Teknik, Metode dan Keberterimaan Teks Terjemahan Novel Warrior of The Light Chapter III VI
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menganalisis hasil produk terjemahan teks tertulis dengan
menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif yang akan meneliti teks
verbal yang berbentuk tulisan pada tingkatan frasa, klausa, dan kalimat dalam
novel Warrior of The Light karangan Paulo Coelho yang diterjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia oleh Eddie Riyadi Laggut-Terre.
Peneliti memilih metode pendekatan deskriptif kualitatif karena data yang
di kaji merupakan data kualitatif pada tingkatan frasa, klausa, dan kalimat.
Selanjutnya data tersebut disesuaikan dengan masalah tujuan penelitian ini. Untuk
mendapatkan penelitian yang maksimal maka peneliti melakukan beberapa
langkah
antara
lain
membaca,
menyimak,
dan
mengidentifikasi,
serta
mengklasifikasikan data tersebut kedalam beberapa teknik penerjemahan untuk
mendapatkan tatanan mikro suatu terjemahan. Kemudian temuan dalam teknik
penerjemahan tersebut akan dijadikan sandaran dalam menentukan metode
penerjemahan (tatanan makro).
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk: 1) Menganalisis
teknik
penerjemahan yang diterapkan dalam menerjemahkan teks novel Warrior of The
46
Universitas Sumatera Utara
47
Light ke dalam bahasa Indonesia, 2) Menganalisis metode penerjemahan yang
diterapkan dalam menerjemahkan teks novel Warrior of The Light ke dalam
bahasa Indonesia, 3) Menilai kualitas terjemahan dari segi keberterimaan pesan
dalam menerjemahkan teks novel Warrior of The Light ke dalam bahasa
Indonesia.
3.2
Teknik Pengambilan Sampel
Berkenaan dengan teknik pengambilan sampel, Nasution (2003: 53)
mengatakan bahwa “Mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya
sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain
penelitiannya, serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya”. Atas dasar tersebut
maka peneliti menentukan teknik pengambilan sampel dengan metode purposive
sampling.
Purposive sampling adalah salah satu teknik pengambilan sampel yang
paling banyak digunakan dalam penelitian. Purposive sampling merupakan proses
pengambilan sampel secara sengaja, maksudnya adalah peneliti menentukan
sendiri karena ada pertimbangan tertentu seperti jumlah populasi data, waktu yang
dibutuhkan, dan keterbatasan kemampuan.
Gay dan Diehl (1992) menuliskan bahwa untuk penelitian deskriptif,
sampelnya 10% dari populasi Dasar Penentuan jumlah Sample. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif. Novel warrior of the light terdiri dari 133
Universitas Sumatera Utara
48
halaman. Untuk mendapatkan persentase yang mendekati dan yang paling ideal,
maka peneliti mengambil kelipatan sepuluh pada tiap-tiap halaman novel tersebut,
sehingga didapatkanlah 14 halaman sebagai sample. 14 halaman adalah 11% dari
133 halaman (populasi). Maka sampel penelitian ini sudah ideal.
3.3 Data dan Sumber Data
3.3.1 Data
Data yang dianalisis dalam penelitian ini dibatasi pada tataran frasa,
klausa, dan kalimat yang terdapat dalam teks novel Warrior of The Light. Yang
bertujuan untuk mengungkap teknik penerjemahan, metode penerjemahan, dan
kualitas penerjemahan dari segi keberterimaan terjemahan yang digunakan oleh
Eddie Riyadi Laggut-Terre dalam menerjemahkan novel Warrior of The Light
kedalam bahasa Indonesia.
3.3.2
Sumber Data
Menurut Sutopo (2002 : 50–54) sumber data dalam penelitian kualitatif
dapat berupa manusia; peristiwa; atau aktifitas; tempat atau lokasi; benda,
beragam gambar, dan rekaman; serta dokumen dan arsip. Sumber data pada
penelitian ini adalah: Novel Warrior of The Light karangan Paulo Coelho, terdiri
dari 136 halaman, diterbitkan oleh Harper Collins Publisher 2002. Dan novel
terjemahannya berjudul Kitab Suci Kesatria Cahaya diterjemahkan pada tahun
Universitas Sumatera Utara
49
2012 oleh Eddie Riyadi Langgut-Terre, terdiri dari 149 halaman, deterbitkan oleh
PT Gramedia Pustaka Utama 2012. Novel Warrior of the Light terdiri dari 133
halaman.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menerapkan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Studi dokumenter (documentary study). Studi dokumenter merupakan
merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen. Dokumen dalam penelitian ini adalah
dokumen tertulis yang diterapkan untuk mengumpulkan data yang terkait
dengan teknik penerjemahan, metode penerjemahan, dan kualitas terjemahan
dari segi keberterimaan terjemahan dari bahasa sumber kedalam bahasa
sasaran.
Dalam penelitian ini hanya diambil 14 halaman dengan alasan sebagai
berikut: pertama, karena novel tersebut tidak memiliki bab dan sub-bab namun
merupakan suatu cerita yang berkesinambungan, sehingga peneliti hanya
mengambil batasan berupa halaman. Kedua, keberhasilan suatu penelitian tidak
selalu ditentukan dari banyaknya sampel yang digunakan, hal senada dikatakan
oleh Nasution (2003: 53) “Mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya
sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain
penelitiannya, serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya”. Yang ketiga,
penerjemah novel tersebut hanya satu orang saja yaitu Eddie Riyadi Langgut-
Universitas Sumatera Utara
50
Terre, dengan demikian maka bobot dan kualitas terjemahan tersebut relative
sama dan stabil. beranjak dari alasan-alasan tersebut maka sampling data yang
diambil sudah mewakili keseluruhan populasi.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Taylor, (1975: 79) adalah sebagai proses yang
merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis
(ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan
tema pada hipotesis. Dengan demikan definisi tersebut dapat disederhanakan
bahwa analisis data merupkan suatu proses mengurutkan data ke dalam pola dan
kategori sehingga dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh
data.
Teknik analisis data yang dilakukan untuk merumuskan hipotesis kerja
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi
teknik
penerjemahan
yang
diterapkan
dalam
menerjemahkan novel Warrior of The Light berdasarkan teori Molina &
Albir.
2. Setelah teknik penerjemahan dapat dirumuskan, maka tahapan berikutnya
adalah melihat kecenderungan penerapan teknik penerjemahan tersebut
untuk
menetapkan metode
penerjemahan
yang digunakan
dengan
menggunakan teori Diagram V oleh Newmark
Universitas Sumatera Utara
51
3. Kemudian menentukan kualitas keberterimaan terjemahan berdasarkan teori
Munday dengan membaginya kedalam dua kategori yaitu: adequate dan
acceptable.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Bab IV ini memaparkan tentang tiga bagian utama penelitian. Bagian
pertama adalah pemaparan data tentang teknik penerjemahan yang diterapakan
dalam menerjemahkan frasa, klausa dan kalimat pada novel warrior of the light ke
dalam bahasa Indonesia. Bagian kedua adalah pemaparan data tentang metode
penerjemahan yang diterapakan dalam menerjemahkan frasa, klausa dan kalimat
pada novel warrior of the light ke dalam bahasa Indonesia. Bagian yang terakhir
adalah pemaparan data tentang kualitas terjemahan dari segi keberterimaan pesan
dari bahasa sumber ke bahasa sasaran.
Alasan yang mendasari pemaparan data tentang teknik terlebih dahulu
adalah karena teknik penerjemahan merupakan suatu tatanan mikro dalam sebuah
penerjemahan, sehingga akan sangat mudah untuk mengetahui metode dan
kualitas terjemahan dari segi keberterimaaan pesan. Penyajian data tersebut akan
dilakukan secara sistematis sehingga diharapkan mampu memberikan pemaparan
data tentang teknik, metode dan kualitas terjemahan dari segi keberterimaan pesan
secara jelas dan mudah di mengerti.
Penelitian ini menganalisis data dari novel warrior of the light yang terdiri
atas data bahasa Inggris sebagai data sumber kemudian data terjemahan bahasa
Indonesia sebagai data sasaran. Data yang terdapat dalam novel tersebut
52
Universitas Sumatera Utara
53
merupakan cerita yang tidak memiliki bab dan sub-bab, sehingga peneliti harus
mengambil sampel sebagai data penelitian.
4.1 Teknik Penerjemahan
Penelitian ini
mengidentifikasi
data
yang diterjemahkan
dengan
menggunakan satu teknik penerjemahan, dua teknik penerjemahan (kuplet), tiga
teknik penerjemahan (triplet). Dari 180 data yang dianalisis, peneliti menemukan
123 data yang di terjemahkan dengan menerapkan teknik tunggal, 55 data yang di
terjemahkan dengan menerapkan teknik kuplet, dan terdapat 2 data yang
diterjemahkan dengan menerapkan teknik triplet.
4.1.1 Teknik Tunggal
Teknik tunggal merupakan teknik yang menerapkan hanya satu teknik
dalam penerjemahannya. Dalam penelitian ini peneliti menemukan bahwa teknik
penerjemahan tunggal merupakan teknik yang paling dominan. Dalam penelitian
ini teridentifikasi sebanyak 123 teknik penerjemahan tunggal, yang terdiri dari
teknik penerjemahan harfiah, teknik penerjemahan padanan lazim dan teknik
penerjemahan amplifikasi linguistik.
Universitas Sumatera Utara
54
Tabel 4.1 : Teknik Penerjemahan Tunggal
No
Jenis Teknik Tunggal
1
Harfiah
2
Amplifikasi Linguistik
3
Padanan Lazim
Jumlah
103
15
5
Jumlah
123
Dari ke 3 teknik penerjemahan tersebut, tampak bahwa teknik
penerjemahan harfiah mendominasi, yaitu sebanyak 103 data, kemudian teknik
penerjemahan amplifikasi linguistik sebanyak 15 data, dan yang terakhir adalah
teknik penerjemahan amplifikasi linguistik sebanyak 5 data. Berikutnya uraian
dari ke 3 teknik penerjemahan di atas akan di paparkan di bawah ini:
4.1.1.1 Teknik Harfiah
Penerjemahan harfiah merupakan terjemahan kata per kata, seperti yang di
katakana oleh Hurtado Albir: 2001 “ Literal translations is to translate a word or
an expression word for word”. Yang di maksud oleh Molina dan Albir dengan
penerjemahan kata per kata adalah menerjemahkan kata demi kata berdasarkan
fungsi dan maknanya dalam tataran sebuah kalimat tanpa mengurangi dan
menambahkan penjelasan apapun.
Dalam
penelitian
ini
teridentifikasi
sebanyak
103
data
dengan
menggunakan teknik penerjemahan harfiah, dengan data bernomor sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
55
002 003 004 005 008 011 012 013 015 018 025 026 028 029
030 032 033 034 036 037 040 042 043 046 047 048 050 051
052 056 057 059 060 061 063 064 068 069 071 072 073 078
081 082 087 089 090 093 096 097 099 100 106 107 108 110
114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 126 127 128
129 130 132 134 135 136 139 140 141 142 143 149 152 154
155 156 158 159 160 163 167 168 170 171 172 174 175
Teknik harfiah tersebut merupakan teknik yang paling dominan dalam
menerjemahkan prasa, klausa dan kalimat terhadap novel warrior of the light,
seperti contoh berikut ini:
No
Bahasa Sumber
Bahasa Sasaran
002
Angels help him in his
struggle
Dalam perjuangannya dia dibantu oleh
malaikat
003
Celestial forces place each
thing in its place
Kekuatan surgawi menempatkan tiap
hal pada tempatnya
004
Thus allowing him to give it
his best
Sehingga dapatlah dia memberikan
yang terbaik dari dirinya
005
His companions say
Sahabat-sahabatnya berkata
008
That is why
Itulah sebabnya
Tampak jelas bahwa pemadanan kata-kata pada kalimat diatas sangat
terikat dengan bahasa sumbernya, tanpa mengubah fungsi dan makna dalam
tatanan sebuah kalimat, serta tanpa mengurangi dan menambah informasi apapun.
