Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

  

PERILAKU ALTRUISME PADA REMAJA MASJID AT-TAQWA

KLASEMAN MANGUNSARI SIDOMUKTI KOTA SALATIGA

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

MELANI ENGGARSARI

  

NIM. 111-14-116

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

  

PERILAKU ALTRUISME PADA REMAJA MASJID AT-TAQWA

KLASEMAN MANGUNSARI SIDOMUKTI KOTA SALATIGA

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

MELANI ENGGARSARI

  

NIM. 111-14-116

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

  Dr. Fatchurrohman, S.Ag.,M.Pd. Dosen IAIN Salatiga

  Persetujuan Pembimbing

  Lamp : 4 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi

  Kepada : Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga di Salatiga

  Assalamu’alaikum Wr. Wb

  Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama : Melani Enggarsari NIM : 111-14-116 Jurusan : S1- Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Judul : PERILAKU ALTRUISME PADA REMAJA MASJID

  

AT-TAQWA KLASEMAN MANGUNSARI SIDOMUKTI KOTA

SALATIGA

  Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqosyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

  Salatiga, 10 Juli 2018 Pembimbing, Dr. Fatchurrohman, S.Ag.,M.Pd.

  NIP. 19710309 200003 1 001

LAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

  

SKRIPSI

PERILAKU ALTRUISME PADA REMAJA MASJID AT-TAQWA

KLASEMAN MANGUNSARI SIDOMUKTI KOTA SALATIGA

Disusun oleh:

  

MELANI ENGGARSARI

NIM : 111-14-116

  Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 18 September 2018 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd).

  Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Dr. M. Ghufron, M.Ag. Sekretaris : Dr. Fatchurrohman, S.Ag.,M.Pd. Penguji I : Dr. Wahyudiana, M.Pd. Penguji II : Dra. Siti Farikhah, M.Pd.

  Salatiga, 18 September 2018 Dekan Suwardi, M.Pd.

  NIP.19670121 199903 10 002

  

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

DAN

KESEDIAAN DI PUBLIKASIKAN

  Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Melani Enggarsari NIM : 111-14-116 Program Studi : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Judul : PERILAKU ALTRUISME PADA REMAJA MASJID

  AT-TAQWA KLASEMAN MANGUNSARI SIDOMUKTI KOTA SALATIGA

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini diperkenankan untuk di publikasikan pada e-repository IAIN Salatiga.

  Salatiga, 6 Juli 2018 Yang Menyatakan, Melani Enggarsari NIM: 111-14-116

  MOTTO “Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat buat orang lain” HR. Ahmad, ath-Thabrani

  

PERSEMBAHAN

  Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karuniaNya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

  1. Ayahku dan ibundaku tersayang, Wakijan Al Wanto dan Sarifah yang senantiasa memberikan dukangan moril maupun materil terhadapku serta selalu memberikan doa, kasih sayang, nasihat dan motivasi di dalam hidup ku.

  2. Adik-adik tercinta ku, Petrok, Banana, Tsabit, Ridwan yang selalu kurindukan. Pak lek, bu lek, pakdhe, budhe, serta seluruh keluarga besar yang selalu mendukungku.

  3. Sahabat seangkatan ku, mbak Fitri, Emol, Cusna.

  4. Irma Innayati Fauziyah teman terbaik.

  5. Wiji Sapto Kastiko sebagai teman hati.

  6. Keluarga besar Rumah Tahfidz Daarul Ilmi, Hana, khorik, Nia, Sindi yang sudah banyak berjasa dalam penulisan skripsi ini, teh Rina, ustadzah Ning dan teman-teman Rumah tahfidz lainnya. Tak lupa mbak kiki mbak Isti. Terimakasih telah banyak membantu dan memberikan pelajaran hidup.

  7. Ibu H. Partini selaku pemilik Rumah Tahfidz Daarul Ilmi beserta keluarga.

  8. Ibu Sunani ibu kedua yang senantiasa membimbing saya.

  9. Keluarga besar Ibu Ida dan Budhe Wulan yang senantiasa mendukung dan bersedia saya repoti.

  10. Teman-teman kkn Desa Prigi posko 139 yang sudah banyak memberikan pengalaman hidup untuk saya. mbak Wulan, teteh Aul, mbak Ana, mbak Novi, mbak Marul, mas Miftah, mas Puji, mas Dedi.

  11. Warga Desa Prigi, mama Yanto, mama Fauzan, mama Zahra yang mengharap kedatangan saya serta teman-teman. Terimakasih telah menganggap sebagai anak sendiri.

  12. Rekan kerja soklatok yang selalu menyemangati saya.

  13. Teman-teman seangkatan PAI yang tidak bisa ku sebut satu persatu.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur

  alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan atas

  kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan nikmat, rahmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Perilaku Altruisme pada Remaja Masjid At-Taqwa Klaseman Mangunsari Sidomukti Kota Salatiga.

  Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW, semoga kelak dapat berjumpa dan mendapat syafa’atnya di yaumul akhir.

  Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1.

  Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam 4.

