PERAN KUMIAI PADA MASA PENJAJAHAN JEPANG DI JAWA TAHUN 1942 1945

(1)

PERAN KUMIAI PADA MASA PENJAJAHAN JEPANG DI JAWA TAHUN 1942-1945

Skripsi Oleh: WAHYUDI NIM K4404054

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

PERAN KUMIAI PADA MASA PENJAJAHAN JEPANG DI JAWA TAHUN 1942-1945

Oleh: WAHYUDI NIM K4404054

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Sejarah

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Sri Wahyuning S. M.Pd. Isawati S.Pd.


(4)

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Tanggal :

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Djono, M.Pd (...)

Sekretaris : Drs. Tri Yuniyanto M.Hum (...) Penguji I : Dra. Sri Wahyuning S. M.Pd. (...)

Penguji II : Isawati. S.Pd. (...)

Disahkan oleh,

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd NIP : 19600727 198702 1 001


(5)

ABSTRAK

Wahyudi. K4404054. PERAN KUMIAI PADA MASA PENJAJAHAN

JEPANG DI JAWA TAHUN 1942-1945. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Latar belakang pembentukan Kumiai di Jawa, (2) Dapat mengetahui bagaimana proses pembentukan kumiai di Jawa, (3) Peranan Kumiai pada masa penjajahan Jepang di Jawa, (4) Dampak dari adanya Kumiai bagi para petani di Jawa.

Penelitian ini menggunakan metode historis. Sumber data yang digunakan adalah sumber primer. Sumber primer yang digunakan antara lain surat kabar terbitan tahun 1944 seperti Asia Raya dan Djawa Baroe dan majalah berita pemerintah Kanpo dari tahun 1942-1945. Sumber sekunder yang digunakan berupa buku, surat kabar, majalah dan artikel internet yang berkaitan dengan judul skripsi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka. Analisis yang digunakan analisis historis, yaitu analisis yang mengutamakan ketajaman dalam menginterpretasi fakta sejarah melalui pendekatan kerangka pemikiran yang mencakup beberapa teori.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Latar belakang pembentukan kumiai di Jawa adalah: (a) Keadaan sosial ekonomi masyarakat Jawa awal penjajahan Jepang yang belum teratur. (b) kebutuhan suplai makanan dan sumber daya alam yang dibutuhkan untuk kepentingan perang Jepang di pasifik. (2) Pembentukan Kumiai di Jawa dibentuk atas dasar dikeluarkannya kebijakan antara lain: (a) Kumiai dibentuk setelah di keluarkan Undang-Undang No.23 Tahun 1942 sebagai pengganti Undang-Undang koperasi No.91 Tahun 1927 yang berisi larangan berkumpul dan setiap perkumpulan harus mendaftarkan diri pada pemerintah Jepang. (b) Kumiai didirikan di setiap Karesidenan aturan dan struktur kepengurusan kumiai diserahkan pada pembesar karesidenan sehingga satu kumiai dengan kumiai di daerah lain berbeda aturan; (3) Peran Kumiai Di Jawa masa Penjajahan Jepang antara lain: (a) Kumiai berperan sebagai pengumpul bahan dan barang yang dibutuhkan pemerintah seperti padi dan bahan makanan lain. (b) Kumiai mempunyai peran sebagai distributor barang di perkotaan sehingga suplai makanan ke kota-kota besar dapat terpenuhi. (4) Kumiai memiliki dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat petani di pedesaan Jawa (a) Kumiai berdampak pada keadaan ekonomi masyarakat dengan maraknya kemiskinan dan rendahnya taraf hidup masyarakat. (b) Dampak sosial Kumiai antara lain munculnya banyak penyakit-penyakit dan kelaparan serta pada akhir pendudukan Jepang muncul banyak pemberontakan sporadis yang terjadi di beberapa wilayah di Jawa.


(6)

ABSTRACT

Wahyudi. K4404054. THE ROLE OF KUMIAI DURING JAPANESE

COLONIALISM TIME IN JAVA DURING 1942-1945 PERIOD. Thesis.

Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University. August 2010.

The objective of research is to find out: (1) the background of Kumiai establishment in Java, (2) how to process of kumiai establishment in Java, (3) the role of kumiai during Japanese colonial time in Java, and (4) the effect of kumiai presence on the farmers in Java.

This research employed a historical method. The data source employed was primary one. The primary source employed was newspapers published in 1944 like Asia Raya and Djawa Baroe and the government news magazine Kanpo from 1942-1945. The secondary sources employed were books, newspaper, magazine and internet article relevant to the thesis title. Technique of collecting data used was historical analysis, the one emphasizing on the acuity of historical fact interpretation using framework approach encompassing several theories.

Considering the result of research, it can be concluded that: (1) the background of Kumiai establishment in Java is: (a) irregular social economic condition of Javanese people in the beginning of Japan colonialism, (b) food supply of natural resource requirement for the sake of Japan war interest in pacific. (2) the establishment of Kumiai in Java is established based on the release of policy including: (a) Kumiai has been established following the passage of Act No. 23 of 1942 as the substitution for cooperatives Act No. 91 of 1921 containing the assembly restriction and each association should register itelf to Japan government. (b) Kumiai was established in each residency, the rule and administration structure of Kumiai was handed offer to the residency officials so that the rule of one Kumiai is different from others; (3) the role of Kumiai in Java during Japan government included: (a) Kumiai served as a collector of materials and goods needed by the government such as rice and other food materials. (b) Kumiai functions as the goods distributor in urban areas so that the food supply to big cities is fulfilled. (4) Kumiai has social and economic impact on the farmer society in Javanese rural areas (a) Kumiai affects the society’s economic condition in the term of increased poverty life and low life standard of society. (b) the social effect of Kumiai included considerable diseases and starvation as well as sporadic revolt in the end of Japanese occupation frequently occurring in some areas of Java.


(7)

MOTTO

”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Q.S. Alam Naysrah : 6)

“Sesungguhnya Allah SWT tidak akan merubah suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang merubah nasibnya”


(8)

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan kepada:

Ibu dan Bapak

Kakakku


(9)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaIkum Wr. Wb

Untaian puji syukur senantiasa penulis panjatkan teruntuk Illahi Robbi yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga tercurah limpah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta umatnya yang setia hingga akhir zaman.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang ada dapat teratasi. Untuk itu, atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah berkenan mengizinkan penulis untuk menyusun skripsi.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah berkenan pula mengizinkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua Program Pendidikan Sejarah yang telah memberi petunjuk dan pengetahuan kepada penulis.

4. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd, selaku Pembimbing Akademik (PA) yang telah memberikan bimbingan, dorongan serta motivasi kepada penulis. 5. Dra. Sri Wahyuning S, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, petunjuk, pengarahan dan saran kepada penulis. 6. Isawati S.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,


(10)

7. Segenap dosen dan staf pengajar Program Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat berharga bagi penulis.

8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan pengarahan kepada penulis, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga mendapat balasan yang lebih baik dari Allah.

Penulis menyadari bahwa “tiada gading yang tak retak”, begitu juga dalam penulisan skripsi ini. Dari ketidaksempurnaan ini kiranya dapat diambil hikmah dan pelajaran yang berharga, sehingga tidak terulang kesalahan untuk kedua kalinya. Semoga bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surakarta, Agustus 2010


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PENGAJUAN ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN PENGESAHAN ... ABSTRAK ... ABSTRACT ... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB I. PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Masalah ... B. Perumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian ... BAB II. LANDASAN TEORI... A. Tinjauan Pustaka ... 1. Kolonialisme... 2. Politik Ekonomi ... 3. Organisasi... 4. Perubahan Sosial... B. Kerangka Berfikir ... BAB III. METODE PENELITIAN... A.Tempat dan Waktu Penelitian ... B. Metode Penelitian ...

i ii iii iv v vi vii viii ix xi xiii xiv 1 1 6 7 7 9 9 9 12 14 18 20 23 23 24


(12)

C. Sumber Data... D.Teknik Pengumpulan Data ... E. Teknik Analisis Data ... F. Prosedur Penelitian ... BAB IV. HASIL PENELITIAN... A.Latar Belakang Pembentukan Kumiai ...

1. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Jawa Awal

Penjajahan Jepang... 2. Kebutuhan Sumber Daya untuk mendukung Jepang... B. Pembentukan Kumiai...

1. Dasar Pendirian Kumiai ... 2. Struktur dan Kepengurusan Kumiai ... C. Peran Kumiai pada masa Penjajahan Jepang di Jawa... 1. Peran Kumiai dalan Pengumpulan Padi... 2. Peran Kumiai dalam Distribusi Padi... D.Dampak Kebijakan Kumiai bagi Petani di Jawa... 1. Dampak Ekonomi... 2. Dampak Sosial... BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN...

A.Kesimpulan ... B. Implikasi... C. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ... 25 26 28 29 33 33 33 46 49 49 53 58 58 61 64 64 67 70 70 71 72 74 78


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran ... 20 Gambar 2. Skema Prosedur Penelitian... 29 Gambar 3 Skema Mekanisme Penyerahan Padi... 63


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Peta pendaratan Jepang di Jawa... 78

Lampiran 2.Undang-undang pemerintah Jepang No 23 ... 79

Lampiran 3. Peraturan Pendirian Nogyo Kumiai ... 81

Lampiran 4. Maklumat Gunseikan mengenai Kyoodoo Kumiai... 83

Lampiran 5. Surat Pendirian Noosanbutu Kumiai... 87

Lampiran 6. Peraturan Pendirian Seimagyo Kumiai ... 89

Lampiran 7. Pernyataan Jepang Mengenai Ekonomi Jawa Baru ... 91

Lampiran 8. Hasil Sidang Komite Perekonomian Jawa Baru ... 99

Lampiran 9. Jurnal Sejarah... 114


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara-negara di dunia yang mengalami masa penjajahan, merasakan keadaan yang hampir sama. Keadaan tersebut antara lain, hak berpolitik dibatasi, adanya tekanan ekonomi, bahkan negara penjajah dapat memaksakan kebudayaannya kepada bangsa yang dijajah. Indonesia telah mengalami beberapa kali masa penjajahan, yaitu Inggris, Belanda, dan Jepang. Negara-negara penjajah dalam melaksanakan kekuasaan di Indonesia menerapkan kebijakan ekonomi dan politik yang berbeda-beda. Kebijakan pemerintah terhadap negara yang dikuasai banyak menimbulkan penderitaan dan ketidakpuasan sehingga membangkitkan semangat rakyat jajahan untuk melawan kaum penjajah. Semua bentuk perlawanan tersebut dilakukan dengan harapan rakyat dapat lepas dari penjajahan dan memperoleh kemerdekaan dengan pemerintahan sendiri tanpa campur tangan negara lain.

