PENGARUH ROE DAN EPS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN ROKOK YANG GO PUBLIC DI BEI.

(1)

PENGARUH ROE DAN EPS TERHADAP HARGA SAHAM

PADA PERUSAHAAN ROKOK

YANG GO PUBLIC DI BEI

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

Johanes Rico Sukmana 0413315055/FE/AK

KEPADA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh ROE dan EPS Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Rokok Yang Go Public Di BEI”.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian

persayaratan dalam memperoleh gelar Sarjana S-1 program studi Akuntansi,

pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Vetera” Jawa

Timur.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini tidak akan terselesaikan

dengan baik tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka melalui

kesempatam ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu DR. Sri Trisnaningsih, MSi, Ketua Program Studi Akuntansi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi., Dosen Pembimbing yang telah

mengarahkan dan meluangkan waktu guna membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.


(3)

ii

5. Ibu Dra. Ec. Anik Yuliati, Maks., Dosen Pendamping yang telah

mengarahkan dan meluangkan waktu guna membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh staf Dosen Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur yang telah

memberikan ilmunya.

7. Bapak, Ibu dan keluargaku yang selalu memberikan doa dan restunya kepada

penulis.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh

karena itu kritik dan saran yang menbangun akan penulis terima dengan senang

hati demi sempurnanya skripsi ini.

Surabaya, November 2009


(4)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1. Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Landasan Teori ... 9

2.2.1.Pasar Modal ... 9

2.2.1.1.Pengertian Pasar Modal ... 9

2.2.1.2.Fungsi Pasar Modal ... 10

2.2.1.3.Peranan Pasar Modal ... 12

2.2.2.Saham ... 13

2.2.2.1.Pengertian Saham ... 13


(5)

2.2.2.2.Jenis – Jenis Saham ... 14

2.2.3.Harga Saham ... 16

2.2.3.1.Pengertian Harga Saham ... 16

2.2.3.2.Penilaian Harga Saham ... 17

2.2.4.Rasio Keuangan ... 18

2.2.4.1.Definisi Rasio Keuangan ... 18

2.2.4.2.Keunggulan Rasio Keuangan ... 19

2.2.4.3.Keterbatasan Analisa Rasio ... 19

2.2.4.4.Jenis Rasio ... 20

2.2.5.Rasio Rentabilitas / Profitabilitas ... 22

2.2.5.1.ROE (Return On Equity) ... 23

2.2.5.2.EPS (Earning Per Share) ... 23

2.3. Kerangka Pikir ... 24

2.3.1. Pengaruh Return on Equity Terhadap Harga Saham .... 25

2.3.2. Pengaruh Earning Per Share Terhadap Harga Saham . 26 2.3.3. Diagram Kerangka Pikir ... 27

2.4. Hipotesis ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29

3.1. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel ... 29

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 30

3.2.1.Populasi ... 30

3.2.2.Sampel Dan Teknik Penarikan Sampel ... 30


(6)

3.3.2.Sumber Data ... 31

3.3.3.Pengumpulan Data ... 31

3.4. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 32

3.4.1.Uji Normalitas ... 32

3.4.2.Uji Asumsi Klasik ... 32

3.4.3.Teknik Analisis ... 34

3.4.4.Uji Hipotesis ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 38

4.1.1. Sejarah PT. BAT Indonesia Tbk ... 38

4.1.2. Sejarah PT. Gudang Garam Tbk ... 38

4.1.3. Sejarah PT. HM Sampoerna Tbk ... 39

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 40

4.2.1. Deskripsi Tentang Return On Equity(ROE) (X1) ... 40

4.2.2. Deskripsi Tentang Earning Per Share (EPS) (X2) ... 41

4.2.3. Deskripsi Tentang Harga Saham (Y) ... 42

4.3. Deskripsi Hasil Pengujian ... 43

4.3.1. Hasil Pengujian Normalitas ... 43

4.3.2. Pengujian Asumsi Klasik ... 44

4.3.2.1.Uji Autokorelasi ... 44


(7)

4.3.2.2.Uji Multikolinieritas ... 45

4.3.2.3.Uji Heteroskedastisitas ... 46

4.3.3. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda ... 47

4.3.4. Hasil Pengujian Hipotesis ... 48

4.3.4.1.Untuk pengujian kesesuaian model ... 48

4.3.4.2.Untuk pengujian hipotesis uji t ... 49

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 51

4.4.1. Implikasi Hasil Penelitian ... 54

4.5. Perbedaan Hasil Penelitian Yang Dilakukan Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

5.1. Kesimpulan ... 55

5.2. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA KUESIONER


(8)

Tabel 4.1. Return On Equity(ROE) (X1) 2000-2007 (dalam %) ... 40

Tabel 4.2. Earning Per Share (EPS) (X2) 2000-2007 (dalam satuan rupiah) ... 41

Tabel 4.3. Harga Saham (Y) 2000-2007 (dalam satuan rupiah) ... 42

Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas ... 43

Tabel 4.5. Hasil uji Multikolinieritas ... 46

Tabel 4.6. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 46

Tabel 4.7. Hasil Pengujian Nilai Koefisien Korelasi dan Determinasi ... 49


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Distribusi Daerah Keputusan Autokorelasi ... 45


(10)

ix Lampiran 1.2 Earning Per Share (EPS) (X2)

Lampiran 1.3 Harga Saham (Y)

Lampiran 2 Hasil Pengujian Normalitas

Lampiran 3 Hasil Pengujian Regresi Linear Berganda

Lampiran 4 Hasil Pengujian Heterokedastisitas


(11)

PENGARUH ROE DAN EPS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN ROKOK

YANG GO PUBLIC DI BEI

Johanes Rico Sukmana

Abstraksi

Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi, terutama di negara yang menganut sistem ekonomi pasar. Pasar modal menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi karena dapat menjadi sumber dan alternatif bagi perusahaan disamping bank. Salah satu sumber dana perusahaan berasal dari modal saham yang ditanamkan oleh para investor, maka secara otomatis modal saham merupakan bagian dari laporan manajemen perusahaan kepada para pemegang saham atau investor. Dalam perekonomian modern laporan keuangan sudah merupakan media penting dalam proses pengambilan keputusan ekonomis. Laporan keuangan ini sudah menjadi kebutuhan para pengusaha, investor, bank, manajemen, pemerintah maupun pelaku pasar modal. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ROE dan EPS terhadap harga saham pada perusahaan yang Go Public di BEI.

Populasi penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008. Sedangkan sampel dalam penelitian yaitu data laporan keuangan perusahaan tersedia berturut-turut selama 8 tahun untuk tahun pelaporan dari 2000 – 2007. Model analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan adalah regresi linier berganda serta untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya digunakan uji F dan Uji t.

Dari hasil pengujian yang dilakukan terhadap pengaruh dari Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham ketiga perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun pengamatan yakni tahun 2000 hingga tahun 2007 diperoleh hasil bahwa nilai koefisien korelasi berganda (R) sebesar 0,410 atau sebesar 41%, berarti kedua faktor yakni Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) mempunyai hubungan yang nyata terhadap Harga Saham ketiga perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun pengamatan yakni tahun 2000 hingga tahun 2007. Sedangkan dilihat nilai koefisien determinasi (R2) kedua variabel tersebut berpengaruh sebesar 16,8% terhadap Harga Saham ketiga perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun pengamatan yakni tahun 2000 hingga tahun 2007.

Keywords: return on equity (ROE), earning per share (EPS), harga saham.


(12)

1.1. Latar Belakang

Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi,

terutama di negara yang menganut sistem ekonomi pasar. Pasar modal

menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi karena dapat menjadi sumber

dan alternatif bagi perusahaan disamping bank. Pasar modal merupakan

alternatif pembiayaan untuk mendapatkan modal dengan biaya yang relatif

murah dan juga tempat untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang.

Perusahaan publik yang terdaftar di bursa efek setiap tahun wajib

menyampaikan laporan tahunan baik yang bersifat moneter maupun non

moneter kepada Bursa Efek dan para investor.

Laporan keuangan tidak hanya ditunjukan bagi internal perusahaan

tetapi juga bagi eksternal perusahaan. Setiap elemen laporan keuangan akan

menjadi lebih bermakna bila dianalisis lebih jauh dengan model yang

tersedia sesuai dengan kebutuhan pemakai informasinya. Bagi manajemen

hasil analisis ini menjadi sangat penting karena dengan menggunakan

pendekatan analisis tersebut kinerja manajemen dapat diukur dan dievaluasi,

baik dalam satu periode berjalan maupun dalam satu siklus operasi tahun

secara berturut-turut. Sebagaimana halnya pihak manajemen pihak-pihak

luar perusahaan juga dapat mengetahui kinerja dan menilai prospek sebuah

perusahaan melalui pendekatan rasio. (Winarni, 2003).


(13)

2

Salah satu sumber dana perusahaan berasal dari modal saham yang

ditanamkan oleh para investor, maka secara otomatis modal saham

merupakan bagian dari laporan manajemen perusahaan kepada para

pemegang saham atau investor. Dalam perekonomian modern laporan

keuangan sudah merupakan media penting dalam proses pengambilan

keputusan ekonomis. Laporan keuangan ini sudah menjadi kebutuhan para

pengusaha, investor, bank, manajemen, pemerintah maupun pelaku pasar

modal. (Harahap, 2001:7).

Dalam berinvestasi seorang investor memerlukan informasi tentang

perusahaan mana yang dapat memberikan keuntungan dikemudian hari.

Analisis investasi saham merupakan hal yang mendasar untuk diketahui para

pemodal, mengingat tanpa analisis yang baik dan rasional para pemodal

akan mengalami kerugian. Keputusan membeli saham terjadi bila nilai

perkiraan suatu saham diatas harga pasar. Sebaliknya keputusan menjual

saham terjadi bila nilai perkiraan suatu saham dibawah harga pasar

(Sunariyah, 2003: 152).

