Pengaruh ROA, ROE dan EPS Terhadap Harga Pasar Saham Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia (BEI).

(1)

Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Go Public

Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

S K R I P S I

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 Program Studi Manajemen

Diajukan Oleh :

0512010163/FE/EM Deasy Rachmasari Hasanah

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

i

melimpahkan rahmat serta hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh ROA, ROE dan EPS Terhadap Harga Pasar Saham Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”

Penulisan skripsi ini merupakan sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S-1), Program Studi Manajemen pada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS., selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Ec. H. R.A Suwaidi, MS., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu, memberikan ilmu dan bimbingan guna membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(3)

ii memberikan ilmunya.

6. Bapak, Ibu dan keluargaku dan semua teman-teman yang selalu memberikan do’a kepada penulis.

7. Semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang menbangun akan penulis terima dengan senang hati demi sempurnanya skripsi ini.

Surabaya, April 2010


(4)

iii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 11

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1. Pasar Modal ... 12

2.2.1.1.Pengertian Pasar Modal ... 12

2.2.1.2.Fungsi Pasar Modal ... 14

2.2.1.3.Peranan Pasar Modal ... 16

2.2.2. Saham ... 16

2.2.2.1.Pengertian Saham ... 16

2.2.2.2.Jenis-Jenis Saham ... 17


(5)

iv

2.2.3.2.Penilaian Harga Saham ... 20

2.2.4. Rasio Keuangan ... 21

2.2.4.1.Definisi Laporan Keuangan ... 21

2.2.4.2.Masalah Yang Dihadapi Dalam Penentuan Rasio Standar ... 21

2.2.4.3.Menentukan Rasio Standar ... 23

2.2.4.4.Keunggulan Rasio Keuangan ... 24

2.2.4.5.Keterbatasan Analisa Rasio ... 25

2.2.4.6.Jenis Rasio ... 26

2.2.5. Rasio Profitabilitas ... 28

2.2.5.1.ROA (Return on Asseta) ... 28

2.2.5.2.ROE (Return on Equity) ... 29

2.2.5.3.EPS (Earning per Share) ... 29

2.2.6. Pengaruh Return on Assets Terhadap Harga Saham ... 30

2.2.7. Pengaruh Return on Equity Terhadap Harga Saham ... 31

2.3. Kerangka Pikir ... 33

2.4. Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel ... 36

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 37

3.2.1. Populasi ... 37


(6)

v

3.3.2. Sumber Data ... 39

3.3.3. Pengumpulan Data ... 39

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 39

3.4.1. Uji Asumsi Klasik ... 39

3.4.2. Teknik Analisis ... 41

3.4.3. Uji Hipotesis ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian ... 44

4.1.1. Sejarah PT. Ades Waters Indonesia Tbk ... 44

4.1.2. Sejarah PT. Davomas Abadi Tbk ... 44

4.1.3. Sejarah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk ... 45

4.1.4. Sejarah PT. Delta Djakarta Tbk ... 45

4.1.5. Sejarah PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk ... 45

4.1.6. Sejarah PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk .. 46

4.1.7. Sejarah PT. Sekar Laut ... 47

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 48

4.2.1. Deskripsi Tentang Return on Assets (ROA) (X1 4.2.2. Deskripsi Tentang Return on Equity (ROE) (X ) ... 48

2 4.2.3. Deskripsi Tentang Earning Per Share (EPS) (X ) ... 58

3 4.2.4. Deskripsi Tentang Harga Saham (Y) ... 53

) ... 51


(7)

vi

4.3.2. Pengujian Asumsi Klasik ... 56

4.3.2.1.Uji Autokorelasi ... 56

4.3.2.2.Uji Multikolinieritas ... 57

4.3.2.3.Uji Heteroskedastisitas ... 57

4.3.3. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda ... 59

4.3.4. Hasil Pengujian Hipotesis ... 60

4.3.4.1.Untuk Pengujian Hipotesis Uji t ... 60

4.4. Pembahasan ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 67

5.2. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

vii

2003-2008 ... 3

Tabel 2. Nilai ROA, ROE, EPS Pada Perusahaan Food and Baverage Periode 2005-2008 ... 6

Tabel 3. Return on Assets (ROA) (X1) 2003-2008 ... 48

Tabel 4. Return on Equity (ROE) (X2) 2003-2008 ... 50

Tabel 5 Earning Per Share (EPS) (X3) 2003-2008 ... 51

Tabel 6. Harga Saham (Y) 2003-2008 ... 53

Tabel 7. Hasil Uji Multikolinieritas ... 57


(9)

viii

Lampiran 1.1. Data Return on Assets (ROA) Perusahaan Food and Beverage

Tahun 2003-2008

Lampiran 1.2. Data Return on Equity (ROE) Perusahaan Food and Beverage

Tahun 2003-2008

Lampiran 1.3. Data Earning Per Share (EPS) Perusahaan Food and Beverage

Tahun 2003-2008

Lampiran 1.4 Data Harga Saham (Y) Perusahaan Food and Beverage Tahun 2003-2008

Lampiran 2 Hasil Uji Normalitas Lampiran 3 Hasil Uji Multikolinieritas Lampiran 4 Hasil Uji Hetoroskedastisits


(10)

ix

Deasy Rachmasari Hasanah

ABSTRAKSI

Salah satu sumber dana perusahaan berasal dari modal saham yang ditanamkan oleh para investor, maka secara otomatis modal saham merupakan bagian dari laporan manajemen perusahaan kepada para pemegang saham atau investor. Dalam perekonomian modern laporan keuangan sudah merupakan media penting dalam proses pengambilan keputusan ekonomis. Laporan keuangan ini sudah menjadi kebutuhan para pengusaha, investor, bank, manajemen, pemerintah maupun pelaku pasar modal, dalam berinvestasi seorang investor memerlukan informasi tentang perusahaanw mana yang dapat memberikan keuntungan dikemudian hari. Analisis investasi saham merupakan hal yang mendasar untuk diketahui para pemodal, mengingat tanpa analisis yang baik dan rasional para pemodal akan mengalami kerugian. Keputusan membeli saham terjadi bila nilai perkiraan suatu saham diatas harga pasar. Sebaliknya keputusan menjual saham terjadi bila nilai perkiraan suatu saham dibawah harga pasar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ROA (Return On Assets), ROE (Return On Equity), EPS (Earning Per Share) berpengaruh positif terhadap harga saham Perusahaan Food And Beverages Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia.

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Regresi Linear Berganda. Variabel penelitian adalah ROA (Return On Assets) (X1), ROE (Return On Equity) (X2), EPS (Earning Per Share) (X3) dan Harga Saham (Y). Populasi penelitian adalah laporan keuangan Perusahaan Food And Beverages Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia tahun 2003 – 2007.

Berdasarkan hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan bahwa ROA (Return

On Assets) tidak berpengaruh terhadap harga saham Perusahaan Food And

Beverages Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia, ROE (Return On Equity) tidak berpengaruh terhadap harga saham Perusahaan Food And Beverages Yang

Go Public Di Bursa Efek Indonesia dan EPS (Earning Per Share) berpengaruh terhadap harga saham Perusahaan Food And Beverages Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia.

Keyword : ROA (return on assets), ROE (return on equity), EPS (earning per share), Harga Saham


(11)

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi, terutama di negara yang menganut sistem ekonomi pasar. Pasar modal menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi karena dapat menjadi sumber dan alternatif bagi perusahaan disamping bank. Pasar modal merupakan alternatif pembiayaan untuk mendapatkan modal dengan biaya yang relatif murah dan juga tempat untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang. Perusahaan publik yang terdaftar di bursa efek setiap tahun wajib menyampaikan laporan tahunan baik yang bersifat moneter maupun non moneter kepada Bursa Efek dan para investor.

Bagi perusahaan yang ingin terus mengembangkan usahanya tentu harus dapat meningkatkan modal usahanya dengan cara melakukan penjualan saham di pasar modal. Semakin pesatnya perkembangan pasar modal di Indonesia saat ini membutuhkan dukungan informasi yang cepat dan berkesinambungan. Salah satunya adalah informasi kondisi keuangan. Untuk itu laporan keuangan harus mampu menggambarkan posisi keuangan dan hasil-hasil usaha perusahaan pada saat tertentu secara wajar.

Menurut Bernstein (1983) dalam Harahap (2001: 190), menyatakan Analisa laporan keuangan mencakup penerapan metode dan teknik analitis atas laporan keuangan untuk melihat dari laporan itu ukuran-ukuran serta


(12)

hubungan tertentu yang sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan.

Salah satu sumber dana perusahaan berasal dari modal saham yang ditanamkan oleh para investor, maka secara otomatis modal saham merupakan bagian dari laporan manajemen perusahaan kepada para pemegang saham atau investor. Dalam perekonomian modern laporan keuangan sudah merupakan media penting dalam proses pengambilan keputusan ekonomis. Laporan keuangan ini sudah menjadi kebutuhan para pengusaha, investor, bank, manajemen, pemerintah maupun pelaku pasar modal. (Harahap, 2001: 7).

Dalam berinvestasi seorang investor memerlukan informasi tentang perusahaan mana yang dapat memberikan keuntungan dikemudian hari. Analisis investasi saham merupakan hal yang mendasar untuk diketahui para pemodal, mengingat tanpa analisis yang baik dan rasional para pemodal akan mengalami kerugian. Keputusan membeli saham terjadi bila nilai perkiraan suatu saham diatas harga pasar. Sebaliknya keputusan menjual saham terjadi bila nilai perkiraan suatu saham dibawah harga pasar (Sunariyah, 2003: 152).

Rasio profitabilitas adalah salah satu cara untuk menilai secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat dari aktivitas investasinya. Jika kondisi perusahaan dikategorikan menguntungkan atau menjanjikan keuntungan di masa mendatang maka banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham tersebut. Dan hal itu tentu saja mendorong harga saham naik menjadi lebih tinggi.