Negara yang pernah menjajah Indonesia antara lain Belanda, Inggris, dan Jepang. Dalam melaksanakan kekuasaannya di Indonesia negara-negara tersebut menerapkan kebijakan politik dan ekonomi yang berbeda-beda. Alasan diberlakukannya kebijakan-kebijakan tersebut adalah untuk mengatur jalannya kehidupan politik dan ekonomi rakyat Indonesia. Cultuurstelsel yang diterapkan oleh Belanda pada tahun 1830-1870 pada masa pemerintahan Van Den Bosch dan sistem sewa tanah atau landrente tahun 1813 pada masa Raffles yang diterapkan Inggris merupakan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah kolonial untuk mengatur jalannya perekonomian di Indonesia. Namun, kenyataannya kebijakan tersebut hanya membawa keuntungan bagi para penjajah tetapi menimbulkan kesengsaraan bagi rakyat Indonesia.

Pada saat Jepang berkuasa di Indonesia, Jepang melihat potensi yang besar dimiliki oleh bangsa Indonesia, khususnya dari segi ekonomi dan tenaga kerja. Indonesia memiliki nilai ekonomi yang strategis bagi Jepang dalam menghadapi sekutu di perang pasifik. Sudah sejak lama sumber-sumber alam Indonesia yang


(16)

berupa minyak, bauksit, karet, timah dan bahan-bahan strategis lainya adalah penting di mata Jepang. Jepang membutuhkan kekayaan alam Indonesia dan sumber daya manusianya yaitu tenaga kerja yang murah untuk menopang kebutuhan perang Jepang. Strategi penjajahan Jepang mendasarkan pada kepentingan untuk kemenangan perang Asia Timur Raya. Kebijakan Jepang terhadap rakyat Indonesia mempunyai dua prioritas yaitu menghapuskan pengaruh-pengaruh barat dan memobilisasikan rakyat demi kemenangan perang Jepang. Kebijakan itu dijalankan dengan tiga prinsip yaitu mencari dukungan, memanfaatkan struktur pemerintahan yang telah ada dan mengusahakan agar daerah yang diduduki dapat memenuhi kebutuhan sendiri.

Di bawah pemerintahan Jepang, Indonesia dibagi menjadi tiga wilayah antara lain Sumatra yang di tempatkan di bawah angkatan darat ke-25, sedangkan Jawa berada dibawah angkatan darat ke-16, dan Kalimantan yang ditempatkan berada dibawah kekuasaan angkatan laut. Pada umumnya Jawa dianggap sebagai daerah yang secara politik paling maju namun secara ekonomi kurang penting, sumber dayannya yang utama adalah manusia. Kebijakan-kebijakan disana membangkitkan rasa kesadaran nasional yang jauh lebih mantap daripada dikedua wilayah lainnya, dan dengan demikian semakin memperbesar tingkat kecanggihan politik antara Jawa dan wilayah-wilayah lainnya.

Sampai bulan Agustus 1942 Jawa tetap berada dibawah struktur-struktur pemerintahan sementara, tetapi kemudian dibentuk suatu pemerintahan militer yang diketuai oleh seorang gubernur militer (Gunseikan). Untuk membantu orang Jepang mengatur negeri ini pihak Jepang di Jawa juga mencari pemimpin-pemimpin politik guna memobilisasikan rakyat. Pihak Jepang mulai menyadari bahwa apabila ia ingin memobilisasi rakyat di Jawa maka mereka harus memanfaatkan tokoh-tokoh terkemuka gerakan nasionalis sebelum perang. Pertama-tama mereka menghapuskan seluruh organisasi politik dari jaman sebelum Jepang. Pada bulan Maret 1942 semua kegiatan politik dilarang dan semua perkumpulan yang ada secara resmi dibubarkan dan pihak Jepang mulai membentuk organisasi-organisasi baru.


(17)

Pemerintah militer Jepang menggunakan berbagai macam cara untuk mendekati dan mempengaruhi rakyat Indonesia. Salah satu contoh ialah dengan

Sedenbu. Sedenbu merupakan alat propaganda Jepang yang berfungsi mendekati

dan mempengaruhi masyarakat lapisan bawah, tokoh politik maupun penguasa lokal. Media utama yang paling sering digunakan adalah dengan film, seni panggung, wayang dan musik. Upaya Jepang dengan mendekati dan mempengaruhi tokoh-tokoh politik Indonesia dilakukan dengan membebaskan pemimpin Indonesia yang ditawan oleh Belanda seperti Sjarir dan Moh. Hatta, serta Sukarno dan menawarkan kerja sama dengan para tokoh pergerakan nasional Indonesia melalui organisasi massa bentukan Jepang. Dalam bidang niliter dan Keamanan Jepang mendirikan organiasi-organisasi semi militer, sebut saja

Seinendan (Korps Pemuda) dan Keibodan (Korps Kewaspadaan) yang merupakan

organisasi semi militer yang berisi para pemuda berusia 25 sampai 35 tahun yang diberi tugas sebagai organisasi polisi, kebakaran dan serangan udara pembantu. Selain organisasi militer organisasi politik juga muncul di jawa misalnya organisasi Putera (Pusat tenaga Rakyat) dan Jawa Hokokai yang ketuanya diambil dari para pemimpin nasionalis Indonesia.

Dalam bidang ekonomi Jepang menerapkan kebijakan mengatur dan mengontrol seluruh kehidupan ekonomi di Indonesia. Hal itu disebabkan karena pada saat Jepang berhasil merebut Indonesia, pemerintah Hindia Belanda sudah memperhitungkan bahwa invasi yang dilakukan oleh Jepang ke Indonesia sudah tidak dapat dibendung lagi oleh Belanda, maka dimulailah dilaksanakan aksi bumi hangus. Obyek vital yang sebagian besar terdiri dari aparat produksi dihancurkan, sehingga pada awal penjajahan Jepang hampir seluruh kehidupan ekonomi lumpuh total dan berubah dari keadaan ekonomi normal menjadi ekonomi perang. Pemerintah pendudukan Jepang mengeluarkan beberapa peraturan yang bersifat kontrol terhadap kegiatan ekonomi, misalnya peraturan pengendalian harga dan hukuman yang berat terhadap pelanggar peraturan. Harta milik bekas musuh atau harta yang dibiayai dengan modal musuh disita dan menjadi milik pemerintah Jepang, seperti perkebunan-perkebunan, bank-bank, pabrik-pabrik, perusahaan vital seperti pertambangan, listrik dan telekomunikasi.


(18)

Setelah Jepang menduduki Jawa kebijakan ekonomi mulai dibuat. Jawa merupakan salah satu pulau Indonesia yang memiliki kekayaan alam dan sumber tenaga kerja yang yang luar biasa. Kebijakan ekonomi yang dijalankan tentara Jepang yang secara ketat memperlakukan keharusan memenuhi kebutuhan pangan sendiri oleh setiap karesidenan membuat penderitaan yang sangat parah. Kebijakan itu sebagian besar didorong oleh kurangnya sarana pengangkutan baik di dalam maupun ke luar Jawa, tetapi hal itu dimaksudkan juga untuk memungkinkan perlawanan setempat yang mampu membiayai diri sendiri kalau nanti menghadapi serangan sekutu di daerah masing-masing. Penetapan sistem penyerahan paksa padi yang ditetapkan pada tahun 1943 menyebabkan petani terpaksa menjual padinya dengan harga murah ke instansi-istansi pemerintah. Kebijakan pemerintahan pendudukan Jepang itu dalam banyak hal mempengaruhi kehidupan penduduk pribumi. Daerah atau pedesaan di Indonesia khususnya Jawa oleh Jepang dianggap mempunyai potensi ekonomi yang luar biasa karena memiliki tanah yang subur dan penduduk yang banyak. Sasaran utama eksploitasi Jepang di Jawa adalah hasil pertanian dan tenaga kerja. Pemerintah Jepang tidak dapat mencapai tujuan tanpa kerja sama dengan para penduduk pribumi. Untuk mencapai tujuan itu mengharuskan pemerintah militer mengadakan kontak dan campur tangan secara mendalam dengan orang pribumi.

Untuk memperlancar kebijakan tersebut maka Jepang mulai melakukan reorganisasi terhadap lembaga ekonomi yang ada yaitu koperasi. Para pemikir seperti Moh. Hatta dan para ekonom lain sudah menganjurkan pembentukannya sejak pemerintah kolonial menguasai Indonesia sebagai sarana untuk memperkuat kedudukan ekonomi bagi kaum pribumi. Koperasi pada zaman Belanda tidak berkembang dengan baik, karena Belanda sendiri takut koperasi yang pada awalnya hanya bergerak dalam bidang ekonomi kemudian akan bisa dimanfaatkan untuk menjadi organisasi yang bergerak dibidang politik yang akan merugikan pemerintah kolonial.

Membahas mengenai koperasi tidak terlepas dari pengertiannya itu sendiri, koperasi berasal dari kata Co dan Operation yang berarti bersama-sama bekerja, koperasi berusaha mencapai tujuan serta kemanfaatan bersama. Koperasi sebagai


(19)

alat untuk mengatasi kepincangan-kepincangan dan kelemahan dari perekonomian kapitalis. Koperasi muncul pertama kali di Inggris tahun 1884 yang berusaha mengatasi masalah keperluan konsumsi bagi para anggotanya dengan cara kebersamaan yang dilandasi atas dasar prinsip keadilan. Setelah itu koperasi muncul dan berkembang ke berbagai negara di Eropa dan juga di Asia termasuk Indonesia.

Masyarakat Indonesia baru mulai mengenal bentuk koperasi pada awal abad ke XIX. Pada masa penjajahan Belanda, tahun 1896 seorang pamong praja patih R. Aria Wirya Atmaja di Purwokerto mendirikan sebuah bank untuk para pegawai negeri (priyayi). Ia terdorong keinginan untuk menolong para pegawai negeri yang makin menderita karena terjerat oleh lintah darat yang memberikan pinjaman dengan bunga yang tinggi. Ia ingin mendirikan koperasi kredit model

Raiffeisen di Jerman, dan untuk itu ia dibantu oleh seorang Asisten Residen

Belanda. Asisten tersebut yang menganjurkan untuk mengubah Bank Pertolongan Tabungan yang sudah ada menjadi Bank Pertolongan, Tabungan dan Pertanian seperti yang ada di Jerman. Selain pegawai negeri juga para petani juga perlu dibantu karena mereka makin menderita karena tekanan para pengijon (pelepas uang). Gagasan tersebut ternyata tidak sesuai dengan politik penjajahan pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu. Badan-badan ekonomi rakyat seperti Bank dan Tabungan dan lumbung desa yang mulai tumbuh tidak dijadikan koperasi. Sebagai gantinya maka, Belanda mengeluarkan undang-undang Ordonansi Perkumpulan Koperasi Bumi Putera untuk mengatur perkoperasian di Indonesia tahun 1927 dan 1933 karena Belanda takut koperasi yang pada awalnya bergerak dalam bidang ekonomi akan menjelma menjadi kekuatan politik yang besar.

