TAREKAT SEBAGAI PENDEKATAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA LANJUT USIA (Studi Kasus Jamaah Tarekat Qadiriyyah Wan Naqsabandiyyah di Dusun Buntit, Desa Gintungan, Kec Gebang, Kab Purworejo) Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

TAREKAT SEBAGAI PENDEKATAN PENDIDIKAN AGAMA

  

ISLAM PADA LANJUT USIA

(Studi Kasus Jamaah Tarekat Qadiriyyah Wan Naqsabandiyyah

di Dusun Buntit, Desa Gintungan, Kec Gebang, Kab Purworejo)

Skripsi

  

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

AJAR JOYO KUMORO

  

NIM: 11114050

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2018

TAREKAT SEBAGAI PENDEKATAN PENDIDIKAN AGAMA

  

ISLAM PADA LANJUT USIA

(Studi Kasus Jamaah Tarekat Qadiriyyah Wan Naqsabandiyyah

di Dusun Buntit, Desa Gintungan, Kec Gebang, Kab Purworejo)

Skripsi

  

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

AJAR JOYO KUMORO

  

NIM: 11114050

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2018

  

MOTTO

ْ اوُمَٰ َقَتۡسٱِو َّلَأَو ْ ْ

  َ َعَل ِْةَقيِر َّطلٱ ْ ْاٗقَدَغًْءٓاَّمْمُهَٰ َنۡيَقۡس َ َ

  لَ ١٦ ْ

  

Artinya: Dan bahwasanya; jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu

(agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang

segar (rezeki yang banyak)(Q.S, Al-Jin)

  PERSEMBAHAN

  Puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat serta karuniaNya, skripsi ini penulis persembahkan untuk :

  1. Ayah dan ibundaku tersayang, Amat Maksum dan Misrodiyah yang selalu membimbingku, memberikan doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi dalam kehidupanku.

  2. Kepada kakak yang telah membantu saya berupa materil dan motivasinya

  3. Dosen Pembimbing Akademik Bapak Prof Mansur M.Ag 4.

  Pembimbing skripsi Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Pd.

  5. Ketua Jurusan PAI, ibu Siti Rukhayati, M.Ag.

  6. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan motivasi kepadaku dan membantu menyelesaikan skripsi ini.

  7. Para jamaah tarekat Qodiriyah Wan Naqsabandiyah di dusun Buntit, desa Gintungan, kec Gebang, kab Purworejo

  8. Keluarga besar Putra Pamedar Sabdha 9.

  Keluarga besar dan sahabat-sahabati putra pamedhar sabdha terimakasih atas doa dan motivasinya sehingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan.

  10. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2014 khususnya jurusan PAI

KATA PENGANTAR

  Bismillahirrahmanirrohim

  Puji syukur

  alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan

  kepada Allah Swt yang selalu memberikan nikmat, kaunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis sehinggap penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul TAREKAT SEBAGAI PENDEKATAN

  

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA LANJUT USIA (Bagi Jamaah

  Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyahdi Dusun Buntit, Desa Gintungan, Kec.Gebang, Kab. Purworejo Tahun 2018

  Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi agung Muhammad Saw, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.

  Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

  1. Rektor IAIN Salatiga, Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

  2. Ketua jurusan PAI IAIN Salatiga, Siti Rukhayati, M.Ag.

  3. Prof Mansur. Selaku pembimbing akademik yang telah membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

4. Ibu Dra. Djami’atul Islamiyah M.Ag yang telah memberikan ide dan inspirasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  5. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S1.

  6. Kepada para jamaah Tarekat Qodiriyah wan Naqsabandiyah di dusun Buntit, desa Gintungan, Kec Gebang, Kab Purworejo yang telah memberikan izin penelitian.

  Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Amin.

  Salatiga, 10 Septe mber 2018

  Ajar Joyo Kumoro

  NIM: 11114050

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL .................................................................................... i HALAMAN BERLOGO.............................................................................. ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ........................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv HALAMAN DEKLARASI .......................................................................... v HALAMAN MOTTO ................................................................................. vi HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................... vii KATA PENGANTAR ................................................................................. viii DAFTAR ISI ................................................................................................ ix DAFTAR TABEL ........................................................................................ x DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi ABSTRAK ................................................................................................... xii

  BAB I PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang Masalah ................................................................

  B.

  4 Rumusan Masalah .........................................................................

  C.

  5 Tujuan Penelitian ...........................................................................

  D.

  5 Kegunaan Penelitian ......................................................................

  E.

  Sistematika Penulisan...................................................................... 6

  BAB II TAREKAT SEBAGAI PENDEKATAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA LANJUT USIA A.

  7 Tarekat........................................................ ...................................

  B.

  14 Pendekatan Pendidikan Agama Islam.......................................... ..

  C.

  37 G. Pengecekan Keabsahan data ..........................................................

  70 C. Penutup..........................................................................................

  69 B. Saran ..............................................................................................

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................

  48 D. Analisis Data

  45 C. Paparan Temuan Penelitian............................................................

  Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................................. 41 B. Gambaran Umum Jamaah..............................................................