(13)

Pada penelitian ini peneliti meneliti tentang rasio profitabilitas, dimana rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. (Harahap, 2001:304).

Lebih lanjut penelitian ini difokuskan pada perusahaan yang go publik di Indonesia terutama yang tercatat pada PT. Bursa Efek Indonesia (BEI). Untuk perusahaan food and beverage di PT. Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan menggunakan rasio: 1) Return On Assets (ROA) 2) Return On Equity (ROE) dan 3) Earning Per Share (EPS).

Selama lima tahun terakhir harga saham dari perusahaan Perusahaan Food And Beverages Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia mengalami fluktuasi. Adapun nilai harga saham tersebut antara tahun 2003 sampai 2008 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 1

Harga Saham Perusahaan Food And Beverages Periode Tahun 2003 – 2008

No Nama Perusahaan

Tahun (Rupiah)

2003 2004 2005 2006 2007 2008

1 PT. Ades Waters Indonesia Tbk. 1.025 2.257 1.660 1.110 730 225

2 PT. Davomas Abadi Tbk. 410 200 80 590 250 58

3 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. 32.000 42.500 50.000 55.000 55.000 49.500 4 PT. Delta Djakarta Tbk. 8.700 14.500 36.000 22.800 16.000 20.000

5 PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. 110 105 80 100 51 100

6 PT. Pioneerindo Gourmet

International Tbk. 400 400 400 400 400 400

7 PT. Sekar Laut Tbk. 350 450 400 285 75 90


(14)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terjadi penurunan harga saham perusahaan pada lima tahun terakhir, dimana pada tahun 2003 PT. Ades Waters Indonesia Tbk. harga saham perusahannya sebesar 1.025, lalu pada tahun 2004 naik menjadi 2.257 dan pada tahun 2005 menurun drastis menjadi 1.660, sedangkan pada tahun 2006 menurun lagi menjadi 1.110 dan pada tahun 2007 menurun menjadi 730 dan menurun lagi menjadi 225 pada tahun 2008 dan pada PT. Davomas Abadi Tbk harga saham perusahannya pada tahun 2003 sebesar 410, lalu pada tahun 2004 menurun menjadi 200, sedangkan pada tahun 2005 turun menjadi sebesar 80, dan pada tahun 2006 naik menjadi sebesar 590, kemudian pada tahun 2007 menurun menjadi sebesar 250 dan menurun lagi sebesar 58 pada tahun 2008. Lalu untuk PT. Multi Bintang Indonesia Tbk harga saham perusahannya pada tahun 2003 sebesar 32.000, sedangkan pada tahun 2004 naik menjadi 42.500, kemudian untuk tahun 2005 naik lagi menjadi sebesar 50.000, lalu pada tahun 2006 naik menjadi sebesar 55.000, dan pada tahun 2007 tetap tidak ada kenaikan menjadi sebesar 55.000 tetapi pada tahun 2008 menurun menjadi 49.500. Untuk PT. Delta Djakarta Tbk. harga saham perusahaannya mengalami fluktuasi, dari tahun 2003 sebesar 8.700, kemudian pada tahun 2004 naik menjadi sebesar 14.500, pada tahun 2005 naik menjadi sebesar 36.000, kemudian pada tahun 2006 menurun menjadi sebesar 22.800, dan pada tahun 2007 menurun menjadi 16.000 lalu pada tahun 2008 naik menjadi 20.000. untuk PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. Harga saham perusahaannya mulai


(15)

tahun 2003 sebesar 110, kemudian pada tahun 2004 sebesar 105., serta pada tahun 2005 menurun menjadi sebesar 80, kemudian pada tahun 2006 naik menjadi sebesar 100, lalu pada tahun 2007 terjadi penurunan menjadi sebesar 51, kemudian pada tahun 2008 kembali naik sebesar 100. Untuk PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk. harga saham perusahaan dimulai pada tahun 2003 sebesar 400, kemudian pada tahun 2004 sampai dengan 2008 tetap menjadi sebesar 400. Untuk PT. Sekar Laut Tbk. harga saham perusahaan dari tahun 2003 sebesar 350, kemudian pada tahun 2004 naik menjadi 450, lalu pada tahun 2005 menurun menjadi 400, kemudian pada tahun 2006 harga sahamnya menurun menjadi 285 dan pada tahun 2007 harga saham perusahaan menurun lagi manjadi 75, tetapi pada tahun 2008 menigkat menjadi 90. Dari informasi awal yang diterima bahwa penurunan dan kenaikan harga saham tersebut disebabkan karena kondisi ekonomi makin memburuk dan adanya kondisi intern perusahaan yang membuat para investor tidak ingin menanamkan sahamnya.

Berikut adalah data lima tahun terakhir nilai ROA, ROE dan EPS yang berasal dari laporan keuangan perusahaan Food And Beverages Yang Go Publik Di Bursa Efek Indonesia mengalami fluktuasi. Adapun nilai ROA, ROE, EPS tersebut antara tahun 2005 sampai 2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(16)

Tabel 2

Nilai ROA, ROE, EPS Pada Perusahaan Food And Beverages Periode Tahun 2005-2008

No Perusahaan Tahun ROA ROE EPS

1. PT. Ades Water Indonesia Tbk

2005 -56.00 135.67 -797

2006 -55.36 59.44 -860

2007 -85.02 -230.76 -263

2008 -15,6 -29,30 -26

2 PT.Davomas Abadi Tbk

2005 68.06 11.55 15

2006 92.30 20.11 16

2007 77.26 17.60 17

2008 -126,45 -75,79 -41

3 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk

2005 22.35 38.18 4.130

2006 18.19 37.08 3.492

2007 21.09 42.68 4.005

2008 33,35 64,59 10,551

4 PT. Delta Djakarta Tbk

2005 14.70 13.89 3.522

2006 10.64 10.02 2.703

2007 11.25 10.32 2.956

2008 16,86 16,11 5.230

5 PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk

2005 0.86 -147.44 82

2006 8.17 -12.85 8

2007 3.19 10.35 -6

2008 14,65 -10,13 7

Sumber: Data laporan Keuangan Perusahaan

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai ROA PT. Multi Bintang Indonesia Tbk mengalami penurunan tertinggi pada tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 18,19, pada PT Delta Djakarta Tbk terjadi penurunan terbesar terjadi pada pada tahun 2006 turun menjadi 10,64, dan pada PT Pioneerindo Gournest International Tbk terjadi penurunan nilai ROA hal ini terjadi pada tahun 2006 yang mengalami penurunan menjadi -2,33.

Dari tabel diatas juga dapat dijelaskan nilai ROE pada perusahaan PT. Davomas Abadi mengalami peurunann nilai ROE yaitu pada tahun 2005 yaitu sebesar 11,55. Pada perusahaan PT Delta Djakarta Tbk terjadi


(17)

penurunan tertinggi pada tahun 2006 yaitu sebesar 10,02 . Pada perusahaan PT Prasidha Aneka Niaga Tbk mengalami penurunan nilai ROE tertinggi pada tahun 2005 sebesar -147,44. sedangkan pada PT Sekar Laut Tbk terjadi penurunan sebesar -443,57 pada tahun 2005.

Pada tabel diatas diketahui bahwa nilai EPS pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk terjadi penurunan tertinggi pada tahun 2006 sebesar 3.492 . Pada PT Prasidha Aneka Niaga Tbk terjadi Penurunan nilai EPS pada tahun 2007 sebesar -6.

Pada penelitian ini peneliti meneliti tentang rasio profitabilitas, dimana rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. (Harahap, 2001: 304).

Teknik yang digunakan adalah rasio likuiditas yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga Operating Ratio. Rasio profitabilitas yang diuji dalam penelitian ini yaitu ROA (Return on assets) digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. ROE (Return on equity) digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian atas modal sendiri


(18)

pemegang saham. EPS (Earning Per Share) rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham. (Harahap, 2001: 301).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis melakukan penelitian ini, dengan Judul “Pengaruh ROA, ROE dan EPS Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil perumusan sebagai berikut :

1. Apakah ROA (Return On Assets) berpengaruh terhadap harga saham Perusahaan Food And Beverages Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia ?

2. Apakah ROE (Return On Equity) berpengaruh terhadap harga saham Perusahaan Food And Beverages Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia ?

3. Apakah EPS (Earning Per Share) berpengaruh terhadap harga saham Perusahaan Food And Beverages Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah ROA (Return On Assets) berpengaruh terhadap harga saham Perusahaan Food And Beverages Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia.


(19)

2. Untuk mengetahui apakah ROE (Return On Equity) berpengaruh terhadap harga saham Perusahaan Food And Beverages Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia.

3. Untuk mengetahui apakah EPS (Earning Per Share) berpengaruh terhadap harga saham Perusahaan Food And Beverages Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Sebagaimana layaknya karya ilmiah ini, hasil yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan berhubungan dengan obyek penelitian antara lain : 1. Bagi Peneliti

Sebagai langkah kongkrit penerapan ilmu berdasarkan teori yang selama ini didapat peneliti ke dalam praktek pada perusahaan.

2. Bagi Universitas

Memberikan sumbangan informasi pihak lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan dapat menambah kepustakaan sebagai informasi bahan pembanding bagi penelitian lain serta sebagai wujud Darma Bakti kepada perguruan tinggi pada umumnya dan Fakultas Ekonomi pada khususnya Jurusan manajemen.

3. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk mengetahui rasio-rasio yang mempengaruhi harga saham misalnya rasio-rasio profitabilitas yang terdiri dari ROA, ROE dan EPS.