Pada zaman pendudukan tentara Jepang bukanlah penyempurnaan usaha koperasi yang dialami akan tetapi sebaliknya apa yang telah ada bahkan dihancurkan sama sekali oleh Jepang yang fasistis. Kantor pusat Jawatan Koperasi dan Perdagangan oleh pemerintah balatentara Jepang diganti namanya menjadi

Syomin Kumiai Cou Jomusyo, sedang Kantor daerah menjadi Syomin Kumiai


(20)

Jumbi Inkai, panitia susuna perekonomian baru di Jawa. Hasil perekonomian baru yang dikemukakan dengan kata-kata yang muluk-muluk kepada rakyat ialah tidak lain dari kesengsaraan semata-mata.

Koperasi-koperasi yang telah berdiri pada zaman Hindia Belanda diambil alih pengaturannya oleh Jepang. Badan koperasi yang demokratis dirubah menjadi alat-alat distribusi dan pengumpul untuk kepentingan tentara Jepang. Jepang melakukan reorganisasi terhadap koperasi yang ada untuk membentuk yang baru sehingga koperasi sebelum perang mengalami kemunduran bahkan ada yang terpaksa dibubarkan. Akhirnya dibentuk lembaga ekonomi yang bernama Kumiai,

lembaga ini adalah koperasi model Jepang yang bertindak sebagai unit dasar untuk memanipulasi seluruh struktur perekonomian yang dikendalikan pada masa perang.

Kumiai sebagai sebuah organisasi yang dibentuk atas peraturan pemerintah

dan melibatkan seluruh desa, dalam banyak hal tidak dapat dianggap sebagai koperasi. Dalam penerapannya Jepang memerintahkan setiap wiraswasta untuk menyelengarakan Kumiai sehingga seluruh wiraswasta besar dan kecil bisa dikontrol lewat ini. Dengan demikian, koperasi Kumiai diselenggarakan hampir disetiap bidang perpabrikan, pertanian dan perdagangan di Jawa.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan diatas kedalam skripsi yang berjudul “Peran Kumiai Pada Masa Penjajahan Jepang Di Jawa Tahun 1942-1945”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini mempunyai rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang pembentukan Kumiai?

2. Bagaimana proses pembentukan Kumiai?

3. Bagaimana peran Kumiai pada masa penjajahan Jepang di Jawa tahun 1942-1945?

4. Bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan Kumiai bagi para petani di Jawa?


(21)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang tersurat dari perumusan masalah diatas yaitu antara lain:

a. Untuk mengetahui latar belakang pembentukan Kumiai. b. Untuk mengetahui proses pembentukan Kumiai.

c. Untuk mengetahui peran Kumiai pada masa penjajahan Jepang di Jawa tahun 1942-1945.

d. Bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan Kumiai bagi para petani di Jawa.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian harus dapat diketahui kegunaan dari setiap kegiatan ilmiah. Adapun kegunaaan penelitian ini adalah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

a) Menambah pengetahuan dan wawasan, khususnya tentang peran Kumiai pada masa penjajahan Jepang tahun 1942-1945.

b) Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya tentang peran kumiai pada masa penjajahan Jepang di Indonesia.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

a) Bagi peneliti sebagai salah satu syarat meraih gelar sarjana kependidikan program pendidikan sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b) Sebagai bahan referensi bagi pemecahan masalah yang relevan dengan masalah ini.


(22)

c) Sebagai salah satu karya ilmiah yang diharapkan dapat melengkapi koleksi penelitian ilmiah di perpustakaan, khususnya di lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(23)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Kolonialisme a. Pengertian Kolonialisme

Kolonialisme bukan kata asing bagi bangsa Indonesia sebab kolonialisme identik dengan penjajahan sedangkan bangsa Indonesia adalah bangsa yang pernah mengalami penjajahan. Menurut Poerwodarminto (1976 : 516) secara etimologi kata kolonialisme berasal dari kata koloni yang artinya daerah jajahan tempat menempatkan penduduk atau kelompok orang yang bermukim di daerah baru yang merupakan daerah asing dan sering jauh dari tanah air, yang tetap mempertahankan ikatan dengan tanah air atau tanah asal.

Kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar batas negaranya yang sering kali bertujuan, untuk mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga kerja, dan pasar wilayah tersebut. Kolonialisme juga menunjuk kepada suatu himpunan keyakinan yang digunakan untuk melegitimasikan atau mempromosikan sistem kolonialisme, terutama kepercayaan bahwa moral dari penjajah lebih hebat daripada yang dijajah. Pendukung dari kolonialisme berpendapat bahwa hukum kolonial menguntungkan negara yang dikolonikan dengan mengembangkan infrastruktur ekonomi dan politik yang dibutuhkan untuk modernisasi dan demokrasi. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kolonialisme).

Menurut C.S.T. Kansil dan Yulianto (1986 :7) kolonialisme adalah rangkaian nafsu suatu bangsa untuk menaklukan bangsa lain di bidang politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan dengan jalan mendominasi politik eksplotasi ekonomi dan penetrasi kebudayaan. Sukarno ( 1983:19) berpendapat kolonialisme juga dapat dipandang sebagai nafsu, suatu sistem yang merajai atau mengendalikan ekonomi atas negeri lain. Sedangkan Suhartoyo Hardjosatoto (1985:51) menyatakan kolonialisme adalah rangkaian nafsu menguasai dan seruan penguasaan oleh suatu negara atas daerah bangsa lain dengan maksud untuk


(24)

memperluas negeri itu. Pendapat lain tentang kolonialisme adalah menurut Roeslan Abdulgani (1987:2) yang menyatakan bahwa kolonialisme adalah rangkaian adanya upaya bangsa untuk menaklukan bangsa lain dalam segala lapangan. Dalam hal ini kolonialisme adalah dominasi politik, eksploitasi ekonomi dan penetrasi kebudayaan yang dijalankan oleh suatu bangsa terhadap bangsa lain.

Dari pendapat tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kolonialisme adalah upaya suatu bangsa untuk menaklukan dan menguasai bangsa lain dengan jalan mendominasi dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya dalam rangka memperluas wilayahnya.

b. Tujuan Kolonialisme

Eksploitasi kekuasaan kolonial pada abad XIX merupakan gerakan kolonialisme yang besar pengaruhnya terhadap perubahan politik, ekonomi, sosial dan budaya dinegara yang mengalami banyak penjajahan seperti negara-negara di Asia. Dominasi politik dan eksploitasi ekonomi kolonial telah mengakibatkan terjadinya proses transformasi struktural politik dan ekonomi tradisional ke arah struktural politik kolonial dan modern. Adapun tujuan kolonialisme adalah:

1) Tujuan ekonomi

Eksploitasi ekonomi terutama sumber daya alam yang dipengaruhi sepenuhnya untuk kepentingan kolonial, demi kelangsungan industrinya. Daerah kolonial juga dijadikan pasar paksaan bagi barang-barang Eropa (Ania Lomba, 2000 : 5).

2) Tujuan Politik

Proses membentuk komuitas dalam negara baru yang berarti membubarkan atau membentuk kembali komunitas-komunitas yang sudah ada akibat terjadi praktek perdagangan, penjarahan dan negosiasi, perang,

pembunuhan massal dan pemberontakan-pemberontakan. Dengan

demikian kolonialisme merupakan penaklukan dan penguasaan atas tanah dan harta benda rakyat lain (Ania Lomba: 2000 : 2).


(25)

3) Tujuan sosial

Kolonialisme bukan hanya penguasaan ekonomi dan politik saja tetapi juga hasrat penguasaan identitas. Pada saat perkembangan kolonialisme digerakan dalam kerangka kekerasan yang sama sekali tidak memanusiakan manusia yang kemudian ditajamkan lewat adanya gap kehidupan sosial ekonomi. Manusia dibagi berdasarkan kasta dan faktor nilai milik suatu ras tertentu (Muhiddin M. Dahlan, 2001 : 6).

4) Tujuan budaya

Salah satu ciri kolonialisme yaitu diskriminasi ras dan etnis. Perspektif kolonial superioritas-inferioritas mendasari prinsip diskriminasi. Sistem kolonial menghendaki diskriminasi rasial sebagai dasar pembentukan struktur dan pola hubungan sosial dalam masyarakat kolonial yang secara hirarkis menempatkan golongan bangsa yang memerintah dipuncak teratas dari struktur masyarakat tanah jajahan (Sartono Kartodirjo dan Djoko Suryo, 1991 : 6).

Kolonialisme pada dasarnya mendominasi penguasaan pribumi dan

memperalatnya untuk kepentingan pemerintah kolonial tetapi dengan

menggunakan pengusaha pribumi untuk memerintah rakyat. Masyarakat pribumi dijadikan alat eksploitasi bahan dasar bagi kolonialis dan daerah koloni dijadikan pemasaran barang-barang industri (Suhartono, 1994: 7). Ada dua macam kolonialisme, yaitu kolonialisme kuno dan kolonialisme modern. kolonialisme kuno adalah kolonialisme yang bertujuan untuk mengejar kejayaan (glory), kekayaan (gold) dan semangat keagamaan (gospel). Sedangkan Pada sistem kolonialis modern atau kapitalis kekuasaan kolonial bertujuan pada pengambilan sumber bahan mentah dari tanah jajahan, penyediaan buruh atau tenaga kerja murah dan sebagai pasar hasil produksi kaum kapitalis. Sistem kolonial ini ditandai dengan empat ciri pokok yaitu : dominasi, eksploitasi, diskriminasi dan dependensi (Noer Fauzi 1999: 19).

Dalam kolonialisme terdapat dua faktor yang penting yaitu bangsa penjajah dan bangsa yang terjajah. Ciri-ciri dari penjajah dipengaruhi oleh faktor obyektif negerinya yaitu kekayaan alam, kemajuan teknologi, dan sistem produksi


(26)

barang. Penggolongan penjajah dibedakan menjadi empat yaitu: (1). Penjajah kaya dan royal, artinya kaya akan bahan tambang dan industrinya maju, sehingga tidak bersifat eksploitatif dan bahkan pendidikan pribumi dimajukan serta dijadikan partner; (2) Penjajah yang semi kaya, yaitu yang tidak banyak memiliki bahan tambang, tetapi industrinya maju sehingga memerlukan pasaran hasil industrinya; (3) Penjajah miskin, yaitu yang industrinya telah maju tetapi tidak memiliki bahan tambang, sehingga mendatangkan dari daerah jajahan, dengan pertimbangan ekonomi upah buruh pribumi dibuat murah; (4) Penjajah yang sangat miskin, biasanya penjajah ini menekan dan menghisap kekayaan penduduk negeri yang dijajah (Suhartoyo Djoyosatoto, 1980: 25).

