Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Sosial Pada Remaja Di Sma Dharma Pancasila Medan

(1)

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL PADA REMAJA

DI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN

SKRIPSI Oleh : FANI FARLINDA

NIM. 121121017

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

PRAKATA

Puji dan syuku kehadirat Alllah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya proses penyelesain skrip ini terlaksanakan dengan baik yang berjudul “ Hubungan Pola Asuh Orangtua Terhadap Perkembangan Sosial Remaja Di SMA Dharma Pancasila ”.

Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana di Falkultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan. Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucakan terima kasih kepada :

1. Dr. Dedi Ardinata,S.Kp.,MNS sebagai pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universita Sumatera Utara.

2. Ibu Nur Asnah Sitohang S.Kep,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing yang penuh keikhlasan dan kesabaran yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini

3. Bapak Drs.Ibrahim Daulay,M.Pd selaku kepala sekolah SMA Dharma Pancasila Medan yang telah memberi izin kepada penulis untuk meneliti di SMA Dharma Pancasila Medan serta membantu penulis dalam pengumpulan data dalam penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh dosen pengajar Fakultas Keperawatan USU yang telah banyak mendidik penulis selama peroses perkulihan dan staf non akademik yang membantu memfasilitasi secara administratif


(5)

5. Para responden yang telah bersedia berpartisipasi dan meluangkan waktu dalam pengisian kuesioner

6. Rekan – rekan mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan USU 2012 yang telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini

7. Teristimewa kepada kedua orangtua saya papa (Kamaruddin. B), dan mamaku ( rosmiati) terima kasih buat cinta doa serta dorongan yang telah diberikan.

8. Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu peneliti baik dalam penyelesaian skripsi ini

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dibidang keperawatan dan pihak - pihak yang membutuhkan. Penulis sangat berharap adanya saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Medan, 03 Februari 2014


(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Skema ... viii

Abstrak ... ix

Bab I. Pendahuluan ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 4

3. Hipotesa Penelitian ... 4

4. Tujuan Penelitian ... 4

5. Manfaat Penelitian ... 4

Bab II. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Konsep Pola Asuh Orangtua ... 6

1.1 Pengertian pola asuh ... 6

1.2 Tipe pola asuh ... 7

1.3 Dimensi pola asuh ... 13

1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan psikososial remaja ... 16

2. Konsep Remaja ... 20

2.1 Pengertian remaja ... 20

2.2 Kategori remaja ... 20

2.3 Ciri-ciri remaja ... 21

2.4 Tugas perkembangan masa remaja ... 23

3. Hubungan Pola Asuh Orangtua Terhadap Perkembangan Sosial Remaja ... 24


(7)

Bab III. Kerangka Konsep dan Definisi Oprasional ... 33

1. Kerangka Konsep ... 33

2. Definisi Oprasional ... 34

3. Hipotesa Penelitian ... 34

Bab IV. Metodologi Penelitian ... 37

1. Desain Penelitian ... 37

2.. Populasi, Sampel penelitian, Teknik penelitian ... 37

3. Lokasi dan Waktu penelitian... 39

4. Pertimbangan etik ... 40

5. Uji Validitas-reliabilitas ... 40

6. Instrument Penelitian ... 41

7. Pengumpulan Data ... 43

8. Analisa Data ... 44

Bab V. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 46

1. Hasil penelitian ... 46

2. Pembahasan ... 53

Bab VI. Kesimpulan dan Saran ... 59

1. Kesimpulan ... 59

2. Saran ... 59 Daftar Pustaka

Lampiran

1. Inform Consent 2. Instrumen Penelitian

3. Surat Izin Penelitian dari PSIK FK USU

4. Surat Penelitian dari SMA Dharma Pancasila Medan 5. Taksasi Dana Penelitian

6. Daftar Riwayat Hidup 7. Lembar Bukti Bimbingan


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi oprasional ... 35 Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan karakteristik responden di SMA

Dharma Pancasila Medan ... 48 Tabel 5.2 Distribusi reponden berdasarkan kuesioner pola asuh orangtua di

SMA Dharma Pancasila Medan ... 49 Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkatan karakteristik pola asuh orangtua di

SMA Dharma Pancasila Medan ... 51 Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan kuesioner perkembangan sosial

remaja di SMA Dharma Pancasila Medan ... 51 Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan karakteristik perkembangan sosial

remaja di SMA Dharma Pancasila Medan ... 52 Tabel 5.6 Hubungan pola asuh orangtua terhadap perkembangan sosial remaja di


(9)

DAFTAR SKEMA


(10)

Judul : Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Sosial Pada Remaja Di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014 Peneliti : Fani Farlinda

Nim : 121121017

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011

Abstrak

Pola asuh orangtua merupakan suatu cara dalam mendidik anak yang merupakan suatu kewajiban dari setiap orang tua dalam usaha membentuk pribadi anak. Anak remaja dengan pola asuh demokratik mempunyai sikap lebih percaya diri dan berbanding terbalik dengan anak remaja dengan pola asuh otoriter mempunyai sikap lebih tidak percaya diri dan anak remaja dengan pola asuh permisif mempunyai sikap kurang percaya diri. Oleh sebab itu pola asuh yang tepat untuk diberikan pada anak remaja yaitu pola asuh demokratik dimana memberikan sedikit kebebasan tapi dalam batasan tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pola asuh orangtua terhadap perkembangan sosial remaja di SMA Dharma Pancasila Medan. Desain penelitian ini menggunakan deskritif korelasi dengan tehnik pengambilan sampel memakai Simple Random Sampling dan jumlah sampel 134 responden. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner yang mencakup data demografi, pertanyaan tentang pola asuh dan perkembangan sosial remaja. Pengumpulan data berlangsung pada bulan September 2013. Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi Square. Hasil analisa menunjukkan bahwa dari 134 responden dengan 61 responden (45,5%) memilki pola asuh demokratik, 35 responden (26,1%) memiliki pola asuh permisif dan 38 responden (28,4%) memilki pola asuh otoriter. Pada perkembangan sosial ramaja dari 134 responden 61 responden (45,5%) percaya diri, 36 responden (26,9%) kurang pecaya diri dan 37 responden (27,6%) tidak percaya diri. Hasil penelitian menunujukkan bahwa pola asuh orangtua mempunyai hubungan yang signifikan dengan perkembangan sosial remaja di SMA Dharma Pancasila Medan (p = 0,001). Bagi orangtua agar dapat memberikan pola asuh yang tepat bagi remajanya agar perkembangan sosial remaja dapat terbentuk lebih baik. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melengkapi penelitian ini dengan mengembangkan metode lain dan dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan penelitian selanjutnya mengenai hubungan pola asuh orangtua terhadap perkembangan sosial remaja di SMA Dhama Pancasila


(11)

Title : Relationships Parenting Parents against Social Development in Teenagers in High School Dharma Pancasila Medan 2014

Student Name : Fani Farlinda Student Number : 121121017

Major : Bachelor of Nursing (S.Kep) Year : 2014

ABSRACT

Parenting is a way of educating children that is an obligation of each parent in forming personal child. A teenager who gets with democratic parenting has more confidence and attitudes than flipped in opposition to older children with authoritarian parenting has more confidence and attitude the child with permissive parenting has less self-confidence stance. Therefore the proper parenting given on older children namely democratic parenting which gives a little bit of freedom but in certain boundaries. This research aims to identify the relationship of parenting parents of teens in high school social development at Dharma PancasilaSchool. The design of this research uses descriptive correlation with sampling techniques using Simple Random Sampling and the sample number of 134 respondents. Research instrument is a questionnaire that includes demographic data, the question of social development and parenting teens. Data collection took place in September 2013. A correlation test used in this study is Chi Square test. Results of analysis showed that respondents with 61 of the 134 respondents (45, 5%) have democratic parenting, 35 respondents (26, 1%) have a permissive parenting and 38 respondents (28, 4%) have an authoritarian parenting. On the development of social teenagers from 134 respondent 61 respondents (45, 5%) confident, 36 respondents (26, 9%) less confident and 37 (27, 6%) respondents are not confident. Research result show that the pattern of high school teens at Dharma Pancasila Medan Senior High School (p=0,001). For parents in order to provide the right for parenting teens to teen social developments can be performed better. For subsequent researchers are expected to complement this research by developing another method and can be used.


(12)

Judul : Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Sosial Pada Remaja Di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2014 Peneliti : Fani Farlinda

Nim : 121121017

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011

Abstrak

Pola asuh orangtua merupakan suatu cara dalam mendidik anak yang merupakan suatu kewajiban dari setiap orang tua dalam usaha membentuk pribadi anak. Anak remaja dengan pola asuh demokratik mempunyai sikap lebih percaya diri dan berbanding terbalik dengan anak remaja dengan pola asuh otoriter mempunyai sikap lebih tidak percaya diri dan anak remaja dengan pola asuh permisif mempunyai sikap kurang percaya diri. Oleh sebab itu pola asuh yang tepat untuk diberikan pada anak remaja yaitu pola asuh demokratik dimana memberikan sedikit kebebasan tapi dalam batasan tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pola asuh orangtua terhadap perkembangan sosial remaja di SMA Dharma Pancasila Medan. Desain penelitian ini menggunakan deskritif korelasi dengan tehnik pengambilan sampel memakai Simple Random Sampling dan jumlah sampel 134 responden. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner yang mencakup data demografi, pertanyaan tentang pola asuh dan perkembangan sosial remaja. Pengumpulan data berlangsung pada bulan September 2013. Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi Square. Hasil analisa menunjukkan bahwa dari 134 responden dengan 61 responden (45,5%) memilki pola asuh demokratik, 35 responden (26,1%) memiliki pola asuh permisif dan 38 responden (28,4%) memilki pola asuh otoriter. Pada perkembangan sosial ramaja dari 134 responden 61 responden (45,5%) percaya diri, 36 responden (26,9%) kurang pecaya diri dan 37 responden (27,6%) tidak percaya diri. Hasil penelitian menunujukkan bahwa pola asuh orangtua mempunyai hubungan yang signifikan dengan perkembangan sosial remaja di SMA Dharma Pancasila Medan (p = 0,001). Bagi orangtua agar dapat memberikan pola asuh yang tepat bagi remajanya agar perkembangan sosial remaja dapat terbentuk lebih baik. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melengkapi penelitian ini dengan mengembangkan metode lain dan dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan penelitian selanjutnya mengenai hubungan pola asuh orangtua terhadap perkembangan sosial remaja di SMA Dhama Pancasila