(20)

4. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dapat dipergunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan atau perluasan pandangan tentang pelajaran yang didapat dari bangku kuliah dan memperdalam pengetahuan terutama dalam bidang yang dikaji serta sebagai referensi ilmiah bagi para peneliti berikutnya.


(21)

11

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

1. Wulandari dan Sasongko (2003) dengan judul ”Pengaruh EVA dan Rasio-Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham”, dan perumusan masalahnya adalah adakah pengaruh ROA (Return on Assets), ROE (Return on Equity), ROS (Return on Sales), EPS (Earning Per Share), BEP (Basic Earning Power), dan EVA (Economic Value Added) terhadap harga saham ?, dengan hipotesisnya adalah ROA, ROE, ROS, EPS, BEP dan EVA berpengaruh terhadap harga saham. Dan didapatkan kesimpulan bahwa earning per share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham dan return on asset, return on equity, return on sale, basic earning power, dan economic value added tidak berpengaruh terhadap harga saham.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Haryanto dan Sugiharto (2003), yang berjudul Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Industri Minuman Di Bursa Efek Jakarta. Di dalam penelitian ini variabel yang digunakan return on asset, return on equity, net profit margin dan harga saham perusahaan industri minuman. Dengan menggunakan teknik analisis adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari beberapa rasio profitabilitas hanya return on equity yang berpengaruh secara signifikan terhadap


(22)

harga saham sedangkan untuk return on asset dan net profit margin tidak memiliki pengaruh yang signfikan terhadap harga saham. Sedangkan secara bersama-sama dari ketiga variabel return on asset, return on equity dan net profit margin tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

Adapun perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini adalah pada penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dan Sasongko, 2003 yaitu menggunakan pengaruh ROA (Return on Assets), ROE (Return on Equity), ROS (Return on Sales), EPS (Earning Per Share), BEP (Basic Earning Power), dan EVA (Economic Value Added), sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Haryanto dan Toto Sugiharto, 2003 menggunakan variabel return on asset, return on equity, net profit margin saja. Sedangkan persamaan pada penelitian tersebut yaitu menggunakan uji F dan uji t.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pasar Modal

2.2.1.1.Pengertian Pasar Modal

Pasar modal (Capital market) adalah tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yang mempunyai kelebihan dana melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Di tempat ini pula perusahaan yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara listing


(23)

terlebih dahulu pada badan otoritas di pasar modal sebagai emiten (Sunariyah, 2003: 5).

Menurut Husnan (1994: 3) secara formal pasar modal bisa didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri baik yang diterbitkan pemerintah, publik authorities maupun perusahaan swasta.

Pengertian Pasar Modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisir, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, Pasar Modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangakan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa perantara pedagang efek.

Pasar modal adalah sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit pasar modal adalah pasar (tempat, berupa gedung) yang di siapkan guna memperdagangkan saham- saham, obligasi-obligasi dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa perantara pedangang.


(24)

2.2.1.2.Fungsi Pasar Modal

Fungsi pasar modal adalah mengalokasikan secara efisien arus dana dari unit ekonomi yang mempuyai surplus tabungan (saving surplus unit). Pasar modal yang dalam bentuk konkritnya adalah bursa efek.

Adapun fungsi lain dari pasar modal/ bursa efek adalah :

a. Menciptakan pasar secara terus menerus bagi efek yang ditawarkan kepada masyarakat.

b. Menciptakan harga yang wajar bagi efek yang bersangkutan melalui mekanisme pasar.

c. Membantu pembelajaran (pemenuhan dana) dunia usaha melalui penghimpunan dana masyarakat.

d. Menghimpun proses perluasan partisipasi masyarakat dalam kepemilikan saham-saham perusahaan.

Sedangkan menurut Husnan (1994: 23) Sekuritas atau efek adalah secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal pihak yang memiliki kertas tersebut untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya. Pasar modal merupakan kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang keuangan, serta surat-surat berharga atau klaim, jangka panjang dan pendek.

Sedangkan bursa efek yang merupakan bentuk konkrit dari pasar modal ialah suatu sistem teorganisir dengan mekanisme resmi untuk


(25)

mempertemukan penjual dan pembeli secara langsung atau melalui wakil-wakilnya.

Itu sebabnya cara kerja pasar modal terkait dengan cara kerja sub sektor keuangan lainnya maupun sektor keuangan secara keseluruhan. Untuk dapat memahami dan menganalisis secara tepat cara kerja pasar modal, mutlak diperlukan pengertian yang baik tentang sektor keuangan termasuk sub sektor yang lain.

Hubungan antara pemilik dana (investor) yang membeli saham dari perusahaan yang menjualnya dari bursa efek dengan perusahaan yang bersangkutan agak berbeda hubungan dengan pemilik dana dengan bank bila ia menitipkan uangnya di bank dalam pemilikan perusahaan yang bersangkutan dan pemilikannya itu dalam bentuk surat saham. Surat saham ini tiap saat bisa dikonversikan menjadi uang atau dengan kata lain likuid.

Resiko yang lebih besar menyebabkan para investor dan pemerintah berkepentingan untuk menekan resiko tersebut sekecil mungkin dengan tidak menghambat mekanisme pasar modal. Caranya antara lain dengan menggunakan bantuan lembaga perantara seperti perusahaan penilai pinjaman dan lain sebagainya. Sesuai dengan kondisi perekonomian nasional, pasar modal di Indonesia mempunyai ciri yang khas seperti penekanan pada fungsi pemerataan pendapatan, Indonesianisasi pemilikan saham dan dengan sasaran pasar yang mengutamakan mereka yang berpenghasilan rendah.


(26)

2.2.1.3.Peranan Pasar Modal

Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara yang pada dasarnya mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara yang lain. Hampir semua negara didunia ini mempunyai pasar modal, yang bertujuan untuk menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Terkecuali dalam negara dengan perekonomian sosialis ataupun tertutup, pasar modal bukanlah suatu keharusan.

Seberapa besar peranan pasar modal suatu negara dapat dilihat dari 5 (lima) segi sebagai berikut ini: (Sunariyah, 2003: 7-8)

a. sebagai fasilitas melakukan interaksi antar pembeli dengan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang dijual belikan b. pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk

menentukan hasil (return) yang diharapkan

c. pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya

d. pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian

e. pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga

2.2.2. Saham

2.2.2.1.Pengertian Saham

Menurut Jogianto (2003: 67) Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham (stock).Jika perusahaan hanya


(27)

mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini disebut dengan saham biasa (common stock). Sedangkan menurut Gitosudarmo (2002: 265) saham adalah tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas. Untuk menarik investor potensial lainnya, suatu perusahaan mungkin juga mengeluarkan kelas lain dari saham, yaitu yang disebut dengan saham prefen (preferred stock). Saham preferen mempunyai hak – hak prioritas lebih dari saham biasa. Hak – hak prioritas dari saham preferen yaitu hak atas dividen yang tetap dan hak terhadap aktiva jika terjadi likuiditas. Akan tetapi, saham preferen umumnya tidak mempunyai hak veto seperti yang dimiliki oleh saham biasa. Saham preferen akan dibahas terlebih dahulu diikuti oleh saham biasa.

Dengan memiliki saham maka suatu perusahaan akan memperoleh manfaat antara lain sebagai berikut :

a. Deviden yaitu pembagian keuntungan perusahaan yang diberikan oleh pemegang saham.

b. Capital gain yaitu kelebihan hasil atas harga perolehan dan pelepasan aktiva terutama investasi jangka panjang.

2.2.2.2.Jenis – Jenis Saham

Menurut Gitosudarmo (2002: 265-266) ada 7 jenis saham, yaitu : 1. Saham Biasa

Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memperoleh deviden sepanjang perseroan memperoleh keuntungan. Pemilik saham


(28)

mempunyai hak suara pada rapat umum pemegang saham, dan pada likuidasi perseroan pemilik saham memiliki hak memperoleh sebagian dari kekayaan perseroan setelah tagihan kreditur dan saham preferen dilunasi.

2. Saham Bonus

Saham Bonus, diciptakan dari pos cadangan perseroan, yang terbentuk dari uang kontan yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Penyerahan saham bonus kepada pemegang saham, kekayaan perseorangan tidak mengalami perubahan, karena tidak ada kekayaan yang bertambah dan tidak ada modal yang dibayarkan. Perubahannya adalah pergeseran struktur permodalan perseron saja.

3. Saham Pegawai

Saham yang dapat dimiliki oleh para pegawai, dengan syarat tertentu dapat membeli saham perusahaan dengan kurs di bawah kurs bursa. 4. Saham Preferen Perseroan

Para pendiri perseroan, biasanya dihargai dengan diberikan jasa yaitu dapat berupa saham yang disebut saham pendiri

5. Saham Preferen

Saham yang memberikan hak untuk mendapat deviden dan atau bagian kekayaan pada saat perubahan lebih dahulu dari saham biasa, dan di samping itu mempunyai preferen untuk mengajukan usul pencalonan direksi/komisaris.


(29)

6. Saham Preferen Kumulatif

Saham preferen yang memberikan hak untuk mendapatkan deviden yang belum dibayarkan pada tahun – tahun yang lalu secara kumulatif. 7. Saham Preferen Partisipasi

Saham yang disamping hak prioritasnya masih dapat turut serta dalam pembagian deviden selanjutnya.

Sedangkan menurut Baridwan (1997: 394–398) ada 2 macam jenis saham, yaitu :

1. Saham Biasa (Common Stock)

Saham yang perluasannya dilakukan dalam urutan yang paling akhir dalam saham perusahaan di likuidasi, sehingga resikonya adalah yang paling besar.

2. Saham Prioritas / Preferensi (Preferred Stock)

Saham prioritas / preferensi mempunyai macam–macam karakteristik yang berbeda dari saham biasa.

2.2.3. Harga Saham

2.2.3.1.Pengertian Harga Saham

Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu perusahaan (Riyanto, 1995: 240).

