TINGKAT KEEFEKTIFAN PENERAPAN SIMDA PENGADAAN BARANG BERBASIS TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

ADITYA RISKIAWAN

F1310003

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul Tingkat Keefektifan Penerapan Simda Pengadaan Barang Berbasis Technology Acceptance Model.

Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan guna memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menerima bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segenap rasa hormat dan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret.

2. Bapak Santoso Tri Hananto, SE, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi

FE UNS.

3. Bapak Sri Suranta, SE, M.Si, Ak, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Swadana

Transfer FE UNS.

4. Bapak Anas Wibawa, SE, M.Si, Ak, selaku pembimbing dalam pembuatan Skripsi

yang telah memberikan pengarahan selama penyusunan Skripsi.

5. Orang-orang yang sangat penulis sayangi Mama dan Papa yang senantiasa

memberikan dorongan serta semangat baik material maupun doa.

6. Wanita yang penulis sayangi Medya Riana Happy yang selalu mendukung dan memberikan semangat serta dorongan untuk terus maju menjadi lebih baik.

8. Teman-teman mahasiswa jurusan akuntansi swadana transfer khususnya angkatan

2010, tetap semangat untuk kalian semua dan semoga sukses.

9. Dan semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dan tidak dapat

disebutkan satu persatu. Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dalam penyusunan Skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga penulisan Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan

Surakarta, November 2012

Penulis

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian……………….….…….………....……...……..31

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ………………….…..………31

3.3. Instrumen Penelitian…….………………………......……........31

3.4. Teknik Pengambilan Sampel………………………..…...…....32

3.5. Pengukuran Variabel…………….……….……...….. …....…...33

3.6 Sumber Data …………….………………...……...…….……...37

3.7 Teknik Pengambilan data …………………….....…..………...38

3.8 Teknik Analisis ……………………………..….......…………...38

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Uji Koefisien Jalur…………………...………...……....………..49

4.2. Uji Validitas…………………………………..……….….…….50

4.3. Uji Realibilitas…………………………………..…..........……..52

4.4. Uji Asumsi…………... ………..………………..………...….....53

4.4 Uji Asumsi Goodness of Fit ……………………..….....………54

4.5 Hasil Model Hipoesis yang Diperoleh …………..………….....58

5.3. Saran……………………………..……………………....…...68

DAFTAR PUSTAKA ………………………….....……....………69 LAMPIRAN

4.2. Tabel Hsil Uji Realibilitas .................………………..….…….52

4.3. Tabel Hasil Uji Skewness dan Kurtosis……..……...………..53

4.4. Tabel Hasil Uji Asumsi Goodness of Fit.....………………….54

4.5. Tabel Model Hipotesis yang Diperoleh .......………………...58

1. Lampiran kuisioner

2. Lampiran penginputan data

3. Lampiran data pengolahan AMOS

4. Lampiran Surat Izin Instansi

Aditya Riskiawan F1310003

Penggunaan teknologi telah berkembang pesat pada masa ini, tidak hanya digunakan kalangan mahasiswa dan umum, di perkantoran sudah mengadopsi beberapa software untuk memudahkan dalam bekerja. Salah satunya software Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) yang telah diterapkan di seluruh Indonesia khususnya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada penelitian ini di khususkan SIMDA pengadaan barang yang terdapat di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset (DPPKA) dan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKAD) pada setiap kabupaten. Penelitian ini bertujuan untuk memberi pemahaman lebih baik mengenai proses pengadopsian SIMDA pengadaan barang dan tingkat keefektifan diterapkannya software tersebut . Technology Acceptance Model (TAM) digunakan sebagai suatu kajian teoritis yang mampu menjelaskan kegunaan dan kemudahan yang dirasakan serta seberapa besar tingkat keefektifan software tersebut oleh pegawai. Unsur dari TAM terdiri dari Preceived ease of use, Preceived Usefulness, Mandatory Using, Attitude Toward Using, Behavioral Intention, dan Actual Usage.

Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner pada 112 pegawai DPPKA dan DPPKAD pada setiap kabupaten yang menngoperasikan software tersebut untuk penentuan sampel. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dianalisis dengan AMOS versi 16.

Hasil dari penelitian ini menunjukan PEU berpengaruh terhadap PU, PEU tidak berpengaruh terhadap ATU, PEU tidak berpengaruh terhadap ATU, MU berpengaruh terhadap ATU, ATU berpengaruh terhadap BI, PU berpengaruh terhadap BI, dan BI tidak berpengaruh terhadap AU.

Kata kunci : SIMDA, Pengadaan barang, DPPKA, Technology Acceptance Model, Perceived ease of use, Perceived Usefulness, Mandatory Using, Attitude Toward Using, Behavioral Intention, Actual Usage .

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi yang begitu pesat, membawa perubahan yang sangat signifikan dalam dunia kantor. Dari model pembelajaran konvensional (model pembelajaran pada umumnya) yang memiliki keterbatasan ruang dan waktu, menjadi lebih mudah dengan memanfaatkan layanan software. Hal ini menjadi fenomena yang cukup menarik di era globalisasi dan informasi karena kehadirannya banyak memberikan manfaat yang besar bagi manusia dan organisasi. Manfaat yang diperoleh antara lain pekerjaan lebih mudah dikerjakan, lebih cepat diselesaikan, lebih hemat waktu dan biaya, lebih mudah diakses oleh pihak-pihak yang membutuhkan sehingga meningkatkan efektifitas dan produktivitas pemakainya. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan ketergantungan manusia dan organisasi pada sistem teknologi informasi. Penggunaan sistem teknologi informasi selain memberikan banyak manfaat, ada juga organisasi yang gagal dalam penerapannya. Banyak proyek pengembangan sistem telah gagal menghasilkan suatu sistem yang bermanfaat. Kegagalan dalam penerapan sistem teknologi informasi pada organisasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal (Davis, 1989). Keputusan untuk mengadopsi suatu sistem teknologi informasi ada ditangan manajer, tetapi keberhasilan penggunaan teknologi Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi yang begitu pesat, membawa perubahan yang sangat signifikan dalam dunia kantor. Dari model pembelajaran konvensional (model pembelajaran pada umumnya) yang memiliki keterbatasan ruang dan waktu, menjadi lebih mudah dengan memanfaatkan layanan software. Hal ini menjadi fenomena yang cukup menarik di era globalisasi dan informasi karena kehadirannya banyak memberikan manfaat yang besar bagi manusia dan organisasi. Manfaat yang diperoleh antara lain pekerjaan lebih mudah dikerjakan, lebih cepat diselesaikan, lebih hemat waktu dan biaya, lebih mudah diakses oleh pihak-pihak yang membutuhkan sehingga meningkatkan efektifitas dan produktivitas pemakainya. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan ketergantungan manusia dan organisasi pada sistem teknologi informasi. Penggunaan sistem teknologi informasi selain memberikan banyak manfaat, ada juga organisasi yang gagal dalam penerapannya. Banyak proyek pengembangan sistem telah gagal menghasilkan suatu sistem yang bermanfaat. Kegagalan dalam penerapan sistem teknologi informasi pada organisasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal (Davis, 1989). Keputusan untuk mengadopsi suatu sistem teknologi informasi ada ditangan manajer, tetapi keberhasilan penggunaan teknologi

