PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENGHADAPI ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN DI DESA KARANGPURI KECAMATAN WONOAYU KEBUPATEN SIDOARJO.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas fslam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk

Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Yulianti

Dian Prasetvaninsrum B02212010

PROGRAM STUDI

PENGEMBAI\IGAI\I

MASYARAKAT

ISLAM

JURUSAI\IDAKWAH

FAKULTAS

DAKWAH DAIY KOMT]NIKASI

UNTVERSITAS

ISLAM NEGERI SUNAII AMPEL

ST]RABAYA


(2)

Yang bertandatangan di bawah

ini, Saya:

Nama

NIM

Fakultas / Prodi

: Yulianti Dian Prasetyaningrum :802212010

:

Dakwah

dan

Komrxrikasi

/

Pengembangan Masyarakat Islam

: Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi

Alih

Fungsi Lahan

Pertanian

di

Desa

Karanpuri

Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo

Judul Skripsi

Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa :

l.

Skripsi

ini

secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali kutipan-kutipan yang telah dirujuk sebagai balran referensi.

2.

Skripsi ini belum pernah diterbitkan oleh lembaga manapun.

3.

Jika temyata

di kemudian

hari skripsi

ini

terbukti bukan hasil karya saya sendirio

saya

bersedia mendapatkan

sanksi

berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

YuHanti Dian P FIIM 802212010 Surabaya"

l5

Agustus 2016

Yang Menyatakan

;,*.ar#r$-ii.Til

/


(3)

Skripsi ini :

Menyatakan bahwa

judut

'?cmberdayaan Sumber Daya Manusia

Dalam

Menghadapi Alihfungsi Lahan

di Desa Karangpuri,

Kecamatan

T[onorlru,

I(abupaten SidoerJo"

Oleh:

Yulianti Dian Prasetyaningrum

NIM

B022t2010

Telah

diperiksa

dan disetujui

untuk diujikan

pada ujian

skipsi

prodi Pengembangan

Masyarakat

Islam,

Fakultas Dalcwah

Dan Komunikasi.

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Strabaya

Srnabayq 15 Agustus 2016 DosenPembimbing

Dr.II.

Syaiful

Ahron,

M.EI

NIP. I 9550925 199103 I 001


(4)

Mmpahkan"

Fd#s

Dalnvah dan

Komrmihsi

M'si

NrP. 19550045 199103 100t

Prqgin,

/

0e^"."*-Drs. H.

Hmnisri

G,frn

NIP, I 95203{t9t 982m

tm3

I}r. H.

NIP. r?70r I 16199903

tffi I

Pqrfi IV,

Ihr

Frdji Rafumwati" ltL Ks NIp. I 96?{xI25 t ged{}32002

,rrnr*r*,

\


(5)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUruAN

PUBLIKASI

KARYA ILMIAH

TINTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika

UIN

Sunan Ampel Surabaya, yang bertandatangan

di bawah ini,

saya:

Xh*U

Diqt

prwefuootoerun

-1---V--:":"'1yt".":;...t...-

fu.eat*.e{P-Nama

NIM

Fakultas/Jurusan E-mail address

.tl.,gof-t^r.-L:s.@-gnat.!:-c9n

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada perpustakaan

9il

S.*g

Ameq

Surabaya, Hak Bebas

Royalti

Non-Eksklusif atas karya

ilmiah:

-lvtSkripsi fl Tesis

EI

Desertasi

-l

Lain-lain(...:...

...)

yang berjudul:

Beserta perangkat yang diperlukan

(bila

ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif

ini

Perpustakaan

UIN

Sunan Ampel Surabaya berhak rnenyimpan, mengalih-media

I format-kan,

mengelolanya

dalam

bgntuk

pangkalan

data

(database),

mindistribusikannya,

dan menampilkan

/

mempublikasikannya

di

Intemet atau media

lain

secara

futk*t

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap

mencuittu-t*

nama saya sebagai penulis / pencipta dan atau penerbit yang

birsangkutan.

^

Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak perpustakaan LIIN Sryan

Ampel Surabay4

segala bentuk ftintutan hukum yang

timbul

atas peianggaran Hak Cipta dalam karya ilnoiah saya ini.

Demikian pernyataan

ini

yang saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya,

"22 Agwlut

aal6

Penulis

(lt

lionti Don

ftuetw

N

) Nama terang dan tandaiangan


(6)

ABSTRAK

Yulianti Dian P (2016): Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi Alih Fungsi Lahan Pertanian Di Desa Karangpuri Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo

Penelitian pemberdayaan ini menggambarkan bagaimana kondisi sosial dan ekonomi masyarakat desa Karangpuri Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo yang lahan sawah dialih fungsikan menjadi perumahan. Penelitian ini akan menjawab fokus yang pertama, bagaimana pola pemberdayaan sumber daya manusia ketika menghadapi alihfungsi lahan pertanian. Kedua, bagaimana masyarakat dapat memanfaatkan uang hasil menjual lahan. Ketiga, bagaimana pemberdayaan mindset entrepreneurship

masyarakat dalam menghadapi alih fungsi lahan. dibutuhkan masyarakat agar dapat menghadapi alihfungsi lahan ketika mereka telah beralihfungsi profesi petani menjadi wirausaha.

Dalam pemberdayaan ini, peneliti menggunakan pendekatan PAR (Participatory Action Research). Dengan beberapa langkah yakni pendekatan (inkulturasi), penemuan masalah dan pemecahan, menyusun strategi, aksi bersama, evaluasi kegiatan dan refleksi. Dari beberapa langkah tersebut harus diadakannya FGD (Focus Group Discussion) untuk menentukan pola pendampingan seperti apa yang sesuai untuk permasalahan SDM dalam menghadapi alihfungsi. Hasil yang telah diperoleh selama pendampingan yakni dari survey belanja tangga pemilik lahan yang telah dijual, rendahnya keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat, dan petani tidak dapat memanfaatkan hasil dari penjualan lahan. Maka dari itu, terbentuknya

program dengan nama “KARANGPURI MANDIRI” ibu-ibu yang mendapatkan pendampingan mengenai usaha lokal dan cara berwirausaha.

