penyempurnaan alat ekstraksi. Uap cairan penyari naik ke atas melalui pipa samping, kemudian diembunkan kembali oleh pendingin tegak. Cairan turun ke labu melalui tabung berisi serbuk simplisia, Adanya sifon, mengakibatkan seluruh cairan akan kembali ke labu. Cara ini lebih menguntungkan karena uap panas tidak melalui serbuk simplisia tetapi melalui pipa samping (Ansel, 1995).

Ada beberapa jenis ekstrak yakni: ekstrak cair, ekstrak kental dan ekstrak kering. Ekstrak cair apabila hasil ekstraksi masih bias dituang, biasanya kadar air lebih dari 30%. Ekstrak kental apabila memiliki kadar air antara 5-30%. Ekstrak kering apabila mengandung kadar air kurang dari 5%. Ekstrak kering memungkinkan langsung dilakukan penyerbukan dan lebih mudah memperhitungkan kadar serta melakukan formulasi (Voigt, 1994).

D. SEDIAAN SERBUK (PULVIS dan PULVERES)

Sediaan kapsul terlebih dahulu, dengan kata lain bahan-bahan perlu diubah menjadi serbuk. Menurut farmakope Indonesia Edisi III, serbuk didefinisikan sebagai campuran homogen dua atau lebih obat yang telah diserbukkan. Selain itu menurut Farmakope Indonesia IV, serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Sediaan serbuk lebih mudah didispersi dan lebih mudah larut daripada bentuk sediaan yang dipadatkan sebab serbuk mempunyai permukaan yang halus.

Baik anak-anak maupun orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet akan merasa lebih mudah menggunakan sediaan serbuk. Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atau kapsul dalam ukuran yang lazim, dapat dibuat dalam bentuk serbuk. Biasanya sebelum digunakan, serbuk


(36)

commit to user

oral dapat dicampur dengan air minum. Secara kimia fisik, serbuk merupakan partikel bahan padat yang mempunyai ukuran antara 10.000-0,1 mikrometer.

Sedangkan karakteristik serbuk yang baik mencakup kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Homogen dan kering

Kering bermakna tidak boleh menggumpal atau mengandung air. Homogenitas dari suatu sediaan serbuk dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

a. Ukuran partikel b. Densitas / berat jenis

2. Derajat kehalusan tertentu,sehingga: a. Disolusi semakin cepat

b. Sediaan lebih homogen

c. Permukaan serbuk menjadi lebih luas dan daya absorbsinya semakin besar

(Chaerunissa, dkk, 2009).

Jamu sediaan serbuk memiliki kelebihan dan kekurangan, berikut merupakan kelebihan dan kekurangannya:

1. Kelebihan

a. Disolusi cepat

b. Dosis lebih tepat, lebih stabil daripada sediaan cair c. Sebagai campuran bahan obat sesuai kebutuhan 2. Kekurangan

a. Peracian relaktif memakan waktu yang lebih lama b. Bahan obat yang pahit akan sukar tertutupi rasanya

c. Kurang baik untuk bahan obat yang mudah rusak/terurai dengan adanya kelembaban dan kontak dengan udara


(37)

commit to user

E. SEDIAAN KAPSUL

Istilah sediaan kapsul berasal dari bahasa latin “capsula” yang artinya kotak kecil. Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, bisa juga dari pati atau bahan lain yang sesuai. Yang disebut dengan kapsul adalah sediaan berupa serbuk yang dimasukkan dalam cangkang kapsul atau sediaan cair atau setengah padat yang dibungkus dengan kapsul dasar. Nama resmi dari kapsul adalah capsulae operculate (Chaerunissa, dkk, 2009).

Kapsul dapat diberi bermacam–macam warna. Bila dalam resep diinginkan serbuk dalam kapsul, maka ukuran dan warna kapsul yang dipakai harus dicantumkan dalam resep. Sedangkan konsitensi obat yang dimasukkan kedalam kapsul dapat berupa serbuk, cair, granul.

Contoh :

1. Berupa Serbuk: Erythrocin caps, Incidal caps, Kemicetin caps 2. Berupa Cairan: Oleum Chenopodii

3. Berupa Granul: Eryc caps, Excelase caps 4. Hard caps: Librium, Terramycin, Juvelon 5. Soft caps: Natur-E, Super Tetra, Levertran caps

Mengenai jenis–jenis kapsul adalah sebagai berikut: 1. Hard Capsule atau Kapsul keras

2. Hard Gelatine Capsule atau Kapsul Lunak

Kapsul dapat dibagi berbagai golongan, diantaranya: 1. Berdasarkan konsistensi:

a. Kapsul keras b. Kapsul lunak

2. Berdasarkan cara pemakaian: a. Per oral

b. Per rectal c. Per vaginal d. Topikal


(38)

commit to user 3. Berdasarkan tujuan pemakaian:

a. Untuk manusia b. Untuk hewan (Anonim, 2006).

