DOKTRIN ESKATOLOGI AL-GHAZALI (Implementasi Pendidikan Karakter Santri Pondok Pesantren Al-Ittihad Bringin Semarang Dan Pondok Pesantren Suryabuana Pakis Magelang 2017) - Test Repository

  

TESIS

DOKTRIN ESKATOLOGI AL-GHAZALI

  (IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SANTRI PONDOK PESANTREN AL-ITTIHAD BRINGIN SEMARANG DAN PONDOK

  PESANTREN SURYABUANA PAKIS MAGELANG 2017)

  Disusun Oleh: M. MUSTHOLIQ ALWI 12010150036 Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2017

  

ABSTRAK

  Doktrin Eskatologi Al-Ghazali (Implementasi Pendidikan Karakter Santri Pondok Pesantren Al-Ittihad Bringin Semarang Dan Pondok Pesantren Suryabuana Pakis Magelang 2017). Tesis Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Program Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2017, pembimbing Dr. H.

  Sa‟adi, M.Ag.

  Latar belakang dari penelitian ini adalah sistem yang ada dalam beberapa pondok pesantren Sunni salafy di Jawa khususnya pada pondok pesantren al-Ittihad dan Suryabuana, tentang pendidikan karakter. Kedua pondok pesantren tersebut mempunyai beberapa cara dalam mengupayakan pendidikan karakter bagi para santrinya, yang mana pendidikan karakter yang ada dalam pondok pesantren tersebut berhubungan dengan dokrin eskatologi al-Ghazali, atau yang dikenal doktrin tentang keimanan seorang muslim pada hari akhir.

  Penelitian ini ditujukan pada materi-materi dan sumber-sumber pendidikan karakter yang digunakan di pondok pesantren al-Ittihad Bringin, dan pondok pesantren Suryabuana Pakis dalam membentuk generasi seorang muslim yang ahli ibadah, beretika, dan peduli terhadap kepentingan sosial. Penelitian yang digunakan dalam penyusunannya menggunakan metode field research (penelitian lapangan), yaitu dengan wawancara dan penelaahan materi ajar, seperti kitab-kitab kuning dan yang lainnya. Data yang dihasilkan lewat kata-kata dari hasil wawancara dan disajikan bentuk diskripsi bukan angka.

  Beradasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan, doktrin eskatologi al- Ghazali sudah termanifestasikan dalam bentuk kurikulum dan materi ajar yang ada di pondok pesantren al-Ittihad dan pondok pesantren Suryabuana. Pondok pesantren al-Ittihan dan Suryabuana mengimplikasikan doktrin eskatologi al-Ghazali lewat kegiatan-kegiatan keagamaan, seperi wirid, shalawat, tahlil, mujahadah, dan ibadah-ibadah lain, yang berkaitan dengan ilmu akhirat seperti ilmu mukasyafah dan ilmu

  mu‟amalah.

  Kata Kunci: Doktrin Eskatologi al-Ghazali, Pendidikan Karakter.

  

ABSTRACT

  Doktrin Eskatologi Al-Ghazali (Implementasi Pendidikan Karakter Santri Pondok Pesantren Al-Ittihad Bringin Semarang Dan Pondok Pesantren Suryabuana Pakis Magelang 2017). [12:49 PM, 9/28/2017] Fita: Thesis of Islamic Education Studies Program (PAI), postgraduate Program, State Islamic Institute of Salatiga, 2017, mentors. H. Sa'adi, M.Ag.

  The background of this research is the existing system in some boarding school Sunni salafy in Java, especially in Islamic boarding schools al-Ittihad and Suryabuana, about character education. Both boarding schools have several ways of pursuing character education for their students, in which the character education that exists within the boarding school is related to al-Ghazali's eschatological doctrine, or the known doctrine of a Muslim's faith in the last day. This research is aimed at the materials and sources of character education used in al-Ittihad Bringin Islamic boarding school , and Islamic boarding school of Suryabuana Pakis in forming a generation of Muslim worshipers, ethical, and caring for social interests. The research used in the preparation using field research method (field research), namely by interview and review of teaching materials, such as yellow books and others. The data generated through the words of the interview and presented the form of description is not a number.

  Based on the results of the research, the doctrine of al-Ghazali eschatology has been manifested in the form of curriculum and teaching materials that exist in al- ittihan Islamic boarding schools and Islamic boarding school of Suryabuana. Al- Ittihan and Suryabuana Islamic boarding schools imply the doctrine of al-Ghazali eschatology through religious activities, such as wirid, shalawat, tahlil, mujahadah, and other worship, related to the science of the after life such as mukasyafah and mu'amalah .

  Key Word : The Doctrine of al-Ghazali Eschatology, Character Building.

  

MOTTO

  Pentingnya seorang manusia berkarakter al- Qur‟an dan Hadis, melebihi segala sesuatu yang paling berharga di dunia ini, maka sebenarnya perhiasan yang paling berharga di dunia ini bukanlah emas atau pun sejenisnya, akan tetapi budi pekerti manusia itu sendiri

  

PRAKATA

  Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, serta pertolongannya sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Salawat serta salam tak lupa penulis sampaikan untuk baginda Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan tauladan yang baik kepada umatnya, sehingga memberikan motivasi tersendiri bagi penulis dalam menuntut ilmu pengetahuan dan menyelesaikan tesis ini.

  Tesis yang berjudul Nilai toleransi dalam Pendidikan Agama (Telaah Silabus dan Perspektif Guru Pendidikan Agama Islam, Kristen dan Katolik) ini disusun guna memberikan kontribusi di bidang keilmuan. Dalam penyusunannya, penelitian ini tidak dapat terselesaikan dengan mudah tanpa adanya dukungan, arahan, bantuan, bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati penulis ingin berterima kasih kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi selaku Rektor IAIN Salatiga 2.

