KERJA PAKSA DI BATU LUBANG PADA MASA PENJAJAHAN BELANDA DO KABUPATEN TAPANULI TENGAH (1930-1942).

(1)

Kerja Paksa di Batu Lubang Pada Masa

Penjajahan Belanda di Kabupaten Tapanuli

Tengah ( 1930-1942)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH :

Josrai Sibagariang

NIM : 3103121036

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

i ABSTRAK

JOSRAI SIBAGARIANG. NIM 3103121036. “ KERJA PAKSA DI BATU LUBANG PADA MASA PENJAJAHAN BELANDA DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH ( 1930-1942)”. Skripsi. Medan : Fakultas Ilmu Sosial. UNIMED. 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuib(a) Kedatangan Belanda di Kabupaten Tapanuli Tengah (b) faktor yang mendorong Belanda melakukan kerja paksa di Batu Lubang di Kabupaten Tapanuli Tengah (c) Proses terjadinya kerja paksa di Batu Lubang di Kabupaten Tapanuli Tengah (d) dampak kerja paksa terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat kabupaten Tapanuli Tengah pada saat peristiwa kerja paksa terjadi. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan metode penelitian lapangan ( Field Research) dan studi pustaka ( Library Research ). Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah studi pustaka dan wawancara. Pada masa penjajahan Belanda di wilayah kabupaten Tapanuli Tengah, pernah terjadi sebuah peristiwa yang sangat bersejarah. Pada abad ke-17 Belanda memang sudah memasuki wilayah Tapanuli Tengah dengan motif perdagangan. Seiring berjalannya waktu Belanda ingin menguasai wilayah ini karena memiliki banyak sumber daya alam. Untuk memperlancar proses perdagangan Belanda, maka Belanda membuka jalan Sibolga Tarutung dengan memberlakukan sistem kerja paksa karena batu cadas yang menghempang jalan yang dirintis oleh Belanda ketika itu. Kerja paksa tersebut terjadi sekitar tahun 1930. Selama kurang lebih 12 tahun Belanda membelakukan kerja paksa ini yaitu sampai tahun 1942. Banyak korban jiwa yang melayang ketika peristiwa kerja paksa di Batu Lubang. Peristiwa ini berdampak pada keadaan sosial dan ekonomi rakyat yang terlibat dalam peristiwa ini


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberkatkan kesehatan jasmanai dan rohani kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan serta kemudahan dan kelancaran yang diberikan-Nya sehingga skripsi ini bisa tersusun. Banyak pelajaran yang telah didapat oleh penulis selama proses pembuatan skripsi ini yaitu bertambahnya kosa kata yang dimiliki oleh penulis dan pengetahuan-pengetahuan yang didapat dari ilmu murni maupun ilmu yang didapat dari lingkungan sekitar.

Penulis sangat menyadari kekurangan dalam penulisan skripsi ini yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti keterbatasan waktu dan dana dan juga kemampuan penulis secara personal. Oleh sebab itulah penulis sangat mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan skripsi ini. Saya juga berharap aka nada peneliti selanjutnya untuk meneliti pembahasan skripsi ini secara mendalam. Karena memang sangat topik pembahasan skripsi ini belum pernah diteliti sebelumnya secara ilmiah sehingga masih sangat dangkal pembahasan yang terdapat dalam skripsi ini. Kesulitan dalam mencarai sumber data yang terpercaya adalah kesulitan yang terutama dihadapi oleh penulis.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini bukanlah murni hanya kemampuan dan peranan pribadi penulis. Namun juga adanya bantuan dari berbagai pihak yang sedikit banyak telah berguna dalam penulisan skripsi ini. Sebab itu saya mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ucapan teristimewa kepada kedua orangtua penulis yang terkasih, St. R.M Sibagariang dan ibu M. Sitanggang. Mereka telah melakukan semua hal terbaik kepada penulis dan memberikan segala nasehat-nasehat yang baik. Semoga Tuhan menganugerahkan umur yang panjang kepada mereka yang terkasih


(6)

2. Kepada Rektor Universitas Negeri Medan Bapak Prof. Ibnu Hajar Damanik beserta jajaran stafnya yang telah memberikan urusan akademik dari awal kuliah sampai selesai.

