Evaluasi Penagihan Pajak Reklame Di Dppkad Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009 2011 abstrak

(1)

commit to user

EVALUASI PENAGIHAN PAJAK REKLAME DI DPPKAD KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009-2011

TUGAS AKHIR

Disusun untuk memenuhi sebagian prasyarat Mencapai derajat Ahli Madya (A.Md) Program Studi Diploma III Perpajakan

Oleh:

A’AN PRABOWO NORWINTO NIM. F3409001

PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Tidak ada makanan seseorang itu yang lebih baik dari pada apa yang dimakan dari hasil usaha tangannya sendiri (Riwayat Al-Bukhari),

Kesuksesan adalah titik terkecil diantara gunung-gunung kegagalan (Bob Sadino),

Apapun yang dikerjakan atau tidak dikerjakan, akan mengarah ke sesuatu dan akan menyampaikan kepada kualitas hidup tertentu di masa depan (Mario Teguh),

Sukses tidak diukur dari posisi yang berhasil dicapai seseorang dalam hidupnya, tapi dari hambatan-hambatan yang diatasinya (Booker T. Washington),

Ajining diri soko kedhaling lathi, ajining rogo soko busono (Sularno).

Penulis persembahkan kepada: Ø Ayah, Ibu dan adikku Ø Keluarga besarku Ø Someone special Ø Sahabat-sahabatku Ø Almamaterku, dan Ø Wonogiri kotaku.


(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat dan hidayah yang telah diberikan kepada penulis, sehingga segala petunjuk dan kemudahan telah didapatkan dalam menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “EVALUASI PENAGIHAN PAJAK REKLAME DI DPPKAD KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009-2011”. Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Diploma III Studi Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya,

2. Untuk kedua orang tua, Bapak Sularno dan Ibu Prihartini yang telah memberikan dukungan moral dan semangat, serta doa yang selalu menyertai dari awal pelaksanaan hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini,

3. Bapak Dr. Wisnu Untoro, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta,

4. Bapak Drs. Hanung Triatmoko, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta,

5. Bapak Anas Wibawa, S.E., M.Si., Ak, selaku Ketua Intership and Career Development Center,


(6)

commit to user

vi

6. Bapak Agus Widodo, S.E., M.Si., Ak., selaku Dosen Pembimbing Akademik, 7. Ibu Juliati, S.E., Ak., selaku Dosen Pembimbing, yang telah memberikan

bimbingan dan saran selama penulis menyelesaikan Tugas Akhir,

8. Ibu Giyarni, S.H., MH., selaku Pembimbing Institusi Mitra, yang telah memberikan dukungan selama penulis menyelesaikan Tugas Akhir,

9. Seluruh pegawai DPPKAD Sukoharjo yang telah memberikan banyak kemudahan serta bimbingannya selama penulis menyelesaikan Tugas Akhir, 10.Someone special Anis Setyowati yang telah memberikan semangat dan

motivasi selama penulis menyelesaikan Tugas Akhir,

11.Seluruh teman-teman D3 Perpajakan angkatan 2009 yang banyak memberikan dukungan,

12.Sahabat-sahabatku wonogiri terima kasih atas saran dan do’a yang kalian berikan, tetap sukseskan wonogiri,

13.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi perbaikan. Penulis berharap Tugas Akhir ini berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Wonogiri, Juni 2011


(7)

commit to user

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

ABSTRACT ... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. GAMBARAN UMUM INSTANSI/LEMBAGA………. 1

1. Sejarah Singkat Berdirinya DPPKAD Sukoharjo….. 1

2. Tugas Pokok dan Fungsi DPPKAD Sukoharjo1….. 1

3. Visi dan Misi DPPKAD Sukoharjo……… 3

4. Struktur Organisasi DPPKAD Sukoharjo………….. 4


(8)

commit to user

viii

B. LATAR BELAKANG MASALAH……….. 13

C. RUMUSAN MASALAH……….. 16

D. TUJUAN PENELITIAN………. 16

E. MANFAAT PENELITIAN……… 16

F. METODE PENELITIAN……….. 17

BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN……….. 19

A. TINJAUAN PUSTAKA………. 19

1. Pengertian Evaluasi………. 19

2. Pengertian Penagihan Pajak……… 19

3. Pajak Secara Umum……….... 20

4. Pajak Daerah……… 24

5. Pajak Reklame………. 27

B. ANALISIS DAN PEMBAHASAN………... 34

1. Perkembangan Piutang Pajak Reklame di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo dari Tahun 2009-2011……… 34

2. Evaluasi Proses Pelaksanaan Penagihan Pajak Reklame di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo………... 37

3. Hambatan Penagihan Pajak Reklame di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo………. 41


(9)

commit to user

ix

4. Solusi atas Hambatan Penagihan Pajak Reklame di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

Kabupaten Sukoharjo……….. 43

BAB III TEMUAN………. 45

A. KELEBIHAN………... 45

B. KELEMAHAN ………. 46

BAB IV PENUTUP……… 50

A. KESIMPULAN ……… 50

B. REKOMENDASI………. 51

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel II.1 Daftar Piutang Pajak Reklame 2009 Per 31 Desember 2011 ... 34

Tabel II.2 Daftar Piutang Pajak Reklame 2010 Per 31 Desember 2011 ... 35

Tabel II.3 Daftar Piutang Pajak Reklame 2011 Per 31 Desember 2011 ... 35


(11)

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar I.1 Struktur Organisasi DPPKAD Kabupaten Sukoharjo ... 4 Gambar II.2 Grafik Perkembangan Piutang Pajak Reklame Tahun


(12)

commit to user ABSTRACT

EVALUASI PENAGIHAN PAJAK REKLAME DI DPPKAD KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009-2011

A’an Prabowo Norwinto F3409001

The purposes of the research entitled The Evaluation of Advertisement Tax Bill in DPPKAD (Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah) Sukoharjo Regency Year 2009-2011 are to know the development of advertisement tax account receivable from year 2009-2011, to compare the process of advertisement tax bill in DPPKAD Sukoharjo Regency with the prevailed law, to know the obstacle of advertisement tax bill, and to know the solution for the obstacle of advertisement tax bill which has been done by DPPKAD Sukoharjo Regency.

The research is conducted by literary study and field study. Literary study is used by the writer for collecting the data and information which are obtained from literature such as tax law, government rule, and tax books relevant with the discussed material. Field study is done with two methods. The first is observation method done by doing observation and collecting data directly from the field. The second is direct interview method about the material discussed with related person of DPPKAD Sukoharjo Regency.

Based on the research, the process of advertisement tax bill in DPPKAD Sukoharjo Regency is not appropriate with the prevailed law. This is because the technique of bill is very complicated and long, and the characteristic of tax obligation who demands the bill with persuasive manner. The persuasive bill has an effect on the development of advertisement tax account receivable which always increases every year. In 2009 there is an advertisement tax account receivable as much as Rp 72,504,600, in 2010 is as much as Rp 176,777,700 and in 2011 is as much as 340,567,350.

The writer gives recommendation to DPPKAD Sukoharjo Regency that the process of advertisement tax bill should be based on PPSP (Penagihan Pajak dengan Surat Paksa) law, and prevailed region law, so it can secure PAD (Pendapatan Asli Daerah), and there should be a firm attitude which can make the tax obligation feels wary to violate the tax, such as confiscation and auction.


