NILAI-NILAI TRADISI RUWATAN BUMI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN RASA TANGGUNG JAWAB SISWA :Mixed Method dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy dan PTK di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang.

(1)

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

NILAI-NILAI TRADISI RUWATAN BUMI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN

RASA TANGGUNG JAWAB SISWA

(Mixed Method dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy dan PTK di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Disusun oleh: Ijah Hodijah (1104007)

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa

(Mixed Method dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy dan PTK di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Oleh Ijah Hodijah S.Pd UPI, 2010

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Sejarah

© Ijah Hodijah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)


(4)

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Tesis ini berjudul “Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa”. Latar belakang pertama penulis mengambil judul ini karena merasa khawatir akan kelangsungan Upacara Adat Ruwatan Bumi yang semakin tergeser oleh modernisasi ditambah kurangnya pemahaman generasi muda terhadap nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Latar belakang kedua penulis melakukan penelitian ini karena kurangnya rasa tanggung jawab siswa dalam menjalankan perannya sebagai peserta didik, baik itu tanggung jawab individu maupun tanggung jawab sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Mixed Method strategi Transformatif Sekuensial dengan studi Etnografi dan Penelitian Tindakan kelas (PTK). Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Ruwatan Bumi antara lain tanggung jawab, kerjasa sama atau gotong royong, dan toleransi. Masyarakat Kampung Banceuy mengimplementasikan tradisi Ruwatan Bumi dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menginternalisasikan nilai-nilai tradisis Ruwatan sebagai sumber pembelajaran IPS-Sejarah di kelas VII E SMP Negeri 1 Ciater dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa dalam menjalankan perannya sebagai peserta didik.

Kata kunci : Upacara Adat Ruwatan Bumi, Sumber Pembelajaran Sejarah, Tanggung Jawab

ABSTRACT

This thesis titled "Tradition Values Ruwatan Earth as a Source of Learning History to Enhance Students Sense of Responsibility". The background of the first author took this title because it was worried about the survival of the Earth Ceremony Ruwatan increasingly displaced by modernization and the lack of understanding of the younger generation towards noble values contained therein. The background of the two authors conducted the study because of a lack of student responsibility in their role as learners, both individual responsibility and social responsibility . This study uses a qualitative approach Sequential Mixed Method Transformative strategies with Ethnographic studies and classroom action research ( CAR). The values contained in the tradition of the Earth Ruwatan among other responsibilities, cooperation or mutual cooperation, and tolerance. Village community tradition Ruwatan Earth Banceuy implement in daily life . The results showed that learning with the values tradisis Ruwatan as a source of learning social studies in the history of class VII-E SMP Negeri 1 Ciater can increase students' sense of responsibility in their role as learners.


(5)

i

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Tesis ini berjudul “Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa”. Latar belakang pertama penulis mengambil judul ini karena merasa khawatir akan kelangsungan Upacara Adat Ruwatan Bumi yang semakin tergeser oleh modernisasi ditambah kurangnya pemahaman generasi muda terhadap nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Latar belakang kedua penulis melakukan penelitian ini karena kurangnya rasa tanggung jawab siswa dalam menjalankan perannya sebagai peserta didik, baik itu tanggung jawab individu maupun tanggung jawab sosial. Adapun fokus penelitian dalam tesis ini antara lain: (1) Bagaimana latar belakang munculnya tradisi Ruwatan Bumi?; (2) Apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Ruwatan Bumi?; (3) Bagaimana implementasi tradisi Ruwatan Bumi dalam kehidupan masyarakat Banceuy?; (4) Bagaimana guru merencanakan pembelajaran IPS Sejarahdi kelas VII E SMP Negeri 1 Ciater dengan menginternalisasikan nilai-nilai tradisi Ruwatan Bumi untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa?; (5) Bagaimana guru melaksanakan pembelajaran IPS Sejarahdi kelas VII E SMP Negeri 1 Ciater dengan menginternalisasikan nilai-nilai tradisi Ruwatan Bumi untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa?. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Mixed Method strategi Transformatif Sekuensial dengan studi Etnografi dan Penelitian Tindakan kelas (PTK). Teknik pengumpulan data penelitian tahap pertama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Teknik pengumpulan data penelitian kedua yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara, observasi, dan dokumen. Hasil penelitian tahap pertama menunjukkan bahwa upacara adat Ruwatan Bumi di Kampung Banceuy berawal dari keterbatasan manusia dalam menghadapi tantangan dari alam. Ruwatan Bumi merupakan upacara untuk menolak bala agar tidak terjadi malapetaka atau bencana. Ruwatan Bumi juga berarti merawat atau ngamumule bumi. Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Ruwatan Bumi antara lain tanggung jawab, kerjasa sama atau gotong royong, dan toleransi. Masyarakat Kampung Banceuy mengimplementasikan tradisi Ruwatan Bumi dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian tahap kedua menunjukkan bahwa guru merencanakan kemudian pembelajaran dengan menginternalisasikan nilai-nilai tradisis Ruwatan Bumi dalam pembelajaran IPS-Sejarah untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa. Pembelajaran dengan menginternalisasikan nilai-nilai tradisi Ruwatan Bumi sebagai sumber pembelajaran IPS-Sejarah di kelas VII E SMP Negeri 1 Ciater menunjukkan peningkatan sikap tanggung jawab siswa dalam menjalankan perannya sebagai peserta didik.

Kata kunci : Upacara Adat Ruwatan Bumi, Sumber Pembelajaran Sejarah, Tanggung Jawab


(6)

ii

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena ataslimpahan rahmatdan hidayah-Nyalah tesis ini dapat diselesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkepada keteladanan kita, yang mulia Rasulullah SAW, juga kepada para sahabat, keluarga dan umatnya yang senantiasa menjadikan Islam sebagai landasan dalam memecahkan seluruh problematika kehidupan.

Dalam penelitian tesis ini, penulis mengambil judul “Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa”. Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan rasa tanggung jawab siswa dalam menjalankan perannya sebagai pesertta didik melalaui nilai-nilai luhur tradisi Ruwatan Bumi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penelitian ini tentu saja masih banyak hal yang harus dibenahi karena keterbatasan dan kealpaan penulis. Oleh karena itu penulis memohon maaf jika dalam proses penelitian sampai proses penyajian ini terdapat banyak kekurangan, baik sengaja ataupun tidak disengaja. Dengan demikian, penulis terbuka terhadap berbagai masukan dan kritik dari siapapun demi perbaikan karya tulis ini.

Bandung, September 2013


(7)

iii

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis panjatkan rasa syukur yang tak terhingga ke hadirat Ilaahi Rabbi karena hanya dengan ridho-Nya lah tesis ini dapat selesai sesuai harapan. Penulis pun menghaturkan shalawat dan salam kepada junjunan alam, Nabi Besar Muhammad,S.A.W. Karya ilmiah berupa tesis ini tidak akan terwujud, bila tanpa dukungandanbantuan orang lain. Oleh karena tesis ini melibatkan banyak pihak yang membantu, maka dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini:

1. Erlina Wiyanarti, M.Pd sebagai pembimbing I, yang dengan ikhlas selalu meluangkan waktu untuk memberikan arahan secara cermat dan telaten serta sumbangan pemikiran dengan penuh kesabaran membimbing penulis dari mulai berbentuk proposal sampai menjadi sebuah tesis. Ditengah-tengah kesibukan beliau masih menyediakan waktu untuk menerima penulis dalam memberikan masukan, ktitik dan solusi terhadap berbagai masalah dan kegalauan penulis selama melakukan penelitian.

2. Dr. Encep Supriatna, M.Pd. Sebagai pembimbing II yang telah membimbing dengan sangat terbuka dan memberi masukan-masukan yang sangat bermanfaat untuk penulis, serta membimbing penulis dengan bijaksana dan menjadi tempat penulis mencurahkan kesulitannya dalam penelitian ini.

3. Dr. Agus Mulyana, M.Hum. Dalam kapasitas sebagai Kaprodi sejarah, kepada Beliaulah penulis menumpahkan keluh kesah segala hal yang


(8)

iv

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berkaitan dengan perkuliahan sampai akhirnya mencapai di ujung penantian penyelesaian studi ini.

4. Kepada semua dosen S2 pendidikan sejarah: Prof. Dr.Said Hamid Hasan, MA., Prof. Dr. Rochiati Wiriaatmadja, MA., Prof. Dr.Ismaun, M.Pd (almarhum), Prof. Dr. Helius Sjamsuddin, MA., Prof.Dr.Asmawi Zainul, MA., Prof. Dr. Dadang Supardan, M.Pd., Prof. Dr. Hansiswani Kamarga, M.Pd.(almarhumah), Dr.Nana Supriatna, M.Ed., Dr. Agus Mulyana, M.Hum., Didin Saripudin, Ph.D., dan Dr. ErlinaWijanarti, M.Pd. Dengan ilmu dan kearifan yang ditularkan oleh merekalah telah membawa pencerahan kepada penulis sebagai mahasiswa S2 sekaligus praktisi pendidikan sejarah.