Dalam perkembangan kolonialisme di Indonesia, Indonesia telah mengalami masa penjajahan kolonial, terutama Belanda dan Jepang. Pertama, pada masa kolonialisme Belanda yaitu Belanda mengeksploitasi seluruh kekayaan Indonesia dan bahkan melakukan politik rasialis dengan membedakan warna kulit dan status. Kedua, pada masa penjajahan Jepang, Indonesia diduduki dengan tujuan dieksploitasi sumber daya alam dan tenaga kerjanya guna ‘memperkuat’ peranan Jepang di Asia Timur, sehingga janji-janji kemerdekaan Indonesia yang di dengungkan Jepang pada awal pemerintahan bukan merupakan tujuan dari Jepang, tetapi merupakan kompensasi bagi rakyat Indonesia dari pemerintah Jepang.

2. Politik Ekonomi a. Pengertian Politik Ekonomi

Istilah politik ekonomi atau sering juga digunakan istilah kebijakan ekonomi adalah usaha untuk mempengaruhi secara sadar kehidupan ekonomi untuk mencapai kemakmuran yang tidak bisa terlepas dari kebijaksanaan pemerintah. Politik ekonomi adalah campur tangannya pemerintah dalam kehidupan ekonomi. Di dalam kehidupan ekonomi terdapat tiga pihak yang bersama-sama melakukan proses ekonomi yaitu pihak pemerintah, dunia usaha dan rumah tangga konsumsi. Masing-masing pihak saling mempengaruhi, tetapi


(27)

pihak pemerintah diberi peranan khusus yaitu peranan untuk mempengaruhi kehidupan ekonomi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut buku pengantar ilmu ekonomi karangan E.C Winardi (1975: 354) yang dimaksud dengan politik ekonomi adalah:

Usaha untuk mempengaruhi secara sadar, totalitas kehidupan ekonomi; makanya penyatuan dari pada semua rumah-rumah tangga independent. Yang ada dalam lingkungan ekonomi tertentu yakni rumah rumah tangga pemerintah dan swasta, serta rumah-rumah tangga konsumsi hingga mencapai satu kesatuan ekonomis kontinu, guna mencapai kemakmuran.

Miriam Budiarjo (1992:23) dalam bukunya dasar-dasar ilmu politik mengatakan bahwa politik ekonomi (political economy) adalah pemikiran dan analisa kebijaksanaan yang hendak digunakan untuk memajukan kekuatan dan kesejahteraan negara. Politik ekonomi dapat diartikan suatu tindakan pemerintah untuk mengatur bidang ekonomi. Menurut H.M.A. Van Der Valk yang dikutip oleh E.C. Winardi (1976:30) mengatakan bahwa ”politik ekonomi adalah keseluruhan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mempengaruhi kehidupan ekonomi secara langsung dengan satu atau lain cara”. Sedangkan Rochmat Soemitro mendefinisikan politik ekonomi adalah pemakaian teori ekonomi untuk mempengaruhi keadaan.

Dari beberapa definisi-definisi dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa politik ekonomi adalah segala perbuatan dan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatur kehidupan ekonomi guna mencapai kesejahteraan ekonomi.

Menurut Herbert Gierch (1868:1) bahwa tujuan politik ekonomi adalah semua usaha-usaha, perbuatan-perbuatan dan tindakan-tindakan dengan maksud untuk mengatur, mempengaruhi atau langsung menetapkan jalannya kejadian-kejadian ekonomi di dalam suatu daerah atau wilayah. Menurut J Van Zwijnderght yang dikutip oleh Suharni (1991:20) mengatakan bahwa tujuan dari politik ekonomi adalah untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat. Sedangkan tugas dari politik ekonomi adalah untuk mempertimbangkan tindakan-tindakan yang akan diambil guna mencapai atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


(28)

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari politik ekonomi adalah untuk mengatur dan mempengaruhi kejadian-kejadian di bidang ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Negara-nagara penjajah melaksanakan politik ekonomi atau kebijakan di bidang ekonomi dalam menjalakan pemerintahan di negara jajahan. Tujuan diterapkanya politik ekonomi ini untuk mengatur roda perekonomian rakyat jajahan. Dengan diterapkannya politik ekonomi dari pemerintah penjajah tersebut, mendapat reaksi yang keras dari rakyat yang dijajah.

3. Organisasi

a. Pengertian Organisasi

Organisasi sudah menyatu dengan kehidupan manusia sejak manusia itu ada. Hal ini sehubungan dengan adanya kebutuhan manusia yang pemenuhanya tidak dapat dilakukan seorang diri. Organisasi senantiasa berkembang seiring dengan berkembangnya kebutuhan manusia.

Moekiyat (1990:46) memberikan beberapa definisi tentang organisasi, antara lain:

1) Organisasi adalah suatu hubungan struktur antara bermacam-macan faktor atau fungsi yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

2) Organisasi adalah proses dimana anggota organisasi dapat bekerja sama ke arah pencapaian tujuan kelompok.

3) Organisasi adalah pembagian secara sistematis dari tugas-tugas, fungsi-fungsi dan tanggung jawab dari para anggota suatu kelompok atau suatu sistem.

Sedangkan menurut Sondang P. Siagian (1981:20) pengertian organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama dan tertenu yang secara formal adanya suatu ikatan hierarkhi hubungan antara seseorang atau sekelompok orang yang disebut pimpinan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan.


(29)

Winardi dalam bukunya Teori Organisasi (2003:15) memberikan pengertian organisasi, sebagai berikut:

”Sebuah organisasi merupakan sebuah sistem yang terdiri dari aneka macam elemen atau subsistem, diantara mana subsistem manusia mungkin merupakan subsistem terpenting dan dimana terlihat bahwa masing-masing subsistem saling berinteraksi dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan-tujuan organisasi yang bersangkutan”.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi merupakan sekelompok orang yang berserikat membentuk suatu unit sosial (pengelompokan) untuk mengadakan kerja sama dan kerja sama itu untuk mencapai tujuan bersama. Jadi sesuatu dapat dikatakan organisasi jika memenuhi persyaratan yaitu, adanya tujuan yang akan dicapai secara bersama-sama, adanya anggota didalammnya dan adanya kerja sama diantara anggota organisasi. Sedangkan menurut pendapat Schein, terdapat empat ciri organisasi yaitu : pertama, adanya koordinasi dalam usaha dan upaya. Kedua, pencapaian tujuan secara bersama-sama melalui koordinasi. Ketiga, pembagian kerja untuk menciptakan koordinasi. Keempat, adanya suatu hierarki otoritas wewenang diantara anggota organisasi (Winardi,2003:27).

b. Unsur-Unsur Organisasi

Menurut Moekiyat (1990:48) dalam asas perilaku berorganisasi unsur unsur organisasi adalah tujuan bersama, pembagian kerja dan hierarki otoritas. Schein (1980:1) mengatakan unsur organisasi terdiri dari, koordinasi upaya, tujuan umum bersama, pembagian kerja dan Hierarki otoritas. Unsur-unsur organisasi tersebut dapat diperinci sebagai berikut:

1) Tujuan bersama

Setiap organisasi pasti mempunyai tujuan, sebab tujuan ini merupakan salah satu unsur dari organisasi, selain unsur manusia serta adanya kerja sama. Tujuan tersebut bukanlah tujuan individu dalam organisasi melainkan tujuan organisasi sebagai kolektivitas. Menurut Moekiyat (1990:48) tujuan organisasi adalah untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa. Menurut Amiral Eztoni (1982:8) Tujuan organisasi adalah keadaan yang dikehendaki pada masa yang


(30)

akan datang yang semata akan dikejar oleh organisasi agar dapat tercapai. Pada saat berdirinya organisasi telah terlebih dahulu menetapkan tujuan, yaitu tujuan yang ditetapkannya untuk masa mendatang bagi organisasi atau sifatnya lebih pada untuk mencapai tujuan yang berorientasi jangka panjang tersebut setidaknya melalui beberapa tahap, hal ini diwujudkan melalui sasaran–sasaran yang lebih pendek jangka waktunya.

2) Pembagian kerja

Suatu organisasi terdiri dari berbagai macam pekerjaan serta individu-individu yang mengerjakan pekerjaan tersebut. Diantara pekerjaan itu dalam pelaksanaannya ada yang saling berkaitan satu sama lain. Pekerjaan yang semacam atau yang erat kaitannya tersebut di kelompokan untuk selanjutnya dikerjakan individu-individu dalam organisasi. Inti dari pada setiap organisasi adalah usaha atau kegiatan manusia. Proses menguraikan pekerjaan menjadi bagian-bagian kecil yang berguna bagi tujuan organisasi dan dilaksanakan oleh individu atau kelompok disebut pembagian kerja. Melalui pembagian kerja inilah organisasi mengerahkan pekerjaan dari banyak orang untuk mencapai tujuan bersama (Moekiyat,1990:48). Sondang P. Siagian menyebutkan tentang tiga sebab utama mengapa pentingnya pembagian kerja yaitu: a) pembagian kerja yang harus dipikul; b) jenis pekerjaan yang bermacam-macam; c) berbagai spesialisasi yang diperlukan.

Untuk melaksanakan tujuannya organisasi menentukan pekerjaan yang berkaitan dengan tujuan tersebut. Organisasi menanggung beban kerja yang tidak ringan dengan pekerjaan yang beraneka ragam tersebut, sehingga dirasa perlu untuk membagi-bagikan pekerjaan yang ada kepada individu-individu. Dengan dibagi-bagikannya pekerjaan kepada individu maka mereka akan tertuju pada suatu pekerjaan tertentu, sehingga kebutuhan organisasi dengan adanya spesialisasi yang dibutuhkan dapat terpenuhi.

3) Koordinasi Upaya

Melaksanakan pembagian kerja tanpa melaksanakan koordinasi upaya akan menumbuhkan peristiwa dimana tiap-tiap pejabat berjalan sendiri-sendiri tanpa ada kesatuan arah. Oleh karena itu dalam suatu organisasi ditetapkan suatu


(31)

koordinasi yang bertujuan untuk mengatur seluruh komponen yang ada dalam organisasi tersebut.

Pendapat mengenai pengertian koordinasi dikemukakan oleh James D. Mooney yang dikutip Sutarto (1985:128) yaitu koordinasi sebagai pengaturan usaha sekelompok orang secara teratur untuk menciptakan kesatuan tindakan dalam mengusahakan tercapainya suatu tujuan bersama. Apabila dalam organisasi dilakukan suatu koordinasi maka ada beberapa manfaat yaitu adanya rasa tanggung jawab antara satuan-satuan organisasi dan dapat dihindarkan kemungkinan timbulnya pertentangan antar satuan organisasi.

