IMPLEMENTASI INTEGRASI KURIKULUM PAI PADA SMK BERBASIS KOMUNITAS PESANTREN DI KOTA SALATIGA TAHUN 2017 Studi Kasus Pada SMK-SPP Dharma Lestari, SMK Pancasila, dan SMK Al Falah - Test Repository

  

IMPLEMENTASI INTEGRASI KURIKULUM PAI

PADA SMK BERBASIS KOMUNITAS PESANTREN

DI KOTA SALATIGA

Studi Kasus Pada SMK-SPP Dharma Lestari,

SMK Pancasila, dan SMK Al Falah Tahun 2017

  

Oleh :

DURROTUR ROSIDAH

NIM M1.14.019

Tesis diajukan Sebagai pelengkap persyaratan

untuk Gelar Magister Pendidikan

  

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM PASCA SARJANA

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2018

i

  ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS “Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan “Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan “Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan hasil karya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak hasil karya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak hasil karya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan bahan yang telah dipublikasikan mencantumkan tanpa pengakuan bahan bahan yang telah dipublikasikan mencantumkan tanpa pengakuan bahan bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijazah pada institut Agama Islam Negeri Salatiga diajukan untuk gelar atau ijazah pada institut Agama Islam Negeri Salatiga diajukan untuk gelar atau ijazah pada institut Agama Islam Negeri Salatiga atau Perguruan tinggi lainnya” atau Perguruan tinggi lainnya” atau Perguruan tinggi lainnya”

  Salatiga, 7 Agustus 2018 Salatiga, 7 Agustus 2018 Salatiga, 7 Agustus 2018 Yang membuat pernyataan, Yang membuat pernyataan, Yang membuat pernyataan, Durrotur Rosidah Durrotur Rosidah Durrotur Rosidah

  

ABSTRAK

  

INTEGRASI KURIKULUM PAI

PADA SMK BERBASIS KOMUNITAS PESANTREN

DI KOTA SALATIGA TAHUN 2017

Studi Kasus Pada SMK-SPP Dharma Lestari, SMK Pancasila, dan SMK Al Falah

  E-mail : [email protected] Pesantren telah membuat pencapaian yang luar biasa dalam integrasi kurikulum sejak proses modernisasi dalam sistim pendidikan pesantren. Proses ini sebagai indikasi yang baik bagaimana pesantren telah mampu beradaptasi dan responsive terhadap perubahan saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui integrasi kurikulum PAI di SMK, menyikapi padatnya distribusi kurikulum kejuruan, semakin pendeknya jam belajar disekolah menjadi 5 hari kerja, dan proses belajar mengajar yang harus memenuhi 4 aspek dalam Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yaitu aspek sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan Ketrampilan.

  Penelitian kualitatif ini dilakukan di SMK-SPP Dharma Lestari, SMK Pancasila dan SMK Al Falah. Pengumpulan data berdasarkan wawancara, observasi dan dokumentasi, melalui purposive sampling dengan analisis deskriptif kualitatif. Penulis menyimpulkan; (1) Perencanaan integrasi dimulai dari pembentukan visi sekolah yang kemudian diturunkan ke dalam sistem kurikulum sekolah secara keseluruhan. (2) Implementasi integrasi kurikulum berdasarkan regulasi sekolah dan pesantren dengan mengintegrasikan semua aspek kompetensi (3) Adanya kurikulum pendukung yang mengintegrasikan kurikulum pesantren dan kurikulum sekolah kejuruan dan guru yang memberikan pengaruh dalam kelangsungan program pembelajaran pesantren. Terlepas dari sistem integratif, ada beberapa kendala dalam proses integrasi, misalnya; 1) Kesenjangan pengetahuan agama dasar siswa, misalnya; kemampuan membaca Al Qur'an, tulisan Arab dan ketaatan beribadah, 2) Kegiatan belajar mengajar yang berat, karena kendala jam belajar yang padat, 3) Sebagian besar guru berasal dari lulusan baru perguruan tinggi dengan pengalaman mengajar terbatas. Kata Kunci: Pendidikan, Integrasi Kurikulum, Kurikulum Pesantren

  Abstract

  

Pesantren has made a remarkable achievement in curriculum integration since the

modernization process in Pesantren system of education. This process as good

indication how pesantren has been able to adapt and responsive to the current change.

This research aims to know of curriculum integration in the subject of Islamic

Education (PAI) in the curriculum of Vocational Education (SMK) within the tigh

vocational curriculum distribution, the shortened school timing into 5 active days and

four compulsory competent aspects.

  This qualitative research conducted in SMK-SPP Dharma Lestari, SMK

Pancasila and SMK Al Falah. The data collection based on interview, observation and

documentation, through purposive sampling with descriptive qualitative analysis. The

writer concludes; (1) Integration planning starts from the establishment of school

vision which later on translated into whole school curriculum system. (2) The

implementation of curriculum integration based on the school and pesantren blueprints

by integrating all aspect of education. (3) Existing supporting environtment of

  

curriculum by integration both pesantren curriculum and vocational school curriculum

and also the existing learning instructors assited by pesantren’s teachers which give

subsequent impact in the continuity of pesantren learning program. Apart from

integrative system, there were several obstacles in the process of integration, for

example; 1) The extreme disparity of student basic religious knowledge, eg; reciting

Qur’an, Arabic writing and muamalah observance, 2) The heavy teaching and learning

activities, therefore seize the time of teacher-student accompaniment. 3) Most of

learning instructors were from college fresh graduate with limited teaching experience.