Aksi yang telah dilakukan oleh masyarakat dan remaja mencoba menghadapi alih fungsi di lahan dengan cara berwirausaha dan telah memiliki pelatihan mengenai entrepreneurship. Bahwa pemanfaatan hasil jual lahan akan lebih berguna bila dimanfaatkan sebaik mungkin. Menjaga lahan adalah aset berharga, namun tidak bisa dihindarkan apabila terjadi alih fungsi lahan. Adapun program yang dilakukan bersama dengan terlibat secara penuh dan memihak dengan cara pelatihan berwirusaha dan memberi keterampilan untuk ibu-ibu membuat bros dan tas. Maka dari itu, SDM masyarakat akan lebih tinggi dan masyarakat tidak perlu kuatir mengenai alihfungsi lahan.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KETERANGAN PERNYATAAN KEASLIAN...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ...iv

PERSEMBAHAN ...v

MOTTO ...vii

KATA PENGANTAR...viii

ABSTRAK...x

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR GAMBAR ...xiv

DAFTAR TABEL...xv

DAFTAR BAGAN ...xvi

BAB I : PENDAHULUAN A. Analisa Situasi Problematik ...1

B. Fokus Pendampingan ...4

C. Tujuan Pendampingan ...5

D. Manfaat Pendampingan ...7

E. Strategi Pendampingan ...8


(8)

BAB II : DAKWAH DAN PROBLEMATIKANYA

A. Dakwah Dalam Pemberdayaan ...12

B. Teori Sumber Daya Manusia...17

C. Teori Perubahan Sosial ...19

BAB III : METODE RISET DAN PENDAMPINGAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Untuk Pendampingan ...23

B. Objek Pendampingan...24

C. Jenis Dan Sumber Data ...25

D. Tahap-tahap Pendampingan ...28

E. Teknik Pengumpulan Data Dan Pendampingan...31

F. Teknik Analisis Data...34

G. Teknik Validasi Data ...36

BAB IV : POTRET KEHIDUPAN DESA KARANGPURI A. Kondisi Kependudukan ...38

B. Batas Geografi Desa ...40

C. Sifat Sosial yang Tinggi ...43

D. Ekonomi Masyarakat ...46

E. Kondisi Pendidikan ...53

F. Beragam Tradisi ...56

G. Kondisi Politik Pembangunan ...58

BAB V : MENELISIK PROBLEMATIKA SOSIAL MASYARAKAT A. Hamparan Sawah yang Telah Dicuri ...64


(9)

C. Petani Adalah Generasi Hebat ...90

D. Penguasa Memiliki Kedudukan Tertinggi ...94

BAB VI : KEBANGKITAN DALAM MENCAPAI KEBERHASILAN A. Strategi Masyarakat Agar Lebih Mandiri ...99

B. Membentuk JiwaEntrepreneurshipMasyarakat...106

C. Dinamika Membangun Kelompok ...109

D. Membuka Keterampilan Membangun Jaringan ...113

BAB VII : AKHIR CERITA DARI SEBUAH PENDAMPINGAN A. Refleksi ...122

BAB VIII : PENUTUP A. Kesimpulan ...125

B. Saran dan Rekomendasi...126 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 : Peta Dasar desa Karangpuri ...41

Gambar 4.2 : Kondisi Pemukiman desa Karangpuri ...42

Gambar 4.3 : Kerja Bakti Perbaikan Masjid ...46

Gambar 4.4 : Klinik desa Karangpuri ...49

Gambar 4.5 : SDN Karangpuri 1 ...56

Gambar 4.6 : Sarana Ibadah desa Karangpuri ...58

Gambar 4.7 : Perbaikan Balai desa Karangpuri ...60

Gambar 4.8 : Pasar desa Karangpuri ...62

Gambar 5.1 : Lahan Persawahan Tebu ...67

Gambar 5.2 : Perumahan tamanvillagedesa Karangpuri...85

Gambar 5.3 : Perumahan yang Telah Jadi ...89

Gambar 5.4 : Pekerjaan Buruh Tani dari Mojosari ...90

Gambar 5.5 : Diagram Venn Pihak Terlibat pada Permasalahan Lahan ...97

Gambar 6.1 : Kumpulan ibu-ibu dan FGD ...99

Gambar 6.2 : FGD Bersama Anak Remaja desa Karangpuri...112

Gambar 6.3 : Kain Hijau Pengikat Simbol Cinta Sawah ...112

Gambar 6.4 : Tahap Pembuatan Kerajinan Tangan Ibu-ibu ...115


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Jumlah Penduduk Keseluruhan desa Karangpuri ...38

Tabel 4.2 : Jumlah Penduduk Keseluruhan per Dusun ...39

Tabel 4.3 : Usia Produktif Masyarakat desa Karangpuri ...40

Tabel 4.4 : Letak Geografis desa Karangpuri ...42

Tabel 4.5 : Kepemilikan WC dan Sapiteng ...47

Tabel 4.6 : Usaha Masyarakat desa Karangpuri ...48

Tabel 4.7 : Penduduk yang Menerima Bantuan Langsung Tunai ...49

Tabel 4.8 : Contoh Belanja Per Bulan Satu Rumah Tangga Warga (kelas atas) ...50

Tabel 4.9 : Contoh Belanja Per Bulan Satu Rumah Tangga Warga (kelas bawah) ...52

Tabel 4.10 : Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ...54

Tabel 4.11 : Sarana Pendidikan desa Karangpuri ...55

Tabel 4.12 : Sarana Tempat Ibadah ...59

Tabel 5.1 : Harga Sewa Lahan Sawah Tebu Dsn. Sampuri ...68

Tabel 5.2 : Lahan Sawah yang Disewa Petani Buah ...72

Tabel 5.3 : Hasil Panen Tanaman desa Karangpuri ...74

Tabel 5.4 :Trand and ChangeAlih Fungsi Lahan ...80

Tabel 5.5 : Kalender Musim ...82

Tabel 5.6 : Data Tanah Kavling desa Karangpuri ...85

Tabel 5.7 : Mata Pencaharian Masyarakat desa Karangpuri ...92

Tabel 6.1 : Kelemahan dan Kekuatan Masyarakat ...100


(12)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 : Analisis Pohon Masalah Alih Fungsi Lahan...76 Bagan 2.1 : Penguasa dalam Permasalahan Lahan...95 Bagan 3.1 : Analisis Pohon Harapan Terbebasnya Aset Masyarakat ...104


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. ANALISA SITUASI PROBLEMATIK

Tanah merupakan lambang kekuasaan terpenting dari seorang petani, dari mengelola tanah hingga menanam bibit sampai menjadi padi semuanya dilakukan di tanah, peralihan lahan oleh petani tentu saja akan merubah mata pencaharian mereka yang sebelumnya menjadi petani harus berganti karena adanya peralihan lahan. Saat ini fungsi lahan tidak hanya untuk fungsi pertanian tetapi mengatas namakan kepetingan individu. Pembangunan pengalihan fungsi lahan marak dilakukan dimana-mana tanpa kontrol ataupun pengawasan pemerintah. Akibatnya konflik antar individu maupun kelompok tak dapat terhindar lagi.1

Desa Karangpuri terletak di pinggir Kabupaten Sidoarjo, yakni di Kecamatan Wonoayu. Bermacam-macam mata pencaharian masyarakat untuk memenuhi hidup, namun mayoritas pekerjaan masyarakat desa Karangpuri sebagai petani. Sektor pertanian yang masih membentang luas, namun tidak sedikit dari berbagai pihak yang ingin menjadikan lahan sawah beralih fungsi. Sebelum tahun sekarang sawah yang dahulunya berfungsi sebagai mata pencaharian dan sumber kehidupan, kini telah beralih fungsi sebagai sektor pembangunan yang mementingkan satu individu yakni penguasa. Beralihnya

1

Rizky Dwi Yuliani,Dampak Alih Fungsi Lahan Sawah Terhadap Mata Pencaharian Masyarakat ,http://clairedelune.web.unej.ac.id/2015/12/19/dampak-alih-fungsi-lahan-sawah-terhadap-mata-pencaharian-masyarakat/, diakses 23 Mei 2016


(14)

fungsi lahan sawah ke perumahan, menjadikan masyarakat bergaya hidup modern dan berlebih-lebih.

