Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar SarjanaTheologi Islam (S.Th.i) Dalam Ilmu Ushuluddin

KEPEMIMPINAN MENURUT HADITS NABI SAW

   Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna

Memperoleh Gelar SarjanaTheologi Islam (S.Th.i)

  

Dalam Ilmu Ushuluddin

Oleh

  

Khoirul Rosyid

NPM. 12.31.03.0053

Jurusan :Tafsir Hadits ( TH )

FAKULTAS USHULUDDIN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

RADEN INTAN LAMPUNG

KEPEMIMPINAN MENURUT HADITS NABI SAW

  

Pembimbing I : H. Muhamad Tauhid. Lc. M.A

Pembimbing II : Dr. Ahmad Isnaeni. M.A Skripsi

  

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Tafsir Hadis (S.TH.)

dalam Ilmu Ushuluddin

  

Oleh

Khoirul Rosyid

NPM. 12.31.03.0053

Jurusan : Tafsir Hadis ( TH )

FAKULTAS USHULUDDIN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

RADEN INTAN LAMPUNG

1437 H / 2016 M

  

ABSTRAK

KEPEMIMPINAN MENURUT HADITS NABI SAW

Oleh :

Khoirul Rosyid

  Hadits sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Qur,an memiliki otoritas dan posisi penting, karena implementasi hadits tersebut menentukan penerapan di lapangan yang menurut pelaksanaan dan ketetapan yang mapan. Seberapa penting posisi hadits dalam Islam nampaknya sudah tidak perlu dipertanyakan lagi, karena selain sebagai penjelas (bayan) bagi otoritas wahyu Allah (al-Qur,an) juga sebagai sumber Islam kedua yang menjadi rujukan para fuqaha‟ (ahli fikih / hukum Islam).

  Salah satu tema hadits yang cukup menarik perhatian untuk dikaji adalah tentang kepemimpinan, sebab bagi umat Islam masalah kepemimpinan merupakan persoalan serius dan selalu aktual untuk dikaji dan diteliti, sebab hal tersebut merupakan hal yang mendasar, sehingga dalam syariat Islam masalah kepemimpinan mendapat atensi dan porsi yang sangat besar, oleh karena itu peneliti merasa tertarik ikut ambil bagian untuk meneliti dan mengkaji masalah kepemimpinan dalam bentuk karya skripsi yang berjudul ”KEPEMIMPINAN

  MENURUT HADITS NABI SAW”.

  Fokus masalah dari penelitian ini adalah apa pengertian pemimpin menurut hadits Nabi ? bagaimana kriteria kepemimpin ideal menurut hadits Nabi saw ? Penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research), dengan menggunakan data primer yaitu kitab hadits

  kutubuttis‟ah, data sekunder adalah buku-buku dan artikel lain yang terkait pembahasan mengenai hadits-hadits kepemimpinan.

  Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data

  

maudhu‟i atau tematik, yakni, menetapkan tema pembahasan, mencari dan

  menghimpun hadits dengan metode takhrij hadits, kemudian menguraikan hadits yang sudah ditemukan beserta mencantumkan matan (fiqh) hadits, menguraikan asbabul wurudnya. Metode pendekatan datanya menggunakan metode Syarh hadits,yang lebih menitik beratkan penjelasan kandungan dan uraian isi hadits. Setelah data-data terkumpul, kemudian dianalisis secara Deskriptif analisis dan analisis Kontekstual dengan variable utama hadits-hadits tentang kepemimpinan yang ada dalam kitab hadits

  Kutubuttis‟ah. Adapun langkah-langkah pokok

  analisis data pada penelitan ini diawali dengan inventarisasi teks berupa hadits, memaparkan teks, mengklasifikasikan teks, menginterpretasikan teks secara obyektif,dengan didukung ayat-ayat al-Qur,an terkait. Kemudian dianalisis secara kontekstual dan dituangkan secara deskriptif dan ditarik beberapa kesimpulan secara deduktif dengan mengacu kepada masalah yang telah dirumuskan. Berdasarkan fokus masalah dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa,pemimpin dalam perspektif hadis Nabi adalah setiap orang yang diberikan Amanah dan kepercayaan oleh Allah untuk melaksanakan amanah tersebut dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab yang kelak akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah swt, sekalipun wilayah kepemimpinannya hanya hadits-hadits Nabi saw paling tidak memenuhi 15 kriteria yaitu: memiliki jiwa kepemimpinan, mempunyai rasa kasih sayang, adil, menepati janji, profesional, amanah, sesuai aspirasi rakyat, berpegang teguh kepada kitabullah(Al-

  Qur‟an), menunaikan hak-hak yang dipimpin, mengambil keputusan berpijak kepada kemaslahatan, siap dikritik, tidak meminta jabatan, mampu melaksanakan tugas (kompeten), menunjuk pengganti sementara (ad interim atau plt) jika ada sesuatu hal yang menyebabkan seorang pemimpin tidak bisa menjalankan tugas sebagaimana mestinya.

  MOTTO

  Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Kepala negara adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya, setiap suami adalah pemimpin terhadap keluarganya dan bertanggung jawab terhadapnya, setiap istri adalah pemimpin bagi rumah tangga suaminya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang hamba / pelayan adalah pemimpin bagi harta tuannya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Ketahuilah bahwa setiap kalian adalah pemimpin dan masing-masing bertanggung jawab atas kepemimpinanya. (HR. Bukhari dan Muslim)

  

PERSEMBAHAN

  Dengan penuh rasa syukur atas kekuasaan Allah swt. Dengan segala pertolongan-Nya sehingga dapat tercipta tulisan sederhana ini. Maka kupersembahkan tulisan ini kepada: 1.