  39 BAB IV HASIL PENELITIAN A.

  34 F. Analisis Data ..................................................................................

  Lanjut Usia............................................................. ........................

  32 E. Prosedur Pengumpulan Data ..........................................................

  32 D. Sumber Data ...................................................................................

  32 C. Lokasi Penelitian ............................................................................

  31 B. Kehadiran Penelitian ......................................................................

  Jenis Penelitian ..............................................................................

  28 BAB III METODE PENELITIAN A.

  24 D. Kajian Pustaka.......................................................................... .....

  70 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

  1. Tabel 3.1 jumlah jamaah tarekat

  2. Tabel 3.2 struktur organisasi tarekat

  3. Tabel 3.2 jadwal kegiatan tarekat

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Daftar SKK 2. Riwayat Hidup Penulis 3. Nota Pembimbing Skripsi 4. Lembar Konsultasi 5. Pedoman Wawancara 6. Verbatim Wawancara 7. Foto-foto

  

ABSTRAK

  Ajar Joyo Kumoro. 2018.Tarekat Sebagai Pendekatan Pendidikan Agama

  Islam Pada Lanjut Usia(Studi Kasus Jamaah Tarekat Qodiriyah Wan Naqsabandiyaah Dusun Buntit, Desa Gintungan, Kec Gebang, Kab Purworejo 2018 ). Skripsi. Jurusan Pendidikan

  Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag.

  Kata kunci: Tarekat, Pendekatan Pendidikan Agama Islam, Lanjut Usia.

  Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui ajaran dalam Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah, 2)Untuk mengetahui Implementasi pelaksanaan dalam ajaran tarekat, dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, 3)Untuk memaparkan faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan Tarekat Qodiriyah wa

  

Naqsabandiyah di Dusun Buntit, Desa Gintungan, Kec Gebang, Kab

Purworejo Tahun 2018.

  Penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research) dan bersifat deskriptif kualitatif.Sumber data ini meliputi data primer yakni jamaah, data sekunder yakni foto-foto kegiatan, buku ajaran, lokasi. Teknik Pengumpulan data ini menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dengan reduksi data dan triangulasi, kemudian ditarik kesimpulan

  Hasil penelitian menyimpulkan: (1) Ajaran tarekat meliputi: Dzikir, Manaqiban, Khataman khuwajigan, sholat sunah hajat, lidaf

  ’il bala’,

lihifdzil iman , takhitul masjid.(2)Implementasi ajaran tarekat dalam

  kehidupan sehari-hari berupa membaca dzikir yang diamalkan setiap waktu, membaca Al- Qur’an setiap hari sedangkan pengaruh ajaran tarekat dalam kehidupan sehari-hari berupa hati para jamaah menjadi tenang, semakin menambah khusuk dalam menjalankan sholat, lebih siap dalam menghadapi kematian.(3) faktor pendukung kegiatan perspektif jamaah adalah lokasi dekat dengan jamaah, memiliki teman yang banyak, faktor pendukung menurut badal adalah sikap patuh jamaah terhadap badal, sabar dalam belajar. Sedangkan faktor penghambat kegiatan menurut jamaah yaitu Menurunnya kemampuan inderawi, adanya ikatan dengan pekerjaan, beberapa jamaah yang lain mengatakan tubuh dan tulangnya semakin lemah sehingga sulit mengikuti kegiatan diluar daerah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa lanjut usia sebuah masa dimana semua orang pasti akan

  melewatinya. Tidak ada obat bahkan kecanggihan teknologi apapun tidak dapat mencegah dan menunda seseorang dalam menuju datangnya lanjut usia.

  Usia enam puluhan biasanya dipandang sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut. (Netty Hartaty, 2004: 49). Sedangkan Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejateraan Lanjut Usia yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas (Wiji dan Sri, 2008: 154). Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia.

  Berkenaan dengan masa lanjut usia, dengan bertambahnya umur tentu banyak berbagai maalah yang muncul. Permasalahan yang ada tersebut tidak lain dikarenakan adanya penurunan kemampuan yang dimiliki baik dari segi fisik maupun psikisnya.

  Siti partini sudirman dalam bukunya psikologi lanjut usia mengungkapkan paling tidak terdapat empat masalah yang akan muncul pada lanjut usia, yakni (1) masalah ekonomi, (2) masalah sosial dan budaya, (3) masalah kesehatan, (4) masalah psikologis (partini, 2011: 7). Kemunculan empat permasalahan tersebut tetntu mempunyai berbagai kebiasaan buruk dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seperti mudah depresi, mudah stress, emosi yang tidak terkontrol, mudah pelupa, muncul lagi sifat kekanak- kanakan, dan berbagai macam penyakit yang tidak jarang dari mereka harus masuk rumah sakit. Allah SWT. Telah berfirman :

  ِد ۡعَب ۢنِم َلَعَج همُث ٗةهوُق ٖف ۡعَض ِد ۡعَب ۢنِم َلَعَج همُث ٖف ۡعَض نِّم مُكَقَلَخ يِذهلٱ ُ هللَّٱ۞ ٤٥ ُريِدَقۡلٱ ُميِلَعۡلٱ َوُهَو ُٗۚءٓاَشَي اَم ُقُل ۡخَي ٗۚٗةَبۡيَشَو اٗف ۡعَض ٖةهوُق

  “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa”. (QS. Ar-Rum: 54).