4) Hierarki Otoritas

Menurut Moekiyat (1990:48) otoritas adalah hak untuk memerintah orang lain. Apabila organisasi-organisasi membagi pekerjaan menjadi komponen-komponen yang kecil maka harus ada yang dilakukan untuk mengkoordinasikan usaha-usaha yang dihasilkan untuk menjamin agar mereka menyatukan dan mencapai tujuan organisasi, Sehingga diperlukan susunan hierarki otoritas untuk mengatur organisasi. Tanpa hierarki otoritas yang jelas koordinasi upaya akan mengalami kesulitan bahkan kadang-kadang tidak mungkin dilaksanakan.

c. Tipe-Tipe Organisasi.

Ada bermacam macam bentuk organisasi yang ditinjau dari berbagai sudut pandang, yaitu sudut pandang sosial dan tujuan khusus dari organisasi tersebut. Berdasarkan kebutuhan sosial, Talcot pearson membedakan 4 bentuk organisasi:

1) Organisasi ekonomi, tujuannya mendapatkan keuntungan dari produk atau jasa yang dihasilkan.

2) Organisasi politik (political organization), kegiatan dibidang kekuasaan, pengambilan keputusan, pengaruh mempengaruhi.

3) Organisasi pengabdian masyarakat (integrative organization), bertujuan untuk mengabdikan diri untuk kepentingan mereka.

4) Organisasi pelestarian (pattern maintenance organization) tujuannya untuk melestarikan dan memelihara kesenian, pendidikan, kebudayaan dan lain-lain.


(32)

Winardi dalam bukunya teori organisasi (2003:12) membedakan macam organisasi berdasarkan tujuan atau sasaran khususnya sebagai berikut:

1) Organisasi pelayanan, yang siap membantu orang tanpa menuntut pembayaran penuh dari masing-masing pihak yang menerima servis yang bersangkutan.

2) Organisasi ekonomi, yaitu organisasi-organisasi yang menyediakan barang-barang dan jasa sebagai imbalan untuk pembayaran dalam bentuk tertentu.

3) Organisasi religius yang memenuhi kebutuhan spiritual dari para anggotanya.

4) Organisasi perlindungan, organisasi yang memberikan perlindungan kepada orang-orang dari bahaya.

5) Organisasi pemerintah yaitu organisasi yang memenuhi kebutuhan akan keteraturan dan kontinuitas.

6) Organisasi sosial, organisasi yang memenuhi kebutuhan sosial orang untuk mencapai kontak dengan orang lain.

4. Perubahan Sosial

a. Pengertian perubahan sosial

Setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan. Perubahan yang dialami manusia berkaitan dengan nilai-nilai, kaidah-kaidah dan tingkah laku. Menutut Nursyid Suriatmadja (1986:79) perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang meliputi berbagai aspek kehidupan, sebagai akibat adanya dinamika anggota masyarakat dan yang didukung oleh sebagian besar anggota masyarakat, merupakan tuntutan dalam mencari kestabilan.

Soerjono Soekanto (1982:22) berpendapat bahwa perubahan sosial adalah perubahan dalam lembaga-lembaga sosial yang mempengaruhi sistem sosial termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok masyarakat. Perubahan-perubahan tersebut ada yang dikehendaki dan


(33)

direncanakan serta ada yang tidak direncanakan atau tidak dikehendaki. Sedangkan menurut Daldjoeni (1979: 21) mengatakan bahwa perubahan sosial sebagai bagian dari proses sosial mencakup perubahan dalam struktur fungsi, dan budaya kelompok manusia atau lembaga kemasyarakatan.

Dalam konteks sosial ekonomi perubahan memiliki pengertian suatu proses pergerakan atau perkembangan masyarakat dalam aspek sosial ekonomi dari suatu kondisi tertentu menuju kondisi yang lain berupa kemajuan atau penurunan yang disebabkan oleh peristiwa tertentu.

b. Faktor-faktor penyebab perubahan sosial

Terjadinya suatu perubahan sosial dalam masyarakat tidak terlepas dari sebab-sebab-sebab yang membawa perubahan tersebut. Perubahan yang terjadi disebabkan oleh dua faktor yaitu: faktor yang berasal dari dalam, dengan adanya pengenalan dan unsur-unsur gagasan baru. dan faktor yang berasal dari luar. Penyebab perubahan itu dapat berupa ilmu pengetahuan atau mental manusia, kemajuan teknologi, komunikasi dan trnsportasi, urbanisasi, perkembangan, harapan dan tuntutan manusia dan masyarakat.(Astrid S, Susanto,1983:33).

Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi perubahan sosial adalah : (1) Kontak atau hubungan dengan kebudayaan bangsa lain; (2) Sistem pendidikan yang maju; (3) Penduduk yang heterogen; (4) Sikap yang menghargai hasil karya orang lain dan keinginan untuk maju; (5) Sistem stratifikasi yang terbuka; (6) Orientasi berfikir ke masa depan. Di samping itu ada faktor penghambat perubahan seperti : (1) kurangnya ilmu pengetahuan masyarakat; (2) perekembangan ilmu pengetahuan yang lambat; (3) sikap masyarakat yang sangat tradisional; (4) adanya kepentingan kepentingan yang telah tetanam dengan kuat; (5) prasangka terhadap hal-hal yang baru.

Samoel Koenig yang dikutip oleh Soerjono Soekanto (1982:66) mengatakan bahwa faktor-faktor perubahan sosial meliputi faktor intern dan ekstern. Faktor intern meliputi: (1) bertambah dan berkurangnya penduduk; (2) adanya pemberontakan-pembarontakan; (3) konflik dalam masyarakat; (4) adanya penemuan-penemuan baru. Sedangkan Faktor ekstern meliputi : (1) Sebab–sebab


(34)

yang berasal dari lingkungan fisik yng ada disekitar manusia; (2) Peperangan; (3) Adanya pengaruh dari kebudayaan lain.

Pada waktu Jawa di jajah oleh Jepang, diterapkan sistem yang menekan kehidupan sosial masyarakat Jawa, Jepang mulai membangun infra struktur yang rusak setelah ditinggalkan Belanda. Salah satunya dengan membangun organisasi ekonomi baru yang disebut Kumiai yang pada prakteknya sangat merugikan dan menyengsarakan para petani yang ada di desa-desa sehingga menimbulkan reaksi dari para petani yaitu dengan pemberontakan-pemberontakan diberbagai daerah, karena tidak puas terhadap kebijakan yang diterapkan oleh Jepang.

B. Kerangka Pemikiran

Organisasi Ekonomi Politik Ekonomi Politik Pemerintah

Kolonial Jepang Di Jawa

Keadaan Sosial Ekonomi Di

Jawa

Dampak

Kumiai

Ekonomi Sosial


(35)

Dari skema tersebut dapat diuraikan tentang kerangka berfikir dari penelitian sebagai berikut :

Jepang menguasai Indonesia tanggal 8 maret 1942, dan melakukan politik kolonialismenya setelah mengalahkan pemerintah Hindia Belanda dalam peperangan. Tujuan kolonialismenya di Indonesia adalah untuk mendapatkan bahan pangan bagi kebutuhan perang tentara Jepang. Khususnya diwilayah-wilayah besar seperti Jawa.

Pada awal pendudukan di Jawa, pemerintah militer Jepang segera melakukan tindakan yang tercakup dalam kebijakan yang harus dilaksanakan di wilayah pendudukan dengan harapan agar usaha untuk menguasai Indonesia dapat tercapai. Kebijakan tersebut meliputi budaya politik dan ekonomi.

Pemerintah militer Jepang dalam bidang budaya melarang penggunaan bahasa Belanda dan diganti bahasa Jepang. Rakyat diperbolehkan mempelajari dan menggunakan bahasa Indonesia. Para seniman juga diperbolehkan menuangkan hasil karya sastra dalam bentuk karya sastra yang ditujukan untuk kemenangan Asia Timur Raya.

Pada bidang politik Jepang bekerja sama dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional Indonesia seperti Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara serta tokoh-tokoh lain. Tujuan diadakan kerja sama untuk menggerakkan massa guna membantu Jepang ke arah kemenangan Asia Timur Raya. Kerja sama tersebut bagi bangsa Indonesia sebagai taktik untuk meraih simpati dari pemerintah militer Jepang sehingga dapat terlibat kegiatan politik.

Keadaan sosial ekonomi masyarakat Indonesia pada masa pemerintah Jepang berbeda dengan keadaan sosial ekonomi pada masa Belanda, karena ketika Jepang datang semua perusahaan vital telah dihancurkan oleh Jepang sehingga terjadi kemiskinan serta keadaan ekonomi yang lumpuh total. Melihat kondisi sosial ekonomi yang ada pada awal penjajahannya yang parah, pemerintah Jepang menerapkan politik ekonomi guna mengatur roda perekonomian rakyat. Salah satu kebijakan di bidang ekonomi Jepang membentuk organisasi-organisasi ekonomi baru yang disebut Kumiai dimana Kumiai dibawah kontrol langsung oleh Jepang.


(36)

perdagangan. Perencanaan dan persiapan Kumiai dilakukan di masing-masing karesidenan sesuai dengan prakarsa dan kebijakan mereka sendiri. Struktur dan fungsi Kumiai diatur di masing-masing karesidenan.

Dampak Kumiai mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Dampak sosial Kumiai adalah adanya pemberontakan-pemberontakan sporadis di berbagai wilayah di Jawa karena ketidakpuasan terhadap sistem Kumiai. Sedangkan dampak ekonomi dari Kumiai adalah pedagang pedagang yang tidak tergabung dengan Kumiai maka tidak akan mendapat pasokan. Begitu pula penentuan harga panen dari rakyat, mereka hanya menjual dengan harga rendah kepada pemerintah, apalagi dengan adanya Kumiai penjualan hasil panen pada tengkulak dilarang sehingga rakyat sangat menderita.


(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka, yaitu melakukan pengumpulan data tertulis dengan membaca buku-buku literatur, majalah dan bentuk pustaka lainnya. Data-data tertulis yang berhasil penulis kumpulkan dari perpustakaan atau tempat-tempat lain, di mana data tersebut dapat diketemukan. Adapun perpustakaan atau tempat-tempat yang penulis gunakan untuk mencari / mengumpulkan data-data antara lain:

a.Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b.Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

c.Perpustakaan Program Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

d.Perpustakaan Monumen Pers Surakarta. e.Perpustakaan Taman Siswa Yogyakarta. f. Perpustakaan Daerah Istimewa Yogyakarta. g.Perpustakaan Ignatius Kolese Yogyakarta. h.Perpustakaan Rekso Pustoko Surakarta. i. Internet.

2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejak pengajuan judul skripsi yaitu bulan Oktober 2009 sampai dengan bulan September 2010.