3. Kepada Bapak Drs. Restu, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan beserta jajaran pegawai Fakultas yang dapat mengelola birokrasi kemahasiswaan dengan baik sehingga proses perkuliahan dapat berjalan lancar

4. Kepada Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum yang telah memberikan kelancaran urusan akademik dari awal kuliah sampai selesai.

5. Kepada Sekretaris Jurusan Pendidikan Sejarah sekaligus sebagai Dosen Pembimbing penulis, Ibu Dra. Hafnita Sari Dewi Lubis, M.Pd yang telah memberikan berbagai arahan dalam penyelesaian skripsi ini

6. Terimakasih kepada Dosen Pembimbing Akademik sekaligus sebagai Dosen penguji utama, Ibu Dra. Flores Tanjung, M.A yang turut memberikan arahan kepada penulis

7. Kepada Dosen penguji Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum dan Bapak Dr. Hidayat, M.S

8. Kepada seluruh Bapak/Ibu Dosen yang mengajar di Jurusan Pendidikan Sejarah

9. Kepada seluruh informan yang bersedia memberikan informasi untuk data penulisan skripsi ini

10.Kepada semua abang, kakak, dan adik penulis, terkhusus kepada abang Jetri Sibagariang, Jerni Sibagariang, Julia Lasmaroha Sibagariang, dan keponakan penulis Devri Maltaliasi Sibagariang

11.Kepada teman-teman kelas A Reguler 2010 Jurusan Pendidikan Sejarah, teman satu tim Panser FC, dan teman-teman Grup S’Plak Rades Lasta Simbolon, Tono Manihuruk, Radius Silaban, Jendri Limbong, Treboy Nababan, dan Reinhard Situmeang.

12.Secara khusus kepada wanita yang pernah singgah dan memberikan warna-warni dalam hidup penulis Desny Yuni Cibro yang sudah banyak


(7)

membantu penulis dalam melewati masa-masa sulit selama perkuliahan. Semoga Tuhan akan mempersatukan kita, Amin.

Dan juga semua pihak-pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis berdoa semoga Tuhan memberikan berlimpah-limpah anugerah kepada kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, kiranya skripsi ini memiliki tempat untuk memberikan manfaatnya.

Medan, Juni 2014 Penulis


(8)

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Identifikasi Masalah ... 5

3. Pembatasan Masalah ... 5

4. Perumusan Masalah ... 6

5. Tujuan Penelitian ... 6

6. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Tinjauan Pustaka ... 8

2. Kerangka Berfikir... 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Metode Penelitian... 16

2. Lokasi Penelitian ... 16

3. Sumber Data ... 16

4. Teknik Pengumpulan Data ... 18


(9)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 20

1. Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Tengah ... 20

2. Keadaan Geografi ... 24

3. Iklim ... 24

4. Kependudukan ... 26

5. Pendidikan ... 28

6. Pertanian ... 29

7. Perindustrian ... 31

8. Kemiskinan ... 32

B. Pembahasan ... 37

1. Latar Belakang Belanda Datang Ke Tapanuli Tengah ... 38

2. Faktor pendorong Belanda melakukan kerja paksa di Batu Lubang ... 41

3. Proses Terjadinya Kerja Paksa di Batu Lubang ... 45

4. Dampak kerja paksa terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Tapanuli Tengah ... 54

4.1.Dampak kerja paksa di Batu Lubang terhadap kondisi sosial masyarakat setempat ... 55

4.2.Dampak kerja paksa di Batu Lubang terhadap kondisi ekonomi masyarakat setempat ... 58


(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 61 B. Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA ... 66 LAMPIRAN

PEDOMAN WAWANCARA DAFTAR INFORMAN

PETA WILAYAH PENELITIAN DOKUMENTASI


(11)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Daftar Bupati yang Pernah Menjabat Di Kabupaten Tapanuli

Tengah ... 23 Tabel 4.2 Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan Setiap Bulan Di

Kabupaten Tapanuli Tengah (%) 2012 ... 25 Tabel 4.3. Kepadatan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan

Di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012 ... 27 Tabel 4.4. Produksi Tanaman Padi Sawah dan Ladang di Kabupaten

Tapanuli Tengah (Kg) Tahun 2002-2012 ... 30 Tabel 4.5. Populasi Ternak Menurut Jenis Ternak dan Kecamatan Di

Kabupaten Tapanuli Tengah (Ekor) 2012 ... 32 Tabel 4.6. Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin, dan

Garis Kemiskinan Di Kabupaten Tapanuli Tengah 2012 ... 33 Tabel 4.7. Jumlah Rumah Ibadah di Kabupaten Tapanuli Tengah 2012 ... 34 Tabel. 4.8. Luas Kecamatan Sitahuis Menurut Desa Tahun 2010 ... 36 Tabel 4.9.Banyaknya Penduduk Kecamatan Sitahuis Menurut Jenis


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Daftar Pedoman Wawancara ... 1

Lampiran 2.Daftar Informan ... 2

Lampiran 3.Peta lokasi penelitian ... 3


(13)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Castles, Lance. 2001. Kehidupan Politik Suatu Keresidenan Di Sumatera:

Tapanuli 1915-1940. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Daliman, A. 2012. Manusia dan Sejarah. Yogyakarta : Ombak

Harahap, Yusuf, dkk. 1994. Sumatera Utara dalam Lintasan Sejarah. Medan: Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara.

Mackay, James. Pustaka Pintar Sejarah. Bandung : Sinergi Pustaka indonesia Panggabean, Hamid dan Matondang, dkk. 1995. Bunga Rampai Tapian Nauli.

Sibolga: Tapian Nauli-Tujuh Sekawan.

Poerwadarminta. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Soekanto, Soerjono. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Suroyo, Djuliati A.M. 2000. Eksploitasi Kolonial Abad XIX : Kerja wajib di Keresidenan Kedu 1800-1890. Yogyakarta : Yayasan Untuk Indonesia Sjamsudin. 2012. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Penerbit Obor

Tapanuli Tengah Dalam Angka. 2013. Tapanuli Tengah: Badan Pusat Statistik Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1991. Kamus


(14)

Tim Penyusun Naskah. 2011. Kecamatan Sitahuis Dalam Angka. Sitahuis: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Tengah.

Sumber Internet


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kehidupan masyarakat masa kini tentu saja tidak terlepas dari apa yang terjadi di masa lampau, apa yang ada saat ini tentu saja diakibatkan oleh peristiwa masa lalu tersebut. Hal ini tentu saja dialami oleh setiap kelompok masyarakat . Demikian halnya dengan sebuah peninggalan sejarah yang ada di sebuah Kabupaten di Sumatera Utara, tepatnya disebuah desa yang bernama Desa Simaninggir Kabupaten Tapanuli Tengah, tentu saja peninggalan bersejarah itu diakibatkan oleh adanya sebuah peristiwa di masa lampau. Masa lampau adalah sesuatu yang perlu untuk diketahui, dan kita bisa mengetahui masa lampau melalui penulisan sejarah. Oleh sebab itu menurut ankersmit dalam buku tulisan Daliman ( 2012 : 41) bahwa menulis sejarah berarti kita menjembatani sebuah jurang yang sebelumnya telah kita jembatani.

Tapanuli Tengah adalah salah satu kabupaten yang ada di Sumatera Utara yang beribukotakan Pandan. Kabupaten Tapanuli Tengah sebagai Daerah Otonom dipertegas oleh Pemerintah dengan Undang-undang Nomor 7 tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten dalam lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah Nomor 19 Tahun 2007 maka ditetapkan Hari Jadi Kabupaten Tapanuli Tengah adalah tanggal 24 Agustus 1945. Saat ini jumlah Kecamatan di Kabupaten ini sebanyak 20 Kecamatan yaitu


(16)

Kecamatan Pinang Sori, Badiri, Lumut, Pandan, Tapian Nauli, Sitahuis, Sirandorung, Sosor Gadong, Barus, Barus Utara, Sorkam, Sorkam Barat, Pasaribu Tobing, Kolang, Manduamas, Andam Dewi, Sarudik, Tukka, Sibabangun, dan Suka Bangun. Dikabupaten inilah tepatnya sebuah Desa yang bernama Desa Simaninggir Kecamatan Sitahuis pernah terjadi peristiwa Kerja Paksa yang sangat kejam.