(13)

Title : Relationships Parenting Parents against Social Development in Teenagers in High School Dharma Pancasila Medan 2014

Student Name : Fani Farlinda Student Number : 121121017

Major : Bachelor of Nursing (S.Kep) Year : 2014

ABSRACT

Parenting is a way of educating children that is an obligation of each parent in forming personal child. A teenager who gets with democratic parenting has more confidence and attitudes than flipped in opposition to older children with authoritarian parenting has more confidence and attitude the child with permissive parenting has less self-confidence stance. Therefore the proper parenting given on older children namely democratic parenting which gives a little bit of freedom but in certain boundaries. This research aims to identify the relationship of parenting parents of teens in high school social development at Dharma PancasilaSchool. The design of this research uses descriptive correlation with sampling techniques using Simple Random Sampling and the sample number of 134 respondents. Research instrument is a questionnaire that includes demographic data, the question of social development and parenting teens. Data collection took place in September 2013. A correlation test used in this study is Chi Square test. Results of analysis showed that respondents with 61 of the 134 respondents (45, 5%) have democratic parenting, 35 respondents (26, 1%) have a permissive parenting and 38 respondents (28, 4%) have an authoritarian parenting. On the development of social teenagers from 134 respondent 61 respondents (45, 5%) confident, 36 respondents (26, 9%) less confident and 37 (27, 6%) respondents are not confident. Research result show that the pattern of high school teens at Dharma Pancasila Medan Senior High School (p=0,001). For parents in order to provide the right for parenting teens to teen social developments can be performed better. For subsequent researchers are expected to complement this research by developing another method and can be used.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh dengan kesukaran, karena masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadi kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu menjelang masa dewasa muda. Masa transisi ini sering kali menghadapkan individu yang bersangkutan kepada situasi yang membingungkan, disatu pihak ia masih kanak-kanak, tetapi dipihak lain ia harus bertindak seperti orang dewasa (Soetjiningsih, 2004).

Pola asuh merupakan cara orangtua membesarkan anak dengan memenuhi kebutuhan anak, memberi perlindungan, mendidik anak, serta mempengaruhi tingkah laku anak dalam kehidupan sehari-hari (Baumrind, 1994 dalam Santrock, 2003).

Orangtua mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan remaja, dimana orang tua merupakan lingkungan sosial pertama yang meletakkan dasar-dasar kepribadian remaja (Soetjiningsih, 2004).


(15)

Pola asuh yang diterapkan orangtua dengan cara mendukung kegiatan remaja, menetapkan peraturan yang disertai penjelasan, memberikan kepercayaan agar remaja bertanggung jawab, menyediakan waktu untuk berkomunikasi, memberikan perkataan positif, akan membuat remaja lebih dewasa, percaya diri dan berhasil mencapai cita-citanya. Hal itu terjadi karena dukungan yang diberikan orangtua kepadanya hingga ia tidak putus asa mencoba di kesempatan lain (Surbakti, 2009).

Tujuan orangtua dalam memberikan pola asuh kepada anak bukan memberikan hukuman terhadap tindakan yang salah, melainkan membantu anak-anak khususnya remaja untuk mengontrol perilaku mereka sendiri, mengembangkan disiplin diri, menerima tanggung jawab atas perilaku mereka sendiri, dan mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan dan perasaan dari orang lain. Pola asuh dapat bekerja sangat baik ketika pola ini diterapkan pada anak secara individu dalam situasi yang spesifik. Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang remaja, merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan biofisikopsikososial termasuk pola asuh orang tua terhadap anak tersebut (Soetjiningsih, 2004).

Pola asuh orangtua yang mengendalikan kegiatan remaja ataupun sebaliknya memberi kebebasan yang berlebihan, akan dipersepsi remaja bahwa orangtua kurang menghargai kebutuhannya sehingga remaja menjadi seorang yang tidak mandiri, penakut, kurang percaya diri, tidak dapat mengendalikan diri (Shochib, 2010).


(16)

Orangtua yang terlalu mengontrol anaknya dengan ketat akan mengakibatkan anak tidak percaya pada kemampuan dirinya sendiri. Hubungan remaja dengan orangtua yang buruk akan mempengaruhi hubungan remaja dengan lingkungan di luar rumah (Papalia, 2004 dalam Santrock, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian Wahyuni. S, (2012) yang dilakukan di SMA N 1 Padang Sidempuan, bertujuan untuk mengetahui bagaimana penilaian remaja terhadap pola asuh orangtua menyatakan mayoritas pola asuh orangtua remaja adalah pola asuh demokratik (71,4 %) dimana orangtua selalu memberikan dukungan untuk menjunjung tinggi kebaikan dan kedisiplinan dalam mengasuh, untuk mencapai keberhasilan tanpa pamaksaan dalam mengasuh anak sehingga menimbulkan rasa percaya diri terhadap remaja. Berdasarkan hasil penelitian Ariani, (2006) yang di lakukan di SMK Di Kecamatan Bogor Barat mayoritas pola asuh orangtua pada anak remaja adalah otoriter (82 %), orangtua menekankan sikap diktator kepada anak dan tidak boleh dibantah dan (50 %) diantaranya pernah mendapatkan hukuman fisik yang menyebabkan remaja cenderung menarik diri dan merasa tidak percaya diri.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi hubungan pola asuh orangtua terhadap perkembangan sosial remaja di SMA Dharma Pancasila Medan.


(17)

2. Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan pola asuh orangtua terhadap perkembangan sosial remaja di SMA Dharma Pancasila Medan.

3. Hipotesa Penelitian

Dalam penelitian ini hipotesa yang dibuat adalah hipotesa kerja (hipotesa alternatif) yaitu ada hubungan pola asuh orangtua terhadap perkembangan sosial remaja di SMA Dharma Pancasila Medan.

4. Tujuan Penelitian 4.1Tujuan Umum

Mengidentifikasi hubungan pola asuh orangtua terhadap perkembangan sosial remaja.

4.2Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden

b. Mengidentifikasi karakteristik pola asuh orangtua. c. Mengidentifikasi perkembangan sosial remaja

d. Menguji hubungan pola asuh orangtua terhadap perkembangan sosial remaja.

5. Manfaat Penelitian a. Bagi remaja

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi remaja dalam menjalani tugas perkembangan sosialnya.


(18)

b. Bagi orangtua

Sebagai informasi dalam menerapkan pola asuh pada anak remaja sehingga menciptakan kondisi yang utuh dalam keluarga.

c. Bagi Institusi pendidikan

Digunakan sebagai pengembangan ilmu khususnya bidang ilmu keperawatan anak terkait tentang hubungan pola asuh orang tua terhadap perkembangan sosial remaja.

d. Bagi peneliti lain

Sebagai data dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan hubungan pola asuh orangtua terhadap perkembangan sosial remaja.

e. Bagi penulis

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang penelitian khususnya menyangkut tentang hubungan pola asuh orangtua terhadap perkembangan sosial remaja.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Pola Asuh Orang Tua 1.1Pengertian pola asuh orang tua

Menurut Soetjiningsih (2004) adalah suatu model atau cara mendidik anak yang merupakan suatu kewajiban dari setiap orang tua dalam usaha membentuk pribadi anak yang sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya.

Pengasuhan menurut Shochib, (2000) adalah orang yang melaksanakan tugas membimbing, memimpin, atau mengelola. Pengasuhan yang dimaksud di sini adalah mengasuh anak. Menurut derajat pengasuh anak maksudnya adalah mendidik dan memelihara anak, mengurus makan, minum, pakaiannya, dan keberhasilannya dalam periode yang pertama sampai dewasa. Dengan pengertian diatas dapatlah dipahami bahwa pengasuhan anak yang dimaksud adalah kepemimpinan, bimbingan, yang dilakukan terhadap anak berkaitan dengan kepentingan hidupnya.


(20)

1.2Tipe pola asuh orang tua

Tipe pola asuh terdiri dari dua dimensi perilaku yaitu

Directive Behavior dan Supportive Behavior. Directive Behavior

melibatkan komunikasi searah di mana orangtua menguraikan peran anak dan memberitahu anak apa yang harus mereka lakukan, di mana, kapan, dan bagaimana melakukan suatu tugas.

Supportive Behavior melibatkan komunikasi dua arah di mana orang tua mendengarkan anak, memberikan dorongan, membesarkan hati, memberikan teguran positif dan membantu mengarahkan perilaku anak. Anak yang disiplin diri memiliki keteraturan diri berdasarkan nilai agama, nilai budaya, aturan-aturan pergaulan, pandangan hidup, dan sikap hidup yang bermakna bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Artinya, tanggung jawab orangtua adalah mengupayakan agar anak berdisiplin diri untuk melaksanakan hubungan dengan Tuhan yang menciptakannya, dirinya sendiri, sesama manusia, dan lingkungan alam dan mahkluk hidup lainnya berdasarkan nilai moral. Orangtua yang mampu berprilaku seperti diatas, berarti mereka telah mencerminkan nilai-nilai moral dan bertanggung jawab untuk mengupayakannya (Shochib, 2000).


(21)

Beberapa pendapat mengenai tipe pola asuh orangtua diantaranya sebagai berikut :

a. Tipe pola asuh menurut Wong (2008), ada tiga tipe pola asuh orang tua antara lain :

1. Pola asuh otoriter (diktator)

Orang tua mencoba untuk mengontrol prilaku diktator dan sikap anak melalui perintah yang tidak boleh dibantah. Orangtua menetapkan aturan dan regulasi atau standar perilaku yang dituntut untuk diikuti secara kaku dan tidak boleh dipertanyakan. Mereka menilai dan memberi penghargaan atas kepatuhan absolut, sikap mematuhi kata-kata mereka dan menghormati prinsip dan kepercayaan keluarga tanpa kegagalan. Orangtua menghukum secara paksa setiap prilaku yang berlawanan dengan standar orang tua.

Hukuman tidak selalu berupa hukuman fisik tetapi mungkin berupa penarikan diri pada anak yang mengakibatkan perilaku cendrung untuk menjadi sensitif, pemalu, tidak percaya diri, menyadari diri sendiri, cepat lelah dan tunduk. Mereka cendrung menjadi sopan, setia, jujur dan dapat diandalkan tetapi mudah dikontrol. Perilaku-perilaku ini lebih khas terlihat ketika penggunaan kekuasaan diktator orangtua disertai dengan supervisi ketat dan tingkat kasih sayang yang masuk akal.