  Bapak Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. Selaku Direktur Pascasarjana

  IAIN Salatiga dengan segala kebiksanaannya memudahkan dalam terselesaikannya tesis ini.

  3. Bapak Hamam selaku kaprodi Pendidikan Agama Islam Pascasarjana.

  4. Bapak Dr. H. Sa‟adi, M Ag. Selaku dosen pembimbing tesis, yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan, petunjuk-petunjuk penyusunan tesis, dan memberikan tambahan wawasan mengenai toleransi, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

  5. Guru Besar dan Dosen beserta Staff Pascasarjana IAIN Salatiga.

  6. Bapak Fathur Rahman selaku pengasuh pondok pesantren al-Ittihad dan Bapak Sirrullah selaku pengasuh pondok pesantren Suryabuana, beliau-beliau yang telah memberikan ijin bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian di pondok pesantren al-Ittihad dan Suryabuana.

  7. Bapak-bapak pengurus pondok pesantren al-Ittihad dan pondok pesantren Suryabuana, yang telah membantu peneli untuk melancarkan penggalian informasi di pondok pesantren.

  8. Bapak dan Ibu saya tercinta, Bapak Shodiq dan Ibu Siti Haryanti, yang tidak henti-henti selalu memberikan suport dan doanya, sehingga saya bisa menjadi orang berguna dan bisa menempuh pendidikan sejauh ini.

  9. Saudara-saudara saya, Mbak Laila Fitriana, S.Pd, Amilia Fita, dan Mas Aman Santosa, S.Pd yang telah memberikan dukungan bagi pendidikan saya.

  10. Semua teman-teman dari Al-Iman Bulus Purworejo, teman IAIN angkatan 2010 khususnya kelas B, teman Pasca sarjana 2015, seluruh teman-teman HMI cabang Salatiga, teman-teman guru, dan semuanya yang pernah saya kenel, teriamaksih telah memberikan sumbangsih keilmuan dan pengalamannya, sehingga memberikan banyak pelajaran bagi saya, dan teman-teman yang telah membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir, semoga kita selalu dalam rahmat Allah SWT dan selalu bisa menjadi orang yeng lebih baik dan berguna bagi sesama dan agama kita.

  Salatiga, 29 September 2017

  M. Mustholiq Alwi

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................. iv

ABSTRAK ............................................................................................... v

MOTTO ................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ............................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................ xi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................... 3 C. Signifikansi Penelitian ..................................................... 3 1. Tujuan Penelitian ..................................................... 3 2. Manfaat Penelitian ................................................... 4 D. Tinjauan Pustaka ............................................................. 5

  1 Penelitian terdahulu ................................................... 5

  2 Kerangka Teori .......................................................... 7 E. Metode Penelitian ............................................................ 10 F.

  Sistematika Penulisan ...................................................... 13

  BAB II DOKTRIN ESKATOLOGI AL-GHAZALI DALAM PENDIDIKAN KARAKTER A. Profil Pondok Pesantren al-Ittihad .................................. 15 B. Profil Pondok Pesantren Suryabuana ..............................

  17 C. Doktrin Eskatologi al-Ghazali dalam Pendidikan Karakter ...........................................................................

  18 BAB III MANIFESTASI DOKTRIN ESKATOLOGI AL-

  GHAZALI DALAM PENDIDIKAN KARAKTER PADA KURIKULUM PONDOK PESANTREN AL-

  

ITTIHAD BRINGIN DAN SURYABUANA PAKIS

A.

  Kurikulum Pondok Pesantren al-Ittihad ......................... 23 1.

  Tujuan Pendidikan ................................................... 23

  2. Materi Pendidikan .................................................... 24 3.

  Strategi Pembelajaran ............................................... 26 4. Evaluasi Pembelajaran ............................................. 27 B. Kurikulum Pondok Pesantren Suryabuana ...................... 28 1.

  Tujuan Pendidikan ................................................... 28 2. Materi Pendidikan .................................................... 30 3. Strategi Pembelajaran ............................................... 31 4. Evaluasi Pembelajaran ............................................. 32

  BAB IV IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER AL- GHAZALI DALAM PONDOK PESANTREN AL- ITTIHAD DAN SURYABUANA A. Penanaman Karakter Yang Diwujudkan Dalam Perilaku Sehari-Hari Di Ponpes Al-Ittihad Bringin .......................

  34 B. Penanaman Karakter Yang Diwujudkan Dalam Perilaku Sehari-Hari Di Ponpes Suryabuana Pakis .......................

  38 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................... 43 B. Saran ................................................................................ 44

  DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIOGRAFI PENULIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Islam Indonesia merupakan manifestasi pendidikan Suni yang

  dirumuskan dan dikukuhkan oleh Madrasah Nizhamiyyah pada abad 11 sampai

  13 M. Susunan kurikulum yang ada diklsifikasikan dalam tiga fokus dasar- dasar pendidikan agama Islam oleh para guru dan pejabat pemerintah saat itu, seperti menentukan dalam aqidah, syari‟ah, dan tasawuf. Madarsah

  Nizhamiyyah merupakan instansi pendidikan terdepan pada masanya, dan

  mempunyai banyak guru yang ahli dalam bidang keagamaan, salah satunya

  1

  seorang sufi dan teolog yang sangat terkemuka yaitu Imam al-Ghazali. Al- Ghazali mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan kurikulumnya.

