PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PENGUASAAN KONSEP DAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMK PADA PENANGANAN OLI BEKAS.

(1)

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP

KEMAMPUAN PENGUASAAN KONSEP DAN BERPIKIR KREATIF

SISWA SMK PADA PENANGANAN OLI BEKAS

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Kimia

oleh:

M. Suryaman

NIM 1204861

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP

KEMAMPUAN PENGUASAAN KONSEP DAN BERPIKIR KREATIF

SISWA SMK PADA PENANGANAN OLI BEKAS

Oleh

M. Suryaman

S.Pd IKIP Bandung, 1999

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Pendidikan Kimia

© M. Suryaman, 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

M. SURYAMAN

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP

KEMAMPUAN PENGUASAAN KONSEP DAN BERPIKIR KREATIF

SISWA SMK PADA PENANGANAN OLI BEKAS

Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing:

Pembimbing I

DR. F M Titin Supriyanti, M.Si NIP. 195810141986012001

Pembimbing II

Dr. Momo Rosbiono, M.Pd, M.Si NIP. 195712111982031006

Mengetahui, Ketua Program Studi S2

Pendidikan Kimia Sekolah Pasca Sarjana UPI

Dr. rer. nat. H. Ahmad Mudzakir, M.Si NIP. 196611211991031002


(4)

(5)

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP

KEMAMPUAN PENGUASAAN KONSEP DAN BERPIKIR KREATIF

SISWA SMK PADA PENANGANAN OLI BEKAS

M. Suryaman

NIM 1204861

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi mengenai kemampuan penguasaan konsep dan berpikir kreatif siswa melalui pembelajaran berbasis masalah pada penanganan oli bekas. Penelitian ini dirancang dengan metode kuasi eksperimen, dengan bentuk “nonequivalent control group design”. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes kemampuan penguasaan konsep, soal tes kemampuan berpikir kreatif, lembar kerja siswa, dan angket untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap implementasi pembelajaran berbasis masalah. Subjek pada penelitian ini adalah siswa di salah satu SMK Negeri kota Cimahi bidang teknik elektro industri sebanyak 32 siswa untuk kelas eksperimen dan 31 siswa teknik elektro komunikasi sebagai kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah mampu meningkatkan kemampuan penguasaan konsep siswa tentang penanganan oli bekas dengan kategori peningkatan sedang, adapun peningkatan tertingi terjadi pada jenjang kognitif C4 (analisis) %N-Gain sebesar 39% dan terendah pada jenjang kognitif C5 (evaluasi) %N-Gain sebesar 4%. Pembelajaran berbasis masalah mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dengan kategori peningkatan rendah, peningkatan tertinggi terjadi pada indikator berpikir luwes (flexibility) %N-Gain sebesar 21% dan peningkatan terendah terjadi pada indikator berpikir lancar (fluency) %N-Gain sebesar 12%. Kemampuan penguasaan konsep siswa mempunyai hubungan yang signifikan dengan kemampuan berpikir kreatif dengan derajat hubungan sedang. Siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap pembelajaran berbasis masalah.

Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Penguasaan Konsep Penanganan Oli Bekas, Berpikir Kreatif


(6)

THE EFFECT OF PROBLEM BASED LEARNING TO ABILITY

MASTERY CONCEPTS AND CREATIVE THINKING SMK

STUDENTS IN HANDLING USED OIL

M. Suryaman

NIM 1204861

ABSTRACT

This study aims to gather information about the ability mastery of concepts and creative thinking of students through problem-based learning in the handling of used oil. This study was designed with a quasi-experimental methods, with the shape "nonequivalent control group". The instrument used in this study is about the tests mastery of concepts, creative thinking ability test questions, student worksheets and questionnaires to determine the response of students to the implementation of problem-based learning. Subjects in this study were students at one of the SMK Cimahi electrical engineering industries as many as 32 students for the experimental class and 31 students in electrical engineering communication as the control class. The results showed that problem-based learning is able to improve the mastery of concepts students about handling used oil by category modest increase, while the increase in the highest occur at the level of cognitive C4 (analysis) %N-Gain by 39% and the lowest levels of cognitive C5 (evaluation) %N-Gain of 4%. Problem-based learning can improve the ability to think creatively with low enhancement category, the highest increase occurred in the indicator think flexible (flexibility) %N-Gain of 21% and the lowest increase occurred in indicators of current thinking (fluency) %N-Gain of 12%. Ability mastery of concepts students have a significant correlation with the ability to think creatively with the degree of relationship is. Students gave positive responses to problem-based learning.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN... i

ABSTRAK...ii

KATA PENGANTAR...iv

UCAPAN TERIMA KASIH...v

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR GAMBAR...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian...1

B. Rumusan Masalah Penelitian...5

C. Tujuan Penelitian...6

D. Manfaat Penelitian...6

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pembelajaran Berbasis Masalah...8

B. Penguasaan Konsep...16

C. Kemampuan Berpikir Kreatif...18

D. Penanganan Oli Bekas ...27

E. Kerangka Berpikir...42

F. Hipotesis Penelitian...44

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian...45


(8)

C. Subyek Penelitian...46

D. Instrumen Penelitian...46

E. Prosedur Penelitian...49

F. Teknik Pengumpulan Data...51

G. Teknik Analisis Data...51

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) Pada Penanganan Oli Bekas...56

B. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Penguasaan Konsep Siswa...67

C. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Penanganan Oli Bekas Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif siswa...79

D. Hubungan Penguasaan Konsep Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Penanganan Oli Bekas...84

E. Tanggapan Siswa Kelas eksperimen Terhadap Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Penanganan Oli Bekas...86

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan...90

B. Rekomendasi...91

DAFTAR PUSTAKA...92


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di abad 21 ini menunjukkan perubahan yang sangat cepat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut perubahan strategi guru dalam membelajarkan materi kepada siswa khususnya ilmu kimia. Proses pembelajaran di sekolah dituntut untuk menyiapkan siswa yang kreatif, agar siswa tidak hanya menguasai konsep namun juga memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dalam kehidupannya dengan konsep-konsep yang telah dipelajarinya.

Depdiknas (2003) mengungkapkan sejauh ini pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus di hapal. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di sekolah lebih banyak menggunakan model konvensional yang bersifat teacher centered. Pembelajaran model konvensional ini dianggap lebih mudah dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dengan tuntutan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dirasakan sangat banyak dan dengan waktu yang sedikit. Oleh karena itu siswa tidak terbiasa untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikirnya. Hal ini terjadi karena siswa sehari-harinya sudah terlatih menerima apa yang diajarkan oleh guru dari pencapaian penguasaan konsep yang hanya memenuhi aspek kognitifnya saja.