(22)

Jika tidak penggunaan kekuasaan diktator lebih cenderung untuk dihubungkan dengan prilaku menentang dan antisosial.

2. Pola asuh permisif (laissez – faire)

Orang tua memiliki sedikit kontrol atau tidak sama sekali atas tindakan anak -anak mereka. Orang tua yang bermaksud baik ini bingung antar sikap permisif dan pemberian izin. Mereka menghindari untuk memaksa standar prilaku mereka dengan mengizinkan anak mereka untuk mengatur aktifitas sendiri sebanyak mungkin.

Orangtua menganggap diri mereka sendiri sebagai sumber untuk anak bukan merupakan model peran, tetapi jika peraturan memang ada orangtua menjelasakan alasan yang mendasarinya, mendukung pendapat anak dan berkonsultasi dengan meraka dalam pembuatan keputusan. Mereka memberlakukan kebebasan dalam bertindak, disiplin yang inkonsisten, tidak menetapkan batasan-batasan yang masuk akal, dan tidak mencegah anak merusak rutinitas di rumah. Orangtua jarang menghukum anak karena sebagian besar prilaku dianggap dapat diterima. Anak-anak dari orangtua yang permisif sering kali tidak mematuhi, tidak menghormati, kurang percaya diri, tidak bertanggung jawab dan secara umum tidak mematuhi kekuasaan.


(23)

3. Pola asuh demokratik (otoritatif)

Orangtua mengkombinasikan praktik mengasuh anak dari dua gaya yang ekstrem. Mereka mengarahkan perilaku dan sikap anak dengan menekankan alasan peraturan secara negatif menguatkan penyimpangan. Mereka menghormati individualitas dari setiap anak dan mengizinkan mereka untuk menyuarakan keberatannya terhadap standar atau peraturan keluarga. Kontrol orangtua kuat dan konsisten tetapi disertai dengan dukungan, pengertian, dan keamanan. kontrol difokuskan pada masalah, tidak ada penarikan rasa cinta, atau takut pada hukuman.

Orangtua membantu pengarahan diri pribadi, yaitu suatu kesadaran mengatur perilaku berdasarkan perasaan bersalah atau malu untuk melakukan hal yang salah, bukan karena takut tertangkap atau takut dihukum. Tipe mengasuh anak yang paling berhasil dalam metode otoritatif dimana orangtua tidak membuat batasan yang kaku dan memaksa tetapi tetap mempertahankan kontrol yang kuat terutama pada area ketidaksepakatan orangtua dan anak dan juga orangtua mendengarkan apa yang dipikirkan oleh anak dan anak cenderung lebih percaya diri.


(24)

b. Tipe pola asuh menurut Ali. M dan Asrori. M, (2004) 1. Pola asuh bina kasih (induktion)

Pola asuh bina kasih yaitu pola asuh yang diterapkan orangtua dalam mendidik anaknya dengan senatiasa memberikan penjelasan atau alasan yang masuk akal terhadap setiap keputusan dan perlakuan yang diambil bagi anaknya. Pada tipe asuh seperti ini dijumpai perilaku orangtua yang directive dan supportive tinggi.

2. Pola asuh unjuk kuasa

Pola asuh unjuk kuasa yaitu pola asuh yang diterapkan orangtua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memaksakan kehendaknya untuk dipatuh oleh anak meskipun anak tidak biasa menerimanya. Pada tipe pola asuh ini dijumpai prilaku orangtua yang directive tinggi dan supportive rendah. 3. Pola asuh lepas kasih

Pola asuh lepas kasih yaitu pola asuh yang diterapkan orangtua dalam mendidik anaknya dengan cara menarik sementara cinta kasihnya ketika anak tidak menjalankan apa yang dikehendaki orangtuanya, tetapi jika anak sudah mau melaksanakan apa yang dikehendaki orangtuanya maka cinta kasihnya itu akan dikembalikan seperti sediakala. Pada tipe pola asuh ini dijumpai perilaku orangtua yang directive dan supportive rendah.


(25)

c. Tipe pola asuh menurut Surbakti, (2009) 1. Pola asuh overprotected

Pola asuh overprotected yaitu bentuk pola asuh yang menonjolkan perlindungan yang berlebihan. Munculnya sikap atau tindakan yang berlebihan karena perasaan khawatir yang terlalu berlebihan dari orang tua disertai keinginan untuk memberikan perlakuan dan perlindungan terbaik bagi anak remajanya.

Banyak orang tua yang kuarang menyadari bahwa remaja dibesarkan dalam pola asuh overprotected akan memiliki mentalitas yang lemah bila dihadapkan dengan berbagai tantangan, menjadi peragu, kurang memiliki insiatif, memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi, cenderung mudah cemas dan penakut, tidak berani menghadapi kenyataan, kurang memiliki rasa percaya diri, cenderung selalu merasa terancam dan menghindari tanggung jawab, kemampuan berinteraksi rendah.

2. Pola asuh otoritarian

Pola asuh otoritarian yaitu pola asuh yang menekankan kekuasaan tanpa kompromi sehingga seringkali menimbulkan korban sia-sia. Bagi orangtua yang menganut pola asuh otoritarian dimana segala sesuatu berdasarkan instruksi dari orangtua.


(26)

Ini dilakukan semata-mata untuk menghentikan argumentasi, untuk membungkam sikap kritis, ingin menegakan wibawa dan kehormatan sebagai orangtua, keinginan memaksa kehendak.

Hasil penerapan pola asuh otoritarian menyebabkan anak remaja mengalami tertekan secara psikis dan fisik, kehilangan dorongan semangat juang, mudah putus asa, mengalami luka batin, sering menyalahkan keadaan, cenderung menyalahkan diri sendiri, tidak berani mengemukakan pendapat.

3. Pola asuh permisif

Pola asuh permisif yaitu suatu pola asuh yang paling banyak diterapkan oleh keluarga alasan yang paling sering dikemukakan orangtua adalah kurangnya waktu untuk mengawasi anak-anak remaja mereka karena kesibukan sehari-hari dengan berbagai alasan dampak pada anak remaja yaitu anak remaja berkembang dengan kepribadian dan emosional yang kacau.

1.3 Dimensi Pola Asuh

Baumrind 1994 (dalam Santrock, 2003) menyatakan bahwa pola asuh terbentuk dari adanya dua dimensi pola asuh, yaitu :

1. Acceptance/Responsiveness yaitu menggambarkan bagaimana

orangtua berespons kepada anaknya, berkaitan dengan kehangatan dan dukungan orangtua.


(27)

Mengacu pada beberapa aspek, yakni sejauh mana orangtua mendukung dan sensitif pada kebutuhan anak-anaknya, sensitif terhadap emosi anak, memperhatikan kesejahteraan anak, bersedia meluangkan waktu dan melakukan kegiatan bersama, serta bersedia untuk memberikan kasih sayang dan pujian saat anak-anak mereka berprestasi atau memenuhi harapan mereka.

Dapat menerima kondisi anak, orangtua responsif penuh kasih sayang dan sering tersenyum, memeberi pujian, dan mendorong anak-anak mereka. Mereka juga membiarkan anak-anak mereka tahu ketika mereka nakal atau berbuat salah. Orangtua kurang menerima dan responsif sering kali cepat mengkritik, merendahkan, menghukum, atau mengabaikan anak-anak mereka dan jarang mengkomunikasikan kepada anak-anak bahwa mereka dicintai dan dihargai.

2. Demandingness/Control yaitu menggambarkan bagaimana standar

yang ditetapkan oleh orangtua bagi anak, berkaitan dengan kontrol perilaku dari orangtua. Mengacu pada beberapa aspek yakni:

a. Pembatasan, orangtua membatasi tingkah laku anak menunjukkan usaha orangtua menentukan hal-hal yang harus dilakukan anak dan memberikan batasan terhadap hal-hal yang ingin dilakukan anak.


(28)

b. Tuntutan, agar anak memenuhi aturan, sikap, tingkah laku dan tanggung jawab sosial sesuasi dengan standar yang berlaku sesuai keinginan orang tua.

c. Sikap ketat, berkaitan dengan sikap orang tua yang ketat dan tegas dalam menjaga agar anak memenuhi aturan dan tuntutan mereka. Orang tua tidak menghendaki anak membantah atau mengajukan keberatan terhadap peraturan yang telah ditentukan, d. Campur tangan, tidak adanya kebebasan bertingkah laku yang

diberikan orangtua kepada anaknnya. Orangtua selalu turut campur dalam keputusan, rencana anak, orangtua tidak melibatkan anak dalam membuat keputusan tersebut, orangtua beranggapan apa yang mereka putuskan untuk anak adalah yang terbaik dan benar untuk anak.

e. Kekuasaan sewenang-wenang menggambarkan bahwa orangtua menerapkan kendali yang ketat, kekuasaan terletak mutlak pada orangtua.