Menurut Sunariyah (2003: 154) harga saham dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni harga pasar, harga nominal dan harga perdana. 1.Harga pasar (market value) yaitu harga yang berlaku dalam pasar pada


(30)

2.Harga nominal saham adalah harga saham yang tercantum dalam sertifikat saham, dimana yang telah ditetapkan oleh emiten serta dengan mendapatkan persetujuan dari Bapepam (Badan Pemeriksa dan Pengawas Pasar Modal).

3.Harga perdana adalah harga saham ketika saham tersebut dijual saat pertama kali di pasar perdana, yang harganya ditentukan oleh penjamin emisi dan emiten berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan.

Investor berkepentingan untuk mengetahui ketiga nilai tersebut sebagai informasi penting dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat. Dalam membeli atau menjual saham, investor akan membandingkan nilai intristik dengan nilai pasar saham bersangkutan. (Tandelilin, 2001: 183). Nilai intrinsik saham dalam analisis perusahaan bisa dilakukan dengan memanfaatkan dua komponen informasi penting dalam analisis perusahaan, yaitu EPS dan PER.

2.2.3.2.Penilaian Harga Saham

Menurut Sunariyah (2003: 30) harga penyertaan modal dalam pemilikan suatu perseroan terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Perkembangan harga saham dapat ditunjukkan melalui naik-turunnya harga-harga saham yang umumnya dicerminkan melalui earning per share (EPS),Return dan price earning Ratio(PER). PER dapat diperoleh dari perkembangan harga saham per periode tertentu dibagi dengan tingkat


(31)

earning, PER dapat dijadikan indikator untuk melihat perkembangan harga saham relatif dibanding dengan tingkat laba perusahaan.

Harga saham adalah harga dari suatu saham yang terbentuk dari pasar modal sebagai akibat dari permintaan penjual dan pembeli saham.

2.2.4. Rasio Keuangan

2.2.4.1.Definisi Rasio Keuangan

Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Secara individual rasio itu kecil artinya, kecuali jika dibandingkan dengan suatu rasio standar yang dipakai sebagai dasar pembanding, dari penafsiran rasio-rasio suatu perusahaan. (Jumingan, 2008: 118).

Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan yang lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kit adapat memperoleh informasi dan memberikan penilainan (Harahap, 2001: 297).

2.2.4.2.Masalah Yang Dihadapi Dalam Penentuan Rasio Standar

Menurut Jumingan (2008: 19) Penentuan rasio standar sebagai dasar pembanding tidak dapat digunakan sebagi ukuran yang pasti karena


(32)

rasio standar untuk industri Food And Beverages merupakan hasil rata-rata dari beberapa perusahaan yang sejenis yang mempunyai kondisi keuangan dan hasil usaha yang berbeda-beda.

Variasi kondisi keuangan dan hasil usaha dari suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1. Perbedaaan letak geografis yang membawa perbedaaan dalam tingkat harga dan biaya usaha.

2. Perbedaan dalam pemilikian aktiva tetap, ada yang memiliki sendiri pada yang menyewa. Perbedaan dalam besar kecilnya investasi dalam harta kekayaan yang tidak digunakan dalam hubungannya dengan operasi regular.

3. Perbedaan dalam tingkat harga dicerminkan dalam pos-pos aktiva tidak lancar.

4. Perbedaan dalam umur harta kekayaan yang dimiliki, ada yang baru ada yang lama.

5. Perbedaan dalam banyaknya jenis barang yang diproduksi. 6. Perbedaan dalam tingkat kapasitas pabrik.

7. Perbedaan dalam penilaian persediaan.

8. Perbedaaan dalam kebijaksanaan pembelian bahan dasar.

9. Perbedaan dalam kebijaksanaan menentukan tingkat persediaan. 10. Perbedaan dalam kebijaksanaan penjualan barang dagangan.


(33)

11. Perbedaan dalam kebijaksanaan saluran pemasaran. Menjual produk kepada pembeli tunggal, kepada banyak pedagang besar, pedagang kecil, atau langsung kepada konsumen.

12. Perbedaaan dalam banyak sedikitnya utang jangka panjang. Juga dalam struktur permodalan, sumber dananya banyak berasal dari pinjaman atau modal sendiri.

13. Kebijaksanaan dalam pembayaran deviden.

14. Perbedaan dalam sistem akuntansi dan prosedur akuntansi, termasuk penggolongan pos-pos laporan keuangan, periode akuntansi, dan metode penyusunan.

2.2.4.3.Menentukan Rasio Standar

Apabila rasio standar tidak tersedia dalam bentuk yang sudah dipublikasikan, menganalisis dapat membuat standarnya sendiri.

Rasio standar dapat ditentukan dengan cara-cara sebagai berikut :

a. Mengumpulkan data laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan (dalam industri) yang dipertimbangkan. Perusahaan tersebut hendaknya mempunyai keseragaman dalam sistem akuntansi dan prosedur akuntansi termasuk keseragaman dalam penggolongan rekening-rekening dan metode penyusutan, keseragaman periode akuntansi, kesamaan dalam penilaian aktiva dan kebijaksanaan amortisasi, dan keseragaman dalam kebijaksanaan manajemen.


(34)

b. Menghitung angka-angka rasio yang dipilih dari tiap-tiap perusahaan dalam industri.

c. Menyusun rasio-rasio tersebut dari yang tertinggi sampai yang terendah.

d. Menghapus rasio yang ekstrem, yaitu rasio yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.

e. Menghitung rata-rata atau menentukan mediannya (ini merupakan rasio standar yang dicari).

2.2.4.4. Keunggulan Rasio Keuangan

Analisa rasio ini memiliki keunggulan dibandingkan teknik analisa lainnya. Keunggulan tersebut adalah :

1. Rasio merupakan angka-angka atau iktisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z score).

5. Menstandarisir size perusahaan.

6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau ”time series.


(35)

7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

2.2.4.5. Keterbatasan Analisa Rasio

Disamping keungulan yang dimiliki analisa rasio, teknik ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu pengunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaanya agar tidak salah dalam pengunaannya (Harahap, 2001: 298).

Adapun keterbatasan analisa rasio itu adalah :

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti :

a. Banyak perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan jugment yang dapat dinilai bias atau subyektif.

b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.

c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.

d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda. 3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan


(36)

4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.

5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karena jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

2.2.4.6. Jenis Rasio

Jenis – jenis rasio yang sering digunakan dalam bisnis (Harahap, 2001: 301-311). Adapun rasio keuangan yang sering digunakan adalah : 1. Rasio Likuiditas.

Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar.

2. Rasio Solvabilitas.

Rasio sovabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitungdari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan hutang jangka panjang.

3. Rasio Rentabilitas / Profitabilitas.

Rasio rentabilitas atau juga disebut profitabilitas ini menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio yang


(37)

menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga operating rasio.

4. Rasio Leverage.

Rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun asset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkanoleh modal (equity). Perusahaan yang baik mestinya memiliki komposisi modal lebih besar dari hutang. Rasio ini bisa juga diangggap bagian dari rasio solvabilitas.

5. Rasio Aktivitas.

Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasi baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegitan lainnya.

6. Rasio Pertumbuhan.

Rasio ini menggambarkan persentasi pertumbuhan proses perusahaan dari tahun ke tahun.

7. Market BasedRatio (Penelitian Pasar).

Rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus dipergunkan dipasar modal yang menggambarkan situasi atau keadaan prestasi perusahaan di pasar modal. Tidak berarti rasio lainnya tidak dipakai. 8. Rasio Produktivitas.

Jika perusahaan ingin dinilai dari segi produktivitas unit-unitnya maka bisa dihitung rasio produktivitas. Rasio ini menunjukkan tingkat produktivitas dari unit atau kegiatan yang dinilai.


(38)

2.2.5. Rasio Profitabilitas

Rasio Rentabilitas atau disebut juga Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. (Harahap, 2001: 304)

2.2.5.1.ROA (Return On Assets)

ROA merupakan alat untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan mengelola total asset setelah disesuaikan dengan biaya untuk mendapatkan asset tersebut. Selain itu return on assets mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor.

Return on assets dapat dihitung dengan rumus (Riyanto, 1995: 335):

ROA = x100%

aktiva total

pajak dan bunga sebelum

laba

Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba (Harahap, 2001: 305). Penambahan laba bersih dengan bunga merupakan penyesuaian terhadap perhitungan earning yang menunjukkan berapa earning sesungguhnya dengan anggapan bahwa aktiva semata-mata diperoleh dari penjualan saham. Dengan adanya penyesuaian ini maka ROA dapat dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai jumlah hutang dengan komposisi yang berbeda.


(39)

ROA adalah sebagai alat ukur akuntansi tradisional memiliki kelemahan utama yaitu tidak menggunakan biaya modal. Kelemahan ini berdampak tidak ketauhi apakah perusahaan telah menciptakan nilai atau tidak.

2.2.5.2.ROE (Return On Equity)

Return on equity mengukur tingkat pengembalian atas modal sendiri pemegang saham. Rasio ini bermanfaat untuk menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mengelola modal sendiri pada tingkat produktivitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan laba yang dimilikinya. Dengan menggunakan return on equity, maka dapat dijelaskan bahwa profitabilitas dapat dicapai melalui efisiensi operasi perusahaan dan efektifitas penggunaan modal sendiri dalam menghasilkan laba bersih.

Return on equity dapat dihitung dengan rumus (Riyanto, 1995: 335) :

ROE = x100%

sendiri modal

total

bersih laba

Rasio ini menunjukkan beberapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus (Harahap, 2001: 305).

