View of WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BERBASIS ALQUR’AN DAN HADITS

1
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
BERBASIS ALQUR’AN DAN HADITS
M. Nurzen S. *
* Dosen Tetap Prodi Pendidikan Agama Islam STAI Muara Bulian
nurzen25@yahoo.co.id
Abstract
Authority is the basis for action, act, and perform the
activity / activities within a company. Without the
authority of the people in the company cannot do
anything. In the power and authority are always right,
but in power are not necessarily the authority and right.
Further responsibilities in management will be held
accountable or known as accountability. Accountability
demonstrate their accountability, namely (1) a lack of
compatibility between the implementation of the
standard procedures for implementation; (2) the agreed
sanctions for errors or omissions in the implementation;
and (3) Lack of accountability mechanisms, periodic
reports, the accountability report, surveillance system,
system of reward and punishment. The use of the word

Za'im for leaders indicate that the leader is the person
who's most responsible for the state of his subjects.
Ignorance, poverty and backwardness of the people is
the responsibility of the leader because the people have
handed over their affairs to the boss. Responsibility is
part of Islam called mas'uliyyah. Responsibility means is
that every human being whatever its status must first ask
himself what pushed him in the act, spoken word, and
plan something. In essence, all human beings are in
charge for everything that is under the authority in
accordance with the level and position of each, ranging
from formal leader until the leader of the non-formal.
Thus, everyone should be accountable for everything that
is its responsibility.

Wewenang dan Tanggung Jawab Berbasis... – M. Nurzen S. 2

Otoritas adalah dasar untuk tindakan, tindakan, dan
melakukan aktivitas / kegiatan dalam perusahaan. Tanpa
otoritas orang-orang di perusahaan tidak bisa

melakukan apa-apa. Dalam kekuasaan dan otoritas
selalu benar, tapi yang berkuasa belum tentu wewenang
dan hak. tanggung jawab lebih lanjut dalam manajemen
akan bertanggung jawab atau yang dikenal sebagai
pertanggungjawaban.
Akuntabilitas
menunjukkan
akuntabilitas mereka, yaitu (1) kurangnya kompatibilitas
antara
pelaksanaan
prosedur
standar
untuk
implementasi; (2) sanksi yang disepakati untuk
kesalahan atau kelalaian dalam pelaksanaan; dan (3)
Kurangnya mekanisme akuntabilitas, laporan berkala,
laporan pertanggungjawaban, sistem pengawasan,
sistem reward dan punishment. Penggunaan kata Za'im
bagi para pemimpin menunjukkan bahwa pemimpin
adalah sosok yang paling bertanggung jawab atas

keadaan rakyatnya. Kebodohan, kemiskinan dan
keterbelakangan rakyat adalah tanggung jawab
pemimpin karena orang-orang telah menyerahkan
urusan mereka kepada bos. Tanggung jawab adalah
bagian dari Islam disebut mas'uliyyah. Tanggung jawab
berarti bahwa setiap manusia apapun statusnya pertama
harus bertanya pada diri sendiri apa yang
mendorongnya dalam bertindak, kata yang diucapkan,
dan merencanakan sesuatu. Pada dasarnya, semua
manusia bertanggung jawab untuk segala sesuatu yang
berada di bawah kewenangan sesuai dengan tingkat dan
posisi masing-masing, mulai dari pemimpin resmi
sampai pemimpin non-formal. Dengan demikian, setiap
orang harus bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang menjadi tanggung jawabnya.
Keywords : Wewenang dan Tanggung Jawab, Al-Qur’an
dan Hadist
Pendahuluan
Tanggung jawab adalah bagian dari ajaran Islam yang disebut
mas'uliyyah. Tanggung jawab artinya ialah bahwa setiap manusia

apapun statusnya pertama harus bertanya kepada dirinya sendiri apa
yang mendorongnya dalam berperilaku, bertutur kata, dan
merencanakan sesuatu.