Menurut Bodnar dan Hopwood (1995) ada tiga hal yang berkaitan dengan penerapan teknologi informasi (TI) berbasis komputer yaitu; (1) perangkat keras

(hardware), (2) perangkat lunak (software) dan (3) pengguna (brainware). Ketiga elemen tersebut saling berinteraksi dan dihubungkan dengan suatu perangkat masukan keluaran (input-output media), yang sesuai dengan fungsinya masing- masing. Pengguna sistem adalah manusia (man) yang secara psikologi memiliki perilaku (behavior) tertentu yang melekat pada dirinya, sehingga aspek keperilakuan dalam konteks manusia sebagai pengguna (behavior) TI sebagai faktor penentu.

Perilaku manusia merupakan salah satu aspek yang menentukan dalam keberhasilan penerapan TI. Permasalahan yang muncul dari sisi aspek perilaku manusia, seperti sulitnya merubah perilaku dapat menjadi penghalang berkembangnya penggunaan TI, maka perusahaan atau lembaga manapun akan mengalami kerugian karena dalam penerapan TI memerlukan dana dalam jumlah yang cukup besar. Darma (2000) meneliti industri perhotelan di Bali menemukan bukti bahwa kepuasan pekerja dalam menggunakan TI berhubungan secara positif dengan investasi pada sistem informasi. Hal ini membuktikan bahwa aspek perilaku merupakan pertimbangan penting dalam memutuskan penerapan teknologi informasi. Sama halnya dengan teknologi Sitem Informasi Daerah (SIMDA), keberhasilannya tergantung dari bagaimana pengguna menerima model pembelajaran digital tersebut, sehingga memunculkan kecemasan dari para praktisi karena pemahaman dan reaksi Perilaku manusia merupakan salah satu aspek yang menentukan dalam keberhasilan penerapan TI. Permasalahan yang muncul dari sisi aspek perilaku manusia, seperti sulitnya merubah perilaku dapat menjadi penghalang berkembangnya penggunaan TI, maka perusahaan atau lembaga manapun akan mengalami kerugian karena dalam penerapan TI memerlukan dana dalam jumlah yang cukup besar. Darma (2000) meneliti industri perhotelan di Bali menemukan bukti bahwa kepuasan pekerja dalam menggunakan TI berhubungan secara positif dengan investasi pada sistem informasi. Hal ini membuktikan bahwa aspek perilaku merupakan pertimbangan penting dalam memutuskan penerapan teknologi informasi. Sama halnya dengan teknologi Sitem Informasi Daerah (SIMDA), keberhasilannya tergantung dari bagaimana pengguna menerima model pembelajaran digital tersebut, sehingga memunculkan kecemasan dari para praktisi karena pemahaman dan reaksi

Secara umum penelitian mengenai penerimaan teknologi informasi didasarkan pada Technology Acceptance Model (TAM) yang diperkenalkan oleh Davis yang

menjelaskan bahwa sebuah penerimaan individu terhadap teknologi komputer yang didasarkan pada dua keyakinan, yaitu : (1) Perceived Usefulness (PU), yaitu tingkatan pada seseorang berfikir bahwa menggunakan suatu sistem akan meningkatkan kinerjanya, (2) Perceived Ease of Use (PEU), yaitu tingkatan seseorang mempercayai bahwa menggunakan teknologi hanya memerlukan sedikit usaha (Davis dan Fred, 1989). TAM dinilai mampu memberi kontribusi terbaik dalam memprediksi dan menjelaskan penerimaan (acceptance) pengguna pada teknologi komputer dalam organisasi (Venkatesh dan Davis, 2000 dalam Schillewaert et. al., 2000). Dalam teori TAM kedua keyakinan ini menentukan tingkah laku penerimaan secara langsung terhadap TI.

Technology Acceptance Model (TAM) Penerimaan teknologi model (TAM) awalnya ditemukan oleh Davis (1986). TAM disesuaikan oleh Ajzen dan Fishbein (1980) mengenai teori tindakan berdasarkan Trade Readjustment Allowances (TRA) yang ada sebelumnya untuk menjelaskan hubungan kausal antara keyakinan internal pengguna (manfaat dan Technology Acceptance Model (TAM) Penerimaan teknologi model (TAM) awalnya ditemukan oleh Davis (1986). TAM disesuaikan oleh Ajzen dan Fishbein (1980) mengenai teori tindakan berdasarkan Trade Readjustment Allowances (TRA) yang ada sebelumnya untuk menjelaskan hubungan kausal antara keyakinan internal pengguna (manfaat dan

Penelitian selanjutnya TAM banyak ditandai oleh berbagai metodologi dan faktor pengukuran, menghasilkan temuan yang bertentangan dan agak membingungkan yang sangat bervariasi dalam hal statistik, signifikansi arah dan besarnya. Ulasan dari Lee dan Patterson (2003) serta Ma dan Liu (2004) mengenai TAM mengungkapkan bahwa gabungan temuan ini tidak hanya merusak presisi TAM, tetapi juga menyulitkan upaya praktisi TI dan akademisi untuk lebih memahami teknologi serta penerimaan pengguna perilaku.

