PROGRAM PELATIHAN POLA ASUH ORANG TUA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MERAWAT DIRI SISWA TUNAGRAHITA SEDANG di SLBN SURADE.
PROGRAM PELATIHAN POLA ASUH ORANG TUA UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MERAWAT DIRI
SISWA TUNAGRAHITA SEDANG di SLBN SURADE
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Disusun oleh :
FERMITA GUCHANY
1104491
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
(2)
Program Pelatihan Pola Asuh Orang Tua untuk
Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri
Siswa Tunagrahita Sedang di SLBN Surade
Oleh Fermita Guchany S.Pd UNJ Jakarta, 2007
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
© Fermita Guchany 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
HALAMAN PENGESAHAN
PROGRAM PELATIHAN POLA ASUH ORANG TUA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MERAWAT DIRI SISWA
TUNAGRAHITA SEDANG DI SLBN SURADE
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Juang Sunanto, Ph.D
NIP: 19610515 198703 1 002
Pembimbing II
DR. Tjutju Soendari, MPd
NIP: 19560214 198003 2 001
Mengetahui
Ketua Program Studi
DR. Djadja Rahardja,M.Ed
(4)
ABSTRAK
Program Pelatihan Pola Asuh Orang Tua untuk meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Anak Tunagrahita Sedang di SLBN Surade
Keterampilan merawat diri merupakan keterampilan yang paling memungkinkan diajarkan pada anak tunagrahita sedang. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama dalam mengembangkan keterampilan merawat diri. Orang tua perlu mengetahui dan mengunakan tehnik dan strategi yang tepat bagi anak tunagrahita agar latihan keterampilan merawat diri dapat berjalan optimal. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan merawat diri siswa tunagrahita di SLBN Surade melalui program pelatihan pola asuh orang tua. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan dilakukan dengan dua tahapan penelitian. Tahapan pertama bertujuan untuk mengetahui kondisi objektif digunakan tehnik pengumpulan data dengan tes, skala sikap dan wawancara. Tahap kedua bertujuan untuk menyusun program pelatihan dan menguji kelayakan program melalui focus
group discussion dan lembar evaluasi reakasi peserta. Hasil penelitian
menunjukan bahwa (1) sebanyak lebih dari separuh siswa tunagrahita sedang di SLBN Surade masih belum terampil dalam merawat diri, (2) Pola asuh yang dilakukan orang tua dalam melatih keterampilan merawat diri meliputi aspek
verbal instruction, modeling, phsycal guiding dan reward, (3) Tersusunnya
rancangan program pelatihan yang terdiri dari komponen tujuan umum dan khusus, metode, materi pelatihan, alat bantu pelatihan, waktu dan tempat pelatihan, peserta pelatihan, fasilitator, evaluasi, susunan acara,(4) Program pelatihan yang telah di uji kelayakannya memberikan manfaat positif orang tua dan anak tunagrahita sedang dengan keterampilan merawat diri yang buruk. Berbekal pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki orang tua setelah mengikuti pelatihan, orang tua disarankan untuk mencoba melatih anak tunagrahita dan mengisi lembar kemajuan latihan keterampilan merawat diri siswa tunagrahita. Selain itu disarankan juga, pihak sekolah untuk memantau kemajuan keterampilan merawat diri siswa tunagrahita. Dengan adanya kerjasama dari orang tua dan sekolah diharapkan keterampilan merawat diri anak tunagrahita sedang di SLBN Surade dapat meningkat.
Kata kunci: Tunagrahita sedang, Keterampilan merawat diri, pola asuh, program pelatihan
(5)
Fermita Cuchany, 2014
Program pelatihan pola asuh orang tua untuk meningkatkan keterampilan merawat dirsiswa tunagrahita sedang di SLBN Surade
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Parenting Training Program to Improve Self-Care Skills of Children with Moderate Mentally Retarded at SLBN Surade
Self-care skills are the most possible skills that can be taught to children with mentally retarded. Parents are the main teachers and also the first trainers in developing self-care skills to the children. It is important for parents to get to know and to be able to use the most appropriate techniques and strategies for children with mentally retarded, so that the training of self-care skills can be done optimally. This research is aimed to improve self-care skills of children with mentally retarded in SLBN Surade through a parenting training program. This research is qualitative research and done in two stages. The first stage is aimed to determine the real condition of self-care skills of children with moderate mentally retarded and parenting style. Data in the first stage were collected through tests, attitude scales and interview. The second stage is aimed to design the training program and validate it. Data in the second stage were collected through focus group discussion and participants' reactions evaluation sheet. The results of the research show: (1) more than half of the children with moderate mentally retarded in SLBN Surade are not skillful in taking care of themselves, (2) parenting style in training of self-care skills consists of verbal instruction, modeling, physical guiding, and reward, (3) The design of training program consists of some componentssuch as general and specific objectives, methods, training materials, training aids, time and place of the training, the participants, facilitators, evaluation, event schedule, (4) the training program that has been validated are beneficial for parents and children with moderate mentally retarded. Knowledge and skill they get from the training are expected to enable them to train their mentally retarded children and also they are advised to fill out a self-care skills training progress sheet. School are advised to monitor the student`s self-care skills progress. The collaboration between parents and school, hopefully can improve the self-care skills of children with moderate mentally retarded in SLBN Surade. Keywords: moderate mentally retarded children, self-care skills, parenting, training program
(6)
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ……….i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ………...ii
UCAPAN TERIMAKASIH ………..iii
ABSTRAK ………..…..…….iv
DAFTAR ISI………...vi
DAFTAR TABEL………...……...…...viii
DAFTAR GAMBAR ……….……ix
DAFTAR LAMPIRAN ………...x
BAB I: PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ………1
1.2Rumusan Masalah ………...4
1.3Tujuan Penelitian ………5
1.4Manfaat Penelitian ………..………....5
1.5Sistematika Penulisan ………....….6
BAB II : KAJIAN PUSTAKA dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1Kajian Pustaka ……….……….….7
2.1.1Anak Tunagrahita 2.1.1.1 Pengertian Tunagrhaita ……….……….7
2.1.1.2 Klasifikasi Tunagrahita ……….…………...…..8
2.1.2Keterampilan Merawat Diri Anak Tunagrahita Sedang 2.1.2.1 Pengertian anak tunagrahita sedang………...………....10
2.1.2.2 Karakteristik anak tunagrahita sedang …………...…………...10
2.1.2.3 Permasalahan Tunagrahita Sedang ………...11
2.1.2.4 Kebutuhan belajar anak tunagrahita sedang ……….12
2.1.2.5 Keterampilan Merawat Diri ………..13
2.1.3Pola Asuh Orang Tua 2.1.3.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua………..…………15
2.1.3.2 Keluarga dengan Anak Tunagrahita……….……….17
2.1.3.3 Peranan Orang Tua dalam Melatih Keterampilan Merawat Diri……….18
2.1.3.4 Tehnik dan Strategi Melatih Keterampilan Merawat Diri……….20
2.1.4Rancangan Program Pelatihan 2.1.4.1Pendidikan Untuk Orang Dewasa ……….23
2.1.4.2 Program Pelatihan ……...……….….24
2.1.4.3Uji Kelayakan Melalui Focus Group Discussion………...….25
2.2Kerangka Pemikiran ………...26 BAB III: Metodologi Penelitian
(7)
Fermita Cuchany, 2014
Program pelatihan pola asuh orang tua untuk meningkatkan keterampilan merawat dirsiswa tunagrahita sedang di SLBN Surade
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.2Desain Penelitian ……….28
3.3Metode Penelitian ………....29
3.4Definisi Operasional ………32
3.5Instrumen Penelitian ………34
3.6Proses Pengembangan Instrumen ………....38
3.7Tehnik Pengumpulan Data ………...…...38 3.8Analisis Data ………...………39
BAB IV: HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Keterampilan Merawat Diri………....43
4.1.2 Pola Asuh Orang Tua pada Anak dengan Keterampilan Merawat Diri yang Baik ……….…45
4.1.3 Pola Asuh Orang Tua pada Anak dengan Keterampilan Merawat Diri yang Buruk ………..…..49
4.1.4 Rancangan Program Pelatihan Pola Asuh Orang Tua …………...…….51