  Bapak Dr. Adang Kuswaya, M.Ag selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam proses bimbingan akademik selama kuliah.

  5. Bapak Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. selaku pembimbing skripsi saya.

  6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S1.

7. Seluruh pihak yang sudah mendukung dan memberikan semangat yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

  Terselesaikannya tulisan ini selain sebagai bentuk tanggung jawab pengenyam perguruan tinggi yang tentunya kelak akan menjadi salah satu referensi. Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Aamiin.

  Salatiga, 10 Juli 2018 Penulis,

  ABSTRAK

  Enggarsari, Melani. 2018. Perilaku Altruisme dalam Remaja Masjid

  At-Taqwa Kota Salatiga. Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama

  Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Kota Salatiga. Pembimbing Dr. Fatchurrohman, S.Ag.,M.Pd.

  Kata Kunci : Perilaku Altruisme

  Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perilaku altruisme dalam remaja masjid di era seba digital. Faktor yang mempengaruhi perilaku altruisme baik faktor internal maupun faktor eksternal. Sehingga dapat diketahui faktor penyebab seseorang memiliki perilaku altruisme.

  Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan metode pendekatan fenomenologi yaitu metode penelitian yang menekankan pada fokus pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi dunia. Sumber data penelitian ini hasil wawancara dengan remaja masjid At-Taqwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, serta dokumentasi.

  Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pertama lingkungan sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku seseorang terlebih lingkungan keluarga yang merupakan lingkungan pertama seseorang melakukan komunikasi sosial. Lingkungan pedesaan dan perkotaan memiliki perbedaan dalam memberikan pengaruh terhadap perilaku seseorang. Menolong orang lain juga mempertimbangkan situasi dan kondisi yang dialami. Faktor lingkungan termasuk kedalam faktor situasional yang mempengaruhi perilaku altruisme, selain fakor lingkungan terdapat faktor lain seperti daya tarik, atribusi terhadap korban, modeling, tekanan waktu serta kebutuhan korban. Kedua, dalam hal menolong cenderung memikirkan suasana hati sehingga suasana hati (mood) juga berpegaruh. Pola asuh orang tua terhadap anak juga memberikan membentuk kepribadian anak. Faktor tersebut masuk kedalam faktor internal antara lain suasana hati, sifat, jenis kelamin, tempat tinggal, serta pola asuh. Ketiga, penelitian ini melakukan penelitian terhadap sekelompok remaja yang memiliki karakteristik perkembangan yang begitu kompleks sehingga banyak faktor pendukung dalam penelitian ini seperti ciri fisik atau biologis, ciri emosional, ciri sosial, serta ciri moral.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iv DEKLARASI ................................................................................................... v MOTTO ........................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix ABSTRAK ....................................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................... xii A.

  BAB I PENDAHULUAN

  1. Latar belakang ......................................................................................... 1

  2. Rumusan masalah .................................................................................... 6

  3. Tujuan penelitian ..................................................................................... 6

  4. Manfaat penelitian ................................................................................... 7

  5. Penegasan istilah ..................................................................................... 7

  6. Kajian penelitian terdahulu ..................................................................... 8

  7. Sistematika penelitian .............................................................................. 10 B.

  BAB II LANDASAN TEORI

  1. Altruisme

  a. Pengertian ........................................................................................... 12

  b. Aspek-aspek perilaku altruisme .......................................................... 15

  c. Faktor-faktor yang mempengaruhi altruisme...................................... 16

  2. Remaja

  a. Pengertian ........................................................................................... 21

  b. Karakteristik remaja............................................................................ 22 C.

  BAB III METODE PENELITIAN

  1. Pendekatan dan jenis penelitian ....................................................... 26

  2. Lokasi penelitian .............................................................................. 26

  3. Sumber data ...................................................................................... 27

  4. Metode pengumpulan data ............................................................... 28

  5. Analisis data ..................................................................................... 30

  6. Pengecekan keabsahan data ............................................................. 32

  7. Tahap-tahap penelitian ..................................................................... 32 D.

  BAB IV ANALISIS DATA

  1. Paparan data ..................................................................................... 34

  2. Analisis data ..................................................................................... 43 E.

  BAB V PENUTUP

  1. Kesimpulan ...................................................................................... 51

  2. Saran ................................................................................................. 52 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

DAFTAR LAMPIRAN

1.

