Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: "Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sedadi Penawangan Grobogan Semester II Tahun 2013/2014 "

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Pra Siklus

  Berdasarkan hasil penelitian siswa kelas IV SD Negeri 1 Sedadi Penawangan Grobogan pada semester II tahun 2013/2014, pembelajaran IPA yang dilaksanakan masih bersifat konvensional.

  Desain pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe NHT belum pernah dirancang. Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan proses pembelajaran yang menekankan pada proses kerja sama antara peserta didik dengan peserta didik, antara peserta didik dengan gurunya, dan antara peserta didik dengan lingkungannya. Pembelajaran kooperatif tipe NHT terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar dengan langkah-langkah pembelajaran membentuk kelompok yang terdiri dari 5 siswa, masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor, siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban timnya (diskusi), siswa dipanggil nomornya secara acak. mempresentasikan hasil jawaban sesuai dengan nomor yang ditunjuk secara acak dan bergantian. Aktivitas siswa yang ada di kelas IV siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan kemudian siswa mencatat, mengerjakan soal latihan. Aktifitas siswa dengan berbagi pengalaman kepada teman, serta menyampaikam pendapat terhadap cerita teman dan sharing dalam diskusi kelompok masih kurang dilakukan. Hal itu dikarenakan guru tidak pernah membuat RPP dalam merancang pembelajaran yang akan dilakukan, sehingga pembelajaran yang dilakukan guru tidak terencana.

  Dalam pembelajaran perlu adanya pengukuran untuk melihat apakah pembelajaran sudah dikuasai siswa atau belum. Pengukuran tersebut masih Hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh dari pengukuran baik tes maupun non tes yang dijadikan acuan untuk mengetahui apakah siswa sudah mencapai tingkat kelulusan yang ditentukan. Hasil belajar yang ada di kelas IV SD Negeri 1 Sedadi Penawangan Grobogan diperoleh dari tes saja baik itu ulangan harian, tes tengah semester, dan tes akhir semester. Untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar maka digunakan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yakni

  ≥ 75. Distribusi hasil belajar pada pra siklus secara rinci dapat disajikan dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi Hasil Belajar IPA Pada Pra Siklus

  Skor Frekuensi Persentase (%) 35-44 33 91,67 45-54 3 8,33

  Jumlah 36 100 Sumber: Data Primer

Tabel 4.1 tentang distribusi hasil belajar IPA pada pra siklus nampak bahwa skor maksimal yang dicapai oleh siswa yaitu 46 berada antara skor 45-54.

  Sedangkan skor minimal dicapai oleh siswa yaitu 35 berada antara skor 35-44 dengan skor rata-rata 37,75. Siswa yang memperoleh skor pada interval antara 35- 44 ada 33 siswa atau 91,67%. Siswa yang memperoleh skor pada interval antara 45-54 ada 3 siswa atau 8,33%. Distribuisi skor hasil belajar IPA pada Pra Siklus juga dapat disajikan lebih jelas dengan menggunakan grafik batang di bawah ini melalui gambar 4.1.

  Sumber: Data Primer

Gambar 4.1 Grafik Batang Distribusi Hasil Belajar IPA Pra SiklusGambar 4.1 tentang grafik batang distribusi hasil belajar berdasarkan pengemlompokkan skor pra siklus nampak bahwa batang tertinggi diperoleh

  siswa sebanyak 33 dari 36 siswa yaitu sebesar 91,67% pada interval skor 35-44. Sedangkan batang yang terendah jumlahnya diperoleh siswa sebanyak 3 dari 36 siswa yaitu sebesar 8,33% pada interval skor 45-54. Dari gambar 4.1 tersebut nampak bahwa ketuntasan belajar tidak tercapai pada seorang siswa atau siswa yang tidak tuntas mencapai 100% yakni 36 siswa. Hal itu didukung oleh skor maksimal yang diperoleh siswa sebesar 46 dan skor minimalnya sebesar 35 dengan skor rata-rata 37,75.

4.1.2 Siklus 1

1. Tahap Perencanaan

  Dalam tahap perencanaan tindakan siklus I di kelas IV SDN 1 Sedadi Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan. RPP dirancang untuk 2 kali pertemuan.

  Perangkat pembelajaran yang disusun dalam RPP ini meliputi lembar pembelajaran yang akan dibagikan dengan judul jenis batuan dan pelapukan (lampiran 1), kisi-kisi penilaian (lampiran 7), butir soal evaluasi (lampiran 6), dan rubrik penilaian kinerja (lampiran 5). Media gambar batuan (lampiran 2), dan gambar pelapukan (lampiran 3).