3

At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 1, September 2016: 1-10

Apakah perilaku itu berlandaskan akal sehat dan ketakwaan,
atau malah dipicu oleh pemujaan diri, hawa nafsu, dan ambisi
pribadi. Jika manusia dapat menentramkan hati nuraninya dan
merespon panggilan jiwanya yang paling dalam, maka dia pasti bisa
bertanggungjawab kepada yang lain. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya
itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (QS.17.36)
Oleh karena itu penulis akan membahas topik tentang
wewenang dan Tanggung jawab dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadits,
agar kita dapat memahami bagaimana prinsip Islam terhadap
wewenang dan tanggung jawab dan semoga tulisan ini memberikan
cakrawala keilmuan yang luas bagi kita semua.

Wewenang (Authority)
Pengertian wewenang dikemukakan oleh para ahli:1
a. G. R. Terry
“Authority is the official and legal right to command by
others and enforce compliance”. Artinya: Wewenang
adalah kekuasaan resmi dan kekuasaan pejabat untuk
menyuruh pihak lain, supaya bertindak dan taat kepada
pihk yang memiliki wewenang itu.
b. Louis A Allen
“Authority is the sum of the power and rights entrusted to
make possible the performance of the worh delegated”.
Artinya: Wewenang adalah sejumlah kekuasaan (powers)
dan hak (rights) yang didelegasikan pada suatu jabatan.
c. R.C. Davis
“Authority is the corresponding right the enables the
individual to discharge the particular obligation”.
Artinya: wewenang adalah hak yang cukup yang
memungkinkan seseorang dapat menyelesaikan suatu
tugas kewajiban tertentu.
d. Malayu S.P Hasibuan

Wewenang adalah kekuasaan yang sah dan legal yang
dimiliki seseorang untuk memerintah orang lain, berbuat
atau tidak berbuat sesuatu; wewenang merupakan dasar
hokum yang sah dan legal untuk dapat mengerjakan
sesuatu pekerjaan.
Selanjutnya menimbulkan pertanyaan apakah authority sama
atau berbeda dengan power (kuasa). Berikut penulis paparkan
beberapa pengertian power:2
1

Malayu S.P Hasibuan. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah.
(Bandung: Bumi Aksara. 2009)., hlm.64.

Wewenang dan Tanggung Jawab Berbasis... – M. Nurzen S. 4

a. G.R. Terry
“The power or the right to act, to command, or to exact
action by others. Implied in authority is the power of
making decision seeing that they are carried out”.
Artinya: wewenang identik dengan kekuasaan (power)

dan hak (right), tetapi kuasa berarti kekuatan dan biasanya
dalam arti fisik, sedangkan wewenang adalah hak-hak
yang
bergandengan
dengan
tanggung
jawab
(responsibility). Wewenang dapat mempergunakan kuasa
(power) untuk mencapai tujuannya, tetapi ia tidak persis
sama dengan kuasa itu.
b. Henry Fayol
Wewenang adalah hak untuk memerintah (dalam
organisasi formal) dan kekuatan (power) membuat
manajer dipatuhi dan ditaati.
c. Chester I. Barnard
Authority sama dengan power, authority adalah cirri suatu
komunikasi (perintah) dalam suatu organisasi formal yang
menyebabkan ia diterima oleh seseorang anggota
organisasi tersebut dan perintah-perintahnya harus ditaati.
Dalam wewenang selalu terdapat power dan responsibility

untuk mencapai tujuan, tetapi power tidak selalu diikuti
oleh authority dan responsibility. Jadi, authority-lah
yang paling menjamin tercapainya tujuan, sebab authority
menciptakan power dan right.
d. Malayu S.P Hasibuan
Power (kuasa) adalah kekuatan seseorang yang disegani
karena mempunyai kekuatan tertentu, baik kekuatan fisik,
mental maupun karena mempunyai pengaruh yang cukup
luas.
Dari beberapa defenisi diatas dapat dipahami bahwa
wewenang (Authority) merupakan dasar untuk bertindak, berbuat,
dan melakukan kegiatan/aktivitas dalam suatu perusahaan. Tanpa
wewenang orang-orang dalam perusahaan tidak dapat berbuat apaapa. Dalam authority selalu terdapat power and right, tetapi dalam
power belum tentu terdapat authority and right.
Dalam manajemen, wewenang dapat didelegasikan. Delegasi
wewenang adalah pelimpahan atau pemberian otoritas dan tanggung

2

Malayu S.P Hasibuan. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah.