  Ayahanda dan ibundaku tercinta, Suripto dan Suratmi yang tanpa do‟a dan bimbingannya, aku bukanlah apa-apa. Kalian adalah malaikatku, terimakasih untuk selalu memberi semangat ketika aku mulai jatuh dan bangkit kembali.

  2. Murabbi Ruhhina, KH. Ahmad Idris Marzuki (alm), Allahuma yarham, KH. Baidhowi dan KH. A. Karim Husein (alm), Allahuma Yarham. Ust.

  Khoirul Anam S.T., Ust. Suratman, Ust. Suhandi M.ag., Ust. Abdullah, Ust. Purwoko, Ust.Habib SE., H. Salaman, Hj. Sumiatun S.ag, terimakasih atas tetesan ilmu dan motivasi yang diberikan. Adek, Kakak dan Mbak ku, terimakasih atas do‟a kalian. Terima kasih juga kepada calon istriku (Ade Laila Hidayanti) atas do‟a nya. Sahabat-sahabat Lirboyo Comunnity (UIN SUNAN KALIJAGA-YOGYAKARTA) terimakasih atas masukan referensi dan diskusinya atas skripsi ini, mudah-mudahan kita selalu mendapat keberkahan ilmu para Masyayikh kita. Anak-anak PP. Baitussalam, terimakasih atas dukungan dan selalu setia menemani saat suka maupun duka dalam penulisan skripsi ini, mudah-mudahan jalan perjuangan kita selalu diberi kemudahan oleh Allah swt.

  3. Sahabat-sahabat seperjuanganku, Ade Laila Hidayanti, Ayu Suryani, Almaarif, Sahibul Huda, Zaenurrahman, Hafizi, A. Pawoto, Nur salim, M.

  Bukhari, Khoiruni,mah, Fuad A. Jalil, Neni fitria, Neki fitria, A. Muslim, Ryan ardiansyah, Rizki, Ela, Febi, Ida, sahabat ngopi, Mas Rizal (HMI) Mas retno (HMI) beserta sahabat-sahabat yang lain yang tidak bisa kutulis satu persatu. You are the best.

  4. Sahabat-sahabat seperjuanganku, Ade Laila Hidayanti, Ayu Suryani, Almaarif, Sahibul Huda, Zaenurrahman, Hafizi, A. Pawoto, Nur salim, M.

  Bukhari, Khoiruni,mah, Fuad A. Jalil, Neni fitria, Neki fitria, A. Muslim, Ryan ardiansyah, Rizki, Ela, Febi, Ida, Azid, Nur Kholis, sahabat ngopi, Mas Rizal (HMI) Mas retno (HMI) Tesar (PPI) beserta sahabat-sahabat yang lain yang tidak bisa kutulis satu persatu. You are the best.

  5. Untuk Almamater IAIN Raden Intan, dan adik-adikku tercinta di Fakultas Ushuluddin.

RIWAYAT HIDUP

  KHOIRUL ROSYID, atau yang biasa dipanggil Rosyid adalah putra kedua dari empat bersaudara dari pasangan Ayahanda Suripto dan Ibunda Suratmi. Ia lahir di kotabumi pada tanggal 11 oktober 1989, besar dan menetap di Desa Sukoharjo, Kecamatan Abung Surakata, Kabupaten Lampung Utara. Riwayat pendidikan:

  Formal: 1.

  MI. Nurul Huda (Kotabumi-Lampung Utara) 2. MTS Al-Muhajirin (Kotabumi-Lampung Utara) 3. MA Al-Muhajirin (Kotabumi-Lampung Utara) 4.

  IAIN Raden Intan Lampung (selesai) Non Formal: 1.

  PP. Al-Amin (Kotabumi-Lampung Utara) 2. PP. Lirboyo ( Kota Kediri-Jatim) 3. PP. Gedang Sewu (Kabupaten Kediri-Jatim) 4. English Course 24 Hours (Pare- Kediri-Jatim) 5. Pendidikan Jurnalistik (Kota Kediri-Jatim)

  Jabatan yang Pernah di Emban: 1.

  Ketua Madin PP. Fatahul Alim (Kemiling-Bandar Lampung) 2. Wakepsek MTS Darul Falah (Wirabangun-Mesuji) 3. Ketua PP. Baitussalam (hingga sekarang) (Kemiling-Bandar

  Lampung) 4. Anggota FKPP Bandar Lampung (hingga sekarang) Pada tahun 2012 resmi menjadi mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung, jurusan Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin. Tahun 2016, Menyelesaikan skripsinya dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) dengan judul: .KEPEMIMPINAN MENURUT HADITS NABI SAW. Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

KATA PENGANTAR

  Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah swt. Berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

  Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah saw, yang menjadi suri tauladan yang baik bagi seluruh umat manusia.

  Penelitian skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam pada Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung.

  Peneliti ingin mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang membantu penyelesaian skripsi ini:

  1. Prof. Dr. H. Moh. Mukri., M. Ag. selaku Rektor IAIN Raden Intan Lampung yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menimba ilmu pengetahuan di kampus tercinta ini.

2. Dr. H. Arsyad Sobby Kesuma, Lc., M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

  IAIN Raden Intan Lampung 3.

H. Muhamad Tauhid, Lc. M.A selaku pembimbing I dan Dr. Ahmad Isnaeni,

  M.A selaku pembimbing II, peneliti mengucapkan terima kasih atas semua sumbangan pikiran, arahan dan bimbingan serta kebijaksanaannya meluangkan waktu kepada peneliti untuk menyelesaikan penelitian skripsi ini.

