PENGARUH MODEL ARCS (ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, AND SATISFACTION) MELALUI METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA :Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 49 Bandung.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……… i

HALAMAN PERNYATAAN... UCAPAN TERIMA KASIH ... KATA PENGANTAR………. ii iii vii DAFTAR ISI……… viii

DAFTAR TABEL……… x

DAFTAR GAMBAR……… xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian...………...…..……. 1

B.Rumusan Masalah.………...…..……. 8

C.Tujuan Penelitian ...………...…...…... 9

D.Manfaat Penelitian... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori... 11

1. Pembelajaran…...………... 11

2. Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence and Satisfaction)... 15

3. Metode Pemecahan Masalah...……….………... 26

4. Motivasi Belajar.………..…... 29

5. Hasil Belajar... 33

6. Pembelajaran IPS...……….………..….. 35

B. Penelitian Terdahulu.……….………..….. 37

C. Kerangka pemikiran..………..….. 38

D. Hipotesis Penelitian ...……….…… 42

BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian...……….……....…. 43

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian...…..…... 43


(2)

2. Desain Penelitian... 44

C. Operasional Variable...……..…... 45

D.Teknik pengumpulan Data....………....……….….. 46

E. Uji Alat Tes Penelitian... 48

F. Rancangan Analisis Data dan Hipotesis...…….……..….… 55

1. Uji Normalitas Data... 55

2. Uji Homogenitas Data... 55

3. Uji Hipotesis... 56

4. Perhitungan Gain... 56

G. Prosedur Penelitian...………... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian...………...….………... 61

B. Hasil Penelitian...………...……….. 63

C. Analisis Hasil Penelitian...………...…….… 76

1. Motivasi belajar... 76

2. Hasil Belajar... 105

D. Pembahasan... 116

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan………... 136

B. Rekomendasi………... 138

DAFTAR PUSTAKA………... 140 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal.

3.1 Desain Penelitian……….. 44

3.2 Operasional Variabel... 45

3.3 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar...………... 49

3.4 Hasil Uji Validitas Hasil Belajar.………... 51

3.5 Hasil Uji Reliabilitas Motivasi Belajar Siswa...……….. 52

3.6 Hasil Uji Reliabilitas Hasil Belajar Siswa...………. 53

3.7 Klasifikasi Daya Pembeda...……….. 53

3.8 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal...……….... 54

3.9 Hasil Uji Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda...……….. 54

3.10 Kategori Tingkat gain... 57

4.1 Persebaran Siswa SMP Negeri 49 Bandung...………. 62

4.2 Hasil Uji Normalitas Motivasi Belajar Siswa ... 77

4.3 Hasil Uji Homogenitas Motivasi Belajar Siswa ... 78

4.4 Motivasi Belajar Siswa sebelum dan Sesudah Perlakuan Di Kelas Yang Mendapat Perlakuan ... 80

4.5 Hasil Uji Wilcoxon Motivasi Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Perlakuan Di Kelas Yang Mendapat Perlakuan... 80

4.6 Motivasi Belajar Siswa Sesudah Pembelajaran Di Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 82

4.7 Hasil Uji Wilcoxon Motivasi Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Perlakuan Di Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 83 4.8 Perbedaan Motivasi Belajar Siswa Sesudah Perlakuan Antara Kelas


(4)

Perlakuan... 85 4.9 Hasil Uji Mann-Whitneyy Motivasi Belajar Siswa Sesudah

Perlakuan antara kelas yang mendapat perlakuan dengan kelas yang

tidak mendapat perlakuan...……….. 86 4.10 Analisis Gain Motivasi Belajar Siswa Antara Kelas Yang Mendapat

Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 88 4.11 Hasil Uji Mann-Whitney Gain Motivasi Belajar Siswa Antara Kelas

Yang Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak Mendapat

Perlakuan... 89 4.12 Gain Ternormalisasi Motivasi Belajar Siswa Di Kelas Yang

Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak Mendapat

Perlakuan... 90 4.13 Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator Attention Di Kelas Yang

Mendapat

Perlakuan......…...

92

4.14 Hasil Uji Wilcoxon Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator Attention

di Kelas yang Mendapat perlakuan...……… 93 4.15 Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator Relevance di Kelas yang

Mendapat Perlakuan... 93 4.16 Hasil Uji Wilcoxon Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator

Relevance di kelas yang Mendapat Perlakuan... 94 4.17 Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator Confidence di Kelas Yang

Mendapat Perlakuan......…... 94 4.18 Hasil Uji Wilcoxon Peningkatan Nilai Rata-Rata Indkator

Confidence.di Kelas yang Mendapat perlakuan...... 95 4.19

4.20

4.21

Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator Satisfaction. di kelas yang Mendapat Perlakuan... Hasil Uji Wilcoxon terdapat perbedaan Nilai Rata-Rata Indikator

Satisfaction Di Kelas Yang Mendapat Perlakuan...

Gain Ternormalisasi Motivasi Belajar Siswa Per Indikator Di Kelas Yang Mendapat Perlakuan...

96

96

97 4.22 Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator Attention Di Kelas Yang


(5)

4.23

4.24

Tidak Mendapat Perlakuan ... Hasil Uji Wilcoxon Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator Attention

Di Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator Relevance Di Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan...

98

99 100 4.25 Hasil Uji Wilcoxon Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator

Relevance Di Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 100 4.26 Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator Confidence Di Kelas Yang

Tidak Mendapat Perlakuan... 101 4.27 Hasil Uji Wilcoxon Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator

Confidence Di Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 102 4.28 Peningkatan Nilai Rat-Rata Indikator Satisfaction Di Kelas Yang

Tidak Mendapat Perlakuan... 102 4.29 Hasil Uji Wilcoxon Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator

Satisfaction Di Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 103 4.30 Gain Ternormalisasi Motivasi Belajar Siswa Di Kleas Yang Tidak

Mendapat Perlakuan... 104 4.31 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Siswa ... 105 4.32 Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Siswa ... 106 4.33 Hasil Belajar Siswa sebelum dan Sesudah Perlakuan Di Kelas

Mendapat Perlakuan... 107 4.34 Hasil Uji Wilcoxon Hasil Belajar Siswa sesudah perlakuan Di Kelas

Yang Mendapat Perlakuan... 108 4.35 Hasil Belajar Siswa sebelum dan Sesudah Perlakuan Di Kelas Yang

Tidak Mendapat Perlakuan... 109 4.36 Hasil Uji Wilcoxon Hasil Belajar Siswa sebelum dan Sesudah

Perlakuan Di Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 110 4.37 Perbedaan Hasil Belajar Siswa Sesudah Perlakuan Antara Kelas

Yang Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak Mendapat


(6)

4.38 Hasil Uji Mann-Whitney Hasil Belajar Siswa Sesudah Perlakuan Antara Kelas Yang Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak

Mendapat Perlakuan... 112 4.39 Peningkatan (Gain) Hasil Belajar Siswa Antara Kelas Yang

Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak Mendapat

Perlakuan... 113 4.40 Hasil Uji Mann-Whitney Peningkatan (Gain) Hasil Belajar Siswa

Antara Kelas Yang Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak

Mendapat Perlakuan... 114 4.41 Gain Ternormalisasi Hasil Belajar Siswa Antara Kelas Yang

Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan..