Dampak yang kemudian timbul dari pembelajaran menggunakan model konvensional yang bersifat teacher centered adalah lemahnya penguasaan konsep siswa. Salah satu bukti tentang hal ini adalah penelitian tentang assesment hasil belajar sains pada level internasional yang diselenggarakan oleh Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD) melalui Programe for International Student Assesment (PISA) (Firman, 2007). Studi ini melibatkan siswa berumur 15 tahun, dimana Indonesia pada tahun 2000 berada pada urutan 38 dari 41 negara pada kemampuan sains. Kedua pada tahun 2003 Indonesia juga berada pada urutan 38 dari 40 negara pada kemampuan sains, dan ketiga pada tahun 2006 Indonesia berada pada urutan 50 pada kemampuan sains (Firman,


(10)

2007). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Indonesia dalam kemampuan sains berada pada tingkat yang paling bawah. Hasil penelitian ini menggambarkan pula bahwa kualitas proses pembelajaran masih relatif rendah, sehingga perlu dilakukan upaya-upaya serius untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran agar terbentuk output pendidikan yang berkualitas.

Selain berdampak pada lemahnya penguasaan konsep, pembelajaran dengan model konvensional menyebabkan siswa tidak tertantang untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang dapat merangsang kerja otak secara maksimal. Dalam proses pembelajaran siswa kurang didorong untuk mengembangkan keterampilan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas di arahkan kepada kemampuan siswa untuk menghapal informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingat itu dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Situasi belajar seperti ini akan menyebabkan siswa cepat bosan dan jenuh, sehingga semangat belajarnya pun akan berkurang.

Indonesia saat ini sedang mengembangkan bidang pendidikan untuk menghasilkan proses dan output pendidikan yang berkualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas dalam pendidikan tersebut diantaranya dengan digulirkannya kurikulum 2013. Namun kemudian dengan digulikannya kurikulum 2013 timbul berbagai permasalahan di lapangan sehingga menuai pro dan kontra, sampai akhirnya kementrian pendidikan nasional menghentikannya. Namun di dalam surat edarannya, kementrian pendidikan tetap memberlakukan kurikulum 2013 bagi sekolah-sekolah yang telah melaksanakan tiga semester. SMKN 1 cimahi yang merupakan tempat penulis melakukan penelitian, telah melaksanakan kurikulum 2013 selama tiga semester sehingga sampai sekarang tetap melaksanakannya.

Dalam Kurikulum 2013 (permendikbud No. 60 tahun 2014 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/MAK) dikembangkan proses pembelajaran dengan menyempurnakan pola pikir diantaranya:

1. Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.


(11)

3. Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta dari internet).

4. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan pembelajaran pendekatan sain). 5. Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim).

6. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

Berdasarkan kerangka dasar kurikulum 2013 tersebut menuntut adanya perubahan dalam proses pembelajaran dari pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) menjadi berpusat pada aktifitas siswa (student centered). Pengetahuan didapatkan siswa melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar dan mengomunikasikan. Sehingga konsep-konsep yang didapatkan siswa tidak hanya bersumber dari informasi guru di kelas saja, tetapi mereka menggalinya bersama dengan rekan dalam suatu tim. Setelah konsep-konsep tersebut dikuasai siswa selanjutnya mereka diharapkan dapat memecahkan masalah –masalah kimia yang kelak akan mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kehidupannya akan terbentuk manakala guru dalam proses pembelajarannya diawali dengan suatu masalah yang menuntut siswa untuk memecahkannya. Dengan dihadapkannya siswa pada masalah maka akan melatih kemampuan berpikir kreatif siswa. Kemampuan berpikir kreatif berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir (Jauhar, 2011). Kemampuan berpikir kreatif termasuk salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi. Menurut Guilford (Munandar, 1985), berpikir kreatif adalah kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Kemampuan tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu dan imajinasi melalui kegiatan pembelajaran. Beberapa hasil penelitian tentang berpikir kreatif (Fitriana, 2010, Kaharu, 2010 dan Alghafri 2014) menunjukkan


(12)

bahwa nilai rata-rata keterampilan berpikir kreatif yang dimiliki siswa masih tergolong rendah.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat dan bermakna bagi siswa, terutama untuk meningkatkan kemampuan penguasaan konsep dan berpikir kreatif siswa. Model pembelajaran yang diharapkan mampu menjembatani permasalahan tersebut adalah model pembelajaran berbasis masalah.

Banyak ahli yang telah mengembangkan model pembelajaran berbasis masalah, pada penelitian ini peneliti mengacu model pembelajaran berbasis masalah yang telah dikembangkan oleh Tan. Menurut Tan (2009:11) bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat mendorong meningkatkan kreatifitas dan atribut berpikir kreatif divergen dan konvergen pada siswa, karena siswa menjadi lebih percaya diri pada saat bekerja dalam kelompok.

Hasil-hasil penelitian sebelumnya yang mendukung terhadap pentingnya penerapan pembelajaran berbasis masalah telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti diantaranya: 1) Nendaz & Tekian (1999) menyatakan bahwa model PBL tidak hanya meningkatkan penguasaan konsep siswa tentang dasar dan prinsip , tetapi juga memiliki potensi untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah dunia nyata. 2) Torrance (1976) menunjukkan dari hasil penelitiannya bahwa model pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah seperti pada pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan potensi yang dimiliki oleh siswa. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu stimulus yang dapat mendorong potensi berpikir kreatif dari siswa terutama dalam hal pemecahan masalah yang dimunculkan. 3) Tarhan, et al., (2008) dari hasil penelitianya menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah terbukti memiliki keunggulan dalam membantu siswa untuk secara efektif membangun pengetahuan tentang materi pelajaran dan berpikir kreatif. 4) Mona Charif (2010) menunjukkan bahwa model PBL membantu siswa untuk memperoleh keterampilan yang mereka butuhkan untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari mereka seperti kerjasama, analisis, penelitian, sintesis, komunikasi dan keterampilan pemecahan masalah.


(13)

Pembelajaran yang disusun dalam penelitian ini mengambil topik penanganan oli bekas. Dipilihnya topik ini dikarenakan beberapa pertimbangan: Pertama, volume oli bekas tiap harinya terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah mesin kendaraan dan mesin industri yang dapat menimbulkan pencemaran bagi lingkungan sehingga perlu dicari jalan keluarnya. Kedua, minyak pelumas (oli) merupakan satu fraksi dari hasil pengolahan minyak bumi yang merupakan kompetensi yang diajarkan di sekolah. Hal ini merupakan suatu permasalahan yang dapat dilatihkan kepada siswa SMK untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif agar kelak setelah memasuki dunia kerja mampu memecahkan masalah dalam kehidupannya secara kreatif. Berdasarkan pertimbangan di atas, akan lebih bermakna bila siswa dilatih memecahkan masalah pada penanganan oli bekas.