  Keywords: Education, Curriculum Integration, Pesantren Curriculum

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….. ii HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………. iii ABSTRAK………………………………………………………………... iv PRAKATA………………………………………………………………… vi DAFTAR ISI………………………………………………………………. vii DAFTAR TABEL…………………………………………………………. viii DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… ix DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. x

  23 BAB III IMPLEMENTASI INTEGRASI KURIKULUM A. Kegiatan Belajar Mengajar SMK ………………………….

  46 B. Saran………………………………………………………… 47 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 48 LAMPIRAN………………………………………………………………

  43 BAB V PENUTUP A. Simpulan…………………………………………………….

  41 B. Faktor Penghambat…………………………………….........

  37 BAB IV FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT A. Faktor Pendukung…………………………………………..

  32 C. Integrasi Kurikulum………………………………………..

  29 B. Program Pesantren………………………………………….

  19 C. Penyusunan Program Sekolah………………………………

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……………………………………………….

  15 B. Proses Penerimaan Siswa Baru dan Perekrutan Guru.……..

  A. Penyusunan Visi dan Misi..…………………………………

  14 BAB II PERENCANAAN INTEGRASI KURIKULUM

  4 E. Metode Penelitian…………………………………………… 12 F. Sistematika Penulisan………………………………………..

  3 D. Kajian Pustaka……………………………………………….

  3 C. Signifikansi Penelitian……………………………………….

  1 B. Rumusan Masalah……………………………………………

  49 BIOGRAFI PENULIS……………………………………………………. 59 DAFTAR TABEL Tabel

  Halaman

  2.1 Latar Belakang Pendidikan Guru………………………………………. 25

  3.1 Jadwal Kegiatan Harian Terpadu……………………………………….. 28

  3.2 Jadwal Kegiatan Kajian Pagi SMK Al-Falah TP 2017/2018…………… 30

  3.3 Jadwal Kegiatan Harian Pagi dan Sore Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Salatiga………………………………………………………… 31

  3.4 Jadwal Kegiatan Mingguan dan Bulanan Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Salatiga ……………………………………………………….. 31 3.5 Kurikulum Pondok Pesantren Pancasila TP. 2017/2018…………….....

  33

  3.6 Kurikulum Pondok Pesantren Al-Falah Grogol………………………... 34

  DAFTAR GAMBAR Gambar

  Halaman

  2.1 Struktur Organisasi SMK……………………………………………… 23

  3.1 Struktur Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah………………………. 32

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

  Halaman Transkrip Wawancara dengan Bapak Pitoyo Ngatimin S.P….…….. 47 Transkrip Wawancara dengan Bapak KH Usman Mansur...……….. 48 Transkrip Wawancara dengan Ibu Sri Mulyani S.PdI...…………….. 49 Transkrip Wawancara dengan Bapak Thoha Saputro……………….. 50 Transkrip Wawancara dengan Bapak KH. Maksum….…………….. 51 Transkrip Wawancara dengan Bapak Samsidi S.Pd Kim, M.Pd.……. 52 Dokumentasi kegiatan guru dan siswa SMK-SPP Dharma Lestari …. 53 Foto Observasi dan Wawancara di SMK Al-Falah ………………….. 54 Wawancara di Pondok Pesantren Pancasila …………………………. 55

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa awal tumbuh kembangnya, pesantren adalah pusat pendidikan agama

  dengan konsepnya yang sederhana, ada kyai, santri, masjid atau pondok. Metode pembelajarannya pun juga sederhana, sistem sorogan, bandongan dan musyawarah.

  Pada perkembangannya, muncul sistem baru yang bernama madrasah dan pondok pesantren dengan segala dinamikanya. Kemudian muncul tipologi pesantren tradisional dan moderen dengan segala kekhasannya masing-masing. Sistem pendidikan pesantren tradisional, sering disebut sistem salaf yakni sistem yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikan di pesantren, sedangkan pondok modern merupakan sistem pendidikan yang berusaha

  1 mengintegrasikan secara penuh sistem tradisional dan sistem sekolah formal.

  Dikotomi pendidikan Islam ini semakin menunjukkan resistensinya karena dunia

  2

  pendidikan di perkenalkan ke Indonesia melalui imperialisme. Perjalanan panjang menemukan format pendidikan yang ideal, membuktikan bahwa pola dan sistim pendidikan di pondok pesantren memiliki tingkat adaptasi yang tinggi.

  Salah satu solusi yang diterapkan dalam proses adaptasi tersebut adalah integrasi pendidikan. Sistem ini bermula dari perubahan sosial yang melahirkan kebutuhan sumberdaya yang makin beragam. Produk dari pesantren dianggap kurang siap lebur dan mewarnai kehidupan moderen, atau dengan kata lain hanya

  3 memunculkan santri-santri dengan kemampuan-kemampuan yang terbatas.