Mengendalikan atau menuntut aturan yang ditetapkan orangtua, mengharapkan anak-anak mereka untuk mengikuti mereka, dan memantau anak-anak mereka dengan ketat untuk memastikan bahwa aturan-aturan dipatuhi. Orangtua yang kurang dalam pengendalikan atau menuntut (sering disebut orangtua permisif) membuat tuntutan yang lebih sedikit dan memungkinkan anak-anak mereka memiliki banyak kebebasan dalam


(29)

mengeksplorasi lingkungan, mengungkapkan pendapat mereka dan emosi, dan membuat keputusan tentang kegiatan mereka sendiri. 1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan psikososial

remaja

Menurut Gerungan, (2000) ada beberapa faktor-faktor keluarga yang memungkinkan mempengaruhi perkembangan psikososial remaja antara lain :

a. Status sosial ekonomi

Keadaan sosial ekonomi mempunyai peranan terhadap perkembanga psikososial anak. Apabila perekonoian keluarga cukup, maka lingkungan material yang dihadapi remaja di dalam keluarganya itu lebih luas. Remaja mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangakan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat dicapai apabila tidak ada alat-alatnya. Orangtua dapat mencurahkan perhatian yang lebih mendalam kepada pendidikan anaknya apabila ia tidak disulitkan dengan perkara kebutuhan-kebutuhan primer kehidupan manusia.

b. Keutuhan keluarga

Salah satu faktor utama lain yang mempengaruhi perkembangan sosial anak-anak ialah faktor keutuhan keluarga. Yang dimaksud dengan keutuhan keluarga ialah, pertama-tama keutuhan dalam struktur keluarga yaitu bahwa didalam keluarga itu


(30)

Apabila tidak ada ayah atau ibunya atau kedua-duanya, maka struktur keluarga sudah tidak utuh lagi. Selain keutuhan dalam struktur keluarga, dimaksudkan pula keutuhan dalam interaksi keluarga, jadi bahwa di dalam keluarga berlangsung interaksi sosial yang wajar (harmonis).

c. Sikap dan kebiasaan orang tua

Cara-cara dan sikap-sikap yang ditanamkan orangtua di rumah memegang peranan yang penting dalam pergaulan anak. Hal ini disebakan oleh karena keluarga merupakan sebab kelompok sosial dengan tujuan-tujuan, struktur, norma-norma dinamika kelompok, termasuk cara-cara kepemimpinannya yang sangat mempengaruhi kehidupan individu yang menjadi anggota kelompok tersebut. Cara-cara bertingkah laku orangtua yang dalam hal ini menjadi pimpinan kelompoknya, sangat mempengaruhi suasana interaksi keluarga, dan dapat merangsang perkembangan ciri-ciri tertentu pribadi anaknya.

d. Status anak

Status anak juga berperan sebagai suatu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan psikososialnya di dalam keluarga seperti anak tunggal, anak sulung, atau anak bungsu diantara saudara sekandung.


(31)

e. Peranan dan fungsi keluarga

Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orangtua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentangan nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang penting untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.

Keluarga juga dipandang sebagai institusi (lembaga) yang dapat memenuhi kebutuhan insan (manusiawi), terutama kebutuhan bagi pengembangan kepribadiannya dan pengembangan ras manusia. Apabila mengaitkan peranan keluarga dengan upaya memenuhi kebutuhan individu dari Maslow, maka keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari orang tua, anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik fisik-biologis maupun sosiopsikologisnya. Apabila anak telah memperoleh rasa aman, penerimaan sosial dan harga dirinya, maka anak dapat memenuhi kebutuhan tertingginya, yaitu perwujudan diri (self-actualization). Iklim keluarga yang sehat atau perhatian orangtua yang penuh kasih sayang mempunyai faktor esensial yang memfasilitasi perkembangan psikologis anak tersebut.


(32)

Mengkaji lebih jauh tentang fungsi keluarga ini dapat dikemukakan bahwa secara psikososiologis keluarga berfungsi sebagai pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya, sebagai pemenuhan kebutuhan baik fisik maupun psikis, sumber kasih sayang dan penerimaan model pola prilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat yang baik, pemberi bimbingan bagi pengembangan prilaku yang sosial dianggap tepat, pembentukan anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam rangka menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan, pemberi bimbingan dalam belajar ketrampilan motorik verbal dan sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri, stimulator bagi pengembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi, baik di sekolah maupun di masyarakat, pembimbing dalam mengembangkan apirasi dan sumber persahabatan/ teman bermain bagi anak sampai cukup usia untuk mendapatkan teman di luar rumah, atau apabila persahabatan di luar rumah tidak memungkinkan.


(33)

2. Konsep Remaja 2.1 Pengertian remaja

Remaja dalam bahasa Latin adalah adolescence, yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Istilah adolescence sesungguhnya mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar (Hurlock, 1991).

Menurut Soetjiningsih, (2004) masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda.

2.2Kategori remaja

Menurut Wong, (2008) masa remaja dibagi atas 3 masa remaja awal (usia 11-14 tahun), masa remaja pertengahan (15-17 tahun), masa remaja akhir (18-20 tahun).

Sedangkan menurut Hurlock, (1991) masa remaja dibagi atas 2 masa remaja awal (13-17 tahun), masa remaja akhir (17-18 tahun).


(34)

2.3Ciri-ciri masa remaja

Menurut Hurlock, (1991) semua periode yang penting selama rentang kehidupan masa remaja mempunyai ciri -ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut antara lain :

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

Bagi sebagian besar anak muda usia antara dua belas dan enam belas tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan, semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap dan nilai serta minat baru. b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Sebuah peralihan dari suatu tahap perkembangan ke tahap berikutnya dimana anak harus meninggalkan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan juga harus mempelajari pola prilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Ada empat perubahan pada perkembangan masa remaja yang bersifat universal antara lain :


(35)

1. Pertama meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.

2. Kedua perubahan tubuh, bagi remaja muda masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya.

3. Ketiga berubahnya minat dan pola perilaku, sebagian besar remaja tidak lagi menganggap bahwa banyaknya teman merupakan petunjuk popularitas yang lebih penting dari pada sifat-sifat yang dikagumi dan dihargai oleh teman-teman sebaya 4. Keempat sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap

setiap perubahan dimana mereka menginginkan dan menuntut kebebasan tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi. Ini dikarenakan sepanjang masa kanak-kanak masalah pada masa anak-anak sebagian diselesaikan oleh orangtua dan guru-guru sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah tersebut.

e. Masa remaja sebagai mencari identitas

Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya apa peranannya dalam masyarakat.


(36)

f. Masa remaja sebagai usia menimbulkan ketakutan

Beberapa anggapan tentang remaja bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cendrung merusak dan berperilaku merusak, menyabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja mudah takut tidak bertanggung jawab dan bersikap tidak bersimpatik.

g. Masa remaja masa yang tidak realistik

Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam hal cita-cita.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Dengan semakin mendekatnya usia kematangan para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip dan memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.

2.4Tugas Perkembangan Masa remaja

Menurut Agoes, (2004) ada beberapa tugas perkembangan pada masa remaja antara lain menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis dan psikologis, belajar bersosialisasi sebagai laki-laki maupun wanita, memperoleh kebebasan secara emosional dari orangtua, remaja bertugas untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab, memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis.


(37)

3. Hubungan pola asuh terhadap perkembangan sosial pada remaja

Menurut W.A Gerungan (2000), perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan berkerja sama. Anak dilahirkan belum bersifat sosial. Dalam arti, dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain.

Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya, baik orangtua, saudara, taman sebaya atau orang dewasa lainnya. Perkembangan sosial anak remaja sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan dan bimbingan orangtua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari proses bimbingan orangtua ini lazim disebut sosialisasi, di dalam proses membimbing remaja tersebut orangtua dapat mengarahkan sikap dan perilaku remaja melalui penerapan disiplin.

Perkembangan sosial remaja sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Apabila lingkungan sosial tersebut memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap perkembangan anak secara positif maka anak akan dapat mencapai perkembangan sosial secara matang. Namun, apabila lingkungan


(38)

sosial itu kurang kondusif, seperti perlakuan orang tua yang kasar, sering memarahi, acuh tak acuh, tidak memberikan bimbingan, teladan pengajaran atau pembiasaan terhadap anak dalam menerapkan norma-norma, baik agama maupun tata karma dan budi perkerti, cendrung menampilkan prilaku maladjustment, seperti pemalu, senang mendominasi orang lain, egois/selfish, senang mengisolasi diri dan menyendiri, kurang memiliki perasaan tenggang rasa, serta kurang memperdulikan norma dan berprilaku.

Menurut Ali. M dan Asrori. M, (2004) ada beberapa karakteristik perkembangan sosial remaja antara lain :

a. Berkembangnya kesadaran akan kesunyian dan dorongan akan pergaulan. Masa remaja disebut masa sosial karena sepanjang masa remaja hubungan sosial semakin tampak jelas dan sangat dominan. Kesadaran akan kesunyian menyebabkan remaja berusaha mencari kompensasi dan mencari hubungan dengan orang lain atau berusaha mencari pergaulan. Penghayatan kesadaran akan kesunyian yang mendalam dari remaja merupakan dorongan pergaulan untuk menemukan pernyataan diri akan kemampuan kemandiriannya.

b. Adanya upaya memilih nilai-nilai sosial

Ada dua kemungkinan yang ditempuh oleh remaja ketika berhadapan dengan nilai-nilai sosial tertentu, yaitu menyesuaikan diri dengan nilai-nilai tersebut atau tetap pada pendirian dengan segala akibatnya. Ini berarti bahwa reaksi terhadap keadaan tertentu akan berlangsung menurut norma- norma tertentu pula.


(39)

Bagi remaja yang idealis dan memiliki kepercayaan penuh akan cita-citanya, menuntut norma-norma sosial yang mutlak meskipun segala sesuatu telah dicobanya gagal. Sebaliknya bagi remaja yang bersikap pasif terhadap keadaan yang dihadapi akan cendrung menyerah atau bahkan apatis. Namun, ada kemungkinan seseorang tidak akan menuntut norma-norma sosial yang demikian mutlak, tetapi tidak pula menolak seluruhnya. c. Meningkatnya ketertarikan pada lawan jenis

Menyebabkan remaja pada umumnya berusaha keras memiliki teman dekat dari lawan jenisnya atau pacaran. Untuk itu remaja perlu diajak berkomunikasi secara rileks dan terbuka untuk membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan lawan jenis.

d. Mulai cendrung memilih karir tertentu

Perkembangan karir remaja masih perlu diberikan wawasan karir disertai dengan keunggulan dan kelemahan masing-masing jenis karir tersebut.

Menurut Thornburg, (1982 dalam Agoes Dariyo, 2004) mengemukakan tahap-tahap perkembangan sosialisasi antara lain :

Kesempatan belajar sosial Konfirmasi belajar sosial Kematangan sosial Integrasi sosial Menemukan identitas sosial Tahap Kanak awal

dan menengah lahir 18 tahun Praremaja 19-13 tahun Remaja 14-18 tahun Remaja akhir dan dewasa muda 19-23 tahun Orangtua 24 tahun ke atas

Rata-rata tugas Mencapai perilaku Mengkonfirma si, menyaring, Belajar sosial alternatif Sintesa ide-ide sosial Menemukan peran sosial


(40)

perilaku yang dipelajari dengan solid sosial) Pengaruh utama

Orangtua Orangtua Temana sebaya Teman sebaya Teman sebaya dan masyarakat masyarakat Pengaruh teman sebaya

Minimal Tidak kuat Kuat Kuat Tidak kuat

Tahap transfer

Fasilitas Makin kuat Berkurang Fasilitas Saling berhubungan

Menurut Ali. M dan Asrori. M, (2004) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial remaja anatara lain :

a. Lingkungan Keluarga

Sejumlah faktor dari dalam keluarga yang sangat dibutuhkan oleh anak remaja dalam proses perkembangan sosialnya yaitu kebutuhan akan rasa aman, dihargai, disayangi, diterima dan kebebasan untuk menyatakan diri.

