DAMPAK PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA FENOMENA KOROSI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS X SMK.

(1)

DAMPAK PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

PADA FENOMENA KOROSI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS X SMK

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh:

Emma Amalia Sholihah NIM.1201689

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

DAMPAK PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

PADA FENOMENA KOROSI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS X SMK

Oleh

Emma Amalia Sholihah S.Pd IAIN SGD Bandung, 2002

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Kimia Sekolah Pasca Sarjana

© Emma Amalia Sholihah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN EMMA AMALIA SHOLIHAH

1201689

DAMPAK PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

PADA FENOMENA KOROSI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS X SMK

disetujui dan disahkan oleh pembimbing Pembimbing I

Dr. MOMO ROSBIONO, M.Pd., M.Si NIP. 195712111982031006

Pembimbing II

Dr. WAHYU SOPANDI, M.A NIP. 196605251990011001

Mengetahui

Plt. Ketua Program Studi S2 Pendidikan Kimia Sekolah Pasca Sarjana UPI


(4)

Emma Amalia Sholihah 1201689

DAMPAK PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA FENOMENA KOROSI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS X SMK

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PENGUJI

Penguji I Penguji II

Dr. Momo Rosbiono, M.Pd., M.Si NIP. 195712111982031006

Dr. Wahyu Sopandi, M.A NIP. 196605251990011001

Penguji III Penguji IV

Prof. Dr. Liliasari, M.Pd NIP. 194909271978032001

Dr. Yayan Sunarya, M.Si NIP. 196102081990031004

Mengetahui

Plt. Ketua Program Studi S2

Pendidikan Kimia Sekolah Pasca Sarjana UPI


(5)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN i

KATA PENGANTAR ii

UCAPAN TERIMA KASIH iii

ABSTRAK iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian 7

D. Manfaat Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Berbasis Masalah 8

B. Kemampuan Berpikir Kreatif 20

C. Pemahaman Konsep 33

D. Model Pembelajaran Konvensional 36

E. Konsep Korosi 38

F. Kerangka Berpikir 49

G. Hipotesis Penelitian 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi, Subjek dan Waktu Penelitian 51

B. Desain Penelitian 51

C. Metode Penelitian 52

D. Definisi Operasional 52

E. Instrumen Penelitian 53

F. Proses Pengembangan Instrumen 55

G. Teknik Pengumpulan Data 60

H. Analisis Data 60


(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Keterlaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah Yang Dikembangkan Pada Fenomena Korosi

74 B. Dampak Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Fenomena Korosi

Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

100 C. Dampak Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Fenomena Korosi

Terhadap Pemahaman Konsep Siswa

111 D. Pengaruh pemahaman konsep terhadap kemampuan berpikir siswa

pada fenomena korosi

117 E. Tanggapan siswa dalam mempelajari konsep korosi dengan

menerapkan model pembelajaran berbasis masalah

118

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 122

B. Saran 123

DAFTAR PUSTAKA 124

LAMPIRAN-LAMPIRAN 128

DOKUMENTASI PENELITIAN 288


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Langkah-Langkah dan Tingkah Laku Guru Dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah

13 2.2 Indikator Kreativitas Berpikir atau Berpikir Kreatif 22 2.3 Kerangka berpikir PBL terhadap kreativitas dan pemahaman konsep 49

3.1 Desain penelitian 51

3.2 Kisi-kisi Soal Kemampuan Berpikir Kreatif 53

3.3 Kisi-kisi Soal Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa 54

3.4 Kriteria validitas butir soal 57

3.5 Interpretasi Reliabilitas 58

3.6 Kriteria interpretasi daya pembeda 59

3.7 Kriteria Interpretasi Indeks Kesukaran 59

3.8 Hasil Ujicoba Pilihan Ganda 61

3.9 Hasil Ujicoba Tes Uraian 61

3.10 Rekapitulasi Hasil Ujicoba 1 Pilihan Ganda 62

3.11 Rekapitulasi Hasil Ujicoba 2 Pilihan Ganda 63

3.12 Rekapitulasi Hasil Ujicoba Tes Uraian 64

3.13 Kriteria gain normalisasi 65

3.14 Pedoman Penskoran Angket Tanggapan Siswa 69

3.15 Kriteria Persentase Hasil Angket 70

3.16 Implementasi pembelajaran berbasis masalah pada konsep korosi 72 4.1 Jenis pertanyaan yang disusun tiap kelompok siswa 76 4.2 Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyusun pertanyaan dari

wacana

78 4.3 Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Setiap Pertanyaan 79

4.4 Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan 80

4.5 Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menjawab pertanyaan 82 4.6 Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Setiap Pertanyaan 82

4.7 Kemampuan siswa dalam merumuskan masalah. 84

4.8 Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam merumuskan masalah 85

4.9 Kemampuan siswa dalam mengidentifikasi masalah 86

4.10 Kemampuan berpikir siswa dalam mengidentifikasi masalah. 88

4.11 Kemampuan siswa dalam merancang percobaan. 89

4.12 Skor kemampuan siswa dalam merancang percobaan 89

4.13 Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam merancang percobaan 90 4.14 Kemampuan siswa dalam membuat laporan hasil penyelidikan 92 4.15 Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam membuat laporan hasil

penyelidikan

94 4.16 Kemampuan siswa dalam menjawab evaluasi kelompok 96

4.17 Skor hasil jawaban evaluasi kelompok. 97

4.18 Hasil pengamatana keterlaksanaan model pembelajaran berbasis masalah

98 4.19 Rekapitulasi persentase rata-rata skor pretest, posttest dan N-Gain untuk

setiap indikator kemampuan berpikir kreatif pada kelompok eksperimen


(8)

dan kelompok kontrol

4.20 Data hasil uji normalitas dan uji homogenitas terhadap pretest dan posttest

103 4.21 Hasil uji beda rata-rata pretest dan postest kemampuan berpikir kreatif

siswa kelompok eksperimen

104 4.22 Hasil uji beda rata-rata pretest dan postest kemampuan berpikir kreatif

siswa kelompok kontrol

104 4.23 Uji Beda Rata-rata pretest Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol

105 4.24 Uji Non parametrik N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol

106 4.25 Persentase Pemahaman Konsep berdasarkan setiap indikator konsep

korosi

112 4.26 Hasil uji normalitas dan homogenitas pemahaman konsep kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol

113 4.27 Hasil uji beda rata-rata pretest dan postest pemahaman konsep siswa

kelompok eksperimen

114 4.28 Hasil uji beda rata-rata pretest dan postest pemahaman konsep siswa

kelompok kontrol

115 4.29 Hasil uji beda rata-rata posttest pemahaman konsep kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol

115 4.30 Hasil uji korelasi postest pemahaman konsep dengan kemampuan

berpikir kreatif kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

118 4.31 Butir pernyataan tanggapan siswa terhadap model pembelajaran berbasis

masalah


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Alur Pembelajaran Berbasis Masalah 17

2.2 Logam Besi Sebelum dan Sesudah Terkorosi 40

2.3 Proses Korosi pada Besi 41

2.4 Reaksi Mekanisme Korosi Pada Besi 42

2.5 Bangkai Kapal di Dasar Laut Terkorosi Oleh Kandungan Garam yang Tinggi

43

2.6 Proteksi Katodik Pada Pipa Besi 47

3.1 Alur Penelitian 73

4.1 Tingkat Relevansi pertanyaan siswa dengan wacana. 77

4.2 Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan 81

4.3 kemampuan berpikir siswa dalam mengidentifikasi masalah. 87

4.4 Kemampuan siswa dalam merancang percobaan 90

4.5 Kemampuan siswa dalam membuat laporan hasil penyelidikan. 93 4.6 Persentase skor rata-rata indikator kemampuan berpikir kreatif

evaluasi kelompok.

98 4.7 Perbandingan N-Gain untuk setiap indikator kemampuan berpikir

kreatif siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

101 4.8 Diagram perbandingan persentase rata-rata skor N-Gain kemampuan

berpikir kreatif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

102 4.9 Diagram perbandingan skor rata-rata N-gain pemahaman konsep

siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

111 4.10 Perbandingan persentase N-Gain pemahaman konsep siswa terhadap

setiap indikator konsep korosi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

112

4.11 Grafik persentasi rata-rata angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran berbasis masalah.


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 128

A.2 Lembar Kerja Siswa (LKS) 140

A.3 Format Penilaian LKS 151

A.4 Peta Konsep Korosi 163

A.5 Struktur Makro 164

A.6 Bahan Ajar Korosi 166

B.1 Butir Soal Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dan Pemahaman Konsep Korosi

182 B.2 Kisi-Kisi Butir Soal Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dan

Pemahaman Konsep Korosi

190

B.3 Hasil Revisi Validasi butir soal 210

B.4 Format Observasi Kegiatan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah

227 B.5 Format Observasi Kegiatan Guru Dalam Pembelajaran 229

B.6 Format Tanggapan Siswa Tentang Pembelajaran 230

C.1 Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen 232

C.2 Data Hasil Pretest Kelompok Kontrol 234

C.3 Skor Data Hasil Pretest Pemahaman Konsep Kelompok Eksperimen 236 C.4 Skor Data Hasil Pretest Pemahaman Konsep Kelompok Kontrol 238

C.5 Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen 240

C.6 Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol 242

C.7 Skor Data Hasil Posttest Pemahaman Konsep Kelompok Eksperimen

244 C.8 Skor Data Hasil Posttest Pemahaman Konsep Kelompok Kontrol 246 C.9 Hasil Pengolahan Skor Rata-Rata Pretest, Postest Dan N-Gain