2.2.5.3.EPS (Earning Per Share)

Earning Per Share adalah laba per lembar saham dari suatu perusahaan dan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Harahap, 2001: 305) :


(40)

EPS =

Saham Lembar

Jumlah

Bersangku Saham

Bagian

Laba tan

Rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba. Menurut Skousen (1995:184) laba per saham merupakan alat ukur yang berguna untuk membandingkan laba dari berbagai satuan usaha yang berbeda dan untuk membandingkan laba satu-satuan dari waktu ke waktu manakala terjadi perubahan dalam struktur modal. Dengan berhasilnya perusahaan, laba bersih jelas akan meningkat. Tetapi investor berkepentingan untuk mengetahui apakah laba bersih bertumbuh sepadan dengan ukuran struktur modal perusahaan. Investor menggunakan angka laba per saham untuk mengevaluasi hasil operasi perusahaan guna mengambil keputusan investasi. (Skousen, 1995: 184)

2.2.6. Pengaruh Return On Assets Terhadap Harga Saham

Menurut Harahap (2001: 305) return on total assets (ROA) ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.

Karena tidak mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, seorang investor tidak akan mampu untuk merencanakan pola konsumsi selama hidupnya dengan pasti. Karena keuntungan investor dan waktu dari keuntungan tersebut tidak pasti, investor mencoba mengkompensir ketidak pastian ini dengan mengharapkan keuntungan yang cukup tinggi dari investasi tersebut. Keuntungan investasi dalam


(41)

saham akan terdiri dari deviden yang diterima ditambah (dikurangi) dengan “capital gains (loss)”, yaitu selisih antara harga saham pada saat ini dengan harga pada waktu pembelian. (Suad Husnan, 1994: 59)

Jika kondisi perusahaan dikategorikan menguntungkan atau menjanjikan keuntungan di masa mendatang maka banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut. Dan hal itu tentu saja mendorong harga saham naik menjadi lebih tinggi. (Haryanto dan Sugiharto, 2003: 142)

2.2.7. Pengaruh Return On Equity Terhadap Harga Saham

Menurut Hanafi (2003: 85), “Return on Equity adalah salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.

Dengan demikian investor ini lebih memperhatikan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mengelola modal sendirinya untuk menghasilkan laba bersih. Semakin besar hasil pengembalian atas modal sendiri (ROE) maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan lebih dapat memanfaatkan modalnya sendiri dibandingkan perusahaan lain. Dengan demikian hal ini akan mendorong investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut sehingga akan meningkatkan permintaan saham yang pada akhirnya dapat menaikkan harga saham. Demikian pula sebaliknya apabila ROE rendah berarti perusahaan tidak menggunakan equitynya dengan


(42)

efisien dan efektif sehingga hal ini dapat mengurangi kepercayaan investor terhadap nilai perusahaan dan kemudian berdampak pada turunnya harga saham. Jadi ROE ini dijadikan sebagai indikator atas kinerja suatu perusahaan mengingat para investor lebih cenderung memperhatikan kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya.

Dari kacamata investor, dua aspek yang sering diteliti ialah tentang tingkat keuntungan yang diharapkan sebagai sesuatu yang dikehendaki sedangkan risiko sebagai sesuatu yang tidak dikehendaki, oleh karena itu investor perlu melakukan analisis sebelum melakukan investasi. Disini, peranan informasi laporan keuangan menjadi sangat penting karena dari laporan keuangan tersebut dapat diketahui kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan serta kinerja masa lalu dan masa mendatang. Laporan keuangan tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan rasio keuangan salah satunya rasio profitabilitas yaitu ROE.

2.2.8. Pengaruh Earning Per Share Terhadap Harga Saham

Menurut Sunariyah (2003: 30) harga penyertaan modal dalam pemilikan suatu perseroan terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Perkembangan harga saham dapat ditunjukkan melalui naik-turunnya harga-harga saham yang umumnya dicerminkan melalui earning per share (EPS),Return dan price earning Ratio(PER). PER dapat diperoleh dari perkembangan harga saham per periode tertentu dibagi dengan tingkat earning, PER dapat dijadikan indikator untuk melihat perkembangan harga saham relatif dibanding dengan tingkat laba perusahaan.


(43)

Jadi Earning Per Share adalah angka yang paling sering dipergunakan dalam publikasi mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya kepada umum. EPS sering dipandang sebagai angka yang memberikan ringkasan dari berbagai data akuntasi. Salah satu sebab mengapa EPS sangat populer adalah karena adanya anggapan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividend per share dikemudian hari dan tingkat harga saham dikemudian hari. EPS juga dianggap relevant dalam menilai efektivitas manajemen dan kebijaksanaan pembagian deviden.

2.3. Kerangka Pikir

Menurut (Haryanto dan Sugiharto,2003 : 142) Jika kondisi perusahaan dikategorikan menguntungkan atau menjanjikan keuntungan di masa mendatang maka banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut. Dan hal itu tentu saja mendorong harga saham naik menjadi lebih tinggi.

Menurut (Hanafi,2003 : 85) Jika investor lebih memperhatikan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mengelola modal sendirinya untuk menghasilkan laba bersih. Semakin besar hasil pengembalian atas modal sendiri (ROE) maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan lebih dapat memanfaatkan modalnya sendiri dibandingkan perusahaan lain. Dengan demikian hal ini akan mendorong investor untuk menanamkan modalnya


(44)

pada perusahaan tersebut sehingga akan meningkatkan permintaan saham yang pada akhirnya dapat menaikkan harga saham. Demikian pula sebaliknya apabila ROE rendah berarti perusahaan tidak menggunakan equitynya dengan efisien dan efektif sehingga hal ini dapat mengurangi kepercayaan investor terhadap nilai perusahaan dan kemudian berdampak pada turunnya harga saham.

Menurut Sunariyah (2003 : 30) EPS sering dipandang sebagai angka yang memberikan ringkasan dari berbagai data akuntasi. Salah satu sebab mengapa EPS sangat populer adalah karena adanya anggapan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividend per share dikemudian hari dan tingkat harga saham dikemudian hari. EPS juga dianggap relevant dalam menilai efektivitas manajemen dan kebijaksanaan pembagian deviden.

Return On Total Assets (X1)

Return On Equity (X2)

Earning Per Share (X3)

Harga Saham (Y)


(45)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori yang ada dihubungkan dengan permasalahan yang ada, maka hipotesis yang diajukan adalah :

1. Diduga ROA (Return On Assets) berpengaruh positif terhadap harga saham Perusahaan Food And Beverages Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia.

2. ROE (Return On Equity) berpengaruh positif terhadap harga saham Perusahaan Food And Beverages Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia.

3. EPS (Earning Per Share) berpengaruh positif terhadap harga saham Perusahaan Food And Beverages Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia.


(46)

36

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Untuk memperjelas variabel ROA, ROE dan EPS yang berpengaruh terhadap harga saham, maka definisi operasional dan pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Variabel terikat (Y) adalah Harga Saham

Yaitu merupakan harga dari suatu saham yang terbentuk dari pasar modal sebagai akibat dari permintaan penjual dan pembeli saham yang dinyatakan dalam bentuk rupiah (Rp) dan skala yang digunakan adalah skala rasio. Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga pasar saham pada akhir periode (closing price).

b. Variabel bebas (X) yang digunakan terdiri dari : 1. ROA (X1

Return On Assets mengukur kemampuan dari modal yang

diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. Rasio ini menggambarkan keuntungan bersih setelah pajak terhadap jumlah asset perusahaan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba

)

x100% aktiva

total

pajak dan bunga sebelum

laba =


(47)

2. ROE (X2

Mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar. Skala pengukuran rasio dengan satuan ukurannya adalah persen (%).

) x100% sendiri modal total bersih laba ROE=

3. EPS (X3

Earning Per Share adalah laba per lembar saham dari suatu

perusahaan, rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba.

EPS = ) Saham Lembar Jumlah Bersangku Saham Bagian Laba tan

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003: 55). Dalam penelitian ini populasi yang digunakan sebagai obyek penelitian adalah laporan keuangan Perusahaan Food And Beverages Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia tahun 2003–2008, yang terdiri dari:

1. Indofood Sukses Makmur Tbk 2. SMART Tbk


(48)

3. Davomas Abadi Tbk 4. Tunas Baru Lampung Tbk 5. Mayora Indah Tbk

6. Ultra Jaya Milk Tbk 7. Sierad Produce Tbk

8. Aqua Golden Mississipi Tbk 9. Fast Food Indonesia Tbk 10.Multi Bintang Indonesia Tbk 11.Cahaya Kalbar Tbk

12.Delta Djakarta Tbk 13.Siantar Top Tbk

14.Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 15.Prasidha Aneka Niaga Tbk 16.Sekar Bumi Tbk

17.Sekar Laut Tbk

18.Ades Waters Indonesia Tbk

19.Pionnerindo Gourmet International Tbk

3.2.2. Sampel Dan Teknik Penarikan Sampel

Teknik yang digunakan untuk menentukan sampel adalah

purposive sampling yaitu berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu. Kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti adalah

1. Data laporan keuangan perusahaan tersedia berturut-turut selama 5 tahun untuk tahun pelaporan dari 2003 – 2008.


(49)

2. Perusahaan mempublikasi laporan keuangan dengan menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember

Perusahaan Food And Beverages yang memenuhi kriteria tersebut diatas antara lain :

1. PT. Ades Waters Indonesia Tbk. 2. PT. Davomas Abadi Tbk.

3. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. 4. PT. Delta Djakarta Tbk.

5. PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk.

6. PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk. 7. PT. Sekar Laut Tbk.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diambil untuk memperoleh bahan atau keterangan data dengan cara mempelajari serta mencatat dari data dokumen dan laporan keuangan dari masing–masing perusahaan.