  Proses penuaan berarti menurunnya daya tahan fisik, sehingga terjadi perubahan struktur dan fungsi sel, jaringan serta syistem organ. Menurunnya daya tahan fisik mengakibatkan perkembangan kognitifnya menjadi tua dengan ditandai kemunduran kognitif diantaranya:mudah lupa, ingatan tidak berfungsinya dengan baik. Selain itu masa usia lanjut perlu menyesuaikan diri atas kematian pasangan hidup dan mempersiapkan diri sendiri dalam menghadapi kematian (wiji, 2008:159).

  Tentang kematian dalam perspektif agama memang tidak selamanya berkaitan dengan banyaknya usia seseorang, namun secara rasional kematian sering diidentikan dengan lanjut usia. Menyadari hal ini tentulah para lanjut usia membutuhkan perhatian tersendiri, khususnya dalam hal keberagaman, agar dapat lebih mempersiapkan diri dalam hal menghadapi kematian. Inilah yang menjadi dasar pemikiran peneliti mengapa memilih subjek penelitian dari pengikut tarekat Qadiriyah wan naqsabandiyah yang sudah berusia lanjut.

  Realitas dimasyarakat pendidikan keagamaan dapat diperoleh melalui pengajian-pengajian rutinan secara umum atau pengajian yang dikemas dalam lembaga tarekat.

  Munculnya tarekat ditengah masyarakat sangat efektif sebagai media menanamkan pendidikan agama islam bagi para pengikutnya. Salah satu tarekat yang cukup terkenal di indonesia dengan jumlah pengikut terbanyak yakni Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah dengan berbagai ajaran dan metode yang digunakan, sebagaimana yang ada di Dusun Buntit, Desa Gintungan, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo. Tak sedikit penduduk yang mengikuti tarekat dimana sebagian besar mereka adalah para lanjut usia.

  Kegiatan tersebut dilaksanakan setiap hari Minggu di pondok pesantren An- Nawawi Berjan.

  Melalui tarekat tersebut, banyak amalan atau ajaran serta kegiatan yang harus dilaksanakan. Seperti zikir, manaqib, suluk, sholat berjamaah, semua itu dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan diharapkan dapat memupuk sifat-sifat yang baik dan sebaliknya untuk menghindari sifat- sifat buruk.

  Berdasarkan gambaran serta paparan dari latar belakang masalah di atas, maka penulis ingin mengkaji lebih dalam melalui penelitian dangan mengangkat judul “ TAREKAT SEBAGAI PENDEKATAN PENDIDIKAN

  

AGAMA ISLAM PADA LANJUT USIA (Bagi Jamaah Tarekat Qodiriyah wa

Naqsabandiyah di Dusun Buntit, Desa Gintungan, Kec.Gebang, Kab.

  Purworejo Tahun 2018)” B.

   Fokus Penelitian

  Memperhatikan latar belakang masalah yang tertulis di atas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana Ajaran yang di ajarkan dalam Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Dusun Buntit, Desa Gintungan, Kec.Gebang, Kab.

  Purworejo Tahun 2018? 2. Bagaimana Implementasi pelaksanaan dalam ajaran tarekat, dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari?

  3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Dusun Buntit, Desa Gintungan, Kec Gebang, Kab Purworejo Tahun 2018?

  C. Tujuan Masalah 1.

  Untuk mengetahui ajaran dalam Tarekat Qodiriyah wa

  Naqsabandiyah pada Jamaah Tarekat di Dusun Buntit, Desa

  Gintungan, Kec Gebang, Kab Purworejo Tahun 2018 2. Untuk mengetahui Implementasi pelaksanaan dalam ajaran tarekat, dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, dan pengaruhnya.

  3. Untuk memaparkan faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyahdi Dusun Buntit, Desa Gintungan, Kec Gebang, Kab Purworejo Tahun 2018.

  D. Manfaat Penelitian

  Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak umat Islam baik dari segi teoritis maupun secara praktis, adapun manfaat itu adalah sebagai berikut: 1.

   Teoritis

  Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya wawasan ragam pendekatan dalam pendidikan agama Islam khususnya pendekatan tarekat dalam tasawuf.

2. Praktis a.

  Bagi peneliti, Hasil penelitian ini merupakan usaha untuk mengetahui tarekat sebagai pendekatan Pendidikan Agama Islam pada Lanjut

  Usia.

b. Bagi Masyarakat

  Membuka pemahaman masyarakat tentang esensi Tarekat

  Qadiriyyah Wa Nasyabandiyyah dan kontribusinya pada upaya peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

E. Sistematika Penulisan

  Agar lebih mempermudah dalam penulisan skripsi dalam hal memberikan gambaran serta penjelasan, maka dalam skripsi ini terbagi dalam lima bab, yang masing-masing bab memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, adapun gambaran sistematikanya adalah sebagai berikut : Sistematika peulisan yang disusun peneliti adalah sebagai berikut: 1.