2. Implementasi Tindakan dan Observasi

  Implementasi tindakan siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 5 dan 12 Mei 2014, melalui kegiatan pembelajaran yang terbagi dalam dua kali pertemuan yaitu:

  Pertemuan 1

  Kegiatan awal dalam pembelajaran ini, siswa mengucapkan selamat pagi kepada guru, kemudian guru mengajak siswa untuk berdoa sesuai keyakinan masing-masing, guru mengabsensi siswa, setelah itu siswa menyimak tujuan pembelajaran yang akan di capai. Serta langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

  Dalam kegiatan inti siswa membentuk kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 6 orang. Kemudian guru membagikan bacaan yang berisi materi pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran serta lembar kerja kelompok. Selanjutnya siswa diberi waktu membaca mandiri. Selanjutnya siswa menceritakan pengalamannya sesuai dengan perintah yang ada dalam lembar kerja kelompok yang berkaitan dengan batuan dengan teman sekelompoknya. Siswa menanggapi cerita teman sekelompoknya dengan memberikan pendapat. Pada saat itu pula guru melakukan penilaian proses dengan menggunakan rubrik penilaian kinerja siswa ketika siswa dapat menceritakan dan berpendapat. Dari hasil berbagi cerita dan saling berpendapat siswa dapat mengerjakan lembar kerja kelompok. Setelah selesai, per kelompok menyampaikan hasil diskusinya kepada kelompok lainnya (sharing).

  Saat mengakhiri pembelajaran siswa bersama guru bernyanyi judul lagu

“Jenis-jenis Batuan” untuk membuat kesimpulan hasil pembelajaran hari itu.

  Pertemuan 2

  Kegiatan awal siswa mengucapkan selamat pagi kepada guru, kemudian siswa bersama-sama dengan guru berdoa sesuai dengan keyakinan masing masing. Kemudian guru mulai bertanya jawab kepada siswa mengungkap materi yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya, setelah itu guru mulai memberikan penjelasan materi yang akan dipelajari kepada siswa. Siswa menyimak tujuan dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan saat ini.

  Kegiatan inti siswa duduk secara berkelompok sesuai dengan pertemuan sebelumnya. Kemudian siswa menceritakan sumber daya alam disekitar lingkungannya, siswa yang lain ada yang menanggapi dengan memberikan pendapatnya. Kemudian guru memberikan lembar kerja kelompok yang harus dikerjakan secara kelompok. Siswa mengerjakan tugasnya secara kelompok. Setelah itu secara bergantian setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya ke kelompok lain. Bersama guru, siswa menegaskan kembali tentang proses pelapukan dan contoh-contohnya.

  Pada kegiatan penutup siswa mengerjakan tes formatif. Untuk mengakhiri proses pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa menurut kepercayaan masing-masing.

  Dalam implementasi tindakan, secara bersamaan dilakukan observasi terhadap langkah-langkah model kooperatif tipe NHT. Observer yang menjadi pengamat jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir adalah peneliti. Lembar observasi implementasi tindakan model kooperatif tipe NHT terdri dari 23 butir. Dalam penelitian ini pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi yang mengacu pada kegiatan guru pada saat melakukan pembelajaran. Hasil observasi akan dianalisis untuk memantau sejauh mana pengaruh upaya tindakan perbaikan terhadap tujuan pembelajaran yang diinginkan.

  Berdasarkan pengamatan yang dilakukan observer, pengajar telah menerapkan model pembelajaran tipe NHT dengan baik. Hasil observasi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Lembar Observasi Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Siklus I

  No Uraian kegiatan guru dan siswa Pertemuan

  23 Apakah siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru sebagai proses penilaian pembelajaran? √ √

  22 Apakah guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya? √ √

  21 Apakah guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah (PR)? √ √

  20 Apakah guru memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik? √ √

  19 Apakah guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang berhasil? √ √

  18 Apakah guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing kelompok? √ √

  16 Apakah siswa di bimbing guru membuat rangkuman? √ √

  15 Apakah siswa dapat menemukan jawaban yang utuh? √ √

  14 Apakah kelompok yang lain menanggapi jawaban dari kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya? √ √

  13 Apakah siswa yang dipanggil nomornya maju kedepan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya? √ √

  12 Apakah guru memanggil salah satu nomor tertentu secara acak? √ √

  11 Apakah siswa meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban timnya? √ √

  10 Apakah siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu? √ √

  9 Apakah guru mengajukan pertanyaan berupa tugas atau LKS untuk dikerjakan di dalam kelompok? √ √

  

8 Apakah setiap anggota kelompok dibagikan nomor? √ √

  7 Apakah guru membagi siswa dalam kelompok dan beranggotakan 3-5 orang secara heterogen? √ √

  6 Apakah guru memberikan informasi tentang materi yang dipelajari? √ √

  5 Apakah guru menjelaskan tentang langkah-langkah pembelajaran NHT? √ √

  4 Apakah guru menyampaikan tujuan pembelajaran? √ √

  3 Apakah guru memotivasi siswa? √ √

  2 Apakah guru memberikan apersepsi? √ √

  

1 Apakah guru memberi salam pembuka dan doa? √ √

  2 Ya Ya

  1

17 Apakah siswa bersama guru melakukan refleksi? √ √

3. Refleksi

  kelas tentang hasil observasi implementasi tindakan. Sedangkan refleksi terhadap hasil belajar dilakukan berdasarkan hasil analisis statistik sederhana. Hasil di refleksi menunjukkan bahwa dalam pembelajaran pada siklus 1 dengan menggunakan model pembelajaran tipe NHT memiliki kelebihan sebagai berikut:

  1. Ada peningkatan ketrampilan guru dalam menerapkan pembelajaran dengan model kooperatif tipe NHT.

  2. Walaupun guru baru saja menerapkan pembelajaran IPA sudah nampak proses pembelajaran berjalan sesuai dengan RPP yang telah disiapkan.