3.3.2. Sumber Data

Dalam penelitian ini data sekunder tersebut berupa laporan keuangan Perusahaan Food And Beverages tahun 2003–2008 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(50)

3.3.3. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang pergunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi. Teknik pengumpulan data secara dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen–dokumen dengan cara mencari dan mengumpulkan data dengan mengambil data– data yang sudah dipublikasikan oleh pemerintah, industri atau sumber– sumber individual. Data ini diambil atau digunakan sebagian dari data yang telah dicatat atau dilaporkan.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi tersebut harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan uji F tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi tiga asumsi dasar yang tidak boleh di langgar oleh regresi linier, yaitu :

1. Tidak boleh ada autokorelasi 2. Tidak boleh ada multikolinearitas 3. Tidak boleh ada heteroskedastisitas

Apabila salah satu dari tiga asumsi dasar tersebut di langgar maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE sehingga pengambilan keputusan melalui uji t menjadi bias (Gujarati, 1999: 153). 1. Autokorelasi

Autokorelasi merupakan korelasi (hubungan) yang terjadi antara anggota–anggota dari serangkaian pengamatan (observasi) yang tersusun


(51)

dalam rangkaian waktu atau rangkaian ruang. Adanya gejala autokorelasi menggambarkan varians populasinya dan hasil regresi tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen pada nilai variabel independen tertentu.

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara korelasi pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).Identifikasi ada tidaknya gejala autokorelasi dapat dilihat dari table Watson dengan jumlah variable bebas (k) dan jumlah data (n) sehingga dL dan dU dapat diperoleh distribusi daerah keputusan ada atau tidaknya korelasi (Gujarati, 1999: 201).

2. Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan satu keadaan dimana satu atau lebih variabel independent terdapat korelasi atau hubungan dengan variabel independent lainnya.

Dari diagnosis atau dugaan adanya multikolinearitas tersebut maka perlu adanya pembuktian atau identifikasi secara statistik ada tidaknya gejala multikolinearitas yang dapat dilakukan dengan cara menghitung Variance Inflaction Factor (VIF). VIF menyatakan tingkat “pembengkakan” variance, apabila nilai VIF lebih besar dari 10, hal itu berarti terdapat multikolinearitas pada persamaan. (Gujarati, 1999: 200).


(52)

3. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual atau pengamatan ke pengamatan lainnya. Kebanyakan data cross section mengandung situasi heteroskedastisitas, karena ini mengimpun data yang terwakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar).

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan cara menggunakan uji Rank Spearman

yaitu dengan membandingkan antara residual dengan seluruh variabel bebas. Mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah sebagai berikut : (Gujarati, 1999: 177 )

a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas b. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena heteroskedastisitas

3.4.2. Teknik Analisis

Teknik analisa yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Dikarenakan dalam analisis pemilihan regresi linier berganda dapat menerangkan ketergantungan satu variabel terikat (Y) dengan satu atau lebih variabel bebas (X).

Sesuai dengan tujuan dan hipotesis yang diajukan peneliti, maka kaitan antara variabel penelitian dapat digunakan kedalam model sebagai berikut :

Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + ei (Santoso, 2001:167)

Keterangan :

Y : Harga Saham


(53)

X2 : Return On Equity (ROA)

X3 : Earning Per Share (EPS)

β : Konstanta

β1,β2, β3 : Koefisien Regresi

ei

3.4.3. Uji Hipotesis

: Variabel Pengganggu

Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t. uji t digunakan untuk melihat pengaruh masing–masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat dengan prosedur sebagai berikut :

1. H0 : β1,β2, = 0 (tidak ada pengaruh yang si gnifikan X1, X2, X3

H

terhadap Y)

1 : β1,β2, ≠ 0 (ada pengaruh yang signifikan X1, X2, X3

2. Tingkat signifikan = 10 % dengan derajat bebas = (n-k), dimana n : jumlah data dan k : jumlah variabel bebas

terhadap Y )

3. ) ( i i hitung Se t β β = Keterangan :

t hitung : t hasil perhitungan

βi

Se(β

: Koefisien regresi

i

a. Jika t

) : Standart error 4. Kriteria pengujian :

hitung < ttabel atau thitung > ttabel maka H0 di tolak dan H1 di

terima (berarti variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat)


(54)

b. Jika -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel maka H0 di terima dan H1 di tolak


(55)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah PT. Ades Waters Indonesia Tbk

PT Ades Waters Indonesia Tbk berubah nama menjadi PT Akasha Wira International Tbk. Perdagangan saham perseroan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pun tetap menggunakan kode (ADES) terhitung sejak 11 Agustus 2009. Hal tersebut terungkap dalam keterbukaan informasi BEI yang ditandatangani Ph Kepala Divisi Perdagangan Saham Irmawati dan Kepala Divisi Pencatatan Sektor Riil I Gede Nyoman Yetna, di Jakarta, Dalam kerterbukaan informasinya, BEI menyebutkan perubahan nama tersebut merujuk surat perseroan No.Ref 056/LEG-SRT/A/VII/09 tanggal 7 Agustus 2009. Perubahan nama perseroan ini telah memperoleh persetujuan dari Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan SK No. AHU-34581.AH.01.02 tahun 2009 per 22 Juli 2009. Pada perdagangan IHSG sesi kedua, harga saham dengan kode emiten ADES naik Rp10 atau menguat 1,67 persen ke posisi Rp610 per lembar sahamnya.

4.1.2. Sejarah PT. Davomas Abadi Tbk

Kantor utama PT. Davomas Abadi Tbk terletak di Jalan Pangeran Jayakarta 117 Blok B/35-39 Jakarta 10730. Pada tahun 1994, kapasitas produksi mencapai 20.160 ton, terdiri dari 10.080 ton mentega coklat dan


(56)

10.080 coklat bubuk. Pada tahun 1995, kapasitas produksi perusahaan mencapai 40.320 ton, terdiri dari 20.160 ton mentega coklat dan 20.160 coklat bubuk. Perusahaan memiliki pabrik yang berlokasi di Jalan Industri Raya III Blok AB No. 1A Tangerang, Banten dengan bangunan gedung seluas 0,8 hektar dan berdiri di atas lahan seluas 3,7 hektar

4.1.3. Sejarah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk

Kantor pusat di Jalan Daan Mogot Km. 19 PO Bag 3264 Jakarta 10032. Perusahaan ini memiliki pabrik di Jalan Ratna No. 14 PO Box. 3268 Surabaya 60000, di Jalan Daan Mogot Km. 19 PO Bag 3264 Jakarta 10032. Dan memiliki bisnis Beverages serta berstatus perusahaan PMA.

4.1.4. Sejarah PT. Delta Djakarta Tbk

Kantor utama dan Pabrik PT. Delta Djakarta Tbk berada di Jalan Inspeksi Tarum Barat, Desa Setia Darma, Tambun Bekasi. Produksi utama perusahaan adalah bir pilsner dan dipasarkan dengan merek Anker Bir dan menguasai hampir 40% pasaran bir pilsner di Indonesia. Produk perusahaan yang lain adalah Anker Stout dan Shanta Super Shandy. Mempunyai perjanjian kerjasama dengan Aliansi Breweries Nederland BV, mencakup perkembangan teknologi, pemasaran dan general manajemen. Delta Jakarta juga memproduksi produk berlisensi dari Carlsberg International AS, Denmark dengan merek Carlsberg Beer.

4.1.5. Sejarah PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk

PT. Prashida Aneka Niaga Tbk berkantor pusat serta lokasi pabrik juga ditempat yang sama di Jl. Ki Kemas Rindho Kertapati Palembang


(57)

dengan kantor perwakilan di Jakarta yang berlokasi di Jl. Setiabudi Selatan No. 1 di Graha Setiabudi, perusahaan merupakan perusahaan dengan modal yang berasal dari dalam negeri atau PMDN.

Perusahaan komoditi yang diperdagangkan oleh perusahaan antara lain kopi, karet dan tapioka, coklat, merica hitam dan vanili. Pada tahun 1993 perusahaan melakukan akuisisi terhadap 7 perusahaan antara lain, PT. Aneka Sumber Kencana, PT. Aneka Bumi Kencana, PT. Surabaya Pelleting Company, PT. Tirtha Harapan Bali, PT. Aneka Bumi Pratama dan PT. Hotel Rama Palace Cottage.

4.1.6. Sejarah PT. Pioneerindo Gourmet international Tbk

PT Pioneerindo Gourmet International Tbk (d/h PT Putra Sejahtera Pioneerindo) ,didirikan pada tahun 1983 di Jakarta adalah salah satu Perusahaan generasi pertama di Indonesia yang memperkenalkan konsep restoran cepat saji berbahan dasar ayam melalui merek dagang California Pioneer Chicken, terwaralaba Pioneer Take Out - Amerika Serikat.Perusahaan telah berhasil menarik minat publik dengan produk dan layanan berkualitas dan berhasil menjadikan sajian ayam goreng sebagai trendsetter dunia usaha makanan cepat saji di Indonesia.

Setelah tujuh tahun menempa pengalaman dan teruji dalam penguasaan pasar,pada tahun 1989 perusahaan melepaskan diri dari usaha terwaralaba menjadi pemegang waralaba penuh yang memproduksi dan memasarkan merek produk sendiri yaitu California Fried Chicken.Basis usaha pun diperkuat dengan membentuk franchise dan juga anak-anak perusahaan yaitu P Putra Asia Perdana Indah serta PT Mitra hero


(58)

Pioneerindo guna mendukung penuh kinerja perusahaan dengan pola kemitraan terpadu yang dijalankan sebagai sebuah sinergi untuk memacu pertumbuhan usaha.Sinergi yang memicu kinerja usaha melalui pola kemitraan terpadu ini melahirkan diversifikasi usaha berupa peluncuran produk makanan ringan Cal Donat pada tahun 1993.

