Struktur Dan Proses Kreatif Menulis Cerpen Serta Pemanfaatannya Bagi Pembelajaran Menulis Cerpen Di Kelas Vii Smpit As-Syifa Boarding School Subang.

(1)

ABSTRAK

STRUKTUR DAN PROSES KREATIF MENULIS CERPEN SERTA PEMANFAATANNYA PADA PEMBELAJARAN

MENULIS CERPEN DI KELAS VII SMPIT AS-SYIFA BOARDING SCHOOL SUBANG

Yulianti

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan menulis cerpen di kalangan siswa SMPIT As-Syifa Boarding School yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Karena itulah, perlu ada upaya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran menulis cerpen, pada penelitian ini peneliti menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan proses kreatif menulis cerpen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif analitis. Pada penelitian ini di samping mengkaji struktur cerpen juga dianalisis proses kreatif menulis cerpen. Sementara data yang diperoleh dalam penelitian ini diambil dari buku kumpulan cerpen Air Mata Dayang Sumbi dan hasil wawancara dengan para narasumber. Adapun pada tahap pembelajaran data yang diambil adalah cerpen siswa kelas VII SMPIT As-Syifa Boarding School. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. Pertama, berkaitan dengan struktur cerpen. Unsur-unsur pembangun cerpen-cerpen yang menjadi objek penelitian menunjukkan keterpaduan (kohesi dan kohesivitas) yang baik dan menarik sehingga cerpen-cerpen tersebut dapat dikategorikan sebagai cerpen yang baik/berkualitas. Kedua, berkaitan dengan proses kreatif menulis cerpen. Proses kreatif yang dilakukan kelima pencerita/siswa yang menjadi objek dalam penelitian ini beragam, tetapi ada benang merah antara penulis yang satu dengan yang lainnya maupun dengan para sastrawan penulis cerpen. Secara garis besar semua pencerita/siswa melakukan empat tahap menulis cerpen, yaitu tahap persiapan, tahap inkubasi atau pengendapan, tahap iluminasi atau pencerahan, dan tahap verifikasi atau pelaksanaan.

Ketiga, berkaitan dengan rencana dan penerapan pembelajaran menulis

cerpen berdasarkan proses kreatif. Rancangan pembelajaran disusun berdasarkan hasil penelitian terhadap struktur dan proses kreatif menulis cerpen. Langkah-langkah pembelajaran mengacu pada proses kreatif menulis cerpen hasil penelitian. Adapun hasil analisis terhadap struktur cerpen menjadi bahan/materi yang menunjang pembelajaran. Setelah diterapkan, pembelajaran tersebut menunjukkan hasil yang positif, menjadikan siswa terampil menulis cerpen. Sebagian besar cerpen yang ditulis siswa memiliki aspek formal cerita yang lengkap. Unsur-unsur cerpen juga sudah lengkap dan sudah padu. Dengan demikian, rancangan pembelajaran pada penelitian ini dapat diterapkan di sekolah karena didasarkan pada hasil penelitian yang akan menunjang terlaksananya pembelajaran menulis cerpen di sekolah.


(2)

ABSTRACT

STRUCTURE AND CREATIVE PROCESS IN WRITING SHORT STORY WITH THE IMPLEMENTATION IN

LEARNING WRITE SHORT STORY IN GRADE VII JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENT

AS-SYIFA BOARDING SCHOOL SUBANG

Yulianti

This research is based on the lack ability of junior high school students in writing short story. Furthermore the students always feel difficult when the teacher asked them to write a short story. Starting with this reason the writer decided to investigate the valuable element including structure and creative process in writing short story. The writer come with the design of teaching learning process in writing story by the structure and creative process. This research used qualitative descriptive analytic method. There are two aspect that become the writer main point. First, analyze the structure of the story and second analyze the creative process in writing the story. The writer took the data from short story entitle “Air Mata Dayang Sumbi” and the interview with the students as the object of this research. In the classroom, teacher implementing teaching learning process which was designed by the writer and at the last the writer took the story as the data. From the investigation, it can be conclude that; first, in terms of structure of the story it shows that there is a good connections and it can be categorized as a good story. Second, in terms of creative process in writing story there was a variation between students while they are writing story but with the same pattern. In general there are four stage in writing short story, they are preparation, incubation, illumination, and verification. Third, in terms of designing teaching learning process by using creativity process in writing short story. From the investigation it showed the ability of students in writing story is increase. Almost all of the story made by the student have structure of the story. The last, as the conclusion this design of teaching learning process can be used by the teacher while they want to teach how to write short story.


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Adapun pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif (Pusat Kurikulum, 2010, hlm. 4). Dengan demikian, pendidikan diharapkan mampu mencetak generasi penerus bangsa yang cerdas dan memiliki akhlak/karakter yang baik.

Penanaman nilai-nilai budaya dan karakter dalam diri peserta didik, salah satunya dapat diupayakan melalui pembelajaran sastra di sekolah. Danardana (2013, hlm. 34–35) mengemukakan bahwa kelahiran sastra bersumber dari kehidupan yang bertata nilai dan pada gilirannya nanti sastra akan memberikan sumbangan bagi terbentuknya tata nilai. Selain memiliki sifat menghibur, sastra mampu memberi dan sekaligus dapat membuka (memperluas) cakrawala pikiran manusia. Sastra mengandung nilai-nilai sosial, filsafat, religi, dan sebagainya, baik yang bertolak dari pengungkapan kembali maupun yang merupakan penyodoran konsep baru.

Wellek dan Waren (1989, hlm. 157) berpendapat bahwa penelitian sastra sewajarnya bertolak dari interpretasi dan analisis karya sastra itu sendiri sebab bagaimanapun juga, kita tertarik untuk membahas pengarang, lingkungan sosial, dan proses sastra karena adanya karya sastra. Dengan demikian, penelitian terhadap proses kreatif pencerita cerpen tidak terlepas dari kajian terhadap struktur cerpen yang ditulis oleh pencerita cerpen tersebut.


(4)

Yulianti, 2015

Berdasarkan kajian terhadap struktur cerpen, penulis menilai bahwa cerpen-cerpen yang menjadi objek dalam penelitian ini memiliki kualitas yang baik dari segi struktur, isi, maupun bahasanya. Dengan demikian, proses menghasilkan karya tersebut layak dikaji.

Penulis-penulis cerpen yang dijadikan objek dalam penelitian adalah siswa SMP. Hal tersebut menjadi nilai tambah dalam menumbuhkan motivasi pada diri siswa yang menjadi subjek penelitian ini. Dengan adanya contoh karya berkualitas yang dihasilkan oleh siswa SMP, mereka mengetahui bahwa siapa pun bisa menghasilkan karya yang baik. Mereka diharapkan semakin terpacu untuk berkarya dan berupaya menghasilkan karya yang baik.

Dalam kurikulum 2013 materi cerpen pada tingkat SMP merupakan pembelajaran sastra yang diajarkan di kelas VII Semester II. Dalam silabus pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Kurikulum 2013 tercantum Kompetensi Inti (KI) yang berbunyi, “Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori. Kompetensi inti tersebut memuat Kompetensi Dasar (KD) yang berbunyi, “Menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan.” Berdasarkan KI dan KD tersebut terlihat bahwa keterampilan menulis cerpen merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh murid.

Menulis cerpen merupakan kegiatan ekspresi sastra yang perlu diajarkan kepada siswa. Selain dapat melatih proses berpikir secara sistematis, menulis cerpen juga dapat mengembangkan kreativitas siswa ke dalam sebuah tulisan. Selain itu, kegiatan menulis cerpen dapat membiasakan siswa kritis menyampaikan gagasannya melalui karya sastra. Karena itu, guru perlu merencanakan pembelajaran yang mampu mendukung tercapainya tujuan pembelajaran menulis cerpen.

Berdasarkan hasil observasi dan tanya jawab dengan siswa di SMPIT As-Syifa Boarding School, pembelajaran menulis cerpen siswa masih tergolong


(5)

belum berhasil. Belum berhasilnya pembelajaran menulis cerpen disebabkan oleh beberapa masalah. Salah satu permasalahan dalam proses pembelajaran menulis cerpen adalah siswa kurang termotivasi untuk menulis cerpen. Kurangnya motivasi siswa dilatarbelakangi oleh beberapa hal, di antaranya siswa tidak tahu manfaat menulis cerpen. Siswa juga merasa tidak memiliki bakat menulis cerpen. Mereka belum memiliki pemahaman bahwa menulis cerpen merupakan proses yang bisa dilatih. Selain itu, siswa tidak memiliki ketertarikan pada kegiatan menulis cerpen karena mereka tidak suka membaca buku fiksi.

Permasalahan lain yang dihadapi siswa saat menulis cerpen, yaitu siswa tidak mampu menemukan ide yang tepat untuk tulisannya. Banyak siswa yang belum mampu merangkai peristiwa dengan logis. Dengan kata lain, mereka belum mampu menentukan alur yang tepat. Siswa juga banyak yang tidak mampu menampilkan suspense (kejutan) dan konflik sehingga cerpen yang dibuatnya monoton/tidak menarik, Selain itu, siswa tidak mampu meramu dan mengelola kosa kata serta tidak mampu menggunakan gaya bahasa yang tepat dan orisinal.

Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis cerpen bisa juga karena ada kesalahan dalam proses pembuatan cerpen tersebut. Ada kalanya guru hanya menugaskan siswa membuat cerpen, tanpa ada bimbingan menulis yang lebih terarah, yang lebih menekankan pada proses pembuatan cerpen. Jika pembelajaran menulis cerpen lebih menekankan pada proses pembuatan cerpen, tentu siswa akan lebih terbimbing untuk menghasilkan karya yang lebih baik. Oleh karena itu, pembelajaran menulis cerpen harus dititikberatkan pada proses penulisannya, bukan kepada hasil akhir.

Fauzan (2013) melalui penelitian berjudul “Proses Kreatif Menulis Penyair Jawa Barat dan Penerapannya dalam Pembelajaran Menulis Puisi Bebas di Kelas VIII” menyebutkan bahwa proses kreatif menulis puisi penyair Jawa Barat sangat beragam jika dilihat dari unsur-unsur yang ada dalam puisi, tetapi ada benang merah ketika persamaan dan perbedaan cara menulis puisi itu dikategorisasikan secara rinci berdasarkan teori Luxemburg dkk. tentang unsur teks puisi. Proses kreatif menulis puisi penyair Jawa Barat tersebut bisa dijadikan bahan ajar dan diterapkan di sekolah karena didasarkan pada hasil penelitian yang akan menunjang terlaksananya pembelajaran menulis puisi di sekolah. Hasil penelitian


(6)

Yulianti, 2015

terhadap proses kreatif menulis puisi yang diterapkan dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi.