Universitas Sumatera Utara
56
4.1.1.2 Teknik Amplifikasi Linguistik
Penerjemahan amplifikasi linguistik adalah Teknik penerjemahan yang
menambahkan detail informasi yang tidak terdapat dalam teks bahasa sumber.
Penambahan dalam teknik ini hanya informasi yang digunakan untuk membantu
penyampaian pesan atau pemahaman pembaca. Penambahan ini tidak boleh
mengubah pesan yang ada dalam teks bahasa sumber.
BSu
: There are many Indonesian in London.
BSa
: Banyak warga negara Indonesia di kota London.
Kata Indonesian diterjemahkan menjadi warga Negara Indonesia hal ini bertujuan
untuk memberikan informasi yang lebih akurat, namun dengan tidak mengubah
unsur makna dalam bahasa sumber.
Peneliti menemukan sebanyak 15 data dengan menggunakan teknik
penerjemahan amplifikasi linguistic dalam menerjemahkan novel warrior of the
light dengan contoh sebagai berikut:
009 020 031 044 045 075 076 091 101 102 105 162 165 169
176
Teknik amplifikasi linguistik merupakan teknik terbesar kedua dalam
penerjemahan tunggal terhadap prasa, klausa dan kalimat pada novel warrior of
the light, seperti contoh berikut ini:
No
Bahasa Sumber
Bahasa Sasaran
009
at sunset
Ketika senja tiba
020
He grows depressed
Dia merasa tertekan dan putus asa
Universitas Sumatera Utara
57
031
However long that may take
Seberapa pun lamanya pengajaran itu
berlangsung
044
When the warrior watches a
sunset and feels no joy
Bila tak ada suka cita sedikit pun ketika
dia memandang matahari tenggelam
075
He too lost heart and courage
Dia pun pernah merasa putus asa dan
kehilanagan keberanian
Kelima contoh kalimat diatas menunjukkan bahwa terdapat penambahan
informasi yang bertujuan untuk memberikan serta memperjelas detail informasi
terhadap suatu kalimat. contoh kalimat bernomor 009 at sunset diterjemahkan
dengan ketika senja tiba, terdapat penambahan kata tiba pada penerjemahannya,
padahal tidak terdapat padanan kata tiba pada bahasa sumber. Inilah peranan
kongkrit teknik penerjemahan amplifikasi linguistik.
4.1.1.3 Teknik Padanan Lazim
Teknik padanan lazim merupakan penerjemahkan istilah dalam bahasa
sumber dengan istilah yang sudah lazim dalam bahasa sasaran. Istilah dalam
bahasa sumber tersebut umumnya berdasarkan kamus atau ungkapan sehari-hari
yang digunakan oleh suatu komunitas pembaca.
Dalam penelitian terhadap teknik padanan lazim ini peneliti menemukan
bahwa terdapat 5 data dengan menggunakan teknik padanan lazim, dengan nomor
data sebagai berikut:
006 103 104 131 161
Universitas Sumatera Utara
58
Teknik
padanan
lazim
merupakan teknik
paling sedikit
dalam
penerjemahan tunggal terhadap prasa, klausa dan kalimat pada novel warrior of
the light, seperti contoh data berikut ini:
No
Bahasa Sumber
Bahasa Sasaran
006
'He's so lucky!
Beruntungnya dia
103
Lonely old people
Tua jompo yang merana
104
Drunks in the gutter
Ada pemebuk yang ketagihan
131
He thinks
Demikian pikirnya
161
The world is a mirror
Dunia adalah sebuah cerminan
Data diatas menunjukkan penerjemahkan istilah dalam bahasa sumber
dengan istilah yang sudah lazim dalam bahasa sasaran. Istilah dalam bahasa
sumber tersebut umumnya berdasarkan kamus atau ungkapan sehari-hari. Seperti
contoh He is so lucky diterjemahkan menjadi beruntungnya dia, seharusnya
diterjemahkan dengan dia sangat beruntung, namun hal ini tidak dilakukan oleh
penerjemah karena penerjemah ingin lebih dekat dengan ungkapan sehari-hari
yang digunakan oleh masyatrakat kita.
4.1.2 Teknik Penerjemahan Kuplet
Teknik penerjemahan kuplet adalah teknik penerjemahan dengan
menerapkan 2 teknik dalam satu kalimat. pada penelitian ini ditemukan 53 data
yang terkait dengan penerjemahan kuplet. Peneliti menemukan 18 teknik
Universitas Sumatera Utara
59
penerjemahan dengan perpaduan antara teknik reduksi + harfiah, 11 teknik
perpaduan antara amplifikasi linguistik + harfiah, 14 teknik penerjemahan dengan
perpaduan antara harfiah + padanan lazim, 6 teknik perpaduan antara transposisi +
harfiah, 1 teknik perpaduan antara amplifikasi linguistik + adaptasi, 1 teknik
perpaduan antara harfiah + adaptasi, 2 teknik perpaduan antara padanan lazim +
amplifikasi linguistik.
Tabel 4.2 : Teknik Penerjemahan Kuplet
No
Jenis Teknik Kuplet
1
Reduksi + Harfiah
18
2
Harfiah + Padanan Lazim
14
3
Amplifikasi Linguistik + Harfiah
11
4
Transposisi + Harfiah
6
5
Padanan Lazim + Amplifikasi Linguistik
2
6
Amplifikasi Linguistik + Adaptasi
1
7
Harfiah + Adaptasi
1
Jumlah
Jumlah
53
Data di atas menunjukkan jumlah teknik penerjemahan kuplet antara
reduksi + harfiah mendominasi yaitu sebanyak 18 data, kemudian yang paling
kecil adalah teknik amplifikasi linguistik + harfiah dan harfiah + adaptasi +
adaptasi.
Universitas Sumatera Utara
60
4.1.2.1 Teknik Reduksi + Harfiah
Terdapat 18 teknik penerjemah kuplet dengan perpaduan antara teknik
reduksi dan harfiah. Dengan data sebagai berikut:
001 014 017 022 024 041 049 053 055 062 065 098 109
112 148 151 157 180
Data dengan penerapan antara teknik Reduksi + Harfiah adalah seperti
contoh berikut ini:
NO
BSu
BSa
001
A warrior of light knows that
he has much to be grateful
for
Kesatria cahaya tahu, bahwa banyak
hal yang patut disyukurinya
014
A warrior of light does not
need to be reminded of the
help given him by others
Kesatria cahaya tidak perlu diingatkan
akan pertolongan yang telah
diterimannya dari orang-orang lain
017
A warrior of the light knows
that certain moments repeat
themselves
Kesatria cahaya tahu bahwa ada
peristiwa-peristiwa tertentu yang selalu
berulang
022
I‟v been through all this
before
Aku pernah mengalami semua ini
024
Yes, you have been through
all this before
Ya, kau memang pernah mengalami
sumua ini
Dari data diatas dapat kita lihat bahwa data yang berarsir kuning
menunjukkan adanya penghilangan (reduksi) seperti: a warrior of light
diterjemahkan dengan kesatria cahaya, tampak jelas penghilangan “A” yang
Universitas Sumatera Utara
61
lazimnya diterjemahkan dengan seorang. Kemudian penerjemahan harfiah sama
dengan penjelasan sebelumnya.
4.1.2.2 Teknik Harfiah + Padanan Lazim
Terdapat 14 data yang menggunakan teknik kuplet dengan perpaduan
antara teknik harfiah dan padanan lazim. Dengan data bernomor sebagai berikut:
010 021 039 074 080 083 086 094 113 125 137 164 166 173
Berikut ini contoh penerapan teknik kuplet dengan perpaduan antara
teknik harfiah + padanan lazim:
NO
BSu
BSa
010
he kneels and gives thanks
for the Protective Cloak
surrounding him
Dia berlutut dan memanjatkan ucapan
syukur kepada jubbah pelindung yang
telah melingkupinya
021
Thinking that he is incapable
of making any progress in
life
Dia merasa tak mampu membuat
kemajuan apapun dalam hidupnya
039
And he continues to
encourange others
Dan dia tetap menyemangati orang
lain
080
There is no point in forcing
things
Tak ada gunanya memaksakan diri
094
But he ended up winning
something too
Tetapi sesungguhnya dia juga telah
memenangkan sesuatu
113
No warrior can sit down by
the fire
Tak seorang kesatria pun bisa duduk
di pendiangan
Beberapa kutipan di atas memperlihatkan bahwa ada dua tenik
penerjemahan dalam satu kalimat yaitu harfiah dan padanan lazim. Contoh : he
Universitas Sumatera Utara
62
kneels and gives thanks for the Protective Cloak surrounding him diterjemahkan
dengan Dia berlutut dan memanjatkan ucapan syukur kepada jubbah pelindung
yang telah melingkupinya. Kutipan surrounding him diterjemahkan dengan yang
telah melingkupinya merupakan makna yang lazim dalam konteks budaya
Indonesia, sehingga penerjemah lebih memilih makna tersebut.
4.1.2.3 Teknik Amplisikasi Linguistik + Harfiah
Terdapat 11 data yang terkait dengan teknik tersebut. Pada dasarnya
penggunaan teknik amplifikasi linguistik merupakan kebalikan dari teknik
reduksi. Teknik amplifikasi bertujuan untuk memberikan keterangan/informasi
yang lebih akurat, walaupun tidak terdapat dalam bahasa sumber. Berikut ini data
yang terkait dengan kombinasi teknik penerjemahan amplifikasi linguistik +
harfiah:
007 019 027 054 066 077 079 085 092 133 147
Berikut ini contoh paduan terjemahan antara teknik amplifikasi linguitik +
harfiah:
NO
BSu
BSa
007
'And the warrior does
sometimes achieve Things
far beyond his capabilities
Dan memang, sang kesatria
kadangkala dapat mencapai hal-hal
yang jauh diatas kemampuannya
019
And seeing these difficult
situations return
Dan tatkala melihat situasi-situasi
yang sulit ini kembali terjadi
027
Then the warrior realizes that Maka sang kesatria pun menyadari
these repeated experiences
bahwa pengalaman-pengalaman yang
have but one aim
selalu berulang ini mempunyai satu
Universitas Sumatera Utara
63
tujuan dan hanya satu
054
But is not used by it
Namun tidak dimanfaatkan oleh
kesendirian itu
066
The warrior of the light does
not always have faith
Kesatria cahaya tidak selalu
mempunyai keyakinan yang teguh
Beberapa kutipan di atas seperti data nomor 007: 'And the warrior
diterjemahkan dengan Dan memang, sang kesatria. Kutipan diatas menunjukkan
bahwa penerjemah menambahkan prasa dan memang, padahal dalam bahasa
sumber tidak kita temukan prasa tersebut.
4.1.2.4 Teknik Transposisi + Harfiah
Teknik transposisi merupakan teknik dengan melakukan perubahan
kategori gramatikal atau dengan melakukan pergeseran kategori, struktur dan unit.
