ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP TRIKON DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Kajian Pemikiran Ki Hajar Dewantara) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP TRIKON DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Kajian Pemikiran Ki Hajar Dewantara) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh : Nadhilla Cahyaning Putri Pembayun NIM : 111-14-140 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH Dan ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

  

MOTTO

“Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”

  (Ki Hajar Dewantara)

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1.

  Bapak dan ibuku tersayang, Winarno dan Siti Alfiah yang selalu membimbingku, memberikan doa, nasihat, kasih sayang dan motivasi dalam kehidupanku.

  2. Adikku, Raras Luthfi Hanif Ghania.

  3. Sahabat dan teman dekatku yang selalu memberikan doa dan motivasi kepadaku serta membantu menyelesaikan skripsi ini.

  4. Sahabat-sahabat seperjuanganku angkatan 2014, khususnya jurusan PAI.

KATA PENGANTAR

  Bismillahirrahmanirrahim

  Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis ucapkan kepada Allah swt yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis.

  Sehingga, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Nilai-Nilai

  

Pendidikan Karakter Pada Konsep Trikon dan Relevansinya Terhadap

Pendidikan Agama Islam (Kajian Pemikiran Ki Hajar Dewantara) Tahun 2018.

  Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan. Penulisan skripsi ini, tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

  1. Bapak Rektor IAIN Salatiga, Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

  2. Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Suwardi, M.Pd.

  3. Ibu Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga, Siti Rukhayati, M.Ag.

  4. Bapak Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd., selaku pembimbing akademik.

  5. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd., selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

  6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan.

7. Karyawan IAIN Salatiga yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka, kiritk dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Amin.

  Salatiga, 20 Maret 2018 Nadhilla Cahyaning Putri P.

  NIM. 11114140

  

ABSTRAK

  Pembayun, Nadhilla Cahyaning Putri. 2018. 11114140. Analisis Nilai-Nilai

  Pendidikan Karakter Pada Konsep Trikon dan Relevansinya Terhadap Pendidikan Agama Islam (Kajian Pemikiran Ki Hajar Dewantara).

  Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Jaka Siswanta, M.Pd.

  

Kata kunci: Nilai-nilai, Pendidikan Karakter, Konsep Trikon, Pendidikan Agama

  Islam Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis nilai-nilai pendidikan karakter pada konsep Trikon Ki Hajar Dewantara dan melihat relevansinya terhadap

  Pendidikan Agama Islam (PAI). Sehingga, harapannya mampu membentuk generasi penerus bangsa yang berjiwa Indonesia (nasionalis) dan berbudi pekerti luhur.

  Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis nilai-nilai pendidikan karakter pada konsep Trikon (2) mengetahui relevansi antara konsep Trikon terhadap Pendidikan Agama Islam (PAI). Jenis penelitian ini adalah penelitian studi pustaka (library research) dengan menggali pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara melalui data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan membaca literatur-literatur yang memiliki informasi serta relevan dengan topik penelitian ini. Adapun literatur tersebut berupa jurnal, laporan hasil penelitian, surat kabar, buku dan sebagainya. Referensi tersebut kemudian diolah dengan metode

  

Content Analysis (analisis isi) yang menekankan pada isi atau pesan yang dibangun

secara objektif, sistematis dan generalisasi.

  Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa: (1) terdapat 5 nilai pendidikan karakter dalam konsep Trikon yang ditemukan melalui hasil analisis, meliputi: kreatif, toleran, bersahabat/komunikatif, semangat kebangsaan dan cinta tanah air (2) Konsentrisitas, adanya kegiatan evaluasi dalam pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) pada tiap tahap sebelum melanjutkan pada tahap berikutnya. Konvergensi, Jika manusia menginginkan sebuah kebudayaan bangsa menjadi maju dan berkembang, maka hal pokok yang harus dilakukan adalah dengan berbaur dengan kebudayaan dari bangsa lain. Jika dikaitkan dengan pendidikan, khususnya Pendidikan Agama Islam (PAI), pengembangan dalam hal Pendidikan Agama Islam dapat dilakukan dengan mengambil berbagai sumber praktik pendidikan dari bangsa lain. Konsentrisitas, Perpaduan antar budaya yang saling menjalin kontak secara masif, tidak lantas kemudian menghilangkan ciri kepribadian budaya asli bangsa tersebut. Dalam pergaulan dengan bangsa lain tentu banyak pengaruh positif dan negatifnya untuk bangsa sendiri. Posisi Islam sebagai suatu agama yang merupakan bagian dari budaya, secara fungsional bersifat elastis yaitu memperbaiki dan mengontrol budaya-budaya yang secara prinsipil melenceng dari nilai-nilai ke-Islam-an tanpa phobia atau takut terhadap budaya-budaya yang telah berkembang sebelumnya.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i

HALAMAN BERLOGO .................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................................... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... v

MOTTO dan PERSEMBAHAN ........................................................................ vi

KATA PENGANTAR .........................................................................................

  vii

  

ABSTRAKSI ........................................................................................................ ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................ x

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN .................................................................