Atas dasar latar belakang yang seperti telah dikemukakan dan mengingat pentingnya penguasaan konsep dan berpikir kreatif siswa, maka perlu dilakukan studi lebih mendalam tentang “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Penguasaan Konsep dan Berpikir Kreatif Siswa SMK Pada Penanganan Oli Bekas”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan penguasaan konsep dan berpikir kreatif siswa SMK pada penanganan oli bekas?”

Untuk memperjelas masalah tersebut dirumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik pembelajaran berbasis masalah pada penanganan oli bekas?

2. Bagaimana pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap penguasaan konsep siswa pada penanganan oli bekas?

3. Bagaimana pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada penanganan oli bekas?


(14)

4. Bagaimana hubungan penguasaan konsep terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada penanganan oli bekas?

5. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan pada penanganan oli bekas?

.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap kinerja siswa, kemampuan penguasaan konsep dan berpikir kreatif siswa pada penanganan oli bekas. Sedangkan Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Memperoleh informasi tentang karakteristik pembelajaran berbasis masalah pada penanganan oli bekas?

2. Memperoleh informasi tentang pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap penguasaan konsep siswa pada penanganan oli bekas?

3. Memperoleh informasi tentang pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada penanganan oli bekas?

4. Memperoleh informasi tentang hubungan kemampuan penguasaan konsep terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada penanganan oli bekas?

5. Mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan pada penanganan oli bekas?

.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan manfaat secara praktis bagi dunia pendidikan. Adapun manfaat secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk pengembangan inovasi pembelajaran kimia di SMK. Sedangkan manfaat secara praktis, yaitu:

1. Bagi siswa, model pembelajaran berbasis masalah ini diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kreatif siswa.


(15)

2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan gambaran serta memperkaya pengetahuan guru tentang model pembelajaran berkenaan dengan penanganan oli bekas menggunakan pembelajaran berbasis masalah.

3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam mengembangkan model pembelajaran berbasis masalah pada bahan kajian yang lain.


(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan penguasaan konsep dan berpikir kreatif siswa, oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control group design (Sugiyono, 2002: 56). Pada desain ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol yang dipilih secara tidak random. Kelompok eksperimen merupakan kelompok yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah sementara kelompok kontrol merupakan kelompok yang mengunakan pembelajaran konvensional.

Kedua kelompok diberi pretes pada awal pembelajaran dan pada akhir pembelajaran diberi postes. Hasil pretes dan postes dari kedua kelompok kemudian dibandingkan untuk diselidiki dan diuji pengaruh model pembelajaran besbasis masalah terhadap kemampuan penguasaan konsep dan berpikir kreatif siswa. Secara sederhana desain penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O1 X2 O2

Keterangan:

O1 = Tes Awal O2 = Tes akhir

X1 = Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

X2 = Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

B. Variabel Penelitian

Penelitian ini berjudul Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Penguasan Konsep dan Berpikir Kreatif Siswa SMK pada


(17)

Penanganan Oli Bekas, maka yang menjadi variabel bebasnya adalah model pembelajaran berbasis masalah, variabel terikatnya kemampuan penguasaan


(18)

konsep dan berpikir kreatif sementara variabel kontrolnya adalah kemampuan awal siswa dalam mata pelajaran kimia.

C. Subyek Penelitian

Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan teknik “purposive sampling” teknik ini sesuai dengan kebutuhan penelitian. Subjek dari penelitian ini adalah siswa-siswi SMK Negeri 1 Cimahi tahun pelajaran 2014/2015 dengan mengambil dua kelas yaitu kelas XI Teknik Elektro Industri A (XI TEI A) dan kelas XI Teknik Elektro Komunikasi A (XI TEK A). Kelas XI TEI A merupakan kelas eksperimen berjumlah 32 siswa dan kelas XI TEK A merupakan kelas kontrol yang berjumlah 31 siswa. Dasar pengambilan subjek penelitian ini yaitu dengan melihat kemampuan siswa pada kedua kelas ini relatif sama, sehingga diharapkan jika hasil penelitian diperoleh hasil yang berbeda maka hasil itu merupakan akibat dari perlakuan yang berbeda.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini terdiri dari: 1) Soal tes penguasan konsep, 2) Soal tes kemampuan berpikir kreatif siswa, 3) Lembar kerja siswa dan 4) Angket siswa. Penjelasan singkat mengenai instrumen penelitian dapat disimak sebagai berikut.

1. Soal tes penguasaan konsep

Soal tes penguasaan konsep terdiri dari 19 butir soal pilihan yang tersebar dalam 6 jenjang kognitif. Sistem penilaian terhadap jawaban soal pilihan ganda yaitu bila siswa menjawab benar diberi skor satu dan bila menjawab salah diberi skor nol. Sebaran ke-19 butir soal tersebut dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2 Sebaran Butir Soal Untuk Tiap Jenjang Kognitif

No. Jenjang Kognitif No Soal

1 Memahami (C2) 1,2,3,4,5,15 dan19

2 Mengaplikasikan (C3) 9,13 dan17

3 Menganalisis (C4) 6,7,8,10dan 18

4 Mengevaluasi (C5) 16


(19)

Soal tes penguasaan konsep divalidasi oleh tiga orang dosen ahli dan dua orang guru kimia yang berpengalaman selama lebih dari sepuluh tahun dan berpendidikan S-2.

Setelah dilakukan validasi kemudian dilakukan uji coba dilapangan, hasil uji coba diolah dengan menggunakan program Anates V4. Hasil pengolahan butir soal secara lengkap dapat dilihat di lampiran A.6, sementara itu validitas dan reliabilitas hasil uji coba instrumen penelitian dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini .

Tabel 3.3 Hasil uji validitas dan reliabilitas soal penguasaan konsep

Parameter uji Hasil Uji Keterangan

Validitas soal 0,63 Cukup

Reliabilitas soal 0,77 Tinggi

2. Soal tes kemampuan berpikir kreatif

Soal tes kemampuan berpikir kreatif terdiri dari 5 butir soal uraian yang tersebar dalam empat aspek kemampuan berpikir kreatif yaitu; kemampuan berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), berpikir asli (originality) dan berpikir rinci (elaborasi). Sebaran kelima soal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Sebaran Butir Soal Untuk Tiap Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif

No Aspek kemampuan berpikir

kreatif Topik

No soal

Skor maksimal

1 Berpikir lancar (fluency)

Bahan-bahan pencemar yang terdapat dalam oli bekas.