(13)

commit to user

ABSTRACT

EVALUASI PENAGIHAN PAJAK REKLAME DI DPPKAD KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009-2011

A’an Prabowo Norwinto F3409001

Tujuan dari penelitian yang berjudul Evaluasi Penagihan Pajak Reklame di DPPKAD Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009-2011 adalah untuk mengetahui perkembangan piutang pajak reklame dari tahun 2009-2011, untuk membandingkan proses penagihan pajak reklame di DPPKAD Kabupaten Sukoharjo dengan undang-undang yang berlaku, untuk mengetahui hambatan penagihan pajak reklame, serta untuk mengetahui solusi yang telah dilakukan DPPKAD Kabupaten Sukoharjo atas hambatan penagihan pajak reklame.

Penelitian ini dilaksanakan dengan studi kepustakaan dan studi lapangan. Studi kepustakaan digunakan penulis untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh melalui literature seperti undang-undang perpajakan, peraturan pemerintah dan buku-buku perpajakan yang mempunyai relevansi dengan materi yang dibahas. Studi lapangan dilakukan dengan dua metode, yang pertama adalah metode observasi yang dilakukan penulis dengan cara mengadakan pengamatan dan pengumpulan data secara langsung di lapangan, yang kedua adalah metode wawancara yang dilakukan penulis dengan mengadakan wawancara secara langsung mengenai materi yang akan diteliti dengan pihak DPPKAD Kabupaten Sukoharjo.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, proses penagihan pajak reklame di DPPKAD Kabupaten Sukoharjo tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku, hal ini dikarenakan faktor teknis penagihan yang rumit dan panjang, serta karakteristik wajib pajak yang menuntut adanya penagihan dengan cara persuasif. Penagihan persuasif berdampak terhadap perkembangan piutang pajak reklame yang selalu meningkat setiap tahunnya. Di tahun 2009 terdapat piutang pajak reklame sebesar Rp 72,504,600, tahun 2010 sebesar Rp 176,777,700 dan di tahun 2011 terdapat piutang pajak reklame sebesar Rp 340,567,350.

Penulis memberikan rekomendasi kepada pihak DPPKAD Kabupaten Sukoharjo bahwa pelaksanaan tata cara penagihan pajak reklame seharusnya disesuaikan dengan Undang-Undang PPSP atau Peraturan Daerah yang berlaku, sehingga akan mengamankan PAD, serta ada ketegasan yang membuat jera kepada wajib pajak yang melanggar kewajiban perpajakan, seperti adanya Penyitaan, serta adanya Pelaksanaan Lelang.


(14)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. GAMBARAN UMUM INSTANSI/LEMBAGA

1. Sejarah Singkat Berdirinya DPPKAD Kabupaten Sukoharjo

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, ditegaskan bahwa perangkat daerah terdiri dari unsur staf yang mempunyai tugas membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi yang diwadahi dalam bentuk inspektorat, unsur perencana yang diwadahi dalam bentuk badan, unsur pendukung tugas Bupati dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik diwadahi dalam lembaga teknis daerah dalam bentuk badan/kantor/rumah sakit, dan unsur pelaksana urusan daerah yang diwadahi dalam dinas daerah. Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, maka sejak tahun 2009 terbentuklah Organisasi Dinas Daerah yaitu Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah atau (DPPKAD).

2. Tugas Pokok dan Fungsi DPPKAD Kabupaten Sukoharjo

Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten


(15)

commit to user

Sukoharjo, Pasal 11 menyebutkan bahwa Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintah daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang pengelolaan keuangan dan aset-aset daerah. Berdasarkan Peraturan Bupati Kabupaten Sukoharjo Nomor 44 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Jabatan Struktural pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo, Pasal 3 menyebutkan bahwa Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, maka Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah,

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah,

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah,

d. Pengkoordinasian, fasilitasi dan pembinaan kegiatan di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah,


(16)

commit to user

e. Pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah,

f. Pengelolaan urusan ketatausahaan.

3. Visi dan Misi DPPKAD Kabupaten Sukoharjo

Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo mempunyai visi yaitu “Terwujudnya Peningkatan Efisiensi dan Efektifitas Pengelolaan Sumber Daya, Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peningkatan Pendapatan Daerah dengan Semangat Desentralisasi, Demokratisasi, Transparansi dan Akuntabilitas dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan dan Pelayanan kepada Masyarakat”. Selain itu, Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo mempunyai misi sebagai berikut:

a. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Pengelolaan Keuangan Daerah, b. Meningkatkan Fungsi Perencanaan dan Penyusunan Anggaran

Daerah,

c. Meningkatkan Fungsi Pemungutan Pendapatan Daerah dan Efisiensi Belanja Daerah,

d. Meningkatkan Fungsi Pengendalian Kas Daerah, Perbendaharaan Umum Daerah dan Verifikasi serta Perhitungan Anggaran, Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.


(17)

commit to user

4. Struktur Organisasi DPPKAD Kabupaten Sukoharjo

Gambar I.1

Struktur Organisasi DPPKAD Kabupaten Sukoharjo KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SUBBAG PROGRAM SUBBAG UMUM DAN KEPEGA- WAIAN SEKRETARIAT SUBBAG KEUANGAN BIDANG AKUNTANSI DAN PELAPORAN SEKSI VERIFIKASI SEKSI AKUNTANSI SEKSI FASILITASI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BIDANG KAS SEKSI PENGELUAR AN SEKSI PENERIMAAN SEKSI PENGENDALI-AN DPENGENDALI-AN PELAPORAN BIDANG ASET DAERAH SEKSI PERUBAHAN STATUS HUKUM SEKSI PENDAYAGU-NAAN ASET DAERAH SEKSI PENATAUSA-HAAN ASET DAERAH SEKSI PENYUSUNAN ANGGARAN SEKSI PERENCA-NAAN ANGGARAN BIDANG PENDAPATAN BIDANG ANGGARAN BIDANG PERBENDA-HARAAN SEKSI PELAKSA-NAAN ANGGARAN SEKSI PENETAPAN SEKSI PENDAFTARAN DAN PENDATAAN SEKSI PENERIMAAN, PENAGIHAN DAN PELAPORAN SEKSI PERBENDA-

HARAAN II SEKSI PERBENDA-

HARAAN I

SEKSI PERBENDA-

HARAAN III

KEPALA


(18)

commit to user

5. Deskripsi Jabatan DPPKAD Kabupaten Sukoharjo

Penjabaran tugas pokok diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 44 Tahun 2008 sebagai berikut:

a. Kepala Dinas

Kepala DPPKAD Kabupaten Sukoharjo mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan Pemerintah Daerah di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah.

b. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala DPPKAD dalam merumuskan kebijakan, mengoordinasikan membina dan mengendalikan kegiatan perencanaan, monitoring, evaluasi, keuangan, kepegawaian dan umum.

Sekretariat, terdiri dari: 1) Sub Bagian Program

Sub Bagian Program dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretaris dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian kegiatan perencanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan. 2) Sub Bagian keuangan

Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas


(19)

commit to user

Sekretaris dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian kegiatan administrasi keuangan dan pelaporan pertanggungjawaban keuangan.

3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretaris dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian kegiatan administrasi umum, organisasi dan tatalaksana, pengurusan rumah tangga, perlengkapan, dokumentasi, perpustakaan dan kearsipan, serta pengelolaan administrasi kepegawaian.

c. Bidang Anggaran

Bidang Anggaran dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala DPPKAD dalam merumuskan kebijakan, mengoordinasikan, membina dan mengendalikan kegiatan di bidang anggaran.

Bidang Anggaran, terdiri dari: 1) Seksi Perencanaan Anggaran

Seksi Perencanaan Anggaran dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Anggaran dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di bidang perencanaan anggaran.


(20)

commit to user 2) Seksi Penyusunan Anggaran

Seksi Penyusunan Anggaran dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Anggaran dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di bidang penyusunan anggaran.