“ Batu Lubang” itulah sebutan yang akrab ditelinga masyarakat Kabupaten Tapanuli tengah untuk menyebutkan dua buah terowongan batu yang harus dilewati pada saat melintasi jalan Sibolga Tarutung. Terdapat dua buah batu yang berlobang yang terpisah antara satu dengan yang lain, yang panjangnya berbeda-beda, yaitu ada yang berukuran sekitar 8 Meter dan satu lagi berukuran sekitar 10 Meter. Terjadinya kerja paksa dalam pembuatan batu lubang tersebut diperkirakan pada tahun 1930 yakni pada masa penjajahan Belanda di Indonesia di Kabupaten Tapanuli Tengah khususnya.

Dilihat sepintas, “ Batu Lubang” tersebut hanya terlihat seperti keindahan ciptaan tangan Tuhan, tapi ternyata bukan, sebab kedua buah Batu Lubang tersebut menyimpan banyak cerita sejarah yang sangat bermakna untuk dikaji.Karena melihat keajaibannya tersebut, banyak orang berpendapat bahwa tidaklah mungkin bahwa Batu Lubang yang sebesar itu dikerjakan oleh tangan manusia. Tetapi sejarah membuktikan, menurut sejarah dari mulut kemulut, terbentuknya kedua Batu Lubang tersebut diakibatkan oleh kekejaman dari penjajahan Belanda di Indonesia khususnya di Tapanuli Tengah. Belanda memaksa masyarakat pada saat itu untuk memahat dua buah


(17)

batu yang berukuran raksasa hingga tembus, karena apabila batu tersebut dapat ditembus maka jalur untuk mencapai Silindung ( Tarutung sekarang ) pun bisa dicapai dengan mudah. Tentu saja sudah dapat kita bayangkan penderitaan yang dialami oleh para korban kekejaman dari Belanda pada saat itu, batu yang sangat besar dengan ketebalan 10 meter dan 8 Meter harus bisa ditembus dengan alat sederhana yaitu pahat. Konon katanya para pekerja rodi pada saat itu hanya menggunakan pahat untuk menembus batu besar itu.

Menurut Panggabean ( 1995 :11), Pada awal abad ke-17 Belanda telah masuk ke daerah Tapanuli Tengah yaitu daerah yang bernama Barus ( Secara administratif Barus merupakan wilayah Kabupaten Tapanuli tengah sampai sekarang). Maka tidak mengherankan lagi pada tahun 1669 Belanda telah membangun loji VOC di daerah Barus. Sedangkan pada tahun 1842 Belanda telah membangun pelabuhan di sibolga dan pada tahun itu juga Belanda telah menyatakan berdirinya Keresidenan Tapanuli yang beribukotakan Sibolga.

Menurut Harahap ( 1994 : 127) pantai Barat Sumatera utara ( Tapanuli Tengah) telah menjadi perebutan antara bangsa Inggris dan Belanda pada abad 17 dan 18, namun akhirnya sesuai dengan traktat London ( 1824) maka kawasan tersebut jatuh ketangan Belanda.

Sangat Sulit untuk Membahas tentang motif kerja paksa yang dilakukan Belanda di Batu Lubang yang ada di Tapanuli tengah tersebut karena minimya sumber-sumber yang tersedia. Menurut Penulis kemungkinan yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa kerja paksa di Tapanuli Tengah


(18)

untuk membuat Batu Lubang yang kita kenal sekarang bisa saja diakibatkan oleh Faktor ekonomi dan untuk melancarkan misi perluasan kekuasaan bagi Pemerintah hindia Belanda Pada Saat itu. Ada kemungkinan Belanda sangat antusias untuk menghubungkan Tapanuli Tengah dengan Tapanuli Utara agar hubungan dagang antara daerah pesisir dengan daerah pegunungan lebih mudah terlaksana. Karena Menurut Panggabean ( 1995 : 7 ), pada saat itu yang menjadi daerah pasar induk ialah daerah Barus, dari baruslah disalurkan kebutuhan pokok dihampir semua pasar yang ada di daerah Toba bahkan sampai sebagian wilayah Minangkabau, sementara yang menjadi penghubung antara Barus dengan Toba ( Silindung, Humbang, Tukka, Toba Holbung, dan pulau samosir ) hanyalah jalan Setapak.