Model tersebut dapat menjelaskan faktor-faktor internal pemakai dan menjadi determinan penggunaan teknologi diantaranya adalah TAM. Model ini menganggap dua keyakinan individual yaitu kegunaan yang dirasakan (perceived usefulness/PU) dan kemudahan penggunaan yang dirasakan (perceived ease of use/PEU) yang merupakan determinan penting dalam perilaku penggunaan TI. Tujuan utama TAM menurut Davis (1989) adalah untuk memberikan dasar penelusuran pengaruh aspek perilaku individu berupa persepsi, sikap dan minat dalam penggunaan sistem. TAM dianggap sebagai model penelitian perilaku yang paling luas digunakan dalam adopsi sistem informasi. Lee et al., (2003) dalam Hermana (2005) menjelaskan bahwa dalam Model tersebut dapat menjelaskan faktor-faktor internal pemakai dan menjadi determinan penggunaan teknologi diantaranya adalah TAM. Model ini menganggap dua keyakinan individual yaitu kegunaan yang dirasakan (perceived usefulness/PU) dan kemudahan penggunaan yang dirasakan (perceived ease of use/PEU) yang merupakan determinan penting dalam perilaku penggunaan TI. Tujuan utama TAM menurut Davis (1989) adalah untuk memberikan dasar penelusuran pengaruh aspek perilaku individu berupa persepsi, sikap dan minat dalam penggunaan sistem. TAM dianggap sebagai model penelitian perilaku yang paling luas digunakan dalam adopsi sistem informasi. Lee et al., (2003) dalam Hermana (2005) menjelaskan bahwa dalam

Hasil pengujian TAM oleh Davis (1989) memberikan dasar pengukuran dan bukti empiris bahwa perceived usefulness dan perceived ease of use mempunyai

korelasi yang signifikan dengan penggunaan sistem informasi. Kekuatan hubungan usefulness relatif lebih besar dibandingkan dengan ease of use terhadap penggunaan sistem informasi. Temuan Adams, Nelson, dan Todd (1992) memperkuat temuan Davis (1989) bahwa usefulness dan ease of use mempunyai korelasi yang signifikan dengan penggunaan beberapa jenis sistem informasi dengan memperluas penggunaan beberapa jenis sistem informasi yang banyak digunakan oleh para pengguna di pasaran. Temuan lain menyatakan usefulness mempunyai hubungan lebih kuat dengan pemakaian dibandingkan ease of use. Variabel ease of use ternyata memberi tekanan sebagai fungsi biaya yang tidak terakomodir dalam pengujian (Davis 1989). Ditambahkan pula oleh Davis et al. (1989) bahwa ease of use mungkin mempunyai pengaruh terhadap keputusan awal.

Dari hasil penelitian Horton et al. (2001) dalam Lu et al. (2003) menemukan bahwa kegunaan dan kemudahan yang dirasakan, signifikan untuk menjelaskan sikap terhadap penggunaan (attitude toward use), minat menggunakan sistem (intention to use ), pemakaian sistem dilaporkan (self-report usage) dan pemakaian sistem yang diprediksi (self predicted report). Penelitian Ndubisi dan Jantan (2003) serta Spacey (2004) juga menemukan pentingnya kedua variabel dalam menentukan penggunaan sistem informasi. Chau (1996) dalam Lu et al. (2003) memodifikasi TAM untuk Dari hasil penelitian Horton et al. (2001) dalam Lu et al. (2003) menemukan bahwa kegunaan dan kemudahan yang dirasakan, signifikan untuk menjelaskan sikap terhadap penggunaan (attitude toward use), minat menggunakan sistem (intention to use ), pemakaian sistem dilaporkan (self-report usage) dan pemakaian sistem yang diprediksi (self predicted report). Penelitian Ndubisi dan Jantan (2003) serta Spacey (2004) juga menemukan pentingnya kedua variabel dalam menentukan penggunaan sistem informasi. Chau (1996) dalam Lu et al. (2003) memodifikasi TAM untuk

dirasakan dari pada kemudahan penggunaan yang dirasakan (perceived ease to use). Pada organisasi yang memanfaatkan ERP, hasil penelitian Ramayah dan Lo (2007) menunjukan bahwa end user lebih menyukai perceived ease of use dibandingkan perceived usefulness . Artinya kedua variabel mempunyai pengaruh dalam penentuan penggunaan sisetm informasi suatu lingkungan sistem informasi tersebut diterapkan

Pengembangan model dengan memasukan variabel baru dan pengujian penerapan TAM dilakukan peneliti lain. Pengaruh variabel eksternal suatu culture dimasukan dalam penelitian Straub (1994) dalam Hartono (2007) maupun Bandyopadhpay dan Fraccascoro (2007), hasilnya menunjukan budaya sebuah negara secara signifikan berpengaruh terhadap minat pemakai sistem informasi. Studi Kripanont (2007) menunjukan bahwa persepsi manfaat (usefulness), persepsi kemudahan penggunaan (ease of use) dan kemampuan diri (self efficacy) secara signifikan menentukan perilaku pembelajaran sedangkan persepsi manfaat dan persepsi kemudahan penggunaan menentukan perilaku tugas lainnya. Banyak kelebihan dalam TAM dibandingkan model penerimaan teknologi yang lain, meski TAM belum membantu untuk memahami dan menjelaskan cara user menerima sistem informasi (Venkatesh, 1999). Penelitian Straub et al. (1995) juga mempertanyakan variabel intention guna memprediksi perilaku aktual pemakai sistem (Ndubisi dan Kahraman, 2005). Namun walaupun demikian, TAM Pengembangan model dengan memasukan variabel baru dan pengujian penerapan TAM dilakukan peneliti lain. Pengaruh variabel eksternal suatu culture dimasukan dalam penelitian Straub (1994) dalam Hartono (2007) maupun Bandyopadhpay dan Fraccascoro (2007), hasilnya menunjukan budaya sebuah negara secara signifikan berpengaruh terhadap minat pemakai sistem informasi. Studi Kripanont (2007) menunjukan bahwa persepsi manfaat (usefulness), persepsi kemudahan penggunaan (ease of use) dan kemampuan diri (self efficacy) secara signifikan menentukan perilaku pembelajaran sedangkan persepsi manfaat dan persepsi kemudahan penggunaan menentukan perilaku tugas lainnya. Banyak kelebihan dalam TAM dibandingkan model penerimaan teknologi yang lain, meski TAM belum membantu untuk memahami dan menjelaskan cara user menerima sistem informasi (Venkatesh, 1999). Penelitian Straub et al. (1995) juga mempertanyakan variabel intention guna memprediksi perilaku aktual pemakai sistem (Ndubisi dan Kahraman, 2005). Namun walaupun demikian, TAM

Berdasar hasil kajian sebelumnya, perceived usefulnes dan perceived ease of use diindikasikan sebagai konstruksi penting dan mendasar serta mempengaruhi penggunaan sistem informasi meskipun bukan sebagai variabel penentu satu-satunya yang menjelaskan perilaku pengguna. Oleh karena penelitian tentang pengaruh perceived usefulness dan perceived ease of use digunakan sebagai determinan utama pendekatan TAM dalam penggunaan sistem informasi terutama di sektor pemerintahan daerah di Indonesia masih sedikit dilakukan. Implementasi sistem pada Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta sudah menggunakan software Simda (Sisten Manajemen Daerah) dengan menggunakan teknologi computer khususnya pengadaan barang, relatif masih baru dilaksanakan terkait dengan pemberlakuan peraturan pemerintah setempat..Oleh karena itu, penelitian dengan pendekatan TAM menarik dan perlu dilakukan untuk mengetahui penggunaan sistem informasi yang diwajibkan pada Pemerintah Yogyakarta sehingga diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan model pengembangan sistem informasi di daerah lain.