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2.1 Model ARCS………...…... 16

2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian………... 38

3.1 Alur Kegiatan Penelitian………... 60

4.1 Grafik Perbedaan Nilai Rata-Rata Motivasi Belajar Siswa Sebelum Dan Sesudah Perlakuan Di Kelas Yang Mendapatkan Perlakuan ...…. 81 4.2 Grafik Perbedaan Nilai Rata-Rata Motivasi Belajar Siswa Sebelum Dan

Sesudah Prlakuan Di Kelas Yang Tidak Mendapatkan Perlakuan... 84 4.3 Grafik Perbedaan Nilai Rata-Rata Motivasi Belajar Siswa Sesudah

Perlakuan Antara Kelas Yang Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 87 4.4 Grafik Peningkatan (Gain) Motivasi Belajar Siswa Antara Kelas Yang

Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 89 4.5 Grafik Peningkatan (Gain) Motivasi Belajar Siswa Per Indikator di

Kelas yang Mendapat Perlakuan...………. 98

4.6 Grafik Peningkatan (Gain) Motivasi Belajar Siswa Per Indikator diKelas yang Tidak Mendapat Perlakuan... 104 4.7 Grafik Perbedaan Hasil Belajar siswa sebelum dan Sesudah Perlakuan

di Kelas yang Mendapat Perlakuan...…… 108 4.8 Grafik Perbedaan Hasil Belajar Siswa Sebelum Dan Sesudah

Perlakuan Di Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 110 4.9 Grafik Perbedaan Hasil Belajar Siswa Sesudah Perlakuan Antara Kelas

Yang Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 112 4.10 Grafik Peningkatan (Gain) Hasil Belajar Siswa antara kelas yang


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Lembar Observasi Aktivitas Guru 144

2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa 146

3 Pedoman wawancara Guru 147

4 Pedoman Wawancara Siswa 148

5 Hasil uji Validitas dan Reliabilitas 149

6 Hasil Uji daya Beda 153

7 Hasil Uji Tingkat kesukaran 154

8 Hasil Tes Motivasi Belajar Sebelum Perlakuan 155

9 Hasil Tes Motivasi Belajar Sesudah Perlakuan 157

10 Tes Hasil Belajar Siswa Sebelum Perlakuan 159

11 Tes Hasil Belajar Siswa Setelah Perlakuan. 161

Foto Penelitian Surat-surat Penelitian


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup peserta didik secara optimal dalam rangka mewujudkan bangsa Indonesia yang berperadaban dan bermartabat serta mampu bersaing dipercaturan dunia internasional dalam era globalisasi. Perlu kesadaran bersama bahwa peningkatan mutu pendidikan merupakan komitmen untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia. Pendidikan harus mampu mengembangkan potensi anak didik agar berani dan mampu menghadapi segala permasalahan tanpa rasa tertekan, mau dan mampu serta senang mengembangkan diri menjadi manusia yang unggul. Pendidikan juga diharapkan mampu mendorong peserta didik untuk memelihara dirinya, meningkatkan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, lingkungannya dan masyarakat.

Pada kenyataannya pendidikan di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, ditunjukkan dengan hasil laporan dan survey beberapa lembaga. Data Dinas Pendidikan Jawa Barat (Disdik Jabar) menyebutkan bahwa Ujian Nasional (UN) SMP di Jawa Barat menurun dari 31,19 pada Tahun 2009 menjadi 29,34 Tahun 2010 atau menurun sebesar 1,85 % (BAPPENAS, 2010).

Berdasarkan data BAPPENAS bahwa partisipasi pendidikan pada jenjang menengah masih relatif rendah yang ditandai dengan adanya selisih APK antara


(10)

sasaran Tahun 2009 sebesar 69,34 % dan capaian terakhir pada Tahun 2007 sebesar 60,51% banyak lulusan SMP/MTs yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, hal ini disadari anak usia 16-18 tahun lebih memilih bekerja dibandingkan melanjutkan ke jenjang SMA/MA/SMK (BAPPENAS, 2009).

Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survei dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai

follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia (Al-Jawi, 2006).

Hasil survai World Competitiveness Year Book tahun 1997-2007 menunjukkan bahwa dari 47 negara yang disurvai, pada tahun 1997 Indonesia berada pada urutan 39, pada tahun 1999 berada pada urutan 46. Tahun 2002, dari 49 negara yang disurvai, Indonesia berada pada urutan 47, dan pada 2007 dari 55 negara yang disurvai, Indonesia menempati posisi ke-53. Menurut laporan monitoring global yang dikeluarkan lembaga PBB, UNESCO, Tahun 2005 posisi Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara berkembang di Asia Pasifik. Selain itu, menurut laporan United Nations Development Programme (UNDP), kualitas SDM Indonesia menempati urutan 109 dari 177 negara di dunia. Sedangkan menurut The Political and Economic Risk Consultancy (PERC) yang merupakan lembaga konsultan dari Hongkong menyatakan kualitas pendidikan di


(11)

Indonesia sangat rendah, di antara 12 negara Asia yang diteliti, Indonesia satu tingkat di bawah Vietnam (Syamsuri, 2010).

Laporan Pembangunan Manusia tahun 2010 yang dikeluarkan UNDP menunjukkan bahwa indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia berada di peringkat 108 dari 169 negara yang tercatat. IPM merupakan indeks komposit yang mencakup kualitas kesehatan, tingkat pendidikan, dan kondisi ekonomi (pendapatan). Di lingkup ASEAN, Indonesia hanya berada di peringkat 6 dari 10 negara. Peringkat ini masih lebih rendah daripada Singapura (27), Brunei Darussalam (37), Malaysia (57), Thailand (92), dan Filipina (97). Untuk tingkat pendidikan, Indonesia bahkan hanya berada di peringkat ke-7 dari 10 negara anggota ASEAN. Berarti, capaian kinerja pendidikan di Indonesia bisa dikatakan masih lebih buruk (Harmadi, 2011).

Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari sebanyak 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The

Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah

saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP) (Supriyoko, 2005).

Kenyataan ini membuat Indonesia harus mengakui bahwa kualitas sumber daya manusia Indonesia masih jauh tertinggal dan kalah bersaing dari negara-negara tetangga. Realitas ketertinggalan dan kalah bersaing dengan negara-negara


(12)

tetangga menunjukkan bahwa selama ini program pemerintah sekolah murah, kesehatan murah dan peningkatan kapasitas ekonomi belum dapat dirasakan sepenuhnya oleh masyarakat.

Upaya peningkatan sumber daya manusia yang paling strategis yaitu melalui pendidikan. Pendidikan merupakan suatu proses yang membantu manusia untuk mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi tantangan, mampu menyelesaikan permasalahan kehidupannya dan permasalahan dengan masyarakat serta lingkungannya secara terbuka dan kreatif. Oleh karena itu, setiap bagian dari proses pembelajaran harus memberikan kontribusi nyata dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan.

Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang kehidupan dan perkembangan manusia dengan berbagai aspek kepribadiannya. Sebagaimana yang tercantum dalam UU No 20 Tahun 2003. Selain itu, dalam pasal 5 ayat 1 UU No 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu berbagai usaha terus dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Salah satunya dalam pendidikan IPS melalui berbagai pendekatan, gagasan atau inovasi yang dapat memberikan perubahan positif yang berarti, baik dalam proses pembelajaran IPS di sekolah maupun dalam meningkatkan mutu pendidikan IPS pada umumnya.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai bagian integral dari kurikulum pembelajaran dipersekolahan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki


(13)

sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat secara umum. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik

Peranan guru dituntut untuk menunjukkan keativitasnya mengembangkan dan menciptakan pembaharuan dalam pembelajaran sehingga pembelajaran yang dilaksanakan menjadi bermakna. Guru mempunyai peran strategis dalam membimbing dan membantu peserta didik kearah pendewasaan sehingga peserta didik mampu hidup mandiri dan menjadi anggota masyarakat yang baik sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Oleh karena itu guru dituntut mengajar secara efektif dan kreatif.

Berdasarkan hasil observasi awal pada SMP Negeri 49 Bandung, hasil UAS semester ganjil Tahun 2010-2011 pada mata pelajaran IPS di kelas VIII menunjukan bahwa nilai hasil belajar siswa yang sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 64,29 % sedangkan sisanya sebesar 35,71 % masih dibawah kriteria ketuntasan minimal, data tersebut menunjukan bahwa masih rendahnya hasil belajar IPS siswa di kelas VIII, sehingga untuk mencapai kriteria ketuntasan minimal guru harus memberikan remedial.

Berdasarkan keterangan guru mata pelajaran IPS di SMP negeri 49 Bandung bahwa kegiatan belajar mengajar dikelas sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan mengungkap buah fikirnya secara verbal dan tertulis, selama pembelajaran berlangsung ada siswa yang aktif dan banyak pula siswa yang pasif,


(14)

ketika siswa diberi tugas pekerjaan rumah terkadang siswa kurang memiliki rasa tanggung jawab untuk mengumpulkannya tepat waktu.