  Al-Ghazali, sebagai guru besar umat muslim, ajarannya lebih menekankan terhadap dimensi eskatologi, karena visi keagamaan dan eskatologi menuntun manusia untuk memfokuskan terhadap kehidupan di akhirat. Al-

  Qur‟an memerintah manusia untuk beriman kepada Allah SWT dan

  2

  patuh terhadap kehendak-Nya. Kecenderungan sufistik dalam ajaran eskatologinya sering terealisir dalam menetapkan sesuatu berdasarkan

  3 1 kemanfaatannya, baik di dunia maupun di akhirat, sehingga ajaran-ajarannya

F. Rahman, Propbecy in Islam: Philosophy and Ortodoxy, London: George Alen & Unwin Ltd, 1958, 92.

  2 Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam , Terjemah Ghufron A. Mas‟adi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, 152. 3 Fatiyah Hasan Sulaiman, Sisitem Pendidikan Versi Al-Ghazaly, Bandung: Al- Ma‟arif, 1986, kental dengan subtansi keagamaan. Ilmu keyakinan terhadap akhirat,

  4

  merupakan ilmu para shiddiqin dan muqarrabin, yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Menurut al-Ghazali akal merupakan penopang dalam berpikir segala ilmu, akan tetapi akal mempunyai batas-batas tertentu dan

  5

  hanya naql lah yang bisa melewati batas ini. Naql yang bersifat transendental juga mengarahkan manusia menuju keselamatan dunia dan akhirat.

  Muslim Indonesia mayoritas menganut ideologi Suni, melihat dari

  6

  masuknya Islam ke Indonesia menurut sejarawan sekitar abad 13 masehi, yang mana masih dalam hegemoni Suni. Model penyebaran Islam pada saat itu sampai sekarang yaitu dengan mendirikan lembaga pendidikan Islam berupa pondok pesantren. Pondok pesantren merupakan wadah untuk mengembangkan pendidikan Islam yang paling strategis, para orang tua pun untuk mendukung anaknya agar berkode etik sesuai tuntunan al-

  Qur‟an mempercayakan

  7

  pendidikan anaknya di pondok pesantren. Salah satu pondok pesantren yang mempunyai karakter pendidkan Islam Suni yaitu pondok pesantren al-Ittihad Bringin, kabupdaten Semarang, Jawa Tengah dan pondok pesantren Suryabuana Pakis, kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Kedua pondok pesantren tersebut mempunyai geneologi keilmuan dengan para tokoh-tokoh Islam Suni dan seperti al-Ghazali. Materi pendidikannya berupa kitab-kitab 4 yang bercorakkan keilmuan Suni, seperti ajaran aqidahnya yang menganut Abu

  Abudin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid, Jakarta: Rajagrafindo, 2001, 41. 5 6 Ibrahim Madkour, Aliran dan Teori Filsafat Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004, 74.

  Djohan Efendi, Pembaruan Tanpa Membongkar Tradisi, Jakarta: Kompas, 2010, 38.

8 Hasan al- fiqhnya menganut salah satu dari empat mazhab, dan

  Asy‟ari, mengikuti sufistik al-Ghazali. Perwujudan pendidikan karakter santri sebagai manifestasi dokrin eskatologi merupakan sebuah keharusan, karena doktrin tersebut yang akan membangun karakter santri, sebagai muslim yang ahli ibadah dan ahli amaliyyah (kebaikan). Pesantren berupaya untuk mewujudkan hal tersebut dengan mengajarkan para santrinya untuk hidup sederhana, tidak hedon, dan lebih memikirkan kehidupan di akhirat, karena hidup di dunia hanya ibarat mampir ngombe.

B. Rumusan Masalah

  Untuk memfokuskan penelitian yang akan berlanjut, peneliti membatasi pokok penelitiannya pada doktrin eskatologi al-Ghazali yang dipakai dalam pondok pesantren al-Ittihad dan Suryabuana, dengan rumusan masalah berikut: 1.

  Sejauh mana konsep doktrin eskatologi al-Ghazali dimanifestasikan dalam kurikulum Pondok Pesantren al-Ittihad Bringin dan Pondok Pesantren Suryabuana Pakis? 2. Sejauh mana doktrin eskatologi al-Ghazali dimplementasikan dalam pendidikan karakter santri Pondok Pesantren al-Ittihad Bringin dan Pondok

  Pesantren Suryabuana Pakis? C.

   Signifikansi Penelitian 1. Tujuan penelitian

  Penelitian ini sangat penting dilakukan, agar kita dapat mengetahui apa sajakah yang memberikan fondasi dalam pendidikan Islam di Indonesia yang terwujudkan dalam pesantren al-Ittihad, dan seperti apakah corak pendidikan Islam yang kita anut, maka tujuan penelitain ini yaitu: a.

  Untuk mengetahui sejauh mana konsep doktrin eskatologi al-Ghazali termanifestasikan dalam kurikulum Pondok Pesantren al-Ittihad Bringin dan Suryabuana Pakis.

  b.

  Untuk mengetahui sejauh mana doktrin eskatologi al-Ghazali terimplementasikan dalam pendidikan karakter santri Pondok Pesantren al-Ittihad Bringin dan Suryabuana Pakis.

2. Manfaat penelitian a.

  Manfaat teoritik Penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangsih keilmuan dalam dunia muslim tentang doktrin eskatologis al-Ghazali dan manifestasinya dalam ajaran-ajaran Islam.

  b.

  Manfaat praktis Lembaga pendidikan, agar menjadi referensi tambahan bagi peneliti selanjutnya dan bisa membuka tabir keilmuan dari sisi yang berbeda, seperti geneologi keilmuan yang diformulasi dan diimplementasi lewat pendidikan eskatologi di pesantren atau lembaga pendidikan yang berkaitan. Sedangkan bagi peneliti sendiri, agar bisa membuka wawasan seluas-luasnya tentang doktrin eskatologi al-Ghazali dan penerapannya dalam pendidikan Islam kontemporer.