1 19

Oli bekas 2 3

2 Berpikir luwes (flexibility) Penanganan limbah oli

bekas 4 14

3 Berpikir asli (originality) Merancang percobaan

penanganan oli bekas 5 20


(20)

Sebelum soal untuk menguji kemampuan berpikir kreatif digunakan, terlebih dahulu dilakukan validasi isi oleh tiga orang dosen ahli dan dua orang guru kimia yang sudah berpengalaman mengajar selama lebih dari sepuluh tahun dan berpendidikan S-2. Setelah dilakukan validasi kemudian dilakukan uji coba dilapangan, hasil uji coba diolah dengan menggunakan program Anates V4. Hasil pengolahan butir soal secara lengkap dapat dilihat di lampiran A.6. Validitas dan reliabilitas hasil uji coba instrumen penelitian dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini.

Tabel 3.5 Hasil uji validitas dan reliabilitas soal uji kemampuan berpikir kreatif

Parameter uji Hasil Uji Keterangan

Validitas soal 0,64 Cukup

Reliabilitas soal 0,78 Tinggi

3. Lembar kerja siswa

Lembar kerja siswa digunakan sebagai panduan untuk pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah dan membangun kemampuan berpikir kreatif siswa selama pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah berlangsung. Bentuk dan model LKS yang disusun dapat dilihat pada lampiran A.5. Secara umum LKS yang disusun dalam penelitian ini dibagi menjadi empat bagian yaitu; bagian pertama digunakan untuk melaksanakan tahap menemukan masalah, analisis masalah dan isu, bagian kedua digunakan untuk melaksanakan tahap penyelidikan dan laporan (merancang penelitian), bagian ketiga digunakan untuk melaksanakan tahap penyelidikan dan laporan (melaksanakan penelitian, melaporkan temuan) dan bagian keempat digunakan untuk melaksanakan tahap mempresentasikan hasil temuan, integrasi dan evaluasi. Hasil LKS ini berupa jawaban siswa atas pertanyaan yang diajukan dalam LKS.

4. Angket Siswa

Angket siswa digunakan untuk menggali data tentang pendapat siswa terhadap pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah yang telah dilakukan. Untuk melengkapi data yang belum terungkap dari hasil angket, juga dilakukan wawancara secara terbuka.


(21)

E. Prosedur Penelitian

Alur pelaksanaan penelitian secara ringkas dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini:

−Kajian Materi Penanganan Oli Bekas: Analisis Konsep

−Kajian Materi Penguasaan Konsep: Analisis Indikator Penguasaan Konsep −Kajian Materi Kemampuan Berpikir Kreatif: Analisis Indikator

Kemampuan Berpikir Kreatif −

RPP, LKS, Soal Tes, Pedoman Wawancara, Angket

Penggunaan Alat Ukur Penilaian

Uji Validitas dan Reliabilitas Soal

Pretes

Penerapan Model Pembelajaran

Berbasis Masalah

Penerapan Pembelajaran Konvensional

Postes

Pengumpulan data

Analisis data

Temuan dan Pembahasan

Penarikan Kesimpulan Observasi

Wawancara/ Angket

Postes

Pengumpulan data

T aha p P er sia pa n T aha p P el aks ana an T aha p P ena rika n K es im pul an


(22)

Berdasarkan gambar alur penelitian di atas dapat diketahui bahwa penelitian yang dilakukan terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyelesaian atau penarikan kesimpulan. Secara ringkas uraian dari ketiga tahap tersebut dapat disimak sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Tahap ini diawali dengan kajian silabus pembelajaran kimia SMK kurikulum 2013. Analisis KD, analisis topik-topik masalah yang berhubungan materi penanganan oli bekas, kajian materi penguasaan konsep, kajian materi kemampuan berpikir kreatif, kajian materi model pembelajaran berbasis masalah. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan RPP, LKS, penyusunan soal tes penguasaan konsep dan soal tes kemampuan berpikir kreatif, angket serta uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini yang pertama dilakukan adalah pemberian pretes kepada siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dilakukan tiga hari sebelum pembelajaran dilakukan. Selanjutnya dilakukan penerapan model pembelajaran berbasis masalah kepada kelas eskperimen berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Sedangkan kepada kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional.

Kegiatan penelitian dimulai dari tanggal 6 maret 2015 sampai dengan 31 maret 2015. Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah membutuhkan waktu empat kali pertemuan. Selama PBL berlangsung peneliti dibantu oleh satu orang guru yang berperan untuk dokumentasi. Setelah pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah selesai kemudian dilakukan postes baik dikelas eksperimen maupun dikelas kontrol.

3. Tahap Penarikan Kesimpulan

Temuan penelitian yang dihasilkan kemudian dianalisis, disusun dan diorganisasikan sedemikian rupa sehingga dapat menjawab masalah penelitian, dan selanjutnya disusun dalam bentuk laporan penelitian.


(23)

F. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan pada data yang diperlukan, yaitu hasil belajar peserta didik, pengalaman peserta didik dan pemahaman terhadap pembelajaran berbasis masalah, serta data pendukung lainya, maka pada penelitian ini digunakan berbagai teknik pengumpulan data. Tabel 3.6 merangkum teknik pengumpulan data yang digunakan berdasarkan berdasarkan data dan alat yang digunakan. Berikut adalah penjelasan untuk tiap-tiap teknik pengambilan data.

Tabel 3.6 Teknik Pengumpulan Data

No Jenis Data Pengumpulan Data

Instrumen Teknik

1 Hasil belajar siswa. Soal tes

Pemberian soal tes kepada peserta didik sebelum dan sesudah penerapan pembelajaran berbasis masalah.

2

Pengalaman belajar peserta didik dan pemahaman terhadap pembelajaran berbasis

masalah.

Angket

Pemberian angket yang terdiri dari pernyataan mengenai pengalan belajar.

3 Menemukan permasalahan

secara terbuka

Pedoman

wawancara Wawancara face to face

G. Teknik Analisis Data

Data yang dihasilkan pada penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif terdiri dari data angket siswa dan hasil wawancara siswa sedangkan data kuantitatif meliputi jawaban soal pretes dan postes siswa. Setelah data-data tersebut terkumpul selanjutnya dikelompokan berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data dari tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk hubungan antar variabel.