Namun tidak disangka bahwa sedikit demi sedikit persawahan mereka terkikis. Banyak oknum yang ingin menggusur persawahan mereka dengan lembaran uang yang tidak seberapa. Seperti di dusun Karangnongko, Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo, kini telah ada perumahan. Perumahan tersebut telah diisi 41 rumah/penghuni. Pembangunan perumahan tersebut telah menggeser beberapa lahan sawah di dusun Karangnongko.

Beralihnya fungsi ke sektor pembangunan tidak membuat petani dirugikan akibat alih fungsi lahan, mereka senantiasa menawarkan lahan agar bisa dibeli. Namun apabila dikaji ulang, persawahan memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan masyarakat. Mulai dari sumber oksigen masyarakat, penghasil bahan makanan untuk menghidupi masyarakat, dan pemasukan ekonomi. Persawahan sekarang sulit sekali dijumpai, di keramaian kota tidak ada lahan sawah karena adanya pembangunan beberapa gedung besar yang mementingkan individual.

Perumahan yang telah dibangun tersebut memang masih sedikit. Ucap penduduk yang tinggal di dusun Karangnongko ternyata ada lahan persawahan yang menjadi incaran pihak perumahan tersebut, yang akan dibangun perumahan lagi. Tergantung meningkatnya konsumen yang ingin membeli perumahan tersebut. Ada sebagian masyarakat yang tidak ingin menjual lahan persawahannya dikarenakan kebutuhan lainnya, seperti sawah dapat menghidupi mereka.

Namun pada era sekarang masyarakat lebih mementingkan uang terlebih dahulu, dibanding mementingkan dampak yang akan terjadi kalau menjual sawah


(15)

mereka. Padahal sawah sangat berperan untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari mereka. Apabila pendampingan untuk kebebasan agar lahan persawahan tidak dijual, maka tidak ada celah untuk fasilitator merubah kesadaran mereka mengenai penjualan lahan tersebut. Pendampingan yang bisa dilakukan adalah pendampingan sumber daya manusia untuk menghadapi alih fungsi lahan pertanian. Setelah uang hasil penjualan lahan dihabiskan untuk membeli hal yang tidak bermanfaat, maka tidak akan bertahan lama, hanya bertahan 10 tahun. Maka dari itu adanya pendampingan sumber daya manusa, kesempatan para pemilik

sawah akan terbebas dari yang namanya “modernisasi”.

Banyak potensi dari lahan sawah yang dapat dikembangkan. Aset sawah tidak harus dijual untuk kepentingan gaya hidup yang semakin modern. Dalam kenyataannya, banyak potensi desa yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat belum dapat dimanfaatkan secara optimal disebabkan kaena beberapa faktor yang kurang memadai. Kurangnya sarana-prasarana di daerah pedesaan khususnya untuk sektor pertanian agar menggali potensi yang ada.2

Di beberapa daerah terlihat sebagian kecil orang menjadi kaya raya sehingga menjadi makmur, tetapi sangat banyak orang lain yang miskin, karena lahan yang mereka kerjakan untuk memenuhi kebutuhan hidup diambil begitu saja dari petani. Lahan yang telah beralih fungsi tersebut menyebabkan sebagian masyarakat harus mengalami dampak seperti, budaya konsumerisme yang meningkat, hilangnya lahan pertanian sehingga rendahnya tenaga buruh tani yang dipekerjakan.

2


(16)

Sebagai misal, di tahun 1968 ratusan hektar sawah pada kasus di Sei Priok, Sumatera Utara, yang diolah oleh orang Indonesia asli yang berasal dari Samosir sejak tahun 1950. Sesudah memberi upeti yang sah, menurut Hukum Adat kepada Kepala Kampung di daerah itu dan mendapat izin untuk mengolah rawa-rawa itu menjadi sawah, diambil oleh Bupati Deli Serdang dari penggarap-penggarap tanah itu dengan alasan bahwa tanah itu adalah tanah negara.3

Pemberdayaan atau pendampingan masyarakat dibutuhkan untuk mengeluarkan masyarakat dari masa-masa suram yang secara tidak langsung akan merugikan mereka. Dari setiap kegiatan adanya program keberlanjutan yang akan tetap berlanjut untuk memperbaiki tatanan sosial, ekonomi, dan politik. Masyarakat pun diharapkan memanfaatkan secara mandiri terhadap sumber daya yang dimiliki, entah itu finansial, alam, sosial, infrastruktur.

B. FOKUS PENDAMPINGAN

Setelah melihat tentang realita problematik di atas dan agar tidak terjadi kerancuan dalam penulisan, maka peneliti akan merumuskan permasalahan yang akan di angkat dalam penelitian ini. Adapun rumusannya adalah :

1. Bagaimana pola pemberdayaan sumber daya manusia ketika menghadapi alihfungsi lahan pertanian

2. Bagaimana masyarakat dapat memanfaatkan hasil penjualan dari pertanian

3


(17)

3. Bagaimana pemberdayaan mindset entrepreneurship masyarakat dalam

mengahadapi alih fungsi lahan

Pendampingan ini dilakukan di desa Karangpuri, Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo. Fokus yang akan ditarik menjadi sebuah hal yang harus didampingi yakni ketika masyarakat dapat beralih fungsi profesi ketika menghadapi alihfungsi lahan pertanian. Adapun dari situasi problematik di atas dapat menjadi fokus pendampingan. Salah satunya dengan mendampingi para petani yang telah kehilangan sawah dan terancam kehilangan sawah.

C. TUJUAN PENDAMPINGAN

Dari fokus permasalahan di atas ada beberapa tujuan dari pendampingan ini yang mengatasnamakan petani. Tujuan pendampingan ini dilakukan agar petani lebih dapat bersifat produktif tidak konsumtif, adapun tujuan pendampingan diantaranya :

1. Untuk mengetahui seberapa besar masyarakat mampu menggunakan uang hasil menjual lahan pertanian dengan hal yang bermanfaat sehingga tidak menjadi masyarakat yang konsumtif.

2. Untuk mengetahui mindset masyarakat tentang sikap yang

entrepreneurshipdimiliki.