Untuk Kemampuan Berpikir Kreatif

248 C.10 Hasil Pengolahan Skor Rata-Rata Pretest, Postest Dan N-Gain

Pemahaman Konsep Siswa

249

C.11 Rekapitulasi Hasil Tanggapan Siswa 250

C.12 Hasil Observasi Kegiatan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah

251 C.13 Hasil Observasi Kegiatan Guru Dalam Pembelajaran 253 C.14 Data Pengujian Statistik Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol

254 C.15 Jenis Pertanyaan Yang Disusun Tiap Kelompok Siswa 266 C.16 Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Menyusun Pertanyaan

Dari Wacana

269

C.17 Kemampuan Siswa Dalam Menjawab Pertanyaan 270

C.18 Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Menjawab Pertanyaan 275

C.19 Kemampuan Siswa Dalam Merancang Percobaan. 276

C.20 Kemampuan Siswa Dalam Membuat Laporan Hasil Penyelidikan 279 C.21 Kemampuan Siswa Dalam Menjawab Evaluasi Kelompok 284


(11)

DAMPAK PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

PADA FENOMENA KOROSI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS X SMK

Emma Amalia Sholihah (1201689) ABSTRAK

Penelitian ini didasarkan pada masih rendahnya pendidikan di Indonesia dalam mengimplementasi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Salah satu pola pikir dalam kurikulum 2013 menyempurnakan pola pembelajaran aktif menggantikan pola pembelajaran pasif. Berdasarkan alasan tersebut maka tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran tentang dampak pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan siswa berpikir kreatif dan pemahaman konsep kimia khususnya pada fenomena korosi. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode penelitian quasi experiment dengan nonequivalent control group design. Dalam desain ini, kelompok eksperimen yang diberi perlakuan pembelajaran berbasis masalah, sedangkan kolompok kontrol diberi perlakuan pembelajaran konvensional. Subjek penelitian adalah siswa kelas X salah satu SMK di Majalengka tahun ajaran 2013-2014. Instrumen yang digunakan terdiri atas butir soal yakni soal uraian dan soal pilihan ganda, LKS, angket, dan format observasi kegiatan siswa dan guru. Hasil penelitian menunjukkan dampak pembelajaran berbasis masalah mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dengan peningkatan tertinggi pada kemampuan berpikir lancar kategori tinggi (%N-Gain 70) sedangkan terendah pada kemampuan berpikir elaborasi kategori sedang (%N-Gain 44). Hasil uji t terhadap gain kelompok eksperimen dan kontrol menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah secara signifikan mampu lebih meningkatkan berpikir kreatif siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Dampak pembelajaran berbasis masalah mampu meningkatkan pemahaman konsep korosi dengan peningkatan tertinggi pada indikator mendeskripsikan proses kimia terjadinya korosi kategori tinggi (%N-Gain 75) sedangkan terendah pada indikator menjelaskan cara pencegahan korosi kategori sedang (%N-Gain 46). Hasil uji t terhadap gain kelompok eksperimen dan kontrol menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pemahaman konsep secara signifikan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Siswa memberikan tanggapan positif yakni setuju terhadap penerapan pembelajaran berbasis masalah.


(12)

IMPACT ON PROBLEM-BASED LEARNING PHENOMENA OF CORROSION OF CREATIVE THINKING SKILLS

AND CONCEPT UNDERSTANDING CLASS X SMK Emma Amalia Sholihah (1201689)

Abstract

This study is based on education in Indonesia is still low in implementing learning to improve the ability to think creatively. One of the mindset of the 2013 curriculum enhance active learning pattern replace passive learning patterns. Based on these reasons, the purpose of this research to gain an overview of the impact of problem-based learning on students' ability to think creatively and understanding of chemistry concepts in particular the corrosion phenomena. To achieve these objectives the study used quasi-experimental methods with nonequivalent control group design. In this design, the experimental group treated with problem-based learning, whereas the untreated control group conventional learning. The subjects were students of class X in Majalengka one vocational school year 2013-2014. The instrument used consisted of a description about the item and multiple choice questions, worksheets, questionnaires, and format of student activities and teacher observation. The results showed the impact of problem-based learning can improve the ability to think creatively with the highest increase in the ability to think well of high category (N-Gain 70%) while the lowest in the ability to think elaboration medium category (N-Gain 44%). The results of the t test to gain experimental and control groups showed that problem-based learning can significantly increase students' creative thinking compared with conventional learning models. The impact of problem-based learning is able to improve the understanding of the concept of corrosion with the highest increase in the indicators describe the chemical process of corrosion of high category (N-Gain 75%) while the lowest in the indicators describes how corrosion prevention medium category (N-Gain 46%). The results of the t test to gain experimental and control groups showed that there was no significant difference in students' understanding of concepts that get learning using problem-based learning compared with conventional learning models. Students give positive feedback which agrees to the application of problem-based learning.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Di dalam proses pembelajaran IPA, lebih menekankan pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar secara ilmiah dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis. Oleh karena itu pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta dapat menerapkannya pada kehidupan sehari-hari.

Salah satu rumpun pelajaran IPA adalah kimia, kimia mempunyai karakteristik yang sama dengan IPA. Karakteristik tersebut misalnya; di dalam objek, cara memperoleh, dan kegunaannya. Menurut Concise Dictionary Of Science & Computers (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI, 2009:222) Kimia sebagai cabang dari IPA, yang berkenaan dengan kajian-kajian tentang struktur dan komposisi materi, perubahan yang dapat dialami materi, dan fenomena-fenomena lain yang menyertai perubahan materi. Di dalam perkembangannya ada dua hal yang tidak terpisahkan dari kimia, yaitu sebagai produk (berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmuwan dan sebagai proses kerja ilmiah. Sebagai akibat dari pemahaman manusia terhadap sifat dan materi di alam, manusia mampu meniru alam dalam menghasilkan produk-produk alam. Hal inilah yang kemudian melahirkan pengetahuan kimia yang dapat diaplikasikan untuk memuat berbagai bahan-bahan sintetik. Di samping itu dengan pemahaman terhadap sifat dan perubahan di alam, pengetahuan tentang kimia mampu mengendalikan proses-proses alam agar menguntungkan dan meningkatkan manfaatnya bagi manusia sebagai salah satu contoh pencegahan terjadinya korosi.

Kemampuan memahami kimia diperoleh siswa melalui pendidikan yang secara umum dilaksanakan dalam proses pembelajaran kimia. Oleh karena itu,


(14)

harus dilakukan usaha serius dalam peningkatan kualitas proses pembelajaran agar terbentuk output pendidikan yang berkualitas. Indonesia saat ini sedang mengembangkan bidang pendidikan untuk menghasilkan proses dan output pendidikan yang berkualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas dalam pendidikan tersebut diantaranya dengan digulirkannya kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 (permendikbud No. 70 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/MAK) dikembangkan dengan menyempurnakan pola pikir diantaranya:

1. Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik .

2. Pola pembelajaran satu arah menjadi pembelajaran interaktif.

3. Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring ( peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet).

4. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains).

5. Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim). 6. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

Berdasarkan kerangka dasar kurikulum 2013 tersebut menuntut proses pembelajaran kimia, berpusat pada siswa (student centered) tidak lagi berpusat pada guru yang hanya sekedar transfer of knowledge dari pendidik kepada peserta didik secara tekstual tetapi harus melibatkan aktivitas siswa saat proses untuk mendapatkan pengetahuan itu sendiri, sehingga pembelajaranpun tidak hanya berlangsung satu arah. Konsep-konsep yang didapatkan siswapun tidak hanya didapatkan dari informasi guru di kelas, namun mereka menggalinya bersama dengan rekan dalam suatu tim sehingga konsep-konsep tersebut juga mampu dikuasai siswa agar mereka dapat memecahkan masalah kimia yang kelak akan mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan tuntutan kurikulum 2013 diharapkan pembelajaran di sekolah mampu meningkatkan kreativitas siswa.


(15)

Namun yang terjadi di lapangan, menurut Tatar dan Oktay (2012: 315) pendidikan sains saat ini masih menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional yang difokuskan pada mendidik individu untuk dapat menyimpan informasi. Padahal menurut Inel dan Balim (2010: 2) pendidikan yang baik bertujuan membantu siswa belajar lebih baik dan mendapatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi agar mereka mampu menggunakannya sepanjang hidup mereka. Keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan penyelidikan dan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Oleh karena itu, sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar berdasarkan konstruktivis. Konstruktivisme (constructivism) yang dimaksud yaitu suatu pembelajaran yang dapat mengembangkan pemikiran siswa tentang belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstrusi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru (Hakim, 2011: 57). Pendekatan ini yang memastikan siswa berperan aktif dalam proses belajar mereka sendiri dan mengakses pengetahuan melalui penyelidikan dan interogasi.

Menurut penelitian Munandar (2012: 7) bahwa gambaran yang tampak dalam bidang pendidikan dewasa ini pembelajaran lebih menekankan pada proses hafalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan. Proses-proses pemikiran tinggi termasuk berpikir kreatif jarang dilatihkan. Proses belajar mengajar yang masih menekankan pada hapalan ini, memungkinkan siswa merasa kesulitan untuk menyampaikan gagasan atau ide, mudah melupakan konsep yang telah didapat, dan kesulitan memahami konsep. Konsep merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi (Dahar, 1996: 79). Konsep merupakan suatu hal yang sangat penting, selain terletak pada konsep itu sendiri juga bagaimana konsep itu dapat dipahami siswa melalui proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Pentingnya pemahaman konsep dalam proses belajar mengajar diharapkan dapat mempengaruhi cara pengambilan keputusan dan memecahkan masalah.