4. Drs. A. Bastari M.A,selaku ketua jurusan Tafsir Hadits, H. Ahmad Muslimin

  M.A selaku sekertaris jurusan Tafsir Hadits, Segenap Bapak dan Ibu Dosen

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul

  1 Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan interpretasi makna yang

  terkandung di dalam judul skripsi ini, peneliti akan menegaskan beberapa kata yang digunakan dalam skripsi ini.

  Adapun judul skripsi ini adalah: Kepemimpinan Menurut Hadits Nabi

  saw. Dari rumusan judul ini peneliti dapat menjelaskan sebagai berikut:

  2 Kepemimpinan adalah hal ihwal atau perihal memimpin . Menurut Khotib

  Pahlawan Kayo kepemimpinan adalah suatu proses ketika seorang pemimpin membimbing, mempengaruhi, atau mengontrol pikiran, perasaan atau tingkah

  3

  laku orang lain. Selain itu, menurut Abdul Qadir Djaelani mengartikan kepemimpinan sebagai sebuah keseluruhan aktifitas mempengaruhi serta

  4 menggerakkan orang lain dalam usaha bersama untuk mencapai suatu tujuan.

  Selanjutnya pengertian yang hampir sama juga dijelaskan bahwa kepemimpinan itu berkaitan dengan kepribadian yang memancarkan pengaruh, wibawa

1 Pemberian kesan, pendapat, atau pandangan teoritis terhadap sesuatu penafsiran. Lihat

  

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia,Cet IV, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h.439 2 Peter Salim, Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 1991), h. 1163 3 KB. Khotib Pahlawan Kayo, Kepemimpinan Islam dan Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2005), h. 7 4 sedemikian rupa, sehingga sekelompok orang mau melakukan apa yang

  5 dihendakinya.

  6 Hadits secara bahasa artinya al Sedang secara – jadid ( yang baru ).

  terminologi menurut Ajaj Al-Khatib, dalam bukunya As-Sunnah Qobla At-Tadwin adalah “ Segala sesuatu yang diberitakan dari Nabi saw., baik berupa sabda ,

  7

  perbuatan, taqrir, sifat-sifat ma upun hal ihwal Nabi”.

  Sedangkan menurut Syaikh Manna‟ Al-Qathtan dikutip dari buku beliau

  Mabahis Fi ulumil Hadits

  , hadits adalah” Apa yang disandarkan kepada Nabi saw, baik berupa perkataan, perbuatan, penetapan, sifat, atau sirah beliau, baik

  8

  sebelum kenabian atau sesudahnya”.

  Berdasarkan penjelasan istilah

  • – istilah di atas dapat diketahui maksud dari judul skripsi ini adalah, penelitian yang dilakukan untuk menguraikan, memaparkan, dan menganalisis hadits
  • – hadits Nabi yang berkenaan dengan masalah kepemimpinan. Untuk itu peneliti ingin mengkaji lebih dalam tentang apa pengertian pemimpin, dan apa saja kriteria pemimpin ideal, menurut hadits Nabi saw.

B. Alasan Memilih Judul

  Hal yang menjadi alasan peneliti memiih judul skripsi ini adalah sebagai berikut:

  5 6 KB. Khotib Pahlawan Kayo, Loc. Cit.

  Ahmad Warson Munawwir, Al

  • – Munawwir Kamus Arab Indonesia, (Surabaya: Pustaka

  Progresif, 2002), h.241 7 Muhammad Ajaj Al-Khathib, As-Sunnah Qabla At-Tadwin, (Kairo: Maktabah Wahbah, 19750, h. 19 8

  1. Judul ini mempunyai signifikasi yang sangat urgen terkait masalah kepemimpinan, karena disadari atau tidak akhir

  • – akhir ini krisis masalah kepemimpinan sudah melanda di berbagai aspek kehidupan, dan aspek keteladanan moralitas seorang pemimpin yang akhir-akhir ini mengalami kemerosotan yang sangat tajam dan menjadi sesuatu yang mahal harganya, budaya korupsi, kolusi, nepotisme, suap menyuap, dan sebagainya, seakan-akan menjadi sesuatu yang lumrah dan biasa, padahal seharusnya mereka bisa menjadi suri tauladan bagi masyarakat yang dipimpinnya, tapi justru yang terjadi adalah sebaliknya, yang lebih ironis lagi bahwa budaya tersebut tidak hanya melanda para elit politik negeri ini tetapi juga sudah melanda diberbagai aspek kehidupan dan kalangan, dari tingkat terbawah (rakyat jelata) sampai teratas (penguasa). Kondisi ini diperparah dengan keadilan di negeri ini yang dirasa masih jauh dari harapan dan menjadi sesuatu yang langka, hukum hanya berlaku bagi rakyat biasa, bagi para elit penguasa, hukum tak ubahnya seperti barang komoditi yang bisa diperjual belikan, yang salah bisa menjadi benar, dan yang benar bisa menjadi salah,seakan-akan supremasi hukum telah mati suri bahkan terkesan hukum tajam kebawah tapi tumpul keatas, padahal salah satu tujuan pendirian negeri ini adalah agar terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Melihat kondisi ini tentunya kita merindukan sosok pemimpin seperti Rasulullah dan model kepemimpinan yang pernah dilakukan oleh Rasulullah, sebuah
kepemimpinan yang adil yang mampu menerapkan hukum pada negeri dan manusia menurut apa yang Allah ta‟ala perintahkan dan tentukan dalam seluruh segi kehidupan dengan syari

  ‟at Islam, sehingga mampu membawa Negara ini menjadi Negara yang Allah sebut dalam Al- Qur,an

  Q.S. Saba‟ 34: 15 yang berbunyi:

                         

  Artinya: Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun".