Di antara tujuan umum, adapula tujuan khusus yang akan berdampak pada pembaca, penulis, serta masyarakat awam. Di antaranya tujuan khusus adalah :


(18)

1. Pemberdayaan masyarakat; melalui proses pengorganisasian masyarakat, rakyat akan belajar bagaimana mengatasi ketidakberdayaan, sekaligus mengembangkan kapasitasnya.

2. Membangun struktur dan organisasi masyarakat yang kuat. Dibangunnya sebuah struktur untuk terjadinya berpartisipasi penuh atas ketidakberdayaan serta memberi wadah untuk menjalin hubungan-hubungan dengan organisasi lain.

3. Meningkatkan kualitas hidup. Proses-proses mobilisasi harus bisa memberikan kesempatan kepada rakyat agar terpenuhinya kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan.4

4. Dibutuhkan untuk melengkapi tugas akhir, sehingga memperoleh gelar sarjana.

D. MANFAAT PENDAMPINGAN

Manfaat yang paling utama atau inti dari pendampingan ini agar peneliti dapat menjadi fasilitator yang dibutuhkan masyarakat. Mendampingi masyarakat hingga mereka terbebas dari pengaruh kaum kapitalis, kaum besar, hingga kaum penguasa. Bukan hanya untuk mendampingi, namun peneliti mencoba hidup di tengah-tengah masyarakat. Dengan memahami kondisi mereka, mengerti kehidupan mereka, serta menjalankan tugas bersama dengan mereka.

4

Agus Afandi,dkk,Modul Participatory Action Research (PAR),(Surabaya:LPPM UIN Sunan Ampel,2016),hal.198-199


(19)

Manfaat yang dirasakan dari berbagai pihak akibat pendampingan yang dilakukan, yakni :

1. Bagi petani, pendampingan ini akan bermanfaat agar petani dapat

memanfaatkan hasil penjualan lahan pertanian setelah terjadinya alihfungsi lahan pertanian.

2. Bagi desa, bukan hanya petani yang merasakan manfaatnya, namun

desa akan diberi manfaat besar yakni akibat pendampingan tersebut. Pihak desa akan terkenal apabila berhasil membuat petani menjadikan petani yang sejahtera dan terkenal dengan menghasilkan konsumsi pangan yang baik yang akan meningkatnya pendapatan desa.

3. Bagi pembaca, agar penelitian ini dapat memberi wawasan dan

pengetahuan, bagaimana pendampingan masyarakat itu sebenarnya. Agar pembaca tertugah hati nurani, sehingga mereka lebih respect

dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini.

4. Bagi fakultas, menambah beberapa referensi untuk bahan bacaan

penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa.

Manfaat yang diberikan untuk fasilitator, akan dirasakan oleh petani yang kehilangan dan terancam lahan sawah. Bukan untuk peneliti, namun untuk mereka. Pendampingan ini juga bermanfaat untuk membuka kesadaran mereka untuk tidak terpengaruh oleh pihak yang akan menghancurkan ekonomi mereka secara perlahan. Sedangkan manfaat secara khusus yakni, masalah ini akan dijadikan sebagai pembelajaran bagi peneliti. Apabila peneliti lain sewaktu-waktu


(20)

akan mendampingi di daerah lain dengan fokus yang sama. Peneliti sudah mengetahui bagaimana yang harus dilakukan.

Bukan hanya manfaat pendampingan itu saja, namun peneliti ingin menjadikan desa Karangpuri menjadi sektor perdagangan yang berbasis pemanfaatan lahan pertanian sehingga mereka dapat memanfaatkan hasil panen dan hasil menjual aset dengan sebaik mungkin. Bukan hanya itu, peneliti ingin hasil panen meningkat tinggi dengan cara gotong-royong dan menggunakan cara menanam secara terpadu.

E. STRATEGI PENDAMPINGAN

Adapun beberapa strategi untuk memulai sebuah pendampingan di antaranya ; 1. Memulai pendekatan

Memulai membangun hubungan dengan masyarakat setempat. Kepercayaan dan keterbukaan sangat dibutuhkan untuk lebih mendalami karakteristik masyarakat desa Karangpuri. Sebelum terjun ke komunitas, terlebih dulu memerlukan pemetaan seperti detail tentang kondisi komunitas, sosi-demografisnya, adat-istiadat, dan lain-lain.

2. Investigasi sosial (riset partisipatori)

Tahap ini merupakan kegiatan penelitian (riset) untuk mencari dan


(21)

Menetukan masalah apa yang paling kuat dan mendesak untuk didiskusikan bersama.5

3. Memfasilitasi proses

Memfasilitasi masyarakat yang diorganisirnya. Seseorang pengorganisir fasilitator adalah seseorang yang memahami peran-peran yang dijalankannya di masyarakat serta memiliki keterampilan teknik menjalankannya.

4. Merancang strategi

Merancang dan merumuskan strategi dalam pengorganisasian masyarakat benar-benar diarahkan untuk melakukan dan mencapai perubahan sosial yang lebih besar dan lebih luas di tengah masyarakat.6 5. Mengerahkan aksi

Mengorganisir aksi bersama komunitas untuk melakukan suatu aksi (tindakan) yang memungkinkan keterlibatan (partispasi) masyarakat sebesar-besarnya dalam penyelesaian masalah mereka sendiri.7

6. Menata organisasi dan keberlangsungannya

Mengorganisir masyarakat juga berarti membangun dan mengembangkan satu organisasi yang didirikan, dikelola, dan dikendalikan oleh masyarakat setempat sendiri.8

7. Membangun sistem pendukung

5

Ibid,hal.209

6

Ibid,hal.210

7

Ibid,hal.211

8


(22)

Secara garis besar, berbagai jenis peran dan taraf kemampuan yang biasanya dibutuhkan sebagai sistem pendukung dari luar dapat dikelompok beberapa bagian.9

F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

BAB I, di dalam bab ini peneliti menjelaskan tentang latar belakang desa dan subyek yang didampingi serta analisis historis. Bukan hanya situasi problem yang akan diulas di bab pertama, namun di bab pertama juga memunculkan fokus pendampingan. Fokus apa yang peneliti dampingi. Serta dimana peneliti akan dampingi. Setelah fokus pendampingan, di bab pertama juga memunculkan tujuan pendampingan, manfaat pendampingan dan strategi pendampingan. Tujuan dan strategi dibuat peneliti agar pendampingan ini tetap terarah dan mengikuti fokus yang dituju.

BAB II, bab II akan menjelaskan tentang kajian teori yang akan dipakai peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti bukan untuk menguji teori tetapi peneliti mencoba menemukan teori baru dari realita yang ada. Teori yang akan dipakai oleh peneliti yakni dakwah dalam pemberdayaan, teori perubahan sosial dan teori sumber daya manusida. Ketiga teori ini saling berhubungan satu sama lain.

BAB III, pada bab III peneliti menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan untuk pendampingan yang berpihak. Bab ketiga akan

9


(23)

menjelaskan secara rinci metode PAR yang digunakan untuk mencari data dan teknik pendampingan.