  xiii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah................................................................................. 9 C. Tujuan penelitian .................................................................................. 9 D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 9 E. Penegasan Istilah .................................................................................. 10 F. Kajian Pustaka ...................................................................................... 13 G. Metodologi Penelitian........................................................................... 18 H. Sistematika Penulisan ........................................................................... 23 BAB II BIOGRAFI KI HAJAR DEWANTARA A. Riwayat Hidup Ki Hajar Dewantara ..................................................... 25 1. Kelahiran Ki Hajar Dewantara ...................................................... 25 2. Masa Muda Ki Hajar Dewantara ................................................... 26 3. Masa Dewasa Ki Hajar Dewantara ................................................ 29 4. Pengalaman Organisasi Ki Hajar Dewantara ................................ 36 B. Peran Sosial Ki Hajar Dewantara ......................................................... 39

  1. Ki Hajar Dewantara Sebagai Pendidik .......................................... 39 2.

  Ki Hajar Dewantara Sebagai Budayawan ..................................... 40 3. Ki Hajar Dewantara Sebagai Pemimpin Rakyat ........................... 41 C. Karya-Karya Ki Hajar Dewantara ........................................................ 42

  BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA A. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter pada Konsep Trikon ......................... 44 1. Pengertian Nilai ............................................................................... 44 2. Pendidikan Karakter ........................................................................ 45 a. Pengertian Pendidikan Karakter .................................................. 45 b. Tujuan Pendidikan Karakter ....................................................... 52 c. Dasar Pendidikan Karakter ......................................................... 60 d. Metode Pendidikan Karakter....................................................... 65 3. Konsep Trikon ................................................................................. 67 B. Pendidikan Agama Islam ...................................................................... 72 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI) ..................................... 72 2. Dasar Pendidikan Agama Islam (PAI) ............................................. 73 3. Fungsi Pendidikan Agama Islam (PAI) ........................................... 74 4. Tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) ........................................... 75 5. Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) .................................... 76 BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter pada Konsep Trikon ........... 92 B. Relevansi Konsep Trikon Menurut Ki Hajar Dewantara Terhadap Pendidikan Agama Islam (PAI) ............................................................

  99 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 106 B. Saran ............................................................................................. 109

  DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 111 LAMPIRAN .................................................................................................. 117

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran Daftar Riwayat Hidup .................................................................... 117

  view/2795/1824 diakses pada 28 November 2017 pukul 14:57 WIB). kebijakan melalui Kementerian Pendidikan Nasional untuk meluncurkan 29/16413291/Hardiknas.dan.Gaung.Pendidikan.Karakter diakses pada 28 program pendidikan karakter (http://edukasi.kompas.com/read/2011/04/ November 2017 pukul 14:23 WIB). Lebih lanjut menteri pendidikan nasional mengemukakan bahwa pendidikan karakter akan diterapkan pada semua jenjang pendidikan (mulai Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi). Menurut Muhammad Nuh, pendidikan karakter bukan hanya penting tetapi mutlak dilakukan oleh setiap bangsa jika ingin menjadi bangsa yang beradab. Untuk merealisasikan wacana tersebut, pemerintah mengeluarkan index.php/eduhumaniora/article/

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, persoalan pentingnya pendidikan karakter terdengar sudah

  tidak asing lagi. Istilah “Pendidikan Karakter” muncul dan menjadi tema utama dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2010: “Pendidikan Karakter Untuk Membangun Peradaban Bangsa”. Kala itu, Muhammad Nuh (Menteri Pendidikan Nasional) mengatakan bahwa pembangunan dan pendidikan karakter menjadi keharusan karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik cerdas, tetapi pendidikan juga untuk membangun budi pekerti dan sopan santun dalam kehidupan

  ditanamkan, antara lain religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, Pendidikan Karakter (2011) menyatakan bahwa inti pendidikan karakter yaitu bermoral, toleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Namun, dalam berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman mewujudkan pendidikan karakter, Azra seperti yang dikutip Musclih (2015: 77) menyampaikan bahwa hal itu tidak dapat dilakukan tanpa penanaman nilai-nilai. Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan karakter dan penting untuk mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta Pendidikan Nasional dalam publikasinya berjudul Pedoman Pelaksanaan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab (Wiyani, 2013: 32). watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian dan membentuk menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, tanah air, Landasan pendidikan karakter sendiri termaktub dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menyatakan bahwa

  pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab (Salahudin dan Alkrienciehie, 2013: 54-55).