4.1.5 Uji Kelayakan Program Pelatihan ………...……...58
4.2 Pembahasan………..63
BAB V : KESIMPULAN dan SARAN 5.1Kesimpulan 5.1.1 Keterampilan Merawat Diri ………...………….69
5.1.2 Pola Asuh Orang Tua anak dengan Keterampilan Merawat Diri yang Baik ....………...……….69
5.1.3 Pola Asuh Orang Tua anak dengan Keterampilan Merawat Diri yang Buruk……….……….69
5.1.4 Rancangan Program Pelatihan………..……….70
5.1.5 Program Pelatihan ………...70
5.2Saran 5.2.1 Orang Tua ………..………...71
5.2.2 Sekolah ………..………...71
5.2.3 Peneliti Selanjutnya ………..………72
DAFTAR PUSTAKA ………..….73 RIWAYAT HIDUP
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Perkembangan kemampuan merawat diri berdasarkan usia mental....14 Tabel 3.1: Variabel pola asuh orang tua ………..……....…..33 Tabel 3.2: Kisi-kisi keterampilan merawat diri ………..….…..…35 Tabel 3.3: Kisi-kisi skala sikap orang tua terhadap latihan keterampilan merawat diri anak tunagrahitanya ………..…..…36 Tabel 3.4: Kisi-kisi wawancara perilaku orang tua dalam melatih keterampilan merawat diri ………..………37 Tabel 3.5: Kriteria interpretasi keterampilan merawat diri anak tunagrahita sedang
………40
Tabel 3.6: Kriteria sikap orang tua terhadap latihan keterampilan merawat diri
anak tunagrahitanya ……….……….…41
Tabel 4.1: Nilai presentase keterampilan merawat diri anak tunagrahita sedang
………44
Tabel 4.2: Gambaran umum mengenai pola asuh orang tua anak dengan
keterampilan merawat diri yang baik ……….………...46 Tabel 4.3: Gambaran umum mengenai pola asuh orang tua anak dengan
keterampilan merawat diri yang buruk ………..…………...49
Tabel 4.4 : Hasil FGD Rancangan Program Pelatihan ………..58
Tabel 4.5 : Perkembangan Keterampilan Merawat Diri Siswa Tunagrahita setelah
(9)
Fermita Cuchany, 2014
Program pelatihan pola asuh orang tua untuk meningkatkan keterampilan merawat dirsiswa tunagrahita sedang di SLBN Surade
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
(10)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Kegiatan membersihkan diri sejatinya adalah kegiatan yang telah dilakukan manusia sejak kecil dan akan terus dilakukan hingga dewasa karena memiliki dampak terhadap kesehatan. Iman al Ghazali pernah mengungkapkan: “Apabila menilai seseorang lihatlah pada kebersihan dirinya terlebih dahulu” (http://id.wikipedia.org/wiki/kebersihan). Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya, debu, sampah, dan bau. Kebersihan juga berarti bebas dari virus, bakteri patogen, dan bahan kimia berbahaya. Sehingga dapat dikatakan, kebersihan merupakan salah satu tanda dari keadaan higiene yang baik. Manusia perlu menjaga kebersihan diri agar sehat, tidak bau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain.
Anak-anak pada umumnya dapat menarik manfaat dari merawat kebersihan diri. Dengan tampil bersih dan rapih, umumnya anak-anak merasa percaya diri untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya. Namun tidak demikian dengan anak tunagrahita sedang. Umumnya mereka belum dapat menarik manfaat dari merawat kebersihan diri. Penampilan mereka yang memiliki bau kurang sedap, gigi kuning, dan bau badan sering dijumpai pada anak tunagrahita sedang baik dilingkungan sekolah maupun di tempat lainnya. Penampilan seperti ini tentunya membuat anggapan yang kurang baik dimasyarakat mengenai anak tunagrahita sedang.
Kemampuan merawat diri ini penting bagi semua anak, namun dalam penguasaannya tentu menjadi berbeda pada setiap anak terutama dalam hal kecepatan penguasaan sesuai dengan perkembangan usianya. Anak-anak pada umumnya mampu menguasai keterampilan bantu diri dengan baik secara mandiri pada usia enam tahun, namun bagi anak berkebutuhan khusus seperti anak dengan
(11)
2
Fermita Cuchany, 2014
Program pelatihan pola asuh orang tua untuk meningkatkan keterampilan merawat dirsiswa tunagrahita sedang di SLBN Surade
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tuangrahita sedang yang memiliki usia mental jauh dari usia kronologis mungkin akan mengalami hambatan dalam menguasai kemampuan merawat diri.
(12)
2
Berikut ini adalah fakta mengenai kemampuan merawat diri anak tunagrahita yang ditemui peneliti di SLBN Surade:
1. I (12 thn), perempuan, siswi tunagrahita sedang, berpenampilan cukup rapih, telah dapat mengenakan mengenakan baju seragam sekolah sendiri, memakai sepatu sendiri dan dapat melakukan BAB dan BAK di kamar mandi secara mandiri, dan dalam pembelajaran menggosok gigi telah dapat melakukan gosok gigi sendiri walaupun belum terlalu benar.
2. A (12 thn), laki-laki, siswa tunagrahita sedang berpenampilan sedikit berantakan dan memiliki bau badan yang khas, masih mengalami kesulitan dalam mengancingkan seragam namun telah dapat memakai celana sendiri, masih mengalami kesulitan dalam memakai sepatu dan masih memerlukan bantuan minimal untuk BAB dan BAK di kamar mandi namun telah mampu mengungkapkan keinginan untuk BAB dan BAK kepada orang lain dan dalam pembelajaran mengosok gigi masih perlu dibantu untuk menggosok gigi.
3. R (11 thn), laki-laki, siswa tunagrtahita sedang belum dapat memakai seragam baik baju maupun celana sendiri, belum dapat memakai sepatu sendiri, dan tidak dapat mengekspresikan keinginan BAB dan BAK walaupun R sudah dapat berbicara sehingga masih dipakaikan pospak saat kesekolah. Dalam pembelajaran menggosok gigi, masih diam dan memerlukan bantuan maksimal dari guru untuk menggosok gigi.
Setiap anak dengan kondisi apapapun termasuk anak yang berkebutuhan khusus seperti anak tunagrahita perlu belajar akan kesehatan dan keterampilan merawat diri sesegera mungkin, agar dapat diterima dan berfungsi secara mandiri dalam hidup bermasyarakat. Para ilmuwan juga menjelaskan betapa pentingnya penguasaan keterampilan bantu diri pada anak berkebutuhan khusus, seperti yang dijelaskan oleh Ardic dan Cavkayter (2009) bahwa penguasaan keterampilan bantu diri merupakan tahapan pertama dari proses pencapaian kemandirian
(13)
3
Fermita Cuchany, 2014
Program pelatihan pola asuh orang tua untuk meningkatkan keterampilan merawat dirsiswa tunagrahita sedang di SLBN Surade
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
individu dari keluarga dan merupakan prasyarat agar dapat diterima oleh lingkungan sosial.
Dalam rangka pengembangan kemampuan merawat diri, maka pengembangan di sekolah dan di rumah juga tidak dapat dipisahkan. Agar kemampuan merawat diri anak dapat berkembang secara optimal maka guru dan orangtua harus bekerja sama dalam upaya pengembangannya. Guru bertanggungjawab mengembangkan kemampuan merawat diri anak selama di sekolah, sedangkan orangtua bertanggungjawab untuk mengembangkannya selama anak berada di luar jam sekolah. Upaya melibatkan orangtua dalam pengembangan kemampuan merawat diri anak merupakan suatu yang penting dilakukan, karena sebahagian besar waktu anak dihabiskan dirumah bersama dengan orang tua. Selain itu orang tua merupakan guru yang terbaik dalam mengajarkan anak menguasai keterampilan bantu diri, karena pada dasarnya orang tua memiliki informasi penting tentang anaknya, dan dipastikan orang tua mengenal anaknya lebih baik dari siapapun. Informasi yang penting mengenai anak diperlukan dalam mempertimbangkan apa yang anak sudah dapat lakukan dan apa yang siap anak lakukan, karena setiap keterampilan yang anak pelajari akan menjadi dasar keterampilan untuk mempelajari keterampilan berikutnya.
Orang tua dalam ruang lingkup keluarga merupakan media awal dari satu proses pembelajaran yang mempunyai kewajiban untuk mengasuh, merawat dan mendidik anak tersebut guna menjadi generasi yang baik. Dalam berinteraksi, pola perilaku orang tua terhadap anak disebut dengan pola asuh. Pola asuh dilakukan orang tua dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan dan mendidik anak dalam kehidupannya sehari-hari dan bersifat konsisten dari waktu ke waktu. Selama mengadakan kegiatan pengasuhan berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan setempat dan masyarakat. Didalam lingkungan keluarga, peranan pola asuh orang tua terhadap perkembangan individu sangat besar dalam hal
(14)
4
perkembangan perilaku adaptif. Apabila pola asuh yang diberikan baik dan memberikan peluang yang cukup bagi seorang anak untuk mendapatkan pengalaman belajar maka perilaku adaptif anak akan berkembang dengan baik. Sebaliknya jika anak tunagrahita mendapatkan pola asuh yang buruk didalam lingkungannya, maka akan berdampak besar pada ketunaanya.
Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan didapati kenyataan bahwa terdapat perbedaan pola asuh yang dilakukan orang tua guna mendukung keberhasilan bina diri siswa tunagrahita sedang. Sebagai contoh, ketika dalam proses pembelajaran bina diri, ketika anak belajar bersama temannya untuk menggosok gigi, masih terlihat ada usaha orang tua untuk membantu anaknya menggosok gigi dan bukannya mengajarkan anak untuk berlatih mengosok gigi sendiri
Permasalahan pola asuh orang tua terhadap keterampilan merawat diri anak tunagrahita memerlukan sebuah upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Sayangnya belum ada program di SLBN Surade yang dibuat untuk meningkatkan peran orang tua dalam melatih keterampilan merawat diri melalui sebuah pelatihan orang tua. Untuk itu, peneliti tertarik untuk dapat menemukan sebuah program pelatihan orang tua sehingga dengan hasil dari pelatihan tersebut dapat meningkatkan keterampilan merawat diri anak tunagrahita sedang di SLBN Surade.
1.2Rumusan masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah, dapat diindentifikasi masalah sebagai berikut:
“ Bagaimanakah program pelatihan pola asuh orang tua yang dapat meningkatkan keterampilan merawat diri anak tunagrahita sedang?”
Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut maka perlu penulis menyusun sub-sub pertanyaan sebagai berikut:
(15)
5
Fermita Cuchany, 2014
Program pelatihan pola asuh orang tua untuk meningkatkan keterampilan merawat dirsiswa tunagrahita sedang di SLBN Surade
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1.2.1 Bagaimana keterampilan merawat diri siswa tunagrahita sedang di SLBN Surade?
1.2.2 Bagaimana pola asuh orang tua pada anak tunagrahita sedang yang memiliki keterampilan merawat diri yang baik?
1.2.3 Bagaimana pola asuh orang tua pada anak tunagrahita sedang yang memiliki keterampilan merawat diri yang buruk?
1.2.4 Bagaimana rancangan program pelatihan pola asuh orang tua untuk meningkat keterampilan merawat diri anak tunagrahitanya?
1.2.5 Bagaimanakan hasil uji kelayakan program pelatihan pola asuh orang tua untuk meningkat keterampilan merawat diri anak tunagrahitanya?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan merawat diri anak tunagrahita sedang melalui program pelatihan pola asuh, lebih rinci penelitian ini ingin mengungkapkan/ mendeskripsikan:
1.3.1 Keterampilan merawat diri siswa tunagrahita sedang di SLBN Surade 1.3.2 Pola asuh orang tua pada anak tungrahita sedang yang memiliki
keterampilan merawat diri yang baik.
1.3.3 Pola asuh orang tua pada anak tungrahita sedang yang memiliki keterampilan merawat diri yang buruk.
1.3.4 Rancangan program pelatihan pola asuh orang tua untuk meningkatkan keterampilan merawat diri anak tunagrahitanya
1.3.5 Hasil uji kelayakan program pelatihan pola asuh orang tua untuk meningkat keterampilan merawat diri anak tunagrahitanya
1.4Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan keilmuan, khususnya pendidikan luar biasa, yaitu:
(16)
6
Untuk mengembangkan teori-teori pedagogis terutama dalam tehnik dan strategi pembelajaran merawat diri bagi anak tunagrahita sedang, selain itu juga mengembangkan teori-teori psikologis, terutama dalam model pola asuh orang tua terhadap siswa tunagrahita tunagrahita.
1.4.2 Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara nyata kepada orang tua siswa tunagrahita. Dengan mengetahui pola asuh yang tepat diharapkan memberikan dampak secara nyata bagi siswa tunagrahita terutama peningkatan dalam kemampuan merawat diri. Penelitian ini diharapkan juga memberikan manfaat nyata kepada SLBN Surade yaitu untuk mengembangkan suatu program pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dan juga bagi peneliti selanjutnya sebagai dasar penelitian untuk melanjutkan penelitian mengenai efektivitas program pelatihan bagi orang tua terhadap keterampilan merawat diri anak tunagrahitanya.
1.5Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam tesis ini dibagi dalam lima bab, setiap bab dirinci dalam beberapa sub bab sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : Kajian pustaka dan kerangka pemikiran yang meliputi: pemaparan teori tentang keterampilan merawat diri anak tunagrahita, pola asuh orang tua dalam melatih keterampilan merawat diri dan rancangan program pelatihan, dan kerangka pemikiran yang melandasi penelitian ini.
BAB III : Metodologi penelitian berisi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, pengembangan instrument, teknik pengumpulan data, analisis data.
BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi: data keterampilan merawat diri anak tunagrahita sedang di SLBN Surade, pola asuh orang pada anak
(17)
7
Fermita Cuchany, 2014
Program pelatihan pola asuh orang tua untuk meningkatkan keterampilan merawat dirsiswa tunagrahita sedang di SLBN Surade
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan keterampilan merawat diri yang baik, pola asuh orang pada anak dengan keterampilan merawat diri yang buruk, rancangan program pelatihan, dan hasil uji kelayakan rancangan program.
BAB V : Kesimpulan dan Rekomendasi DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
(18)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di SLB Negeri Surade Kabupaten Sukabumi. Informan penelitian ini adalah seluruh anak tunagrahita sedang di SLBN Surade dan orang tua anak tunagrahita sedang. Pertimbangan dalam menentukan lokasi dan informan dalam penelitian ini adalah (1) masih ditemukannya anak tunagrahita sedang yang belum terampil dalam merawat diri, (2) belum adanya penelitian untuk meningkatkan keterampilan merawat diri anak tunagrahita sedang, (3) peneliti bekerja di tempat ini sehingga memudahkan dalam melakukan pengambilan data.
3.2Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif sebab penelitian ini dilakukan pada obyek yang alamiah atau obyek yang berkembang apa adanya tidak dimanipulasi oleh peneliti. Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah memotret kondisi apa adanya, mengkonstruk dan menganailisa untuk selanjutnya mendeskripsikan respon responden untuk menjadi lebih berwarna. Sejalan dengan yang dikatakan oleh Moleong (2004) bahwa
penelitian kualitatif adalah “ penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa”. Pada bab I telah dijelaskan bahwa pertanyaan penelitian dirinci menjadi tiga bagian besar yaitu (1) mengenai keterampilan merawat diri, (2) pola asuh orang tua dan (3) rancangan program pelatihan pola asuh orang tua. Data keterampilan merawat diri anak tunagrahita dijadikan dasar untuk membedakan subyek anak dengan keterampilan merawat diri yang baik dan anak dengan keterampilan merawat diri yang buruk untuk selanjutnya dicari data mengenai pola asuh orang tua dari kedua kelompok anak tunagrahita tersebut.
(19)
29
Fermita Cuchany, 2014
Program pelatihan pola asuh orang tua untuk meningkatkan keterampilan merawat dirsiswa tunagrahita sedang di SLBN Surade
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Data pola asuh orang tua yang kemampuan merawat diri anak tunagrahita yang buruk dijadikan dasar untuk menyusun kebutuhan program pelatihan sementara data pola asuh orang tua yang kemampuan merawat diri anak tunagrahita yang baik dijadikan dasar pembuatan rancangan program pelatihan pola asuh orang tua. Penelitian ini dilakukan melalui 2 tahapan yang digambarkan dalam desain penelitian sebagai berikut
Tahap 1 Tahap 2
3.3Metode Penelitian Studi Pustaka
Studi Lapangan
Masalah Penelitian
Angket
Wawancara Analisis Hasil Kajian Konsep
Rancangan Program Pelatihan
Program Pelatihan Pola Asuh Orang Tua Focus Group
Discussion
Rancangan Program Pelatihan
Tes Kinerja
Pelaksanaan
Rancangan Program Pelatihan
(20)
30
Penelitian ini berfokus pada pola asuh orang tua dimana kemampuan merawat diri anak sebagai indikator keberhasilan pola asuh orang tua. Ada 2 tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu:
3.3.1 Penelitian tahap pertama 3.3.1.1Merumuskan masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini dikonkritkan dalam bentuk pertanyaan yang terangkum dalam bab I.
3.3.1.2Studi literature
Studi literature digunakan untuk menyusun kisi-kisi instrument yang akan digunakan. Kisi-kisi dibuat berdasarkan pertanyaan penelitian yang ada pada bab I.