  Dipadukanlah kurikulum kementerian terkait, Kementerian Agama dan atau Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan kurikulum pesantren menjadi 1 2 Badrut Tamam, Pesantren, Nalar dan Tradisi, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2015, xxx. 3 Mulyadi Kartanegara, Integrasi Ilmu:Sebuah Rekonstruksi Holistik, Bandung: Mizan,2005,19 Nurcholis Majid, Bilik-Bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, Jakarta:Paramadina,1992,7

  

1 kurikulum terpadu. Berdirinya sekolah formal di lingkungan pesantren menjadi sebuah keniscayaan yang tidak boleh diabaikan. Namun tidak sedikit proses integrasi ini terkendala dengan banyak hal, di antaranya dengan regulasi pendidikan. Jam belajar yang semakin panjang, dari jam 07.00 sampai dengan jam 14.15, untuk yang 6 hari kerja, atau dari jam 07.00 sampai dengan jam 17.00 untuk yang 5 hari kerja, sistem Pendidikan Sistem Ganda (PSG) yang mengharuskan siswa berada di lingkungan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI) untuk jangka waktu lama, sementara alokasi pembelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti hanya 3jam/minggu. Tentu sangat tidak mudah menerapkan pembelajaran secara teori dan praktik untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu untuk membentuk pribadi muslim yang menguasai pengetahuan, memiliki kemampuan berkembang, dan trampil secara intelektual, memiliki minat, sikap, nilai, penghayatan serta

  4

  penyesuaian diri, dan trampil dalam amaliyah atau untuk mencapai tujuan pendidikan di pesantren, yaitu mendidik para santri menjadi individu yang bermoral baik, memiliki wawasan keagamaan yang luas dan memiliki bekal ketrampilan yang

  5 bisa diandalkan.

  Integrasi kurikulum menjadi solusi penengah, agar pembelajaran bisa terlaksana sesuai regulasi, tetapi tradisi-tradisi mulia dan luhur dari pesantren tidak terpinggirkan. Tradisi tersebut secara umum terletak pada fungsinya sebagai lembaga yang mempunyai komitmen terhadap pembentukan moral bangsa, menjadi media dakwah dan pengembangan agama. Tradisi tersebut mengerucut pada kurikulum pesantren yang pencapaian ketiga aspek itu idealnya akan bisa ditempuh melalui

  4 M. Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pesantren Ideal;Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan, Jogjakarta : Pustaka Pelajar, 2010, 74 5 Badrut Tamam, Pesantren Nalar dan Tradisi; Geliat Santri menghadapi ISIS, Terorisme, dan Transnasionalisme Islam, Jogjakarta:Pustaka Pelajar,2015, 69. pendidikan formal yang tumbuh di pesantren, atau dalam nomenklatur Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan disebut dengan SMK Berbasis Pesantren.

  Atas dasar permasalahan diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan tema, Implementasi Integrasi Kurikulum PAI pada SMK Berbasis Komunitas Pesantren di Kota Salatiga, yaitu pada SMK-SPP Dharma Lestari di PP Agro Nuur el Falah Pulutan, SMK Pancasila di PP Pancasila Blotongan, dan SMK Al Falah di PP. Al Falah Grogol.

B. Rumusan Masalah

  Berdasakan latar belakang di atas penulis bermaksud mengadakan penelitian tentang :

  1. Bagaimana penyusunan integrasi kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK Berbasis Pesantren di Kota Salatiga ?

  2. Sejauh manakah implementasi kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMK Berbasis Pesantren di Kota Salatiga ?

  3. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam proses integrasi kurikulum PAI di SMK Berbasis Pesantren di Kota Salatiga ?

C. Signifikansi Penelitian

1. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan model penyusunan integrasi kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMK berbasis pesantren, dan implementasinya dalam Kegiatan Belajar Mengajar, serta mengetahui faktor penunjang dan faktor penghambat dalam proses integrasi kurikulum PAI pada SMK-SPP Dharma Lestari, SMK Pancasila dan SMK Al-Falah.

2. Manfaat Penelitian

  a. Manfaat teoritik

  Penelitian ini dapat memberikan masukan dalam rangka mendukung teori yang berkaitan dengan integrasi kurikulum. Selain itu, sebagai bahan referensi bagi peneliti lain untuk mengadakan penelitian terhadap permasalahan yang berkaitan dengan kurikulum.

  b. Manfaat praktis

  Manfaat bagi sekolah sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan kajian atau evaluasi kurikulum dalam mengembangkan pembelajaran agama. Sedangkan bagi penulis, dapat dijadikan dasar latihan dalam penelitian selanjutnya dan sebagai informasi untuk terus menambah pengetahuan tentang kurikulum

D. Kajian Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

  Tesis yang ditulis oleh Subki yang berjudul Integrasi Sistem

  Pendidikan Madrasah dan Pesantren Tradisional (Studi Kasus Pondok

  6 Pesantren Al Anwar Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang) relevan

  dengan penelitian ini. Melalui kajian studi kasus ini dapat diketahui langkah-langkah yang dilakukan oleh lembaga dalam mengintegrasikan kurikulum pesantren dan model pendidikan formal. Perbedaannya,pada penelitian ini integrasi kurikulum dilakukan dengan memasukkan kurikulum kemenag menjadi salah satu bagian dari kurikulum pondok.