  Oleh karena itu, Islam sangat memuji budi pekerti (karakter) yang baik, sehingga menyerukan kaum muslimin untuk membina dan mengembangkannya di hati dan jiwa mereka. Islam menegaskan bahwa bukti ke-Islam-an adalah dengan adanya budi pekerti yang baik. Selain itu, puncak derajat kemanusiaan seseorang dinilai dari kualitas budi pekertinya. Seluas apapun kadar keilmuan seseorang tentang Islam, sehebat apapun dirinya ketika melakukan ibadah, semua itu tidak bisa menjamin. Tetap saja, alat ukur yang paling akurat untuk menilai kemuliaan seseorang adalah kualitas budi pekertinya. Sebagaimana firman Allah swt: Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S. Al-Qalam, 68: 4)

  Oleh karena itu pendidikan karakter perlu ditanamkan kepada anak bahkan sejak anak masih usia dini, Allah swt juga telah berfirman: Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga

  

mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Q.S. Ar-Ra’du,

  13: 11) Dalam ayat tersebut, ada dua perubahan. Pertama, perubahan pada individu. Kedua, perubahan pada kelompok. Hikmah Allah swt telah mengatakan bahwa perubahan yang kedua tergantung pada masing-masing individu. Tetapi keduanya saling berkaitan, perubahan pertama merupakan penyebab perubahan kedua, sedangkan perubahan kedua merupakan hasil dari perubahan pertama.

  Allah swt menghendaki agar perubahan yang pertama dilakukan oleh semua manusia, sampai mereka benar-benar dapat mengadakan perubahan pada diri sendiri.

  Sebelumnya, wacana pendidikan karakter sudah pernah disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara. Ia menciptakan sistem pendidikan baru sebagai penolakan terhadap sistem pendidikan kolonial yaitu dengan konsep kembali pada budaya bangsa sendiri. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan merupakan proses pembudayaan yaitu suatu usaha memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi baru dalam masyarakat yang tidak hanya bersifat pemeliharaan tetapi juga dengan maksud memajukan serta mengembangkan kebudayaan menuju ke arah keluhuran budaya manusia (Nafisah, 2016: 453).

  Dalam proses pendidikan, Ki Hajar Dewantara merumuskan sebuah upaya yaitu melestarikan kebudayaan Indonesia secara terus menerus dan berkesinambungan agar kebudayaan di Indonesia tidak hilang karena masuknya kebudayaan barat yang dapat menggeser kebudayaan bangsa Indonesia atau yang disebut dengan kontinuitaso.id/2016/07/konsep- Trikon-filsafat-pendidikan.html diakses pada 24 November 2017 pukul 11:01 WIB). Pendidikan di negeri ini juga tidak lepas dari faktor bawaan dan lingkungan yang disebut dengan konvergensi. Kemudian dengan prinsip tiga N (Nonton, Niteni, Nirokake) seperti yang dikutip oleh Suparlan (2015: 59), Ki Hajar Dewantara mengembangkan konsep konvergensi dengan ciri ke-Indonesia- annya. Konsep ini memberikan alternatif pandangan terkait polemik pendidikan berupa nilai-nilai apa saja yang mampu diserap oleh unsur-unsur pendidikan. Diantara nilai-nilai tersebut yaitu nilai pendidikan umum, agama dan kebudayaan (Saputra, 2017: 3). Ki Hajar Dewantara juga mempraktekkan konsentrisitas sebelum melansir konsep Trikon yaitu menyaring ilmu dari Barat dan melahirkan konsep yang membumi. Meskipun Ki Hajar Dewantara dididik secara Barat namun konsepnya tidak kebarat-baratan. Ajarannya disesuaikan dengan budaya lokal misalnya sistem among, tut wuri handayani dan lainnya diakses pada 24 November 2017 pukul 11:01 WIB).

  Dari sini dapat diketahui bahwa 18 nilai-nilai pendidikan karakter yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) erat kaitannya dengan konsep Trikon Ki Hajar Dewantara. Karena nilai-nilai tersebut dibuat dengan tetap mempertahankan nilai-nilai budaya luhur bangsa Indonesia melalui upaya pendidikan. Adapun sumber-sumber yang mendasari pembuatan 18 nilai pendidikan karakter adalah agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional diakses pada 16 November 2017 pukul 11.29 WIB).

  Konsep Trikon ini juga berimplikasi pada Pendidikan Agama Islam (PAI) di lingkungan sekolah. Karena tujuan dari konsep Trikon dan PAI sama-sama menuju terbentuknya keluhuran budi (akhlaqul karimah) dengan tetap berpijak pada budaya bangsa (Muthoifin dan Jinan, 2015: 172-173). Konsep Trikon merupakan filter (penyaring) terhadap datangnya budaya barat. Konsep ini bersifat selektif dan preventif. Selektif dalam menyaring budaya barat yang akan masuk dan preventif terhadap dampak yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia (Supriyoko dalam Surat kabar harian “Kedaulatan Rakyat edisi 1985” yang dimuat dalam webac.id/ index.php/Koma/article/view/3842/pdf diakses pada tanggal 11 November 2017 pukul 13:58) .

  Dalam penelitian ini, maksud dari Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah sebagai mata pelajaran yang proses pembelajarannya dilakukan di sekolah.

  Dalam aplikasinya, pemanfaatan konsep Trikon dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) disebut muatan lokal dan dapat dilihat mulai dari desain pengembangan kurikulum sampai implementasi dalam pembelajaran ( http://aris140284.blogspot.

