RENCANA AKSI KEGIATAN PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK TAHUN 2010-2014

RENCANA AKSI KEGIATAN

PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN

DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK TAHUN 2010-2014

KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN

EPIDEMIOLOGI KLINIK TAHUN 2010

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan hidayah- Nya, karena pada akhirnya Tim Penyusun Rencana Aksi Kegiatan Pusat TTKEK tahun 2010-2014 telah menyelesaikan tugasnya dengan baik.

Sebagaimana dimaklumi, Kementerian Kesehatan RI telah menyusun Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014, yang merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif dan memuat berbagai program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan langsung oleh Kementerian Kesehatan untuk kurun waktu tahun 2010-2014. Di pihak lain, telah ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1144/Menkes/Per/VII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, yang menguraikan tentang tugas pokok dan fungsi Kementerian Kesehatan.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1144/Menkes/Per/VII/2010, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan terdiri dari empat Pusat, yakni (i) Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, (ii) Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, (iii) Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, dan (iv) Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan, dan Pemberdayaan Masyarakat.

Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik (Pusat TTKEK) mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan kesehatan, serta menapis teknologi di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik. Pusat ini mempunyai fungsi antara lain (i) penyiapan penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program penelitian dan pengembangan kesehatan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik, (ii) pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik, (iii) pelaksanaan pembinaan, koordinasi, dan fasilitasi teknis pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik, (iv) pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan penelitian dan pengembangan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik, (v) pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga Pusat .

Sebagaimana dimaklumi bersama bahwa penelitian dan pengembangan kesehatan adalah salah satu sub-sistem dalam Sistem Kesehatan Nasional. Bahkan, WHO menyatakan bahwa “health research as the brain of health system”. Visi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan adalah sebagai lokomotif penelitian, pengawal kebijakan dan legitimator program pembangunan kesehatan.

Dalam rangka memberikan memberikan arah yang jelas maka perlu disusun Rencana Aksi Kegiatan Pusat TTKEK 2010-2014, dalam rangka mencapai Visi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, dan juga mendukung pelaksanaan Renstra Kementerian Kesehatan 2010-2014.

Jakarta, 21 November 2009 Kepala Pusat TTKEK

Dr. Siswanto, MHP, DTM

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014, memuat tentang delapan fokus prioritas dalam rangka meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan, melalui: 1) peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita, 2) perbaikan gizi masyarakat,

3) pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular, diiikuti penyehatan lingkungan, 4) pengembangan sumber daya manusia kesehatan, 5) peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, mutu dan penggunaan obat serta pengawasan obat dan makanan, 6) pengembangan sistem pembiayaan jaminan kesehatan, 7) pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan bencana dan krisis kesehatan, dan 8) peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier. Delapan fokus prioritas sebagaimana tertuang dalam RPJMN tersebut ditekankan lagi didalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010 – 2014.

Kondisi sekarang berbagai penyakit infeksi menjadi masalah bagi masyarakat Indonesia, dan menjadi ancaman bagi negara lain. Penyakit infeksi masih merupakan ancaman global, dan masih menjadi penyebab kematian yang besar di negara berkembang. Penyakit menular yang menjadi prioritas penelitian di Indonesia adalah Malaria, HIV/AIDS, Dengue, Influenza (Avian Influenza) dan Tuberculosis. Di samping penyakit neglected diseases, misalnya, Leptospirosis, Lepra, Patek, dan sebagainya.

Dalam konteks penyakit menular, ruang lingkup penelitiannya mencakup upaya pencegahan (promotif dan preventif), diagnosis dini (early diagnosis), pengobatan (therapy), dan upaya rehabilitatif (rehabillitative). Di samping masalah- masalah epidemiologi penyakit menular, seperti pola penyebaran penyakit, terjadinya epidemi/wabah, resistensi terhadap obat (Multi Drug Resistance tuberkulosis, resistensi terhadap artemisinin, dan sebagainya).

Penyakit tidak menular didominasi oleh penyakit degeneratif dan gangguan metabolik, seperti penyakit jantung koroner, stroke, hipertensi, Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM), asthma, diabetes mellitus, dan sebagainya. Faktor risiko timbulnya penyakit tidak menular kronis disebabkan oleh faktor perilaku, misalnya, merokok, makan kurang buah dan serat, kurang aktivitas fisik, minum alkohol, dan obesitas (kegemukan). Di samping itu, kanker juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan (karsinogen), seperti paparan agen fisik, kimia, dan jasat renik (bakteri, virus).

Penelitian dan pengembangan teknologi terapan farmasi dan kedokteran adalah terkait dengan teknologi intervensi, baik untuk diagnosis maupun pengobatan terhadap suatu penyakit, termasuk di dalamnya kajian teknologi kesehatan (Health Technology Assessment) dan penelitian obat bahan alam. Pengembangan teknologi intervensi tersebut dapat dilaksanakan oleh lembaga riset pemerintah maupun swasta (industri farmasi dan obat bahan alam).

Penelitian dan pengembangan teknologi terapan gizi dan makanan terkait dengan teknologi intervensi gizi dan makanan dalam rangka meningkatkan status gizi dan juga menangani diet pada penyakit degeneratif. Pengembangan teknologi intervensi gizi menjadi sangat penting terkait dengan masih banyaknya dijumpai gizi buruk (kurang) pada balita, tapi juga meningkatnya gizi lebih di pihak lain (berat badan lebih dan obesitas). Pengembangan makanan fungsional (functional food) juga menjadi semakin penting dengan meningkatnya kejadian penyakit degeneratif (pendekatan nutrigenomik dan nutrigenetik).

Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan ditandai dengan 1) peningkatan kualitas penelitian dan pengembangan dan hasil penelitian yang dimanfaatkan oleh program, dan 2) jumlah penelitian dan pengembangan yang berorientasi Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI). Sementara dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 14 Tahun 2010 tentang Struktur Organisasi dan Tatalaksana Kementerian Kesehatan mengamanahkan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik untuk melaksanakan penelitian dan pengembangan kesehatan serta menapis teknologi di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik.

Berbagai tantangan tersebut diatas perlu dipecahkan dalam program penelitian dan pengembangan kesehatan (litbangkes) bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik. Program jangka panjang litbangkes teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik adalah meliputi: melaksanakan penelitian klinik, mengkoordinir penelitian klinik, membina penelitian klinik di seluruh rumah sakit. Dalam jangka pendek program yang akan dilaksanakan meliputi: pembuatan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Registrasi Penelitian Klinik, membuat proposal penelitian multicenter study, melengkapi community based reserach, penelitian klinik untuk penyakit menular, penelitian klinik untuk penyakit tidak menular, permintaan penelitian klinik dari pihak ketiga (sponsor, mitra kerja, dan industri farmasi).

Program jangka panjang dan jangka pendek tersebut perlu diterjemahkan dalam rencana aksi kegiatan lebih terperinci.

B. Pengertian

1) Rencana Aksi Kegiatan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemilologi Klinik (Pusat TTK EK) merupakan rangkaian rencana kegiatan penelitian, pengembangan kesehatan dan penapisan teknologi kesehatan, serta penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinis di Pusat TTK EK periode 2011 – 2015.

2) Input: segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan output, misalnya sumberdaya manusia, dana, material, waktu, teknologi, dan sebagainya

3) Output: segala sesuatu berupa barang/jasa (fisik dan/atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan input yang digunakan

4) Outcome: segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya luaran kegiatan pada jangka menengah. Outcome merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat

5) Indikator kinerja: ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan

6) Penelitian: adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

7) Pengembangan: adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru.

8) Penelitian dan pengembangan kesehatan: adalah kegiatan ilmiah yang dilakukan menurut metode yang sistimatik untuk menemukan informasi ilmiah dan/atau teknologi yang baru, membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran hipotesis sehingga dapat dirumuskan teori atau suatu proses gejala alam dan/atau sosial di bidang kesehatan, dan dilanjutkan dengan menguji penerapannya untuk tujuan praktis di bidang kesehatan

9) Teknologi: adalah cara atau metode serta proses atau produk yang dihasilkan dari penerapan dan pemanfaatan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan, kelangsungan, dan peningkatan mutu kehidupan manusia

10) Teknologi kesehatan: berbagai intervensi yang digunakan untuk promosi kesehatan, pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan rehabilitasi penyakit. Hal ini mencakup obat, alat kesehatan, prosedur / tindakan, dan sistem pengorganisasian yang dipakai dalam pelayanan kesehatan.

11) Teknologi terapan kesehatan: adalah teknologi kesehatan yang akan atau sudah diaplikasikan pada manusia baik untuk promosi kesehatan, pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan rehabilitasi penyakit.

12) Penelitian klinik: penelitian kesehatan yang melibatkan manusia sebagai subyek dalam rangka menemukan metode yang lebih baik untuk mengobati, mencegah, mendiagnosis, dan memahami penyakit manusia.

13) Penelitian epidemiologi klinik: penelitian yang menggunakan prinsip-prinsip epidemiologi dalam konteks klinik (pasien sebagai kelompok populasi).

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan disusunnya Rencana Aksi Kegiatan Pusat TTKEK Tahun 2011-2015 adalah dalam rangka memberikan arah dan acuan semua unit struktural (bagian, sub- bagian, bidang, sub-bidang) dan fungsional (fungsional peneliti) di Pusat TTKEK dan Satker yang menjadi ampuan (Balai Gangguan Akibat Kekurangan Iodium dan Balai Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Tanah Bumbu) dalam mengelola kegiatan penelitian dan pengembangan kesehatan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik.

Dengan ditetapkannya Rencana Aksi Kegiatan Pusat TTKEK Tahun 2011-2015 ini akan bermanfaat sebagai alat manajemen, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari kegiatan Pusat TTKEK dalam periode lima tahun mendatang dan juga sebagai alat komunikasi kepada pemangku kepentingan (stakeholder) terkait tentang rencana kegiatan Pusat TTKEK dalam rangka mendapatkan dukungan dan kerja sama.

D. Landasan Hukum dan Kebijakan

Rencana Aksi Kegiatan Pusat TTK EK Tahun 2011-1015 direncanakan, diorganisasikan, dilaksanakan dan dievaluasi dengan landasan-landasan sebagai berikut.

1) Undang-Undang No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4219);

2) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

3) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

4) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3609);

Indonesia Nomor 1109/Menkes/Per/IX/2007

Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

tentang

6) Peraturan Menteri Kesehatan No. 003/Menkes/Per/2010 tentang Saintifikasi Jamu Dalam Pelayanan Kesehatan;

7) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 29 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja Dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

8) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1179A/Menkes/SK/X/1999 tentang Kebijakan Nasional Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;

9) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/X/2002 tentang Persetujuan Penelitian Kesehatan Terhadap Manusia;

10) Keputusan Menteri Kesehatan No. 375 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-2025

11) Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.03.01/60/I/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014

12) Peraturan Menteri Kesehatan No. 1144/Menkes/Per/VII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan

13) DR. Dr. Trihono, MSc. (2011): Rencana Besar Pengembangan Badan Litbangkes, Jakarta.