3) Seksi Pelaksanaan Anggaran

Seksi Pelaksanaan Anggaran dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Anggaran dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di bidang pelaksanaan anggaran.

d. Bidang Pendapatan

Bidang Pendapatan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala DPPKAD dalam merumuskan kebijakan, mengoordinasikan, membina dan mengendalikan kegiatan di bidang pendapatan.

Bidang Pendapatan, terdiri dari: 1) Seksi Pendaftaran dan Pendataan

Seksi Pendaftaran dan Pendataan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Pendapatan dalam menyiapkan bahan perumusan


(21)

commit to user

kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di bidang pendaftaran dan pendataan.

2) Seksi Penetapan

Seksi Penetapan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Pendapatan dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di bidang penetapan.

3) Seksi Penerimaan, Penagihan dan Pelaporan

Seksi Penerimaan, Penagihan dan Pelaporan dipimpin seorang Kepala Seksi, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Pendapatan dalam menyiapkan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di bidang penerimaan, penagihan dan pelaporan.

e. Bidang Perbendaharaan

Bidang Perbendaharaan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala DPPKAD dalam merumuskan kebijakan, mengoordinasikan, membina dan mengendalikan kegiatan di bidang perbendaharaan. Bidang Perbendaharaan, terdiri dari:

1) Seksi Perbendaharaan I

Seksi Perbendaharaan I dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala


(22)

commit to user

Bidang Perbendaharaan dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di bidang perbendaharaan I.

2) Seksi Perbendaharaan II

Seksi Perbendaharaan II dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Perbendaharaan dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di bidang perbendaharaan II.

3) Seksi Perbendaharaan III

Seksi Perbendaharaan III dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Perbendaharaan dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di bidang perbendaharaan III.

f. Bidang Akuntansi

Bidang Akuntansi dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala DPPKAD dalam merumuskan kebijakan, mengoordinasikan, membina dan mengendalikan kegiatan di bidang akuntansi.

Bidang Akuntansi, terdiri dari: 1) Seksi Verifikasi


(23)

commit to user

Seksi Verifikasi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Akuntansi dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di bidang akuntansi.

2) Seksi Akuntansi

Seksi Akuntansi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Akuntansi dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di bidang akuntansi.

3) Seksi Fasilitasi Penyusunan Laporan Keuangan

Seksi Fasilitasi Penyusunan Laporan Keuangan dipimpin oleh Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Akuntansi dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di bidang fasilitasi penyusunan laporan keuangan.

g. Bidang Kas

Bidang Kas dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala DPPKAD dalam merumuskan kebijakan, mengoordinasikan, membina dan mengendalikan kegiatan di bidang kas.


(24)

commit to user Bidang Kas, terdiri dari:

1) Seksi Penerimaan

Seksi Penerimaan dipimpin oleh Kepala Seksi, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Kas dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di bidang penerimaan. 2) Seksi Pengeluaran

Seksi Pengeluaran dipimpin oleh Kepala Seksi, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Kas dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di bidang pengeluaran. 3) Seksi Pengendalian dan Pelaporan

Seksi Pengendalian dan Pelaporan dipimpin oleh Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Kas dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di bidang pengendalian dan pelaporan.

h. Bidang Aset dan Investasi Daerah

Bidang Aset dan Investasi Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala DPPKAD dalam merumuskan kebijakan, mengoordinasikan, membina dan mengendalikan kegiatan di bidang aset dan investasi daerah.


(25)

commit to user

Bidang Aset dan Investasi Daerah, terdiri dari: 1) Seksi Penatausahaan Aset Daerah

Seksi Penatausahaan Aset Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Aset dan Investasi Daerah dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di bidang penatausahaan aset daerah.

2) Seksi Pendayagunaan Aset Daerah

Seksi Pendayagunaan Aset Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Aset dan Investasi Daerah dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di bidang pendayagunaan aset daerah.

3) Seksi Investasi Daerah

Seksi Investasi Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Aset dan Investasi Daerah dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di bidang investasi daerah.

i. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan dalam menunjang tugas pokok Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.


(26)

commit to user

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Keuangan Negara dan pembangunan nasional tidak dapat dipisahkan dari keuangan daerah, bahkan dapat dikaitkan pembangunan nasional identik dengan pembangunan daerah, oleh karena itu perlu dilaksanakan pengelolaan keuangan negara. Pembangunan daerah didasarkan atas otonomi daerah dengan mengacu pada kondisi dan situasi satuan wilayah yang bersangkutan. Dengan demikian daerah tidak saja mengurus rumah tangganya sendiri tetapi juga menyelenggarakan tugas-tugas Pemerintah Pusat di daerah. Tentu saja hal ini membuat beban yang ditanggung oleh Pemerintah Daerah tidaklah ringan, dan untuk menyelenggarakan tugas-tugas tersebut dibutuhkan sumber-sumber keuangan yang besar.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, menetapkan bahwa penerimaan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah terdiri dari pajak daerah dan retribusi daerah sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah yang bersumber dari daerah itu sendiri dan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing daerah. Sejak saat itu Pendapatan Asli Daerah menjadi andalan dalam menyumbang pendapatan daerah, disisi lain Pemerintah Daerah dan masyarakat diharapkan agar mandiri. Kemandirian yang dimaksud adalah kemandirian dalam hal pembiayaan, peralatan atau perlengkapan dan sumber daya manusia.

Untuk melaksanakan pengelolaan Pendapatan Asli Daerah, maka Pemerintah Daerah membentuk Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD). Di Kabupaten Sukoharjo terdapat DPPKAD


(27)

commit to user

yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang mempunyai tugas membantu Kepala Daerah dalam bidang pendapatan pengelolaan keuangan dan aset daerah, salah satunya adalah pengelolaan Pendapatan Asli Daerah.

Pemerintah Daerah harus cepat mengidentifikasi sektor-sektor potensial Pendapatan Asli Daerah sebagai motor penggerak pembangunan daerah. Salah satu kontribusi terbesar Pendapatan Asli Daerah berasal dari sektor pajak daerah. Pengertian pajak daerah sendiri ialah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada Pemerintah Daerah dan dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan Daerah. (Suandy, 2008: 38)

Dasar hukum atas pemungutan dan pengelolaan pajak daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Di dalam undang-undang tersebut terdapat jenis-jenis pajak daerah yang dipungut oleh Pemerintah Daerah, salah satunya adalah pajak reklame. Pengertian pajak reklame adalah pajak yang dikenakan atas benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan dinikmati oleh umum. Objek pajak reklame meliputi reklame papan, reklame kain, reklame melekat/stiker, reklame selebaran, reklame berjalan, reklame udara, reklame apung, reklame suara, reklame film, dan reklame peragaan.

Dalam lingkup Kabupaten Sukoharjo juga terdapat peraturan daerah yang mengatur mengenai pajak reklame, yaitu Peraturan Daerah Kabupaten


(28)

commit to user

Sukoharjo Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Reklame. Dalam undang-undang tersebut terdapat tata cara penagihan pajak reklame. Proses penagihan pajak reklame diawali dengan Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, sampai Pelaksanaan Lelang. Hal ini tidak jauh berbeda dengan Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 24/PMK.03/2008 menyatakan bahwa penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita. Proses penagihan pajak reklame dilakukan karena tindakan wajib pajak yang tidak melaksanakan kewajibannya seperti melunasi pajak terutang tepat waktu. Dalam hal ini penagihan pajak berfungsi sebagai sarana pencairan piutang pajak. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, salah satu hal yang harus diperhatikan oleh fiskus adalah bagaimana penagihan pajak terhadap wajib pajak dapat berjalan dengan lancar sesuai yang diharapkan.

