makalah ilmu sosial dasar

(1)

MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR

(TENTANG ILMU PENGETAHUAN DAN SOSIOLOGI)

Dosen pembimbing :

Oleh :

Moh. Rizki Hidayaturrahman Imron hamdiyah

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) NURUL JADID

PRODI S1 KEPERAWATAN

PAITON

PROBOLINGGO


(2)

BAB I

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah

yang berjudul “Bunyi, Cahaya dan Panas”.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki kami. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Akhirnya kami berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang setimpal kepada mereka yang telah memberikan bantuan,dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah dan semoga makalah bias bermanfaat bagi para pembaca.

Paiton, 10 Februari 2014


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR………i

DAFTAR ISI ………...ii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……….……….1

1.2 Rumusan Masalah ……….2

1.3 Tujuan Penulisan………2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Dan Sosiologi……….3

2.2Objek Sosiologi ……….3

2.3 Metode-Metode Dalam Sosiologi ………4

2.4 Teori –Teori Sosiologi ………..6

2.5 Sejarah Teori Sosiologi ……….6

2.6 Teori –teori Sosiologi Sesudah Comte ………..8

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan………...11


(4)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seorang awam yang untuk pertama kali mempelajari sosiologi sesungguhnya secara tidak sadar telah mengetahuai sedikit tentang sosiologi.selama hidupnya,dia telah menjadi anggota masyarakat dan sudah mempunyai pengalaman-pengalaman dalam hubungan social atau dalam hubungan antar manusia.sejak lahir ke dunia dia sudah berhubungan dengan orang tuanya misalnya,dan semakin meningkat usianya,bertambah luas lah pergaulannya dengan manusia lain di dalam masyarakat.dia juga menyadari bahwa kebudayaan dan peradaban dewasa ini merupakan hasil perkembangan masa-masa yang silam.secara sepintas lalu dia pun mengetahui bahwa di dalam berbagai hal di mempunyai persamaan-persamaan dengan orang lainsedangakan dal hal-hal lain dia mempunyai sifa-sifat yang has berlaku bagi dirinya sendiri sehingga berbeda dengan orang lain.semuanya merupakan pengetahuan yang bersifat sosiologis karena ikut sertanya dia di dalam hubungan-hubungan social dalam membentuk kebudayaan masyarakatnya dan kesadaran akan adanya persamaan dan perbedaan dengan orang-orang lain memberikan gambaran tentang objek yang dipelajarinya yaitu sosiologi.akan tetapi semuanya itu belum berarti bahwa dia bukan merupakan ahli sosiologi.pasti dia belum mengetahui dengan sesungguhnya apakah ilmu itu.oleh karena itu akan ditinjau terlebih dahulu apakah sosiologi tersebut.

Perbedaan yang tidak jarang menimbulkan pertentangan antara harapan dengan pernyataan memaksa para ahli berpikir untuk mencari penyebab-penyebabnya dengan jalan mempelajari kenyataan-kenyataan dalam masyarakat,sehingga timbul berbagai macam teori tentang masyarakt.lambat laun teori-teori tersebut dipelajari dan di kembangkan secara sistematis dan netral,terlepas dari harapan-harapan pribadi para sarjana yang mempelajarinya dari penilaian baik dan buruk mengenai gejala-gejala atau unsure yang di jumpai di dalam tubuh masyarakat itu sehingga tibul lah ilmu pengetahuan tentang masyarakat.