BAB IV, menjelaskan tentang kondisi kependudukan, geografis, kondisi sosial, politik pembangunan, kondisi ekonomi, beragam tradisi, dan kondisi pendidikan

BAB V, di dalam bab V menjelaskan tentang inti permasalahan yang terjadi di desa Karangpuri. Dari berbagai laporan data akan dianalisis pada bab V. BAB VI, penyelesaian masalah dengan menyusun beberapa strategi bersama

masyarakat dengan melakukan diskusi secara informal serta pelaksanaan aksi bersama masyarakat yang berperan secara penuh.

BAB VII, refleksi teoritis untuk menjelaskan tentang perjalanan awal hingga akhir mendampingi masyarakat serta kendala dan kelebihan dari pendampingan.

BAB VIII, penutup, berisikan kesimpulan yang menjelaskan tentang penelitian yang menjadi pendampingan. Kesimpulan secara singkat, namun diulas secara menyeluruh dan berisi rekomendasi program yang membangun.


(24)

BAB II

DAKWAH DAN PROBLEMATIKANYA

A. DAKWAH DALAM PEMBERDAYAAN

Di masa sekarang masyarakat mulai mengalami kemajuan, mulai teknologi, pola pikir, gaya hidup, sera pengaruh globalisasi. Setiap kemajuan yang dialami oleh masyarakat, juga memiliki peranan besar. Bukan hanya peranan, sebagian masyarakat pun belum bisa merasakan dampak akibat kemajuan perkembangan zaman modern ini.

Di balik kemajuaan saat ini ada tirai permasalahan yang tersimpan. Mulai dari masalah ekonomi, stratafikasi sosial, budaya, hingga agama. Adanya kemajuan ini berdampak pada kehidupan masyarakat pula. Maka dari itu, harus diadakan pendampingan yang berpihak kepada masyarakat. Entah itu dengan cara berdakwah atau memberi sosialisasi. Berkomunikasi yang baik diharapkan pula untuk mengubah cara pandang mereka pada kemajuaan saat ini.

Dakwah merupakan bagian penting bagi umat saat ini. Dakwah menjadi obat bagi manusia ketika dilanda kegersangan spiritual, rapuhnya akhlak, maraknya korupsi, kolusi dan manipulasi, ketimpangan sosial, kerusuhan, kecurangan, dan sederet tindakan-tindakan tidak terpuji lainnya. Bukan hanya itu, seorang


(25)

fasilitator maupun da’i harus memahamai latar belakang objek dampingannya

atau dakwahnya.10Adapun sifat-sifat dasar dakwah adalah : 1. Dakwah bersifat persuasif, bukan koersif

Berusaha mempengaruhi manusia untuk menjalankan agama sesuai dengan kesadaran dan kemauannya sendiri bukannya dengan jalan koersif/paksaan.

2. Dakwah ditujukan kepada pemeluk Islam dan non Islam

Berusaha menyebarkan dan meratakan rahmat Allah kepada seluruh penghuni alam raya. Oleh karena itu dakwah ditujukan baik kepada orang-orang yang sudah beragama Islam untuk meningkatkan kualitas imannya maupun kepada orang-orang Non Islam ntuk menerima kebenaran Islam.

3. Dakwah adalah anamnesis

Berupaya mengembalikan manusia kepada sifat aslinya yang fitri (suci), yaitu sifat asal mula manusia sejak lahir yang menjadikannya secara kodrati menerima kebenaran.

4. Dakwah bukanlah prabawa psikotropik

Dakwah tidak boleh mempunyai sasaran lain tetapi dengan berhati-hati dan penuh kesungguhan mencoba mencari suatu pengakuan maupun persetujuan yang tulus ikhlas tentang apa yang diajaknya.

10

Kurdi Mustofa,Dakwah Di Balik Kekuasaan,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya Offset, 2012),hal.95


(26)

5. Dakwah adalahrationally necessary

Suatu penyajian penilaian kritis bagi nilai-nilai kebenaran atau fakta tentang metafisik dan etik serta relevansinya bagi manusia.11

Teori dakwahqabailiyah, yaitu proposisi hasil penelitian dengan menerapkan

metodeistinbath, iqtibas, dan istiqra mengenai proses dakwah yang terjadi antar

suku dan budaya yang berlainan antara mad’u dan da’inya, namun masih dalam

wilayah kesatuan bangsa. Dakwah semacam ini dapat berlangsung dalam konteks dakwahfardiyah,fi’ah,hizbaiyahmaupunummah.12

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses di mana masyarakat, khususnya mereka yang kurang memiliki akses ke sumber daya pembangunan, didorong untuk meningkatkan kemandiriannya di dalam mengembangkan perikehidupan mereka. Pemberdayaan masyarakat juga merupakan proses siklus terus-menerus, proses partisipatif di mana anggota masyarakat bekerja sama dalam kelompok formal maupun informal untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman serta berusaha mencapai tujuan bersama. Jadi, pemberdayaan masyarakat lebih merupakan suatu proses.13

Dakwah dalam pemberdayaan diharapkan untuk mengubah cara pikir masyarakat agar tetap sadar bahwa mereka dalam tingkatan yang sedang dijajah. Kebanyakan yang terjadi bahwa setiap berdakwah hanya mementingkan da’inya

saja, namun tidak berpihak kepada mad’unya. Berdakwah hanya mementingkan

satu individu dan tempat berdakwah pun selalu di tempat suci seperti tempat

11

Hasan Bisri,Ilmu Dakwah,(Surabaya:Fak. Dakwah IAIN Sunan Ampel,1998),hal.15-19

12

Muhammad Sulthon,Desain Ilmu Dakwah,(Semarang:PUSTAKA BELAJAR,2003), hal.117

13

Pemberdayaan Masyarakat ,http://chikacimoet.blogspot.co.id/2013/02/pemberdayaan-masyarakat.html?m=1, diakses 2 April 2016


(27)

ibadah. Da’inya pun dipilih bukan da’i sembarang, harus memiliki ilmu agama

yang mumpuni, meski terkadang ucapan dakwahnya tidak sesuai perbuatannya. Berbeda dengan dakwah dalam pemberdayaan. Dakwah dalam pemberdayaan tidak mementingkan semua karakteristik seperti itu. Petani, pedagang, mahasiswa,

buruh pabrik dapat menjadi da’i dalam memberi contoh kepada masyarakat.

Apabila perbuatan mereka sama dengan ucapan dan selalu berpihak kepada kondisi masyarakat. Bukan hanya berdakwah, namun berperan aktif dalm perubahan kondisi sosial ekonomi. Bukan pula di tempat ibadah, namun di segala

tempat bisa dijadikan untuk berdakwah. Da’i dalam artian pemberdayaan ikut

berpartisipasi kemampuan masyarakat dan memperjuangkan mereka untuk bangkit dan menopang pertumbuhan kolektif menjadi lebih kuat.