  

co.id/2009/12/konsep-pendidikan-indonesia-menurutki. html diakses pada 02

  November 2017 pukul 12.53 WIB). Jika konsep Trikon dihubungkan dengan Pendidikan Agama Islam, maka dapat disusun program pembelajaran dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu integrasi dan ekologis (Sudjana, 2005: 177- 178). Pendekatan integrasi yaitu pendekatan yang mengintegrasikan pembelajaran muatan lokal dengan mata pelajaran lain. Sehingga, muatan lokal menjadi suplemen dalam pelajaran tersebut. Sedangkan pendekatan ekologis merupakan suatu upaya melaksanakan pembelajaran materi muatan lokal dengan menggunakan lingkungan alam maupun sosial budaya setempat (Rofik, t.t.: 130- 131).

  Dalam praktiknya, terdapat contoh pengintegrasian budaya lokal Sekaten dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Sekaten merupakan budaya lokal yang diintegrasikan dalam materi kelahiran Nabi Muhammad SAW. Karena budaya sekaten merupakan upaya Sultan Agung dalam memeringati kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW (baca lebih lanjut dalam jurnal penelitian Khuluq, 1998: 118-138).

  Nilai-nilai pendidikan karakter sendiri sesungguhnya sudah terinternalisasi dalam Pendidikan Agama Islam (PAI). Kedelapan belas nilai sebagaimana kita ketahui sudah berkaitan dengan PAI. Namun, meskipun pelajaran PAI menjadi roh dari pendidikan karakter, ia tidak dapat berdiri sendiri untuk mengimplementasikan nilai-nilai yang ada. Pelajaran PAI harus terintegrasi dengan pelajaran-pelajaran lainnya. Selain mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), terdapat contoh mata pelajaran lain yang sesuai dengan PAI yaitu pelajaran ke-Muhammadiyah-an dan ke-NU-an. Keduanya merupakan muatan lokal yang merepresentasikan ajaran Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama (NU).

  Sejalan dengan tujuan pendidikan, pembentukan karakter juga harus dijalankan oleh semua pihak yang bersangkutan dalam pembelajaran, khususnya di lingkungan sekolah. Di lingkungan sekolah merupakan tugas guru atau pendidik yang selalu harus siap untuk mencontohkan dan mengajarkan sikap- sikap yang bisa menimbulkan karakter luhur di dalam diri peserta didik. Di lingkungan keluarga, sepenuhnya merupakan tanggung jawab orang tua untuk selalu membentuk kepribadian anak. Di lingkungan masyarakat, masyarakat sendirilah yang harus memberikan contoh yang luhur terhadap anak-anak di lingkungannya.

  Melihat sasaran pendidikan karakter adalah kepada seluruh peserta didik, peneliti pun tertarik untuk menganalisis nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam konsep Trikon. Konsep Trikon sendiri merupakan sebuah konsep yang pernah disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara mengenai pendidikan dan kebudayaan (Trikon) dalam ruang lingkup pendidikan nasional. Dari hal itu juga, penulis mencoba melihat relevansinya terhadap Pendidikan Agama Islam (PAI).

  Dengan melakukan analisis nilai-nilai pendidikan karakter yang termaktub dalam konsep Trikon, diharapkan mampu memberi pemahaman bahwa pada dasarnya nilai-nilai pendidikan karakter itu tidak lepas dari kebudayaan bangsa Indonesia. Dalam hal ini juga berimplikasi pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Ketiga varibel tersebut (nilai-nilai pendidikan karakter, konsep Trikon dan Pendidikan Agama Islam) saling berkaitan dan mendukung untuk menciptakan out put generasi yang berkualitas, yaitu generasi yang berkarakter, berbudaya dan beriman.

  Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

  

Pada Konsep Trikon dan Relevansinya Terhadap Pendidikan Agama Islam

(Kajian Pemikiran Ki Hajar Dewantara)”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, berikut rumusan masalah dalam penelitian ini:

  1. Apa sajakah nilai-nilai pendidikan karakter pada konsep Trikon? 2.

  Bagaimana relevansi konsep Trikon menurut Ki Hajar Dewantara terhadap Pendidikan Agama Islam (PAI)? C.

   Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter pada konsep Trikon 2. Untuk mengetahui relevansi antara konsep Trikon menurut Ki Hajar

  Dewantara terhadap Pendidikan Agama Islam (PAI) D.

   Manfaat Penelitian 1.

  Teoritis Penelitian ini secara teoritis bermanfaat untuk memperkaya wacana keilmuan khususnya kajian pendidikan karakter bagi perpustakaan IAIN

  Salatiga, sehingga dapat digunakan sebagai bahan acuan di bidang penelitian sejenis.

  2. Praktik a.

  Guru dan Orang Tua Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang pendidikan yang syarat akan nilai-nilai pendidikan karakter.

  b.

  Sekolah

  Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai wacana untuk lebih meningkatkan pembinaan terhadap guru, kepala sekolah maupun pengawas agar pendidikan karakter pada anak dapat terwujud sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

  c.

  Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan khazanah keilmuan dalam penelitian terkait pendidikan karakter.

E. Penegasan Istilah

  Penegasan istilah dalam penelitian ini dirasa sangat perlu agar tidak terjadi salah tafsir dengan maksud peneliti. Maka, peneliti akan menjelaskan istilah-istilah yang ada dalam judul penelitian ini. Istilah yang perlu peneliti jelaskan yaitu:

1. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Konsep Trikon a.