  BAB I PENDAHULUAN: Membahas tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan peneletian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan 2.

  BAB II LANDASAN TEORI: Membahas tentang landasan teori, dan Kajian Pustaka 3. BAB III METODE PENELITIAN: Menjelaskan tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data,prosedur pengumpulan data, analisis data, dan pengecekan keabsahan data 4.

  BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA: Menjelaskan tentang gambaran umumlokasi penellitian dan paparan data

5. BAB V PENUTUP: Berisi tentang kesimpulan dan saran

BAB II TAREKAT SEBAGAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA LANJUT USIA A. TAREKAT 1. Pengertian tarekat Arti kata tarekat dalam bahasa Arab (

  ةقرطلا) jamaknya (قئارط ) yang mengandung sistem, metode, haluan, keadaan jalan, keadaan aliran dalam garis pada sesuatu. Sementara dalam terminologi Tarekat adalah jalan atau metode khusus untuk mencapai spiritual (Alfati suryadilaga, 2016: 229).

  Sedangkan menurut Harun Nasution, tarekat yaitu jalan yang hasrud ditempuh oleh calon sufi dalam tujuannya berada sedekat mungkin dengan Allah SWT. Tarekat kemudian mengandung arti organisasi yang didalamnya mempunyai syaikh, upacara ritual, dan bentuk dzikir sendiri(Harun Nasution, 1986: 86).

  Kemudian kata tarekat dalam literature barat yang ditulis H.A.R Gibb dalam buku yang berjudul shoter Encyclopedia Of Islam yang dikutipMukhsin Jamil, yang berarti Road (jalan raya), way (cara jalan), dan Path(jalan setapak). Jadi pada intinya tarekat adalah suatu metode moral psikologi untuk membimbing individu dalam mempraktekan panggilan mistiknya(Ja’far Shodiq, 2008: 38).

  2. Sejarah berdirinya tarekat Qodiriyah Wan Naqsabandiyah Beberapa tarekat ada di indonesia salah satunya adalah tarekat Qodiriyyah wan naqsabandiyyah. Tarekat ini didirikan oleh seorang suf besar Masjid al-Haram Makkah al-Mukarramah bernama Ahmad Khathib ibn Abd. Gha ffar al-Sambasi al-Jawi, wafat di Makkah pada tahun 1878 M. Beliau adalah seorang mursyid Tarekat Qadiriyah, tetapi ada yang menyebutkan bahwa beliau juga mursyid dalam Tarekat Naqsabandiyah.

  Namun beliau hanya menyebutkan silsilah tarekatnya dari sanad Tarekat Qadiriyah . Sampai sekarang belum diketemukan, dari sanad mana beliau menerima bai’at Tarekat Naqsabandiyah (Martin Van Bruinessen, 1998:90). Sebagai seorang mursyid yang sangat

  ‘alim dan ‘arif billah, beliau memiliki otoritas untuk membuat modifkasi tersendiri dari tarekat yang dipimpinnya, karena dalam Tarekat Qadiriyah memang ada kebebasan untuk itu, bagi yang telah mencapai derajat mursyid. Untuk itu beliau menggabungkan inti ajaran kedua tarekat, yaitu Qadiriyah wa dan mengajarkan pada murid-muridnya, khusus yang

  Naqsyabandiyah berasal dari Indonesia (Martin Van Bruinessen, 1998, hal. 91).

  Penggabungan inti ajaran kedua tarekat itu menurut Kharisudin Aqib, dimungkinkan atas dasar pertimbangan logis dan strategis bahwa kedua ajaran inti itu bersifat saling melengkapi, terutama dalam hal jenis zikir dan metodenya. Tarekat Qadiriyah menekankan ajarannya pada zikir jahr naf ithbat zikir dengan suara keras), sedangkan tarekat Naqsabandiyah menekankan model zikir sir ithmu zat, atau zikir lataif

  (zikir dalam hati tanpa bersuara). Dengan penggabungan itu diharapkan para muridnya dapat mencapai derajat kesufan yang lebih tinggi, dengan cara yang lebih efektif dan efsien (Kharisudin Aqib, 1998, hal. 53).

  Disebutkan dalam kitab “Fathal-‘Arifn”, bahwa sebenarnya tarekat ini bukan hanya univikasi dari dua tarekat tersebut, tetapi merupakan penggabungan dan modivikasi dari lima ajaran tarekat, yaitu Tarekat Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Anfasiah, Junaidiyah, dan Muwafaqah.