ِﻞ َﺟ ْل ا

14

Mendorong manusia agar berbuat kebijakan dan mengikuti petunjuk, menyeru mereka untuk berbuat kebajikan dan mencegah mereka dari perbuatan mungkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akherat” (Syekh Ali Makhfudz / Khadijah Nasution, 1970 : 17 )

Masing-masing daerah perlu diberi kesempatan menumbuhkembangkan kepentingan dan cita-citanya sendiri. Suatu daerah misalnya, dapat saja mencanangkan cita-cita untuk menjadi salah satu kekuatan ekonomi tertentu dalam tata ekonomi nasional melalui program-program pembangunan

14


(28)

intensifikasi dan diversifikasi pertanian atau agribisnis. Atau, dapat juga mencita-citakan untuk menjadi salah satu kekuatan ekonomi yang tangguh melalui industrialisasi. Namun demikian, pencanangan cita-cita tertentu semacam itu seharusnya dikaitkan antara lain dengan latar belakang historis, letak geografis, dan potensi perkembangannya sehubungan dengan faktor-faktor penunjang yang dimilikinya.15

Dakwah dalam pemberdayaan mengharapkan masyarakat ikut berperan aktif juga. Bukan hanya da’i atau fasilitator yang bekerja, namun bersama-sama

menciptakan tujuan yang diinginkan. Masyarakat pun bukan dijadikan sebagai

“objek”, melainkan harus terlibat dalam proses perubahan dan pembuatan

keputusan. Masyarakat adalah sebagai subyek utama, bukan da’i atau fasilitator.

Masyarakat yang harus menentukan jalannya pembangunan dalam bentuk apapun, karena itu gerakan pemberdayaan bernilai tinggi dalam rangka mempertimbangkan inisiatif dan perbedaan lokalitas.16 Usaha untuk mencapai masyarakat yang ideal dari kenyataan yang ada, yang umumnya dikatakan tidak manusiawi, telah menciptakan energi perubahan (akibat putus asa, perlawanan, dan balas dendam).17

15

Sunyoto Usman,Pembangunan & Pemberdayaan Masyarakat,(Yogyakarta:PUSTAKA BELAJAR,1998),hal.12-13

16

Agus Afandi dkk,Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat Islam,(Surabaya:IAIN SA PRESS,2013),hal.82

17

Ginandjar Kartasasmita, Siswono Yudohusodo dkk,Pembaruan dan Pemberdayaan, (Jakarta:Ikatan Alumni ITB,1996),hal.107


(29)

B. TEORI SUMBER DAYA MANUSIA

Rumitnya pengaturan masalah tanah dalam proses industrialisasi telah mengakibatkan kasus-kasus sengketa tanah dalam bentuk berbagai proses penggusuran dan pengambilalihan tanah-tanah untuk pengembangan kawasan industri. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus sengketa tanah yang muncul di sekitar wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan potensial pengembangan industri.18

Meskipun negara telah mengatur perihal hukum pertanahan yang kemudian diikuti pula dengan ketentuan dalam hal tata cara pembebasan tanah, namun ternyata belum mampu menjadi senjata pamungkas dalam mengatasi soal-soal yang muncul di seputar pembebasan tanah.19 Di samping fakta-fakta di atas kejadian di atas yang sering menambah meunculnya masalah-masalah baru dalam setiap pembebasan tanah ialah: keterlibatan aparatus koersif, serta masih lekatnya budaya paternalistik (sendiko dawuh), dengan atasan “embuh ora weruh” harus

diikuti dan dikerjakan tanpa melihat benar dan salahnya ataupun nilai adil serta tidak adil.20

Dari permasalahan tentang alihfungsi lahan pertanian menyebabkan mereka untuk harus memiliki sifat pemanfaatan uang hasil jual lahan dengan membangun usaha atau membeli tanah kembali yang tidak terjadi alihfungsi lahan. Meskipun alihfungsi lahan tetap terjadi, petani harus siap resiko alih profesi atau pekerjaan

18

Endang Suhendar & Yohana Budi Winarni,Petani dan Konflik Agraria,(Bandung: AKATIGA,1997),hal.153

19

Mansour Fakih,Tanah, Rakyat dan Demokrasi,(Yogyakarta:LPSM DIY,1995),hal.120

20


(30)

yang dahulunya menjadi petani, beralih menjadi wirausaha. Adapun model-model sumber daya manusia di kawasan dunia, adalah :

1. SDM Amerika Serikat

Frederick Taylor membuat model pendekatan atas manusia berdasarkan Scientific management dengan apa yang disebut istilah

time and motion study. Asumsi dari teori ini adalah sebagai berikut:

“Seyogyanya manusia itu tidak senang kerja. Tetapi karena perlu

makan, maka terpaksa harus bekerja.” Yang diasumsikan menjadi teori

X-Y yang diartikan bahwa teori X adalah manusia pemalas, tak bertanggung jawab, harus selalu diawasi dan bersedia bekerja semata-mata demi mencari uang. Sedangkan teori Y adalah yang selalu membutuhkan dukungan dan rangsangan agar memulai bekerja.

2. SDM Jepang

Perkembangan ekonomi AS dikalahkan dengan SDM Jepang. SDM Jepang munculah teori Z ketika Jepang mulai menggeser posisi ekonomi negara-negara Barat, mengarah jadi negara dengan produktivitas tertinggi dunia.

3. SDM Korea Selatan

Yang menyebabkan Korsel menjadi SDM tingi yakni solidaritas antar rekan sekerja sebagai faktor penentu utama untuk mencapai berhasilnya operai suatu perusahaan.21

21

Suyadi Prawirosentono,Model Is,e(Model Pendekatan Atas Sumber Daya Manusia), (Jakarta:PT. Bumi Aksara,1994).hal.9-20


(31)

Perencanaan SDM adalah suatu proses sistematis yang digunakan untuk memprediksi permintaan dan penyediaan SDM di masa datang. Melaui program perencanaan SDM yang sistematis dapat diperkirakan jumlah dan jenis tenaga kerja yang dibutuhkan pada setiap periode tertentu sehingga dapat membantu bagian SDM dalam perencanaan rekrutmen, seleksi, serta pendidikan dan pelatihan. Setiap organisasi mempunyai misi yang harus dicapai dan selanjutnya dituangkan dalam rencana jangka pendek dan panjang.22