Rasa aman meliputi perasaan aman secara material dan mental. Perasaan aman secara material berarti pemenuhan kebutuhan pakaian, makanan, dan sarana lain yang diperlukan sejauh tidak berlebihan dan tidak berada di luar kemampuan orangtua. Perasaan aman secara mental berarti pemenuhan oleh orangtua berupa perlindungan emosional, menjauhkan ketegangan, membantu dan menyelesaiakan masalah yang sedang dihadapi dan memberikan bantuan dan menstabilkan emosinya.


(41)

Pada remaja membutuhkan akan penghargaan atau dihargai oleh keluarga dan orang lain. Oleh karena itu, mempermalukan anak di depan orang banyak merupakan pukulan jiwa yang sangat berat dan berakibat buruk bagi perkembangan sosial anak. Dalam aspel psikologis, anak dapat terhambat atau tertekan, misalnya kemampuan dan kreativitasnya sehingga mengakibatkan anak menjadi banyak berdiam diri. Sikap seperti ini muncul karena merasa bahwa sesuatu yang akan dikemukakannya tidak akan mungkin mendapatkan sambutan atau bahkan dipermalukan, sebaliknya memberi pujian kepada anak secara tepat adalah sangat baik. Cara ini akan dapat menimbulkan perasaan disayangi pada diri anak yang dinyatakan secara menyenangkan oleh orangtua.

Menyatakan kasih sayang kepada anak sampai anak menyadari bahwa dirinya disayangi oleh orangtuanya adalah sesuatu yang sangat penting. Seorang anak yang merasa dirinya disayangi akan memiliki kemudahan untuk dapat menyayangi orangtua dan keluarganya, sehingga akan merasakan bahwa dirinya dibutuhkan dalam keluarga.

Dalam situasi ini anak akan merasa aman, dihargai dan disayangi anak tidak merasa takut untuk menyatakan dirinya, pendapatnya, maupun mendiskusikan kesulitan yang dihadapinya karena merasa bahwa orangtua atau keluarganya ibarat sumber kekuatan yang selalu membantu dimanapun dan kapanpun dirinya memerlukan.

Perkembangan sosial, remaja membutuhkan iklim kehidupan keluarga yang kondusif yang mengandung tiga unsur yaitu, karakteristik


(42)

khas internal keluarga yang berbeda dari keluarga lainnya, karakteristik khas itu dapat mempengaruhi perilaku individu dalam keluarga itu (termasuk remajanya), unsur kepemimpinan dan keteladanan kepala keluarga, sikap, dan harapan individu dalam keluarga.

Harmonis tidaknya, intensif tidaknya interaksi antara anggota keluarga akan mempengaruhi perkembangan sosial remaja yang ada di dalam keluarga. Menurut Gardner, (1983 dalam Ali.M dan Asrori. M, 2004) dalam penelitiannya menemukan bahwa interaksi antara anggota keluarga yang tidak harmonis merupakan suatu potensial menjadi penghambat perkembangan sosial remaja. Menurut Jay Kesler (1978 dalam Ali. M dan Asrori. M, 2004) remaja sangat memerlukan keteladanan dari orang tua dan orang dewasa lainnya.

b. Lingkungan Sekolah

Kehadiran disekolah merupakan perluasan lingkungan sosialnya dalam proses sosialisasinya dan sekaligus merupakan faktor lingkungan baru yang sangat menentang atau bahkan mencemaskan akan dirinya.

Para guru dan teman-teman sekelas membentuk suatu sitem yang kemudian menjadi semacam lingkungan norma bagi dirinya. Selama tidak ada pertentangan, selama itu pula anak tidak akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dirinya. Namun, jika salah satu kelompok lebih kuat dari lainnya, anak akan menyelesaikan dirinya dengan kelompok dimana dirinya dapat diterima dengan baik.


(43)

Ada empat tahap proses penyesuaian diri yang harus dilalui oleh anak selama membangun hubungan sosialnya antara lain, anak dituntut agar tidak merugikan orang lain serta menghargai dan menghormati hak orang lain, anak didik untuk menaati peraturan-peraturan dan menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, anak dituntut untuk lebih dewasa di dalam melakukan interaksi sosial saling memberi dan menerima, anak dituntut untuk memahami orang lain sebagaimana dalam lingkungan keluarga, lingkungan sosial juga dituntut menciptakan iklim kehidupan sekolah yang kondusif bagi pekembangan sosial remaja. Sekolah merupakan salah satu lingkungan tempat remaja hidup dalam kesehariannya. Sebagaimana keluarga, sekolah juga memiliki potensi memudahkan atau menghambat bagi perkembangan hubungan sosial remaja sebaliknya, sekolah yang iklim kehidupannya bagus dapat mempelancar atau bahkan memacu perkembangan hubungan sosial remaja. c. Lingkungan Masyarakat

Masalah yang dialami oleh remaja dalam proses sosialnya adalah bahwa tidak jarang masyarakat bersikap tidak konsisten terhadap remaja.

Di satu sisi remaja dianggap sudah beranjak dewasa tetapi kenyataanya di sisi lain mereka tidak diberikan kesempatan atau peran penuh sebagimana orang yang sudah dewasa. Untuk masalah-masalah yang dianggap penting dalam menentukan, remaja masih sering dianggap anak kecil atau paling tidak dianggap belum mampu sehingg sering menimbulkan kekecewaan atau kejengkelan pada remaja. Keadaan seperti


(44)

ini seringkali menjadi penghambat perkembangan sosial remaja. Remaja yang sedang mengarungi perjalanan masa mencari jati diri sehingga faktor keteladanan dan kekonsistenan sistem nilai dan norma masyarakat juga menjadi sesuatu yang sangat penting. Iklim kehidupan masyarakat memberikan urutan penting bagi variasi perkembangan hubungan sosial remaja.

Menurut Gunarsa, S.D, (2003) peran orangtua dalam perkembang sosial remaja antara lain, orangtua memberi kasih sayang dan kebebasan bertindak sesuai dengan umur para remaja dapat diharapkan akan mengalami perkembangan yang optimal, orangtua yang tidak mendukung anak dalam memperkembangkan keinginan bertindak sendiri, atau mungkin sama sekali menetang keinginan anak untuk bertindak sendiri, maka perkembangan perubahan peranan sosial tidak dapat diharapkan mencapai hasil yang lebih baik, hubungan antara orangtua dengan anak turut menentukan persiapan para remaja dalam menghadapi kesulitan dalam perubahan peran sosial, seseorang yang terlalu banyak memperoleh perlindungan orangtua pada masa kecil akan mengalami kesulitan bila harus memenuhi harapan-harapan sehubungan dengan kehidupan dewasa di luar keluarganya, orangtua yang selalu memanjakan anaknya dalam segala hal memenuhi keinginan anaknya, kurang membantu anaknya dalam persiapan kedewasaan, orangtua yang menunjukkan perlakuan yang terlalu keras pada reaksi anak pada masa kecil sebaliknya ketika masa remaja sulit dikendalikan.


(45)

Menurut Hurlock, (1991) ada beberapa sebab pertentangan selama masa remaja antara lain :

a. Standar perilaku

Remaja sering menganggap standar prilaku orangtua yang kuno dan yang moderen berbeda dan standar prilaku orangtua yang kuno harus menyesuaikan diri dengan yang moderen.

b. Metode disiplin

Metode disiplin yang digunakan orang tua dianggap tidak adil maka remaja akan memberontak, dimana orangtua lebih berkuasa dari pada yang lainnya.

c. Hubungan dengan saudara kandung

Remaja mungkin menghina adiknya dan membenci kakaknya sehingga menimbulkan pertentangan dengan mereka dan juga dengan orangtua yang dianggap bersikap pilih kasih.

d. Merasa menjadi korban

Remaja sering merasa benci kalau status sosial ekonomi keluarga tidak memungkinkannya mempunyai simbol-simbol status yang sama dengan yang dimiliki teman-temannya.

e. Perilaku yang kurang matang

Orangtua sering mengembangkan sikap menghukum bila para remaja mengabaikan tugas-tugas sekolah, melalaikan tanggung jawab atau membelanjakan uang semaunya.


(46)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kegiatan konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati dan diukur melalui peneltian yang dimaksud (Notoadmojo, 2007).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pola asuh orangtua sedangkan variabel dependennya perkembangan sosial remaja.

variabel independen variabel dependen

Skema 1. Kerangka Konsep : Diteliti

: Tidak diteliti : Berpengaruh Pola asuh orangtua

- Otoriter - Demokratik - Permisif

Perkembangan sosial remaja :

- Percaya diri

- Kurang percaya diri - Tidak percaya diri faktor-faktor yang

mempengaruhi antara lain :

- Lingkungan keluarga - Lingkungan

masyarakat

- Lingkungan sekolah


(47)

2. Defenisi Operasional

Tabel 3.1 Defenisi 0perasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Variable independen Pola asuh orangtua

Pola asuh merupakan suatu model atau cara orangtua Siswa SMA Dharma Pancasila Medan dalam mendidik anak dalam membentuk pribadi anak. Ada tiga pola asuh antara lain - Pola asuh otoriter :

Pola asuh yang menekankan pada pengawasan orang tua atau kontrol yang ditunjukkan kepada anak untuk

mendapatkan ketaatan dan kepatuhan. - Pola asuh Demokrasi

: pola asuh yang bercirikan adanya hak dan kewajiban

orangtua dan anak

Kuesioner dengan 30 pertanyaan dengan 3 pilihan jawaban 1 = tidak

pernah 2= jarang 3= selalu

1. Jika skor responden 30-49 = pola asuh otoriter 2. Jika skor

responden 50-69 = pola asuh permisif 3. Jika skor

responden 70-90 = Pola asuh demokratik


(48)

adalah sama anak dilatih untuk bertanggung jawab dan menentukan perilakunya sendiri agar dapat berdisiplin

- Pola asuh permisif Pola asuh yang bercirikan orangtua yang memberlakukan kebebasan dalam bertindak, disiplin yang inkonsisten, tidak menetapkan batasan-batasan pada anak.