  Lampiran 1 surat permohonan izin penelitian ........................................ 55 2. Lampiran 2 pedoman wawancara ............................................................. 56 3. Lampiran 3 hasil wawancara..................................................................... 57 4. Lampiran 4 foto hasil wawancara ............................................................. 72 5. Lampiran 5 lembar konsultasi pembimbing.............................................. 76 6. Lampiran 6 SKK ..................................................................................... 77 7. Lampiran 7 daftar riwayat hidup ............................................................... 80

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia saat ini sudah kehilangan kearifan lokal yang menjadi karakter budaya bangsa sejak berabad-abad lalu. Seperti maraknya kasus tawuran antar pelajar, antar mahasiswa dan

  antar kampung. Tindak korupsi disemua lini kehidupan dan institusi. Kebohongan politik yang telah menjadi bahasa sehari-hari, tidak ada kepastian hukum, karena dalam praktiknya hukum di negara kita diperjualbelikan. Maka tidak heran apabila pembentukan dan pembinaan karakter bangsa ini bagaikan kapal tanpa pedoman di tengah luasnya samudra. Thomas Lickona berpendapat sebuah bangsa akan menuju sebuah kehancuran jika memiliki sepuluh tanda-tanda seperti: meningkatnya kekerasan dikalangan remaja, membudayanya ketidakkejujuran, sikap fanatik terhadap kelompok/peer group, rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, semakin kaburnya moral baik dan buruk, penggunaan bahasa yang memburuk, meningkatnya perilaku yang merusak diri seperti penggunaan narkoba, alkohol, dan seks bebas, rendahnya rasa tanggung jawab sebagai individu dan sebagai warga negara, menurunnya etos kerja, dan rasa saling curiga dan kurangnya kepedulian di antara sesama (Wibowo, 2012:15-16).

  Pada abad 21 seperti sekarang ini dapat dikatakan sebagai era digital. Bagaimana tidak, semua kebutuhan manusia dapat diakses begitu mudahnya. Seperti contoh dalam hal mengirim pesan, dahulu kala dalam mengirim pesan terbiasa dengan surat menyurat dan untuk penyampaiannya pun membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari bahkan dapat memakan waktu kurang lebih satu bulan. Berbeda dengan zaman sekarang mengirim pesan hanya butuh waktu beberapa menit. Bukan hanya soal mengirim pesan, akan tetapi dalam hal berita, permainan, berbelanja semua dapat diakses begitu mudah melalui internet. Internet dan smartphone merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dilepaskan. Smartphone sudah menjadi benda yang tidak terpisahkan dalam aktivitas keseharian manusia. Betapa tidak setiap harinya manusia saling berinteraksi melalui smartphone baik dalam urusan pekerjaan, pendidikan, penjualan, kegiatan sehari-hari dan lain sebagainya.

  Hampir semua orang, termasuk di Indonesia memiliki

  

smartphone. Hal ini dikuatkan dengan artikel yang dilansir dari

  laman kompas.com bahwasannya tak kurang dari 366,2 juta unit

  

smartphone terjual sepanjang tahun 2017. Angka itu meningkat

  sebanyak 7,6 persen dari tahun ke tahun. Dari 366,2 juta unit dan jumlah penduduk 260 juta hanya berselisih 106,2 juta, dapat dikatakan bahwa rata-rata penduduk Indonesia mempunyai

  

smartphone. Pengguna smartphone terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari orang tua, dewasa, remaja bahkan anak-anak. Secara tidak sadar dampak dari penggunaan smartphone mulai bermunculan, seperti kecanduan game, lebih mudahnya mengakses situs-situs yang senonoh hingga menimbulkan kejahatan asusila.

  Selain dampak yang telah disebutkan di atas, ada pula dampak psikis yang ditimbulkan seperti, kecenderungan sikap individualistik, kurangnya sikap bersosialisasi, sikap acuh tak acuh dengan lingkungan sekitar dan lain-lain. Disinilah peran lingkungan keluarga dalam pendidikan anak sangat diperlukan. Lingkungan keluarga adalah pendidikan pertama dan utama dalam melakukan pembinaan dan pengayoman secara layak kepada anak sehingga mendapatkan pencerahan dan pendewasaan dalam menjalani hidup (Ilahi, 2013 : 40).

  اىُق ُساَّنلا

ُةَراَجِحْلاَو اَهُدىُقَو اًراَن َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي

ْمُكيِلْهَأَو ْمُكَسُفْنَأ اىُنَمآ

   َل َنىُلَعْفَيَو ََّاللَ َنىُصْعَي داَدِش ظ َلَِغ اَهْيَلَع ُزَمْؤُي اَم ْمُهَزَمَأ اَم ةَكِئ َلََم َنو Artinya: “wahai orang-orang yang beriman! Periharalah dirimu dan keluarga mu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahrim:6) (Sudrajat, 2007 : 560). Lingkungan keluarga, peran yang teramat penting dalam proses pendidikan. Kaitan dalam hal ini adalah bagaimana keluarga membimbing anggota keluarga agar senantiasa dapat menyaring dampak baik dan buruk dari penggunaan smartphone. Seperti dalam Q.S. At-Tahrim ayat 6 di atas bahwa fungsi keluarga adalah menjaga dan memberikan pendidikan kepada anggota keluarga mereka. Bagaimana keluarga menyisihkan waktu untuk dihabiskan bersama, sehingga anggota keluarga mampu memaknai pentingnya bersosialisasi dan mampu bersikap altruistik di era modern seperti saat ini. Tidak hanya lingkungan keluarga yang perlu memberikan pendidikan, akan tetapi lembaga pendidikan juga harus menanamkan karakter yang baik dan sesuai dengan peserta didik dan dapat diterapkan dilingkungan sosial. Undang-Undang nomor

  20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, menyebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Wiyani, 2012:2).