(38)

Menurut Koentjaraningrat (1977:16) kata metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata methodos yang berarti jalan atau cara. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah-masalah kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Menurut Helius Sjamsuddin (1996:2) metode ada hubungannya dengan suatu prosedur, proses atau teknik yang sistematis dalam penelitian suatu ilmu tertentu untuk mendapatkan suatu bahan yang diteliti. Husnaini Usman (1996 :42) menyebutkan bahwa metode adalah suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis.

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian sejarah (historis). Menurut Louis Gottschlak (1985: 32) metode historis adalah suatu cara yang meliputi kegiatan untuk mengumpulkan, menguji serta menganalisa data yang diperoleh dari peninggalan masa lalu untuk menemukan generalisasi yang berguna dalam usaha untuk memahami kenyataan-kenyataan sejarah serta untuk memahami situasi sekarang dan meramalkan masa yang akan datang.

Sartono Kartodirjo (1992: 37) berpendapat bahwa metode penelitian sejarah adalah prosedur dari cara kerja para sejarawan untuk menghasilkan kisah masa lampau berdasarkan jejak-jejak yang ditinggalkan oleh masa lampau tersebut. Penelitian sejarah harus membuat rekonstruksi suatu kegiatan yang disaksikan sendiri, karena secara mutlak tidak mungkin mengalami lagi fakta yang diselidikinya. Sedangkan menurut Hadari Nawawi (1985: 67) mengatakan bahwa metode sejarah adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data peninggalan masa lampau untuk memahami masa sekarang dalam hubungannya dengan masa lampau. Mohammad Nazir mengatakan bahwa:

Metode penelitian sejarah merupakan suatu usaha untuk memberikan interaksi dari bagian trend yang naik turun dari suatu status generalisasi yang berguna untuk memahami kenyataan sejarah, membandingkan dengan keadaan sekarang dan dapat meramalkan keadaan yang akan datang. (Mohammad Nazir, 1985: 33)

Berdasar pandangan-pandangan diatas, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian historis adalah suatu kegiatan untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah, menguji dan menelitinya secara kritis mengenai peninggalan masa


(39)

lampau sehingga menghasilkan suatu cerita sejarah. Dalam penelitian ini diusahakan pembuatan rekonstruksi peristiwa sejarah tentang peran Kumiai pada masa penjajahan Jepang tahun 1942-1945. Pertimbangan yang mendasar digunakannya metode historis dikarenakan metode ini lebih sesuai dengan data yang dikumpulkan, diuji dan dianalisis secara kritis terhadap semua sumber-sumber sejarah yang terkait.

C. Sumber Data

“Sumber sejarah seringkali disebut sebagai data sejarah. Perkataan data berasal dari bahasa latin yaitu datum yang berarti pemberitaan” (Kuntowijoyo, 1995: 94). “Sumber data sejarah adalah segala sesuatu yang langsung atau tidak langsung memberitahukan kepada masyarakat tentang sesuatu kenyataan atau kegiatan manusia pada masa lalu” (Helius Sjamsuddin, 1996: 73).

Menurut Sidi Gazalba (1981: 88) sumber data sejarah dapat diklasifikasikan menjadi: (1) sumber tertulis yaitu sumber yang berupa tulisan, (2)

sumber lisan yaitu sumber yang berupa cerita yang berkembang dalam suatu

masyarakat, (3) sumber benda atau visual yaitu semua warisan masa lalu yang berbentuk dan berupa.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber tertulis. Louis Gosttchalk (1986: 35) mengemukakan bahwa sumber tertulis dibedakan menjadi dua yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah kesaksian daripada seorang saksi dengan mata kepala sendiri atau saksi dengan panca yang lain, atau alat mekanis seperti dektafon yaitu orang atau alat yang hadir pada peristwa-peristiwa yang diceritakannya, sedangkan sumber sekunder merupakan kesaksian dari siapapun yang tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkannya.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber tertulis yang ada kaitannya dengan Penjajahan Jepang di Jawa khususnya peranan kumiai di Jawa, baik sumber primer maupun sumber sekunder. Sumber primer yang digunakan antara lain: (1) surat kabar, yaitu:, Sinar Matahari, 13 Desember 1943, Tjahaja, 9 Januari 1945, Asia Raya, Juni 1944 (3) majalah, yaitu: Kan Po, bulan


(40)

Juni 1943 - Juli 1945, Djawa Baroe No 5, 1944. Adapun sumber data sejarah sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: (1) Mobilisasi dan Kontrol Sosial Pedesaan Jawa, yang ditulis oleh Aiko Kurasawa; (2) Revolusi Pemuda, Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa, yang ditulis oleh Ben Anderson; (3) Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI yang ditulis oleh Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto; (4) Perkembangan Koperasi Indonesia yang ditulis oleh Arifinal Chaniago; (5) Bulan Sabit dan Matahari Terbit Hidia Belanda dan Jepang, yang ditulis oleh Benda Harry J Benda; (6) Pendudukan Jepang di Indonesia yang ditulis oleh L. De Jong; (7) Pemberontakan Indonesia di Masa Pendudukan Jepang yang tulis oleh Akira Nagazumi; (8) Artikel-artikel dari internet, yang didapat melalui e-journal dan e-book..

D. Tehnik Pengumpulan Data

Menurut Moh. Nazir (1988: 211) teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode mengumpulan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan, yaitu memberi arah dan mempengaruhi metode pengumpulan data

Koentjaraningrat (1983: 3) menyatakan bahwa dalam metode sejarah, teknik pengumpulan data disebut heuristik. Pengumpulan data heuristik merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu penelitian. Berdasarkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, maka dalam pengumpulan data digunakan teknik studi pustaka. Teknik studi pustaka adalah suatu metode penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data atau fakta sejarah, dengan cara membaca buku-buku literatur, majalah, dokumen atau arsip, surat kabar atau brosur. Kartini Kartono (1983:28) mengungkapkan bahwa penelitian dengan menggunakan studi kepustakaan adalah penelitian dengan mengumpulkan data dan informasi yang terdapat di ruang perpustakaan, misalnya buku-buku, majalah, naskah, catatan kisah sejarah dan dokumen.

Berdasarkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, maka teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik studi pustaka, yaitu melakukan pengumpulan data tertulis dengan membaca buku-buku literatur,


(41)

majalah dan bentuk pustaka lainnya. Dalam pengumpulan data ini penulis melakukan kegiatan mengumpulkan, membaca dan mengkaji berbagai materi atau data yang sesuai dengan tema penelitian. Adapun langkah-langkah operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seperti yang diuraikan oleh Nugroho Notosusanto (1971: 50-54) sebagai berikut: (1) menentukan pokok judul penelitian, (2) menyusun daftar sumber sementara, (3) membaca sumber-sumber sementara dengan melakukan penilaian terhadap sumber-sumber primer dan sumber sekunder, (4) menyusun kerangka sementara yang berguna sebagai pedoman bagi pembagian tulisan, (5) meneliti sumber-sumber tulisan, (6) mencatat data-data hasil penelitian.

Kegiatan studi pustaka yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu mengumpulkan sumber-sumber baik primer maupun sekunder yang berupa buku-buku literaur, maupun majalah yang berkaitan dengan Peranan Organisasi Kumiai pada masa penjajahan Jepang di Jawa tahun 1942-1945. Kegiatan pengumpulan sumber tersebut dilakukan antara lain di berbagai perpustakaan di lingkungan civitas akademika Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Monumen Pers Surakarta dan Perpustakaan Universitas Daerah Yogyakarta. Kegiatan studi pustaka juga dilakukan di Perpustakaan Taman Siswa Yogyakarta dan dari internet. Kegiatan berikutnya dengan membaca, mencatat, meminjam maupun mengcopy sumber-sumber tertulis yang dianggap penting dan relevan dengan tema penelitian sehingga diperoleh data-data yang akan digunakan dalam penulisan skripsi.

E. Teknik Analisis Data

Menurut Moh. Nazir (1988: 405) data yang dikumpulkan oleh peneliti tidak akan berguna jika tidak dianalisis. Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah karena dengan analisis, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian

Penelitian ini diadakan dengan tujuan pokok menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mengungkapkan tentang peranan kumiai pada masa penjajahan Jepang di Jawa, maka untuk mencapai tujuan itu dilakukan analisis data. Teknik


(42)

analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis historis. Menurut Sartono Kartodirdjo (1992:46) analisis historis adalah analisis yang mengutamakan ketajaman dalam melakukan interpretasi data sejarah. Pengkajian fakta-fakta sejarah oleh sejarawan tidak terlepas dari unsur-unsur subyektifitas sehingga diperlukan konsep-konsep dan teori sebagai kriteria menyeleksi dengan pengklasifikasian.

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam menganalisis data sejarah di dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengumpulan data yang kemudian diklasifikasikan sesuai tema penelitian. Dalam menganalisis sebuah sumber diperlukan adanya kritik intern dan kritik ekstern untuk menentukan kredibilitas dan otentisitas sumber yang didapatkan. Langkah ini berguna untuk mengetahui sumber yang benar-benar diperlukan dan relevan dengan permasalahan yang diteliti. Kritik ekstern yaitu menganalisis fisik sumber data sejarah yang tertulis. Berbagai data tersebut digolongkan menjadi sumber primer dan sumber sekunder. Kedua jenis sumber yang telah digolongkan tersebut diidentifikasikan tentang penulis, tempat penulisan, dan tahun terbit, serta orisinilitas penulis ataupun editor terhadap hasil penelitian. Kritik intern yaitu menganalisis isi sumber data sejarah tertulis untuk mendapatkan data yang kredibel, dilakukan dengan mengidentifikasi gaya bahasa, ejaan, tata bahasa, lingkungan dan pola pikir yang berkembang pada masa penulisan dilakukan. Data-data yang telah dikumpulkan tersebut kemudian diseleksi atau dibandingkan satu dengan yang lainnya sehingga diperoleh fakta

sejarah yang benar-benar relevan. Langkah selanjutnya adalah

menginterpretasikan data yang telah terkumpul, yaitu merangkaikan fakta-fakta tersebut untuk mengetahui hubungan sebab–akibat antar peristiwa satu dengan peristiwa lainnya dengan cara membandingkan, mengaitkan atau menghubungkan antara data yang satu dengan data yang lain sehingga dapat diketahui hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa masa lampau yang menjadi obyek penelitian. Fakta – fakta yang sudah didapat, dihubungkan/disusun menjadi sebuah karya yang menyeluruh.


(43)

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan langkah-langah penelitian yang harus dilakukan seorang peneliti sebagai proses dalam penulisan skripsi yang menggunakan metode sejarah. Dalam metode penelitian sejarah prosedur penelitian yang penulis lakukan, yaitu: (1) Heuristik atau pencarian jejak-jejak sejarah, (2) Kritik, atau kegiatan mengidentifikasi sumber-sumber sejarah, (3) Interpretasi atau penafsiran terhadap sumber-sumber yang relevan, dan (4) Historiografi atau penyampaian hasil rekontruksi sejarah dalam bentuk penulisan sejarah.