Berdasarkan penelitian tersebut peneliti tertarik meneliti proses kreatif menulis cerpen, kemudian diterapkan dalam pembelajaran menulis cerpen di sekolah. Pembelajaran menulis cerpen tersebut tidak hanya berdasarkan pada teori, tetapi juga berdasarkan pada pengalaman pencerita dalam menulis cerpen. Dengan demikian, kegiatan menulis cerpen akan lebih terbimbing dan kemampuan siswa dalam menulis cerpen diharapkan dapat meningkat.

Berdasarkan uraian tersebut kajian terhadap struktur dan proses kreatif menulis cerpen diharapkan dapat memperkaya wawasan siswa tentang teknik menulis cerpen yang berkualitas. Selain itu, siswa juga diharapkan mampu menulis cerpen yang berkualitas dari segi struktur, isi, maupun penggunaan bahasanya. Siswa diharapkan memiliki semangat untuk berkarya melalui dunia kata dengan tujuan menyampaikan nilai-nilai positif melalui karyanya. Atas pemikiran tersebut, penulis mengambil judul “Struktur dan Proses Kreatif Menulis Cerpen serta Pemanfaatannya bagi Pembelajaran Menulis Cerpen di Kelas VII SMPIT As-Syifa Boarding School Subang”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengidentifikasi masalah-masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Pembelajaran sastra diharapkan mampu mencetak generasi penerus bangsa yang cerdas dan memiliki akhlak/karakter yang baik.

2. Menulis cerpen merupakan kegiatan pembelajaran sastra yang dinilai sulit oleh sebagian besar siswa, di antaranya karena kurangnya motivasi, ketidakmampuan menemukan ide dan menuliskannya dalam bentuk cerita, tidak mampu membangun suspense (kejutan) serta konflik cerita, dan tidak memiliki kemampuan menggunakan diksi atau gaya bahasa yang tepat serta menarik.

3. Proses pembelajaran menulis cerpen yang dilakukan guru belum berfokus pada proses, siswa kurang terbimbing selama proses penulisan sehingga siswa kurang terampil menulis cerpen.


(7)

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah Penelitian 1. Pembatasan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, pada penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut.

1) Kajian struktur cerpen-cerpen yang terdapat dalam buku kumpulan cerpen

Air Mata Dayang Sumbi. Ada lima cerpen yang dipilih untuk dijadikan

objek dalam penelitian ini. Pemilihan kelima cerpen itu dipilih berdasarkan pertimbangan hasil Lomba Menulis Cerita yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar pada tahun 2013. Kelima cerpen itu adalah pemenang kesatu sampai dengan kelima. Adapun cerpen-cerpen yang dimaksud, yaitu cerpen Air

Mata Dayang Sumbi, Janji Purnama Ketiga Puluh Tujuh, Aku di Antara Kegamangan Gambang Semarang, Pasukan Merdeka (Misteri Jembatan Panus), dan Teror Keramba Rinuak.

2) Proses kreatif pencerita/siswa dalam menulis cerpen Air Mata Dayang

Sumbi, Janji Purnama Ketiga Puluh Tujuh, Aku di Antara Kegamangan Gambang Semarang, Pasukan Merdeka (Misteri Jembatan Panus), dan Teror Keramba Rinuak.

3) Pembelajaran menulis cerpen berdasarkan proses kreatif di Kelas VII SMPIT As-Syifa Boarding School.

2. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut, berikut ini ialah rumusan masalah dalam penelitian ini.

1) Bagaimana struktur cerpen-cerpen dalam buku kumpulan cerpen Air Mata

Dayang Sumbi?

2) Bagaimana proses kreatif para pencerita/siswa dalam menulis cerpen-cerpen yang terdapat dalam buku kumpulan cerpen Air Mata Dayang Sumbi?

3) Bagaimana perancangan dan penerapan pembelajaran menulis cerpen di Kelas VII SMPIT As-Syifa Boarding School berdasarkan proses kreatif menulis cerpen?


(8)

Yulianti, 2015

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut.

1) Menjelaskan struktur cerpen-cerpen dalam buku kumpulan cerpen Air Mata

Dayang Sumbi.

2) Menjelaskan proses kreatif para pencerita/siswa dalam menulis cerpen-cerpen yang terdapat dalam buku kumpulan cerpen Air Mata Dayang Sumbi.

3) Merancang dan menerapkan pembelajaran menulis cerpen berdasarkan proses kreatif menulis cerpen.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoretis

Sejalan dengan tujuan penelitian, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu sastra. Hasil penelitian ini diharapkan memberi kontribusi dalam pembelajaran menulis cerpen. Dengan demikian, penelitian ini pun akan menguatkan berbagai teori menulis, terutama menulis cerpen sehingga pembelajaran menulis cerpen dapat bermanfaat, diterima, dan diserap dengan baik oleh siswa.

b. Manfaat Praktis

Secara langsung penelitian ini sangat bermanfaat bagi siswa dan guru. Siswa dapat terbimbing dalam menulis cerpen. Selain itu, cerpen-cerpen yang dikaji dalam penelitian ini mengandung nilai-nilai yang sangat bermanfaat bagi penanaman pendidikan budaya dan karakter bangsa. Dengan demikian, pembelajaran menulis cerpen diharapkan dapat mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri siswa dan menumbuhkan minat siswa untuk menghasilkan karya. Begitu pula dengan guru Bahasa dan Sastra Indonesia, dapat menggunakan rancangan pembelajaran ini dalam pembelajaran menulis cerpen.

E. Struktur Organisasi Tesis

Tesis yang terdiri dari enam bab ini disajikan menurut sistematika berikut. Pada bab pertama diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat


(9)

penelitian, serta definisi operasional. Pada bab kedua disajikan landasan teoretis yang relevan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu teori mengenai cerpen, proses kreatif menulis cerpen, kedudukan pembelajaran menulis cerpen dalam kurikulum 2013, dan pembelajaran menulis cerpen. Pada bab ketiga disajikan metodologi penelitian yang terdiri atas uraian metode penelitian, sumber data dan objek penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis dan interpretasi data, uji keabsahan data kualitatif, serta desain penelitian.

Pada bab kempat disajikan mengenai deskripsi data, analisis struktur cerpen, analisis proses kreatif menulis cerpen, dan hasil temuan penelitian (pembahasan mengenai struktur dan proses kreatif menulis cerpen). Sedangkan pada bab kelima dijelaskan mengenai rancangan pembelajaran berdasarkan proses kreatif menulis cerpen beserta penerapannya dalam pembelajaran. Adapun pada bab terakhir (keenam) disajikan simpulan hasil penelitian, implikasi, dan rekomendasi yang berhubungan dengan penelitian lanjutan. Selain enam bab yang dipaparkan tersebut, bagian yang juga penting dalam kajian ini ialah daftar bahan bacaan yang menjadi acuan dalam penulisan penelitian. Bagian tersebut terdapat pada daftar pustaka dalam penelitian ini.


(10)

BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

Metode penelitian berisi tahap-tahap yang akan dilakukan dalam proses penelitian. Metode penelitian yang akan dilakukan, yaitu metode penelitian kualitatif.

A. Metode Penelitian

Sugiyono (2014, hlm. 3) berpendapat bahwa secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sejalan dengan pendapat tersebut, Syamsuddin dan Damaianti (2011, hlm. 14) mengemukakan bahwa metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan simpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan keadaan. Melalui metode yang tepat, seorang peneliti tidak hanya mampu melihat fakta sebagai kenyataan, tetapi juga mampu memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi melalui fakta itu.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Sugiyono (2014, hlm. 15) mengemukakan bahwa penelitian

kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Creswell (2010, hlm. 352) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah sebuah alat untuk memaparkan dan memahami makna yang berasal dari individu dan kelompok mengenai masalah sosial atau masalah individu. Proses penelitian melibatkan pertanyaan dan prosedur yang sudah muncul; yakni dengan mengumpulkan data menurut

setting partisipan; menganalisis data secara induktif, mengelola data dari yang


(11)

data. Moleong (2007, hlm. 9) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif, yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen.

Metode penelitian kualitatif yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Emzir, 2012, hlm. 30–31) penelitian yang deskriptif artinya data terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar, bukan dalam bentuk angka-angka. Pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif ini berpandangan bahwa semua hal yang berupa sistem tanda tidak ada yang patut diremehkan, semuanya penting, dan semuanya mempunyai pengaruh dan kaitan dengan yang lain.

Pemilihan metode penelitian tersebut tentu berdasarkan pada tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan hasil kajian terhadap struktur cerpen-cerpen yang menjadi objek penelitian dan mendeskripsikan proses kreatif para pencerita dalam menulis cerpen-cerpen tersebut. Deskripsi data tersebut, kemudian dianalisis untuk ditarik kesimpulan dengan menekankan pada makna yang terkandung dalam data yang dianalisis itu. Hasil analisis data tersebut dimanfaatkan dalam pembelajaran menulis cerpen.

B. Sumber Data dan Objek Penelitian

Menurut Moleong (2007, hlm. 157) sumber data dalam penelitian kualitatif terbagi dalam beberapa jenis, yaitu berupa kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik. Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan penulis adalah kata-kata dan sumber data tertulis. Peneliti menggunakan data yang bersumber dari hasil wawancara dan data berupa dokumen yang termasuk dalam teks karangan fiksi. Dokumen (sumber data tertulis) yang penulis gunakan adalah buku kumpulan cerpen Air Mata Dayang

Sumbi.

Objek penelitian ini adalah lima buah cerpen yang terdapat dalam kumpulan cerpen Air Mata Dayang Sumbi, yaitu cerpen Air Mata Dayang Sumbi,

Janji Purnama Ketiga Puluh Tujuh, Aku di Antara Kegamangan Gambang Semarang, Pasukan Merdeka (Misteri Jembatan Panus), dan Teror Keramba Rinuak. Objek penelitian tersebut dipilih dengan teknik purposive sampling, yaitu


(12)

teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pemilihan kelima cerpen itu dipilih berdasarkan pertimbangan hasil Lomba Menulis Cerita yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar pada tahun 2013. Kelima cerpen itu adalah pemenang kesatu sampai dengan kelima. Selain itu, cerpen-cerpen tersebut mengandung muatan lokal (budaya) serta nilai-nilai yang mendukung pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Di samping bermaksud menjelaskan struktur cerpen, peneliti juga bermaksud menjelaskan proses kreatif yang dilakukan pencerita dalam menulis cerpen-cerpen tersebut. Dengan demikian, para pencerita cerpen-cerpen tersebut juga merupakan objek dalam penelitian ini.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Untuk melaksanakan teknik penelitian, maka digunakan alat pendukung sebagai berikut.