Terdapat 6 teknik penerjemahan kuplet yang menggabungkan antara teknik
penerjemahan transposisi dan harfiah. Berikut ini data yang terkait dengan teknik
tersebut:
016 035 067 111 138 150
Berikut ini contoh terjemahan kuplet denga menerapkan dua teknik yaitu
transposisi dan harfiah:
Universitas Sumatera Utara
64
NO
BSu
BSa
016
And he makes sure to share with
them any rewards he receives
Dan dia tak lupa berbagi semua
ganjaran yang diterimanya dengan
mereka
035
He tries to show each person
how much they are capable of
achieving
Dia coba menunjukkkan kepada
semua orang bahwa mempunyai
kemampuan yang sangat besar
untuk mencapai sesuatu
067
There are moments when he
believes in absolutely nothing
Pada saaat-saat tertentu, dia tidak
percaya apapun
111
He was not born knowing how to Dia tak terlahir dengan kemahiran
use a sword
berpedang
138
He never meets people who ask
him to fight battles thet are not
his own
Tetap saja dia bertemu dengan
orang-orang yang memintanya
melakukan pertempuran yang
bukan miliknya
Contoh terjemahan diatas And he makes sure diterjemahkan dengan Dan
dia tak lupa, dari terjemahan ini sangat jelas terlihat bahwa terdapat perubahan
kategori, struktur dan gramatikal dalam menerjemahkan kutipan tersebut.
4.1.2.5 Teknik Padanan Lazim + Amplifikasi Linguistik
Terdapat 2 teknik penerjemahan dengan menggunakan perpaduan antara
teknik padanan lazim dengan amplifikasi linguistik. Dengan data bernomor:
088 144
Berikut ini contoh penerjemahan dengan menggunakan teknik kuplet
antara padanan lazim dan amplifikasi linguistik:
Universitas Sumatera Utara
65
NO
BSu
BSa
088
His heart satisfied, that faith still
burns in his soul
Hatinya pun tenang dan puas, dia
juga memastikan imannya
senantiasa menyala-nyala dalam
jiwanya
144
And who want him to ease their
anxieties in some way
Dan berharap dia akan meredakan
kacemasan mereka
kutipan his heart satisfied diterjemahkan dengan hatinya pun tenang
merupakan suatu terjemahan dengan menggunakan teknik padanan lazim.
4.1.2.6 Teknik Amplifikasi + Harfiah
Hanya terdapat 1 teknik kuplet yang menggunakan penggabungan antara
teknik amplifikasi dan harfiah, dengan data bernomor : 058. Contoh data
penerapan teknik amplifikasi + harfiah adalah:
NO
058
BSu
And avoids acting without
thinking
BSa
Dan menjauhkan diri dari sikap
gegabah
Perpaduan kedua teknik tersebut sangat jarang ditemukan. Dalam data
tersebut hanya terdapat 1data yang menggunakan teknik tersebut.
Universitas Sumatera Utara
66
4.1.2.7 Teknik Harfiah + Adaptasi
Hanya terdapat 1 teknik penerjemahan dengan menggunakan perpaduan
antara teknik harfiah dan adaptasi. Data tersebut adalah data bernomor: 070.
Berikut ini data yang terkait dengan teknik penerjemahan harfiah + adaptasi:
NO
070
BSu
But his heart remains silent
BSa
Tetapi hatinya tetap diam seribu
bahasa
Teknik perpaduan diatas tidah akan merubah makna yang yang di inginkan
oleh penerjemah karena seperti yang peneliti jelaskan di atas bahwa penghilangan
tidak dimaksudkan untuk mengurangi makna pada bahasa sasaran.
4.1.3 Teknik Penerjemahan Triplet
Teknik triplet merupakan penerapan 3 teknik penerjemahan sekaligus
terhadap suatu kalimat. dalam penelitian ini terdapat 2 teknik penerjemahan triplet
dengan data bernomor: 038 dan 146. Kedua teknik tersebut adalah teknik harfiah
+ padanan lazim + transposisi dan yang kedua ialah amplifikasi linguistik +
padanan lazim + harfiah.
Universitas Sumatera Utara
67
Tabel 4.3 : Teknik Penerjemahan Triplet
No
Jenis Teknik Kuplet
Jumlah
1
Harfiah + Padanan Lazim + Transposisi
1
2
Amplifikasi Linguistik + Padanan Lazim + Harfiah
1
Jumlah
2
Peneliti hanya menemukan 2 teknik penerjemahan triplet denagn varian
yang berbeda.
4.1.3.1 Teknik Harfiah + Padanan Lazim + Transposisi
Teknik triplet ini memadukan antara teknik harfiah + padanan lazim +
transposisi. Ditemukan 1 teknik penerjemahan tersebut dengan data nomor: 038.
Berikut ini contoh data yang ditemukan:
NO
038
BSu
The warrior is not discouraged
by this
BSa
Sang kesatria tidak gentar oleh
hasutan demikian
Kalimat di atas menerapkan 3 teknik penerjemahan yaitu harfiah +
padanan lazim + transposisi. Prasa is not discouraged diterjemahkan dengan tidak
gentar. Kata discourage memang sangat lazim digunakan untuk menerjemahkan
konteks kalimat tersebut. Kemudian prasa by this diterjemahkan dengan oleh
hasutan demikian merupakan pergeseran kategori, struktur dan unit. Dan prasa the
warrior merupakan teknik harfiah.
Universitas Sumatera Utara
68
4.1.3.2 Teknik Amplifikasi Linguistik + Padanan Lazim + Harfiah
Peneliti hanya menemukan 1 teknik penerjemahan triplet dengan
perpaduan teknik amplifikasi linguistik + padanan lazim + harfiah. Data tersebut
bernomor: 146. Berikut ini data contoh data teknik triplet tersebut:
NO
146
BSu
He smiles and makes it clear to
them that he love them
BSa
Dia hanya tersenyum dan
meyakinkan mereka bahwa
memang dia mengasihi mereka
Kalimat di atas menerapkan 3 teknik penerjemahan sekaligus yaitu
amplifikasi linguistik + padanan lazim + harfiah. Prasa he smiles diterjemahkan
dengan dia hanya tersenyum, penerjemah menambahkan kata hanya yang
tujuannnya untuk memberikan informasi yang lebih detail tentang suatu kejadian.
Kemudian makes it clear diterjemahkan dengan dan meyakinkan, teknik ini
merupakan padanan yang paling lazim digunakan di Indonesia. Kemudian teknik
yang terakhir adalah harfiah.
4.2 Metode Penerjemahan
Berdasarkan analisis terhadap teknik penerjemahan, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa terdapat 6 teknik penerjemahan yang di gunakan yaitu 1)
harfiah, 2) amplifikasi, 3) linguistik, 3) padanan lazim, 4) transposisi, 5) adaptasi,
dan 5) reduksi. Berikut ini adalah tabel tentang sebaran penggunaan teknik
penerjemahan:
Universitas Sumatera Utara
69
Tabel 4.4 : Frekuensi Teknik Penerjemahan
No Teknik Penerjemahan
1
Harfiah
2
Amplifikasi Linguistik
3
Tunggal
Kuplet
Triplet
Jumlah
103
50
2
155
15
14
1
30
Padanan Lazim
5
16
2
23
4
Transposisi
-
6
1
7
5
Adaptasi
-
2
-
2
6
Reduksi
-
18
-
18
Berdasarkan tabel di atas dapat kita simpulkan bahwa teknik harfiah
menduduki peringkat tertinggi yaitu sebanyak 155 data, amplifikasi linguistik 30
data, padanan lazim 23 data, transposisi 7 data, adaptasi 2 data, dan reduksi 18
data. Berikutnya data tentang teknik penerjemahan tersebut akan di proses untuk
mendapatkan kecenderungan metode penerjemahan menurut Newmak dengan
menggunakan diagram V.
Tabel 4.5 : Daftar Teknik yang Berorientasi pada Bahasa Sumber
No
Jenis Teknik
1
Harfiah
Jumlah
155
Persentase
66%
Tabel di atas memperlihatkan bahwa hanya terdapat 1 teknik
penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber, namun teknik harfiah
mendominasi jumlah penerapan tekniknya yaitu sebanyak 155 data atau 66%.
Universitas Sumatera Utara
70
Tabel 4.6 : Daftar Teknik yang Berorientasi pada Bahasa Sasaran
No
Jenis Teknik
Jumlah
Persentase
1
Amplifikasi Linguistik
30
13%
2
Padanan Lazim
23
10%
3
Reduksi
18
8%
4
Transposisi
7
3%
5
Adaptasi
2
1%
80
34%
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa teknik yang berorientasi pada bahasa
sumber lebih mendominasi yaitu sebanyak 155 data atau 66%, sedangkan teknik
yang berorientasi pada bahasa sasaran sebanyak 80 data atau 34%. Maka dapat di
ambil kesimpulan bahwa metode penerjemahan yang di gunakan dalam
menerjemahkan novel warrior of the light adalah metode yang menekankan pada
bahasa sumber.
4.3
Kualitas Terjemahan dari Segi Keberterimaan Pesan
Keberterimaan pesan merupakan suatu kewajaran terjemahan berdasarkan
norma budaya dan bahasa sasaran. Suatu terjemahan dapat dikatakan berterima
jika dalam proses penerjemahannya mengikuti norma budaya pada BSa. (Munday,
2001) menyatakan bahwa jika norma yang diikuti merupakan budaya BSu maka
terjemahannya akan menjadi adequate, sementara jika terjemahannya mengikuti
norma budaya Bsa maka terjemahannya akan berterima (acceptable). Hal senada
Universitas Sumatera Utara
71
juga di kuatkan oleh (Larson, 1984:15) Pilihan kata yang terlalu setia dengan
bahasa sumbernya akan mengakibatkan terjemahan terdengar asing.
Peneliti hanya membagi kualitas terjemahan dari segi keberterimaan pesan
ke dalam 2 kategori yaitu adequate dan acceptable. Hal ini berdasarkan teori yang
dikemukakan oleh Munday. Menurut Munday suatu terjemahan dikatakan
berterima jika penerjemah dalam proses penerjemahannya berorientasi pada
bahasa sasaran dan konteks budaya sasaran. Jika sebaliknya maka tentu tejemahan
tersebut akan kurang berterima.
Tabel 4.7 : Daftar Teknik yang Berorientasi pada Bahasa Sasaran
No
Jenis Teknik
Jumlah
Persentase
Orientasi
1
Amplifikasi Linguistik
30
13%
BSa
2
Padanan Lazim
23
10%
BSa
3
Reduksi
18
8%
BSa
4
Transposisi
7
3%
BSa
5
Adaptasi
2
1%
BSa
80
34%
Jumlah
Data di atas menunjukkan bahwa terdapat 80 data atau 34% penerjemahan
yang berorientasi pada bahasa sasaran. Dan di bawah ini merupakan tabel tentang
orientasi penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber
Universitas Sumatera Utara
72
Tabel 4.8 : Daftar Teknik yang Berorientasi pada Bahasa Sumber
No
1
Jenis Teknik
Harfiah
Jumlah
Persentase
155
66%
Orientasi
BSu
Dari penjelasan tabel kecenderungan diatas terlihat bahwa terdapat 5
penerjemahan yang memiliki kecenderungan pada BSa yaitu: amplifikasi
linguistik, padanan lazim, reduksi, transposisi, dan adaptasi dengan jumlah total
80 data atau 34%. Berikutnya hanya terdapat 1 penerjemahan yang memiliki
kecenderungan pada BSa yaitu harfiah sebanayak 155 data atau 66%. Jika di lihat
dari segi presentase jumlah kecenderungan penerjemahan, maka akan terlihat
dominasi kecenderungan penerjemahan pada BSu yaitu sebanyak 155 data atau
66%.