5. Semua rekan satu angkatan 2011 mahasiswa S2 pendidikan sejarah: Pak T. Mulyana, Pak Haji Edi Supriadi, Pak Priyana Sudarsono, Bu Haji Ita Rahmawati, Pak Agustinus Ufie, Pak Ismail Nur, BuPaulina H. Fonataba, Aditya Rol Asmi, Rikza Fauzan, Prima Purnama Sumantri, Oka Agus Kurniawan S., EndinHardianto, Iing Yulianti, Tini Kusmayati Dewi Ratih, Ane Jeane dan Weny Widyawati Bastaman. Dengan merekalah penulis melewatkan momen-momen istimewa berdiskusi, bercengkrama dan bersenda gurau dalam menjalani kebersamaan sebagai mahasiswa.

6. Kedua orang tua saya Bapak Rukma dan Ibu Encem, tak pernah kehilangan momen untuk selalu mendo’akan penulis agar mendapat kekuatan dan kemudahan dalam setiap langkah mengarungi kehidupan ini sehingga ridha Ilaahi selalu berada pada setiap tarikan nafas.

7. Suamiku tercinta, Iwan Setiawan terima kasih karena selalu membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini dari mencari buku sampai menemani mengerjakan penelitian sampai larut malam. Terima kasih atas dukungan dan doanya. Terima kasih karena selalu setia mendengarkan keluh kesah dan kesulitan yang dialami penulis selama penelitian tesis ini.


(9)

v

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8. Kepada adikku Lia, terima kasih karena selalu mendoakan dan menemani penulis dalam menjalani hidup sampai saat ini. semoga kita tumbuh menjadi anak-anak yang dapat membalas semua pengorbanan orang tua. 9. Keluarga besar H. Kosim Suryana terutama Mamih yang telah

memberikan banyak dukungan dan motivasi agar penulis dengan segera menyelesaikan tesis ini.

10. Kepada sahabatku Utari Fitria Dewi, S.Pd, Indah Laila Ekasepti, S.Pd, dan Een Yuliani, S.Pd, Puji Nursari, S.Pd. penulis haturkan terima kasih atas segala dukungan dan perhatiannya selama penulis menempuh masa studi. 11. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, penulis

haturkan terimakasih.

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

UCAPAN TERIMA KASIH ...iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR BAGAN ...x

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR DIAGRAM ...xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...12

C. Tujuan Penelitian ...13

D. Manfaat Penelitian ...13


(10)

vi

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB II KAJIAN KONSEP

A. Konsep Nilai Budaya dan Masyarakat Adat ...20

1. Konsep Nilai ...20

2. Konsep Kebudayaan ...23

3. Konsep Masyarakat Adat ...27

B. Pendidikan Karakter ...31

C. Tradisi Upacara Adat Sebagai Pewarisan Nilai Tanggung Jawab ...33

D. Tradisi Upacara Adat Sebagai Pewarisan Nilai Tanggung Jawab ...41

E. Upacara Adat Ruwatan Bumi ...32

F. Materi Sejarah Sebagai bagian Ilmu Pengetahuan Sosial ...44

G. Tujuan Pembelajaran Sejarah dan Ilmu Pengetahuan Sosial ...47

H. Pengajaran Nilai dalam pendidikan IPS ...53

I. Sumber Pembelajaran IPS ...58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Tahap Pertama ...59

1. Subjek dan Lokasi Penelitian ...60

2. Sumber Data, Teknik, dan Instrumen Penelitian Tahap Pertama ...61

a. Sumber Data Penelitian ...61

b. Teknik Penelitian Data Penelitian ...61

c. Instrumen Penelitian ...65

3. Analisis dan Validasi Data Penelitian ...66

B. Metode Penelitian Tahap Kedua ...69

1. Subjek, Guru Mitra (Kolaborator), dan Lokasi Penelitian ...73

2. Prosedur Penelitian ...74

3. Analisis, Validasi dan Interpretasi Data ...75

a. Teknik Pengumpulan Data Tahap Kedua ...75


(11)

vii

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Validasi data Penelitian ...81

d. Interpretasi data...84

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tahap Pertama ...86

1. Deskripsi hasil Penelitian ...86

2. Penduduk dan Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Kecamatan Ciater ...89

3. Latar Belakang Upacara Adat Ruwatan Bumi...94

4. Pelaksanaan Upacara Adat Ruwatan Bumi...99

5. Peralatan yang Digunakan dalam Pelaksanaan Upacara Adat Ruwatan Bumi ...107

6. Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Upacara Adat Ruwatan Bumi...110

a. Nilai Tanggung Jawab ...110

b. Nilai Kerjasa Sama ...111

c. Nilai Toleransi ...111

7. Implementasi Tradisi Ruwatan Bumi ...112

B. Hasil Penelitian Tahap Kedua ...118

1. Profil Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Ciater ...118

a. Lokasi SMP Negeri 1 Ciater ...118

b. Deskripsi Pimpinan dan Staf Pengajar SMP Negeri 1 Ciater ...118

c. Kurikulum SMP Negeri 1 Ciater ...119

d. Pengaturan Beban Belajar ...120

e. Gambaran Umum Peserta Didik ...121

2. Deskripsi Kelas VII E ...121

3. Tahap Pembentukan Tema Pembelajaran IPS Kelas VII ...123

a. Pemetaan Kompetensi Kurikulum IPS ...123


(12)

viii

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ...125

a. Tahap Orientasi Awal Pembelajaran IPS-Sejarah di Kelas VII E ...125

b. Refleksi Temuan Awal Penelitian ...129

c. Perencanaan Tindakan Siklus Pertama ...130

5. Pelaksanaan Siklus Pertama ...136

a. Pelaksanaan Tindakan Siklus Pertama ...136

b. Refleksi Tindakan Siklus Pertama ...138

c. Perencanaan Siklus Kedua ...140

6. Pelaksanaan Siklus Kedua ...146

a. Pelaksanaan Tindakan Siklus Kedua ...146

b. Refleksi Tindakan Siklus Kedua ...150

c. Perencanaan Siklus Ketiga ...152

7. Pelaksanaan Siklus Ketiga ...159

a. Pelaksanaan Tindakan Siklus Ketiga ...159

b. Refleksi Tindakan Siklus Ketiga ...162

C. Pembahasan Penelitian Tahap Pertama ...166

1. Analisis Latar Belakang Tradisi Ruwatan Bumi ...166

2. Analisis Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Tradisi Ruwatan Bumi sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah ...169

3. Analisis Implementasi Tradisi Ruwatan Bumi dalam Kehidupan Masyarakat Banceuy ...173

D. Pembahasan Penelitian Tahap Kedua ...174

1. Analisis Perencanaan Pembelajaran IPS-Sejarah di Kelas VII E SMP Negeri 1 Ciater ...174

2. Analisis Pelaksanaan Pembelajaran IPS-Sejarah di Kelas VII E SMP Negeri 1 Ciater ...181


(13)

ix

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ...196

B. Rekomendasi ...198

DAFTAR PUSTAKA ...200

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...208

DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Ciater...90


(14)

x

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.3 Sarana Ibadah Perdesa Kecamatan Ciater...92

4.4 Leluhur (Karuhun) yang Dikeramatkan...93

4.5 SK, KD, Indikator, dan Materi Pokok IPS Kelas VII...124

4.6 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus 1...185

4.7 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus 2 ...189

4.8 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus 3 ...191

DAFTAR BAGAN


(15)

xi

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.1 Komponen Analisis Data ...67 3.2 Fase Observasi...76 3.3 Tahapan Kegiatan PTK ...85


(16)

xii

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar

1.1Bagan Kerangka Penelitian ...19

2.1 Pilar Karakter 3.1 model Spiral Kemmis dan Taggart ...71

4.1 Peta Kabupaten Subang ...87

4.2 Peta Kecamatan Ciater...89

4.3 Nyi Pohaci dan Ujang Sarana ...98

4.4 Hutan Larangan (Keramat) ...114

4.5 Kegiatan Gotong Royong ...115

4.6 Makanan yang Dibagikan Kepada Masyarakat ...117

4.7 Denah Kelas VII E ...122

4.8 Kegiatan PBM Kelas VII E ...135

4.9 Kegiatan PBM Kelas VII E ...136

4.10 Kegiatan PBM Kelas VII E Siklus 1 ...145

4.11 Kegiatan PBM Kelas VII E Siklus 1 ...146

4.12 Kegiatan PBM Kelas VII E Siklus 2 ...158

4.13 Kegiatan PBM Kelas VII E Siklus 2 ...158

4.14 Kegiatan PBM Kelas VII E Siklus 3 ...165


(17)

xiii

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR DIAGRAM

Diagram

4.1 Hasil Observasi Sikap Siswa Siklus Pertama ...188

4.3 Hasil Observasi Sikap Siswa Siklus Kedua ...191

4.3 Hasil Observasi Sikap Siswa Siklus Ketiga ...194


(18)

xiv

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Panduan Wawancara

Lampiran 2 : Panduan Observasi Kegiatan Siswa

Lampiran 3 : Foto Upacara Adat Ruwatan Bumi dan PBM di Kelas VII E SMP Negeri 1 Ciater

Lampiran 4 : Daftar Narasumber

Lampiran 5 : Surat Pengangkatan Pembimbing Tesis Lampiran 5 : Surat Permohonan Izin penelitian


(19)

1

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman dalam berbagai hal seperti suku bangsa, adat istiadat, dan agama yang dianut masyarakat. Kekayaan lainnya adalah budaya yang berkembang dalam masyarakat adat sebagai kekayaan nasional. Keberagaman tersebut akan menghasilkan proses sosialisasi dan enkulturasi. Linton (Koentjaraningrat, 1990:338) mengemukakan bahwa, “enkulturasi adalah warisan sosial sebagai hasil belajar umat manusia yang dijaga”. Tetapi di sisi lain, nilai-nilai dasar yang menjiwai masing-masing akan dipengaruhi keyakinan, tradisi, adat istiadat dan agama sehingga dalam pendidikan perlu semua dijaga kelestariannya, diwariskan secara turun temurun kepada generasi berikutnya dan mencerminkan kekayaan budaya nasional yang sesuai dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.