6 Subki, Integrasi Sistim Pendidikan Madrasah dan Pesantren Tradisional (Studi Kasus Pondok

  

Pesantren Al Anwar Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang), Tesis, IAIN Walisongo Semarang Tahun

2013.

  Kemudian penelitian yang juga penulis anggap relevan dengan penelitian ini adalah tesis sdr. Nur Faizin yang berjudul Pembelajaran

  Pendidikan Agama Islam (PAI) Berbasis Kitab Kuning Di SMK Roudlotul Mubtadiin Nalumsari Jepara. Integrasi kurikulum yang di lakukan di SMK

  Roudlotul Mubtadiin dengan pemakaian kitab kuning sebagai bahan ajar PAI dan penambahan kegiatan keagamaan di luar jam pelajaran yang diorientasikan untuk meningkatan kualitas keagamaan santri SMK

7 Roudlotul Mubtadiin. Perbedaan penelitian ini dengan yang penulis

  lakukan adalah kalau integrasi kurikulum dilakukan dengan penambahan jam belajar dan penggunaan kitab kuning sebagai bahan ajar dengan menyesuaikan kompetensi yang ingin dicapai, sedangkan pada penelitian ini integrasi kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dilakukan dengan cara mengintegrasikan kurikulum SMK dengan kurikulum pesantrennya, bukan hanya pada materi ajar, tapi juga pada kegiatan pembelajaran sekolah kejuruan.

  Pada penelitian lain yang berjudul A “New” Thematic, Integrated

  8 Curriculum for Primary Schools of Trinidad and Tobago:A Paradigm Shift

  oleh Yvonne J. Jhon. Integrasi kurikulum pada penelitian ini dilakukan untuk mengukur kemampuan calon guru dalam menerapkan pembelajaran materi materi pokok di sekolah dasar, yaitu membaca, menulis, matematika, sains, studi sosial dan mata pelajaran lain yang diidentifikasi dalam konteks subjek dunia nyata dan memakai Teknologi Informasi dan Komunikasi 7 (TIK). Penelitian ini semakin meneguhkan efektifitas integrasi kurikulum

  Nur Faizin, “PembelajaranPendidikan Agama Islam (PAI) Berbasis Kitab Kuning Di SMK Roudlotul Mubtadiin Nalumsari Jepara”, Tesis, IAIN Walisongo, Semarang, 2012. 8 Yvonne J. Jhon, “A “New” Thematic, Integrated Curriculum for Primary Schools of Trinidad and Tobago:A Paradigm Shift”, International Journal of Higher Education, Vol. 4, Issue 3 (2015), 172-187. dalam mengatasi masalah pembelajaran yang komplek. Perbedaanya dengan penelitian yang penulis lakukan adalah pada obyeknya, di mana integrasi diterapkan pada jenjang Pendidikan Dasar, sementara penelitian ini dilakukan pada jenjang Pendidikan Menengah.

  Penelitian yang relevan juga dilakukan oleh Atsumbe B. Numgwo, Emmanuel Raymond, Francis Abutu, Okwori Robert O. dalam Curriculum

  Integration in Vocational and Technology Education: Implication for

9 Teaching and Learning. Penelitian ini membahas bagaimana integrasi

  kurikulum dapat memfasilitasi pengembangan pengajaran dan keterampilan secara efektif. Siswa harus mempelajari keterampilan baru dengan cepat dan mampu berkomunikasi, memecahkan masalah, dan bekerja dengan teknologi. Perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah pada materinya, di mana integrasi dilakukan antar semua materi ajar, sedangkan penelitian penulis hanya pada materi PAI.

  Penelitian serupa juga dilakukan oleh Andy Hargreaves dan Shawn Moore dalam Curriculum Integration and Classroom Relevance : A study of

  Teacher’s Practice dimana kurikulum terpadu atau interdisipliner dipandang

  sebagai salah satu aspek yang paling ambisius namun juga kontroversial dari pendekatan terkini terhadap reformasi pendidikan yang mencoba menghubungkan pembelajaran kelas dengan kehidupan dan pemahaman semua siswa. Proses ini menjadikan guru lebih leluasa menyampaikan materi dan mendorong untuk bekerjasama dalam satu tim, saling bertukar 9 informasi, serta mengembangkan kompetensi dan kreatifitas. Perbedaannya

  Atsumbe B. Numgwo, Emmanuel Raymond, Francis Abutu, Okwori Robert O, “Curriculum Integration in Vocational and Technology Education: Implication for Teaching and Learning” International Journal of Vocational Education & Training, Vol. 23 Issue 2 (Agustus 2015), 15-27 dengan penelitian tesis ini, fokusnya lebih kepada penyiapan guru sebagai

  10 salah satu komponen dari kurikulum.

  Penelitian yang serupa dengan Andy Hargreaves di lakukan juga oleh Amani K. H. Alghamdi, dengan judul The Effects of an Integrated

  Curriculum on Student Achievement in Saudi Arabia. Integrasi kurikulum di pakai untuk tujuan peningkatan prestasi siswa. Dalam penelitian ini, materi yang diintegrasikan adalah matematika dan sains dengan kecakapan hidup.