Tidak banyak masyarakat, khususnya masyarakat Tapanuli yang mengetahui tentang peristiwa kerja paksa yang dialami oleh para pendahulunya, mereka tidak sadar betapa besarnya penderitaan yang dialami oleh para leluhurnya yang hingga saat ini semua orang bisa dengan bebas melintasi jalan Sibolga Tarutung dengan mudah. Penderitaan demi penderitaan harus mereka hadapi karena kekejaman yang dilakukan oleh penjajahan Belanda. Sangatlah penting peristiwa ini diabadikan dalam bentuk tulisan yang ilmiah supaya sejarah tentang terjadinya Kerja Paksa yang pernah terjadi di Tapanuli Tengah tidak akan habis dimakan usia. Maka dengan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti “ Kerja Paksa Di Batu Lubang Pada Masa Penjajahan Belanda di Kabupaten Tapanuli Tengah (1930-1942)“.


(19)

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang, maka dapat didefinisikan masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1) Latar belakang datangnya Belanda di Tapanuli Tengah

2) Faktor yang mendorong Belanda melakukan kerja paksa di Batu Lubang di Kabupaten Tapanuli Tengah

3) Proses terjadinya kerja paksa di Batu Lubang di kabupaten Tapanuli Tengah

4) Dampak terjadinya kerja paksa terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat kabupaten Tapanuli tengah pada saat terjadinya kerja paksa

3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka batasan dalam penelitian ini tentang “ Terjadinya kerja paksa di Batu Lubang pada Masa Penjajahan Belanda di Kabupaten Tapanuli Tengah (1930-1942) “. Adapun yang menjadi alasan mengapa dibatasi tahun dari 1930 karena pada tahun itulah diyakini awal diberlakukannya kerja paksa, alasan mengapa hingga tahun 1942 karena pada tahun tersebut Belanda sudah hengkang dari Indonesia dan digantikan dengan pendudukan Jepang di Indonesia.


(20)

4. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Apa yang melatarbelakangi datangnya Belanda di Tapanuli Tengah?

2. Faktor apa yang mendorong Belanda melakukan kerja paksa di Batu Lubang di Kabupaten Tapanuli Tengah

3. Bagaimanakah Proses terjadinya kerja paksa di Batu Lubang di Kabupaten Tapanuli Tengah ?

4. Bagaimanakah dampak kerja paksa terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat kabupaten Tapanuli tengah pada saat kerja paksa terjadi?

5. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui latarbelakang datangnya Belanda di Tapanuli Tengah?

2. Untuk mengetahui faktor yang mendorong Belanda melakukan kerja paksa di Batu Lubang di Kabupaten Tapanuli Tengah

3. Untuk mengetahui Proses terjadinya kerja paksa di Batu Lubang di Kabupaten Tapanuli Tengah ?


(21)

4. Untuk mengetahui dampak kerja paksa terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat kabupaten Tapanuli tengah pada saat peristiwa kerja paksa terjadi?

6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, untuk :

1) Menambah pengetahuan tentang sejarah perbudakan yang terjadi di Batu Lubang di Kabupaten Tapanuli Tengah

2) Sebagai bahan masukan pada Sejarah Lokal Indonesia khususnya di Kabupaten Tapanuli tengah

3) Hasil penelitian ini menjadi gambaran untuk menambah perbendaharaan ilmu untuk bahan masukan bagi lembaga Pendidikan umumnya, dan UNIMED khususnya.