Berdasarkan penjelasan yang diungkapkan guru IPS di SMP Negeri 49 Bandung dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran IPS di kelas guru masih mempraktekan pendekatan konvensional. Kegiatan belajar mengajar masih berorientasi pada penguasaan materi buku, dalam menyampaikan pelajaran IPS guru hanya mengulas materi-materi yang ada di LKS saja. Guru tersebut pernah menggunakan metode pembelajaran lain dengan anggapan siswa bisa berperan aktif dalam belajar, namun penggunaan metode tersebut tidak dilanjutkan dengan alasan waktunya tidak cukup dan selama proses pembelajaran berlangsung kondisi kelas malah menjadi ribut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kondisi yang nyaman dan aman dalam proses pembelajaran menurut guru tersebut adalah kelas tenang, siswa duduk dan mendengarkan.

Melihat kondisi pembelajaran IPS tersebut, dampaknya maka selama proses pembelajaran siswa kurang termotivasi untuk belajar, siswa merasa kesulitan dalam menerima, merespon, serta mengembangkan materi yang diberikan oleh guru. Sehingga siswa kurang memiliki rasa percaya diri dalam proses belajar di kelas, siswa menjadi tidak mandiri, tidak disiplin dan kurang bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Dengan demikian siswa terlihat cenderung jenuh dalam pembelajaran dan kurang memiliki motivasi dalam belajar yang tentu saja akan berdampak pada hasil belajar siswa.


(15)

Berbagai alternatif jawaban atau solusi pemecahan untuk menghindari pembelajaran IPS yang tidak efektif adalah dengan melakukan konstruksi penerapan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi serta dapat mengembangkan potensi siswa agar berani menghadapi problema yang dihadapi tanpa merasa tertekan, mau dan mampu, serta senang mengembangkan diri.

ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) merupakan model pembelajaran yang dikembangkan sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan oleh guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Model pembelajaran ini berisi empat komponen yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran yaitu membangkitkan dan mempertahankan perhatian siswa selama pembelajaran (Attention), materi pelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa (Relevance), menanamkan rasa yakin dan percaya diri siswa (Confidence), menumbuhkan rasa puas pada siswa terhadap pembelajaran (Satisfaction).

Salah satu metode pembelajaran yang diterapkan dalam model ARCS ini dan dianggap dapat meningkatkan motivasi serta hasil belajar siswa adalah melalui metode pemecahan masalah. Karena pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi kelak dimasyarakat.

Pada dasarnya setiap saat orang menghadapi masalah yang harus dipecahkan. Pemecahan masalah yang baik tentu berdasarkan informasi yang cukup dan telah diolah dan dipadukan dengan hal-hal lain yang terkait. Pemecahan masalah memerlukan kreativitas dan kearifan. Untuk menghasilkan


(16)

kreativitas dalam belajar tersebut dibutuhkan motivasi belajar siswa yang tinggi agar dapat menemukan pemecahan yang efektif dan efisien, sedangkan kearifan diperlukan karena pemecahan harus selalu memperhatikan kepentingan berbagai pihak dan lingkungan sekitamya.

Oleh karena itu sejak dini siswa perlu belajar memecahkan masalah, sesuai dengan tingkat berpikirnya. Untuk memecahkan masalah memang dituntut kemampuan untuk berpikir rasional, berpikir kreatif, berpikir alternatif, berpikir sistem, berpikir lateral dan sebagainya. Oleh karena itu, pola berpikir tersebut perlu dikembangkan di sekolah dan kemudian diaplikasikan dalam bentuk pemecahan masalah.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Model ARCS ( Attention, Relevance, Confidence and Satisfaction) melalui Metode Pemecahan Masalah Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa ”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus masalah yang telah diungkapkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah.

1. Apakah terdapat perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas yang mendapatkan perlakuan Model ARCS melalui Metode Pemecahan Masalah?

2. Apakah terdapat perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas yang tidak mendapatkan perlakuan model ARCS melalui metode pemecahan masalah ?


(17)

3. Apakah terdapat perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa sesudah perlakuan antara kelas yang mendapat perlakuan dengan kelas yang tidak mendapat perlakuan model ARCS memalui metode pemecahan masalah ? C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah.

1. Ingin mengetahui perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas yang mendapatkan perlakuan Model ARCS melalui Metode Pemecahan Masalah.

2. Ingin mengetahui perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas yang tidak mendapatkan perlakuan model ARCS melalui metode pemecahan masalah.

3. Ingin mengetahui perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa sesudah perlakuan antara kelas yang mendapat perlakuan dengan kelas yang tidak mendapat perlakuan model ARCS melalui metode pemecahan masalah. D. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat dari penelitian ini adalah. 1. Bagi Guru.

Diharapkan dapat membantu memberikan inspirasi bagi guru dalam menentukan atau mencari metode dan strategi yang inovatif dalam pembelajaran di sekolah guna meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS.


(18)

2. Bagi Kepala sekolah.

Bagi Kepala Sekolah atau pengambil kebijakan dalam bidang pendidikan diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam menentukan kebijakan tentang pendekatan pembelajaran yang sesuai untuk mata pelajaran IPS dalam berbagai jenjang pendidikan.

3. Bagi Penulis sendiri yaitu dapat memberikan bekal dan manfaat terutama dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dan sebagai literature untuk pengembangan penelitian selanjutnya.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 49 Bandung yang berlamat di Jalan Antapani No 58 Bandung. Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas VIII pada semester Genap. Dasar pertimbangan populasi penelitian adalah kelas VIII karena kelas VII merupakan siswa baru sehingga masih beradaptasi dengan lingkungan SMP dan kelas IX dalam persiapan mengahadapi Ujian Nasional. Sedangkan yang menjadi sampelnya adalah dua dari 12 kelas yang dipilih secara purposif berdasarkan pertimbangan guru bidang studi IPS kelas VIII dengan melihat nilai rata-rata kelas yang diambil dari hasil ulangan umum semester ganjil 2010-2011.

B. Metode penelitian dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen, dimana penelitian dianggap sebagai quasi eksperimen apabila tidak dilakukan randominasi dalam meneliti hubungan sebab akibat (Seniati, Yulianto dan Setiadi 2005 : 35). Ruseffendi (2003:45) mengatakan bahwa “dalam suatu penelitian ekperimen, khususnya penelitian yang ingin menyelidiki keefektifan penggunaan metode mengajar baru, diperlukan kelas lain atau kelompok siswa yang menggunakan metode lama atau yang biasa dilakukan sebelumnya sebagai pembanding. Kelas pembanding ini disebut


(20)

kelas kontrol. Hasil dari kelas kontrol ini akan menjadi pembanding dari kelas eksperimen untuk mengetahui apakah hasil kelas ekperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah non-equivalent controlgroup design, pada desain ini terdapat dua kelompok yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan model ARCS melalui metode Pemecahan Masalah dalam proses pembelajarannya. Sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional dengan pola sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian

GRUP PRE TEST TREATMENT POST TEST

A 01 X 02

B 03 04

Keterangan:

A : kelompok eksperimen B : kelompok kontrol

X : dikenakan treatment atau perlakuan dengan model ARCS melalui metode pemecahan masalah

: tidak dikenakan treatment atau perlakuan dengan model ARCS melalui metode pemecahan masalah

01 : sebelum perlakuan (pre test) pada kelompok eksperimen 02: sesudah perlakuan (post test) pada kelompok eksperimen


(21)

03: pretest pada kelompok kontrol 04:posttest pada kelompok Kontrol

C. Operasional Variabel

Operasional variable penelitian ini diuraikan dalam tabel di bawah ini : Tabel 3.2. Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional Indikator

Model ARCS

Model ARCS merupakan suatu bentuk

pendekatan pemecahan masalah untuk

merancang aspek motivasi serta lingkungan belajar dalam mendorong dan mempertahankan motivasi siswa untuk belajar dengan langkah-langkah : Attention, Relevance, Confidence and

Satisfaction. Adapun metode dalam

penyampaian materi pembelajaran yang

digunakan dalam model ARCS ini yaitu melalui metode pemecahan masalah merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada aspek pemecahan masalah. dengan langkah-langkah : Merumuskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, menarik kesimpulan

Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, dengan beberapa indikator yang mendukung.