  Proses ini menjadikan guru lebih mudah menyampaikan tujuan pembelajaran, dan mendorong untuk saling bekerjasama, saling bertukar

  11

  pengalaman, serta mengembangkan perasaan sosial . Perbedaan dengan

  penelitian ini terletak pada obyeknya dimana pada penelitian diatas obyeknya Sekolah Dasar dengan materi matematika dan sains, sedangkan

pada penelitian ini obyeknya siswa SMK dengan materinya PAI.

2. Kerangka Teori

  a. Integrasi Kurikulum Secara sederhana, integrasi kurikulum dimaknai sebagai bentuk kurikulum yang meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan

  12

  menyajikan bahan-bahan dalam bentuk unit dan keseluruhan . Senada dengan itu, Becker & Park mendefinisikan dengan….

  ….”as approach that linked teaching and learning between two or more

  of the STEM (science, technology, engineering, and mathematic) areas or between STEM and another school subject”

  10 Andy Hargreaves and Shawn , “Curriculum Integration and Classroom Relevance : A Study of Teacher’s Practice”, Journal of Curriculum and Supervision, Vol. 15 Number 2( 2000) 89-112. 11 Amani K.H. Alghamdi, “ The Effects of an Integrated Curriculum on Student Achievement in Saudi Arabia” , EURASIA Journal of Mathematics Science and Technology Education University of Dammam, Vol 13, number 3(2017), 6074- 6100 12 Omar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta:Bumi Aksara, 1993, 33.

  Pendekatan yang menghubungkan pengajaran dan pembelajaran antara dua atau lebih wilayah STEM (Sains, Tehnologi, Rekayasa, dan Matematika) atau antara STEM dan matapelajaran yang lain

  13 Dalam wacana tentang ilmu dan agama, integrasi dimaknai sebagai upaya memadukan keduanya (Ilmu dan Agama).

  14 Perpaduan itu bisa

  digambarkan seperti pendapat Franzie L. Loepp ketika mendefinisikan integrasi, “The very notion of `integration' incorporates the idea of unity between

  forms of knowledge and the respective discipline. They use the metaphor of a marble cake versus a layer cake to signify different levels of integration. The layer cake means each of the sciences maintains an identity in a general science course while the marble cake is more problem based with the various sciences contributing to the solution of the problem. They argue that the layer cake is more of an interdisciplinary approach to curriculum because the boundaries among the disciplines are maintained..”

  Integrasi digambarkan dengan menggunakan metafora kue marmer versus kue lapis. Kue lapis berarti masing-masing sains mempertahankan identitas ditengah perpaduan, sementara kue marmer memadukan banyak unsur menjadi satu bentukan baru. Menurut Loepp, kue lapis lebih merupakan pendekatan interdisipliner terhadap kurikulum karena batasan di antara disiplin ilmu dipertahankan

15 Pendapat yang lain dari Zuwaynah Al-Jahuri menyebutkan….

  " لﻛﺷ ﻲﻓ بﻼطﻠﻟ مدﻘﺗ ﻲﺗﻟا ،ﺔﻔﻠﺗﺧﻣﻟا ﺔﯾﺳاردﻟا تﺎﻋوﺿوﻣﻟا نﯾﺑ طﺑرﻠﻟ ﺔﻟوﺎﺣﻣ ًﺎﻣﯾظﻧﺗ مظﻧﺗو ،لﻣﺎﻛﺗﻣو طﺑارﺗﻣ داوﻣﻟا نﯾﺑ زﺟاوﺣﻟا ﻲطﺧﺗ ﻲﻓ مﻬﺳﯾ ،ًﺎﻘﯾﻗد

  ﺔﻔﻠﺗﺧﻣﻟا ﺔﯾﺳاردﻟا " 13 Becker.K & Park.K, Effects of Integrative Approach Among STEM subjects on Students

  

Learning: A Preliminary Meta- Analysis, Journal of STEM Education, Vol. 12 Number 5(2011):23-37

14 Yusril Ihza Mahendra, Modernisme Islam dan Demokrasi, Pandangan Politik Muhammad Natsir Dalam Islamika, Bandung: Mizan, 1994,18. 15 Franzie L. Loepp, “Models of Curriculum Integration”, Journal of Technology Studies

  ,

  Vol.25 Number 2 (1999) :21-25 bahwa integrasi adalah sebuah upaya untuk menghubungkan mata pelajaran yang berbeda yang disajikan kepada siswa dalam bentuk yang koheren dan terpadu dan mengatur secara akurat untuk membantu mengatasi hambatan

  16

  antara subyek yang berbeda Sedangkan menurut Abdur Rahman, struktur keilmuan integratif bukan berarti antara berbagai ilmu tersebut dilebur menjadi satu bentuk, melainkan karakter, corak, dan hakikat antar ilmu tersebut terpadu dalam kesatuan dimensimaterial-spiritual, akal-wahyu, ilmu umum-ilmu agama, jasmani-

  17 ruhani, dan dunia-akhirat.