Kini setelah 24 tahun berkarya,Perusahaan berorientasi kepada visi untuk menjadi produsen makanan cepat saji dengan pelayanan dan kualitas terbaik di Indonesia.Dengan tiga merek dagang bernaung dibawah menjalankan 183 gerai dan didukung oleh 1.402 karyawan.

4.1.7. Sejarah PT. Sekar Laut

PT Sekar Laut Tbk adalah makanan Indonesia yang berbasis perusahaan manufaktur. Perusahaan memproduksi kerupuk, saus tomat, saus dingin dan siap untuk digunakan bumbu. Menjual produk di bawah merek finna, di pasar lokal dan internasional. Produk lain termasuk bakso, pangsit, lumpia, dilapisi tepung roti / nugget, tali sepatu dan daging beku, yang dijual di bawah merek BUMIFOOD. P.T. Sekar Laut. Grup kegiatan utama perdagangan barang-barang konsumen dan manufaktur kerupuk sayur, seafood kerupuk, saus tomat, saus cabai dan bumbu siap pakai. Grup perdagangan barang-barang konsumsi, pakan udang dan lain-lain. Ini menjual kerupuk, saus tomat, saus dingin dan siap untuk menggunakan bumbu di bawah merek finna lokal dan pasar ekspor. Kegiatan lain termasuk operasi supermarket dan "Wok Noodle" restoran. Grup berkedudukan di Indonesia dan menjual produk-produknya di Jepang, Korea, Oseania, Inggris, Hong Kong dan Belanda.


(59)

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1. Deskripsi Tentang Return On Assets(ROA) (X1

Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang berkaitan dengan return on assets (ROA) sejak tahun 2003 hingga tahun 2008 laporan keuangan perusahaan Food And Beverages yang go public di bursa efek indonesia.

Tabel 3

Return On Assets(ROA) (X

)

1

No

) 2003-2008 (dalam %)

Perusahaan Tahun ROA

1 PT. Ades Waters Indonesia Tbk

2003 -7,96 2004 -126,18 2005 -56,00 2006 -55,36 2007 -85,02 2008 -16,56

2 PT. Davomas Abadi Tbk

2003 11,97 2004 9,08 2005 6,81 2006 9,23 2007 7,73 2008 -12,64

3 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk

2003 27,30 2004 23,56 2005 22,35 2006 18,19 2007 21,09 2008 33,35

4 PT. Delta Djakarta Tbk

2003 13,74 2004 12,60 2005 14,70 2006 10,64 2007 11,25 2008 16,86

5 PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk

2003 -27,53 2004 -1,06 2005 0,86 2006 8,17 2007 3,19 2008 14,65


(60)

No Perusahaan Tahun ROA

6 PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk

2003 3,57 2004 5,30 2005 8,48 2006 -2,33 2007 1,84 2008 8,43

7 PT. Sekar Laut Tbk

2003 8,93 2004 -39,11 2005 94,02 2006 2,93 2007 1,13 2008 3,67 Sumber: Laporan keuangan perusahaan Food And Beverages yang go

public di bursa efek indonesia tahun 2003 – 2008 (Lampiran 1.1) Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai Return On Assets (ROA) untuk ketujuh perusahaan Food And Beverages yang go public di bursa efek indonesia selama 6 tahun pengamatan yakni tahun 2003 hingga tahun 2008 mengalami fluktuasi, hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam mengelola modal sendiri pada tingkat produktivitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan laba yang dimilikinya masih minim.

4.2.2. Deskripsi Tentang Return On Equity(ROE) (X2

Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang berkaitan dengan return on equity (ROE) sejak tahun 2003 hingga tahun 2008 laporan keuangan perusahaan Food And Beverages yang go public di bursa efek indonesia.


(61)

Tabel 4

Return On Equity(ROE) (X2

No

) 2003-2008 (dalam %)

Perusahaan Tahun ROE

1 PT. Ades Waters Indonesia Tbk

2003 3,90 2004 -428,81 2005 135,67 2006 59,44 2007 -230,76 2008 -29,30

2 PT. Davomas Abadi Tbk

2003 15,58 2004 14,35 2005 11,55 2006 20,11 2007 17,60 2008 -75,79

3 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk

2003 33,63 2004 34,99 2005 38,18 2006 37,08 2007 42,68 2008 64,59

4 PT. Delta Djakarta Tbk

2003 11,76 2004 10,90 2005 13,89 2006 10,02 2007 10,32 2008 16,11

5 PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk

2003 -822,06 2004 -0,79 2005 147,43 2006 12,85 2007 -10,35 2008 10,16

6 PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk

2003 -41,12 2004 1768,58 2005 221,70 2006 -2152,33 2007 15,19 2008 89,11


(62)

No Perusahaan Tahun ROE

7 PT. Sekar Laut Tbk

2003 -3,18 2004 11,26 2005 443,57 2006 5,12 2007 5,96 2008 4,24 Sumber: Laporan keuangan perusahaan Food And Beverages yang go

public di bursa efek indonesia tahun 2003 – 2008 (Lampiran 1.2) Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai Return On Equity (ROE) untuk ketujuh perusahaan Food And Beverages yang go public di bursa efek indonesia selama 6 tahun pengamatan yakni tahun 2003 hingga tahun 2008 mengalami fluktuasi, hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan masih belum begitu stabil.

4.2.3. Deskripsi Tentang Earning Per Share (EPS) (X3

Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang berkaitan dengan Earning Per Share (EPS) sejak tahun 2003 hingga tahun 2008 laporan keuangan perusahaan Food And Beverages yang go public di bursa efek indonesia.

Tabel 5

Earning Per Share(EPS) (X

)

3

No

) 2003-2008 (dalam rupiah)

Perusahaan Tahun EPS

1 PT. Ades Waters Indonesia Tbk

2003 46

2004 -1074 2005 -480 2006 -860 2007 -263


(63)

No Perusahaan Tahun EPS

2 PT. Davomas Abadi Tbk

2003 15

2004 16

2005 15

2006 16

2007 17

2008 -41

3 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk

2003 4282 2004 4144 2005 4130 2006 3492 2007 4005 2008 10551

4 PT. Delta Djakarta Tbk

2003 2352 2004 2417 2005 3522 2006 2703 2007 2956 2008 5230

5 PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk

2003 2277

2004 2

2005 82

2006 8

2007 -6

2008 7

6 PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk

2003 -37

2004 -95

2005 21

2006 -8

2007 1

2008 19

7 PT. Sekar Laut Tbk

2003 141

2004 -564 2005 1207

2006 7

2007 8

2008 6

Sumber: Laporan keuangan perusahaan Food And Beverages yang go public di bursa efek indonesia tahun 2003 – 2008 (Lampiran 1.3)


(64)

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada tabel di atas diketahui bahwa nilai Earning Per Share (EPS) untuk ketujuh perusahaan

Food And Beverages yang go public di bursa efek indonesia selama 6 tahun pengamatan yakni tahun 2003 hingga tahun 2008 mengalami fluktuasi. Perubahan yang berfluktuatif terhadap Earning Per Share (EPS)

tersebut terjadi karena dengan berhasilnya perusahaan, laba bersih jelas akan meningkat. Tetapi investor berkepentingan untuk mengetahui apakah laba bersih bertumbuh sepadan dengan ukuran struktur modal perusahaan. Investor menggunakan angka laba per saham untuk mengevaluasi hasil operasi perusahaan guna mengambil keputusan investasi.

4.2.4. Deskripsi Tentang Harga Saham (Y)

Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang berkaitan dengan Harga Saham sejak tahun 2003 hingga tahun 2008 laporan keuangan perusahaan Food And Beverages yang go public di bursa efek indonesia.

Tabel 6

Harga Saham (Y) 2003-2008 (dalam rupiah)

No Perusahaan Tahun Harga Saham

1 PT. Ades Waters Indonesia Tbk

2003 1025

2004 2257

2005 166

2006 1110

2007 730


(65)

No Perusahaan Tahun Harga Saham

2 PT. Davomas Abadi Tbk

2003 410

2004 200

2005 80

2006 590

2007 250

2008 58

3 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk

2003 32000

2004 42500

2005 50000

2006 55000

2007 55000

2008 49500

4 PT. Delta Djakarta Tbk

2003 8700

2004 14500

2005 36000

2006 22800

2007 16000

2008 20000

5 PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk

2003 110

2004 105

2005 80

2006 100

2007 51

2008 100

6 PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk

2003 400

2004 400

2005 400

2006 400

2007 400

2008 400

7 PT. Sekar Laut Tbk

2003 350

2004 450

2005 400

2006 285

2007 75

2008 90

Sumber: Laporan keuangan perusahaan Food And Beverages yang go public di bursa efek indonesia tahun 2003 – 2008 (Lampiran 1.4)


(66)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai Harga Saham untuk ketujuh perusahaan Food And Beverages yang go public di bursa efek indonesia selama tahun pengamatan yakni tahun 2003 hingga tahun 2008 mengalami fluktuasi, fluktuasi tersebut disebabkan karena pihak investor masih mempertimbangkan investasi mereka di ketujuh perusahaan tersebut, karena memang investor berkepentingan untuk mengetahui ketiga nilai tersebut, seperti harga pasar, harga nominal dan harga perdana sebagai informasi penting dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat. Dalam membeli atau menjual saham, investor akan membandingkan nilai intristik dengan nilai pasar saham bersangkutan.

4.3. Deskripsi Hasil Pengujian

4.3.1. Hasil Pengujian Normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal yang dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah Kolmogorov Smirnov dan Shapiro Wilk.

Hasil pengujian normalitas yang dilakukan terhadap variabel-variabel yang diteliti dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan


(67)

Tabel 7 Hasil Uji Normalitas

Te sts of Norm ality

,257 42 ,000 ,786 42 ,000

,355 42 ,000 ,517 42 ,000

,347 42 ,000 ,716 42 ,000

,382 42 ,000 ,613 42 ,000

ROA ROE EP S

Harga Saham

St atist ic df Sig. St atist ic df Sig.