3.3.1.3 Studi lapangan
Dengan berbekal surat ijin penelitian dari akademik selanjutnya peneliti mengajukan permohonan penelitian kepada pihak sekolah yaitu SLBN Surade yang berada di kabupaten Sukabumi. Setelah mendapatkan ijin, peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan instrument yang telah dibuat. Data yang ada selanjutnya dianalisa untuk dijadikan dasar penyusunan rancangan program pelatihan.
3.3.2 Penelitian tahap kedua
Tahap kedua adalah tahapan pengembangan program pelatihan yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
Program pelatihan ini terdiri dari beberapa tahap pengembangan yaitu: 3.3.2.1Analyze (analisa)
Adalah tahap awal yang merupakan kegiatan sebelum membuat konsep acara. Pada tahap awal ini, dilakukan beberapa hal yaitu analisis
(21)
31
Fermita Cuchany, 2014
Program pelatihan pola asuh orang tua untuk meningkatkan keterampilan merawat dirsiswa tunagrahita sedang di SLBN Surade
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tentang kebutuhan (needs assessment), mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis) pada peserta didik atau peserta pelatihan. Analisa kebutuhan dilakukan dengan menggunakan data yang telah didapat sebelumnya pada tahap pertama. Kemudian dilakukan analisa karakteristik dengan melihat dari latar belakang budaya, pengalaman, usia, psikologi dan segala aspek yang menyangkut gambaran umum tentang karakteristik peserta dari peserta pelatihan supaya pelatihan yang dibuat dapat diterima oleh mereka.
3.3.2.2 Design (desain/perancangan)
Setelah mengetahui masalah atau kebutuhan peserta dari hasil menganalisis, maka dilanjutkan dengan membuat konsep atau merancang strategi yang tepat bagi masalah yang telah ditemukan dari hasil analisis. Hal-hal yang dilakukan dalam tahap desain ini adalah: merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun tes yang didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya serta menentukan strategi pembelajaran media yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Semua hal tersebut tertuang dalam suatu dokumen bernama “rancangan program
pelatihan” yang jelas dan rinci. 3.3.2.2 Development (pengembangan)
Dalam tahap pemgembangan merupakan tindak lajut dari konsep atau rancangan yang telah dibuat sebelumnya atau proses mewujudkan desain sebelumnya menjadi kenyataan. Tahap ini dilaksanakan melalui suatu proses untuk menilai rancangan program pelatihan yang telah dibuat sebelumnya apakah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta pelatihan. Pada tahap ini, dibahas juga mengenai susunan acara, perlengkapan pendukung biaya, serta teknis pelaksanaan.
3.3.2.3Implementation (implementasi)
Adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang sudah dibuat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan
(22)
32
diinstal, diset, atau diatur sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya sehingga benar-benar dapat diimplementasikan. Tahap ini adalah tahap dimana dilaksanakannya seluruh apa yang sebelumnya telah dianlisis, direncanakan dan dikembangkan.
3.3.2.4Evaluation (evaluasi/ umpan balik)
Merupakan tahap akhir adalah tahap mengevaluasi, yaitu mengevaluasi secara keseluruhan. Evaluasi merupakan suatu proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Evaluasi bertujuan menjawab berbagai pertanyaan terkait pelatihan (training) yang sudah dilakukan seperti : apakah tujuan pelatihan telah tercapai?, apakah pelatihan yang dibuat berguna bagi peserta?, adakah halangan dalam pelaksanaan?, bagaimana solusinya?, apa saja kelebihan pelatihan?, apakah kekuranganya?, apa saja kendala yang ditemukan selama proses pelatihan?, bagaimana cara membuat pelatihan ini lebih baik lagi?, dan lain sebagaianya.
3.4Definisi Operasional
3.4.1 Siswa Tunagrahita sedang
Siswa tunagrahita sedang adalah mereka yang memiliki kemampuan intelektual umum dan adaptasi perilaku di bawah anak tunagrahita ringan. Mereka mampu belajar keterampilan sekolah untuk tujuan-tujuan fungsional,
mencapai suatu tingkat “tanggung jawab sosial”, dan mencapai penyesuaian
sebagai pekerja dengan bantuan. Selain itu, mereka memiliki kemampuan dalam mengurus diri sendiri.
Dalam penelitian ini siswa tunagrahita sedang adalah siswa SLBN Surade yang dikelompokan sebagai siswa tunagrahita sedang oleh sekolah dan masih mampu dilatih untuk merawat diri sendiri.
(23)
33
Fermita Cuchany, 2014
Program pelatihan pola asuh orang tua untuk meningkatkan keterampilan merawat dirsiswa tunagrahita sedang di SLBN Surade
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pola Asuh adalah bagaimana cara orang tua melakukan hubungan atau interaksi dengan anaknya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Darling & Steinberg, (1993) pola asuh adalah kumpulan dari sikap, praktek dan ekspresi nonverbal orangtua yang bercirikan kealamian dari interaksi orangtua kepada anak sepanjang situasi yang berkembang.
Pola asuh menurut penelitian ini adalah sikap dan praktek yang meliputi aspek verbal direction, modelling, phsycal guiding dan reward. Untuk lebih jelasnya variabel mengenai pola asuh dijelaskan dalam tabel 3.1
Tabel 3.1
Variabel pola asuh orang tua
Aspek Indikator
Verbal direction 1. Instruksi lisan yang diberikan orang tua dilihat dari intonasi suara, kecepatan bicara, kata-kata yang digunakan
2. Cara yang dilakukan orang tua agar anak memperhatikan instruksi lisan
3. Posisi orang tua terhadap anak dan kontak mata saat memberikan instruksi
Modelling 1. Cara orang tua mencontohkan keterampilan merawat diri
2. Membuat perencanaan latihan keterampilan merawat diri
3. Penggunaan media lain dalam latihan keterampilan merawat diri
(24)
34
Phsycal guiding 1. Cara orang tua melakukan bimbingan secara fisik 2. Cara orang tua mengurangi bantuan
3. Cara orang tua menciptakan suasana saat latihan Reward 1. Pemberian reward ( jenis, alasan dan kapan
memberikannya)
2. Cara orang tua mengurangi pemberian reward
3. Cara orang tua menghadapi tingkahlaku anak yang kurang kooperatif selama latihan
4. Kekerasan baik fisik maupun verbal selama latihan
3.4.3 Keterampilan Merawat Diri
Merawat Diri adalah suatu kegiatan yang dilakukan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan akan kebersihan dan kesehatan diri. Merawat diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan psikomotor dalam mandi, keramas dan gosok gigi.
3.4.4 Orang Tua
Dikarenakan posisi SLBN Surade yang berada didaerah pedesaan dimana banyak penduduk terutama wanita yang bekerja sebagai TKW di luar negeri ataupun bekerja di kota lain sehingga pengasuhan anak diserahkan kepada keluarga terdekat. Untuk itu, orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anggota keluarga anak tunagrahita yang bertugas merawat, mendidik serta mengasuh anak tunagrahita setiap harinya.
3.4.5 Program pelatihan
Program pelatihan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah draft program untuk melatih orang tua siswa tunagrahita yang terdiri dari komponen: (1) tujuan umum dan khusus, (2) metode, (3) materi pelatihan, (4) alat bantu pelatihan, (5) waktu dan tempat pelatihan, (6) peserta pelatihan, (7) fasilitator, (8) evaluasi,susunan acara.
(25)
35
Fermita Cuchany, 2014
Program pelatihan pola asuh orang tua untuk meningkatkan keterampilan merawat dirsiswa tunagrahita sedang di SLBN Surade
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.5 Instrumen Penelitian
Data pertama yang dicari oleh peneliti adalah kemampuan merawat diri anak tunagrahita pada SLBN Surade menggunakan tes kinerja untuk mengetahui kemampuan psikomotor merawat diri. Dari data ini, maka akan dikelompokan menjadi dua yaitu kelompok anak tunagrahita yang memiliki kemampuan merawat diri yang baik dan kelompok anak tungrahita yang memiliki kemampuan merawat diri yang buruk. Untuk mendapatkan data mengenai pola asuh orang tua, peneliti menggunakan dua instrument yaitu (1) skala sikap, untuk mengetahui sikap orang tua terhadap latihan keterampilan merawat diri dan (2) pedoman wawancara , untuk mengetahui perilaku orang tua dalam melatih keterampilan merawat diri. Untuk uji kelayakan program digunakan (1) format focus group
discussion, (2) lembar evaluasi reaksi peserta. Secara rinci, instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
3.5.1 Tes
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui keterampilan merawat diri siswa tunagrahita di SLBN Surade. Item tes kinerja disusun berdasarkan tahapan tugas (task analysis) masing-masing kemampuan. Setiap item diberi skor dua jika anak mampu melakukannya tanpa bantuan, skor satu jika anak melakukannya dengan bantuan dan skor nol jika anak tidak mampu melakukannya. Tes kinerja untuk kemampuan mandi terdiri dari lima item, tes kinerja untuk kemampuan gosok gigi terdiri dari enam item, dan tes kinerja untuk kemampuan keramas terdiri dari lima item.