Perhatian

(Attention)

Relevansi (Relevance) Keyakinan (Confidence) Kepuasan (Satisfaction

Hasil Belajar Pencapaian kompetensi-kompetensi mata

pelajaran IPS yang mencakup aspek

pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dalam penelitian ini pencapaian kompetensi mencakup aspek pengetahuan ranah kognitif yaitu : pengetahuan (C1), pemahaman (C2), Aplikasi (C3), dan analisis (C4) pada pembelajarn IPS dengan Standar Kompetensi Memahami kegiatan perkeonomian di Indonesia

dan Kompetensi Dasar Permintaan dan

penawaran serta terbentuknya harga pasar

Hasil pre test post test dalam bentuk soal objektif berupa pilihan ganda sebanyak 20 butir soal yang mengacu pada kompetensi dasar Permintaan dan penawaran serta terbentuknya harga pasar


(22)

D.Teknik Pengumpulan Data

1. Angket

Angket dalam penelitian ini digunakan sebagai alat tes yang dimaksudkan untuk memperoleh data mengenai motivasi belajar siswa baik kelas yang mendapatkan model ARCS melalui Metode Pemecahan Masalah maupun kelas yang tidak mendapat perlakuan sebelum (pretest) dan sesudah mendapat perlakuan (postest) .

Angket motivasi belajar ini dirancang dalam bentuk pilihan-pilihan pernyataan yang berkaitan dengan perhatian siswa, respon siswa, percaya diri siswa dan kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran IPS. Dimana setiap siswa baik siswa yang mendapat perlakuan model ARCS melalui metode pemecahan masalah maupun siswa yang tidak mendapatkan perlakuan atau menggunakan metode konvensional diminta untuk mengisi kolom jawaban berdasarkan pernyataan yang tersedia

Angket motivasi belajar ini menggunakan skala Grafis (Grafic rating Scale), skala grafis merupakan metode pengukuran sikap yang disajikan dalam bentuk grafis atau gambar. Metode ini menyatakan penelitian responden terhadap subjek, objek atau kejadian tertentu dengan angka yang ada dalam gambar atau grafik penelitian. Dengan kriteria angka 1 menunjukan bahwa responden memberikan tanggapan yang sangat tidak setuju terhadap pernyataan yang diajukan atau tingkat motivasinya sangat rendah, sedangkan angka 10 menunjukan sangat setuju terhadap pernyataan yang diajukan atau


(23)

tingkat motivasinya tinggi (Munir, 2008 :19). Untuk mendapatkan data yang bersifat interval dan diberi skor atau nilai sebagai berikut :

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pilihan jawaban mulai dari 1 sampai dengan 10. Dengan ketentuan Bila jawaban ke kiri maka motivasinya cenderung rendah, bila jawaban ke kanan maka motivasinya cendrung tinggi..

2. Tes Tertulis

Tes tertulis ini dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar siswa baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol sebelum (pretest) dan sesudah mendapatkan perlakuan (posttest) dengan menggunakan metode yang telah ditentukan. Dalam hal ini, tes tertulis yang diberikan kepada siswa berupa soal berbentuk objektive (pilihan ganda). Tes tertulis yang digunakan dalam penelitian ini antara pretest dengan posttest tetap menggunakan soal yang sama.

3. Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran di dalam kelas untuk melihat secara langsung cara guru menerapkan metode pembelajaran yang ditawarkan serta melihat respon dan perkembangan siswa dalam pembelajaran tersebut. Lembar observasi yang digunakan ada dua bentuk, yaitu lembar observasi pengamatan penampilan guru di dalam kelas


(24)

dan lembar observasi pengamatan diskusi kelompok siswa. Hasil pengamatan tersebut akan dijelaskan secara deskriptif guna dijadikan sebagai informasi tambahan dalam pengambilan kesimpulan penelitian.

4. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa sebelum dan setelah pembelajaran dengan menggunakan model ARCS melalui metode pemecahan masalah dalam mata pelajaran IPS untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Wawancara dimaksud untuk mengetahui kendala-kendala ataupun kekurangan dalam model ARCS melalui metode pemecahan masalah baik dari segi guru maupun siswa.

E.Uji Alat Tes penelitian

Soal tes yang akan digunakan sebagai parameter motivasi dan hasil belajar siswa, sebelum digunakan sebagai alat pretest dan posttest pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas butir-butir soal tersebut, dengan maksud untuk mengetahui kualitas soal tes. Berikut dijelaskan mengenai alat ukur kualitas tes yang dimaksud.

1. Validitas

Uji validitas item butir soal menggunakan bantuan software SPSS

versi 17 for windows. Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Nasution 2003 :74). Uji validitas ini dilakukan untuk mengukur konsistensi butir-butir soal sehingga dapat menggambarkan


(25)

indikator yang diteliti. Suatu alat tes dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti secara tepat. Berikut disajikan hasil uji validitas motivasi belajar siswa dalam tabel 3.3.

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar Item soal Corrected item-total

correlations

Kesimpulan

1 0,457 Valid

2 0,649 Valid

3 0,269 Valid

4 0,096 Tidak Valid

5 0,237 Tidak Valid

6 0,174 Tidak Valid

7 0,706 Valid

8 0,700 Valid

9 0,660 Valid

10 0,729 Valid

11 0,652 Valid

12 0,216 Tidak Valid

13 0,457 Valid

14 0,272 Valid

15 0,198 Tidak Valid

16 0,729 Valid

17 0,652 Valid

18 0,659 Valid

19 0,328 Valid

20 0,402 Valid

21 0,462 Valid

22 0,136 Tidak Valid

23 0,274 Valid

24 0,501 Valid

25 0,687 Valid


(26)

Lanjutan Tabel 3.3.

27 0,272 Valid

28 0,647 Valid

29 0,466 Valid

30 0,147 Tidak Valid

31 0,608 Valid

32 0,754 Valid

33 0,609 Valid

34 0,005 Tidak Valid

35 0,057 Tidak Valid

36 0,012 Tidak Valid

37 0,688 Valid

38 0,729 Valid

39 0,652 Valid

40 0,539 Valid

41 0,457 Valid

42 0,576 Valid

43 0,570 Valid

44 0,340 Valid

45 0,188 Tidak Valid

46 0,209 Tidak Valid

47 0,308 Valid

48 0,317 Valid

49 0,211 Tidak Valid

50 0,269 Valid

Sumber data diolah dengan SPSS

Berdasarkan tabel di atas hasil uji validitas alat tes motivasi belajar siswa diketahui koefisiensi korelasi item total dikoreksi (corrected item-total correlation) tidak semua item soal memiliki kriteria validitas. Dari 50 butir soal terdapat 36 item memberikan nilai positif ≥ 0.25, hal tersebut menunjukan 36 item soal valid dan terdapat 14 item soal yang tidak valid. Dengan demikian maka peneliti hanya mengambil jumlah item soal yang valid dan membuang item soal yang tidak valid.


(27)

Hasil uji validitas alat tes hasil belajar siswa dapat dilihat dalam tabel 3.4.