  3. Siswa terlibat secara langsung dalam pembelajaran IPA yang menggunakan model kooperatif tipe NHT.

  4. Siswa nampak melakukan setiap aktifitas dalam pembelajaran tematik dengan model kooperatif tipe NHT..

  5. Siswa nampak antusias memperhatikan siswa yang sedang menyampaikan hasil diskusinya ke kelompok lain (sharing).

  Di sisi lain, melalui pembelajaran masyarakat belajar dalam NHT pada siklus 1 menunjukkan ada beberapa kelemahan yaitu:

  1. Dalam pembentukan kelompok memerlukan waktu yang agak lama, dan gaduh. Solusinya guru harus membantu proses pembentukan kelompok.

  2. Setiap siswa belum ingin menceritakan pengalamannya yang dimilikinya saat pelaksanaan model kooperatif tipe NHT, solusinya guru memberikan pancingan atau rangsangan kepada siswa.

  3. Setiap siswa belum ingin menanggapi cerita teman tersebut dengan memberikan pendapat, siswa banyak terdiam dan pasif, solusinya guru memberikan pancingan atau rangsangan kepada siswa.

  4. Pelaksanaan penilaian proses belum terlalu optimal, karena guru juga sibuk mendampingi pelaksanaan diskusi kelompok.

  Hasil belajar IPA siklus 1 secara rinci dapat disajikan melalui tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3 Distribusi Hasil Belajar IPA Siklus 1

  Skor Frekuensi Persentase (%) 65-74

  9

  25 75-84 22 61,11 5 13,89

  ≥85 Jumlah 36 100

  Sumber: Data Primer

Tabel 4.3 distribusi hasil belajar IPA pada siklus 1 nampak bahwa besarnya skor maksimal yang dicapai oleh siswa berada pada antara skor

  ≥85 yakni 87,5, sedangkan skor minimal yang dicapai oleh siswa berada pada antara skor 65-74 yakni 70, adapun skor rata-rata mencapai 77,70. Siswa yang memperoleh skor pada interval antara 65-74, ada 9 siswa atau sebesar 25%. Siswa yang memperoleh skor pada interval 75-84 ada 22 siswa atau 61,11%. Siswa yang memperoleh skor pada interval

  ≥85 ada 5 siswa atau sebesar 13,89%. Distribuisi hasil belajar pada siklus 1 secara rinci dapat disajikan lebih jelas dengan grafik batang di bawah ini melalui gambar 4.3.

  Sumber: Data Primer

Gambar 4.2 tentang grafik batang distribusi hasil belajar IPA pada siklus 1.

  Nampak bahwa batang tertinggi diperoleh siswa sebanyak 22 dari 36 siswa yaitu sebesar 61,11% pada antara skor 75-84. Sedangkan batang yang terendah diperoleh siswa sebanyak 5 dari 36 siswa (13,89%) pada interval skor ≥85.

  Hasil belajar juga dapat diketahui melalui besarnya ketuntasan belajar, untuk menentukan ketuntasan belajar ditentukan KKM se besar ≥ 75. Secara rinci distribusi ketuntasan IPA pada siklus 1 siswa kelas IV SD Negeri 1 Sedadi

  Penawangan Grobogan dapat disajaikan melalui tabel 4.4.

Tabel 4.4 Distribusi Ketuntasan Belajar IPA Siklus 1

  No Skor Kriteria Frekuensi Persentase (%)

  1 Tuntas

  27

  75 ≥ 75 2 < 75 Tidak tuntas

  9

  25 Jumlah 36 100 Sumber: Data Primer

Tabel 4.4 distribusi ketuntasan belajar IPA pada siklus 1, nampak bahwa pada siklus 1 terdapat 9 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar dengan

  KKM ≥75 atau sebesar 25% dan yang sudah tuntas dengan KKM ≥75 ada 27 siswa atau sebesar 75%. Ketuntasan belajar siswa juga dapat digambarkan dengan diagram lingkaran seperti disajikan melalui gambar 4.3.

  25% 75% Tuntas

  Sumber: Data Primer

Gambar 4.3 diagram lingkaran distribusi ketuntasan belajar IPA Siklus 1.

  Nampak bahwa ketidaktuntasan mencapai 25% ditunjukkan oleh warna merah dan ketuntasan mencapai 75% ditunjukan oleh warna biru pada gambar diagram lingkaran. Hasil belajar siswa pada siklus 1 diperoleh dari total 50% skor tes dan 50% skor non tes.