Tabel 3.2
Kisi-kisi tes keterampilan merawat diri Keterampilan
Merawat Diri
Indikator Item Pertanyaan Skor
Mandi Mendemonstrasi kan tata cara mandi
1. Membasuh seluruh badan dengan air
2. Mengambil sabun
2= bisa mandiri
(26)
36
3. Mengosok seluruh badan dengan sabun
4. membilas seluruh badan dengan air kembali
5. mengeringkan badan dengan handuk
dengan bantuan
0= tidak bisa
(setiap item) Gosok gigi Mendemonstrasi
kan tata gosok gigi
1.Mengambil sikat gigi dan pasta gigi
2.Menaruh sedikit pasta gigi di sikat gigi
3.Menyikat gigi 4.Kumur-kumur
5.Menyimpan kembali sikat dan pasta gigi
6.Mengeringkan mulut dengan handuk
2 = bisa mandiri
1= bisa dengan bantuan
0= tidak bisa
(setiap item)
Keramas Mendemonstrasi kan tata cara keramas
1.Membasahi rambut dengan air 2. Mengambil sedikit shampoo dan meletakkan di telapak tangan
3. Menggosok rambut dengan shampoo
4. Membilas rambut dengan air hingga bersih
5. Mengeringkan rambut dengan handuk
2 = bisa mandiri
1= bisa dengan bantuan
0= tidak bisa
(setiap item)
3.5.2 Skala Sikap
Sikap orang tua terhadap latihan keterampilan merawat diri diperoleh melalui skala sikap yang terdiri dari tiga puluh pernyataan. Instrumen ini menyediakan 5 option pilihan yaitu SST = sangat setuju, S= setuju, N= ragu-ragu, TS= tidak setuju, TS= sangat tidak setuju untuk item-item pernyataan positif.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Skala Sikap Orang Tua Terhadap Latihan Keterampilan Merawat Diri Anak Tunagrahitanya
Aspek
No item
Komponen sikap Arah
pernyataan Kognitif Afektif Konasi Positif Negatif
(27)
37
Fermita Cuchany, 2014
Program pelatihan pola asuh orang tua untuk meningkatkan keterampilan merawat dirsiswa tunagrahita sedang di SLBN Surade
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Modeling 8-13 X X x X X
Physical guidance
14-20 X X x X X
Reward 21-30 X X x X X
3.5.3 Pedoman Wawancara
Teknik wawancara kategori in-depth interview kepada orang tua, digunakan bertujuan untuk menemukan permasalah secara lebih terbuka dimana pihak orang tua diminta untuk mengemukakan pendapat dan ide-idenya mengenai pola asuh yang digunakan. Untuk melaksanakan wawancara tersebut wawancara semi terstruktur dimana peneliti telah menyiapkan pedoman wawancara yang telah dibuat sebelumnya.
Tabel 3.4
Kisi-kisi wawancara perilaku orang tua dalam melatih keterampilan merawat diri
No Aspek Indikator No
Item
1 Verbal direction
Instruksi harus jelas, ringkas secara pelan dan menggunakan bahasa sederhana
1 Sentuhan fisik dan memanggil nama anak digunakan untuk menarik perhatian anak
2 Posisi orang tua didepan anak dan melakukan kontak mata saat memberikan instruksi
3 2 Modelling Modeling dilakukan dengan mendemonstrasikan
cara merawat diri didepan anak
4 Aktivitas merawat diri dapat dibagi menjadi beberapa tahapan (task ananlysis).
(28)
38
Penggunaan media untuk meningkatkan pemahaman anak
6 3 Physical
guidance
Bimbingan dapat dilakukan dengan meraih tangan anak
7 Keterbatasan fisik dapat dibantu dengan menggunakan prinsip adaptasi
8 Bantuan dikurangi jika kemampuan anak semakin meningkat
9 Pembelajaran harus dalam suasana menyenangkan bagi anak
10 4 Reward Pemberian reward dapat meningkatkan
kemampuan anak
11 Pemberian reward hendaknya diberitahukan sebelum dilaksanakan aktivitas
12 Anak sering melakukan hal-hal untuk mendapatkan perhatian orang tua agar menghentikan proses pembelajaran
13
Reward dapat dikurangi jika anak telah mampu menguasai kemampuan
14 Tidak boleh melakukan kekerasan baik secara fisik maupun verbal kepada anak karena dapat menurunkan motivasi anak
15
3.5.4 Format Focus Group Discusion
Focus group discussion diadakan untuk menilai rancangan program
rancangan yang telah dibuat. Penilaian dilakukan untuk melihat (1) konten/isi dan (2) redaksi bahasa.
3.5.5 Lembar Evaluasi Reaksi Peserta
Lembar evaluasi reaksi peserta digunakan untuk mengetahui reaksi peserta terhadap pelatihan yang meliputi (1) Manfaat, (2) perasaan selama mengikuti pelatihan, (3) materi, (4) fasilitator, (5) metode, (6) makalah.
3.6 Proses Pengembangan Instrumen
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan content validity dimana instrumen yang disusun berdasarkan konsep keterampilan merawat diri anak tunagrahita untuk kemudian di konsultasikan kepada beberapa orang yang meliputi guru
(29)
39
Fermita Cuchany, 2014
Program pelatihan pola asuh orang tua untuk meningkatkan keterampilan merawat dirsiswa tunagrahita sedang di SLBN Surade
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
spesialisasi tunagrahita, orang tua, akademisi dibidang pendidikan khusus dan psikolog anak.
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah suatu usaha untuk memperoleh data dengan metode yang ditentukan oleh peneliti ( Arikunto, 2006). Berikut teknik pengumpulan data yang dilakukan selama penelitian:
3.7.1 Tes Kinerja
Pengumpulan data dilakukan di sekolah dan dirumah anak tunagrahita. Pengumpulan data yang dilakukan disekolah adalah kegiatan gosok gigi yang dikemas dalam kegiatan binadiri yang diadakan tiap minggu. Sementara mandi dan keramas dilakukan tes kinerja dirumah anak melalui tes kinerja. Setiap anak diminta untuk melakukan merawat diri dengan menggunakan perlengkapan dan peralatan yang telah disediakan oleh peneliti. Selama unjuk kerja, peneliti menilai dan menuliskan hasil kemampuan anak dalam lembar penilaian tes kinerja.
3.7.2 Angket Skala Sikap
Pengumpulan data dilakukan di SLBN Surade. Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti melakukan pendekatan untuk memberikan penjelasan apakah responden bersedia untuk menjadi responden. Setelah responden setuju, maka peneliti kemudian menjelaskan cara pengisian angket kemudian diikuti dengan pengisian angket oleh responden. Selama pengisian angket, peneliti mendampingi responden dengan tujuan agar jika ada sesuatu yang kurang jelas, responden dapat langsung menanyakan kepada peneliti. Responden harus mengisi semua pernyataan yang diberikan.
3.7.3 Pedoman Wawancara
Pengumpulan data dilakukan dirumah responden. Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti menanyakan kesediaan responden untuk melakukan pengambilan data dirumah. Setelah disetujui, pengambilan data dilakukan dengan melakukan wawancara berdasarkan pedoman pertanyaan wawancara yang telah dilakukan. Selama wawancara, peneliti mengarahkan apabila responden kesulitan
(30)
40
dalam mengambangkan jawaban. Peneliti mencatat setiap jawaban pada lembar jawaban yang sudah disiapkan. Selain melakukan wawancara dengan orang tua, peneliti juga melakukan triangulasi sumber data dengan mewawancara orang serumah yang mengetahui latihan keterampilan merawat diri yang telah dilakukan orang tua.
3.7.4 Format Focus Group Discusion
Focus group discussion diadakan di SLBN Surade dengan tim yang terdiri dari (1)
peneliti, (2) dua orang guru dan (3) dua orang perwakilan orang tua murid. Selama proses FGD, peneliti bertindak sebagai moderator dan pencatat hasil diskusi dan menuliskan dalam format FGD.
3.7.5 Angket Learner Evaluation
Pengumpulan data dilakukan di SLBN Surade setelah pelatihan selesai. Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti menjelaskan cara pengisian angket kemudian diikuti dengan pengisian angket oleh responden. Selama pengisian angket, peneliti mendampingi responden dengan tujuan agar jika ada sesuatu yang kurang jelas, responden dapat langsung menanyakan kepada peneliti. Responden harus mengisi semua pernyataan yang diberikan.