(5)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah ilmu pengetahuan dan sosiologi itu? 2. Apakah yang menjadi objek sosiologi? 3. Apa saja metode-metode dalam sosiologi? 4. Apakah yang dimaksud dengan teori? 5. Bagaimanakah sejarah teori sosiologi itu? 6. Teori apa saja yang muncul sesudah Comte? 1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari ilmu pengetahuan dan sosiologi 2. Untuk mengetahui apa saja objek sosiologi

3. Untuk mengetahui tentang metode-metode sosiologi 4. Untuk mengetahui definisi dari teori

5. Untuk mengetahui sejarah sosiologi


(6)

B A B I I PEM B AH A S A N

2.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Dan Sosiologi

Ilmu Pengetahuan adalah suatu proses pemikiran dan analisis yang rasional, sistimatik, logik dan konsisten. Hasilnya dari ilmu pengetahuan dapat dibuktikan dengan percobaan yang transparan dan objektif. Ilmu pengetahuan mempunyai spektrum analisis amat luas, mencakup persoalan yang sifatnya supermakro, makro dan mikro. Hal ini jelas terlihat, misalnya pada ilmu-ilmu: fisika, kimia, kedokteran, pertanian, rekayasa, bioteknologi, dan sebagainya.

Klasifikasi ilmu pengetahuan.

Contoh klasifikasi Ilmu Pengetahuan yang sederhana yaitu:

1. Ilmu dasar (basic Science) misalnya biologi yang bertujuan mendalami teori dan isi alam yang hidup.

2. Ilmu terapan (Applied Sciences) yang bertujuan untuk memanfaatkan ilmu guna memecahkan masalah praktis misalnya mekanisme dan teknologi pertanian.

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara individu dengan individu, individu dengan masyarakat, dan masyarakat dengan masyarakat. Selain itu, Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris serta bersifat umum.

2.2 Objek Sosiologi

Objek Sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia, dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Agak sukar untuk

memberikan batasan tentang masyarakat karena istilah masyarakat terlalu banyak mencakup berbagai faktor sehingga kalaupun diberikan suatu definisi yang berusaha mencakup


(7)

Walaupun definisi dari sarjana-sarjana tersebut berlainan, pada dasarnya isisnya sama, yaitu masyarakat yang mencakup beberapa unsur berikut ini.

a. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu social tak ada ukuran mutlak ataupun angka pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi,secara teoritis angka minimnya adalah dua orang yang hidup bersama.

b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah sama

dengan kumpulan benda-benda mati seperti umpamanya kursi,meja dan sebagainya. Karena dengan berkumpulnya manusia, maka akan lahir manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti; mereka juga

mempunyai keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbu lah system komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut.

c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.

d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama sistem. System kehidupan bersama

menimbulkan kebudayaan karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya.

2.3 Metode-Metode Dalam Sosiologi

Metode merupakan cara kerja yang digunakan untuk memudahkan kita dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau kegiatan, agar tercapai tujuan seperti yang telah kita tentukan dan harapkan. Metode sekurang-kurangnya memiliki beberapa ciri pokok, yaitu sebagai berikut.

a. Ada permasalahan yang akan dikaji atau diteliti.

b. Ada hipotesis, yaitu kesimpulan yang bersifat sementara, yang harus dibuktikan kebenarannya melalui data. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang akan dikaji melalui teori yang ada.

c. Ada usulan mengenai cara kerja atau cara penyelesaian permasalahan dari hipotesis yang ada.


(8)

Dalam penelitian sosiologi, kita menggunakan dua metode, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif.

1. Metode Kualitatif

Metode ini mengutamakan cara kerja dengan menjabarkan data yang diperoleh. Metode ini dipakai apabila data hasil penelitian tidak dapat diukur dengan angka atau dengan ukuran lain yang bersifat eksak. Istilah penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Contohnya penelitian tentang kehidupan, riwayat, dan perilaku seseorang, di samping juga tentang peranan organisasi, pergerakan sosial, atau hubungan timbal balik. Sebagian datanya dapat dihitung sebagaimana data sensus, namun analisisnya bersifat kualitatif.

2. Metode Kuantitatif

Metode ini digunakan dalam penelitian yang analisis datanya mengutamakan keterangan berdasarkan angka-angka. Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode ini adalah survei dan eksperimen. Gejala yang diteliti diukur dengan skala, indeks, tabel, atau formula-formula tertentu yang cenderung menggunakan uji statistik. Apakah perbedaan antara dua metode yang telah kita bahas di atas? Beberapa perbedaan mendasar dari dua metode tersebut dapat kamu pahami pada tabel berikut ini.