2. Variabel dependen Perkembangan sosial remaja Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan Siwa SMA Dharma Pancasila Medan dalam hubungan sosial.

Yang meliputi : - Percaya diri

- Kurang percaya diri

Kuesioner dengan 10 pertanyaan dengan 3 pilihan jawaban : 1 = tidak

pernah 2= jarang 3= selalu

1.Jika skor responden 1 – 10 = tidak percaya diri 2.Jika skor

responden 11 – 20 = kurang percaya diri 3.Jika skor


(49)

- Tidak percaya diri responden 21 – 30 = percaya diri

3. Hipotesa Penelitian

Hipotesa dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara pola asuh orangtua terhadap perkembangan sosial anak remaja.


(50)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua terhadap perkembangan sosial remaja.

2. Populasi dan Sampel 2.1Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa remaja pria dan wanita usia 15-17 tahun yang duduk dikelas 2 SMA Dharma Pancasila Medan dengan jumlah 200 orang.

2.2Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili populasi. Menentukan sampel dengan menggunakan rumus :

n = N 1 + N (�2)


(51)

Keterangan :

N = Jumlah populasi n = jumlah sampel

d = ketetapan relatif yang ditetapkan oleh peneliti (0,05) jadi sampel dalam penelitian ini adalah

Diketahui : n = 200 d = 0,05 n = N 1 + N (�2) n = 200

1 + 200 (0,05)2

n = 200 1,5 n = 134

Jadi jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 134 orang remaja. Teknik pengambilan sampel menggunakan pendekatan secara simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada pada populasi tersebut. Dilakukan dengan cara membuat undian pada kertas-kertas kecil, yang telah ditulis nama-nama remaja pada satu kertas undian. Kemudian kertas undian diambil secara acak sebanyak 134 buah.


(52)

Jadi nama remaja yang telah didapatkan dari kertas undian, dijadikan sampel pada penelitian ini. Dengan teknik pengambilan sampel acak ini, setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: 1. Siswa/siswi kelas 2 SMA

2. Siswa remaja usia 15-17 tahun

3. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah: 1. Bukan anak remaja (15 -17 tahun). 2. Bukan siswa/siswi usia 15-17 tahun 3. Tidak bersedia menjadi responden. 3. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Dharma Pancasila Medan. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena lokasi mudah dijangkau oleh peneliti, adanya populasi yang mencukupi untuk dijadikan responden. Penelitian ini dilaksanakan mulai Juni 2013 sampai dengan Februari 2014.

4. Pertimbangan etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapat izin dalam pengumpulan data dari SMA Dharma Pancasila Medan, maka dilakukan


(53)

pendekatan kepada responden dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Pertimbangan etik yang perlu diperhatikan pada saat penelitian yaitu: 1. self determination, peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak menjadi responden penelitian, 2.informed consent, peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian. Jika responden bersedia menjadi peserta penelitian, maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan, 3. anonymity, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar persetujuan data, tetapi memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan, 4. confidentially, penelitian menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.1Uji Validitas dan Reabilitas a. Uji validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalitan dan kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2006). Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Validitas dilakukan oleh dosen yang berkompeten di bidang pola asuh orangtua dan perkembangan sosial remaja yaitu dosen psikologi ibu Lermiana Purba, SST S.Pd, S.Psi, M.Psi, Uji validitas


(54)

dilakukan dengan menggunakan conten validity (CVI) instrumen dikatakan valid jika CVI > 0,75 (Notoatmodjo, 2010).

b. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan pada 10 remaja yang bertempat tinggal di jl.DR. Mansur yang memiliki kriteria yang sama dengan sampel penelitian. Uji reliabilitas pada instrument dilakukan dengan menggunakan formula chronbach alpha dalam system komputerisasi. Dikatakan reliabel jika nilai α > 0,7 (Polit, 2001). Berdasarkan uji reliabilitas yang telah dilakukan diperoleh hasilnya, reliabel untuk kuesioner pola asuh orangtua sebesar 0,759 dan reliabel untuk kuesioner perkembangan sosial sebesar 0,749 karena nilai uji reliabilitas lebih dari 0.70 maka instumen penelitian ini dinyatakan reliabel.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan kerangka konsep dan tinjauan pustaka. Instrument penelitian ini terdiri dari tiga bagian berisi data demografi, pola asuh orangtua, dan perkembangan sosial remaja.

5.1Kuesioner data demografi

Kuesioner data demografi memberikan data mengenai umur, jenis kelamin, agama, perkerjaan orangtua, pendidikan orangtua dan pendapatan orangtua perbulan.


(55)

Kuesioner ini menggunakan skala Likert, yaitu jawaban responden telah termuat dalam tiga pilihan jawaban. Jika selalu (SL) nilai 3, jarang (JR) nilai 2, tidak pernah (TP) nilai 1. Pertanyaan pola asuh orangtua ada 30 pertanyaan.

5.3Kuesioner perkembangan sosial remaja

Kuesioner ini dengan menggunakan skala Likert. Artinya, jawaban responden telah termuat dalam tiga pilihan jawaban. Option yang digunakan adalah selalu (SL) nilai 3, jarang (JR) nilai 2, tidak pernah (TP) nilai 1. Jumlah pertanyaan perkembangan sosail remaja ada 10 pertanyaan. Pengkatagorian masing-masing variabel penelitian menggunakan panjang kelas (p) berdasarkan rumus statistik (Hartono, 2004).

p = Range i

keterangan :

p : panjang kelas

Range : rentang kelas (nilai tertinggi – nilai terendah) i : banyak kelas

Berdasarkan data yang dikumpul dari hasil kuesioner untuk penilaian pola asuh orangtua dibagi menjadi 3 kategori yaitu :


(56)

5. Jika skor responden 50 - 69 = permisif 6. Jika skor responden 70 - 90 = demokratik

Sedangkan hasil kuesioner perkembangan sosial remaja dibagi mejadi 3 kategori yaitu :

a. Jika skor responden 1 - 10 = tidak percaya diri b. Jika skor responden 11 - 20 = kurang percaya diri c. Jika skor responden 21 - 30 = percaya diri

6. Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan ijin untuk melakukan penelitian pada institusi pendidikan Falkultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian surat ijin penelitan disampaikan ke SMA Dharma Pancasila, setelah dapat ijin penelitian dari kepala sekolah peneliti baru melakukan penelitian dan di bantu oleh salah satu guru pengajar SMA Dharma Pancasila Medan. Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria responden yang telah ditentukan sebelumnya.

Setelah didapatkan data responden dari SMA Dharma Pancasila kelas 2, peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan prosedur, manfaat penelitian, cara mengisi kuesioner yang diberikan kepada responden untuk diisi. Peneliti mendampingi responden pada kuesioner tersebut. Responden diberi waktu 15 menit untuk mengisi kuesioner.


(57)

Setelah semua data terkumpul maka peneliti memeriksa kembali semua kuesioner satu per satu yaitu identitas peserta penelitian dan memastikan semua jawaban telah di isi sesuai dengan petunjuk.

7. Analisa Data

Dalam tahap analisa data dilakukan pengumpulan data dan di analisa sesuai teknik-teknik tertentu. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk pengumpulan data adalah: a) entry, data jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka/huruf) dimasukkan ke dalam program “software” computer, b) editing, untuk pengecekan kelengkapan data yang terkumpul, bila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data dapat di perbaiki seperlunya dengan menanyakan langsung kepada yang bersangkutan, c) coding, proses untuk memberikan kode pada jawaban responden atau ukuran-ukuran yang diperoleh dari analisa sesuai dengan rencana awal peneliti, d) tabulating, proses yang akan dilakukan untuk menghitung setiap variabel berdasarkan kategori-kategori yang ditetapkan sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian.

7.1 Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian, yaitu data demografi, pola asuh dan perkembangan sosial remaja kemudian dicari hasilnya lalu dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi.


(58)

Analisa ini melihat hubungan anatara dua variabel independent dan dependent, untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut digunakan uji person chi square, dengan nilai signifikan α = 0,05 dan hasil disajikan dalam bentuk tabel. Pedoman dalam menerima hipotesis, jika nilai α < 0.05 maka H0 ditolak, apabila α > 0,05 maka H0 gagal ditolak. Data disajikan dalam bentuk tabel.


(59)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian hubungan pola asuh orangtua terhadap perkembangan sosial remaja di SMA Dharma Pancasila Medan yang diperoleh melalui proses pengumpulan data yang dilakukan pada bulan November 2013 terhadap 134 orang remaja di SMA Dahrma Pancasila Medan. Penyajian data hasil penelitian meliputi deskripsi data demografi, tipe pola asuh orang tua, perkembangan sosial remaja dan hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan sosial remaja di SMA Dharma Pancasila Medan.

1.1 Deskripsi Karakteristik Responden

Deskripsi karakteristik responden terdiri dari umur, jenis kelamain, , agama, pendidikan orangtua, perkerjaan orangtua, pendapatan orangtua perbulan. Responden pada penelitian ini adalah anak remaja dengan kriteria Siswa/siswi kelas 2 SMA yang berusia 15-17 tahun, bersedia berpartisipasi dalam penelitian. Dari hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berusia 16 tahun, yaitu 58 orang (43,3%), mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu 72 orang (62,5%), responden beragama Islam 113 orang (84,3%).


(60)

Mayoritas pendidikan orang tua terakhir 67 responden (50,0%) adalah lulusan SMA dan 69 orangtua responden rata - rata berkerja sebagai wiraswasta. Sedangkan untuk penghasilan keluarga lebih dari setengah responden yaitu 61 responden (45,5%) berpenghasilan sekitar Rp. 1.000.000 - Rp. 3.000.000 (Dapat di lihat di tabel 5.1).