D. Tinjauan Pustaka

  Penelitian-penelitian dipandang berkaitan dengan judul yang diteliti oleh penulis seperti berikut:

1. Penelitian Terdahulu

  Penelitian Ibnu fikri dengan judul “Naskah Shahadat Sekarat: Konstruksi

  Nalar Suístik atas Kematian dan Eskatologi Islam di Jawa

  ”. Penelitian tersebut menjelaskan tentang doktrin eskatologis yang terpadukan dalam balutan ilmu tauhid dan tasawuf melalui ajaran shahadad sekarat, peneliti

  9 menggunakan tafsir hermeunetik sebagai pendekatannya.

  Penelitian yang dilakukan oleh Ziyad Khalil al-Daghomin, dengan berjudul: “Al-Ab‟ad al-Ma‟rufiyyah Wa at-Tarbiyyah Lil-Iman Bi al-

  Akhirah Qiraatan fi rasailil al-Nur ”, menyebutkan tentang pentingnya

  pendidikan eskatologi agar manusia mau untuk saling tolong menolong di jalan Allah, bukan hanya tolong menolong dalam kehidupan dunia yang

  10 kebanyakan hanya mengejar kehidupan hedonis.

  Penelitian yang dilakukan oleh Syamsul Asri, dengan judul: Jalan

  Lain Politik Profetik: Sejarah Sebagai Momen Eskatologis

  ”. Penelitian tersebut menjelaskan tujuan lain dari politik profetik yang berkaitan dengan tuntunan eskatologi Hadis, dalam membawa insan kamil memenuhi tujuan

9 Ibnu Fikri, “Naskah Shahadat Sekarat: Konstruksi Nalar Suístik Atas Kematian dan Eskatologi Islam di Jawa”, Manassa, Volume 5, Nomor 2, (Juli, 2015), 36.

  10 Ziad Khalil Al-Daghomi, Al- Ab‟ad Al-Ma‟rufiyyah Wa At-Tarbiyyah Lil-Iman Bi Al- penciptaannya, yakni kebahagiaan komprehensif yang diperoleh melalui

  11 kedekatan haq dengan al-Haq.

  Penelitian yang dilakukan oleh Asep Nasrul Musadad, dengan judul

  (A Preliminary Hermeneutical

  “Eschatological Expression In The Holy Text

  Exploration On Selected Eschatological Narratives In The Quran And The Bible)

  ”, mengungkapkan ajaran eskatologi dari apokaliptik Qur‟an dan Bibel oleh beberapa entitas historis yang melingkupinya dengan

  12 menggunakan suatu analisis hermeunetik.

  Penelitian yang dilakukan oleh Eskatologi

  Syahid, dengan judul: “ Dalam al Quran

  ”, bahwa al-Qur‟an memberikan informasi paling otentik tentang doktrin eskatologi, sehingga manusia diharuskan berbuat baik dan

  13

  selalu berperilaku sesuai tuntunan al- Qur‟an.

  Penelitian-penelitian di atas, mempunyai fokus utama dalam ajaran eskatologi, akan tetapi tidak pernah membahas tentang eskatologi al-Ghazali ketika termanifestasikan dan terimplementasikan dalam kurikulum pondok pesantren, serta seperti apakah pengaruhnya dalam membangun pendidikan karakter, saat doktrin eskatologi al-Ghazali tersebut dijadikan landasan keilmuannya. Berdasarkan alasan tersebut maka peneliti mengupayakan penelitian doktrin eskatologi yang terdiskripsikan dalam tradisi keilmuan 11 pendidikan karakter di pesantren al-Ittihad Bringin dan Suryabuana Pakis..

  Syamsul Asri, “Jalan Lain Politik Profetik: Sejarah Sebagai Momen Eskatologis”, Politik Profetik , Volume 02, Nomor 02, (Juni, 2013), 2. 12 Asep Nasrul Musadad, “Eschatological Expression in The Holy Text ”, Internatonal Journal of Islamic Studies , Volume 02, Nomor 01, (Juni, 2014), 201. 13 Syahid Muammar Pulungan

  , “Eskatologi dalam Al-Qur‟an”, Hikmah, Volume 08,

2. Kerangka Teori

  14 Doktrin adalah konsep ajaran yang bersistem , sedangkan doktrin Islam

  sebuah ajaran yang bersumber dari Al- Qur‟an dan Hadis, yang diajarkan

  Nabi Muhammad dan diinterpretasikan oleh para ulama. Eskatologi yaitu sebuah doktrin tentang keyakinan yang berhubungan dengan kejadian- kejadian akhir hidup manusia seperti kematian, hari kiamat, hari pembalasan

  15

  dan sebagainya, intinya setelah nyawa manusia terlepas dari tubuhnya,

  16 maka akan ada kehidupan abadi, yaitu akhirat.

  Menurut al-Ghazali, doktrin eskatologi merupakan pendidikan yang penting dalam dunia muslim, karena konsep-konsep eskatologi menjadi pilar bagi tegaknya aqidah seorang

  17

  18

  muslim. Fazlur Rahman, seorang pemikir muslim kontemporer, berpendapat yang sama dengan al-Ghazali, bahwa semua doktrin yang berasal dari ajaran al-

  Qur‟an tidak bisa dilepaskan dengan doktrin eskatologi. Islam dan iman adalah tentang hukum akhirat dan dunia, manusia tidak akan mencapai kebahagiaan yang sempurna tanpa iman, dan wajib bagi orang beriman tidak hanya meyakinkan dalam hati dan pembenaran dalam lisan, akan tetapi juga harus dengan rentetan amal yang mengkarakter. Seperti itu jug al-Ghazali, menuntut orang beriman agar

  19 14 merealisasikan keimanannya melalui perilaku yang mengakarakter.