Di samping metode-metode tersebut, ada beberapa metode yang sering digunakan sosiologi untuk menelaah masyarakat didasarkan pada jenisnya. Metode-metode tersebut meliputi metode induktif, deduktif, fungsionalisme, empiris, dan rasionalistis.

1) Metode induktif adalah metode yang mempelajari suatu gejala khusus untuk

mendapatkan kaidah-kaidah yang berlaku umum dalam lapangan yang lebih luas. 2) Metode deduktif adalah metode yang menggunakan proses yang berkebalikan

dengan metode induktif, yaitu dimulai dengan kaidah-kaidah yang dianggap berlaku umum untuk kemudian dipelajari dalam keadaan yang bersifat khusus.

3) Metode fungsionalisme adalah metode yang bertujuan untuk meneliti fungsi

lembaga kemasyarakatan dan struktur sosial dalam masyarakat. Metode ini memiliki gagasan pokok bahwa unsur-unsur yang membentuk masyarakat mempunyai hubungan timbal balik yang saling memengaruhi dan masing-masing mempunyai fungsi tersendiri dalam masyarakat.

4) Metode empiris adalah metode yang mendasarkan diri kepada keadaan-keadaan


(9)

5) Metode rasionalistis adalah metode yang mengutamakan penilaian dengan logika

dan pikiran sehat untuk mencapai pengertian tentang kemasyarakatan.

2.4 Teori –Teori Sosiologi

Teori merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih, yang telah diuji kebenarannya. Suatu variabel merupakan merupakan karakteristik dari orang –orang, benda-benda, atau keadaan yang mempunyai nilai-nilai yang berbeda.

Teori-teori sosiologi memiliki kegunaan antara lain yaitu, sebagai berikut :

a. Suatu teori atau beberapa teori merupakan ikhtisar hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang dipelajari sosiologi.

b. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada seseorang yang memperdalam pengetahuannya di bidang sosiologi.

c. Teori berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang dipelajari oleh sosiologi.

d. Suatu teori akan sangat berguna dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan definisi-definisi yang penting untuk penelitian.

e. Pengetahuan teoritis memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan proyeksi sosial, yaitu usaha untuk dapat mengetahui ke arah mana masyarakat akan berkembang atas dasar fakta yang diketahui pada masa yang lampau dan pada dewasa ini.

2.5 Sejarah Teori Sosiologi

1. Perhatian masyarakat sebelum Comte

a. Plato: Menelaah masyarakat secara sistematis dengan merumuskan teori organis tentang masyarakat yang mencakup bidang kehidupan ekonomi dan sosial.

b. Aristoteles : Melakukan analisis terhadap lembaga-lembaga politik dalam masyarakat. c. Ibn Khaldun: Mengemukakan beberapa prinsip pokok untuk menafsirkan kejadian

sosial dan peristiwa dalam sejarah.

d. Zaman Renaissance: tercatat nama-nama Thomas More dan Campanella mengenai masyarakat ideal.


(10)

e. N. Machiavelly: mengemukakan mengenai bagaimana cara mempertahankan kekuasaan.

f. Hobbes: menulis mengenai keadaan alamiah manusia yang didasari pada keinginan-keninginan mekanis sehingga manusia selalu saling berkelahi (kontrak sosial).

g. John Locke dan JJ Rausseau: menulis mengenai kontrak social.

h. Saint Simon: menulis tentang manusia yang hendaknya dipelajari dalam kehidupan berkelompok.

2. Sosiologi Auguste Comte ( 1798-1853)

Auguste Comte yang pertama–tama memakai istilah “sosiologi” adalah orang yang pertama membedakan antara ruang lingkup dan isi sosiologi dari ruang lingkup dan isi ilmu – ilmu pengetahuan lainnya.

Menurut Comte (The positive Philosopy:1896) ada tiga tahap perkembangan intelektual, yang masing –masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumnya.