4.1.3 Diskripsi Pelaksanaan Siklus 2

  1. Tahap Perencanaan

  Dalam tahap perencanaan tindakan siklus II di kelas V SD Negeri 1 Sedadi Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan disusun perangkat pembelajaran

  IPA dengan materi tanah dan struktur bumi. RPP dirancang untuk 2 kali pertemuan.

  Kompetensi dasar (KD) dalam pembelajaran IPA ini meliputi 7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah, 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi. Perangkat pembelajaran yang disusun dalam RPP ini meliputi lembar observasi untuk mengamati pelaksanaan aktivitas-aktivitas selama proses pembelajaran IPA dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT. Materi pembelajaran yang berjudul tanah dan struktur bumi (lampiran 1), kisi-kisi penilaian (lampiran 6), butir soal evaluasi (lampiran 5), dan rubrik penilaian kinerja (lampiran 4).

  Lembar kerja kelompok (lampiran 2 dan 3)

  2. Implementasi Tindakan dan Observasi

  Implementasi tindakan siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 22 dan 31 Mei 2014, melalui kegiatan pembelajaran yang terbagi dalam dua kali pertemuan.

  Pertemuan 1

  Kegiatan awal dalam pembelajaran ini, siswa mengucapkan salam kepada guru, kemudian guru mengajak siswa untuk berdoa sesuai keyakinan masing- masing, siswa menyimak tujuan pembelajaran dan penjelasan materi guru tentang susunan tanah yang akan di capai. Serta langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan kooperatif tipe NHT.

  Dalam kegiatan inti siswa duduk dengan kelompok masing-masing sesuai pertemuan pada siklus 1. Guru bertanya jawab dengan siswa untuk memancing siswa, agar bercerita dengan teman satu kelompok.

  “Siapa yang pernah ke pantai, gunung, sawah? Disana kalian menemukan tanah apa? Bagaimana ciri tanah tersebut?” Siswa yang lain akan menanggapi dengan memberikan pendapat terhadap cerita temannya. Pada saat itu pula guru melakukan penilaian proses dengan menggunakan rubrik penilaian kinerja siswa ketika siswa dapat menceritakan dan berpendapat. Setelah itu, guru membagikan lembar kerja kelompok dan tanah, setiap kelompok mendapat satu jenis tanah saja. Secara kelompok siswa mengamati tanah dan mengidentifikasi ciri dan fungsi tanah. Siswa mengerjakan lembar kerja kelompok tersebut. Setelah selesai mengerjakan, setiap kelompok menyampaikan hasil diskusi mereka ke kelompok lain sehingga kelompok yang mendapatkan tanah yang jenisnya berbeda menuliskan ciri-ciri di lembar kerja kelompoknya.

  Kegiatan penutup siswa bersama guru membuat kesimpulan tentang materi yang sudah dipelajari. Dan doa penutup.

  Pertemuan 2

  Kegiatan awal siswa mengucapkan selamat pagi kepada guru, kemudian siswa bersama guru berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing. Guru mengungkap kembali materi yang sudah disampaikan di pertemuan kemarin. Siswa menyimak tujuan dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan saat ini.

  Pada kegiatan inti siswa mengamati demonstrasi guru tentang lapisan bumi menggunakan buah apel. Siswa bertanya jawab dengan siswa menggali pendapat siswa tentang bahan penyusun tiap lapisan bumi. Siswa diberikan kesempatan untuk menceritakan peristiwa berdasarkan pengalamannya tentang struktur

  “Tadi sudah tahu apa saja bahan penyusun tiap lapisan bumi, sekarang sebutkan contoh peristiwa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan lapisan bumi? Contoh nya : Gu nung berapi. “Coba ceritakan bagaimana proses terjadinya?

  Ada yang bisa menyebutkan contoh peristiwa lainnya?” Setelah itu siswa membentuk kelompok. Guru membagikan lembar kerja kelompok. Siswa secara berkelompok mengerjakan tugas tersebut. Setelah selesai mengerjakan, per kelompok menunjukkan hasil tugas kelompok mereka kepada kelompok yang lain.

  Pada kegiatan penutup siswa mengerjakan tes formatif. Kemudian guru bersama siswa melakukan refleksi tentang proses pembelajaran IPA yang telah dilakukan. Untuk menutup proses pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa menurut kepercayaan masing-masing.

  Dalam implementasi tindakan, secara bersamaan dilakukan observasi terhadap langkah-langkah model kooperatif tipe NHT. Observer yang menjadi pengamat jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir adalah peneliti. Lembar observasi implementasi tindakan model kooperatif tipe NHT terdri dari 23 butir. Dalam penelitian ini pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi yang mengacu pada kegiatan guru pada saat melakukan pembelajaran.

