Analisis pengungkapan biaya aktivitas pertambangan (eksplorasi, pengembangan dan kontruksi, produksi, serta pengelolaan lingkungan hidup) terhadap Return On Investment (ROI) pada perusahaan Pertam

(1)

ANALISIS PENGUNGKAPAN BIAYA AKTIVITAS

PERTAMBANGAN (EKSPLORASI, PENGEMBANGAN DAN

KONTRUKSI, PRODUKSI, SERTA PENGELOLAAN

LINGKUNGAN HIDUP) TERHADAP RETURN ON INVESTMENT

PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelas Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Gregorius Adhytama Krishantoro NIM : 132114113

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

ANALISIS PENGUNGKAPAN BIAYA AKTIVITAS

PERTAMBANGAN (EKSPLORASI, PENGEMBANGAN DAN

KONTRUKSI, PRODUKSI, SERTA PENGELOLAAN

LINGKUNGAN HIDUP) TERHADAP RETURN ON INVESTMENT

PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelas Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Gregorius Adhytama Krishantoro NIM : 132114113

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

Sebuah amanat yang tidak akan pernah kulupakan, amanat yang disampaikan padaku saat hari keberangkatan perantauan ke Yogyakarta 7 tahun yang lalu;

“Dimana ada perjuangan, disitu ada pengorbanan.” -Pius Yuli Kristiyanto-

I never lost. Either I win or I learn.

-Unknown-

Kupersembahkan skripsi ini sebagai hadiah ulangtahun untuk: Bapakku Pius Yuli Kristiyanto Ibuku Catharina Wahyuning Widhi


(6)

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Saya yang bertandatangan dibawah ini, menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: “ANALISIS PENGUNGKAPAN BIAYA AKTIVITAS PERTAMBANGAN (EKSPLORASI, PENGEMBANGAN DAN KONTRUKSI, PRODUKSI, SERTA

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP) TERHADAP RETURN ON INVESTMENT PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA” dan dimajukan untuk diuji pada 15 Juni 2017 adalah hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tlisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpamemberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut, baik sengaja maupun tidak sengaja, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 15 Juni 2017


(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Gregorius Adhytama Krishantoro

NIM : 132114113

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“ANALISIS PENGUNGKAPAN BIAYA AKTIVITAS PERTAMBANGAN (EKSPLORASI, PENGEMBANGAN DAN KONTRUKSI, PRODUKSI, SERTA

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP) TERHADAP RETURN ON INVESTMENT PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Yogyakarta, 15 Juni 2017


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terimakasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenehi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Peneliti mendapatkan bantuan, bimbingan, dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc. Phd selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada peneliti.

2. Albertus Yudi Yunarto selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

4. Dra. YFM. Gien Agustinawansari, MM., Akt., selaku Dosen Pembimbing Skripsi.

5. Dr. FA. Joko Siswanto, MM., Ak., QIA, CA selaku Dosen Pembimbing Akademik.

6. Bapak (Pius Yuli Kristiyanto) dan Ibuku (Catharina Wahyuning Widhi) yang selalu memberi semangat, motivasi, dukungan spritual, moral, dan kasih sayang yang tiada henti hingga skripsi ini selesai.


(9)

7. Kedua adikku, Michael Adhykusuma Krishantoro dan Gabriella Adhyningsing Widhiastuti, yang selalu menjadi semangat agar diriku dapat menjadi panutan.

8. Om (Ignatius Joko Suprihanto) dan Bulekku (Yosefin Hantoro Supriatun) yang telah menjadi orang tuaku selama di Yogyakarta.

9. Nicko Kornelius Putra, SE., M.Sc. yang telah memberi banyak masukan dan saran sehingga skripsi ini dapat selesai.

10.Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., QIA yang telah berperan sangat besar dalam pendalaman konsep dasar skripsi ini.

11.Advionika Resy Bella Putri yang selalu menemaniku saat suka ataupun duka, selalu memberi semangat dan motivasi sehingga skripsi ini selesai. 12. Ignatius Pandu Punto Aji, JB ’08 dan Akuntansi USD ’08, yang telah

membantu memahami konsep dasar skripsi ini.

13. Sahabat “Gaje” dan “Pejuang Skripsi” serta kelas “MPAT Bunda Gien” yang telah memberi semangat dan motivasi sehingga skripsi ini selesai. 14.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini berguna dan dapat bermanfaat bagi pembaca dan penelitian selanjutnya.

Yogyakarta, 15 Juni 2017


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ………. i

Halaman Persetujuan Pembimbing ………. ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Persembahan ... iv

Halaman Keaslian Karya Tulis... v

Halaman Persetujuan Publikasi Karya Tulis ... vi

Halaman Kata Pengantar ... vii

Halaman Daftar Isi ……….. x

Halaman Daftar Tabel ………. xii

Abstrak ……… xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... B. Rumusan Masalah ... C. Batasan Masalah ... D. Tujuan Penelitian ... E. Manfaat Penelitian ... F. Sistematika Penulisan ...

1 5 5 7 7 8 BAB II LANDASAN TEORI

A. Akuntansi Manajemen …... B. Akuntansi Lingkungan …... C. Akuntansi Manajemen Lingkungan ... D. Teori Stakeholder ... E. Teori Legitimasi ... F. Akuntansi Pertambangan Umum ... G. Kewajiban Pengelolaan Lingkungan Hidup …... H. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ... I. Pengembalian Atas Investasi (Return on Investment) J. Penelitian Terdahulu …... K. Perumusan Hipotesis ...

9 10 12 13 14 15 16 18 19 20 23 BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian …... B. Waktu dan Tempat Penelitian …... C. Subyek dan Obyek Penelitian …... D. Data Penelitian …... E. Cara Pengumpulan Data …... F. Populasi dan Sampel …... G. Variabel Penelitian ... H. Ukuran Penelitian …... I. Teknik Analisis Data …...

26 26 26 26 29 29 29 31 31

BAB IV GAMBARAN UMUM

A. Adaro Energy (ADRO) ... B. Aneka Tambang (ANTM) ...

34 35


(11)

C. Atlas Resources (ARII) ... D. ATPK Resources (ATPK) ... E. Baramulti Suksessarana (BSSR) ... F. Bayan Resources (BYAN) ... G. Benakat Integra (BIPI) ... H. Bukit Asam (PTBA) ... I. Cakra Mineral (CKRA) ... J. Central Omega Resources (DKFT) ... K. Cita Mineral Investindo (CITA) ... L. Citatah (CTTH) ... M.Delta Dunia Makmur (DOID) ... N. Elnusa (ELSA) ... O. Eksploitasi Energi Indonesia (CNKO) ... P. Golden Eagle Energy (SMMT) ... Q. Golden Energy Mines (GEMS) ... R. Harum Energy (HRUM) ... S. Indika Energy (INDY) ... T. Indo Tambangraya Megah (ITMG) ... U. J Resources Asia Pasifik (PSAB) ... V. Leyand International (LAPD) ... W.Medco Energy Internasional (MEDC) ... X. Mitra Investindo (MITI) ... Y. Perdana Karya Perkasa (PKPK) ... Z. Perusahaan Gas Negara (PGAS) ... AA. Renuka Coalindo (SQMI) ... BB. Samindo Resources (MYOH) ... CC. Surya Esa Perkasa (ESSA) ... DD. Timah (TINS) ... EE. Toba Bara Sejahtera (TOBA) ... FF. Vale Indonesia (INCO) ...

36 37 38 39 40 41 42 43 44 44 46 47 48 49 50 50 51 52 53 54 54 54 54 55 56 57 58 59 60 61 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Data ... B.Analisis Data ... C.Pembahasan ...

62 69 75

BAB VI PENUTUP

A.Kesimpulan ... B.Keterbatasan Penelitian ... C.Saran ...

80 80 81 Daftar Pustaka ... 82 Lampiran ... 85


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Indeks Presentase Pengungkapan Biaya dan ROI 68 Tabel 4.2 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov 73

Tabel 4.3 Uji Korelasi Pearson 74

Tabel 4.4 Intepretasi Koefisien Korelasi 74

Tabel 7.1 Indeks Presentase Pengungkapan Biaya 86 Tabel 7.2 Indeks Presentase Pengungkapan Biaya 87 Tabel 7.3 Indeks Presentase Pengungkapan Biaya 88 Tabel 7.4 Indeks Presentase Pengungkapan Biaya 89 Tabel 7.5 Indeks Presentase Pengungkapan Biaya 90 Tabel 7.6 Indeks Presentase Pengungkapan Biaya 91 Tabel 7.7 Indeks Presentase Pengungkapan Biaya 92 Tabel 7.8 Indeks Presentase Pengungkapan Biaya 93 Tabel 7.9 Hasil Perhitungan ROI tiap Perusahaan 94 Tabel 7.10 Jumlah perusahaan yang mengungkapan biaya atas

aktivitas pertambangan

95 Tabel 7.11 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) ADRO

periode 2015

96 Tabel 7.12 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) ANTM

periode 2015

97 Tabel 7.13 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) ARII periode

2015

98 Tabel 7.14 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) ATPK periode

2015

99 Tabel 7.15 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) BSSR periode

2015

100 Tabel 7.16 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) BYAN

periode 2015

101 Tabel 7.17 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) BIPI periode

2015

102 Tabel 7.18 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) PTBA periode

2015

103 Tabel 7.19 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) CKRA

periode 2015

104 Tabel 7.20 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) DKFT periode

2015

105 Tabel 7.21 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) CITA periode

2015

106 Tabel 7.22 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) CITA periode

2015

107 Tabel 7.23 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) DOID periode

2015

108 Tabel 7.24 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) ELSA periode 109


(13)

2015

Ta bel 7 .25 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) CNKO periode 2015