Macam–macam sediaan kapsul berdasarkan jenis bahan dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu:

1. Kapsul keras

Kapsul keras biasanya digunakan untuk obat berbentuk padat atau cair yang tidak mudah rusak. Cangkang kapsul umumnya berbentuk tabung silinder berbentuk bulat, terdiri dari wadah dan tutup, terbuat dari gelatin dan air (12 – 16 % ).

Cangkang capsul harus terbuat dalam dua bagian yaitu badan kapsul dan bagian tutupnya yang lebih pendek. Kedua bagian saling menutupi bila dipertemukan, bagian tutup akan menyelubungi bagian tubuh secara tepat dan ketat.

Kapsul biasanya tidak tembus cahaya, yang dibuat dengan menambahkan bahan yang tidak larut seperti titan oksida ke dalam campuran gelatin. Kapsul tidak tembus cahaya yang berwarna dapat disiapkan dengan menggunakan kedua zat yaitu bahan pembuat tidak tembus cahaya dan pewarna.

2. Kapsul lunak/kenyal

Kapsul kenyal dapat diisi dengan zat padat, setengah padat, atau cairan. Seperti halnya dengan kapsul keras, terbuat dari gelatin dan air, untuk kekenyalannya ditambah dengan gliserol atau sorbital. Sorbital bersifat kurang higroskopis dari pada gliserol. Biasanya mengandung pengawet misalnya beta naftol.

Kapsul kenyal sangat sesuai untuk cairan atau zat setengah padat, secara luas digunakan untuk vitamin–vitamin yang larut dalam minyak seperti vitamin A, D dan E, juga minyak ikan. Biasanya berbentuk bulat atau lonjong. Cangkang kapsul kenyal dapat diberi warna untuk melindungi obat terhadap cahaya.


(39)

commit to user

Kapsul lunak bentuknya bagus dan lebih mudah ditelan oleh pasien. Membuat kapsul lunak tidak mudah, kecuali dalam industri skala besar dan menggunakan peralatan khusus.

Kapsul gelatin lunak dapat digunakan dengan mengisikan macam– macam jenis bahan baik bentuk cair maupun kering. Cairan yang dapat dimasukkan ke dalam kapsul gelatin lunak termasuk :

a. Bahan yang tidak tersatukan dengan air, cairan yang mudah menguap dan tidak nabati, hidrokarbon aromatik, dan hidrokarbon alifatik, hidrokarbon yang diklorinasi, eter, ester, alkohol (dengan kadar air tertentu) asam organik.

b. Bahan yang bersatukan dengan air, cairan yang tidak menguap seperti polietilen glikol dan surfaktan non ionik seperti polisorbat 80.

c. Bahan yang tersatuka dengan air dan kelompok komponen yang tidak menguap seperti propilen glikol dan isoprosil alkohol, tergantung pada faktor–faktor seperti konsentrasi yang diperlukan dan keadaan kemasan.

3. Kapsul Tepung (capsulae amilaseae)

Kapsul tepung disebut juga ouwel dibuat dari tepung atau amilum detambah air dan zat pengawet. Bentuk kapsul ini biasanya bulat atau silinder, digunakan untuk serbuk voluminous (zat yang lebih besar dari volumenya). Misalnya: MgO, Mg2CO3

4. Kapsul Salut Enterik

Kapsul salut enterk adalah kapsul yang disalut sedemikian rupa sehingga tidak larut di dalam lambung tetapi larut di dalam usus. Tujuan penyalutan ini adalah untuk:

a. Mencegah terurainya zat – zat oleh cairan lambung.

b. Mencegah rasa mual atau muntah yang disebabkan oleh zat–zat tertentu, misalnya: emetin, dietilstilbestrol dan lain–lain.

c. Memperlambat aksi suatu obat, misalnya luminal, aspirin dan amfetamin


(40)

commit to user

d. Dimaksudkan untuk obat–obat yang harus bekerja di usus, seperti: anthelmentika, antiseptik usus dan amoebisida.

(Chaerunissa, dkk, 2009).

F. PROSES PRODUKSI KAPSUL

Ada 5 tahapan dalam pembuatan sediaan kapsul yaitu: 1. Pengecilan ukuran partikel

2. Pencampuran

3. Pemilihan ukuran kapsul 4. Packing dan pelabelan (anonim, 2009)

Telah disinggung bahwa sediaan kapsul merupakan proses lanjutan dari sediaan serbuk. Sehingga dalam proses pembuatan sediaan kapsul sudah dapat dipastikan melalui proses pengecilan ukuran terlebih dahulu. menambahkan bahwa tahap pengecilan ukuran dapat dilakukan dengan cara pengayakan. Serbuk yang baik harus memenuhi persyaratan antara lain memiliki derajat halus tertentu.