Dalam Pembelajaran seharusnya siswa menggali masalah sendiri dan menemukan jawaban atas masalahnya melalui pengamatan dan percobaan. Akinoglu dan Tandogan (2007: 1) mengemukakan bahwa yang diharapkan dari


(16)

pendidikan adalah membentuk individu-individu untuk memecahkan masalah yang efektif dalam kehidupannya.

Salah satu model pembelajaran yang dapat berpengaruh terhadap pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kreatif siswa adalah model pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning (PBL). Menurut beberapa penelitian diantaranya:

1. Tasoglu dan Bakac (2010: 2413) pendekatan PBL positif lebih efektif daripada Traditional Teaching Methode (TTM) pada peningkatan konsep siswa pada mata pelajaran fisika topik Mekanika, namun efek dari pendekatan PBL dan TTM pada prestasi akademik mahasiswa dan keterampilan proses sains sama. Studi dilakukan pada Mekanika.

2. Benli dan Sarikaya (2012: 4321) Metode PBL berperan pada peningkatan prestasi akademik dan mampu berperan aktif dalam menjaga permanence of knowledge calon guru sains. Studi dilakukan pada Problem Boiler Stone dan kesadahan air.

3. Tatar dan Oktay (2012: 325) PBL berpengaruh positif terhadap kemampuan belajar siswa, mampu meningkatkan keterampilan proses sains, keterampilan komunikasi dan belajar mandiri dalam keterampilan merencanakan dan memberikan motivasi belajar aktif. PBL positif sesuai dengan pendekatan pembelajaran konstruktivis. Studi dilakukan pada hukum termodinamika pertama.

Model pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat membuat siswa berperan aktif dalam menemukan atau membangun konsep yang sedang dipelajari sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Menurut Torp dan Sage (dalam Tasoglu dan Bakac, 2010: 2410) pembelajaran berbasis masalah menyediakan pengalaman otentik yang mendorong belajar aktif, mendukung konstruksi pengetahuan dan mengintegrasikan pembelajaran sekolah pada kehidupan nyata. Dengan demikian pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme. Pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan dapat


(17)

memfasilitasi siswa untuk mengembangkan berbagai kecakapan hidup. Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa mengerjakan permasalahan autentik untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri, keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri (Arends, 2012: 397). Tan (2009: 10) berpendapat PBL mendorong pelajar mandiri meningkatkan kreativitas menanamkan sikap independent dalam identifikasi masalah dan solusinya. Pemahaman dibangun dari self-directed learning melalui berbagi pengalaman dengan setiap orang dalam kelompok. PBL dirancang untuk memberikan yang realistis dan pengaturan praktis dalam pembelajaran kolaboratif, dengan semua anggota kelompok memberikan kontribusi dalam memecahkan masalah. Sehingga pembagian pekerjaan lebih efisien. PBL secara alami menemukan aplikasi yang lebih dalam pembelajaran berbasis kelompok.

Tan (2009 :11) merekomendasikan pembelajaran di sekolah-sekolah dimulai dengan PBL karena pada saat yang sama mendorong meningkatkan kreativitas dan atribut kreatif berpikir divergen dan konvergen pada siswa. PBL dapat meningkatkan berpikir kreatif siswa karena siswa merasa lebih percaya diri pada saat bekerja dalam kelompok. Harus kita sadari pula bahwa tantangan masa depan menuntut pembelajaran lebih memgembangkan kreativitas siswa, tidak hanya mengajarkan konsep-konsep yang penting saja, namun juga membangun kemampuan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah agar dapat meningkatkan mutu pendidikan. Pendidikan kejuruan dalam hal ini Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan jenis pendidikan yang mempersiapkan lulusannya memasuki dunia kerja. Sehingga pendidikan kejuruan difokuskan pada melatih kecakapan praktis, keterampilan-keterampilan yang berkenaan langsung dengan penyelesaian tugas atau masalah pekerjaan. Jenis pendidikan ini lebih berorientasi kepada praktik dalam menyelesaikan masalah. Untuk itu sangat lah penting apabila siswa SMK dibiasakan untuk dilatih berpikir kreatif agar kelak setelah terjun ke dunia kerja mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari secara kreatif sesuai dengan kemampuannya sendiri.


(18)

Pembelajaran yang peneliti lakukan pada konsep korosi, hal ini dikarenakan beberapa pertimbangan. Pertama Korosi merupakan kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Kedua, korosi atau perkaratan sangat lazim terjadi pada besi. Dampak dari peristiwa korosi bersifat sangat merugikan. Contoh nyata adalah keroposnya jembatan, bodi mobil, ataupun berbagai konstruksi dari besi lainnya. Siapa di antara kita tidak kecewa, bila jembatan penyebrangan sungai roboh karena korosi. Karena itu, sangat penting bila siswa mengetahui tentang apa korosi itu, sehingga bisa diambil langkah-langkah antisipasi. Berdasarkan pertimbangan di atas akan lebih bermakna jika siswa dilatih memecahkan masalah dengan menggunakan konsep ini. Selain hal tersebut peneliti mengasumsikan bahwa konsep ini cocok bila menggunakan pembelajaran berbasis masalah.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti mencoba untuk melakukan penelitian dengan menerapkan suatu model yang menjadikan fenomena alam sebagai sarana dalam memahami suatu konsep. Judul yang akan diajukan dalam penelitian ini

adalah “Dampak model pembelajaran berbasis masalah pada fenomena korosi

terhadap kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep siswa”

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan teliti

adalah, “Bagaimanakah dampak pembelajaran berbasis masalah pada fenomena

korosi terhadap kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep siswa? Untuk memperjelas aspek-aspek yang akan diteliti, maka dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan pada fenomena korosi?

2. Bagaimana dampak pembelajaran berbasis masalah pada fenomena korosi terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa?

3. Bagaimana dampak pembelajaran berbasis masalah pada fenomena korosi terhadap pemahaman konsep siswa?


(19)

4. Bagaimana hubungan pemahaman konsep terhadap kemampuan berpikir siswa pada fenomena korosi?

5. Bagaimana tanggapan siswa dalam mempelajari konsep korosi dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah disebutkan dalam latar belakang masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang dampak pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sebagian solusi dalam masalah pembelajaran, yakni sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning).

2. Membantu dalam pemahaman konsep-konsep kimia yang kontekstual melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal.

3. Memberikan alternatif pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa.


(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi, Subjek dan Waktu Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Teknik Audio Video Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 60 siswa dan terbagi menjadi dua kelas yaitu kelas X 1 dan X 2, yang masing-masing kelas berjumlah 30 siswa.

Pengambilan subjek penelitian dilakukan secara “purposive sampling”. Purposive sampling merupakan pengambilan subjek berdasarkan tujuan atau disesuaikan dengan tujuan penelitian (Sukmadinata, 2010: 254). Peneliti memilih subjek berdasarkan kebutuhan dan menganggap bahwa subjek tersebut berlangsung pembelajaran kimia mengenai konsep korosi. Penelitian ini dilaksanakan pada salah satu SMK Negeri di kabupaten Majalengka.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent control group design, (Sugiyono, 2002: 56). Dalam desain ini terdiri dari dua kelompok, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang tidak dipilih secara random. Kedua kelompok diberi pretest dan posttest dengan butir soal yang sama. Kemudian kelompok eksperimen diberi perlakuan pembelajaran berbasis masalah, sedangkan kolompok kontrol diberi perlakuan pembelajaran konvensional. Hasil tes kedua kelompok tersebut dianalisis dan dideskripsikan untuk melihat sejauh mana dampak model pembelajaran yang telah diimplementasikan terhadap pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Desain penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Postest

Eksperimen O1 X O2


(21)

Keterangan O1 = Pretest

O2 = Postest

X = Perlakuan pembelajaran berbasis masalah

- = Pembelajaran konvensional (digunakan metode ceramah)

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen yang bertujuan untuk melihat akibat perlakuan yang diberikan (Sukmadinata, 2010: 59). Alasan peneliti menggunakan metode tersebut karena dengan menggunakan metode ini, peneliti mencoba untuk menganalisis pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep siswa.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari berbagai penafsiran, maka bagian ini perlu dikemukakan beberapa definisi operasional yang terkait dengan penelitian ini, agar tidak terjadi salah pengertian dan diperoleh kesamaan pandangan. Adapun definisi operasional tersebut adalah:

1. Pembelajaran berbasis masalah dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang meliputi penemuan masalah (meeting the problem), analisis masalah dan isu pembelajaran (problem analysis and learning issues), menemukan dan melaporkan hasil temuan (discovery and reporting), solusi, mempresentasikan dan refleksi (solution, presentation and reflection), merangkum, memadukan, dan mengevaluasi (overview, integration, and evaluation).

2. Pembelajaran konvensional dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang tidak menggunakan pembelajaran berbasis masalah.

3. Kemampuan berpikir kreatif yaitu kemampuan berpikir banyaknya gagasan yang diterima (fluency), variasi (flexisibility), orisinal (originality), dan rinci /elaboration.

4. Pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah ukuran kemampuan siswa dalam memaknai berbagai konsep dalan ranah kognitif yang meliputi kategori


(22)

proses kongnitif memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini terdiri atas:

1. Butir Soal

a. Soal uraian, digunakan untuk mengetahui sejauhmana kemampuan siswa dalam berpikir kreatif melalui pembelajaran berbasis masalah (Lampiran B.1 halaman 188). Kisi-kisi soal instrumen kemampuan berpikir siswa diperlihatkan dalam tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Kemampuan Berpikir Kreatif Indikator Pembelajaran Indikator kemampuan Berpikir kreatif Kemampuan Berpikir Kreatif No Soal Skor Menjelaskan pengertian korosi logam Fluency (berpikir lancar) Mengungkapkan gagasan dengan lancar mengenai pengertian korosi

1 3

Menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi korosi. Fluency (berpikir lancar) Mengungkapkan berbagai gagasan dengan lancar mengenai mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya korosi pada logam

2 4

Menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi korosi. Flexibility (Berpikir luwes)

Menghasilkan suatu gagasan atau pun jawaban yang bervariasi mengenai penyebab terjadinya korosi berdasarkan pemahaman konsep yang dimiliki

3 4

Menjelaskan cara mencegah terjadinya korosi Originality (berpikir orisinal) Mampu melahirkan ungkapan yang baru atau unik dan menghasilkan ide yang tidak biasa


(23)

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Kemampuan Berpikir Kreatif (lanjutan) Indikator Pembelajaran Indikator kemampuan Berpikir kreatif Kemampuan Berpikir Kreatif No Soal Skor Mendeskripsikan proses kimia yang terjadi pada korosi

Elaboration

(berpikir elaborasi)

Mampu mengembangkan dan menjelaskan secara rinci tentang suatu ide atau gagasan

5 4

b. Soal pilihan ganda digunakan untuk mengukur pemahaman konsep korosi siswa. Tes berjumlah 18 soal dengan 5 alternatif pilihan. Kisi-kisi soal instrumen pemahaman konsep siswa diperlihatkan dalam tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Pemahaman Konsep Siswa

No Indikator Pembelajaran No

Soal

Jenjang Kognitif

1. Menjelaskan pengertian korosi logam 1,2 C2

2. Mendeskripsikan proses kimia terjadi pada korosi 3,4, 5 C4

3. Menjelaskan cara mencegah terjadinya korosi 6 C2

4. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi korosi 8 7, 9, 15, 17 C2 C4 C4

5. Menentukan cara-cara pencegahan terjadinya korosi

10, 16 11

C4 C2 6. Mendesain cara mencegah terjadinya korosi 12, 18 C6 7. Mengklasifikasikan logam yang mengalami korosi 13, 14 C3

2. Format penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja siswa digunakan untuk menggali kemampuan siswa dalam proses pembelajaran berbasis masalah dan kemampuan berpikir kreatif (Lampiran A.2 halaman 140).

3. Angket

Angket (lampiran B.6 halaman 230) digunakan untuk mengungkap tanggapan siswa dan guru tentang keterlaksanaan pembelajaran berbasis masalah. Pengisian angket oleh siswa dilakukan setelah siswa melaksanakan model


(24)

pembelajaran. Angket yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa skala likert, dengan menggunakan empat kategori respon yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).

4. Format observasi kegiatan siswa dan guru

Format observasi kegiatan siswa dan guru digunakan untuk mengungkap aktivitas guru dan siswa selama diterapkannya pembelajaran berbasis masalah. Lembar observasi berisi daftar isian yang mengungkap kegiatan siswa dan guru pada tahapan-tahapan pembelajaran berbasis masalah (lampiran B4 halaman 227 dan B5 halaman 229).

F. Proses Pengembangan Instrumen

Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan berpikir kreatif berupa soal uraian untuk menjaring indikator kemampuan berpikir kreatif siswa dan soal pilihan ganda untuk menjaring kemampuan pemahaman konsep siswa dengan 5 alternatif. Pembuatan instrumen dalam penelitian dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Menyusun Kisi-Kisi Tes

Pembuatan kisi-kisi ini bertujuan utuk menentukan konsep-konsep yang akan diukur yang sesuai dengan indikator yang sudah ditentukan. Selanjutnya menyusun pokok uji yang sesuai dengan konsep dan indikator pembelajaran.

2. Melakukan Validasi Pokok Uji

Validasi merupakan proses sebagai kesahihan suatu instrumen (Arikunto,1999: 59). Validitas instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep siswa pada penelitian ini adalah validitas isi dengan cara judgement oleh dosen ahli untuk melihat kesesuaian standar isi materi yang ada dalam instrumen tes dan validitas empiris ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi


(25)

3. Melakukan Uji Coba Butir Soal

Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen diuji coba terlebih dahulu di kelas XI Teknik Audio Video yang telah mempelajari materi korosi. Uji coba soal dilakukan 2 kali pada 35 siswa. Hasil uji coba instrumen kemudian dianalisis guna mengetahui dan menyeleksi perangkat yang sesuai dan dapat digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan.

4. Melakukan Analisis Butir Soal Hasil Uji Coba

Alat ukur yang baik harus memenuhi persyaratan diantaranya validitas dan reliabilitas. Adapun analisis lain yang dilakukan pada soal adalah daya pembeda dan taraf kesukaran.

a. Validitas Empiris

Menurut Arikunto (1999: 65) sebuah data atau informasi dapat dikatakan valid apabila sesuai dengan keadaan sebenarnya. Tes disebut valid apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak diukur. Menurut Mardapi (dalam Rasyid dan Mansur, 2009: 133) untuk dikatakan valid suatu tes harus mengukur sesuatu dan melakukannya dengan cermat. Validitas empiris menggunakan teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut:

Keterangan:

r

xy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y

N = Jumlah peserta tes

X = skor siswa pada tiap butir soal Y = skor total

Menurut Arikunto (1999: 75) bahwa interpretasi besarnya koefisien korelasi berdasarkan kriteria yang sering diikuti adalah seperti tabel 3.4 berikut:


(26)

Tabel 3.4 Kriteria validitas butir soal

Batasan Kategori

0,80 <

rxy

≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 <

rxy

≤ 0,80 Tinggi

0,40 <

rxy

≤ 0,60 Cukup

0,20 <

rxy

≤ 0,40 Rendah

0,00 <

rxy

≤ 0,20 Sangat rendah

Batasan Kategori

0,80 < rxy

≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi

0,40 < rxy ≤ 0,60 Cukup

0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah

0,00 < rxy

≤ 0,20 Sangat rendah

b. Analisis Reliabilitas Soal

Menurut Rasyid dan Mansur (2009: 146) sifat reliabel dari sebuah alat ukur berhubungan dengan kemampuan alat ukur tersebut memberikan hasil yang konsisten dan stabil. Suatu tes memiliki reliabilitas yang tinggi apabila tes tersebut memberikan hasil yang konsisten pada kelompok yang sama walaupun diteskan pada waktu dan kesempatan yang berbeda. Metode yang digunakan adalah metode belah dua, oleh karena itu untuk mengukur reliabilitas soal tes dapat digunakan kembali rumus product moment dari Pearson. Reliabilitas seluruh tes dihitung berdasarkan rumus Spearman-Brown sebagai berikut:

Keterangan:


(27)

r

⁄ = Korelasi antar skor-skor setiap belahan tes

Nilai r11 yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan

reliabilitas instrumen dengan menggunakan kriteria pada tabel 3.8 (Arikunto, 2008: 75) ).

Tabel 3.5 Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria

0,80 <

r11

≤ 1,00

Sangat tinggi

0,60 <

r11

≤ 0,80

Tinggi

0,40 <

r11

≤ 0,60

Sedang

0,20 <

r11

≤ 0,40

Rendah

0,00 <

r11

≤ 0,20

Sangat rendah

c. Perhitungan daya pembeda pada setiap butir soal dapat digunakan rumus daya pembeda yang terdapat dalam Arikunto (1999: 213) berikut:

Keterangan:

D = Daya pembeda

BA = Jumlah peserta pada kelompok atas yang menjawab soal dengan

benar

BB = Jumlah peserta pada kelompok bawah yang menjawab soal dengan

benar

JA = Jumlah seluruh siswa kelompok atas

JB = Jumlah seluruh siswa kelompok bawah

PA = Proporsisi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = Proporsisi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Adapun klasifikasi daya pembeda yang sering diikuti menurut Arikunto (1999: 218) adalah sebagai berikut:


(28)

Tabel 3.6 Kriteria interpretasi daya pembeda

Batasan Kategori

0,00 < D ≤ 0,20 Jelek

0,20 < D ≤ 0,40 Cukup

0,40 < D ≤ 0,70 Baik

0,70 < D ≤ 1,00 Baik Sekali

d. Analisis Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran dari tiap item soal dihitung berdasarkan jawaban seluruh siswa yang mengikuti tes. Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran adalah rumus yang terdapat dalam Arikunto (1999: 208):

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Adapun kriteria yang sering diikuti menurut Arikunto (1999: 210) adalah:

Tabel 3.7 Kriteria Interpretasi Indeks Kesukaran

Batasan Kategori

0,00 < P ≤ 0,30 Sukar

0,30 < P ≤ 0,70 Sedang


(29)

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini sampel akan diberi perlakuan pembelajaran berbasis masalah. Sampel akan diberi pretest untuk mengetahui pengetahuan dan kemampuan awal siswa, kemudian dilanjutkan dengan pemberian perlakuan yaitu berupa penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan setelah tiga pertemuan pembelajaran, terakhir kedua kelas diberi posttest dengan menggunakan instrumen yang sama seperti pada pretest. Instrumen yang digunakan sebagai pretest dan postest dalam penelitian ini merupakan instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep yang telah dijudgement oleh Dosen ahli dan diuji cobakan terlebih dahulu.