Dari data yang diperoleh penulis, yaitu data piutang pajak per 31 desember 2011, terdapat sisa piutang untuk tahun 2009 sebesar Rp 68,230,900, sisa piutang tahun 2010 sebesar Rp 71,284,300, dan tahun 2011 terdapat piutang sebesar Rp 340,567,350.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin mengangkat judul

“EVALUASI PENAGIHAN PAJAK REKLAME DI DPPKAD


(29)

commit to user

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses penagihan pajak reklame di DPPKAD Sukoharjo? 2. Apa hambatan dalam penagihan pajak reklame di DPPKAD Sukoharjo? 3. Bagaimana solusi atas hambatan penagihan pajak reklame di DPPKAD

Sukoharjo?

D. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan masalah yang diuraikan penulis, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Untuk membandingkan proses penagihan pajak reklame di DPPKAD Sukoharjo dengan undang-undang yang berlaku?

2. Untuk mengetahui hambatan dalam penagihan pajak reklame di DPPKAD Sukoharjo?

3. Untuk mengetahui solusi atas hambatan penagihan pajak reklame di DPPKAD Sukoharjo?

E. MANFAAT PENELITIAN

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi: 1. Bagi pemerintah (DPPKAD Kabupaten Sukoharjo)

Diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi dalam upaya penagihan tunggakan pajak reklame.


(30)

commit to user 2. Bagi penulis

Dapat mengetahui arti pentingnya pengetahuan tentang praktik ilmu perpajakan, serta dapat mengaplikasikan ilmu bidang perpajakan yang diperoleh di bangku kuliah ke dalam praktik yang terjadi di lapangan, khususnya mengenai pajak reklame.

3. Bagi pihak lain

Diharapkan dapat dipergunakan sebagai sumber informasi dan sebagai bahan acuhan penelitian di masa yang akan datang.

F. METODE PENELITIAN

Dalam penyusunan Tugas Akhir, penulis menggunakan beberapa metode: 1. Studi Kepustakaan

Dalam metode kepustakaan, penulis mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh melalui literatur seperti Undang-undang Perpajakan, Peraturan Pemerintah, buku perpajakan serta sumber referensi lainnya yang mempunyai kesesuaian dengan materi yang dibahas guna memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai konsep dan landasan teori sebagai dasar penyusunan Tugas Akhir.

2. Studi Lapangan

Metode ini dilaksanakan penulis dengan dua cara yaitu: a. Metode Observasi

Metode observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka mengumpulkan data dalam suatu penelitian, merupakan hasil


(31)

commit to user

perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya suatu rangsangan tertentu yang diinginkan, atau suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang keadaan atau fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan mengamati dan mencatat (Mardalis, 2008: 63).

Metode observasi ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan dan pengumpulan data secara langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan objek yang diteliti.

b. Metode Wawancara

Metode wawancara adalah proses tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan (Narbuko dan Achmadi, 2003: 83).

Metode ini dilakukan penulis dengan cara mengadakan wawancara secara langsung mengenai materi yang diteliti kepada pihak-pihak yang bersangkutan.


(32)

commit to user

19 BAB II

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Evaluasi

Kata evaluasi berasal dari Bahasa Inggris “evaluation” yang berarti penilaian atau penaksiran, sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk menilai seberapa jauh program telah berjalan seperti yang telah direncanakan. Evaluasi juga merupakan sebuah alat dan bukan tujuan, yang digunakan untuk menilai apakah sebuah proses telah berjalan sebagaimana mestinya. Evaluasi juga merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu sistem untuk mengetahui apakah sistem itu baik atau tidak mencakup pemberian nilai, pengenalan permasalahan, dan pemberian solusi atas permasalahan (wakhinudin, 2009).

2. Pengertian Penagihan Pajak

Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyandraan, menjual barang yang yang telah disita (Suandy, Erly, 2008: 173).


(33)

commit to user

Penagihan pajak dapat dikelompokkan menjadi dua (Suandy, Erly, 2008: 173):

a. Penagihan pasif yaitu penagihan yang dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak atau Surat Ketetapan Pajak. Jika dalam jangka waktu 30 hari belum dilunasi, maka 7 hari setelah tanggal jatuh tempo diikuti dengan penagihan pajak secara aktif yang diawali dengan menerbitkan Surat Teguran.

b. Penagihan aktif yaitu penagihan yang merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif, dimana dalam upaya penagihan ini fiskus berperan aktif, dalam arti tidak hanya mengirim Surat Teguran Pajak atau Surat Ketetapan Pajak tetapi diikuti dengan tindakan sita dan pelaksanaan lelang.

3. Pajak Secara Umum

a. Pengertian Pajak

Banyak para ahli yang memberikan batasan tentang pajak, pengertian pajak yang dikemukakan para ahli sebagai berikut:

1) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal (kontraprestasi) secara langsung dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Rochmat Soemitro dalam Suandy, Erly, 2008: 7).

2) Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang dan wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan,


(34)

commit to user

dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan (Andriani dalam Waluyo, 2010: 2).

3) Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Feldmann dalam Resmi, Siti, 2009: 2)

b. Fungsi Pajak

Fungsi pajak dibedakan menjadi dua (Resmi, Siti, 2009: 3):

1) Fungsi penerimaan (Budgetair) yaitu pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran pemerintah.

2) Fungsi mengatur (Regulerend) yaitu pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan sosial dibidang sosial dan ekonomi.

c. Asas Pemungutan Pajak

Berikut adalah asas pemungutan pajak (Adam Smitth dalam Suandy, Erly, 2008: 27):

1) Equality, yaitu pembebanan pajak hendaknya seimbang dengan penghasilan yang dinikmatinya,


(35)

commit to user

2) Certainty, yaitu pembayaran pajak oleh wajib pajak hendaknya harus jelas mengenai subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, dan ketentuan mengenai pembayarannya,

3) Convenience of Payment, yaitu pajak hendaknya dipungut saat terbaik bagi wajib pajak yaitu saat wajib pajak menerima keuntungan atau penghasilan yang dikenakan pajak,

4) Economic of Collections, yaitu pemungutan pajak hendaknya sehemat mungkin (manfaat lebih besar daripada biaya).

d. Sistem Pemungutan Pajak

Pada dasarnya terdapat tiga sistem pemungutan pajak yang berlaku (Waluyo, 2010: 17):

1) Official Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Ciri-cirinya sebagai berikut:

a) Besarnya pajak yang terutang ditentukan oleh fiskus, b) Wajib pajak bersifat pasif,

c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak oleh fiskus.

2) Self Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan (menghitung, memperhitungkan, membayar, melaporkan) sendiri besarnya pajak yang terutang.


(36)

commit to user

3) With Holding system adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

e. Penggolongan Jenis-Jenis Pajak

Pajak dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok (Waluyo, 2010: 12):

1) Menurut Golongannya

a) Pajak Langsung, adalah pajak yang bebannya harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain serta dikenakan secara berulang-ulang pada waktu tertentu, misalnya Pajak Penghasilan (PPh).

b) Pajak Tidak Langsung, adalah pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada orang lain dan hanya dikenakan pada hal-hal tertentu atau peristiwa-peristiwa tertentu, misalnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

2) Menurut Sifatnya

a) Pajak Subjektif, adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tama memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak, b) Pajak Objektif, adalah jenis pajak yang dikenakan dengan

pertama-tama memperhatikan atau melihat objeknya baik berupa keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak.


