UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA MATA PELAJARAN IPA DALAM MATERI TANAH LONGSOR.

(1)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL) PADA MATA PELAJARAN IPA DALAM MATERI

TANAH LONGSOR

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN 2 Matangaji Semester II Tahun ajaran 2011/ 2012)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: NUR INAYAH

0604597

PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL) PADA MATA PELAJARAN IPA DALAM MATERI

TANAH LONGSOR

Oleh NUR INAYAH

0604597

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Nur Inayah 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL) PADA MATA PELAJARAN IPA DALAM MATERI

TANAH LONGSOR

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN 2 Matangaji Semester II Tahun ajaran 2011/ 2012)

Oleh :

NUR INAYAH 0604597

Disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing I

Drs. Dede Somarya, M.Pd. NIP.19580305 198403 1 002

Pembimbing II

Drs. Nana Djumhana, M.Pd. NIP.19590508 198403 1 002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendididkan Indonesia


(4)

Dr. H. Babang Robandi, M.Pd NIP. 19610814 198603 1 001


(5)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA MATA PELAJARAN IPA DALAM MATERI TANAH LONGSOR

Oleh: NUR INAYAH

0604597 ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil observasi awal yang dilaksanakan di SDN 2 Matangaji bahwa hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA masih rendah. Hasil belajar siswa kelas IV pada pelajara IPA, 65,1% mendapat nilai dibawah KKM yang telah ditentukan yaitu 65. Untuk mengatasi masalah ini dilakukan penelitian guna meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi tanah longsor dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL). Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah test, lembar observasi guru dan siswa, lembar observasi afektif (rasa ingin tahu) serta lembar psikomotorik. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Pada setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDN 2 Matangaji yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL). Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari nilai rata rata pada siklus I sebesar 63,05 dan siswa yang mencapai KKM pada siklus I sebesar 44,4%, dan pada siklus II nilai rata-rata siswa bertambah menjadi 76,9 dengan ketuntasan belajar sebesar 83,3 %. Kata Kunci : Pendekatan Contextual Teaching And Learning, Hasil Belajar Siswa.

Abstract: This research is motivated by the results of preliminary observations

conducted at SDN 2 Matangaji that student learning outcomes in science learning is still low . Fourth grade student learning outcomes in science subject is , 65.1 % scored below a predetermined KKM is 65 . To resolve this problem do the research to improve student learning outcomes in science learning materials by applying the approach landslide Contextual Teaching And Learning ( CTL ) . The research method used was action research ( PTK ) . The instrument used in this study was a test , the teacher and student observation sheet , observation sheets affective ( curiosity ) and psychomotor sheet . The research was conducted by 2 cycles . At each cycle consisting of planning , implementation , observation , and reflection . Subjects were fourth grade students of SDN 2 Matangaji which consisted of 21 male students and 15 female students . The results showed that an increase in student learning outcomes by applying the approach Contextual Teaching And Learning ( CTL ) . Improved learning outcomes can be seen from the average value in the first cycle of 63.05 and students who achieve KKM on the first cycle of 44.4 % , and the second cycle students' average score increased to 76.9 with a passing grade of 83 , 3 % .


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Operasional ... 7

F. Hipotesis Tindakan ... 8

BAB II PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 9


(7)

vii

C. Penererapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam

pembelajaran IPA di SD…………. ... 25

D. Hasil Belajar ... 27

E. Materi Tanah Longsor ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 34

B. Prosedur Penelitian ... 35

C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 38

D. Instrumen Penelitian ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 41

F. Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49

B. Pembahasan ... 98

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 110

B. Rekomendasi ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 112


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dengan Pendekatan

Pembelajaran Tradisional ... 21

Tabel 2.2 Ranah Afektif dan Kata Kerja Operasionalnya... 30

Tabel 2.3 Ranah Psikomotor dan Kata Kerja Operasionalnya ... 31

Tabel 3.1 Kategori Hasil Belajar Siswa ... 44

Tabel 3.2 Kategori Tafsiran IPK Pemahaman Siswa terhadap Materi ... 46

Tabel 3.3 Penskoran tiap Butir Lembar Observasi ... 46

Tabel 3.4 Konversi Nilai Keterlaksanaan Pembelajaran... 47

Tabel 3.5 Kategori Tafsiran IPK ... 47

Tabel 3.6 Persentase Jawaban Angket Siswa ... 48

Tabel 4.1 Hasil Belajar Post Test siklus I ... 48

Tabel 4.2 Kriteria ketuntasan belajar ... 58

Tabel 4.3 Rata-rata nilai post test siklus I ... 58

Tabel 4.4 Hasil Kerja Kelompok (LKS) Siklus ke-I ... 59

Tabel 4.5 Kriteria Penilaian Hasil Belajar Afektif ... 60

Tabel 4.6 Skor Afektif Siklus I ... 61

Tabel 4.7 Kriteria IPK ... 62

Tabel 4.8 Skor Psikomotorik Siklus I ... 62

Tabel 4.9 Hasil Belajar Post Test siklus II ... 72

Tabel 4.10. Rata-rata nilai siklus II ... 74


(9)

ix

Tabel 4.12 Skor Afektif Siklus II ... 75

Tabel 4.13 Skor Psikomotorik Siklus II ... 76

Tabel 4.14 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 80

Tabel 4.15 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 83

Tabel 4.16 Hasil Nilai Observasi Guru Setiap Siklus ... 85

Tabel 4.17 Hasil Obsevasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 86

Tabel 4.18 Hasil Obsevasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 88

Tabel 4.19 Hasil Nilai Observasi Siswa Setiap Siklus ... 90

Tabel 4.20 Tabel peningkatan nilai rata- rata siklus I dan II ... 90

Tabel 4.21 Kategori Tafsiran IPK Pemahaman siswa terhadap materi ... 92

Tabel 4.22 Presentasi Skor Afektif pada Siklus I dan II ... 93

Tabel 4.23 Presentase Indikator Aspek Afektif ... 94


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Model Spiral dari Kemmis & Taggart... 37