110 Tabel 7.26 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) SMMT

periode 2015

111 Tabel 7.27 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) GEMS

periode 2015

112 Tabel 7.28 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) HRUM

periode 2015

113 Tabel 7.29 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) INDY periode

2015

114 Tabel 7.30 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) ITMG periode

2015

115 Tabel 7.31 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) PSAB periode

2015

116 Tabel 7.32 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) LAPD periode

2015

117 Tabel 7.33 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) MEDC

periode 2015

118 Tabel 7.34 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) MITI periode

2015

119 Tabel 7.35 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) PKPK periode

2015

120 Tabel 7.36 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) PGAS periode

2015

121 Tabel 7.37 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) SQMI periode

2015

122 Tabel 7.38 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) MYOH

periode 2015

123 Tabel 7.39 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) ESSA periode

2015

124 Tabel 7.40 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) TINS periode

2015

125 Tabel 7.41 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) TOBA

periode 2015

126 Tabel 7.42 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) INCO periode

2015


(14)

ABSTRAK

ANALISIS PENGUNGKAPAN BIAYA ATAS AKTIVITAS PERTAMBANGAN (EKSPLORASI, PENGEMBANGAN DAN KONTRUKSI, PRODUKSI, SERTA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

HIDUP) TERHADAP RETURN ON INVESTMENT (ROI) PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA

EFEK INDONESIA

Gregorius Adhytama Krishantoro NIM : 132114113

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2016

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan yang timbul akibat pengungkapan biaya atas aktivitas pertambangan (eksplorasi, pengembangan dan kontruksi, produksi, serta pengelolaan lingkungan hidup) terhadap Return on Investment (ROI) pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Data yang digunakan dalam penelitian berupa data ordinal yang bersifat sekunder. Data diperoleh melalui dokumentasi laporan keuangan konsolidasian. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji ceklis, uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan uji korelasi Pearson.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pengungkapan biaya atas aktivitas pertambangan (eksplorasi, pengembangan dan kontruksi, produksi, serta pengelolaan lingkungan hidup) memiliki hubungan yang semakin melemah dengan Return on Investment. Hubungan kedua variabel berbanding terbalik, yang artinya semakin tinggi tingkat pengungkapan biaya maka semakin rendah tingkat ROI pada perusahaan.

Kata Kunci : Akuntansi Lingkungan, Eksplorasi, Pengembangan dan Kontruksi, Produksi, Pengelolaan Lingkungan Hidup, Return on Investment


(15)

ABSTRACT

COST DISCLOSURE ANALYSIS OF MINING ACTIVITIES (EXPLORATION, DEVELOPMENT AND CONSTRUCTION, PRODUCTION, AND ENVIRONMENTAL MANAGEMENT) ON RETURN ON INVESTMENT (ROI) IN MINING COMPANIES LISTED

ON INDONESIA STOCK EXCHANGE

Gregorius Adhytama Krishantoro NIM : 132114113

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2016

This study was conducted to analyze the relationship that arises from the disclosure of costs for exploration activities, development and construction, production, and environmental management with Return on Investment (ROI) in mining companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX)

The type of this research is an empirical study. The data used in the study was ordinal data. The data obtained through the documentation of the consolidated financial statements. Data analysis techniques used were checklists, Kolmogorov-Smirnov normality test and Pearson correlation test.

The results show that the disclosure of costs for mining activities (exploration, development and construction, production, and environmental management) has a weakening relationship with Return on Investment. The relationship between the two variables is inversely proportional, which means if the level of cost disclosure is more increasing, the ROI level in the company will getting lower.

Keywords: Environmental Accounting, Exploration, Development and Construction, Production, Environmental Management, Return on Investment


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Isu lingkungan bukan lagi suatu isu yang baru. Akan tetapi secara perlahan terjadi perubahan yang mendasar dalam pola hidup bermasyarakat yang secara langsung atau tidak memberikan pengaruh pada lingkungan hidup. Era industrialisasi di satu pihak menitikberatkan pada penggunaan teknologi seefisien mungkin sehingga terkadang mengabaikan aspek-aspek lingkungan. Wihardandi (2013) menuliskan dalam situs mongabay.co.id bahwa pada Februari 2013 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melaporkan ke Bareskrim Polri bahwa terdapat 26 perusahaan bisnis pertambangan di Indonesia yang melanggar aturan eksplorasi dan eksploitasi. Pelanggaran yang dilakukan 26 perusahaan tersebut adalah tidak memiliki ijin penggunaan lahan untuk aktivitas pertambangan. BPK melaporkan berbagai pelanggaran atas ijin tambang ini berdasarkan hasil audit yang dilakukan terhadap perusahaan pertambangan di Indonesia tahun anggaran 2011. Poin utama yang dilakukan oleh audit BPK ini terkait dengan tata ruang atas penggunaan sumber daya alam, proses ijin atas penggunaan lahan termasuk analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).

Atas dasar tersebut, lingkungan menjadi instrumen penting yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan produksi suatu perusahaan. Saat ini


(17)

tanggungjawab pemerintah terkait dengan pemeliharaan lingkungan. Bidang akuntansi menyikapi hal tersebut dengan menyatakan bahwa dibutuhkan akuntansi lingkungan bagi perusahaan-perusahaan baik besar maupun kecil (Ikhsan:2008).

Akuntansi lingkungan digunakan untuk menilai keefektifan kegiatan konservasi berdasarkan ringkasan dan klasifikasi biaya konservasi lingkungan (Ikhsan:2008). Salah satu konsep dalam akuntansi lingkungan adalah akuntansi keuangan lingkungan. Kusumaningtyas (2013) menjelaskan bahwa akuntansi lingkungan dalam konteks keuangan mengacu pada penyusunan laporan akuntabilitas lingkungan untuk pengguna eksternal disesuaikan dengan prinsip akuntansi berterima umum. Berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup, Pemerintah Indonesia telah membuat regulasi yaitu Undang-undang No 32 Tahun 2009 yang berisi Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pemerintah kembali menegaskan peraturan tersebut dalam Peraturan Kementrian Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2012 mengenai Program Penilaian Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER). PROPER bertujuan untuk mendorong penataan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pemerintah juga mempertegas kembali di Undang-undang No. 78 Tahun 2010 yang berisi tentang Reklamasi dan Pascatambang. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa setiap perusahaan yang melakukan aktivitas eksplorasi harus melakukan reklamasi terhadap lingkungan yang terganggu.


(18)

Banyaknya perhatian dan kebijakan mengenai persoalan lingkungan menjadi penting untuk mempertimbangkan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pasal 6 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa; (1) Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan, (2) Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup. Perhatian dan kebijakan terkait lingkungan hidup tersebut juga tidak luput diterapkan pada perusahaan perindustrian. Pasal 21 ayat (1) Undang-undang Perindustrian Nomor 5 Tahun 1984 memaparkan bahwa perusahaan industri yang didirikan pada suatu tempat, wajib memperhatikan keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam yang dipergunakan dalam proses industrinya serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat usaha dan proses industri yang dilakukan. Dampak negatif dapat berupa gangguan, kerusakan, dan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan masyarakat di sekelilingnya yang ditimbulkan karena pencemaran tanah, air, dan udara termasuk kebisingan suara oleh kegiatan industri. Tri Jata (2013) dalam artikelnya yang berjudul “Dasar Hukum Kewajiban Perusahaan Menjaga Lingkungan” menegaskan bahwa pemerintah perlu mengadakan pengaturan dan pembinaan untuk menanggulanginya dampak negatif dari aktivitas produksi suatu perusahaan.


(19)

Aktivitas eksplorasi dan evaluasi yang dilakukan oleh perusahaan pertambangan akan membawa dampak yang sangat signifikan pada lingkungan sekitarnya. Perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan umum memiliki tingkat risiko lingkungan yang sangat tinggi. Berdasarkan hal tersebut, perusahaan pertambangan memiliki peran yang sangat penting dalam pertanggungjawaban tentang pengelolaan lingkungan hidup. Pertanggungjawaban itu berupa pengungkapan alokasi biaya lingkungan untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan akibat eksplorasi sumber daya alam yang telah dilakukan perusahaan.

Gray (1993) menjelaskan bahwa pengungkapan biaya lingkungan merupakan bagian penting dari laporan keuangan perusahaan. Pengungkapan biaya lingkungan tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar terkait dengan pengembangan perusahaan di waktu yang akan datang. Pengungkapan dan pengembangan serta fokus perusahaan terhadap lingkungan akan berdampak pada kinerja keuangan perusahaan.

Pentingnya pertanggungjawaban terhadap lingkungan membuat bidang akuntansi menanggapi hal tersebut dengan terbentuknya regulasi terhadap pengungkapan dan pengembangan lingkungan yakni Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 33 tentang Akuntansi Pertambangan. PSAK 33 berisi segala hal yang wajib diungkapkan oleh perusahaan terkait pengelolaan lingkungan hidup. PSAK 33 menyatakan bahwaterdapat 4 aktivitas utama pertambangan yaitu ekslorasi, pengembangan dan kontruksi, produksi, serta pengelolaan lingkungan hidup. Akan tetapi,


(20)

dalam perkembangannya PSAK tersebut sudah ditarik, dan akuntansi dampak lingkungan dari aktivitas perusahaan dapat dilihat pada PSAK 1 dan PSAK 57 serta ED PSAK 33 tahun 2011. Bentuk tanggung jawab terhadap lingkungan hidup terkait pengungkapan biaya atas aktivitas perusahaan pertambangan akan mempengaruhi kinerja laporan keuangan perusahaan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat hubungan antara pengungkapan biaya atas aktivitas eksplorasi, pengembangan dan kontruksi, produksi, serta pengelolaan lingkungan hidup terhadap Return on Investment pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

C. Batasan Masalah

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini masih bersifat luas. Berdasarkan hal tersebut, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah Return on Investment yang didapat dari laporan keuangan konsolidasian perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2015 dan biaya-biaya utama atau biaya induk yang berada di dalam 4 aktivitas utama pertambangan, yaitu:


(21)

1. Eksplorasi

a. Biaya Eksplorasi b. Cadangan Terbukti

c. Aset Eksplorasi dan Evaluasi d. Area of Interest

e. Alasan pembebanan biaya eksplorasi 2. Pengembangan dan Kontruksi

a. Dasar penentuan biaya pengembangan b. Biaya pengembangan yang ditangguhkan c. Amortisasi aset eksplorasi dan evaluasi 3. Produksi

a. Metode penentuan beban pokok persediaan b. Metode pembebanan biaya pengupasan tanah c. Metode perhitungan rasio rata-rata tanap penutup d. Biaya pengupasan tanah

e. Perubahan atas rasio rata-rata tanah penutup 4. Pengelolaan Lingkungan Hidup

a. Perlakuan akuntansi atas pembebanan biaya pengelolaan lingkungan hidup

b. Metode amortisasi dan penyusutan prasarana pengelolaan lingkungan hidup

c. Taksiran kewajiban pengelolaan lingkungan hidup d. Biaya pengelolaan lingkungan hidup


(22)

Return on Investment didapatkan dari total laba bersih perusahaan dibagi dengan total aktiva perusahaan yang telah dikurangi aktivalain-lain pada Laporan Keuangan Konsolidasian perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015. D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara pengungkapan biaya atas aktivitas eksplorasi, pengembangan dan kontruksi, produksi, serta pengelolaan lingkungan hidup terhadap ROI pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberi manfaaat bagi: 1. Masyarakat umum

Penelitian ini bermanfaat untuk membantu masyarakat mengetahui bahwa perusahaan pertambangan memiliki 4 (empat) aktivitas yang dilakukan perusahaan yaitu eksplorasi, pengembangan dan kontruksi, produksi, serta pengelolaan lingkungan hidup dan hubungan aktivitas tersebut terhadap ROI pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI.