Untuk selanjutnya serbuk diracik dengan cara mencampur bahan satu per satu, sedikit demi sedikit, kemudian diayak, biasanya menggunakan pengayak nomor 80 dan dicampur lagi. Jika serbuk mengandung lemak, harus diayak dengan pengayak nomor 44.

Pemilihan ukuran cangkang kapsul juga perlu diperhatikan, sebab hal ini menyangkut dosis konsumsi. Mengenai syarat–syarat yang digunakan untuk wadah serbuk yaitu terlindung dari pengaruh cahaya atau sinar, udara, kelembaban, kontaminasi, mencegah penguapan serbuk, dan mudah diambil dari wadahnya. Wadah yang sering digunakan dalam bentuk dos serbuk (dos puyer), pot gelas, dan botol mulut lebar. Serbuk harus disimpan dalam wadah tertutup baik (Chaerunissa, dkk, 2009).

Label harus mencakup antara lain: merk, komposisi, isi, cara penggunaan, tanggal kadaluarsa, cara pemakaian, kode produksi, khasiat, logo jamu, nama perusahaan dan lokasi perusahaan.


(41)

commit to user

Adapun keuntungan dari sediaan kapsul adalah dapat menutupi rasa dan bau obat yang tidak enak, memudahkan penggunaan, mempercepat penyerapan, dapat dibuat sediaan cair dengan konsentrasi tertentu. Sedangkan kelemahan dari sediaan kapsul adalah tidak dapat digunakan untuk bahan– bahan yang sangat efloresen dan delikuesen. Bahan efloresen adalah kapsul menjadi lunak, sedangkan delikuesen adalah kapsul menjadi rapuh dan mudah pecah. Selain itu untuk pewadahan kapsul harus dalam pot gelas yang disimpan ditempat sejuk dan kering.


(42)

commit to user

31

BAB III

TATA LAKSANA PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan magang ini telah dilaksanakan pada tanggal 1 Februari 2012 – tanggal 29 Februari 2012. Bertempat di PT. Putro Kinasih, Jl.Sidoluhur No.89 Rt06/XV, Cemani, Grogol, Sukoharjo.

B. Metode Pengumpulan Data

Pelaksanaan kegiatan magang yang dilaksanakan di PT. Putro Kinasih, Jl.Sidoluhur No.89 Rt06/XV, Cemani, Grogol, Sukoharjo dengan beberapa metode sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data Secara Langsung

a. Pengamatan (Observasi)

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati secara langsung peristiwa atau hal-hal yang berhubungan dengan proses produksi dan peralatan di tempat magang.

b. Wawancara

Suatu proses untuk mendapatkan informasi dengan cara tanya jawab secara langsung dengan pihak – pihak dari instansi yang bersangkutan guna mengetahui segala hal yang diperlukan.

c. Pelaksanaan Kegiatan Magang

Turut serta dalam melaksanakan praktik kerja secara langsung, sehingga mahasiswa dapat mengetahui secara langsung kegiatan yang dilaksanakan di PT. PUTRO KINASIH.

2. Pengumpulan Data Secara Tidak Langsung

a. Studi Pustaka

Pengumpulan data dengan cara memanfaatkan data yang tersedia yang berkaitan dengan pelaksanaan magang mahasiswa. b. Dokumentasi dan Data – Data

Mendukumentasikan dan mencatat data atau hasil dari pelaksanaan magang.


(43)

commit to user

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAAN

A. KONDISI UMUM PERUSAHAAN

1. Sejarah dan Perkembangan

Jamu adalah obat tradisional yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan dan mineral dan atau sediaan galeniknya atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang belum dibekukan dan dipergunakan dalam upaya pengobatan berdasarkan pengalaman. Bentuk sediaan berwujud sebagai serbuk seduhan, rajangan untuk seduhan dan sebagainya. Istilah penggunaanya masih memakai pengertian tradisional seperti galian singset, sekalor, pegel linu, tolak angin dan sebagainya. Sedangkan fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanannya dan khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah memenuhi persyaratan yang berlaku. Istilah cara penggunaannya menggunakan pengertian farmakologik seperti diuretik, analgesik, antipiretik dan sebagainya. Dasar pembuatan simplisia meliputi beberapa tahapan. Adapun tahapan tersebut dimulai dari pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan penyimpanan (Gunawan dan Sri, 2004).