(61)

Tabel 5.1: Distribusi responden berdasarkan karakteristik responden di SMA Dharma Pancasila Medan

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Umur

a. 15 tahun b. 16 tahun c. 17 tahun Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan Agama a. Islam b. Katolik Pendidikan orangtua a. SD b. SMP c. SMA d. Diploma/Perg.tinggi Perkerjaan orangtua a. PNS b. Wiraswasta c. Petani d. Lain-lain

Pendapatan orangtua perbulan < Rp. 1.000.000

Rp. 1.000.000 – Rp. 3.000.000 >Rp. 3.000.000 Lain-lain 49 58 27 62 72 113 21 7 18 67 42 42 69 8 15 14 61 43 16 36,6 43,3 20,1 46,3 53,7 84,3 15,7 5,2 13,4 50,0 31,3 31,3 51,1 6,0 11,2 10,4 45,5 32,1 11,9


(62)

1.2 Pola Asuh Orangtua Di SMA Dharma Pancasila Medan

Tabel 5.2 : Distribusi responden berdasarkan kuesioner pola asuh orangtua di SMA Dharma Pancasila Medan

NO PERTANYAAN

POLA ASUH ORANG TUA

SELALU JARANG TIDAK

PERNAH

f % f % f %

1. Orangtua menetapkan atuaran-aturan dirumah yang tidak boleh dilanggar

56 41,8 36 26,9 42 31,3

2. Orangtua mengatur saya dengan ketat untuk tugas dirumah

48 35,8 43 32,1 43 32,1

3.

Orangtua mengatur saya untuk bersekolah sesuai keinginan orangtua

39 29,1 46 34,3 39 29,1 4. Orangtua selalu membandingkan

saya dengan teman-teman lainnya yang berprestasi

50 37,3 42 31,3 42 31,3 5. Orangtua menghukum saya jika

pulang larut malam

58 43,3 34 25,4 42 31,3 6. Orangtua mengatur jam tidur dan

bangun tidur saya setiap hari

52 38,8 49 36,6 33 24,6 7. Orangtua memarahi saya jika nilai

rapor tidak memuaskan

66 49,3 28 20,9 40 29,9 8. Orangtua berkomunikasi dengan

saya dengan keras dan tegas

64 47,8 26 19,4 44 32,8 9. Orangtua mengawasi dengan ketat

kegiatan saya diluar rumah

61 45,5 22 16,4 51 38,1 10. Orangtua memaksa saya mengikuti

les untuk meningkatkan prestasi

58 43,3 32 23,9 44 32,8 11. Orangtua saat ini melarang saya

untuk berpacaran

61 45,5 22 16,4 51 38,1 12. Orangtua melarang saya

membantah segala keputusan orangtua

57 42,5 29 21,6 48 35,8

13. Orangtua memberikan hadiah jika saya berbuat baik dan menghukum saya jika melakukan kesalahan


(63)

14. Orangtua percaya saya mampu bersikap baik dimasyarakat

58 43,3 24 17,9 52 38,8 15. Orangtua selalu berkomunikasi

dengan saya dengan hangat dan baik

58 43,3 22 16,4 54 40,3

16. Orangtua selalu membicarakan dengan saya dalam memilih sekolah yang diinginkan

60 44,8 19 14,2 55 41,0 17. Orangtua mengenal teman dekat

saya

62 46,3 20 14,9 52 38,8 18. Keluarga mengajarkan untuk

meminta maaf jika menyakiti hati teman remaja

68 50,7 19 14,2 47 35,1

19. Orangtua cemas jika saya pulang terlambat kerumah

68 50,7 14 10,4 52 38,8 20. Orangtua selalu mendukung saya

untuk melakukan hobby saya

67 50,0 25 18,7 42 31,3 21. Orangtua mengijinkan teman saya

untuk bermain kerumah

63 47,0 25 18,7 46 34,3 22. Orangtua saya memberikan

kebebasan dalam berpakaian sesuai dengan tuntunan mode saat ini

62 46,3 34 25,4 38 28,4

23. Orangtua memenuhi keinginan saya untuk membeli barang yang saya inginkan

47 35,1 42 31,3 45 33,6

24. Orangtua memberikan kebebasan pada saya untuk keluar malam

38 28,4 41 30,6 55 41,0 25. Orangtua membebaskan saya untuk

belajar atau tidak dirumah

37 27,6 56 41,8 41 30,6 26. Orangtua lebih baik mengalah dari

pada berdebat dengan saya

37 27,6 56 41,8 41 30,6 27. Orangtua mengijinkan saya

melakukan kegiatan sekolah yang mengharuskan bermalam

37 27,6 42 31,3 55 41,0 28. Orangtua memberikan kebebasan

untuk saya menonton televisi dirumah hingga larut malam

32 23,9 48 35,8 54 40,3 29. Orangtua tidak pernah tega

menghukum saya sejak kecil

30 22,4 44 32,8 60 44,8 30. Orangtua saya sangat sibuk

berkerja sehingga tidak punyak waktu luang jika saya ada masalah


(64)

Tabel 5.3 : Distribusi responden berdasarkan kategori pola asuh orangtua di SMA Dharma Pancasila Medan

Hasil penelitian diperoleh data dari 134 orang responden tipe pola asuh orangtua terbanyak adalah demokratik yaitu 61 responden (45,5 %), diikuti dengan pola asuh otoriter sebanyak 38 responden (28,4 %) dan pola asuh permisif 35 responden (26,1 %) (dapat dilihat di tabel 5.3).

Tipe Pola Asuh Orangtua Frekuensi Persentase (%)

Otoriter 38 28,4

Demokratik 61 45,5

Permisif 35 26,1

Total 134 100

1.3 Perkembangan Sosial Remaja Di SMA Dharma Pancasila Medan

Tabel 5.4 : Distribusi responden berdasarkan kuesioner perkembangan sosial remaja di SMA Dharma Pancasila Medan

NO PERTANYAAN PERKEMBANGAN SOSIAL

SELALU JARANG TIDAK

PERNAH

f % f % f %

1. Saya mempunyai cita – cita yang saya ingin wujudkan

47 35,1 29 21,6 58 43,3 2. Sayamembeli pakaian sesuai

dengan keinginan saya

36 26,9 38 28,4 60 44,8 3. Saya memakai baju sesuai dengan

model terbaru

35 26,1 37 27,6 62 46,3 4. Saya tidak berani mengemukakan

pendapat ketika di dalam kelas

34 25,4 21 15,7 79 59,0 5. Saat ini saya sedang memiliki

pacar

47 35,1 34 25,4 53 39,6 6. Semua yang saya inginkan harus 47 35,1 38 28,4 49 36,6


(65)

saya dapat

7. Saya memilii kelompok anggota disekolah

50 37,3 33 24,6 51 38,1 8. Saya memiliki banyak teman di

sekolah dan dirumah

44 32,8 36 26,9 54 40,3 9 Saya mengikuti kegitan les untuk

mendapatkan prestasi yang lebih baik

40 29,9 32 23,9 62 46,3

10. Ketika saya ada masalah saya terbuka kepada ibu atau ayah saya

44 32,8 21 15,7 69 51,5

Tabel 5.5 : Distribusi responden berdasarkan kategori perkembangan sosial remaja di SMA Dharma Pancasila Medan

Hasil penelitian diperoleh data dari 134 orang responden mayoritas perkembangan sosial responden terbanyak adalah percaya diri yaitu 61 responden ( 45,5 %), kurang percaya diri 36 responden ( 26,9 %) dan tidak percaya diri 37 responden (27,6 %) (dapat dilihat di tabel 5.5)

Tipe Pola Asuh Orangtua Frekuensi Persentase (%)

Tidak percaya diri 37 27,6

Kurang percaya diri 36 26,9

Percaya diri 61 45,5

Total 134 100

1.4 Hubungan Pola Asuh Orangtua dan Perkembangan Sosial Remaja Hasil penelitian menunjukkan dari 61 pola asuh orangtua dengan demokratik diperoleh data perkembangan sosial remaja percaya diri 32 (52,5 %), kurang percaya diri 21 ( 34,4 %) dan tidak percaya diri 8 (13,1 %). Dari 35 pola asuh orangtua permisif di peroleh data perkembangan sosial remaja percaya diri 17 (48,6 %), kurang percaya diri 9 (25,7 %) dan tidak percaya


(66)

sosial remaja percaya diri 12 (31,6 %), kurang percaya diri 6 (15,8 %) dan tidak percaya diri 20 (52,6 %).

Tabel 5.6 : Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Perkembangan Sosial Remaja Di SMA Dharma Pancasila Medan 2014

Pola Asuh orangtua

Perkembangan Sosial Remaja Total Nilai Percaya diri Kurang

Percaya diri

Tidak Percaya Diri

P

f % f % f % f %

Demokratik 32 52,5 21 34,4 8 13,1 61 45,5 0,001 Permisif 17 48,6 9 25,7 9 25,7 35 26,1

Otoriter 12 31,6 6 15,8 20 52,6 38 28,4

Jumlah 61 36 37 134

2. Pembahasan

Dari data yang diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimana hubungan pola asuh orangtua terhadap perkembangan sosial remaja di SMA Dharma Pancasila Medan.

2.1 Pola Asuh Orangtua

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 61 responden (45,5%) memiliki orangtua dengan pola asuh demokratik. Ciri khas pola asuh demokratik adalah adanya komunikasi yang baik antara anak dan orangtua, dimana orangtua melibatkan diri dan berdiskusi tentang masalah yang di alami anak, orangtua akan memberikan pujian jika anak melakukan hal yang baik dan mengajarkan pada anak agar melakukan segala sesuatu secara mandiri dengan rasa tanggung jawab dan mencerminkan rasa kasih sayang (Santrock, 2007).


(67)

Menurut Shocib (dalam Yuniati, 2003) orangtua yang menerapkan pola asuh demokratik banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk berbuat keputusan secara bebas berkomunikasi dengan lebih baik, mendukung anak untuk memilki kebebasan sehingga anak mempunyai kepuasan, dan sedikit menggunakan hukuman badan untuk mengembangkan kedisiplinan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 35 responden (26,1 %) memiliki orangtua dengan pola asuh permissive. Ciri khas dari pola asuh permisif adalah orang tua tidak memperdulikan apa saja yang dilakukan anak, orang tua jarang sekali mengajak berbicara apalagi berdiskusi tentang masalah anak, serta orang tua selalu memberikan apa saja yang diinginkan anak tanpa banyak bertanya. Pola asuh permisif menjadikan anak berperilaku sesuai dengan keinginannya karena orang tua tidak pernah memberikan aturan ataupun arahan kepada anak sehingga anak tidak tahu apakah perilakunya benar atau salah karena sangat minimnya pengarahan dan aturan dari orang tua (Santrock, 2007).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 38 responden (28,4 %) memiliki orang tua dengan pola asuh otoriter. Ciri khas dari pola asuh otoriter adalah anak diharuskan mengulang pekerjaan yang dianggap orang tua salah, orang tua mengancam akan memberikan hukuman apabila anak tidak mematuhi perintahnya, dan orang tua menggunakan suara yang keras ketika menyuruh anak untuk melakukan suatu pekerjaan. Pola asuh otoriter menjadikan anak merasa terkekang, kurang


(68)

bebas, dan terkadang kurang percaya diri, tetapi pola asuh ini akan membentuk anak yang patuh, sopan,dan rajin mengerjakan pekerjaan (Santrock, 2007).