Hasil penilaian terhadap kualitas terjemahan dari segi keberterimaan
secara keseluruhan dapat dilihat pada diagram di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
73
Diagram 4.9 : Kualitas Terjemahan dari Segi Keberterimaan Pesan
Diagram di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persentase yang
tidak terlalu signifikan, namun tetap dapat ditarik kesimpulan terhadap kualitas
keberterimaan pesan, maka untuk mengambil kesimpulan terakhir, perlu mengacu
pada (Munday, 2001) yang menyatakan
bahwa
jika norma yang diikuti
merupakan budaya dan BSu maka terjemahannya akan menjadi
adequate,
sementara jika terjemahannya mengikuti norma budaya dan Bsa maka
terjemahannya akan berterima (acceptable). Dari teori tersebut dapat kita
simpulkan bahwa terjemahan novel Warrior of the light adalah adequate, hal ini
karena data presentase kecenderungan BSu lebih dominan, yaitu sebanyak 155
data atau 66%, sedangkan kecenderungan terhadap BSa hanya 80 data atau 34%.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas tentang teknik, motode, dan kualitas
terjemahan dari segi keberterimaan secara berurutan. Pembahasan pertama ialah
tentang penerapan teknik penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah novel
warrior of the light. Bagian Kedua membahas tentang motode penerjemahan yang
diterapkan, dan yang terakhir ialah pembahasan terhadap kualitas terjemahan dari
segi keberterimaan pesan.
5.1 Teknik Penerjemahan
Data dalam penelitian ini berjumlah 180 data. Terdapat 3 pengelompokan
penerjemahan yaitu: penerjemahan tunggal, kuplet, dan triplet. Dari ketiga
pengelompokan penerjemahan tersebut, penerjemahan tunggal memiliki jumlah
yang paling besar yaitu sebesar 123 data yang terdiri dari 103 data dengan teknik
harfiah, 15 data dengan teknik amplifikasi linguistik, dan 5 data dengan teknik
padanan lazim. Berikutnya penerjemahan kuplet terdiri dari 53 data yang terdiri
dari reduksi + harfiah sebanyak 18 data, harfiah + padanan lazim sebanyak 14
data, amplifikasi linguistik + harfiah sebanyak 11 data, transposisi + harfiah
sebanyak 6 data, padanan lazim + amplifikasi linguistik sebanyak 2 data,
amplifikasi linguistik + adaptasi sebanyak 1 data, harfiah + adaptasi sebanyak 1
data. Kemudian yang terakhir adalah triplet dengan 2 data yang terdiri dari teknik
74
Universitas Sumatera Utara
75
harfiah + padanan lazim + transposisi sebanyak 1 data, dan teknik amplifikasi
linguistik + padanan lazim + harfiah sebanyak 1 data.
Penelitian ini menemukan bahwa teknik penerjemahan harfiah mendominasi
teknik penerapan yang digunakan, hal ini dilakukan karena tidak terdapatnya
konteks budaya asing yang harus diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran sehingga
hanya perlu untuk menyesuaikan dengan susunan kata ke dalam bahasa sasaran
tanpa harus melakukan penambahan dan pengurangan informasi, seperti contoh
berikut ini: On battlefields that he does not know di terjemahkan dengan di medan
tempur yang tidak dia ketahui, kalimat tersebut tidak mengandung unsur budaya
sehingga penerjemah tidak dituntut untuk menambah dan mengurangi unsur
informasi lainnya.
Teknik penerjamahan amplifikasi linguistik merupakan teknik dengan jumlah
terbanyak kedua yaitu sebesar 30 data. Hal ini wajar karena penelitian ini
mengkaji tentang novel, dan dalam menerjamahkan novel tersebut memang
diperlukan penambahan-penambahan informasi, hal ini bertujuan untuk
memudahkan pembaca bahasa sasaran dalam memahami maksud dan tujuan dari
konteks bahasa sumber, seperti contoh kalimat berikut ini:
innocent people
imprisoned diterjemahkan dengan orang-orang berdosa dijebloskan begitu saja
ke penjara. Contoh kalimat tersebut sangat jelas bahwa terdapat penambahan
prasa dijebloskan begitu saja merupakan konteks yang tidak terdapat dalam
bahasa sumber, namun hal ini memang perlu dilakukan untuk memberikan
informasi lebih serta dampak psikologis terhadap pembaca bahasa sasran.
Universitas Sumatera Utara
76
Kemudian teknik yang paling sedikit adalah teknik adaptasi, hal ini wajar
karena novel merupakan karya sastra, sehingga tidak memuat banyak istilahistilah ilmiah. Berbeda halnya dengan buku-buku ilmiah seperti bidang
kedokteran, biologi, fisika dll, karena dalam buku tersebut terdapat banyak istilahistilah yang harus diadaptasi dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran.
5.2 Metode Penerjemahan
Berdasarkan data yang dipaparkan pada bab IV bahwa terdapat 5 teknik
penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sasaran yaitu teknik amplifikasi
linguistic, teknik padanan lazim, teknik reduksi, teknik transposisi, teknik
adaptasi. Kemudian hanya terdapat 1 teknik penerjemahan yang berorientasi pada
bahasa sumber yaitu teknik harfiah. Secara keseluruhan penggunaan metode
penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sasaran sebanyak 80 data atau 34%,
kemudian penggunaan yang berorientasi pada bahasa sumber sebanyak 155 data
atau 66%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerjemah novel warrior
of the light lebih berorientasi pada penggunaan metode yang berorientasi pada
bahasa sumber.
Penggunaan metode penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber
memang akan meminimalisir kesalahan-kesalahan makna, namun di sisi lain akan
memberikan kesan kaku (tidak fleksibel) atau bahkan membosankan.
Universitas Sumatera Utara
77
5.3 Kualitas Terjemahan dari Segi Keberterimaan
Terjemahan yang berkualitas tentunya dapat diterima dan sesuai dengan
dengan kaidah yang dianaut dalam bahasa sasaran, dan juga harus mengetahui
target pembaca sebelum menerjemahkan sebuah teks, misalnya penerjemahan
untuk target anak-anak akan berbeda dengan penerjemahan untuk orang dewasa.
Keberterimaan pesan merupakan suatu kewajaran terjemahan berdasarkan
norma budaya dan bahasa sasaran. Teori yang digunakan dalam menganalisis
keberterimaan pesan ini adalah (Munday, 2001) menyatakan bahwa jika norma
yang diikuti merupakan budaya dan BSu maka terjemahannya akan menjadi
(adequate), sementara jika terjemahannya mengikuti norma budaya dan Bsa maka
terjemahannya akan berterima (acceptable). Hal senada juga di kuatkan oleh
(Larson, 1984:15) Pilihan kata yang terlalu setia dengan bahasa sumbernya akan
mengakibatkan terjemahan terdengar asing.
Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan 155 atau (66%) data yang
berorientasi pada bahasa sumber dan hanya terdapat 80 atau (34%) data yang
berorientasi pada bahasa sasaran. Dari data tersebut diambil kesimpulan bahwa
kualitas terjemahan dari segi keberterimaannya dalam menerjemahkan novel
warrior of the light adalah adequate.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Analisis terhadap teknik penerjemahan menggunakan teori Molina dan
Albir. Metode penerjemahan menggunakan diagram V oleh Newmark. Analisis
terhadap kualitas terjemahan dari segi keberterimaan pesan menggunakan teori
Munday.
Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai Teknik penerjemahan,
Metode penerjemahan dan kualitas terjemahan dari segi keberterimaan pesan
terhadap novel Warrior of the light, maka peneliti menyimpulkan bahwa:
1. Teknik Penerjemahan
Dalam penelitian ini diidentifikasi data yang diterjemahkan dengan teknik
tunggal, kuplet, dan triplet. Total data yang diteliti adalah 180 data. Terdapat 123
data dengan teknik tunggal, teknik kuplet sebanyak 53 data, teknik triplet
sebanyak 2 data. Penelitian ini telah menemukan 6 teknik penerjemahan yang
digunakan oleh penerjemah novel Warrior of the light, yaitu: teknik harfiah
sebanyak 155 atau (66%) data, Amplifikasi Linguistik sebanyak 30 atau (13%)
data, Padanan Lazim sebanyak 23 data (10%), Reduksi sebanyak 18 atau (8%),
Transposisi sebanyak 7 atau (3%) data, Adaptasi sebanyak 2 atau (1%) data.
78
Universitas Sumatera Utara
79
Teknik
penerjemahan
yang
paling
dominan
digunakan
dalam
menerjemahkan novel ini adalah teknik harfiah dan teknik penerjemahan yang
paling sedikit diterapkan adalah teknik adaptasi, hal ini wajar karena objek
penerjemahan ini bukanlah tulisan ilmiah seperti ilmu kedokteran, biologi, kimia,
dll, namun sebuah karya sastra.
2.
Metode Penerjemahan
Dalam penelitian ini ditemukan 1 teknik penerjemahan yang berorientasi
pada BSu yaitu teknik harfiah dengan 155 atau (66%) data. Sedangkan
penerjemahan yang mengacu pada BSa terdapat 5 teknik penerjemahan yaitu:
teknik amplifikasi linguistik sebanyak 30 atau (13%) data, teknik padanan lazim
sebanyak 23 atau (10%) data, teknik reduksi sebanyak 18 atau (8%) data, teknik
transposisi berjumlah 7 atau (3%) data, teknik adaptasi sebanyak 2 atau (1%).
Dari data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode penerjemahan
yang diterapkan dalam menerjemahkan novel Warrior of the light adalah metode
penekanan pada bahasa sumber (source language emphasis).
3. Kualitas terjemahan dari segi keberterimaan pesan
Keberterimaan pesan merupakan suatu kewajaran terjemahan berdasarkan
norma budaya dan bahasa sasaran. Penelitian ini telah mengidentifikasi sebanyak
155 atau (66%) data yang menekankan pada BSu dan terdapat 80 atau (34%) yang
menekankan pada BSa. Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
Universitas Sumatera Utara
80
kualitas penerjemahan dari segi keberterimaan dalam menerjemahkan novel
warrior of the light adalah adequate.
6.2 Saran
Berdasarkan analisis dan simpulan di atas, peneliti memberikan beberapa
saran dan sekaligus untuk penelitian lebih lanjut:
a. Penerjemahan teks novel hendaknya mampu memilih teknik yang dapat
menjelaskan pesan utama yang terdapat dalam teks tersebut dengan sangat
jelas. Karena pembaca novel tersebut berasal dari latar belakang
pendidikan, budaya, ekonomi yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan
dengan menerapkan teknik amplifikasi linguistik, adaptasi dan deskripsi.
b. Penggunaan teknik harfiah juga perlu menjadi pertimbangan dalam
menerjemahkan karya sastra novel. Memang teknik ini mudah diterapkan
namun belum tentu dapat membuat pesan tersampaikan dengan baik dan
tepat. Untuk itu perlu seorang penerjemah menerapkan teknik yang lebih
menitik beratkan pada BSa seperti: deskripsi ,amplifikasi linguistik dll.
c. Agar kualitas penerjemahan terutama dari segi keberterimaan lebih baik
terutama dalam menerjemahkan novel asing, maka sangat perlu untuk
menitik beratkan pada BSa. Karena belum tentu suatu budaya barat akan
memiliki makna yang sama jika diterjemahkan kedalam budaya Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menganalisis hasil produk terjemahan teks tertulis dengan
menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif yang akan meneliti teks
verbal yang berbentuk tulisan pada tingkatan frasa, klausa, dan kalimat dalam
novel Warrior of The Light karangan Paulo Coelho yang diterjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia oleh Eddie Riyadi Laggut-Terre.