Jamu tradisional merupakan tradisi leluhur yang sudah ada sejak dari nenek moyang dan diminati oleh banyak orang karena sudah terbukti khasiatnya dan keamanannya. Didirikan pada tahun 1996 oleh bapak Timbul Subiyanto di daerah Banyu Anyar, Turi Sari, Surakarta dengan berbekal pengetahuan tentang meracik jamu maka para pendiri PT. Putro Kinasih yang mulai meracik jamu tradisional tetapi masih dengan alat-alat yang sangat tradisional. Kala itu beliau yang menjabat sebagai komisaris.

Pada awal mula usahanya, PT. Putro Kinasih hanya meramu bahan-bahan mentah dalam bentuk racikan dan belum berupa serbuk. Beberapa saat kemudian barulah usaha tersebut mengalami perkembangan setingkat


(44)

commit to user

lebih baik, yaitu dengan memproduksi jamu berbentuk serbuk. Sepet arum merupakan produk perdananya yang berwujud serbuk.

Sebelum perusahaan ini berlokasi di Jalan Sidoluhur No. 89, RT 02 RW 15 Kelurahan Cemani, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, perusahaan tersebut pada mulanya berlokasi di Jalan Ponconoko No. 51 Kemasan Tipes RT 02 RW 04 Nirbitan, Serengan, Surakarta. Seiring dengan diterimanya produk dari PT. Putro kinasih oleh masyarakat, pada tahun 1998 bapak Arif Handoyo Saputro yang menggantikan posisi bapak Timbul Subiyanto mulai melebarkan sayap dalam mengembangkan usaha keluarga ini. Produk yang pada mulanya berbentuk serbuk, kini mencoba merambah ke produk berbentuk pil, tablet dan kapsul. Dengan meningkatnya permintaan maka mulailah pengerjaan jamu dengan mesin-mesin modern. Bahkan sampai saat ini produk-produk PT. Putro Kinasih banyak diterima masyarakat di berbagai pulau yaitu : Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTB, hingga mancanegara.

PT. Putro Kinasih sudah memproduksi berbagai produk yang di kategorikan dalam 5 kategori, yaitu : man’s vitality, women healthy,

beauty care, diet slimming, general healthy. Dengan dibantu promosi

melalui berbagai media maka produk-produk dari PT. Putro Kinasih semakin dikenal oleh masyarakat luas. Dengan memperoleh izin dari BPPOM maka produk-produk ini sangat aman untuk dikonsumsi dan murni 100% menggunakan bahan herbal alami dan tidak mengandung bahan-bahan kimia zat berbahaya.

2. Visi dan Misi

Visi dari PT. Putro Kinasih yaitu ikut meningkatkan kesehatan masyarakat dengan ramuan alami, Yang diterima masyarakat luas dengan harga murah dan terjangkau setiap lapisan masyarakat serta aman di konsumsi.

Sedangkan misi dari PT. Putro Kinasih adalah mengembangkan obat tradisional asli Indonesia dengan meningkatkan mutu dan keamanan melalui penelitian-penelitian, riset dan terus berkembang sesuai pasar.


(45)

commit to user 3. Lokasi Perusahaan

PT. Putro Kinasih awalnya didirikan di daerah Banyu Anyar, Turisari, setelah mendapatkan tempat yang cocok kemudian perusahaan di pindah ke daerah Sukoharjo, tepatnya di Jl. Sidoluhur No. 89 RT 06 RW 15 Cemani, Grogol, Sukoharjo. Dalam pendirian suatu perusahaan banyak pertimbangan yang menguntungkan yang dapat di peroleh dari perusahaan tersebut. Begitu juga lokasi yang di pilih oleh PT. Putro Kinasih mempunyai banyak keuntungan yaitu :

a. Lokasi perusahaan strategis

b. Tidak terlalu jauh dengan pasar bahan baku c. Tenaga kerja yang mudah dan murah

d. Alat transportasi mudah di jangkau e. Tanah yang luas untuk ekspensi f. Terdapat fasilitas listrik dan telepon g. Dekat dengan tempat tinggal pemilik h. Lingkungan masyarakat yang mendukung 4. Denah Gedung Perusahaan

PT. Putro Kinasih terdiri dari dua gedung, masing-masing gedung tersebut terdiri dari dua lantai. Luas dari pada gedung I ± 1400 m2. Sedangkan luas gedung II ± 800 m2. Jadi luas keseluruhan dari gedung milik perusahaan tersebut ± 2200 m2. Di kedua gedung tersebut PT. Putro Kinasih melakukan produksi. Untuk penyimpanan bahan baku dan proses penggilingan tetap dibedakan dengan bagian packing hasil produksi, hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar kotoran atau debu tidak menempel pada produk yang sudah jadi atau siap dipasarkan.