  Dalam Pendidikan karakter di sekolah, semua komponen pemangku kepentingan atau stakeholders harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan sendiri, yaitu kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengolahan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan kokurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga sekolah atau lingkungan, dengan demikian Pendidikan karakter juga bisa dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikannya dilandasi dengan karakter.

  Sasaran utama dalam pendidikan adalah peserta didik yang berumur kisaran 6-20 tahun. Usia tersebut dibagi menjadi beberapa kelompok atau sub perkembangan anak mulai dari masa kanak-kanak, remaja hingga dewasa. Remaja adalah sasaran utama, betapa tidak kisaran umur remaja 12-21 tahun merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa (Gunarsa, 2011 : 203). Perubahan yang signifikan terjadi pada bentuk tubuh remaja, hubungan sosial, bertambahnya kemampuan dan keterampilan, pembentukan identitas. Seringkali remaja dikaitkan dengan istilah “labil” atau dalam kebingungan dalam menentukan beberapa hal.

  Akan tetapi, remaja saat ini lebih bisa dikatakan remaja melenial yang melek digital, dengan kata lain remaja era ini banyak memanfaatkan alat komunikasi sebagai alat penunjang keseharian mereka. Fokus penelitian ini adalah remaja masjid yang ada diperkotaan yang mayoritas memiliki gadget dan cenderung tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Penelitian ini dilakukan di masjid At-Taqwa Klaseman kota Salatiga karena letaknya di perkotaan serta penduduknya yang bukan hanya muslim saja tetapi juga non muslim.

  Gambaran permasalahan di atas adalah bagaimana penanaman sikap altruisme dalam remaja masjid di jaman yang semakin maju dan mengharuskan melek digital, maka penulis merumuskan judul PERILAKU ALTRUISME PADA REMAJA MASJID AT-TAQWA KLASEMAN KOTA SALATIGA.

B. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan remaja masjid At-Taqwa Klaseman

  Mangunsari Sidomukti kota Salatiga tentang altruisme? 2. Bagaimana penerapan sikap altruisme oleh remaja masjid

  At-Taqwa Klaseman Mangunsari Sidomukti kota Salatiga? C.

   Tujuan penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:

  1. Mengetahui pandangan remaja masjid At-Taqwa Klaseman Mangunsari Sidomukti kota Salatiga tentang altruisme.

  2. Mengetahui penerapan sikap altruisme oleh remaja masjid At-Taqwa Klaseman Mangunsari Sidomukti kota Salatiga.

D. Manfaat penelitian

  Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas tentang peranan altruisme dalam mewujudkan perilaku remaja masjid yang prososial. Sehingga mampu memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktiknya.

  1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan atau wacana serta menjadi rujukan atau referensi mengenai perilaku altruisme pada remaja masjid At-Taqwa kota Salatiga.

  2. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau pegangan bagi pendidik dalam mengembangkan pendidikan karakter terlebih pendidikan remaja. Serta menerapkan dan melaksanakan pembelajaran pendidikan remaja di era serba digital.

E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kesalah pahaman dan kekaburan dalam penafsiran judul, maka perlu dikemukakan maksud dari kata-kata dan istilah yang digunakan dalam judul skripsi ini agar dapat dipahami secara konkrit dan lebih operasional. Adapun batasan istilah tersebut adalah:

1. Altruisme

  Altruisme dalam kamus istilah popular mempunyai pengertian mementingkan pengabdian dan rasa kasih pada sesama diatas kepentingan pribadi. (Fanani, 2012 : 33)

  Altruisme adalah perilaku menolong yang tidak mementingkan diri sendiri dan dimotivasi oleh keinginan untuk bermanfaat bagi orang lain (Clayton & Mercer, 2012 : 121). Kesimpulan dari dua pengertian diatas yaitu altruisme adalah perilaku mengutamakan kepentingan orang lain diatas kepentingan sendiri.

  F.

  Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Satria Andromeda tentang

  “Hubungan antara Empati dengan Perilaku Altruisme pada Karang Taruna Desa Pakang” menyimpulkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara empati dengan perilaku altruisme pada desa Pakang. Semakin tinggi empati maka semakin tinggi perilaku altruisme, begitupun sebaliknya. Semakin rendah empati maka semakin rendah perilaku altruisme. Nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,584 ; signifikansi p = 0,000 (p

  ≤0,01). Tingkat empati pada subyek tergolong tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh rerata empirik sebesar 75,89 dan rerata hipotetik sebesar 62,5. Tingkat perilaku altruisme pada subyek tergolong tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh rerata empirik sebesar 81,89 dan rerata hipotetik sebesar 62,5.