Kreditur jangka panjang lebih tertarik untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam membayar bunga pinjaman dan kemampuan

mengembalikan pokok pinjamannya. Perusahaan harus cukup mempunyai

alat-alat likuid dalam jangka panjang pendek dan mempunyai keuntungan

yang memadai dalam jangka panjang. Disamping likuiditas, tingkat

profitabilitas juga dinilai. Bagi pemegang saham, di samping memperhatikan

tingkat likuiditas dan profitabilitas, juga berkepentingan dengan

kebijaksanaan perusahaan yang mempengaruhi harga saham perusahaan di


(14)

kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang segera harus

dipenuhi, kemampuan perusahaan untuk melunasi semua utang-utangnya,

kemampuan untuk memperoleh laba, juga berkepentingan untuk mengetahui

efisiensi penggunaan modal dengan sumber-sumbernya. (Jumingan,

2008:121)

Selama empat tahun terakhir harga saham dari perusahaan rokok

yang publikasi di BEI mengalami fluktuasi. Adapun nilai harga saham

tersebut antara tahun 2000 sampai 2007 dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut :

Tabel 1.1.

Harga Saham Perusahaan Rokok Tahun (dalam juta rupiah) No Nama

Perusahaan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 1 PT BAT

Indonesia Tbk. 12.100 6.300 8.950 8.100 9.000 7.500 4.000 4.600 2 PT Gudang

Garam Tbk. 13.000 8.650 8.300 13.600 13.550 11.650 10.200 8.500 3 PT HM

Sampoerna Tbk. 14.900 3.200 3.700 4.475 6.650 8.900 9.700 14.300 Sumber : Bursa Efek Indonesia

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terjadi penurunan harga

saham perusahaan pada sebelas tahun terakhir, dimana pada tahun 2000

menurun drastis menjadi 12.100.000.000 sedangkan pada tahun 2001

menurun lagi menjadi 6.300.000.000 dan pada tahun 2002 naik menjadi

8.950.000.000 kemudian pada tahun 2003 menurun menjadi 8.100.000.000

lalu tahun 2004 PT. BAT Indonesia Tbk harga saham perusahannya sebesar

9.000.000.000 namun pada tahun 2005 menurun menjadi 7.500.000.000

kemudian pada tahun 2006 harga saham menurun lagi manjadi


(15)

4

naik menjadi 4.600.000.000 dan pada PT. Gudang Garam Tbk harga saham

perusahannya pada tahun 2000 turun menjadi sebesar 13.000.000.000 dan

pada tahun 2001 menurun menjadi sebesar 8.650.000.000 kemudian pada

tahun 2002 menurun menjadi sebesar 8.300.000.000 sedangkan pada tahun

2003 naik menjadi 13.600.000.000 kemudian pada tahun 2004 sebesar

13.550.000.000 namun pada tahun 2005 menurun menjadi 11.650.000.000

kemudian pada tahun 2006 harga saham menurun lagi manjadi

10.200.000.000 lalu pada tahun 2007 harga saham PT. Gudang Garam Tbk

menurun lagi menjadi 8.500.000.000 Lalu untuk PT. HM Sampoerna Tbk

harga saham perusahannya pada tahun 2000 menurun menjadi sebesar

14.900.000.000 lalu pada tahun 2001 menurun menjadi sebesar

3.200.000.000 dan pada tahun 2002 naik menjadi sebesar 3.700.000.000 lalu

pada tahun 2003 naik menjadi sebesar 4.475.000.000 kemudian pada tahun

2004 naik menjadi sebesar 6.650.000.000 kemudian pada tahun 2005 naik

menjadi 8.900.000.000 lalu pada tahun 2006 harga saham naik lagi manjadi

9.700.000.000 dan pada tahun 2007 harga saham PT. HM Sampoerna Tbk

naik menjadi 14.300.000.000 Dari informasi awal yang diterima bahwa

penurunan harga saham tersebut disebabkan karena kondisi ekonomi makin

memburuk dan adanya kondisi intern perusahaan seperti trend penjualan dan

keuntungan perusahaan, kualitas produk, posisi persaingan perusahaan di

pasar, hubungan kerja pihak perusahaan dengan karyawan, sumber bahan

mentah, peraturan-peraturan perusahaan, serta ada juga kenaikan pada nilai

harga saham, hal ini dikarenakan dalam melakukan investasi dalam bentuk

saham investor harus melakukan analisis terhadap faktor yang dapat


(16)

yang dapat timbul dari adanya fluktuasi pertumbuhan dan perkembangan

perusahaan yang bersangkutan.

Harga saham suatu perusahaan mencerminkan nilai perusahaan

dimata para investor, apabila harga saham suatu perusahaan tinggi, maka

nilai perusahaan dimata investor juga baik dan begitu juga sebaliknya, oleh

karena itu harga saham merupakan hal yang penting bagi perusahaan.

Untuk menganalisis kinerja perusahaan dapat digunakan rasio

keuangan yang terbagi dalam empat kelompok yaitu rasio likuiditas,

aktivitas, hutang dan profitabilitas (Gitman, 2003) dengan analisis ini para

analisis mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang

sehubungan dengan ada peraturan daerah tentang pelarangan merokok

ditempat umum apakah mempunyai pengaruh terhadap harga saham di

Bursa Efek Indonesia.

Teknik yang digunakan adalah rasio likuiditas yang menggambarkan

kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan

sumebr yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan,

jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan menghasilkan laba disebut juga Operating Ratio. Rasio

profitabilitas yang diuji dalam penelitian ini yaitu ROE (Return on equity)

digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian atas modal sendiri

pemegang saham. EPS (Earning Per Share) rasio ini menunjukkan berapa

besar kemampuan per lembar saham. (Harahap,2001:306).

Berdasarkan uraian dan permasalahan di atas, maka peneliti ingin


(17)

6

saham dalam laporan tahunan perusahaan rokok yang publikasi di Bursa

Efek Indonesia, karena dalam rasio keuangan angka yang diperoleh dari

hasil perbandingan dari satu pos laporan keunagn dengan pos lainnya yang

mempunyai hubungan yang relevan signifikan, dalam hal ini rasio keuangan

sangat penting dalam melakukan analisa keungan perusahaan. Oleh karena

itu, peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul “Pengaruh ROE dan EPS

Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Rokok Yang Go Public Di BEI.”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

dapat diambil perumusan sebagai berikut :

”Apakah ada pengaruh positif ROE dan EPS terhadap harga saham pada

perusahaan yang Go Public di BEI ?”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

“Untuk mengetahui pengaruh ROE dan EPS terhadap harga saham pada

perusahaan yang Go Public di BEI”.

1.4. Manfaat Penelitian

Sebagaimana layaknya karya ilmiah ini, hasil yang diperoleh

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang


(18)

1. Bagi Peneliti

Sebagai langkah kongkrit penerapan ilmu berdasarkan teori yang selama

ini didapat peneliti ke dalam praktek pada perusahaan.

2. Bagi Universitas

Memberikan sumbangan informasi pihak lain untuk melakukan

penelitian lebih lanjut dan dapat menambah kepustakaan sebagai

informasi bahan pembanding bagi penelitian lain serta sebagai wujud

Darma Bakti kepada perguruan tinggi pada umumnya dan Fakultas

Ekonomi pada khususnya Jurusan akuntansi.

3. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk mengetahui

rasio-rasio yang mempengaruhi harga saham misalnya rasio-rasio profitabilitas yang

terdiri dari ROE dan EPS.

4. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dapat dipergunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan atau

perluasan pandangan tentang pelajaran yang didapat dari bangku kuliah

dan memperdalam pengetahuan terutama dalam bidang yang dikaji serta


(19)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

1. Wulandari dan Sasongko, 2003 dengan judul ”Pengaruh EVA dan

Rasio-Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham”, dan perumusan

masalahnya adalah adakah pengaruh ROA (Return on Assets), ROE

(Return on Equity), ROS (Return on Sales), EPS (Earning Per Share),

BEP (Basic Earning Power), dan EVA (Economic Value Added)

terhadap harga saham ?, dengan hipotesisnya adalah ROA, ROE, ROS,

EPS, BEP dan EVA berpengaruh terhadap harga saham. Dan didapatkan

kesimpulan bahwa earning per share (EPS) berpengaruh terhadap harga

saham dan return on asset, return on equity, return on sale, basic

earning power, dan economic value added tidak berpengaruh terhadap

harga saham.

2. Irwansyah dan Ghozali, 2002 dengan judul “Analisis Pengaruh Kinerja

Keuangan Perusahaan dengan Alat Ukur EVA, MVA dan ROA

Terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur Di BEJ”. Dan

perumusan masalahnya adalah apakah terdapat pengaruh yang signifikan

antara kinerja keuangan (EVA, MVA dan ROA) terhadap return saham

secara parsial maupun simultan ?, sedangkan hipotesis yang diajukan

terdapat pengaruh yang signifikan antara Economic Value Added

(EVA), Market Value Added (MVA) dan Return On Assets (ROA)

terhadap return saham secara simultan maupun parsial. Dan kesimpulan


(20)

Adapun perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini

adalah pada penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dan Sasongko, 2003

yaitu menggunakan pengaruh ROA (Return on Assets), ROE (Return on

Equity), ROS (Return on Sales), EPS (Earning Per Share), BEP (Basic

Earning Power), dan EVA (Economic Value Added), sedangkan penelitian

yang dilakukan oleh Irwansyah dan Ghozali, 2002 menggunakan variabel

EVA, MVA dan ROA saja. Sedangkan persamaan pada penelitian tersebut

yaitu menggunakan uji t dan variabel ROA tidak berpengaruh terhadap

harga saham.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pasar Modal

2.2.1.1.Pengertian Pasar Modal

Pasar modal (Capital market) adalah tempat pertemuan antara

penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku

pasar yang mempunyai kelebihan dana melakukan investasi dalam surat

berharga yang ditawarkan oleh emiten. Di tempat ini pula perusahaan yang

membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara listing

terlebih dahulu pada badan otoritas di pasar modal sebagai emiten


(21)

10

Menurut Husnan (1994:3) secara formal pasar modal bisa didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri baik yang diterbitkan pemerintah, publik authorities maupun perusahaan swasta.