2.2 Perkembangan Sosial Remaja

Perkembangan sosial remaja sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Apabila lingkungan sosial tersebut memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap perkembangan anak secara positif maka anak akan dapat mencapai perkembangan sosial secara matang. Namun, apabila lingkungan sosial itu kurang kondusif, seperti perlakuan orang tua yang kasar, sering memarahi, acuh tak acuh, tidak memberikan bimbingan, teladan pengajaran atau pembiasaan terhadap anak dalam menerapkan norma-norma, baik agama maupun tata karma dan budi perkerti, cendrung menampilkan prilaku maladjustment, seperti pemalu, senang mendominasi orang lain, egois/selfish, senang mengisolasi diri dan menyendiri, kurang memiliki perasaan tenggang rasa, serta kurang memperdulikan norma dan berprilaku.

Dari hasil penelitian tentang perkembangan sosial remaja dapat dilihat pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 134 responden sebanyak 37 responden (27,6 %) tidak percaya diri, 36 responden (26,9 %) kurang percaya diri dan 61 responden (45,5 %) percaya diri, hasil penelitian tersebut menerangkan bahwa yang memilki pekembangan sosial percaya diri yang lebih mendominan. Hal ini menunjukkan bahwa orangtua tidak membuat batasan yang kaku dan memaksa tetapi tetap


(69)

mempertahankan kontrol yang kuat terutama pada area ketidaksepakatan orangtua dan anak dan juga orangtua mendengarkan apa yang dipikirkan oleh anak dan anak cenderung lebih percaya diri (Wong, 2008).

Hasil penelitian tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Marseliana (2011) dari 150 responden sebanyak 85 responden (56,7 %) memiliki perkembang sosial yang baik.

Salah satu aspek penting dalam perkembangan sosialisasi adalah kuatnya pengaruh kelompok teman sebaya dalam sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan prilaku. Pengaruh kelompok teman sebaya pada remaja lebih besar dibandigkan pengaruh pada keluarga (Hurlock, 2006). 2.3 Hubungan Pola Asuh Orangtua terhadap Perkembangan Sosial

Remaja

Dari analisa statistika diperoleh nilai significance (p value) sebesar p = 0,01 dengan sehingga lebih besar dari (α) = 0,05. Ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada hubungan antara pola asuh orang tua terhadap perkembangan sosial remaja.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sartika (2012), yang membuktikan pola asuh orang tua berpengaruh pada perkembangan kepribadian dan sosialisasi pada remaja, adanya kontak dengan teman sebaya serta orang dewasa diluar rumah juga turut berpengaruh terhadap perkembangan sosialisasi remaja.


(70)

Menurut Santrock (2007) anak dari orang tua yang otoriter sering kali tidak bahagia, ketakutan, minder ketika membandingkan diri dengan orang lain, tidak mampu memulai aktivitas, dan memiliki kemampuan komunikasi yang lemah. Anak dari orang tua yang otoriter mungkin berperilaku agresif sehingga akan tercipta perkembangan sosialisasi yang buruk.

Pola asuh demokratik bisa mengendalikan diri dan hubungan yang ramah dengan teman sebaya dan mampu mengatasi stress dengan baik sehingga akan menciptakan perkembangan sosialisasi yang baik (Santrock, 2007).

Menurut Santrock (2007) anak dengan pola asuh permisif cenderung tidak memiliki kemampuan sosial dan banyak diantaranya memiliki pengendalian diri yang buruk dan tidak mandiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Shochib (dalam Yusniah 2008) bahwa anak dengan pola asuh permisif akan lebih mungkin terlibat dalam kenakalan remaja dan memiliki prestasi yang rendah di sekolah karena anak tidak mengetahui norma-norma sosial yang harus dipatuhinya sehingga akan menciptakan perkembangan sosialisasi yang buruk

Menurut Hurlock, (2006) bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan sosialisasi yang penting pada masa remaja adalah meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, pola perilaku sosial yang lebih matang, pengelompokkan sosial baru dan nilai-nilai baru dalam pemilihan teman dan pemimpin, dan dalam dukungan sosial (dukungan


(71)

keluarga dan lingkungan). Dukungan sosial dalam perkembangan sosialisasi remaja berkaitan dengan hubungan yang baik dengan anggota-anggota keluarga sehingga berkaitan erat dengan penerapan pola asuh dalam keluarga.


(72)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasakan hasil penelitian dan uraian pembahasan terhadap 134 responden di SMA Dharma Pancasila Medan menggambarkan mayoritas pola asuh demokratik dengan perkembangan sosialisasi remaja percaya diri 52,5 %, mayoritas pola asuh orangtua permisif dengan perkembangan sosial remaja kurang percaya diri 25,7 % sedangkan mayoritas pola asuh otoriter dengan perkembangan sosial remaja tidak percaya diri 52,6 %. Nilai significance (p value) sebesar p = 0,01 dengan sehingga lebih besar dari (α) = 0,05. Ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada hubungan antara pola asuh orang tua terhadap perkembangan sosial remaja di SMA Dharma Pancasila Medan.

2. SARAN 2.1Orang Tua

Orang tua sebagai contoh bagi anak-anaknya. Pola asuh demokratik adalah pola asuh yang tepat diberikan pada anak remaja, agar perkembangan sosial remaja dapat terbentuk lebih baik.


(73)

2.2Pelayanan Keperawatan

Dalam pelayanan keperawatan anak perlu diadakan penyuluhan kepada orang tua tentang perkembangan sosial anak khususnya anak remaja. Informasi yang diberikan akan menambah pengetahuan orang tua dalam mengahadapi berbagai masalah perkembangan sosial remaja dan memberikan pemahaman yang yang dapat mempengaruhi perkembangan perkembangan sosialisasi remaja.

2.3Penelitian Selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini disarankan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap perkembangan sosial remaja serta cara penentuan sampel sebaiknya dilakukan perbandingan antar SMA.


(74)

DAFTAR PUSTAKA

Ali. M dan Asrori. M. (2004). Psikologi Remaja : Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Bumi Aksara

Ariani, Ni Putu. (2006). Hubungan Karekteristik Remaja, Keluarga, dan Pola Asuh Keluarga Dengan sosialisasi Remaja, Pada siswa SMK Di Kecamatan Bogor Barat . Dalam http://Khairuddin hsb.blogspot.com di buka pada tanggal 10 Juni 2013

Dariyo, Agoes. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor Selatan : Ghalia Indonesia.

Gunarsa, Ny.singgih D. dan Gunarsa, Singgih D. (2003). Psikologi Remaja. Jakarta : Grafika Offset.

Gerungan, W.A. (2000). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Hurlock, Elizabeth B. (1991). Psikologi Perkembangan. Edisi 5. Jakarta : PT.Gelora Aksara Pratama

(2006). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga

. (1991). Perkembangan Anak. Jilid 2. Jakarta : PT.Gelora Aksara Pratama


(75)

Marseliana. (2011). Hubungan Pola Komunikasi Remaja 14-17 Tahun Dalam Keluarga Dengan Perkembangan Sosial Remaja Di SMK Mandiri Bojong

Gede Bogor. Diambil tanggal 10 Desember 2013 dari

http://www.gunadarma.ac.id.

Notoadmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

. ( 2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Selemba Medika

Polit, D.F, Beck, C.T & Hungler, B.P, (2001). Essentials of Nursing Research Mothods, Appraisal, and Utilization. Fift edition. Philadelphia : Lippincott

Santrock, John W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Edisi 6. Jakarta : Erlangga.

. (2007). Perkembangan Anak Jilid Dua. Jakarta: Erlangga

Sartika, Dewi (2012). Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Sosialisasi Remaja Di SMA Negeri 15 Medan. Diambil tanggal 12 Desember 2013 dari http:// repository.usu.ac.id/.

Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto.


(1)

(2)

(3)

Lampiran 5 TAKSASI DANA PENELITIAN

PEMBUATAN PROPOSAL

1. Biaya print proposal Rp 150.000

2. Kertas A4 80 gr Rp 60.000

3. Biaya internet Rp 100.000

4. Biaya transportasi pengambilan data awal Rp 150.000 5. Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp 100.000

6. FotoCopy perbanyak proposal Rp 50.000

7. CD Rp 10.000

8. Konsumsi dosen pembimbing dan penguji Rp 50.000

9. Dana tak terduga Rp 100.000

PEMBUATAN SKRIPSI

1. Perbaikan proposal Rp 100.000

2. Perbanyakan instrument Penelitian Rp 250.000

3. Biaya transprotasi selama penelitian Rp 300.000

4. Perbanyak skripsi Rp 150.000

5. Konsumsi dosen pembimbing dan penguji Rp 100.000

6. Kertas A4 80 Gram Rp 60.000

7. CD Rp 10.000

8. Dana tak terduga Rp 150.000

9. Revisi skripsi Rp 150.000

10.Jilid skripsi Rp 150.000


(4)

Lampiran 6 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fani Farlinda

Tempat Tanggal Lahir : Aceh Selatan, 28 Oktober 1989 Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jln. T.Ben Mahmud No 61 Lhok Keutapang,

Tapaktuan (Aceh Selatan) No.Telepon/ Hp : 085371802545

Orangtua (Ayah) : Kamaruddin. B Orangtua (ibu) : Rosmiati Riwayat Pendidikan :

1. TK. Dharma Wanita : 1993 – 1996 2. SDN I Tapaktuan : 1996 – 2002 3. SMPN I Tapaktuan : 2002 – 2005 4. SMAN I Tapaktuan : 2005 – 2008 5. Akper DIII Keperawatan : 2008 – 2011 Pengalaman lainnya : -


(5)

(6)