(37)

commit to user 3) Menurut Lembaga Pemungutannya

a) Pajak Pusat, adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan.

b) Pajak Daerah, adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah yang dalam pelaksanaannya sehari-hari dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda).

4. Pajak Daerah

a. Dasar Hukum Pajak Daerah

1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

2) Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah.

b. Pengertian Pajak Daerah

Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

c. Jenis dan Tarif Pajak Daerah

1) Pajak Hotel, tarif paling tinggi 10%, 2) Pajak Restoran, tarif paling tinggi 10%, 3) Pajak Hiburan, tarif paling tinggi 75%,


(38)

commit to user 4) Pajak Reklame, tarif paling tinggi 25%,

5) Pajak Penerangan Jalan, tarif paling tinggi 3%,

6) Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan, tarif paling tinggi 25%, 7) Pajak Parkir, tarif paling tinggi 30%,

8) Pajak Air Tanah, tarif paling tinggi 20%,

9) Pajak Sarang Burung Walet, tarif paling tinggi 10%, 10)Pajak Bumi dan Bangunan, tarif paling tinggi 0,3%,

11)Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, tarif paling tinggi 5%.

d. Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah

1) Pemungutan pajak tidak boleh diborongkan.

2) Setiap wajib pajak wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah atau dibayar sendiri oleh wajib pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.

3) Wajib pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan berdasarkan penetapan Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dibayar dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah atau dokumen lain yang dipersamakan (karcis dan nota perhitungan).

4) Wajib pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, Surat


(39)

commit to user

Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, dan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan.

e. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan

1) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lama 30 hari setelah saat terutangnya pajak dan paling lama 6 bulan sejak tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang oleh wajib pajak.

2) Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, dan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 bulan sejak tanggal diterbitkan.

3) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atas permohonan wajib pajak setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2% sebulan. 4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran,

tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran pajak diatur dengan Peraturan Bupati.


(40)

commit to user

5) Pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, dan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan banding yang tidak atau kurang dibayar oleh wajib pajak pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa dan tindakan penyitaan.

5. Pajak Reklame

a. Dasar Hukum Pajak Reklame

1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,

2) Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Reklame,

3) Keputusan Bupati Nomor 53 Tahun 2006 tentang Petunjuk Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Reklame.

b. Pengertian Pajak reklame

Pajak Reklame adalah pajak yang dikenakan atas benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan dinikmati oleh umum.


(41)

commit to user c. Subjek Pajak Reklame

Subjek pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan atau memesan reklame.

d. Wajib Pajak Reklame

Wajib pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame.

e. Objek Pajak Reklame

1) Objek pajak reklame terdiri dari: a) Reklame papan/billboard, b) Reklame videotron/megatron, c) Reklame kain/spanduk,

d) Reklame melekat/stiker, e) Reklame selebaran, f) Reklame berjalan, g) Reklame udara, h) Reklame apung, i) Reklame suara, j) Reklame film/slide, k) Reklame peragaan.

2) Dikecualikan dari objek pajak reklame:

a) Penyelenggaraan reklame oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah,


(42)

commit to user

b) Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, dan warta harian,

c) Penyelengggaraan reklame oleh organisasi politik/ sosial/ kemasyarakatan yang semata-mata untuk kepentingan politik/ sosial/ kemasyarakatan.

f. Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Reklame

Dasar pengenaan pajak reklame adalah nilai sewa reklame. Besar kecilnya nilai sewa reklame didasarkan pada lokasi penempatan reklame, jenis reklame, dan ukuran reklame.

Cara perhitungan nilai sewa reklame ditetapkan dengan peraturan daerah, yaitu dihitung berdasarkan lama pemasangan reklame, nilai strategis reklame, ukuran reklame, lokasi reklame, dan jenis reklame. Hasil perhitungan nilai sewa reklame ditetapkan dengan keputusan kepala daerah. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, tarif pajak reklame paling tinggi adalah 25%.

g. Tata Cara Perhitungan Pajak Reklame

Dalam Keputusan Bupati Nomor 53 Tahun 2006 tentang Petunjuk Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Reklame terdapat cara perhitungan pajak reklame yaitu: 1) Tarif Pajak Reklame

25% x ((MASA x (BIAYA PEMASANGAN + BIAYA PEMELIHARAAN)) + NILAI STRATEGIS)


(43)

commit to user

Masa pajak reklame adalah jangka waktu tertentu yang lamanya sama dengan jangka waktu penyelenggaraan reklame. Masa pajak dalam perhitungan pajak reklame dibagi menjadi empat yaitu Tahun, Bulan, Minggu, dan Hari.

3) Biaya Pajak Reklame

Biaya pajak reklame ditentukan oleh lokasi pemasangan reklame, jenis reklame, dan ukuran reklame. Biaya pajak reklame dibedakan menjadi dua yaitu Biaya Pemasangan dan Biaya Pemeliharaan.

4) Nilai Strategis

Nilai strategis ditentukan oleh lokasi pemasangan reklame, jenis reklame, dan ukuran reklame. Nilai strategis didasarkan pada kepemilikan tanah. Kepemilikan tanah dibedakan menjadi dua yaitu Tanah pemerintah dan Tanah non pemerintah.

5) Lokasi Pemasangan Reklame

Dalam lingkup Kabupaten Sukoharjo lokasi pemasangan reklame dibedakan menjadi enam lokasi yaitu:

a) LOKASI A, b) LOKASI B, c) LOKASI C, d) LOKASI D, e) LOKASI E, f) LOKASI F.


(44)

commit to user 6) Jenis Reklame

Jenis reklame di Kabupaten Sukoharjo meliputi billboard (kontruksi, non kontruksi, sinar), baliho, kain (spanduk), poster, selebaran, kendaraan, peragaan, dan udara.

7) Ukuran Reklame

Luas ukuran reklame sangat mempengarui jumlah pajak reklame yang terutang. Di Kabupaten Sukoharjo luas ukuran reklame dibedakan menjadi beberapa kategori yaitu:

a) Sampai 3 meter persegi,

b) 3 meter persegi – 8 meter persegi, c) 8 meter persegi – 10 meter persegi, d) 10 meter persegi – 32 meter persegi, e) 32 meter persegi – 50 meter persegi, f) Lebih dari 50 meter persegi.

h. Tata Cara Penetapan Pajak Reklame

1) Wajib pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, dan harus disampaikan kepada Bupati paling lambat 15 hari setelah berakhirnya masa pajak,

2) Berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, Bupati menetapkan pajak terutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah,


(45)

commit to user

3) Apabila Surat Ketetapan Pajak Daerah tidak atau kurang dibayar, maka dikenakan sanksi 2% setiap bulan dan ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah,

4) Apabila wajib pajak membayar sendiri berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang digunakan untuk menentukan pajak yang terutang maka dalam jangka waktu 5 tahun sesudah saat terutangnya pajak, Bupati menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil.

i. Tata Cara Pembayaran Pajak Reklame

1) Pembayaran pajak reklame dilakukan di kas daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati sesuai waktu yang ditentukan dalam Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan,

2) Apabila pembayaran pajak dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak harus disetor di kas daerah paling lambat 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Bupati,

3) Pembayaran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setor Pajak Daerah.

j. Tata Cara Penagihan Pajak reklame 1) Surat Teguran


(46)

commit to user

Surat Teguran merupakan awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak, dikeluarkan 7 hari sejak saat jatuh tempo pembayaran. Dalam jangka waktu 7 hari setelah tanggal Surat Teguran, wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang,

2) Surat Paksa

Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran, jumlah pajak yang harus dibayar ditagih dengan Surat Paksa. Pejabat segera menerbitkan Surat Paksa setelah lewat 21 hari sejak tanggal Surat Teguran,

3) Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan

Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal pemberitahuan Surat Paksa, pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan,

4) Lelang

Apabila setelah dilakukan penyitaan, wajib pajak belum melunasi utang pajaknya, setelah lewat 10 hari sejak tanggal pemberitahuan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, pejabat mengajukan permintaan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara. Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam, dan tempat pelaksanaan lelang, juru sita segera memberitahukan secara tertulis kepada wajib pajak.