1. Pedoman pengkajian teks: pedoman ini digunakan sebagai acuan dalam penganalisisan struktur setiap cerpen.

Tabel 3.1 Pedoman Analisis Teks Cerpen

Aspek Indikator Tujuan

Analisis struktur cerpen: fakta cerita (alur, tokoh, latar),

tema, dan

sarana sastra (judul, sudut pandang, serta gaya)

a. Alur: merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang terhubung secara kausal saja.

b. Tokoh: mengacu kepada orangnya atau individu-individu yang muncul dalam cerita dan watak yang dibawa oleh tiap-tiap tokoh cerita.

c. Latar: untuk menunjukkan tempat kejadian, waktu, dan suasana yang membangun cerita.

Untuk menjelaskan

isi dari unsur

pembangun masing-masing cerpen yang akan dianalisis sebagai pemahaman bahwa unsur pembangun

cerpen dapat

menggambarkan makna keseluruhan cerpen.


(13)

d. Tema: makna yang terkandung dalam suatu karya, merupakan ide pokok atau gagasan sentral yang menopang sebuah karya sastra.

e. Judul: menunjukkan simbolisasi isi.

f. Sudut pandang: cara pencerita

menempatkan dirinya terhadap cerita

atau dari sudut mana pencerita

memandang ceritanya.

g. Gaya: mengacu pada cara pencerita dalam menggunakan bahasa.

Diadaptasi dari Stanton (2012, hlm. 26–63).

2. Pedoman wawancara: pedoman ini digunakan sebagai acuan saat melakukan wawancara dengan para penulis cerpen yang menjadi objek dalam penelitian ini. Pedoman wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang dibuat berdasarkan pada tahap-tahap proses kreatif menulis cerpen. Adapun pedoman wawancara dalam penelitian ini terlampir.

3. Pedoman analisis proses kreatif menulis cerpen: pedoman ini digunakan sebagai acuan dalam penganalisisan proses kreatif yang dilakukan para pencerita/siswa dalam menulis cerpen-cerpen yang menjadi objek penelitian.

Tabel 3.2 Pedoman Analisis Proses Kreatif Menulis Cerpen

No. Aspek Proses Kreatif

Unsur yang Ada di

Dalamnya Indikator

1. Tahap

persiapan

Memilih tema Siswa menentukan tema

2. Tahap

inkubasi atau pengendapan

Proses setelah

menemukan tema

cerita

Perenungan-perenungan tentang tema/gagasan


(14)

3. Tahap

iluminasi atau pencerahan

Proses merangkai

kerangka cerita

Mengolah perenungan

4. Tahap

verifikasi atau pelaksanaan

a. Memulai cerita

b. Merangkai

peristiwa

c. Menyusun konflik

d. Menutup/

mengakhiri cerita

e. Menciptakan

judul

f. Mengedit dan

menyusun/

menulis kembali cerpen

a. Memilih peristiwa awal b. Memilih peristiwa berikutnya

c. Menajamkan peristiwa

d. Menemukan penyelesaian

cerita

e. Simbolisasi isi

f. Koherensi dan kohesivitas

cerita

Diadaptasi dari Munandar (1999, hlm. 39), Ayan (2002, hlm. 54–58), Sumiyadi dan Durachman (2013, hlm. 91–135).

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi pustaka, wawancara, dan diskusi kelompok terfokus sebagai berikut.

1. Studi pustaka

Teknik ini dilakukan untuk menggali teori yang relevan dengan hal-hal yang dikaji dalam penelitian ini. Teori tersebut, di antaranya adalah teori tentang struktural, khususnya struktur pembangun karya sastra cerita pendek; teori mengenai proses kreatif menulis cerpen; pembelajaran menulis cerpen.

2. Penelusuran online

Teknik penelusuran data online adalah tata cara melakukan penelusuran data melalui media internet. Teknik ini digunakan untuk mencari informasi yang berkaitan dengan kajian struktur dan proses kreatif menulis cerpen secara online.


(15)

3. Diskusi Kelompok Terfokus

Teknik ini digunakan dalam upaya menggali, mengklarifikasi, memperbaiki, dan melengkapi hasil analisis bersama dosen maupun teman sejawat.

4. Wawancara

Creswell (2010, hlm. 351) menjelaskan bahwa wawancara kualitatif berarti bahwa peneliti mengadakan wawancara tatap muka dengan partisipan, melakukan wawancara melalui telepon, atau terlibat dalam sebuah wawancara diskusi kelompok yang berisi enam hingga delapan narasumber. Pada penelitian ini wawancara dilakukan untuk mengetahui proses kreatif para pencerita/siswa dalam menulis cerpen yang terdapat dalam buku kumpulan cerpen Air Mata

Dayang Sumbi.

E. Teknik Analisis dan Interpretasi Data

Bogdan dan Biklen (dalam Syamsuddin dan Damaianti, 2011, hlm. 14) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat dipresentasikan semuanya kepada orang lain. Analisis data melibatkan pengerjaan organisasi data, pemilihan menjadi satuan-satuan tertentu, sintesis data, pelacakan pola, penemuan hal-hal penting dan dipelajari, dan penentuan apa yang harus dikemukakan kepada orang lain.

Teknik analisis data bertujuan untuk mengungkapkan proses

pengorganisasian dan pengurutan data tentang struktur yang terkandung dalam cerpen-cerpen yang terdapat dalam buku kumpulan cerpen Air Mata Dayang

Sumbi. Selain itu, untuk mengungkapkan proses pengorganisasian dan pengurutan

data tentang proses kreatif para penulis dalam menulis cerpen-cerpen tersebut. Selanjutnya, hasil akan dimasukkan ke dalam pola kategori satuan uraian sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan tentang struktur yang terdapat dalam cerpen-cerpen tersebut dan proses kreatif penulisannya.


(16)

Berdasarkan data penelitian yang telah terkumpul, data tersebut dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Membaca cerpen-cerpen yang dijadikan objek penelitian.

2. Mengkaji/menganalisis struktur cerpen-cerpen yang dijadikan objek

penelitian.

3. Melakukan pembahasan hasil penelitian dalam bentuk pemaknaan terhadap hasil temuan penelitian yang berpedoman kepada teori dan pendapat para ahli.

4. Menyimpulkan hasil kajian/analisis struktur cerpen-cerpen yang dijadikan objek penelitian.

5. Mewawancarai para pencerita cerpen yang dijadikan objek penelitian untuk mengetahui proses kreatif penulisan cerpen-cerpen tersebut.

6. Melakukan transkripsi data hasil wawancara.

7. Melakukan pembahasan hasil penelitian dalam bentuk pemaknaan terhadap hasil temuan penelitian (mengenai proses kreatif) yang berpedoman kepada teori dan pendapat para ahli.

8. Menyimpulkan hasil analisis mengenai proses kreatif menulis cerpen-cerpen yang dijadikan objek penelitian.

9. Menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan proses kreatif.

10. Menyimpulkan hasil penelitian.

F. Uji Keabsahan Data Kualitatif

Penelitian kualitatif menekankan adanya keabsahan data dan data itu diuji melalui tiga langkah, yaitu validitas, reliabel, dan objektif. Menurut Sugiyono (2014, hlm. 363) validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian, data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian.

Ada dua macam validitas penelitian, yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal berhubungan dengan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai. Adapun validitas eksternal, menurut Sugiyono (2014,


(17)

hlm. 363) berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi di mana sampel tersebut diambil. Bila sampel penelitian representatif, instrumen penelitian valid dan reliabel, cara mengumpulkan dan analisis data benar, maka penelitian akan memiliki validitas eksternal yang tinggi.

Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam hal ini, bila ada peneliti lain mengulangi atau mereplikasi dalam penelitian pada objek yang sama dengan metode yang sama, maka akan menghasilkan data yang sama. Suatu data yang reliabel atau konsisten akan cenderung valid walaupun belum tentu valid (Sugiyono, 2014, hlm. 364).

Penelitian harus menggunakan instrumen yang valid dan reliabel. Penelitian kualitatif diuji keabsahan datanya pada aspek validitas. Pengujian keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan

confirmability (objektivitas).

Bagan 3.1 Uji Kredibilitas Data dalam Penelitian Kualitatif Uji kredibilitas data

Perpanjangan pengamatan tentang kesusastraan

Peningkatan ketekunan analisis data yang diperoleh

Triangulasi dari wawancara dan analisis isi


(18)

G. Desain Penelitian

Desain penelitian atau rancangan penelitian merupakan deskripsi tentang kegiatan penelitian yang dilakukan, terutama dalam mendapatkan data dan mengolahnya. Adapun desain dalam penelitian ini digambarkan dalam bagan sebagai berikut.

Bagan 3.2 Desain Penelitian H. Isu Etik

Pada dasarnya penelitian pendidikan tidak terlepas dari isu etik sebab pendidikan mempunyai ruang lingkup pengakuan dan penerimaan. Pendidikan juga penuh dengan nilai-nilai yang disampaikan secara abstrak melalui simbol-simbol bahasa, benda, dan perilaku. Hal tersebut mengharuskan peneliti melakukan langkah interpretasi (penapsiran). Peneliti melakukan langkah triangulasi data untuk menghindari potensi negatif secara fisik dan psikologis sebagai langkah positif. Langkah tersebut juga berdampak pada kebenaran hasil analisis yang peneliti lakukan. Oleh karena itu, peneliti konsekuen menempuh penelitian yang benar sebagai bentuk penelitian deskriptif kualitatif.

Kajian Empiris Pembelajaran

Pembelajaran Bahasa Indonesia

Kajian Teoretis Pembelajaran

Guru

Kajian Struktur Cerpen

Rancangan Pembelajaran

Proses Kreatif Menulis Cerpen

Penerapan Pembelajaran Menulis

Cerpen di SMPIT As-Syifa

Boarding School Kelas VII

Menginterpretasi Hasil Pembelajaran (Kemampuan Siswa dalam Menulis Cerpen)


(19)

BAB V

RANCANGAN DAN PENERAPAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN DI KELAS VII SMPIT AS-SYIFA BOARDING SCHOOL

A. Proses Menulis Cerpen Berdasarkan Proses Kreatif

Berdasarkan hasil penelitian ada unsur-unsur yang harus diperhatikan ketika menulis cerpen berdasarkan proses kreatif. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.