Untuk saat ini PT. Putro Kinasih sedang melakukan renovasi gedung, yaitu pada gedung II. Sementara yang lebih sering digunakan untuk produksi maupun packing di gedung I, sehingga pada gedung I terlihat penuh karena dari packing dan penyimpanan hasil produksi ditempatkan di gedung I tersebut. Berikut merupakan denah dari kedua gedung tersebut :


(46)

(47)

(48)

(49)

commit to user 5. Mitra Perusahaan

Bahan baku yang simplisia di peroleh berbagai wilayah di Surakarta dan sekitarnya, baik membeli maupun dipasok oleh pemasok. Daerah-daerah tersebut di antaranya : Pasar Gedhe Solo, Malang, Tawangmangu, Boyolali, Karanganyar, Solo dan Wonogiri. Sedangkan bahan baku yang berupa ekstrak diperoleh dari Bogor.

Sebagai mitra dalam pengadaan cangkang kapsul perusahaan ini mempercayakannya kepada PT. Capsugel Indonesia yang berlokasi di jalan Raya Km. 42 Cibinong 16916. Sedangkan perusahaan PT. Jaya Makmur dan PT. Jayatama di tunjuk sebagai mitra dalam pengadaan botol-botol kemasan.

6. Struktur Organisasi

Dalam masalah kepegawaian antar pimpinan dengan karyawan perlu dibina suatu hubungan yang harmonis dan saling pengertian sehingga akan menunjang kelancaran proses produksi perusahaan. Berikut ini merupakan skema dari struktur organisasi PT. Putro Kinasih. Struktur organisasi ini melibatkan banyak bagian. Hanya bagian pokok saja yang digunakan, ini disebabkan karena masih sedikitnya karyawan yang di miliki. Selain itu, struktur organisasi di bawah ini sudah mencukupi untuk mengurusi sebuah perusahaan kecil.


(50)

(51)

commit to user

Adapun karyawan-karyawan yang bekerja dalam PT. Putro Kinasih terbagi menjadi dua yaitu :

a. Karyawan yang langsung berhubungan dengan proses produksi. b. Karyawan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi.

Perincian karyawan yang berhubungan langsung dengan proses produksi adalah sebagai berikut :

a. Bagian gudang 1orang. b. Bagian pengepakan 18 orang. c. Bagian mesin5 orang.

d. Bagian proses produksi pil 2 orang. e. Bagian proses produksi tablet2 orang. f. Bagian proses produksi kapsul 2 orang. g. Bagian proses produksi jamu serbuk 2 orang. h. Bagian mesin pengemas jamu serbuk 6 orang. i. Bagian pengayakan 2 orang.

Perincian jumlah karyawan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi :

a. Bagian marketing 3 orang. b. Bagian keuangan 1 orang.

c. Bagian pengadaan barang sekunder dan kas kecil depan 1 orang. d. Bagian pengadaan barang primer dan kas belakang 1 orang

e. Bagian pelaksanaan pengadaan barang primer dan sekunder 2 orang f. Kepala produksi 1 orang

g. Kepala teknisi 1 orang

h. Kepala mesin sekunder 1 orang

i. Kepala pengadaan barang sekunder, QC dan TK 1 orang. j. Kepala PPIC 1 orang

k. Penjualan, QC dan coding 1 orang

Sehingga dapat diketahui bahwa PT. Putro Kinasih memperkerjakan 49 karyawan, dengan perincian 25 karyawan laki-laki dan 24 karyawan perempuan. Dengan perincian sebagai berikut :


(52)

commit to user

a. Tenaga kerja langsung berjumlah 36 orang yang meliputi bagian operasional proses produksi.

b. Tenaga kerja tidak langsung berjumlah 13 orang yang meliputi pemimpin perusahaan, bagian atministrasi dan umum, bagian produksi dan bagian pemasaran, serta beberapa karyawan yang tidak terkait langsung dengan proses produksi.

Karyawan pria menangani dan mengurusi bagian gudang dan pencampuran bahan baku, oven dan pekerjaan yang lebih membutuhkan tenaga yang kuat. Sedangkan karyawan wanita mengurusi bagian yang tidak banyak membutuhkan tenaga, namun membutuhkan ketelitian dan kerapian. Karyawan PT. Putro Kinasih berasal dari masyarakat sekitar lokasi pendirian, hal ini ditunjukkan untuk mengurangi pengangguran desa setempat dan akan relaktif lebih aman jika menggunakan tenaga kerja setempat.