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-W ilk

Lilliefors S ignificance Correction a.

Sumber : Lampiran 2

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai statistik

Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro Wilk yang diperoleh mempunyai taraf signifikan yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini membuktikan bahwa semua variabel yang diteliti berdistribusi tidak normal, akan tetapi apabila populasinya yang ditarik > 30, maka distribusi harga deviasi standar dianggap mendekati distribusi normal (Djarwanto, 1996: 114).

4.3.2. Pengujian Asumsi Klasik

4.3.2.1.Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross sectional)” (Gujarati, 1995:201). Jadi dalam model regresi linear diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi. Artinya nilai residual (Y observasi – Y prediksi) pada waktu ke-t (et) tidak boleh ada hubungan dengan nilai residual periode

sebelumnya (et-1). Dalam penelitian ini, besarnya Durbin Watson setelah

dianalisis adalah sebesar 1,029. Untuk mengetahui adanya gejala autokorelasi maka perlu dilihat besaran DW (Durbin-Watson):


(68)

a. Angka D-W dibawah –2 berarti ada autokorelasi positif b. Angka D-W –2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi

c. Angka D-W dibawah +2 berarti ada autokorelasi negative Berdasarkan keterangan diatas dapat diketahui bahwa nilai D-W berada di antara –2 sampai +2 yaitu sebesar 1,029, yang berarti tidak ada autokorelasi.

4.3.2.2.Uji Multikolinieritas

Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinier dapat dilakukan dengan menghitung Variance Inflation Factor (VIF). Dari hasil pengujian terhadap gejala mulitikolinieritas diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 8.

Hasil Uji Multikolinieritas

Variabel bebas Tolerance VIF

Return On Assets (ROA) (X1) 0,756 1,323

Return On Equity (ROE) (X2) 0,937 1,068

Earning Per Share (EPS) (X3) 0,800 1,249

Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa nilai VIF seluruh variabel bebas dalam penelitian ini lebih kecil dari 10, artinya seluruh variabel bebas pada penelitian ini tidak terjadi gejala multikolinier (Ghozali, 2001:57).

4.3.2.3.Uji Heteroskedastisitas

Pada regresi linier, nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel (X). Hal ini bisa diidentifikasi dengan menghitung korelasi Rank


(69)

Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas dimana nilai probabilitas yang diperoleh harus lebih besar dari 0,05. Hal ini bisa diidentifikasikan dengan cara menghitung korelasi Rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel independen atau yang menjelaskan dimana nilai signifikansi yang diperoleh harus lebih besar dari 0,05.

Hasil pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 9

Hasil Pengujian Heteroskedastisitas

No Variabel Nilai mutlak

dari residual

Taraf Signifikansi

1 Return On Assets (ROA) (X1) 0,047 0,769

2 Return On Equity (ROE) (X2) 0,089 0,576

3 Earning Per Share (EPS) (X3) -0,067 0,675

Sumber : Lampiran 4

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, tingkat signifikan koefisien Rank Spearman untuk semua variabel bebas terhadap residual adalah lebih besar dari 0,05 yang berarti pada model regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas.

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa model analisis regresi linier berganda tersebut telah bebas dari penyimpangan-penyimpangan asumsi klasik, yaitu bebas dari penyimpangan heteroskedastisitas, multikolinieritas dan autokorelasi sehingga layak untuk dilakukan pengujian regresi linier berganda.


(1)

65

menggunakan rasio keuangan salah satunya rasio profitabilitas yaitu ROE. Dengan demikian investor ini lebih memperhatikan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mengelola modal sendirinya untuk menghasilkan laba bersih. Semakin besar hasil pengembalian atas modal sendiri (ROE) maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan lebih dapat memanfaatkan modalnya sendiri dibandingkan perusahaan lain. Dengan demikian hal ini akan mendorong investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut sehingga akan meningkatkan permintaan saham yang pada akhirnya dapat menaikkan harga saham.

Ditemukannya pengaruh signifikan variabel Earning per share (EPS) terhadap harga saham, hal ini dikarenakan salah satu sebab mengapa EPS sangat populer adalah karena adanya anggapan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividend per share dikemudian hari dan tingkat harga saham dikemudian hari. EPS juga dianggap relevant dalam menilai efektivitas manajemen dan kebijaksanaan pembagian deviden. Menurut Tuanakotta (1985:213) Earning Per Share adalah angka yang paling sering dipergunakan dalam publikasi mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya kepada umum. EPS sering dipandang sebagai angka yang memberikan ringkasan dari berbagai data akuntasi. Salah satu sebab mengapa EPS sangat populer adalah karena adanya anggapan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividend per share dikemudian hari dan tingkat harga saham


(2)

66

dikemudian hari. EPS juga dianggap relevant dalam menilai efektivitas manajemen dan kebijaksanaan pembagian deviden. Sedangkan menurut Sunariyah (2003:30) harga penyertaan modal dalam pemilikan suatu perseroan terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Perkembangan harga saham dapat ditunjukkan melalui naik-turunnya harga-harga saham yang umumnya dicerminkan melalui earning per share (EPS),Return dan price earning Ratio(PER). PER dapat diperoleh dari perkembangan harga saham per periode tertentu dibagi dengan tingkat earning, PER dapat dijadikan indikator untuk melihat perkembangan harga saham relatif dibanding dengan tingkat laba perusahaan.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan dari penelitian sebagai berikut:

1. ROA (Return On Assets) tidak berpengaruh terhadap harga saham

Perusahaan Food And Beverages Yang Go Public Di Bursa Efek

Indonesia.

2. ROE (Return On Equity) tidak berpengaruh terhadap harga saham

Perusahaan Food And Beverages Yang Go Public Di Bursa Efek

Indonesia.

3. EPS (Earning Per Share) berpengaruh terhadap harga saham

Perusahaan Food And Beverages Yang Go Public Di Bursa Efek

Indonesia.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari pengujian hipotesis yang telah dilakukan maka dapat diajukan beberapa saran:

a. Perusahaan

Dengan tidak terbuktinya semua variabel bebas sebagai faktor yang mempengaruhi harga saham perusahaan, diharapkan perusahaan melakukan pengawasan terhadap saham tersebut melalui kebijakan-kebijakan yang nantinya dapat menarik semua investor untuk menanam


(4)

saham di perusahaannya sehingga laba yang dihasilkannya pun akan cepat meningkat.

b. Bagi penelitian selanjutnya

Diharapkan pada penelitian selanjutnya dilakukan pengembangan terhadap berbagai faktor yang memiliki kemungkinan dapat

mempengaruhi terhadap Harga Saham ketujuh perusahaan Food And

Beverages yang go public di bursa efek indonesia selama tahun pengamatan yakni tahun 2003 hingga tahun 2008, seperti EVA dan PER.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Daftar Buku:

Anonim, 2003, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.

Baridwan, Zaki, 1997, Intermediate Accounting, Edisi Ketujuh, Penerbit BPFE,Yogyakarta.

Gitosudarmo, 2002, Manajemen Keuangan, Edisi Empat, BPFE, Yogyakarta. Gujarati, D, 1999, Ekonometrika Dasar, Cetakan keenam, Penerbit Erlangga,

Jakarta.

Hanafi, Mamduh M, 2003, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Revisi, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2001, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi satu, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Husnan, Suad, 1994, Manajemen Keuangan, Penerbit UPP AMP YKPN,

Yogyakarta.

Jumingan, 2008, Analsisis laporan Keuangan, Edisi kedua, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Jogiyanto, 2003, Teori Portofolio Dan Analisis Investasi, Edisi Kedua. Cetakan Pertama. BPFE-YOGYAKARTA, Yogyakarta.

Riyanto, Bambang, 1995, Dasar-Dasar Pembelajaan Perusahaan, Ed Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Santoso, Singgih, 2001, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, PT. Alex Media Komputindo, Jakarta.

Skousen, Smith, 1995, Akuntansi Intermediate, Edisi kesembilan, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sugiyono, 2003, Statistika untuk Penelitian, Cetakan kelima, Penerbit CV. Alphabeta, Bandung.

Sunariyah, 2003, Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Ketiga, UPP AMP YKPN,

Yogyakarta.

Tandelilin, Edvardus, 2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.


(6)

Jurnal :

Wulandari dan Sasongko, 2006, Pengaruh EVA dan Rasio-Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham, Empirika, Vol. 19, No.1, Juni 2006, 64-80. Haryanto dan Sugiharto, Toto, 2003, Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap

Harga Saham Pada Perusahaan Industri Minuman Di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, No.3, Jilid 8, Tahun 2003.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PER, EPS, DAN ROE TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES Pengaruh Per, Eps, Dan Roe Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 3 15

PENGARUH PER, EPS, DAN ROE TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES Pengaruh Per, Eps, Dan Roe Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 3 14

PENDAHULUAN Pengaruh Per, Eps, Dan Roe Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 8

PENGARUH ROA, ROE, NPM, DAN EPS TERHADAP RETURN SAHAM Pengaruh Roa, Roe, Npm, Dan Eps Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Food And Baverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2008-2010.

1 7 14

PENGARUH EPS, DPR, ROI, DAN ROE TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN Pengaruh EPS, DPR, Roi, Dan ROE Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia (BEI).

0 10 15

PENGARUH ROE DAN EPS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 0 6

KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP LEVERAGE PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 65

PENGARUH ROE DAN EPS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN ROKOK YANG GO PUBLIC DI BEI.

0 0 70

Pengaruh ROA, ROE dan EPS Terhadap Harga Pasar Saham Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 20

PENGARUH ROE DAN EPS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN ROKOK YANG GO PUBLIC DI BEI

0 0 18