14) Dr. Siswanto, MHP, DTM. (2011): Arah dan Kebijakan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemidologi Klinik

E. Struktur Organisasi dan Tugas Pokok Fungsi

Kesehatan Nomor: 1144/Menkes/Per/VII/2010 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Struktur Organisasi Pusat TTK EK adalah sebagai berikut:

Panitia Pembina Ilmiah

TP2U

Kepala

Pusat TTKEK

Dr. Siswanto, MHP, DTM

(PPI) Pusat TTKEK

Bagian Tata Usaha Drs. M Gozali, MM

Sub-bag KKU Sub-bag PKS

Junediyono, SKM, MKM

Dra. Excalanti P

Bidang TTK

Bidang EK

DR. Dewi Permaesih

Dra. Lucie Widowati,

Sub-bidang TT F&K

Sub-bidang EK PM

Ully Adhi, Apt, M.Si

Dr. Karyana, M.Kes

KF

Sub-bidang TT G&M

Peneliti

Sub-bidang EK PTM

DR. Fitrah Ernawati

Drg. Lelly A, M.Kes

Gambar 1 Struktur Organisasi Pusat TTKEK

Tugas Pusat TTK EK: melaksanakan penelitian dan pengembangan kesehatan, serta menapis teknologi di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik.

Fungsi Pusat TTK EK:

1. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program penelitian dan pengembangan kesehatan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik;

2. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik;

3. Pelaksanaan pembinaan, koordinasi, dan fasilitasi teknis pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik;

4. Pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan penelitian dan pengembangan kesehatan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik; dan

5. Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga Pusat .

Tugas Bagian Tata Usaha: melaksanakan penyusunan rencana, program, anggaran, pemantauan, evaluasi, laporan, dan tata usaha serta rumah tangga Pusat.

Fungsi Bagian Tata Usaha:

1. Penyusunan rencana, program, anggaran, evaluasi dan penyusunan laporan;

2. Pelaksanaan kerja sama penelitian dan pengembangan dan pertemuan ilmiah di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik; dan

3. Pelaksanaan urusan keuangan, kepegawaian, dan umum.

Tugas Sub Bagian Program dan Kerjasama (Sub Bagian PKS): melakukan penyusunan rencana, program, anggaran, pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan, serta kerja sama penelitian dan pengembangan dan pertemuan ilmiah di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik, diseminasi, utilisasi, promosi hasil penelitian dan pengembangan, pengelolaan jaringan informasi ilmiah, serta pengelolaan laboratorium penunjang dan perpustakaan.

Tugas Sub Bagian Keuangan, Kepegawaian, dan Umum (Sub Bagian KKU):

melakukan urusan keuangan, kepegawaian, umum, tata persuratan, protokol, pelayanan pimpinan, rumah tangga, perlengkapan, penyiapan administrasi dan sarana penelitian dan pengembangan, dan gaji.

Tugas Bidang Teknologi Terapan Kesehatan (Bidang TTK): melaksanakan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi kesehatan serta penyiapan perumusan dan pelaksaan kebijakan di bidang teknologi terapan kesehatan meliputi farmasi, gizi, makanan, kedokteran klinik, pengkajian dan penapisan teknologi kesehatan (Health Technology Assessment), uji obat dan vaksin, dan uji obat bahan alam, serta bidang teknologi terapan kesehatan lainnya.

Fungsi Bidang Teknologi Terapan Kesehatan:

1. Pelaksanaan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi kesehatan, serta penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi terapan farmasi dan kedokteran

2. Pelaksanaan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi kesehatan, serta penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi gizi dan makanan

Tugas Sub Bidang Teknologi Terapan Farmasi dan Kedokteran (Sub Bidang TT

FK) : melakukan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi kesehatan, serta menyiapkan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetika, perbekalan kesehatan, dan kedokteran klinik.

Tugas Sub Bidang Teknologi Terapan Gizi dan Makanan (Sub Bidang TT GM):

melakukan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi kesehatan serta penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang gizi dan makanan.

Tugas Bidang Epidemiologi Klinik (Bidang EK): melaksanakan penelitian, pengembangan dan penapisan teknologi kesehatan, serta penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang epidemiologi klinik penyakit menular dan penyakit tidak menular serta epidemiologi klinik lainnya .

Fungsi Bidang Epidemiologi Klinik :

1. Pelaksanaan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi kesehatan, serta penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang epidemiologi klinik penyakit menular

2. Pelaksanaan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi kesehatan serta penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang epidemiologi klinik penyakit tidak menular

3. Pelaksanaan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi kesehatan serta penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang epidemiologi klinik lainnya

Tugas Sub Bidang Epidemiologi Klinik Penyakit Menular (Sub Bidang EK PM):

melakukan penelitian, pengembangan dan penapisan teknologi kesehatan, serta penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyakit menular .

Tugas Sub Bidang Epidemiologi Klinik Penyakit Tidak Menular (Sub Bidang EK

PTM): melakukan penelitian, pengembangan dan penapisan teknologi kesehatan, serta penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyakit tidak menular .

Di samping itu, Pusat TTKEK, sebagai lembaga penelitian dan pengembangan, juga mempunyai struktur ad-hoc yakni:

1. Panitia Pembina Ilmiah (PPI) Tugas Panitia Pembina Ilmiah Pusat TTK EK adalah sebagai berikut:

a) Memberikan masukan kepada Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik tentang prioritas dan kualitas penelitian pengembangan bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik

b) Memberikan saran dalam penyusunan rencana program dan kerjasama penelitian dan pengembangan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik serta pengembangan kemampuan institusi

c) Melakukan seleksi dan menilai usulan penelitian sesuai dengan kriteria pedoman yang telah ditentukan dan memberikan saran perbaikan sebagai masukan untuk Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

d) Melakukan pembinaan penelitian dari proposal, pelaksanaan penelitian, hingga penyusunan laporan akhir

e) Memberikan saran-saran perbaikan terhadap laporan hasil penelitian, penyebarluasan hasil penelitian termasuk dalam seminar hasil penelitian dan publikasi

f) Membina peneliti melalui seminar, diskusi ilmiah, kursus, perumusan pedoman dan lain sebagainya.