  Penelitian yang dilakukan oleh Arunia Hidayati yang berjudul ”Hubungan Kematangan Beragama dengan Perilaku Altruistik pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga Angkatan 2007/2008” disimpulkan bahwa ada hubungan antara kematangan beragama dengan perilaku altruistik pada mahasiswa PAI STAIN Salatiga angkatan 2007/2008 diterima. Hal tersebut dipaparkan dengan hasil analisis kuantitatif data 50 responden yaitu tingkat kematangan beragama yang memperoleh nilai tinggi (A) sebanyak 46, kategori sedang (B) sebanyak 44%, kategori rendah (C) sebanyak 10%. Setelah data berhasil, kemudian data tersebut dikonsultasikan dengan r tabel, dengan jumlah subyek penelitian 50 responden dengan taraf signifikansi 5% diperoleh 0,361, pada taraf signifikansi 1% diperoleh 0,279, dan hasil rxy diperoleh signifikansi 0,995, maka dapat berarti bahan nilai rxy lebih besar daripada nilai tabel yakni (0,361 ˂0,995˃0,279).

  Penelitian yang dilakukan oleh Safira Ainun Zahra mengenai “Pengaruh kematangan Emosi dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Altruisme pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” memberikan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kematangan emosi dan pola asuh orang tua terhadap altruism pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil dari uji hipotesis minor yang menguji masing-masing koefisien regresi terhadap depennment variable diperoleh tiga koefisien regresi yang signifikan, yaitu kemampuan beradaptasi, kemampuan menguasai amarah dan pola asuh otoriter-permisif.

  Penelitian yang dilakukan oleh peneliti kali ini bukan mengenai altruisme dalam mempengaruhi variable-variabel tertentu melainkan perilaku altruisme dalam remaja masjid At-Taqwa Klaseman Kota Salatiga. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah makna sikap altruisme dalam suatu hubungan sosial. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu dapat dilihat dari segi metode penelitan, dimana penelitian terdahulu menggunakan pendekatan kuantitatif sedangkan penelitian ini menggukan pendekatan kualitatif dengan subjek penelitian yang berbeda pula.

G. Sistematika Penelitian

  Skripsi ini akan ditulis menggunakan sistematika yang terdiri dari 5 bab, antara lain:

  BAB I, yaitu berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, kajian penelitian terdahulu serta sistematika penelitian.

  BAB II, berisi mengenai landasan teori pengertian altruisme dan remaja. BAB III, berisi mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian. BAB IV, paparan dan analisis data. BAB V, penutup yang mencakup simpulan dan saran. Kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian dan analisis data. serta penutup yang berisi tentang prakata penulis mengenai penelitiannya.

BAB II LANDASAN TEORI A. Altruisme 1. Pengertian Kehidupan manusia tidak terlepas dari sikap sosial. Interaksi yang dilakukan setiap hari oleh manusia membuat

  manusia memiliki berbagai karakter dan sifat yang beraneka ragam. Auguste Comte (Seglow, 2004: 51) masalah utama kehidupan manusia adalah subordinasi egoisme altruisme, Keseluruhan ilmu sosial terdiri atas sepatutnya mengerjakan masalah ini, prinsip esensial menjadi reaksi kolektif atas kehidupan individu. Altruisme merupakan bagian dari sikap prososial, sikap prososial adalah suatu kategori tindakan yang luas yang didefinisikan oleh segmen signifkan masyarakat dan atau kelompok sosial sesorang sebagai tindakan yang secara umum bermanfaat bagi orang lain. Perilaku prososial dan altruisme berbeda, perilaku prososial dapat mencakup diterimanya penghargaan karena menolong, sedangkan altruisme menggambarkan tindakan prososial sebagai tujuan itu sendiri, tanpa memberikan keuntungan bagi si altruis (Clayton & Mercer, 2012 : 122).

  Seperti halnya altruisme dan egoisme. Altruisme merupakan sikap yang mempunyai pengertian berbanding terbalik dengan egoisme. Egoisme memiliki arti mementingkan diri sendiri. Altruisme adalah sikap mengutamakan kepentingan orang lain dibanding kepentingan diri sendiri.

  Menurut Batson (1943 : 3) altruisme merupakan keinginan untuk menguntungkan orang lain demi kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri. Sedangkan menurut Seglow (2004: 89) altruisme adalah perilaku yang benar-benar diarahkan untuk membantu orang lain untuk kepentingan mereka sendiri dan tidak dapat direduksi menjadi perilaku yang mementingkan diri sendiri atau pro-sosial.

  Altruisme adalah perilaku menolong yang tidak mementingkan diri sendiri dan dimotivasi oleh keinginan untuk bermanfaat bagi orang lain (Clayton & Mercer, 2012 : 121).

  Altruisme (Monroe, 1998: 4) tindakan yang dirancang untuk memberi manfaat bagi orang lain, bahkan dengan risiko bahaya yang signifikan terhadap kesejahteraan diri sendiri.

  Bierhoff , Klein dan Kram (1991) dalam Clayton & Mercer (2012 : 130) meminta para peserta yang pernah turun tangan dalam suatu kecelakaan lalu lintas untuk mengisi kuesioner yang berisi disposisi-disposisi kepribadian yang menurut mereka relevan dengan perilaku semacam itu. Individu-individu kontrol yang setara yang juga melihat namun tidak turun tangan juga mengisi kuesioner yang sama. Berdasarkan temuannya, mereka mengidentifikasi suatu kombinasi lima disposisi yang diasosiasikan dengan mereka yang menunjukkan perilaku yang mendorong seseorang memiliki perilaku altruisme: a.