1. Struktur cerpen

Sruktur teks cerita pendek (cerpen) terdiri atas (1) orientasi, (2) komplikasi, dan (resolusi). Orientasi merupakan bagian awal yang berisi pengenalan tokoh, latar tempat dan waktu, dan awalan masuk ke tahap berikutnya. Komplikasi merupakan bagian saat tokoh utama berhadapan dengan masalah (problem). Resolusi merupakan kelanjutan dari komplikasi, yaitu pemecahan masalah. Masalah harus diselesaikan dengan cara yang kreatif.

2. Kelengkapan unsur-unsur cerpen

Unsur-unsur pembentuk cerpen terdiri atas fakta-fakta cerita (alur, tokoh, latar), tema, dan sarana penceritaan (judul, sudut pandang, gaya dan nada (tone), simbolisme, dan ironi).

3. Langkah-langkah menulis cerpen berdasarkan proses kreatif a. Tahap Menentukan dan Mengembangkan Tema

Unsur yang ada di dalamnya, yaitu tematik (informasi-informasi yang dihimpun berkaitan dengan tema).

b. Tahap Inkubasi atau Pengendapan

Unsur yang ada di dalamnya, yaitu mengenai proses setelah menemukan tema. Sebelum kerangka tersusun, ide dibiarkan mengendap. Namun, secara tidak langsung otak melakukan perenungan-perenungan.


(20)

c. Tahap Iluminasi atau Pencerahan

Setelah ide itu kuat, maka akan timbul inspirasi mengenai rangkaian peristiwa untuk cerita. Rangkaian peristiwa/alur cerita bisa ditulis, bisa pula hanya dirangkai di pikiran saja. Namun, untuk pemula, sebaiknya rangkaian peristiwa ditulis atau dibuat kerangka ceritanya.

d. Tahap Verifikasi atau Pelaksanaan Unsur-unsur yang ada di dalamnya, yaitu: 1) memulai cerita;

2) merangkai peristiwa; 3) menyusun konflik;

4) menutup/mengakhiri cerita;

5) menciptakan judul (judul cerpen bisa dibuat di awal atau setelah cerpen selesai ditulis);

6) mengedit dan menyusun/menulis kembali cerpen.

B. Rancangan Pembelajaran Menulis Cerpen Berdasarkan Proses Kreatif di Kelas

Rancangan pembelajaran disusun berdasarkan hasil penelitian terhadap struktur dan proses kreatif menulis cerpen. Langkah-langkah pembelajaran mengacu pada proses kreatif menulis cerpen hasil penelitian. Adapun hasil analisis terhadap struktur cerpen menjadi bahan/materi yang menunjang pembelajaran. Rancangan pembelajaran tersebut dibuat dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai berikut.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : SMPIT As-Syifa Boarding School

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas / Semester : VII / 2

Materi Pokok : Teks Cerita Pendek


(21)

A. Kompetensi Inti

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji, dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori).

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

1.3 Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis.

2.5 Memiliki perilaku percaya diri, peduli, dan santun dalam merespon secara pribadi peristiwa jangka pendek.

4.2 Menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan

Indikator:

Kemampuan menulis cerpen yang berkualitas/menarik

4.3 Menelaah dan merevisi teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan

Indikator:

Kemampuan memperbaiki kesalahan ejaan, pilihan kata, keefektifan kalimat, keterpaduan paragraf, dan kebulatan wacana

C. Tujuan Pembelajaran


(22)

1. menentukan ide (tema) menarik untuk dijadikan cerpen, bisa berdasarkan pengalaman, peristiwa, hal yang disukai, dll.;

2. menentukan pokok-pokok peristiwa berdasarkan tema yang dipilih; 3. menyusun kerangka cerpen berdasarkan pokok-pokok peristiwa itu ; 4. mengembangkan kerangka cerpen menjadi sebuah cerpen;

5 menemukan dan memperbaiki kesalahan ejaan, pilihan kata, keefektifan

kalimat, keterpaduan paragraf, dan kebulatan wacana dengan tepat.

D. Materi Pokok

Ekspresi pikiran dalam pembelajaran sastra menulis cerpen

E. Metode Pembelajaran

- Pengenalan unsur-unsur cerpen berdasarkan proses kreatif menulis cerpen

- Praktik menulis cerpen

F. Media, Alat, dan Sumber 1. Media Pembelajaran

1) Power point tentang struktur teks cerpen, unsur-unsur cerpen, dan proses kreatif menulis cerpen

2) Lembar Kerja Siswa 2. Alat dan Bahan

Papan tulis dan spidol Laptop dan speaker Infokus

Teks cerita pendek 3. Sumber

 Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

 Kamus Istilah Sastra

Buku Kumpulan Cerpen Air Mata Dayang Sumbi


(23)

G. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan I

Pendahuluan (10 menit)

1. Peserta didik merespon salam dan pertanyaan guru berhubungan dengan

kondisi siswa dan kelas.

2. Peserta didik merespon pertanyaan guru tentang keterkaitan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.

3. Peserta didik menerima informasi tentang standar kompetensi dan tujuan pembelajaran.

4. Peserta didik disiapkan untuk mengikuti pembelajaran tentang menulis teks cerpen dengan menanyakan teks cerpen yang pernah mereka baca dan tulis.

5. Peserta didik melihat foto-foto tentang keberhasilan menulis yang mengarahkan peserta didik untuk memahami manfaat menulis dan memiliki pemahaman bahwa siapa pun memiliki peluang untuk menjadi penulis.

Kegiatan Inti (60 menit) Mengamati

Peserta didik membaca sekilas cerpen Air Mata Dayang Sumbi, Janji

Purnama Ketiga Puluh Tujuh, Aku di Antara Kegamangan Gambang Semarang, Pasukan Merdeka (Misteri Jembatan Panus), dan Teror Keramba Rinuak yang sudah dibacanya sebagai tugas pada pertemuan sebelumnya.

Menanya

1. Peserta didik diarahkan untuk bertanya berkaitan dengan materi yang dibahas. Pertanyaan diarahkan pada struktur cerpen, unsur-unsur cerpen, dan proses kreatif menulis cerpen.

2. Peserta didik lain diarahkan untuk mencoba menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh temannya.


(24)

Mengumpulkan Informasi

1. Peserta didik menyimak penjelasan guru mengenai struktur cerpen, unsur-unsur cerpen, dan proses kreatif menulis cerpen.

2. Peserta didik secara berkelompok (terdiri dari 5 – 6 orang) mengerjakan LKS yang dibagikan oleh guru.

3. Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya dalam forum diskusi kelas.

4. Peserta didik menyimak penguatan dari guru berkaitan dengan hal-hal yang dibahas dalam diskusi.

5. Peserta didik menonton video yang disajikan oleh guru. Setiap selesai menonton satu video peserta didik menyebutkan permasalahan yang terdapat pada video yang sudah ditontonnya.

Mengasosiasikan

Proses kreatif tahap 1 (tahap persiapan): peserta didik menentukan tema untuk cerpen yang akan ditulisnya.

Mengomunikasikan

Peserta didik secara bergiliran membacakan tema yang dipilihnya sebagai bahan untuk membuat cerpen.

Penutup (10 menit)

1. Peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya.

2. Peserta didik dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pelajaran yang dibahas.

3. Peserta didik memberikan refleksi tentang kegiatan pembelajaran.

4. Proses kreatif tahap 1 (tahap persiapan): peserta didik ditugaskan untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya berkaitan dengan tema cerpen yang dipilihnya.

5. Proses kreatif tahap 2 (tahap inkubasi atau pengendapan): peserta didik ditugaskan merenungkan/ memikirkan rangkaian peristiwa yang tepat untuk cerpennya.


(25)

6. Proses kreatif tahap 3 (tahap iluminasi atau pencerahan): peserta didik ditugaskan membuat kerangka cerpen.

7. Guru menutup kegiatan belajar mengajar dan menyampaikan informasi materi yang akan disampaikan pada pertemuan selanjutnya.

Pertemuan 2

Pendahuluan (10 menit)

1. Peserta didik merespon salam dan pertanyaan guru berhubungan dengan

kondisi siswa dan kelas.

2. Peserta didik merespon pertanyaan guru tentang keterkaitan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.

3. Peserta didik menerima informasi tentang standar kompetensi dan tujuan pembelajaran.

4. Peserta didik mengemukakan kendala (jika ada) yang dialami dalam mengembangkan tema cerpen menjadi kerangka cerpen.

5. Peserta didik menyimak puisi yang dibacakan temannya sebagai upaya guru untuk memotivasi siswa.

Kegiatan Inti (60 menit) Mengamati

Secara berkelompok (terdiri dari 2 – 3 orang) peserta didik melakukan kegiatan silang baca (saling membaca) kerangka cerpen yang sudah dibuatnya.

Menanya

Peserta didik saling melontarkan pertanyaan berkaitan dengan kerangka cerpen yang dibacanya saat kegiatan silang baca.

Mengumpulkan Informasi

Peserta didik saling memberikan masukan/saran terhadap kerangka cerpen yang dibacanya saat kegiatan silang baca.


(26)

Mengasosiasikan

Proses kreatif tahap 3 (tahap iluminasi atau pencerahan): peserta didik memperbaiki kerangka cerpen yang dibuatnya dengan mempertimbangkan masukan/saran dari teman dan/atau guru.

Proses kreatif tahap 4 (tahap verifikasi atau pelaksanaan): peserta didik menulis cerpen berdasarkan kerangka cerpen yang sudah dibuatnya.

Mengomunikasikan

Proses kreatif tahap 4 (tahap verifikasi atau pelaksanaan): peserta didik saling memberikan komentar dan masukan/saran terhadap cerpen yang sudah ditulisnya, baik sudah selesai maupun belum selesai.

Penutup (10 menit)

1. Peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya.

2. Peserta didik dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pelajaran yang dibahas.

3. Peserta didik memberikan refleksi tentang kegiatan pembelajaran.

4. Proses kreatif tahap 4 (tahap verifikasi atau pelaksanaan): peserta didik yang belum selesai menulis cerpen ditugaskan oleh guru untuk menyelesaikan cerpennya dan seluruh peserta didik ditugaskan untuk melakukan kegiatan silang baca (saling membaca) cerpen yang ditulisnya untuk saling memberikan komentar dan masukan/saran sebagai bahan menulis/memperbaiki cerpen.

5. Guru menutup kegiatan belajar mengajar dan menyampaikan informasi materi yang akan disampaikan pada pertemuan selanjutnya.

Pertemuan 3

Pendahuluan (10 menit)

1. Peserta didik merespon salam dan pertanyaan guru berhubungan dengan

kondisi peserta didik dan kelas.