C. TEORI PERUBAHAN SOSIAL

Tanah dan pola pemilikannya bagi masyarakat pedesaan merupakan suatu faktor yang krusial bagi perkembangan kehidupan sosial, ekonomi dan politik masing-masing warga desa itu sendiri. Suatu negara di mana pola pemilikan tanah yang pincang dapat dipastikan bahwa negara itu akan mengalami proses pembangunan yang lamban. Penduduk pedesaan negara itu akan mengalami kemelaratan yang berat sehingga mereka akan kehilangan motivasi dalam diri mereka untuk berinisiatif guna membangun diri mereka sendiri. Situasi kemiskinan yang akut yang dialami oleh sebagian besar rakyat pedesaan berdampingan dengan situasi hidup yang makmur dari sejumlah kecil penduduk pedesaan yag memiliki tanah yang luas sudah dapat dipastikan bahwa masyarakat pedesaan seperti itu akan memiliki potensi konflik yang kuat disebabkan karena tingginya kadar kecemburuan sosial yang ada dalam masyarakat itu.23

22

Ike Kusdyah Rachmawati,Manajemen Sumber Daya Manusia,(Yogyakarta:CV Andi Offset,2008),hal. 56

23


(32)

Teori Parson tentang perubahan sosial tidak seperti prinsip teori evolusi sosial yang membagi perkembangan masyarakat secara dikotomis, Parson seperti halnya teoretisi neoevolusi lainnya, menunjukkan adanya perkembangan masyarakat transisional. Menurut Parson, masyarakat akan berkembang melalui tiga tingkatan: (1) primitif, (2) intermediate , dan (3) modern. Dari tiga tahapan

ini, oleh Parson dikembangkan lagi ke dalam subklasifikasi evolusi sosial lagi sehingga menjadi 5 tingkatan: (a) primitif, (b) advanced primitif and arcchaic,

(c)historic intermediate, (d)seedbed societies, dan (e)modern societies.24Adapun langkah untuk menjadikan perubahan masyarakat :

1. Ajaklah orang-orang untuk memahami latar belakang perlunya dilakukan perubahan

2. Jelaskan mengapa status quo(keadaan saat ini) tidak memuaskan dan

akan mengecewakan orang-orang dalam jangka panjang

3. Ajaklah orang-orang untuk mempertimbangkan dan mengkomunikasikan gambaran mengenai keadaan masa depan setelah perubahan dilaksanakan.

4. Dengarkan dan perhatikan secara jujur berbagai keprihatinan yang diungkapan oleh masing-masing orang

5. Beberkan segela informasi yang bisa disampaikan setempat mungkin, dan lakukan segala sesuatu yang mungkin untuk mempersiapkan perubahan itu.25

24

J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto,Sosiologi teks pengantar dan terapan,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2011) edisi keempat,hal.371

25

Yulia Sri Haryani,Mengelola Sumber Daya Manusia dan Hubungan Karyawan,(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1995),hal.3


(33)

Dalam kehidupan manusia sebagai kelompok, kegiatan dan pengawasan serta organisasinya selalu mengalami perubahan. Jika dilihat dalam jangka waktu panjang kita berbicara tentang evolusi sosial. Sebaliknya kita mengenal istilah revolusi sosial, yakni perubahan yang berlangsung serba cepat. Dalam mencari sebab-sebab terjadinya revolusi, Gottschalk menyebut tiga hal : (1) mendesaknya kebutuhan akan perubahan. (2) harapan akan berhasilnya suatu tipe kepemimpinan, dan (3) keyakinan bahwa sistem sosial yang ada sudah parah sehingga perlu digantikan oleh yang baru yang lebih baik.26

Problem sosial erat hubungannya dengan kondisi sosial, sebab problem sosial timbul dari kondisi sosial. Dan kondisi sosial ditimbulkan oleh interaksi dan interelasi dua manusia atau lebih. Karena kondisi sosial melatarbelakangi problem sosial, maka perlu meneliti kondisi problem sosial sebelum mempelajari problem sosial, kemudian timbul adanya perubahan sosial.27

Dari masyarakat reformasi harus menjadi masyarakat transformasi. Perubahan untuk merubah apa yang menjadi pilihan terbaik bagi kondisi ke depan masyarakat. Transformasi sosial masyarakat diharapakan dapat merubah pola pikir, kesadaran, dan ketergantungan masyarakat. Menurut paradigma Paulo Freire tentang reformasi menuju transformasi. Tugas Freire adalah melakukan apa yang disebutnya sebagaiconscientizacao atau proses penyadaran terhadap sistem

dan struktur yang menindas, yakni suatu sistem dan struktur ‘dehumanisasi’ yang

membunuh kemanusiaan. Tema pokok gagasan Freire pada dasarnya mengacu pada suatu landasan bahwa pendidikan adalah “proses memanusiakan manusia

26

N. Daldjoeni,Perubahan Sosial dan Tanggapan Manusia,(Bandung:Offset Alumni,1984), hal.1

27


(34)

kembali”. Gagasan ini berangkat dari suatu analisis bahwa sistem kehidupan

sosial, politik, ekonomi, dan budaya masyarakat, menjadikan masyarakat

mengalami proses ‘dehumanisasi’. Adapun Freire menggolongkan 3 kesadaran

manusia: kesadaran magis (magical consciousness), kesadaran maif (naival

consciousness) dan kesadaran kritis (critical consciousness).28

Dari perubahan sosial harus permasalahan mengenai kekuasaan. Kekuasaan dan pengawasan sosial pada umumnya dipandang dan diselidiki sebagai hubungan antar pribadi atau antar kelompok. Pihak yang satu berusaha menyuruh pihak lainnya untuk melakukan sesuatu, yang biasanya terjadi bertentangan dengan kehendak pihak lainnya untuk melakukan sesuatu, yang biasanya terjadi bertentangan dengan kehendak pihak yang bersangkutan.29

yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Yang tertindas biarkan tertindas, yang berkuasa tetaplah menguasai.”

Namun terjadi pada realita yang ada alihfungsi lahan tidaklah mengurangi penderitaan, sehingga masyarakat akan hidup layak. Penguasa mengatasnamakan

“kesejahteraan”, namun kesejahteraan hanya untuk dirinya.

28

Mansour Fakih,Sesat Pikir Teori pembangunan Dan Globalisasi,(Yogyakarta:INSIST, 2001), hal.29-31

29

Tom R. Burns dkk,Manusia, Keputusan, Masyarakat (Teori Dinamika Antara Aktor dan Sistem Untuk Ilmuwan Sosial),(Jakarta:PT. Pradnya Paramita,1987),hal.263


(35)

BAB III

METODE RISET DAN PENDAMPINGAN

A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN UNTUK PENDAMPINGAN Dalam melakukan penelitian ini, peneliti ini menggunakan metode riset aksi. Bahwa peneliti ikut terlibat aktif di semua kegiatan pendampingan. Metode yang akan dipakai oleh peneliti yakni menggunakan pendekatan PAR (Participatory Action Research). Pendekatan yang dipakai oleh peneliti akan

dimulai dari penyusunan beberapa masalah sehingga peneliti dapat menemukan masalah yang kompleks. Di dalam pendampingan ini, peneliti akan terlibat dan menjadi fasilitator, sedangkan yang akan bergerak secara penuh yakni masyarakat. Masyarakat yang akan bertindak sesuai keinginan mereka, namun tetap dalam pengawasan peneliti yang bertindak sebagai fasilitator. Beberapa prinsip yang akan dianut oleh metode PRA (Participatory Rural Appraisal) adalah:

a) Prinsip mengutamakan yang terbaikan (keberpihakan) b) Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat

c) Prinsip masyarakat sebagai pelaku, orang luar sebagai fasilitator d) Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan

e) Prinsip terbuka, santai, dan informal f) Prinsip berkelanjutan

Gambaran tentang bagaimana masyarakat menggunakan hasil jual aset dan mengapa lahan sawah mereka dijual merupakan hasil dari wawancara secara