(47)

commit to user

B. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1. Perkembangan Piutang Pajak Reklame di Dinas Pendapatan,

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo tahun 2009-2011

Setelah melakukan wawancara dengan karyawan maupun Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo, akhirnya penulis memperoleh data piutang pajak reklame per 31 desember 2011. Penulis bermaksud untuk melihat perkembangan piutang pajak reklame di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo tahun 2009-2011. Penulis menyajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel II.1

Daftar Piutang Pajak Reklame 2009 Per 31 Desember 2011

Jenis Tahun 2009

Reklame Sisa Piutang Bayar di 2011 Sisa Piutang

Papan 48,318,250 2,416,800 45,901,450

Spanduk - - -

Selebaran - - -

Baliho 4,352,000 - 4,352,000

Noen Sign - - -

Neon Box 19,834,350 1,856,900 17,977,450 Total 72,504,600 4,273,700 68,230,900

Sumber: DPPKAD Kabupaten Sukoharjo

Berdasarkan Tabel II.2, piutang pajak reklame tahun 2009 sebesar Rp 72,504,600, dibayar atau tertagih di akhir tahun 2011 sebesar Rp 4,273,700. Jika dipersentasekan, piutang 2009 yang tertagih di akhir tahun 2011 hanya sebesar 0,06% dari total piutang 2009. Hal ini membuktikan


(48)

commit to user

bahwa proses pelaksanaan penagihan di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo belum optimal.

Tabel II.2

Daftar Piutang Pajak Reklame 2010 Per 31 Desember 2011

Jenis Tahun 2010

Reklame Sisa Piutang Bayar di 2011 Sisa Piutang

Papan 135,248,150 70,281,200 64,966,950

Spanduk 189,000 189,000 -

Selebaran - - -

Baliho - - -

Noen Sign - - -

Neon Box 41,340,550 35,023,200 6,317,350 Total 176,777,700 105,493,400 71,284,300

Sumber: DPPKAD Kabupaten Sukoharjo

Berdasarkan Tabel II.3, piutang pajak reklame tahun 2010 sebesar Rp 176,777,700, dibayar atau tertagih di akhir tahun 2011 sebesar Rp 105,493,400. Jika dipersentasekan, piutang 2010 yang tertagih di akhir tahun 2011 sebesar 0,59% dari total piutang 2010. Penagihan piutang tahun 2010 sudah lebih baik jika dibandingkan penagihan piutang di tahun 2009.

Tabel II.3

Daftar Piutang Pajak Reklame 2011 Per 31 Desember 2011

Jenis Tahun 2011

Reklame Penetapan Penyetoran Sisa

Piutang Papan 1,452,378,800 1,175,862,050 276,516,750 Spanduk 211,483,275 204,894,625 6,588,650

Selebaran 6,379,550 6,379,550 -

Baliho 176,276,250 176,276,250 -

Noen Sign 10,612,700 10,612,700 -

Neon Box 243,733,900 186,271,950 57,461,950 Total 2,100,864,475 1,760,297,125 340,567,350


(49)

commit to user

Untuk piutang pajak reklame yang tertagih di tahun 2011 tidak bisa diketahui oleh penulis karena keterbatasan data yang ada di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo.

Berdasarkan Tabel II.2, Tabel II.3 dan Tabel II.4, penulis menyajikan gambar perkembangan piutang pajak reklame dari tahun 2009-2011 sebagai berikut:

Gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah piutang pajak reklame setiap tahunnya selalu meningkat. Di tahun 2009 terdapat piutang pajak reklame sebesar Rp 72,504,600, tahun 2010 sebesar Rp 176,777,700 dan di tahun 2011 terdapat piutang pajak reklame sebesar Rp 340,567,350. Meningkatnya jumlah piutang pajak reklame dari tahun 2009-2011 membuktikan bahwa tingkat kesadaran wajib pajak reklame Kabupaten


(50)

commit to user

Sukoharjo dalam membayar pajak masih rendah, serta menjelaskan bahwa perlu adanya sanksi-sanksi yang tegas seperti adanya Surat Paksa, Penyitaan, serta adanya Pelaksanaan Lelang agar wajib pajak yang menunggak merasa jera.

2. Evaluasi Proses Pelaksanaan Penagihan Pajak Reklame di Dinas

Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo

Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis, penagihan pajak reklame yang telah jatuh tempo di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo menggunakan berbagai tindakan, salah satunya adalah menerbitkan Surat Teguran. Sebelum Surat Teguran diterbitkan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo melakukan peneguran atau penagihan melalui media telepon kepada wajib pajak yang tidak melunasi kewajiban perpajakannya yang telah jatuh tempo, dengan maksud agar wajib pajak melunasi kewajibannya sebelum dikeluarkannya Surat Teguran.

Surat Teguran adalah surat yang diterbitkan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo untuk menegur atau memperingatkan wajib pajak untuk melunasi kewajiban perpajakannya yang belum atau kurang dibayar dan telah jatuh tempo. Dalam penagihan pajak reklame yang telah jatuh tempo, Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo menyampaikan Surat Teguran sebanyak tiga kali, yaitu:


(51)

commit to user

a. Surat Teguran I, adalah proses awal penagihan yang dilakukan oleh Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo karena adanya jumlah pajak reklame yang tidak atau kurang dibayar oleh wajib pajak dan telah jatuh tempo,

b. Surat Teguran II, adalah surat yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo karena jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar dalam Surat Teguran I diabaikan atau tidak dilunasi oleh wajib pajak,

c. Surat Teguran III, adalah surat yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo karena jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar dalam Surat Teguran II diabaikan atau tidak dilunasi oleh wajib pajak.

Setelah Surat Teguran III yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo diabaikan atau tidak dilunasi oleh wajib pajak, maka dilakukan penagihan langsung ke tempat tinggal ataupun tempat usaha wajib pajak yang bersangkutan disertai informasi pencabutan atau pembongkaran secara paksa titik reklame. Jika wajib pajak mengabaikan atau tidak melunasi kewajiban perpajakannya, maka Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo melakukan pencabutan atau pembongkaran secara paksa titik reklame dari wajib pajak yang bersangkutan.