  Berdasarkan pengamatan yang dilakukan observer, pengajar telah menerapkan model pembelajaran tipe NHT dengan baik. Hasil observasi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Lembar Observasi Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Siklus II

  No Uraian kegiatan guru dan siswa Pertemuan

  23 Apakah siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru sebagai proses penilaian pembelajaran? √ √

  22 Apakah guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya? √ √

  21 Apakah guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah (PR)? √ √

  20 Apakah guru memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik? √ √

  19 Apakah guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang berhasil? √ √

  18 Apakah guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing kelompok? √ √

  16 Apakah siswa di bimbing guru membuat rangkuman? √ √

  15 Apakah siswa dapat menemukan jawaban yang utuh? √ √

  14 Apakah kelompok yang lain menanggapi jawaban dari kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya? √ √

  13 Apakah siswa yang dipanggil nomornya maju kedepan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya? √ √

  12 Apakah guru memanggil salah satu nomor tertentu secara acak? √ √

  11 Apakah siswa meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban timnya? √ √

  10 Apakah siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu? √ √

  9 Apakah guru mengajukan pertanyaan berupa tugas atau LKS untuk dikerjakan di dalam kelompok? √ √

  

8 Apakah setiap anggota kelompok dibagikan nomor? √ √

  7 Apakah guru membagi siswa dalam kelompok dan beranggotakan 3-5 orang secara heterogen? √ √

  6 Apakah guru memberikan informasi tentang materi yang dipelajari? √ √

  5 Apakah guru menjelaskan tentang langkah-langkah pembelajaran NHT? √ √

  4 Apakah guru menyampaikan tujuan pembelajaran? √ √

  3 Apakah guru memotivasi siswa? √ √

  2 Apakah guru memberikan apersepsi? √ √

  

1 Apakah guru memberi salam pembuka dan doa? √ √

  2 Ya Ya

  1

17 Apakah siswa bersama guru melakukan refleksi? √ √

3. Refleksi

  guru kelas tentang hasil observasi implementasi tindakan. Sedangkan refleksi terhadap hasil belajar dilakukan berdasarkan hasil analisis statistik sederhana. Hasil di refleksi menunjukkan bahwa dalam pembelajaran IPA pada siklus 2 dengan menggunakan model masyarakat belajar memiliki kelebihan sebagai berikut: 1.

  Guru sudah bisa merangsang siswa untuk berbagi pengalaman dengan strategi yang dilakukan.

  2. Guru sudah bisa merangsang siswa untuk berpendapat menunjukan bahwa keberanian siswa sudah tumbuh, meskipun belum maksimal

  3. Proses pembelajaran sudah sesuai dengan rancangan yang telah di rencanakan.

  4. Siswa lebih tertarik pada pembelajaran dengan menggunakan model masyarakat belajar.

  5. Kegiatan pembelajaran nampak lebih hidup. Karena guru tidak mendominasi pembelajaran secara keseluruhan. Di sisi lain pelaksanaan pembelajaran IPA pada siklus 2 ada beberapa kelemahan yaitu:

  1. Siswa masih belum bisa tenang ketika guru memberikan bimbingan.

  2. Guru kurang bisa memenejemen waktu, terbukti waktu yang dialokasikan dalam pembelajaran masih kurang.

  Hasil belajar IPA siklus 2 secara rinci dapat disajikan melalui tabel 4.6.

Tabel 4.6 Distribusi Hasil Belajar IPA Siklus 2

  Skor Frekuensi Persentase (%) 75-84 10 27,78

  ≥85 26 72,22 Jumlah 36 100

  Sumber: Data Primer Tebel 4.6 distribusi hasil belajar IPA Siklus 2 nampak bahwa besarnya skor adapun rata-rata skor mencapai 85,49. Siswa yang memperoleh skor pada interval 75-84 ada 10 dari 36 siswa atau 27,78%. Siswa yang memperoleh skor pada interval

  ≥85 ada 26 dari 36 siswa atau 72,22%. Distribuisi skor hasil belajar juga dapat disajikan lebih jelas dengan menggunakan grafik batang di bawah ini melalui gambar 4.6.

  Sumber: Data Primer

Gambar 4.4 Grafik Batang Distribusi Hasil Belajar IPA Siklus 2Gambar 4.6 tentang grafik batang distribusi hasil belajar IPA pada siklus 2.

  Nampak bahwa batang tertinggi diperoleh siswa sebanyak 26 dari 36 siswa 72,22% pada interval skor

  ≥85. Sedangkan batang yang terendah jumlahnya diperoleh sebanyak 10 dari 36 siswa 22,78% pada interval skor 75-84.