  Memahami integrasi kurikulum, terutama yang berkaitan dengan Pendidikan Islam tentu tidak bisa dilepaskan dari gagasan awal Profesor Kuntowijoyo dengan konsep pengilmuan Islam dengan al-Quran sebagai paradigma, dan dilakukan dengan dua cara, pertama pengintegrasian kekayaan keilmuan manusia dengan wahyu, dan kedua obyektifikasi, yaitu menjadikan

  18

  pengilmuan Islam sebagai rahmat untuk semua orang . Dalam pengilmuan Islam tujuan Profesor Kunto adalah mengkontekskan teks agama, menghubungkan agama dengan kenyataan.

  Selanjutnya, gagasan tentang Integrasi tidak bisa dilepaskan dari sosok Prof. Amin Abdullah dengan Integrasi Interkoneksinya. Integrasi interkoneksi

  merupakan dua kata yang berbeda, tapi mempunyai maksud dan tujuan yang sama, yaitu menggabungkan dan mengkaitkan dua persoalan yang dianggap

  16 Zuwaynah Binti Salim Al Jahuri, “Failiyah At Thariqah At Takamuliyyah fi Tahqiqi Al hdaf Al Marjuwwah fi Tadriisi Al Muthaala’ati wa An Nushusi laday Thaalibaati Ash-shoffi Al Awwali Ats

Tsanawiy bi Sulthanah ‘Amman”, Thesis, Kulliyyah At Tarbiyah, Univ. Sulthan Qabus, Oman, 2002,74

17 Abd. Rahman Assegaf, Sebuah Pengantar Dalam Pendidikan Islam Integratif, Yogyakarta:Jasa Ungguh Mulia , 2005, xii. 18 Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu:Epistemologi, Metodologi dan Etika, Yogyakarta:Teraju, 2004, 49

  19 terpisah. Pendekatan integratif dimaksudkan untuk memadukan kebenaran wahyu (burhan Ilahi) dalam bentuk pembidangan matakuliah yang terkait dengan Al-Qur’an-Hadis (hadlarah al-nash), dengan bukti-bukti yang ditemukan di alam semesta ini (burhan kauni) dalam bentuk pembidangan matakuliah empiris-kemasyarakatan dan kealaman (hadlarah al-‘ilm), dan pembidangan matakuliah yang terkait dengan falsafah dan etika (hadlarah al-

  20 falsafah) . Istilah tiga hadlarah ini dipopulerkan oleh M. Amin Abdullah.

  Jika masing-masing hadlarah sulit terintegrasi, maka perlu diberlakukan pendekatan interkonektif, yaitu mengaitkan satu pengetahuan dengan pengetahuan lain melalui satu hubungan yang saling menghargai dan saling mempertimbangkan. Prinsip dasarnya terletak pada satu kesatuan simbiosis

  21 demi kemaslahatan universal . Asumsi dasar yang dibangun pada paradigma

  ini adalah bahwa dalam memahami kompleksitas fenomena kehidupan yang dihadapi dan dijalani manusia, setiap bangunan keilmuan apapun baik ilmu agama, ilmu sosial, humaniora maupun kealaman tidak dapat berdiri sendiri. Kerjasama, saling membutuhkan dan bertegursapa antar disiplin ilmu akan dapat memecahkan persoalan yang dihadapi, karena tanpa saling bekerjasama

  22

  antar disiplin ilmu akan menjadikan narrowmindedness . Dari kondisi sikap

  single entity, (arogansi keilmuan : merasa satu satunya yang paling benar), isolated entities ( dari berbagai disiplin keilmuan terjadi isolasi, tidak 19 bersentuhan) menuju pada interconnected entities (menyadari akan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya:Arloka,1994, 264

20 M. Amin Abdullah, dkk.,Kerangka Dasar Keilmuan dan Pengembangan Kurikulum

  

Universitas Islam Negri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta, 2006, 26.

  21 22 M. Amin Abdullah, dkk.,Kerangka Dasar Keilmuan…., 27 M. Amin Abdullah, “Membangun Kembali Filsafat Ilmu-Ilmu Keislaman : Tajdid dalam

Perspektif Filsafat Ilmu” dalam A. Syafi’i Maarif dkk., Tajdid Muhammadiyah untuk Pencerahan

  Peradaban (ed.) Mifedwil Jandra dan M. Safar Nasir, Yogyakarta, MT-PPI &UAD Press, 2005, 45 keterbatasan dari masing-masing disiplin keilmuan, sehingga terjadi kerjasama, dan bersedia menggunakan metode walaupun itu berasal dari rumpun ilmu

  23

  yang lain)

  b. Kurikulum SMK Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah terdiri atas mata pelajaran umum kelompok A, mata pelajaran umum kelompok B, dan mata pelajaran peminatan kejuruan kelompok

  C. Peminatan kejuruan ini dikelompokkan lagi menjadi mata pelajaran Dasar Bidang Keahlian (kelompok C1), mata pelajaran Dasar Program Keahlian (kelompok C2), dan mata

  24

  pelajaran Paket Keahlian (kelompok C3). Mata pelajaran kelompok A dan C merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan dan acuannya disusun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mata pelajaran kelompok B dapat berupa mata pelajaran muatan lokal, bisa memuat bahasa daerah yang berdiri sendiri, dimana muatan dan acuannya dikembangkan oleh Kemendikbud dan dapat dilengkapi dengan muatan/ konten lokal. Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 45 menit dengan beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, maksimal 60% dari waktu kegiatan tatap muka. Masa pendidikan SMK terdiri atas 3 (tiga) atau 4 (empat) tingkatan kelas, sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Untuk yang menyelenggarakan

  25 program 4 tahun diatur lebih lanjut oleh Ditjend Pendidikan Menengah.