2. Akademisi

Penelitian ini sebagai bentuk kontribusi dan bahan refrensi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan akuntansi manajemen lingkungan.


(23)

3. Investor

Penelitian ini bermanfaat sebagai acuan investor dalam melihat penerapan kelestarian lingkungan pada perusahaan pertambangan, sehingga dapat menjadi panduan dalam melakukan investasi pada perusahaan terkait.

4. Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperdalam wawasan dan menerapkan ilmu tersebut khususnya bidang akuntansi manajemen lingkungan.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini: Bab I Pendahuluan

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Bab ini menguraikan teori-teori yang digunakan untuk mendukung proses penelitian, penelitian terdahulu dan perumusan hipotesis.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, subjek dan objek penelitian, data penelitian, cara pengumpulan data, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, ukuran penelitian, serta teknik anaisis data.


(24)

Bab IV Gambaran Umum

Bab ini menguraikan tentang profil singkat perusahaan-perusahaan yang digunakan dalam penelitian.

Bab V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini berisi deskripsi data, analisis data, dan pembahasan hasil penelitian sesuai dengan teori dan metode penelitian yang digunakan.

Bab VI Penutup

Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran yang diberikan oleh peneliti untuk penelitian selanjutnya.


(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Akuntansi Lingkungan

Akuntansi lingkungan merupakan penilaian dan pengungkapan lingkungan terkait informasi keuangan dalam konteks akuntansi keuangan dan pelaporan (Ikhsan:2009). Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat atau United States Environment Protection Agency (US EPA) menyatakan bawa akuntansi lingkungan adalah; Suatu fungsi penting tentang akuntansi lingkungan adalah untuk menggambarkan biaya-biaya lingkungan supaya diperhatikan oleh para stakeholders perusahaan yang mampu mendorong dalam pengidentifikasian cara-cara mengurangi atau menghindari biaya-biaya ketika pada waktu yang bersamaan sedang memperbaiki kualitas lingkungan.

Tujuan dari akuntansi lingkungan adalah untuk meningkatkan jumlah informasi relevan yang dibuat bagi mereka yang memerlukan dan menggunakannya. Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. Peran tersebut digunakan untuk menilai keefektifan kegiatan konservasi berdasarkan ringkasan dan klasifikasi biaya konservasi lingkungan (Ikhsan:2008).

Akuntansi lingkungan diterapkan oleh berbagai perusahaan untuk menghasilkan penilaian kuantitatif tentang biaya dan dampak perlindungan


(26)

lingkungan. Ikhsan (2009) mengatakan bahwa pada tahun 1999 terjadi perubahan nama organisasi Badan Lingkungan Hidup Jepang (The Environmental Agency) menjadi Kementerian Lingkungan Hidup (Ministry of Environment / MOE). Kemudian MOE membuat gerakan perubahan dengan mengeluarkan panduan akuntansi lingkungan (environmental accounting guidelines) pada bulan Mei tahun 2000. Panduan ini kemudian disempurnakan lagi pada tahun 2002 dan 2005. Panduan tersebut membawa dampak positif bagi perusahaan industri. Kesadaran lingkungan para manajer dan pekerjanya meningkat, upaya mengurangi biaya berhasil baik dan terdapat hasil positif tentang penanganan persoalan lingkungan. Kini, akuntansi lingkungan menjadi suatu bidang yang terus berkembang dalam mengidentifikasi pengukuran-pengukuran dan mengomunikasikan biaya-biaya aktual perusahaan atau dampak potensial lingkungannya.

Kusumaningtias (2013) menyatakan akuntansi lingkungan dari sisi pengguna dibedakan menjadi tiga jenis:

1. Laba Akuntasi Nasional

Akuntansi nasional dalam konteks akuntansi pendapatan nasional mengacu pada akuntansi sumber daya alam, menyajikan informasi statistik suatu negara tentang kualitas dan nilai konsumsi sumber daya alam, yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan.


(27)

2. Akuntansi Keuangan

Akuntansi lingkungan dalam konteks akuntansi keuangan mengacu pada penyusunan laporan akuntabilitas lingkungan untuk penggua eksternal disesuaikan dengan prinsip akuntansi berterima umum.

3. Akuntansi Manajemen

Akuntansi lingkungan dalam konteks akuntansi manajemen mengacu pada proses bisnis dengan pertimbangan penentuan biaya, keputusan investasi modal, dan ealuasi kinerja yang terkait dengan pelestarian lingkungan.

B. Teori Legitimasi

Teori legitimasi adalah teori yang menegaskan bahwa perusahaan terus berupaya untuk memastikan bahwa mereka beroperasi sesuai dengan norma yang ada dalam masyarakat atau lingkungan sekitar perusahaan. Perusahaan harus memastikan bahwa aktivitas yang mereka lakukan diterima oleh pihak luar sebagai suatu yang legitimat/sah (Deegan, 2004).

Ghozali dan Chariri (2007) menjelaskan bahwa guna melegitimasi aktivitas perusahaan di mata masyarakat, perusahaan cenderung menggunakan kinerja berbasis lingkungan dan pengungkapan informasi lingkungan. Perusahaan menggunakan laporan tahunan mereka untuk menggambarkan kesan tanggung jawab pengelolaan lingkungan hidup, sehingga dapat diterima oleh masyarakat.


(28)

C. Akuntansi Pertambangan Umum

Akuntansi Pertambangan Umum adalah bidang akuntansi yang menjadi pembahasan dalam PSAK 33. PSAK 33 memaparkan bahwa akuntansi industri pertambangan umum memiliki 4 karakteristik yaitu, ekplorasi, pengembangan dan kontruksi, produksi, serta pengolahan. Perusahaan dalam industri pertambangan umum dapat berbentuk usaha terpadu jika memiliki 4 karakteristik tersebut sebagai satu kesatuan usaha. Keempat aktivitas tersebut antara lain:

a. Eksplorasi

1) Biaya Eksplorasi 2) Cadangan Terbukti

3) Aset Eksplorasi dan Evaluasi 4) Area of Interest

5) Alasan pembebanan biaya eksplorasi b. Pengembangan dan Kontruksi

1) Dasar penentuan biaya pengembangan 2) Biaya pengembangan yang ditangguhkan 3) Amortisasi aset eksplorasi dan evaluasi c. Produksi

1) Metode penentuan beban pokok persediaan 2) Metode pembebanan biaya pengupasan tanah 3) Metode perhitungan rasio rata-rata tanap penutup 4) Biaya pengupasan tanah


(29)

5) Perubahan atas rasio rata-rata tanah penutup d. Pengelolaan Lingkungan Hidup

1) Perlakuan akuntansi atas pembebanan biaya pengelolaan lingkungan hidup

2) Metode amortisasi dan penyusutan prasarana pengelolaan lingkungan hidup

3) Taksiran kewajiban pengelolaan lingkungan hidup 4) Biaya pengelolaan lingkungan hidup

Akan tetapi, dalam perkembangannya aktivitas eksplorasi diatur lebih lanjut pada PSAK 64. Aktivitas pengembangan masuk ke PSAK 19 revisi 2010, sedangkan kontruksi masuk ke PSAK 16. Aktivitas produksi diatur kembali pada ISAK 29. Aktivitas pengelolaan lingkungan hidup diatur dalam PSAK 57. Akuntansi Pertambangan Umum resmi dihapuskan pada tahun 2013 dan digantikan dengan ISAK 29 tentang Pengupasan Lapisan Tanah (aktivitas produksi). Bidang akuntansi menegaskan terkait akuntansi lingkungan dalam PSAK No 1 revisi 2009 paragraf 12 sebagai berikut:

Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungn hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Laporan tambahan tersebut di luar ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan.


(30)

D. Kewajiban Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia, serta mahluk hidup lainnya (PSAK 33, alinea 54). Pengelolaan lingkungan hidup merupakan suatu kewajiban yang harus diperhatikan dalam semua aktivitas perusahaan industri. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 87 ayat (1) menyatakan bahwa setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu.

Pemanfaatan lingkungan yang berkaitan dengan pengelolaan dan pengambilan barang sumberdaya alam (kayu hutan, mineral, minyak bumi, dan lain sebagainya), khususnya di Indonesia telah ditunjuk lembaga-lembaga sektoral yang semuanya berkaitan langsung dengan eksploitasi dan pengelolaan sumber daya alam. Pemerintah Indonesia telah memiliki lembaga yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden yaitu Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Selanjutnya pengelolaan langsung kegiatan-kegiatan yang mempunyai dampak terhadap lingkungan diserahkan kepada Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL). BAPEDAL bertugas dalam penyelenggaraan bimbingan


(31)

teknis terhadap upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan serta memulihkan kualitas lingkungan.