  Karena yang lebih diutamakan ajaran Qadiriyah dan Naqsyabandiyah, maka diberi nama tarekat ini dengan tarekat “Qadiriyah wa Naqsyabandiyah

  ”

  3. Metode Tarekat

  Adapun metode yang digunakan untuk mengamalkan tarikat ini antara lain: a. bai’at, yakni sebuah janji untuk menjalankan ibadah kepada Allah, agar hati semakin mantab, zikir dan do’a yang diamalkannya bersambung kepada mursyid atau gurunya, gurunya kepada gurunya lagi, dan seterusnya hingga sampai ke silsilah paling atas, yaitu kepada R asulullah. Dilihat dari jumlah orang yang dibai’at, dibedakan menjadi dua yaitu bai’ah fardiyyah (individual) artinya hanya satu orang saja yang dibai’at, dan bai’ah jam’iyyah (kolektif) artinya jumlah orang yang dibai’at lebih dari satu. Sedangkan dilihat dari segi tatacara pelaksanaan amalan tarekat, bai’at dibedakan menjadi bai’ah suwariyah dan bai’ah ma’nawiyah (Asep Usman Ismail, 1993, hal. 319). Jenis bai’at yang diterapkan di tempat ini adalah bai’ah suwariyah. Ia diizinkan tetap tinggal bersama keluarganya dan menjalani hidup sesuai dengan profesinya. Mereka cukup mengamalkan zikir dan amalan-amalan tarekat lainnya pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan apa yang telah disampaikan mursyidnya.

  b.

  Rabitah yakni upaya mengingat wajah guru atau syekh dalam ingatan seorang murid. Sebelum seorang jamaah mengamalkan zikir, terlebih dahulu ia harus memproduksi ingatan kepada mursyid yang telah membai’at dan menalqinkan lafal zikir yang akan diamalkan tersebut. Ingatan tersebut bisa berupa wajah mursyid, seluruh pribadinya, atau prosesi ketika mursyid mengajarkan zikir tersebut (Martin Van Bruinessen, 1998, hal. 83-84). Rabitah dilaksanakan dengan cara memejamkan mata dan membayangkan prosesi pembai’atan yang baru saja dialami, dan langsung mengikuti apa yang diminta oleh mursyidnya. modelnya mengingat prosesi pembai’atan bukan mengingat wajah mursyidnya. Karena mengingat wajah seseorang (mursyid) lebih rawan lupa, dari pada mengingat prosesi pembai’atan tersebut.

c. Muraqabah yakni duduk tafakur atau mengheningkan cipta dengan

  penuh kesungguhan lata’if al qalb, seolah-olah berhadapan dengan

  Allah dan meyakinkan diri bahwa Allah senantiasa mengawasi dan memperhatikannya (Kharisudin Aqib, 1998, hal. 40). Menurut

  Martin, muraqabah ini biasanya tidak diajarkan oleh mursyid kepada sembarang muridnya, tetapi hanya diajarkan kepadamurid yang tingkatannya lebih tinggi, mereka telah menguasai seluruh zikir (Martin Van Bruinessen, 1998, hal. 82). Muraqabah bermanfaat sebagai latihan psikologis untuk menanamkan keyakinan yang dalam, dengan tujuan akhir agar seseorang menjadi hamba Allah yang sesungguhnya, yang muhsin dan dapat menghambakan diri kepada Nya dengan penuh kesadaran seolah-olah Allah selalu melihat dan memperhatikannya. Dalam praktek, muraqabah dilakukan dalam posisi duduk tawaruk seperti posisi duduk pada waktu zikir.

  d.

  Suluk (khalwat) yakni kegiatan menyepi untuk sementara waktu dari kesibukan duniawi selama empat puluh hari. Tetapi ada juga yang menjalankan khalwat hanya selama sepuluh atau dua puluh hari, tergantung ajaran masingmasing mursyid. Selama khalwat jamaah makan dan minumnya sedikit sekali, hampir seluruh waktunya di gunakan untuk berzikir dan muraqabah (meditasi) kepada Allah. Ajaran tentang khalwat dalam tarekat, mengambil i’tibar kepada perjalanan Nabi Muhammad saw menjelang pengangkatan kenabiannya, sebagaimana beliau berkhalwat untuk sementara waktu di gua Hiro’sebelum menerima wahyu Risalah Islam.

  4. Materi Tarekat materi yang diamalkan tarekat secara garis besar menjadi dua yaitu Zikir dan Manaqib, dengan penjelasan seperti berikut: a. zikir sebah kata yang berasal dari kata “zikrullah”. Ia merupakan amalan khas yang mesti ada dalam setiap tarekat. Yang dimaksud zikir dalam suatu tarekat adalah mengingat dan menyebut nama Allah, baik secara lisan maupun secara batin (Kharisudin Aqib, 1998: 36). Pendapat lain mengatakan bahwa zikir adalah menyebut asma Allah Swt dengan ungkapan-ungkapan seperti membaca tasbih (subhana Allah), tahmid (alhamdu lillah), takbir (Allah Akbar), dan tahlil (lailaha illa Allah) (Asep Usman Ismail, 1993: 319).

  Selain itu, membaca al-Quran dan doa-doa yang bersumber dari kitab suci termasuk pula dalam pengertian zikir. Bacaan kalimah-kalimah tersebut dilakukan berulang-ulang dengan hitungan tertentu dengan tujuan untuk mencapai kesadaran diri akan Tuhan Allah secara permanen (Martin Van Bruinessen, 1998: 80). Sedangkan tujuan lainnya menurut Kharisudin, zikir diyakini sebagai materi yang paling sesuai untuk membersihkan jiwa dari segala macam kotoran dan penyakit-penyakitnya (Kharisudin Aqib, 1998: 37).