  Syaiful Rahman, “Islam dan Pluralisme”, Fikrah, Volume 02, Nomor 01, (Juni, 2014), 409. 15 16 Peter Adam, Dictionary of Philosophy, English: Joanna Cotler Book, 1981. 68 Al-Ghzali, Ad-Durrah Al-Fakhirah fi Kasyf Ulum Al-Akhirah, Bairut: Mu‟assasah Al- Kutub Al-Saqafiyyah, 1992, 44. 17 18 Sibawaihi, Eskatologi Al-Ghazali dan Fazlur Rahman, Yogyakarta: Islamika, 2004, 72.

  Magareth Smith, Al-Ghazali The Mytic, London, Luzac & Co, 1994, 55.

  Dalam teori Thomas Licona, pendidikan karakter merupakan gabungan tiga komponen yang inheren, yaitu tentang pengetahuan moral, keinginan sebagai orang bermoral, dan melakukan kebiasaan perilaku orang

  20

  yang bermoral. Dalam teori need milik Maslow, kebutuhan tertinggi

  21

  manusia akan terpuaskan ketika dia bisa melakukannya. Menurut Belferik manulang karakter watak utama yang membentuk manusia berkualitas, yang

  22

  mengutamakan budi pekerti. Menurut Syaifudin Zuhri pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta

  23

  didik, agar menjadi insan kamil. Berarti pendidikan karakter sesungguhnya tidak harus menggunakan kurikulum yang formal, seperti di pondok, cukup dengan hiden curriculum. Pendidikan karakter tidak selalu diajarkan dalam kelas, namun dilakukan secara simultan dan berkelanjutan

  24

  di dalam dan di luar kelas, yang terpenting dalam pendidikan karakter bukanlah transfer pengetahuannya, tapi transfer nilai kehidupan yang tercerminkan dalam perilaku kesehariannya.

  Penggunaan istilah pondok pesantren sebagai pendidikan Islam tradisional tidaklah hanya khusus di Jawa saja, tetapi di dunia dan di daerah rumpun Melayu juga menggunakan, hanya saja di lain tempat mempunyai 20 nama berbeda, seperti di Aceh bernama Dayah, dan di Minangkabau 21 Thomas Licona, Educating for Character, New York: Bantam Books, 1991, 51. 22 Lilik Sriyanti, Teori-teori Pembelajaran, Salatiga: STAIN Salatiga Press, 159.

  Belferik Manullang, “Grand Desain Pendidikan Karakter Generasi Emas 2045”, Pendidikan Karakter , Volume 03, Nomor 1, (Februari 2013), 2 23 M. Syaifuddien Zuhriy

  , “Budaya Pesantren dan Pendidikan Karakter Pada Pondok Pesantren Salaf 24 ”, Pendidikan Karakter, Volume 19, Nomor 2, (November 2011), 292-293 Kamin Sukardi, “Potret Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren Salafiah”, Pendidikan bernama Surau. Pondok pesantren adalah salah satu dari sekian banyak institusi pendidikan Islam yang ada di dunia, dan diyakini sebagai pendidikan Islam di indonesia yang tertua, dilain itu ponpes juga menjadi

  25 salah satu alternatif ekspansi Islam.

  Doktrin eskatologi al-Ghazali merupakan seluruh ajaran yang ada dalam al- Qur‟an tanpa membatasi tentang keimanan pada hari akhir.

  Cakupan dari gambaran eskatologi al-Ghazali diawali dengan konsep:

  Kematian (makna dan terjadinya kematian), Alam Barzakh, Hari Kiamat

  26

  (peristiwa, kebangkitan dan pengadialan), dan Surga dan Neraka, akan tetapi juga diterangkan, bahwa paling utamanya sebuah amal adalah islam,

  27

  dan paling utamanya islam adalah iman, sedangkan keimanan seorang muslim terhadap hari akhir dan al- Qur‟an harus termanifestasikan dalam

  28

  kehidupan sehari-hari sebagai manusia berilmu dan mempunyai karakter, dengan memahami kebaikan moral, menginginkan menjadi orang yang bermoral, dan menjadikan moral tersebut sebagai sebuah kebiasaan yang terbangun dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dia merasakan kepuasan

  29

  batin, dengan cara berkata santun dan berperilaku sesuai kode etik. Jadi doktrin eskatologi al-Ghazali adalah semua pendidikan yang ada dalam al- Qur‟an dan Hadis, karena semua pendidikannya pasti berorentasi pada 25 keselamatan dunia dan akhirat, sedangkan orang yang ingin selamat di

  Ga mal abdul nasir zakaria, “Pondok pesantren: changes and its future”, journal islamic and arabic education, Volume 2, No 2, (2010), 46 26 27 Sibawaihi, Eskatologi Al-Ghazali dan Fazlur Rahman, Yogyakarta: Islamika, 2004, 77. 28 Al-Ghazali, Ihya‟ „Ulum al-Din, Jakarta: Haramain, 2005, 116.

  Syekh al-Zarmuzi, Ta‟limul Muta‟alim, Khortoum: dar al-sudaniyyah lil Kutub, 2004, 9. dunia akhirat, maka dia harus menanamkan karakter kebaikan dalam hidupnya, dengan bertutur kata dan berperilaku yang baik pula. Pondok pesantren yang bercorakkan Sunni salafi (pesantren klasik di Indonesia) seperti pondok pesantren Suryabuana dan al-Ittihad mengajarkan doktrin eskatol al-Ghazali sebagai misi membangun karakter santri agar kelak bisa mencerminkan perilaku insan kamil, seperti yang diajarkan dalam al-

  Qur‟an dan Hadis. Penanaman karakter tersebut dituangkan dalam visi dan misi yang dimiliki oleh kedua pondok tesebut, dan materi-materi yang diajarkan dalam madrasah diniyyah sehari-hari dalam waktu dan tempat yang sudah ditentukan, selain materi ajar sebagai sarana penanman karakter sesuai doktrin eskatologi al-Ghazali, ada juga penanaman melalui amalan-amalan ibadah dan yang lainnya.

E. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Peneliti menggolongkan penelitian ini pada penelitian lapangan. Penelitian lapangan merupakan penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu objek tertentu dengan mempelajarinya

  30 sebagai suatu kasus.

2. Pendekatan Penelitian

  Pengumpulan data di lapangan sebagai pemusatannya, seperti di lingkungan masyarakat dan pendidikan adalah merupakan penelitian deskriptif

  31

  kualitatif. Maka metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif, yang mana disitu peneliti membangun penelitiannya melalui problematika yang ada di lokasi penelitian dan dikaitkan dengan teori yang berkaitan.

  3. Lokasi Penelitian Pemusatan penelitian yang dilakukan menunjuk pondok pesantren al-Ittihad Bringin dan pondok pesantren Suryabuana Pakis.

  4. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang akurat mengenai obyek penelitian, maka penulis akan menggunakan ciri khas penelitian kualitatif, yaitu melalui hasil

  32 wawancara, pengamatan, dan dokumentasi.

  a.

  Wawancara atau interview merupakan bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden dalam bentuk tanya jawab dalam

  33

  hubungan tatap muka. Peneliti akan mencoba menggali informasi kepada seluruh elemen yang mempunyai hubungan dengan pesantren yang diteliti dengan wawancara yang terstruktur secara langsung.

  b.

  Pengamatan merupakan suatu teknik mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung di

  34

  pesantren baik secara partisipatif maupun nonpartisipasif. Untuk mencari data peneliti terjun langsung ke lapangan, agar dapat 31 memahami pendidikan yang berjalan di pesantren yang diteliti.

  Sarjono, dkk. Panduan Penulisan Skripsi, Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004,21. 32 33 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitaif, …, 9.

  W. Gulo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1991, 86. c.

  Dokumentasi merupakan pencarian data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

  35

  notulen, rapat, legger, agenda, dan sebagainya. Dokumen-dokumen yang terhimpun kemudian dipilih dan disesuaikan dengan tujuan dan fokus masalah. Untuk pengarsipan hal-hal yang berkaitan dengan pesantren yang diteliti, peneliti mencoba menggali lewat literatur- literatur yang ada, seperti majalah, koran, ataupun arsip dari dinas terkait.

5. Teknik Analisis Data

  Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan

  36

  menggunakan prisip-prinsip deskriptif. Aktifitas dalam analisis data pada penelitian ini terdiri dari empat komponen yang inheren, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

  a.

  Pengumpulan data Merupakan proses pencarian data yang dilakukan dengan jalan pengamatan/observasi, wawancara dan dokumentasi. Dari catatan tersebut peneliti perlu membuat catatan refleksi yang merupakan catatan dari peneliti sendiri berisi komentar, kesan, pendapat dan penafsiran terhadap fenomena yang ditemukan.

  35 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1991, 106. 36 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kpmpetensi dan Praktiknya, Jakarta: Bumi b.

  Reduksi data Merupakan proses pemilihan, perumusan dan perhatian pada penyederhanaan atau menyangkut data dalam bentuk uraian (laporan) yang terinci sistematis pada pokok-pokok yang penting agar lebih mudah dikendaikan. Laporan kegiatan ini merupakan proses seleksi/pemilihan, pemfokusan/pemusatan penelitian, penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data kasar yang mucul dari catatan lapangan.

  c.

  Penyajian data Sajian data adalah mengorganisasikan data yang sudah direduksi.

  Diberikan dalam bentuk narasi, kalimat yang disusun logis dan sistematis mengacu pada rumusan masalah.

  d.

  Penarikan kesimpulan dan verifikasi Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir atas pola-pola atau konfigurasi tertentu dalam penelitian ini, sehingga menggambarkan secara utuh terhadap seluruh rangkaian kegiatan penelitian, dengan

  langkah-langkah sebagai berikut: 1) Komparasi 2) Similarisasi 3) Sintesis F.

   Sisematika Pembahasan

  Bab pertama, Pendahuluan, bab ini membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, signifikansi penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, dan metode penelitian.

  Bab kedua, mengenai gambaran umum lokasi pondok pesantren al- Ittihad Bringin dan Suryabuana Pakis, meliputi letak geografis pondok, identitas, visi misi, fasilitas, dan kegiatan-kegiatan pondok pesantren API Tegalrejo.

  Bab ketiga, berisi tentang pendidikan karakter pondok pesantren al- Ittihad Bringin dan pondok pesantren Suryabuana Pakis yang berkaitan dengan doktrin eskatologi al-Ghazali dalam konten yang diajarkannya.

  Bab keempat, dalam bab ini penulis mendiskripsikan tentang implementasi doktrin eskatologi yang termanifestasikan dalam pendidikan pondok pesantren al-Ittihad Bringin dan pondok pesantren Suryabuana Pakis dalam membangun karakter santri.

  Bab kelima, mengemukakan tentang simpulan, saran, dilengkapi dengan daftar putaka, dan lampiran-lampiran.