  Baldatun thoyibatun wa rabbun ghofur ( Negara yang baik, aman,

  tentram, makmur dan penuh ampunan Allah). Oleh karena itu dengan mempelajari hadits-hadits Nabi yang terkait masalah kepemimpinan diharapkan akan lebih mengetahui apa pengertian pemimpin, apa saja kriteria pemimpin ideal, yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.

  2. Kajian kepemimpinan merupakan masalah yang selalu aktual untuk dibahas, sebab merupakan hal yang sangat mendasar di dalam Islam sehingga peneliti tertarik untuk mengkajinya.

  3. Tersedianya literatur-literatur yang memadai untuk dapat membahas dan menulis skripsi ini, dengan baik dan relevan sesuai bidang ilmu

C. Latar Belakang

  Sebagai makhluk individu dan sosial, manusia tidak mungkin dapat hidup seorang diri. Perbedaan pendapat, ambisi dan kepentingan masing-masing yang muncul dalam proses interaksi tersebut tidak menutup kemungkinan akan memicu lahirnya konflik, pertikaian, penindasan, dan pembunuhan, yang pada akhirnya terjadi kehancuran total dalam berbagai dimensi kehidupan umat manusia itu sendiri. Untuk menghindari hal tersebut maka, dibutuhkan adanya aturan dan

  9 orang yang mengaturnya atau seorang pemimpin dalam suatu golongan tersebut.

  Namun, diantara perbedaan tersebut terdapat kesamaan yang menjadi motivasi untuk membentuk suatu kelompok atau organisasi. Organisasi ini dibentuk untuk meningkatkan efektivitas dalam memanfaatkan kesamaannya itu sehingga mencapai tujuan bersama. Demi efisiensi kerja dalam upaya mencapai tujuan dan mempertahankan hidup bersama, diperlukan seorang pemimpin dalam kelompok tersebut.

  Al- Qur‟an menunjukkan bahwa manusia dibebani tugas oleh Allah untuk memakmurkan bumi. Tugas yang disandangnya ini menempatkan setiap manusia sebagai pemimpin (khalifah), sebagaimana tertera dalam Al-

  Qur‟an surat Al- Baqarah ayat 30 yang berbunyi:

  

              

             

9  

  

Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka

berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang

akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami

senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan

berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

  Setiap orang harus memimpin dimulai dari dirinya sendiri, dengan berbuat amal kebajikan bagi dirinya sendiri, orang lain (masyarakat dan lingkungan sekitarnya, baik yang bernyawa maupun tidak bernyawa) agar mencapai tujuan hidupnya berupa keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan akhirat kelak. Setiap manusia harus mengendalikan dirinya baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun sebagai makhluk Allah yang memikul kewajiban menyampaikan pertanggung jawaban atas segala tingkah laku dan perbuatannya selama hidup dimuka bumi.

  Kajian tentang kepemimpinan memang sejak dulu telah banyak menarik perhatian para ahli, sepanjang sejarah dikenal adanya kepemimpinan yang berhasil dan tidak berhasil. Selain itu kepemimpinan banyak mempengaruhi cara kerja dan perilaku banyak orang. Sebagian sebabnya ada yang diketahui, sebagian belum terungkap. Oleh karena itu kepemimpinan banyak menarik perhatian para

  10 ahli untuk dipelajari.

  Bagi umat Islam kepemimpinan adalah persoalan serius dan selalu aktual untuk dibahas, sebab hal tersebut merupakan hal yang sangat mendasar, oleh karena itu masalah kepemimpinan mendapat perhatian yang sangat besar dalam syari‟at Islam. Ia tidak hanya berhubungan dengan manusia, tetapi juga 10 menyangkut hubungan manusia dengan tuhan, melaksanakan kepemimpinan dengan baik berarti melaksanakan amanah, dan berarti pula melaksanakan amanah ibadah dan berpahala, sedangkan kepemimpinan yang tidak “becus” menyesatkan

  11 pengikut berarti dosa yang mengakibatkan diazabnya seseorang diakhirat nanti.

  Dalam masalah kepemimpinan, Nabi Muhammad saw menyatakan:

  

Artinya: Ketahuilah, bahwa kamu sekalian adalah pemimpin dan bertanggung

jawab terhadap pimpinannya itu. Maka imam adalah seorang pemimpin yang

bertanggung jawab terhadap pimpinannya (rakyatnya). Seorang lelaki (suami)

adalah seorang pemimpin bagi keluargannya dan bertanggung jawab terhadap

mereka. Seorang istri (wanita) adalah pemimpin di rumah suaminya dan anaknya

dan bertanggung jawab terhadapnya. Sedangkan seorang hamba (budak) adalah

pemimpin dalam menjaga harta tuannya dan bertanggung jawab terhadapnya.

Ketahuilah,maka kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian

bertanggung jawab terhadap pimpinannya.

  Dalam pernyataan Nabi di atas menunjukkan bahwa dalam posisi dan status apapun juga, manusia sebagai pribadi maupun sebagai umat, tanggung jawab sebagai pemimpin tidak dapat dielakkan. Apabila tanggung jawab ini ditunaikan, maka akan menjadikannya sebagai orang orang yang beruntung.