Tahap pertama dinamakan tahap teologis atau fiktif, yaitu suatu tahap di mana manusia menafsirkan gejala –gejala di sekelilingnya secara teologis, yaitu dengan kekuatan –kekuatan yang dikendalikan roh dewa –dewa atau Tuhan Yang Maha Kuasa. Penyesuaian ini sangat penting bagi manusia karena manusia harus beradaptasi dengan lingkungannya.

Tahap Kedua merupakan perkembangan dari tahap pertama adalah tahap metafisik. Pada tahap ini manusia menganggap bahwa di dalam setiap gejala terdapat kekuatan –kekuatan inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Pada tahap ini manusia masih terikat oleh cita –cita tanpa verifikasi karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita –cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum –hukum alam yang seragam. Hal yang terakhir inilah yang merupakan tugas ilmu pengetahuan positif, yang merupakan tahap ketiga atau tahap terakhir dari perkembangan manusia.

Hal yang paling menonjol dari sistematika Comte adalah penilaiannya terhadap sosiologi, yang merupakan ilmu pengetahuan paling kompleks, dan merupakan suatu ilmu pengetahuan yang akan berkembang dengan pesat sekali. Sosiologi merupakan studi positif tentang hukum-hukum dari gejala sosial. Comte kemudian membedakan antara sosiologi statis dan dinamis. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar dari adanya masyarakat sedangkan sosiologi dianmis merupakan teori tentang perkembangan dalam arti pembangunan.


(11)

2.6 Teori –teori Sosiologi Sesudah Comte 1. Mazhab Geografi dan Lingkungan

Teori –teori yang digolongkan dalam mazhab ini adalah ajaran dari Edward Buckle dari Inggris (1821-1862) dan Le Play dari Prancis (1806-1888). Menurut Buckle, adanya pengaruh keadaan alam terhadap masyarakat. Di dalam analisisnya, dia telah menemukan beberapa keteraturan hubungan antara keadaan alam dengan tingkah laku manusia.

Le play seorang insinyur pertambangan, memulai analisis keluarga sebagai unit sosial yang fundamental dari masyarakat. Organisasi keluarga ditentukan oleh cara -cara mempertahankan kehidupannya yaitu cara mereka bermata pencaharian. Hal tersebut sangat tergantung pada lingkungan timbal – balik antara factor –faktor tempat, pekerjaan dan manusia (masyarakat). Atas dasar faktor-faktor tersebut, maka dapat ditemukan unsur-unsur yang menjadi dasar adanya kelompok-kelompok yang lebih besar, yang memerlukan analisis terhadap semua lembaga-lembaga politik dan sosial suatu masyarakat tertentu.

Pentingnya Mazhab ini adalah menghubungkan faktor keadaan alam dengan faktor-faktor struktur organisasi sosial. Teori ini mengungkapkan adanya korelasi antara tempat tinggal dengan adanya aneka ragam karekteristik kehidupan sosial suatu masyarakat.

2. Mazhab Organis dan Evolusioner

Herbert Spencer adalah orang yang pertama-tama menulis tentang masyrakat atas dasar data empiris yang kongkret. Dalam hal ini dia telah memberikan suatu model kongkret yang secara sadar maupun tidak sadar diikuti oleh para sosiologi sesudah dia. Menurut Spencer, akan bertambah sempurna apabila bertambak kompleks dan dengan adanya referensiasi antara bagian-bagiannya. Secara evolusioner, tahap organisme tersebut akan semakin sempurna sifatnya.

Spencer sebetulnya bermaksud untuk membuktikan bahwa masyarakat tanpa diferensiasi pada tahap pra industri secara intern tidak stabil karena terlibat dalam pertentangan-pertentangan diantara mereka sendiri. Selanjutnya dia berpendapat (dalam bukunya yang berjudul Principles of Sociology ; 3 jilid) bahwa pada masyarakat industri yang telah terdiferensiasi dengan mantap, akan ada suatu stabilitas yang menuju pada keadaan hidup yang damai.