Masyarakat adat secara tradisi terus berpegang pada nilai-nilai lokal yang diyakini kebenaran dan kesakralannya serta menjadi pegangan hidup anggotanya yang diwariskan secara turun temurun. Nilai-nilai tersebut saling berkaitan dalam sebuah sistem. Koentjaraningrat (1989:190), menyatakan bahwa:

Dalam setiap masyarakat, baik yang kompleks maupun yang sederhana, ada sejumlah nilai budaya yang satu dengan yang lain berkaitan hingga merupakan suatu sistem, dan sistem itu sebagai pedoman dari konsep-konsep ideal dalam kebudayaan memberi pendorong yang kuat terhadap arah kehidupan warga masyarakatnya

Kebudayaan itu mengalami banyak dinamika baik secara internal (internalisasi, sosialisasi, enkulturasi, inovasi dan discovery) maupun eksternal (akulturasi dan asimilasi). Menghadapi dinamika sosial, tidak semua warga masyarakat dapat mengikuti perubahan dengan baik. Koentjaraningrat (1989:234), mengatakan:


(20)

2

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sudah tentu dalam suatu masyarakat ada pula individu yang mengalami berbagai hambatan dalam proses internalisasi, sosialisasi, serta enkulturasinya, yang menyebabkan bahwa hasilnya kurang baik. Individu tidak dapat menyesuaikan pribadinya dengan lingkungan sekitarnya, menjadi kaku dalam pergaulannya, dan condong untuk senantiasa menghindari norma-norma dan aturan masyarakatnya.

Hambatan-hambatan individu dalam proses tersebut, dapat melahirkan penyimpangan sosial, termasuk dalam hal ini penyimpangan dari adat istiadat. Walaupun demikian, Koentjaraningrat (1989:235), mengatakan bahwa “penyimpangan dari adat istiadat yang lazim merupakan suatu faktor yang sangat penting, karena merupakan sumber dari berbagai kejadian masyarakat dan kebudayaan yang positif maupun negatif”. Penyimpangan positif dapat menyebabkan perubahan budaya (culture change), seperti melahirkan perubahan dan pembaharuan adat istiadat yang kuno. Tidak semua budaya yang berkembang dalam masyarakat harus dilestarikan apabila bertentangan dengan nilai yang bersifat universal, seperti kebanaran, kejujuran dan keadilan. Oleh karena itu diperlukan seseorang yang berfungsi sebagai agen perubahan. Sedangkan penyimpangan negatif dapat melahirkan konflik dan disintegrasi sosial, penyakit jiwa dan sebagainya, sehingga penyimpangan ini harus dicegah secara preventif, persuasif dan hukuman yang melibatkan berbagai pranata sosial yang ada dalam masyarakat.

Kenyataan yang terjadi saat ini adalah kondisi yang menunjukkan masih rendahnya pemahaman pelajar terhadap nilai budaya setempat. Gaung globalisasi mengakibatkan pelajar lebih memahami budaya luar seperti pop Barat, K-pop, dan kebudayaan internasional lainnya. Hal ini dikemukakan oleh Gidden (2000:35) bahwa :

Revolusi komunikasi dan penyebaran teknologi informasi sangat erat kaitannya dengan proses-proses globalisasi. Dunia dengan komunikasi elektronik yang seketika mengguncang institusi-institusi lokal dan pola kehidupan sehari-hari. Dampak televisi saja sudah sedemikian besar.


(21)

3

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Globalisasi juga menciptakan tuntutan-tuntutan dan kesempatan baru untuk meregenerasi identitas lokal.

Pemaparan di atas memberikan gambaran bahwa globalisasi telah sedemikian kuatnya masuk ke berbagai belahan dunia. Dengan adanya kemajuan teknologi dan informasi membuat dunia tidak ada batasnya, hal tersebut pun terjadi pada siswa bahkan yang berada di pedesaan sekalipun. Pelajar lebih bangga ketika mengenakan pakaian dengan brand internasional dibandingkan mengenakan kebaya atau pakaian tradisional daerah tempat tinggalnya. Selain itu, pelajar merasa hebat ketika menggunakan teknologi terbaru dibandingkan melestarikan warisan tradisional. Hal ini sejalan dengan pendapat Hermawan (2004:44) terhadap pelajar dewasa ini :

1. Kurangnya pemahaman terhadap kondisi lingkungan di mana dia hidup, seperti tidak mengenal sejarah, kondisi geografis serta potensi ekonomi yang dimiliki daerahnya.

2. Kurangnya rasa bangga terhadap daerahnya. Pada diri mereka tumbuh anggapan bahwa sesuatu yang datang dari luar adalah baik, sedangkan nilai budaya yang ada di lingkungannya dianggap sebagai sesuatu yang kurang baik dan ketinggalan jaman.

3. Semakin melunturnya semangat kebersamaan dan gotong royong pada diri generasi muda karena tergeser oleh sikap individualis dan materialis yang berhembus kencang melalui globalisasi.

4. Semakin lemahnya rasa persaudaraan di kalangan pelajar yang tampak dari terus meningkatnya angka tawuran pelajar.

5. Kurangnya penghargaan terhadap budaya setempat oleh para pendatang sebagai akibat mulai dilupakannya nilai-nilai tradisional yang luhur dari daerah asalnya. Akibatnya, nilai budaya setempat menjadi tergerus oleh para pendatang dan tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa nilai-nilai yang bersifat kedaerahan sudah semakin memudar di kalangan generasi muda khususnya pelajar. Tradisi masyarakat Kampung Banceuy merupakan cerminan masyarakat yang masih memegang teguh budaya dalam kehidupan sehari-hari, dimana masyarakatnya sangat menjunjung tinggi nilai-nilai luhur. Upacara Adat


(22)

4

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ruwatan Bumi adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Banceuy yang merupakan suatu kebudayaan yang mencerminkan kehidupan masyarakatnya. Ruwatan Bumi ini dilaksanakan sebagai ungkapan syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas keberhasilan panen pertanian dan sebagai tolak bala serta ungkapan penghormatan terhadap nenek moyang mereka yang telah berjasa meningkatkan taraf hidup masyarakat Kampung Banceuy. Selain itu, Ruwatan atau Ngaruwat sama dengan Ngarawat atau Ngamumule yang berarti merawat bumi dan tanah agar terhindar dari malapetaka atau bencana. Koentjaraningrat (1984) memasukan upacara ngaruwat sebagai ilmu gaib protektif, yaitu upacara yang dilakukan dengan maksud untuk menghalau penyakit dan wabah, membasmi hama tanaman dan sebagainya, yang seringkali menggunakan mantra-mantra untuk menjauhkan penyakit dan bencana. Dengan demikian masyarakat yang melaksanakan upacara ruwatan percaya bahwa mereka akan terlindungi dari ancaman mara bahaya.

Kampung Banceuy merupakan salah satu wilayah yang berada di Kecamatan Ciater yang masih mempertahankan adat istiadat dan tradisi. Sebenarnya di Kabupaten Subang banyak daerah yang melaksanakan upacara adat ngaruwat tapi tidak seperti Kampung Banceuy yang masih melaksanakan ritual-ritual dalam setiap tahapan dalam Upacara Adat Ruwatan Bumi. Oleh karena itu Kampung Banceuy dijadikan Kampung Adat karena masih mempertahankan tradisi nenek moyang dan menjaga warisan purbakala.

Meskipun demikian, tidak banyak siswa di Kecamatan Ciater mengetahui tentang upacara adat ini. Selain itu, anak-anak dari Kampung Banceuy sendiri pun lebih tertarik dengan hiburan-hiburan yang berbau teknologi dibandingkan tradisi yang mereka anggap kuno. Adimihardja (2008:107) mengungkapkan bahwa :

Mitos modernisasi yang dipersepsi dan dipahami oleh para pengambil keputusan dan perencana pembangunan sebagai gejala perubahan, ternyata mencabut nilai-nilai tradisi dan menggantikan dengan nilai-nilai yang baru dari Barat yang dianggap mampu didorong sebagai unsur pendorong kemajuan. Dikalangan masyarakat proses tersebut dikenal sebagai proses


(23)

5

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembentukan nilai yang ke-Barat-Baratan (westernisasi) yang sesungguhnya asing bagi masyarakat. Karena itu, hal yang berbau tradisi ataupun adat istiadat dianggap sebagai hal yang kuno, jumud, dan terbelakang.