B. Perumusan Masalah

Penelitian sistem informasi dengan menggunakan pendekatan TAM terdahulu menunjukan bahwa model ini cukup sederhana dan baik dalam menjelaskan aspek

perilaku pemakai sistem informasi. Penelitian Davis et al. (1989); Adams et al. (1992); Barnet (2006) dan Kripanont (2007) menunjukan pengaruh perceived usefulness dan perceived ease of use signifikan dalam penggunaan sistem informasi.

Studi Venkatesh dan Davis (2000) menambahkan variabel proses sosial, diantaranya voluntariess (kesukarelaan) menghasilkan temuan bahwa variabel tersebut signifikan berpengaruh dalam penggunaan sistem informasi. Penelitian ini perlu dilakukan untuk memperluas penelitian sebelumnya dengan subjek pegawai sebagai user di bawah kondisi sistem informasi yang diwajibkan pada pemerintahan daerah di Indonesia. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah persepsi kemudahan dalam menggunakan (perceived ease of use) berpengaruh positif terhadap persepsi akan manfaat (perceived usefulness) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan barang?

2. Apakah persepsi kemudahan dalam menggunakan (perceived usefulness) terhadap sikap (attitude toward using) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan barang?

3. Apakah ada pengaruh kegunaan yang dirasakan (perceived usefulness) terhadap minat (behavioral intention) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan barang?

4. Apakah ada pengaruh kemudahan penggunaan yang dirasakan (perceived ease of use ) terhadap sikap (attitude toward using) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan barang?

5. Apakah ada pengaruh sikap (attitude toward using) terhadap minat (behavioral intention ) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan barang?

6. Apakah ada pengaruh kewajiban penggunaan (mandatory using) terhadap sikap (attitude toward using) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan barang?

7. Apakah ada pengaruh minat (behavioral intention) terhadap penggunaan aktual (actual usage) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan barang?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian adalah berikut :

1. Mengungkap pengaruh kemudahan penggunaan yang dirasakan (perceived ease of use ) terhadap kegunaan yang dirasakan (perceived usefulness) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan barang;

2. Mengungkap pengaruh kegunaan yang dirasakan (perceived usefulness) terhadap sikap (attitude toward using) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan barang;

3. Mengungkap pengaruh kegunaan yang dirasakan (perceived usefulness) terhadap minat (behavioral intention) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan barang;

4. Mengungkap pengaruh kemudahan penggunaan yang dirasakan (perceived ease of use ) terhadap sikap (attitude toward using) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan barang;

5. Mengungkap pengaruh sikap (attitude toward using) terhadap minat (behavioral intention ) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan barang;

6. Mengungkap pengaruh kewajiban penggunaan (mandatory using) terhadap sikap (attitude toward using) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan barang;

7. Untuk menguji secara empiris pengaruh kemudahan penggunaan yang dirasakan (perceived ease of use) terhadap sikap (attitude toward using) dalam penggunaan

sistem informasi pengadaan barang.

D. Manfaat Penelitian

Bertolak dari tujuan penelitian yang hendak dicapai maka manfaat yang diharapkan adalah berikut ini.

1. Memberikan bukti empiris pengaruh kemudahan penggunaan yang dirasakan (perceived ease of use) terhadap kegunaan yang dirasakan (perceived usefulness) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan barang.

2. Memberikan bukti empiris pengaruh kegunaan yang dirasakan (perceived usefulness ) terhadap sikap (attitude toward using) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan barang.

3. Memberikan bukti empiris pengaruh kegunaan yang dirasakan (perceived usefulness ) terhadap minat (behavioral intention) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan barang.

4. Memberikan bukti empiris pengaruh kemudahan penggunaan yang dirasakan (perceived ease of use ) terhadap sikap (attitude toward using) dalam penggunaan

sistem informasi pengadaan barang.

5. Memberikan bukti empiris pengaruh sikap (attitude toward using) terhadap minat (behavioral intention) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan barang.

6. Memberikan bukti empiris pengaruh kewajiban penggunaan (mandatory using) terhadap sikap (attitude toward using) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan barang.

7. Memberikan bukti empiris pengaruh kemudahan penggunaan yang dirasakan (perceived ease of use ) terhadap sikap (attitude toward using) dalam penggunaan sistem informasi pengadaan barang, sehingga dapat bermanfaat dalam penganggaran pengadaan barang yang mempunyai sistem informasi pengadaan barang berbasis komputer. Bagi peneliti lain adalah dapat menjadi salah satu temuan model TAM pada organisasi sektor publik dalam kondisi penggunaan yang diwajibkan sehingga berguna bagi pengembangan penelitian lanjutan.

E. Batasan Penelitian

Batasan penelitian dari studi ini adalah Simda Pengadaan Barang. Alasan pemilihan obyek studi adalah didasarkan pada pertimbangan bahwa sebenarnya

Simda Pengadaan Barang telah diadopsi oleh DPPKA di Kota Yogyakarta dan DPPKAD setiap kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, maka dari itu diperlukan penelitian lebih lanjut tetang bagaimana penerapan Simda Pengadaan Barang tersebut dapat berjalan, apakah tingkat keefektifan sudah berjalan sebagaimana mestinya atau adanya kendala-kendala yang dihadapi dalam mengadopsinya.

F. Sistematika Penulisan Peneiitian Sistematika penulisan dalam penelitian ini meliputi :

1. Bab I, Merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika pembahasan dalam penelitian ini.

2. Bab II, Merupakan tinjauan pustaka dan pengembangan hipotesis yang berisi teori, konsep dan penelitian sebelumnya yang relevan dengan hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini.