Pengertian Pasar Modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisir, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, Pasar Modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangakan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa perantara pedagang efek.

Pasar modal adalah sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit pasar modal adalah pasar (tempat, berupa gedung) yang di siapkan guna memperdagangkan saham- saham, obligasi-obligasi dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa perantara pedangang.

2.2.1.2.Fungsi Pasar Modal

Fungsi pasar modal adalah mengalokasikan secara efisien arus dana dari unit ekonomi yang mempuyai surplus tabungan (saving surplus unit). Pasar modal yang dalam bentuk konkritnya adalah bursa efek.

Adapun fungsi lain dari pasar modal/ bursa efek adalah :

a. Menciptakan pasar secara terus menerus bagi efek yang ditawarkan kepada masyarakat.


(22)

b. Menciptakan harga yang wajar bagi efek yang bersangkutan melalui mekanisme pasar.

c. Membantu pembelajaran (pemenuhan dana) dunia usaha melalui penghimpunan dana masyarakat.

d. Menghimpun proses perluasan partisipasi masyarakat dalam kepemilikan saham-saham perusahaan.

Sedangkan menurut Husnan (1994:23) Sekuritas atau efek adalah secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal pihak yang memiliki kertas tersebut untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya. Pasar modal merupakan kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang keuangan, serta surat-surat berharga atau klaim, jangka panjang dan pendek.

Sedangkan bursa efek yang merupakan bentuk konkrit dari pasar modal ialah suatu sistem teorganisir dengan mekanisme resmi untuk mempertemukan penjual dan pembeli secara langsung atau melalui wakil-wakilnya.

Itu sebabnya cara kerja pasar modal terkait dengan cara kerja sub

sektor kauangan lainnya maupun sektor keuangan secara keseluruhan.

Untuk dapat memahami dan menganalisis secara tepat cara kerja pasar

modal, mutlak diperlukan pengertian yang baik tentang sektor keuangan

termasuk sub sektor yang lain.

Hubungan antara pemilik dana (investor) yang membeli saham dari


(23)

12

bersangkutan agak berbeda hubungan dengan pemilik dana dengan bank

bila ia menitipkan uangnya di bank dalam pemilikan perusahaan yang

bersangkutan dan pemilikannya itu dalam bentuk surat saham. Surat

saham ini tiap saat bisa dikonversikan menjadi uang atau dengan kata lain

likuid.

Resiko yang lebih besar menyebabkan para investor dan

pemerintah berkepentingan untuk menekan resiko tersebut sekecil

mungkin dengan tidak menghambat mekanisme pasar modal. Caranya

antara lain dengan menggunakan bantuan lembaga perantara seperti

perusahaan penilai pinjaman dan lain sebagainya. Sesuai dengan kondisi

perekonomian nasional, pasar modal di Indonesia mempunyai ciri yang

khas seperti penekanan pada fungsi pemerataan pendapatan,

Indonesianisasi pemilikan saham dan dengan sasaran pasar yang

mengutamakan mereka yang berpenghasilan rendah.

2.2.1.3. Peranan Pasar Modal

Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara yang

pada dasarnya mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara

yang lain. Hampir semua negara didunia ini mempunyai pasar modal, yang

bertujuan untuk menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan

keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal.

Terkecuali dalam negara dengan perekonomian sosialis ataupun tertutup,


(24)

Seberapa besar peranan pasar modal suatu negara dapat dilihat dari

5 (lima) segi sebagai berikut ini: (Sunariyah, 2003:7-8)

a. sebagai fasilitas melakukan interaksi antar pembeli dengan penjual

untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang dijual belikan

b. pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk

menentukan hasil (return) yang diharapkan

c. pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual

kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya

d. pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk

berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian

e. pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga

2.2.2. Saham

2.2.2.1.Pengertian Saham

Menurut Jogianto (2003 : 67) Suatu perusahaan dapat menjual hak

kepemilikannya dalam bentuk saham (stock).Jika perusahaan hanya

mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini disebut dengan saham

biasa (common stock). Sedangkan menurut Darmadji, dkk (2001 : 5)

saham dapat didefinisikan sebagai tanah penyertaan atau pemilikan

seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau suatu perseroan

terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa

pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat


(25)

14

Menurut Gitosudarmo (2002 : 265) saham adalah tanda penyertaan

modal pada perseroan terbatas. Untuk menarik investor potensial lainnya,

suatu perusahaan mungkin juga mengeluarkan kelas lain dari saham, yaitu

yang disebut dengan saham prefen (preferred stock). Saham preferen

mempunyai hak – hak prioritas lebih dari saham biasa. Hak – hak prioritas

dari saham preferen yaitu hak atas dividen yang tetap dan hak terhadap

aktiva jika terjadi likuiditas. Akan tetapi, saham preferen umumnya tidak

mempunyai hak veto seperti yang dimiliki oleh saham biasa. Saham

preferen akan dibahas terlebih dahulu diikuti oleh saham biasa.

Dengan memiliki saham maka suatu perusahaan akan memperoleh

manfaat antara lain sebagai berikut :

a. Deviden yaitu pembagian keuntungan perusahaan yang diberikan oleh

pemegang saham.

b. Capital gain yaitu kelebihan hasil atas harga perolehan dan pelepasan

aktiva terutama investasi jangka panjang.

2.2.2.2.Jenis – Jenis Saham

Menurut Gitosudarmo (2002:265-266) ada 7 jenis saham, yaitu :

1. Saham Biasa

Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak istimewa.

Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memperoleh deviden

sepanjang perseroan memperoleh keuntungan. Pemilik saham

mempunyai hak suara pada rapat umum pemegang saham, dan pada


(26)

dari kekayaan perseroan setelah tagihan kreditur dan saham preferen

dilunasi.

2. Saham Bonus

Saham Bonus, diciptakan dari pos cadangan perseroan, yang terbentuk

dari uang kontan yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham.

Penyerahan saham bonus kepada pemegang saham, kekayaan

perseorangan tidak mengalami perubahan, karena tidak ada kekayaan

yang bertambah dan tidak ada modal yang dibayarkan. Perubahannya

adalah pergeseran struktur permodalan perseron saja.

3. Saham Pegawai

Saham yang dapat dimiliki oleh para pegawai, dengan syarat tertentu

dapat membeli saham perusahaan dengan kurs di bawah kurs bursa.

4. Saham Preferen Perseroan

Para pendiri perseroan, biasanya dihargai dengan diberikan jasa yaitu

dapat berupa saham yang disebut saham pendiri

5. Saham Preferen

Saham yang memberikan hak untuk mendapat deviden dan atau bagian

kekayaan pada saat perubahan lebih dahulu dari saham biasa, dan di

samping itu mempunyai preferen untuk mengajukan usul pencalonan

direksi/komisaris.

6. Saham Preferen Kumulatif

Saham preferen yang memberikan hak untuk mendapatkan deviden


(27)

16

7. Saham Preferen Partisipasi

Saham yang disamping hak priorotasnya masih dapat turut serta dalam

pembagian deviden selanjutnya.

Sedangkan menurut Baridwan (1997 : 394–398) ada 2 macam jenis saham,

yaitu :

1. Saham Biasa (Common Stock)

Saham yang perluasannya dilakukan dalam urutan yang paling akhir

dalam saham perusahaan di likuidasi, sehingga resikonya adalah yang

paling besar.

2. Saham Prioritas / Preferensi (Preferred Stock)

Saham prioritas / preferensi mempunyai macam–macam karakteristik

yang berbeda dari saham biasa.

2.2.3. Harga Saham

2.2.3.1.Pengertian Harga Saham

Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam

suatu perusahaan (Riyanto, 1995:240).

Menurut Sunariyah (2000:154) harga saham dapat dibedakan

menjadi tiga macam, yakni harga pasar, harga nominal dan harga perdana.

1.Harga pasar (market value) yaitu harga yang berlaku dalam pasar pada

saat itu.

2.Harga nominal saham adalah harga saham yang tercantum dalam


(28)

mendapatkan persetujuan dari Bapepam (Badan Pemeriksa dan

Pengawas Pasar Modal).

3.Harga perdana adalah harga saham ketika saham tersebut dijual saat

pertama kali di pasar perdana, yang harganya ditentukan oleh penjamin

emisi dan emiten berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang

bersangkutan.

Investor berkepentingan untuk mengetahui ketiga nilai tersebut

sebagai informasi penting dalam pengambilan keputusan investasi yang

tepat. Dalam membeli atau menjual saham, investor akan membandingkan

nilai intristik dengan nilai pasar saham bersangkutan. (Tandelilin,

2001:183). Nilai intrinsik saham dalam analisis perusahaan bisa dilakukan

dengan memanfaatkan dua komponen informasi penting dalam analisis

perusahaan, yaitu EPS dan PER.

2.2.3.2.Penilaian Harga Saham

Menurut Sunariyah (2003:30) harga penyertaan modal dalam

pemilikan suatu perseroan terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten.

Perkembangan harga saham dapat ditunjukkan melalui naik-turunnya

harga-harga saham yang umumnya dicerminkan melalui earning per share

(EPS),Return dan price earning Ratio(PER). PER dapat diperoleh dari

perkembangan harga saham per periode tertentu dibagi dengan tingkat

earning, PER dapat dijadikan indikator untuk melihat perkembangan

harga saham relatif dibanding dengan tingkat laba perusahaan.