  13 Namun sebaliknya jika diabaikan, maka ia termasuk orang-orang yang merugi. 11 12 Ibid.

  h. 11 Abu‟ Abd Allah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, kitab ahkam, Bab

Qoulilahi ta‟ala athi‟ullah, (Beirut lebanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1992 ), Juz. VII, h. 444 Tanggung jawab ini akan semakin berat, apabila seseorang menjadi pemimpin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tanggung jawab ini menjadi berat, karena hakikat kepemimpinannya memiliki dua dimensi, Pertama adalah pertanggung jawaban yang harus disampaikan pada orang-orang yang dipimpinnya. Kedua adalah pertanggung jawabannya kepada Allah tentang kesungguhan dan kemampuannya dalam mengikuti serta menjalankan petunjuk Allah dan keteladanan Nabi Muhammad saw dalam memimpin. Dua dimensi ini akan berpadu menjadi satu kesatuan, apabila tanggung jawab yang kedua tersebut telah ditunaikan secara baik semata-mata karena Allah swt, maka secara pasti dimensi pertama juga terpenuhi. Dengan demikian, jelas bahwa kepemimpinan berkenaan dengan hubungan vertikal dengan tuhan ( habl min Allah) dan

  14 hubungan secara horizontal dengan sesamanya (habl min al-nas).

  Sosok pemimpin yang bisa memenuhi dua dimensi inilah yang diharapkan ada pada setiap pemimpin pada wilayah terkecil hingga terbesar, yaitu sebuah negara. Namun kenyataan yang terjadi, tidak semua pemimpin mampu memenuhinya. Ada pemimpin yang baik, pemimpin yang buruk, bahkan ada pula yang abnormal.

  Kepemimpinan dalam dunia Islam dikenal dalam beberapa istilah,

  Khilafah, imamah, imarah, wilayah, sultan, mulk, ri‟asah, dan ri‟ayah. Diantara

  para ulama, ada yang menyamakan istilah-istilah tersebut dan ada pula yang membedakannya. Dalam menyebut pemimpin dalam pemerintahan (kepala

  15 negara), istilah khalifah, imam, Raiyah, dan amir yang sering digunakan.

  Masalah kepemimpinan dalam Islam merupakan masalah penting dan menarik. Kesalah pahaman terbesar dikalangan umat Islam yang terjadi pasca wafatnya Nabi adalah dilatar belakangi oleh masalah ini. Kesalah pahaman masalah kepemimpinan ini telah mengakibatkan pertumpahan darah dalam Islam yang belum pernah terjadi sebelumnya. Masing-masing pihak yang berseteru saat itu mengaku bahwasannya orang pilihan dari golongannyalah yang berhak

  16 menduduki kursi kepemimpinan umat Islam.

  Salah satu hadits shahih riwayat muslim yang membicarakan tentang kepemimpinan dalam pemerintahan menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw menyebutkan ciri-ciri seorang pemimpin yang baik dan buruk sebagaimana sabda beliau yang berbunyi:

  Artinya: Muslim berkata:Diceritakan kepada kami oleh Ishak ibn Ibrahim al- Hanzali, diberitakan kepada kami oleh “Isa ibn Yunus, diceritakan kepada 15 Hasbie Ash-Shiddieqy, Ilmu Kenegaraan dalam Fiqih Islam, (Jakarta: Bulan

  Bintang,1971), h. 32 16 17 Ibid.

  h. 32 Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj ibn Muslim al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih

  

kami oleh al-Auzai dari Yazid ibn Jabir dari Raziq ibn Hayyan dari Muslim ibn

Qarazah dari „Auf ibn Malik dari Rasu saw Bersabdaan: “ Sebaik-baik pemimpin

kalian adalah orang yang mencintai kalian begitu pula sebaliknya dan mereka

selau mendoakan kalian dan kalian juga mendoakan mereka, dan sejelek-jeleknya

pemimpin kalian adalah yang kalian benci dan mereka juga membenci kalian dan

kalian melaknat mereka dan begitupula sebaliknya, Rasul ditanya: apakah

mereka boleh diperangi? Rasul menjawab tidak selama masih mengerjakan

shalat dan jika kalian melihat pada diri mereka sesuatu yang tidak disukai maka

bencilah pekerjaannya dan jangan kalian membangkang

  Hadits di atas secara implisit menyebutkan bahwa seorang pemimpin dapat dikatakan baik jika mampu menciptakan suasana saling mendukung antara kedua belah pihak yaitu antara pemimpin dan yang dipimpin yang didasari oleh perasaan saling mencintai dan menyayangi. Suasana seperti ini dapat menjadi modal awal yang sangat berpengaruh positif dalam mewujudkan tujuan bersama.

  Sebaliknya, seorang pemimpin dapat dikatakan sebagai pemimpin yang buruk, jika suasana yang terbangun di masa kepemimpinannya bernuansa negatif, yaitu rasa saling membenci bahkan melaknat. Kondisi demikian tentunya dapat menimbulkan efek negatif dalam proses perjalanan roda kepemimpinannya yang dapat merugikan salah satu bahkan kedua belah pihak, yaitu ketertindasan yang biasanya terjadi pada kalangan rakyat yang dipimpin.

  Untuk mengetahui lebih dalam tentang permasalahan di atas peneliti merasa perlu mengadakan pengkajian tentang hadits-hadits yang berkaitan dengan kepemimpinan sehingga bisa mendapatkan pemahaman yang utuh tentang pengertian pemimpin menurut hadits, dan apa saja kriteria pemimpin yang ideal sesuai dengan tuntunan rasulullah saw.