Peneliti memilih metode pendekatan deskriptif kualitatif karena data yang
di kaji merupakan data kualitatif pada tingkatan frasa, klausa, dan kalimat.
Selanjutnya data tersebut disesuaikan dengan masalah tujuan penelitian ini. Untuk
mendapatkan penelitian yang maksimal maka peneliti melakukan beberapa
langkah
antara
lain
membaca,
menyimak,
dan
mengidentifikasi,
serta
mengklasifikasikan data tersebut kedalam beberapa teknik penerjemahan untuk
mendapatkan tatanan mikro suatu terjemahan. Kemudian temuan dalam teknik
penerjemahan tersebut akan dijadikan sandaran dalam menentukan metode
penerjemahan (tatanan makro).
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk: 1) Menganalisis
teknik
penerjemahan yang diterapkan dalam menerjemahkan teks novel Warrior of The
46
Universitas Sumatera Utara
47
Light ke dalam bahasa Indonesia, 2) Menganalisis metode penerjemahan yang
diterapkan dalam menerjemahkan teks novel Warrior of The Light ke dalam
bahasa Indonesia, 3) Menilai kualitas terjemahan dari segi keberterimaan pesan
dalam menerjemahkan teks novel Warrior of The Light ke dalam bahasa
Indonesia.
3.2
Teknik Pengambilan Sampel
Berkenaan dengan teknik pengambilan sampel, Nasution (2003: 53)
mengatakan bahwa “Mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya
sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain
penelitiannya, serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya”. Atas dasar tersebut
maka peneliti menentukan teknik pengambilan sampel dengan metode purposive
sampling.
Purposive sampling adalah salah satu teknik pengambilan sampel yang
paling banyak digunakan dalam penelitian. Purposive sampling merupakan proses
pengambilan sampel secara sengaja, maksudnya adalah peneliti menentukan
sendiri karena ada pertimbangan tertentu seperti jumlah populasi data, waktu yang
dibutuhkan, dan keterbatasan kemampuan.
Gay dan Diehl (1992) menuliskan bahwa untuk penelitian deskriptif,
sampelnya 10% dari populasi Dasar Penentuan jumlah Sample. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif. Novel warrior of the light terdiri dari 133
Universitas Sumatera Utara
48
halaman. Untuk mendapatkan persentase yang mendekati dan yang paling ideal,
maka peneliti mengambil kelipatan sepuluh pada tiap-tiap halaman novel tersebut,
sehingga didapatkanlah 14 halaman sebagai sample. 14 halaman adalah 11% dari
133 halaman (populasi). Maka sampel penelitian ini sudah ideal.
3.3 Data dan Sumber Data
3.3.1 Data
Data yang dianalisis dalam penelitian ini dibatasi pada tataran frasa,
klausa, dan kalimat yang terdapat dalam teks novel Warrior of The Light. Yang
bertujuan untuk mengungkap teknik penerjemahan, metode penerjemahan, dan
kualitas penerjemahan dari segi keberterimaan terjemahan yang digunakan oleh
Eddie Riyadi Laggut-Terre dalam menerjemahkan novel Warrior of The Light
kedalam bahasa Indonesia.
3.3.2
Sumber Data
Menurut Sutopo (2002 : 50–54) sumber data dalam penelitian kualitatif
dapat berupa manusia; peristiwa; atau aktifitas; tempat atau lokasi; benda,
beragam gambar, dan rekaman; serta dokumen dan arsip. Sumber data pada
penelitian ini adalah: Novel Warrior of The Light karangan Paulo Coelho, terdiri
dari 136 halaman, diterbitkan oleh Harper Collins Publisher 2002. Dan novel
terjemahannya berjudul Kitab Suci Kesatria Cahaya diterjemahkan pada tahun
Universitas Sumatera Utara
49
2012 oleh Eddie Riyadi Langgut-Terre, terdiri dari 149 halaman, deterbitkan oleh
PT Gramedia Pustaka Utama 2012. Novel Warrior of the Light terdiri dari 133
halaman.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menerapkan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Studi dokumenter (documentary study). Studi dokumenter merupakan
merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen. Dokumen dalam penelitian ini adalah
dokumen tertulis yang diterapkan untuk mengumpulkan data yang terkait
dengan teknik penerjemahan, metode penerjemahan, dan kualitas terjemahan
dari segi keberterimaan terjemahan dari bahasa sumber kedalam bahasa
sasaran.
Dalam penelitian ini hanya diambil 14 halaman dengan alasan sebagai
berikut: pertama, karena novel tersebut tidak memiliki bab dan sub-bab namun
merupakan suatu cerita yang berkesinambungan, sehingga peneliti hanya
mengambil batasan berupa halaman. Kedua, keberhasilan suatu penelitian tidak
selalu ditentukan dari banyaknya sampel yang digunakan, hal senada dikatakan
oleh Nasution (2003: 53) “Mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya
sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain
penelitiannya, serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya”. Yang ketiga,
penerjemah novel tersebut hanya satu orang saja yaitu Eddie Riyadi Langgut-
Universitas Sumatera Utara
50
Terre, dengan demikian maka bobot dan kualitas terjemahan tersebut relative
sama dan stabil. beranjak dari alasan-alasan tersebut maka sampling data yang
diambil sudah mewakili keseluruhan populasi.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Taylor, (1975: 79) adalah sebagai proses yang
merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis
(ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan
tema pada hipotesis. Dengan demikan definisi tersebut dapat disederhanakan
bahwa analisis data merupkan suatu proses mengurutkan data ke dalam pola dan
kategori sehingga dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh
data.
Teknik analisis data yang dilakukan untuk merumuskan hipotesis kerja
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi
teknik
penerjemahan
yang
diterapkan
dalam
menerjemahkan novel Warrior of The Light berdasarkan teori Molina &
Albir.
2. Setelah teknik penerjemahan dapat dirumuskan, maka tahapan berikutnya
adalah melihat kecenderungan penerapan teknik penerjemahan tersebut
untuk
menetapkan metode
penerjemahan
yang digunakan
dengan
menggunakan teori Diagram V oleh Newmark
Universitas Sumatera Utara
51
3. Kemudian menentukan kualitas keberterimaan terjemahan berdasarkan teori
Munday dengan membaginya kedalam dua kategori yaitu: adequate dan
acceptable.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Bab IV ini memaparkan tentang tiga bagian utama penelitian. Bagian
pertama adalah pemaparan data tentang teknik penerjemahan yang diterapakan
dalam menerjemahkan frasa, klausa dan kalimat pada novel warrior of the light ke
dalam bahasa Indonesia. Bagian kedua adalah pemaparan data tentang metode
penerjemahan yang diterapakan dalam menerjemahkan frasa, klausa dan kalimat
pada novel warrior of the light ke dalam bahasa Indonesia. Bagian yang terakhir
adalah pemaparan data tentang kualitas terjemahan dari segi keberterimaan pesan
dari bahasa sumber ke bahasa sasaran.
Alasan yang mendasari pemaparan data tentang teknik terlebih dahulu
adalah karena teknik penerjemahan merupakan suatu tatanan mikro dalam sebuah
penerjemahan, sehingga akan sangat mudah untuk mengetahui metode dan
kualitas terjemahan dari segi keberterimaaan pesan. Penyajian data tersebut akan
dilakukan secara sistematis sehingga diharapkan mampu memberikan pemaparan
data tentang teknik, metode dan kualitas terjemahan dari segi keberterimaan pesan
secara jelas dan mudah di mengerti.
Penelitian ini menganalisis data dari novel warrior of the light yang terdiri
atas data bahasa Inggris sebagai data sumber kemudian data terjemahan bahasa
Indonesia sebagai data sasaran. Data yang terdapat dalam novel tersebut
52
Universitas Sumatera Utara
53
merupakan cerita yang tidak memiliki bab dan sub-bab, sehingga peneliti harus
mengambil sampel sebagai data penelitian.
4.1 Teknik Penerjemahan
Penelitian ini
mengidentifikasi
data
yang diterjemahkan
dengan
menggunakan satu teknik penerjemahan, dua teknik penerjemahan (kuplet), tiga
teknik penerjemahan (triplet). Dari 180 data yang dianalisis, peneliti menemukan
123 data yang di terjemahkan dengan menerapkan teknik tunggal, 55 data yang di
terjemahkan dengan menerapkan teknik kuplet, dan terdapat 2 data yang
diterjemahkan dengan menerapkan teknik triplet.
4.1.1 Teknik Tunggal
Teknik tunggal merupakan teknik yang menerapkan hanya satu teknik
dalam penerjemahannya. Dalam penelitian ini peneliti menemukan bahwa teknik
penerjemahan tunggal merupakan teknik yang paling dominan. Dalam penelitian
ini teridentifikasi sebanyak 123 teknik penerjemahan tunggal, yang terdiri dari
teknik penerjemahan harfiah, teknik penerjemahan padanan lazim dan teknik
penerjemahan amplifikasi linguistik.
Universitas Sumatera Utara
54
Tabel 4.1 : Teknik Penerjemahan Tunggal
No
Jenis Teknik Tunggal
1
Harfiah
2
Amplifikasi Linguistik
3
Padanan Lazim
Jumlah
103
15
5
Jumlah
123
Dari ke 3 teknik penerjemahan tersebut, tampak bahwa teknik
penerjemahan harfiah mendominasi, yaitu sebanyak 103 data, kemudian teknik
penerjemahan amplifikasi linguistik sebanyak 15 data, dan yang terakhir adalah
teknik penerjemahan amplifikasi linguistik sebanyak 5 data. Berikutnya uraian
dari ke 3 teknik penerjemahan di atas akan di paparkan di bawah ini:
4.1.1.1 Teknik Harfiah
Penerjemahan harfiah merupakan terjemahan kata per kata, seperti yang di
katakana oleh Hurtado Albir: 2001 “ Literal translations is to translate a word or
an expression word for word”. Yang di maksud oleh Molina dan Albir dengan
penerjemahan kata per kata adalah menerjemahkan kata demi kata berdasarkan
fungsi dan maknanya dalam tataran sebuah kalimat tanpa mengurangi dan
menambahkan penjelasan apapun.
Dalam
penelitian
ini
teridentifikasi
sebanyak
103
data
dengan
menggunakan teknik penerjemahan harfiah, dengan data bernomor sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
55
002 003 004 005 008 011 012 013 015 018 025 026 028 029
030 032 033 034 036 037 040 042 043 046 047 048 050 051
052 056 057 059 060 061 063 064 068 069 071 072 073 078
081 082 087 089 090 093 096 097 099 100 106 107 108 110
114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 126 127 128
129 130 132 134 135 136 139 140 141 142 143 149 152 154
155 156 158 159 160 163 167 168 170 171 172 174 175
Teknik harfiah tersebut merupakan teknik yang paling dominan dalam
menerjemahkan prasa, klausa dan kalimat terhadap novel warrior of the light,
seperti contoh berikut ini:
No
Bahasa Sumber
Bahasa Sasaran
002
Angels help him in his
struggle
Dalam perjuangannya dia dibantu oleh
malaikat
003
Celestial forces place each
thing in its place
Kekuatan surgawi menempatkan tiap
hal pada tempatnya
004
Thus allowing him to give it
his best
Sehingga dapatlah dia memberikan
yang terbaik dari dirinya
005
His companions say
Sahabat-sahabatnya berkata
008
That is why
Itulah sebabnya
Tampak jelas bahwa pemadanan kata-kata pada kalimat diatas sangat
terikat dengan bahasa sumbernya, tanpa mengubah fungsi dan makna dalam
tatanan sebuah kalimat, serta tanpa mengurangi dan menambah informasi apapun.
