BAB II KAJIAN TEORI Pada Bab Ini Akan Membahas Pengertian IPA 2.1.Pelajaran IPA 2.1.1. Pengertian IPA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Dis

BAB II KAJIAN TEORI Pada Bab Ini Akan Membahas Pengertian IPA

2.1.Pelajaran IPA 2.1.1. Pengertian IPA

  IPA berasal dari kata Sains yang berarti alam. Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”.

  Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu:

  1. Sikap : rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended;

  2. Proses : prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;

  3. Produk : berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; 4. Aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.

  Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru.

  Pembelajaran IPA merupakan pelajaran yang banyak berhubungan dengan konsep. Konsep ialah hasil berpikir abstrak manusia yang merangkum banyak pengalaman. Artinya konsep itu timbul sebagai hasil dari pengalaman manusia dengan lebih dari satu benda, peristiwa atau fakta yang terjadi secara berulang.

  (http: // 2.1.2.

   Prinsip dan Tujuan Pembelajaran IPA

  Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran IPA (Harsono,1993) diterapkan dalam program-program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman-pengalaman nyata dan alat, bahan, atau media belajar yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar. Implikasi teori kognitif Piaget pada pendidikan adalah sebagai berikut:

  Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Selain kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut

  2. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Oleh karena itu, selain mengajar secara klasik, guru mempersiapkan beranekaragam kegiatan secara langsung dengan dunia fisik

  3. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda.

  Pembelajaran IPA juga memiliki beberapa tujuan pembelajaran bagi peserta didik. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar dan MI oleh Refandi (2006) bahwa mata pelajaran IPA di SD/MI memiliki beberapa tujuan. Tujuan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  2. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

  Kesimpulan berdasarkan uraian atau penjelasan tersebut maka yang dimaksud dengan IPA dalam penelitian ini adalah kajian ilmu yang hasilnya asli dan dapat dipertanggung jawabkan dengan penelitian dan eksperimen.

2.1.3. Metode Discovery (Penemuan)

  Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002) (dalam prayitno, 208) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi

  Sund (1975) (dalam Prayitno, 2008) mengatakan bahwa Discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru.( Mulyani Sumantri. Dkk, 2001 ).hal ini sesuai untuk anak jenjang sekolah dasar yang harus diutamakan adalah bagaimana mengembangkan rasa ingin tahu dan daya kritis anak terhadap suatu masalah (Mahar Marjono, 1996).

  Pendapat lain mengatakan bahwa metode Discovery adalah penyajian bahan ajar dengan menghadapkan siswa pada suatu masalah, untuk menemukan penyebabnya dengan melalui pelacakan data atau informasi pemikiran logis, kritis, dan sistematis dalam rangka mencapai tujuan pengajaran (Widi Rahardja :2002 ).

  Jadi dapat disimpulkan bahwa metode Discovery adalah cara penyajian pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi tanpa bantuan guru dengan menghadapkan siswa pada suatu masalah, untuk menemukan penyebabnya dengan melalui pelacakan data atau informasi pemikiran logis, kritis, dan sistematis dalam rangka mencapai tujuan pengajaran, denganmembuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.

  Langkah-langkah metode Discovery menurut Gilstrap (1975) (dalam Prayitno, 2008) adalah: (a) Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar untuk menentukan tujuan yang berguna dan realities untuk mengajar dengan penemuan, (b) Seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian dalam hubungannya dengan apa yang akan dipelajarai, (c) Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan, (d) Berkomunikasi dengan siswa akan membantu menjelaskan peranan penemuan, (e) menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang minta dipecahkan, (f) Mengecek pengertian siswa tentang maslah yang digunakan untuk merangsang belajar dengan penemuan, (g) Menambah berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan, (h) memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan data, misalnya tiap siswa mempunyai data harga bahan-bahan pokok dan jumlah orang yang membutuhkan bahan-bahan pokok tersebut, (i) Mempersilahkan siswa mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan kecepatannya sendiri, sehingga memperoleh tilikan umum, (j) Memberi sebagian atas tanggung jawabnya sendiri, (k) memberi jawaban dengan cepat dan tepat sesuai dengan data dan informasi bila ditanya dan diperlukan siswa dalam kelangsungan kegiatannya, (l) Memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan dan eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (m) Mengajarkan ketrampilan untuk belajar dengan penemuan yang diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan, (n) Merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data yang terkumpul, (o) Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan tingkat yang sederhana, (p) Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa, pandanganan dan tafsiran yang berbeda. Bukan menilai secara kritis tetapi membantu menarik kesimpulan yang benar, (q) Membesarkan siswa untuk memperkuat pernyataannya dengan alas an dan fakta, (r) Memuji siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan, misalnya seorang siswa yang bertanya kepada temannya atau guru tentang berbagai tingkat kesukaran dan siswa siswa yang mengidentifikasi hasil dari penyelidikannya sendiri, (s) membantu siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan ide, generalisasi atau pengertian yang menjadi pusat dari masalah semula dan yang telah ditemukan melalui strategi penemuan, (t) Mengecek apakah siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya teori atau teknik, dalam situasi berikutnya, yaitu situasi dimana siswa bebas menentukan pendekatannya.