(22)

(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini penulis telah mempelajari sedikit sejarah kerja paksa yang pernah terjadi di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah Khususnya di Kecamatan Sitahuis desa Simaninggir. Beberapa motif dan dampak kerja paksa telah dicoba dirangkum oleh peneliti berdasarkan penuturan para narasumber dan analisis data yang dilakukan penulis. Kesimpulan yang bisa ditarik dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pada awalnya Belanda datang ke wilayah Tapanuli Tengah tepatnya di Barus pada tahun 1601 karena untuk urusan perdagangan. Pada mulanya Belanda bersahabat baik dengan raja-raja Aceh yang dengan baik menerima kehadiran mereka, baik di Barus maupun di Aceh. Barus ketika itu adalah temasuk kedalam wilayah kekuasaan kesultanan Aceh.kedatangan Belanda ke wilayah Tapanuli Tengah tidak terlepas dari faktor kekayaan yang dimiliki wilayah ini. Maka tidak mengherankan wilayah ini pernah menjadi wilayah perebutan antara Negara-negara Eropa yang pernah datang ke Indonesia.

2. Berbicara soal faktor yang mendorong Belanda harus menembus batu cadas tersebut dengan kerja paksa, peneliti menyimpulkan bahwa ada kaitannya dengan masalah ekonomi dan perdagangan Belanda. Belanda ingin memperlancar arus perdagangan antara pesisir yaitu Kabupaten Tapanuli


(24)

Tengah dengan daerah Pegunungan seperti Tapanuli Utara. Daerah Tapanuli Tengah pada saat dikuasai Belanda berfungsi sebagai penyalur bagi wilayah-wilayah sekitarnya termasuk Silindung dan daerah Toba bahkan ke Samosir. Hal ini disebabkan karena Tapanuli Tengah memiliki banyak sumber daya Alam, dan wilayah ini mempunyai laut sebagai tempat pelabuhan. Usaha inilah yang ingin diperlancar oleh Belanda supaya mereka dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar.

3. Kerja Paksa yang pernah terjadi di Batu Lubang yang ada di Tapanuli Tengah dimulai sekitar tahun 1930 an. Proses kerja paksa yang terjadi disini bukanlah sekedar kerja paksa yang biasa-biasa saja. Peristiwa bersejarah ini terjadi dengan memakan korban jiwa yang tidak sedikit. Belanda memperlakukan rakyat lebih-lebih dari seekor binatang. Hak asasi mereka sebagai manusia ketika itu tidak lagi diperhitungkan oeh Belanda. Belanda selalu mengawasi setiap pekerja yang pada saat itu dengan memegang cambuk. Siapapun yang tidak mau bekerja atau lambat bekerja akan dipukul dengan cambuk. Pada saat pekerja meninggal dunia ditempat itu, mayat mereka dibuang ke jurang yang ada di tepi Batu Lubang tersebut. inilah penyebabnya sehingga tempat ini sampai sekarang tergolong sangat angker. Walau memang tidak bisa dibuktikan secara ilmiah, namun penuturan banyak orang mengatakan bahwa di tempat ini khususnya di jurang tempat pembuangan mayat-mayat para pekerja rodi ketika itu sering ada penampakan roh halus.


(25)

4. Dampak dari kerja paksa ini pada masyarakat di masa itu sangat banyak. Penulis menyimpulkan beberapa dampaknya yaitu untuk kondisi sosial banyak penduduk yang harus mengungsi ke Hutan karena takut ditangkap belanda dan dipaksa bekerja untuk menembus Batu cadas yang menyulitkan Belanda untuk menembus wilayah Tarutung. Yang kedua adalah banyak terjadi kelaparan dan juga mengakibatkan pendidikan yang rendah. Untuk kondisi Ekonomi rakyat pada masa itu, peristiwa kerja paksa ini juga memiliki dampak yang signifikan.

5. Batu Lubang yang ada saat ini sangat bermanfaat bagi kehidupan jaman sekarang ini. Orang-orang yang ingin pergi ke Sibolga melalui Tarutung bisa lebih mudah. Seandainya batu tersebut tidak bisa ditembus pada saat itu maka akses menuju Kota sibolga dan Tapanuli Tengah dari Tarutung harus melalui jalur Dolok Sanggul ataupun melalui Padang sidempuan. Jadi sedikit banyaknya kerja paksa yang diterapkan Belanda di Batu Lubang pada saat itu memiliki manfaat yang positif untuk bangsa Indonesia. Sebagaimana juga kita lihat peninggalan-peninggalan dari masa penjajahan Belanda di Indonesia yang berguna sampai saat ini seperti rel kereta api dan jembatan, dan lain-lain.