  Diantara hadits-hadits tentang kepemimpinan yang akan di kaji adalah:

  18 Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Bukhari di dalam Shaheh Bukhari Kitab. Ahkam,

Bab. Qouwlillahi ta,ala athi,ullah,Juz. VII, hal. 444. Hadits ini juga dikeluarkan oleh Imam

Muslim dalam Shaheh Muslim pada Kitab. Imarah, Bab. Fadilatu al-Imam al- Ad‟l wa u‟qubatu

al- Jaiz wa al-Hasu, Juz III. hal. 1495 19 Hadits ini dikeluarkan oleh Imam bukhari dalam Shaheh Bukhari, Kitab. Ahkam , Bab.

  Man lam ya‟tarisbi to‟ni man la ya‟lamu fi al –umara,i haditsan, Juz. VII. hal. 460 20 Hadits ini dikeluarkan oleh Abu‟ Abd Allah Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal as-

Syaibani. di dalam Musnad Ahmad, Bab. Musnad Anas bin Malik, (Beirut-Lebanon: Dar al-kutub

D. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, supaya alur penelitian ini sistematis dan terarah, maka ada beberapa rumusan masalah yang akan dicarikan jawabannya dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1.

  Apa pengertian pemimpin menurut hadits Nabi saw?

  2. Apa saja kriteria pemimpin yang ideal menurut hadits Nabi saw? E.

   Tujuan dan Kegunaan Penelitian a. Tujuan Penelitian

  Dari rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:

  1. Dalam rangka lebih memahami apa makna yang terkandung dalam hadits-hadits kepemimpinan

  2. Bertujuan untuk mendapatkan gambaran apa pengertian pemimpin menurut hadits Nabi, bagaimana kriteria pemimpin yang ideal menurut hadits Nabi saw.

  3. Sebagai tugas akhir, guna memperoleh gelar sarjana (SI) dalam bidang Tafsir Hadits pada Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung.

  21 Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Abu Dawud, dalam Sunan Abu Dawud, Kitab. Jihad,

b. Kegunaan Penelitian

  1. Secara teoritis, penelitian ini digunakan untuk memberikan wawasan pemikiran umat islam terkait dengan masalah kepemimpinan di dalam hadits Nabi saw.

  2. Dilihat dari problem masalah kepemimpinan saat ini, khususnya masalah kepemimpinan dalam hadits Nabi saw dapat digunakan bagi pengembangan ilmu-ilmu agama dalam kajian kepemimpinan ke depan.

F. Metode Penelitian

  Penelitian mengenai kepemimpinan menurut hadits Nabi saw, ini merupakan penelitian kualitatif, penelitian ini bukanlah penelitian lapangan, sebaliknya penelitian ini merupakan peneitian murni atau penelitian kepustakaan (Library reseach).

1. Sumber Data

  Dalam pengumpulan data ini diambil dari beberapa sumber sebagai berikut: a.

  Sumber Primer, yaitu” Informasi yang secara langsung mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap pengumpulan dan penyimpanan data, sumber semacam ini dapat disebut juga dengan data atau informasi dari satu orang ke orang lain”.

  22 Dalam hal ini

  mula- mula peneliti menggunakan Al-

  Mu‟jam al-Mufahras li alfadz 22

  al-Hadits dan Al-Maktabah Al-Syamilah sebagai alat bantu, dan

  memakai empat term yaitu:

  1) ةٛعض (2) ضرةيا (3) ةيريا (4) ةفلاذ

  untuk menemukan hadits-hadits tentang kepemimpinan. Setelah mengetahui letak dan di mana hadits yang dimaksud berada, kemudian peneliti mencari pada kitab aslinya yaitu kitab-kitab hadits (kutubutis

  ‟ah) b.

  Sumber sekunder, yaitu” Informasi yang secara tidak langsung mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap informasi yang ada padanya atau suatu buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan.” Sumber data yang digunakan dalam kajian ini adalah: Buku-Buku, Karya Ilmiah, Artikel-Artikel, Majalah dan lain- lain yang berkaitan dengan tema yang dibahas dalam penelitia n ini”.

2. Metode Takhrij Hadits

  Takhrij adalah menunjukkan tempat pada sumber aslinya, di mana hadits tersebut telah diriwayatkan lengkap dengan sanadnya, kemudian

  23

  menjelaskan derajatnya jika diperlukan. Metode takhrij dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mencari atau menelusuri suatu hadits pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadits yang bersangkutan. Abu Muhammad Abdul Mahdi menyebutkan bahwa, metode takhrij ada lima macam yaitu:

  1. Takhrij menurut lafal pertama hadits 2. 23 Takhrij menurut lafal-lafal yang terdapat dalam hadits

3. Takhrij menurut perawi terakhir 4.

  Takhrij menurut tema hadits

  24 5.

  Takhrij menurut klasifikasi jenis hadits Dari kelima metode tersebut yang peneliti gunakan adalah metode takhrij menurut lafal-lafal yang terdapat dalam hadits, dengan bantuan kitab al-

  Mu‟jam al-Mufahras, yang dalam penelitian ini terkait dengan hadits-hadits kepemimpinan.

3. Metode Pendekatan Data

  Metode pendekatan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode syarh hadits, bukan penelitian yang lebih menitik beratkan seputar sanad dan matan hadits, tapi lebih memfokuskan pada penjelasan uraian isi dan kandungan sebuah hadits.

  Di dalam bahasa arab, syarh merupakan bentuk mashdar dari asal

  25

  yang berarti membuka dan menjelaskan, artinya راطةش ذطةشٚ ذطةش – – sebuah penelitian yang menguraikan sesuatu dan memisahkan bagian Sesuatu dari bagian yang lainnya. Di kalangan para penulis kitab berbahasa arab syarh adalah, memberi catatan dan komentar kepada

  

26

naskah atau matan suatu kitab.

  Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa syarh tidak hanya 24 terbatas pada penjelasan naskah kitab yang berkutat pada exsplanasi,

  Abu Muhammad Abdul Mahdi, Metode Takhrij Hadits, Pent. Agil Husain Munawar, Ahmad Rifki Mukhtar, (Semarang: Dina Utama, 1994), h. 15 25 26 Ahmad Warson Munawwir, Op. Cit. h. 771 Arifuddin Ahmad. Et. al. “Kecenderungan Kajian Hadits di UIN Alauddin Makassar melainkan juga uraian dalam arti interpretasi. Oleh karena itu, syarh juga bisa berupa uraian dan penjelasan tentang suatu kitab secara keseluruhan, bisa juga merupakan uraian sebagian kitab, bahkan uraian terhadap suatu kalimat dari sebuah hadits. Istilah syarh kitab dimaksudkan sebagai uraian atau penjelasan satu kitab secara keseluruhan. Apabila dikatakan syarh hadits secara mutlak, maka yang dimaksud adalah syarh terhadap ucapan, tindakan, dan ketetapan

  27 Rasulullah saw, (Hadits) beserta sanadnya, yang dalam penelitian ini berupa hadits-hadits tentang kepemimpinan.

  Dilihat dari segi metodenya maka syarh hadits terbagi menjadi 4 macam yaitu:

1. Metode Ijmali 2.

  Metode Tahlili 3. Metode Muqaran 4. Metode Mawdhu‟I,

  Dari keempat metode tersebut yang peneliti gunakan adalah Metode Mawdhu‟I, yaitu sebuah metode pensyarahan atau pengkajian hadits berdasarkan tema yang dipermasalahkan. yang dalam penelitian ini adalah hadits-hadits yang mempunyai tema tentang kepemimpinan 4.

   Metode Analisis Data dan Pengambilan Kesimpulan a.

  Deskriptif Analisis Deskriptif analisis adalah penyelidikan yang menuturkan, menganalisa dan mengklasifikasikan, juga menafsirkan data yang ada

  28

  serta menginterpretasikan data yang ada. Dalam hal ini peneliti memaparkan data yang ada yaitu berupa hadis-hadits Nabi tentang kepemimpinan dan mengklasifikasikan juga menafsirkannya. Dalam mengklasifikasikan hadits tentang kepemimpinan peneliti melihat bahwa terdapat hadits-hadits yang berbicara tentang pengertian pemimpin,apa saja kriteria pemimpin yang ideal.

  b.

  Analisis Kontekstual Analisis kontekstual adalah “Metode yang menghasilkan atau memadukan perkembangan masa lampau, kini dan mendatang”. Metode ini digunakan untuk data Al-Qur,an dan data hadits sebagai sentral dan

  29

  terapan masa lampau, kini, dan masa yang akan datang. Sehingga makna yang tersirat dari ayat Al-Qur,an dan hadits dengan berawal dari pengertian kontekstual. Metode Analisis kontekstual ini peneliti gunakan dalam memahami hadits-hadits tentang kepemimpinan, karena bagaimanapun untuk memahami hadits harus mengetahui konteks pada saat hadits itu turun, baik mengenai asbabul wurudnya maupun kultur ataupun setting sosial, kemudian peneliti kaitkan pada saat sekarang dan masa yang akan datang, kemudian dalam hal ini peneliti lebih memfokuskan terhadap

  28 hadits-hadits tentang pengertian pemimpin, dan apa saja kriteria pemimpin yang ideal.

  Selanjutnya sebagai langkah terakhir adalah pengambilan kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif yaitu suatu cara penganalisisan terhadap suatu obyek tertentu dengan bertitik tolak dari pengamatan hal-hal yang bersifat umum, kemudian menarik

  30 kesimpulan yang bersifat khusus.

  Setelah peneliti memaparkan permasalahan yang berkaitan dengan kepemimpinan menurut hadits Nabi saw secara umum, kemudian disimpulkan melalui pengamatan lalu mengambil kesimpulan secara singkat, sehingga kepemimpinan menurut hadits Nabi saw bisa tergambar dan terjawab sebagaimana mestinya.

G. Tinjauan Pustaka

  Pada era sekarang , tentunya karya ilmiah atau penelitian bukanlah hal baru lagi, meskipun ada penelitian judul baru, mau tidak mau harus diakui bahwa penelitian karya ilmiah itu bukanlah hal baru, akan tetapi lantas tidak menjadikan kita berhenti dan tidak mau menulis karya baru, karena meski sama tetap saja akan ada sisi yang berbeda, seperti halnya dengan penelitian judul skripsi ini yang berjudul, “KEPEMIMPINAN MENURUT HADITS NABI SAW” kajian kepemimpinan bukanlah hal baru, pada peneliti sebelumnya telah lebih dulu diteliti oleh seorang yang lebih dulu, diantara judul dan penelitian yang telah ada adalah:

  1. Kepemimpinan Dalam Al-Qur‟an (Studi Tafsir Al-Misbah) skripsi yang ditulis oleh imam zarkasyi tahun 2008, jurusan Tafsir Hadits, Fakultas Ushuluddin, IAIN Raden Intan Lampung, skripsi ini mengkaji tentang bagaimana karakter dan pola kepemimpinan yang ideal dalam prespektif tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab.