Seorang sosiologi Amerika yang sangat terpengaruh oleh metode analisis Spancer adalah W.G. Summer (1840-1910). Salah satu hasil karyanya adalah Folkways yang merupakan karya klasik dalam keputusan sosiologi. Folkways dimaksud dengan


(12)

kebiasaan-kebiasaan sosial yang timbul secara tidak sadar dalam masyarakat, yang menjadi bagaian dari tradisi.

3. Mazhab Formal

Menurut Simmel elemen-elemen masyarakat mencapai kesatuan melalui bentuk-bentuk yang mengatur hubungan antara elemen-elemen tersebut. selanjutnya Simmel berpendapat, sesorang menjadi warga masyarakat untuk mengalami proses individualisasi dan sosialisasi. Tanpa menjadi warga masyarakat tak akan mungkin seseorang mengalami proses interaksi antara individu dengan kelompok.

Leopold Von Wiese (1876-1961) berpendapat bahwa sosiologi harus memusatkan perhatian pada hubungan-hubungan antara manusia tanpa mengaitkannya dengan tujuan-tujuan maupun kaidah-kaidah. Sosiologi harus mulai dengan pengamatan terhadap perilaku kongkret tertentu. Ajarannya bersifat empiris dan berusaha untuk mengadakan kuantifikasi terhadap proses-proses sosial yang terjadi. Proses sosial merupakan hasil perkalian dari sikap dan keadaan, yang masing-masing dapat diuraikan ke dalam unsur-unsurnya secara sistematis.

Alfred Vierkandt (1867-1953) menyatakan bahwa sosiologi menyoroti situasi-situasi mental. Situasi tersebut tak dapat dianalisis secara tersendiri, tetapi merupakan hasil perilaku yang timbul sebagai akibat interaksi antar individu dan kelompok dalam masyarakat.

4. Mazhab Psikologi

Gabriel Tarde (1843-1904) dari Prancis, dia mulai dengan suatu dugaan atau pandangan awal bahwa gejala sosial mempunyai sifat psikologis yang terdiri dari interaksi antara jiwa-jiwa individu, dimana jiwa tersebut terdiri dari kepercayaan-kepercayaan dan keinginan-keinginan. Dengan demikian keinginan utama Tarde adalah berusaha untuk menjelaskan gejala-gejala sosial didalam kerangka reaksi-reaksi psikis seseorang.

5. Mazhab Ekonomi

Ajaran ini dikemukakan oleh Karl Marx (1818-1883) dan Max Weber (1864-1920). Marx berpendapat telah mempergunakan metode-metode sejarah dan filsafat untuk membangun suatu teori tentang perubahan yang menunjukkan perkembangan masyarakat menuju suatu keadaan di mana ada keadilan sosial. Menurut Marx, selama masyarakat masih terbagi atas kelas-kelas, maka pada kelas yang berkuasalah akan terhimpun segala kekuatan dan kekayaan.

Tingkah laku individu-individu dalam masyarakat dapat diklasifikasikan empat tipe ideal aksi sosial, yaitu :


(13)

a. Aksi yang bertujuan, yakni tingkah laku yang ditunjukan untuk mendapatkan hasil-hasil yang efisien.

b. Aksi yang berisikan nilai yang telah ditentukan, yang diartikan sebagai perbuatan untuk merealisasikan dan mencapai tujuan.

c. Aksi tradisional yang menyangkut tingkah laku yang melaksanakan suat aturan yang bersanksi.

d. Aksi yang emosional, yaitu yang menyangkut perasaan seseorang. 6. Mazhab Hukum

Hukum menurut Durkheim adalah kaidah-kaidah yang bersanksi yang berat ringannya tergantung pada sifat pelanggaran, anggapan-anggapan, serta keyakinan masyarakat tentang baik buruknya suautu tindakan. Di dalam masyarakat dapat ditemukan dua macam sanksi kaidah-kaidah hukum, yaitu sanksi yang represif dan sanksi yang restitutif.