3.8 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data pada periode tertentu. Seperti pendapat Sugiyono (2012) yang menyatakan bahwa analisa penelitian kualitatif telah dimulai sejak merumuskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Aktivitas yang dilakukan menggunakan model Miles and Huberman yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing/verification ( Sugiyono, 2012 ).
(31)
41
Fermita Cuchany, 2014
Program pelatihan pola asuh orang tua untuk meningkatkan keterampilan merawat dirsiswa tunagrahita sedang di SLBN Surade
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Data yang diperoleh dari lapangan selanjutnya dianalisa dengan cara mereduksi data. Reduksi data berarti merangkum atau memilih hal-hal yang pokok dari data yang begitu kompleks, sehingga fokus terhadap hal-hal yang penting.
3.8.2 Data display
Display data atau memaparkan data tentang hasil validasi data oleh responden dalam hal ini anak tungrahita sedang dan orang tua anak tunagrahita sedang dipaparkan dengan menggunakan tabel dan deskripsi.
3.8.2.1 Tes kinerja
Data yang telah dikumpulkan diberikan skor setiap item. Setiap item diberi nilai dua jika anak mampu melakukannya tanpa bantuan, skor satu jika anak melakukannya dengan bantuan dan skor nol jika anak tidak mampu melakukannya. Skor maksimal untuk seluruh keterampilan adalah 32 dengan rincian untuk keterampilan mandi adalah 10, keterampilan gosok gigi 12 dan 10 untuk keterampilan keramas. Hasil skor anak ini kemudian dipresentasekan dengan menggunakan rumus
Presentase = skor perolehan anak X 100
Skor maksimal
Berdasarkan presentase dari skor keterampilan merawat diri anak tunagrahita sedang, selanjutnya dilakukan pengkategorian terhadap keterampilan merawat diri yang dengan kriteria yang disesuaikan menurut KKM SLBN Surade yang dijelaskan dalam tabel 3.5
Tabel 3.5
Kriteria Interpretasi Keterampilan Merawat Diri Anak Tungrahita Sedang
No Hasil Skor Kriteria
1 0%-70% Keterampilan merawat diri buruk
2 71%-100% Keterampilan merawat diri baik
3.8.2.2 Skala Sikap
Data yang telah dikumpulkan dari angket kemudian diurutkan dengan menggunakan skala likert. Setiap jawaban orang tua diberi skor empat
(32)
42
untuk pernyataan sangat setuju, skor tiga untuk pernyataan setuju, skor dua untuk pernyataan ragu-ragu, skor satu untuk pernyataan tidak setuju, skor nol untuk pernyataan sangat tidak setuju untuk item-item pernyataan positif. Sedangkan untuk item pernyataan negatif diberi skor empat untuk peryataan sangat tidak setuju, skor tiga untuk pernyataan tidak setuju, skor dua untuk pernyataan ragu-ragu, skor satu untuk pernyataan setuju, skor nol untuk pernyataan sangat setuju. Skor maksimal sikap adalah 120 yang diperoleh dari 30 item pernyataan. Hasil dari skor ini kemudian dikategorikan dalam sikap sangat positif, sikap positif, sikap netral, sikap negatif, sikap sangat negatif yang sesuai kriteria dibawah ini.
Tabel 3.6
Kriteria sikap orang tua terhadap latihan merawat diri anak tunagrahita No Rentang skor Kualifikasi
1 ≥ 91 Sangat positif
2. 71-90 Positif
3. 51-70 Netral
4. 31-50 Negatif
5. ≤ 30 Sangat negatif
3.8.2.3Wawancara
Data pokok yang didapat dari wawancara adalah perilaku melatih orang tua yang meliputi aspek (1) instruksi verbal, (2) modeling, (3) physical guiding, (4) reward. Data yang didapat dijabarkan secara singkat dalam tabel dan secara deskripsi.
3.8.2.4 Focus Group Discusion
Data pokok yang didapat dari hasil wawancara adalah (1) kesesuaian konten isi dan (2) kesesuaian redaksi bahasa rancangan program. Data yang didapat dijabarkan secara singkat dalam tabel.
(33)
43
Fermita Cuchany, 2014
Program pelatihan pola asuh orang tua untuk meningkatkan keterampilan merawat dirsiswa tunagrahita sedang di SLBN Surade
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Data pokok yang didapat dari lembar evaluasi reaksi peserta adalah (1) Manfaat, (2) perasaan selama mengikuti pelatihan, (3) materi, (4) fasilitator, (5) metode, (6) makalah. Data dijabarkan dalam bentuk deskripsi.
3.8.3 Data conclusion
Tahap kesimpulan dan verifikasi adalah tahap terakhir. Hasil akhir dari penelitian ini adalah program pelatihan orang tua yang telah dikatakan layak untuk dipakai sebagai pelatihan untuk orang tua.
(34)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 Keterampilan Merawat Diri
Sebanyak sembilan orang siswa tunagrahita sedang di SLBN Surade masih belum terampil dalam merawat diri. Ada 2 faktor yang melatar belakangi ketidakterampilan ini, yang pertama faktor fisiologis yaitu hambatan motorik dan faktor lingkungan yaitu pola asuh orang tua. Namun adanya enam siswa tunagrahita sedang yang terampil dalam merawat diri membuktikan bahwa anak tunagrahita sedang jika dilatih dengan teknik dan strategi yang benar mampu terampil dalam merawat diri.
5.1.2 Pola Asuh Orang Tua anak dengan keterampilan merawat diri yang baik
Pola asuh yang dibagi menjadi dua aspek yaitu sikap dan perilaku. Dari enam orang tua, satu orang memiliki sikap sangat positif dan lima orang memiliki sikap positif. Dalam perilaku pola asuh melatih, semua orang tua melakukan aspek verbal direction dan modelling, orang tua pada anak dengan keterampilan merawat diri yang baik semua orang tua melakukan verbal instruction. Hanya satu orang tua saja yang melakukan phsycal guiding pada anaknya hal ini dikarenakan anaknya mengalami hambatan motorik, lima orang tua tidak melakukan phsycal
guiding. Dalam aspek reward, hanya dua orang tua yang memberikan reward
kepada anaknya.
5.1.3 Pola Asuh Orang Tua anak dengan keterampilan merawat diri yang buruk
(35)
70
Fermita Cuchany, 2014
Program pelatihan pola asuh orang tua untuk meningkatkan keterampilan merawat dirsiswa tunagrahita sedang di SLBN Surade
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pola asuh yang dibagi menjadi dua aspek yaitu sikap dan perilaku. Dari Sembilan orang tua, enam orang memiliki sikap sangat positif dan tiga orang memiliki sikap negatif. Dalam perilaku pola asuh melatih, tidak semua orang tua melakukan aspek verbal direction. Beberapa orang tua bahkan hanya diam saja pada aktivitas merawat diri anak. Dalam aspek modeling, beberapa orang tua sudah mencoba memberikan contoh cara merawat diri pada anaknya, namun beberapa bahkan belum pernah mencoba mencontohkannya pada anak dengan alasan kasihan dengan kondisi ketidakmampuan anak dan merasa anaknya tidak akan mampu mandiri dalam merawat diri. Semua orang tua tidak melakukan
phscyal guiding kepada anaknya. Dalam aspek reward, dua orang tua memberikan
reward kepada anaknya dengan alasan agar anaknya mau melakukan mandi, sisanya tidak memberikan reward kepada anaknya. keterampilan merawat diri yang baik semua orang tua melakukan verbal instruction.
5.1.4 Rancangan Program Pelatihan
Tersusunnya sebuah rancangan program pelatihan pola asuh orang tua untuk meningkatkan keterampilan merawat diri. Rancangan pola asuh ini terdiri dari terdiri dari komponen tujuan umum dan khusus, metode, materi pelatihan, alat bantu pelatihan, waktu dan tempat pelatihan, peserta pelatihan, fasilitator, evaluasi, susunan acara.
5.1.5 Program Pelatihan
Program pelatihan yang telah diuji kelayakannya dapat dinyatakan layak untuk dilaksanakan sebagai program pelatihan setelah melalui dua tahap yaitu FGD dan pelaksanaan pelatihan. Program ini memberikan manfaat yang berarti bagi peserta pelatihan yaitu orang tua pada anak dengan kemampuan merawat diri yang buruk. Dengan waktu pelatihan yang singkat, tampaknya para peserta sudah memperlihatkan perubahan pengetahuan dan keterampilan dalam melatih keterampilan merawat diri anak tunagrahita dan menyatakan kesediaan untuk
(36)
71
berusaha menerapkan materi pelatihan dirumah. Selain itu, berdasarkan pengamatan singkat yang dilakukan peneliti terdapat perkembangan pada keterampilan merawat diri walaupun masih bersifat sederhana yaitu dalam aspek
verbal instruction.