  Empati Suatu respon afektif dan kognitif yang kompleks terhadap penderitaan emosional orang lain. Hipostesis altruisme empati mengaitkan perilaku menolong yang termotivasi secara altruitik dengan kepedulian empatik.

  b.

  Keyakinan tentang dunia yang adil Menyatakan bahwa seseorang memiliki norma keadilan yang mempengaruhi cara seseorang menilai apakah orang lain membutuhkan pertolongan dan menimbang ongkosnya bagi kita. Jika hasil menolong yang diserap tidak memenuhi standar keadilan seseorang itu sendiri, maka disebut termotivasi secara egoistik, bukan secara altruistik.

  c.

  Tanggung jawab sosial Menolong orang lain adalah sesuatu yang harus dilakukan, tidak bergantung pada ketimbalbalikan di masa mendatang atau apakah individu tersebut pernah menolong seseorang atau tidak d.

  Pusat kendali internal Ini merupakan kepercayaan individu, bahwa individu tersebut dapat memilih untuk bertingkah laku dalam cara memaksimalkan hasil akhir yang baik dan meminimalkan yang buruk. Individu yang menolong mempunyai pusat kendali internal yang tinggi. Sebaliknya individu yang tidak menolong cenderung memiliki pusat kendali eksternal dan percaya bahwa apa yang dilakukan tidak relevan, karena apa yang diatur oleh keuntungan, takdir, orang-orang yang berkuasa dan faktor-faktor tidak terkontrol lainnya.

  e.

  Egosentrisme rendah Individu yang menolong tidak bermaksud untuk menjadi egosentris, self absorbed, dan kompetitif.

2. Aspek-aspek perilaku altruisme

  Myers (1987:383) membagi perilaku altruisme kedalam beberapa aspek yaitu, memberikan perhatian terhadap orang lain dimana seseorang membantu orang lain karena adanya kasih sayang, pengabdian, kesetiaan yang diberikan tanpa ada keinginan untuk memperoleh imbalan untuk dirinya sendiri. Membantu orang lain dimana seseorang membantu di dasari oleh keinginan yang tulus dan dari hati nurani orang tersebut tanpa adanya pengaruh dari orang lain. Meletakkan kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadi dimana dalam memberikan bantuan kepada orang lain kepentingan yang bersifat pribadi di kesampingkan dan lebih fokus pada kepentingan orang lain.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku altruisme

  Perilaku altruisme dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor situasional dan faktor internal. Adapun faktor situasional dibagi menjadi enam antara lain (Sarwono, 2009: 131-134).

  a.

  Lingkungan Orang-orang yang berada di sekitar tempat kejadian mempunyai peranan besar dalam mempengaruhi seseorang saat memutuskan untuk menolong ketika dihadapkan pada keadaan darurat, efek ini terjadi karena adanya pengaruh sosial, yaitu pengaruh dari orang lain yang dijadikan acuan dalam meninterpretasikan situasi dan mengambil keputusan untuk menolong.

  b.

  Daya tarik Seseorang akan cenderung memberikan bantuan kepada orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya.

  Seorang pemalu pada umumnya akan melakukan altruisme pada anggota kelompoknya terlebih dahulu kemudian baru terhadap orang lain karena ada kesamaan pada dirinya.

  c.

  Atribusi terhadap korban Seseorang akan termotivasi untuk memberikan bantuan kepada orang lain bila ia berasumsi bahwa ketidak beruntungan korban adalah diuar kendali korban. Jadi seseorang akan lebih bersedia memberikan sumbangan kepada pengemis yang cacat tua dibandingkan dengan pengemis yang sehat dan masih muda.

  d.

  Modeling Model yang melakukan perilaku altruisme dapat memotivasi untuk seseorang memberikan pertolongan kepada orang lain.

  e.

  Tekanan waktu Orang yang sibuk dan tergesa-gesa cenderung tidak melakukan altruisme, sedangkan orang yang punya banyak waktu luang yang lebih besar kemungkinannya memberkan pertolongan kepada yang memerlukan. f.

  Kebutuhan korban Kesediaan untuk menolong dipengaruhi oleh kejelasan bahwa korban benar-benar membutuhkan pertolongan.

  Adapun faktor internal yang dapat mempengaruhi atruisme dibagi menjadi lima yaitu : suasana hati (mood), sifat, jenis kelamin, tempat tinggal, pola asuh (Sarwono, 2009: 134-136).

  a.

  Suasana hati (mood) Emosi seseorang akan mempengaruhi kecenderungan untuk menolong. Emosi positif akan meningkatkan perilaku altruisme, namun jika situasinya tidak jelas maka orang yang bahagia cenderung mengasumsikan bahwa tidak ada keadaan darurat sehingga tidak menolong. Sedangkan pada emosi negatif, seseorang yang sedih kemungkinan menolongnya dapat membuat suasana hati lebih baik, maka dia akan memberikan pertolongan.

  b.