Dari pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa modernisasi dapat lebih diterima masyarakat modern dengan meninggalkan tradisi atau adat istiadat yang telah mereka pegang karena dianggap sudah ketinggalan jaman. Hal ini dapat menimbulkan perubahan tatanan kehidupan di dalam masyarakat atau perubahan sosial yang mengalaminya. Menurut Soekanto (1990:337) perubahan sosial adalah segala aspek perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan, yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, pola-pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Ogburn (1964, 1964:199-280) dalam dadang Supardan (2008:157), dalam karyanya social change with respect to culture and original nature, mengemukakan :

1. Perilaku manusia merupakan produk warisan sosial atau budaya, bukan produk faktor-faktor biologis yang diturunkan lewat keturunan.

2. Kenyataan sosial pada dasarnya terdiri atas pola-pola perilaku individu yang nyata dan konsekuensinya. Pola-pola perilaku nyata memperlihatkan suatu tingkat keteraturan tinggi yang melahirkan penemuan-penemuan baru yang inovatif, sedangkan konsekuensinya adalah ketimpangan integrasi (malintegration) atau ketegangan antara kebudayaan materi yang jauh lebih maju dengan kebudayaan nonmateri yang tertinggal.

3. Perubahan-perubahan kebudayaan materiil terbentang mulai dari penemuan awal, seperti perkakas tangan, komputer yang beroperasi dengan cepat, sampai satelit-satelit komunikasi. Sedangkan kebudayaan nonmateriil, seperti tata cara organisasi sosial, yang akhirnya berkonsekuensi harus menyesuaikan dengan kebudayaan-kebudayaan materiil. Namun karena adanya berbagai sumber yang menolak perubahan, proses penyesuaian ini selalu ketinggalan di belakang perubahan-perubahan materiil. Akibatnya, terjadi ketimpangan integrasi dan ketegangan budaya antara budaya materiil dan nonmateriil.

4. Kebudayaan nonmateriil yang tidak mampu mengejar karena kecepatan perubahan dalam kebudayaan materiil terus melaju. Hasilnya adalah


(24)

6

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

suatu ketegangan yang terus meningkat antara budaya materiil dan budaya nonmateriil. Akhirnya selalu menimbulkan ketertinggalan budaya (cultural lag), khususnya budaya nonmateriil.

Perubahan sosial berkaitan erat dengan perubahan kebudayaan, karena tidak masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan, dan kebudayaan tidak akan terwujud tanpa adanya masyarakat yang menciptakan kebudayaan tersebut. Pada dasarnya kebudayaan dan masyarakat saling berkaitan satu sama lain, karena kebudayaan diciptakan oleh masyarakat yang nantinya kebudayaan pula yang bisa mengubah masyarakat tersebut. Perubahan sosial dan kebudayaan dapat terjadi dari berbagai sumber yakni dari dalam dan luar masyarakat. Perubahan dari dalam disebabkan karena masyarakat itu sendiri yang ingin mengubah kebudayaan yang mereka miliki karena sudah tidak cocok dengan masyarakat yang merupakan hasil kebudayaan masyarakat sebelumnya. Sedangkan perubahan dari luar bisa disebabkan karena adanya pengaruh luar ke dalam masyarakat tradisional yang menimbulkan suatu tatanan baru dalam kehidupan sosial budaya.

Kaitannya dengan hal ini, perlu adanya pewarisan nilai, yakni nilai-nilai luhur yang dikembangkan oleh generasi terdahulu yang perlu diwariskan pada generasi masa kini. Immanuel Wora (2006) mengemukakan pandangan perenialis, bahwa pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Pendidikan memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal.

Hal ini ini juga sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Tanner dan Tanner (Hasan, 2012:4) bahwa landasan filosofis pendidikan sejarah dikembangkan atas dasar filosofi perenialisme yaitu:

Perenialism menyebutkan bahwa pendidikan sejarah haruslah mengembangkan rasa bangga terhadap prestasi bangsa di masa lampau. Pewarisan adalah sangat penting dan warisan itu menjadi bahan untuk mengembangkan intelektualitas karena fungsi utama pendidikan adalah pengembangan intelektualitas.


(25)

7

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bicara tentang nilai-nilai yang dikembangkan oleh generasi terdahulu sama artinya dengan bicara tentang makna dari sejarah. Dalam konteks seperti ini sejarah dapat kita pahami sebagai sekumpulan pengalaman hidup manusia pada masa lampau dalam bentuk kisah, baik lisan maupun tertulis. Proses pewarisan nilai ini tidak saja penting untuk membangun kepribadian, melainkan juga penting untuk mempersiapkan diri dalam rangka menghadapi tantangan pada masa kini dan masa yang akan datang. Dalam hal ini Reiner (1961:13) menyatakan bahwa “Without our past we are unable to construct ideas about the concequences of our actions.”

Pewarisan nilai-nilai luhur masyarakat dapat diinternalisasikan dengan pembelajaran IPS-Sejarah. Tradisi Ruwatan Bumi di Kampung Banceuy mengandung banyak nilai yang dapat dijadikan sebagai pedoman hidup. Ruwatan Bumi atau yang berarti Ngarawat atau ngamumule bumi memberikan pemaknaan bahwa manusia harus senantiasa menjaga keseimbangan alam, menjaga lingkungan dan menjaga kepedulian sosial. Selain itu, dalam Ruwatan Bumi terdapat sikap tanggung jawab yang besar dari masyarakat yang menganutnya, yaitu tanggung jawab terhadap tugasnya terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, negara dan Tuhan YME. Dalam pelaksanaan ritual Ruwatan Bumi pun terdapat banyak nilai yang dapat dikembangkan yaitu gotong royong, musyawarah, toleransi, dan kerukunan sosial yang dimiliki setiap anggota masyarakat.

Sebagai kesatuan hidup manusia, masyarakat adat pun memiliki nilai sosial budaya yang dapat dikaji dan dikembangkan dalam pembelajaran. Masyarakat adat sangat kental dengan budaya kesetiakawanan sosial (solidaritas) dalam melakukan segala aktivitas hidupnya, begitu pula dalam pelaksanaan Upacara Adat Ruwatan Bumi. Menurut Durkheim (Pasya, 1999:20), “solidaritas ini menunjukkan suatu hubungan antara individu dengan/ atau kelompok yang


(26)

8

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama, diperkuat oleh pengalaman emosional bersama”. Perilaku prososial (prosocial behavior) tersebut masih melekat kuat dibandingkan dengan masyarakat dengan tingkat heterogenitas, aktivitas dan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Dari nilai-nilai tersebut dapat direspon oleh pengembang dan pelaksana kurikulum dengan menjadikan sejarah lokal sebagai bagian dari pembelajaran sejarah. Dalam hal ini, guru dapat menjadikan Ruwatan Bumi sebagai salah satu materi yang diberikan kepada siswa dalam pembelajaran IPS-Sejarah. Guru dapat menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam Ruwatan Bumi, memberikan pemahaman kepada siswa mengenai Ruwatan Bumi, serta ikut melestarikan Ruwatan Bumi.

Manusia selaku individu dan anggota masyarakat, memiliki hak asasi untuk berbuat, bertindak, dan berperilaku sesuai dengan kehendak serta kebebasannya. Namun ia juga terikat oleh norma, nilai, peraturan, dan hukum yang berlaku di dalam masyarakat, bahkan juga oleh ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam agama yang menjadi keyakinannya. Tradisi Ruwatan Bumi adalah tradisi sakral dimana terkandung nilai-nilai yang mendalam bagi masyarakat yang menganutnya yang dijadikan sebagai pedoman kehidupan. Hal ini sejalan dengan pendapat Durkheim (2011:72) bahwa “hal-hal yang sakral adalah hal-hal yang dilindungi dan diisolasi oleh larangan-larangan; hal-hal yang profan adalah hal-hal tempat larangan-larangan itu diterapkan dan harus tetap dibiarkan berjarak dari hal-hal yang sakral”. Perbuatan, perilaku, dan tindakan sekecil apapun yang dilakukannya dapat berdampak terhadap dirinya bahkan masyarakat luas wajib dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, kesadaran akan tanggung jawab wajib ditanamkan dan dibina.

Siswa SMP Negeri 1 Ciater yang mayoritas berasal dari wilayah pedesaan yang seharusnya memiliki culture yang masih kuat, nyatanya tidak demikian. Siswa yang telah memasuki fase remaja lebih tertarik dengan hal-hal yang


(27)

9

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bernuansa modern seperti menggunakan handphone keluaran terbaru atau bahkan nonton di bioskop dibandingkan menonton kesenian yang ada di daerahnya. Rasa cinta dan bangga terhadap tradisi lokal semakin hilang ketika siswa dihadapkan dengan berbagai budaya global yang dapat diakses siswa kapan dan dimana saja. Siswa cenderung lebih tertarik bahkan apresiatif ketika diajak berdiskusi mengenai kebudayaan Korea atau barat termasuk di dalamnya kesenian, kebudayaan, bahkan tokohnya. Berbeda sekali jika siswa ditanya mengenai kesenian lokal yang ada di Kabupaten Subang seperti Sisingaan, kesenian Gembyung, atau Ruwatan Bumi, mereka tertawa karena kearifan lokal itu dianggap kuno. Ketika diajak untuk berdiskusi pun siswa terlihat bingung karena mereka tidak mengetahuinya dengan baik.