  Dengan melakukan zikir secara sungguh-sungguh dan memusatkan pikiran hanya kepada kalimah Allah yang sedang dibacanya, maka segala nafsu dan amarah akan sirna. Bentuk zikir ada dua macam, yakni zikir yang diucapkan dengan lisan (zikir jahr) dan zikir yang diingat dalam qalbu (zikir khaf) (Asep Usman Ismail: 1993:319).

  Dalam tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, zikir adalah aktiftas lidah (lisan) maupun hati (batin) untuk menyebut dan mengingat asma Allah baik dalam bentuk kalimat (lailha illa Allah) maupun ism zat

  (Allah,Allah,…) dan penyebutan tersebut telah dibai’atkan atau ditalqinkan oleh seorang mursyid yang muttasil fayd (sambung sanad dan berkahnya) (Kharisudin Aqib, 1998: 80).

  b.

  Manaqiban Manaqiban adalah suatu acara paling penting. Manaqiban bulanan dan tahunan yaitu mengenang wafatnya Syaikh Abdul Qadir Jaelani, yang jatuh pada tanggal 11 Rabi’ultsani. Karena Syekh wafat pada tanggal 11 11 Rabi’ultsani 561 H dan merupakan puncak kejayaan. Di dalam acara ini diadakan dzikir berjamaah dengan mursyidnya. B.

  Pendekatan Pendidikan Agama Islam 1.

  Pengertian Pendekatan Istilah pendekatan berasal dari bahsa inggris approach yang salah satunya artinya pendekatan, pendekatan merupakan titik tolak dalam memandang sesuatu. Secara terminologi pendekatan adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yag selanjutnya digunakan dalam memahami sesuatu. Sering dikatakan bahwa pendekatan melahirkan metode(http://www. Referensimakalah, diakses pada tanggal 28 september 2018 pukul 18:25 WIB).

  Pendidikan secara etimologi berasa dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata “Pais” artinya seseorang, dan “again” diterjemahkan membimbing (Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 1991: 69). Jadi pendidikan (paedogogie) artinya bimbingan yang diberikan pada seseorang.

  Sedangkan secara umum pendidikan merupakan bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Oleh karena itu, pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi muda agar memiliki kepribadian yang utama (Zuhairini, 2004: 1).

  Di dalam Islam, sekurang-kurangnya terdapat tiga istilah yang digunakan untuk menandai konsep pendidikan, yaitu tarbiyah, ta`lim, dan

  ta`dib . Namun istilah yang sekarang berkembang di dunia Arab adalah tarbiyah ((Hery Nur Aly, 1999: 2).

  Istilah tarbiyah berakar pada tiga kata , raba yarbu yang berarti bertambah dan tumbuh, yang kedua rabiya yarba yang berarti tumbuh dan berkembang, yang ketiga rabba yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara. Kata al rabb juga berasal dari kata tarbiyah dan berarti mengantarkan pada sesuatu kesempurnaannya secara bertahap atau membuat sesuatu menjadi sempurna secara berangsur-angsur (Hery Nur Aly, 2013: 3).

  Ada beberapa pengertian pendidikan agama Islam menurut beberapa tokoh antara lain:

  

a. Tayar Yusuf dalam bukunya Abdul Majid dan Dian Andayani

  mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar menjadi manusia bertakwa kepada Allah (Abdul Majid dan Dian Andayani, 2004: 130)

  

b. Zuhairini, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk

  membimbing ke arah pembentukan kepribadian peserta didik secara sistematis dan pragmatis, supaya hidup sesuai dengan ajaran Islam, sehingga terjadinya kebahagiaan dunia akhirat (Zuhairini, 2004: 11).

  c.

  Muhaimin yang mengutip GBPP PAI, bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati, mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.

  Dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan agama islam disamping ilmu pengetahuan tentang agama Islam juga diarahkan pembentukan pribadi yang sesuai ajaran Islam dalam proses belajar mengajar pendidikan Islam mencakup aspek pengetahuan dan aspek keterampilan sehingga anak didik memiliki pengetahuan tentang Islam sekaligus mampu untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang bermanfaat bagi kesejahteraan manusia dan alam sekitarnya.Dari beberapa definisi di atas dapat diambil unsur yang merupakan karakteristik Pendidikan Agama Islam:

  

1) Pendidikan Agama Islam merupakan bimbingan, latihan,

  pengajaran, secara sadar yang diberikan oleh pendidik terhadap peserta didik.

  

2) Proses pemberian bimbingan dilaksseseorangan secara sistematis,

  kontinyu dan berjalan setahap demi setahap sesuai dengan perkembangan kematangan peserta didik.

  3)

  Tujuan pemberian agar kelak seseorang berpola hidup yang dijiwai oleh nilainilai Islam.

  

4) Dalam pelaksanaan pemberian bimbingan tidak terlepas dari

pengawasan sebagai proses evaluasi(Zakiyah Darajat, 1992: 28).