  

  Sedangkan langkah-langkah menurut Richard Scuhman (dalam Prayitno 2008) adalah :(a) identifikasi kebutuhan siswa, (b) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari, (c) Seleksi bahan, dan problema serta tugas-tugas, (d) Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan masing-masing siswa, (e) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan, (f) Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa, (g) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan, (h) Membantu siswa dengan informasi, data, jika diperlukan oleh siswa, (i) memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan siswa, (k) memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan, (l) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya

  Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan metode Discovery menurut Walter Klinger, SEQIP (1997) (dalam Wahyudi, 2008) adalah sebagai berikut 1.

  Motivasi, bertujuan menuntun siswa kearah materi pendidikan, untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa, antusiasme dan kesediaan belajar siswa

2. Perumusan masalah, bertujuan memfokuskan perhatian siswa agar mengenali masalah yang akan dibahas.

  3. Penyusunanopini-opini,Siswa berdasarkan penagalaman atau iterpretasinya sehingga dapat memberikan

  4. Perencanaan dan kontruksi alat, bertujuan merencanakan dan mengkontruksi suatu perangkat percobaan yang berfungsi, yang memungkinkan verifikasi

  • – atau penolakan hipotesa dan penentuan saling keterkaitan antara parameter parameter yang relevan 5.

  Pelaksanaan percobaan, langkah percobaan merupakan titik perhatian pengajaran fisika. Jawaban terhadap pertanyaan ilmiah disini akhirnya akan ditemukan melalui pengalaman percobaan menggunakan peralatan yang khusus dikembangkan untuk tujuan ini.

  6. Kesimpulan, suatu generalisasi dari hasil percobaan yang akan membawa pengetahuan ilmiah yang baru

  7. Abstraksi, abstraksi merupakan perumusan pengetahuan terperinci tertentu yan peroleh melalui kasus khusus dalam rangka melakukan penelitian untuk mencapai syarat-syarat umum. Abstraksi merupakan suatu idealisasi dan suatu generalisasi sejumlah pernyataan yang menggunakan istilah-istilah teknis terperinci dan konsep-konsep yang tepat.

  8. Konsolidassi pengetahuan, bertujuan agar siswa semakin menguasai pengetahuan yang baru diperoleh, untuk memungkinkan integrasi dan internalisasi pengetahuan itu kedalam struktur pengetahuan yang sudah ada

  Ketiga macam langkah-langkah tersebut peneliti menyusun mengkombinasikan dan menyimpulkan langkah- langkah penggunaan metode Discovery adalah sebagai berikut: 1. Memotivasi siswa Mengidentifikasi dan Merumuskan masalah dari seleksi masalah yang ada

  3. Menyusun opini, problema sertatugas-tugasnya 4.

  Komunikasi dengan siswa untuk memperjelas problema yang akan dipelajari

  5. Merencanakan dan konstruksi alat 6.

  Menyiapkan suatu kondisi yang mengandung masalah untuk di pecahkan

  7. Mengecek pengertian dan pemahaman siswa 8.

  Memberi kesempatan siswa untuk menemukan 9. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan data, daninformasi yang ada

  10. Siswa melakukanan alisis sendiri 11.

  Member pujian pada siswa.

  12. Merangsang interaksi antar siswa 13.

  Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya

  14. Menyimpulkan 15.

  Konsolidasi pengetahuan, untuk memungkinkan integrasi dan internalisasi pengetahuan itu kedalam struktur pengetahuan yang sudah ada.