Harga saham adalah harga dari suatu saham yang terbentuk dari


(29)

18

Menurut Arifin (1999 : 169) terdapat 2 macam harga saham yang

digunakan pada saat jual beli saham di Bursa Efek, yaitu :

1. Harga saham pembukaan (opening price) yaitu harga saham yang

diminta oleh penjual atau pembeli pada awal jam buka bursa.

2. Harga saham penutupan (closing price) yaitu saham yang diminta

oleh penjual atau pembeli saat akhir hari bursa.

2.2.4. Rasio Keuangan

2.2.4.1.Definisi Rasio Keuangan

Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang

menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam

laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan

tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Secara

individual rasio itu kecil artinya, kecuali jika dibandingkan dengan suatu

rasio standar yang dipakai sebagai dasar pembanding, dari penafsiran

rasio-rasio suatu perusahaan. (Jumingan, 2008 : 118).

Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang

menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan yang lainnya.

Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan

antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga

kit adapat memperoleh informasi dan memberikan penilainan (Harahap,


(30)

2.2.4.2. Keunggulan Rasio Keuangan

Analisa rasio ini memiliki keunggulan dibandingkan teknik analisa

lainnya. Keunggulan tersebut adalah :

1. Rasio merupakan angka-angka atau iktisar statistik yang lebih mudah

dibaca dan ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang

disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model

pengambilan keputusan dan model-model pengambilan keputusan dan

model prediksi (Z score).

5. Menstandarisir size perusahaan.

6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain

atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau ”time

series.

7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di

masa yang akan datang.

2.2.4.3. Keterbatasan Analisa Rasio

Disamping keungulan yang dimiliki analisa rasio, teknik ini juga

memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu

pengunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaanya agar tidak salah


(31)

20

Adapun keterbatasan analisa rasio itu adalah :

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat

digunakan untuk kepentingan pemakainya.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan

juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti :

a. Banyak perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak

mengandung taksiran dan jugment yang dapat dinilai bias

atau subyektif.

b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio

adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.

c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada

angka rasio.

d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi

bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.

3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan

menimbulkan kesulitan menghitung rasio.

4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.

5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar

akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karena jika dilakukan

perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

2.2.4.4. Jenis Rasio

Jenis – jenis rasio yang sering digunakan dalam bisnis (Harahap,


(32)

1. Rasio Likuiditas.

Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk

menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung

melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-posaktiva

lancardan hutang lancar.

2. Rasio Solvabilitas.

Rasio sovabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya

apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitungdari pos-pos

yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan hutang jangka

panjang.

3. Rasio Rentabilitas / Profitabilitas.

Rasio rentabilitas atau juga disebut profitabilitas ini menggambarkan

kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan,

dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah

karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio yang

menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut

juga operating rasio.

4. Rasio Leverage.

Rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan

terhadap modal maupun asset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh

perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan


(33)

22

baik mestinya memiliki komposisi modal lebih besar dari hutang.

Rasio ini bisa juga diangggap bagian dari rasio solvabilitas.

5. Rasio Aktivitas.

Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam

menjalankan operasi baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan

kegitan lainnya.

6. Rasio Pertumbuhan.

Rasio ini menggambarkan persentasi pertumbuhan proses perusahaan

dari tahun ke tahun.

7. Market BasedRatio (Penelitian Pasar).

Rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus dipergunkan

dipasar modal yang menggamabrkan situasi atau keadaan prestasi

perusahaan di pasar modal. Tidak berarti rasio lainnya tidak dipakai.

8. Rasio Produktivitas.

Jika perusahaan ingin dinilai dari segi produktivitas unit-unitnya maka

bisa dihitung rasio produktivitas. Rasio ini menunjukkan tingkat

produktivitas dari unit atau kegiatan yang dinilai.

2.2.5. Rasio Rentabilitas / Profitabilitas

Rasio Rentabilitas atau disebut juga Profitabilitas menggambarkan

kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan

sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan,


(34)

2.2.5.1.ROE (Return On Equity)

Return on equity mengukur tingkat pengembalian atas modal

sendiri pemegang saham. Rasio ini bermanfaat untuk menunjukkan

seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mengelola modal sendiri

pada tingkat produktivitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan

menggunakan laba yang dimilikinya. Dengan menggunakan return on

equity, maka dapat dijelaskan bahwa profitabilitas dapat dicapai melalui

efisiensi operasi perusahaan dan efektifitas penggunaan modal sendiri

dalam menghasilkan laba bersih.

Return on equity dapat dihitung dengan rumus (Riyanto, 1995 : 335) :

ROE = x100%

sendiri modal

total

bersih laba

Rasio ini menunjukkan beberapa persen diperoleh laba bersih bila

diukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus (Harahap,

2001:305).

2.2.5.2.EPS(Earning Per Share)

Earning Per Share adalah laba per lembar saham dari suatu

perusahaan dan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Harahap,

2001:305) :

EPS =

Saham Lembar

Jumlah

Bersangku Saham

Bagian


(35)

24

Rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham

menghasilkan laba. Menurut Skousen (1995:184) laba per saham

merupakan alat ukur yang berguna untuk membandingkan laba dari

berbagai satuan usaha yang berbeda dan untuk membandingkan laba

satu-satuan dari waktu ke waktu manakala terjadi perubahan dalam struktur

modal. Dengan berhasilnya perusahaan, laba bersih jelas akan meningkat.

Tetapi investor berkepentingan untuk mengetahui apakah laba bersih

bertumbuh sepadan dengan ukuran struktur modal perusahaan. Investor

menggunakan angka laba per saham untuk mengevaluasi hasil operasi

perusahaan guna mengambil keputusan investasi. (Skousen, 1995:184)

2.3. Kerangka Pikir

Dow theory disusun dari rangkaian artikel yang ditulis oleh

Charles Dow dalam ”The Wall Street Journal” antara tahun 1900 sampai

tahun 1902. Dow Theory adalah nenek moyang dari sebagian besar

alat-alat analisis teknis modern.

Dow theory mula-mula menitikberatkan pada penggunaan pasar

secara keseluruhan sebagai barometer untuk situasi perekonomian pada

umumnya. Jadi mula-mula tidak dimaksudkan untuk memprediksi harga

saham. Tetapi, perkembangan selanjutnya bergerak secara eksklusif untuk

fungsi ini. Dalam hal ini asumsi dari dow teori yaitu harga sekuritas adalah

harga paling efisien. Harga sekuritas mencerminkan segala sesuatu yang

diketahui tentang sekuritas tersebut. Sementara informasi baru datang

peserta pasar secara cepat menyebarkan informasi tersebut dan harga


(36)

harga paling efisien, maksudnya mencerminkan segala sesuatu yang

diketahui tentang sekuritas tersebut. Salim (2003: 122-127)

Dalam Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Jogiyanto, 2000 :

364) Fama mendefinisikan pasar yang efisien adalah a security market is

efficient is security process fully reflect the information available (Suatu

pasar sekuritas dikatakan efisien jika harga-harga sekuritas mencerminkan

secara penuh informasi yang tersedia).

Definisi dari Fama ini menekankan pada dua aspek, yaitu fully

reflect dan information available. Pengertian dari fully reflect

menunjukkan bahwa harga dari sekuritas secara akurat mencerminkan

informasi yang ada. Pasar dikatakan efisien menurut versi Fama ini jika

dengan menggunakan informasi yang tersedia (information available),

investor-investor secara akurat dapat mengekspektasi harga dari sekuritas

yang bersangkutan.

2.3.1. Pengaruh Return On EquityTerhadap Harga Saham

Menurut Hanafi (2003:85), “Return on Equity adalah salah satu

rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba dengan berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini

merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.

Dengan demikian investor ini lebih memperhatikan seberapa besar

kemampuan perusahaan dalam mengelola modal sendirinya untuk

menghasilkan laba bersih. Semakin besar hasil pengembalian atas modal

sendiri (ROE) maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan.


(37)

26

modalnya sendiri dibandingkan perusahaan lain. Dengan demikian hal ini

akan mendorong investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan

tersebut sehingga akan meningkatkan permintaan saham yang pada

akhirnya dapat menaikkan harga saham. Demikian pula sebaliknya apabila

ROE rendah berarti perusahaan tidak menggunakan equitynya dengan

efisien dan efektif sehingga hal ini dapat mengurangi kepercayaan investor

terhadap nilai perusahaan dan kemudian berdampak pada turunnya harga

saham. Jadi ROE ini dijadikan sebagai indikator atas kinerja suatu

perusahaan mengingat para investor lebih cenderung memperhatikan

kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya.

Dari kacamata investor, dua aspek yang sering diteliti ialah tentang

tingkat keuntungan yang diharapkan sebagai sesuatu yang dikehendaki

sedangkan risiko sebagai sesuatu yang tidak dikehendaki, oleh karena itu

investor perlu melakukan analisis sebelum melakukan investasi. Disini,

peranan informasi laporan keuangan menjadi sangat penting karena dari

laporan keuangan tersebut dapat diketahui kondisi keuangan dan hasil

operasi perusahaan serta kinerja masa lalu dan masa mendatang. Laporan

keuangan tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan rasio keuangan

salah satunya rasio profitabilitas yaitu ROE.

2.3.2. Pengaruh Earning Per ShareTerhadap Harga Saham

Menurut Tuanakotta (1985:213) Earning Per Share adalah angka

yang paling sering dipergunakan dalam publikasi mengenai performance

perusahaan yang menjual sahamnya kepada umum. EPS sering dipandang


(38)

Salah satu sebab mengapa EPS sangat populer adalah karena adanya

anggapan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk

melakukan prediksi mengenai besarnya dividend per share dikemudian

hari dan tingkat harga saham dikemudian hari. EPS juga dianggap relevant

dalam menilai efektivitas manajemen dan kebijaksanaan pembagian

deviden.