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Hasil Belajar Item soal Corrected item-total

correlations

Kesimpulan

1 0,522 Valid

2 0,582 Valid

3 0,431 Valid

4 0,415 Valid

5 0,198 Tidak Valid

6 0,402 Valid

7 0,511 Valid

8 0,552 Valid

9 0,591 Valid

10 0,014 Tidak Valid

11 0,354 Valid

12 0,294 Tidak Valid

13 0,536 Valid

14 0,355 Valid

15 0,115 Tidak Valid

16 0,211 Tidak Valid

17 0,337 Valid

18 0,365 Valid

19 0,021 Tidak Valid

20 0,245 Tidak Valid

21 0,522 Valid

22 0,582 Valid

23 0,431 Valid

24 0,415 Valid

25 0,086 Tidak Valid

26 0,140 Tidak Valid

27 0,511 Valid

28 0,552 Valid

29 0,591 Valid

30 0,014 Tidak Valid


(28)

Berdasarkan data tabel tersebut di atas diketahui bahwa koefisiensi korelasi item total dikoreksi (corrected item-total correlation) tidak semua item soal memiliki kriteria validitas. Dari 30 butir soal terdapat 21 item memberikan nilai positif ≥ 0.25, hal tersebut menunjukan 21 item soal valid dan terdapat 9 item soal yang tidak valid. Dengan demikian maka peneliti hanya mengambil jumlah item soal yang valid, namun untuk mempermudah perhitungan skor nilai maka peneliti hanya akan mengambil 20 item soal dari 21 item soal yang valid, jadi item soal yang dibuang seluruhnya berjumlah 10 item soal.

2. Reliabilitas

Setelah dilakukan uji validitas, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Reliabilitas merujuk kepada konsistensi skor yang dicapai oleh siswa yang sama ketika mereka diuji ulang dengan soal yang sama pada kesempatan yang berbeda. Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan bantuan software SPSS

versi 17 for windows diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 3.5.

Hasil Uji Reliabilitas Motivasi Belajar Siswa

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized

Items N of Items

.915 .915 50

Sumber data diolah dengan SPSS

berdasarkan tabel uji reliabilitas di atas menunjukan nilai


(29)

disimpulkan bahwa alat test tersebut memiliki reliabilitas internal yang memadai untuk mengukur motivasi belajar siswa.

Tabel 3.6.

Hasil Uji Reliabilitas Hasil belajar siswa

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized

Items N of Items

.817 .817 30

Sumber data diolah dengan SPSS

Tabel uji reliabilitas di atas menunjukan nilai Cronbach’s Alpha

yang diperoleh sebesar 0,817 (> 0.70), maka dapat disimpulkan bahwa alat test tersebut memiliki reliabilitas internal yang memadai untuk mengukur hasil belajar siswa.

Soal tes tertulis setelah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas selanjutnya dilakukan uji daya pembeda dan uji tingkat kesukaran dengan maksud untuk mengukur tingkat kualitas soal tes. Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2007:211). Untuk klasifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut :

Tabel 3.7

Klasifikasi Daya Pembeda

Batasan Kategori

0,00 < D ≤ 0,20 0,20 < D ≤ 0,40 0,40 < D ≤ 0,70 0,70 < D ≤ 1,00

Jelek Cukup

Baik Baik sekali


(30)

Sedangkan analisis tingkat kesukaran soal dimaksudkan untuk mengetahui seberapa sukar sebuah soal yang dibuat sebagai alat tes yang baik adalah yang mempunyai tingkat kesukaran sedang, tidak terlalu sukar ataupun tidak terlalu mudah. Klasifikasi indeks kesukaran soal sebagai berikut :

Tabel. 3.8

Kriteria Tingkat Kesukaran Soal

Batasan Kategori

0,00 ≤ P < 0,30 0,30 ≤ P < 0,70 0,70 ≤ P < 1,00

Sukar Sedang Mudah

Daya pembeda soal serta tingkat kesukaran soal dilakukan dengan bantuan Anatest kemudian dianalisis. Berikut di paparkan hasil pengujian daya pembeda dan tingkat kesukaran soal alat tes dengan menggunakan bantuan Anatest.

Tabel 3.9.

Hasil Uji Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda

No soal Tingkat

Kesukaran Kategori Daya Pembeda

1 57,14 Sedang 55,56

2 45,71 Sedang 33,33

3 42,86 Sedang 44,44

4 60,00 Sedang 44,44

5 77,14 Mudah 44,44

6 68,57 Sedang 77,78

7 37,14 Sedang 55,56

8 48,57 Sedang 77,78

9 45,71 Sedang 55,56

10 37,14 Sedang 44,44

11 62,86 Sedang 88,89

12 65,71 Sedang 44,44


(31)

Lanjutan Tabel 3.9.

14 60,00 Sedang 33,33

15 57,14 Sedang 55,56

16 54,29 Sedang 66,67

17 82,86 Mudah 44,44

18 60,00 Sedang 77,78

19 31,43 Sedang 44,44

20 57,14 Sedang 44,44

Sumber data: diolah menggunakan Anatest

F. Rancangan Analisis Data

1. Uji Normalitas Data

Uji Normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah penyebaran kedua populasi berdistribusi secara normal atau tidak. Untuk mengetahuinya maka menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan software SPSS versi 17 for windows.

Santoso (2010 :186) mengemukakan bahwa kriteria Uji Normalitas Data dijelaskan sebagai berikut:

a.Jika signifikansi (Sig) atau nilai probabilitas yang diperoleh > ≥ (0.05), maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b.Jika signifikansi (Sig) atau nilai probabilitas yang diperoleh < ≥ (0.05), maka sampel bukan berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah kedua populasi mempunyai variansi yang homogen atau heterogen. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan bantuan software SPSS versi 17 for


(32)

windows dalam menguji homogenitas data yang diperoleh. Adapun kriteria untuk menetapkan homogenitas data menurut Santoso (2010 : 187) yaitu: 1) Jika signifikansi (Sig) atau nilai probabilitas yang diperoleh > ≥ (0.05),

maka variansi setiap sampel dikatakan homogen.

2) Jika signifikansi (Sig) atau nilai probabilitas yang diperoleh < ≥ (0.05), maka variansi setiap sampel tidak homogen.

3. Uji Hipotesis

Apabila hasil dari uji normalitas dan homogenitas data menunjukkan bahwa data tersebut berdistribusi normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan uji hipotesis menggunakan uji-t (t-test). Namun apabila hasil uji normalitas dan homogenitas data menunjukan bahwa data tersebut tidak berdistribusi normal dan tidak homogen atau salah satu hasil data menujukan tidak berdistribusi normal atau tidak homogen, maka dilanjutkan dengan uji hipotesis menggunakan uji non parametrik.

Menurut Santoso (2010 : 187) Untuk menentukan ada tidaknya perbedaan, maka perlu diperhatikan kriteria berikut:

a. Jika signifikansi atau nilai probabilitas yang diperoleh < 0.05, maka terdapat perbedaan yang nyata antara nilai Pretest dengan Posttest.

b. Jika signifikansi atau nilai probabilitas yang diperoleh > 0.05, maka tidak terdapat perbedaan antara nilai Pretest dengan Posttest.

4. Perhitungan Gain

Perhitungan gain digunakan untuk mengetahui besarnya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol,


(33)

dimana analisisnya melalui hasil tes awal (pretest) dan hasil tes akhir

(posttest). Analisis dilakukan dengan menggunakan rumus gain

ternormalisasi rata-rata (avarange mormalized gain). Adapun rumus tersebut menurut Meltzer (2002) dalam Ramdania (2010 : 56) adalah sebagai berikut :

<g> = Skor posttest – skor pretes

Skor maksimum – skor pretest

Keterangan :

<g> = Gain ternomalisasi rata-rata Skor pretest = Persentase skor pretest rata-rata Skor posttest = Persentase skor posttest rata-rata Skor maksimum = Skor ideal seluruh item soal

Selanjutnya hasil gain akan dianalisis melalui kriteria tingkat gain sebagai berikut :

Tabel 3.10 Kategori Tingkat Gain

Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3 < g ≤ 0,7 Sedang

g ≤ 0,3 Rendah

G. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu : 1. Tahap persiapan

Pada tahapan ini dilakukan dua kegiatan yaitu penyusunan perangkat pembelajaran dan pengembangan alat tes penelitian. Untuk menyusun


(34)

perangkat pembelajaran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain materi pelajaran yang akan dikaji dan metode pembelajaran yang akan digunakan. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan studi literatur tentang : a. literatur yang berkaitan dengan pembelajaran

b. analisis indikator materi pelajaran

c. metode pembelajaran yang sesuai dengan peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa.

d. analisis model pembelajaran ARCS dan metode pemecahan masalah untuk menentukan langkah-langkah dalam proses pembelajaran.