Untuk mengumpulkan data tentang keterlaksanaan model pembelajaran berbasis masalah maka digunakan lembar pengamatan. Lembar pengamatan yang digunakan berupa lembar pengamatan aktivitas guru dan lembar pengamatan aktivitas siswa. Lembar pengamatan digunakan untuk mengetahui sejauh mana aktivitas siswa saat pembelajaran dan keterlaksanaan pembelajaran berbasis masalah.

Selanjutnya, untuk mengetahui tanggapan siswa tentang penerapan model pembelajaran berbasis masalah, seluruh siswa akan diberi angket yang berisi tentang tanggapan siswa mengenai model pembelajaran berbasis masalah yang meliputi: (1) persepsi siswa terhadap model pembelajaran berbasis masalah, (2) persepsi siswa terhadap bahan ajar yang digunakan dalam model pembelajaran berbasis masalah, (3) minat dan motivasi siswa mempelajari kimia, (4) minat dan motivasi siswa mempelajari masalah lingkungan, (5) minat dan motivasi siswa mencari data, (6) minat dan motivasi siswa melakukan penyelidikan, dan (7) model pembelajaran berbasis masalah meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

H. Analisis Data

Pengolahan data dan analisis data baik pengujian instrumen sampai mendapatkan data penelitian digunakan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengolahan data secara kuantitatif digunakan untuk menghitung instrumen


(30)

kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep dan hasil pengolahan data. Sedangkan hasil observasi aktivitas guru dan siswa di kelas, digunakan secara kualitatif.

1. Hasil Uji Coba Instrumen

Hasil uji coba instrumen dianalisis dengan software komputer Anates V4. Kriteria pada masing-masing hasil uji coba instrumen dilihat dari validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran butir soal. Instrumen diujicobakan pada 35 siswa dan dilakukan dua kali. Hasil analisis soal dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.8 Hasil Ujicoba Pilihan Ganda

Keterangan Hasil Uji Coba 1 Hasil Uji Coba 2

Korelasi XY 0,58 0,68

Reliabilitas Tes 0,73 0,81

Jumlah Soal Pilihan Ganda 22 22

Dari hasil ujicoba 1 dan 2 menunjukkan reliabilitas soal pilihan ganda yang diperoleh pada ujicoba pertama dengan kriteria tinggi, sedangkan ujicoba soal 2 dengan kriteria sangat tinggi.

Hasil uji coba instrumen tes uraian (hanya dilakukan satu kali) ditampilkan pada tabel 3.9 sebagai berikut:

Tabel 3.9 Hasil Ujicoba Tes Uraian

Keterangan Hasil Uji Coba

Korelasi XY 0,5

Reliabilitas Tes 0,607

Jumlah Soal Uraian 5

Dari hasil ujicoba tersebut menunjukkan reliabilitas soal essai dengan kriteria sedang. Hasil ujicoba instrumen pilihan ganda ditampilkan pada tabel 3.10 dan 3.11 sebagai berikut:


(31)

Tabel 3.10 Rekapitulasi Hasil Ujicoba 1 Pilihan Ganda

No Soal D. Pembeda(%)

Kriteria T. Kesukaran

Korelasi Sign. Korelasi

1 44,44 Baik Sedang 0,424 Signifikan

2 55,56 Baik Sedang 0,382 Signifikan

3 22,22 Cukup Sedang 0,393 Signifikan

4 44,44 Baik Sedang 0,448 Signifikan

5 33,33 Cukup Sedang 0,454 Signifikan

6 22,22 Cukup Sedang 0,178 -

7 44,44 Baik Sedang 0,454 Signifikan

8 44,44 Baik Sedang 0,296 -

9 55,56 Baik Sedang 0,413 Signifikan

10 55,56 Baik Mudah 0,394 Signifikan

11 11,11 Jelek Mudah 0,15 -

12 11,11 Jelek Sukar 0,011 -

13 44,44 Baik Sedang 0,457 Signifikan

14 0 Jelek Sangat

Mudah

0,083 -

15 55,56 Baik Sukar 0,409 Signifikan

16 66,67 Baik Sukar 0,619 Sangat

Signifikan

17 66,67 Baik Sedang 0,49 Signifikan

18 22,22 Cukup Sedang 0,043 -

19 66,67 Baik Sedang 0,565 Sangat

Signifikan

20 55,56 Baik Sukar 0,543 Sangat

Signifikan

21 44,44 Baik Sedang 0,408 Signifikan

22 66,67 Baik Sukar 0,536 Sangat

Signifikan Dari 22 soal yang diujikan terdapat 3 soal dengan kriteria jelek dan sign korelasi negatif, 4 soal dengan kriteria cukup dan sign korelasi 2 soal negatif dan 2 soal signifikan, 15 soal dengan kriteria baik dan sign korelasi 4 soal sangat signifikan, 10 soal signifikan dan 1 soal negatif. Kemudian dilakukan revisi lagi oleh dosen ahli dan diujicobakan kembali dengan hasil uji coba kedua sebagai berikut:


(32)

Tabel 3.11 Rekapitulasi Hasil Ujicoba 2 Pilihan Ganda

No Soal D. Pembeda(%)

Kriteria T. Kesukaran

Korelasi Sign. Korelasi

1 55,56 Baik Sedang 0,463 Signifikan

2 66,67 Baik Sedang 0,522 Sangat Signifikan

3 55,56 Baik Sedang 0,477 Signifikan

4 44,44 Baik Sedang 0,392 Signifikan

5 66,67 Baik Sedang 0,485 Signifikan

6 33,33 Cukup Sedang 0,196 -

7 55,56 Baik Sedang 0,498 Sangat Signifikan

8 33,33 Cukup Sedang 0,348 -

9 55,56 Baik Sedang 0,43 Signifikan

10 55,56 Baik Mudah 0,397 Signifikan

11 11,11 Cukup Mudah 0,162 -

12 22,22 Cukup Sukar 0,339 -

13 33,33 Cukup Sedang 0,414 Signifikan

14 66,67 Baik Sukar 0,562 Sangat Signifikan

15 66,67 Baik Sukar 0,473 Signifikan

16 66,67 Baik Sukar 0,681 Sangat Signifikan

17 44,44 Baik Sedang 0,481 Signifikan

18 55,56 Baik Sukar 0,458 Signifikan

19 77,78 Baik Sedang 0,491 Signifikan

20 66,67 Baik Sukar 0,577 Sangat Signifikan

21 44,44 Baik Sedang 0,439 Signifikan

22 55,56 Baik Sukar 0,543 Sangat Signifikan

Dari 22 soal yang diujikan terdapat 5 soal dengan kriteria cukup dan 4 soal sign korelasi negatif, 1 soal signifikan 17 soal dengan kriteria baik dan sign korelasi 6 soal sangat signifikan dan 11 soal signifikan. Dari hasil uji coba kedua diperoleh 4 soal yang negatif atau dibuang, dan 18 soal yang digunakan sebagai instrumen penelitian.

Hasil uji coba soal uraian dengan menggunakan Anates ditampilkan pada tabel 3.12 sebagai berikut:


(33)

Tabel 3.12 Rekapitulasi Hasil Ujicoba Tes Uraian

No Soal T DP(%) T.

Kesukaran

Korelasi Sign. Korelasi

1 3,75 44,44 Sedang 0,679 Signifikan

2 4 33,33 Mudah 0,651 Signifikan

3 5,84 38,89 Mudah 0,594 Signifikan

4 5,88 41,67 Sedang 0,637 Signifikan

5 6,95 36,11 Sukar 0,633 Signifikan

Dari hasil ujicoba soal uraian maka dapat diperoleh semua soal yang diujicobakan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.

2. Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pemahaman Konsep Siswa.

Data yang dihasilkan berupa skor pretest, posttest kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep. Kemudian dilakukan analisis secara kuantitatif. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan skor pada kedua kelas baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Selain itu untuk mengetahui apakah ada pengaruh pembelajaran berbasis masalah pada kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep siswa, dan apakah siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif yang baik akan mendukung pemahaman konsep siswa yang baik pula.

Data kuantitatif yang terkumpul sebagai hasil penelitian dianalisis secara statistik menggunakan Statistic Package for Social Science (SPSS) 20 for Window. Berikut ini adalah tahapan analisis data yang dilakukan:

a. Pemberian skor

Pemberian skor pada pretest dan postest yang mengukur kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep siswa kemudian membandingkan skor pada pretest dan postest tersebut. Jawaban siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan jumlah jawaban yang benar. Pada soal kemampuan berpikir kreatif skor yang diberikan berkisar dari satu (1) hingga empat (4). Sedangkan pada soal


(34)

pemahaman konsep jika jawaban siswa benar akan mendapat nilai satu (1) dan jika jawaban siswa salah maka akan mendapat skor nol (0). b. Menghitung persentase rata-rata N-Gain pretest dan postest kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol.

Menganalisis pemahaman konsep dengan membandingkan respon siswa pada skor pretest dan postest, kemudian menghitung peningkatannya dalam bentuk persen N-gain. Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus faktor gain <g> yang dikembangkan oleh Hake (1999) dengan rumus:

pre pre post

S

S

S

S

g

max

Keterangan :

g = Normalisasi gain Spost = skor postest

Spre = skor pretest

Smaks = skor maksimum

Kriteria:

Tabel 3.13. Kriteria gain normalisasi

<g> Kriteria

g > 0,7 0,3 < g < 0,7 g < 0,3

Tinggi Sedang Rendah c. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah kelompok tersebut memiliki kemampuan yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menguji hasil pretest dan hasil postest pada kelompok eksperimen dan kontrol. Uji normalitas menggunakan bantuan Soffware SPSS 20.0 for windows dengan menggunakan uji one sample Kolmogrov-Smirnov Test. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah data kedua penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hipotesis yang digunakan adalah:


(35)

H0 : Data berasal dari populasi berdistribusi normal.