(52)

commit to user

Pelaksanaan pencabutan atau pembongkaran secara paksa titik reklame merupakan pencabutan atas perintah Pemerintah Daerah yang meliputi penarikan izin reklame dan pencabutan atau pembongkaran reklame karena telah habis masa izinnya atau sebagai sanksi untuk wajib pajak yang melanggar atau tidak melunasi kewajiban perpajakannya melebihi tanggal jatuh tempo. Untuk memperjelas pelaksanaan penagihan pajak reklame, penulis menuliskan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel II.4

Alur dan Waktu Pelaksanaan Penagihan Pajak Reklame

No Jenis Tindakan Alasan Waktu

Pelaksanaan 1 Penagihan melalui

telepon

Penanggung pajak tidak melunasi kewajiban

perpajakannya sampai dengan tanggal jatuh tempo pelunasan

Satu bulan sejak saat tanggal jatuh tempo pelunasan

2 Surat Teguran I Penanggung Pajak tidak melunasi kewajiban perpajakannya dan kepadanya telah dilakukan penagihan melalui telepon Satu bulan setelah dilakukan penagihan melalui telepon ternyata wajib pajak belum melunasi kewajibannya 3 Surat Teguran II Penanggung Pajak

tidak melunasi kewajiban perpajakannya dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran I Satu bulan setelah Surat Teguran I diterbitkan ternyata wajib pajak belum melunasi kewajibannya


(53)

commit to user

4 Surat Teguran III Penanggung Pajak tidak melunasi kewajiban perpajakannya dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran II Satu bulan setelah Surat Teguran II diterbitkan ternyata wajib pajak belum melunasi kewajibannya 5 Pengumuman

pencabutan atau pembongkaran secara paksa titik reklame

Penanggung Pajak tidak melunasi kewajiban perpajakannya dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran III Satu bulan setelah Surat Teguran III diterbitkan ternyata wajib pajak belum melunasi kewajibannya 6 Pencabutan atau

pembongkaran secara paksa titik reklame

Penanggung Pajak tidak melunasi kewajiban perpajakannya dan kepadanya telah dilakukan penagihan langsung Satu bulan setelah diumumkannya pencabutan reklame ternyata wajib pajak belum melunasi kewajibannya

Sumber: DPPKAD Kabupaten Sukoharjo

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa proses penagihan pajak reklame di lapangan tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Reklame. Proses penagihan pajak reklame yang terjadi di lapangan hanyalah proses penagihan yang bersifat pasif, karena pada kenyataannya proses penagihan pajak tidak diikuti peran aktif dari aparat pajak seperti penerbitan Surat Paksa, Pelaksanaan Penyitaan dan Pelaksanaan


(54)

commit to user

Pelelangan. Berikut ini merupakan faktor-faktor atau penyebab proses penagihan pajak tidak sesuai dengan Peraturan Daerah:

1. Pemberian Surat Paksa, Pelaksanaan Penyitaan dan Lelang dinilai Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo terlalu rumit serta membutuhkan proses yang panjang jika dilaksanakan, sehingga sampai saat ini penagihan tersebut belum dapat terealisasi, hal ini juga didukung kurangnya tenaga lapangan baik dari segi kualitas maupun kuantitas untuk mengawasi dan melaksanakan penagihan pajak reklame, seperti Juru Sita Pajak,

2. Pemberian Surat Paksa, Pelaksanaan Penyitaan dan Lelang dinilai Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo terlalu keras dan bersifat sangat memaksa. Hal ini bertolak belakang dengan karakteristik wajib pajak Kabupaten Sukoharjo yang yang masih awam mengenai pajak daerah, sehingga perlu adanya penagihan pajak secara kekeluargaan atau pendekatan persuasif untuk menjalin komunikasi dalam rangka pentingnya pembayaran pajak.

3. Hambatan Penagihan Pajak Reklame di Dinas Pendapatan,

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo Menurut penelitian yang dilakukan penulis melalui wawancara kepada karyawan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo dalam proses penagihan pajak reklame di lapangan


(55)

commit to user

maupun di kantor, ternyata banyak menemukan hambatan-hambatan dalam hal penagihan pajak reklame. Beberapa hambatan yang timbul antara lain:

a. Hambatan dari luar Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo

1) Masih kurangnya kesadaran masyarakat atau wajib pajak tentang peraturan daerah pajak reklame terutama tentang akibat atau sanksi yang dikenakan atas keterlambatan pembayaran pajak reklame, sehingga banyak masyarakat atau wajib pajak tidak melunasi kewajiban perpajakannya tepat waktu,

2) Adanya Biro Iklan yang tidak bertanggung-jawab atas pembayaran dan penagihan pajak reklame, sering kali Biro Iklan melepas tanggung-jawabnya pada saat pembayaran pajak reklame dari wajib pajak, sehingga hal ini memicu munculnya piutang pajak reklame, 3) Adanya wajib pajak yang pindah alamat tanpa adanya

pemberitahuan kepada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo maupun Biro Iklan, sehingga mempersulit proses penagihan.

b. Hambatan dari dalam Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo

1) Adanya kesulitan untuk menghubungi wajib pajak, terutama wajib pajak yang bertempat tinggal di luar Kabupaten Sukoharjo,


(56)

commit to user

2) Kurangnya tenaga lapangan untuk mengawasi dan melaksanakan penagihan pajak reklame, misalnya tenaga lapangan untuk pelaksanaan penyitaan dan palaksanaan pelelangan,

3) Kurangnya peralatan untuk membongkar reklame besar yang telah habis masa izinnya atau sebagai sanksi untuk wajib pajak yang melanggar atau tidak melunasi kewajiban perpajakannya melebihi tanggal jatuh tempo.

4. Solusi atas Hambatan Penagihan Pajak Reklame di Dinas

Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo

Setelah mengetahui hambatan-hambatan dalam penagihan pajak reklame, Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo juga melakukan berbagai upaya dengan maksud agar penagihan pajak reklame dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan. Upaya atau solusi tersebut antara lain:

a. Lebih giat mengadakan sosialisasi kepada masyarakat atau wajib pajak mengenai Peraturan Daerah Pajak Reklame agar membayar kewajiban perpajakan tepat waktu atau sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran,

b. Memasang pamflet dan spanduk yang isinya berupa himbauan kepada masyarakat atau wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dengan maksud agar wajib pajak yang melunasi


(57)

commit to user

kewajiban perpajakannya tepat waktu sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran,

c. Membuat pernyataan kepada Biro Iklan dengan maksud agar Biro Iklan lebih bertanggung-jawab atas pemasangan dan pembayaran pajak reklame sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran,

d. Melaksanakan alternatif lain selain melaksanakan lelang yaitu dengan melaksanakan pencabutan atau pembongkaran secara paksa titik reklame.


(58)

commit to user

45 BAB III TEMUAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan maka kelebihan dan kelemahan yang berkaitan dengan Evaluasi Penagihan Pajak Reklame di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo adalah:.

A. KELEBIHAN

Dalam pelaksanaan penagihan pajak reklame Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo sangat memperhatikan semua wajib pajak reklame, sehingga apabila terjadi permasalahan pihak Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo selalu berusaha menyelesaikan permasalahan penagihan dengan cara damai dan kekeluargaan dengan tidak adanya penyitaan dan lelang, dengan kata lain penagihan pajak reklame dilakukan dengan cara persuasif (soft collection). Dapat dilihat pelaksanaan penagihan pajak reklame yang telah jatuh tempo dilakukan dengan:

1. Penagihan melalui media telepon merupakan awal tindakan penagihan pajak reklame yang bersifat kekeluargaan,

2. Penagihan dengan Surat Teguran, merupakan penagihan yang dilakukan sebanyak tiga kali yaitu Surat Teguran I, Surat Teguran II dan Surat


(59)

commit to user

Teguran III dengan jangka waktu setiap Surat Teguran maksimal satu bulan,

3. Tindakan akhir pelaksanaan penagihan pajak juga dilakukan dengan cara damai yaitu dengan pencabutan atau pembongkaran titik reklame.