(Bandung: Bumi Aksara. 2009)., hlm.65.

5

At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 1, September 2016: 1-10

jawab dari pimpinan atau kesatuan organisasi kepada seseorang atau
kesatuan organisasi lain untuk melakukan aktivitas tertentu.3
Desain organisasi melahirkan empat konsep yang juga
penting dalam struktur organisasi, yaitu kekuasaan (power),
kewenangan (authority), tanggung jawab (responsibility), dan
pelimpahan wewenang (delegation). Setiap bagian dalam suatu
orgariisasi memiliki kekuasaan, kewenangan, serta tanggung jawab.
Ketika kekuasaan, kewenangan, serta tanggung jawab tidak dapat
sepenuhnya dipegang oleh seseorang, maka dapat dilakukan apa
yang dinamakan sebagai pelimpahan kekuasaan dan kewenangan
sekaligus juga tanggung jawab atau apa yang dinamakan sebagai
delegation.
Tanggung Jawab (Responsibility)
Tanggung jawab (responsibility) adalah keharusan untuk

melakukan semua kewajiban/tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya sebagai akibat dari wewenang yang diterima atau
dimilikinya. Setiap wewenang akan menimbulkan hak (right),
tanggung jawab (responsibility), kewajiban-kewajiban untuk
melaksanakan dan mempertanggung jawabkan (accountability).
Tegasnya tanggung jawab tercipta karena penerimaan wewenang.
Tanggung jawab harus sama besarnya dengan wewenang yang
dimilikinya. Pertanggung jawaban hanya diberikan kepada orang
atau lembaga yang memberikan (mendelegasikan) wewenang
tersebut atau delegate hanya bertanggung jawab kepada delegator.
Tanggung jawab ini timbul karena adanya hubungan antara
atasan (delegator) dan bawahan (delegate), dimana atasan
mendelegasikan sebagian wewenang atau pekerjaan kepada bawahan
untuk
dikerjakan.
Delegate
harus
benar-benar
mempertanggungjawabkan wewenang yang diterimanya kepada
delegator. Jika tidak sewaktu-waktu wewenang itu dapat ditarik

kembali oleh delegator.
Wewenang sebenarnya mengalir dari atasan ke bawahan, jika
diadakan penyerahan (perintah) tugas, sedangkangkan tanggung
jawab merupakan kewajiban bawahan melakukan tugas itu.
Tanggung jawab mengalir dari bawah ke atas, jadi merupakan arus
balik dari perintah-perintah itu. Karena perusahaan selalu terkait
dengan perusahaan-perusahaan lainnya yang berada dalam
lingkungan system social maka manajer puncak atau top manager
suatu perusahaan khususnya harus bertanggung jawab kepada:
 Pemilik perusahaan
 Karyawan perusahaan
3

163.

Siswanto. Pengantar Manajemen. (Jakarta: Bumi Aksara. 2011)., hlm.