H1 : Data berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.

Taraf signifikansi 0,05. Dari hasil tes ini didapatkan nilai p-value, jika p-value > 0,05 maka data berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Sebaliknya, jika p-value < 0,05 maka data tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Dalam SPSS 20 digunakan istilah significance yang disingkat sig untuk p-value, dengan kata lain p-value = sig.

Jika hasilnya berdistribusi normal maka statistik yang digunakan adalah statistik parametrik, namun jika hasilnya tidak berdistribusi normal maka tidak dilakukan uji homogenitas melainkan dilanjutkan dengan uji statistik non parametric yaitu uji Mann-Whitney.

d. Uji Homogenitas.

Uji Homogenitas dilakukan jika kelompok berdistribusi normal maka pengujian dilanjutkan dengan menguji homogenitas varians kelompok menggunakan bantuan Soffware SPSS 20.0 for windows dengan uji Homogenity of Varians (Levene Statistic). Hipotesis yang dikemukakan adalah:

H0 : Data berasal dari populasi bervarian homogen

H1 : Data berasal dari populasi tidak bervarian homogen.

Dari hasil uji lavene didapatkan p-value, jika p-value > 0,05 maka data berasal dari kedua varian yang homogen. Jika p-value < 0,05 maka data tidak berasal dari kedua varian yang tidak homogen.

e. Uji Hipotesis

Jika data yang dianalisis berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji t. Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan uji statistik parametrik dengan dependent dan independent Sample T test dari program SPSS for windows versi 20.0 pada taraf signifikan 0,05 atau 5%. Uji statistik independent Sample T test dipakai untuk membandingkan antara dua keadaan, yaitu nilai rata-rata pretest siswa pada kelas eksperimen dengan pretest siswa pada kelas kontrol, nilai


(36)

rata-rata gain siswa pada kelas eksperimen dengan nilai rata-rata gain siswa pada kelas kontrol. Uji kesamaan dua rata-rata dilakukan dengan menggunakan SPSS for windows versi 20.0 yaitu uji-t dua sampel independen (Independent-Sample t Test). Ada dua rumus untuk uji-t dua sampel independen:

Dimana Sp :

Keterangan :

Xa = rata-rata kelompok a Xb = rata-rata kelompok b Sp = Standar Deviasi gabungan Sa = Standar deviasi kelompok a Sb = Standar deviasi kelompok b na = banyaknya sampel di kelompok a nb = banyaknya sampel di kelompok b DF = na + nb -2


(37)

Untuk DF (degrre of freedom) uji T independen yang variannya tidak sama berbeda dengan yang di atas (DF = Na + Nb -2), tetapi menggunakan rumus :

Untuk menentukan apakah varian sama atau beda, maka menggunakan rumus :

Bila nilai P > α , maka variannya sama, namun bila nilai P ≤α, berati variannya berbeda.

Untuk mengetahui hasil hipotesis ada dua cara pertama membandingkan t hitung dengan t tabel maka kriteria yang digunakan untuk menentukan penerimaan dan penolakan adalah sebagai berikut : H0 diterima apabila t hitung≤ t tabel (df=n-2)( 0,05)

H0 ditolak apabila t hitung≥ t tabel (df=n-2)( 0,05).

Kedua membandingkan nilai p value dengan tingkat kepercayaan 0,05, jika p value < 0,05 maka terima H1 begitu juga sebaliknya.

Jika salah satu datanya tidak terpenuhi dalam arti data tidak normal atau homogen maka uji yang digunakan adalah uji non-parametrik yang berfungsi setara dengan uji t misalnya dengan uji Mann Whitney atau wilcoxon pada SPSS for windows versi 20.0 . Uji ini digunakan untuk


(38)

menguji perbedaan dua rata-rata pada sampel besar (N ≥ 30). Uji hipotesis dilakukan dengan uji beda dua rerata untuk mengetahui signifikansi perbedaan skor pretest dan gain kedua kelas terhadap kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep siswa. Hipotesis yang dikemukakan adalah:

Hipotesis 1:

H0: Tidak terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol dalam kemampuan berpikir kreatif siswa.

H1: Terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol dalam kemampuan berpikir kreatif siswa.

Hipotesis 2:

H0: Tidak terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol dalam pemahaman konsep siswa. H1: Terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol dalam pemahaman kosep siswa. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima H1

ditolak.

f. Pengolahan hasil angket

Teknik pengolahan data angket dilakukan dengan menghitung skor respon siswa terhadap tanggapan Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (ST) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pedoman penskoran untuk pernyataan angket dpat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 3.14 Pedoman Penskoran Angket Tanggapan Siswa

Skor Pernyataan Positif

Sangat Setuju (SS) 4

Setuju (S) 3

Tidak Setuju (TS) 2


(39)

Setelah dilakukan penjumlahan terhadap skor angket tanggapan siswa, lalu dilakukan perhitungan persentase terhadap data respon yang bersifat positif. Perhitungan persentasi respon tanggapan dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:

P =

x

100% Keterangan

P = Persentase; R = Respon siswa; R maks = Respon maksimal

Tabel 3.15 Kriteria Persentase Hasil Angket

Persentase Interpretasi

0% Tidak ada

1-30% Sangat tidak setuju

31 – 60% Tidak setuju

61 - 90% Setuju

91 - 120% Sangat setuju

Sugiyono (2002: 76)

I. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa tahapan prosedur yang telah ditempuh yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Berikut uraian dari setiap tahap-tahap tersebut, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Kajian kurikulum bertujuan untuk mengetahui kompetensi inti dan kompetensi dasar mengenai korosi.

b. Kajian tentang variabel-variabel yang terlibat yaitu menentukan variabel bebas, variabel tetap dan variabel terikat serta studi literatur dari buku-buku yang relevan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran berbasis masalah, variabel tetap meliputi bahan kajian tentang fenomena korosi, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini meliputi kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep siswa. Studi


(40)

pembelajaran berbasis masalah dilakukan untuk mengetahui tahapan pembelajaran yang harus dilaksanakan siswa, menentukan masalah dan cara pengemasan yang sesuai dengan fenomena korosi. Kemampuan berpikir kreatif siswa dilakukan untuk mengidentifikasi indikator-indikator berpikir kreatif yang sesuai dengan materi dan model pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan serta karakteristik dari indikator-indikator berpikir kreatif tersebut. Selanjutnya dilakukan studi literatur tentang fenomena korosi dengan mengkaji buku paket dan sumber-sumber lain yang relevan untuk menentukan konsep-konsep yang perlu dikuasai dan indikator-indikator berpikir kreatif yang muncul pada saat pembelajaran.

c. Penyusunan proposal penelitian.

d. Pelaksanaan seminar proposal penelitian.

e. Penyusunan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan LKS (Lembar Kerja Siswa).

f. Penyusunan instrumen penelitian berupa tes kemampuan berpikir kreatif, tes pemahaman konsep, format observasi kegiatan aktivitas siswa, format observasi kegiatan guru dan angket siswa mengenai tanggapan siswa terhadap pembelajaran.

g. Pelaksanaan judgement instrumen tes kepada dosen ahli untuk memberikan masukan berupa saran perbaikan terhadap instrumen yang telah disusun. Instrumen ini digunakan untuk pre-test dan pos-test.

h. Pelaksanaan revisi instrumen penelitian.

i. Pelaksanaan uji coba pertama instrumen penelitian. j. Menganalisis hasil uji coba instrumen pertama. k. Melakukan revisi instrumen penelitian.

l. Pelaksanaan uji coba instrumen penelitian kedua.

m. Menganalisis hasil uji coba instrumen, berupa uji validitas soal, uji reliabilitas soal, uji taraf kesukaran, dan daya pembeda. Hasil analisis butir soal digunakan untuk menentukan soal yang layak digunakan sebagai instrumen penelitian.


(41)

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahapan dalam melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Melaksanakan pre-test pada kelas sampel penelitian untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

b. Melaksanakan treatment yaitu dengan cara mengimplementasikan model pembelajaran berbasis masalah pada konsep korosi. Treatment ini dilakukan di kelas X 1 Tekhnik Audio Video sebagai kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada X 2 Tekhnik Audio Video sebagai kelas kontrol.

c. Memberikan angket respon kepada subjek penelitian.

d. Melakukan post-test untuk mengetahui pengaruh pembelajaran terhadap kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep siswa.

Pelaksanaan tahap ini dilakukan pada tanggal 8 Mei 2014 – 29 Mei 2014. Jadwal pelaksanaan yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 3.16 di bawah ini:

Tabel 3.16 Implementasi pembelajaran berbasis masalah pada konsep korosi

Pertemuan ke Hari/tanggal Kegiatan 1. Kamis, 1 Mei 2014 Uji Coba Soal 1 2. Senin, 5 Mei 2014 Uji Coba Soal 2

3. Rabu, 7 Mei 2014 Pretest

4. Rabu, 14 Mei 2014 Kegiatan Pembelajaran 1 5. Rabu, 21 Mei 2014 Kegiatan Pembelajaran 2

6. Rabu, 28 Mei 2014 Kegiatan Pembelajaran 3 dan Postest

3. Tahap Analisis dan Penyelesaian

a. Mengolah data hasil pre-test, post-test, lembar observasi aktivitas guru dan siswa, serta lembar angket untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai model pembelajaran berbasis masalah.

b. Menganalisis dan membahas temuan penelitian. c. Menarik kesimpulan.

d. Untuk lebih jelasnya, alur penelitian yang dilakukan dapat digambarkan pada Gambar 3.1 berikut.