BAB II DOKTRIN ESKATOLOGI AL-GHAZALI DALAM PENDIDIKAN KARAKTER A. Pondok Pesantrean Al-Ittihad Bringin Al-Ittihad, sebuah lembaga pendidikan agama Islam berbasis pondok

  pesantren yang didirikan pada tahun 1893 M/1310 H, oleh seorang alim ulama yang bernama K.H Misbah. Beliau merasa terpanggil untuk nasr al-din (menyelamatkan agama), karena beliau memang termasuk orang yang sangat memperhatikan masalah agama. Suatu hari kabar akan kealiman beliu terdengar oleh penguasa desa Getas yaitu mbah Sinder atau lebih sering dikenal dengan nama H. Thoyib, yang kelak mewakafkan tanah sebagai cikal- bakal pondok pesantren al-Ittihad Poncol, Bringin. Setelah selesainya K.H Misbah dari menimba ilmu di daerah Ngawi, dia dimintai tolong untuk mengamankan daerah ngrekesan dari gangguan makhluk halus, setelah itu K.H Misbah bisa melaksanakan permintaan tersebut, dan diapun diberi wakaf tanah yang selanjutnya dia dirikan pondok pesantren al-Ittihad di situ sebagai sarana menyebar luaskan agama Islam, dan sekarang pondok pesantren tersebut diasuh oleh keturunan-keturunannya yaitu: K.H Sahli Bidayah, K.H Nurcholis

37 Thohir, dan K.H Fathurrahman.

  Pondok pesantren al-Ittihad sendiri termasuk pondok dalam tipe Sunni

  salafi , yang dalam pengajarannya masih menggunakan kitab-kitab klasik

  sebagai pokok pembahasannya. Pondok pesantren tersebut mempunyai fasilitas pendidikan yang cukup mewakili bagi kebutuhan kegiatan belajar mengajar

  mempunyai sembilan asrama, dan

  bagi para santrinya. Pondok pesantren tersebut

  jaraknya tidaklah saling berjauhan, sembilan asrama tersebut adalah: asrama Nahdlotus subban, Jamiatul atfal, Tarb iyatul aulad, Hasan as‟ari, Bani misbah, Ittihadiyyah, Darus salam, Al- fadil, As‟ariyyah, Al-habib, dan Syamsul muhanna.

  

Selain asrama-asrama tersebut, pondok pesantren al-Ittihad juga menyediakan fasilitas

guna menunjang kegiatan belajar mengajar setiap harinya, seperti masjid dan beberapa

musola yang ada disetiap asrama-asrama yang terpisah, selain itu juga ada aula

sebagai tempat musyawarah ataupun diskusi dan yang lainnya. Madrasah diniyyah,

layaknya pondok pesantren pada umumnya, madrasah diniyyah berfungsi sebagai

kegiatan belajar sehari-hari. Dilengkapi juga dengan perpustakaan, untuk menambah

referensi keilmuan para santri, dan juga dilengkapi sarana wajib seperti, koperasi,

dapur, dan MCK, agar kegiatan sehari-harinya lebih nyaman dan terkondisikan.

  Adapun visi dan misi pondok pesantren al-Ittihad Visi pondok pesantren al-Ittihad 1.

  Jaga aswaja dari virus wahabi, syi‟ah & aliran sesat lainnya.

  2. Bela NKRI Pancasila dari penyakit HTI & Teroris.

  3. Mempererat ukhuwah islamiyah dan kebangsaan.

  4. Melestarikan amalan parasalaf al-shalih & wali songo.

  5. Sebagai wadah tempat jamaah sarkubiyah (santun berdakwah sejuk

  

38

beribadah) berkarya & berbagi.

  Misi pondok pesantren al-Ittihad 1.

  Menyediakan tempat pembelajaran yang layak bagi para santri.

  2. Membekali pengetahuan agama yang sesuai ulama salaf al-shalih dan para wali songo.

  3. Membangun amalan-amalan ibadah pada diri santri sesuai ajaran aswaja.

  4. Mengajarkan para santri untuk berdakwah dan mengajarkan agama

  39 Islam secara luas.

B. Pondok Pesantren Suryabuana

  Pondok pesantren Suryabuana adalah pondok pesantren yang terletak di Jl Magelang-Kopeng Km 15 Balak, losari. Pondok pesantren tersebut didirikan oleh abah Ahmad Sirrullah MQD pada tahun 1999. Pembina dalam kegiatan kesehar iannya adalah H. Arif Sudarsono dan Drs M. Syafi‟i. Jumlah perwakilan daerah yang mengikuti kegiatan di sana mencapai 27 daerah, 27 santri muqim dan kurang lebih 7500 santri non muqim semua itu dipimpin oleh 10 mubaligh dalam kegiatannya.

  Pondok pesantren Suryabuana mempunyai fasilitas berupa gedung- gedung dan bangunan fungsional yang mempunyai perannya masing-masing, seperti masjid Surya mustika rahmat sebagai pusat kegiatan bagi para santri, seperti ritual salat, dzikir, dan manaqib, pendopo yang berfungsi sebagai tempat diskusi anggota tarekat (santri non mukim), ruang khalwat yang berfungsi untuk menyendiri dan tadabbur, ruang makan bersama, kolam

  mandi taubat (putra dan putri), gapura sasoning swargo (patilasan sembilan

  wali), menara kalimosodo yang terletak di samping masjid Surya mustika rahmat, dan dilengkapi dengan lapangan yang berfungsi sebagai parkir dan berdagang saat ada acara tarekat.

  Adapun visi dan misi pondok pesantren Suryabuana Visi pondok pesantren Suryabuana: Menghidupkan ruh lailaaha illallah ke tengah masyarakat muslim dengan semangat keilmuan Islam dan nilai-nilai ketimuran, persatuan ikhwan dan pancasila yang saat ini mulai ditinggalkan dan menipisnya semangat nasionalisme.

  Misi pondok pesantren Suryabuana: 1.

  Melaksanakan dan menyebarkan ajaran TQN (tarakat Qadariyyah Wa

  Naqsabandiyyah ) asuhan pangarsa Abah Anom (pengasuh pondok pesantren Suryalaya), ke tengah-tengah masyarakat muslim.

  2. Melaksanakan dan menyebarkan ajaran Tanbih, dari pangarsa Abah Sepuh dari pondok pesantren Suryalaya ke tangah-tengah para ikhwan TQN.

  3. Melaksanakan dan menyebarkan keilmuan Islam (ala ahlus sunnah wal

  jama‟ah) ke tengah masyarakat muslim yang berkaitan dengan kehidupan beragama dan bernegara.