Setelah peneliti melakukan diskusi dengan guru IPS di SMP Ciater, dapat diketahui alasan siswa tidak mengetahui kebudayaan mereka sendiri yaitu disebabkan dalam pembelajaran tidak pernah mengangkat budaya lokal sebagai sumber pembelajaran. Proses pembelajaran hanya terpaku pada buku teks yang bersifat nasional. Seharusnya terlebih dahulu siswa diperkenalkan lingkungan terdekat dan pendidikan dapat berakar pada budaya peserta didik karena pendidikan sejarah dalam kurikulum pendidikan haruslah mempersiapkan peserta didik untuk hidup di masyarakat. Berkaitan dengan hal ini, Wineburg (Hasan , 2012:123) mengemukakan tentang pentingnya sejarah lokal bagi peserta didik, sebagai berikut:

Each of us grows up in a home with a distinct history and a distinct perspective on the meaning of larger historical events. Our parents’ histories shape our historical conciouness, as do the stories of the ethnic, racial, and religious groups that number us as a member. We attend churces, clubs, and neighborhood associations that further mold both our collective and our individual historical sense.

Dalam posisi ini materi sejarah lokal menjadi dasar bagi pengembangan jati diri pribadi, budaya dan sosial peserta didik. Kepedulian sosial siswa SMP N 1


(28)

10

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ciater pun tidak tercermin dengan baik. Peserta didik lebih bersifat individual dan kurang peka terhadap teman dan lingkungannya. Sedikit siswa terlihat membantu siswanya dalam mengerjakan pekerjaan sekolah. Ada siswa yang bersungguh-sungguh membersihkan lingkungan sekolah, ada pula yang hanya berleha-leha duduk santai di depan kelas sambil mengobrol. Rasa tanggung jawab siswa dipertanyakan dalam hal ini. Tanggung jawab siswa dalam menjaga lingkungannya tidak terlihat ketika siswa membuang sampah sembarangan dan tidak berpartisipasi dalam membersihkan kelas atau lingkungan sekolah. Tanggung jawab siswa sebagai anggota masyarakat di SMP N 1 Ciater tidak tercermin ketika siswa tidak menaati peraturan sekolah dengan memakai baju seragam yang dikeluarkan, dan perlengkapan seragam yang tidak lengkap. Selain itu kurang terlihatnya tanggung jawab sosial terhadap siswa yang mendapat kesulitan, bahkan siswa yang mendapat kesulitan biasanya cenderung diolok-olok bahkan dipermalukan.

Begitu pun dalam proses pembelajaran IPS, tidak banyak siswa yang aktif mengikuti pelajaran dengan baik di kelas. Ada siswa yang mengobrol, melakukan kegiatannya sendiri, bahkan mengantuk ketika pembelajaran berlangsung. Tanggung jawab siswa sebagai seorang pelajar pun tidak terlihat ketika guru meminta siswa untuk bekerja kelompok. Hanya satu atau dua orang siswa saja yang aktif berpartisipasi dalam kegiatan kerja kelompok, sedangkan yang lainnya hanya membuat kegaduhan. Ditambah seringnya guru meninggalkan kelas ketika pembelajaran berlangsung, membuat pembelajaran semakin tidak kondusif . Hal ini membuat siswa semakin tidak bertanggungjawab terhadap tugasnya sebagai seorang pelajar baik yang bersifat individu maupun sosial.

Kurangnya rasa tanggung jawab peserta didik baik untuk kehidupan individu maupun sosial perlu dibina kembali. Aset bermakna yang perlu ditumbuh kembangkan pada peserta didik berupa tanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, negara, umat manusia pada umumnya, lingkungan


(29)

11

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hidup, terutama tanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan yang berhubungan dengan kegiatan siswa selaku pelajar. Internalisasi pembelajaran dengan menanamkan nilai-nilai tradisi Ruwatan Bumi yang di dalamnya banyak mengandung nilai, terutama nilai tanggung jawab yang diharapkan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa dalam berbagai aspek di lingkungan SMP Negeri 1 Ciater dan kehidupannya sehari-hari.

Ruwatan Bumi yang begitu kental dengan nilai tanggung jawab sosial dapat membantu siswa menginternalisasikan dan menerapkan sikap tanggung jawab dalam dirinya melalui implementasi dari tradisi ini. Tradisi ruwatan bumi yang dalam arti sebenarnya adalah Ngarawat mengajarkan bahwa manusia harus merawat alam yang telah diberikan Tuhan. Nilai ini dapat diimplemenetasikan dalam pembelajaran IPS-Sejarah, bagaimana siswa dalam menjaga lingkungan baik sekolah ataupun lingkungan di mana siswa berada seperti masyarakat Adat Kampung Banceuy menjaga alamnya dari kerusakan melalui tradisi Ruwatan Bumi. Hal ini tercermin dengan adanya hutan keramat (hutan yang dikeramatkan) oleh masyarakat setempat. Adanya hutan keramat bukan semata-mata karena hutan itu dianggap angker, tapi karena masyarakat Banceuy menjaga keseimbangan alam dan ekosistem yang ada di dalamnya.

Tradisi Ruwatan Bumi pun mengandung nilai tanggung jawab sosial di mana masyarakat selalu menjaga kerukunan dan melestarikan tradisi gotong royong. Seluruh masyarakat kampung bersama-sama mempersiapkan acara Ruwatan Bumi dari mulai perencanaan sampai pelaksanaan acara serta gotong royong dalam membersihkan lingkungan kampung. Hal yang paling penting dari nilai tanggung jawab sosial ini adalah ketika masyarakat Kampung Banceuy membagikan makanan kepada semua warga masyarakat terutama pada warga yang berekonomi lemah. Nilai tanggung sosial ini dapat diinternalisasikan dalam pembelajaran IPS-Sejarah dimana guru dapat menanamkan nilai tanggung jawab


(30)

12

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sosial ini, di mana siswa harus selalu membantu temannya yang mengalami kesulitan dan bergotong royong dalam membersihkan lingkungan sekolah.

Tanggun jawab yang tidak kalah penting dari tradisi Ruwatan Bumi ini adalah tanggung jawab masyarakat kampung Banceuy terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pelaksanaan tradisi Ruwatan Bumi ini adalah sebagai ungkapan syukur terhadap Tuhan dari apa yang masyarakat Banceuy peroleh sebagai anugrah dan rizki pemberian Tuhan. Hal ini pun dapat ditanamkan kepada siswa sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang harus senantiasa mengingat dan selalu bersyukur terhadap apa yang diberikan Tuhan. Aplikasi dari nilai ini dapat berupa pengingat untuk selalu beribadah dan melaksanakan kewajibannya sebagai manusia yang memiliki religi atau kepercayaan. Nilai lain dari tanggung jawab individu adalah bagaimana siswa dapat bertanggung jawab terhadap perannya sebagai seorang pelajar dan dapat melaksanakan perannya tersebut dengan sebaik-baiknya, sebagaimana dilaksanakan pula oleh masyarakat Kampung Banceuy.

Nilai-nilai budaya yang mulai terabaikan dalam kehidupan masyarakat juga merupakan isu penting yang dapat diangkat dalam pembelajaran IPS-Sejarah. Hal ini untuk mencari solusi alternatif guna menyikapi dampak globalisasi yang semakin merambah ke segala sendi kehidupan masyarakat. Giddens (2000:38) mengemukakan bahwa :

Globalisasi mengubah kehidupan sehari-hari, terutama di negara-negara berkembang, dan pada saat yang sama ia menciptakan sistem-sistem dan kekuatan-kekuatan transnasional baru. Ia lebih dari sekedar menjadi latar belakang kebijakan-kebijakan kontemporer: globalisasi mentransformasikan institusi-institusi masyarakat di mana kita berada.

Dengan demikian, segenap potensi yang dimiliki oleh sebuah bangsa harus dioptimalkan termasuk kearifan lokal yang dimiliki masyarakat adat. “Sistem budaya lokal merupakan modal sosial (social capital) yang besar, telah tumbuh berkembang secara turun temurun yang hingga kini kuat berurat-berakar di masyarakat” Hikmat (2010:169). Sementara itu Moendardjito (Ayatrohaedi,


(31)

13

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1986:40-41) mengatakan bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai local genius karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Mampu bertahan terhadap budaya luar

2. Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar

3. Mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli

4. Mempunyai kemampuan mengendalikan

5. Mampu memberi arah pada perkembangan budaya

Dari ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa tradiri Ruwatan Bumi merupakan kearifan lokal yang masih bertahan hingga saat ini. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam mengenai permasalahan yang berkaitan dengan ini dalam penelitian yang berjudul : NILAI-NILAI TRADISI RUWATAN BUMI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN RASA TANGGUNG JAWAB SISWA

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan deskripsi latar belakang di atas, permasalahan penelitian ini yaitu bagaimanakah nilai-nilai tradisi Ruwatan Bumi sebagai sumber pembelajaran sejarah dalam meningkatkan rasa tanggung jawab siswa? Atas dasar permasalahan tersebut dapat dirumuskan pertanyaan penelitian berikut ini.