  Sifat Berkaitan dengan sifat yang dimiliki seseorang, orang yang memiliki sifat pemaaf cenderung mudah menolong. Sedangkan orang yeng memiliki self monitoring tinggi juga cenderung lebih penolong karena dengan menjadi penolong ia akan memperoleh penghargaan sosial yang lebih tinggi.

  c.

  Jenis kelamin Peranan gender terhadap kecenderungan seseorang untuk menolong sangat bergantung pada situasi dan bentuk pertolongan yang dibutuhkan. Laki-laki cenderung mau terlibat melakukan altruisme pada situasi darurat sedangkan perempuan lebih mau terlibat dalam aktfitas altruisme pada situasi yang memberikan dukungan emosi, merawat dan mengasuh.

  d.

  Tempat tinggal Orang yang tinggal dipedesaan cenderug memiliki sifat penolong dari pada orang yang tinggal diperkotaan di karenakan terlalu banyak mendapat stimulasi dari lingkungan sehingga mereka harus selektif dalam menerima informasi yang banyak agar tetap bisa menjalankan perannya dengan baik. Inilah yang menjadi penyebab orang-orang perkotaan altruismenya lebih rendah dari orang-orang desa.

  e.

  Pola asuh Pola asuh dalam keluarga yang demokratis secara signifikan memfasilitasi adanya kecenderungan anak untuk tumbuh menjadi penolong, yaitu melalui peran orang tua dalam menentukan standar tingkah laku menolong.

4. Tahap-tahap perilaku altruisme

  Menurut Latane dan Darley (1970) dalam Faturochman (2009: 74) ada empat tahapan yang dilalui seseorang sebelum sampai pada keputusan dan berbuat menolong orang lain, yaitu: a.

  Perhatian, orang tidak mungkin akan menolong bila dia tidak tahu adanya orang lain yang perlu ditolong. Untuk sampai pada perhatian terkadang sering terganggu oleh adanya hal-hal lain seperti kesibukan, ketergesaan, mendesaknya kepentingan lain dan lain sebagainya.

  b.

  Interpretasi situasi, seseorang yang tergeletak di tepi jalan bisa diinterpretasikan sebagai gelandangan, pemabuk, korban kecelakaan atau yang lain. Apabila ternyata pemerhati ini menginterpretasikan gelandangan atau pemabuk maka tidak akan muncul suatu perbuatan. Berbeda jika pemerhati menginterpretasikan sebagai orang yang membutuhkan pertolongan misalnya adanya darah atau permintaan tolong, maka kemungkinan besar akan diinterpretasikan sebagai korban yang perlu pertolongan.

  c.

  Asumsi, setelah pemerhati menganggap sesorang membutuhkan pertolongan maka muncullah asumsi. Muncul tidaknya asumsi bahwa hal itu merupakan tanggung jawab pemerhati.

  d.

  Mengambil keputusan untuk menolong atau tidak.

  Meskipun sudah sampai pada tahap ketiga, pemerhati merasa bertanggung jawab memberikan pertolongan.

  Berbagai kekhawatiran bisa timbul yang menghambat terlaksananya pemberian pertolongan. Berbeda apabila ada keputusan bahwa dia harus menolong. Adanya keputusan seperti itu, maka akan ada tindakan pertolongan.

  B.

  Remaja 1.

  Pengertian Masa remaja merupakan masa penuh gejolak. Pada masa ini, mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat karena beberapa faktor, seperti tugas sekolah, pekerjaan rumah, dan lain sebagainya. Usia remaja berkisar antara 13-21 tahun. Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang karena telah sering dihadapkan pada dunia nyata (Prasetyono, 2014 : 13) Agama Islam tidak ada istilah remaja yang ada hanya anak-anak dan dewasa (akil baligh, ukuran dewasa didasarkan pada perubahan biologis misalnya anak perempuan dipandang dewasa apabila sudah menstruasi, sedang anak laki-laki dikatakan dewasa apabila sudah keluar mani (melalui mimpi).

  Saat ini belum ada kesepakatan batas umur dari remaja. Di Indonesia maupun dipelbagai negara, batasan umur remaja ini masih belum ada batasam yang jelas, akan tetapi hampir disepakati berkisar antara usia 13-21 tahun, yaitu berakhir masa anak-anak- menjelang usia dewasa (adolessen). Setiap orang setelah mengalami masa anak-anak dan menghadapi masa remaja akan mengalami masa peralihan yang waktunya sangat singkat. Masa peralihan yang dapat dikatakan masa kritia (berbahaya), disebut juga fase negatif, karena fase ini ditandai dengan sifat-sifat negatif dan acuh tak acuh pada keadaan. Pikiran tidak tenang, kurang mau bergerak atau bekerja, lebih banyak menghabiska waktu untuk tidur, pemurung, ragu-ragu dan non sosial.