B. KELEMAHAN

Dalam pelaksanaan penagihan pajak reklame di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo juga terdapat berbagai kelemahan, antara lain sebagai berikut:

1. Peraturan yang dibuat tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, antara lain tata cara penagihan di lapangan hanya bersifat pasif dan tidak sesuai dengan tata cara penagihan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Reklame. Berikut ini merupakan faktor-faktor atau penyebab proses penagihan pajak tidak sesuai dengan Peraturan Daerah:

a. Proses Pemberian Surat Paksa, Pelaksanaan Penyitaan dan Lelang terlalu rumit serta membutuhkan proses yang panjang jika dilaksanakan, hal ini juga didukung kurangnya tenaga lapangan baik dari segi kualitas maupun kuantitas untuk mengawasi dan melaksanakan penagihan pajak reklame, seperti Juru Sita Pajak, b. Proses Pemberian Surat Paksa, Pelaksanaan Penyitaan dan Lelang

terlalu keras dan bersifat sangat memaksa. Hal ini bertolak belakang dengan karakteristik wajib pajak Kabupaten Sukoharjo yang yang


(60)

commit to user

masih awam mengenai pajak daerah, sehingga perlu adanya penagihan pajak secara kekeluargaan atau pendekatan persuasif untuk menjalin komunikasi dalam rangka pentingnya pembayaran pajak,

2. Jumlah piutang pajak reklame setiap tahunnya selalu meningkat. Di tahun 2009 terdapat piutang sebesar Rp 72,504,600, tahun 2010 sebesar Rp 176,777,700 dan di tahun 2011 terdapat piutang sebesar Rp 340,567,350, hal tersebut membuktikan bahwa tingkat kesadaran wajib pajak untuk melunasi kewajibannya masih rendah, dan tindakan penagihan belum optimal,

3. Kurangnya tenaga lapangan dari segi kualitas maupun kuantitas untuk mengawasi dan melaksanakan penagihan pajak reklame yang telah jatuh tempo, seperti tenaga lapangan dalam penyitaan dan pelelangan,

4. Penetapan sanksi-sanksi bagi pelanggar kewajiban pajak belum optimal atau kurang tegas, sehingga wajib pajak yang melanggar kewajiban membayar pajak reklame merasa tidak terlalu terbebani atau tidak jera dengan hukuman yang diberikan, sebagai contoh piutang 2009 yang tertagih di akhir tahun 2011 hanya sebesar 0,06% dari total piutang 2009, 5. Kurangnya sarana dan prasarana untuk mencabut atau membongkar

reklame berukuran besar yang sudah habis masa izinnya atau pajak reklame yang tidak dibayar sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran,


(61)

commit to user

6. Kurangnya kerjasama antara Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo dengan pihak kedua yaitu Biro Iklan,

7. Keterbatasan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo dalam melaksanakan penagihan pajak reklame kepada wajib pajak yang pindah alamat tanpa adanya pemberitahuan.


(62)

commit to user

49 BAB IV PENUTUP

C. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan yang berkaitan dengan Evaluasi Penagihan Pajak Reklame di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo bahwa kebijakan-kebijakan Peraturan Daerah, khususnya tentang tata cara penagihan pajak reklame tidak sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Reklame, sehingga tidak ada ketegasan kepada wajib pajak untuk melunasi kewajiban perpajakan. Hal ini dikarenakan faktor teknis penagihan yang rumit dan panjang, serta karakteristik wajib pajak yang menuntut adanya penagihan dengan cara persuasif.

Penagihan dengan cara persuasif berdampak terhadap jumlah piutang yang setiap tahunnya selalu meningkat. Di tahun 2009 terdapat piutang sebesar Rp 72,504,600, tahun 2010 sebesar Rp 176,777,700 dan di tahun 2011 terdapat piutang sebesar Rp 340,567,350. Meningkatnya jumlah piutang dari tahun 2009-2011 membuktikan bahwa tingkat kesadaran wajib pajak reklame Kabupaten Sukoharjo masih rendah, serta menjelaskan bahwa perlu adanya sanksi-sanksi yang tegas seperti adanya Surat Paksa, Penyitaan, serta adanya Pelaksanaan Lelang agar wajib pajak yang menunggak merasa jera.


(63)

commit to user

Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo juga melakukan berbagai upaya dengan maksud agar penagihan pajak reklame dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan. Upaya atau solusi tersebut antara lain:

1. Lebih giat mengadakan sosialisasi kepada masyarakat atau wajib pajak mengenai Peraturan Daerah Pajak Reklame agar membayar kewajiban perpajakan tepat waktu atau sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran, 2. Memasang pamflet dan spanduk yang isinya berupa himbauan kepada

masyarakat atau wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dengan maksud agar wajib pajak yang melunasi kewajiban perpajakannya tepat waktu sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran,

3. Membuat pernyataan kepada Biro Iklan dengan maksud agar Biro Iklan lebih bertanggung-jawab atas pemasangan dan pembayaran pajak reklame sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran,

4. Melaksanakan alternatif lain selain melaksanakan lelang yaitu dengan melaksanakan pencabutan atau pembongkaran secara paksa titik reklame.

D. REKOMENDASI

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka penulis mengajukan saran-saran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja Pemerintah Daerah, khususnya dalam pelaksanaan penagihan pajak reklame di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo. Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:


(64)

commit to user

1. Pelaksanaan tata cara penagihan pajak reklame seharusnya disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Reklame, sehingga ada ketegasan yang membuat jera kepada wajib pajak yang melanggar kewajiban perpajakan, 2. Dalam hal penagihan pajak reklame, Dinas Pendapatan, Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo harus menerapkan Undang-Undang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (PPSP), jika diterapkan tentu akan mengamankan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan memberi efek jera bagi wajib pajak yang melalaikan pajaknya,

3. Perlu adanya penetapan sanksi-sanksi yang tegas bagi pelanggar kewajiban pajak reklame, sehingga wajib pajak yang melanggar kewajiban membayar pajak merasa jera dengan hukuman yang diberikan, seperti adanya Penyitaan, dan adanya Pelaksanaan Lelang,

4. Menambah sarana dan prasarana untuk mencabut atau membongkar reklame berukuran besar yang sudah habis masa izinnya atau pajak reklame yang tidak dibayar sampai dengan tanggal jatuh tempo,

5. Menambah tenaga lapangan untuk mengawasi dan melaksanakan penagihan pajak reklame yang telah jatuh tempo, sehingga akan lebih membantu proses pelaksanaan penagihan pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, seperti menambah Juru Sita Pajak,

6. Dilakukannya koordinasi antara Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo dengan Biro Iklan dalam mengolah


(65)

commit to user

data seperti alamat baru wajib pajak, sehingga proses pelaksanaan penagihan pajak reklame akan lebih mudah.


(66)

commit to user DAFTAR PUSTAKA

Mardalis. 2008. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara

Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara

Peraturan Bupati Kabupaten Sukoharjo Nomor 44 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Jabatan Struktural pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo

Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Reklame

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 24/PMK.03/2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus

Resmi, Siti. 2009. Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi V. Jakarta: Salemba Empat Suandy, Erly. 2008. Hukum Pajak, Edisi IV. Jakarta: Salemba Empat

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Wakhinuddin. 2009. Evaluasi program dan lembaga.

www.wakhinuddin.wordpress.com/2009/07/14/definisi-evaluasi (18:00 wib, 02/06/2012)


(67)

(68)

(69)

(70)

(71)

(1)

commit to user

Mardalis. 2008. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara

Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi

Aksara

Peraturan Bupati Kabupaten Sukoharjo Nomor 44 Tahun 2008 tentang

Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Jabatan Struktural

pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

Kabupaten Sukoharjo

Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak

Reklame

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 24/PMK.03/2008 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan

Seketika dan Sekaligus

Resmi, Siti. 2009. Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi V. Jakarta: Salemba Empat

Suandy, Erly. 2008. Hukum Pajak, Edisi IV. Jakarta: Salemba Empat

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Wakhinuddin. 2009. Evaluasi program dan lembaga

.

www.wakhinuddin.wordpress.com/2009/07/14/definisi-evaluasi (18:00

wib, 02/06/2012)


(2)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id


(3)

(4)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id


(5)

(6)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id