Gambar 4.1. Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus I ... 58

Gambar 4.2. Nilai Rata-rata Post Test Siswa pada Siklus I ... 59

Gambar 4.3. Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus II ... 73

Gambar 4.4. Nilai Rata-rata Post Test Siswa pada Siklus II ... 74

Gambar 4.5 Indeks Keterlaksanaan Kinerja Guru Siklus I ... 82

Gambar 4.6 Indeks Keterlaksanaan Kinerja Guru Siklus II ... 84

Gambar 4.7 Indeks Keterlaksanaan Aktivitas Siswa siklus I ... 87

Gambar 4.8 Indeks Keterlaksanaan Aktivitas Siswa siklus II ... 89

Gambar 4.9 Peningkatan nilai rata-rata hasil post test ... 91

Gambar 4.10 Ketuntasan Belajar Siklus I dan II... 92

Gambar 4.11 Nilai IPK ... 93

Gambar 4.12 Profil Aspek Afektif Siswa ... 96


(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Standar Nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, dinyatakan bahwa: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Merujuk pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat pada kurikulum Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) 2006, Mata pelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam secara ilmiah. Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai seperangkat fakta–fakta yang harus dihafal. Sehingga hasil pendidikan hanya tampak dari kemampuan siswa menghafal fakta-fakta. Walaupun banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang diterimanya tetapi pada kenyataannya mereka sering kali tidak memahami secara mendalam substansi materinya.

Orientasi pendidikan selama ini cenderung menitikberatkan pada penguasaan materi semata yang terbukti keberhasilan hanya terjadi pada kompetensi jangka pendek tetapi gagal membekali anak dalam memecahkan masalah atau persoalan jangka panjang (Nurhadi, 2004). Secara umum


(12)

2

pembelajaran IPA yang selama ini diterapkan kurang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan juga belum secara optimal membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan peserta didik sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Berdasarkan observasi awal selama di kelas tempat penelitian, kerja guru dan aktivitas siswa serta hasil belajar siswa tidak optimal. Kondisi di lapangan menunjukkan terdapat beberapa kelemahan dalam pembelajaran IPA di SDN 2 Matangaji antara lain:

1. pembelajaran IPA di SDN 2 Matangaji masih berpusat pada guru dengan menggunakan model klasikal dan kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajarannya.

2. Guru di SDN 2 Matangaji dalam menyampaikan pembelajaran IPA sering tidak menyenangkan dan tidak menarik bagi siswa, pembelajaran IPA hanya diajarkan satu arah oleh guru (ceramah) yang hanya mentransfer konsep-konsep yang diketahui guru tanpa mengembangkan keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa.

3. Ketika guru menjelaskan, banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan karena siswa bingung, tidak tahu apa yang sedang mereka pelajari sehingga mereka bergurau, mengobrol dengan teman-temannya.

4. Selain itu guru selalu menyuruh siswa untuk mengisi lembar kerja siswa (LKS) yang isinya hanya terdiri dari kumpulan soal-soal dan bukan berisi petunjuk pelaksanaan sebuah kegiatan serta tidak menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.

5. Siswa kurang termotivasi untuk mempelajari IPA secara keseluruhan karena konsep-konsep IPA yang disampaikan secara abstrak, kelemahan seperti ini menyebabkan siswa menjadi verbalistik.

Hasil belajar pada mata pelajaran IPA masih belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan pada awal tahun ajaran. Dengan jumlah siswa sebanyak 36 siswa yang terdiri dari 21 siswa putra dan 15 siswa putri, baru 34,9% siswa mencapai ketuntasan belajar (mendapat nilai ≥ 65) dan


(13)

3

65,1% siswa mendapatkan nilai di bawah 65. Nilai yang diperoleh siswa berkisar antara 20-80 dengan nilai rata-rata 50. Hal ini dirasa sangat tidak memuaskan karena hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan jika melihat standar KKM IPA di sekolah SDN 2 Matangaji adalah 65.

Dari kenyataan tersebut terlihat bahwa pembelajaran kurang memberdayakan siswa, sehingga aktivitas guru lebih dominan dibandingkan dengan siswa. Hal ini bertentangan dengan prinsip KTSP yaitu kegiatan berpusat pada siswa, belajar melalui berbuat, mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial, belajar sepanjang hayat, belajar mandiri dan belajar bekerjasama (Muslich, 2008: 48). Apabila proses belajar yang membosankan dengan metode ceramah dan latihan soal dilakukan terus menerus, maka kemungkinan besar banyak siswa yang tidak menyukai mata pelajaran IPA (Trianto, 2007 : 108). Pembelajaran IPA yang membosankan, membuat tidak disenangi yang pada akhirnya berdampak pada hasil belajar yang tidak memuaskan.

Hasil belajar terdiri dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor sehingga dalam pembelajaran ketiga aspek harus terpenuhi bukan hanya salah satu aspek saja. Ketiga aspek tersebut dapat dipenuhi apabila siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa akan belajar aktif dalam kegiatan belajar apabila ada motivasi, selain itu kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus menarik, dan menyenangkan (Muslich,2008: 67).

Dalam buku “Model-model pembelajaran inovatif berorientasi

konstruktivistik” Trianto (2007 : 104) berpendapat :

Materi pelajaran akan tambah berarti jika siswa mempelajari materi pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan siswa, dan menemukan arti di dalam proses pembelajarannya, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran, mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk membangun pengetahuan baru. Dan selanjutnya siswa memanfaatkan kembali pemahaman pengetahuan dan kemampuannya itu dalam berbagai konteks di luar sekolah untuk menyelesaikan masalah dunia nyata yang kompleks, baik secara mandiri maupun dengan berbagai kombinasi dan struktur kelompok.