  2. Kepemimpinan Dalam Al-Qur‟an (Menurut imam al-Thabari dan

  imam al-Thabathabai ) skripsi yang ditulis oleh bisri musthofa tahun

  2014, jurusan Tafsir Hadits, Fakultas Ushuluddin, IAIN Raden Intan Lampung, skripsi ini mengkaji tentang kepemimpinan dalam Al- Qur

  ‟an dari sudut pandang imam al-Thabari dan imam al-Thabathabai tentang pemimpin, sikap seorang pemimpin, dan bagaimana kepemimpinan ideal.

  3. Kepemimpinan Perempuan Dalam Al-Qur‟an (Studi Komparatif

  Penafsiran al-Suyuti dan M. Quraish Shihab ) skripsi yang ditulis oleh

  joko imam saputra, tahun 2015, Jurusan Tafsir Hadits, Fakultas Ushuluddin, IAIN Raden Intan Lampung, skripsi ini membicarakan tentang bagaimana sebenarnya kejelasan formulasi kepemimpinan perempuan dalam Al-Qur ‟an, prespektif penafsiran as-Suyuti dan M. Quraish Shihab.

  4. Moralitas Kepemimpinan Rasulullah dan Kepemimpinan Nasional, skripsi yang ditulis oleh rahmini, tahun 1999, jurusan Aqidah Filsafat, Fakutas Ushuluddin, IAIN Raden Intan Lampung, skripsi ini membicarakan bagaimana perbedaan antara moralitas kepemimpinan

  Rasulullah dan kepemimpinan nasional, sehingga kepemimpinan Rasulullah disebut kepemimpinan ideal dan sempurna dan menjadi suri tauladan bagi seluruh umat manusia.

  5. Karakteristik Kepemimpinan dalam Al-Qur‟an, skripsi yang ditulis oleh rifni, tahun 2000, jurusan Aqidah Filsafat, Fakutas Ushuluddin,

  IAIN Raden Intan Lampung, skripsi ini berbicara tentang bagaimana karakteristik kepemimpinan ideal prespektif Al-Qur ‟an

  Dari beberapa judul skripsi di atas memang tema besarnya adalah kepemimpinan, akan tetapi belum ada yang secara spesifik mengkaji berdasarkan hadits-hadits Nabi saw, inilah yang membedakan antara skripsi ini dengan judul- judul yang telah ada, karena skripsi ini mengkaji masalah kepemimpinan prespektif hadits-hadits Nabi saw.

BAB II TEORI KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM A. Pemimpin Dan Kepemimpinan Istilah pemimpin dan kepemimpinan merupakan kesatuan kata yang sulit

  dipisahkan, karena tiada pemimpin tanpa kepemimpinan, sedangkan

  31 kepemimpinan tidak akan berarti tanpa pimpinan.

  Pemimpin adalah seseorang yang memenuhi kemampuan-kemampuan dan

  32

  sifat-sifat yang diperlukan untuk memimpin orang lain. Dalam islam kata

  33

  34 pemimpin identik dengan istilah Imam , Khalifah , dan Ulil Amri.

  Imamah merupakan lembaga induk kenegaraan setelah wafatnya Nabi

  35

  untuk melindungi agama dan mengatur dunia . Sebuah Imamah dikepalai oleh

  36

  37

  seorang Imam. Khilafah merupakan institusi politik yang dilembagakan secara 31 KB. Khotib Pahlawan Kayo, Kepemimpinan Islam dan Dakwah, (Jakarta: Amzah,

  2005), h. 70 32 Abdul Qadir Djaelani, Perjuangan Ideologi Islam di Indonesia, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,1966), h. 60 33 Sebutan gelar yang paralel dengan Khalifah dalam sejarah Islam adalah Imam. Kata

Imam turunan dari kata amma yang berarti “menjadi ikutan “. Kata Imam berarti pemimpin, atau

contoh yang harus diikuti. Orang yang menjadi pemimpin harus selalu di depan untuk diteladani

sebagai contoh dan ikutan. Kedudukan Imam seperti halnya Khalifah, yaitu pengganti Rasul

sebagai pemelihara agama dan penanggung jawab urusan umat. Lihat: J. Suyuthi Pulungan, Fiqih

Siyasah: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 59 34 Gelar Khalifah pertama kali digunakan kepada Abu Bakar kemudian Umar bin Khattab

dengan gelar “Khalifah-Khalifah Rasul Allah “. Tapi ia tak menyukai gelar ini. Ia menyebut

dirinya Amir al-

  Mu‟minin (Pemimpin orang-orang mukmin ). Usman bin Affan dan Ali bin Abi

Thalib jug digelari Khalifah Rasul. Keempat Khalifah ini lebih populer disebut Khulafa al-

Rasyidin (Khalifah-

  Khalifah yang mendapat petunjuk ). Ada yang menyebutnya “the pious caliph

“ (Khalifah yang amat setia dan taat pada agama, saleh ). Ada juga yang menyebut dengan “ the

ortodox caliphate “ (Khalifah yang kuat berpegang kuat pada ajaran dan keyakinan). Lihat: Ibid. h.

  56 35 Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Habib al-Basriy al-Baghdadi al-Mawardi, Al- ahkam as-Sultaniyyah , Bab, Aqdu al-Imamah, (Beirut-Lebanon: Dar-al-Fikr, 1960), Cet I, h. 5 36 M. Ali Haidir, Nahdatul Ulama Dan Islam Di Indonesia Pendekatan Fiqih Dan Politik,

  (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998), h. 25 37 formal setelah wafatnya Nabi yang menggantikan tugasnya kepada khulafaur

  

Rasyidin dilanjutkan oleh bani Umayah, bani Abbasiyah dan Bani Fatimah,

  dengan politik arab di dalamnya sehingga diberlakukan hanya oleh negara-negara

  38