  Nilai-nilai Nilai adalah suatu prinsip sosial, tujuan atau standar yang dipakai atau diterima oleh individu, masyarakat dan lain-lain. Nilai dapat dirumuskan sebagai suatu penetapan atau suatu kualitas objek yang menyangkut jenis apresiasi atau minat (Fitri, 2012: 87-88).

  Nilai yang dimaksud oleh peneliti dalam penelitian ini mengacu pada nilai-nilai pendidikan karakter yang berpedoman pada bukunya Zainal Aqib (2012: 42) yang berjudul Pendidikan Karakter di Sekolah

  Membangun Karakter dan Kepribadian Anak yaitu nilai-nilai karakter yang dikembangkan oleh Kemendikbud, meliputi: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahhu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.

  b.

  Pendidikan Karakter Menurut Megawangi (2004: 95) pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.

  Sedangkan menurut Azzel (2011: 10) pendidikan karakter adalah pendidikan yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling) dan tindakan (action).

  Artinya, pendidikan karakter adalah usaha yang bertujuan untuk menciptakan generasi yang memiliki kepribadian unggul, baik dalam pengetahuan, perasaan dan tindakan.

  c.

  Konsep Trikon Menurut Ki Hajar Dewantara upaya kebudayaan (pendidikan) dapat ditempuh dengan sikap (laku) yang dikenal dengan teori Trikon, yaitu:

  1) Kontinuitas: garis hidup kita di zaman sekarang harus merupakan

  “lanjutan atau terusan” dari hidup kita di zaman lampau, jangan ulangan atau tiruan hidup bangsa lain.

  2) Konvergensi: keharusan untuk menghindari hidup menyendiri (isolasi) karena untuk menuju ke arah pertemuan hidup dengan bangsa-bangsa lain.

  3) Konsentrisitas: sesudah bersatu dengan bangsa-bangsa lain sedunia, janganlah kita kehilangan kepribadian sendiri (Dewantara, t.t.: 228).

  Dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan karakter pada konsep Trikon adalah nilai-nilai karakter yang merupakan hasil dari analisis terhadap konsep Trikon yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara. Nilai-nilai tersebut meliputi religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahhu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.

2. Pendidikan Agama Islam (PAI) Sebelumnya, peneliti akan mulai menegaskan dari istilah pendidikan.

  Pendidikan berasal dari bahasa Inggris yaitu Education. Dalam Oxford Learner’s Pocket Dictionary (2011: 143) education artinya “process of

  teaching, training and learning” (proses mengajar, melatih dan

  pembelajaran). Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara (1994: 20) pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Muchtar (2008: 14) juga menambahkan bahwa pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk mendidik manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang serta memiliki potensi atau kemampuan sebagaimana mestinya.

  Ahmad Marimba (1986: 19) mendefinisikan Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Sedangkan menurut Ramayulis (2005: 21) pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta pengalaman.

  Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah bimbingan secara sadar yang dilakukan oleh pendidik untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik lahir maupun batin menuju pribadi yang utama (insan kamil) dengan mengacu pada pokok ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadits.

F. Kajian Pustaka

  Setelah mengadakan kajian pustaka, peneliti menemukan ada beberapa peneliti yang sebelumnya telah membahas tentang pendidikan karakter. Maka, kajian ini dimaksudkan untuk melengkapi kajian-kajian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Berikut akan dipaparkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, antara lain:

  1. Tesis Nursida A. Romeon, dengan judul “Relevansi Konsep Pendidikan Ki

  Hajar Dewantara Dengan Konsep Pendidikan Islam (2011)Fakultas Ilmu

  Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara relevan dengan konsep pendidikan Islam. Kedua konsep tersebut sama-sama memiliki dasar kemanusiaan (fitrah), yang bermaksud melahirkan generasi yang merdeka lahir dan batin.

  2. Nur Anisah, dengan judul “Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara (2015) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Salatiga.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan karakter merupakan proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam hati, cipta, rasa dan karsa.

  3. Riska Hidayati, dengan judul “Konsep Trikon Ki Hajar Dewantara Dalam

  Perspektif Pendidikan Islam (2016)Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

  IAIN Surakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tujuan konsep Trikon sesuai dengan tujuan pendidikan Islam yaitu menciptakan warga negara yang baik, berbudi luhur, dan berpegang teguh dengan ajaran agama serta kebudayaan bangsa.

  4. Khairil Anam, dengan judul“Analisis Konsep Trikon Ki Hajar Dewantara

  Terhadap Budaya Penggunaan Teknologi Informasi (Studi Kasus Masyarakat Panamping (Baduy Luar) Desa Kanekes, Kec. Leuwidamar, Kab. Lebak, Provinsi Banten (2017)Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif

  Hidayatullah Jakarta. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa konsep Trikon yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara sebagai strategi untuk meneguhkan kebudayaan masih terlihat relevan untuk digunakan sebagai rujukan dalam kajian ilmiah baik bersifat teoritis maupun praktis. Hal ini ditunjukkan dengan adanya bukti bahwa secara eksplisit apa yang terjadi di masyarakat Baduy luar merupakan wujud dari upaya implementasi konsep Trikon.