(42)

Gambar 3.1. Alur Penelitian

Analisis Data

Temuan

Kesimpulan

Laporan Postest (Post-test)

Lembar Angket

Lembar Observasi Permasalahan yang terjadi

dalam pembelajaran Kimia

Studi Literatur Pembelajaran Berbasis

Masalah

Validasi, uji coba dan revisi instrumen

Pretest (Pre-test)

Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Penyusunan Instrumen: Butir

soal

Model Pembelajaran Konvensional

Studi Literatur Pemahaman Konsep

Studi Literatur Berpikir Kreatif

Penyusunan instrumen lembar

angket dan observasi

Penyusunan RPP,

dan Bahan Ajar Penyusunan LKS

Revisi RPP, bahan ajar dan LKS

Analisis KI-KD Kurikulum 2013 SMK


(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan, dapat dibuat beberapa kesimpulan:

1. Keterlaksanaan pembelajaran berbasis masalah pada fenomena korosi mampu dilaksanakan dengan baik sesuai dengan pembelajaran berbasis masalah yang terdiri dari (a) merumuskan dan mengidentifikasi masalah, (b) merancang dan melakukan percobaan , (c) menemukan solusi dan laporan, (d) mempresentasikan hasil percobaan, (e) Kesimpulan dan evaluasi.

2. Dampak pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada fenomena korosi mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan kategori sedang (%N-Gain 60). Peningkatan tertinggi pada kemampuan berpikir lancar kategori tinggi (%N-Gain 70) sedangkan terendah pada kemampuan berpikir elaborasi kategori sedang (%N-Gain 44).

3. Dampak pembelajaran berbasis masalah terhadap pemahaman konsep siswa pada fenomena korosi mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa dengan kategori sedang (%N-Gain 58). Peningkatan tertinggi pada indikator mendeskripsikan proses kimia terjadinya korosi kategori tinggi (%N-Gain 75) sedangkan terendah pada indikator menjelaskan cara pencegahan korosi kategori sedang (%N-Gain 46).

4. Terdapat korelasi yang signifikan antara pemahaman konsep dengan kemampuan berpikir kreatif siswa, sehingga pemahaman konsep yang tinggi akan mendukung kemampuan berpikir kreatif siswa.

5. Tanggapan siswa dalam mempelajari konsep korosi dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah sangat baik, hal ini ditunjukkan dengan temuan bahwa sebagian besar siswa setuju penerapan model pembelajaran berbasis masalah.


(44)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka saran yang disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Pembelajaran berbasis masalah dapat dijadikan alternatif model pembelajaran di sekolah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep siswa.

b. Pengaturan waktu dalam proses pembelajaran harus benar-benar direncanakan. Saat pembelajaran berlangsung, guru harus memberikan batasan-batasan waktu pada siswa dalam menyelesaikan tugasnya. Guru dituntut untuk dapat mengefektifkan pembelajaran agar tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai dengan baik.

c. Pada saat kegiatan merumuskan dan mengidentifikasi masalah serta merancang penyelidikan guru harus benar-benar memperhatikan siswa, agar peluang siswa untuk main-main dalam pembelajaran berkurang.

d. Mengingat pentingnya peranan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pemecahan masalah dan pemahaman konsep kimia, maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut pada konsep yang berbeda. 2. Bagi Siswa

Disarankan dapat terus menggunakan kemampuannya dalam berpikir kreatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan dengan menerapkan konsep-konsep yang dimiliki, sehingga siswa dapat menyelesaikan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Akinoglu, O. and Tandogan, R.O. (2007). The Effects Of Problem Based Active Learning In Science Edication On Students Academic Achievement, Attitude And Concept Learning. Eurasia Journal Of Mathematics, Science & Technology Education. 3, (1), 71-81.

Alexander, K.L. (2007). Effects Instruction in Creative Problem Solving on Q0pution, Creativity, and Salisfaction among Ninth Grade Students in an

Introductian to World Agricultaral Science and Technology Course. Disertasi pada Faculty of Texas Tech University. [Online]. Tersedia: http://etd.lib.ttu.edu/theses/available/etd-01292007-44648/unrestricted/ Alexander_ Kim_Dissertation.pdf. [29 Januari 2014].

Anderson, L.W dan Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen (Penerjemah: Prihantoro, A. Dari A Taxonomy for Learning, Teaching and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives A Bridged Eddition: Addison Wesley Longman, Inc. 2001). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arends. R. (2012). Learning To Teach. Sixth Edition. New York USA: McGraw-Hill Companies, Inc.Harris R. Introduction of creative thinking.

Arikunto, S. (1999). Dasar dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (1994). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Awang, H. and Ramly, I. (2008). Creative Thinking Skill Approach Through Problem-Based Learning: Pedagogy And Practice In The Engineering Classroom. Journal Of Social, Human Science And Engineering, Vol 2 No. 4.

Baden, M.S. (2007). A Practical Guide to Problem Based Learning. New York : Routledge

Baden, M.S. and Major, C.H. (2004). Foundations Of Problem-Based Learning.

New York: McGraw-Hill Education.

Benli, E. and Sarikaya, M. (2012). The Investigation Of Effect Of Problem Based Learning To The Academic Achievement And The Permanence Of Knowledge Of Prospective Science Teacher: The Problem Of The Boiler Stone. Procedia Social and Behavioral Sciences.(46) 4317-4322.

Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.


(46)

Djamarah dan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Depdiknas. (2003). Pengajaran Berbasis Masalah. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional.

Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Duch, J.B., Grog, S.E. and Allen, D.E. (2001). The Power of Problem Based Learning A Practical “How To” For Teaching Undergraduate Courses In Any Discipline. Virginia: Stylus Publishing.

Duch, J. Barbara. (1995). What is Problem Based Learning?. [Online]. Tersedia :

http://www. Udel.edu/pbl/cte/jan95-what.html [10 Februari 2014].

Fauziah, R.M. (2009). Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Topik Larutan Penyangga Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis Siswa. Tesis pada SPS UPI: Tidak Diterbitkan.

Hakim, L. (2011). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima. Hake, Richard. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. USA: Dept. of Physics

Indiana University.

Ibrahim, M dan Nur, M. (2005). Pengajaran Berdasarkan Masalah (edisi 2). Surabaya: Unesa-University Press.

Inel, D. and Balim A.G. ( 2010). The effects of using problem-based learning in

science and technology teaching upon students’ academic achievement and

levels of structuring concepts. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, Vol 11, Issue 2, Article 1. p.1.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2002). Departemen Pendidikan Nasional Edisi ke-3. Jakarta: Balai Pustaka, Gramedia.

Karim, et al. (2006). The Value of Openness in Scientific Problem Solving. USA: Harvard Business School.

Kaufman, J.C., Plucker, dan Russell. (2012). Identifying and Assessing Creativity as a Component of Giftedness. Journal of Psychoeducational Assessment. 30, (1), 60 –73.

Kaufman, J.C., Plucker, J.A., dan Baer, J. (2008). Essentials of creativity Assessment. New Jersey: John Wiley & Sons.


(47)

Koentjaraningrat. (1999). Metode-metode Penelitian Kemasyarakatan. Jakarta: Gramedia.

Koswara, D. Dan Halimah. (2008). Bagaimana Menjadi Guru Kreatif. Bandung: PT Pribumi Mekar.

Kurniawan, T.D. (2012). Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Website Pada Konsep Fluida Statis Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI. Tesis pada Sps UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Liliasari. (2006). Peningkatan Kualitas Guru Sains Melalui Pengembangan Keterampilan Tingkat Tinggi. Makalah UPI Bandung.

Matlin, M.W. (2003). Cognition. Fifth Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc. Mulyasa, E. (2010). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Munandar, U. (2012) Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rhineka Cipta.

Permana, I. (2009). Memahami Kimia SMA/MA 2. Bandung: Armico.

Rasyid, H. Dan Mansyur (2009). Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Wacana Prima.

Rosbiono, M. (2007). Teori Problem Solving Untuk Sains. Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Pendidikan Depdiknas. Ruminten, A.H. (2009). Kimia untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Depdiknas. Sagala, Syaiful. (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sidiq, Z. ( ) Konsep Dan Pengukuran Kreativitas. [Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/1960101519

87101-ZULKIFLI_SIDIQ/KONSEP_DAN_PENGUKURAN_KREATIVITAS.pdf

[02 Februari 2014].

Slameto. (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. (2002). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.


(1)

122 Emma Amalia Sholihah, 2014

Dampak Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Fenomena Korosi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Pemahaman Konsep Siswa Kelas X SMK

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan, dapat dibuat beberapa kesimpulan:

1. Keterlaksanaan pembelajaran berbasis masalah pada fenomena korosi mampu dilaksanakan dengan baik sesuai dengan pembelajaran berbasis masalah yang terdiri dari (a) merumuskan dan mengidentifikasi masalah, (b) merancang dan melakukan percobaan , (c) menemukan solusi dan laporan, (d) mempresentasikan hasil percobaan, (e) Kesimpulan dan evaluasi.