Dari bagan maupun uraian mengenai struktur organisasi di atas, dapat dilihat bahwa struktur organisasi tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari struktur dengan beberapa jabatan dipegang oleh seorang yang sama adalah dapat memaksimalkan sumber daya manusia yang ada, sehingga dapat meminimalis pengeluaran. Akan tetapi hal tersebut juga berpotensi mengakibatkan kondisi organisasi yang kurang sehat, sebab dengan adanya rangkap jabatan tersebut akan riskan terhadap kekurangan profesional dan totalitas pegawai dalam mengemban amanah pekerjaannya.

Adapun masing-masing tugas dan kewajiban dari struktur organisasi di atas adalah sebagai berikut:

a. Pimpinan

1) Mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dijalankan kemudian.

2) Bertanggung jawab secara keseluruhan atas mekanisme jalannya perusahaan.


(53)

commit to user

3) Setiap waktu atau periode tertentu menerima dan memeriksa keuangan dari bagian keuangan.

b. Bagian Pemasaran

1) Mendistribusikan barang hasil produksi 2) Mencari dan menambah pelanggan baru 3) Mencatat penjualan yang menjadi setiap hari 4) Melakukan penagihan hutang

c. Bagian produksi

1) Melakukan seleksi atas bahan-bahan dan menentukan jumlah bahan baku yang akan digunakan

2) Menentukan jumlah dan jenis jamu yang akan diproduksi 3) Mengawasi jalannya proses produksi

4) Menjaga dan meningkatkan proses produksi d. Bagian Administrasidan Umum

1) Menerima dan memberhentikan karyawan

2) Mengkalkulasi semua biaya yang dioperasikan dalam perusahaan 3) Mencatat urusan penjualan dan produksi

4) Mencatat dan melakukan pembayaran gaji karyawan 7. Tata Tertib Perusahaan

Untuk meningkatkan kualitas kedisiplinan dan produktivitas kerja pada setiap karyawan PT. Putro Kinasih diwajibkan mentaati peraturan-peraturan perusahaan sebagai berikut :

a. Setiap karyawan diwajibkan absen pada daftar absensi yang telah ditentukan pada saat masuk, pulang dan lembur (apabila diketahui kedatangannya, tapi tidak absen maka akan di anggap tidak masuk). b. Produksi shef I

c. Jam kerja dimulai pukul 08.00 WIB d. Istirahat pukul 12.00-13.00 WIB e. Pulang pukul 16.00 WIB


(54)

commit to user

g. Jam kerja dimulai pukul 14.00 WIB dan diakhiri pukul 22.30 WIB. Akan tetapi, shef II ini hanya berlangsung beberapa bulan saja, sebab lingkungan sekitar perusahaan kurang mendukung, sebab suara mesin terlalu keras. Sehingga mengganggu ketenangan masyarakat, oleh sebab itu pimpinan perusahaan mengambil keputusan untuk membatalkan kebijakan tersebut, sehingga saat ini perusahaan hanya menerapkan satu shef saja.

h. Dilarang meninggalkan tempat kerja atau bersiap-siap untuk beristirahat sebelum jam istirahat berlangsung.

i. Dilarang meninggalkan jam kerja sebelum jam kerja berakhir. j. Dilarang merokok diarea / lingkungan perusahaan

k. Setiap karyawan harus ikut menjaga dan merawat seluruh peralatan yang sudah disediakan perusahaan.

l. Dilarang mengambil barang atau sebagainya yang bukan kepunyaannya.

m. Setiap karyawan wajib mentaati seluruh peraturan yang dibuat / diberikan perusahaan.

8. Sistem Gaji

Perusahaan PT. Putro Kinasih memberikan gaji setiap karyawan berdasarkan kedudukan, prestasi (lemburan), lama karyawan tersebut bekerja. Sedangkan gaji minimum UMR hanya diberikan untuk tenaga kerja bagian administrasi dan bagian produksi. Sistem pembayaran gaji dilakukan setiap bulan yaitu setiap awal bulan, sedangkan untuk gaji lemburan atau gaji finishing diberikan secara mingguan atau terkadang harian. Perusahaaan ini juga kadang menerapkan sistem gaji secara “borongan”, bagi kedua belah pihak hal ini akan lebih efektif dan efisien untuk mengatasi masalah mengejar target ketika permintaan produk sedang membanjir.


(1)

commit to user

3) Pengendalian persediaan, yaitu menetapkan tingkat persediaan yang ekonomis.

4) Jaringan pengangkutan.