(14)

4

Ada kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali memikirkan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak „mengalami‟ sendiri apa yang dipelajari bukan sekedar mengetahuinya. Sehingga diperlukan konsepsi pembelajaran yang baru yang bisa menghadirkan situasi belajar yang bermakna bagi siswa. Dan itu akan terwujud jika dalam pembelajaran terdapat upaya untuk menghadirkan suasana realistis yang bisa menghubungkan antara pengetahuan yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa.

Pendekatan kontekstual (CTL) adalah pendekatan pembelajaran yang karakteristiknya memenuhi harapan itu. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan pembelajaran kontekstual diharapkan hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.

Mengapa memilih Contextual Teaching and Learning? Kusnandar (2007) menjabarkan tentang dipilihnya pembelajaran kontektual sebagai pembelajaran yang dianggap mampu menciptakan siswa produktif dan inovatif adalah dengan alasan sebagai berikut : (a) sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar “baru”yang lebih memberdayakan peserta didik. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkontruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. (b) Melalui landasan filosofi konstruktivisme, CTL dipromosikan menjadi alternative strategi belajar yang baru. Melalui CTL, siswa diharapkan belajar melalui “mengalami” bukan “menghapal”.

Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya menghadirkan lingkungan alamiah dalam proses belajar mengajar agar kelas lebih hidup dan bermakna karena siswa mengalami


(15)

5

sendiri apa yang dipelajarinya. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan kehidupan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Selain itu siswa dilatih untuk dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam bentuk simulasi.

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu kiranya ada perubahan dalam pembelajaran IPA di SD agar pembelajaran dapat lebih bermakna, bermanfaat dan dapat direalisasikan di dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang memfokuskan pada penerapan model pembelajaran CTL untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan judul penelitian: “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menerapkan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Mata Pelajaran IPA Dalam Materi Tanah Longsor”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana pelaksanaan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang konsep tanah longsor?

2. Bagaimana hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang materi tanah longsor setelah menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)?

3. Bagaimana respon siswa tentang pembelajaran IPA pada materi tanah longsor setelah menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian yang ingin dicapai Antara lain :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran IPA kelas IV pada materi tanah longsor melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).


(16)

6

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi tanah longsor setelah menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Lerning (CTL).

3. Untuk mengetahui respon siswa tentang pembelajaran IPA pada materi tanah

longsor setelah menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, peserta didik serta sekolah. Berikut adalah manfaat yang diharapan untuk masing-masing elemen pendidikan tersebut.

1. Manfaat Bagi Peneliti

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam mengelola kegiatan belajar mengajar.

b. Memberi pengalaman baru serta menjadikan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai alternatif bagi guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

2. Manfaat Bagi Peserta Didik

a. Meningkatkan motivasi dan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran IPA di Kelas IV SDN 2 Matangaji melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

b. Meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam proses pembelajaran IPA.

3. Manfaat Bagi Guru

1. Mengoptimalkan peran guru sebagai fasilitator pembelajaran siswa 2. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan bagi guru dalam


(17)

7

4. .Manfaat Bagi Sekolah

a. Memberikan motivasi bagi guru-guru lain dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran IPA di Kelas IV SDN 2 Matangaji melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

E. Definisi Operasional

1. Hasil belajar siswa yaitu kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Hasil belajar siswa terdiri dari kognitif dan kinerja pada saat mengikuti proses pembelajaran. Dalam penelitian ini aspek yang akan diteliti yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Aspek Kognitif berupa pemahaman siswa memahami, menjelaskan fakta serta kemampuan untuk dapat menghubungkan konsep-konsep yang sudah dipelajari yang diukur dengan menggunakan tes setiap akhir pembelajaran dan dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai. Aspek afektif dan psikomotor dilihat dalam bentuk kinerja siswa dan diukur dengan menggunakan observasi. Kinerja siswa yang dilihat adalah siswa melakukan pengamatan, merangkai media, melakukan percobaan dan menginterpretasikan apa yang sudah diperoleh dalam proses pembelajaran. Hasil belajar yang diambil dalam penelitian ini adalah nilai ulangan harian siswa yaitu nilai post test.

2. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pendekatan yang mengaitkan materi pelajaran dengan kondisi nyata siswa kemudian siswa mampu menghubungkan pengetahuan yang diperolehnya dengan kehidupan mereka sehari-hari. Tahapan CTL yang dilaksanakan melibatkan 7 komponen utama pembelajaran yaitu konstruktivisme (constructivism), bertanya (quetioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assesment).

3. Respon siswa dapat diartikan sebagai pendapat siswa mengenai kegiatan pembelajaran yang diterapkan di kelas. Untuk mengetahui respon siswa


(18)

8

terhadap pembelajaran dilakukan dengan cara penyebaran angket untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Lerning (CTL). Angket tersebut berisi pernyataan-pernyataan mengenai pembelajaran dengan pendekatan CTL. Siswa diminta menanggapi pernyataan yang diberikan dengan cara memberi cheklist pada kolom tanggapan Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) atau Sangat Tidak setuju (STS)

F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan prediksi atau dugaan terhadap hasil penelitian (McMillan, 2008:44). Sejalan dengan pendapat tersebut, Arikunto (2006:71) dan Sudjana (2009:12) mengatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara tehadap permasalahan penelitian. Hipotesis tindakan penelitian ini adalah: “Terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang konsep tanah longsor setelah menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Lerning (CTL)”.


(19)

34

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Reseach) dengan alasan bahwa penelitian ini menyangkut masalah praktek pembelajaran di kelas. Menurut Hermawan

et al, (2007:79) “Penelitian Tindakan Kelas dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara professional”.

Sementara itu Romiati (2006:25) mengatakan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat dengan melaksanakan tindakan yang bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa didik”. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kasbolah (1997/1998:13) bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.