3. Bab III, Merupakan metode penelitian yang berisi mengenai sumber dan jenis data yang akan digunakan, definisi dan pengukuran variabel yang diperlukan dalam penelitian ini dan metode analisis data.

4. Bab IV, Merupakan hasil dan analisis data yang akan menguraikan berbagai perhitungan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini.

5. Bab V, Merupakan kesimpulan, keterbatasan dan saran dari analisis yang telah dilakukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

2.1 Technology Acceptance Model (TAM)

Salah satu ukuran kesuksesan implementasi adalah tingkat pencapaian yang diharapkan dari pengguna TI. Pengguna sistem mencerminkan penerimaan teknologi oleh penggunanya (Venkatesh, 1999 dalam Shih, 2004). Technology Acceptance Model (TAM) telah menjadi dasar bagi penelitian di masa lalu dalam sistem informasi yang berhubungan dengan perilaku, niat dan pengguna teknologi informasi (Adam et. al., 1992, Davis et. al., 1989, Defend dan Straub, 1997, Amoako-Gyampah dan Salam, 2004 dalam Shih, 2004).

Dalam konsep TAM, manfaat dan kemudahan penggunaan teknologi yang dirasakan adalah prediktor dari sikap pengguna terhadap penggunaan teknologi, niat perilaku berikutnya dan penggunaan aktual. Persepsi kemudahan dalam menggunakan juga dinilai untuk mempengaruhi kegunaan teknologi. Gambar 1 menyajikan versi original dari TAM (Davis et. al., 1989 dalam Masrom, 2006).

TAM berfokus pada sikap terhadap penggunaan teknologi informasi, sehingga pengguna diukur berdasarkan persepsi akan manfaat dan kemudahan dalam menggunakan teknologi informasi. Sasaran dari TAM adalah untuk menyediakan sebuah penjelasan dari faktor-faktor penentu penerimaan komputer yang umum. TAM kurang umum dibandingkan dengan TRA (Theory of Reasoned Action).

TAM didesain hanya untuk perilaku penggunaan komputer, namun karena menggabungkan berbagai temuan yang diakumulasi dari riset-riset dalam beberapa dekade, maka TAM sesuai sebagai modelling penerimaan komputer.

Gambar 1. Technology Acceptance Model (TAM) Original. Sumber : Davis et. al. (1989) dalam Masrom (2006)

Tujuan inti dari TAM adalah untuk menyediakan sebuah gambaran yang mendasari pengaruh faktor-faktor ekstenal terhadap kepercayaan (belief) internal, sikap dan tujuan. TAM diformulasikan dalam usaha untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut dengan mengidentifikasi variabel-variabel yang mendasar seperti yang disarankan oleh riset-riset sebelumnya yang menyalurkan faktor kognitif dan afektif dari penerimaan komputer dan menggunakan TRA sebagai dasar teoritis untuk model

Persepsi akan manfaat (PU)

Persepsi kemudahan dalam menggunakan ( PEU)

Sikap dalam penggunaan (ATU)

Minat untuk menggunakan (BI)

Variabel ekternal

Penggunaan Senyatanya (AU)

hubungan teoritis diantara variabel-variabel tersebut. TRA digunakan sebagai dasar teoritis untuk menentukan hubungan sebab akibat antara dua kunci belief, yaitu (1) perasaan kegunaan dan (2) perasaan kemudahan dari penggunaan terhadap sikap user dan tujuan perilaku adopsi komputer sesungguhnya. Kedua kunci belief tersebut relevan untuk perilaku penerimaan komputer (Kurniawan, 2008).

Perasaan kegunaan didefinisikan sebagai prospek kemungkinan subyektif user yang menggunakan sistem aplikasi khusus, yang akan meningkatkan kinerjanya dalam organisasi. Perasaan kemudahan dari penggunaan diartikan sebagai tingkat sasaran yang diharapkan user membebaskan diri dari serangkaian usaha-usaha

tertentu (Kurniawan, 2008).

Sama dengan TRA, TAM mempostulatkan bahwa penggunaan komputer ditentukan oleh tujuan perilaku, namun perbedaannya adalah bahwa tujuan perilaku ditinjau secara bersama-sama ditentukan oleh sikap individu terhadap penggunaan sistem dan perasaan kegunaan. Hubungan antara penggunaan sistem dan tujuan perilaku yang digambarkan dalam TAM menunjukkan secara tidak langsung bentuk- bentuk tujuan individu untuk melakukan tindakan yang positif. Hubungan antara perasaan kegunaan dan tujuan perilaku didasarkan pada ide bahwa dalam penyusunan organisasi, orang-orang membentuk tujuan-tujuan terhadap perilakunya yang diyakini akan meningkatkan kinerjanya. Hal ini karena kinerja yang meningkat merupakan instrumen untuk mencapai berbagai reward yang terletak di luar pekerjaan itu sendiri, seperti peningkatan gaji dan promosi (Vroom dalam Goodhue dan Thompson, 1995).

2.2 Kelebihan dan Kekurangan TAM

TAM banyak digunakan dalam penelitian penggunaan sistem informasi, menurut Hartono (2007) disebabkan adanya beberapa kelebihan berikut ini.

a. TAM merupakan model perilaku (behavior) yang dapat menjawab penyebab kegagalan atau keberhasilan penerapan sistem informasi, dengan memasukan faktor psikologis serta perilaku yaitu persepsi dan sikap yang mempengaruhi minat penggunaan sistem informasi di dalam modelnya.

b. TAM dibangun dengan dasar teori psikologi yang cukup kuat yaitu TRA.

c. TAM telah banyak diuji dengan penelitian dan sebagian besar hasilnya mendukung bahwa TAM merupakan model yang parsimoni (parsimonious) yaitu model yang sederhana tapi valid. Artinya, harus ada trade off antara model yang sederhana tapi banyak asumsi sehingga hanya beberapa faktor saja yang dimasukan. Tapi jika menginginkan mdoel yang lengkap maka banyak sekali faktor yang harus dimasukan dalam model sehingga mengurangi asumsi yang digunakan.