Wewenang dan Tanggung Jawab Berbasis... – M. Nurzen S. 6

 Pemerintah dan konsumen.
Selanjutnya perlu diingat bahwa responsibility tidak dapat
dilimpahkan (didelegasikan) kepada orang/pihak lainnya. Authority
diterima maka responsibility-nya juga harus diterima dengan sebaikbaiknya pula. Inilah sebabnya top manager yang menjadi
penanggung jawab terakhir mengenai maju/mundurnya suatu
perusahaan atau organisasi.
Selanjutnya tanggung jawab dalam manajemen akan diminta
pertanggung jawabannya atau dikenal dengan istilah akuntabilitas.
Akuntabilitas menunjukkan adanya tanggung gugat yaitu (1) adanya
kesesuaian antara pelaksanaan dengan standard prosedur
pelaksanaan; (2) adanya sanksi yang disepakati atas kesalahan atau
kelalaian dalam pelaksanaan; dan (3) adanya mekanisme
pertanggung jawaban, laporan secara berkala, laporan pertanggung
jawaban, system pengawasan, system reward dan punishment.4
Wewenang dan Tanggung Jawab dalam Al-Qur’an
Allah berfirman yang artinya: “Penyeru-penyeru itu berkata:
"Kami kehilangan piala Raja, dan siapa yang dapat
mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat)
beban unta, dan aku menjamin terhadapnya". (QS. Yusuf 27).
Besarnya tanggung jawab pemimpin ini dapat dilihat ketika
kata “za‟im” digunakan Alquran untuk menyebut pemimpin.
Penggunaan kata ini dapat dijumpai di dalam Q.S. Yusuf ayat 72
dan Q.S. al-Qalam ayat 40. Kata “za‟im” ini dapat juga diartikan
sebagai penjamin atau sebagai penanggung jawab.
Asal kata “za‟im”, menurut al-Thabari dalam tafsirnya Jami’
al-Bayan ialah orang yang bertanggung jawab terhadap urusan suatu
kaum. Dengan demikian, pemimpin suatu kaum disebut dengan
“za‟im” (penanggung jawab) dan “mudabbir” (pengatur urusan)
kaumnya.
Pendapat al-Thabari ini menunjukkan bahwa pemimpin suatu
kaum bertanggung jawab terhadap urusan kaumnya. Untuk
merealisasikan tanggung jawab dimaksud dengan baik maka
pemimpin diberikan wewenang untuk mengatur urusan kaumnya.
Biasanya, wewenang seorang pemimpin ini dibatasi oleh
undang-undang supaya tidak salah dalam menggunakannya. Batasan
yang dibuat oleh Alquran bagi seorang pemimpin adalah aturanaturan yang dibuat Allah dan Rasul-Nya. Sehingga ketaatan terhadap
pemimpin diurutkan setelah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Maksudnya adalah, pemimpin wajib ditaati selama yang
bersangkutan masih tetap mentaati Allah dan Rasul. Hal ini
4

Syaiful Sagala. Kemampuan Profesional
Kependidikan. (Bandung: Alfabeta. 2011)., hlm. 108.

Guru

dan

Tenaga

7

At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 1, September 2016: 1-10

dikemukakan oleh Alquran karena Allah dan Rasul adalah tipe
pemimpin yang bertanggung jawab sehingga siapapun yang jadi
pemimpin wajib mengacu kepada kedua sifat ini.
Menurut Ibn „Athiyah dalam tafsirnya al-Muharrir alWajiz bahwa kata “za‟im” di dalam bahasa Arab disinonimkan
dengan kata “ra‟is”. Dikatakan demikian, karena pemimpin
bertanggung jawab untuk memenuhi segala kebutuhan manusia. Kata
“ra‟is” ini diartikan ke dalam bahasa Indonesia dengan kepala atau
pemimpin.
Penggunaan kata “za‟im” untuk pemimpin sebagaimana
terdapat di dalam Alquran adalah merupakan isyarat tentang esensi
kepemimpinan itu sendiri. Sebagai sosok yang bertanggung jawab
terhadap kehidupan rakyatnya maka pemimpin adalah sosok yang
bersifat menjaga dan melayani, bukan sebaliknya.
Pemimpin adalah sosok yang paling bertanggung jawab
terhadap kehidupan bangsanya. Jika suatu bangsa mundur maka
pemimpin harus bertanggung jawab atas kemunduran tersebut dan
pantas mendapatkan konsekwensi. Sebaliknya, jika suatu bangsa
maju maka pemimpin berhak untuk mendapat penghargaan.
Mengingat besarnya tanggung jawab tersebut maka sosok
pemimpin haruslah orang yang paling memahami tanggung jawab
dan harus yang terbaik pula dalam berbagai hal di antara rakyatnya.
Dengan kata lain, pemimpin haruslah sosok yang memiliki banyak
kelebihan bila dibanding dengan rakyat yang dipimpinnya.
Mengingat besarnya tanggung jawab pemimpin ini maka
seorang pemimpin berhak mendapatkan imbalan surga jika pada
kepemimpinnya mampu memajukan bangsanya. Sebaliknya,
pemimpin juga dapat masuk neraka jika bangsanya mundur
disebabkan kepemimpinannya yang tidak baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan kata za’im untuk pemimpin menunjukkan bahwa
pemimpin adalah sosok yang paling bertanggung jawab terhadap
keadaan rakyatnya. Kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan
rakyat adalah tanggung jawab pemimpin karena rakyat sudah
menyerahkan segala urusan mereka kepada pimpinannya.
Tanggung jawab adalah bagian dari ajaran Islam yang disebut
mas'uliyyah. Tanggung jawab artinya ialah bahwa setiap manusia
apapun statusnya pertama harus bertanya kepada dirinya sendiri apa
yang mendorongnya dalam berperilaku, bertutur kata, dan
merencanakan sesuatu.
Alquran menggunakan kata yang berbeda-beda untuk
menyebut pemimpin. Penggunaan kata yang berbeda ini dapat
diartikan melalui skope wilayah kepemimpinan. Selain itu,