Peneliti dan subjek yang diteliti dalam PTK bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki atau meningkatkan praktek pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk kajian yang dilakukan untuk memperbaiki kondisi praktek-praktek pembagian di kelas secara lebih profesional (Kemmis dalam Hopkins, 1993 : 44, Suyanto, 1997 : 4).

Tujuan utama Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Barg (Suyanto, 1997 : 8) bahwa penelitian ini bertujuan mengembangkan keterampilan-keterampilan guru berdasarkan pada persoalan-persoalan pembelajaran yang dihadapi oleh guru di kelasnya. Sebagai bentuk penelitian reflektif, dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat


(20)

35

memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Secara lebih terinci Arikunto (2006 : 61) menjelaskan :

Tujuan penelitian tindakan kelas antara lain: (1) meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah; (2) Membantu guru dan tenaga kependididikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas; (3) Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan; (4) Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable).

B. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilaksanakan melalui empat tahap kegiatan yang pelaksanaanya dilakukan secara berulang-ulang (siklus). Keempat tahap kegiatan itu adalah : (1) perencanaan (planning); (2) tahap pelaksanaan tindakan (action); (3) tahap pengamatan (observation); dan (4) tahap refleksi (reflection). Tahapan-tahapan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan (Planning)

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut:

a. Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

c. Menyiapkan alat bantu mengajar/ media yang diperlukan dalam pembelajaran.

d. Membuat Lembar Kerja Siswa

e. Merancang instrumen yang akan digunakan dalam siklus PTK berupa format observasi dan angket

f. Menyusun alat evaluasi pembelajaran untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan pendekatan CTL.


(21)

36

2. Tahap Pelaksanaan (Action)

Tahap kedua adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yang dilakukan di kelas.

a. Melaksanakan langkah-langkah tindakan sesuai dengan yang sudah direncanakan mengenai materi tanah longsor yang mengacu kepada RPP yang telah disusun sebelumnya, yaitu terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan akhir.

b. Menerapkan pendekatan CTL (anak diusahakan untuk bertanya dan menemukan jawabannya sendiri)

c. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana

d. Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan

e. Di akhir pembelajaran dilaksanakan tes untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa

3. Tahap Pengamatan (Observation)

Kegiatan pengamatan dan pelaksanaan tindakan dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Sambil melaksanakan tindakan, peneliti mengamati dan mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

Pada tahap ini kegiatan inti yang dilakuan peneliti adalah menghimpun data melalui pedoman pengamatan atau alat pengumpul data yang telah disiapkan untuk dapat menghasilkan temuan dan masukan yang didapat selama kegiatan tindakan yang berlangsung dalam upaya untuk memodifikasi dan merencanakan kembali tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

4. Tahap Refleksi (Reflection)

Pada tahapan ini peneliti melakukan analisis data yang berhasil dikumpulkan melalui pedoman observasi, hasil tes siswa dan hasil wawancara serta aktivitas siswa di kelas. Temuan-temuan yang diperoleh


(22)

37

dijadikan sebagai bahan rujukan untuk menentukan perencanaan perbaikan pada siklus selanjutnya.

Refleksi dalam PTK ini mencakup analisis, sintesis, interpretasi, eksplanasi dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan terhadap pendekatan CTL dalam pembelajaran IPA tentang materi pokok tanah longsor. Jika terdapat masalah dari proses refleksi ini maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya.

Dan untuk lebih lengkapnya prosedur penelitian yang penulis lakukan pada penerapan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam pembelajaran IPA ini dapat digambarkan desain penelitannya yang diadaptasi dari model penelitian tindakan menurut Kemmis & Taggart sebagaimana berikut ini:

Gambar 3.1 Model spiral dari Kemmis & Taggart (Agustiani, 2010) Perencanaan

Refleksi I Observasi Pelaksanaan

Perencanaan

SIKLUS I

SIKLUS II


(23)

38

C. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Matangaji yang berlokasi di Jalan Syarif Hidayatullah No. 14 RT 02 RW 06 Desa Matangaji Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon.

Peneliti memilih lokasi penelitian di SDN 2 Matangaji untuk dijadikan lokasi tempat penelitian ini, karena didorong oleh hal-hal berikut ini:

a. Tidak sulit dalam melakukan perijinan.

b. Pihak sekolah memberikan respon yang positif terhadap penelitian yang akan peneliti lakukan.

c. Masih adanya sejumlah masalah yang dihadapi oleh guru sebagai pengajar yang berkaitan dengan jalannya proses pembelajaran di kelas IV, terutama mata pelajaran IPA.

2. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDN 2 Matangaji Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon, tahun pelajaran 2012/2013 dengan banyaknya siswa yang dijadikan subjek penelitian sebanyak 36 orang, terdiri dari siswa laki-laki 15 orang dan perempuan 21 orang. Kelas ini dipilih sebagai tempat melakukan penelitian karena menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) materi mengenai tanah longsor diberikan di kelas IV.

D. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan kebenaran yang bersifat objektif dalam pengumpulan data, diperlukan adanya alat yang tepat untuk menunjang pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, sehingga masalah yang diteliti akan terefleksi dengan baik.

Adapun instrumen penilaian atau alat penilaian yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini diantaranya:


(24)

39

1. Instrumen pembelajaran :

a) RPP

RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan oleh guru dalam pembelajaran di kelas. Masing-masing RPP berisi standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar. RPP disusun berdasarkan langkah-langkah dalam pendekatan Contextual Teaching and Learning yang pada setiap tahapnya akan memunculkan aktivitas siswa.

b) Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kegiatan dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil proses belajar mengajar.