Mardikanto (2014) menyatakan bahwa kewajiban perusahaan terhadap dampak lingkungan masuk kedalam dimensi lingkungan untuk perusahaan yang bertanggungjawab sosial. Praktik perusahaan yang dapat berdampak negatif harus disadari oleh perusahaan pertambangan. Perusahaan harus menyadari semua aspek lingkungan langsung dan tidak langsung yang berhubungan dengan kinerja usahanya, penyerahan jasa, dan manufaktur produk.

ISO 14001 pada butir 4.3.1 tentang aspek lingkungan menyebutkan: “Organisasi harus membuat dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi aspek lingkungan dari kegiatan, produk atau jasanya sehingga organisasi tersebut dapat mengendalikan dan dengan prosedur ini dapat diharapkan mempunyai suatu pengaruh, agar dapat menentukan hal-hal yang mempunyai atau dapat mempunyai dampak penting pada lingkungan. Organisasi harus menjamin bahwa aspek yang berkaitan dengan dampak penting ini dipertimbangkan dalam menyusun tujuan lingkungannya.” Butir 4.3.1 dimaksudkan untuk menyediakan suatu proses bagi perusahaan dalam mengidentifikasi aspek lingkungan penting yang sebaiknya diprioritaskan oleh perusahaan (Hadiwiarjo, 1997).


(32)

E. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau disingkat Amdal adalah hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Amdal dirumuskan sebagai “Suatu analisis mengenai dampak lingkungan dari suatu proyek yang meliputi pekerjaan evaluasi dan pendugaan dampak proyek dari bangunannya, prosesnya maupun sistem dari proyek terhadap lingkungan yang berlanjut ke lingkungan hidup manusia (Gunarwan, 1993).

Manusia dalam memenuhi kebutuhan dan kesejahteraannya akan melakukan berbagai aktivitas apapun dari yang sederhana sampai yang sangat canggih, dari bangunan kecil hingga besar. Perubahan tersebut juga membawa pengaruh pada sumber daya alam dan lingkungan. Pada awalnya, aktivitas-aktivitas tersebut masih dalam kemampuan alam untuk memulihkan diri secara alamiah. Akan tetapi, aktivitas yang semakin berkembang akan menimbulkan semaki banyak perubahan lingkungan dan menimbulkan kerugian bagi manusia. Keadaan tersebut membuat manusia harus melakukan Amdal.

F. Pengembalian Atas Investasi (Return on Investment)

Suatu perusahaan mempunyai tujuan akhir yang ingin dicapai yaitu memperoleh laba dan keuntungan yang sebesar-besarnya. Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah melakukan investasi baru. Return on Investment (ROI) adalah salah satu rasio probabilitas. ROI merupakan


(33)

bentuk probabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Munawir, 2004). Abdullah (2002) dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Manajemen Keuangan” menyatakan bahwa ROI memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

1. ROI berguna untuk alat kontrol dan keperluan perencanaan. ROI dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan apabila perusahaan akan melakukan pengembangan.

2. ROI digunakan sebagai alat ukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

3. Secara prinsip, kegunaan ROI yang paling utama adalah sebagai tolok ukur efisiensi penggunaan modal, efisiensi produk, dan efisiensi penjualan. Hal ini dapat dicapai apabila perusahaan telah melaksanakan praktik akuntansi secara tepat dengan mengikuti sistem dan prinsip akuntansi yang berlaku. G. Penelitian Terdahulu

Suaryana (2011) dalam jurnalnya yang berjudul “Implementasi Akuntansi Sosial dan Lingkungan Indonesia” mengungkapkan bahwa penerapan akuntansi lingkungan masih perlu ditingkatkan di Indonesia. Selain itu, penerapan akuntansi lingkungan tersebut karena adanya banyak kendala yang muncul. Perusahaan yang mengungkapkan biaya


(34)

pengelolaan lingkungan hidup harus mematuhi standar yang berlaku yakni standar pelaporan sustainability reporting (SR).

Penelitian lain dalam konteks akuntansi lingkungan dilakukan oleh Ja'far dan Arifah (2006) dalam Simposium Nasional Akuntansi 9 di Padang. Ja'far dan Arifah meneliti perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan jawaban kuesioner, mereka menemukan adanya tindakan proaktif pihak manajemen untuk melakukan manajemen lingkungan dan rata-rata kinerja lingkungan mereka cukup tinggi. Sementara itu manajer mempersepsikan bahwa dorongan manajemen lingkungan yang dilakukan pihak eksternal berada pada level sedang. Dari 53 perusahaan sampel, 20 perusahaan menerbitkan

environmental disclosure dalam annual report. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut beberapa perusahaan telah mengungkapkan aktivitas sosial karena dorongan persaingan yang semakin ketat dan adanya peraturan yang mewajibkan.

Ronald (2003) dalam skripsinya yang berjudul “Akuntansi Lingkungan dan Penerapannya. Studi Kasus pada PT Sari Husada Tbk.” menyimpulkan bahwa perlakuan dan pencatatan akuntansi atas pengorbanan (arus keluar) biaya lingkungan harus sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Pelaporan biaya lingkungan ke dalam laporan keuangan dapat menunjukan bahwa perusahaan memiliki konsen pada pelestarian lingkungan hidup. Laporan tersebut akan berfungsi bagi pengguna laporan keuangan dalam mengambil keputusan ekonomis (bisnis)


(35)

untuk jangka panjang yang menyangkut kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa mendatang sekaligus melestarikan fungsi lingkungan hidup untuk kesinambungan hidup operasional perusahaan.

Aniela (2011) melakukan penelitian skripsi tentang “Peran Akuntansi Lingkungan Dalam Meningkatkan Kinerja Lingkungan dan Kinerja Keuangan Perusahaan”. Penelitian tersebut membuktikan bahwa bahwa penerapan akuntansi lingkungan memiliki dampak positif terhadap kinerja finansial perusahaan, yaitu meningkatnya persepsi positif dari konsumen yang berakhir pada peningkatan penjualan dan laba perusahaan. Selain itu, penerapan akuntansi lingkungan juga berdampak pada peningkatan kinerja lingkungan baik dalam dimensi environmental health

maupun dalam environment vitality. Peningkatan kinerja lingkungan ini disebabkan oleh adanya kerelaan perusahaan untuk mematuhi kebijakan dan peraturan pemerintah dan tuntutan konsumen untuk mendapatkan produk yang berorientasi lingkungan.

Hasanah (2017) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pengungkapan Biaya Lingkungan Sesuai PSAK 33 dan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 Terhadap Kinerja Keuangan”. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa pengungkapan biaya lingkungan yang terdiri dari biaya pengupasan lapisan tanah, biaya pengelolaan lingkungan hidup akibat produksi, biaya lingkungan hidup akibat eksplorasi dan evaluasi, dan biaya penutupan tambang berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan Return on Investment. Hasil tersebut


(36)

menandakan bahwa secara keseluruhan variabel pengungkapan biaya lingkungan sesuai standar PSAK 33 dan UU No 78 Tahun 2010 saling berkaitan dalam membantu perusahaan untuk mendapatkan Return On Investment yang semakin besar.

Bintang (2015) melakukan penelitian tentang “Penerapan Akuntansi Lingkungan sebagai Bentuk Pertanggungjawaban Perusahaan terhadap Lingkungan”. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa dalam pengungkapan biaya lingkungan perusahaan harus sesuai dengan

International Guidance Document Enviromental Management Accounting

yang dikeluarkan oleh IFAC pada tahun 2005. Selain itu, PT Pesona Khatulistiwa Nusantara yang menjadi subjek dalam penelitian tersebut sudah menerapkan akuntansi lingkungan sehingga pengguna luar laporan keuangan perusahaan dapat mengetahui sejauh mana aktivitas lingkungan yang dilakukan oleh PT Pesona Khatulistiwa Nusantara.

Tirta (2013) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Penerapan Akuntansi Manajemen LingkunganTerhadap Inovasi Produk”. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa Akuntansi Manajemen Lingkungan tidak berpengaruh terhadap inovasi produk dalam suatu perusahaan. Akan tetapi pengembangan atas suatu produk tidak lepas pada konsep eco-efficiency

dan sustainability development sehingga dapat meningkatkan penjualan dan pertumbuhan operasi pada perusahaan.


(37)

I. Perumusan Hipotesis

Perusahaan pertambangan merupakan salah satu sektor industri yang memiliki kontak langsung dengan lingkungan akibat aktivitas produksinya. Perusahaan wajib melakukan pertanggungjawaban pengelolaan lingkungan hidup untuk mengurangi dan mengendalikan dampak negatif kegiatan usaha penambangan. Pertanggungjawaban tersebut meliputi usaha terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan lingkungan hidup.

Penelitian ini didukung oleh 1 teori utama yaitu teori legitimasi. Perusahaan wajib memberikan informasi yang relevan terkait upaya dan prestasi tanggung jawab sosial dan lingkungan melalui pengungkapan biaya pengelolaan lingkungan hidup. Pada hakikatnya, perusahaan merupakan bagian dari masyarakat sehingga perusahaan wajib menaati dan bertindak sesuai dengan nilai dan norma serta peraturan yang berlaku dalam masyarakat ataupun yang telah disepakati dengan pemerintah. Laporan keuangan merupakan alat yang digunakan investor untuk mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan.