Menurut Weber, ada empat tipe ideal hukum, yaitu :

 Hukum Irasional dan materiil, yaitu dimana pembentuk undang-undang dan hakim mendasarkan keputusan-keputusannya semata-mata pada nilai-nilai emosional tanpa menunjuk pada suatu kaidahpun.

 Hukum irasional dan formal, yaitu dimana pembentuk undang-undang dan hakim berpedoman pada kaidah-kaidah di luar akal karena didasarkan pada wahyu atau ramalan.

 Hukum rasional dan materiil, di mana keputusan-keputusan para pembentuk undang-undang dan hakim menunjuk pada suatu kitab suci, kebijaksanaan-kebijaksanaan penguasa, atau ideologi.

 Hukum rasional dan formal, yaitu dimana hukum dibentuk semata-mata atas dasar konsep-konsep abstrak dari ilmu hukum.


(14)

BAB III PENUTUP

1. Ilmu Pengetahuan adalah suatu proses pemikiran dan analisis yang rasional, sistimatik, logik dan konsisten.

2. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara individu dengan individu, individu dengan masyarakat, dan masyarakat dengan masyarakat.

3. Objek Sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia, dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.

4. Metode-metode sosiologi ada dua yaitu kualitatif dan kuantitatif.

5. Teori-teori sesudah Comte yaitu mazhab geografi dan lingkungan, mazhab organis dan evolusioner, mazhab formal, mazhab psikologi, mazhab ekonomi, mazhab hukum.


(15)

DAFTAR ISI

- Soekanto, soerjono. SOSIOLOGI SUATU PENGANTAR. Jakarta: Raja Wali Pers, 2007


(1)

e. N. Machiavelly: mengemukakan mengenai bagaimana cara mempertahankan kekuasaan.

f. Hobbes: menulis mengenai keadaan alamiah manusia yang didasari pada keinginan-keninginan mekanis sehingga manusia selalu saling berkelahi (kontrak sosial).

g. John Locke dan JJ Rausseau: menulis mengenai kontrak social.

h. Saint Simon: menulis tentang manusia yang hendaknya dipelajari dalam kehidupan berkelompok.

2. Sosiologi Auguste Comte ( 1798-1853)

Auguste Comte yang pertama–tama memakai istilah “sosiologi” adalah orang yang pertama membedakan antara ruang lingkup dan isi sosiologi dari ruang lingkup dan isi ilmu – ilmu pengetahuan lainnya.

Menurut Comte (The positive Philosopy:1896) ada tiga tahap perkembangan intelektual, yang masing –masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumnya.

Tahap pertama dinamakan tahap teologis atau fiktif, yaitu suatu tahap di mana manusia menafsirkan gejala –gejala di sekelilingnya secara teologis, yaitu dengan kekuatan –kekuatan yang dikendalikan roh dewa –dewa atau Tuhan Yang Maha Kuasa. Penyesuaian ini sangat penting bagi manusia karena manusia harus beradaptasi dengan lingkungannya.

Tahap Kedua merupakan perkembangan dari tahap pertama adalah tahap metafisik. Pada tahap ini manusia menganggap bahwa di dalam setiap gejala terdapat kekuatan –kekuatan inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Pada tahap ini manusia masih terikat oleh cita –cita tanpa verifikasi karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita –cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum –hukum alam yang seragam. Hal yang terakhir inilah yang merupakan tugas ilmu pengetahuan positif, yang merupakan tahap ketiga atau tahap terakhir dari perkembangan manusia.

Hal yang paling menonjol dari sistematika Comte adalah penilaiannya terhadap sosiologi, yang merupakan ilmu pengetahuan paling kompleks, dan merupakan suatu ilmu pengetahuan yang akan berkembang dengan pesat sekali. Sosiologi merupakan studi positif tentang hukum-hukum dari gejala sosial. Comte kemudian membedakan antara sosiologi statis dan dinamis. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar dari adanya masyarakat sedangkan sosiologi dianmis merupakan teori tentang perkembangan dalam arti pembangunan.