Universitas Sumatera Utara
56
4.1.1.2 Teknik Amplifikasi Linguistik
Penerjemahan amplifikasi linguistik adalah Teknik penerjemahan yang
menambahkan detail informasi yang tidak terdapat dalam teks bahasa sumber.
Penambahan dalam teknik ini hanya informasi yang digunakan untuk membantu
penyampaian pesan atau pemahaman pembaca. Penambahan ini tidak boleh
mengubah pesan yang ada dalam teks bahasa sumber.
BSu
: There are many Indonesian in London.
BSa
: Banyak warga negara Indonesia di kota London.
Kata Indonesian diterjemahkan menjadi warga Negara Indonesia hal ini bertujuan
untuk memberikan informasi yang lebih akurat, namun dengan tidak mengubah
unsur makna dalam bahasa sumber.
Peneliti menemukan sebanyak 15 data dengan menggunakan teknik
penerjemahan amplifikasi linguistic dalam menerjemahkan novel warrior of the
light dengan contoh sebagai berikut:
009 020 031 044 045 075 076 091 101 102 105 162 165 169
176
Teknik amplifikasi linguistik merupakan teknik terbesar kedua dalam
penerjemahan tunggal terhadap prasa, klausa dan kalimat pada novel warrior of
the light, seperti contoh berikut ini:
No
Bahasa Sumber
Bahasa Sasaran
009
at sunset
Ketika senja tiba
020
He grows depressed
Dia merasa tertekan dan putus asa
Universitas Sumatera Utara
57
031
However long that may take
Seberapa pun lamanya pengajaran itu
berlangsung
044
When the warrior watches a
sunset and feels no joy
Bila tak ada suka cita sedikit pun ketika
dia memandang matahari tenggelam
075
He too lost heart and courage
Dia pun pernah merasa putus asa dan
kehilanagan keberanian
Kelima contoh kalimat diatas menunjukkan bahwa terdapat penambahan
informasi yang bertujuan untuk memberikan serta memperjelas detail informasi
terhadap suatu kalimat. contoh kalimat bernomor 009 at sunset diterjemahkan
dengan ketika senja tiba, terdapat penambahan kata tiba pada penerjemahannya,
padahal tidak terdapat padanan kata tiba pada bahasa sumber. Inilah peranan
kongkrit teknik penerjemahan amplifikasi linguistik.
4.1.1.3 Teknik Padanan Lazim
Teknik padanan lazim merupakan penerjemahkan istilah dalam bahasa
sumber dengan istilah yang sudah lazim dalam bahasa sasaran. Istilah dalam
bahasa sumber tersebut umumnya berdasarkan kamus atau ungkapan sehari-hari
yang digunakan oleh suatu komunitas pembaca.
Dalam penelitian terhadap teknik padanan lazim ini peneliti menemukan
bahwa terdapat 5 data dengan menggunakan teknik padanan lazim, dengan nomor
data sebagai berikut:
006 103 104 131 161
Universitas Sumatera Utara
58
Teknik
padanan
lazim
merupakan teknik
paling sedikit
dalam
penerjemahan tunggal terhadap prasa, klausa dan kalimat pada novel warrior of
the light, seperti contoh data berikut ini:
No
Bahasa Sumber
Bahasa Sasaran
006
'He's so lucky!
Beruntungnya dia
103
Lonely old people
Tua jompo yang merana
104
Drunks in the gutter
Ada pemebuk yang ketagihan
131
He thinks
Demikian pikirnya
161
The world is a mirror
Dunia adalah sebuah cerminan
Data diatas menunjukkan penerjemahkan istilah dalam bahasa sumber
dengan istilah yang sudah lazim dalam bahasa sasaran. Istilah dalam bahasa
sumber tersebut umumnya berdasarkan kamus atau ungkapan sehari-hari. Seperti
contoh He is so lucky diterjemahkan menjadi beruntungnya dia, seharusnya
diterjemahkan dengan dia sangat beruntung, namun hal ini tidak dilakukan oleh
penerjemah karena penerjemah ingin lebih dekat dengan ungkapan sehari-hari
yang digunakan oleh masyatrakat kita.
4.1.2 Teknik Penerjemahan Kuplet
Teknik penerjemahan kuplet adalah teknik penerjemahan dengan
menerapkan 2 teknik dalam satu kalimat. pada penelitian ini ditemukan 53 data
yang terkait dengan penerjemahan kuplet. Peneliti menemukan 18 teknik
Universitas Sumatera Utara
59
penerjemahan dengan perpaduan antara teknik reduksi + harfiah, 11 teknik
perpaduan antara amplifikasi linguistik + harfiah, 14 teknik penerjemahan dengan
perpaduan antara harfiah + padanan lazim, 6 teknik perpaduan antara transposisi +
harfiah, 1 teknik perpaduan antara amplifikasi linguistik + adaptasi, 1 teknik
perpaduan antara harfiah + adaptasi, 2 teknik perpaduan antara padanan lazim +
amplifikasi linguistik.
Tabel 4.2 : Teknik Penerjemahan Kuplet
No
Jenis Teknik Kuplet
1
Reduksi + Harfiah
18
2
Harfiah + Padanan Lazim
14
3
Amplifikasi Linguistik + Harfiah
11
4
Transposisi + Harfiah
6
5
Padanan Lazim + Amplifikasi Linguistik
2
6
Amplifikasi Linguistik + Adaptasi
1
7
Harfiah + Adaptasi
1
Jumlah
Jumlah
53
Data di atas menunjukkan jumlah teknik penerjemahan kuplet antara
reduksi + harfiah mendominasi yaitu sebanyak 18 data, kemudian yang paling
kecil adalah teknik amplifikasi linguistik + harfiah dan harfiah + adaptasi +
adaptasi.
Universitas Sumatera Utara
60
4.1.2.1 Teknik Reduksi + Harfiah
Terdapat 18 teknik penerjemah kuplet dengan perpaduan antara teknik
reduksi dan harfiah. Dengan data sebagai berikut:
001 014 017 022 024 041 049 053 055 062 065 098 109
112 148 151 157 180
Data dengan penerapan antara teknik Reduksi + Harfiah adalah seperti
contoh berikut ini:
NO
BSu
BSa
001
A warrior of light knows that
he has much to be grateful
for
Kesatria cahaya tahu, bahwa banyak
hal yang patut disyukurinya
014
A warrior of light does not
need to be reminded of the
help given him by others
Kesatria cahaya tidak perlu diingatkan
akan pertolongan yang telah
diterimannya dari orang-orang lain
017
A warrior of the light knows
that certain moments repeat
themselves
Kesatria cahaya tahu bahwa ada
peristiwa-peristiwa tertentu yang selalu
berulang
022
I‟v been through all this
before
Aku pernah mengalami semua ini
024
Yes, you have been through
all this before
Ya, kau memang pernah mengalami
sumua ini
Dari data diatas dapat kita lihat bahwa data yang berarsir kuning
menunjukkan adanya penghilangan (reduksi) seperti: a warrior of light
diterjemahkan dengan kesatria cahaya, tampak jelas penghilangan “A” yang
Universitas Sumatera Utara
61
lazimnya diterjemahkan dengan seorang. Kemudian penerjemahan harfiah sama
dengan penjelasan sebelumnya.
4.1.2.2 Teknik Harfiah + Padanan Lazim
Terdapat 14 data yang menggunakan teknik kuplet dengan perpaduan
antara teknik harfiah dan padanan lazim. Dengan data bernomor sebagai berikut:
010 021 039 074 080 083 086 094 113 125 137 164 166 173
Berikut ini contoh penerapan teknik kuplet dengan perpaduan antara
teknik harfiah + padanan lazim:
NO
BSu
BSa
010
he kneels and gives thanks
for the Protective Cloak
surrounding him
Dia berlutut dan memanjatkan ucapan
syukur kepada jubbah pelindung yang
telah melingkupinya
021
Thinking that he is incapable
of making any progress in
life
Dia merasa tak mampu membuat
kemajuan apapun dalam hidupnya
039
And he continues to
encourange others
Dan dia tetap menyemangati orang
lain
080
There is no point in forcing
things
Tak ada gunanya memaksakan diri
094
But he ended up winning
something too
Tetapi sesungguhnya dia juga telah
memenangkan sesuatu
113
No warrior can sit down by
the fire
Tak seorang kesatria pun bisa duduk
di pendiangan
Beberapa kutipan di atas memperlihatkan bahwa ada dua tenik
penerjemahan dalam satu kalimat yaitu harfiah dan padanan lazim. Contoh : he
Universitas Sumatera Utara
62
kneels and gives thanks for the Protective Cloak surrounding him diterjemahkan
dengan Dia berlutut dan memanjatkan ucapan syukur kepada jubbah pelindung
yang telah melingkupinya. Kutipan surrounding him diterjemahkan dengan yang
telah melingkupinya merupakan makna yang lazim dalam konteks budaya
Indonesia, sehingga penerjemah lebih memilih makna tersebut.
4.1.2.3 Teknik Amplisikasi Linguistik + Harfiah
Terdapat 11 data yang terkait dengan teknik tersebut. Pada dasarnya
penggunaan teknik amplifikasi linguistik merupakan kebalikan dari teknik
reduksi. Teknik amplifikasi bertujuan untuk memberikan keterangan/informasi
yang lebih akurat, walaupun tidak terdapat dalam bahasa sumber. Berikut ini data
yang terkait dengan kombinasi teknik penerjemahan amplifikasi linguistik +
harfiah:
007 019 027 054 066 077 079 085 092 133 147
Berikut ini contoh paduan terjemahan antara teknik amplifikasi linguitik +
harfiah:
NO
BSu
BSa
007
'And the warrior does
sometimes achieve Things
far beyond his capabilities
Dan memang, sang kesatria
kadangkala dapat mencapai hal-hal
yang jauh diatas kemampuannya
019
And seeing these difficult
situations return
Dan tatkala melihat situasi-situasi
yang sulit ini kembali terjadi
027
Then the warrior realizes that Maka sang kesatria pun menyadari
these repeated experiences
bahwa pengalaman-pengalaman yang
have but one aim
selalu berulang ini mempunyai satu
Universitas Sumatera Utara
63
tujuan dan hanya satu
054
But is not used by it
Namun tidak dimanfaatkan oleh
kesendirian itu
066
The warrior of the light does
not always have faith
Kesatria cahaya tidak selalu
mempunyai keyakinan yang teguh
Beberapa kutipan di atas seperti data nomor 007: 'And the warrior
diterjemahkan dengan Dan memang, sang kesatria. Kutipan diatas menunjukkan
bahwa penerjemah menambahkan prasa dan memang, padahal dalam bahasa
sumber tidak kita temukan prasa tersebut.
4.1.2.4 Teknik Transposisi + Harfiah
Teknik transposisi merupakan teknik dengan melakukan perubahan
kategori gramatikal atau dengan melakukan pergeseran kategori, struktur dan unit.