Teknik analisis data yang dilakukan bervariasi tetapi semua pada akhirnya mengarah pada informasi yang saling mendukung untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Tabel 3.7 menyajikan rangkuman teknis analisis data yang


(24)

dilakukan berdasarkan data yang dikumpulkan. Berikut penjelasan singkat teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 3.7 Teknis Analisis Data berdasarkan Data yang Dikumpulkan

No Jenis Data Teknis Analisis Data

1

Hasil belajar peserta didik

− Kemampuan penguasaan konsep

− Kemampuan berpikir kreatif

− Hubungan kemampuan penguasaan

konsep dengan kemampuan berpikir kreatif

Data dihitung berdasarkan

− Statistik deskriptif N-gain

untuk setiap jenjang kognitif

− Statistik deskriptif N-gain

untuk tiap indikator

kemampuan berpikir kreatif

− Uji hubungan

2

Pengalaman belajar peserta didik dan pemahaman terhadap pembelajaran berbasis masalah.

− Hitung prosentase data

setiap pernyataan

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk analisis data hasil belajar peserta didik, baik untuk kemampuan penguasaan konsep maupun maupun kemampuan berpikir kreatif. Statistik deskriptif bertujuan untuk memperoleh gambaran umum dari hasil belajar yang diperoleh peserta didik. Hasil dari perhitungan data statistik deskiptif biasanya berupa skor rata-rata, standar deviasi, skor minimum, skor maksimun dan jumlah data yang diperoleh.

2. N-gain

Nilai nilai N-gain dapat menentukan tinggi atau rendahnya pengaruh dari perlakuan yang diberikan terhadap pencapaian skor tertentu. Misalnya dalam penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan penguasaan konsep dan berpikir kreatif peserta didik sebelum dan sesudah pembejajaran. Pengolahan data dihitung berdasarkan skor persen N-gain yang dinormalisasi dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh (Hake, 1998:65), dengan rumus sebagai berikut:

%N-gain


(25)

Dimana, Spost = nilai postes; Spre = nilai pretes; Smax= nilai maksimal. Terdapat tiga kategori peningkatan nilai N-gain seperti diperlihatkan pada Tabel 3.8

Tabel 3. 8 Klasifikasi N-gain Hake

Kategori perolehan N-gain Keterangan

N-gain > 0,70 0,3 < N-gain> 0,7

N-gain < 0,30

Tingi Sedang Rendah

3. Uji Statistik

Uji statistik dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang hubungan antara kemampuan penguasaan konsep dengan kemampuan berpikir kreatif. Uji statistik ini dilakukan pada data hasil belajar peserta didik untuk skor kemampuan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kreatif. Ketentuan dalam menggunakan uji statistik adalah normalitas dari data yang digunakan.

Uji hubungan atau korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara kemampuan penguasaan konsep dengan kemampuan berpikir kreatif. Sedangkan uji pengaruh digunakan untuk mengetahui signifikasi/tidaknya pengaruh yang diberikan. Gambar 3.2 memperlihatkan alur uji statistik yang digunakan pada uji hubungan untuk setiap variabel yang digunakan.

Skor Tes

Uji Normalitas

Normal Tidak Normal

Uji Parametrik Uji Non Parametrik


(26)

Persentase signifikasi/tidaknya hubungan antar variabel dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi (p-value) hitung dengan ketetapan dari tingkat kepercayaan (α) yang dibuat yaitu 0,05. Uji statistik pada penelitian ini mengunakan Statistical Product and Servise (SPSS) seri 20.

Jika hasil pengujian normalitas menunjukan data terdistribusi normal maka digunakan pengujian statistik parametrik korelasi moment product (korelasi Pearson), (Sugiyono, 2013: 218). Perhitungan korelasi dapat menggunakan rumus:

√ ∑ ∑

Kemudian untuk menentukan apakah harga yang diperoleh signifikan atau tidak maka perlu dilakukan uji signifikannya dengan rumus z berikut atau dapat membandingkannya dengan tabel korelasinya.

Sedangkan jika data terdistribusi normal maka digunakan pengujian statistik parametrik korelasi Spearman (Santoso, 2010: 24). Perhitungan korelasi dapat menggunakan rumus :

(Santoso, 2010:236) Keterangan:

ρ= nilai korelasi Spearman

b= jumlah kuadrat selisih rangking variabel x dan y n= jumlah sampel

Tabel 3.9 Makna Nilai Korelasi Spearman

Nilai Makna

0,00 – 0,19

0,20 - 0,39 0,40 - 0,59 0,60 - 0,79 0,80 - 1,00

Sangat rendah/sangat lemah Rendah/lemah

Sedang Tinggi/kuat Sangat tingi/sangat kuat Sumber: Sugiyono (2013)


(27)

Pada tabel hasil perhitungan SPSS, nilai signifikansi hitung ditunjukan pada tabel dengan nama kolom sig. Nilai pada kolom inilah yang dibandingkan dengan nilai 0,05. Pengambilan keputusan untuk perbandingan p-value dengan σ adalah; (1) Jika p-value lebih besar atau sama dengan 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel yang diuji dan sebaliknya (2) Jika p value lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel yang diuji. Ketentuan di atas berlaku pula untuk memutuskan normalitas data yang digunakan, yaitu (1) Jika p-value lebih besar atau sama dengan 0,05, maka dapat dikatakan bahwa data normal dan sebaliknya (2) Jika p-value lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa data tidak terdistribusi normal.

4. Analisis Data yang Diperoleh dari Angket

Data dari angket diperoleh dalam bentuk skala kualitatif dikonversi menjadi skala kuantitatif. Hasil angket yang berdagrasi empat dianalisis dengan cara mencari nilai rata-rata dari setiap pernyataan untuk setiap pilihan jawaban, yaitu dengan memberikan nilai untuk rata-rata pilihan seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.10 Skor Jawaban Berdasarkan Skala Linkert Angket Empat Pilihan

Pilihan Jawaban Skor Positif Skor Negatif

SS = Sangat setuju S = Setuju TS = Tidak setuju STS = Sangat tidak setuju

4 3 2 1 1 2 3 4 Sumber: Riduwan dan Sunarto (2011: 21)

Nilai rata-rata

Keterangan:

f = korelasi rata-rata peserta didik a = nilai untuk masing- masing opsion n = jumlah peserta didik

Berdasaarkan rata-rata skor angket tanggapan peserta didik yang diperoleh, kemudian ditentukan interpretasi persentasi kelompok responden tanggapan peserta didik sebagai berikut:


(28)

Sangat lemah lemah cukup kuat sangat kuat (Riduwan dan Sunarto, 2011


(29)

(30)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran berbasis masalah mampu meningkatkan kemampuan penguasaan konsep dan berpikir kreatif siswa, secara lebih rinci dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Karakteristik pembelajaran berbasis masalah merupakan proses pembelajaran yang menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Pembelajaran berbasis masalah pada penanganan oli bekas terdiri atas lima tahap, yang meliputi penemuan masalah; analisis masalah dan isu; melakukan penyelidikan dan melaporkan hasil temuan; mempresentasikan hasil temuan pemecahan masalah dan melakukan refleksi; serta kesimpulan, integrasi dan evaluasi.