Berdasar prosedur diatas dapat digambarkan skema metode historis adalah sebagai berikut:

Heuristik Kritik Interpretasi Historiografi

Jejak-jejak Sejarah Fakta Sejarah

Keterangan:

1. Heuristik

Heuristik berasal dari kata Yunani yang artinya memperoleh. Dalam pengertiannya yang lain adalah suatu teknik yang membantu kita untuk mencari jejak-jejak sejarah. Menurut G. J Rener (1997:37) heuristik adalah suatu teknik, suatu seni dan bukan suatu ilmu. Heuristik tidak mempunyai peraturan-peraturan umum, dan sedikit mengetahui tentang bagian-bagian yang pendek.

Pada tahap ini, penulis berusaha mengumpulkan sumber atau data-data yang relevan dengan permasalahan yang akan dikaji. Kegiatan pengumpulan data, dicari data yang relevan dengan melakukan studi kepustakaan, yaitu berusaha mendapatkan data tertulis yang berupa buku-buku dan sumber tertulis lainnya.


(44)

Pada tahap ini merupakan tahap pengumpulan data yang ada hubungannya dengan masalah Peranan Kumiai pada masa penjajahan Jepang di Jawa tahun 1942-1945.

2. Kritik

Setelah sumber terkumpul, tahap berikutnya yaitu langkah verifikasi atau kritik guna memperoleh keabsahan sumber. Kritik sumber adalah salah satu kegiatan dalam metode sejarah, yang dilakukan untuk memilih, menyeleksi, mengidentifikasi serta menilai sumber atau data yang akan digunakan dalam penulisan sejarah kritis. Dalam penelitian ini, kritik sumber dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a. Kritik Ekstern

Kritik ekstern yaitu kritik terhadap keaslian sumber (otensitas) yang berkenaan dengan segi-segi fisik dari sumber yang ditemukan, seperti: bahan (kertas atau tinta) yang digunakan, jenis tulisan, gaya bahasa, hurufnya, dan segi penampilan yang lain. Helius sjamsudin (1996 : 105) mengemukakan kritik ekstern adalah “suatu penileian atas asal usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi yang mugkin dan untuk mengetahui apakah pada suatu waktu sejak mulanya sumber itu telah diubah oleh orang tertentu atau tidak”. Uji otensitas dilakukan dengan dengan melihat jenis kertas, bentuk tulisan, bahasa yang digunakan, tahun pembuatan, siapa yang membuat, serta dimana arsip, buku atau majalah dibuat. Kritik ekstern dilakukan dengan melihat siapa yang menulis sumber, seperti digunakan buku karya Aiko Kurasawa, seorang penulis yang merupakan dosen School of Internasional Development (pasca sarjana) di Universitas Nagoya, Jepang yang menulis buku dengan judul Mobilisasi dan Kontrol Sosial Pedesaan Jawa 1942-1945 diterbitkan di Jakarta oleh PT Gramedia Widiasarana Indonesia dan dialih bahasakan oleh Hermawan Sulistiyo. Kritik ekstern terhadap Surat kabar “Sinar Matahari dan Asia Raya” serta majalah “Kan Po” dan “Djawa Baroe” dilakukan dengan melihat bentuk tulisan, bahasa yang digunakan serta tahun pembuatan, siapa yang membuat, dan dimana surat kabar itu dibuat.


(45)

b. Kritik Intern

Kritik intern yaitu suatu kritik yang diberikan terhadap aspek-aspek dalam atau isi sumber sejarah. Kritik intern dilakukan untuk mendapatkan data yang dapat dipercaya kebenarannya atau kredibel. Kritik internal sebagaimana dikemukakan Helius Sjamsuddin (1996: 111) menekankan aspek ”dalam” yaitu isi dari sumber dan kesaksian (testimony). Sejarawan akan mengadakan evaluasi terhadap kesaksian setelah fakta kesaksian (fact of testimony) ditegakan melalui kritik internal. Kritik intern dalam penelitian dilakukan dengan cara mengientifikasi gaya, tata bahasa dan ide yang digunakan penulis sumber data, kecenderungan politik dan pendidikan penulis sumber data, situasi disaat penulisan dan tujuan dalam mengemukakan peristiwa yang berkaitan dengan tema peran kumiai di Jawa tahun 1942-1945, kemudian membandingkan isi sumber sejarah yang satu dengan sumber sejarah yang lain, antara karangan yang satu dengan yang lain, serta antara buku yang satu dengan yang lain. Kebenaran isi dari sumber tersebut dapat dilihat dari isi pernyataan dan berita yang ditulis dari sumber yang satu dengan sumber yang lain.

3. Interpretasi

Intepretasi merupakan kegiatan menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh dari data yang telah diseleksi pada tahap sebelumnya untuk selanjutnya dilakukan analisis data. Interpretasai harus didasarkan pada obyektifitas yang besar dan menekan subyektifitas semaksimal mungkin.

Dalam penelitian ini, interpretasi dilakukan dengan cara menghubungkan atau mengaitkan sumber sejarah yang satu dengan sumber sejarah lain, sehingga dapat diketahui hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa masa lampau yang menjadi obyek penelitian. Sumber tersebut kemudian ditafsirkan, diberi makna dan ditemukan arti yang sebenarnya sehingga dapat dipahami makna tersebut sesuai dengan pemikiran yang logis berdasarkan obyek penelitian yang dikaji, yaitu Peranan Kumiai Pada Masa Penjajahan Jepang Di Jawa Tahun 1942-1945. Dengan demikian dari kegiatan kritik sumber dan interpretasi tersebut dihasilkan fakta sejarah atau sintesis sejarah.


(46)

4. Historiografi

Menurut Helius Sjamsudin (1992: 153) historiografi merupakan langkah terakhir di dalam prosedur penelitian historis yang berupa karya sejarah dari hasil penelitian, dipaparkan dengan bahasa ilmiah dengan seni yang khas menjelaskan apa yang ditemukan beserta argumentasinya secara sistematis. Dalam historiografi seorang penulis tidak hanya menggunakan keterampilan teknis, penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan tetapi penulis juga dituntut menggunakan pikiran kritis dan analisis.

Historiografi yaitu suatu kegiatan penyusunan fakta sejarah menjadi kisah sejarah yang disajikan dalam bentuk tulisan. Dalam hal ini imajinasi sangat diperlukan untuk merangkai fakta satu dengan fakta yang lain, sehingga menjadi suatu kisah sejarah yang menarik dan dapat dipercaya kebenarannya. Historiografi penelitian ini diwujudkan berupa karya ilmiah skripsi yang berjudul Peran Kumiai


(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Latar Belakang Pembentukan Kumiai

1. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Jawa Awal Penjajahan Jepang. Masa penjajahan Jepang di Indonesia (1942-1945) merupakan periode yang penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Pada awal pendudukannya, Jepang menunjukan tindakan-tindakan yang sangat baik. Berbagai kebijakan berpihak kepada bangsa Indonesia. Jepang mengijinkan pengibaran bendera merah putih dan masyarakat diperbolehkan menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Posisi yang kosong dalam pemerintahan juga didistribusikan kepada kaum terpelajar Indonesia. Oleh karena itu rakyat Indonesia berpandangan bahwa bangsa Indonesia sebentar lagi akan merdeka. Bagi Jepang, tindakan tersebut hanya upaya jangka pendek untuk mendapat dukungan rakyat Indonesia sebelum menunjukan tujuan utama kedatanganya. Pada perkembangan selanjutnya kebijakan Jepang terhadap Indonesia berubah. Orientasi yang sebenarnya lebih diarahkan pada upaya eksploitasi sumber daya alam, mobilisasi sumber daya manusia, serta mengupayakan mobilisasi sumber daya kerja untuk kepentingan perang Asia Timur Raya. Pada masa penjajahan Jepang telah terjadi berbagai perubahan yang mendasar pada sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia. Perubahan-perubahan tersebut merupakan dampak dari pendudukan Jepang yang represif dan eksploitatif. Masa pendudukan Jepang di Indonesia pada umumnya dan Jawa pada kususnya selama tiga setengah tahun tersebut sering dipandang sebagai masa yang singkat, tetapi akibat yang ditimbulkan sebanding dengan masa penjajahan Belanda. Namun demikian, meskipun pendudukan Jepang menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan rakyat, tetapi pendudukan Jepang juga memiliki segi-segi yang menguntungkan dan dirasakan pula oleh rakyat Indonesia khususnya masyarakat Jawa (Cahyo Budi Utomo, 1995: 108).

Pada tanggal 1 Maret 1942, di bawah pimpinan Vince Admiral Takahashi, bala tentara Jepang mendarat di pulau Jawa. Jepang sebelumnya telah menguasai Tarakan, Balikpapan, dan Banjarmasin di Kalimantan. Pasukan Jepang mendarat


(48)

di tiga tempat pendaratan. Pendaratan pertama dilakukan di Merak, Teluk Banten. Dibawah pimpinan Letnan Jendral Hitoshi Imamura. Pendaratan kedua dilakukan di Pantai Eretan Wetan, pantai utara bagian Jawa Barat, dibawah pimpinan Kolonel Shoji. Pendaratan ketiga dilakukan di Sragen, Jawa Tengah, di bawah komando Brigade Sakaguci. Jepang memilih ketiga pendaratan tersebut dengan perkiraan bahwa pertahanan di ketiga tempat tersebut lemah. Perkiraan tersebut tepat sebab pada saat Jepang mendarat tidak ada perlawanan yang berarti. Usaha pendaratan tersebut diikuti dengan gerakan pasukan untuk menguasai kota-kota pedalaman. Gerakan pasukan Jepang dari arah Banten berhasil menduduki Batavia dan kota-kota lain seperti Sukabumi, Bogor, Cianjur dan Bandung. Pada tanggal 8 maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah pada Jepang dan Jawa resmi menjadi Jajahan Jepang (Hendri F Isnaeni dan Apid, 2008: 24).