2. Instrumen pengumpulan data : a. Instrumen Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yaitu : (1) tes yang dilakukan di akhir pelajaran (post test) pada setiap siklus untuk melihat tingkat hasil belajar siswa terhadap materi pelajaran. (2) Lembar kerja siswa (LKS), digunakan selama pembelajaran berlangsung dengan menerapkan pendekatan CTL untuk membentuk pemahaman siswa terhadap materi dan aspek CTL. Selain itu LKS memberikan pengalaman langsung berupa langkah-langkah dalam melakukan sebuah kegiatan percobaan sehingga menarik untuk diikuti oleh siswa. Guru dan observer akan lebih mudah mengobservasi dan menilai aspek Contextual Teaching and Learning (CTL) apa saja yang sudah di pahami oleh siswa dalam kelompoknya karena siswa melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran.


(25)

40

b. Instrumen Non Tes (i) Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan panduan bagi observer dalam mengadakan pengamatan terhadap jalannya kegiatan penelitian. Lembar observasi ini terdiri dari dua jenis, yaitu lembar observasi guru dan siswa . Lembar observasi digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung serta untuk memperoleh data sikap siswa dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning.

(ii) Angket Siswa

Angket ialah seperangkat pertanyaan yang harus dijawab oleh subjek yang digunakan untuk merubah berbagai keterangan yang langsung diberikan oleh subjek menjadi data (Tabrani, R. 1993:65). Angket disajikan bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam kegiatan pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan yang disajikan dalam angket berupa pertanyaan yang memuat empat alternatif jawaban yaitu: S (setuju), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak setuju), SS (sangat setuju). Prosedur yang penulis lakukan dalam penyusunan angket adalah dengan berpatokan pada perumusan masalah, dimana melalui rumusan masalah penulis dapat melihat gambaran kegiatan yang akan dilakukan. Adapun dalam pelaksanaannya, angket diberikan pada akhir siklus pembelajaran.

(iii)Catatan lapangan

Melalui catatan lapangan yang dilakukan observer dan guru sendiri yang melaksanakan tindakan pembelajaran akan terungkap hal-hal yang luput dari pengamatan melalui observasi tentang penerapan model CTL (Contextual Teaching and Learning) ini. Hal-hal yang dicatat dapat berupa perilaku siswa dan guru yang


(26)

41

terjadi di luar rencana atau diluar pedoman langkah-langkah pembelajaran model CTL yang perlu disesuaikan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dikumpulkan dan diolah sedemikian rupa sehingga hasilnya dapat dijadikan bahan untuk analisis. Data dalam penelitian ini memberikan gambaran mengenai aktivitas siswa dan ketuntasan belajarnya. Adapun teknik pengumpulan data dijabarkan sebagai berikut:

1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian tindakan adalah dari sumber primer yaitu siswa dan guru. Data primer yang dihasilkan dalam penelitian tindakan kelas antara lain:

a. Data Hasil Belajar

Data hasil belajar diperoleh dari serentetan tes yang diberikan pada setiap pertemuan dan diberikan pada akhir proses pembelajaran untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa terhadap pemahaman konsep yang telah dipelajari. Bentuk tes yang diberikan berbentuk uraian atau essai yaitu bentuk tes yang bertujuan supaya dapat mengembangkan cara berpikir siswa.

b. Data Hasil Observasi

Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung untuk menganalisis aktivitas guru dan siswa baik secara keseluruhan maupun aktivitas siswa dalam kelompok selama pembelajaran.

c. Data Hasil Angket

Angket siswa diberikan ketika semua siklus telah dilaksanakan. Angket digunakan untuk mengetahui respon dari siswa ketika setelah selesai pembelajaran dengan penerapan Contextual Teaching and learning (CTL).

d. Catatan Lapangan

Alat ini untuk mencatat informasi kualitatif yang terjadi selama proses tindakan. Hal-hal yang dicatat sangat banyak macamnya,


(27)

42

misalnya perilaku spesifik yang dapat menjadi petunjuk untuk langkah berikutnya. Catatan kualitatif juga dapat dipakai untuk menunjukkan kecenderungan perubahan yang bersifat positif atau negatif.

e. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto-foto pada saat proses pembelajaran berlangsung.

2. Cara Pengambilan Data

Langkah-langkah dalam Pengumpulan data dilakukan pada setiap aktivitas, situasi atau kejadian yang berkaitan dengan tindakan penelitian yang dilakukan. Secara garis besar cara pengambilan datanya antara lain: a. Studi pendahuluan hingga teridentifikasi permasalahan.

b. Pelaksanaan, analisis dan refleksi terhadap tindakan pembelajaran siklus I.

c. Pelaksanaan, analisis dan refleksi terhadap tindakan pembelajaran siklus II.

d. Observasi proses belajar mengajar berdasarkan kategori pengamatan yang telah di tetapkan pada setiap siklus.

e. Evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dan II. f. Menganalisis peningkatan hasil belajar siswa, tentang pokok bahasan

tanah longsor dengan membandingkan hasil tes awal dan tes akhir. g. Menganalisis sikap dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran dari

angket siswa.

F. Analisis Data

Nasution (1996:126) menyatakan analisis data adalah suatu proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan. Penyusunan data berarti menggolongkan dalam pola, tema dan kategori. Sedangkan menurut Sugiyono (2005:89) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data dalam kategori dan


(28)

43

menjabarkan ke dalam unit-unit kemudian mensintesa, menyusun ke dalam pola dan memilih mana yang penting dan yang akan diajarkan dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami.