Menurut Sunariyah (2003:30) harga penyertaan modal dalam

pemilikan suatu perseroan terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten.

Perkembangan harga saham dapat ditunjukkan melalui naik-turunnya

harga-harga saham yang umumnya dicerminkan melalui earning per share

(EPS),Return dan price earning Ratio(PER). PER dapat diperoleh dari

perkembangan harga saham per periode tertentu dibagi dengan tingkat

earning, PER dapat dijadikan indikator untuk melihat perkembangan

harga saham relatif dibanding dengan tingkat laba perusahaan.

2.3.3. Diagram Kerangka Pikir

Return On Equity (X1)

Harga Saham (Y)

Regresi Linier Berganda Earning Per Share


(39)

28

2.4. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori yang ada dihubungkan dengan

permasalahan yang ada, maka hipotesis yang diajukan adalah :

”Diduga ada pengaruh positif ROE dan EPS terhadap harga saham pada


(40)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Untuk memperjelas variabel ROE dan EPS yang berpengaruh

terhadap harga saham, maka definisi operasional dan pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Variabel terikat (Y) adalah Harga Saham

Yaitu merupakan harga dari suatu saham yang terbentuk dari pasar modal sebagai akibat dari permintaan penjual dan pembeli saham yang dinyatakan dalam bentuk per lembar saham dan skala yang digunakan adalah skala rasio. Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga pasar saham pada akhir periode (closing price).

b. Variabel bebas (X) yang digunakan terdiri dari : 1. ROE (X1)

Mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar. Skala pengukuran rasio dengan satuan ukurannya adalah persen (%).

x100% sendiri

modal total

bersih laba

ROE


(41)

30

2. EPS (X2)

Earning Per Share adalah laba per lembar saham dari suatu perusahaan, rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba.

EPS =

Saham Lembar

Jumlah

Bersangku Saham

Bagian

Laba tan

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek / subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003 : 55). Dalam penelitian ini populasi yang digunakan sebagai obyek penelitian adalah perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008 yang berjumlah 4 perusahaan.

3.2.2. Sampel Dan Teknik Penarikan Sampel

Teknik yang digunakan untuk menentukan sampel adalah purposive sampling yaitu berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu. Kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti adalah

1. Data laporan keuangan perusahaan tersedia berturut-turut selama 10 tahun untuk tahun pelaporan dari 1998 – 2007.

2. Perusahaan mempublikasi laporan keuangan auditan dengan


(42)

Perusahaan rokok yang memenuhi kriteria tersebut diatas antara lain :

1. PT. BAT Indonesia Tbk

2. PT. Gudang Garam Tbk

3. PT. HM Samporna Tbk

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diambil untuk memperoleh bahan atau keterangan data dengan cara mempelajari serta mencatat dari data dokumen dan laporan keuangan dari masing–masing perusahaan.

3.3.2. Sumber Data

Dalam penelitian ini data sekunder tersebut berupa laporan keuangan perusahaan rokok tahun 2000 – 2007 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3.3.3. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang pergunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi. Teknik pengumpulan data secara dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen – dokumen dengan cara mencari dan mengumpulkan data dengan mengambil data – data yang sudah dipublikasikan oleh pemerintah, industri atau sumber – sumber individual. Data ini diambil atau digunakan sebagian dari data yang telah di catat atau dilaporkan.


(43)

32

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal atau tidak dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya metode Kolmogorov Smirnov (Sumarsono, 2002:40). Nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusi adalah tidak normal (simetris). Dan nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusi adalah normal (simetris).

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

3.4.2. Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi tersebut harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan uji F tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi tiga asumsi dasar yang tidak boleh di langgar oleh regresi linier, yaitu :

1. Tidak boleh ada autokorelasi

2. Tidak boleh ada multikolinearitas 3. Tidak boleh ada heteroskedastisitas


(44)

Apabila salah satu dari tiga asumsi dasar tersebut di langgar maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE sehingga pengambilan keputusan melalui uji t menjadi bias ( Gujarati, 1999 : 153 ).

1. Autokorelasi

Autokorelasi merupakan korelasi ( hubungan ) yang terjadi antara anggota – anggota dari serangkaian pengamatan ( observasi ) yang tersusun dalam rangkaian waktu atau rangkaian ruang. Adanya gejala autokorelasi menggambarkan varians populasinya dan hasil regresi tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen pada nilai variabel independen tertentu.

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara korelasi pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).Identifikasi ada tidaknya gejala autokorelasi dapat dilihat dari table Watson dengan jumlah variable bebas (k) dan jumlah data (n) sehingga dL dan dU dapat diperoleh distribusi daerah keputusan ada atau tidaknya korelasi (Gujarati, 1999:201).

2. Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan satu keadaan dimana satu atau lebih variabel independent terdapat korelasi atau hubungan dengan variabel independent lainnya.


(45)

34

Dari diagnosis atau dugaan adanya multikolinearitas tersebut maka perlu adanya pembuktian atau identifikasi secara statistik ada tidaknya gejala multikolinearitas yang dapat dilakukan dengan cara menghitung Variance Inflaction Factor (VIF). VIF menyatakan tingkat “pembengkakan” variance, apabila nilai VIF lebih besar dari 10, hal itu berarti terdapat multikolinearitas pada persamaan. (Gujarati, 1999:200).

3. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual atau pengamatan ke pengamatan lainnya. Kebanyakan data cross section mengandung situasi heteroskedastisitas, karena ini mengimpun data yang terwakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar).

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan cara menggunakan uji Rank Spearman yaitu dengan membandingkan antara residual dengan seluruh variabel bebas. Mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah sebagai berikut : (Gujarati, 1999 : 177 )

a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas b. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena heteroskedastisitas 3.4.3. Teknik Analisis

Teknik analisa yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Dikarenakan dalam analisis pemilihan regresi linier berganda


(46)

dapat menerangkan ketergantungan satu variabel terikat (Y) dengan satu atau lebih variabel bebas (X).

Sesuai dengan tujuan dan hipotesis yang diajukan peneliti, maka kaitan antara variabel penelitian dapat digunakan kedalam model sebagai berikut :

Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + ei

Keterangan :

Y : Harga Saham

X1 : Return On Equity (ROA)

X2 : Earning Per Share (EPS)

β : Konstanta

β1,β2, β3 : Koefisien Regresi

ei : Variabel Pengganggu

3.4.4. Uji Hipotesis

a. Uji Kecocokan Model

Uji kecocokan model ini dipakai sebagai ukuran ketepatan atau kecocokan garis regresi yang ditetapkan terhadap suatu data hasil observasi,

semakin bergeser R2 maka makin tepat atau cocok suatu garis regresi,

sedangkan untuk pengaruh simultan digunakan uji F dengan prosedur sebagai berikut :

1) H0 : bj = 0 (tidak terdapat pengaruh yang signifikan X1, X2, terhadap Y)

H1 : bj ≠ 0 (terdapat pengaruh yang signifikan X1, X2, terhadap Y )


(47)

36

2) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan

derajat bebas [n-k], dimana n : jumlah pengamatan, dan k : jumlah variabel.

3) Dengan F hitung sebesar : R2 /(k – 1)

F hit = ………… (Gujarati, 1999 : 141)

(1 – R2)/(n – k) Keterangan :

F hi t= F hasil perhitungan

R2 = koefisien regresi k = jumlah variabel n = jumlah sampel

4) Kriteria pengujian sebagai berikut :

a. Jika Fhitung

>

Ftabel maka Ho ditolak dan Hi diterima (berarti secara simultan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat).

b. Jika Fhitung

<

Ftabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak (berarti secara simultan variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat).

b. Uji t

Digunakan untuk melihat pengaruh masing – masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat dengan prosedur sebagai berikut :

1. H0 : β1,β2, = 0 ( tidak ada pengaruh yang signifikan X1, X2, terhadap Y)


(48)

2. Tingkat signifikan = 10 % dengan derajat bebas = ( n-k ), dimana n : jumlah data dan k : jumlah variabel bebas

βi 3. t hitung =

Se (βi)

Keterangan :

t hitung : t hasil perhitungan

βi : Koefisien regresi

Se(βi) : Standart error

4. Dalam kritis Ho melalui kurva distribusi t student dua sisi : Ho diterima jika –t tabel  t hitung t tabel


(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Sejarah PT. BAT Indonesia Tbk

PT. BAT Indonesia Tbk. merupakan salah satu perusahaan rokok terkemuka dan mempunyai jaringan internasional. Lucky Strike, Pall Mall, Ardath, Dunhil merupakan Brand dari perusahaan ini. PT. BAT Indonesia Tbk. merupakan konsumen perdana kami pada Januari 2005 dan hingga saat ini BAT merupakan konsumen utama kami.

Kantor pusat Plaza Mandiri 25 tth Floor di Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 36 –38 Jakarta 12190. Perusahaan ini memiliki pabrik di Jalan Pabean No. 1, Cirebon, Jawa barat. Dan memiliki bisnis Cigarettes serta berstatus Perusahaan PMA.

4.1.2. Sejarah PT. Gudang Garam Tbk

Perseroan yang semula bernama PT Perusahaan Rokok Tjap “Gudang Garam“ Kediri (PT Gudang Garam), didirikan dengan akte Suroso, S.H., wakil notaris sementara di Kediri, tanggal 30 Juni 1971 No. 10. Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasarnya, Perseroan bergerak di bidang industri rokok dan yang terkait dengan industri rokok. Perseroan merupakan kelanjutan dari perusahaan perseorangan yang didirikan pada


(50)

tahun 1958. Pada tahun 1969 berubah status menjadi Firma dan pada tahun 1971 menjadi Perseroan Terbatas. Operasi komersial dimulai tahun 1958.