Terdapat 6 teknik penerjemahan kuplet yang menggabungkan antara teknik
penerjemahan transposisi dan harfiah. Berikut ini data yang terkait dengan teknik
tersebut:
016 035 067 111 138 150
Berikut ini contoh terjemahan kuplet denga menerapkan dua teknik yaitu
transposisi dan harfiah:
Universitas Sumatera Utara
64
NO
BSu
BSa
016
And he makes sure to share with
them any rewards he receives
Dan dia tak lupa berbagi semua
ganjaran yang diterimanya dengan
mereka
035
He tries to show each person
how much they are capable of
achieving
Dia coba menunjukkkan kepada
semua orang bahwa mempunyai
kemampuan yang sangat besar
untuk mencapai sesuatu
067
There are moments when he
believes in absolutely nothing
Pada saaat-saat tertentu, dia tidak
percaya apapun
111
He was not born knowing how to Dia tak terlahir dengan kemahiran
use a sword
berpedang
138
He never meets people who ask
him to fight battles thet are not
his own
Tetap saja dia bertemu dengan
orang-orang yang memintanya
melakukan pertempuran yang
bukan miliknya
Contoh terjemahan diatas And he makes sure diterjemahkan dengan Dan
dia tak lupa, dari terjemahan ini sangat jelas terlihat bahwa terdapat perubahan
kategori, struktur dan gramatikal dalam menerjemahkan kutipan tersebut.
4.1.2.5 Teknik Padanan Lazim + Amplifikasi Linguistik
Terdapat 2 teknik penerjemahan dengan menggunakan perpaduan antara
teknik padanan lazim dengan amplifikasi linguistik. Dengan data bernomor:
088 144
Berikut ini contoh penerjemahan dengan menggunakan teknik kuplet
antara padanan lazim dan amplifikasi linguistik:
Universitas Sumatera Utara
65
NO
BSu
BSa
088
His heart satisfied, that faith still
burns in his soul
Hatinya pun tenang dan puas, dia
juga memastikan imannya
senantiasa menyala-nyala dalam
jiwanya
144
And who want him to ease their
anxieties in some way
Dan berharap dia akan meredakan
kacemasan mereka
kutipan his heart satisfied diterjemahkan dengan hatinya pun tenang
merupakan suatu terjemahan dengan menggunakan teknik padanan lazim.
4.1.2.6 Teknik Amplifikasi + Harfiah
Hanya terdapat 1 teknik kuplet yang menggunakan penggabungan antara
teknik amplifikasi dan harfiah, dengan data bernomor : 058. Contoh data
penerapan teknik amplifikasi + harfiah adalah:
NO
058
BSu
And avoids acting without
thinking
BSa
Dan menjauhkan diri dari sikap
gegabah
Perpaduan kedua teknik tersebut sangat jarang ditemukan. Dalam data
tersebut hanya terdapat 1data yang menggunakan teknik tersebut.
Universitas Sumatera Utara
66
4.1.2.7 Teknik Harfiah + Adaptasi
Hanya terdapat 1 teknik penerjemahan dengan menggunakan perpaduan
antara teknik harfiah dan adaptasi. Data tersebut adalah data bernomor: 070.
Berikut ini data yang terkait dengan teknik penerjemahan harfiah + adaptasi:
NO
070
BSu
But his heart remains silent
BSa
Tetapi hatinya tetap diam seribu
bahasa
Teknik perpaduan diatas tidah akan merubah makna yang yang di inginkan
oleh penerjemah karena seperti yang peneliti jelaskan di atas bahwa penghilangan
tidak dimaksudkan untuk mengurangi makna pada bahasa sasaran.
4.1.3 Teknik Penerjemahan Triplet
Teknik triplet merupakan penerapan 3 teknik penerjemahan sekaligus
terhadap suatu kalimat. dalam penelitian ini terdapat 2 teknik penerjemahan triplet
dengan data bernomor: 038 dan 146. Kedua teknik tersebut adalah teknik harfiah
+ padanan lazim + transposisi dan yang kedua ialah amplifikasi linguistik +
padanan lazim + harfiah.
Universitas Sumatera Utara
67
Tabel 4.3 : Teknik Penerjemahan Triplet
No
Jenis Teknik Kuplet
Jumlah
1
Harfiah + Padanan Lazim + Transposisi
1
2
Amplifikasi Linguistik + Padanan Lazim + Harfiah
1
Jumlah
2
Peneliti hanya menemukan 2 teknik penerjemahan triplet denagn varian
yang berbeda.
4.1.3.1 Teknik Harfiah + Padanan Lazim + Transposisi
Teknik triplet ini memadukan antara teknik harfiah + padanan lazim +
transposisi. Ditemukan 1 teknik penerjemahan tersebut dengan data nomor: 038.
Berikut ini contoh data yang ditemukan:
NO
038
BSu
The warrior is not discouraged
by this
BSa
Sang kesatria tidak gentar oleh
hasutan demikian
Kalimat di atas menerapkan 3 teknik penerjemahan yaitu harfiah +
padanan lazim + transposisi. Prasa is not discouraged diterjemahkan dengan tidak
gentar. Kata discourage memang sangat lazim digunakan untuk menerjemahkan
konteks kalimat tersebut. Kemudian prasa by this diterjemahkan dengan oleh
hasutan demikian merupakan pergeseran kategori, struktur dan unit. Dan prasa the
warrior merupakan teknik harfiah.
Universitas Sumatera Utara
68
4.1.3.2 Teknik Amplifikasi Linguistik + Padanan Lazim + Harfiah
Peneliti hanya menemukan 1 teknik penerjemahan triplet dengan
perpaduan teknik amplifikasi linguistik + padanan lazim + harfiah. Data tersebut
bernomor: 146. Berikut ini data contoh data teknik triplet tersebut:
NO
146
BSu
He smiles and makes it clear to
them that he love them
BSa
Dia hanya tersenyum dan
meyakinkan mereka bahwa
memang dia mengasihi mereka
Kalimat di atas menerapkan 3 teknik penerjemahan sekaligus yaitu
amplifikasi linguistik + padanan lazim + harfiah. Prasa he smiles diterjemahkan
dengan dia hanya tersenyum, penerjemah menambahkan kata hanya yang
tujuannnya untuk memberikan informasi yang lebih detail tentang suatu kejadian.
Kemudian makes it clear diterjemahkan dengan dan meyakinkan, teknik ini
merupakan padanan yang paling lazim digunakan di Indonesia. Kemudian teknik
yang terakhir adalah harfiah.
4.2 Metode Penerjemahan
Berdasarkan analisis terhadap teknik penerjemahan, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa terdapat 6 teknik penerjemahan yang di gunakan yaitu 1)
harfiah, 2) amplifikasi, 3) linguistik, 3) padanan lazim, 4) transposisi, 5) adaptasi,
dan 5) reduksi. Berikut ini adalah tabel tentang sebaran penggunaan teknik
penerjemahan:
Universitas Sumatera Utara
69
Tabel 4.4 : Frekuensi Teknik Penerjemahan
No Teknik Penerjemahan
1
Harfiah
2
Amplifikasi Linguistik
3
Tunggal
Kuplet
Triplet
Jumlah
103
50
2
155
15
14
1
30
Padanan Lazim
5
16
2
23
4
Transposisi
-
6
1
7
5
Adaptasi
-
2
-
2
6
Reduksi
-
18
-
18
Berdasarkan tabel di atas dapat kita simpulkan bahwa teknik harfiah
menduduki peringkat tertinggi yaitu sebanyak 155 data, amplifikasi linguistik 30
data, padanan lazim 23 data, transposisi 7 data, adaptasi 2 data, dan reduksi 18
data. Berikutnya data tentang teknik penerjemahan tersebut akan di proses untuk
mendapatkan kecenderungan metode penerjemahan menurut Newmak dengan
menggunakan diagram V.
Tabel 4.5 : Daftar Teknik yang Berorientasi pada Bahasa Sumber
No
Jenis Teknik
1
Harfiah
Jumlah
155
Persentase
66%
Tabel di atas memperlihatkan bahwa hanya terdapat 1 teknik
penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber, namun teknik harfiah
mendominasi jumlah penerapan tekniknya yaitu sebanyak 155 data atau 66%.
Universitas Sumatera Utara
70
Tabel 4.6 : Daftar Teknik yang Berorientasi pada Bahasa Sasaran
No
Jenis Teknik
Jumlah
Persentase
1
Amplifikasi Linguistik
30
13%
2
Padanan Lazim
23
10%
3
Reduksi
18
8%
4
Transposisi
7
3%
5
Adaptasi
2
1%
80
34%
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa teknik yang berorientasi pada bahasa
sumber lebih mendominasi yaitu sebanyak 155 data atau 66%, sedangkan teknik
yang berorientasi pada bahasa sasaran sebanyak 80 data atau 34%. Maka dapat di
ambil kesimpulan bahwa metode penerjemahan yang di gunakan dalam
menerjemahkan novel warrior of the light adalah metode yang menekankan pada
bahasa sumber.
4.3
Kualitas Terjemahan dari Segi Keberterimaan Pesan
Keberterimaan pesan merupakan suatu kewajaran terjemahan berdasarkan
norma budaya dan bahasa sasaran. Suatu terjemahan dapat dikatakan berterima
jika dalam proses penerjemahannya mengikuti norma budaya pada BSa. (Munday,
2001) menyatakan bahwa jika norma yang diikuti merupakan budaya BSu maka
terjemahannya akan menjadi adequate, sementara jika terjemahannya mengikuti
norma budaya Bsa maka terjemahannya akan berterima (acceptable). Hal senada
Universitas Sumatera Utara
71
juga di kuatkan oleh (Larson, 1984:15) Pilihan kata yang terlalu setia dengan
bahasa sumbernya akan mengakibatkan terjemahan terdengar asing.
Peneliti hanya membagi kualitas terjemahan dari segi keberterimaan pesan
ke dalam 2 kategori yaitu adequate dan acceptable. Hal ini berdasarkan teori yang
dikemukakan oleh Munday. Menurut Munday suatu terjemahan dikatakan
berterima jika penerjemah dalam proses penerjemahannya berorientasi pada
bahasa sasaran dan konteks budaya sasaran. Jika sebaliknya maka tentu tejemahan
tersebut akan kurang berterima.
Tabel 4.7 : Daftar Teknik yang Berorientasi pada Bahasa Sasaran
No
Jenis Teknik
Jumlah
Persentase
Orientasi
1
Amplifikasi Linguistik
30
13%
BSa
2
Padanan Lazim
23
10%
BSa
3
Reduksi
18
8%
BSa
4
Transposisi
7
3%
BSa
5
Adaptasi
2
1%
BSa
80
34%
Jumlah
Data di atas menunjukkan bahwa terdapat 80 data atau 34% penerjemahan
yang berorientasi pada bahasa sasaran. Dan di bawah ini merupakan tabel tentang
orientasi penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber
Universitas Sumatera Utara
72
Tabel 4.8 : Daftar Teknik yang Berorientasi pada Bahasa Sumber
No
1
Jenis Teknik
Harfiah
Jumlah
Persentase
155
66%
Orientasi
BSu
Dari penjelasan tabel kecenderungan diatas terlihat bahwa terdapat 5
penerjemahan yang memiliki kecenderungan pada BSa yaitu: amplifikasi
linguistik, padanan lazim, reduksi, transposisi, dan adaptasi dengan jumlah total
80 data atau 34%. Berikutnya hanya terdapat 1 penerjemahan yang memiliki
kecenderungan pada BSa yaitu harfiah sebanayak 155 data atau 66%. Jika di lihat
dari segi presentase jumlah kecenderungan penerjemahan, maka akan terlihat
dominasi kecenderungan penerjemahan pada BSu yaitu sebanyak 155 data atau
66%.