2. Peserta didik merespon pertanyaan guru tentang keterkaitan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.


(27)

3. Peserta didik menerima informasi tentang standar kompetensi dan tujuan pembelajaran.

4. Peserta didik mengemukakan kendala (jika ada) yang dialami dalam mengembangkan kerangka cerpen menjadi cerpen.

5. Peserta didik menyimak kutipan cerpen yang menggunakan pilihan kata,

gaya bahasa, ragam bahasa, ejaan, dan tanda baca yang tepat.

Kegiatan Inti (60 menit) Mengamati

Peserta didik membaca cerpen yang ditulisnya.

Menanya

Peserta didik diarahkan untuk bertanya berkaitan dengan penggunaan kata, gaya bahasa, ejaan, dan tanda baca dalam cerpen yang ditulisnya.

Mengumpulkan Informasi

1. Peserta didik membaca materi yang berkaitan dengan ejaan dan tanda baca.

2. Peserta didik dengan diarahkan guru berdiskusi mengenai hal-hal yang dibahas dalam materi tersebut.

3. Peserta didik menyimak pemaparan guru mengenai aturan dalam

mengedit dan menyusun/menulis kembali teks cerpen.

Mengasosiasikan

Proses kreatif tahap 4 (tahap verifikasi atau pelaksanaan): peserta didik mengedit dan menyusun/menulis kembali cerpen yang ditulisnya.

Mengomunikasikan

1. Peserta didik melakukan kegiatan silang baca (saling membaca) cerpen yang ditulisnya.

2. Peserta didik mengumpulkan cerpen yang ditulisnya untuk dinilai, diikutkan lomba, dan dibukukan sebagai antologi cerpen.


(28)

Penutup (10 menit)

1. Peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya.

2. Peserta didik dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pelajaran yang dibahas.

3. Peserta didik memberikan refleksi tentang kegiatan pembelajaran.

4. Guru menutup kegiatan belajar mengajar dan menyampaikan informasi materi yang akan disampaikan pada pertemuan selanjutnya.

H. Penilaian

1. Penilaian Sikap

Tabel 5.1 Format Penilaian Antar Peserta Didik Nama Kelompok : ___________________________

Kelas : ___________________________

Tanggal : ___________________________

No.

Nama Peserta

Didik

Aspek Ikut

menyampaikan pendapat

Mau menerima pendapat

teman

Selama melakukan tugas kelompok bekerjasama dengan

teman satu kelompok

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Penilai,

...

Keterangan

Perilaku/sikap positif skor = 2 Perilaku sikap negatif skor = 1


(29)

Rumus Penilaian Antar Peserta Didik Nilai = Jumlah skor x 100 2 x jumlah perilaku

2. Penilaian Pengetahuan

a. Teknik : Tes Tertulis

b. Bentuk : Uraian

c. Instrumen (Instrumen menulis cerpen terlampir.) d. Pedoman Penilaian

Tabel 5.2 Pedoman Penilaian

NO. ASPEK PENILAIAN SKOR BOBOT

20 15 10 5

1. Kelengkapan Aspek Formal Cerita ×1

2. Kelengkapan Unsur Intrinsik Cerpen ×1

3. Keterpaduan Unsur/Struktur Cerpen ×2

4. Kesesuaian Penggunaan Bahasa Cerpen ×1

NILAI

e. Kriteria Penilaian

Tabel 5.3 Kriteria Penilaian

Aspek Kriteria dan Skor

20 15 10 5

1 2 3 4 5

Kelengkapan aspek formal cerpen Memuat: judul, nama pencerita, dialog, narasi, Hanya memuat tiga subaspek. Misalnya, hanya memuat nama pencerita, dialog, dan narasi tanpa judul. Hanya memuat dua subaspek. Misalnya, hanya memuat dialog dan narasi tanpa nama pencerita dan judul. Hanya memuat satu subaspek. Misalnya, hanya memuat narasi, tanpa judul, nama pencerita, dan dialog. Bobot 1


(30)

Kelengkapan unsur

intrinsik cerpen

Memuat: 1. alur, tokoh,

dan latar 2. sudut pandang, penceritaan, gaya bahasa 3. pengembang an tema yang relevan dengan judul. Hanya memuat tiga subaspek, tetapi tidak lengkap. Misalnya, hanya memuat sudut pandang, penceritaan, gaya bahasa, pengembangan tema yang relevan dengan judul, alur dan tokoh, tanpa disertai latar yang jelas. Hanya memuat dua subaspek, tetapi tidak lengkap. Misalnya, hanya memuat alur, tokoh, latar, sudut pandang, penceritaan, gaya bahasa, tanpa pengembangan tema yang relevan dengan judul. Hanya memuat dua subaspek. Misalnya, hanya memuat alur, tokoh, dan latar, tanpa sudut pandang, penceritaan, gaya bahasa, tanpa pengembangan tema yang relevan dengan judul. Bobot 1 Keterpaduan Unsur/ Struktur Cerpen Struktur disusun dengan memerhatikan: 1. kaidah alur

(kelogisan, rasa ingin tahu, kejutan, dan keutuhan), dan penahapan alur (awal, akhir, tengah); 2. dimensi Memuat ketiga subaspek, tetapi tidak lengkap. Misalnya, struktur disusun dengan memerhatikan kaidah alur, dimensi tokoh, dan dimensi latar, tetapi pada dimensi latar tidak memuat waktu. Hanya memuat dua subaspek. Misalnya, struktur disusun dengan memerhatikan kaidah alur, dimensi tokoh, tetapi tidak didukung dengan dimensi latar. Hanya memuat satu subaspek. Misalnya, struktur disusun dengan memerhatikan kaidah alur, tetapi tidak didukung adanya dimensi tokoh dan dimensi latar.


(31)

tokoh (fisiologis, psikologis, dan

sosiologis); 3. dimensi latar

(tempat, waktu, dan sosial). Bobot 2 Kesesuaian Penggunaan Bahasa Cerpen Menggunakan:

1. kaidah EYD,

2. keajekan penulisan, 3. ragam bahasa yang disesuaikan dengan dimensi tokoh dan latar. Memuat ketiga subaspek, tetapi tidak lengkap. Misalnya, menggunakan kaidah EYD, terdapat keajekan penulisan, menggunakan ragam bahasa yang disesuaikan dengan dimensi tokoh, tetapi tidak sesuai dengan latar. Hanya memuat dua subaspek (misalnya, menggunakan kaidah EYD dan keajekan penulisan tanpa adanya ragam bahasa yang disesuaikan dengan dimensi tokoh dan latar.

Hanya memuat satu subaspek (misalnya, menggunakan keajekan penulisan dan ragam bahasa yang disesuaikan dengan dimensi tokoh dan latar, tanpa

menggunakan kaidah EYD yang sesuai.

Bobot 1


(32)

C. Penerapan dan Hasil Pembelajaran Menulis Cerpen Berdasarkan Proses Kreatif

Pembelajaran menulis cerpen dilaksanakan di kelas VII SMPIT As-Syifa Boarding School. Peneliti memilih kelas VII Fathimah sebagai subjek penelitian. Hal tersebut berdasarkan hasil observasi sebelumnya bahwa siswa kelas VII Fathimah banyak yang berminat menulis cerpen. Akan tetapi, mereka belum memiliki kemampuan menulis cerpen yang baik/berkualitas. Karena itulah, peneliti menerapkan pembelajaran menulis cerpen berdasarkan proses kreatif di kelas tersebut. Dengan diterapkannya pembelajaran tersebut, kemampuan menulis siswa diharapkan dapat meningkat sehingga mereka mampu menghasilkan karya yang berkualitas.

Siswa di kelas VII Fathimah berjumlah 35 orang siswa. Namun, yang menjadi subjek penelitian ini berjumlah 31 orang karena pada saat pertemuan pertama (pada tanggal 23 Mei 2015) ada tiga orang yang sakit. Dua orang (Nayla Karima dan Silmi Zhafirah) tidak hadir karena sakit. Sedangkan satu orang (Nur Fadiah Febriyani) meskipun hadir, ia tidak mengikuti pembelajaran (diam saja) karena sedang sakit. Mengingat pentingnya proses pembelajaran pada pertemuan pertama karena sebagai pondasi pemahaman siswa terhadap konsep dan teknik menulis, maka ketiga siswa tersebut tidak dijadikan subjek penelitian meskipun pada pertemuan-pertemuan selanjutnya mereka mengikuti pembelajaran. Adapun pada pertemuan 3 (pada tanggal 30 Mei 2015) ada satu orang yang tidak hadir karena ada kepentingan (izin). Siswa tersebut tidak hadir sampai batas akhir pengumpulan cerpen sehingga tidak dijadikan subjek penelitian.

Pembelajaran menulis cerpen dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Pelaksanaan pembelajaran tersebut, yaitu sebagai berikut.

1. Kegiatan Belajar Mengajar pada Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal tanggal 23 Mei 2015. Pada awal pembelajaran guru mengadakan apersepsi mengenai materi yang sudah dipelajari, yang berkaitan dengan pembelajaran menulis cerpen. Setelah itu, guru mengulas beberapa materi yang sudah dipelajari siswa, seperti materi mengenai struktur teks cerpen, unsur-unsur intrinsik cerpen, dan majas. Setelah


(33)

itu, siswa belajar materi yang berkaitan dengan teknik menulis cerpen, di antaranya menentukan dan mengembangkan tema, memulai cerita, merangkai peristiwa, memunculkan konflik, menemukan penyelesaian cerita, menentukan judul. Siswa juga mendapatkan materi mengenai proses kreatif menulis cerpen. Setelah itu, siswa secara berkelompok mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS).