5.2 SARAN
Berdasarkan temuan penelitian bahwa enam anak tunagrahita sedang masih dapat dilatih untuk terampil dalam merawat diri jika menggunakan teknik dan strategi khusus bagi mereka, maka peneliti menyarankan kepada:
5.2.1 Orang tua
Orang tua sebagai orang yang menghabiskan banyak waktu bersama anak dirumah hendaknya dapat menerapkan teknik dan strategi yang telah dilatih sebelumnya agar mereka bisa terampil. Orang tua disarankan untuk mengisi lembar kemajuan latihan keterampilan merawat diri agar dapat memantau kemajuan latihan yang telah dilakukan.
Akan lebih baik apabila yang ikut serta dalam pelatihan tidak hanya ibu, tetapi ayah atau pihak lain yang terlibat dalam pengasuhan anak. Sehingga apabila ibu tidak dapat melakukan latihan dapat digantikan oleh yang lainnya sehingga konsistensi latihan tetap terjaga.
Selain itu karena dalam penelitian ini hanya membahas mandi, gosok gigi dan keramas dimana bagi siswa perempuan terutama yang sudah pubertas, maka disarankan agar orang tua dapat melatihkan tata cara menggunakan pembalut dengan urutan task analysis sebagai berikut : (1) Lepaskan kertas perekat dibagian bawah pembalut, (2) Rekatkan perekat ke dasar celana dalam, (3) Gunakan celana dalam. Sedangkan task analysis untuk melepas pembalut adalah: (1) Lepas perekat dari dasar celana dalam, (2) Cuci bersih pembalut dan celana, (3) Bungkus dengan rapih pembalut dengan plastik atau pembungkus lain, dan (5) buang dalam tempat sampah.
(37)
72
Fermita Cuchany, 2014
Program pelatihan pola asuh orang tua untuk meningkatkan keterampilan merawat dirsiswa tunagrahita sedang di SLBN Surade
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Program pelatihan ini baru pertama kali dilakukan di SLBN Surade dan uji kelayakan yang dilaksanakan ternyata memperoleh respon positif dari orang tua. Para orang tua peserta pelatihan berharap pelatihan semacam ini dapat dilakukan secara berkala. Untuk itu SLBN Surade melalui PKS Kurikulum diharapkan dapat menyusun rancangan program pelatihan lain baik sebagai lanjutan dari materi pelatihan ini ataupun materi-materi lain yang nantinya akan berguna untuk mengoptimalkan kemampuan anak tunagrahita sedang. Selain itu, kepala sekolah diharapkan memberikan tugas kepada guru untuk memantau perkembangan latihan yang dilakukan oleh orang tua dengan memeriksa lembar kemajuan latihan keterampilan merawat diri.
5.2.3 Peneliti selanjutnya
Penelitian ini terhenti pada pembuatan program pelatihan pola asuh orang tua dan belum dapat melihat keefektifan hasil pelatihan yang didapat orang tua terhadap keterampilan merawat diri anak tunagrahita secara mendetil, maka perlu diadakan penelitian lanjutan yang dilakukan dengan mengevaluasi keefektivan hasil pelatihan ini oleh peneliti selanjutnya.
(38)
DAFTAR PUSTAKA
Ardic, Avsar & Cavkayter. (2009) The Effectiveness of Modified Intensive Toilet
Training Method on The Teaching Toilet Skills to Children With Autism.
Turkey: Anadolus University Faculty of Education Turkey.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Azwar, S. (2011) Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Darling,N dan Steinberg, L.(1993). Parenting style as context: An integrative
model. Psychological Bulletin, 113(3), 487-496.
Delphie, B dan Asri P. (2008) Modul Perilaku Adaptif. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Fauzi I .(2011) Mengelola Pelatihan Partisipatif. Bandung : Penerbit Alfabeta. Fallen & Umansky. (1978) Young Children With Special Need: Ohio Charles E
Merril Publishing Company.
Gerungan, W .(1991). Psikologi Sosial. Bandung: PT.Eresco.
Goad, T. ( 1982) Delivering Effective Training. California: University Associates, Inc
Gunarsa, S. ( 2002). Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia Haminarto.(2011) Pelaksanaan Pembelajaran Bina Diri Gosok Gigi Pada Siswa
Kelas II Tunagrahita Sedang di SLB Wiyata Daharma II Sleman Yogyakarta. Skripsi pada Universtas Negeri Yogyakarta: tidak diterbitkan.
Irwanto. (2006). Focused Group Discusion. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Kelly L.(2002) The ASTD Technical and Skills Training Handbook New York:
Mc Graw-Hill, Inc.
Kholil, M ( ) Perancangan Pengajaran Pelatihan. [Online].
(39)
74
Mahmudah 2004 Perubahan Perilaku Kebersihan Diri Pasca Pelatihan Motorik
Halus: Studi Terhadap Anak Tunagrahita Sedang di SLB C “Dharma
Wanita” Lebo Sidoarjo. Tesis pada Universitas Airlangga Surabaya: tidak diterbitkan.
Mardiyanto, I (2010). Rancangan Program Pelatihan untuk Meningkatkan
Pengetahuan Ibu dalam Mengajarkan Keterampilan Bantu Diri Area Berpakaian pada Anak RM Tk Berat Usia 7-9 th. Tesis pada Universitas
Padjajaran Bandung: tidak diterbitkan
National Association for Retarded Person (1968). A Helpful Guide in Training of
a Mentally Retarded Children. Virgnia : Virginia State Departement of
Health Consultation and Evaluation Clinic
National Institute for Mentally Handicapped.(1990). Bathing Toward
Independence Series 6, Securendabad: National Institute for Mentally
Handicapped
Nelson dan Israel. (2009). Abnormal Child and Adolescent Psychology Seven
Edition. New Jersey: Pearson Education Inc.
Notoatmodjo,S(2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta Nurlana 2009 Rancangan Modul Pelatihan Dalam Meningkatkan Pengetahuan
Ibu Mengajarkan Keterampilan Bantu Diri Pada Anak Usia 3-4 tahun.
Tesis pada Program Pasca Sarjana Universitas Padjajaran Bandung: tidak diterbitkan.
Somantri T (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT Refika Aditama Slameto (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Sparrow, Cicaheti, Balla. (2005). Vineland II Second Edition, Survey Form
Manual, Minneapolis: NCS Pearson, Inc.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi.Bandung: Penerbit Alfabeta Bandung.
Yusuf, S. (2010). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja Jakarta: PT. Rosdakarya.
….. ( ).Kebersihan[Online]. Tersedia di : http://id.wikipedia.org/wiki/kebersihan [9 Sepetember 2013]
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 Keterampilan Merawat Diri
Sebanyak sembilan orang siswa tunagrahita sedang di SLBN Surade masih belum terampil dalam merawat diri. Ada 2 faktor yang melatar belakangi ketidakterampilan ini, yang pertama faktor fisiologis yaitu hambatan motorik dan faktor lingkungan yaitu pola asuh orang tua. Namun adanya enam siswa tunagrahita sedang yang terampil dalam merawat diri membuktikan bahwa anak tunagrahita sedang jika dilatih dengan teknik dan strategi yang benar mampu terampil dalam merawat diri.
5.1.2 Pola Asuh Orang Tua anak dengan keterampilan merawat diri yang baik
Pola asuh yang dibagi menjadi dua aspek yaitu sikap dan perilaku. Dari enam orang tua, satu orang memiliki sikap sangat positif dan lima orang memiliki sikap positif. Dalam perilaku pola asuh melatih, semua orang tua melakukan aspek verbal direction dan modelling, orang tua pada anak dengan keterampilan merawat diri yang baik semua orang tua melakukan verbal instruction. Hanya satu orang tua saja yang melakukan phsycal guiding pada anaknya hal ini dikarenakan anaknya mengalami hambatan motorik, lima orang tua tidak melakukan phsycal guiding. Dalam aspek reward, hanya dua orang tua yang memberikan reward kepada anaknya.