  23 M. Amin Abdullah, Islamic Studies di Perguruan Tinggi Pendekatan Integratif-Interkonektif, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2006, 404. 24 Direktorat Pembinaan SMK KEMENDIKBUD, Implementasi Kurikulum 13 Sekolah Menengah Kejuruan, LPMP Jawa Tengah, 2017.13 25 Direktorat Pembinaan SMK KEMENDIKBUD, Implementasi Kurikulum 13 Sekolah Menengah Kejuruan, LPMP Jawa Tengah, 2017.29.

  Sebagai unit pendidikan yang diharapkan menyiapkan tenaga terlatih, Praktek Kerja Lapangan merupakan salah satu kekhasan struktur kurikulum SMK. SMK menyelenggarakan program Pendidikan Sistem Ganda (PSG) bersama dengan institusi pasangan yang memadukan program pendidikan di sekolah dengan program penguasaan keahlian melalui bekerja langsung di dunia nyata, untuk mencapai tingkat keahlian profesional tertentu. Praktek Kerja Lapangan dapat dilaksanakan menggunakan sistem blok selama setengah semester (sekitar 3 bulan); dapat pula dengan cara masuk 3 hari dalam seminggu, setiap hari 8 jam selama 1 semester. Pelaksanaan pembelajaran kelompok A dan B dilakukan di satuan pendidikan sedangkan pembelajaran kelompok C dapat dilakukan di satuan pendidikan dan/atau di Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI) yang terintegrasi dengan Praktik Kerja Lapangan dengan Portofolio

  

26

sebagai instrument utama penilaian.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

  Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian dengan mengamati, bertatap muka, berinteraksi sosial dan berpartisipasi secara langsung dengan obyek yang dituju untuk memperoleh data yang benar tentang integrasi kurikulum PAI pada SMK Berbasis Komunitas Pesantren di kota Salatiga.

  2. Metode Penentuan Subyek Penulis menggunakan tehnik purposive sampling dalam menentukan subyek, dimana dari populasi 20 SMK yang ada di Kota 26 Salatiga, hanya ada 3 Sekolah yang berbasis komunitas pesantren, yaitu

  

Direktorat Pembinaan SMK KEMENDIKBUD, Implementasi Kurikulum 13 Sekolah

Menengah Kejuruan, LPMP Jawa Tengah, 2017.15.

  SMK SPP Dharma Lestari, SMK Al-Falah dan SMK Pancasila. Sumber data digali dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Kyai, Ustadz, siswa dan warga sekolah yang lain.

  3. Metode Pengumpulan Data

  Metode yang digunakan adalah observasi, wawancara.dan dokumentasi. Metode observasi dilaksanakan sebagai langkah awal dengan melihat secara langsung kegiatan harian siswa. Metode wawancara digunakan untuk mendapatkan data, keterangan dan informasi yang dibutuhkan. Wawancara dilakukan dengan teknik semi terstruktur, dimana peneliti membuat pedoman wawancara secara garis besarnya saja, sehingga pertanyaan dapat meluas dan mendalam pada saat proses berlangsung.

  Metode dokumentasi digunakan untuk mencari data-data pendukung untuk memperkuat data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara, yaitu data administrasi pembelajaran, dan data lain yang berkaitan dengan penelitian, bisa berupa foto-foto kegiatan, rekaman wawancara ataupun dokumentasi administrasi.

  4. Metode Analisis Data

  Tahap berikutnya adalah analisis data, dengan langkah langkah

  27

  mereduksi data, menyajikan data, dan menyimpulkan data. Kegiatan mereduksi data dilakukan dengan cara membuat rangkuman hal-hal yang pokok, mencari hal-hal yang penting terhadap aspek-aspek permasalahan yang diteliti, sehingga akan memudahkan dalam menganalisis. Setelah 27 data direduksi, selanjutnya adalah menyajikan data. Setelah itu S. Nasution, Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung, Tarsito, 1998. 129. dibandingkan dan diurai dengan teori yang menjadi acuan peneliti kemudian kesimpulan diambil dan diverifikasi dengan cara mencari data yang lebih mendalam melalui pengumpulan data ulang, meninjau kembali ke lapangan untuk mengecek hasil kesimpulan. Setelah tidak menunjukkan perbedaan maka disimpulkan secara final dalam bentuk pembahasan dan penyajian hasil secara deskriptif analisis

F. Sistimatika Penulisan

  Penelitian ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal, bagian utama dan bagian akhir. Pada bagian awal terdiri dari hal-hal bersifat formal seperti halaman sampul, halaman judul, halaman pernyataan, halaman pengesahan, halaman persetujuan, nota dinas pembimbing, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran dan daftar singkatan.

  Bagian utama terdiri dari tiga bab, Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, signifikansi penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab I membahas model penyusunan integrasi kurikulum PAI, Bab III membahas implementasi integrasi kurikulum PAI di SMK Berbasis Pesantren, Bab IV membahas faktor penunjang dan faktor penghambat dalam proses integrasi kurikulum PAI di SMK Berbasis Pesantren Bab V merupakan bagian penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Bagian paling akhir adalah berisi daftar pustaka dan lampiran.