Wewenang dan Tanggung Jawab Berbasis... – M. Nurzen S. 8

penggunaan masing-masing kata menunjukkan tugas dari pemimpin
itu sendiri seperti kata za’im yang diartikan dengan tanggung jawab.
Pemimpin adalah sosok yang diberi kepercayaan untuk
membawa rakyatnya menuju kehidupan yang lebih maju. Pada
umumnya, jika pemimpin baik dan bertanggung jawab maka
rakyatnya akan makmur akan tetapi jika pemimpinnya tidak baik dan
tidak bertanggung jawab maka rakyat akan hidup sengsara.
Terdapat banyak ayat dalam Al-Qur‟an yang menjelaskan
tentang tanggung jawab, diantaranya:
Artinya: “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang
telah diperbuatnya.” (QS. Mudatsir 38).
Dalam Tafsir Ibnu Katsir ayat diatas menjelaskan bahwa
manusia pada hari kiamat kelak akan tergantung pada amalnya
didunia.5 Menurut Sayyid Quthb dalam Tafsir Fi Zhilalil-Qur‟an
mengenai ayat tersebut bahwa setiap orang dapat membawa atau
mengarahkan kemauan dirinya dengan segala tanggung jawabnya,
dapat menempatkan dirinya dimana saja dia menghendaki, maju atau
mundur, memuliakannya atau menghinakannya. Maka ia akan
bertanggung jawab terhadap apa yang diusahakannya, terikat dengan
apa yang dilakukannya. Allah telah menjelaskan kepada jiwa
manusia ini jalan yang dapat ditempuhnya dengan penuh kesadaran,
yang diumumkan-Nya di depan pemandangan-pemandangan alam
yang mengesankan.6
Wewenang dan Tanggung Jawab dalam Al-Hadits
Dalam riwayat lain Umar bin Khatab r.a. mengungkapkan
besarnya tanggung jawab seorang pemimpin di akhiarat nanti dengan
kata-katanya yang terkenal : “Seandainya seekor keledai terperosok
di
kota
Baghdad
nicaya
Umar
akan
dimintai
pertanggungjawabannya, seraya ditanya : Mengapa tidak meratakan
jalan untuknya ?” Itulah dua dari ribuan contoh yang pernah
dilukiskan para salafus sholih tentang tanggungjawab pemimpin di
hadapan Allah kelak.
Selanjutnya dalam hadits yang diriwayat oleh Bukhori,
Muslim dan Tarmizi:

ِ
ِ َ َ‫عن عب ِد هللاِ ب ِن عمر ر ِضي هللا عنْ هما ق‬
‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِو‬
ُ ‫ال ََس ْع‬
َْ ْ َ
َ ‫ت َر ُس ْو َل هللا‬
َ ُ َ ُ َ َ ََ ُ ْ
ِِ ِ
‫ام َر ٍاع َ َم ْس ُؤْ ٌل‬
ُ ‫ ًكلُّ ُك ْ َر ٍاع َ َكلُّ ُك ْ َم ْس ُؤْ ٌل َع ْن َرعيَّتو َا ِإل َم‬:‫َ َسلَّ َ َ ُ ْو ُل‬
5

Abdullah bin Muhammad. Tafsir Ibnu Katsir. (Bogor: Pustaka
ImamAsy-Syafi‟i.2008)., hlm. 343.
6
Sayyid Quthb. Tafsir Fi Zhilalil-Qur’an. (Jakarta: Gema Insani Press.
2001)., Jilid 12. hlm. 98.