1. Bagaimana latar belakang munculnya tradisi Ruwatan Bumi di Kampung Banceuy Kabupaten Subang?

2. Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam tradisi Ruwatan Bumi di Kampung Banceuy Kabupaten Subang?

3. Bagaimana implementasi tradisi Ruwatan Bumi dalam kehidupan masyarakat Kampung Banceuy?


(32)

14

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Bagaimana guru merencanakan pembelajaran IPS di Kelas VII E SMP Negeri 1 Ciater melalui internalisasi nilai-nilai tradisi Ruwatan Bumi untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa?

5. Bagaimana guru melaksanakan pembelajaran IPS di Kelas VII E SMP Negeri 1 Ciater melalui internalisasi nilai-nilai tradisi Ruwatan Bumi untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa?

C. Tujuan Penelitian

Dengan mendasarkan pada permasalahan penelitian yang ada, maka tujuan penelitian secara umum adalah untuk mendapatkan gambaran tentang proses internalisasi nilai-nilai tradisi ruwatan bumi melalui pembelajaran sejarah sebagai upaya membangun tanggung jawab peserta didik. Secara lebih spesifik penelitian ini bertujuan, antara lain sebagai berikut.

1. Mengetahui gambaran latar belakang munculnya tradisi Ruwatan Bumi di Kampung Banceuy Kabupaten Subang.

2. Mendapat gambaran mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Ruwatan Bumi di Kampung Banceuy Kabupaten Subang.

3. Mengetahui gambaran implementasi tradisi Ruwatan Bumi dalam kehidupan masyarakat Kampung Banceuy.

4. Mendapat gambaran mengenai perencanaan yang dilakukan oleh guru melalui implementasi nilai-nilai tradisi Ruwatan Bumi untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa dalam pembelajaran IPS di Kelas VII E SMP Negeri 1 Ciater.

5. Mendapat gambaran mengenai pelaksanaan yang dilakukan oleh guru melalui implementasi nilai-nilai tradisi Ruwatan Bumi untuk meningkatkan


(33)

15

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rasa tanggung jawab siswa dalam pembelajaran IPS di Kelas VII E SMP Negeri 1 Ciater.

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, peneliti juga berharap penelitian ini dapat memberi manfaat, khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

1) Meningkatkan kecakapan siswa dalam aspek keterampilan menggali dan merefleksikan pengalamannya dari tradisi Ruwatan Bumi sehingga dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa melalui pembelajaran IPS-Sejarah.

2) Menumbuhkan inovasi pembelajaran baik guru maupun siswa, khususnya pada peningkatan tanggung jawab siswa melalui pembelajaran IPS-Sejarah.

3) Menemukan rancangan model yang tepat dan dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran IPS-Sejarah.

4) Memberikan kontribusi dalam membangun pembelajaran sejarah melalui muatan lokal dalam pengembangan gagasan, konsep, generalisasi, dan dan teori yang berkenaan dengan budaya melalui pendekatan ilmu sosial.

2. Manfaat Empirik 1) Bagi Siswa

Penerapan pembelajaran berbasis budaya dapat menumbuhkan pemahaman siswa mengenai peristiwa yang ada di sekitarnya. Siswa dapat menggali dan merefleksikan nilai-nilai tradisi dan menemukan permasalahan yang ada di masyarakat sehingga dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa.


(34)

16

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2) Bagi Guru

Pembelajaran menjadi evektif dengan adanya kerja sama dan keterlibatan anak didik dalam proses pembelajaran, anak didik dapat lebih aktif dengan berbagai pendekatan-pendekatan inovatif yang diterapkan guru dalam proses belajar. Hubungan antara guru dan siswa akan lebih intens ketika terciptanya suasana pembelajaran yang akrab. Selain itu, guru terbiasa merancang pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulu dan kebutuhan siswa.

3) Bagi Sekolah

Pembelajaran nilai-nilai tradisi Ruwatan Bumi untuk meningkatkan tanggung jawab siswa dapat dimanfaatkan secara optimal dalam upaya menciptakan susana kekeluargaan di sekolah sebagai komunitas masyarakat terpelajar. Lingkungan di sekitar sekolah merupakan sumber yang sangat kaya dengan budaya-budaya dan tidak akan habis untuk dijadikan sumber pembelajaran sejarah. Sekolah juga dapat mengambil kebijakan yang berhubungan dengan sember belajar di masyarakat sehingga bermanfaat bagi kepentingan siswa dengan merancang strategi-strategi pembelajaran sebagai suatu model dalam mengolah sumber belajar yang tepat.

4) Bagi Masyarakat

- Menunjukkan pemahaman pada semua warga masyarakat di Kota Subang tentang pentingnya tanggung jawab, kerukunan, solidaritas dan toleransi.

- Memberikan masukan yang jelas akan pentingnya peranan nilai-nilai Ruwatan Bumi sebagai perwujudan sikap tanggung jawab dan kekeluargaan sebagai sebagai suatu nilai budaya yang berkembang dari masyarakatnya dan dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran IPS-Sejarah di SMP Negeri 1 Ciater.


(35)

17

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

- Memberikan kontribusi dan motivasi pada lembaga ilmu pengetahuan dan lembaga penelitian, agar lebih banyak lagi menggali dan mengangkat budaya-budaya lokal untuk memperkaya khasanan nasional.

- Memberikan gambaran positif pada masyarakat secara nasional akan pentingnya mencintai budaya sekitar kita, selain untuk menciptakan kehidupan harmonis, tanggung jawab terhadap alam dan kehidupan sosial, saling tolong menolong dan kerukunan antar warga.

E. Klarifikasi Konsep

Dalam rangka memperjelas pemahaman dalam penelitian ini maka perlu diklarifikasi beberapa konsep sebagai berikut:

1. Nilai

Nilai merupakan esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia. Budiyono (2007:75) menjelaskan bahwa nilai adalah kualitas dari suatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia baik lahir maupun batin. Dalam kehidupan manusia nilai dijadikan landasan, alasan atau motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku.

Kluckhon (1951:398) mengatakan bahwa nilai adalah gabungan semua unsur kebudayaan yang dianggap baik atau buruk dalam suatu masyarakat, karena itu pula mendorong dan mengharuskan warganya untuk menghayati dan mengamalkan nilai yang dianggap ideal itu.

2. Tradisi

Mutakin (2005:44) menjelaskan bahwa tradisi berasal dari kata traditum, yang berarti barang sesuatu yang diterima, diperoleh dan dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang duturunkan dari generasi ke generasi melalui proses identifikasi, imitasi, adaptasi, dan sosialisasi.


(36)

18

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Garna (1996:166) mengatakan tradisi adalah kebiasaan sosial yang diturunkan dari suatu generasi ke generasi lainnya melalui proses sosialisasi. Tradisi menentukan nilai-nilai dan moral masyarakat, karena tradisi merupakan aturan-aturan tentang hal apa yang benar dan hal apa yang salah menurut warga masyarakat. Konsep tradisi itu meliputi pandangan dunia (worldview) yang menyangkut kepercayaan mengenai masalah kehidupan dan kematian serta peristiwa alam dan makhluknya atau konsep tradisi itu berkaitan dengan sistem kepercayaan, nilai-nilai dan pola serta cara berfikir masyarakat.

3. Ruwatan Bumi

Jika dilihat dari katanya, yang dimaksud dengan Ruwatan atau Ngaruwat memiliki beberapa arti. Kata Ruwatan memiliki arti melepaskan diri atau menghindarkan dari segala musibah atau malapetaka. Definisi lain dari Ruwatan sama artinya dengan ngarawat atau ngamumule bumi (memelihara bumi dan tanah) (Disbudpar, 2008:34).

4. Sumber Belajar

Sumber belajar merupakan daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar-mengajar, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Sumaatmadja (1984:13) mengatakan bahwa sumber belajar meliputi segala masalah dan peristiwa tentang kehidupan manusia di masyarakat, dapat dijadikan sumber dan materi IPS-Sejarah.

AECT (Association of Education Communication Technology) (Sujarwo, 1989:141) mendefinisikan sumber belajar sejarah adalah berbagai atau semua sumber baik berupa data, orang atau wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun secara kombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar. Adapun yang dimaksud sumber belajar dalam penelitian ini adalah nilai-nilai adat dan tradisi Upacara


(37)

19

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adat Ruwatan Bumi dalam pembelajaran sejarah di SMP Negeri 1 Ciater kelas VII A di Kabupaten Subang.

5. Tanggung Jawab

Tanggung jawab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:899) adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus Bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, mananggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab an menanggung akibatnya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.

Sedangkan Ridwan Halim (1988) mendefinisikan tanggung jawab sebagai suatu akibat lebih lanjut dari pelaksanaan peranan, baik peranan itu merupakan hak maupun kewaajiban ataupun kekuasaan. Secara umum tanggung jawab diartikan sebagai kewajiban untuk melakukan sesuatu atau berperilaku menurut cara tertentu.