(26)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh penulis, maka ada beberapa saran yang ingin penulis paparkan. Mudah-mudahan saran ini dapat berguna bagi kehidupan kita sebagai bangsa yang besar yang memiliki sejarah yang panjang. Adapun saran-saran dari penulis yaitu :

1. Dengan mengetahui sejarah kerja paksa yang terjadi di Batu Lubang yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah wajiblah bagi kita untuk mengenang peristiwa bersejarah tersebut dan berterimakasih kepada pendahulu kita yang sudah rela berkorban untuk mengerjakannya.

2. Kita sebagai bangsa yang besar harus belajar dari peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau supaya kita bisa memetik makna setiap peristiwa tersebut yang berguna untuk kehidupan kita sekarang dan yang akan datang. Misalnya, kita sudah tahu bahwa Belanda pernah memberlakukan kerja paksa kepada pendahulu kita. Kita wajib mempelajarinya mengapa hal itu bisa terjadi supaya kita bisa memperbaiki kekurangnan ataupun kelemahan mereka. Supaya kita tidak lagi mengalami hal yang sama seperti mereka

3. Sebaiknya kita melestarikan sejarah-sejarah yang ada di daerah sebagai kekayaan bangsa. Harus kita akui bahwa sesuatu peninggalan yang bersejarah bisa menarik minat para wisatawan yang bisa menjadi pemasukan bagi Indonesia secara umum dan daerah tersebut secara khusus.


(27)

4. Kepada pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah, apabila Batu Lubang ingin menjadi objek wisata yang dikenal banyak kalangan, maka perlu penulisan sejarahnya harus di bukukan dan disebarluaskan supaya banyak orang yang mengenalnya dan ingin mengunjunginya.


(1)

(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini penulis telah mempelajari sedikit sejarah kerja paksa yang pernah terjadi di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah Khususnya di Kecamatan Sitahuis desa Simaninggir. Beberapa motif dan dampak kerja paksa telah dicoba dirangkum oleh peneliti berdasarkan penuturan para narasumber dan analisis data yang dilakukan penulis. Kesimpulan yang bisa ditarik dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pada awalnya Belanda datang ke wilayah Tapanuli Tengah tepatnya di Barus pada tahun 1601 karena untuk urusan perdagangan. Pada mulanya Belanda bersahabat baik dengan raja-raja Aceh yang dengan baik menerima kehadiran mereka, baik di Barus maupun di Aceh. Barus ketika

itu adalah temasuk kedalam wilayah kekuasaan kesultanan

Aceh.kedatangan Belanda ke wilayah Tapanuli Tengah tidak terlepas dari faktor kekayaan yang dimiliki wilayah ini. Maka tidak mengherankan wilayah ini pernah menjadi wilayah perebutan antara Negara-negara Eropa yang pernah datang ke Indonesia.

2. Berbicara soal faktor yang mendorong Belanda harus menembus batu cadas

tersebut dengan kerja paksa, peneliti menyimpulkan bahwa ada kaitannya dengan masalah ekonomi dan perdagangan Belanda. Belanda ingin memperlancar arus perdagangan antara pesisir yaitu Kabupaten Tapanuli


(3)

Tengah dengan daerah Pegunungan seperti Tapanuli Utara. Daerah Tapanuli Tengah pada saat dikuasai Belanda berfungsi sebagai penyalur bagi wilayah-wilayah sekitarnya termasuk Silindung dan daerah Toba bahkan ke Samosir. Hal ini disebabkan karena Tapanuli Tengah memiliki banyak sumber daya Alam, dan wilayah ini mempunyai laut sebagai tempat pelabuhan. Usaha inilah yang ingin diperlancar oleh Belanda supaya mereka dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar.