2.1.4. Kajian Teori tentang Pembelajaran Aktif

  “Prinsip adalah asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir dalam bertindak)”,(kamus besar bahasa indonesia). “Pembelajaran Aktif adalah salah satu strategi belajar mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi siswa secara optimal sehingga siswa mampu menguasai pengetahuan dan keterampilan dengan lebih efektif dan efisien”, ( Dian Sudjana: 1989).

  Jadi yang dimaksud dengan prinsip pembelajaran aktif adalah asas yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi siswa secara optimal sehingga siswa mampu menguasai pengeteahuan dan keterampilan dengan lebih efektif dan efisien.

2.1.5. Kajian Teori tentang prestasi belajar

  Hintzman dalam Brophy (1998) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia) yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi perilaku organisme tersebut, secara lebih spesifik Dunkin dan Bindle`s (1974) menyatakan belajar adalah progresi linear psikologis seseorang yang terjadi melalui proses (pengalaman, internalisasi) yang akan menghasilkan suatu pemahaman dan perilaku yang lebih baik.

  “Learning can be described as a linear progression and psychological as whole changes in learners through process (experience, internalizer driver) which is to progress knowledge and behavior” Dunkin dan Bindle (1974: 285)

  Sedangkan menurut Marton (1988) belajar merupakan perilaku otomatis dan sadar seseorang dalam mengekspresikan, membangun mengkonseptualisasikan kembali pemahaman atau ketrampilan yang telah dialami dan bermanfaat yang pada dasarnya merupakan pandangannya sendiri terhadap sesuatu yang telah ia alami atau ia pelajari.

  “Learning is the form of automatic behavior from the relationship of learner`s perspective that can be expressed, set up whit the know in reconstruction or conceptions of knowledge or skill but in differs and genuinely from their own perspective “.( Marton :1988)

  Dari uraian yang dikemukakan Hintzman dalam Brophy,(1998), Dunkin dan Bindle`s (1974) maupun Marton (1988).

  Belajar dapat dipahami sebagai suatu perilaku yang membawa pemahaman ataupun perilaku baru. Perilaku baru diperoleh melalui pengalaman latihan, hasil dari pemahaman dan dari hasil pendalaman dan pengkonstruksian yang berasal dari sudut pandangnya sendiri.

  Hasil belajar menurut Supeno (2003) merupakan hasil belajar yang dapat dicapai pada saat penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauhmana penguasaan siswa atas hasil- hasil yang telah diajarkan atau dilatihkan sehingga dapat diperoleh gambaran yang tepat tentang pencapaian program pendidikan secara menyeluruh. Sedangkan Sadali (dalam Soewadjie, 2003) berpendapat bahwa prestasi belajar siswa sangat berhubungan dengan prestasi akademik (Academic Performance) yang berupa hasil belajar siswa, adalah hasil dari usaha, kemampuan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu kegiatan pendidikan.

  Definisi lain yang lebih tegas dinyatakan Batersby dalam Er,(2003) yang ketrampilan, dan sikap yang bersifat mendasar dan bertahan lama yang diperlukan oleh lulusan suatu program studi.

  Hasil belajar merupakan pencapaian dan kompetensi yang dalam matapelajaran setelah mengikuti pembelajaran yang meliput: a.

  Ranah/domain kognitif, seperti pencapaian informasi, pengetahuan (Knowledge), konsep- konsep dan prinsip (understanding), pemecahan masalah, kreatifitas b.

  Ranah Psikomotorik, yaitu pencapaian atau penguasaan ketrampilan motorik atau fisiologis c.

  Ranahafektif, yaitu pencapaian tingkat psikologis, seperti perasaan, sikap, nilai, dan integrita spribadi.

  Pandangan dari Cole (1990) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah pencapaian dari sekumpulan item-item yang memuat tessituasional yang menggambarkan apakah siswa-siswa dapat memproduksi kembali item item yang telah diajarkan tersebut secara benar dan cepat serta akan menentukan tingkat- tingkat atau pencapaian skor total yang merupakan kesimpulan kompetensi dari apa yang telah dipelajari. Berbagai paparan diatas maka penulis menyimpulkan, hasil belajar dapat dipahami sebagai tingkatan pencapaian objektif dan standar (kognitif, afektif, psikomotorik) yang melibatkan usaha, maupun kemampuan yang sadar setelah melalui proses kegiatan dan latihan yang hasil dari usaha itu dinyatakan dalam angka, symbol atau bentuk pertimbangan (Judgement) lainnya.