g) Memupuk lingkungan kehidupan ilmiah

2. Tim Penilai Peneliti Unit (TP2U) Tugas Tim Penilai Peneliti Instansi Pusat TTK EK adalah sebagai berikut:

a) Membantu para peneliti dalam proses penilaian dan perhitungan angka kredit jabatan fungsional

b) Memberikan saran perbaikan kepada para peneliti dalam proses

penilaian dan perhitungan angka kredit jabatan fungsional

c) Memberikan penjelasan kepada para peneliti tentang Angka Kredit Jabatan Fungsional Peneliti

d) Melaporkan hasil kerjanya kepada Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

e) Mengecek kebenaran artikel/tulisan yang diajukan

f) Mengingatkan/memberi peringatan pada peneliti yang angka kreditnya akan habis sesuai batas waktu yang ditentukan

BAB II PERKEMBANGAN DAN MASALAH

A. Perkembangan dan masalah penelitian dan pengembangan kesehatan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik

Sebagaimana tertuang dalam No. 1144/Menkes/Per/VII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik terdiri dari teknologi terapan farmasi dan kedokteran, teknologi terapan gizi dan makanan, epidemiologi klinik penyakit menular, dan epidemiologi klinik penyakit tidak menular.

Bidang penelitian dan pengembangan teknologi terapan kesehatan meliputi teknologi farmasi, gizi, makanan, kedokteran klinik, pengkajian dan penapisan teknologi kesehatan (Health Technology Assessment), uji obat dan vaksin, dan uji obat bahan alam, serta bidang teknologi terapan kesehatan lainnya.

Arah pengembangan teknologi farmasi adalah kemandirian obat, khususnya terkait dengan pengobatan penyakit malaria, HIV/AIDS, dengue, avian influenza, tuberculosis, kanker, diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit degeneratif lainnya. Teknologi gizi dan makanan diarahkan pada penanganan gizi buruk/kurang balita, pananganan gizi pada penyakit degeneratif (kanker, diabetes mellitus, jantung koroner, asam urat, dan lain-lain) melalui pendekatan nutrigenomik dan nutrigenetik.

Arah penelitian dan pengembangan kedokteran klinik adalah pada perbaikan manajemen kasus dan penyusunan algoritma klinik penyakit-penyakit dengan burden of disease tinggi sesuai dengan konteks Indonesia. Pengkajian dan penapisan teknologi kesehatan akan diarahkan pada penanganan penyakit-penyakit yang bebannya tinggi serta berpengaruh pada pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), seperti kesehatan ibu, kesehatan anak, penyakit tuberkulosis, dan penyakit malaria.

Uji obat dilakukan pada obat pengembangan dalam negeri maupun obat perusahaan farmasi asing sepanjang menguntungkan Indonesia. Uji vaksin diarahkan pada penyakit menular yang menjadi prioritas, misalnya dengue, tuberkulosis, rota virus, dan avian influenza.

Uji obat bahan alam diarahkan pada obat/tanaman asli Indonesia untuk menanggulangi penyakit-penyakit degeneratif dengan beban tinggi (diabetes mellitus, hipertensi, hiperkolesterolemia, hiperurisemia, rematik, dispepsia, kanker dan lainnya). Uji obat bahan alam diarahkan pada pembuktian keamananan dan kemanfaatan dalam rangka meningkatkan akses obat bahan alam yang murah kepada masyarakat (jamu generik / komunitas).

B. Analisis SWOT Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

Dalam analisis SWOT, pada dasarnya kita melihat kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) dari organisasi Pusat TTKEK yang ada sekarang (existing), dan melihat kesempatan (opportunities) dan ancaman (threats) dari lingkungan yang ada.

1. Kekuatan (strengths)

Berbagai kekuatan Pusat TTKEK yang di punyai adalah:

a) Sumber daya manusia yang ada dengan pendidikan S3 sebanyak 11 orang, S2 sebanyak 42 orang, S1 sebanyak 47 orang, dan D3 sebanyak 13 orang.

b) Laboratorium Terpadu di Bogor. Adanya Laboratorium Terpadu di Bogor, yang terdiri dari Laboratorium Biokimia, Laboratorium Fisiologi, akan sangat mendukung penelitian di bidang teknologi terapan kesehatan (teknologi farmasi dan gizi).

c) Klinik gizi di Komplek Pusat TTKEK Bogor Adanya Klinik Gizi di Pusat TTKEK Bogor akan dapat dimanfaatkan untuk penelitian di bidang penanganan gizi buruk, gizi klinik penyakit degeneratif (diabetes mellitus, hipertensi, hiperurisemia, hiperkolesterolemia, dyspepsia, kanker, dan lainnya)

d) Gedung Pelatihan di Komplek Pusat TTKEK Bogor Adanya Gedung Pelatihan di Pusat TTKEK Bogor dapat dimanfaatkan untuk sarana pendukung dalam peningkatan kapasitas SDM baik peneliti maupun staf non-peneliti

e) Laboratorium hewan coba di Komplek Pusat TTKEK Bogor Adanya Laboratorium Hewan Coba di Pusat TTKEK Bogor akan dapat digunakan dalam uji pre-klinik obat kovensional, obat bahan alam, maupun gizi makro, dan gizi mikro.

f) Kantor Pusat TTKEK di Jakarta Adanya Kantor Pusat TTKEK di Jakarta, yang rencananya akan menempati Gedung Lantai 1 dan 2 Eks Puslitbang Biomedis dan Farmasi serta Lantai 3 Eks Gedung NAMRU, akan sangat membantu struktural dan peneliti Pusat TTKEK Jakarta, dalam menjalankan pekerjaannya sehari-hari.