Laporan keuangan berisi semua hal yang diungkapkan oleh perusahaan sesuai dengan yang telah diatur dalam PSAK. Laporan tersebut dapat berupa finansial ataupun non finansial. Informasi finansial ini antara lain adalah pelaporan dan pengungkapan biaya pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh perusahaan terkait dalam aktivitas


(38)

pertambangan yang meliputi eksplorasi, pengembangan dan kontruksi, produksi, serta pengelolaan lingkungan hidup. Penelitian ini menggunakan ROI sebagai proxy untuk kinerja keuangan. Penelitian ini mencoba untuk mengungkapkan bagaimana hubungan antara pengungkapan biaya atas aktivitas eksplorasi, pengembangan dan kontruksi, produksi, serta pengelolaan lingkungan hidup terhadap ROI pada perusahaan pertambangan. Pengungkapan biaya-biaya yang timbul atas aktivitas pertambangan perusahaan dalam pelestarian lingkungan hidup yang dilakukan oleh perusahaan membuktikan bahwa perusahaan telah melakukan praktik lingkungan yang baik. Pengungkapan biaya lingkungan akan mengurangi masalah yang berkaitan dengan lingkungan hidup di masa yang akan datang. Perusahaan yang mengungkapkan biaya atas aktivitas eksplorasi, pengembangan dan kontruksi, produksi, serta pengelolaan lingkungan hidup secara penuh akan berpengaruh positif terhadap ROI. Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan, maka peneliti memiliki hipotesis sebagai berikut;

H0 : Tidak terdapat hubungan antara pengungkapan biaya atas aktivitas eksplorasi, pengembangan dan kontruksi, produksi, serta pengelolaan lingkungan hidup dengan ROI pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2015

Ha : Terdapat hubungan antara pengungkapan biaya atas aktivitas eksplorasi, pengembangan dan kontruksi,


(39)

produksi, serta pengelolaan lingkungan hidup dengan ROI pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2015


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian studi empiris pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Peneliti akan mengidentifikasi laporan keuangan konsolidasian perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

B. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Januari sampai dengan April 2017 di Pojok Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

C. Subjek dan obyek penelitian

Subyek dari penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Obyek pada penelitian ini adalah laporan keuangan konsolidasian pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

D. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rasio yang bersifat sekunder. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan konsolidasian tahun 2015 perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI.


(41)

Laporan keuangan konsolidasian perusahaan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Adaro Energy 2. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Aneka Tambang 3. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Apexindo 4. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Atlas Resources 5. Laporan Keuangan Konsolidasian PT ATPK Resources 6. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Baramulti Suksessarana 7. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Bayan Resources 8. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Benakat Integra 9. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Berau

10.Laporan Keuangan Konsolidasian PT Borneo 11.Laporan Keuangan Konsolidasian PT Bukit Asam 12.Laporan Keuangan Konsolidasian PT Bumi Resources 13.Laporan Keuangan Konsolidasian PT Cakra Mineral 14.Laporan Keuangan Konsolidasian PT Central Omega

Resources

15.Laporan Keuangan Konsolidasian PT Cita Mineral Investindo 16.Laporan Keuangan Konsolidasian PT Citatah

17.Laporan Keuangan Konsolidasian PT Delta Dunia Makmur 18.Laporan Keuangan Konsolidasian PT Elnusa


(42)

20.Laporan Keuangan Konsolidasian PT Exploitasi Energi Indonesia

21.Laporan Keuangan Konsolidasian PT Garda Tujuh Buana 22.Laporan Keuangan Konsolidasian PT Golden Eagle Energy 23.Laporan Keuangan Konsolidasian PT Golden Energy Mines 24.Laporan Keuangan Konsolidasian PT Harum Energy

25.Laporan Keuangan Konsolidasian PT Indika Energy 26.Laporan Keuangan Konsolidasian PT Indo Tambangraya

Megah

27.Laporan Keuangan Konsolidasian PT J Resources Asia Pasifik 28.Laporan Keuangan Konsolidasian PT Leyang International 29.Laporan Keuangan Konsolidasian PT Medco Energy

Internasional

30.Laporan Keuangan Konsolidasian PT Mitra Investindo 31.Laporan Keuangan Konsolidasian PT Perdana Karya Perkasa 32.Laporan Keuangan Konsolidasian PT Perusahaan Gas Negara 33.Laporan Keuangan Konsolidasian PT Renuka Coalindo 34.Laporan Keuangan Konsolidasian PT Samindo Resources 35.Laporan Keuangan Konsolidasian PT Sugih

36.Laporan Keuangan Konsolidasian PT Sumber Energi Andalan 37.Laporan Keuangan Konsolidasian PT Surya Esa Perkasa 38.Laporan Keuangan Konsolidasian PT Timah


(43)

40.Laporan Keuangan Konsolidasian PT Vale Indonesia E. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen yang menunjang penelitian. Dokumen diperoleh dengan mengunduh laporan keuangan konsolidasian perusahaan pertambangan di situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id.

F. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan pertambangan di Indonesia. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh. Sugiyono (2011) menyatakan bahwa teknik sampling jenuh digunakan apabila semua populasi digunakan sebagai sampel penelitian karena jumlah populasi relatif kecil. Perusahaan yang digunakan sebagai sampel adalah perusahaan pertambangan yang mempublikasikan laporan keuangannya di situs resmi Bursa Efek Indonesia.

G. Variabel Penelitian

Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah; 1. Indeks Presentase Pengungkapan Biaya

Indeks Presentase Pengungkapan Biaya didapatkan dengan mengidentifikasi biaya-biaya yang diungkapkan terkait 4(empat) aktivitas pertambangan yang dilakukan perusahaan.


(44)

Hasil identifikasi tersebut kemudian ditotal dan dihitung presentase pengungkapannya.

2. Return on Investment

Return on Investment adalah bentuk probabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.

H. Ukuran Penelitian

Penelitian ini diukur dengan mengidentifikasi pengungkapan biaya atas aktivitas eksplorasi, pengembangan dan kontruksi, produksi, serta pengelolaan lingkungan hidup pada laporan keuangan konsolidasian periode 2015. Biaya-biaya tersebut antara lain:

a. Eksplorasi

1) Biaya Eksplorasi 2) Cadangan Terbukti

3) Aset Eksplorasi dan Evaluasi 4) Area of Interest

5) Alasan pembebanan biaya eksplorasi b. Pengembangan dan Kontruksi

1) Dasar penentuan biaya pengembangan 2) Biaya pengembangan yang ditangguhkan


(45)

c. Produksi

1) Metode penentuan beban pokok persediaan 2) Metode pembebanan biaya pengupasan tanah 3) Metode perhitungan rasio rata-rata tanap penutup 4) Biaya pengupasan tanah

5) Perubahan atas rasio rata-rata tanah penutup d. Pengelolaan Lingkungan Hidup

1) Perlakuan akuntansi atas pembebanan biaya pengelolaan lingkungan hidup

2) Metode amortisasi dan penyusutan prasarana pengelolaan lingkungan hidup

3) Taksiran kewajiban pengelolaan lingkungan hidup 4) Biaya pengelolaan lingkungan hidup

I. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif dengan studi empiris. Penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul dalam tingkat penerapan PSAK 33 dan tingkat pengembalian atas investasi pada laporan keuangan konsolidasian perusahaan pertambangan yang menjadi objek penelitian. Langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam menganalis data sebagai berikut:


(46)

1. Peneliti mengumpulkan data-data yang digunakan yaitu data sekunder. Data sekunder didapat melalui metode dokumentasi. Dokumentasi berupa data-data dokumen yang diperoleh dengan mengunduh di website Bursa Efek Indonesia yaitu laporan keuangan konsolidasian tahun 2015.

2. Peneliti mengidentifikasi pengungkapan atas penerapan PSAK 33 tentang akuntansi pertambangan umum.

3. Peneliti melakukan ceklis terhadap kriteria-kriteria apa saja yang diungkapkan oleh perusahaan.

4. Peneliti menghitung tingkat presentase pengungkapan tiap-tiap kriteria sebagai hasil dari ceklis.

5. Peneliti menghitung indeks presentase atas pengungkapan biaya atas aktivitas eksplorasi, pengembangan dan kontruksi, produksi, serta pengelolaan lingkungan hidup dengan rumus:

n = jumlah kriteria yang diungkapkan perusahaan 17 = total biaya yang harus diungkapkan perusahaan 6. Peneliti menghitung ROI masing-masing perusahaan.

Laba bersih adalah laba yang telah dikurangi biaya-biaya yang merupakan beban perusahaan dalam suatu periode tertentu termasuk pajak. Total aset adalah jumlah keseluruhan dari


(47)

kekayaan perusahaan yag terdiri dari aktiva tetap, aktiva lancar, dan aktiva lain-lain, yang memiliki nilai seimbang dengan total liabilitas dan ekuitas. Pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan tambang banyak yang menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat, maka peneliti melakukan konversi ke rupiah menggunakan kurs beli per tanggal 31 Desember 2015 yaitu Rp 13.726,00.

7. Peneliti melakukan uji normalitas atas data yang terkumpul menggunakan software SPSS 16 dengan metode Kolmogorov-Smirnov. Apabila data terdistribusi dengan normal maka peneliti melanjutkan pengujian korelasi menggunakan uji korelasi pearson. Namun, apabila tidak normal, penguji akan melanjutkan penelitian dengan uji korelasi spearman.

8. Peneliti melakukan pengujian korelasi antara indeks presentase pengungkapan biaya atas aktivitas (x) dengan ROI (y) menggunakan uji korelasi pearson. Uji korelasi pearson digunakan untuk melihat hubungan antara 2(dua) atau lebih variabel dengan data terdistribusi normal. Rumus koefisien korelasi pearson yaitu:

∑ ̅ ̅

9. Peneliti melakukan pengujian korelasi antara indeks presentase pengungkapan biaya atas aktivitas (x) dengan ROI (y) menggunakan uji korelasi spearman. Uji korelasi spearman


(48)

terdistribusi tidak normal. Rumus koefisien korelasi spearman

yaitu:

10. Peneliti melakukan kesimpulan atas hasil penelitian menggunakan statistik deskriptif kuantitatif. Peneliti telah membuat hipotesis yang telah disampaikan pada perumusuan hipotesis.


(49)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Adaro Energy (ADRO)

Sejarah Adaro Energy dimulai dari guncangan minyak dunia sekitar tahun 1970. Hal ini menyebabkan Pemerintah Indonesia melakukan perubahan terhadap kebijakan energi, yang pada saat itu berfokus kepada minyak dan gas, untuk mengikutsertakan batubara sebagai bahan bakar untuk penggunaan dalam negeri. Pengubahan fokus terhadap energi batubara pada tahun 1976 membuat Departemen Pertambangan membagi Kalimantan Timur dan Selatan menjadi 8 blok batubara dan membuka tender untuk blok-blok tersebut.