Sedangkan pengembangan alat tes penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

a. menyusun kisi-kisi angket motivasi belajar

b. menyusun kisis-kisi butir soal tes untuk mengukur hasil belajar siswa c. validasi alat tes

d. uji coba alat tes e. revisi alat tes 2. tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan tahap untuk mengumpulkan data. Pada tahap ini mengimplementasikan model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) dalam proses pembelajaran dan teknik dalam penyampaian materi menggunakan metode pemecahan masalah. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam tahap ini adalah:


(35)

a. mengadakan tes awal (pre test) untuk memperoleh data mengenai motivasi dan hasil belajar siswa sebelum mengikuti pembelajaran b. pengarahan terhadap guru kelas VIII mengenai model pembelajaran

ARCS dengan menggunakan metode Pemecahan Masalah c. menentukan materi IPS

d. menentukan teknik dan media pembelajaran yang sesuai dengan pokok bahasan yang akan dibelajarkan

e. membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen

f. menerapkan model ARCS dengan melalui metode pemecahan masalah pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol diterapkan metode konvensional

g. pemberian tes akhir (post test) untuk memperoleh data tentang peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran ARCS melalui metode pemecahan masalah dengan pembelajaran konvensional

3. Tahap penyelesaian

Tahapan penyelesaian diantaranya adalah :

a. mengolah dan menganalisa data

b. membuat kesimpulan dari hasil penelitian c. menyusun laporan hasil penelitian

Secara keseluruhan tahapan-tahapan tersebut dapat digambarkan dalam Gambar 3.1.


(36)

Gambar 3.1 Alur penelitian

Penyusunan laporan Kesimpulan Studi Pendahuluan

Penyusunan materi, alat test, uji coba , revisi dan mempersiapkan

perangkat pembelajaran, melatih guru yang akan mengajar

Kelas kontrol Menentukan Subyek penelitian

Pengolahan dan analisis data Pre Test

Observasi

Post Test Pembelajaran dengan

model ARCS melalui metode Pemecahan

Masalah

Pembelajaran dengan metode

konvensional

Pengolahan dan analisis data Persiapan Penelitian


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Secara umum dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ARCS (

Attention, Relevance, Confidence and Satisfaction ) melalui metode pemecahan masalah merupakan model yang efektif dan memberikan pengaruh positif untuk meningkatkan indikator–indikator motivasi dan hasil belajar siswa, antara lain indikator Attention (perhatian), Relevance (relevansi), Confidence (percaya diri), dan Satisfaction (rasa yakin). Hal tersebut terbukti dari beberapa hasil pengujian hipotesis bahwa selalu terdapat peningkatan perolehan nilai rata-rata setelah penerapan model ARCS melalui metode pemecahan masalah, dan dari keseluruhan peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa setelah diterapkannya model ARCS melalui metode pemecahan masalah ternyata indikator motivasi

Attention memperlihatkan peningkatan yang lebih tinggi dibanding dengan indikator motivasi yang lainya.

Secara khusus, kesimpulan yang berkaitan dengan rumusan masalah dan hipotesis penelitian adalah sebagai berikut.

1. Terdapat peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa setelah pembelajaran menggunakan model ARCS melalui metode pemecahan masalah. Hasil perolehan tersebut selain menjawab hipotesis juga dapat memberikan gambaran bahwa model pembelajaran ARCS melalui metode pemecahan masalah dapat memberikan pengaruh positif dalam peningkatan kemampuan motivasi dan hasil belajar siswa.


(38)

2. Terdapat peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa setelah menggunakan metode konvensional dalam pembelajarannya. Hal ini mengindikasikan bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan metode yang dilakukan sehari-hari oleh guru yaitu, ceramah, tanya jawab, dan penugasan juga tidak selamanya tidak memberikan konrtribusi terhadap motivasi dan hasil belajar siswa.

3. Terdapat perbedaan peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dimana kelas yang mendapatkan perlakuan model ARCS melalui metode pemecahan masalah lebih besar peningkatannya dibanding dengan kelas yang tidak mendapat perlakuan. Hal tersebut memperlihatkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran ARCS dalam pembelajarannya memperhatikan indikator perhatian, relevansi, percaya diri dan rasa puas siswa terhadap pelajaran. Dengan demikian indikator motivasi siswa dalam kelas yang menggunakan Model ARCS melalui metode pemecahan masalah dalam pembelajarannya lebih baik dibandingkan dengan pencapaian indikator motivasi belajar siswa di kelas yang tidak mendapat perlakuan.


(39)

B. Rekomendasi

Beberapa rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.Guru dapat menggunakan Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence and Satisfaction) sebagai salah satu model pembelajaran dan sebagai salah satu metode pembelajaran di kelas-kelas lainnya untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

2.Mengingat pentingnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan kemauan dan minatnya sendiri. Diharapkan kepada seluruh guru untuk membantu siswa agar terus meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode-metode yang bervariasi dalam proses pembelajaran. Dengan terpeliharanya motivasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung maka kegiatan pembelajaran akan lebih berkualitas dan tentu saja hal ini akan berpengaruh pula pada perolehan hasil belajar siswa.

3.Diharapkan kepada guru untuk membiasakan diri mencari informasi tentang metode-metode pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi-potensi siswa.

4.Tujuan akhir dari pembelajaran selain memperoleh hasil yang baik siswa juga mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari di masayarakat baik untuk dirinya maupun orang lain. Melalui metode pemecahan masalah dalam menyampaikan materi pelajaran siswa menjadi memiliki kemampuan


(40)

memecahkan masalah dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Oleh karena itu, diharapkan kepada seluruh guru agar terus meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa dengan menggunakan permasalahan yang bervariatif.

5.Penelitian ini dilakukan hanya di satu sekolah dengan menggunakan sampel yang kecil, waktu yang terbatas, serta materi dan permasalahan yang dibatasi. Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada peneliti-peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian dalam jumlah sampel yang lebih besar, waktu yang lebih lama serta materi dan permasalahan yang lebih variatif.

6.Mengingat keterbatasan waktu dalam penelitian ini diharapkan dalam penerapan model ARCS guru tidak hanya melalui metode pemecahan masalah saja, tetapi masih banyak metode-metode yang lebih variatif dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Al Muchtar,Suwarma.(2004). Pengembangan Berpikir dan Nilai Dalam Pendidikan IPS. Gelar Pustaka Mandiri: Bandung

______. (Tanpa tahun). Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Sekolah Pascasarjana: Universitas Pendidikan Indonesia:Bandung

Anwar, (2004). Pendidikan Kecakapan Hidup . Bandung. Alfabheta

Arikunto, Suharsimi .(2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arsyad, Azhar (2007). Media Pembelajaran jakarta : PT raja Grafindo Persada. Bloom et al (1956) Taxonomy of Educational Objectives ( The classification of

Educational goals). New york. David McKay Company,INC

Dimyati, Mudjiono.(2006). Belajar dan Pembelajaran. Kerjasama Depdikbud dan Rineka Cipta: Jakarta.

Ghozali, I. (2008). Desain Penelitian Eksperimental (Teori, Konsep dan Analisis

Data dengan SPSS 16.0). Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro

Hamalik, Oemar ((2003). Proses belajar mengajar, jakarta. Bumi Aksara

Hamalik, Oemar (2009). Psikologi Belajar Mengajar. Jakarta. Sinar Baru Algensindo

Hamid Hasan, S. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jemderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik: Jakarta

Hamzah B. Uno. (2010). Teori motivasi dan pengukurannya. Jakarta. Bumi aksara.

Herliany Elly, Indrawati. (2009). Penilaian Hasil Belajar Untuk Program

Bermutu. PPPPTK IPA

Joyce,Weil, Calhoun (2009) Models of Teaching (Model-model pengajaran).

Yogyakarta : Pustalka Pelajar

Komalasari, Kokom (2010) . Pembelajaran Kontekstual Konsep dan aplikasinya. Bandung. Refika aditama


(42)

L.R.Gray, E Mills,Airsian Peter (2006). Educational Research. New Jersey Pearson Merrill Prentice Hall.