C. Doktrin Eskatologi al-Ghazali dalam Pendidikan Karakter

  Karakter yang dibangun dalam pemikiran al-Ghazli dituangkan dalam beberapa kitabnya, salah satunya yang paling penting adalah pendidikan karakter yang didasari dengan doktrin eskatologi sesuai disiplin ilmu yang sudah beliau kodifikasi, berikut adalah konsep doktrin eskatologi dalam kitab-kitab al- Ghazali untuk membangun pendidikan karakter: 1.

  Ihya‟ Ulumuddin

  ءبصمزعا ٍكًٚ ىن ٌأ ًّجشر ٗنا شٛشٚ حشٛخلاا ىهع ٗن مصف ذهل ٌبف ىهع لٔلاا ىغمنبف ،خهيبعًنا ىهعٔ خفشبكنا ىهع :ٌبًغل َّأ ىهعبف ّهٛصبفر ٍٛفسبعنا طعث لبل ذمف ،وٕهعنا خٚبغ كنرٔ ٍطبجنا ىهع ْٕٔ خفشبكًنا َٗدأٔ خًربخنا ءٕع ّٛهع فبخأ ىهعنا ازْ ٍي تٛصَ ّن ٍكٚ ىن ٍي ٍٛثشمًنأ ٍٛلذصنا ىهع ْٕٔ ،ّهْلا ًّٛهغرٔ ّث كٚذصزنا ُّي ت ٛصَ ِشٛٓطر ذُع تهمنا ٗف شٓظٚ سَٕ ٍع حسبجع ٕٓف خفشبكًنا ىهع ُٗعأ ْٕٔ ،خهيبعًنا ىهع ْٕٔ َٗبثنا ىغمنأ .خيٕيزًنا ّربفص ٍي ّزٛكضرٔ ءبجشنأ فٕخنأ شكشنأ شجصنبكف بُٓي ذًحٚ بي بيأ .تهمنا لإحا ىهع ٗف ٗنبعر لله خًُنا خفشعئ ءبخغنأ خعبُمنأ ٖٕمزنأ ذْ ضنأ بظشنأ حششبعًنا ٍغحٔ كهخنا ٍغحٔ ٍظنا ٍغحٔ ٌبغحلاأ لإحلاا عًٛج بٓثبجعأٔ بْدٔذحٔ لإحلاا ِزْ كئبمح خفشعًف ،صلاخلاأ قذصنأ ٖٕمٚ ٗزح بُٓي فعظ بي خجنبعئ بٓزيلاعٔ بٓرشًثٔ تغزكر بٓث ٗزنا

  ٗٓ .حشخلا ا ىهع ٍي دٕعٚ ٗزح لاص بئ

  Artinya: “Imam Ghozali berpesan : Jika aku ditanya oleh seseorang,

  "buatkanlah aku perincian tentang sebuah ilmu jalan menuju akhirat yang mengisyaratkan penjelasan ilmu tersebut, walaupun tidak maksimal (penanya belum bisa melaksanakan) perincian ya”. ketahuilah kamu sekalian, bahwa sesungguhnya ilmu (akhirat) itu ada dua, yaitu: ilmu mukasyafah dan ilmu muamalah. Pembagian Ilmu jalan menuju akhirat yang pertama: Ilmu mukasyafah yaitu ilmu hati (untuk mengetahui kesaan Alloh dengan segala macam bentuknya, seperti Ilmu iman, yakin dan ilmu makrifat kepadaNya), hal itu menurut ImamGhozali merupakan puncaknya ilmu. Sebagian ulama ahli makrifat telah berkata bahwa "Barang siapa tidak bisa mengambil/memiliki bagian dari ilmu itu, maka ditakutkan pada ak hirnya su‟ulkhatimah. Ilmu mukasyafah juga merupakan ilmunya orang-orang yang suka terhadap kebenaran dan yang suka mendekatkan diri kepada Allah, saya tegaskan lagi bahwa ilmu mukasyafah adalah sebuah pengibaratan cahaya hati yang murni dari sifat madzmumah. Adapun pembagian yang kedua: Ilmu muamalah

  yaitu sebuah ilmu yang membahas perbuatan hati dari perspektif (terpuji atau tercela), adapun yang termasuk perbuatan hati terpuji ialah sabar, syukur, takut akan murka Allah bersamaan dengan mengharap (ridha

  Allah), ridha, zuhud, taqwa, qona‟ah, dermawan, meyakini akan anugerah Allah terhadap segala hal, ihsan, dan khusnudzon terhadap Alloh, berbudi pekerti, bergaul dengan baik, jujur, serta ikhlas, maka mengetahui beberapa hakikat seputar ilmu (akhirat), batasan-batasan, dan beberapa sebab-sebabnya sehingga menghantarkan ke sebuah hasil-hasil, dan tanda-tandanya, dan meningkatkan sifat mahmudah dari keterpurukan, tidak pernah melepaskan diri dari sifat-sifat mahmudah, itu merupakan sebuah ilmu akhira ”.

2. Minhaj al-„Abidin

  

ىهعٔ ذٛحٕزنا ىهع خثلاث خهًجنا ٗف ضشف بٓجهط ٗزنا وٕهعنا ٌا ىهعبف

سٕيأ ٍي ىٓهك خعٚششنا ىهعٔ ّٛعبغئ تهمنبث كهعزٚ بي ّث ُٗعأ شغنا

ٗٔ

  . حشخلاا

  Artinya: “Ketahuilah sesungguhnya ilmu yang wajib dipelajari itu ada

  tiga jumlahnya: yaitu ilmu tauhid, ilmu sirr, maksudnya adalah yang berhubungan dengan hati dan apa yang diusahakannya, dan ilmu syari‟at. Semua itu adalah perka akhirat.” 3.