  Dalam tesisnya, Nursida A. Romeon mengatakan bahwa konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara relevan dengan konsep pendidikan Islam. Secara prinsip, kedua konsep tersebut sama-sama memiliki dasar kemanusiaan yang dalam dunia pendidikan Islam atau ajaran Islam disebut dengan fitrah. Kedua konsep tersebut bermaksud melahirkan generasi yang merdeka lahir dan batin, berwawasan, berakhlak dan bertakwa kepada penciptanya. Oleh karena itu, baik tujuan dan metode pendidikannya pun juga memiliki kesamaan.

  Hasil penelitian Nursida diperkuat oleh Nur Anisah yang menyatakan bahwa dalam konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara itu juga ada maksud pendidikan karakter. Pendidikan karakter yang merupakan proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam hati, cipta, rasa dan karsa. Mengenai konsep pendidikan karakter, Nur Anisah menjelaskan lebih rinci lagi bahwa dalam sistem pendidikan yang diterapkan oleh Ki Hajar Dewantara itu ada beberapa poin penting: Pertama, memiliki lima asas pokok yang disebut dengan “Pancadharma Taman Siswa” yang meliputi, kemerdekaan, kodrat alam, kebudayaan, kebangsaan dan kemanusiaan. Kedua, tujuan pendidikannya adalah mendidik rakyat agar berjiwa kebangsaan dan berjiwa merdeka, serta menjadi kader-kader yang sanggup dan mampu mengangkat derajat nusa dan bangsanya sejajar dengan bangsa lain dan membantu memperluas jangkauan pendidikan dan pengajaran. Ketiga, pendidikan karakter tidak hanya melibatkan aspek moral

  

knowing , tetapi juga moral feeling dan moral action. Ki Hajar Dewantara

  menerjemahkan langkah tersebut dengan konsep cipta, rasa dan karsa. Keempat, ada tiga pusat pendidikan (trisentra pendidikan) yang memiliki peranan besar, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

  Lain halnya dengan Riska Hidayati, dalam skripsinya ia lebih memilih mengambil satu poin dalam beberapa konsep pendidikan yang digaungkan oleh Ki Hajar Dewantara. Ia meneliti tentang konsep Trikon Ki Hajar Dewantara dalam perspektif Islam. Dari hasil penelitiannya ditemukan bahwa konsep Trikon sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan Islam. Karena untuk mengamalkan Trikon Ki Hajar Dewantara diperlukan pembelajaran melalui proses pendidikan dengan cara pendidik menyajikan materi disertai metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan materi yang diajarkan, agar peserta didik mudah menerima dan memahami materi yang disampaikan oleh pendidik tersebut.

  Khairil Anam nampaknya memilih jalur yang berbeda dari para peneliti lainnya. Ia memilih menganalisis konsep Trikon Ki Hajar Dewantara terhadap budaya penggunaan teknologi informasi. Dalam hasil penelitiannya ditemukan bahwa secara eksplisit apa yang terjadi di masyarakat Baduy luar merupakan wujud dari upaya implementasi konsep Trikon. Pertama, adanya unsur budaya baru yang diterima oleh masyarakat Baduy luar dalam penggunaan teknologi informasi modern dari yang sebelumnya masih menggunakan peralatan tradisional (kontinuitas atau perkembangan ke arah lanjutan dari budaya lama ke budaya baru). Kedua, proses konvergensi terjadi akibat faktor geografis yang memungkinkan terjadinya interaksi secara intensif dengan masyarakat luar Baduy sehingga memengaruhi kebutuhan pada peralatan teknologi informasi modern sampai terjadinya akulturasi dan asimilasi budaya. Ketiga, konsentris terjadi setelah terjadinya konvergensi budaya masyarakat Baduy luar dengan masyarakat luar Baduy, namun tidak sekaligus memengaruhi hilangnya nilai- nilai kepribadian mayarakat setempat karena lekatnya aturan pikukuh masyarakat Baduy luar. Sehingga kehadiran peralatan teknologi informasi modern diawasi tingkat penggunaannya sebatas pada media komunikasi dan informasi saja.

  Secara umum, keempat literatur di atas memiliki kesamaan dengan topik penelitian ini yaitu sama-sama membahas pemikiran Ki Hajar Dewantara, baik dari segi pendidikan karakter dan konsep kebudayaan (Trikon). Namun, berbeda dengan hasil penelitian dari Khairul Anam. Penelitiannya memang membahas analisis konsep Trikon tetapi, lebih spesifik dalam ranah kebudayaan daerah Baduy Luar.

  Dari beberapa literatur tersebut belum ada yang membahas sepenuhnya tentang nilai-nilai pendidikan karakter pada konsep Trikon dan relevansinya terhadap Pendidikan Agama Islam (PAI). Dengan begitu, jelas nampak perbedaan antara literatur penelitian terdahulu dengan tema penelitian yang akan dibahas ini. Karena masing-masing literatur memiliki perbedaan dalam pembahasan, pendekatan dan cara pandang. Sehingga semua kajian pustaka di atas dan penelitian yang disampaikan ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan bagi pendidikan di Indonesia.

G. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi pustaka (library research). Menurut Moleong

  (2009: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan sebagainya secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata.

  Sedangkan penelitian dengan pendekatan studi pustaka adalah suatu jenis karangan ilmiah yang mencakup berbagai macam pendapat atau pandangan para pakar seputar masalah penelitian, penelaahan dan perbandingan pendapat hingga penarikan kesimpulan dari berbagai literatur (Haryanto, 2000: 78). Sumber lain mengatakan bahwa penelitian jenis studi pustaka adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, mencatat dan mengolah data penelitian (Zed, 2008: 3). Jadi, penelitian ini difokuskan untuk mengkaji secara ilmiah literatur-literatur yang relevan dengan tema penelitian tentang nilai-nilai pendidikan karakter. Adapun literatur yang dijadikan sumber adalah buku- buku yang relevan, jurnal, laporan hasil penelitian, artikel ilmiah dan sebagainya terkait dengan topik penelitian ini.

  Alasan dipilihnya jenis penelitian kepustakaan dengan pendekatan kualitatif karena topik penelitian ini merupakan kajian pemikiran seorang tokoh pendidikan yang telah banyak memberikan sumbangan gagasan- gagasan monumental yang berkaitan dengan pendidikan nasional. Penelitian ini akan membahas pemikiran seorang tokoh pendidikan tentang nilai-nilai pendidikan karakter pada konsep Trikon dan relevansinya terhadap Pendidikan Agama Islam (PAI).

2. Objek atau Sasaran yang Diteliti

  Sesuai dengan pokok masalah yang akan dibahas, maka objek atau sasaran yang akan diteliti adalah: a.

  Nilai-nilai pendidikan karakter pada konsep Trikon b.

  Relevansi konsep Trikon menurut Ki Hajar Dewantara terhadap Pendidikan Agama Islam (PAI) 3. Metode Pengumpulan Data

  Penelitian ini menggunakan jenis metode pengumpulan data berupa dokumentasi, yaitu menghimpun literatur yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Menurut Arikunto (2010: 274) metode dokumentasi yaitu menelusuri variabel-variabel yang terdapat dalam laporan hasil penelitian, jurnal, majalah, hasil seminar, surat kabar, buku dan sebagainya. Adapun sumber data yang digunakan meliputi: a.

  Data Primer Data primer adalah hasil-hasil penelitian atau hasil karya konseptis yang orisinil (Hajar, 1996: 83). Dalam hal ini, buku karya Ki Hajar

  Dewantara Bagian I Pendidikan dan Bagian II Kebudayaan, 1994, Yogyakarta: Majelis Luhur Taman Siswa.

  b.

  Data Sekunder Data sekunder adalah sumber-sumber yang diambil dari sumber lain yang tidak diperoleh dari sumber primer (Nasution, 2001: 143). Dengan kata lain, data sekunder secara tidak langsung membahas konsep-konsep utama dalam penelitian, hanya bersifat pelengkap. Adapun data sekunder tersebut berupa buku-buku yang relevan, artikel ilmiah, jurnal, arsip dan dokumen resmi lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Dalam hal ini, buku-buku yang relevan dengan permasalahan di atas, antara lain: 1)

  Dharma Kesuma dkk,. 2012. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah . Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

  2)

H. A. R. Tilaar. 2000. Paradigma baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

  3) Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

4) Marimba, Ahmad D. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam.

  Bandung: PT. Al-Ma’arif. 5)

  Salahudin, Anas dan Irwanto Alkrienciehie. 2013. Pendidikan Karakter (Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa).

  Bandung: CV Pustaka Setia.

4. Metode Analisis Data

  Setelah data-data terkumpul, tahap selanjutnya adalah menganalisis data. Sugiyono (2008: 89) menyampaian bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang mudah dipahami diri sendiri maupun orang lain. Selain itu, Flick dalam bukunya The SAGE

  

Handbook of Qualitative Data Analysis (2013: 5) menyampaikan bahwa

  “Qualitative data analysis is the classification and interpretation of linguistic

  

(or visual) material to make statements about implicit and explicit dimensions

and structures of meaning-making in the material and what is represented in

it.” Analisis data kualitatif adalah klasifikasi dan interpretasi materi linguistik

  (atau visual) untuk membuat pernyataan tentang dimensi dan struktur implisit dan eksplisit dalam pembuatan makna dalam materi dan apa yang terwakili di dalamnya.

  Dalam tahap ini, peneliti menggunakan metode analisis isi (content

  

analysis ). Denzin (2011: 785) dalam bukunya Handbook of Qualitative

Research menyebutnya dengan classical content analysis: “Classical conten analysis comprises techniques for reducing texts to a unit-by- variable matrix and analyzing that matrix quantitatively to test hypotheses .” Analisis isi menggabungkan teknik untuk mengurangi tes ke matriks satuan per variabel dan menganalisis matriks tersebut secara kuantitatif untuk menguji hipotesis.