Perseroan berdomisili di Indonesia dengan kantor pusat di Jl. Semampir II / 1, Kediri, Jawa Timur, kantor perwakilan Jakarta di Jl. Jenderal A. Yani 79, dan kantor perwakilan Surabaya di Jl. Pengenal 7-15, Surabaya, Jawa Timur. Dengan izin Menteri Keuangan No. SI-126/SHM/KMK.10/1990 tanggal 17 Juli 1990. Perseroan telah melakukan penawaran umum kepada masyarakat melalui pasar modal sejumlah 57.807.800 saham dengan nominal Rp. 1.000 (Rupiah penuh) per saham. Dengan surat PT. Bursa Efek Surabaya No. 372/D-129/BES/VIII/90 tanggal 21 Agustus 1990 telah disetujui untuk dicatatkan di Bursa Efek Surabaya sebanyak 96.204.400 saham Perseroan sejak 27 Agustus 1990.

4.1.3. Sejarah PT. HM Sampoerna Tbk

PT. HM. Sampoerna Tbk. didirikan pada tanggal 19 Oktober 1963 berdasarkan akta notaris anwar Mahajudin, S.H., No. 69. Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi, antara lain industri dan perdagangan rokok serta investasi saham pada perusahaan-perusahaan lain. Perusahaan berkedudukan di Surabaya dengan kantor pusat berlokasi di Jl. Rungkut Industri Raya No. 18 Surabaya serta memiliki pabrik yang berlokasi di Surabaya, Pandaan, dan Malang. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1913 di Surabaya sebagai industri rumah tangga.


(51)

40

Pada tahun 1930 industri rumah tangga ini diresmikan dengan dibentuknya NVBM handel Maatschapij Sampoerna. Pada tahun 1990, Perusahaan melakukan penawaran umum sebanyak 27.000.000 saham dengan nilai nominal sebesar Rp. 1.000 (Rupiah penuh) persaham melalui Bursa Efek Jakarta dan Surabaya dengan harga penawaran sebesar Rp. 12.600 (Rupiah penuh) per saham.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1. Deskripsi Tentang Return On Equity(ROE) (X1)

Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang berkaitan

dengan return on equity (ROE) sejak tahun 2000 hingga tahun 2007

laporan keuangan perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Tabel 4.1.

Return On Equity(ROE) (X1)

2000-2007 (dalam %) Tahun PT. BAT Indonesia

Tbk

PT. Gudang Garam Tbk

PT. HM Sampoerna Tbk

2000 15,06 36,71 26,53

2001 28,13 25,46 22,96

2002 29,21 21,49 32,13

2003 11,80 16,76 24,39

2004 -5,19 14,69 40,99

2005 4,62 14,41 52,08

2006 -17,70 7,66 62,00

2007 -10,18 10,22 44,94

Sumber: Laporan keuangan perusahaan rokok tahun 2000 – 2007 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Lampiran 1.1)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai Return On Equity (ROE) untuk ketiga perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun pengamatan yakni tahun 2000 hingga tahun 2007


(52)

mengalami fluktuasi. Hal tersbeut tampak pada perusahaan PT. BAT Indonesia Tbk tahun 2003 hingga tahun 2004, kemudian PT. Gudang Garam Tbk tahun 2005 hingga tahun 2007 dan PT. HM Sampoerna Tbk tahun 2000 hingga tahun 2002. hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam mengelola modal sendiri pada tingkat produktivitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan laba yang dimilikinya masih belum stabil yang akhirnya harus berulang-ulang dan aktif untuk meyakinkan investor agar menanamkan modalnya pada perusahaan. Apabila kondisi demikian maka keberhasil untuk dapat meyakikan investor dari satu periode ke periode juga akan berbeda jumlahnya.

4.2.2. Deskripsi Tentang Earning Per Share (EPS) (X2)

Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang berkaitan

dengan Earning Per Share (EPS) sejak tahun 2000 hingga tahun 2007

laporan keuangan perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Tabel 4.2.

Earning Per Share (EPS) (X2)

2000-2007 (dalam satuan rupiah) Tahun PT. BAT Indonesia

Tbk

PT. Gudang Garam Tbk

PT. HM Sampoerna Tbk

2000 871.000.000 1.166.000.000 219.000.000

2001 1.718.000.000 1.085.000.000 212.000.000

2002 1.791.000.000 1.085.000.000 371.000.000

2003 748.000.000 956.000.000 313.000.000

2004 -309.000.000 930.000.000 454.000.000

2005 289.000.000 982.000.000 544.000.000

2006 -941.000.000 524.000.000 805.000.000

2007 -518.000.000 750.000.000 827.000.000

Sumber: Laporan keuangan perusahaan rokok tahun 2000 – 2007 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Lampiran 1.2)


(53)

42

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada tabel di atas diketahui bahwa nilai Earning Per Share (EPS) untuk ketiga perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun pengamatan yakni tahun 2000 hingga tahun 2007 mengalami fluktuasi yakni untuk perusahaan PT. BAT Indonesia Tbk terjadi pada tahun 2003 hingga tahun 2005, PT. Gudang Garam Tbk terjadi pada tahun 2005 hingga tahun 2007 dan PT. HM Sampoerna Tbk terjadi pada tahun 2002 hingga tahun 2004. Perubahan yang berfluktuatif terhadap Earning Per Share (EPS) tersebut terjadi karena dengan berhasilnya perusahaan, laba bersih jelas akan meningkat. Tetapi investor berkepentingan untuk mengetahui apakah laba bersih bertumbuh sepadan dengan ukuran struktur modal perusahaan. Investor menggunakan angka laba per saham untuk mengevaluasi hasil operasi perusahaan guna mengambil keputusan investasi sehingga belum tentu pula invetor akan menanamkan modalnya diperusahaan meskipun telah melakukan pembicaraan dengan perusahaan tersebut.

4.2.3. Deskripsi Tentang Harga Saham (Y)

Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang berkaitan dengan Harga Saham sejak tahun 2000 hingga tahun 2007 laporan keuangan perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI).


(54)

Tabel 4.3. Harga Saham (Y)

2000-2007 (dalam satuan rupiah) Tahun PT. BAT Indonesia

Tbk

PT. Gudang Garam Tbk

PT. HM Sampoerna Tbk

2000 12.100.000.000 13.000.000.000 14.900.000.000

2001 6.300.000.000 8.650.000.000 3.200.000.000

2002 8.950.000.000 8.300.000.000 3.700.000.000

2003 8.100.000.000 13.600.000.000 4.475.000.000

2004 9.000.000.000 13.550.000.000 6.650.000.000

2005 7.500.000.000 11.650.000.000 8.900.000.000

2006 4.000.000.000 10.200.000.000 9.700.000.000

2007 4.600.000.000 8.500.000.000 14.300.000.000

Sumber: Laporan keuangan perusahaan rokok tahun 2000 – 2007 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Lampiran 1.2)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai Earning Per Share (EPS) untuk ketiga perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun pengamatan yakni tahun 2000 hingga tahun 2007 mengalami fluktuasi yakni pada PT. BAT Indonesia Tbk terjadi pada tahun 2000 hingga tahun 2002, PT. Gudang Garam Tbk pada tahun 2001 hingga tahun 2003 dan PT. HM Sampoerna Tbk pada tahun 2000 hingga tahun 2002, fluktuasi tersebut disebabkan karena pihak investor masih mempertimbangkan investasi mereka di ketiga perusahaan tersebut, karena memang investor berkepentingan untuk mengetahui ketiga nilai tersebut, seperti harga pasar, harga nominal dan harga perdana sebagai informasi penting dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat. Dalam membeli atau menjual saham, investor akan membandingkan nilai intristik dengan nilai pasar saham bersangkutan, akan tetapi yang perlu diketahui


(55)

44

adalah nilai intrinsik dan nilai pasar saham selalu berubah pada setiap periodenya sehingga nilai harga saham menjadi fluktuatif pula.

4.3. Deskripsi Hasil Pengujian 4.3.1. Hasil Pengujian Normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal yang dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah Kolmogorov Smirnov dan Shapiro Wilk.

Hasil pengujian normalitas yang dilakukan terhadap variabel-variabel yang diteliti dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro Wilk didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas

Tests of Normality

,085 24 ,200* ,989 24 ,992

,133 24 ,200* ,954 24 ,338

,115 24 ,200* ,953 24 ,320

Return On Equity Earning Per Share Harga Saham

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

This is a lower bound of the true significance. *.

Lilliefors Significance Correction a.

Sumber : Lampiran 2

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai statistik Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro Wilk yang diperoleh mempunyai taraf signifikan yang lebih besar dari 0,05. Hal ini membuktikan bahwa semua variabel yang diteliti berdistribusi normal.


(56)

4.3.2. Pengujian Asumsi Klasik 4.3.2.1.Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross sectional)” (Gujarati, 1999:201). Jadi dalam model regresi linear diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi. Artinya nilai residual (Y observasi – Y prediksi) pada waktu ke-t (et) tidak boleh ada hubungan dengan nilai residual periode

sebelumnya (et-1). Identifikasi ada atau tidaknya gejala auto korelasi data

dites dengan menghitung nilai Dulbin Watson (d tes) dengan persamaan :

d =

      N t 1 t 2 t N t 2 t 2 1 t t e e e Keterangan :

d = nilai Durbin Watson et = residual pada waktu ke-t

et-1 = residual pada waktu ke-t-1 (satu periode sebelumnya)

N = banyaknya data

Dalam penelitian ini, besarnya Durbin Watson setelah dianalisis adalah 1,649 (lampiran 3). Untuk mengetahui adanya gejala autokorelasi maka perlu dilihat tabel Durbin Watson dengan jumlah variabel bebas K = 2 sedangkan jumlah pengamatan 24 maka diperoleh dl = 1,188 dan du =


(57)

46

1,545. (lampiran 5) Selanjutnya nilai tersebut diplotkan ke kurva Durbin Watson dibawah ini :

Gambar 4.1.