  Berdasarkan hal tersebut pendekatan pendidikan agama islam adalah metode atau cara usaha untuk pembentukan pribadi yang sesuai ajaran Islam dalam proses belajar mengajar pendidikan Islam mencakup aspek pengetahuan dan aspek keterampilan sehingga anak didik memiliki pengetahuan tentang Islam sekaligus mampu untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang bermanfaat bagi kesejahteraan manusia dan alam sekitarnya.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

  Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Jika kita melihat kembali pengertian pendidikan agama Islam, akan terlihat dengan jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami pendidikan Islam secara keseluruhan, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi “insan kamil” dengan pola taqwa insan kamil artinya manusia utuh rohani dan dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena takwanya kepadaAllah SWT. Dalam hal ini ada beberapa tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu: a.

  Tujuan umum (Institusional) Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan. Bantuk insan kamil dengan pola takwa harus dapat tergambar pada pribadi seseorang yang sudah dididik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut. Tujuan umum pendidikan harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan nasional Negara tempat pendidikanIslam itu digunakan dan harus dikaitkan pula dengan tujuan institusional.

  b.

  Tujuan akhir Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya tedapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula.

  Tujuan umum yang berbentuk Insan Kamil dengan pola takwa dapat mengalami naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara, dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Tujuan akhir Pendidikan Agama Islam akan dapat lebih dipahami dalam firman Allah SWT:

  ٢٠١ َنوُمِل ۡسُّم مُتنَأَو هلَِإ هنُتوُمَت َلََو ۦِهِتاَقُت هقَح َ هللَّٱ ْاوُقهتٱ ْاوُنَماَء َنيِذهلٱ اَهُّيَأٓ َي

  Artinya:

  “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenarbenar takwa kepadaNya, dan janganlah sekali- kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Al- Imran: 102) (Departemen Agama RI, 2005: hlm. 543).

  c.

  Tujuan sementara (Instruksional) Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah seseorang didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola waktu sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sementara, sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi seseorang didik.

  d.

  Tujuan Operasinal Tujuan Operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional.

  Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari seseorang didik suatu kemampuan dan keterampilan tertentu.

  Sifat operasionalnya lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian. Untuk tingkat yang paling rendah, sifat yang berisi kemampuan dan keterampilanlah yang ditonjolkan. Misalnya, ia dapat berbuat, terampil melakukan, lancer mengucapkan, mengerti, memahami, menyakini dan menghayati adalah soal kecil. Dalam pendidikan hal ini terutama berkaitan dengan kegiatanlahiriyah, seperti bacaan dari kafiyat shalat, akhlak, dan tingkah laku. Tujuan pendidikan direkomendasikan sebagai pengembangan pertumbuhan yang seimbang dari potensi dan kepribadian total manusia, melalui latihan spiritual, intelektual, rasional diri, perasaan dan kepekaan fisik, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara(Zakiyah Darajat, 1992: hlm 30).

  Tujuan pendidikan Agama Islam adalah pencerminan dari ciri-ciri agama untuk membentuk kepribadian manusia dari proses pendidikan yang dilaksanakan oleh lembaga, keluarga, pemerintah maupun masyarakat (Zainul Arifin, 2009: 13).

3. Materi Pendidikan Agama Islam

  Pada pendidikan formal (di sekolah) materi pendidikan agama dimuat dan disusun berdasarkan kurikulum yang telah diterapkan.

  Sementara pada pendidikan nonformal materi pendidikan agama disesuaikan dengan bentuk lembaga pendidikannya. Berbeda dengan pendidikan agama dalam keluarga, materi pendidikan agama yang diajarkan pada umumnya tidak pernah disebut secara eksplisit, tetapi secara praktis materi materinya( Jalaluddin dan Usman Said, 1999: 38).Islam sebagai agama dan objek kajian akademik memiliki cakupan dan ruang lingkup yang luas. Secara garis besar Islam memiliki sejumlah ruang lingkup yang saling terkait yaitu lingkup keyakinan (akidah), lingkup norma (syari‟at), dan prilaku (akhlak/behavior). Pembahasann berikutini memberikan elaborasi seputar tiga ruang lingkup pembahasan tentang Islam sebagai berikut (Rois Mahfud, 2011: 9: a.

  Akidah Akidah secara bahasa (etimologi) biasa dipahami sebagai ikatan, simpul dan perjanjian yang kuat dan kokoh. Ikatan dalam pengertian ini merujuk pada makna dasar bahwa manusia sejak azali telah terikat dengan satu perjanjian yang kuat untuk menerima dan mengakui adanya Sang Pencipta yang mengatur dan menguasai dirinya, yaitu Allah SWT. selain itu, akidah juga mengandunng cakupan keyakinan terhadap yang gaib, seperti malaikat, surge, neraka, dan sebagainya(Rois Mahfud, 2011: 17-21).

  b.

  Syariat Syariat merupakan aturan-aturan Allah yang dijadikan referensi oleh manusia dalam menata dan mengatur kehidupannya baik dalam kaitannya dengan hubungan antara manusia dengan Allah SWT, hubungan antara manusia dengann sesama manusia, dann hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Syariat tidak hanya satu hukum positif yang kongkrit, tetapi juga suatu kumpulan nilai dan kerangka bagi kehidupan keagamaan muslim. Ruang lingkup syariat secara umum dapat dikategorikan ke dalam dua aspek, yaitu sapek ibadah dan aspek muamalah.