2. Pembelajaran berbasis masalah mampu meningkatkan penguasaan konsep siswa tentang penanganan oli bekas dengan kategori peningkatan sedang, adapun peningkatan tertingi terjadi pada jenjang kognitif C4 (analisis) dan terendah pada jenjang kognitif C5 (evaluasi)

3. Pembelajaran berbasis masalah mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dengan kategori peningkatan rendah, peningkatan tertingi terjadi pada indikator berpikir luwes (flexibility) dan peningkatan terendah terjadi pada indikator berpikir lancar (fluency).

4. Kemampuan berpikir kreatif memiliki hubungan signifikan dengan penguasaan konsep dengan derajat hubungan sedang.

5. Siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap pembelajaran berbasis masalah karena mampu meningkatkan motivasi siswa, penguasaan materi dan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif


(31)

B. Rekomendasi

Saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada indikator penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kreatif yang mengalami peningkatan rendah.

2. Perlunya dilakukan penelitian lain pada indikator kemampuan berpikir kreatif yang belum diteliti yaitu pada indikator menilai (evaluasy)

3. Pembelajaran berbasis masalah hendaknya direncanakan dengan baik seperti alokasi waktu, materi yang akan diajarkan dan pengenalan model di awal pertemuan.


(32)

DAFTAR RUJUKAN

Akinoglu, O, & Tandagon, R.O. (2007) The effec of problem based active learning in sciene education on student academic achievement, attitude and concept learning. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 3 (1), 71-81. Tersedia [online]: http:www.ejmdie.com.[01 mei 2006]

Alghofri, A. S and Nizam, H (2014). “The Effects of Integrating Creatif and Critical Thinking on Scools Students’ Thinking “International Journal of Social science and Humanity. 4, (6), 22-33: U.P. College of Education.

Allen, D.E, Duch, J.B, & Grog, S.E. (2007). The power of problem based learning a practical “how to” for teaching undergraduate courses in any discipline. Virginia: Stylus Publishing.

Anderson, L. W. dan Krathwohl, D. R. (2001). A taxonomy for learning , teaching and assesing. A revision of bloom’s taxonomy of education objectives. Newyork: Longman

Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. (2010). Kerangka landasan untuk pembelajaran, pengajaran dan asesmen. Yogyakarta: Pustaka Belajar Arends. R (2012). Learning To Teach. Six Edition. New York USA: McGraw-Hill

Companies,Inc. Harris R. Introduction of creative thinking

Baharuddin. (1982). Peranan Kemampuan Dasar Intelektual Sikap dan Pemahaman dalam Fisika terhadap Kemampuan Siswa di Sulawesi Selatan Membangun Model Mental. Disertasi Doktor FPS IKIP Bandung. IKIP Bandung: Tidak Diterbitkan

Chang, R (2005). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Charif, Mona. (2010). The Effects Of Problem Based Learning In Chemistry Education On Middle School Students’ Academic Achievemen And Attitude. Project submitted in partial fulfillment of the requirements for the Degree of Masterol Education. Lebanise American University

Costa, A. L. (1985). Developing minds: A resource book for teaching thinking. Association for Supervision and Curriculum Development. Virginia: Alexandria.

Depdiknas, (2003). Pengajaran Berbasis Masalah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional


(33)

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Peraturan pemerintah menteri pendidikan nasional nomor 23 Tahun 2006 tentang dasar kompetensi lulusan. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2013). Undang-undang no. 66 tahun 2013 tentang sistem pendidikan nasional. Jakarta: Depdiknas.

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta:Erlangga.

. (2011). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran . Jakarta:Erlangga

Duch, B.J., Grog, S.E., and Allen, D.E. (2007). The Power of Problem Based Learning A Practical “How to” For Teaching Undergraduate Courses In Any Discipline. Virginia: Stylus Publishing.

Evans, J.R. (1991). Creative thinking in the decision and management science. Cincinnati: South-Western Publishing Co.

Fessenden, R. J. & Fessenden, J. S. (2008). Kimia Organik. Jakarta : Penerbit Erlangga

Firman, H. (2007). Laporang Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil FISA Nasional Tahun 2006. Jakarta. Balitbang Depdiknas.

Firman, H. (2013). Evaluasi Pembelajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Fitriana, I. S. (2010). Penggunaan Multimedia Inteaktif (MMI) dalam Proses Pembelajaran Materi Teori Kinetik Gas Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan berpikir kretif Siswa SPs UPI: Tidak diterbitkan

Guilford, J.P. (1967). The Nature of Human Intelligence. New York: MacGraw-Hill.

Hake, R. R. (1998). Analyzing Change/Gain Scores. AERA-D_American Educational Research Association’s Division, Measurement and research Methodology.

Ibrahim, M. & Nur, M. (2000). Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya. University Press.

Jauhar, M. (2011). Implementasi PAIKEM dari Behavioristik sampai Konstruktivistik Sebuah Pengembangan Pembelajaran Berbasis CTL (Contextual Theaching & Learning). Jakarta: Prestasi Pustaka

Kaharu, S. (2010). Penggunaan Hypermedia Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan berpikir kretif Mahasiswa dalam Pembelajaran Rangkaian Listrik Arus.Tesis pada SPs UPI: Tidak diterbitkan


(34)

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2002). Departemen Pendidikan Nasional Edisi ke-3. Jakarta: Balai Pustaka, Gramedia.

Kaufman, J.C., Plucker, & Russel. (2012). Identifying and Assessing Creativity as a Component of Giftedness. Journal of Psychoeducational Assessment. 30. (1). 60-73.

Koswara, D. & Halimah. (2008). Bagaimana Menjadi Guru Kreatif. Bandung: PT Pribumi Mekar.

Lamboros, A. (2004). Problem-Based Learning in Middle and High School Classrooms: A Theacher’s Guide to Implementation. California: Corwin Press.

Liliasari. (2006). Peningkatan Kualitas Guru Sains Melalui Pengembangan Keterampilan Tinggi. Makalah UPI Bandung.

Livne, N.L. (2008) Enhancing Mathematical Creativity through Multiple Solution to Open-Endid Problems Online. [Online] Tersedia: http:/www.iste.org/Conten/NavigationMenu/Research/NECC_Research_P aper_Archives/NECC2008/Livne.pdf. [7 Mei 2009]

Maslow, A.H. (1997). Toward Psykology of Being. New York: Van Nostrand

Mc Gregor, D. (2007) Developing Thinking Developing Learning. Poland: Open University Press

Moore, J. T. (2007). Kimia For Dummies. Pakar Raya Pakarnya pustaka Bandung.