Di samping beberapa kelebihannya, TAM mempunyai beberapa kelemahan berikut ini.

a. TAM hanya memberikan informasi yang sangat umum saja tentang minat dan perilaku pemakai dalam penggunaan sistem informasi.

b. TAM tidak memasukan aspek kontrol perilaku (behavioral control) dalam modelnya yang membatasi minat perilaku seseorang.

c. Perilaku yang menjadi ukuran penggunaan sistem informasi seharusnya adalah pemakaian sesungguhnya (actual use) bukan self-reported atau self-

predictedusage yang belum tentu mencerminkan atau mengukur pemakaian yang sebenarnya.

d. Subjek penelitian yang digunakan umumnya adalah pegawai yang belum tentu menerapkan software tersebut dengan kerja sesugguhnya.

e. Kurang dapat menjelaskan sepenuhnya hubungan antar variabelnya (causation). Konsep TAM kemudian dikembangkan oleh beberapa peneliti lain dengan menambahkan variabel tambahan diantaranya faktor gender, kultur, karakteristik sistem, kesukarelaan (voluntariness). Venkatesh dan Davis (2000) mendefinisikan voluntariness sebagai sejauh mana pengadopsi potensial mempersiapkan keputusan adopsi sebagai sesuatu yang tidak wajib. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa kesukarelaan (voluntariness) memoderasi hubungan antara norma subjektif dengan minat untuk menggunakan sistem informasi. Di penelitian Sun dan Zhang 2003 (dalam Hartono 2007), kesukarelaan (voluntariness) memoderasi hubungan antara minat dengan perilaku penggunaan. Minat perilaku bervariasi antara pemakaian sistem karena diwajibkan dan atas dasar kesukarelaan.

Kualitas sistem manajemen dan informasi dalam penggunaan akan mempengaruhi perilaku individu. Sistem kualitas yang baik dapat mempengaruhi Kualitas sistem manajemen dan informasi dalam penggunaan akan mempengaruhi perilaku individu. Sistem kualitas yang baik dapat mempengaruhi

Pemakaian sistem di organisasi dapat bersifat sukarela (voluntary) atau bersikap wajib (mandatory) khususnya di organisasi pemerintahan. Karena

pemakaian sifatnya wajib maka semua pemakai harus menggunakan sistem informasi tersebut. Penelitian Hartwick dan Barki 1994 (dalam Hartono 2007) menunjukan bahwa pada kondisi pemakaian wajib, sikap tentang penggunaan sistem (attitude concerning system use ) ditentukan oleh sikap terhadap sistem (attitude toward system ). Hal ini berarti pemakai yang mempunyai persepsi bahwa sistemnya baik maka akan bersikap positif dalam penggunaan sistem informasi. Penelitian Syarip dan Sensuse (2008) menyatakan bahwa model TAM dapat digunakan sebagai model penerimaan teknologi di suatu organisasi pemerintah.

Sistem Informasi Pengadaan Barang telah diberlakukannya Peraturan Presiden No. 54 tahun 2010 tentang pengadaan barang, mengandung semangat pelaksanaan otonomi daerah, dimana daerah diberikan kewenangan untuk merencanakan dan melaksanakan anggaran pengadaan barang pada daerahnya masing-masing sesuai dengan apa yang dikehendaki. Otonomi daerah mengakibatkan terjadinya pergeseran pertanggungjawaban pemerintah daerah dari pertanggungjawaban ke pemerintahan yang lebih tinggi atau ke pemerintah pusat secara vertikal menjadi pertanggungjawaban secara horizontal kepada masyarakat di daerah yang diwakili oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), termasuk pertanggungjawaban pengadaan barang yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Distribusi kewenangan dan kekuasaan disesuaikan dengan kewenangan pemerintah pusat dan daerah termasuk kewenangan pengadaan barang menuntut kemandirian sistem manajemen di daerah tersebut. Pemerintah daerah selaku pengelola dana publik yang digunakan untuk menganggarkan suatu barang dituntut mampu menyediakan sistem informasi keuangan yang diperlukan secara akurat, relevan dan dapat dipertanggungjawabkan.

Implementasi sistem informasi pengadaan barang di Pemerintah Kota Yogyakarta sebelum menggunakan software SIMDA pengadaan barang masih menerapkan sistem pencatatan dan pengadaan barang secara manual atau memakai perangkat komputer, baik perangkat lunak (software) maupun perangkat keras. Pelaksanaannya terbatas sebagai alat bantu pemrosesan data, pada taraf sederhana dan belum berbasis Teknologi Informasi (TI) yang terintegrasi. Masih sedikit para pegawai yang benar-benar mengetahui dalam penggunaan software tersebut yang telah diprogramkan oleh pemerintah.

2.3 Konstruksi Technology Acceptance Model (TAM)

Terdapat lima konstruk utama yang membentuk TAM, kelima konstruksi tersebut adalah sebagai berikut:

2.3.1 Persepsi Akan Manfaat (Perceived Usefulness)

Jogiyanto (2007) mendefinisikan persepsi akan manfaat (perceived usefulness ) sebagai sejauhmana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerja pekerjaannya. Thompson et. al. (1991)

menyimpulkan kemanfaatan teknologi informasi merupakan manfaat yang diharapkan oleh pengguna teknologi informasi dalam melaksanakan tugas. Thompson et. al. (1991) juga menyebutkan bahwa individu akan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi jika orang tersebut mengetahui manfaat atau kegunaan

(usefulness) positif atas penggunaanya. Pengukuran konstruksi kegunaan (usefulness)

menurut Davis et. al. (1986) terdiri dari (1) menjadikan pekerjaan lebih cepat (work more quickly) , (2) bermanfaat (useful), (3) menambah produktifitas (increase productivity) , (4) mempertinggi efektifitas (enchance efectiveness) dan (5) mengembangkan kinerja pekerjaan (improve job performance).

2.3.2 Persepsi Kemudahan dalam Meggunakan (Perceived Ease of Use)

Kemudahan penggunaan (ease of use) didefinisikan sebagai sejauhmana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan bebas dari usaha (Jogiyanto, 2007). Suatu sistem informasi dapat dikatakan berkualitas jika sistem tersebut dirancang untuk memenuhi kepuasan pengguna melalui kemudahan dalam menggunakan sistem informasi tersebut. Davis et. al. (1989) mengungkapkan kemudahan adalah tingkatan seseorang percaya bahwa pengunaan suatu sistem tertentu dapat k orang tesebut bebas dari usaha (free of effort). Bebas dari usaha yang dimaksudkan adalah bahwa saat seseorang menggunakan sistem, ia hanya

memerlukan sedikit waktu untuk mempelajari sistem tersebut karena sistem tersebut sederhana, tidak rumit dan mudah dipahami. Kemudahan penggunaan dalam konteks ini bukan saja kemudahan untuk mempelajari dan menggunakan suatu sistem tetapi juga mengacu pada kemudahan dalam melakukan suatu pekerjaan atau tugas sehingga penggunaan suatu sistem akan semakin memudahkan seseorang dalam bekerja dibanding mengerjakan secara manual. Pengguna sistem informasi mempercayai bahwa sistem informasi yang lebih fleksibel, mudah dipahami dan mudah pengoperasiannya sebagai karakteristik persepsi kemudahan dalam menggunakan.