Beberapa waktu kemudian, perusahaan pemerintah Spanyol, Enadimsa, mengetahui keberadaaan batubara di Kaliantan Timur dan Selatan. Enadimsa memasang tawaran untuk Blok 8 di wilayah Tanjung, Kalimantan Selatan dan mulai mendirikan perusahaan batubara dengan nama, Adaro Energy. Nama “Adaro” dipilih oleh perusahaan Enadimsa dalam rangka menghormati keluarga Adaro, yang sangat terkenal dalam sejarah Spanyol. Keluarga Adaro memiliki peran yang sangat besar dalam kegiatan penambangan di Spanyol selama beberapa abad


(50)

B. Aneka Tambang (ANTM)

Aneka Tambang (ANTM) merupakan perusahaan pertambangan yang terdiversifikasi dan terintegrasi secara vertikal yang berorientasi ekspor. Wilayah operasi ANTM tersebar di seluruh Indonesia yang kaya akan bahan mineral. Kegiatan ANTM mencakup eksplorasi, penambangan, pengolahan serta pemasaran dari komoditas bijih nikel, feronikel, emas, perak, bauksit dan batubara. ANTM memiliki konsumen jangka panjang yang loyal di Eropa dan Asia. ANTM memiliki luas lahan konsesi pertambangan dan jumlah cadangan serta sumber daya yang besar, maka ANTM membentuk beberapa usaha patungan dengan mitra internasional untuk dapat memanfaatkan cadangan yang ada menjadi tambang yang menghasilkan keuntungan.

ANTM menyadari bahwa kegiatan operasi perusahaan memiliki dampak secara langsung terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Perusahaan menyadari bahwa aspek lingkungan hidup dan khususnya pengembangan masyarakat tidak sekedar tanggung jawab sosial tetapi merupakan bagian dari risiko perusahaan yang harus dikelola dengan baik. Karakteristik industri pertambangan di Indonesia sebagai industri pembuka daerah tertinggal dan terisolir juga menjadikan peran perusahaan tambang untuk berperan aktif dalam pengembangan masyarakat sekitar dan beroperasi sebagai good corporate citizen sangat penting. Hal ini akan berperan penting dalam menurunkan risiko adanya gangguan terhadap


(51)

operasi perusahaan. Beranjak dari konsepsi ini maka perhatian yang mendalam terhadap upaya pelestarian lingkungan serta partisipasi secara proaktif dalam pengembangan masyarakat merupakan salah satu kunci kesuksesan kegiatan pertambangan.

C. Atlas Resources (ARII)

PT Atlas Resources Tbk berdiri sejak tahun 2007. Perusahaan pertambangan ini merupakan salah satu produsen batubara yang cukup diakui di Indonesia. Perjalanan usahanya selama kurun waktu delapan tahun, membuat Atlas Resources pertumbuhan bisnis yang pesat menyusul dilakukannya aksi akuisisi dan eksplorasi serta pengembangan. Atlas Resource memiliki fokus awal pada wilayah pertambangan batubara regional berskala kecil.

Performa bisnis yang terus bertumbuh tersebut tidak hanya membuktikan totalitas Atlas Resources dalam mewujudkan komitmennya untuk melakukan diversifikasi lokasi lahan produksi batubara yang dapat menghasilkan produk yang beragam. Namun, juga menunjukan keberhasilan pelaksanaan berbagai strategi Atlas Resources. Pada awal beroperasinya, Atlas Resources telah terlibat dalam sejumlah pengembangan proyek, diantaranya eksplorasi di lokasi tambang Berau Bara Energi (BBE) di Hub Berau yang memproduksi batubara jenis thermal coal serta proyek eksplorasi di lokasi tambang Diva Kencana Borneo (DKB) di Hub Kubar yang memproduksi batubara dengan kandungan kalori tinggi dan batubara jenis metallurgical coal. Selain itu,


(52)

Atlas Resouces juga mengakuisisi Hanson Energy di Hub Oku. Ekspansi aset pertambangan perusahaan ini kemudian dilengkapi dengan aksi akuisisi atas Grup Gorby, yang kini dikenal dengan Proyek Mutara (Proyek Muba), serta atas Optima Persada Energi (OPE), yang memiliki 6 lahan konsesi pertambangan dan 2 anak usaha di bidang jasa logistik. Atlas Resources mampu memperluas skala produksi batubara yang dimilikinya dengan berbagai langkah-langkah strategis tersebut.

D. ATPK Resources (ATPK)

Perseroan didirikan pada tahun 1988 di Medan dengan nama PT Anugrah Tambak Perkasindo. Pada tahun 2002, Perseroan melakukan Penawaran Umum Saham Perdana dan selanjutnya mencatatkan seluruh saham yang telah dikeluarkan dan disetor penuh pada Bursa Efek Jakarta (Company Listing) pada tanggal 17 April 2002.

Keputusan RUPSLB Perseroan yang diselenggarakan pada tangga l7 Juni 2006 menyetujui perubahan nama Perseroan semula dari PT Anugrah Tambak Perkasindo menjadi PT ATPK Resources, perubahan domisili Perseroan dari Medan ke Jakarta, dan diversifikasi bidang usaha Perseroan ke bidang usaha pertambangan umum dan pembangunan infrastruktur. Keputusan RUPSLB Perseroan yang diselenggarakan pada tanggal 30 November 2006 menyetujui penambahan kegiatan usaha utama Perseroan ke bidang pertambangan batubara, pertambangan minyak dan gas bumi dan bidang industri pembangkit tenaga listrik swasta sebagai usaha turunannya.


(53)

Perseroan memulai investasi pada bidang batubara dengan mengakuisisi PT Modal Investasi Mineral (MIM) dimana pada saat terjadinya investasi oleh Perseroan, MIM telah memiliki 6 (enam) anak perusahaan yaitu: PT Saptajaya Menjak Sengewari (SMS), PT MegaAlam Sejahtera (MAS), PT Sarana Mandiri Utama (SMU), PT Damanka Prima(Damanka), PT Tuhup Coal Mining (TCM) dan PT MIM Geoservices Technology (MGT).

E. Baramulti Suksessarana (BSSR)

PT Baramulti Suksessarana didirikan di Indonesia pada tanggal 30 Oktober 1990 berdasarkan Akta No. 68 dari Notaris H.A. Kadir Usman, S.H. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dalam Surat Keputusan No. C2.17.186.HT.01.01.Th.1994 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 7 Tambahan No. 998/1996 tanggal 23 Januari 1996.

Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, kegiatan utama Baramulti Suksessarana adalah bidang pertambangan batubara, perdagangan, transportasi darat dan industri. Kantor pusat Baramulti Suksessarana berada di Gedung Landmark Centre Menara B, Lantai 8, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 1, Jakarta Selatan. Perusahaan memiliki tambang batubara dan infrastruktur terkait di Kalimantan Timur. Perusahaan telah memulai operasi komersialnya pada tahun 1990. Namun, tambang batubara perusahaan baru beroperasi pada bulan Juni 2011.


(54)

F. Bayan Resources (BYAN)

Sejarah Bayan Group dimulai sejak bulan November 1997, saat Pemegang Saham Pendiri mengakuisisi konsesi tambang batubara pertamanya yang berlokasi di Muara Tae, Kalimantan Timur, yang dikenal dengan nama PT Gunungbayan Pratamacoal (GBP). Kemudian para Pemegang Saham Pendiri, mendirikan PT Bayan Resources Tbk. pada tanggal 7 Oktober 2004 dan sejumlah konsesi batubara telah diakuisisi sebelumnya, termasuk pengambilalihan saham mayoritas PT Dermaga Perkasa Pratama (DPP). DPP merupakan perusahaan pengelola pelabuhan khusus batubara “Balikpapan Coal Terminal” (BCT) yang memiliki kapasitas hingga 15,0 juta MT per tahun di Kalimantan Timur.

Pada tahun 2006, PT Bayan Resources Tbk diubah dari perusahaan non-investasi menjadi perusahaan terbatas di bidang investasi dalam negeri berdasarkan undang-undang Republik Indonesia. Kemudian, pada tanggal 12 Agustus 2008, PT Bayan Resources Tbk resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia melalui Penawaran Umum Saham Perdana (IPO) dengan harga perdana sebesar Rp. 5.800/saham. Di tahun yang sama, PT Bayan Resources Tbk membeli Kalimantan Floating Transfer 1 (KFT-1), guna melayani pengiriman Batubara PT Wahana Batubara Mining (WBM). KFT-1 dapat melayani kapal berukuran kecil dan atau tongkang hingga capesize yang berada di wilayah Kalimantan Selatan. Pada tahun 2010 PT Bayan Resources Tbk terus melakukan ekspansi dengan mengakuisisi saham Kangaroo Resources Limited (KRL)


(55)

dan 13 konsesi pertambangannya, sehingga menjadikan PT Bayan Resources Tbk menjadi Pemegang Saham mayoritas di perusahaan yang berdomisili dan terdaftar di Bursa Efek Australia. Pada tahun 2012, PT Bayan Resources Tbk juga membeli Kalimantan Floating Transfer 2 (KFT-2) guna melayani pengiriman batubara di wilayah Kalimantan Timur.

G. Benakat Integra (BIPI)

Perseroan didirikan dengan nama PT Macau Oil Engineering and Technology pada 4 tanggal 19 April 2007. Pada 30 September 2009 PT Macau Oil Engineering and Technology resmi merubah namanya menjadi PT Benakat Petroleum Energy Tbk. Kemudian pada tanggal 11 Februari 2010, Perseroan memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) kepada masyarakat. Perseroan pun tercatat secara resmi sebagai perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode perdagangan BIPI.

Berangkat dari penyertaan pada unit-unit bisnis yang bergerak dalam bidang eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi, BIPI telah berkembang menjadi perusahaan energi terintegrasi yang memiliki fortofolio investasi dan aset pada sektor pertambangan yang mencangkup jasa infrastruktur batubara. Pada 2 Oktober 2013, PT Benakat Petroleum Energy Tbk kembali melakukan perubahan nama menjadi PT Benakat Integra Tbk. Perseroan meyakini bahwa perubahan nama ini adalah sarana


(56)

untuk mempertegas nilai korporat pada bidang infrastruktur sumber daya energi terintegrasi dengan pertumbuhan bisnis yang berkesinambungan. H. Bukit Asam (PTBA)

Sejarah pertambangan batubara di Tanjung Enim dimulai sejak zaman kolonial Belanda tahun 1919 dengan menggunakan metode penambangan terbuka (open pit mining) di wilayah operasi pertama, yaitu di tambang Air Laya. Selanjutnya mulai 1923 beroperasi dengan metode penambangan bawah tanah (underground mining) hingga 1940, sedangkan produksi untuk kepentingan komersial dimulai pada 1938.