Pada awal Penjajahan Jepang, kebijakan-kebijakan serta undang-undang tidak banyak dibuat oleh pemerintah Jepang, sebab pemerintah Jepang sibuk memulihkan keamanan di daerah-daerah. Jepang menerapkan sistem sentralisasi kekuasaan untuk memanamkan kekuasaan di Indonesia. Pulau Jawa menjadi pusat pemerintahan yang terpenting, bahkan jabatan Gubernur Jenderal pada masa Hindia Belanda dihapus dan diambil alih oleh panglima tentara Jepang di Jawa. Sementara status pegawai sipil dan undang-undang di masa Belanda tetap diakui sah untuk sementara, dengan syarat tidak bertentangan dengan Undang-undang. Langkah pertama Jepang adalah membuat pemerintahan militer yang dikepalai oleh seorang Gunseikan. Berdasarkan Osamu Sirei ( Undang-undang yang dikeluarkan oleh Jepang) Jepang mengeluarkan kebijakan membentuk Pemerintahan militer di Jawa yang terdiri atas: Saiko Shikikan (Panglima Tertinggi/Panglima Tentara) yang merupakan pucuk pimpinan. Dibawah panglima tertinggi terdapat Gunseikan (kepala pemerintah militer). Gunseikan

sendiri dibantu oleh staf pemerintahan militer pusat yang disebut Gunseikanbu

yang terdiri atas 5 macam bu (Departemen) yaitu Somubu (Departemen Urusan Umum), Zaimubu (Departemen Keuangan), Sangyobu (Departemen Perusahaan, Industri, dan Kerajinan Tangan). Kotsubu (Departemen Lalu Lintas) dan Shihobu


(1)

walaupun Belanda juga menjajah namun kesejahteraan rakyat masih diperhatikan sehingga jumlah kematian karena kekurangan pangan dan penyakit tidak terlalu parah ( Praduji Atmosudirjo, 1970:26).

Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah Jepang semakin menakutkan dan menghina penduduk. Pada tahap inilah terjadi pemberontakan-pemberontakan petani secara besar-besaran. Pemberontakan petani ini misalnya pemberontakan petani yang terjadi di desa Kaplongan Kabupaten Indramayu. Pada tahun 1944 ketika panen baru saja dimulai. Para petani di Desa Kaplongan Indramayu diberitahu oleh pejabat desa atau Kucho bahwa petani harus menyerahkan semua padi mereka kecuali padi gedeng per rumah tangga. Satu gedeng kira-kira seberat 5 kilogram. Dengan adanya peraturan ini maka para petani tidak boleh menyimpan padi lebih dari 10 kilogram. Keadaan ini tentu saja membuat para petani merasa tertekan dan akhirnya menimbulkan perlawanan terhadap pemerintah Jepang.

Dalam keadaan apapun selalu Kucho yang bertanggung jawab paling terakhir sebagai wakil dari pemerintah sehingga Kucho tidak bisa bertindak selain sangat kejam pada penduduk. Misalnya Kucho yang melakukan penggeledahan di rumah-rumah untuk mencari beras yang disembunyikan. Para Kucho biasanya lebih bertindak otoriter dan sangat mempunyai pengaruh di dalam masyarakat sehingga kebencian penduduk biasanya terpusat pada Kucho yang semena-mena dan otoriter (Aiko Kurasawa, 1993: 448-449). Berdasarkan laporan dari polisi setempat menyatakan yang menyebabkan pemberontakan terjadi di Indramayu dalah adanya pengumuman pemerintah supaya seluruh padi termasuk yang di cadangkan untuk bibit dan konsumsi rumah tangga harus diserahkan pada pada pemerintah. Salah satu mantan Azacho (kepala rukun tetangga) di desa umerah menyatakan secara tegas yang mendorong pemberontakan tersebut adalah cara penanganan Kumiai di daerah ini, menurut sumber lain dari desa singaparna ketua koperasi bernama ketos adalah seorang komunis yang sangat membenci masyarakat Islam (Aiko Kurasawa, 1993: 466-491). Kemudian juga di Indramayu tepatnya di Bugis ken pemberontakan dimulai dengan serangan terhadap


(2)

rumah-rumah sekretaris desa Tohir dan Daspin rusak berat. Dua orang ini bekerja sebagai staf Nogyo Kumiai dan dianggap tidak berlaku adil dalam penyaluran minyak tanah dan bahan makanan lainnya (Akira Nagazumi, 1988: 101).

Selain itu masih banyak pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di Indramayu dan sekitarnya serta daerah-daerah lainnya yang selama ini merasa diperlakukan tidak adil oleh pemerintah Jepang. Pada intinya terjadi pemberontakan di berbagai daerah, akan tetapi Kumiai juga mempunyai peranan dalam pemberontakan yang terjadi di daerah tersebut.

Kumiai juga mempunyai dampak positif kususnya menambah pengalaman staf sehingga mampu mengangkat diri sebagai pemimpin potensial di masa depan. Melalui pengalaman mereka memeperoleh keuntungan karena sebagai staf Kumiai mereka mendapatkan pengaruh dari reputasi di masyarakat desa, sehingga dapat menjadi pemimpin di desanya. Biasanya orang yang pernah menjadi staf Kumiai dan mempunyai reputasi yang baik di desanya maka ia akan cepat menjadi pemimpin di desanya. Selain itu mereka yang aktif dalam staf Kumiai dapat dengan mudah menanamkan pengaruh atas penduduk. Mereka juga lebih mudah mendapatkan akses kepemimpinan di desa-desa (Aiko Kurasawa, 1993: 216-219).


(3)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dalam bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Latar belakang pembentukan organisasi Kumiai di Jawa antara lain adalah:

a) Keadaan sosial ekonomi masyarakat Jawa pada awal masa

penjajahan Jepang yang masih belum teratur karena Jepang sibuk memulihkan keamanan pasca penjajahan Belanda.

b) Kebutuhan sumber daya alam untuk mendukung perang. Jawa adalah

salah satu pulau di Indonesia yang memiliki kekayaan alam dan sumber tenaga manusia yang melimpah supaya dapat meneruskan perang melawan sekutu.

2. Kumiai atau koperasi gaya Jepang didirikan disetiap karesidenan yang ada dengan memiliki peraturan yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Pembentukan Kumiai berdasarkan pada undang-undang yang dikeluarkan oleh Jepang yang menyadari potensi yang dimiliki koperasi untuk dapat mempengaruhi rakyat, Jepang mengeluarkan Undang-undang No.23 untuk menggantikan UU No.91 Tahun 1927 yang isinya larangan berkumpul dan melakukan persidangan-persidangan yang tidak diketahui oleh Jepang. Kumiai didirikan di berbagai sektor yaitu perdagangan, perindustrian dan pertanian. Struktur kepengurusan Kumiai terdiri dari penasehat, pemimpin, wakil pemimpin, kepala komisaris, komisaris dan pengurus.

3. Peran Kumiai pada masa penjajahan Jepang adalah mengontrol kegiatan perekonomian. Dalam bidang pertanian Kumiai berperan sebagai pengumpul dan pendistribusian makanan untuk mendukung kepentingan Jepang. Di desa-desa Kumiai yang bertugas mengumpulkan hasil panen adalah Nogyo Kumiai. Untuk memenuhi kebutuhan makanan di kota-kota besar maka dibentuk Haikyu Kumiai sebagai distributor makanan dari desa


(4)

dan sebagai penanggung Jawab dari Kumiai adalah kepala desa atau kepala rukun tetangga.

4. Kumiai mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Dampak sosial Kumiai adalah kekurangan makanan sehingga munculnya busung lapar dan penyakit yang menyerang masyarakat. Dampak sosial Kumiai lainnya adalah adanya pemberontakan-pemberontakan sporadis di berbagai wilayah di Jawa karena ketidakpuasan terhadap sistem Kumiai. Sedangkan dampak ekonomi dari Kumiai adalah pedagang pedagang yang tidak tergabung dengan Kumiai maka tidak akan mendapat pasokan. Begitu pula penentuan harga panen dari rakyat, mereka hanya menjual dengan harga rendah kepada pemerintah.

A. Implikasi

1.Teoritis

Implikasi secara teoritis dalam penelitian ini adalah bahwa Kumiai muncul karena adanya kebutuhan besar Jepang terhadap sumber daya alam maupun manusia untuk membantu Jepang dalam perang pasifik. Kebutuhan Jepang akan sumber daya alam membuat Jepang mengeluarkan kebijakan politik dalam bidang ekonomi yaitu dengan mendirikan badan ekonomi baru di masyarakat yang disebut Kumiai (koperasi gaya Jepang). Kumiai menjadi alat pemerintah untuk melakukan politik ekonomi dan melakukan eksploitasi secara besar besaran terhadap rakyat. Organisasi Kumiai dibentuk oleh Jepang secara khusus yang bertujuan untuk mengontrol dan mengatur kegiatan perekonomian yang di khususkan di pedesaan sebagai penghasil bahan makanan. Badan-badan Kumiai ini dibentuk di setiap karesidenan berdasar pada peraturan masing-masing karesidenan sehingga pemerintah dapat mengontrol langsung hasil-hasil pertanian yang diserahkan oleh petani. Petani menjadi lebih tertekan karena banyaknya hasil panen yang harus disetorkan langsung ke pemerintah Jepang. Hal-hal seperti inilah yang mendorong munculnya perubahan-perubahan sosial di masyarakat karena banyaknya pajak bagi petani maka timbul masalah sosial seperti penyakit


(5)

dan bahkan sampai pada pemberontakan-pemberontakan yang ada di daerah-daerah.

2. Praktis

Kumiai di propagandakan oleh Jepang sebagai badan organisasi yang akan memakmurkan rakyat dan mendorong perekonomian rakyat. Sehingga para petani hanya ikut saja dan setuju dengan kebijakan-kebijakan Jepang tersebut. Walaupun dalam perkembangannya rakyat merasa apa yang dikatakan Jepang adalah bohong karena Kumiai hanya memonopoli hasil-hasil panen rakyat untuk kepentingan Jepang. Dengan adanya Kumiai rakyat makin menderita hal ini terlihat seperti munculnya meningkatnya kematian dan menurunnya derajad kesehatan manusia. Akibatnya muncul banyak penyakit seperti tipes, diare, kolera busung lapar karena kekurangan makanan dan penyakit kulit. Walaupun sifatnya mirip dengan koperasi yang sudah dikenal petani yaitu sebagai penyedia, pelatihan dan pemasaran namun dalam penerapannya Kumiai sama sekali jauh dari yang diharapkan oleh petani. Pada awal kemerdekaan rakyat tidak lagi percaya dengan Kumiai atau koperasi hal ini mencerminkan bahwa Kumiai sangat membuat rakyat menderita bahkan nama-nama Kumiai dihilangkan atau diganti dengan nama yang berbau Indonesia agar rakyat kembali percaya dengan koperasi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat diajukan saran sebagai berikut :

1. Bagi Mahasiswa

Sebagai generasi muda khususnya calon pendidik Kumiai dapat dijadikan contoh pentingnya mempelajari sejarah perekonomian Indonesia. Sesuai dengan metode pembelajaran terintegratif dimana kita sebagai pendidik dituntut untuk dapat menjelaskan sejarah di lihat dari beberapa sudut pandang.


(6)

2. Bagi peneliti lain

Penulis juga menyarankan kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai peran Kumiai dalam bidang yang lain seperti perdagangan dan perindustrian, karena keterbatasan sumber maka diharapkan peneliti lain mampu untuk meneruskan penelitian dibidang perekonomian masa Jepang ini karena masih banyak hal-hal menarik yang belum dikaji pada masa penjajahan Jepang di Indonesia.