LKS yang dikerjakan setiap kelompok kemudian dibahas bersama pada forum diskusi kelas. Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk menyamakan persepsi agar siswa memiliki pemahaman yang baik mengenai materi yang dibahas. Di akhir pembelajaran siswa diminta untuk memberikan penilaian terhadap siswa lain (temannya). Penilaian tersebut untuk menilai aktivitas siswa pada saat melakukan diskusi kelompok. Perincian penilaian antar peserta didik pada pertemuan 1 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.4 Perincian Penilaian Antar Peserta Didik pada Pertemuan 1 (Penilaian Saat Diskusi Kelompok)

No. Nama Peserta Didik

Ikut menyampaikan

pendapat

Mau menerima pendapat

teman

Selama melakukan tugas kelompok

bekerja sama dengan teman satu kelompok

Nilai

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

1 Annisa Nurul Z. √ √ √ 100

2 Asma Azzahra √ √ √ 100

3 Aulia Azmi I. H. √ √ √ 100

4 Azdina Nuraini √ √ √ 100

5 Azza Cindikia √ √ √ 100

6 Azzahra Damia A. √ √ √ 100

7 Az-Zahrah M. √ √ √ 83

8 Catlina Zanita L. √ √ √ 100

9 Cintya Dewi K. √ √ √ 83

10 Citra Ningsih D. √ √ √ 100

11 Farah Alifa S. √ √ √ 100


(34)

13 Fitri Amani P. √ √ √ 83

14 Ghaitza K. A. √ √ √ 100

15 Halida Fiadnin √ √ √ 100

16 Hanifah Sri N. √ √ √ 100

17 Hasna Nabila K. √ √ √ 83

18 Iffah Izazy √ √ √ 100

19 Lulu Alwiyah √ √ √ 83

20 Nabila Hanifa √ √ √ 100

21 Nadira Hashifah √ √ √ 100

22 Nuha Afifah Z. √ √ √ 100

23 Rahmah M. A. K. √ √ √ 100

24 Raisya Nindya √ √ √ 100

25 Rezqia Zahra Q. √ √ √ 100

26 Salma Putri R. √ √ √ 100

27 Sarah Nasywa H. √ √ √ 100

28 Syifa Nabila A. √ √ √ 100

29 Zahra Zahira F. √ √ √ 83

30 Zahra Z. Zarqo √ √ √ 100

31 Zalfa Novia A. √ √ √ 100

Berdasarkan hasil penilaian antar peserta didik pada Tabel 5.4 menunjukkan bahwa pada umumnya siswa aktif mengikuti pembelajaran. Demikian pula berdasarkan hasil observasi guru pada saat pembelajaran, pada umumnya siswa aktif mengikuti pembelajaran.

2. Kegiatan Belajar Mengajar pada Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin, tanggal tanggal 25 Mei 2015. Pada pertemuan ini, siswa dibimbing untuk mengembangkan kerangka cerita yang sudah ditulisnya menjadi cerpen. Pada saat pembelajaran dimulai sebagian besar siswa sudah menyelesaikan tugasnya, bahkan beberapa orang sudah membuat draf cerpennya meskipun belum selesai. Namun, ada juga beberapa siswa yang belum menyelesaikan kerangka cerpennya.


(35)

Sebelum mulai menulis, siswa mengikuti apersepsi pembelajaran. Hal tersebut untuk memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa mengenai materi-materi yang sudah dipelajari. Langkah selanjutnya, siswa saling memberikan masukan/saran terhadap kerangka cerpen yang sudah ditulisnya, kemudian mulai dibimbing menulis. Tahap terakhir, siswa saling memberikan masukan/saran terhadap cerpen yang sudah ditulisnya, baik sudah selesai maupun belum.

Pada akhir pembelajaran siswa diminta memberikan refleksi pembelajaran, siswa diminta memberikan penilaian terhadap siswa lain (temannya). Penilaian tersebut untuk menilai aktivitas siswa saat melakukan kegiatan silang baca (saling membaca) cerpen. Kegiatan tersebut bertujuan untuk saling memberikan

saran/masukan terhadap cerpen siswa lain (anggota kelompoknya).

Saran/masukan yang diberikan berkaitan dengan ide dan alur cerita, diksi, ragam bahasa, gaya bahasa, dll. Perincian penilaian antar peserta didik pada pertemuan kedua dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.5 Perincian Penilaian Antar Peserta Didik pada Pertemuan 2 (Penilaian Saat Melakukan Silang Baca/Saling Membaca

Kerangka Cerpen dan Cerpen)

No. Nama Peserta Didik

Ikut menyampaikan

pendapat

Mau menerima pendapat

teman

Selama melakukan tugas kelompok

bekerja sama dengan teman satu kelompok

Nilai

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

1 Annisa Nurul Z. √ √ √ 100

2 Asma Azzahra √ √ √ 100

3 Aulia Azmi I. H. √ √ √ 100

4 Azdina Nuraini √ √ √ 100

5 Azza Cindikia √ √ √ 100

6 Azzahra Damia A. √ √ √ 100

7 Az-Zahrah M. √ √ √ 100


(36)

9 Cintya Dewi K. √ √ √ 100

10 Citra Ningsih D. √ √ √ 100

11 Farah Alifa S. √ √ √ 100

12 Fayha Nafila H. √ √ √ 100

13 Fitri Amani P. √ √ √ 100

14 Ghaitza K. A. √ √ √ 100

15 Halida Fiadnin √ √ √ 100

16 Hanifah Sri N. √ √ √ 100

17 Hasna Nabila K. √ √ √ 100

18 Iffah Izazy √ √ √ 100

19 Lulu Alwiyah √ √ √ 100

20 Nabila Hanifa √ √ √ 100

21 Nadira Hashifah √ √ √ 100

22 Nuha Afifah Z. √ √ √ 100

23 Rahmah M. A. K. √ √ √ 100

24 Raisya Nindya √ √ √ 100

25 Rezqia Zahra Q. √ √ √ 100

26 Salma Putri R. √ √ √ 100

27 Sarah Nasywa H. √ √ √ 100

28 Syifa Nabila A. √ √ √ 100

29 Zahra Zahira F. √ √ √ 100

30 Zahra Z. Zarqo √ √ √ 100

31 Zalfa Novia A. √ √ √ 100

Berdasarkan hasil penilaian antar peserta didik pada Tabel 5.5 tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya siswa aktif mengikuti pembelajaran. Demikian pula berdasarkan hasil observasi guru pada saat pembelajaran, pada umumnya siswa aktif mengikuti pembelajaran.

Pada pertemuan kedua beberapa orang siswa sudah menyelesaikan cerpennya, sedangkan yang lainnya belum selesai. Karena itu, siswa ditugaskan untuk menyelesaikan cerpennya di luar jam pelajaran. Meskipun begitu, siswa tetap mendapatkan bimbingan dari guru. Selain itu, siswa diarahkan melakukan


(37)

kegiatan silang baca (saling membaca) dan saling memberikan masukan/saran terhadap cerpen yang ditulis masing-masing di luar jam pelajaran.

3. Kegiatan Belajar Mengajar pada Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 30 Mei 2015. Pada pertemuan ini, siswa dibimbing untuk mengedit dan menyusun/menulis kembali cerpen yang sudah ditulisnya. Pada saat pertemuan ini ada beberapa siswa yang belum menyelesaikan cerpennya, terutama bagian ending/akhir cerita waktu penulisan cerpen ditambah satu jam pelajaran sebelum masuk pada tahap mengedit dan menyusun/menulis kembali cerpen.

Sebelum mengedit dan menyusun/menulis kembali cerpennya, setiap siswa secara berkelompok (2–3) orang melakukan silang baca/saling membaca cerpen untuk saling memberikan saran/masukan berkaitan dengan ide, jalan cerita, maupun ejaan dan tanda bacanya. Setelah itu, barulah setiap siswa melakukan tahap mengedit dan menyusun/menulis kembali cerpennya.

Pada akhir pembelajaran siswa diminta memberikan refleksi pembelajaran, siswa diminta memberikan penilaian terhadap siswa lain (anggota kelompoknya). Penilaian tersebut untuk menilai aktivitas siswa saat memberikan saran/masukan untuk memperbaiki cerpen. Perincian penilaian antar peserta didik pada pertemuan ketiga dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.6 Perincian Penilaian Antar Peserta Didik pada Pertemuan 3 (Penilaian Saat Saling Memberikan Saran untuk Memperbaiki Cerpen)

No. Nama Peserta Didik

Ikut menyampaikan

pendapat

Mau menerima pendapat

teman

Selama melakukan tugas kelompok

bekerja sama dengan teman satu kelompok

Nilai

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

1 Annisa Nurul Z. √ √ √ 100

2 Asma Azzahra √ √ √ 100

3 Aulia Azmi I. H. √ √ √ 100


(38)

5 Azza Cindikia √ √ √ 100

6 Azzahra Damia A. √ √ √ 100

7 Az-Zahrah M. √ √ √ 100

8 Catlina Zanita L. √ √ √ 100

9 Cintya Dewi K. √ √ √ 100

10 Citra Ningsih D. √ √ √ 100

11 Farah Alifa S. √ √ √ 100

12 Fayha Nafila H. √ √ √ 100

13 Fitri Amani P. √ √ √ 100

14 Ghaitza K. A. √ √ √ 100

15 Halida Fiadnin √ √ √ 100

16 Hanifah Sri N. √ √ √ 100

17 Hasna Nabila K. √ √ √ 100

18 Iffah Izazy √ √ √ 100

19 Lulu Alwiyah √ √ √ 100

20 Nabila Hanifa √ √ √ 100

21 Nadira Hashifah √ √ √ 100

22 Nuha Afifah Z. √ √ √ 100

23 Rahmah M. A. K. √ √ √ 100

24 Raisya Nindya √ √ √ 100

25 Rezqia Zahra Q. √ √ √ 100

26 Salma Putri R. √ √ √ 100

27 Sarah Nasywa H. √ √ √ 100

28 Syifa Nabila A. √ √ √ 100

29 Zahra Zahira F. √ √ √ 100

30 Zahra Z. Zarqo √ √ √ 100

31 Zalfa Novia A. √ √ √ 100

Berdasarkan hasil penilaian antar peserta didik pada Tabel 5.6 menunjukkan bahwa pada umumnya siswa aktif mengikuti pembelajaran. Demikian pula berdasarkan hasil observasi guru pada saat pembelajaran, pada umumnya siswa aktif mengikuti pembelajaran.


(39)

Pada pertemuan ketiga ini sebagian besar siswa sudah menyelesaikan dan mengumpulkan cerpennya. Sedangkan beberapa orang siswa yang belum selesai mengedit dan menyusun/menulis kembali cerpen ditugaskan untuk menyelesaikan cerpennya dan mengumpulkan cerpennya pada pertemuan selanjutnya.

4. Hasil Pembelajaran Menulis Cerpen Berdasarkan Proses Kreatif

Berdasarkan hasil penilaian guru dan penilaian antar peserta didik, pada umumnya siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Dengan aktifnya siswa mengikuti proses pembelajaran dengan baik, pada umumnya siswa pun mampu menulis cerpen dengan baik. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai cerpen siswa sebagai berikut.

Tabel 5.7 Daftar Nilai Cerpen Siswa Kelas VII Fathimah

No.