2. Kelemahan (weaknesses)

a) Terbaginya struktural substansi Bogor dan Jakarta Dengan terbaginya baik struktural dan fungsional di Bogor dan Jakarta akan menyulitkan dalam komunikasi dan koordinasi

b) Ruang lingkup baru penelitian klinis dan epidemiologi klinik Dengan adanya ruang lingkup penelitian yang baru, yakni penelitian klinis dan epidemiologi klinis, di mana SDM peneliti yang ada adalah dari eks Puslitbang Gizi dan Makanan serta dari eks Puslitbang Biomedis dan Farmasi, maka diperlukan tools metodologi riset baru, misalnya, Good Clinical Practice (Cara Uji Klinik yang Baik), Best Practice of Clinical Research (Metodologi Penelitian Klinis), Randomized Controlled Trial, dan sebagainya.

c) Kepakaran yang tidak sesuai Dengan perubahan tupoksi Pusat TTKEK menjadi penelitian dan pengembangan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik, maka terjadi kesenjangan kepakaran antara kepakaran yang seharusnya (normative) dan kepakaran yang ada (existing).

d) Tidak mempunyai rumah sakit penelitian Dengan perubahan tupoksi Pusat TTKEK menjadi penelitian dan pengembangan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik, maka seharusnya Pusat TTKEK harus mempunyai rumah sakit penelitian (research hospital). Namun, Pusat TTKEK tidak mempunyai rumah sakit penelitian.

e) Tidak mempunyai laboratorium Pharmacokinetics/farmakokinetik (PK), Pharmacodynamics/farmakodinamik (PD), Patologi Klinik, dan Patologi Anatomi (Histopatologi). Dengan perubahan tupoksi Pusat TTKEK menjadi penelitian dan pengembangan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik, maka seharusnya Pusat TTKEK mempunyai laboratorium farmakokinetik, farmakodinamik, Patologi Klinik, dan Patologi Anatomi (Histopatologi).

3. Peluang (opportunities)

a) Jejaring rumah sakit pendidikan dan rumah sakit penelitian Karena Pusat TTKEK tidak mempunyai rumah sakit penelitian sendiri, maka sebagai laboratorium penelitian klinis, Pusat TTKEK dapat mengembangkan jejaring penelitian klinis dengan rumah sakit pendidikan (teaching hospital) dan rumah sakit penelitian (RS Soelianti Saroso, RS Kanker Darmais)

b) Jejaring Fakultas Kedokteran Dalam rangka meningkatkan kompetensi para peneliti Pusat TTKEK, maka perlu dibangun aliansi dengan peneliti dari Perguruan Tinggi, khususnya Fakultas Kedokteran.

c) Jejaring ICE-EBM Network Jejaring Indonesian Clinical Epidemiology and Evidence-Based Medicine Network (ICE-EBM Network) dapat digunakan sebagai mitra dalam melakukan penelitian klinis, epidemiologi klinis, maupun kajian HTA.

d) Jejaring SEA-ICRN Jejaring South East Asia Infectous Disease Clinical Research Network (SEA- ICRN) dapat pula digunakan sebagai mitra dalam penelitian klinis penyakit infeksi, khususnya malaria, tuberkulosis, influenza, HIV/AIDS, dengue, dan sebagainya.

e) Kerjasama Bilateral dengan NIH (NIAID) Kerjasama bilateral Indonesian Network of Infectious Diseases Clinical Research dengan National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID-

NIH) dapat digunakan sebagai mitra dalam penelitian penyakit infeksi di Indonesia.

f) Kerjasama dengan Perusahaan Farmasi Nasional Kerjasama dengan Perusahaan Farmasi Nasional dapat dimanfaatkan dalam rangka pengembangan kemandirian obat untuk penyakit prioritas maupun pengembangan obat bahan alam (obat asli Indonesia)

g) Kerjasama dengan Contract Research Organization Kerjasama dengan Organisasi Riset Kontrak (CRO) dapat digunakan sebagai mitra dalam uji klinis obat baru, sehingga terdapat kemanfaatan untuk pasien dan peneliti Indonesia.

4. Ancaman (threats)

a) Penyalahguanaan spesimen Perjanjian Alih Spesimen (Material Transfer Agreement) menjadi sangat penting dalam rangka melindungi kepentingan Indonesia agar spesimen tidak disalahgunakan untuk kepentingan yang menghasilkan keuntungan oleh pihak lain.

b) Masalah etika penelitian klinis Penelitian klinis maupun uji klinis intervensi baru terhadap suatu penyakit memerlukan etika penelitian klinis yang kokoh. Apabila etika penelitian klinis tidak dijunjung tinggi maka dikhawatirkan akan merugikan subyek penelitian.

c) Biosafety dan Biosecurity Pemeriksaan spesimen manusia, khususnya yang sifatnya infeksius, harus memperhatikan prinsip-prinsip biosafety dan biosecurity.

C. Isu Strategis

Dari perkembangan masalah penelitian dan pengembangan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik dan analisis SWOT organisasi Pusat TTKEK, maka dapat dirumuskan isu strategis, sebagai berikut:

1) Perlu ditingkatkan penelitian dan pengembangan dalam rangka menemukan inovasi intervensi baik dalam promosi kesehatan, pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan rehabilitasi, penyakit menular prioritas (malaria, HIV/AIDS, dengue, avian influenza, tuberkulosis), penyakit tidak menular prioritas (stroke, diabetes mellitus, kanker, hiperkolesterolemia, hipertensi, rematik, hiperurisemia, asthma, PPOM).