2.3.3 Sikap Dalam Penggunaan (Attitude Toward Behaviour)

Sikap dalam penggunaan (attitude toward behaviour) didefinisikan oleh Davis et. al. (1989) sebagai perasaan positif atau negatif seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan ditentukan. Sama halnya definisi sikap dalam penggunaan menurut Aaker dan Myers (1997), yaitu sikap suka atau tidak suka terhadap penggunaan suatu produk. Sikap suka atau tidak suka terhadap suatu produk ini dapat digunakan untuk memprediksi perilaku niat seseorang untuk menggunakan suatu produk atau tidak menggunakannya. Sikap dalam penggunaan teknologi (attitude toward using technology) , didefinisikan sebagai evaluasi dari pengguna tentang ketertarikannya dalam menggunakan teknologi (Arif Hermawan, 2008 dalam Suseno, 2009).

2.3.4 Minat Untuk Menggunakan (Behavioral Intention to Use)

Behavioral intention to use adalah kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan suatu teknologi (Davis et. al., 1989). Tingkat penggunaan sebuah

teknologi komputer pada seseorang dapat diprediksi dari sikap perhatian pengguna terhadap teknologi tersebut, misalnya keinginan menambah peripheral pendukung,

motivasi untuk tetap menggunakan, serta keinginan untuk memotivasi pengguna lain. Arief Hermawan (2008 dalam Suseno, 2009) mendefinisikan minat perilaku menggunakan teknologi (behavioral intention to use) sebagai minat (keinginan) seseorang untuk melakukan perilaku tertentu.

2.3.5 Penggunaan Senyatanya (Actual Use)

Penggunaan senyatanya (actual system usage) adalah kondisi nyata penggunaan sistem (Davis et. al., 1989). Seseorang akan puas menggunakan sistem jika mereka meyakini bahwa sistem tersebut mudah digunakan dan akan meningkatkan produktifitas mereka, yang tercermin dari kondisi nyata penggunaan (Tangke, 2004). Bentuk pengukuran penggunaan senyatanya (actual system usage) adalah frekuensi dan durasi waktu penggunaan terhadap teknologi. Penggunaan teknologi sesungguhnya (actual technology use), diukur dengan jumlah waktu yang digunakan untuk berinteraksi dengan teknologi dan frekuensi penggunaan teknologi tersebut.

2.3.6 Kewajiban dalam penggunaan (Mandatory Using)

Kewajiban dalam penggunaan (Mandatory Using) adalah suatu kondisi dimana lingkungan penggunaan wajib menggunakan, lebih spesifiknya yaitu "pengguna diwajibkan untuk menggunakan teknologi tertentu atau sistem memerintahkan untuk menjaga dan melakukan pekerjaan mereka "(Brown, Massey, Montoya-Weiss, & Burkman, 2002, p.283). Pengguna harus menggunakan sistem, terlepas dari apakah ia bermaksud untuk menggunakannya. Penggunaan wajib dianggap sebagai kemungkinan penyebab untuk temuan campuran dalam studi TAM (Hartwick &nBarki, 1994; Mathieson, 1991; Taylor & Todd, 1995; Venkatesh & Davis, 2000).

2.4 Kerangka Penelitian

Dari sekian banyak teori yang menjelaskan mengenai penerimaan para pengguna terhadap penerapan teknologi, khususnya teknologi informasi, TAM adalah teori yang paling populer dan paling sering dipakai oleh para peneliti. TAM terbukti secara konsisten dapat menjelaskan faktor yang mempengaruhi penerimaan pengguna teknologi (Vankatesh dan Davis, 2000).

Sejak diperkenalkan oleh Davis pada tahun 1989 sampai dengan tahun 2000, tercatat 424 jurnal telah mengacu teori TAM, dari dua jurnal yang telah diterbitkan oleh Davis (Vankatesh dan Davis, 2000). TAM adalah model yang dikembangkan oleh Davis dalam penelitiannya mengenai perilaku pengguna sistem informasi. Davis mengungkapkan bahwa hasil yang diinginkan dari penggunaan sistem informasi, tidak akan maksimal, atau bahkan mungkin tidak akan tercapai, karena adanya Sejak diperkenalkan oleh Davis pada tahun 1989 sampai dengan tahun 2000, tercatat 424 jurnal telah mengacu teori TAM, dari dua jurnal yang telah diterbitkan oleh Davis (Vankatesh dan Davis, 2000). TAM adalah model yang dikembangkan oleh Davis dalam penelitiannya mengenai perilaku pengguna sistem informasi. Davis mengungkapkan bahwa hasil yang diinginkan dari penggunaan sistem informasi, tidak akan maksimal, atau bahkan mungkin tidak akan tercapai, karena adanya

Menurut Davis, kedua variabel ini secara bersama-sama berpengaruh terhadap keinginan menggunakan dan kemudian akan mempengaruhi penggunaan sistem tersebut (Davis et. al., 1989). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Davis, terbukti secara signifikan bahwa kedua variabel tersebut memang mempengaruhi keinginan dari pengguna. Hal ini juga didukung oleh beberapa penelitian lain yang menggunakan model TAM sebagai rujukannya. Salah satunya Arami et. al. (2004) yang meneliti penerimaan pengguna kartu mahasiswa elektronik serbaguna di Universitas Viena, Austria.

Menurut Masrom (2006), dalam model TAM, perceived usefullness mengacu pada sejauh mana pengguna yakin bahwa menggunakan teknologi akan meningkatkan kinerjanya, sementara percieved ease of use mengacu pada seberapa mudah ia merasakan menggunakan teknologi. Keduanya dianggap faktor berbeda yang mempengaruhi sikap pengguna terhadap penggunaan teknologi, meskipun persepsi kemudahan dalam menggunakan juga diduga mempengaruhi kegunaan yang dirasakan dan sikap dalam menggunakan teknologi. Akhirnya, sikap dalam menggunakan teknologi menentukan niat perilaku menggunakan teknologi itu.