NAMA PESERTA

DIDIK

JUDUL CERPEN

BOBOT DAN

SKOR Nilai

1 1 2 1

1 Annisa Nurul Z. Jangan Pernah Dicoba Atau… 20 20 17 15 89

2 Asma Azzahra Mahkota Harapan 20 20 16 15 87

3 Aulia Azmi I. H. Ketika Mantra Berjalan 20 20 20 15 95

4 Azdina Nuraini Karena Berlian-Berlian Itu 20 20 13 15 81

5 Azza Cindikia Biola Berbintang 20 20 15 15 85

6 Azzahra Damia A. Malam Hari di Lawang Sewu 20 20 15 15 85

7 Az-Zahrah M. Berlian dalam Derasnya Air Mata 20 20 13 15 81

8 Catlina Zanita L. Lanjutkan Permainan! 20 20 20 15 95

9 Cintya Dewi K. Empat Malaikat Penyayang 20 20 13 15 81

10 Citra Ningsih D. Ikuti Aku! 20 20 16 15 87

11 Farah Alifa S. Api yang Tertanam 20 20 13 15 81

12 Fayha Nafila H. Hitam 20 20 16 15 87

13 Fitri Amani P. Langka dan Nyata 20 20 13 15 81

14 Ghaitza K. A. Kisah Diriku 20 20 16 15 87

15 Halida Fiadnin Janji 20 20 13 15 81


(40)

17 Hasna Nabila K. Aku yang Terlupakan 20 20 20 15 95

18 Iffah Izazy Ra 20 20 15 15 85

19 Lulu Alwiyah Bertolak Belakang 20 20 16 15 87

20 Nabila Hanifa Bukan Pinokio 20 20 20 15 95

21 Nadira Hashifah Freedom 20 20 13 15 81

22 Nuha Afifah Z. Kertas Ajaib 20 20 17 15 89

23 Rahmah M. A. K. Kembar 20 20 17 15 89

24 Raisya Nindya Misteri Tangisan dalam Gudang 20 20 17 15 89

25 Rezqia Zahra Q. Sepeda Senja 20 20 17 15 89

26 Salma Putri R. Reinkarnasi Sebuah Pulau 20 20 15 15 85

27 Sarah Nasywa H. Teman Seperjuangan 20 20 15 15 85

28 Syifa Nabila A. Mitos 20 20 20 15 95

29 Zahra Zahira F. Surat untuk Seorang Pengemis 20 20 15 15 85

30 Zahra Z. Zarqo (Belum diberi judul) 15 15 15 15 60

31 Zalfa Novia A. Bintang Kelas Dunia 20 20 13 15 81

Tabel 5.8 Perolehan Skor Berdasarkan Skala Lima

Interval Kategori Nilai Kriteria

Penilaian Jumlah Siswa

85-100 A Baik sekali 22

75-84 B Baik 8

60-74 C Cukup 1

40-59 D Kurang 0

0-39 E Kurang Sekali 0

Penilaian cerpen-cerpen yang disajikan dalam Tabel 5.7 dan 5.8 berpedoman pada pedoman penilaian dan kriteria penilaian. Berikut ini adalah penjelasan yang mendasari penilaian cerpen-cerpen tersebut.

Cerpen yang mendapat skor 20 pada kolom aspek 1 berjumlah 30 cerpen. Cerpen-cerpen tersebut memiliki aspek formal cerpen yang lengkap, memuat judul, nama pencerita, dialog, dan narasi. Sedangkan cerpen yang mendapat skor 15 hanya 1 cerpen. Peneliti memberikan skor 15 pada kolom tersebut karena


(41)

cerpen tersebut belum diberi judul. Pencerita/siswa (Zahra Z. Zarqo) belum terampil menentukan judul sehingga ia membiarkan cerpennya tanpa judul.

Cerpen yang mendapat skor 20 pada kolom aspek 2 berjumlah 30 cerpen. Cerpen-cerpen tersebut memiliki unsur intrinsik cerpen yang lengkap, memuat alur, tokoh, latar, sudut pandang penceritaan, gaya bahasa, dan pengembangan tema yang relevan dengan judul. Sedangkan cerpen yang mendapat skor 15 pada kolom tersebut hanya 1 cerpen. Cerpen tersebut tidak diberi judul sehingga kerelevanan pengembangan tema dengan judul tidak dapat diukur.

Cerpen yang mendapat skor 20 pada kolom aspek 3 berjumlah 5 cerpen. Struktur cerpen-cerpen tersebut disusun dengan memerhatikan: kaidah alur (kelogisan, rasa ingin tahu, kejutan, dan keutuhan), dan penahapan alur (awal, akhir, tengah); dimensi tokoh (fisiologis, psikologis, dan sosiologis); dimensi latar (tempat, waktu, dan sosial). Cerpen yang mendapat skor 17 pada kolom tersebut berjumlah 5 cerpen. Dari segi keutuhan cerita, meskipun beberapa bagian cerpen-cerpen tersebut menarik, pada bagian tertentu kurang membangkitkan rasa ingin tahu. Cerpen yang mendapat skor 16 pada kolom tersebut berjumlah 5 cerpen. Dari segi keutuhan cerita, meskipun beberapa bagian cerpen-cerpen tersebut menarik, pada bagian-bagian lain kurang membangkitkan rasa ingin tahu. Cerpen yang mendapat skor 15 pada kolom tersebut berjumlah 8 cerpen. Dari segi keutuhan cerita, cerpen-cerpen tersebut kurang membangkitkan rasa ingin tahu, kejutan atau konflik kurang dipertajam. Adapun cerpen yang mendapat skor 13 pada kolom tersebut berjumlah 8 cerpen. Dari segi keutuhan cerita, cerpen-cerpen tersebut kurang membangkitkan rasa ingin tahu, kejutan atau konflik kurang dipertajam dan ada bagian cerpen yang kurang logis (pada cerpen Bintang Kelas

Dunia, Janji, Langka dan Nyata, Api yang Tertanam, Berlian dalam Derasnya Air Mata, dan Karena Berlian-Berlian Itu) atau ada satu bagian cerpen yang kurang

tepat letaknya (pada cerpen Empat Malaikat Penyayang dan Freedom).

Semua cerpen pada kolom aspek 4 diberi nilai 15. Cerpen-cerpen tersebut sudah menunjukkan adanya keajekan penulisan serta meggunakan ragam bahasa yang disesuaikan dengan dimensi tokoh dan latar. Namun, pada beberapa bagian belum menggunakan kaidah EYD dengan tepat.


(42)

Berdasarkan hasil analisis, aspek formal cerpen-cerpen yang ditulis siswa sebagian besar sudah lengkap. Hanya satu orang yang belum mencantumkan judul karena belum terampil membuat judul. Unsur intrinsik cerpen pada cerpen-cerpen yang ditulis siswa pada umumnya juga sudah lengkap dan sudah padu. Hal tersebut juga terlihat dari data pada Tabel 5.7, seluruh nilai menulis cerpen siswa berada di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu di atas 75. Berdasarkan data pada Tabel 5.8 terlihat bahwa cerpen dengan kategori sangat baik berjumlah 22, baik 8, dan cukup 1. Dilihat dari kemampuan menulis cerpen yang ditunjukkan dengan hasil analisis dan penilaian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis cerpen berdasarkan proses kreatif berhasil, mampu menjadikan sebagian besar siswa terampil menulis cerpen.

5. Analisis Angket Penilaian Siswa dan Guru Terhadap Pembelajaran Penilaian terhadap pembelajaran di samping dengan menganalisis dan menilai pelakanaan pembelajaran serta menganalisis dan menilai cerpen-cerpen siswa, juga dilakukan dengan menyebarkan angket kepada siswa dan guru. Dari 31 siswa yang menjadi subjek penelitian, 4 orang siswa tidak mengisi angket karena tidak hadir saat angket dibagikan. Tabel-tabel berikut ini adalah perincian penilaian siswa terhadap pembelajaran menulis cerpen (Tabel 5.9) serta perincian pendapat dan harapan/saran mengenai pembelajaran menulis (Tabel 5.10) berdasarkan angket siswa.

Tabel 5.9 Perincian Penilaian Siswa Terhadap Pembelajaran Menulis Cerpen Berdasarkan Proses Kreatif

No.

NAMA PESERTA

DIDIK

Penilaian Siswa Terhadap Pernyataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Annisa Nurul Z. S SS S S S S S S S S

2 Asma Azzahra SS SS S SS SS SS S S SS SS

3 Aulia Azmi I. H.

4 Azdina Nuraini SS SS SS S SS S SS S S S


(43)

6 Azzahra Damia A. S S S S SS S TS TS TS S

7 Az-Zahrah M. SS S SS S SS TS S S SS SS

8 Catlina Zanita L. SS S SS SS SS SS SS SS SS SS

9 Cintya Dewi K. SS SS S SS SS SS S SS S SS

10 Citra Ningsih D. S SS SS SS S S SS SS S SS

11 Farah Alifa S. S S S S SS S SS S S TS

12 Fayha Nafila H.

13 Fitri Amani P. S S SS SS SS S S S S S

14 Ghaitza K. A. S S SS SS S S S S S SS

15 Halida Fiadnin S S SS SS S S SS SS SS SS

16 Hanifah Sri N. SS S S S S SS S S S S

17 Hasna Nabila K. S S S S S S S S S S

18 Iffah Izazy S S S S S S S S S S

19 Lulu Alwiyah S SS S SS SS SS SS SS SS S

20 Nabila Hanifa SS SS S S S S S SS S S

21 Nadira Hashifah S S S SS TS SS S S TS TS

22 Nuha Afifah Z. SS SS SS S SS S S SS SS SS

23 Rahmah M. A. K. SS S SS SS S SS SS S SS SS

24 Raisya Nindya S S SS SS S S SS S S S

25 Rezqia Zahra Q.

26 Salma Putri R. SS SS S S SS TS S S TS S

27 Sarah Nasywa H.

28 Syifa Nabila A. SS SS SS SS SS S SS SS SS SS

29 Zahra Zahira F. S S S S S S TS TS S TS

30 Zahra Z. Zarqo S TS S S S SS S TS S S

31 Zalfa Novia A. S SS SS SS SS SS SS SS S SS


(44)

Tabel 5.10 Perincian Pendapat dan Harapan/Saran Siswa Mengenai Pembelajaran Menulis

No.

NAMA PESERTA

DIDIK

Pendapat dan Harapan/Saran Mengenai Pembelajaran Menulis

1 Annisa Nurul Z.

Kegiatan pembelajaran menulis cerpen berdasarkan proses kreatif telah dilakukan beberapa waktu lalu. Kegiatan tersebut membuat saya menjadi lebih berani untuk membuat cerpen. Menurut saya kegiatan ini sangat seru dan bermanfaat.

2 Asma Azzahra

Dengan menulis cerpen berdasarkan proses kreatif, memudahkan saya untuk menulis cerpen dengan baik dan lancar.

3 Aulia Azmi I. H.

4 Azdina Nuraini Proses kreatif sangat bermanfaat untuk pembelajaran

menulis

5 Azza Cindikia Menulis cerpen dengan proses kreatif saya dapat

membuat cerpen dengan lebih mudah.