2) Perlu ditngkatkan penelitian dan pengembangan epidemiologi klinik dalam rangka memberikan identifikasi beban penyakit, pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit menular prioritas (malaria, HIV/AIDS, dengue, avian influenza, tuberkulosis), penyakit tidak menular prioritas (stroke, diabetes mellitus, kanker, hipertensi, rematik, hiperkolesterolemia, hiperurisemia, asthma, PPOM).

3) Perlu ditingkatkan penelitian dan pengembangan dalam rangka penemuan obat baru, obat bahan alam baru, untuk pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit menular prioritas (malaria, HIV/AIDS, dengue, avian influenza, tuberkulosis), penyakit tidak menular prioritas (stroke, diabetes mellitus, kanker, hipertensi, rematik, hiperkolesterolemia, hiperurisemia, asthma, PPOM).

4) Perlu ditingkatkan dan dikembangkan penelitian dan pengembangan teknologi terapan gizi dan makanan dalam rangka penanganan gizi buruk / kurang balita dan penanganan penyakit degeneratif (stroke, diabetes mellitus, kanker, hipertensi, hiperkolesterolemia, rematik, hiperurisemia, asthma, PPOM).

5) Perlu dikembangkan kajian teknologi kesehatan (HTA) pada intervensi pengobatan penyakit-penyakit prioritas, khususnya penanganan penyakit yang mendukung pencapaian MDGs dan penyakit dengan beban tinggi (burden of diseases tinggi).

6) Untuk menjalankan tupoksi Pusat TTKEK (penelitian teknologi terapan dan epidemiologi klinis) perlu dikembangkan laboratorium penunjang, seperti farmakokinetik, farmakodinamik, patologi klinik, dan patologi anatomi (histopatologi).

7) Untuk melakukan penelitian klinis, maka perlu dikembangkan rumah sakit penelitian (research hospital).

8) Untuk mengeliminasi kesenjangan kepakaran di Pusat TTKEK dengan tupoksi baru, maka perlu ditingkatkan kapasitas peneliti terkait substansi penelitian klinis dan epidemiologi klinis, baik melalui diklat maupun jenjang sekolah S2 dan S3. Dan, tidak menutup kemungkinan akan dilibatkan peneliti ad hoc yang berasal dari berbagai lembaga riset lainnya.

BAB III VISI, MISI, NILAI DAN SASARAN

A. Visi

Menjadi institusi unggulan penelitian dan pengembangan kesehatan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik

B. Misi

1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan melalui penelitian teknologi terapan kesehatan dalam bidang kedokteran dan farmasi.

2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan melalui penelitian teknologi terapan kesehatan dalam bidang gizi dan makanan.

3. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan melalui penelitian dan epidemiologi klinis penyakit menular dan penyakit tidak menular.

4. Menjadikan Badan Litbangkes menjadi koordinator jejaring penelitian klinis di Indonesia melalui Pusat TTKEK.

5. Menjadikan Indonesia sebagai salah satu simpul (hub) penelitian klinis di Asia Tenggara

C. Nilai

1. Kejujuran Dalam membuktikan kebenaran dan ketidakbenaran dari suatu pengetahuan atau teknologi intervensi, maka peneliti harus menjunjung tinggi nilai kejujuran.

2. Etika Sebagai peneliti harus menjunjung tinggi etika dalam berinteraksi antar peneliti dan etika didalam melaksanakan penelitian.

3. Kebaruan Sebagai peneliti harus mampu menemukan kebaruan (novelty) dalam hal pengetahuan baru maupun teknologi baru.

4. Inovatif Sebagai peneliti harus mampu mencari terobosan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

5. Kaidah ilmiah Sebagai peneliti harus menjunjung tinggi kaidah-kaidah ilmiah dalam rangka menjaga mutu hasil penelitian.

6. Inkonvensional Dalam rangka menemukan teknologi terobosan perlu cara berfikir yang diluar dari biasanya (inkonvensional).

7. Aplikatif Hasil-hasil penelitian harus dapat diterapkan untuk memperkuat sistem kesehatan dan meningkatkan mutu pelayanan oleh pengguna (klien).

D. Sasaran

1. Terlaksananya penelitian dan pengembangan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik

2. Terlaksanakan publikasi hasil penelitian dan pengembangan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik, baik nasional maupun internasional

3. Terlaksanakan penelitian skala nasional berupa Riset Kesehatan Dasar Koordinator Wilayah 1

BAB IV RENCANA KEGIATAN 2010-2014

A. Tujuan

Meningkatnya penelitian dan pengembangan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik yang ditandai dengan peningkatan jumlah produk/model intervensi/prototipe/standar/formula dan publikasi ilmiah di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik (TTKEK).

B. Strategi

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM

2. Meningkatkan sarana dan prasarana litbang TTK EK

3. Meningkatnya kemampuan institusi litbang TTK EK

4. Menghasilkan produk/model intervensi/prototipe/standar/formula di bidang TTK EK

5. Meningkatkan diseminasi dan pemanfaatan hasil litbang TTK EK

6. Mengembangkan jejaring penelitian klinis dan registrasi penelitian klinis

7. Menjadi focal point penelitian klinis

C. Kebijakan Operasional

Mendorong terciptanya iklim yang mendukung peningkatan kemampuan institusi untuk menghasilkan produk, mengembangkan jejaring penelitian dan registrasi penelitian klinis serta penyebarluasan dan pemanfaatan produk sehingga Pusat TTK EK menjadi focal point penelitian klinis di indonesia.