Maryani, Enok (2011) Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk Peningkatan Keterampilan Sosial. Bandung : Alfabeta.

Munir, Sahibul (2008), Metodologi Penelitian Modul 8. Fakultas Ekonomi.Mercu Buana

Nasution (2003), Metode Research. Jakarta : Bumi Aksara

Pratisto, A. (2009). Statistik Menjadi Mudah Dengan SPSS 17. Jakarta: Gramedia Puskur Balitbang DEPDIKNAS Pengembangan Model pendidikan Kecakapan

Hidup SD/MI/SDLB-SMP/MTs/SMPLB-SMA/MA/SMALB/SMK/MAK.

Riduan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta

Ruseffendi, H. E. T. (1998). Statistika Dasar untuk Peneltian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press

Ruseffendi, H. E. T. (2003). Dasar-dasar Peneltian Pendidikan dan Bidang Noneksakta Lainnya. Semarang: Unnes Press

Rusman (2010) Model-model pembelajaran (mengembangkan profesionalisme guru) .Bansung :Rajawali Pers

Sadirman. (2004). Interaksi dan Motivasi belajar mengajar.jakarta. PT Grafindo Persada.

Sagala, Syaiful . (2007). Konsep dan makna pembelajaran. Bandung, Alfabeta. Sanjaya, Wina (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar dan proses

pendidikan. Bandung, Kencana

Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung .Kencana

Santoso, Singgih (2009). Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Slavin, R. E., (2010). Cooperative Learning. Theory, Research, and Practice. Second Edition. USA: Allyn & Bacon

Somantri, Muhammad Nu’man (2001) Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS,


(43)

Sudjana Nana & Ibrahim (2009). Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. Bandung: sinar Baru Algensindo.

Sugiyono. (2010). Metode Peneltian Pendidikan. Bandung. Alfabheta

Sugiyono (2006). Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sukmara,Dian (2007). Implementasi life Skill dalam KTSP. Bandung. Mughni Sjahtera

Trihendradi (2007). Statistik Inferen menggunakan SPSS (Teori Dasar dan Aplikasinya). Yogyakarta : CV Andy Offset

Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003. Bandung : Citra Umbara Wena, Made (2010) Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta. Bumi

aksara.

Weyers, Mark (2006). Teaching FE Curriculum (Encoraging active Learning in The Classroom). New York. Continuum International Publishing Group

Sumber Internet :

Abidin, Zaenal (2006). Motivasi dalam Strategi pembelajaran dengan Pendekatan ARCS. Universitas muhammadiyah Surakarta. eprints.ums.ac.id/87/1/suhuf pak

Al-Jawi, M.Shiddiq. (2006) Pendidikan Di Indonesia masalah dan solusinya.

http://www.khilafah1924.org/index.php?option=com_content&task=blogcat egory&id=19&Itemid=48&limit=9&limitstart=99

Hamoraon (2010). Pembelajaran Inovatif Model ARCS Keller.

http://learningtheori.wordpress.com/2010/03/08/model-arcs-keller

Harmadi, Sonny Harrry (2011). Kinerja Pembangunan manusia Indonesia. http://www.mediaindonesia.com/read/2011.

Keller, J. M., & Suzuki, K. (1987). Use of the ARCS Motivation Model in Courseware Design. In D. H. Jonassen (Ed.), Instructional Designs for

Microcomputer Courseware. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum.

http://www.learning-theories.com/kellers-arcs-model-of-motivational-design.html


(44)

Keller, J. M., (2000) .How to integrate learner motivation planning into lesson planning: The ARCS model approach. Florida State University U.S.A. Paper presented at VII Semanario, Santiago, Cuba, February, 2000. http://mailer.fsu.edu/~jkeller/Articles/KellerARCSLessonPlanning.pdf

Kusumah, Wijaya (2010) Motivasi dan Minat Belajar Siswa.

http://wijayalabs.wordpress.com/2010/04/11/motivasi-dan-minat-belajar-siswa/

Ramdania, Diena rauda. (2010). Penggunaan Media Flash Flip Book dalam pembelajaran teknologi Informasi dan komunikasi Untuk meningkatkan hasil belajar siswa Skripsi FPMIPA UPI bandung, tidak diterbitkan

Shidiq, Al Jawawi (2006), Pendidikan di Indonesia Masalah dan Solusinya

http://www.khilafah1924.org/index.php/option/com./2006.

Sopah, Djamaah 1998. Studi tentang model peningkatan motivasi berprestasi siswa, Laporan penelitian. Palembang: Lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya.

http://duniaguru.com/index.php?option=com_content&task=view&id=238 Sofyan Sauri. (2009). Strategi Pembelajaran Ips Dengan Pendekatan

Komprehenshif.

http://sofyanpu.blogspot.com/2009/05/strategi-pembelajaran-ips.html

Supriyoko (2005). Pentingnya Standar Nasional Pendidikan Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan. http://amikom.ac.id/research/index.php/karyailmiahdosen Syamsuri, Istamar ( 2010) Peningkatan Kompetensi Guru Untuk Meningkatkan

Minat siswa Pada bidang MIPA Makalah disampaikan dalam Lokakarya MIPAnet 2010, The Indonesian Network of Higher Educations of Mathematics and Nanutal Sciences, tanggal 26-27 Juli 2010, di IPB, Bogor

kappa.binus.ac.id/.../Pemakalah%202

Tarmidzi, Ramadhan, (2008). Perbuatan dan hasil Belajar

http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/09/perbuatan-dan-hasil-belajar/ ---(2010), Pelayanan Akses masyarakat Terhadap Pendidikan Yang Lebih


(1)

B. Rekomendasi

Beberapa rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Guru dapat menggunakan Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence and Satisfaction) sebagai salah satu model pembelajaran dan sebagai salah satu metode pembelajaran di kelas-kelas lainnya untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

2. Mengingat pentingnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan kemauan dan minatnya sendiri. Diharapkan kepada seluruh guru untuk membantu siswa agar terus meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode-metode yang bervariasi dalam proses pembelajaran. Dengan terpeliharanya motivasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung maka kegiatan pembelajaran akan lebih berkualitas dan tentu saja hal ini akan berpengaruh pula pada perolehan hasil belajar siswa.

3. Diharapkan kepada guru untuk membiasakan diri mencari informasi tentang metode-metode pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi-potensi siswa.

4. Tujuan akhir dari pembelajaran selain memperoleh hasil yang baik siswa juga mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari di masayarakat baik untuk dirinya maupun orang lain. Melalui metode pemecahan masalah dalam menyampaikan materi pelajaran siswa menjadi memiliki kemampuan


(2)

139

memecahkan masalah dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Oleh karena itu, diharapkan kepada seluruh guru agar terus meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa dengan menggunakan permasalahan yang bervariatif.

5. Penelitian ini dilakukan hanya di satu sekolah dengan menggunakan sampel yang kecil, waktu yang terbatas, serta materi dan permasalahan yang dibatasi. Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada peneliti-peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian dalam jumlah sampel yang lebih besar, waktu yang lebih lama serta materi dan permasalahan yang lebih variatif.

6.Mengingat keterbatasan waktu dalam penelitian ini diharapkan dalam penerapan model ARCS guru tidak hanya melalui metode pemecahan masalah saja, tetapi masih banyak metode-metode yang lebih variatif dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Al Muchtar,Suwarma.(2004). Pengembangan Berpikir dan Nilai Dalam Pendidikan IPS. Gelar Pustaka Mandiri: Bandung

______. (Tanpa tahun). Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Sekolah Pascasarjana: Universitas Pendidikan Indonesia:Bandung

Anwar, (2004). Pendidikan Kecakapan Hidup . Bandung. Alfabheta

Arikunto, Suharsimi .(2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arsyad, Azhar (2007). Media Pembelajaran jakarta : PT raja Grafindo Persada. Bloom et al (1956) Taxonomy of Educational Objectives ( The classification of

Educational goals). New york. David McKay Company,INC

Dimyati, Mudjiono.(2006). Belajar dan Pembelajaran. Kerjasama Depdikbud dan Rineka Cipta: Jakarta.