F. Paradigma Penelitian

Paradigma sebagai konsep pertama kalinya dikemukakan oleh Thomas Kuhn dalam bukunya “The Structure of Scientific Revolutions”. Dalam penelitian, paradigma merupakan dasar untuk menyeleksi masalah dan pola untuk menyeleksi dan masalah untuk memecahkan masalah tersebut. Moleong (1989:9) mengatakan, “paradigma adalah sekumpulan longgar tentang asumsi yang secara logis dianut bersama, konsep, atau proposisi yang mengarahkan cara berfikir dan cara penelitian”. Wiriatmadja (2008:85) mengatakan, “kerangka pemikiran atau paradigma adalah pandangan dunia atau worldview dari peneliti untuk memahami asumsi-asumsi metodologis sebuah studi secara ontologis, epistimologis, dan aksiologis.


(38)

20

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Senada dengan kedua pendapat di atas, Nasution (2003:2) mengatakan bahwa, “paradigma adalah suatu perangkat kepercayaan, nilai-nilai, suatu pandangan tentang dunia sekitar. Paradigma mengarhkan peneliti”. Dalam paradigma kualitatif, menurut Wiriatmadja (2008:10) “asumsi-asumsi ontologi menunjukkan bahwa kenyataan seperti yang dilihat aoleh para peserta penelitian adalah subjektif dan majemuk; sedang secara epistimologi, para peneliti berinteraksi dengan yang diteliti; secara aksiologi sangat berbobot nilai, dan bias”.

Mengkaji rumusan-rumusan paradigma di atas, terlihat bahwa paradigma penelitian sangat sentral untuk mewujudkan hasil penelitian yang kredibel. Untuk itu dikembangkanlah paradigma penelitian yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1


(39)

21

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sumber : Di adaptasi dari Wiriatmadja (2010:87)

Sumber Belajar Nilai-nilai tradisi

Ruwatan Bumi

Aplikasi Nilai-nilai

Tradisi Ruwatan Bumi dalam Pembelajaran

IPS-Sejarah Pembelajaran

IPS-Sejarah 1,2 Dst yang

bermuatan Nilai-nilai

Tradisi Ruwatan

Bumi Seleksi dan

Transformasi Nilai-nilai Tradisi

Ruwatan Bumi

Nilai Tanggung Jawab pada Tradisi

Ruwatan Bumi

- Tanggung Jawab - Kerjasama - Toleransi Metode Pembelajaran

Filsafat Pembelajaran Sejarah

Hakikat Pembelajaran Sejarah

Tujuan Pembelajaran Sejarah


(40)

57

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji internalisasi nilai tradisi upacara Adat Ruwatan Bumi dalam pembelajaran sejarah di SMP Negeri 1 Ciater. Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif dengan multi metode atau metode campuran dengan studi etnografi dan Penelitian Tindakan Kelas. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:4) menjelaskan karakter utama pendekatan kualitatif adalah dihasilkannya data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, dan data yang dikumpulkan melalui penelitian kualitatif lebih berupa kata-kata daripada angka-angka. Di samping itu pendekatan kualitatif merupakan kerangka penelitian atau paradigma yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok (Sukmadinata, 2005:60).

Denzin dan Lincoln (1994) dalam Creswell (1998:15) mendefinisikan paradigma kualitatif sebagai:

...multimethod in focus, involving an interpretative, naturalistic approach to its subject matter. This mean that qualitative researchers study things in their natural setting attempting to make sense of or interpret phenomena in term of the meanings people bring to them. Qualitative research involves the studied use and collection of a variety of empirical materials- case study, personal experince, introspective, life story, interview, observational, historical, interactional, and visual text – that describe routine and problematic moments and meaning in individuals’ lives.

Sedangkan Cresswell sendiri (2012:5) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai:

Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem, the researcher builds a complex, holistic picture, analyzes words,


(41)

58

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

report detailed views of informants, and conducts, the study in a natural setting.

Senada dengan pemaparan di atas, Lincoln dan Guba (1985:23-24) mengemukakan:

Pendekatan kualitatif sering diwujudkan pada setting yang alamiah (natural setting); baik pada tahap pengumpulan data. Penggunakan sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperanserta (participan observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan studi dokumentasi.

Bogdan dan Biklen (1982:27-29) mengemukakan lima karakteristik utama dari pendekatan kualitatif adalah sebagai berikut:

1. Peneliti sendiri sebagai instrumen utama untuk mendatangi secara langsung sumber data.

2. Mengimplementasikan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini lebih cenderung dalam bentuk kata-kata daripada angka.

3. Menjelaskan bahwa hasil penelitian lebih menekankan pada proses tidak semata-mata kepada hasil.

4. Melalui analisis induktif, peneliti mengungkapkan makna dari keadaan yang diamati.

5. Mengungkapkan makna sebagai hal yang esensial dari pendekatan kualitatif.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, metode penelitian yang digunakan adalah metode campuran, yakni penggabungan dua metode antara etnografi dan PTK, sedangkan strategi yang dikembangkan adalah transformatif sekuensial. Penelitian yang menggabungkan dua motode (etnografi dan PTK) ini menggunakan teknik atau strategi Transformatif Sekuensial yang dikembangkan oleh Creswell. Strategi ini terdiri dari dua tahap pengumpulan data yang berbeda, satu tahap mengikuti tahap yang lain, seperti pendapat Creswell (2012:318-319) di bawah ini:

Strategi transformatif sekuensial merupakan proyek dua-tahap dengan perspektif teoritis tertentu (seperti ras, gender, teori ilmu sosial) yang turut membentuk prosedur-prosedur di dalamnya. Strategi ini terdiri dari tahap


(42)

59

Ijah Hodijah, 2013

Nilai-Nilai Tradisi Ruwatan Bumi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Siswa (Mixed Method Dengan Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Banceuy Dan PTK Di SMP Negeri 1 Ciater Kabupaten Subang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pertama (baik itu kuantitafi maupun kualitatif) yang diikuti oleh tahap kedua (baik itu kuantitatif maupun kualitatif). Perspektif teoritis diperkenalkan di bagian pendahuluan. Peneliti dapat menggunakan salah satu dari dua metode dalam tahap pertama, dan bobotnya dapat diberikan pada salah satu dari keduanya atau didistribusikan secara merata pada masing-masing tahap. Dalam strategi transformatif sekuensial ini, proses pencampuran (mixing) terjadi ketika menggabungkan antar kedua penelitian.

Creswell (2012:319) juga berpendapat bahwa “tujuan dari strategi sekuensial adalah untuk menerapkan perspektif teoritis si peneliti. Dengan diterapkannya penelitian dua-tahap dalam strategi ini, peneliti diharapkan dapat menyuarakan perspektif-perspektif yang berbeda, memberikan advokasi yang lebih baik kepada partisipan, atau memahami suatu fenomena dengan lebih baik”. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti menggabungkan dua tahap penelitian. Tahap pertama dimulai dengan metode etnografi untuk mengkaji Upacara Adat Ruwatan Bumi dilanjutkan dengan penelitian tahap kedua dengan metode Penelitian Tindakan Kelas atau penelitian emansipatoris – kolaboratif untuk memahami lebih lanjut tentang karakter dari masing-masing studi tersebut, pada bagian tersebut peneliti akan menggunakan pembahasan tentang studi etnografi dan PTK untuk mengkaji efektivitas nilai-nilai Upacara Adat Ruwatan Bumi dalam pembelajaran di sekolah dan kontribusinya dalam pembelajaran IPS.

A. Metode Penelitian Tahap Pertama

Metode penelitian tahap pertama adalah studi etnografi. Studi ini dimaksudkan ditujukan untuk mengkaji mengenai kebudayaan masyarakat Kampung Banceuy yaitu tradisi Ruwatan Bumi beserta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Seperti yang diungkapkan oleh Spradley (2007:3) :

Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Tujuan utama aktivitas ini untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan untuk mendapatkan pandangan mengenai dunianya. Inti dari etnografi adalah upaya untuk mepelajari makna-makna tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami.


(1)

202

Hikmat, Harry. (2010). Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora Press.

Hoeve, Van. (1991). Ensiklopedi Indonesia. jakarta: Ichtiar Baru.

Hopkins. (2011). Panduan Guru Penelitian Tindakan kelas A Teacher’s Guide to

Classroom Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ihromi, T.O. (1996). Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Isjoni. (2007). Pembelajaran Sejarah Pada Satuan Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Ismaun. (1980). Memperluas Cakrawala Melalui Sejarah Lokal. Jakarta: Rineka Cipta.

Jarolimek, J. (1977). Social Studies in Elementary Education. New York: Macmillan Publishing co. Inc.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1990). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka.

Kaplan, D dan Roberts A. Manners. (2002). Teori Budaya Diterjemahkan oleh Landung Simatupang. Judul Asli The Theory of Culture. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kartodirdjo, S. (1988). Menggali Warisan Leluhur untuk Memperkokoh Identitas Nasional Fungsi Pembelajaran Sejarah dalam Pembangunan. Makalah. Surakarta: PPS UNS.

____________. (1992). Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah.

Jakarta: Gramedia.

____________. (1995). Negara dan Nasioalisme Indonesia. PT Grasindo.

Keesing, M.R. (1999). Antropologi Budaya: Suatu Perspektif Kontemporer.

Jakarta: Erlangga.