Munandar,U. (1985). Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia.

. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

. (2012) Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Nendaz, M. R. and Tekian, A. (1999). Assessment in problem-based learning medical schools: A literature review. Teaching and Learning in Medicine, 11(4), 232-243.

OECD. (2003). The PISA 2003 Assessment Framework, Matematics, Reading, Science and Problem Solving, Knowledge and Skill. Paris: OECD

Park, H. (2004). The Effects of Devergent Production Activities With Math Inquiry and Think Aloud of Students With Math Difficulty. Desertasi. [Online]


(35)

Permendikbud. (2013). Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

Permendikbud. No 60. (2014). Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/MAK.

Permendiknas RI No. 23. (2006). Standar kelulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.Jakarta: Menteri pendidikan nasional.

Presseisen, B.Z. (1985). Thinking Skill : Meaning and Models. A.L. Costa (ed). Developing Minds: A Resource Book For Teaching Thinking. Alexandra : ASCD.

Purwanto. (2008). Kreatifitas Berpikir Menurut Guilford. Journal Pendidikan dan Kebudayaan, No 174, Tahun ke-14. Tersedia: isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1407408856867. Pdf [7 Juli 2012].

Riduwan dan Sunarto. (2011). Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung: Alpabeta

Sanjaya, W. (2006).Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Santoso, Singgih. (2010). Statistik Nonparametrik: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT. Gramedia

Shidarta, A. (2005). Keterampilan Berpikir. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam.

Silver, E. A. (1997). Fostering Creativity through Instruction Rich in Mathematical Problem Solving and Problem Posing. Zentralblatt fur Didaktik der Mathematik (ZDM) – The International Journal on Mathematics Education. [Online]. Tersedia di: http:/www.emis.de/journals [15 Januari 2008]

Sunarya, Y. & Setiabudi, A. (2009). Mudah Dan Aktif Belajar Kimia 1 Untuk SMA/MA Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sonmez, D & Lie , H. (2003) Problem based Learning in Science. Tersedia [online] http : www,ericse.org. [01 Mei 2007]

Sugiyono. (2002). Metode penelitian Administrasi . Bandung: Alfabeta.

. (2013). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Supriadi, D. (1994). Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan Iptek. Bandung: Alfabeta


(36)

Tan, O. S. (2003). Problem-based Learning Innovation : Using Problems to Power Learning in 21 Century. Singapore: Thomson Learning

. (2009) Problem Based Learning and Creativity. Singapura : Cengage Learning

Tarhan, L. Et, al. (2008). “Problem-Based Learning in 9th Grade Chemistry Class: Intermolecular Force”. Res Sci Educ. 38:285-300

Torrance, E.P. Et, al. (1976). Khatena- Torrance Creative Perception Inventory. Chicago: Stoelting.

Uno, H. B. (2006). Teori motivasi dan pengukurannya. Gorontalo: Bumi Aksara.

Wang, H. C., Thomson, P., & Shuler, C.F. (1998). Essential Components of Problem-Based Learning for the K-12 Inquary Science Instruction. University of Shouthern California.

Wiersma, W & Jurs G.S. (2009). Resesach Methods in Education: An Introduction. Pearson: Boston.

Worthington, M. (2nuari006). Creativity Meets Mathematics. [Online] Tersedia:

http://www.childrensmathematics.net/creativity mathematics.pdf. [15


(37)

(1)

DAFTAR RUJUKAN

Akinoglu, O, & Tandagon, R.O. (2007) The effec of problem based active learning in sciene education on student academic achievement, attitude and concept learning. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 3 (1), 71-81. Tersedia [online]: http:www.ejmdie.com.[01 mei 2006]

Alghofri, A. S and Nizam, H (2014). “The Effects of Integrating Creatif and Critical Thinking on Scools Students’ Thinking “International Journal of Social science and Humanity. 4, (6), 22-33: U.P. College of Education. Allen, D.E, Duch, J.B, & Grog, S.E. (2007). The power of problem based learning

a practical “how to” for teaching undergraduate courses in any discipline. Virginia: Stylus Publishing.

Anderson, L. W. dan Krathwohl, D. R. (2001). A taxonomy for learning , teaching and assesing. A revision of bloom’s taxonomy of education objectives. Newyork: Longman

Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. (2010). Kerangka landasan untuk pembelajaran, pengajaran dan asesmen. Yogyakarta: Pustaka Belajar Arends. R (2012). Learning To Teach. Six Edition. New York USA: McGraw-Hill

Companies,Inc. Harris R. Introduction of creative thinking

Baharuddin. (1982). Peranan Kemampuan Dasar Intelektual Sikap dan Pemahaman dalam Fisika terhadap Kemampuan Siswa di Sulawesi Selatan Membangun Model Mental. Disertasi Doktor FPS IKIP Bandung. IKIP Bandung: Tidak Diterbitkan

Chang, R (2005). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Charif, Mona. (2010). The Effects Of Problem Based Learning In Chemistry Education On Middle School Students’ Academic Achievemen And Attitude. Project submitted in partial fulfillment of the requirements for the Degree of Masterol Education. Lebanise American University

Costa, A. L. (1985). Developing minds: A resource book for teaching thinking. Association for Supervision and Curriculum Development. Virginia: Alexandria.

Depdiknas, (2003). Pengajaran Berbasis Masalah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Depdiknas. (2006). Pendidikan sains di Indonesia berdasarkan hasil pisa. Jakarta: Depdiknas.


(2)

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Peraturan pemerintah menteri pendidikan nasional nomor 23 Tahun 2006 tentang dasar kompetensi lulusan. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2013). Undang-undang no. 66 tahun 2013 tentang sistem pendidikan nasional. Jakarta: Depdiknas.

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta:Erlangga.

. (2011). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran . Jakarta:Erlangga Duch, B.J., Grog, S.E., and Allen, D.E. (2007). The Power of Problem Based

Learning A Practical “How to” For Teaching Undergraduate Courses In Any Discipline. Virginia: Stylus Publishing.

Evans, J.R. (1991). Creative thinking in the decision and management science. Cincinnati: South-Western Publishing Co.

Fessenden, R. J. & Fessenden, J. S. (2008). Kimia Organik. Jakarta : Penerbit Erlangga

Firman, H. (2007). Laporang Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil FISA Nasional Tahun 2006. Jakarta. Balitbang Depdiknas.

Firman, H. (2013). Evaluasi Pembelajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Fitriana, I. S. (2010). Penggunaan Multimedia Inteaktif (MMI) dalam Proses Pembelajaran Materi Teori Kinetik Gas Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan berpikir kretif Siswa SPs UPI: Tidak diterbitkan

Guilford, J.P. (1967). The Nature of Human Intelligence. New York: MacGraw-Hill.