  Hasil belajar juga dapat diketahui melalui besarnya ketuntasan belajar, u ntuk menentukan ketuntasan belajar ditentukan KKM sebesar ≥ 75. Nampak ketuntasan belajar IPA siklus 2 siswa kelas IV SD Negeri 1 Sedadi Penawangan

  Grobogan mencapai ketuntasan 100% artinya tak seorang siswa pun yang tidak tuntas.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

  Hasil belajar siswa di kelas V SD Negeri 1 Sedadi Penawangan Grobogan pada pra siklus menunjukkan bahwa belum ada satupun dari 36 siswa yang dapat mencapai ketuntasan belajar dengan kriteria ketun tasan minimal (KKM) ≥ 75. Hal itu nampak pada skor maksimal yang dicapai siswa baru mencapai 46 dan skor minimal mencapai 35 dengan rata-rata skor baru mencapai 37,75. Keadaan ini dikarenakan hasil belajar di kelas IV baru diukur dari tes tertulis saja sedangkan unjuk kerja siswa tidak diukur. Menurut Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 Tentang Standar proses pendidikan dasar dan Menengah menyatakan bahwa sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Dalam proses pembelajaran ini tidak hanya ranah kognitif siswa yang akan dinilai namun sikap dan keterampilan siswa juga perlu dinilai. Pendapat lain dikemukakan oleh Krathwohl, Bloom dan Masia (Suprihatiningrum, 2013: 38) membedakan hasil belajar menjadi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

  

Pertama, aspek kogitif ini berhubungan dengan kemampuan berpikir, mengetahui

  dan memecahkan masalah. Kedua, aspek afektif berkaitan dengan kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat dan apresiasi. Ketiga, aspek psikomotorik mencakup tujuan yang berkaitan dengan ketrampilan yang bersifat manual dan motorik. Penilaian kognitif dapat dilakukan dengan tes yang dapat berupa tes tertulis, akan tetapi penilaian afektif dan psikomotor tidak dapat dilakukan dengan penilaian tes tertulis. Untuk mengetahui hasil belajar maka diperlukan pengukuran. Pengukuran menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012: 47) adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka- angka pada suatu gejala atau peristiwa. Pengukuran juga dapat diartikan penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu. Alen dan Yen dalam Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012:48). Menurut Mardapi Djoemari (2008 : 2) Pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan penentuan angka bagi suatu objek secara sistematik. Penentuan angka ini dapat menggunakan teknik tes dan non tes. Tes adalah alat ukur indikator atau kompetensi tertentu untuk pemberian angka yang jelas dan spesifik, sehingga hasilnya relatif ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang relatif sama (Wardani Naniek Sulistya 2012: 142). Teknik non tes berisi tentang pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Instrumen non tes dapat berbentuk kuesioner atau inventori (Wardani Naniek Sulistya, dkk 2012:73). Namun pada kenyataannya pada kondisi pra siklus guru baru menilai hasil belajar siswa melalui tes saja, sedangkan unjuk kerja siswa tidak di nilai sebagai hasil belajar. Hal itu menunjukkan bahwa guru baru mengukur dari kognitifnya (intelektual) saja, sedangkan afektif (sikap) dan psikomotor (ketrampilan) belum diukur sebagai penilaian hasil belajar.

  Asesmen pada semua siklus dilakukan dengan tes dan unjuk kerja yang di analisis menggunakan statistik sederhana melalui penjumlahan dan presentase. Siswa dianggap sudah tuntas apabila siswa mampu mencapa i KKM ≥ 75, dan jika siswa tidak mampu mencapai KKM ≥75 maka dianggap tidak tuntas.

  Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan pembelajaran di kelas IV SD Negeri

  1 Sedadi Penawangan Grobogan nampak bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa setelah diadakan pembelajaran dengan menggunakana model kooperatif tipe NHT. Pada kondisi pra siklus besarnya skor rata-rata 37,75, pada siklus 1 skor rata-rata meningkat menjadi 77,70 dengan skor tertinggi 87,5 dan skor terendah

  70. Berarti pembelajaran telah berhasil dengan tingkat keberhasilan 75% dari jumlah seluruh siswa sebanyak 36 siswa, dan pada siklus 1 ini hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatan meskipun masih ada beberapa siswa yang belum tuntas sebanyak 25%. Karena ketuntasan yang diharapakan belun mencapai target keberhasilan yang diharapkan yaitu sebesar 80% dari seluruh siswa sehingga perlu diadakan tindakan pada siklus 2.

  Perolehan hasil belajar pada siklus 1 ini belum tercapai secara optimal, beberapa kekurangan dalam penelitian tindakan siklus 1 ini antara lain dalam pembentukan kelompok memerlukan waktu yang agak lama serta gaduh, pembelajaran tipe NHT, solusinya guru memberikan pancingan atau rangsangan kepada siswa, setiap siswa belum ingin menanggapi cerita teman tersebut dengan memberikan pendapat, siswa banyak terdiam dan pasif, solusinya guru memberikan pancingan atau rangsangan kepada siswa, pelaksanaan penilaian proses belum terlalu optimal, karena guru juga sibuk mendampingi pelaksanaan diskusi kelompok, siswa masih belum bisa tenang ketika guru memberikan bimbingan.