Ghozali, I. (2008). Desain Penelitian Eksperimental (Teori, Konsep dan Analisis Data dengan SPSS 16.0). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Hamalik, Oemar ((2003). Proses belajar mengajar, jakarta. Bumi Aksara

Hamalik, Oemar (2009). Psikologi Belajar Mengajar. Jakarta. Sinar Baru Algensindo

Hamid Hasan, S. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jemderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik: Jakarta

Hamzah B. Uno. (2010). Teori motivasi dan pengukurannya. Jakarta. Bumi aksara.

Herliany Elly, Indrawati. (2009). Penilaian Hasil Belajar Untuk Program Bermutu. PPPPTK IPA

Joyce,Weil, Calhoun (2009) Models of Teaching (Model-model pengajaran). Yogyakarta : Pustalka Pelajar

Komalasari, Kokom (2010) . Pembelajaran Kontekstual Konsep dan aplikasinya. Bandung. Refika aditama


(4)

141

L.R.Gray, E Mills,Airsian Peter (2006). Educational Research. New Jersey Pearson Merrill Prentice Hall.

Maryani, Enok (2011) Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk Peningkatan Keterampilan Sosial. Bandung : Alfabeta.

Munir, Sahibul (2008), Metodologi Penelitian Modul 8. Fakultas Ekonomi.Mercu Buana

Nasution (2003), Metode Research. Jakarta : Bumi Aksara

Pratisto, A. (2009). Statistik Menjadi Mudah Dengan SPSS 17. Jakarta: Gramedia Puskur Balitbang DEPDIKNAS Pengembangan Model pendidikan Kecakapan

Hidup SD/MI/SDLB-SMP/MTs/SMPLB-SMA/MA/SMALB/SMK/MAK.

Riduan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta

Ruseffendi, H. E. T. (1998). Statistika Dasar untuk Peneltian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press

Ruseffendi, H. E. T. (2003). Dasar-dasar Peneltian Pendidikan dan Bidang Noneksakta Lainnya. Semarang: Unnes Press

Rusman (2010) Model-model pembelajaran (mengembangkan profesionalisme guru) .Bansung :Rajawali Pers

Sadirman. (2004). Interaksi dan Motivasi belajar mengajar.jakarta. PT Grafindo Persada.

Sagala, Syaiful . (2007). Konsep dan makna pembelajaran. Bandung, Alfabeta. Sanjaya, Wina (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar dan proses

pendidikan. Bandung, Kencana

Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung .Kencana

Santoso, Singgih (2009). Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Slavin, R. E., (2010). Cooperative Learning. Theory, Research, and Practice. Second Edition. USA: Allyn & Bacon

Somantri, Muhammad Nu’man (2001) Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung : PT Remaja Rosdakarya


(5)

Sudjana Nana & Ibrahim (2009). Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. Bandung: sinar Baru Algensindo.

Sugiyono. (2010). Metode Peneltian Pendidikan. Bandung. Alfabheta

Sugiyono (2006). Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sukmara,Dian (2007). Implementasi life Skill dalam KTSP. Bandung. Mughni Sjahtera

Trihendradi (2007). Statistik Inferen menggunakan SPSS (Teori Dasar dan Aplikasinya). Yogyakarta : CV Andy Offset

Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003. Bandung : Citra Umbara Wena, Made (2010) Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta. Bumi

aksara.

Weyers, Mark (2006). Teaching FE Curriculum (Encoraging active Learning in The Classroom). New York. Continuum International Publishing Group

Sumber Internet :

Abidin, Zaenal (2006). Motivasi dalam Strategi pembelajaran dengan Pendekatan ARCS. Universitas muhammadiyah Surakarta. eprints.ums.ac.id/87/1/suhuf pak

Al-Jawi, M.Shiddiq. (2006) Pendidikan Di Indonesia masalah dan solusinya. http://www.khilafah1924.org/index.php?option=com_content&task=blogcat egory&id=19&Itemid=48&limit=9&limitstart=99

Hamoraon (2010). Pembelajaran Inovatif Model ARCS Keller. http://learningtheori.wordpress.com/2010/03/08/model-arcs-keller

Harmadi, Sonny Harrry (2011). Kinerja Pembangunan manusia Indonesia. http://www.mediaindonesia.com/read/2011.

Keller, J. M., & Suzuki, K. (1987). Use of the ARCS Motivation Model in Courseware Design. In D. H. Jonassen (Ed.), Instructional Designs for

Microcomputer Courseware. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum.

http://www.learning-theories.com/kellers-arcs-model-of-motivational-design.html


(6)

143

Keller, J. M., (2000) .How to integrate learner motivation planning into lesson planning: The ARCS model approach. Florida State University U.S.A. Paper presented at VII Semanario, Santiago, Cuba, February, 2000. http://mailer.fsu.edu/~jkeller/Articles/KellerARCSLessonPlanning.pdf Kusumah, Wijaya (2010) Motivasi dan Minat Belajar Siswa.

http://wijayalabs.wordpress.com/2010/04/11/motivasi-dan-minat-belajar-siswa/

Ramdania, Diena rauda. (2010). Penggunaan Media Flash Flip Book dalam pembelajaran teknologi Informasi dan komunikasi Untuk meningkatkan hasil belajar siswa Skripsi FPMIPA UPI bandung, tidak diterbitkan

Shidiq, Al Jawawi (2006), Pendidikan di Indonesia Masalah dan Solusinya http://www.khilafah1924.org/index.php/option/com./2006.

Sopah, Djamaah 1998. Studi tentang model peningkatan motivasi berprestasi siswa, Laporan penelitian. Palembang: Lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya.

http://duniaguru.com/index.php?option=com_content&task=view&id=238 Sofyan Sauri. (2009). Strategi Pembelajaran Ips Dengan Pendekatan

Komprehenshif.

http://sofyanpu.blogspot.com/2009/05/strategi-pembelajaran-ips.html

Supriyoko (2005). Pentingnya Standar Nasional Pendidikan Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan. http://amikom.ac.id/research/index.php/karyailmiahdosen Syamsuri, Istamar ( 2010) Peningkatan Kompetensi Guru Untuk Meningkatkan

Minat siswa Pada bidang MIPA Makalah disampaikan dalam Lokakarya MIPAnet 2010, The Indonesian Network of Higher Educations of Mathematics and Nanutal Sciences, tanggal 26-27 Juli 2010, di IPB, Bogor kappa.binus.ac.id/.../Pemakalah%202

Tarmidzi, Ramadhan, (2008). Perbuatan dan hasil Belajar http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/09/perbuatan-dan-hasil-belajar/ ---(2010), Pelayanan Akses masyarakat Terhadap Pendidikan Yang Lebih


Dokumen yang terkait

Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) dalam Pembelajaran Fisika

0 4 8

PENGARUH MODEL ARCS (ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, AND SATISFACTION) MELALUI METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA :Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 49 Bandung.

0 0 44

Pemahaman siswa dan motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) pada topik bahasan operasi bilangan bulat di kelas VII Erlan

0 2 373

Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction (ARCS) Motivation Model pada Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMK Negeri 1 Karanganyar.

0 1 19

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI GONDANGREJO PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENERAPKAN MODEL ARCS (ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE AND SATISFACTION).

0 0 20

PICTORIAL RIDDLE MELALUI PEMBELAJARAN ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, SATISFACTION (ARCS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA

1 1 7

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ARCS (ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, AND SATISFACTION) TERHADAP HASIL BELAJAR IPS DITINJAU DARI MINAT BELAJAR DI KELAS IV SD GUGUS IX GOLEWA, KECAMATAN GOLEWA KABUPATEN NGADA-NTT

1 3 14

Penerepan Model Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction (ARCS) Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas X Pemasaran 1 SMK Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017 - UNS Institutional Repository

0 1 19

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARCS (ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, SATISFACTION) DENGAN BERBANTUAN VIDEO TUTORIAL PADA MATA PELAJARAN PEMASARAN ONLINE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMK NEGERI 1 SUKOHARJO TESIS

0 1 21

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI MOTIVASI ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENT, SATISFACTION (ARCS) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 WERU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - UNWIDHA Repository

0 0 24