1. Pengolahan Data Hasil Tes

Pada tahap ini data jawaban tes siswa yang terkumpul kemudian dianalisis dengan diberi skor, kemudian dilihat tingkat penguasaan siswa dalam memahami pelajaran IPA pada pokok bahasan tanah longsor dengan pendekatan kontekstual. Untuk menghitung persentase hasil belajar siswa secara keseluruhan terlebih dahulu mencari rata-rata tingkat penguasaan setiap siswa digunakan perhitungan sebagai berikut:

Rumus menghitung nilai siswa :

Nilai =

x 100 Keterangan :

N = Nilai

Dengan kategori hasil belajar siswa sebagai berikut: Tabel 3.1

Kategori Hasil Belajar Siswa

Nilai Kategori Peningkatan Hasil Belajar

81-100 Sangat baik

61-80 Baik

41-60 Cukup

21-40 Kurang

1-20 Kurang sekali

Sedangkan untuk menentukan rata-rata dari nilai siswa, maka digunakan rumus sebagai berikut:


(29)

44

Rumus menghitung rata-rata nilai siswa :

X = Keterangan :

X = Rata-Rata hitung x = Nilai

N = Banyaknya data

Dikutip dari Nurkancana dan Sumartana (1983) dalam Nurferi S (2010:55) Keberhasilan PTK ini dapat diketahui dari persentase ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus. Persentase siswa yang mencapai KKM pada setiap siklus dibandingkan dengan persentase perolehan KKM sebelumnya. Penelitian Tindakan Kelas dikatakan berhasil apabila siswa yang mencapai KKM mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pra siklus atau siklus sebelumnya dan memenuhi persentase tingkat keberhasilan ketuntasan belajar. Adapun cara menghitung persentase siswa yang mencapai KKM adalah sebagai berikut :

% Siswa yang mencapai KKM = x 100%

Keterangan :

% Siswa yang mencapai KKM = Ketuntasan belajar

= Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar dari atau sama dengan 65

N = Jumlah siswa

Untuk menentukan ketercapaian hasil belajar semua siswa dalam satu kelas dihitung dengan cara mencari rata-rata skor siswa dan IPK dengan rumus sebagai berikut: IPK =

x 100 Keterangan :

IPK = Indeks prestasi kelompok M = Rata-rata skor


(30)

45

Dikutip dari Nurkancana & Sumartana (1983 : 111)

Setelah Indeks Prestasi Kelompok (IPK) dihitung, maka hasil IPK tersebut dikonversikan dalam bentuk katagori penafsiran IPK pada tabel berikut ini :

Tabel 3.3

Kategori Tafsiran IPK Pemahaman Siswa terhadap Materi IPK (%) Kriteria

0-30 Sangat Rendah

31-54 Rendah

55-74 Normal

75-89 Tinggi

90-100 Sangat tinggi

Dikutip dari Nurkancana & Sumartana (1983 : 111)

Sedangkan untuk menghitung peningkatan kemampuan siswa setiap siklus, dengan mengadaptasi rumus menurut Hake (dalam Nurlela, 2011:43)

<g> =

Tingkat perolehan skor gain ternormalisasi dikategorikan kedalam tiga kategori yang ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 3.4

Kategori Perolehan Skor Gain Ternormalisasi

Skor Gain Ternormalisasi Interpretasi

(<g>) > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ (<g>) ≤ 0,7 Sedang


(31)

46

2. Pengolahan data hasil Observasi

Pengisian lembar observasi dilakukan dengan cara memberi tanda centang (√ ) pada kolom skala nilai. Penskoran Tiap Butir Lembar Observasi dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 3.5 Penskoran Tiap Butir Lembar Observasi Skor KATEGORI

4 Baik Sekali

3 Baik

2 Cukup

1 Kurang

(Sudjana, 2006: 77-78) Setelah itu semua nilai dihitung dengan rumus :

Persentase Rata-rata =

x 100%

Selanjutnya nilai dikonversikan pada skala nilai dengan rentang seratus untuk menilai keterlaksanaan pembelajaran dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 3.6 Konversi Nilai Keterlaksanaan Pembelajaran Nilai Keterangan

10-29 Sangat Kurang

30-49 Kurang

50-69 Cukup Baik

70-89 Baik

90-100 Baik Sekali


(32)

47

Analisis Data Observasi Kemampuan Afektif dan Psikomotor

Data tersebut dianalisis dengan menghitung indeks prestasi kelompok (IPK) dengan menggunakan rumus :

% 100  

SMI M IPK Keterangan :

IPK = Indeks prestasi kelompok M = Mean atau nilai rata-rata SMI = Skor maksimal ideal

Kemudian menentukan kategori pada table di bawah ini ; Tabel 3.7

Kategori Tafsiran IPK

Kategori IPK Interpretasi

0,00 – 30,00 sangat rendah 31,00 – 54,00 Rendah 55,00 – 74,00 Sedang 75,00 – 89,00 Tinggi 90,00 – 100,00 sangat tinggi

(Panggabean, 1989: 29)

3. Pengolahan Data Hasil Angket

Angket berisi pernyataan-pernyataan mengenai pembelajaran dengan pendekatan CTL. Siswa diminta menanggapi pernyataan yang diberikan dengan cara memberi cheklist pada kolom tanggapan Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) atau Sangat Tidak setuju (STS). Data angket respon siswa diolah dengan cara mengkalasifikasikan tanggapan siswa yang terdiri dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak setuju (STS). Kemudian jawaban tersebut dinyatakan dalam persentase.

X =

x 100%


(33)

48

X = Jumlah Presentase Hasil Angket

Tabel 3.8 Persentase Jawaban Angket Siswa Persentase Kategori

0% Tidak seorangpun

1%-24% Sebagian kecil

25% - 49 % Hampir setengahnya

59% Setengahnya

51%-74% Sebagian besar

75%-99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya


(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, serta analisis dan pembahasan data penelitian tentang pembelajaran IPA di SD dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pokok bahasan tanah longsor, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Pelaksanaan pembelajaran IPA pada materi tanah longsor dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan aktivitas siswa dan sikap rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan-kegiatan tanya jawab, dan diskusi kelompok. Siswa lebih aktif belajar dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) juga memudahkan siswa mengaitkan konsep yang dipelajari di kelas dengan kehidupan sehari-harinya dan menambah minat siswa terhadap pelajaran IPA. Bila pada dasarnya guru yang akan aktif dalam menyampaikan materi ajar, maka dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ini guru akan lebih berperan sebagai mederator dan fasilitator.