Hasil penilaian terhadap kualitas terjemahan dari segi keberterimaan
secara keseluruhan dapat dilihat pada diagram di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
73
Diagram 4.9 : Kualitas Terjemahan dari Segi Keberterimaan Pesan
Diagram di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persentase yang
tidak terlalu signifikan, namun tetap dapat ditarik kesimpulan terhadap kualitas
keberterimaan pesan, maka untuk mengambil kesimpulan terakhir, perlu mengacu
pada (Munday, 2001) yang menyatakan
bahwa
jika norma yang diikuti
merupakan budaya dan BSu maka terjemahannya akan menjadi
adequate,
sementara jika terjemahannya mengikuti norma budaya dan Bsa maka
terjemahannya akan berterima (acceptable). Dari teori tersebut dapat kita
simpulkan bahwa terjemahan novel Warrior of the light adalah adequate, hal ini
karena data presentase kecenderungan BSu lebih dominan, yaitu sebanyak 155
data atau 66%, sedangkan kecenderungan terhadap BSa hanya 80 data atau 34%.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas tentang teknik, motode, dan kualitas
terjemahan dari segi keberterimaan secara berurutan. Pembahasan pertama ialah
tentang penerapan teknik penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah novel
warrior of the light. Bagian Kedua membahas tentang motode penerjemahan yang
diterapkan, dan yang terakhir ialah pembahasan terhadap kualitas terjemahan dari
segi keberterimaan pesan.
5.1 Teknik Penerjemahan
Data dalam penelitian ini berjumlah 180 data. Terdapat 3 pengelompokan
penerjemahan yaitu: penerjemahan tunggal, kuplet, dan triplet. Dari ketiga
pengelompokan penerjemahan tersebut, penerjemahan tunggal memiliki jumlah
yang paling besar yaitu sebesar 123 data yang terdiri dari 103 data dengan teknik
harfiah, 15 data dengan teknik amplifikasi linguistik, dan 5 data dengan teknik
padanan lazim. Berikutnya penerjemahan kuplet terdiri dari 53 data yang terdiri
dari reduksi + harfiah sebanyak 18 data, harfiah + padanan lazim sebanyak 14
data, amplifikasi linguistik + harfiah sebanyak 11 data, transposisi + harfiah
sebanyak 6 data, padanan lazim + amplifikasi linguistik sebanyak 2 data,
amplifikasi linguistik + adaptasi sebanyak 1 data, harfiah + adaptasi sebanyak 1
data. Kemudian yang terakhir adalah triplet dengan 2 data yang terdiri dari teknik
74
Universitas Sumatera Utara
75
harfiah + padanan lazim + transposisi sebanyak 1 data, dan teknik amplifikasi
linguistik + padanan lazim + harfiah sebanyak 1 data.
Penelitian ini menemukan bahwa teknik penerjemahan harfiah mendominasi
teknik penerapan yang digunakan, hal ini dilakukan karena tidak terdapatnya
konteks budaya asing yang harus diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran sehingga
hanya perlu untuk menyesuaikan dengan susunan kata ke dalam bahasa sasaran
tanpa harus melakukan penambahan dan pengurangan informasi, seperti contoh
berikut ini: On battlefields that he does not know di terjemahkan dengan di medan
tempur yang tidak dia ketahui, kalimat tersebut tidak mengandung unsur budaya
sehingga penerjemah tidak dituntut untuk menambah dan mengurangi unsur
informasi lainnya.
Teknik penerjamahan amplifikasi linguistik merupakan teknik dengan jumlah
terbanyak kedua yaitu sebesar 30 data. Hal ini wajar karena penelitian ini
mengkaji tentang novel, dan dalam menerjamahkan novel tersebut memang
diperlukan penambahan-penambahan informasi, hal ini bertujuan untuk
memudahkan pembaca bahasa sasaran dalam memahami maksud dan tujuan dari
konteks bahasa sumber, seperti contoh kalimat berikut ini:
innocent people
imprisoned diterjemahkan dengan orang-orang berdosa dijebloskan begitu saja
ke penjara. Contoh kalimat tersebut sangat jelas bahwa terdapat penambahan
prasa dijebloskan begitu saja merupakan konteks yang tidak terdapat dalam
bahasa sumber, namun hal ini memang perlu dilakukan untuk memberikan
informasi lebih serta dampak psikologis terhadap pembaca bahasa sasran.
Universitas Sumatera Utara
76
Kemudian teknik yang paling sedikit adalah teknik adaptasi, hal ini wajar
karena novel merupakan karya sastra, sehingga tidak memuat banyak istilahistilah ilmiah. Berbeda halnya dengan buku-buku ilmiah seperti bidang
kedokteran, biologi, fisika dll, karena dalam buku tersebut terdapat banyak istilahistilah yang harus diadaptasi dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran.
5.2 Metode Penerjemahan
Berdasarkan data yang dipaparkan pada bab IV bahwa terdapat 5 teknik
penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sasaran yaitu teknik amplifikasi
linguistic, teknik padanan lazim, teknik reduksi, teknik transposisi, teknik
adaptasi. Kemudian hanya terdapat 1 teknik penerjemahan yang berorientasi pada
bahasa sumber yaitu teknik harfiah. Secara keseluruhan penggunaan metode
penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sasaran sebanyak 80 data atau 34%,
kemudian penggunaan yang berorientasi pada bahasa sumber sebanyak 155 data
atau 66%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerjemah novel warrior
of the light lebih berorientasi pada penggunaan metode yang berorientasi pada
bahasa sumber.
Penggunaan metode penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber
memang akan meminimalisir kesalahan-kesalahan makna, namun di sisi lain akan
memberikan kesan kaku (tidak fleksibel) atau bahkan membosankan.
Universitas Sumatera Utara
77
5.3 Kualitas Terjemahan dari Segi Keberterimaan
Terjemahan yang berkualitas tentunya dapat diterima dan sesuai dengan
dengan kaidah yang dianaut dalam bahasa sasaran, dan juga harus mengetahui
target pembaca sebelum menerjemahkan sebuah teks, misalnya penerjemahan
untuk target anak-anak akan berbeda dengan penerjemahan untuk orang dewasa.
Keberterimaan pesan merupakan suatu kewajaran terjemahan berdasarkan
norma budaya dan bahasa sasaran. Teori yang digunakan dalam menganalisis
keberterimaan pesan ini adalah (Munday, 2001) menyatakan bahwa jika norma
yang diikuti merupakan budaya dan BSu maka terjemahannya akan menjadi
(adequate), sementara jika terjemahannya mengikuti norma budaya dan Bsa maka
terjemahannya akan berterima (acceptable). Hal senada juga di kuatkan oleh
(Larson, 1984:15) Pilihan kata yang terlalu setia dengan bahasa sumbernya akan
mengakibatkan terjemahan terdengar asing.
Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan 155 atau (66%) data yang
berorientasi pada bahasa sumber dan hanya terdapat 80 atau (34%) data yang
berorientasi pada bahasa sasaran. Dari data tersebut diambil kesimpulan bahwa
kualitas terjemahan dari segi keberterimaannya dalam menerjemahkan novel
warrior of the light adalah adequate.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Analisis terhadap teknik penerjemahan menggunakan teori Molina dan
Albir. Metode penerjemahan menggunakan diagram V oleh Newmark. Analisis
terhadap kualitas terjemahan dari segi keberterimaan pesan menggunakan teori
Munday.
Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai Teknik penerjemahan,
Metode penerjemahan dan kualitas terjemahan dari segi keberterimaan pesan
terhadap novel Warrior of the light, maka peneliti menyimpulkan bahwa:
1. Teknik Penerjemahan
Dalam penelitian ini diidentifikasi data yang diterjemahkan dengan teknik
tunggal, kuplet, dan triplet. Total data yang diteliti adalah 180 data. Terdapat 123
data dengan teknik tunggal, teknik kuplet sebanyak 53 data, teknik triplet
sebanyak 2 data. Penelitian ini telah menemukan 6 teknik penerjemahan yang
digunakan oleh penerjemah novel Warrior of the light, yaitu: teknik harfiah
sebanyak 155 atau (66%) data, Amplifikasi Linguistik sebanyak 30 atau (13%)
data, Padanan Lazim sebanyak 23 data (10%), Reduksi sebanyak 18 atau (8%),
Transposisi sebanyak 7 atau (3%) data, Adaptasi sebanyak 2 atau (1%) data.
78
Universitas Sumatera Utara
79
Teknik
penerjemahan
yang
paling
dominan
digunakan
dalam
menerjemahkan novel ini adalah teknik harfiah dan teknik penerjemahan yang
paling sedikit diterapkan adalah teknik adaptasi, hal ini wajar karena objek
penerjemahan ini bukanlah tulisan ilmiah seperti ilmu kedokteran, biologi, kimia,
dll, namun sebuah karya sastra.
2.
Metode Penerjemahan
Dalam penelitian ini ditemukan 1 teknik penerjemahan yang berorientasi
pada BSu yaitu teknik harfiah dengan 155 atau (66%) data. Sedangkan
penerjemahan yang mengacu pada BSa terdapat 5 teknik penerjemahan yaitu:
teknik amplifikasi linguistik sebanyak 30 atau (13%) data, teknik padanan lazim
sebanyak 23 atau (10%) data, teknik reduksi sebanyak 18 atau (8%) data, teknik
transposisi berjumlah 7 atau (3%) data, teknik adaptasi sebanyak 2 atau (1%).
Dari data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode penerjemahan
yang diterapkan dalam menerjemahkan novel Warrior of the light adalah metode
penekanan pada bahasa sumber (source language emphasis).
3. Kualitas terjemahan dari segi keberterimaan pesan
Keberterimaan pesan merupakan suatu kewajaran terjemahan berdasarkan
norma budaya dan bahasa sasaran. Penelitian ini telah mengidentifikasi sebanyak
155 atau (66%) data yang menekankan pada BSu dan terdapat 80 atau (34%) yang
menekankan pada BSa. Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
Universitas Sumatera Utara
80
kualitas penerjemahan dari segi keberterimaan dalam menerjemahkan novel
warrior of the light adalah adequate.
6.2 Saran
Berdasarkan analisis dan simpulan di atas, peneliti memberikan beberapa
saran dan sekaligus untuk penelitian lebih lanjut:
a. Penerjemahan teks novel hendaknya mampu memilih teknik yang dapat
menjelaskan pesan utama yang terdapat dalam teks tersebut dengan sangat
jelas. Karena pembaca novel tersebut berasal dari latar belakang
pendidikan, budaya, ekonomi yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan
dengan menerapkan teknik amplifikasi linguistik, adaptasi dan deskripsi.
b. Penggunaan teknik harfiah juga perlu menjadi pertimbangan dalam
menerjemahkan karya sastra novel. Memang teknik ini mudah diterapkan
namun belum tentu dapat membuat pesan tersampaikan dengan baik dan
tepat. Untuk itu perlu seorang penerjemah menerapkan teknik yang lebih
menitik beratkan pada BSa seperti: deskripsi ,amplifikasi linguistik dll.
c. Agar kualitas penerjemahan terutama dari segi keberterimaan lebih baik
terutama dalam menerjemahkan novel asing, maka sangat perlu untuk
menitik beratkan pada BSa. Karena belum tentu suatu budaya barat akan
memiliki makna yang sama jika diterjemahkan kedalam budaya Indonesia.
Universitas Sumatera Utara