  Artinya, peneliti melakukan pengkodean terhadap paparan data hasil temuan yang mengandung unsur nilai-nilai pendidikan karakter. Kemudian, peneliti menganalisis dan setelah itu menarik kesimpulan dari data tersebut. Namun dalam penelitian ini, peneliti cenderung menggunakan pendapat dari Flick.

  Berdasarkan definisi di atas, kegunaan analisis data adalah untuk keperluan mendeskripsikan secara obyektif, kritis dan sistematis tentang analisis nilai-nilai pendidikan karakter pada konsep Trikon yang merupakan manifestasi pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan karakter.

  Dalam buku karyanya, Bagian I Pendidikan dan Bagian II Kebudayaan mengungkapkan bahwa antara pendidikan dan kebudayaan adalah satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan, sedangkan dalam pendidikan Islam Ki Hajar Dewantara memang tidak menyatakan secara eksplisit dalam karya- karyanya. Tetapi secara implisit dalam bentuk indikasi-indikasi yang diperoleh dari media massa, penelitian-penelitian atau internet. Sehingga untuk dapat memahaminya, perlu dilakukan analisis isi atas pesan yang terkandung dalam indikasi-indikasi tersebut.

5. Tahap-Tahap Analisis Data

  Upaya untuk menelaah dan mengartikan ide atau gagasan mengenai “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Konsep Trikon” dari sosok Ki Hajar Dewantara yaitu dengan melakukan analisis secara mendalam untuk memperoleh hasil yang maksimal dan mencapai kriteria metode content

  

analysis. Maka, tahap-tahap analisis data akan dilakukan dengan tiga langkah,

  yaitu: a.

  Reduksi data (data reduction) meliputi proses pemilihan data, pemusatan pada penyederhanaan data, abstraksi dan transformasi data. Maksudnya adalah menelaah ide konsep Trikon dalam pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara. Selanjutnya, melakukan pemahaman secara mendalam apa saja nilai-nilai pendidikan karakter pada konsep Trikon dan bagaimana relevansinya terhadap Pendidikan Agama Islam.

  b.

  Penyajian data (data display) : deskripsi kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian.

  c.

  Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and verification) : dari hasil pengumpulan data, peneliti mencari makna dari setiap data yang diperoleh dari catatan dan melakukan verifikasi atas data tersebut (Salim, 2006: 22-23).

H. Sistematika Penulisan

  Untuk mempermudah pembahasan dalam memahami isi dari penelitian ini, maka disusunlah sistematika penulisan sebagai berikut:

  1. Bagian Awal Bagian awal meliputi: sampul, halaman judul, lembar berlogo, pernyataan keaslian tulisan dan publikasi, nota pembimbing skripsi, pengesahan kelulusan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, dan daftar isi.

  2. Bagian Inti

  BAB I: PENDAHULUAN, memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, kajian pustaka, penegasan istilah dan sistematika penulisan.

  BAB II: BIOGRAFI, memuat riwayat hidup Ki Hajar Dewantara, peran sosial Ki Hajar Dewantara, karya-karya Ki Hajar Dewantara. BAB III: DESKRIPSI PEMIKIRAN, dalam bab ini akan membahas dua poin penting untuk menjawab rumusan masalah, yaitu: A.

  Nilai-nilai pendidikan karakter pada konsep Trikon B. Pendidikan Agama Islam (PAI)

  BAB IV: PEMBAHASAN, memuat hasil analisis kritis terhadap dua poin penting dalam tema penelitian ini, meliputi: A.

  Analisis nilai-nilai pendidikan karakter pada konsep Trikon B.

  Relevansi konsep Trikon menurut Ki Hajar Dewantara terhadap Pendidikan Agama Islam (PAI)

  BAB V: PENUTUP, berisi kesimpulan dari pembahasan hasil penelitian dan saran-saran dari penulis sebagai sumbangan pemikiran berdasarkan konsep dan hasil penelitian yang telah diperoleh.

3. Bagian Akhir

  Bagian akhir memuat: daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup peneliti.

Dokumen yang terkait

NILAI-NILAI SOSIAL DALAM TAFSIR SURAT AT-TAUBAH AYAT 71 DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 126

NILAI-NILAI AKHLAK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (Kajian Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 11-13) SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

1 1 91

PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 132

KONSEP IKHLAS DALAM KITAB MINHAJUL ABIDIN DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN IBADAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 100

KONSEP BIRRUL WAALIDAIN AL-QUR’AN SURAT AL-AHQAAF AYAT 15-16 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 132

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK TUNA LARAS DI SMP MUHAMMADIYAH SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

0 0 158

KONSEP PENDIDIKAN PERSPEKTIF IBNU KHALDUN SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 1 80

PENDIDIKAN KARAKTER Kajian Pemikiran Imam Al-Ghazali dalam Kitab Ayyuhal Walad SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 3 86

PERAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENANGGULANGI GAYA HIDUP HEDONISME (KAJIAN PEMIKIRAN MUNIF CHATIB) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 109

NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB KIFAYATUL AWAM KARYA SYAIKH IBRAHIM AL- BAJURI SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 118