(2)

2.6 Teori –teori Sosiologi Sesudah Comte 1. Mazhab Geografi dan Lingkungan

Teori –teori yang digolongkan dalam mazhab ini adalah ajaran dari Edward Buckle dari Inggris (1821-1862) dan Le Play dari Prancis (1806-1888). Menurut Buckle, adanya pengaruh keadaan alam terhadap masyarakat. Di dalam analisisnya, dia telah menemukan beberapa keteraturan hubungan antara keadaan alam dengan tingkah laku manusia.

Le play seorang insinyur pertambangan, memulai analisis keluarga sebagai unit sosial yang fundamental dari masyarakat. Organisasi keluarga ditentukan oleh cara -cara mempertahankan kehidupannya yaitu cara mereka bermata pencaharian. Hal tersebut sangat tergantung pada lingkungan timbal – balik antara factor –faktor tempat, pekerjaan dan manusia (masyarakat). Atas dasar faktor-faktor tersebut, maka dapat ditemukan unsur-unsur yang menjadi dasar adanya kelompok-kelompok yang lebih besar, yang memerlukan analisis terhadap semua lembaga-lembaga politik dan sosial suatu masyarakat tertentu.

Pentingnya Mazhab ini adalah menghubungkan faktor keadaan alam dengan faktor-faktor struktur organisasi sosial. Teori ini mengungkapkan adanya korelasi antara tempat tinggal dengan adanya aneka ragam karekteristik kehidupan sosial suatu masyarakat.

2. Mazhab Organis dan Evolusioner

Herbert Spencer adalah orang yang pertama-tama menulis tentang masyrakat atas dasar data empiris yang kongkret. Dalam hal ini dia telah memberikan suatu model kongkret yang secara sadar maupun tidak sadar diikuti oleh para sosiologi sesudah dia. Menurut Spencer, akan bertambah sempurna apabila bertambak kompleks dan dengan adanya referensiasi antara bagian-bagiannya. Secara evolusioner, tahap organisme tersebut akan semakin sempurna sifatnya.

Spencer sebetulnya bermaksud untuk membuktikan bahwa masyarakat tanpa diferensiasi pada tahap pra industri secara intern tidak stabil karena terlibat dalam pertentangan-pertentangan diantara mereka sendiri. Selanjutnya dia berpendapat (dalam bukunya yang berjudul Principles of Sociology ; 3 jilid) bahwa pada masyarakat industri yang telah terdiferensiasi dengan mantap, akan ada suatu stabilitas yang menuju pada keadaan hidup yang damai.

Seorang sosiologi Amerika yang sangat terpengaruh oleh metode analisis Spancer adalah W.G. Summer (1840-1910). Salah satu hasil karyanya adalah Folkways yang merupakan karya klasik dalam keputusan sosiologi. Folkways dimaksud dengan


(3)

kebiasaan-kebiasaan sosial yang timbul secara tidak sadar dalam masyarakat, yang menjadi bagaian dari tradisi.

3. Mazhab Formal

Menurut Simmel elemen-elemen masyarakat mencapai kesatuan melalui bentuk-bentuk yang mengatur hubungan antara elemen-elemen tersebut. selanjutnya Simmel berpendapat, sesorang menjadi warga masyarakat untuk mengalami proses individualisasi dan sosialisasi. Tanpa menjadi warga masyarakat tak akan mungkin seseorang mengalami proses interaksi antara individu dengan kelompok.

Leopold Von Wiese (1876-1961) berpendapat bahwa sosiologi harus memusatkan perhatian pada hubungan-hubungan antara manusia tanpa mengaitkannya dengan tujuan-tujuan maupun kaidah-kaidah. Sosiologi harus mulai dengan pengamatan terhadap perilaku kongkret tertentu. Ajarannya bersifat empiris dan berusaha untuk mengadakan kuantifikasi terhadap proses-proses sosial yang terjadi. Proses sosial merupakan hasil perkalian dari sikap dan keadaan, yang masing-masing dapat diuraikan ke dalam unsur-unsurnya secara sistematis.