Kluckoln. (1951). The Study Of Culture. New York: Stamford University Press. Koentjaraningrat. (1987). Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Universitas


(2)

_____________. (1989). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. _____________. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. _____________. (2000). Pengantar Ilmu Antropologi: Cetakan ke 8. Jakarta:

Rineka Cipta.

_____________. (2004)b. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

_____________. (2005). Pengantar Ilmu Antropologi II: Pokok-Pokok Etnografi.

Jakarta: Rineka Cipta.

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi.

Bandung: PT. Refika Aditama.

Latief, Abdul. (2009). Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan. Bandung: PT Refika Aditama.

Lickona, Thomas. (1992). Educating for Character: How Our Schools can Teach Respect and Responsibility. New Ypti: Bantam Books.

_____________. (2012). Character Matters Persoalan Karakter Bagaimana Membantu Anak Mengembangkan Penilaian Yang Baik, Integritas, dan Kebijakan Penting Lainnya. Jakarta: Bumi Aksara.

_____________. (2013). Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik Educating for Charachter. Bandung: Nusamedia. Liliweri, A. (2003). Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Jakarta: PT

LKiS Pelangi Aksara,

Lincoln, Yvonna S & Guba, Egon G. (1985). Naturalistic Inquiry. Beverlly Hills London, New Delhi: sage Publications.

Linton, R. (1984). Antropologi, Suatu Penyelidikan Manusia. Diterjemahkan oleh Firmansyah. Bandung: Jemars.

MacKenzie, N. (1996). A Guide to the Social Science. New York: The New American Library.


(3)

204

Milles M.B & Hubberman A.M. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press (UIP).

Moedjiono. (1995). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Moleong, Lexy. (1989). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Remaja Karya.

____________. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muchlis, M. (2011). Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyana, R. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Mutakin, Awan. (2005). Hakekat Manusia Dalam Dinamika Sosial Budaya.

Bandung: FPIPS-UPI.

Mutakin, Awan. (2008). Nilai-Nilai Kearifan Adat dan Tradisi di Balik Simbol (Totem) Kuda Kuningan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Nalan, S.A & Sarjono, A.R. (1998). Catatan Seni. Bandung: STSI Press. Nasution, S. (1998). Azas-Azas Kurikulum. Bandung: Jemmars.

_________. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Transito. NCSS. (1994). Curriculum Standard for Social Studies. Washington: National

Commision for the Social Studies in the School (NCSS).

O’neal, W.F. (2002). Ideologi-ideologi Pendidikan. (Penterjemah: Naomi, O.I., dari Educational Ideologies: Contemporary Expressions of Educational Philosophies). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pass, L Daniel. (2002). Seven Theories of Religion dari Animisme E.B Taylor Materialisme Karl Marx hingga Antropologi Budaya C. Geertz.

Pasya, Gurniwan Kamil. (1999). Kapita Selekta Sosiologi dan Antropologi.


(4)

Peraturan Pemerintah No. 22, 23, dan 24 Tahun 2006. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Rostiyanti, Ani dkk. (1995). Fungsi Upacara Adat bagi Masyarakat Pendukungnya Masa kini. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ranjabar, J. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia (Suatu pengantar). Bogor: Ghalia Indonesia.

Ruseffendi, H.E.T. (2003). Dasar-Dasar Penelitian Tindakan dan Bidang Nonsakta Lainnya. Semarang: Unnes Press.

Salim, Agus. (2006). Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Semarang: Tiara Wacana.

Sanjaya. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prenada. Sanusi, A. (1971). Studi Sosial di Indonesia. IKIP.

Satori, Djam’an & Komariah, Aan. (2010). Metode Penelitian Kualitatif.

Bandung: Alfabeta.

Soekanto, S. (1983). Hukum Adat Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. __________. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

Spradley, JP. (2007). Metode Etnografi (Penerjemah: Elizameth. M.Z., dari The Ethnograpich Interview) edisi II. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sudjana, N. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

________. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sujarwo. (1989). Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: Medyatama Sarana Perkasa.

Sukmaatmadja, et. al. (2006). Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah: Konsep, Prinsip, Instrumen. Bandung: Reflika Utama.


(5)

206

Sumaatmadja, Nursid. (1984). Metodologi Pengajaran Ilmu pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alumni.

_________________. (2004). Pembinaan dan Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Pendidikan IPS. Bandung: Alumni

________________. (2005). Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya, dan Lingkunan Hidup. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumiati dan Asra. (2007). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Supardan, Dadang. (2008). Pengantar Ilmu Sosial Suatu Kajian Pendekatan

Struktural. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Supriatna, N. (2011). Pengembangan Pendidikan Karakter Melalui Green Curriculum dan Ecopedagogy Dalam pembelajaran IPS, Prosiding Konvensi Pendidikan Nasional Pendidikan IPS Ke-1. Bandung: FPIPS-UPI. Sutarto, A. (2006). Kearifan Lokal dan Perubahan Lingkungan Kasus Kampung

Naga, Badui, Damin, dan Tengger; Kumpulan Makalah

Syafa’at, Rachmad dkk. (2008). Negara, Masyarakat dan Kearifan Lokal.

Malang: In-TRANS Publishing.

Syam, Nur. (2009). Mahzab-Mahzab Antropologi. Jogjakarta: LKIS

Tim Pustaka Yudistia. (2007). Panduan Lengkap KTSP. Yogyakarta: Pustaka Yudistia.

Tilaar, H.A.R. (2004). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18 B ayat 2

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 ayat 3


(6)

Widja, I Gde . (1989). Sejarah Lokal : Suatu Perspektif dalam Pengajaran Sejarah. Jakarta: LPTK Departeman P dan K.

Widja, I Gde . (1991). Pendidikan Sejarah dan Tantangan Masa Depan; Orasi Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Pendidikan Sejarah pada FKIP UNUD. Singaraja: FKIP UNUD.

Widja, I Gde. (2002). Sejarah Lokal, Sustu Perspektif dalam pengajaran Sejarah.

Bandung: Tarsito.

William, R. (1982). Value The Concept Value. New York: The Millan Co. & The Free Press.

Wiriatmadja, R. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan dosen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wora, I. (2006). Perenialisme Kritik Atas Modernisme dan Postmodernisme.

Yogyakarta: Kanisius.

Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Jurnal :

Hermawan, Iwan. (2004). Pendidikan Nilai Lokal Sebagai Upaya Membentuk Generasi Muda yang Bermoral. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

Internet :

Fuddin. (2012). Hakikat Peningkatan Tanggung Jawab Siswa

dalam Pembelajaran. [Online]. Tersedia:

http://fuddin.wordpress.com/2012/11/06/hakikat-peningkatan-tanggung-jawab-siswa-dalam-pembelajaran/. [4 Februari 2012].

Sudrajat, A. (2010). Konsep Pendidikan Karakter. [Online]. Tersedia: http://wordpress.com/2010/09/15/konsep-pendidikan-karakter/. [7 Oktober 2013].


Dokumen yang terkait

PENANAMAN NILAI-NILAI TANGGUNG JAWAB DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK DI LINGKUNGAN Penanaman Nilai-Nilai Tanggung Jawab Dan Kemandirian Pada Anak Di Lingkungan Panti Asuhan (Studi Kasus di Yayasan Yatim Muhammadiyah di Desa Kliteh, Kecamatan Sragen Tengah Ka

0 1 15

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN HELLISON UNTUK MENGEMBANGKAN NILAI TANGGUNG JAWAB DALAM PEMBELAJARAN SENAM: Studi Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 45 Bandung.

0 5 32

STRATEGI PENGEMBANGAN KAMPUNG ADAT BANCEUY SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI KABUPATEN SUBANG.

4 23 44

NILAI - NILAI ADAT LARVUL NGABALSEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM IPS : Studi Etnografi Pada Masyarakat Langgur, Kabupaten Maluku Tenggara.

0 1 38

IMPLEMENTASI KEARIFAN LINGKUNGAN DALAM BUDAYA MASYARAKAT ADAT KAMPUNG KUTA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS :Studi Etnografi Pada Masyarakat Adat Kampung Kuta dan Kajian PTK di SMP Negeri 1 Tambaksari Kabupaten Ciamis.

0 4 66

NILAI-NILAI KEARIFAN ADAT DAN TRADISI DI BALIK RITUAL DAUR HIDUP (LIFE CYCLES) PADA MASYARAKAT SUKU NUAULU DI PULAU SERAM SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS :Studi Etnografi di Desa Tamilou Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah.

3 19 81

nilai 5 tanggung jawab

0 0 3

TRADISI RUWATAN BERSIH BUMI KEARIFAN LOK

0 4 18

Pelestarian Nilai Nilai Tradisi Adat Dusun Cetho Dalam Rangka Pengembangan Destinasi Wisata Sejarah dan Religi (Studi Deskriptif Kualitatif Tradisi Adat Dusun Cetho "Galungan" dalam Pengembangan Destinasi Wisata Sejarah dan Religi di Kabupaten Karanganyar

0 0 20

RASA SOLIDARITAS KELOMPOK, RASA MEMILIKI, DAN RASA KESETIAAN SEBAGAI NILAI-NILAI TRADISI JEPANG DALAM SISTEM MANAJEMEN PERUSAHAAN DI JEPANG

0 0 8