  Pertama adalah Ibadah. ibadah diartikan secara sederhana sebagai persembahan, yaitu wujud sembahann manusia kepada Allah SWT sebagai wujud penghambaan diri kepada Allah SWT. Karena itu, ibadah bisa berarti menghambakan diri kepada Allah SWT. Telah dikemukakan sebelumna bahwa bagi orang yang percaya (iman) kepada Allah SWT, detak napas dan gerak langkah serta segala aktivitas yang dilakukannya, diniatkan sebagai wujud dedikasinnya terhadap Allah SWT. Jadi perbuatan apa pun yang dilakukan seorang Muslim selama itu baik dan diniatkan hanya karena Allah SWT, maka perbuatan tersebut bernilai ibada di sisi Allah SWT. Ibadah dalam Islam secara garis besar terbagi ke dalam dua jenis, yaitu ibadah mahdah (ibadah khusus) dan ibadah ghair mahdah (ibadah umum).

  Kedua adalah muamalah.Selain ibadah khusus yang telah dijelaskan di atas, terdapat pula ibadah umum yaitu semua bentuk aktivitas yang dilakukan manusia dalam kaitan hubungan antara manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam yang bernilai ibadah. Ibadah dalam pengertian yang kedua ini tidak ditentukan bentuk dan macamnya. Selama kegiatan yang dilakukan seorangMuslim medatangkan kemaslahatan bagi diri, masyarakat, dan alam dengan didasarkan niat kepada Allah maka itulah bentuk ibadah

  ghair mahdah.

  Muamalah adalah interaksi manusia dalam mewujudkan kepentingannya masing-masing dalam pergaulann hidupnya sehari- hari, seperti jual-beli, utang piutanng, gadai-mennggadai, pinjam meminjam, sewa menyewa, berdagang, berbagi hasil usaha, engairan pertanian, dan berbagai ragam bentuk kerja (amal) yang berkembang terus sejalan dengan perkembangan budaya masyarakat dan kemajuan peradaban yang berkelanjutann dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat lainnya.

  Ruang lingkup kajian muamalah tidak terikat pada aspek- aspek tertentu. Ruang lingkup kajian ini bersifat dinamis mengikuti kecenderungan perkembangan hukum positif(Rois Mahfud, 2011: 22- 23).

  c.

  Akhlak. Secara terminologis, akhlak adalah tindakan (kreativitas) yang tercermin pada akhlak Allah SWT, yang salah satunya dinyatakan sebagai Pencipta manusia dari segumpal darah, Allah SWT. Sebagai sumber pengetahuan yang melahirkan kecerdasan manusia, pembebasan dari kebodohan serta peletak dasar yang paling utama dalam pendidikan.

  Pembagian Akhlak dapat dibagi berdasarkan sifatnya dan berdasarkan objeknya. Berdasarkan sifatnya, akhlak terbagi menjadi dua bagian. Pertama, akhlak mahmudah (akhlak terpuji) atau akhlak karimah (akhlak yang mulia). Yang termasuk ke dalam akhlak karimah (akhlak terpuji), di antaranya: ridha kepada Allah, cinta dan beriman kepada Allah, beriman kepada malaikat, kitab, rasul, hari kiamat, takdir, taat beribadah, selalu menepati janji, melaksanakan amanah, berlaku sopan dalam ucapan dan perbuatan, qanaah (rela terhadap pemberian Allah), tawakal (berserah diri), sabar, syukur, tawadhu‟, (merendahkan hati) dan segala perbuatan yang baik menurut pandangan Al-

  Qur‟an dan Hadis. Kedua, akhlak mazmumah (akhlak tercela) atau akhlak sayyi‟ah (akhlak yang jelek). Adapun yang termasuk akhlak madzmumah ialah: kufur, syirik, murtad, fasik, riya‟, takabur, mengadu domba, dengki atau iri, kikir, dendam, khianat, mamutus silaturahmi, putus asa, dan segala perbuatan tercela menurut pandangan Islam(Rois Mahfud, 2011: 34).

  C.

  Lanjut Usia 1.

Dokumen yang terkait

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA PENYANDANG AUTIS DI SMPLB NEGERI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20132014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 3 127

TEKNIK PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNARUNGU (Studi Kasus SMPLB Negeri Salatiga) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

0 0 149

PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 132

KONSEP PENDIDIKAN PERSPEKTIF IBNU KHALDUN SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 1 80

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK N 2 SALATIGA DAN UPAYA-UPAYA PEMECAHANNYA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 126

NILAI–NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SEJARAH MUHAMMAD AL FATIH SEBAGAI PENAKLUK KONSTANTINOPEL SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 1 73

RELEVANSI PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM BUKU SARINAH KARYA SOEKARNO DENGAN PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 3 101

1 PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENDIDIKAN FORMAL DI DUSUN CROGOL, DESA BRUNOSARI, KECAMATAN BRUNO, KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 96

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP TRIKON DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Kajian Pemikiran Ki Hajar Dewantara) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 1 144

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SERAT WEDHATAMA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 2 96