  Berdasarkan hasil belajar pada siklus 1 nampak bahwa sudah ada peningkatan ketuntasan hasil belajar yang cukup signifikan. Namun karena tingkat ketuntasan hasil belajar belum mencapai tingkat keberhasilan yang sudah ditetapkan yaitu 75%. Maka diadakan perbaikan pada siklus 2 dengan melakukan perbaikan atas semua kekurangan yang ada di siklus 1.

  Proses pembelajaran yang ada pada siklus 2 nampak bahwa siswa sudah tertib dalam pembentukan kelompok sehingga waktu tidak terbuang banyak hanya untuk membentuk kelompok. Seluruh siswa juga sudah mampu menanya saat proses pembelajaran. Siswa mulai tertarik memberikan tanggapan atas presentasi kelompok lain. Akan tetapi dalam diskusi kelompok siswa masih kurang tertip saat guru memberikan bimbingan. Pada siklus 2 hasil belajarnya meningkat menjadi 100% skor rata-rata meningkat menjadi 85,49 dengan skor tertinggi mencapai 95 dan skor terendah sebesar 77,5. Pada siklus 2 sudah 100% siswa yang tuntas dan ketuntasan yang diharapakan sudah mencapai target keberhasilan yang diharapkan yaitu sebesar 80%. Setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran tipe NHT pada pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri 1 Sedadi Penawangan Grobogan Tahun 2013/ 2014 nampak bahwa ada peningkatan hasil belajar yang signifikan setelah penilaian hasil belajar dilakukan dengan penilaian tes dan unjuk kerja pada pra siklus 1, dan siklus 2. Perbandingan peningkatan ketuntasan hasil belajar lebih jelasnya dapat disajikan melalui tabel 4.7

Tabel 4.7 Perbandingan Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus 1,

  

dan Siklus 2

Ketuntasan Pra siklus Siklus 1 Siklus 2 Belajar Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %

  Tuntas

  27

  75 36 100 Tidak tuntas 36 100

  9

  25 Jumlah 36 100 36 100 36 100

  Sumber: Data Primer Perbandingan Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2.

  Berdasar tabel xx, nampak bahwa pada pada pra siklus belum ada siswa dari 36 siswa yang memenuhi kriteria k etuntasan minimal (KKM) yaitu ≥75. Pada siklus 1 terdapat 27 dari 36 siswa yang tuntas (75%) sedangkan siswa yang tidak tuntas ada 9 dari 36 siswa (25%). Sedangkan pada siklus 2 siswa yang tuntas ada 36 dari 36 siswa (100%) sedangkan yang tidak tuntas ada 0 dari 36 siswa (0%) atau tuntas semua. Perbandingan persentase ketuntasan hasil belajar pra siklus dengan siklus 1, dan siklus 2 lebih jelas dapat disajikan dengan menggunakan grafik linier di bawah ini melalui gambar.

  120% 100% 100% 80%

  75% 60% 40% 20%

  0% 0% Pra Siklus Siklus 1 Siklue 2

  Sumber: Data Primer

Gambar 4.5 Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra Siklus, Siklus 1,Gambar 4.6 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2 nampak ada peningkatan ketuntasan belajar siswa yang cukup

  signifikan. Nampak pada pra siklus persentase ketuntasannya masih 0%. Sedangkan pada siklus 1 persentase ketuntasan hasil belajar meningkat menjadi 75%. Di siklus 2 persentase hasil belajar juga mengalami peningkatan menjadi 100%. Ini menunjukkan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Sedadi Penawangan Grobogan. Selain persentese ketuntasan belajar peningkatan juga terjadi pada skor maksimal, skor minimal dan rata-rata skor pada siklus 1, dan siklus 2 jika di bandingkan dengan pra siklus. Distribusi perbandingan peningkatan skor masimal, skor minimal dan rata-rata skor pada pra siklus, siklus 1, dan siklus 2 lebih jelas dapat disajikan dengan menggunakan tabel dibawah ini

Tabel 4.8 Distribusi Perbandingan Peningkatan Skor Maksimal, Skor Minimal, dan

  

Rata-rata Skor Pada Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2

Pra siklus Siklus 1 Siklus 2 Peningkatan Skor

  Skor Maksimal 46 87,5

  95 Skor Minimal

  35 70 77,5 Rata-rata skor 37,75 77,70 85,49

  Sumber: Data Primer

Tabel 4.8 Peningkatan Skor Maksimal, Skor Minimal, dan Rata-rata Skor

  Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2 nampak bahwa pada pra siklus skor maksimal baru mencapai 46. Pada siklus 1 skor maksimal mencapai 87,5 dan siklus 2 skor maksimal sudah mengalami peningkatan yang cukup signifikan dimana skor maksimalnya mencapai 95. Di sisi lain peningkatan skor juga terjadi pada skor minimal yang di peroleh siswa. Di pra siklus skor minimal yang diperoleh sebesar 35 dan pada siklus 1 skor minimal yang diperoleh siswa sebesar 70. Peningkatan juga terjadi di siklus 2, skor minimal yang diperoleh siswa sebesar 77,5. Apabila peningkatan yang signifikan. Peningkatan juga terjadi pada skor rata-rata yang diperoleh siswa jika dibandingkan antara pra siklus, siklus 1, dan siklus 2. Skor rata-rata yang diperoleh dalam pra siklus baru mencapai 37,75 sedangkan skor rata-rata yang diperoleh pada siklus 1 menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan, dimana pada siklus 1 skor rata-rata sudah mencapai 77,70. Pada siklus 2 juga terjadia peningkatan skor rata-rata sebesar 85,49. Peningkatan skor masimal, skor minimal dan rata-rata skor pada pra siklus, siklus 1, dan siklus 2 lebih jelas dapat disajikan dengan menggunakan gambar 4.7 di bawah ini.