Saluran distribusi jasa biasanya menggunakan agen travel untuk menyalurkan jasanya kepada konsumen. Jadi salah satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam kebijaksanaan saluran distribusi itu sendiri dengan memperhitungkan adanya perubahan pada masyarakat serta pola distribusi perlu mengikuti dinamika para konsumen tadi. d. Strategi Promosi

Aspek ini berhubungan dengan berbagai usaha untuk memberikan informasi pada pasar tentang produk/jasa yang dijual, tempat dan saatnya. Ada beberapa cara menyebarkan informasi ini, antara lain periklanan (advertising), penjualan pribadi (Personal

Selling), Promosi penjualan (Sales Promotion) dan Publisitas

(Publicity)

1) Periklanan (Advertising): Merupakan alat utama bagi pengusaha untuk mempengaruhi konsumennya. Periklanan ini dapat dilakukan oleh pengusaha lewat surat kabar, radio, majalah, bioskop, televisi, ataupun dalam bentuk poster-poster yang dipasang dipinggir jalan atau tempat-tempat yang strategis.

2) Penjualan Pribadi (Personal selling): Merupakan kegiatan perusahaan untuk melakukan kontak langsung dengan calon konsumennya. Dengan kontak langsung ini diharapkan akan terjadi hubungan atau interaksi yang positif antara pengusaha dengan calon konsumennya itu. Yang termasuk dalam personal selling adalah: door to door selling, mail order, telephone selling, dan direct selling.

3) Promosi Penjualan (Sales Promotion): Merupakan kegiatan

perusahaan untuk menjajakan produk yang dipasarkannya sedemikian rupa sehingga konsumen akan mudah untuk melihatnya


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dan bahkan dengan cara penempatan dan pengaturan tertentu, maka produk tersebut akan menarik perhatian konsumen.

4) Publsitas (Pubilicity): Meripakan cara yang biasa digunakan juga oleh perusahaan untuk membentuk pengaruh secara tidak langsung kepada konsumen, agar mereka menjadi tahu, dan menyenangi produk yang dipasarkannya, hal ini berbeda dengan promosi, dimana didalam melakukan publisitas perusahaan tidak melakukan hal yang bersifat komersial. Publisitas merupakan suatu alat promosi yang mampu membentuk opini masyarakat secara tepat, sehingga sering disebut sebagai usaha untuk "mensosialisasikan" atau "memasyarakatkan ".

Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah tercapainya keseimbangan yang efektif, dengan mengkombinasikan komponen-komponen tersebut kedalam suatu strategi promosi yang terpadu untuk berkomunikasi dengan para pembeli dan para pembuat keputusan pembelian. (William J.Stanton, 1986).

PT. Putro Kinasih dalam memasarkan produknya menggunakan ‘’Strategi Marketing Mix’’ dan system DO (order pengiriman barang). Strategi Marketing Mix yaitu suatu rencana untuk menyeleksi dan menganalisa pasar sasaran serta mengembangkan atau mempertahankan pemasaran yang ditujukan untuk memuaskan pasar sasaran tersebut. Dalam pendistribusian barang di PT. Putro Kinasih menggunakan strategi FIFO (First In First Out) yaitu bahan yang masuk pertama kali akan keluar pertama pula. Hal ini dilakukan untuk menjaga mutu produk. Mengingat penyimpanan, apabila dilakukan penyimpanan di tempat yang kotor maka produk akan memiliki mutu juga kurang baik. Strategi yang digunakan PT. Putro Kinasih untuk memasarkan produknya tersebut mencakup beberapa kebijakan antara lain:

a. Kebijakan Produk

PT. Putro Kinasih memproduksi berbagai produk jamu tradisional yang digolongkan menjadi 5 yaitu:


(3)

commit to user 1) Jenis produk sediaan cair

2) Jenis produk sediaan serbuk 3) Jenis produk sediaan pil 4) Jenis produk sediaan tablet 5) Jenis produk sediaan kapsul

Dari jenis produk di atas masih dibagi lagi dalam beberapa merk produk. Merk produk yang khususnya golongan pria dan golongan wanita dengan nama yang berbeda. Dalam usahanya memberi kepuasan kepada para pelanggan agar produk dapat laku, maka pemilik perusahaan memberikan kesempatan pada para pelanggan untuk memberikan kritik dan saran-saran sehingga perusahaan bisa mengetahui kekurangannya.

a. Kebijakan Harga

Dalam menentukan harga jual maka perusahaan mendasarkan pada metode “Cost Plus Princing” dimana penentukan harga jual didasarkan atas harga pokok ditambah biaya-biaya lain dan ditambah dengan keuntungan yang diharapkan.

b. Kebijakan Distribusi

Kebijakan distribusi adalah proses penyaluran produk dari produsen ke konsumen.

c. Kebijakan Promosi

Dalam menjalankan kegiatan promosi, PT. Putro Kinasih bekerja sama dengan agen tunggal. Beberapa bentuk kegiatan promosi yang dilakukan antara lain: pembuatan spanduk, pemanjangan sampel produk pada tiap toko, memberikan bonus pada setiap pembeli 1 slop dengan memberikan bonus 1 sachet setiap pack.