2. Karakteristik remaja

  Masa remaja juga disebut dengan masa transisi atau masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Pada masa ini remaja mengalami banyak karakteristik perubahan hidup. Adapun karakteristik perubahan hidup yang dialami oleh remaja adalah antara lain (Achroni, 2014: 14-31) a.

  Ciri fisik/biologis Masa remaja masa dimana seseorang mengalami perubahan fisik yang dramatis. Tinggi serta berat badan yang berubah. Perubahan fisik terjadi karena tubuh memproduksi hormon-hormon yang berhubungan dengan pertumbuhan. Yaitu follocle-stimulating hormon (ISCH) dan Luteinizing Hormon (LH). Hormon-hormon ini lah yang akan bertanggung jawab atas perubahan fisik remaja.

  b.

  Ciri kognitif Kognitif atau kemampuan berfikir adalah hal yang berhubungan dengan atau melibatkan kognisi. Secara sederhana remaja dengan perkembangan kognitif mampu melakukan hal-lah sebagai berikut : berfikir logis tentang gagasan abstrak, membuat rencana, strategi, keputusan-keputusan, dan memecahkan masalah, membedakan yang konkret dengan yang abstrak, belajar berintrospeksi diri, serta memperluas wawasan berfikir.

  c.

  Ciri emosional Jenis emosi yang umum dihadapi remaja adalah cinta, kasih sayang, gembira, bahagia, amarah, takut, cemas cemburu sedih frustasi dan benci. Adapun perilaku negatif yang di timbulkan oleh emosi remaja antara lain:

1. Agresif (melawan, keras kepala, berkelahi, suka mengganggu dan lain-lain).

  2. Regresif atau lari dari kenyataan (suka melamun, pendiam, senang menyendiri dan mengonsumsi obat penenang, minuman keras dan obat terlarang).

3. Temperamental (mudah tersinggung, marah, sedih, dan murung).

  Ketika seorang remaja berhasil mencapai kematangan emosi adapun beberapa hal yang akan dimiliki adalah ketepatan emosi (cinta, kasih sayang, simpati, senang menolong, menghormati orang lain, ramah, dan lain-lainnya) serta mampu mnegendalikan emosi (tidak mudah tersinggung, tidak agresif, wajar optimis, dan tidak meledak-ledak, menghadapi kegagalan secara sehat dan bijak).

  d.

  Ciri sosial Hubungan sosial remaja yang menjadi kompleks dibandingkan ketika masih anak-anak inilah yang membuat tugas perkembangan remaja yang terkait dengan hubungan sosial menjadi tugas perkembangan paling sulit. Hal ini terjadi karena dalam setiap hubungan sosial selalu dibutuhkan berbagai penyesuian dan penyesuai sosial ini tidak selalu mudah untuk dilakukan.

  e.

  Ciri moral Memasuki masa remaja, remaja mengalami perkembangan moral. Remaja akan melakukan perbuatan baik karena adanya dorongan dari diri sendiri, tanpa harus senantiasa dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman. Remaja berbuat baik karena menghormati tatanan moral yang ada di masyarakat dan norma hukum, serta agar mendapatkan penerimaan sosial. E.B Hurlock dalam Achroni (2014: 31) menunjukkan betapa berartinya masa remaja dengan memberikan pandangannya mengenai ciri-ciri masa remaja sebagai berikut : 1.

  Masa remaja sebagai periode yang berharga karena perkembangan fisik dan mental yang cepat dan penting, adanya penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai serta minat baru.

  2. Masa remaja sebagai perioden peralihan, adanya suatu perubahan sikap dan perilaku dari anak-anak menuju dewasa.

  3. Masa remaja sebagai periode perubahan karena ada 5 perubahan yang bersifat unuversal yaitu perubahan emosi, tubuh, minat dan pola perilaku, serta perubahan nilai.

  4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas karena remaja berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya apa perannya.

  5. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa karena masa remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan orang dewasa.

BAB III METODE PENELITIAN 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

  fenomenologi , yaitu metode penelitian yang merupakan pandangan

Dokumen yang terkait

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat- Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

0 0 11

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Ilmu Tarbiyah

0 0 78

KONSEP IKHLAS DALAM KITAB MINHAJUL ABIDIN DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN IBADAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 100

KONSEP BIRRUL WAALIDAIN AL-QUR’AN SURAT AL-AHQAAF AYAT 15-16 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 132

MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF FAZLUR RAHMAN SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

0 0 89

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM, PADA SISWA MTS NEGERI SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 6 141

PENDIDIKAN KARAKTER Kajian Pemikiran Imam Al-Ghazali dalam Kitab Ayyuhal Walad SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 3 86

PERAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENANGGULANGI GAYA HIDUP HEDONISME (KAJIAN PEMIKIRAN MUNIF CHATIB) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 109

NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB KIFAYATUL AWAM KARYA SYAIKH IBRAHIM AL- BAJURI SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 118

MANAJEMEN DIRI MAHASISWA BERSTATUS MENIKAH (Studi Kasus Mahasiswa IAIN Salatiga Jurusan PAI Angkatan 2013) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 172