2. Hasil belajar pada pembelajaran IPA tentang materi tanah longsor setelah menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Terlihat pada siklus I rata-rata kelas mencapai 63,05 dan siswa yang mencapai KKM 44,44%. Pada siklus II rata-rata kelas mencapai 76,9 dan siswa yang mencapai KKM 83,33%.

3. Pembelajaran IPA pada materi tanah longsor dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning mendapat respon positif dari siswa. hal ini ditunjukkan dengan hasil angket yang keseluruhan jawaban responden merasa senang dengan pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning. Dari hasil angket yang diperoleh, dengan presentase 94,1% siswa menyatakan “Ya” menyukai


(35)

111

pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan CTL. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 5,9% menyatakan tidak suka dengan menggunakan pendekatan CTL.

B. Rekomendasi

Setelah melakukan penelitian tindakan kelas berupa implementasi pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar IPA, terangkumlah beberapa saran dari siswa, observer, dan guru/peneliti. Rekomendasi pada penelitian ini diantaranya adalah :

1. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) sebaiknya dilakukan juga pada materi-materi tertentu yang memerlukan situasi nyata di lingkungan sekitar siswa agar siswa dapat mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata serta dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan peserta didik sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

2. Dalam pembelajaran, guru senantiasa menerapkan dan mengembangkan berbagai pendekatan/ model pembelajaran agar dapat memotivasi siswa untuk melakukan pembelajaran yang aktif, efektif dan menyenangkan. Salah satunya adalah dengan pendekatan CTL ini agar proses belajar mengajar lebih hidup dan bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. 3. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) menjadi alternative

strategi belajar yang baru. Karena melalui CTL, siswa diharapkan belajar melalui “mengalami” bukan “menghapal”.

4. Pendekatan CTL memerlukan waktu yang panjang dalam proses pembelajarannya karena ada 7 komponen utama yang harus dilakukan, oleh sebab itu kita harus dapat memanfaatkan waktu yang tersedia seefisien mungkin.


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP), (2006). Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan Sekolah Dasar Mata Pelajaran IPA SD/MI. Jakarta: Depdiknas Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Depdiknas. (2007). Model Silabus Sekolah Dasar Kelas IV (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, PKn, PS, Matematika, IPA). Jakarta: Grasindo

Hermawan, Ruswandi dkk. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung : UPI Press.

Kasbolah, K. (1998). Penelitian Tindakan Kelas Malang. Depdikbud. Dirjen Dikti Pelatihan Proyek PGSD

Kesuma, Dharma, dkk. (2010). Contextual Teaching and Learning Sebuah Panduan Awal dalam Pengembangan PBM.Garut : RAHAYASA Research and Training.

Kurniasih. (2010). Landasan Pendidikan Sekolah Dasar.Bandung : Percikan Ilmu. Nurhadi. (2004). Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban.Jakarta : Grasindo. Nurkancana, W. dan P.P.N. Sumartana. (1986). Evaluasi Pendidikan. Surabaya :

Usaha Nasional.

Rahadi, Aristo. (2003). Media Pembelajaran.Bandung : Depdiknas.

Rositawaty, S dan Aris Muharam. (2008). Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelas IV SD/MI.Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas


(37)

113

Nur Inayah, 2013

Sardiman, A.M. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sudijono, Anas. (2009). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers. Sudjana, Nana. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, N.S. (2006). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sumantri, M. dan Permana, J. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud-Dikti.

Susilana, R. et all (2006) Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung: Jurusan Kutekpen FIP UPI.

Sukidin, Basrowi, dan Suranto. (2002). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia.

Uyu, Ade, dkk. (2006). Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung : UPI Press

Wahyuni, Indri. (2009). Upaya Peningkatan Efektifitas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Evaluasi Pembelajaran dengan Pendekatan CTL. Skripsi PGSD UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Rosdakarya.


(1)

47

Analisis Data Observasi Kemampuan Afektif dan Psikomotor

Data tersebut dianalisis dengan menghitung indeks prestasi kelompok (IPK) dengan menggunakan rumus :

% 100  

SMI M IPK

Keterangan :

IPK = Indeks prestasi kelompok M = Mean atau nilai rata-rata SMI = Skor maksimal ideal

Kemudian menentukan kategori pada table di bawah ini ; Tabel 3.7

Kategori Tafsiran IPK Kategori IPK Interpretasi 0,00 – 30,00 sangat rendah 31,00 – 54,00 Rendah 55,00 – 74,00 Sedang 75,00 – 89,00 Tinggi 90,00 – 100,00 sangat tinggi

(Panggabean, 1989: 29) 3. Pengolahan Data Hasil Angket

Angket berisi pernyataan-pernyataan mengenai pembelajaran dengan pendekatan CTL. Siswa diminta menanggapi pernyataan yang diberikan dengan cara memberi cheklist pada kolom tanggapan Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) atau Sangat Tidak setuju (STS). Data angket respon siswa diolah dengan cara mengkalasifikasikan tanggapan siswa yang terdiri dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak setuju (STS). Kemudian jawaban tersebut dinyatakan dalam persentase.


(2)

48

Nur Inayah, 2013

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menerapkan Pendekatan Contectual Teaching And Learning (CTL) Pada Mata Pelajaran IPA Dalam Materi Tanah Lomhsor

X = Jumlah Presentase Hasil Angket

Tabel 3.8 Persentase Jawaban Angket Siswa

Persentase Kategori

0% Tidak seorangpun

1%-24% Sebagian kecil 25% - 49 % Hampir setengahnya

59% Setengahnya

51%-74% Sebagian besar 75%-99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, serta analisis dan pembahasan data penelitian tentang pembelajaran IPA di SD dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pokok bahasan tanah longsor, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Pelaksanaan pembelajaran IPA pada materi tanah longsor dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan aktivitas siswa dan sikap rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan-kegiatan tanya jawab, dan diskusi kelompok. Siswa lebih aktif belajar dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) juga memudahkan siswa mengaitkan konsep yang dipelajari di kelas dengan kehidupan sehari-harinya dan menambah minat siswa terhadap pelajaran IPA. Bila pada dasarnya guru yang akan aktif dalam menyampaikan materi ajar, maka dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) ini guru akan lebih berperan sebagai mederator dan

fasilitator.