Penelitian ini menggunakan model TAM yang digunakan oleh Masrom (2006) sebagaimana gambar berikut:

H4

H1 H5

Gambar 2. Kerangka Penelitian Sumber: Masrom (2006)

2.5 Hipotesis

Persepsi akan manfaat (perceived usefullness)

Persepsi kemudahan dalam menggunakan (percieved ease of use)

Sikap dalam penggunaan (Attitude toward using)

Minat untuk menggunakan (Behavioral Intention to Use )

Penggunaan Aktual (Actual Usage )

H3

H7

Kewajiban Penggunaan (Mandatory Using)

H6

H2

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini mepunyai landasan dari penelitian Suhendro (2009) yang memiliki tujuh hipotesis. Hipotesis ini diperkuat dengan hasil penelitan TAM sebelumnya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah : H1: Persepsi kemudahan dalam menggunakan (PEU) SIMDA pengadaan barang

berpengaruh terhadap persepsi akan manfaat (PU) SIMDA pengadaan barang . Sikap user sistem informasi ditentukan oleh kegunaan yang dirasakan

(perceived usefulness). Jika user merasakan manfaat yang besar untuk mendukung pekerjaannya, maka pemakai akan bersikap menerima penggunaan sistem informasi tersebut. Hasil penelitian mengenai perceived usefulness sebelumnya dilakukan untuk membuktikan hubungan yang signifikan variabel kegunaan yang dirasakan (perceived usefulness) terhadap sikap penggunaan sistem informasi (self-reported usage) (Davis 1986; Horton et al. 2001 dalam Lu et al. 2003; Spacey et al. 2004). Hasil penelitian Barnet et al. 2006) agak berbeda yang menunjukan variabel kegunaan yang dirasakan (perceived usefulness) relatif lemah untuk menjadi predictor objectif usage. Dalam penelitan Suhendro (2009) terdapat hubungan positif PU terhadap PEU.

H2: Persepsi kemudahan dalam menggunakan (PEU) SIMDA pengadaan barang berpengaruh terhadap sikap dalam penggunaan (ATU) SIMDA pengadaan barang.

User akan mempunyai minat untuk terus menggunakan sistem informasi jika secara langsung merasakan adanya manfaat yang akan diterimanya. Jika tidak bermanfaat maka orang cenderung tidak berminat untuk menggunakan sistem User akan mempunyai minat untuk terus menggunakan sistem informasi jika secara langsung merasakan adanya manfaat yang akan diterimanya. Jika tidak bermanfaat maka orang cenderung tidak berminat untuk menggunakan sistem

H3: Persepsi akan manfaat (PU) SIMDA pengadaan barang berpengaruh terhadap sikap dalam penggunaan (ATU) SIMDA pengadaan barang. Jika user merasakan penggunaan sistem informasi relatif mudah untuk

mendukung kinerjanya maka user tersebut akan bersikap positif (menerima) penggunaan sistem informasi. Hasil penelitian tentang perceived ease of use sebelumnya dilakukan menunjukan adanya hubungan yang signifikan variabel kemudahan penggunaan yang dirasakan terhadap penggunaan sistem informasi (Davis 1986; Adams et al. 1992; Davis et al. 1993; Ndubisi dan Jantan 2003; Horton et al. 2001 dalam Lu et al. 2003; Spacey et al. 2004; Ramayah dan Lo 2007). Meskipun hasil penelitian Chau (1996) dan Hu et al. (1999) dalam Lu et al (2003) pengaruh perceived ease of use terhadap minat tidak signifikan. Begitu juga dalam penelitian Suhendro (2009), hasil penelitian tersebut PU tidak mempunyai hubungan positif terhadap ATU.

H4: Persepsi akan manfaat (PU) SIMDA pengadaan barang berpengaruh positif

terhadap keinginan untuk menggunakan (BI) SIMDA pengadaan barang.

Apabila user sudah mempunyai minat yang kuat maka akan direalisasikan menjadi bentuk perilaku penggunaan. Hasil penelitian tentang aspek attitude towards behavior (sikap terhadap perilaku) sebelumnya telah menunjukan sikap berhubungan (positif) dalam penggunaan sesungguhnya sistem (Davis 1989; Adams et al. 1992; Chau dan Hu 2001; Agarwal and Prasad 1998; Horton et al. 2001 dan Hu et al. 1999 dalam Lu et al. 2003); Spacey et al. 2004). Dalam penelitian Suhendro (2009) PU berpengaruh terhadap BI.

H5: Sikap dalam penggunaan (ATU) SIMDA pengadaan barang berpengaruh

terhadap keinginan untuk menggunakan (BI) SIMDA pengadaan barang. Sikap menerima atau menolak suatu penggunaan sistem informasi dipengaruhi

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT(NUMBERED HEADS TOGETHER) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS XI IPA 3 TAHUN PELAJARAN 20112012 (Penelitian Tindakan Kelas di SMA Negeri 8 Surakarta)

1 2 86

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN

0 0 86

RESOLUSI KONFLIK BERBASIS COMMUNITY GOVERNANCE (Studi Deskriptif Kualitatif di Kawasan Pasar Klewer Kota Surakarta)

0 0 167

MODEL OPTIMISASI MULTI-OBJEKTIF PERANCANGAN PEGAS ULIR TEKAN PADA PRODUK LOCK CASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

0 0 71

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 1 81

MANAJEMEN PRABENCANA MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SIAGA BENCANA BERBASIS KOMUNITAS DI KABUPATEN SLEMAN

0 1 164

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DAN STATUS PEREKONOMIAN DI KABUPATEN KLATEN BERBASIS DATA KECAMATAN TAHUN 2007 – 2011

0 0 16

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA SISWA KELAS XI SMA 3 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 1 13

TUGAS AKHIR TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES RELOKASI DARI PUCANGSAWIT KE NGEMPLAK SUTAN

0 0 13

TRANSFORMASI HUJAN – DEBIT DAERAH ALIRAN SUNGAI BENDUNG SINGOMERTO BERDASARKAN MOCK, NRECA, TANK MODEL DAN RAINRUN HALAMAN JUDUL - Transformasi Hujan – Debit Daerah Aliran Sungai Bendung Singomerto Berdasarkan Mock, Nreca, Tank Model Dan Rainrun

2 9 100