Distribusi Daerah Keputusan Autokorelasi

Daera h kera g u -ra gua n Daera h Kera g u -ra gua n A d a Au toko re la si A d a Au toko re la si negat if Po

sitif Tidak Ada

Autokorelasi D.W = 1,649 4-dl = 2,812 4-du = 2,455 dl = 1,188 du = 1,545

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa distribusi daerah penentuan keputusan dimulai dari 0 (nol) sampai 4 (empat). Dan dapat disimpulkan karena nilai dari analisis sebesar 1,649 berada pada daerah keragu-raguan sehingga dapat diputuskan bahwa telah terbebas dari penyimpangan autokorelasi.

4.3.2.2.Uji Multikolinieritas

Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinier dapat dilakukan dengan menghitung Variance Inflation Factor (VIF). Dari hasil pengujian terhadap gejala mulitikolinieritas diperoleh hasil sebagai berikut :


(58)

Tabel 4.5.

Hasil uji Multikolinieritas

Variabel bebas Tolerance VIF

Return On Equity (ROE) (X1) 0,712 1,405

Earning Per Share (EPS) (X2) 0,712 1,405

Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa nilai VIF seluruh variabel bebas dalam penelitian ini lebih kecil dari 10, artinya seluruh variabel bebas pada penelitian ini tidak terjadi gejala multikolinier (Ghozali, 2001:57).

4.3.2.3.Uji Heteroskedastisitas

Pada regresi linier, nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel (X). Hal ini bisa diidentifikasi dengan menghitung korelasi Rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas dimana nilai probabilitas yang diperoleh harus lebih besar dari 0,05. Hal ini bisa diidentifikasikan dengan cara menghitung korelasi Rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel independen atau yang menjelaskan dimana nilai signifikansi yang diperoleh harus lebih besar dari 0,05.

Hasil pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.6.

Hasil Pengujian Heteroskedastisitas

No Variabel Nilai mutlak

dari residual

Taraf Signifikansi

1. Return On Equity (ROE) (X1) -0,053 0,806

2 Earning Per Share (EPS) (X2) 0,093 0,664

Sumber : Lampiran 4

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, tingkat signifikan


(59)

48

adalah lebih besar dari 0,05 yang berarti pada model regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas.

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa model analisis regresi linier berganda tersebut telah bebas dari penyimpangan-penyimpangan asumsi klasik, yaitu bebas dari penyimpangan heteroskedastisitas, multikolinieritas dan autokorelasi sehingga layak untuk dilakukan pengujian regresi linier berganda.

4.3.3. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda diperoleh hasil persamaan regresi sebagai berikut (lampiran 3):

Y = 7432548460 + 5224364,346 X1 + 2,204 X2

Berdasarkan persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

β0 = 7432548460

Berdasarkan nilai tersebut dapat diketahui bahwa besarnya nilai

konstanta yang diperoleh menunjukkan nilai 7432548460, yang

artinya apabila Return On Equity (ROE) dan Earning Per Shrae (EPS) adalah nol maka Harga Saham sebesar 7432548460 rupiah.

β1 = 5224364,346

Menunjukkan nilai koefisien regresi untuk Return On Equity (ROE) yang memiliki nilai positif yang artinya setiap peningkatan yang terjadi pada Return On Equity (ROE) akan meningkatkan


(60)

Harga Saham, setiap peningkatan 1 % pada Return On Equity (ROE) akan meningkatkan Harga Saham sebesar 5224364,346 rupiah, sebaliknya apabila Return On Equity (ROE) menurun sebesar 1 % akan mengakibatkan penurunan pada Harga Saham sebesar 5224364,346 rupiah, dengan asumsi variabel yang lainnya nol.

β2 = 2,204

Menunjukkan nilai koefisien regresi untuk Earning Per Share (EPS) yang memiliki nilai positif yang artinya setiap peningkatan yang terjadi pada Earning Per Share (EPS) akan meningkatkan Harga Saham, setiap peningkatan Rp. 1 pada Earning Per Share (EPS) akan meningkatkan Harga Saham sebesar 2,204 rupiah, sebaliknya apabila Earning Per Share (EPS) menurun sebesar Rp. 1 akan mengakibatkan penurunan pada Harga Saham sebesar 2,204 rupiah, dengan asumsi variabel yang lainnya nol.

4.3.4. Hasil Pengujian Hipotesis

4.3.4.1.Untuk pengujian kesesuaian model

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh besarnya nilai pengaruh atau koefisien determinasi secara simultan adalah sebesar 0,168 (lampiran 3). Hasil selengkapnya hasil pengujian yang telah dilakukan disajikan pada tabel berikut ini:


(61)

50

Tabel 4.7.

Hasil Pengujian Nilai Koefisien Korelasi dan Determinasi

Nilai R Nilai R2 Fhitung Ftabel Taraf Signifikan

0,410 0,168 2,126 3,47 0,144 Variabel Nilai r Nilai r2 thitung ttabel Taraf Signfikan

Return On Equity (ROE) (X1)

Earning Per Share (EPS) (X2)

0,026 0,343

0,001 0,118

0,119

1,673 2,080

0,907 0,109 Sumber: Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda, Lampiran 3

Untuk memprediksi keakuratan model regresi yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji F.

Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa nilai Fhitung yang diperoleh

adalah sebesar 2,126 dengan taraf signifikan sebesar 0,144 (lampiran 3). Karena taraf signifikansi yang lebih besar dari 0,05, maka model regresi yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu : Y= 7432548460 + 5224364,346 X1 + 2,204 X2, tidak cocok digunakan dalam untuk menguji hipotesis yang diajukan.

4.3.4.2.Untuk pengujian hipotesis uji t

Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa secara bersama-sama variabel Return On Equity (ROE) (X1) dan Earning Per Share (EPS) (X2)

terhadap Harga Saham (Y) memiliki nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,410 (lampiran 3).

Hal tersebut menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara variabel Return On Equity (ROE) (X1) dan Earning Per Share (EPS) (X2)

dengan Harga Saham (Y), sedangkan besarnya nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0,168 (lampiran 3) yang berarti bahwa variabel Return On Equity (ROE) (X1) dan Earning Per Share (EPS) (X2) mampu


(62)

menjelaskan perubahan pada variabel Harga Saham (Y) sebesar 16,8% dan sisanya sebesar 83,2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dibahas pada penelitian ini.

Sedangkan untuk pengaruh nyata tidaknya masing-masing variabel dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pengaruh Variabel Return On Equity (ROE) (X1) Terhadap Harga

Saham (Y)

Nilai koefisien korelasi (r) parsial variabel Return On Equity (ROE) (X1) dengan Harga Saham (Y) adalah sebesar 0,026. Sedangkan nilai

koefisien determinasi atau pengaruh (r2) parsial variabel Return On Equity (ROE) (X1) terhadap Harga Saham (Y) adalah sebesar (0,026)2

= 0,001 atau 0,1%. Jadi pengaruh yang telah diberikan antara Variabel Return On Equity (ROE) (X1) terhadap Harga Saham (Y) sebesar

0,1%. Sedangkan nilai thitung yang diperoleh adalah 0,119 dengan taraf

signifikan sebesar 0,907. Karena taraf signifikan yang diperoleh lebih besar dari 0,05, maka secara nyata Return On Equity (ROE) (X1) tidak

terbukti berpengaruh terhadap Harga Saham (Y).

2. Pengaruh Variabel Earning Per Share (EPS) (X2) Terhadap Harga

Saham (Y)

Nilai koefisien korelasi (r) parsial variabel Earning Per Share (EPS) (X2) dengan Harga Saham (Y) adalah sebesar 0,343. Sedangkan nilai

koefisien determinasi atau pengaruh (r2) parsial adalah sebesar (0,343)2 = 0,118 atau 11,8%. Jadi pengaruh yang telah diberikan antara


(63)

52

Variabel Earning Per Share (EPS) (X2) terhadap Harga Saham (Y)

sebesar 11,8%. Sedangkan nilai thitung yang diperoleh adalah 1,673

dengan taraf signifikan sebesar 0,109. Karena taraf signifikan yang diperoleh lebih besar dari 0,05, maka secara nyata Earning Per Share (EPS) (X2) tidak terbukti berpengaruh terhadap Harga Saham (Y).

Dengan demikian semua variabel indikator tidak dapat terbukti berpengaruh nyata terhadap Harga Saham.

4.4. Pembahasan

Dari hasil pengujian yang dilakukan terhadap pengaruh dari Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham ketiga perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun pengamatan yakni tahun 2000 hingga tahun 2007 diperoleh hasil bahwa nilai koefisien korelasi berganda (R) sebesar 0,410 atau sebesar 41%, berarti kedua faktor yakni Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) mempunyai hubungan yang nyata terhadap Harga Saham ketiga perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun pengamatan yakni tahun 2000 hingga tahun 2007. Sedangkan dilihat nilai koefisien determinasi (R2) kedua variabel tersebut berpengaruh sebesar 16,8% terhadap Harga Saham ketiga perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun pengamatan yakni tahun 2000 hingga tahun 2007.

Return on Equity adalah salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan


(64)

berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.