2. Hasil belajar pada pembelajaran IPA tentang materi tanah longsor setelah menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Terlihat pada siklus I rata-rata kelas mencapai 63,05 dan siswa yang mencapai KKM 44,44%. Pada siklus II rata-rata kelas mencapai 76,9 dan siswa yang mencapai KKM 83,33%.

3. Pembelajaran IPA pada materi tanah longsor dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning mendapat respon positif dari siswa. hal ini ditunjukkan dengan hasil angket yang keseluruhan jawaban


(4)

111

Nur Inayah, 2013

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menerapkan Pendekatan Contectual Teaching And Learning (CTL) Pada Mata Pelajaran IPA Dalam Materi Tanah Lomhsor

pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan CTL. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 5,9% menyatakan tidak suka dengan menggunakan pendekatan CTL.

B. Rekomendasi

Setelah melakukan penelitian tindakan kelas berupa implementasi pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar IPA, terangkumlah beberapa saran dari siswa, observer, dan guru/peneliti. Rekomendasi pada penelitian ini diantaranya adalah :

1. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) sebaiknya dilakukan juga pada materi-materi

tertentu yang memerlukan situasi nyata di lingkungan sekitar siswa agar siswa dapat mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata serta dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan peserta didik sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

2. Dalam pembelajaran, guru senantiasa menerapkan dan mengembangkan berbagai pendekatan/ model pembelajaran agar dapat memotivasi siswa untuk melakukan pembelajaran yang aktif, efektif dan menyenangkan. Salah satunya adalah dengan pendekatan CTL ini agar proses belajar mengajar lebih hidup dan bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. 3. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) menjadi alternative

strategi belajar yang baru. Karena melalui CTL, siswa diharapkan belajar

melalui “mengalami” bukan “menghapal”.

4. Pendekatan CTL memerlukan waktu yang panjang dalam proses pembelajarannya karena ada 7 komponen utama yang harus dilakukan, oleh sebab itu kita harus dapat memanfaatkan waktu yang tersedia seefisien mungkin.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP), (2006). Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan Sekolah Dasar Mata Pelajaran IPA SD/MI. Jakarta: Depdiknas Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Depdiknas. (2007). Model Silabus Sekolah Dasar Kelas IV (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, PKn, PS, Matematika, IPA). Jakarta: Grasindo

Hermawan, Ruswandi dkk. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung : UPI Press.

Kasbolah, K. (1998). Penelitian Tindakan Kelas Malang. Depdikbud. Dirjen Dikti Pelatihan Proyek PGSD

Kesuma, Dharma, dkk. (2010). Contextual Teaching and Learning Sebuah Panduan Awal dalam Pengembangan PBM.Garut : RAHAYASA Research and Training.

Kurniasih. (2010). Landasan Pendidikan Sekolah Dasar.Bandung : Percikan Ilmu. Nurhadi. (2004). Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban.Jakarta : Grasindo. Nurkancana, W. dan P.P.N. Sumartana. (1986). Evaluasi Pendidikan. Surabaya :

Usaha Nasional.

Rahadi, Aristo. (2003). Media Pembelajaran.Bandung : Depdiknas.


(6)

113

Nur Inayah, 2013

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menerapkan Pendekatan Contectual Teaching And Learning (CTL) Pada Mata Pelajaran IPA Dalam Materi Tanah Lomhsor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sardiman, A.M. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sudijono, Anas. (2009). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers. Sudjana, Nana. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, N.S. (2006). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sumantri, M. dan Permana, J. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud-Dikti.

Susilana, R. et all (2006) Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung: Jurusan Kutekpen FIP UPI.

Sukidin, Basrowi, dan Suranto. (2002). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia.

Uyu, Ade, dkk. (2006). Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung : UPI Press

Wahyuni, Indri. (2009). Upaya Peningkatan Efektifitas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Evaluasi Pembelajaran dengan Pendekatan CTL. Skripsi PGSD UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Rosdakarya.


Dokumen yang terkait

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

0 5 205

Pengaruh pendekatan contextual teaching and learning (CTL) terhadap hasil belajar siswa: kuasi ekspereimen di SMP Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan

0 11 152

Peranan Model Ctl (Contextual Teaching Learning) Dalam Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran Pkn ( Di Mis Irsyadul Khair)

0 22 179

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sumber Energi Gerak melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ( Penelitian Tindakan Kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok)

0 14 135

Peningkatan hasil belajar siswa pada konsep sumber energi gerak melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL): penelitian tindakan kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok

2 3 135

Penagruh pendekatan contextual teaching laering (CTL) terhadap hasil bejaran biologi siswa kuasi Ekperimen di SMPN 1 Cisauk

0 7 208

Peningkatan Hasil Belajar PKn dalam Materi Peranan Globalisasi Melalui Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) di kelas IV MI. Masyirotul Islamiyah Tambora Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 4 180

Penerapan pendekatan pembelajaran contextual teaching and learnig/CTL untuk meningkatkan hasil belajar PKN pada siswa kelas IV MI Miftahussa’adah Kota Tangerang

0 10 158

Upaya meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep perkembangbiakan tumbuhan melalui pendekatan kontekstual: penelitian tindakan kelas di MI Hidayatul Athfal Gunungsindur

0 19 141

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MATERI BILANGAN BULAT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 0 36