BAB II PERENCANAAN SISTEM INTEGRASI KURIKULUM A. Penyusunan Visi Misi

  1. SMK SPP Dharma Lestari Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah berdiri bersamaan dengan

  Yayasan Sosial Yatim Piatu Dharma Lestari pada tanggal 2 Mei tahun 2002 di Pulutan Salatiga. Pondok Pesantren dan Yayasan ini didirikan oleh Bapak H.

  Dharmo Supono, pengusaha asal Boyolali yang tinggal di Jakarta. Nama Dharma Lestari diambil dari nama orang tua beliau, H. Dharmo Thohir dan Hj.

  Sri Lestari, dengan harapan agar amal (dharma) yang diberikan bisa ajeg, abadi (lestari). Sedangkan nama Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah diberikan oleh perintis awal berdirinya Pondok yaitu KH. Usman Mansur BA, Ust.

  Samsul Maarif S. Pd.I, Ust. Ir. M. Ali Qomaruddin, Ust. Drs Farid Hudaf dan Ust. Muhammad Irfan, atas restu KH. Imam Ali dari Cirebon. Berharap dengan nama tersebut tumbuh cahaya kemenangan yang akan dibawa pulang oleh para alumni ke seluruh penjuru tanah air. Pada tahun tersebut juga sekaligus didirikan SMP Dharma Lestari, sedangkan SPP SPMA (Nama awal dari SMK- SPP) didirikan 3 tahun kemudian. Jurusan yang ada di SMK SPP Dharma Lestari adalah Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura dari bidang Keahlian Agribisnis dan Agrotehnologi, menyusul didirikan jurusan Tata Boga pada tahun 2017.

  Adapun visi dan misi SMK SPP Dharma Lestari adalah sebagai berikut :

  Visi : Terwujudnya alumni SMK-SPP Dharma Lestari yang profesional, kreatif, inovatif, kompetitif, mandiri dan amanah dengan filosofi :

  ”Optimalkan Hati, Akal dan Panca Indera”. Misi: a. Mengembangkan dan memberdayakan siswa dalam proses pendidikan dengan sistem pembelajaran berbasis ganda, agar siswa mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang dinamis.

  b. Menciptakan masa depan siswa untuk bekerja secara professional dengan etos kerja yang baik sehingga mampu berkompetisi dalam memasuki dunia kerja

  c. Menciptakan masa depan siswa yang kreatif, mampu memberdayakan lingkungan sumber daya yang berdaya guna bagi kehidupannya

  d. Menumbuhkembangkan jiwa wirausaha agar mampu menjadi

  28

  pelopor dan motivator di wilayahnya Tujuan sebuah lembaga tercermin dari visi dan misi yang dicanangkan, karena visi dan misi adalah gambaran proyeksi dan cita cita lembaga yang ingin diwujudkan dimasa mendatang. Semua pemangku kebijakan terlibat dalam perumusan dan sosialisasi visi tersebut, yaitu Pengasuh Pesantren sebagai peletak dasar kurikulum kepesantrenan, Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab kurikulum sekolah, sekaligus Kordinator Pelaksana harian dan guru-guru sebagai ujung tombak proses pembelajaran. Interkoneksi, menurut Prof Amin Abdullah adalah usaha memahami kompleksitas fenomena kehidupan yang dihadapi dan dijalani manusia dan karenanya harus bertegur

  29

  sapa, bekerjasama dan saling berhubungan. Ketiga stake holder itu saling 28 berhubungan dalam merumuskan visi, misi, tujuan yang kemudian

  Tim Pengembang Kurikulum, Dokumen I Kurikulum 13 SMK-SPP Dharma Lestari Tahun

Pelajaran 2017/2018, 6

29 M. Amin Abdullah, “Desain Pengembangan Akademik IAIN menuju UIN Sunan Kalijaga :

  

dari pendekatan Dikotomis-Atomistis ke arah Integratif-Interdisiplinnary” dalam Zainal Abidin Baqir, Integrasi Ilmu dan Agama, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008, viii dikembangkan dalam perumusan perencanaan jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek yang dijabarkan dalam kurikulum sekolah, dan dievaluasi setiap tahun. Perencanaan dan evaluasi itu dilakukan bersama yayasan dan unit pendidikan lain, agar proses KBM yang berjalan bisa selaras dengan visi, misi dan tujuan, melalui kurikulum terpadu antara pembelajaran diniyyah, sekolah, dan aktifitas harian pondok.

  2. SMK Pancasila Pondok Pesantren Pancasila didirikan oleh K. Muhlasin pada tanggal

  30 September 1992.Beliau adalah putra dari KH. Abdur Rochim, dan cucu dari K. R. Affandi, Pengasuh Ponpes Salafiyah Blotongan Salatiga.

  Sistem pendidikan di Ponpes Pancasila menggunakan sistem salafiyah yang dikolaborasikan dengan sistem moderen yaitu disamping mengaji dengan

  sorogan dan bandongan juga memakai sistim klasikal dengan mengedepankan