Seiring dengan berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di tanah air, para karyawan Indonesia kemudian berjuang menuntut perubahan status tambang menjadi pertambangan nasional. Pada 1950, Pemerintah RI kemudian mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA). Pada tahun 1981 PN TABA kemudian berubah status menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, yang selanjutnya disebut Perseroan. Dalam rangka meningkatkan pengembangan industri batubara di Indonesia, pada 1990 Pemerintah menetapkan penggabungan Perum Tambang Batubara dengan Perseroan.

Sesuai dengan program pengembangan ketahanan energi nasional, pada 1993 Pemerintah menugaskan Perseroan untuk mengembangkan usaha briket batubara. Pada 23 Desember 2002, Perseroan mencatatkan


(57)

diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode “PTBA”.

I. Cakra Mineral (CKRA)

Cakra Mineral Tbk (sebelumnya Citra Kebun Raya Agri Tbk) (CKRA) didirikan dengan nama PT Ciptojaya Kontrindoreksa tanggal 19 September 1990 dan memulai kegiatan operasi komersialnya sejak Juli 1992. Kantor pusat CKRA di Komplek Perkantoran RedTop E 7,8,9 Jl. Raya Pecenongan No. 72, Kebon Kelapa, Jakarta Pusat. Induk usaha dan induk usaha terakhir CKRA adalah Redstone Resources Pte. Limited, yang berkedudukan di Singapura.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan CKRA adalah bergerak dalam bidang pertambangan khususnya di bidang pertambangan mineral, perdagangan, perindustrian, perhubungan dan penanaman modal. Kegiatan utama CKRA adalah investasi pada perusahaan pertambangan, terutama biji besi.

Pada tanggal 5 Mei 1999, CKRA memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham CKRA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 63.600.000 dengan nilai nominal Rp250,- per saham dengan harga penawaran Rp250,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 19 Mei 1999.


(58)

J. Central Omega Resources (DKFT)

PT Central Omega Resources Tbk didirikan tahun 1995. Sejak tahun 2008, perusahaan mulai terjun di bidang pertambangan bijih nikel dan pada tahun 2011, perusahaan mulai mengekspor bijih nikel ke luar negeri. Perusahaan sudah mampu memproduksi bijih nikel sebanyak 3 juta ton per tahun dalam waktu yang relatif singkat.

Tambang bijih nikel perusahaan berlokasi di Sulawesi, yang merupakan salah satu sumber cadangan nikel laterite terbesar di dunia, tepatnya di Morowali, Sulawesi Tengah dan Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Perusahaan dalam upaya memenuhi ketentuan Pemerintah dalam UU Minerba Nomor 4 tahun 2009, Perusahaan berencana untuk melakukan hilirisasi produk pertambangan bijih nikelnya dengan membangun fasilitas smelter NPI di Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Pembangunan ini dilaksanakan Perusahaan bekerjasama dengan PT Macrilink Nickel Development dengan membentuk satu perusahaan baru, PT COR Industri Indonesia.

PT Central Omega Resources Tbk bersama dengan PT Macrolink Nickel Development sedang melakukan langkah strategis, baik dalam perbaikan tata kelola tambang yang berkelanjutan maupun peningkatan nilai tambah sumberdaya mineral bijih nikel sebagai komitmen untuk menjadi perusahaan nikel yang penting di Indonesia. Salah satu usahanya dengan pengoperasian smelter NPI di Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Tahap pertama akan dioperasikan smelter dengan kapasitas produksi NPI


(59)

sebesar 100 ribu t/a, smelter tahap pertama ini dijadwalkan akan beroperasi pada tahun 2017.

K. Cita Mineral Investindo (CITA)

Cita Mineral Investindo berdiri pada tahun 1992 dengan nama PT Cipta Panel Utama dan bergerak pada bidang industri panel dan furniture. Kemudian pada tahun 1997, Cita Minera Investindo melakukan pengembangan antara lain; computer workstation dan home entertainment centre. Seiring perkembangan yang meningkat secara bertahap, pada tahun 2002, Cita Mineral Investindo mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Lalu secara berturut-turut pada tahun 2005,2010, dan 2012 melakukan Penyertaan pada 3 perusahaan pertambangan lainnya yaitu Harita Prima Abadi Mineral, Karya Utama Tambang Jaya, dan Well Harvest Winning Alumina Refinery.

L. Citatah (CTTH)

PT Citatah adalah perusahaan swasta pertama yang mengembangkan sumber daya marmer di Indonesia dan telah melakukan penambangan serta pengolahan marmer selama lebih dari tiga puluh tahun. Perusahaan yang didirikan tahun 1974 mulai menambang batu marmer putih gading (beige marble) dari lokasi penambangannya dekat Bandung dan berkat produknya Perusahaan kemudian menempati posisi terkemuka di pasar Indonesia.

Pada bulan Januari 1996, Perusahaan mengakuisisi 90% kepemilikan saham PT Quarindah Ekamaju Marmer, sebuah perusahaan


(60)

marmer yang mempunyai tambang dan pabrik pengolahan modern di Pangkep, Sulawesi Selatan. Setelah pelaksanaan akuisisi ini, pada bulan Juli 1996, Citatah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan menghimpun dana sebesar Rp 104,5 miliar melalui emisi saham baru untuk membiayai pengembangan fasilitas pengolahannya di Pangkep, yang lokasinya berdekatan dengan lokasi penambangan Citatah, dan untuk membangun sebuah Sentra Proyek Khusus baru di Karawang, yang terletak 70 km di sebelah timur kota Jakarta.

Selama masa reorganisasi antara 1998 dan 2002, Citatah mendivestasikan kepemilikan saham strategisnya dalam beberapa anak perusahaannya di Malaysia dan Amerika Serikat, dan melaksanakan program restrukturisasi yang bertujuan merampingkan semua aspek operasional Perusahaan untuk meningkatkan produktivitas dan pelayanannya. Sejak 2009, Perusahaan telah mengembangkan penjualan domestiknya untuk mengikutsertakan serangkaian besar produk penutup permukaan impor guna memenuhi kebutuhan pasar konstruksi yang sedang berkembang di Indonesia. Saat ini Perusahaan adalah penghasil marmer terbesar di Indonesia, dan merupakan agen tunggal serangkaian produk penutup permukaan ternama internasional termasuk Bisazza, Caesarstone dan Priante. Perusahaan adalah penghasil marmer terbesar dan tertua di Indonesia, dan agen tunggal untuk bahan impor penutup permukaan ternama dari Bisazza, Caesarstone dan Priante.


(61)

M. Delta Dunia Makmur (DOID)

Delta Dunia Makmur Tbk (dahulu Delta Dunia Property Tbk) (DOID) didirikan tanggal 26 Nopember 1990 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1992. Kantor pusat DOID beralamat di Cyber 2 Tower, Lantai 28, Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 No. 13, Jakarta 12950 – Indonesia. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Delta Dunia Makmur Tbk, yaitu: Northstar Tambang Persada Ltd. (39,21%) dan Andy Untono (7,59%). Northstar Tambang Persada Ltd merupakan sebuah konsorsium pemegang saham yang terdiri dari TPG Capital, Government of Singapore Investment Corporation Pte. Ltd., China Investment Corporation dan Northstar Equity Partners.

Pada awal didirikan DOID bergerak di bidang tekstil yang memproduksi berbagai jenis benang rayon, katun dan poliester untuk memenuhi pasar ekspor. Kemudian pada tahun 2008, DOID mengubah usahanya menjadi pengembangan properti komersial dan industrial di Indonesia.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan terakhir, ruang lingkup kegiatan DOID adalah jasa, pertambangan, perdagangan dan pembangunan. Sejak tahun 2009 kegiatan utama DOID adalah jasa penambangan batubara dan jasa pengoperasian tambang melalui anak usaha utamanya yakni PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA). Pelanggan utama DOID yang mempunyai transaksi lebih besar dari 10% dari nilai pendapatan bersih (31/12/2016), yaitu: PT Berau Coal (57%), PT


(62)

Kideko Jaya Agung (14%), PT Adaro Indonesia (12%) dan PT Sungai Danau Jaya (11%).

Pada tanggal 29 Mei 2001, DOID memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham DOID (IPO) kepada masyarakat sebanyak 72.020.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp150,- per saham dan disertai 9.002.500 Waran seri I dan batas akhir pelaksanaan tanggal 14 Juni 2004 dengan harga pelaksanaan sebesar Rp150,- per saham. Saham dan Waran Seri I tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 15 Juni 2001.

N. Elnusa (ELSA)

Elnusa merupakan satu-satunya perusahaan nasional yang menguasai kompetensi di bidang jasa minyak dan gas bumi antara lain : Jasa Seismic, Pengeboran dan Pengelolaan Lapangan Minyak. Elnusa menyediakan jasa migas dengan strategi aliansi global bagi perusahaan migas berkelas dunia dan juga sesuai dengan standar keselamatan dan lindung lingkungan.

Sebagai bagian dari afiliasi Pertamina, pemegang saham pengendali Elnusa memberikan konstribusi yang sangat besar atas keberadaan Elnusa saat ini. Elnusa memiliki 40 tahun lebih pengalaman di industri jasa migas dengan klien baik perusahaan nasional maupun internasional. Elnusa merupakan market leader di industri jasa migas


(1)

INDIKATOR SQMI

Biaya Eksplorasi -

Cadangan Terbukti

Cadangan terbukti digunakan perusahaan sebagai tolak ukur dalam pengakuan aset eksplorasi dan evaluasi (LKK SQMI, 34). Aset Eksplorasi dan Evaluasi Rp 60.566.809.716 (LKK SQMI, 51)

Area of Interest Perusahaan memiliki area of interest di Jambi (LKK SQMI, 13)

Alasan pembebanan

Biaya eksplorasi dan evaluasi dikapitalisasikan menjadi aset eksplorasi dan evaluasi karena hak mengeksplorasi dan mengevaluasi diharapkan masih dapat diperoleh kembali melalui keberhasilan perusahaan (LKK SQMI, 33).