D. Program

Sesuai dengan Rencana Strategi Kementerian Kesehatan Tahun 2010 -2014, Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik akan melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan serta publikasi hasil penelitian, di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidmemiologi klinik. Target yang akan dilakukan tiap tahun meliputi:

Tabel 4.1 Target Kinerja

Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

No Program

Target 2010 2011 2012 2013 2014 1 Penelitian dan

1. Jumlah produk/model

penelitian dan

intervensi/prototipe/standar/for

Teknologi pengembangan

mula di bidang teknologi

Terapan di bidang

terapan kesehatan dan

Kesehatan dan Teknologi

epidemiologi klinik

Epidemiologi Terapan Klinik

Kesehatan dan

2. Jumlah publikasi ilmiah di

Epidemiologi

bidang teknologi terapan

Klinik

kesehatan dan epidemiologi klinik yang dimuat pada media cetak dan elektronik:

a. Nasional

b. Internasional

Target indikator tersebut akan dicapai dengan kegiatan sebagai berikut:

1. Penelitian dan Pengembangan

a) Bidang Kajian Teknologi Terapan Kesehatan

Bidang Teknologi Terapan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi kesehatan serta penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi terapan kesehatan meliputi farmasi, gizi, makanan, kedokteran klinik, pengkajian dan penapisan teknologi kesehatan (Health Technology Assessment), uji obat dan vaksin, dan uji obat bahan alam, serta bidang teknologi terapan kesehatan lainnya.

Bidang Kajian Teknologi Terapan Kesehatan terdiri atas:

1) Bidang Kajian Teknologi Terapan Farmasi dan Kedokteran (TT FK)

Subbidang Teknologi Terapan Farmasi dan Kedokteran mempunyai tugas melakukan penelitian, pengembangan dan penapisan teknologi kesehatan, serta penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetika, perbekalan kesehatan, dan kedokteran klinik.

Berikut di bawah ini bagan tentang strategi pendekatan penelitian dan pengembangan Sub Bidang TT FK dan termasuk sub-bidang lainnya.

Gambar 2

Pendekatan Metodologi Penelitian dan Pengembangan (R&D)

di Pusat TTKEK

Area penelitian dan pengembangan yang termasuk kedalam sub bidang teknologi terapan farmasi dan kedokteran, yakni: farmasi klinis, kedokteran klinis, health technology assessment, uji obat dan vaksin, uji obat bahan alam serta bidang teknologi terapan kesehatan lainnya.

Penyakit infeksi masih merupakan ancaman global, dan masih menjadi penyebab kematian yang besar di negara berkembang utamanya di Indonesia. Dalam konteks penyakit infeksi, ruang lingkup penelitiannya mencakup upaya pencegahan (promotif dan preventif), diagnosis dini (early diagnosis), pengobatan (therapy), dan upaya rehabilitatif (rehabillitative), serta pendekatan kesehatan masyarakat. Masalah penyakit menular yang menjadi fokus Kementrian Kesehatan adalah malaria, HIV/AIDS, dengue, Influenza (avian influenza), tuberkulosis dan beberapa neglected diseases. Fokus litbang di bidang teknologi farmasi dan kedokteran adalah pengembangan diagnosis kit dan modalitas terapi yang efektif, aman, dan murah (baik obat modern maupun obat bahan alam), serta perbaikan manajemen kasus.

Penggunaan antimikroba secara masif dan irasional dapat menyebabkan masalah yang lebih besar yakni resistensi antimikroba. Penemuan senyawa antimikroba baru tidak secepat perkembangan mikroba-mikroba yang resisten. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah cepatnya pertumbuhan bakteri resisten. WHO telah menca nangkan aksi “combat antimicrobial resistance” sebagai tema pada Hari Kesehatan Dunia di tahun 2011. Hal ini untuk menggugah para stakeholders, perencana serta penentu kebijakan, para tenaga kesehatan (dokter, apoteker, perawat, dll), masyarakat serta industri farmasi untuk menyadari pentingnya menjaga kelangsungan penggunaan antimikroba.

Masalah penyakit malaria sudah dapat diatasi dengan obat anti malaria. Arah pengembangan pemberantasan malaria adalah dengan menggunakan terapi kombinasi artemisinin (artemisinin combination theraphy). Namun sediaan obat anti malaria yang tersedia dipasaran dalam bentuk tablet untuk pasien dewasa. Selama ini dosis obat anti malaria untuk pasien anak adalah dengan melakukan pengurangan dosis dengan cara melakukan pemotongan maupun penggerusan tablet yang disesuaikan dosisnya terhadap berat badan anak. Praktik ini memunculkan masalah baru yakni ketidaktepatan dosis anti malaria untuk pasien anak. Dari semua kondisi bentuk sediaan obat anti malaria untuk pasien anak, belum ada sediaan yang tepat dapat memberikan keuntungan menyeluruh dalam pengobatan penyakit malaria pada pasien anak-anak.

HTA memainkan peranan penting dalam melakukan pengkajian menyeluruh dengan memberikan dukungan bukti-bukti ilmiah kedokteran terkini yang mempertimbangkan kinerja teknologi, efikasi, efektifitas, keamanan klinis, dampak ekonomis, efisiensi, etika sosial dan legal. Hasil kajian dari suatu teknologi kesehatan sangat berguna untuk memberikan masukan bagi pembuat keputusan dan menyusun kebijakan kesehatan baik di tingkat pusat maupun daerah.

Kesemua topik tersebut terangkum dalam suatu rencana aksi peneltiian dan pengembangan di Pusat TTK EK khususnya sub bidang teknologi terapan farmasi dan kedokteran.

2) Bidang Kajian Teknologi Terapan Gizi dan Makanan

Subbidang Teknologi Terapan Gizi dan Makanan mempunyai tugas melakukan penelitian, pengembangan dan penapisan teknologi kesehatan, serta penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang gizi dan makanan. Ruang lingkupnya adalah individu sakit dengan metode yang digunakan adalah epidemiologi klinik dan uji klinis untuk menghasilkan produk berupa teknologi, tatalaksana, sistem dan pedoman.