9

At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 1, September 2016: 1-10

ِ
ِِ ِ
ِِ
ِ ‫اعيةٌ ِِف ب ي‬
‫ت‬
َّ َ ‫َع ْن َر ِعيَّتِ ِو‬
َْ َ ‫الر ُج ُل َر ٍاع ِِف أ َْىلو َ َم ْس ُؤْ ٌل َع ْن َرعيَّتو َالْ َم ْرأَةُ َر‬
‫اْلَ ِاد ُم َر ٍاع ِِف َم ِال َسيِّ ِدهِ َ َم ْس ُؤْ ٌل َع ْن َر ِعيَّتِ ِو‬
ْ َ ‫َزْ ِج َها َ َم ْس ُؤْ لَةٌ َع ْن َر ِعيَّتِ َها‬
ِِ ِ
ِِ ِ ِ
ِ َ َ‫ق‬
َ َ‫ت أَ ْن ق‬
َّ َ : ‫ال‬
ُ ‫ال َحسْب‬
َ ‫الر ُج ُل َر ٍاع ِف َمال اَبْيو َ َم ْس ُؤْ ٌل َع ْن َرعيَّتو‬
َ
)‫ًكلُّ ُك ْ َر ٍاع َ َكلُّ ُك ْ َم ْس ُؤْ ٌل َع ْن َر ِعيَّتِ ِو" (ر اه البخارى مسل الرتميذي‬

Artinya: Dari Abdullah bin Umar ra. ia berkata : Saya
mendengar Rasulullah saw. bersabda : "Setiap kamu adalah pemimpin
dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Imam adalah
pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Lelaki adalah
pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas ang-gota
keluarganya. Dan seorang perempuan adalah pemimpin dalam
rumah tangga suaminya, dan ia bertanggung jawab atas semua
anggota keluarganya. Seorang pembantu adalah pemimpin bagi
harta majikannya, dan ia bertanggung jawab atas ke-selamatan dan
keutuhan hartanya". Abdullah berkata : 'Aku mengira Rasulullah
mengatakan pula bahwa seseorang adalah pemimpin bagi harta
ayahnya dan bertanggung jawab atas keselamatan dan keutuhan
hartanya itu. Semua kamu adalah pe-mimpin dan bertanggung jawab
atas'segala yang dipimpinnya. (HR. Bukhari Muslim dan Turmudzi)
Hadits di atas menjelaskan bahwa pada hakikatnya semua
manusia itu adalah pemimpin bagi segala hal yang ada di bawah
wewenangnya sesuai dengan tingkat dan kedudukan masing-masing,
mulai dari pemimpin formal sampai dengan pemimpin yang nonformal.
Dengan
demikian,
semua
orang
harus
mempertang-gungjawabkan segala sesuatu yang menjadi tanggung
jawabnya. Disebutkan dalam hadits tadi umpamanya seorang
pembantu adalah pemimpin bagi harta majikannya dan ia
bertanggung jawab atas keutuhan dan keselamatan harta majikannya
itu. Ini artinya bahwa seorang pembantu tugasnya bukan hanya
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang diberikan kepadanya, tetapi
ia juga harus bertanggung jawab dan berusaha untuk menjaga
kekayaan majikannya dari kerusakan atau kehilangan, apakah itu
diakibatkan oleh pencurian, kebakaran, kelalaian, dan sebagainya.
Bibliografi
Abdullah bin Muhammad. Tafsir Ibnu Katsir. Bogor: Pustaka
ImamAsy-Syafi‟i.2008
Akdon. Strategic Management for Educational Management.
Bandung: Alfabeta. 2011

Wewenang dan Tanggung Jawab Berbasis... – M. Nurzen S. 10

Amril. Akhlak Tasawuf: Meretas Jalan Menuju Akhlak Mulia.
Bandung:Refika Aditama. 2015
George R. Terry. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
2009
Malayu S.P Hasibuan. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Bandung: Bumi Aksara. 2010
Malayu S.P Hasibuan. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah.
Bandung: Bumi Aksara. 2009
Sayyid Quthb. Tafsir Fi Zhilalil-Qur‟an. Jakarta: Gema Insani Press.
2001
Siswanto. Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. 2011
Syaiful

Sagala. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga
Kependidikan. Bandung: Alfabeta. 2011