Dasar penentuan biaya pengembangan

Biaya pengembangan yang dikeluarkan oleh perusahaan diakumulasi sesuai area of interest bersama biaya eksplorasi perusahaan (LKK SQMI, 33)

Biaya Pengembangan yang Ditangguhkan

Rp 33.701.775.562 (LKK SQMI, 51) Amortisasi aset eksplorasi dan

evaluasi

Rp 1.461.579.448 (LKK SQMI, 51)

Metode penentuan beban pokok persediaan

Beban pokok persediaan dinyatakan

berdasarkan harga perolehan atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah (LKK SQMI, 29)

Metode pembebanan biaya pengupasan tanah

Biaya pengupasan lapisan tanah umumnya dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya pembangunan, pengembangan dan konsentrat tambang yang dapat disusutkan (LKK SQMI, 35).

Metode perhitungan rasio rata-rata tanah penutup

-

Biaya Pengupasan Tanah Rp 2.634.982.616 (LKK SQMI, 53) Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah

Tertutup

- Perlakuan akuntansi atas pembebanan biaya PLH

Pengeluaran yang terkait dengan pemulihan lingkungan hidup yang terjadi dibebankan ke biaya produksi (LKK SQMI, 34)


(2)

INDIKATOR MYOH

Biaya Eksplorasi -

Cadangan Terbukti -

Aset Eksplorasi dan Evaluasi -

Area of Interest Perusahaan memiliki area of interest di Kalimantan Timur (LKK MYOH, 13)

Alasan pembebanan -

Dasar penentuan biaya pengembangan

Biaya pengembangan yang dikeluarkan oleh perusahaan diakumulasi sesuai area of interest (LKK MYOH, 28)

Biaya Pengembangan yang Ditangguhkan

Rp 1.190.594.369.398 (LKK MYOH, 64) Amortisasi aset eksplorasi dan

evaluasi

-

Metode penentuan beban pokok persediaan

Beban pokok persediaan dinyatakan

berdasarkan harga perolehan atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah dan ditentukan menggunakan metode rata-rata tertimbang (LKK MYOH, 27)

Metode pembebanan biaya pengupasan tanah

- Metode perhitungan rasio rata-rata tanah penutup

-

Biaya Pengupasan Tanah Rp 1.042.258.877.100 (LKK MYOH, 64) Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah

Tertutup

- Perlakuan akuntansi atas pembebanan biaya PLH

-

Metode amortisasi dan penyusutan prasarana PLH

Perubahan taksiran biaya restorasi dan

lingkungan hidup yang terjadi dihitung secara prospektif berdasarkan sisa umur tambang (LKK MYOH, 67).

Taksiran Kewajiban PLH -

Biaya PLH -


(3)

INDIKATOR ESSA

Biaya Eksplorasi -

Cadangan Terbukti -

Aset Eksplorasi dan Evaluasi Rp 486.181.775.366 (LKK ESSA, 53)

Area of Interest -

Alasan pembebanan -

Dasar penentuan biaya pengembangan

- Biaya Pengembangan yang

Ditangguhkan

Rp 372.892.275.742 (LKK ESSA, 56) Amortisasi aset eksplorasi dan

evaluasi

Rp 1.909.904.122 (LKK ESSA, 51)

Metode penentuan beban pokok persediaan

Beban pokok persediaan dinyatakan

berdasarkan harga perolehan atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah dan ditentukan menggunakan metode rata-rata tertimbang (LKK ESSA, 35)

Metode pembebanan biaya pengupasan tanah

- Metode perhitungan rasio rata-rata tanah penutup

-

Biaya Pengupasan Tanah -

Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah Tertutup

- Perlakuan akuntansi atas pembebanan biaya PLH

- Metode amortisasi dan penyusutan prasarana PLH

-

Taksiran Kewajiban PLH -

Biaya PLH Rp 2.341.893.302 (LKK ESSA, 62)


(4)

INDIKATOR TINS

Biaya Eksplorasi -

Cadangan Terbukti -

Aset Eksplorasi dan Evaluasi -

Area of Interest -

Alasan pembebanan -

Dasar penentuan biaya pengembangan

Biaya pengembangan yang dikeluarkan oleh atau atas nama perusahaan diakumulasikan secara terpisah untuk setiap area of interest dan dicatat sebagai pertambangan dalam pengembangan (LKK TINS, 39)

Biaya Pengembangan yang Ditangguhkan

Rp 185.724.000.000 (LKK TINS, 82) Amortisasi aset eksplorasi dan

evaluasi

Rp 17.489.000.000 (LKK TINS, 82)

Metode penentuan beban pokok persediaan

Beban pokok persediaan dinyatakan

berdasarkan harga perolehan atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah dan ditentukan menggunakan metode rata-rata tertimbang (LKK TINS, 31)

Metode pembebanan biaya pengupasan tanah

- Metode perhitungan rasio rata-rata tanah penutup

-

Biaya Pengupasan Tanah -

Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah Tertutup

-

Perlakuan akuntansi atas pembebanan biaya PLH

Pemulihan, rehabilitasi, dan biaya lingkungan yang berkaitan dengan pemulihan atas area yang terganggu selama tahap produksi dibebankan pada beban pokok pendapatan (LKK TINS, 45).

Metode amortisasi dan penyusutan prasarana PLH

Amortisasi yang berkaitan PLH diukur sesuai dengan sisa umur tambang dan pengeluaran sumber daya ekonomis perusahaan (LKK TINS, 47)

Taksiran Kewajiban PLH Rp 300.587.000.000 (LKK TINS, 88)

Biaya PLH -


(5)

INDIKATOR TOBA

Biaya Eksplorasi Rp 60.344.649.750 (LKK TOBA, 80)

Cadangan Terbukti

Cadangan terbukti digunakan perusahaan sebagai tolak ukur dalam pengakuan aset eksplorasi dan evaluasi (LKK TOBA, 33). Aset Eksplorasi dan Evaluasi Rp 66.697.973.384 (LKK TOBA, 6) Area of Interest

Perusahaan memiliki area of interest di Loa Janan, Muara Jawa, Sanga-sanga, dan Kutai Kertanegara (LKK TOBA, 18)

Alasan pembebanan

Biaya eksplorasi dan evaluasi dikapitalisasi menjadi aset eksplorasi dan evaluasi karena hak mengeksplorasi dan mengevaluasi diharapkan masih dapat diperoleh kembali melalui keberhasilan perusahaan (LKK TOBA, 33).

Dasar penentuan biaya pengembangan

Biaya pengembangan yang dikeluarkan oleh perusahaan diakumulasikan ke Tambang dalam kontruksi (LKK TOBA, 35)

Biaya Pengembangan yang Ditangguhkan

Rp 321.617.940 (LKK TOBA, 80) Amortisasi aset eksplorasi dan

evaluasi

Rp 51.136.275.358 (LKK TOBA, 80)

Metode penentuan beban pokok persediaan

Beban pokok persediaan dinyatakan berdasarkan nilai terendah antara harga

perolehan dan nilai realisasi neto (LKK TOBA, 28)

Metode pembebanan biaya pengupasan tanah

Biaya pengupasan tanah diukur pada biaya perolehan dan langsung dibebankan sebagai aktivitas pengupasan tanah (LKK TOBA, 37) Metode perhitungan rasio rata-rata

tanah penutup

-

Biaya Pengupasan Tanah Rp 314.352.636.150 (LKK TOBA, 80) Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah

Tertutup

-

Perlakuan akuntansi atas pembebanan biaya PLH

Pemulihan, rehabilitasi, dan biaya lingkungan dibebankan sebagai kewajiban perusahaan dan diukur secara internal oleh manajemen (LKK TOBA, 97).

Metode amortisasi dan penyusutan

Amortisasi yang berkaitan PLH diukur sesuai dengan sisa umur tambang dan pengeluaran


(6)

INDIKATOR INCO

Biaya Eksplorasi -

Cadangan Terbukti

Cadangan terbukti digunakan perusahaan sebagai tolak ukur dalam pengakuan aset eksplorasi dan evaluasi (LKK INCO, 27). Aset Eksplorasi dan Evaluasi Rp 2.211.787.354.000 (LKK INCO, 28) Area of Interest Perusahaan memiliki area of interest di

Sorowako, Sulawesi Selatan (LKK INCO, 8)

Alasan pembebanan

Biaya eksplorasi dan evaluasi dikapitalisasi menjadi aset eksplorasi dan evaluasi karena hak mengeksplorasi dan mengevaluasi diharapkan masih dapat diperoleh kembali melalui keberhasilan perusahaan (LKK INCO, 13).

Dasar penentuan biaya pengembangan

- Biaya Pengembangan yang

Ditangguhkan

- Amortisasi aset eksplorasi dan

evaluasi

Rp 1.670.266.416 (LKK INCO, 46)

Metode penentuan beban pokok persediaan

Beban pokok persediaan dinyatakan berdasarkan nilai terendah antara harga

perolehan dan nilai realisasi neto (LKK INCO, 12)

Metode pembebanan biaya pengupasan tanah

- Metode perhitungan rasio rata-rata tanah penutup

-

Biaya Pengupasan Tanah -

Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah Tertutup

-

Perlakuan akuntansi atas pembebanan biaya PLH

Pemulihan, rehabilitasi, dan biaya lingkungan dibebankan pada laporan laba rugi dan

penghasilan komprehensif tergantung pada masa manfaat ekonomis (LKK INCO, 14). Metode amortisasi dan penyusutan

prasarana PLH

Amortisasi yang berkaitan PLH diukur sesuai dengan sisa umur tambang dan pengeluaran sumber daya ekonomis perusahaan (LKK INCO, 14)

Taksiran Kewajiban PLH Rp 59.176.600.000 (LKK INCO, 47)

Biaya PLH -