  Sumber: Data Primer

Gambar 4.6 Perbandingan Skor Maksimal, Skor Minimal dan

  

Rata-rata Skor Pada Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2

Gambar 4.7 perbandingan skor maksimal dari pra siklus, siklus 1, dan siklus

  2. Nampak bahwa pada pra siklus skor maksimal yang diperoleh siswa hanya 46 bila dibandingkan dengan siklus 1 skor maksimal 87,5 dan siklus 2 dengan skor maksimal 95 terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan pada pra siklus dan siklus 1 yaitu ada peningkatan sebanyak 41,5 lalu siklus 1 dan siklus 2 yaitu ada peningkatan

  Di sisi lain peningkatan skor juga terjadi pada skor minimal yang di peroleh siswa. Di pra siklus skor minimal yang diperoleh sebesar 35 sedangkan pada siklus 1 skor minimal yang diperoleh siswa sebesar 70. Berdasarkan data tersebut menujukkan adanya peningkatan skor minimal pada siklus 1 sebanyak 34. Peningkatan juga terjadi di siklus 2, skor minimal yang diperoleh siswa sebesar 77,5. Berdasarkan data tersebut menujukkan adanya peningkatan skor minimal pada siklus 2 bila dibandingkan dengan pra siklus dengan peningkatan sebanyak 7,5. Apabila dibandingkan dengan skor minimal yang diperoleh siswa skor minimal yang diperoleh sampai dengan siklus 2 ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan.

  Selain itu nampak pula peningkatan skor rata-rata yang diperoleh siswa jika dibandingkan antara pra siklus, siklus 1, dan siklus 2. Skor rata-rata yang diperoleh dalam pra siklus baru mencapai 37,75 sedangkan skor rata-rata yang diperoleh pada siklus 1 menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan, dimana pada siklus 1 skor rata-rata sudah mencapai 77,70. Hal itu menunjukkan adanya peningkatan skor rata-rata pada siklus 1 sebanyak 39,95. Pada siklus 2 juga terjadia peningkatan skor rata-rata sebesar 85,49. Hal itu menunjukkan adanya peningkatan skor rata-rata pada siklus 2 sebanyak 7,79.

  Berdasarkan data yang ada menunjukkan adanya peningkatan skor minimal, skor maksimal, dan skor rata-rata pada siklus 1, dan siklus 2 bila dibandingkan dengan pra siklus. Dalam penelitian ini hipotesis tindakan terbukti bahwa apabila pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran tipe NHT maka hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 1 Sedadi Penawangan Grobogan Semester II Tahun 2013/2014 meningkat.

  Berdasarkan uraian pembahasan tersebut maka dapat dipaparkan implikasi teoritis dan implikasi praktis:

1. Implikasi Teoritis

  Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat digunakan sebagai model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar IPA.

2. Implikasi Praktis a.

  Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat melibatkan siswa secara aktif, membangun pengetahuaannya sendiri dan memiliki daya serap yang baik dalam pembelajaran IPA kelas IV.

  b.

  Model pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 1 Sedadi.

Dokumen yang terkait

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Pendekatan Scientific Dengan Model Examples Non Examples Pada Sisw

0 0 20

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Pendekatan Scientific Dengan Model Examples Non Examples Pada Siswa Kelas V SD N

0 0 17

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Awal - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Pendekatan Scientific Dengan Model Examples No

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Pendekatan Scientific Dengan Model Examples Non Examples Pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Danyang Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobo

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Pendekatan Scientific Dengan Model Examples Non Examples Pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Danyang Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobo

0 0 64

Pengalaman Menjadi Ibu Di Usia Dini Di Desa Leo-Leo Rao, Kecamatan Morotai Selatan Barat, Kabupaten Pulau Rao, Provinsi Maluku Utara Tugas Akhir - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengalaman Menjadi Ibu Di Usia Dini di Desa Le

0 0 30

BAB II KAJIAN TEORI Pada Bab Ini Akan Membahas Pengertian IPA 2.1.Pelajaran IPA 2.1.1. Pengertian IPA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Dis

0 0 10

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Discovery Di SDN Mangunsari 05 Kec Sidomukti Salatiga Tahun 2013/2014

0 0 35

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA di SD - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: "Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Se

0 0 19

BAB III METODE PENELITAN 3.1. Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: "Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Siswa Kelas IV SD Negeri

0 0 9