5.1.3 Pola Asuh Orang Tua anak dengan keterampilan merawat diri yang buruk
(2)
70
Fermita Cuchany, 2014
Program pelatihan pola asuh orang tua untuk meningkatkan keterampilan merawat dirsiswa tunagrahita sedang di SLBN Surade
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pola asuh yang dibagi menjadi dua aspek yaitu sikap dan perilaku. Dari Sembilan orang tua, enam orang memiliki sikap sangat positif dan tiga orang memiliki sikap negatif. Dalam perilaku pola asuh melatih, tidak semua orang tua melakukan aspek verbal direction. Beberapa orang tua bahkan hanya diam saja pada aktivitas merawat diri anak. Dalam aspek modeling, beberapa orang tua sudah mencoba memberikan contoh cara merawat diri pada anaknya, namun beberapa bahkan belum pernah mencoba mencontohkannya pada anak dengan alasan kasihan dengan kondisi ketidakmampuan anak dan merasa anaknya tidak akan mampu mandiri dalam merawat diri. Semua orang tua tidak melakukan phscyal guiding kepada anaknya. Dalam aspek reward, dua orang tua memberikan reward kepada anaknya dengan alasan agar anaknya mau melakukan mandi, sisanya tidak memberikan reward kepada anaknya. keterampilan merawat diri yang baik semua orang tua melakukan verbal instruction.
5.1.4 Rancangan Program Pelatihan
Tersusunnya sebuah rancangan program pelatihan pola asuh orang tua untuk meningkatkan keterampilan merawat diri. Rancangan pola asuh ini terdiri dari terdiri dari komponen tujuan umum dan khusus, metode, materi pelatihan, alat bantu pelatihan, waktu dan tempat pelatihan, peserta pelatihan, fasilitator, evaluasi, susunan acara.
5.1.5 Program Pelatihan
Program pelatihan yang telah diuji kelayakannya dapat dinyatakan layak untuk dilaksanakan sebagai program pelatihan setelah melalui dua tahap yaitu FGD dan pelaksanaan pelatihan. Program ini memberikan manfaat yang berarti bagi peserta pelatihan yaitu orang tua pada anak dengan kemampuan merawat diri yang buruk. Dengan waktu pelatihan yang singkat, tampaknya para peserta sudah memperlihatkan perubahan pengetahuan dan keterampilan dalam melatih keterampilan merawat diri anak tunagrahita dan menyatakan kesediaan untuk
(3)
berusaha menerapkan materi pelatihan dirumah. Selain itu, berdasarkan pengamatan singkat yang dilakukan peneliti terdapat perkembangan pada keterampilan merawat diri walaupun masih bersifat sederhana yaitu dalam aspek verbal instruction.
5.2 SARAN
Berdasarkan temuan penelitian bahwa enam anak tunagrahita sedang masih dapat dilatih untuk terampil dalam merawat diri jika menggunakan teknik dan strategi khusus bagi mereka, maka peneliti menyarankan kepada:
5.2.1 Orang tua
Orang tua sebagai orang yang menghabiskan banyak waktu bersama anak dirumah hendaknya dapat menerapkan teknik dan strategi yang telah dilatih sebelumnya agar mereka bisa terampil. Orang tua disarankan untuk mengisi lembar kemajuan latihan keterampilan merawat diri agar dapat memantau kemajuan latihan yang telah dilakukan.
Akan lebih baik apabila yang ikut serta dalam pelatihan tidak hanya ibu, tetapi ayah atau pihak lain yang terlibat dalam pengasuhan anak. Sehingga apabila ibu tidak dapat melakukan latihan dapat digantikan oleh yang lainnya sehingga konsistensi latihan tetap terjaga.
Selain itu karena dalam penelitian ini hanya membahas mandi, gosok gigi dan keramas dimana bagi siswa perempuan terutama yang sudah pubertas, maka disarankan agar orang tua dapat melatihkan tata cara menggunakan pembalut dengan urutan task analysis sebagai berikut : (1) Lepaskan kertas perekat dibagian bawah pembalut, (2) Rekatkan perekat ke dasar celana dalam, (3) Gunakan celana dalam. Sedangkan task analysis untuk melepas pembalut adalah: (1) Lepas perekat dari dasar celana dalam, (2) Cuci bersih pembalut dan celana, (3) Bungkus dengan rapih pembalut dengan plastik atau pembungkus lain, dan (5) buang dalam tempat sampah.
(4)
72
Fermita Cuchany, 2014
Program pelatihan pola asuh orang tua untuk meningkatkan keterampilan merawat dirsiswa tunagrahita sedang di SLBN Surade
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Program pelatihan ini baru pertama kali dilakukan di SLBN Surade dan uji kelayakan yang dilaksanakan ternyata memperoleh respon positif dari orang tua. Para orang tua peserta pelatihan berharap pelatihan semacam ini dapat dilakukan secara berkala. Untuk itu SLBN Surade melalui PKS Kurikulum diharapkan dapat menyusun rancangan program pelatihan lain baik sebagai lanjutan dari materi pelatihan ini ataupun materi-materi lain yang nantinya akan berguna untuk mengoptimalkan kemampuan anak tunagrahita sedang. Selain itu, kepala sekolah diharapkan memberikan tugas kepada guru untuk memantau perkembangan latihan yang dilakukan oleh orang tua dengan memeriksa lembar kemajuan latihan keterampilan merawat diri.
5.2.3 Peneliti selanjutnya
Penelitian ini terhenti pada pembuatan program pelatihan pola asuh orang tua dan belum dapat melihat keefektifan hasil pelatihan yang didapat orang tua terhadap keterampilan merawat diri anak tunagrahita secara mendetil, maka perlu diadakan penelitian lanjutan yang dilakukan dengan mengevaluasi keefektivan hasil pelatihan ini oleh peneliti selanjutnya.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Ardic, Avsar & Cavkayter. (2009) The Effectiveness of Modified Intensive Toilet Training Method on The Teaching Toilet Skills to Children With Autism. Turkey: Anadolus University Faculty of Education Turkey.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Azwar, S. (2011) Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Darling,N dan Steinberg, L.(1993). Parenting style as context: An integrative model. Psychological Bulletin, 113(3), 487-496.
Delphie, B dan Asri P. (2008) Modul Perilaku Adaptif. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Fauzi I .(2011) Mengelola Pelatihan Partisipatif. Bandung : Penerbit Alfabeta. Fallen & Umansky. (1978) Young Children With Special Need: Ohio Charles E
Merril Publishing Company.
Gerungan, W .(1991). Psikologi Sosial. Bandung: PT.Eresco.
Goad, T. ( 1982) Delivering Effective Training. California: University Associates, Inc
Gunarsa, S. ( 2002). Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia Haminarto.(2011) Pelaksanaan Pembelajaran Bina Diri Gosok Gigi Pada Siswa
Kelas II Tunagrahita Sedang di SLB Wiyata Daharma II Sleman Yogyakarta. Skripsi pada Universtas Negeri Yogyakarta: tidak diterbitkan. Irwanto. (2006). Focused Group Discusion. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Kelly L.(2002) The ASTD Technical and Skills Training Handbook New York:
Mc Graw-Hill, Inc.
Kholil, M ( ) Perancangan Pengajaran Pelatihan. [Online].
(6)
74
Mahmudah 2004 Perubahan Perilaku Kebersihan Diri Pasca Pelatihan Motorik Halus: Studi Terhadap Anak Tunagrahita Sedang di SLB C “Dharma
Wanita” Lebo Sidoarjo. Tesis pada Universitas Airlangga Surabaya: tidak diterbitkan.
Mardiyanto, I (2010). Rancangan Program Pelatihan untuk Meningkatkan Pengetahuan Ibu dalam Mengajarkan Keterampilan Bantu Diri Area Berpakaian pada Anak RM Tk Berat Usia 7-9 th. Tesis pada Universitas Padjajaran Bandung: tidak diterbitkan
National Association for Retarded Person (1968). A Helpful Guide in Training of a Mentally Retarded Children. Virgnia : Virginia State Departement of Health Consultation and Evaluation Clinic
National Institute for Mentally Handicapped.(1990). Bathing Toward Independence Series 6, Securendabad: National Institute for Mentally Handicapped
Nelson dan Israel. (2009). Abnormal Child and Adolescent Psychology Seven Edition. New Jersey: Pearson Education Inc.
Notoatmodjo,S(2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta Nurlana 2009 Rancangan Modul Pelatihan Dalam Meningkatkan Pengetahuan
Ibu Mengajarkan Keterampilan Bantu Diri Pada Anak Usia 3-4 tahun. Tesis pada Program Pasca Sarjana Universitas Padjajaran Bandung: tidak diterbitkan.
Somantri T (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT Refika Aditama Slameto (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Sparrow, Cicaheti, Balla. (2005). Vineland II Second Edition, Survey Form Manual, Minneapolis: NCS Pearson, Inc.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi.Bandung: Penerbit Alfabeta Bandung.
Yusuf, S. (2010). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja Jakarta: PT. Rosdakarya.
….. ( ).Kebersihan[Online]. Tersedia di : http://id.wikipedia.org/wiki/kebersihan [9 Sepetember 2013]