Alfred Vierkandt (1867-1953) menyatakan bahwa sosiologi menyoroti situasi-situasi mental. Situasi tersebut tak dapat dianalisis secara tersendiri, tetapi merupakan hasil perilaku yang timbul sebagai akibat interaksi antar individu dan kelompok dalam masyarakat.

4. Mazhab Psikologi

Gabriel Tarde (1843-1904) dari Prancis, dia mulai dengan suatu dugaan atau pandangan awal bahwa gejala sosial mempunyai sifat psikologis yang terdiri dari interaksi antara jiwa-jiwa individu, dimana jiwa tersebut terdiri dari kepercayaan-kepercayaan dan keinginan-keinginan. Dengan demikian keinginan utama Tarde adalah berusaha untuk menjelaskan gejala-gejala sosial didalam kerangka reaksi-reaksi psikis seseorang.

5. Mazhab Ekonomi

Ajaran ini dikemukakan oleh Karl Marx (1818-1883) dan Max Weber (1864-1920). Marx berpendapat telah mempergunakan metode-metode sejarah dan filsafat untuk membangun suatu teori tentang perubahan yang menunjukkan perkembangan masyarakat menuju suatu keadaan di mana ada keadilan sosial. Menurut Marx, selama masyarakat masih terbagi atas kelas-kelas, maka pada kelas yang berkuasalah akan terhimpun segala kekuatan dan kekayaan.

Tingkah laku individu-individu dalam masyarakat dapat diklasifikasikan empat tipe ideal aksi sosial, yaitu :


(4)

a. Aksi yang bertujuan, yakni tingkah laku yang ditunjukan untuk mendapatkan hasil-hasil yang efisien.

b. Aksi yang berisikan nilai yang telah ditentukan, yang diartikan sebagai perbuatan untuk merealisasikan dan mencapai tujuan.

c. Aksi tradisional yang menyangkut tingkah laku yang melaksanakan suat aturan yang bersanksi.

d. Aksi yang emosional, yaitu yang menyangkut perasaan seseorang. 6. Mazhab Hukum

Hukum menurut Durkheim adalah kaidah-kaidah yang bersanksi yang berat ringannya tergantung pada sifat pelanggaran, anggapan-anggapan, serta keyakinan masyarakat tentang baik buruknya suautu tindakan. Di dalam masyarakat dapat ditemukan dua macam sanksi kaidah-kaidah hukum, yaitu sanksi yang represif dan sanksi yang restitutif.

Menurut Weber, ada empat tipe ideal hukum, yaitu :

 Hukum Irasional dan materiil, yaitu dimana pembentuk undang-undang dan hakim mendasarkan keputusan-keputusannya semata-mata pada nilai-nilai emosional tanpa menunjuk pada suatu kaidahpun.

 Hukum irasional dan formal, yaitu dimana pembentuk undang-undang dan hakim berpedoman pada kaidah-kaidah di luar akal karena didasarkan pada wahyu atau ramalan.

 Hukum rasional dan materiil, di mana keputusan-keputusan para pembentuk undang-undang dan hakim menunjuk pada suatu kitab suci, kebijaksanaan-kebijaksanaan penguasa, atau ideologi.

 Hukum rasional dan formal, yaitu dimana hukum dibentuk semata-mata atas dasar konsep-konsep abstrak dari ilmu hukum.


(5)

BAB III PENUTUP

1. Ilmu Pengetahuan adalah suatu proses pemikiran dan analisis yang rasional, sistimatik, logik dan konsisten.

2. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara individu dengan individu, individu dengan masyarakat, dan masyarakat dengan masyarakat.

3. Objek Sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia, dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.

4. Metode-metode sosiologi ada dua yaitu kualitatif dan kuantitatif.

5. Teori-teori sesudah Comte yaitu mazhab geografi dan lingkungan, mazhab organis dan evolusioner, mazhab formal, mazhab psikologi, mazhab ekonomi, mazhab hukum.


(6)

DAFTAR ISI

- Soekanto, soerjono. SOSIOLOGI SUATU PENGANTAR. Jakarta: Raja Wali Pers, 2007