Dengan demikian investor ini lebih memperhatikan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mengelola modal sendirinya untuk menghasilkan laba bersih. Semakin besar hasil pengembalian atas modal sendiri (ROE) maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan lebih dapat memanfaatkan modalnya sendiri dibandingkan perusahaan lain. Dengan demikian hal ini akan mendorong investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut sehingga akan meningkatkan permintaan saham yang pada akhirnya dapat menaikkan harga saham. Demikian pula sebaliknya apabila ROE rendah berarti perusahaan tidak menggunakan equitynya dengan efisien dan efektif sehingga hal ini dapat mengurangi kepercayaan investor terhadap nilai perusahaan dan kemudian berdampak pada turunnya harga saham. Jadi ROE ini dijadikan sebagai indikator atas kinerja suatu perusahaan mengingat para investor lebih cenderung memperhatikan kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya.

Dari kacamata investor, dua aspek yang sering diteliti ialah tentang tingkat keuntungan yang diharapkan sebagai sesuatu yang dikehendaki sedangkan risiko sebagai sesuatu yang tidak dikehendaki, oleh karena itu investor perlu melakukan analisis sebelum melakukan investasi. Disini, peranan informasi laporan keuangan menjadi sangat penting karena dari laporan keuangan tersebut dapat diketahui kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan serta kinerja masa lalu dan masa mendatang. Laporan


(1)

54

keuangan tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan rasio keuangan salah satunya rasio profitabilitas yaitu ROE, karena semakin besar hasil pengembalian atas modal sendiri (ROE) maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan dalam mengelola keuangan.

Menurut Tuanakotta (1985:213) Earning Per Share adalah angka yang paling sering dipergunakan dalam publikasi mengenai performance

perusahaan yang menjual sahamnya kepada umum. EPS sering dipandang sebagai angka yang memberikan ringkasan dari berbagai data akuntasi. Salah satu sebab mengapa EPS sangat populer adalah karena adanya anggapan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividend per share dikemudian hari dan tingkat harga saham dikemudian hari. EPS juga dianggap relevant dalam menilai efektivitas manajemen dan kebijaksanaan pembagian deviden. EPS dalam suatu perusahaan dikatakan meningkat apabila perusahaan itu mengalami keberhasilan sehingga laba bersih perusahaan juga meningkat, sehingga jika para investor ingin menginvestasi di suatu perusahaan dapat melihat EPS perusahaan tersebut.

Menurut Sunariyah (2003:30) harga penyertaan modal dalam pemilikan suatu perseroan terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Perkembangan harga saham dapat ditunjukkan melalui naik-turunnya harga-harga saham yang umumnya dicerminkan melalui earning per share (EPS),Return dan price earning Ratio(PER). PER dapat diperoleh dari perkembangan harga saham per periode tertentu dibagi dengan tingkat

earning, PER dapat dijadikan indikator untuk melihat perkembangan harga saham relatif dibanding dengan tingkat laba perusahaan.


(2)

4.4.1. Implikasi Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian ini maka dapat memberikan implikasi kepada investor dengan cara menunggu perkembangan ekonomi, politik dan keamanan yang membaik sebelum penanaman modal. Tindakan ini dilakukan oleh investor karena investor cenderung menghindari risiko terlalu tinggi karena ketidakstabilan keadaan negara. Keadaan ini yang seharusnya menjadi tantangan bagi perusahaan untuk selalu mengeluarkan informasi keuangan yang akurat dan dapat dipercaya sehingga para investor dan pemakai informasi lain tidak ragu lagi dalam meginvestasikan kelebihan dananya terhadap penjual saham, yaitu dengan cara meningkatkan keuntungan atau laba yang tinggi sehingga investor tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut.

4.5. Perbedaan Hasil Penelitian Yang Dilakukan Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu

NO NAMA PENELITI

JUDUL VARIABEL HASIL ANALISIS

1 Wulandari da

Sasongko (2003)

Pengaruh EVA dan Rasio-Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham ROA, ROE, ROS, EPS, BEP, EVA dan Harga Saham

Earning per share (EPS)

berpengaruh terhadap harga saham dan return on asset, return on equity, return on sale, basic earning power, dan economic value added tidak berpengaruh terhadap harga saham.

2 Irwansyah dan

Ghozali (2002)

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Alat Ukur EVA, MVA dan ROA Terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur Di BEJ

EVA, MVA, ROA dan Return Saham

Tidak ada pengaruh yang diberikan ROA, EVARET terhadap return saham, MVARET merupakan alat ukur kinerja yang paling dominan berpengaruh terhadap return saham dan secara simultan (ROA,

EVARET, MVARET) berpengaruh pada return saham.

3 Johanes Rico

Sukmana ( 2009 )

Pengaruh ROE Dan EPS Terhadap Harga Saham

ROE, EPS dan Harga Saham

ROE Dan EPS Tidak Berpengaruh Secara Simultan Terhadap Harga Saham.

ROE dan EPS tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham.


(3)

56

4.6. Keterbatasan Penulis

Peneliti telah berusaha melakukan penelitian dengan sebaik mungkin, namun tidak dipungkiri bahwa penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan akibat keterbatasan-keterbatasan penelitian yang ada, yaitu: Hanya menggunakan variabel ROE dan EPS yang diteliti dengan Harga Saham, sedangkan kondisi yang nyata masih banyak variabel lain yang memiliki pengaruh terhadap Harga Saham seperti EVA dan rasio-rasio profitabilitas yang berpengaruh terhadap harga saham.


(4)

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan dari penelitian sebagai berikut:

Hipotesis yang menyatakan bahwa Return On Equity (ROE) dan Earning

Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham ketiga

perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama

tahun pengamatan yakni tahun 2000 hingga tahun 2007, secara simultan tidak dapat terbukti kebenarannya. Sedangkan untuk pengaruh secara parsial kedua variabel bebas yakni Return On Equity (ROE) dan Earning

Per Share (EPS) tidak ada yang signifikan dalam mepengaruhi Harga

Saham ketiga perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia

(BEI) selama tahun pengamatan yakni tahun 2000 hingga tahun 2007.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari pengujian hipotesis yang telah dilakukan maka dapat diajukan beberapa saran:

a. Perusahaan

Dengan tidak terbuktinya semua variabel bebas sebagai faktor yang mempengaruhi harga saham perusahaan, diharapkan perusahaan melakukan pengawasan terhadap faktor yang mempengaruhi harga saham tersebut melalui kebijakan-kebijakan yang nantinya dapat


(5)

58

menarik semua investor untuk menanamkan sahamnya di perusahaannya sehingga laba yang dihasilkannya pun akan cepat meningkat.

b. Bagi penelitian selanjutnya

Pada penelitian ini peneliti belum mampu menunjukkan adanya pengaruh parsial maupun simultan secara signifikan dari faktor Return

On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) terhadap terhadap

Harga Saham ketiga perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek

Indonesia (BEI) selama tahun pengamatan yakni tahun 2000 hingga tahun 2007, untuk itu diharapkan pada penelitian selanjutnya dilakukan pengembangan terhadap berbagai faktor yang memiliki kemungkinan dapat mempengaruhi terhadap Harga Saham ketiga perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun pengamatan


(6)

Baridwan, Zaki, 1993, Intermediate Accounting, Edisi Tujuh, BPFE, Yogyakarta.

Gitosudarmo, 2002, Manajemen Keuangan, Edisi Empat, BPFE, Yogyakarta.

Gujarati, D, 1999, Ekonometrika Dasar, Cetakan keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2001, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi satu,

Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Husnan, Suad, 1994, Manajemen Keuangan, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Jumingan, 2008, Analsisis laporan Keuangan, Edisi kedua, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Jogiyanto, 2003, Teori Portofolio Dan Analisis Investasi. Edisi Kedua. Cetakan Pertama. BPFE-YOGYAKARTA, Yogyakarta.

Riyanto, Bambang, 1995, Dasar-Dasar Pembelajaan Perusahaan, Ed Penerbit BPFE,

Yogyakarta.

Skousen, Smith, 1995, Akuntansi Intermediate, Edisi kesembilan, Penerbit Erlangga, Jakarta

Sugiyono, 2003, Statistika untuk Penelitian, Cetakan kelima, Penerbit CV. Alphabeta, Bandung

Sunariyah, 2003, Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Ketiga, UPP AMP YKPN,

Yogyakarta.

Jurnal :

Wulandari, Sasongko, 2006, Pengaruh EVA dan Rasio-Rasio Profitabilitas Terhadap

Harga Saham, Empirika Vol. 19, No.1, Juni 2006, 64-80

Irwansyah, Ghozali, 2002, Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan

Alat Ukur EVA, MVA Dan Roa Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di BEJ, Jurnal Penelitian Akuntansi-Bisnis Dan Manajemen Vol.9, No.1, April 2002


Dokumen yang terkait

PENGARUH PER, EPS, DAN ROE TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES Pengaruh Per, Eps, Dan Roe Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 3 15

PENGARUH EPS, DPR, ROI, DAN ROE TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN Pengaruh EPS, DPR, Roi, Dan ROE Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia (BEI).

0 10 15

PENGARUH ROE DAN EPS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 0 6

PENGARUH ROE (RETURN ON EQUITY), ROA (RETURN ON ASSETS) DAN EPS (EARNING PER SHARE) TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN ROKOK YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.

2 5 85

Pengaruh ROA, ROE dan EPS Terhadap Harga Pasar Saham Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1 5 81

PERAN EPS DALAM MEMEDIASI PENGARUH ROE TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN DI BEI.

0 0 29

PENGARUH RASIO LEVERAGE,ROE,EPS, PER DAN BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 15

Pengaruh ROA, ROE dan EPS Terhadap Harga Pasar Saham Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 20

PENGARUH ROE DAN EPS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN ROKOK YANG GO PUBLIC DI BEI

0 0 18

PENGARUH ROE (RETURN ON EQUITY), ROA (RETURN ON ASSETS) DAN EPS (EARNING PER SHARE) TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN ROKOK YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 19