Hake, R. R. (1998). Analyzing Change/Gain Scores. AERA-D_American

Educational Research Association’s Division, Measurement and research

Methodology.

Ibrahim, M. & Nur, M. (2000). Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya. University Press.

Jauhar, M. (2011). Implementasi PAIKEM dari Behavioristik sampai Konstruktivistik Sebuah Pengembangan Pembelajaran Berbasis CTL (Contextual Theaching & Learning). Jakarta: Prestasi Pustaka

Kaharu, S. (2010). Penggunaan Hypermedia Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan berpikir kretif Mahasiswa dalam Pembelajaran Rangkaian Listrik Arus.Tesis pada SPs UPI: Tidak diterbitkan


(3)

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2002). Departemen Pendidikan Nasional Edisi ke-3. Jakarta: Balai Pustaka, Gramedia.

Kaufman, J.C., Plucker, & Russel. (2012). Identifying and Assessing Creativity as a Component of Giftedness. Journal of Psychoeducational Assessment. 30. (1). 60-73.

Koswara, D. & Halimah. (2008). Bagaimana Menjadi Guru Kreatif. Bandung: PT Pribumi Mekar.

Lamboros, A. (2004). Problem-Based Learning in Middle and High School Classrooms: A Theacher’s Guide to Implementation. California: Corwin Press.

Liliasari. (2006). Peningkatan Kualitas Guru Sains Melalui Pengembangan Keterampilan Tinggi. Makalah UPI Bandung.

Livne, N.L. (2008) Enhancing Mathematical Creativity through Multiple Solution to Open-Endid Problems Online. [Online] Tersedia:

http:/www.iste.org/Conten/NavigationMenu/Research/NECC_Research_P aper_Archives/NECC2008/Livne.pdf. [7 Mei 2009]

Maslow, A.H. (1997). Toward Psykology of Being. New York: Van Nostrand Mc Gregor, D. (2007) Developing Thinking Developing Learning. Poland: Open

University Press

Moore, J. T. (2007). Kimia For Dummies. Pakar Raya Pakarnya pustaka Bandung.

Munandar,U. (1985). Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia.

. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

. (2012) Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Nendaz, M. R. and Tekian, A. (1999). Assessment in problem-based

learning medical schools: A literature review. Teaching and

Learning in Medicine, 11(4), 232-243.

OECD. (2003). The PISA 2003 Assessment Framework, Matematics, Reading, Science and Problem Solving, Knowledge and Skill. Paris: OECD

Park, H. (2004). The Effects of Devergent Production Activities With Math Inquiry and Think Aloud of Students With Math Difficulty. Desertasi. [Online] Tersedia: 2004; jsessionid sequence=1 [15 November 2007]


(4)

Permendikbud. (2013). Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

Permendikbud. No 60. (2014). Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/MAK.

Permendiknas RI No. 23. (2006). Standar kelulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Jakarta: Menteri pendidikan nasional.

Presseisen, B.Z. (1985). Thinking Skill : Meaning and Models. A.L. Costa (ed). Developing Minds: A Resource Book For Teaching Thinking. Alexandra : ASCD.

Purwanto. (2008). Kreatifitas Berpikir Menurut Guilford. Journal Pendidikan dan

Kebudayaan, No 174, Tahun ke-14. Tersedia:

isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1407408856867. Pdf [7 Juli 2012].

Riduwan dan Sunarto. (2011). Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung: Alpabeta

Sanjaya, W. (2006).Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Santoso, Singgih. (2010). Statistik Nonparametrik: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT. Gramedia

Shidarta, A. (2005). Keterampilan Berpikir. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam.

Silver, E. A. (1997). Fostering Creativity through Instruction Rich in Mathematical Problem Solving and Problem Posing. Zentralblatt fur Didaktik der Mathematik (ZDM) – The International Journal on Mathematics Education. [Online]. Tersedia di: http:/www.emis.de/journals [15 Januari 2008]

Sunarya, Y. & Setiabudi, A. (2009). Mudah Dan Aktif Belajar Kimia 1 Untuk SMA/MA Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sonmez, D & Lie , H. (2003) Problem based Learning in Science. Tersedia [online] http : www,ericse.org. [01 Mei 2007]

Sugiyono. (2002). Metode penelitian Administrasi . Bandung: Alfabeta. . (2013). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Supriadi, D. (1994). Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan Iptek. Bandung: Alfabeta


(5)

Tan, O. S. (2003). Problem-based Learning Innovation : Using Problems to Power Learning in 21 Century. Singapore: Thomson Learning

. (2009) Problem Based Learning and Creativity. Singapura : Cengage Learning

Tarhan, L. Et, al. (2008). “Problem-Based Learning in 9th Grade Chemistry Class: Intermolecular Force”. Res Sci Educ. 38:285-300

Torrance, E.P. Et, al. (1976). Khatena- Torrance Creative Perception Inventory. Chicago: Stoelting.

Uno, H. B. (2006). Teori motivasi dan pengukurannya. Gorontalo: Bumi Aksara. Wang, H. C., Thomson, P., & Shuler, C.F. (1998). Essential Components of

Problem-Based Learning for the K-12 Inquary Science Instruction. University of Shouthern California.

Wiersma, W & Jurs G.S. (2009). Resesach Methods in Education: An Introduction. Pearson: Boston.

Worthington, M. (2nuari006). Creativity Meets Mathematics. [Online] Tersedia: http://www.childrensmathematics.net/creativity mathematics.pdf. [15 Januari 2008]


(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN PENGUASAAN KONSEP KIMIA SISWA SMA DALAM KONTEKS PEMANFAATAN LIMBAH MINYAK JELANTAH.

0 2 48

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PADA KONSEP SPESIASI.

0 0 6

PENGARUH TAHAPAN PREDIKSI DAN DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BERBASIS LEARNING CYCLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM SARAF PADA SISWA SMA.

0 0 40

DAMPAK PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA FENOMENA KOROSI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS X SMK.

0 0 48

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KECAKAPAN BERPIKIR SISWA KELAS XI PADA KONSEP SISTEM PENCERNAAN.

0 4 48

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM.

0 10 44

STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA TOPIK KOROSI.

0 6 41

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PENGUASAAN KONSEP DAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMK PADA PENANGANAN OLI BEKAS - repository UPI T KIM 1204861 Title

0 0 4

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI DUNIA TUMBUHAN

0 1 7

PENGARUH STRATEGI BRAINSTORMING PADA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS X SMK NEGERI KEBASEN

0 0 15