Program Sub Bidang ini adalah 1) memformulasikan dan mengembangkan tatalaksana, intervensi gizi makro dan mikro, makanan terapi dan fungsional dan uji klinis untuk balita malnutrisi 2) pengaturan diit dan pengembangan pangan fungsional pada balita, dewasa dan usia lanjut yang menderita penyakit menular dan tidak menular yang dirawat di rumah sakit dan puskesmas, dan 3) deteksi dini balita stunting.

b) Bidang Kajian Epidemiologi Klinik Mempunyai tugas melaksanakan penelitian, pengembangan dan penapisan teknologi kesehatan, serta penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebiijakan di bidang epidemiologi klinik penyakit menular dan penyakit tidak menular serta epidemiologi klinik lainnya.

Bidang Kajian Epidemiologi Klinik terdiri dari:

1) Bidang Kajian Epidemiologi Klinik Penyakit Menular (EK PM)

Sub bidang Epidemiologi Klinik Penyakit Menular mempunyai tugas melakukan penelitian, pengembangan dan penapisan teknologi kesehatan, serta penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyakit menular langsung dan penyakit bersumber binatang. Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan (berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain, baik secara langsung maupun melalui perantara). Penyakit menular ini ditandai dengan adanya (hadirnya) agen atau penyebab penyakit yang hidup dan dapat berpindah.

Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang lain ditentukan oleh 3 faktor tersebut diatas, yakni :

a. Agen (penyebab penyakit)

b. Host (induk semang)

c. Route of transmission (jalannya penularan)

Ruang lingkup pada Sub Bidang EK PM adalah: Ruang lingkup pada Sub Bidang EK PM adalah:

b. Riwayat penyakit dan prognosis

c. Efektifitas pengobatan

2) Bidang Kajian Epidemiologi Klinik Penyakit Tidak Menular (EK PTM)

Sub bidang EK PTM mempunyai tugas melakukan penelitian, pengembangan dan penapisan teknologi kesehatan, serta penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyakit tidak menular. Penyakit Tidak Menular adalah penyakit kronik atau menahun, merupakan penyakit degeneratif, dan seringkali disebut New communicable disease karena dianggap dapat menular melalui gaya hidup, misalnya menyangkut pola makan, kehidupan seksual dan lainnya. Intinya atau subtansinya dalam epidemiologi penyakit tidak menular adalah ditemukannya faktor resiko sebagai faktor penyebab.

Ruang lingkup pada Sub Bidang EK PTM adalah:

a. Uji diagnostic

b. Riwayat penyakit dan prognosis

c. Efektifitas pengobatan (RCT)

2. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

Kegiatan pengembangan sumber daya manusia bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas dan kompetensi sumber daya manusia Pusat TTK EK.

Adapun kegiatan pengembangan SDM meliputi:

a. Pendidikan lanjutan regular/ non regular

b. Pelatihan peningkatan kualitas SDM

c. Rekruitmen pegawai baru

d. Pertemuan ilmiah dalam dan luar negeri

Gambar 3

Pembinaan Peneliti Yunior

3. Pengembangan sarana dan prasarana

Pengembangan sarana dan prasana bertujuan untuk menunjang berbagai kegiatan, meningkatkan kinerja pegawai Pusat TTK EK dalam rangka pencapaian visi misi Pusat TTK EK.

Gambar 4

Proses Pembangunan Gedung Pusat TTK EK Jakarta

Adapun kegiatan pengembangan sarana dan prasarana meliputi:

a. Pengadaan alat laboratorium

b. Perbaikan alat laboratorium

c. Pengembangan klinik gizi dan klinik penyakit

d. Penyusunan standard/ pedoman

Gambar 5

Laboratorium Vitamin A

4. Manajemen Litbang

Manajemen litbang dilakukan untuk meningkatan kemampuan Pusat TTK EK. Kegiatan manajemen litbang meliputi:

a. Penyusunan Rencana Aksi Kegiatan

b. Penyusunan road map penelitian

c. Penyusunan proposal dan protokol penelitian

d. Pelaksanaan penelitian

e. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan penelitian

f. Seminar hasil penelitian

g. Pembentukan Balai Gizi di Bogor

5. Penyebarluasan hasil litbang

Hasil-hasil penelitian diupayakan untuk dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh pengguna, pihak swasta maupun masyarakat luas yang berkepentingan.

Kegiatan yang dilakukan dalam rangka penyebarluasan hasil litbang melalui: - Publikasi hasil riset nasional dan internasional - Distribusi informasi hasil penelitin kepada stakeholders dan masyarakat - Penyelenggaraan pameran Pusat TTK EK - Seminar dan round table discussion dengan pengguna (penentu

kebijakan dan pemberi pelayanan kesehatan)

6. Pengembangkan jejaring dan registrasi penelitian klinis

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Pusat TTK EK berkerjasama dengan unit-unit kerja lain di lingkungan Kementerian Kesehatan RI, Kementerian lain, lembaga non-kementrian, perguruan tinggi negeri maupun swasta, serta lembaga lain yang bergerak dalam bidang kesehatan, dan gizi klinis (clinical nutrition), health technology assessment dan unit kerja lain, baik pada tingkat nasional, regional, maupun internasional.

7. Menjadikan Pusat TTK EK sebagai focal point penelitian klinis

Pusat TTK EK berperan sebagai koordinator dan pembina penelitian klinis yang dilakukan oleh berbagai lembaga penelitian (fakultas kedokteran, fakultas kedokteran gigi, fakultas farmasi, rumah sakit, dan lembaga riset lainnya).

E. Kegiatan

1. Penelitian dan Pengembangan

a) Bidang Kajian TT FK

Fokus dan area penelitan di bidang teknologi terapan farmasi dan kedokteran adalah

1) Reformulasi obat anti malaria untuk anak

2) Health Technology Assessment