2. Dampak pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada fenomena korosi mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan kategori sedang (%N-Gain 60). Peningkatan tertinggi pada kemampuan berpikir lancar kategori tinggi (%N-Gain 70) sedangkan terendah pada kemampuan berpikir elaborasi kategori sedang (%N-Gain 44).

3. Dampak pembelajaran berbasis masalah terhadap pemahaman konsep siswa pada fenomena korosi mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa dengan kategori sedang (%N-Gain 58). Peningkatan tertinggi pada indikator mendeskripsikan proses kimia terjadinya korosi kategori tinggi (%N-Gain 75) sedangkan terendah pada indikator menjelaskan cara pencegahan korosi kategori sedang (%N-Gain 46).

4. Terdapat korelasi yang signifikan antara pemahaman konsep dengan kemampuan berpikir kreatif siswa, sehingga pemahaman konsep yang tinggi akan mendukung kemampuan berpikir kreatif siswa.

5. Tanggapan siswa dalam mempelajari konsep korosi dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah sangat baik, hal ini ditunjukkan dengan temuan bahwa sebagian besar siswa setuju penerapan model pembelajaran berbasis masalah.


(2)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka saran yang disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Pembelajaran berbasis masalah dapat dijadikan alternatif model pembelajaran di sekolah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep siswa.

b. Pengaturan waktu dalam proses pembelajaran harus benar-benar direncanakan. Saat pembelajaran berlangsung, guru harus memberikan batasan-batasan waktu pada siswa dalam menyelesaikan tugasnya. Guru dituntut untuk dapat mengefektifkan pembelajaran agar tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai dengan baik.

c. Pada saat kegiatan merumuskan dan mengidentifikasi masalah serta merancang penyelidikan guru harus benar-benar memperhatikan siswa, agar peluang siswa untuk main-main dalam pembelajaran berkurang.

d. Mengingat pentingnya peranan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pemecahan masalah dan pemahaman konsep kimia, maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut pada konsep yang berbeda. 2. Bagi Siswa

Disarankan dapat terus menggunakan kemampuannya dalam berpikir kreatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan dengan menerapkan konsep-konsep yang dimiliki, sehingga siswa dapat menyelesaikan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari.


(3)

124 Emma Amalia Sholihah, 2014

Dampak Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Fenomena Korosi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Pemahaman Konsep Siswa Kelas X SMK

DAFTAR PUSTAKA

Akinoglu, O. and Tandogan, R.O. (2007). The Effects Of Problem Based Active Learning In Science Edication On Students Academic Achievement, Attitude And Concept Learning. Eurasia Journal Of Mathematics, Science & Technology Education. 3, (1), 71-81.

Alexander, K.L. (2007). Effects Instruction in Creative Problem Solving on Q0pution, Creativity, and Salisfaction among Ninth Grade Students in an Introductian to World Agricultaral Science and Technology Course. Disertasi pada Faculty of Texas Tech University. [Online]. Tersedia: http://etd.lib.ttu.edu/theses/available/etd-01292007-44648/unrestricted/ Alexander_ Kim_Dissertation.pdf. [29 Januari 2014].

Anderson, L.W dan Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen (Penerjemah: Prihantoro, A. Dari A Taxonomy for Learning, Teaching and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives A Bridged Eddition: Addison Wesley Longman, Inc. 2001). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arends. R. (2012). Learning To Teach. Sixth Edition. New York USA: McGraw-Hill Companies, Inc.Harris R. Introduction of creative thinking.

Arikunto, S. (1999). Dasar dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (1994). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Awang, H. and Ramly, I. (2008). Creative Thinking Skill Approach Through Problem-Based Learning: Pedagogy And Practice In The Engineering Classroom. Journal Of Social, Human Science And Engineering, Vol 2 No. 4.

Baden, M.S. (2007). A Practical Guide to Problem Based Learning. New York : Routledge

Baden, M.S. and Major, C.H. (2004). Foundations Of Problem-Based Learning.

New York: McGraw-Hill Education.

Benli, E. and Sarikaya, M. (2012). The Investigation Of Effect Of Problem Based Learning To The Academic Achievement And The Permanence Of Knowledge Of Prospective Science Teacher: The Problem Of The Boiler Stone. Procedia Social and Behavioral Sciences.(46) 4317-4322.

Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.


(4)

Djamarah dan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Depdiknas. (2003). Pengajaran Berbasis Masalah. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional.

Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Duch, J.B., Grog, S.E. and Allen, D.E. (2001). The Power of Problem Based Learning A Practical “How To” For Teaching Undergraduate Courses In Any Discipline. Virginia: Stylus Publishing.

Duch, J. Barbara. (1995). What is Problem Based Learning?. [Online]. Tersedia :

http://www. Udel.edu/pbl/cte/jan95-what.html [10 Februari 2014].

Fauziah, R.M. (2009). Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Topik Larutan Penyangga Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis Siswa. Tesis pada SPS UPI: Tidak Diterbitkan.

Hakim, L. (2011). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima. Hake, Richard. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. USA: Dept. of Physics

Indiana University.

Ibrahim, M dan Nur, M. (2005). Pengajaran Berdasarkan Masalah (edisi 2). Surabaya: Unesa-University Press.

Inel, D. and Balim A.G. ( 2010). The effects of using problem-based learning in

science and technology teaching upon students’ academic achievement and levels of structuring concepts. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, Vol 11, Issue 2, Article 1. p.1.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2002). Departemen Pendidikan Nasional Edisi ke-3. Jakarta: Balai Pustaka, Gramedia.

Karim, et al. (2006). The Value of Openness in Scientific Problem Solving. USA: Harvard Business School.

Kaufman, J.C., Plucker, dan Russell. (2012). Identifying and Assessing Creativity as a Component of Giftedness. Journal of Psychoeducational Assessment. 30, (1), 60 –73.

Kaufman, J.C., Plucker, J.A., dan Baer, J. (2008). Essentials of creativity Assessment. New Jersey: John Wiley & Sons.


(5)

126 Emma Amalia Sholihah, 2014

Dampak Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Fenomena Korosi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Pemahaman Konsep Siswa Kelas X SMK

Koentjaraningrat. (1999). Metode-metode Penelitian Kemasyarakatan. Jakarta: Gramedia.

Koswara, D. Dan Halimah. (2008). Bagaimana Menjadi Guru Kreatif. Bandung: PT Pribumi Mekar.

Kurniawan, T.D. (2012). Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Website Pada Konsep Fluida Statis Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI. Tesis pada Sps UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Liliasari. (2006). Peningkatan Kualitas Guru Sains Melalui Pengembangan Keterampilan Tingkat Tinggi. Makalah UPI Bandung.

Matlin, M.W. (2003). Cognition. Fifth Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc. Mulyasa, E. (2010). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Munandar, U. (2012) Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rhineka Cipta.

Permana, I. (2009). Memahami Kimia SMA/MA 2. Bandung: Armico.

Rasyid, H. Dan Mansyur (2009). Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Wacana Prima.

Rosbiono, M. (2007). Teori Problem Solving Untuk Sains. Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Pendidikan Depdiknas. Ruminten, A.H. (2009). Kimia untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Depdiknas. Sagala, Syaiful. (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sidiq, Z. ( ) Konsep Dan Pengukuran Kreativitas. [Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/1960101519

87101-ZULKIFLI_SIDIQ/KONSEP_DAN_PENGUKURAN_KREATIVITAS.pdf [02 Februari 2014].

Slameto. (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. (2002). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.


(6)

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Starko, A.J. (2010). Creativity in the Classroom Schools of Curious Delight. New York: Routledge.

Suharsimi, A. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukmadinata, N.S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suryabrata, S. (1998). Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Suparno, P. (1997). Filsafat Kontruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta:

Kanisius.

Suparno, P. (2000). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius.

Sunarya, Y. dan Setiabudi, A. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia Untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta: Depdiknas.

Tasoglu, K.A. and Bakaç, M. (2010). “The Effects of Problem Based Learning

and Traditional Teaching Methods on Students’ Academic Achievements,

Conceptual Developments and Scientific Process Skills According to Their Graduated High School Types”. Procedia Social and Behavioral Sciences. (2), 2409–2413.

Tan, O.S. (2009). Problem Based Learning and Creativity. Singapura : Cengage Learning.

Tatar, E. and Oktay, M .(2011). “The Effectiveness Of Problem-Based Learning On Teaching The First Law Of Thermodynamic”. Research in Science & Technological Education. 29,(3),315-332 .

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2009). Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT IMTIMA.


Dokumen yang terkait

Kemampuan Berpikir Kreatif, Pemecahan Masalah Matematis dan Self-Confidence Siswa SMK Melalui Pembelajaran Sinektik dan Pembelajaran Berbasis Masalah.

10 41 60

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PENGUASAAN KONSEP DAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMK PADA PENANGANAN OLI BEKAS.

0 5 37

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA.

0 0 41

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM.

0 10 44

STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA TOPIK KOROSI.

0 6 41

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PENGUASAAN KONSEP DAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMK PADA PENANGANAN OLI BEKAS - repository UPI T KIM 1204861 Title

0 0 4

DAMPAK PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA FENOMENA KOROSI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS X SMK - repository UPI T IPA 1201689 Title

0 0 4

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI DUNIA TUMBUHAN

0 1 7

PENGARUH STRATEGI BRAINSTORMING PADA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS X SMK NEGERI KEBASEN

0 0 15

PENGARUH GROUP INVESTIGATION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP - UMBY repository

0 0 18