   2.1.6.

   Hubungan Metode Discovery Dengan Prestasi Belajar di SD

  Pembelajaran aktif merupakan sesuatu pembelajaran dimana siswa dimungkinkan untuk lebih banyak melakukan daripada hanya mendengar saja. Hal ini sesuai dengan konsep pembelajaran yang sudah digambarkan oleh Edgar Dale (1969), sehingga pembelajaran aktif merupakan sesuatu cara pembelajaran yang tidak dapat ditunda lagi untuk dapat diimplementasikan pada anak didik kita, terutama pada pendidikan dasar (SD). Pembelajaran aktif juga dapat mengangkat tingkat pembelajaran dari ketrampilan berfikir tingkat rendah (pengamatan, menghafal, mengingat informasi, dan mengetahui) hingga ketrampilan berfikir tingkat tinggi (memecahkan masalah, analisis, sisntesis, dan sebagainya) (Pembelajaran Aktif Untuk Sekolah Dasar « MIPSOS.htm) 2.1.7.

   Kerangka Berpikir

  Pada pembahasan mengenai metode Discovery, dikemukakan bahwa menurut Mulyani S metode Discovery adalah cara penyajian pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Senada dengan Mulyani,Widi R mengatakan bahwa metode Discovery adalah penyajian bahan ajar dengan menghadapkan siswa pada suatu masalah, untuk menemukan penyebabnya dengan melalui pelacakan data atau informasi pemikiran logis, kritis, dan sistematis dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Berdasar pada teori tersebut, penulis memilih metode discovery untuk meningkatkan kompetensi belajar siswa kelas V SD Negri Mangunsari 5 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 pada mata pelajaran

  IPA.Hal ini sesuai dengan karakteristk metode Discovery dalam pembelajaran sains yang menuntut pola pembelajaran aktif, kreatif, dan komprehensif, karena (1) dapat menambah pengetahuan peserta didik melalui lingkungan sekitar, (2) melatih peserta didik memiliki kesadaran sendiri kebutuhan belajarnya, (3) penanaman kebiasaan untuk belajar berlangsung seumur hidup. Denganasaspembelajaranaktif yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi siswa secara optimal sehingga siswa mampu menguasai pengeteahuan dan keterampilan dengan lebih efektif dan efisien.

  

KONDISI Strategi Keaktifan siswa kurang

AWAL pembelajaran (KKM rendah)

Yang konvensional (cara lama)

  TINDAKAN Penggunaan Menerapkan Metode Metode Discovery Discovery

  KONDISI Siklus II AKHIR

  Menerapkan Metode Discovery Melalui penggunaan metode Discovery, dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SDN Mangunsari 5 tahun ajaran 2013/2014

  (KKM meningkat)

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir

2.1.8.

   Pengajuan Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Dengan menggunakan metode discovery dalam pembelajaran

  IPA hasil belajar IPA siswa kelas V di SD N Mangunsari 05 Salatigaakan meningkat”

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Berbantuan Media Audio Visual pada Peserta Didik Kelas 5 SDN

0 0 25

4.1.1 Deskripsi PraSiklus - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Berbantuan Media Audio Visual pa

0 0 48

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Berbantuan Media Audio Visual pada Peserta Didik Kelas 5 SDN

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Berbantuan Media Audio Visual pada Peserta Didik Kelas 5 SDN

0 0 111

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Pendekatan Scientific Dengan Model Examples Non Examples Pada Sisw

0 0 20

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Pendekatan Scientific Dengan Model Examples Non Examples Pada Siswa Kelas V SD N

0 0 17

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Awal - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Pendekatan Scientific Dengan Model Examples No

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Pendekatan Scientific Dengan Model Examples Non Examples Pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Danyang Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobo

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Pendekatan Scientific Dengan Model Examples Non Examples Pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Danyang Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobo

0 0 64

Pengalaman Menjadi Ibu Di Usia Dini Di Desa Leo-Leo Rao, Kecamatan Morotai Selatan Barat, Kabupaten Pulau Rao, Provinsi Maluku Utara Tugas Akhir - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengalaman Menjadi Ibu Di Usia Dini di Desa Le

0 0 30