2. Daerah Pemasaran

Daerah pemasaran produk di PT. Putro Kinasih hampir seluruh indonesia dan sudah sampai keluar negeri. Pada umumnya paling banyak ke luar Jawa seperti Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi. Pemasaran di daerah Jawa umumnya di daerah Bandung dan di daerah sekitar misalkan di pasar, di toko-toko jamu dan sebagainya. Sedangkan pemasaran keluar


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

negeri sudah sampai Malaysia, Singapura dan Arab Saudi, pemesanan lewat marketing PT. Putro Kinasih yang berada di Surabaya dan Jakarta. Harga produk dan desain kemasan ditetapkan melalui survei pasar untuk menjangkau dan memenuhi kebutuhan konsumen. Sesuai dengan coding, kota-kota tujuan pemasaran tersebut antara lain :

d. 88 : Jakarta

e. 10 : Luar Jawa (beberapa daerah di Kalimantan dan Sumatra) f. 50 : solo

g. 40 : Surabaya h. 20 : Bali


(5)

commit to user

75

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari serangkaian kegiatan dan pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Jamu adalah obat tradisional yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan dan mineral dan atau sediaan galeniknya atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang belum dibekukan dan dipergunakan dalam upaya pengobatan berdasarkan pengalaman.

2. PT. Putro Kinasih sudah memproduksi berbagai produk yang di

kategorikan dalam 5 kategori, yaitu : man’s vitality, women healthy,

beauty care, diet slimming, general healthy.

3. SUSPER MONA & LISA dibuat berdasarkan standart baku bahan alami tumbuhan berdasarkan resep kuno tradisional Indonesia serta ekstrak tanaman dan akar-akaran berkhasiat, seperti buah majakani (Quercus L

Fructus), daun sirih (Piperis Folium), kulit pulasari (Alyxiae Cortex), kulit

kayu rapat / pegatsih (Parameriae Cortex) dan buah delima (Granati

Cortex).

4. kapsul adalah sediaan berupa serbuk yang dimasukkan dalam cangkang kapsul atau sediaan cair atau setengah padat yang dibungkus dengan kapsul dasar.

5. Proses produksi jamu kapsul Susper Mona & Lisa terdiri dari 7 tahap, yaitu tahap peracikan, penggilingan, pengadukan, pengayakan, pencetakan ke dalam cangkang kapsul, sortasi, dan pengemasan, coding dan pelabelan. 6. Formulasi Susper Mona & Lisa setiap Kapsul 350 mg, yakni buah majakani (Quercus L Fructus) 100 mg, daun sirih (Piperis Folium) 100 mg, kulit pulasari (Alyxiae Cortex) 25 mg, kulit kayu rapat / pegatsih

(Parameriae Cortex) 25 mg, buah delima (Granati Cortex) 100 mg.

7. Proses pengisian kapsul ini dilakukan dalam ruangan ber AC dengan suhu


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tidak mudah mencair / meleleh karena cangkang kapsul tersebut terbuat dari gelatin yang mudah meleleh apabila ditempatkan pada ruangan bersuhu terlalu panas.

8. Khasiat dari jamu kapsul SUSPER MONA & LISA membuat tubuh agar tetap langsing padat berisi serta bergairah sepanjang hari, merawat kecantikan alami pada wajah, kulit halus berseri dan segar alami, mengobati rasa gatal - gatal dan bau pada bagian intim kewanitaan, mencegah terjadinya infeksi jamur, bakteri, serta parasit yang menyebabkan keputihan, merapatkan / memulihkan otot vagina dan otot perut sesudah melahirkan, meningkatkan gairah serta kemesraan dan kenikmatan didalam hubungan rumah tangga.

9. PT. Putro Kinasih dalam memasarkan produknya menggunakan ‘’Strategi Marketing Mix’’ dan system DO (order pengiriman barang). 10.Daerah pemasaran produk di PT. Putro Kinasih mencakup kota-kota

seperti Solo, Jakarta, Surabaya, Bali bahkan beberapa kota di luar jawa.

B. Saran

1. Proses produksi harus dilakukan lebih maksimal lagi agar hasilnya juga bisa lebih maksimal.

2. PT. Putro Kinasih perlu memperluas daerah pemasaran agar produk yang

dihasilkan bisa dikenal oleh masyarakat lebih luas. 3. Kesejahteraan untuk karyawan lebih ditingkatkan lagi.

4. Lebih ditingkatkan lagi sistem manajemen perusahaan mulai dari

kedisiplinan kerja sampai pemasaran agar hasil yang diperoleh lebih maksimal.