6 Azzahra Damia A. Inspirasi susah didapat

7 Az-Zahrah M. Dengan proses kreatif saya jadi bisa menulis cerpen

dengan mudah.

8 Catlina Zanita L.

Pembelajaran berdasarkan proses kreatif, membuat saya lancar dalam menulis, juga memudahkan saya dalam berpikir.

9 Cintya Dewi K.

Pembelajaran menulis seperti cerpen, memang sangat penting. Oleh karena itu, pembelajaran menulis seperti ini harus lebih dikembangkan lagi. Aku berharap dengan adanya pembelajaran menulis akan membuat aku lebih kreatif, begitu juga dengan yang lainnya.

10 Citra Ningsih D.

Semoga dengan menulis cerpen, bisa lebih

mengungkapkan ide-ide dan semoga bisa mengasah kreativitas.


(45)

11 Farah Alifa S.

Dengan menulis cerpen, kita dapat mengekspresikan apa yang ada di pikiran kita. Selain itu, dapat membuat kita menjadi kreatif dan imajinatif.

12 Fayha Nafila H.

13 Fitri Amani P.

Menulis cerpen dengan proses kreatif, membantu saya membuat cerpen lebih lancar dan lebih mudah mengungkapkan ide.

14 Ghaitza K. A. Dengan proses kreatif, cerpen menjadi lebih imajinatif

dan terkesan bebas, tetapi wow!

15 Halida Fiadnin

Mempelajari cerpen itu sangat menyenangkan. Selain mendapat pengetahuan, kita juga mendapatkan pengalaman tentang cara menulis cerpen dengan proses kreatif.

16 Hanifah Sri N. Dengan proses kreatif, cerpennya menjadi lebih terarah

dan mudah.

17 Hasna Nabila K. Menulis bisa membuat lebih kreatif karena bisa

mengungkapkan gagasan/pendapat sendiri.

18 Iffah Izazy Dengan proses kreatif ini, kita jadi lebih mudah

membuat cerpennya.

19 Lulu Alwiyah

Dengan menulis cerpen secara kreatif, memudahkan saya dalam menulis cerpen dan mendapatkan banyak inspirasi.

20 Nabila Hanifa

Inspirasi memang susah didapatkan, tapi setelah melalui pembelajaran proses kreatif, jadi banyak ide yang muncul untuk membuat cerpen.

21 Nadira Hashifah Dengan menulis cerpen berdasarkan proses kreatif ini,

lebih memudahkan membuat cerpen.

22 Nuha Afifah Z. –

23 Rahmah M. A. K. Pembelajaran ini menyenangkan, jadi tidak gampang

bosan atau tidak membosankan menulis cerpen.

24 Raisya Nindya Menulis cerpen dengan proses kreatif memudahkan


(1)

11 Farah Alifa S.

Dengan menulis cerpen, kita dapat mengekspresikan apa yang ada di pikiran kita. Selain itu, dapat membuat kita menjadi kreatif dan imajinatif.

12 Fayha Nafila H.

13 Fitri Amani P.

Menulis cerpen dengan proses kreatif, membantu saya membuat cerpen lebih lancar dan lebih mudah mengungkapkan ide.

14 Ghaitza K. A. Dengan proses kreatif, cerpen menjadi lebih imajinatif dan terkesan bebas, tetapi wow!

15 Halida Fiadnin

Mempelajari cerpen itu sangat menyenangkan. Selain mendapat pengetahuan, kita juga mendapatkan pengalaman tentang cara menulis cerpen dengan proses kreatif.

16 Hanifah Sri N. Dengan proses kreatif, cerpennya menjadi lebih terarah dan mudah.

17 Hasna Nabila K. Menulis bisa membuat lebih kreatif karena bisa mengungkapkan gagasan/pendapat sendiri.

18 Iffah Izazy Dengan proses kreatif ini, kita jadi lebih mudah membuat cerpennya.

19 Lulu Alwiyah

Dengan menulis cerpen secara kreatif, memudahkan saya dalam menulis cerpen dan mendapatkan banyak inspirasi.

20 Nabila Hanifa

Inspirasi memang susah didapatkan, tapi setelah melalui pembelajaran proses kreatif, jadi banyak ide yang muncul untuk membuat cerpen.

21 Nadira Hashifah Dengan menulis cerpen berdasarkan proses kreatif ini, lebih memudahkan membuat cerpen.

22 Nuha Afifah Z. –

23 Rahmah M. A. K. Pembelajaran ini menyenangkan, jadi tidak gampang bosan atau tidak membosankan menulis cerpen.


(2)

25 Rezqia Zahra Q.

26 Salma Putri R. Aku ingin pembelajaran berdasarkan proses kreatif lebih dikembangkan lagi dan bisa lebih dimengerti. 27 Sarah Nasywa H.

28 Syifa Nabila A.

Dengan pembelajaran berdasarkan proses kreatif, membuat ide bertambah banyak, mempermudah dan mempercepat menulis cerpen.

29 Zahra Zahira F. Semoga kemampuan saya jadi lebih baik.

30 Zahra Z. Zarqo Dengan proses kreatif, membuat cerpen jadi lebih mudah.

31 Zalfa Novia A. Dengan proses kreatif, kita jadi lebih imajinatif.

Tabel 5.9 dan 5.10 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran menulis cerpen berdasarkan proses kreatif. Dengan pembelajaran tersebut, sebagian besar siswa merasa lebih mudah dan lancar saat menulis karena pelaksanaan pembelajaran yang lebih terarah dan terbimbing. Sebagian besar siswa merasakan manfaat dari pembelajaran tersebut, yaitu mampu meningkatkan kemampuan mereka dalam menulis cerpen.

Demikian pula angket yang berisi penilaian dan pendapat guru, juga menunjukkan respon positif terhadap pembelajaran tersebut. Guru menilai bahwa pembelajaran berdasarkan proses kreatif sangat bermanfaat dan dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2012). Pembelajaran bahasa berbasis pendidikan karakter. Bandung: PT Refika Aditama.

Aksan, H. (2011). Proses kreatif menulis cerpen. Bandung: Nuansa.

Ayan, J. E. (2002). Bengkel kreativitas: 10 cara menemukan ide-ide pamungkas. Bandung: Kaifa.

Creswell, J. W. (2010). Research design: Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed. (edisi ketiga). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Danardana, A. S. (2013). Pelangi sastra: ulasan dan model-model apresiasi. Pekanbaru: Palagan Press.

Dewan Kesenian Jakarta. (1984). Dua puluh sastrawan bicara. Jakarta: PT Sinar Agape Press.

Emzir. (2013). Metodologi penelitian pendidikan: Kuantitatif dan kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Eneste, P. (Penyunting). (1984). Proses kreatif: Mengapa dan bagaimana saya mengarang II. Jakarta: PT Gramedia.

Eneste, P. (Penyunting). (2009). Proses kreatif: mengapa dan bagaimana saya mengarang. (jilid 4). Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia). Esten, M. (2013). Kesusastraan pengantar teori dan sejarah. Bandung: Angkasa.

Fauzan, M. R. (2013). Proses kreatif menulis penyair Jawa Barat dan penerapannya dalam pembelajaran menulis puisi bebas di kelas VIII. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.


(4)

Iskandarwassid & Sunendar, D. (2008). Strategi pembelajaran bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2011). Models of teaching (Model-model pengajaran). (edisi delapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014a). Air mata Dayang Sumbi. Jakarta: Kemdikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014b). Bahasa Indonesia wahana pengetahuan: Buku guru. (edisi revisi). Jakarta: Kemdikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014c). Bahasa Indonesia wahana pengetahuan: Buku siswa. (edisi revisi). Jakarta: Kemdikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014d). Materi pelatihan guru: Implementasi kurikulum 2013 SMP/MTs, Bahasa Indonesia. Jakarta: Kemdikbud.

Kurniawan, H. & Sutardi. (2012). Penulisan sastra kreatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Leonhardt, M. (2002). 99 cara menjadikan anak Anda bergairah menulis. Bandung: Mizan.

Marahimin, I. (2008). Menulis secara populer. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.

Moleong, L. J. (2007). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Munandar, U. (1999). Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Novakovich, J. (2003). Berguru kepada sastrawan dunia. Bandung: Mizan Media Utama.


(5)

Nurgiantoro, B. (2013). Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Plimppton, G. (Penyunting). (2006). Taruhan mewujudkan tulisan: Proses kreatif sebelas penulis perempuan terkemuka dunia. Yogyakarta & Bandung: Jalasutra.

Pusat Bahasa. (2010a). Apresiasi cerpen 1. [Online]. Diakses dari https://youtu.be/wqKoDyGT7PI.

Pusat Bahasa. (2010b). Apresiasi cerpen 2. [Online]. Diakses dari https://youtu.be/lxCMiiRDKO0.

Pusat Kurikulum. (2010). Bahan pelatihan: Penguatan metodologi pembelajaran berdasarkan nilai-nilai budaya untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa. Jakarta: Puskur.

Rosyidi, M. I. dkk. (2010). Analisis teks sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Semi, M. A. (2012). Metode penelitian sastra. Bandung: Angkasa.

Stanton, R. (2012). Teori fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudjiman, P. (1990). Kamus istilah sastra. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Sugiyono. (2014). Metode penelitian pendidikan: Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2008). Metodologi penelitian pendidikan: Kompetensi dan praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumiyadi. (2010). Kriteria penilaian menulis cerpen. [Online]. Diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_ INDONESIA/196603201991031-SUMIYADI/SUMIYADI/KRITERIA_ PENILAIAN_MENULIS_CERPEN.pdf.


(6)

Sumiyadi & Durachman, M. (2013). Sanggar sastra: pengalaman artistik dan estetik sastra. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Supriadi, D. (2002). Kreativitas, kebudayaan, dan perkembangan iptek. Bandung: Alfabeta.

Sutirman. (2013). Media dan model-model pembelajaran inovatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Syamsuddin A.R. & Damaianti, V. S. (2011). Metode penelitian pendidikan bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tarigan, H. G. (2013). Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.

Teeuw, A. (2003). Sastera dan ilmu sastera. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.

Thahar, H. E. (2009). Kiat menulis cerita pendek. Bandung: Angkasa.

Titik WS dkk. (2012). Kreatif Menulis Cerita Anak. Bandung: Nuansa.

Trianto. (2007). Model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wahyuni, S. & Ibrahim, A. S. (2012). Perencanaan pembelajaran bahasa berkarakter. Bandung: PT Refika Aditama.

Weiss, J. (Penyunting). (2006). Taruhan mewujudkan tulisan: Proses kreatif tujuh penulis pria terkemuka dunia. Yogyakarta & Bandung: Jalasutra.

Wellek, R. & Waren, A. (1989). Teori kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.