3. Kerja Paksa yang pernah terjadi di Batu Lubang yang ada di Tapanuli Tengah dimulai sekitar tahun 1930 an. Proses kerja paksa yang terjadi disini bukanlah sekedar kerja paksa yang biasa-biasa saja. Peristiwa bersejarah ini terjadi dengan memakan korban jiwa yang tidak sedikit. Belanda memperlakukan rakyat lebih-lebih dari seekor binatang. Hak asasi mereka sebagai manusia ketika itu tidak lagi diperhitungkan oeh Belanda. Belanda selalu mengawasi setiap pekerja yang pada saat itu dengan memegang cambuk. Siapapun yang tidak mau bekerja atau lambat bekerja akan dipukul dengan cambuk. Pada saat pekerja meninggal dunia ditempat itu, mayat mereka dibuang ke jurang yang ada di tepi Batu Lubang tersebut. inilah penyebabnya sehingga tempat ini sampai sekarang tergolong sangat angker. Walau memang tidak bisa dibuktikan secara ilmiah, namun penuturan banyak orang mengatakan bahwa di tempat ini khususnya di jurang tempat pembuangan mayat-mayat para pekerja rodi ketika itu sering ada penampakan roh halus.


(4)

4. Dampak dari kerja paksa ini pada masyarakat di masa itu sangat banyak. Penulis menyimpulkan beberapa dampaknya yaitu untuk kondisi sosial banyak penduduk yang harus mengungsi ke Hutan karena takut ditangkap belanda dan dipaksa bekerja untuk menembus Batu cadas yang menyulitkan Belanda untuk menembus wilayah Tarutung. Yang kedua adalah banyak terjadi kelaparan dan juga mengakibatkan pendidikan yang rendah. Untuk kondisi Ekonomi rakyat pada masa itu, peristiwa kerja paksa ini juga memiliki dampak yang signifikan.

5. Batu Lubang yang ada saat ini sangat bermanfaat bagi kehidupan jaman sekarang ini. Orang-orang yang ingin pergi ke Sibolga melalui Tarutung bisa lebih mudah. Seandainya batu tersebut tidak bisa ditembus pada saat itu maka akses menuju Kota sibolga dan Tapanuli Tengah dari Tarutung harus melalui jalur Dolok Sanggul ataupun melalui Padang sidempuan. Jadi sedikit banyaknya kerja paksa yang diterapkan Belanda di Batu Lubang pada saat itu memiliki manfaat yang positif untuk bangsa Indonesia. Sebagaimana juga kita lihat peninggalan-peninggalan dari masa penjajahan Belanda di Indonesia yang berguna sampai saat ini seperti rel kereta api dan jembatan, dan lain-lain.


(5)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh penulis, maka ada beberapa saran yang ingin penulis paparkan. Mudah-mudahan saran ini dapat berguna bagi kehidupan kita sebagai bangsa yang besar yang memiliki sejarah yang panjang. Adapun saran-saran dari penulis yaitu :

1. Dengan mengetahui sejarah kerja paksa yang terjadi di Batu Lubang yang

ada di Kabupaten Tapanuli Tengah wajiblah bagi kita untuk mengenang peristiwa bersejarah tersebut dan berterimakasih kepada pendahulu kita yang sudah rela berkorban untuk mengerjakannya.

2. Kita sebagai bangsa yang besar harus belajar dari peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau supaya kita bisa memetik makna setiap peristiwa tersebut yang berguna untuk kehidupan kita sekarang dan yang akan datang. Misalnya, kita sudah tahu bahwa Belanda pernah memberlakukan kerja paksa kepada pendahulu kita. Kita wajib mempelajarinya mengapa hal itu bisa terjadi supaya kita bisa memperbaiki kekurangnan ataupun kelemahan mereka. Supaya kita tidak lagi mengalami hal yang sama seperti mereka

3. Sebaiknya kita melestarikan sejarah-sejarah yang ada di daerah sebagai kekayaan bangsa. Harus kita akui bahwa sesuatu peninggalan yang bersejarah bisa menarik minat para wisatawan yang bisa menjadi pemasukan bagi Indonesia secara umum dan daerah tersebut secara khusus.


(6)

4. Kepada pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah, apabila Batu Lubang ingin menjadi objek wisata yang dikenal banyak kalangan, maka perlu penulisan sejarahnya harus di bukukan dan disebarluaskan supaya banyak orang yang mengenalnya dan ingin mengunjunginya.