(36)

mendalam dari masyarakat, yang diperolehnya selama melakukan penelitian di lapangan dan fokus permasalahan tertentu. Pendekatan riset aksi partisipatif yakni peneliti membela, berpihak, dan melawan ketertindasan dari penguasa yang tidak bertanggungjawab, agar masyarakat tahu dan faham betul apabila mereka sedang dikuasai secara perlahan. Peneliti bukan hanya melihat dari aspek sosial saja, namun peneliti mencoba melihat dari aspek ekonomi.

B. OBJEK PENDAMPINGAN

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti akan dilakukan di desa Karangpuri, Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo. Peneliti mencoba memilih lokasi di desa Karangpuri, karena beberapa faktor yakni: di desa Karangpuri terdapat perumahan yang telah menggusur lahan persawahan yang menjadi aset masyarakat, setelah dijual gaya hidup konsumerisme mereka semakin tinggi, dan mereka belum dapat memanfaatkan aset mereka secara optimal dan produktif.

Peneliti memilih lokasi di desa Karangpuri, karena masyarakat desa Karangpuri perlu didampingi. Pola pikir masyarakat desa biasanya masih berpacu pada hal yang sesaat/sementara. Seperti, setelah mendapatkan uang mereka ingin hidup berlebih-lebih. Namun mereka tidak mengetahui dampak apa yang akan terjadi. Mendampingi masyarakat desa Karangpuri agar mereka tidak termarginalkan dengan kehidupan modern saat ini.

Tema yang akan dipakai oleh peneliti yakni sosial ekonomi. Fokus yang akan ditarik oleh peneliti yakni mengenai sumber daya manusia mengahadapi alihfungsi lahan pertanian. Bagaimana masyarakat yang terancam dan kehilangan


(37)

sawah dapat memiliki keuntungan dan memanfaatkan uang hasil jual lahan sawah tersebut. Kebanyakan masyarakat desa belum bisa memanfaatkan hasil jual lahan mereka, sebagian uang hasil lahan sawah dibuat untuk membeli kebutuhan yang seharusnya tidak diperlukan.

Peneliti mencoba mendampingi masyarakat terancam dan kehilangan lahan persawahannya yang akan menjadikan mereka bersifat konsumtif tidak produktif. Petani menjadi subyek pendampingan yang akan peneliti dampingi. Peneliti hanya fokus pada petani yang kehilangan dan terancam lahan sawahnya karena, para pihak perumahan lebih mengincar lahan persawahan untuk sektor pembangunan. Sedangkan tanah-tanah kosong jarang sekali diincar oleh pihak perumahan. Maka dari itu peneliti mencoba meluruskan apa yang terjadi akibat sawah mereka terjual. Terjualnya sawah mereka menyebabkan gaya hidup konsumerisme yang semakin tinggi.

Waktu penelitian yang telah ditentukan yakni sekitar 3 bulan pendampingan. Peneliti mencoba berada di tengah-tengah masyarakat dengan ikut terlibat secara aktif kegiatan mereka. Dengan begitu, pendampingan yang dilakukan oleh peneliti akan berjalan lancar dan sesuai apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.

C. JENIS DAN SUMBER DATA

Sumber data penelitian akan dibagi dua kriteria oleh peneliti yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah hasil wawancara secara mendalam melalui diskusi secara individu atau dengan cara


(38)

diskusi secara kelompok. Wawancara akan melibatkan beberapa masyarakat, sebagai berikut:

a) “Petani’ dijadikan subyek dampingan karena terancam dan kehilangan

lahan sawahnya. Sebagian petani yang telah menjual lahan akan diminta menjadi narasumber tentang kondisi sebelum dan setelah menjual lahan. b) “Investor” dijadikan sebagai bahan penggalian data karena menjadi

karakter utama yang akan merusak karakter masyarakat yang semakin hidup berlebih-lebih dan subyek pembeli lahan di desa Karangpuri.

c) “Kepala Desa” yang berperan sebagai subyek yang memilikiandil besar

dalam proses jual lahan sawah milik petani. Tanpa adanya kepala desa semua tidak akan berjalan yang diharapkan oleh investor. Namun di sisi lain,Kepala Desa menjadi subyek merugikan bagi petani.

d) “Aparat Desa” dijadikan subyek penggalian data, karena sebagai orang

yang bertanggung jawab atas hilangnya aset lahan sawah. Adanya kerjasama antara aparat desa dan kepala desa demi keuntungan pribadi mereka sendiri. Para pejabat desa akan berkuasa penuh untuk penjualan lahan.

Bukan hanya sumber data primer yang peneliti utamakan yakni ada beberapa sumber data sekunder yang peneliti cantumkan agar penelitian ini semakin kuat kejelasannya. Ada beberapa sumber data sekunder yakni:

a) Berupa buku, majalah ilmiah, skripsi, website, dan blog tentang alih fungsi lahan masyarakat. Banyak sekali sumber data yang telah peneliti cari, namun terkadang manusia terjadi kekhilafan. Peneliti hendaknya cermat,


(39)

hati-hati, dan sabar menjajaki sumber data tertulis tersebut, sehingga memunculkan daya yang kaya dan kevalidannya teruji.

b) Hasil gambar/foto yakni sumber data yang diperlukan dalam penelitian. Hasil gambar dapat menggambarkan kondisi penduduk di desa dan gambaran perjalanan peneliti awal sampai akhir dapat datanya. Hasil gambar banyak digunakan bersama-sama dengan pengamatan berperan serta. Setiap kegiatan harus diabadikan untuk dijadikan bukti peneliti dan bermanfaat apabila dipelajari secara rinci dengan foto daripada tidak ada dokumentasi sama sekali.

c) Data tentang perbedaan pendapat masyarakat juga dapat membantu peneliti memahami persepsi yang berbeda-beda pula subyek satu dengan yang lainnya.

d) Hasil rekaman wawancara dengan beberapa subyek yang didampingi oleh peneliti. Meski itu hasil rekaman yang bersifat utama atau bersifat data pendukung.

e) Fieldnote diperlukan untuk peneliti seperti catatan wawancara yang

dilakukan oleh peneliti.

Dan juga data yang lainnya yang relevan dengan kebutuhan dan tujuan penelitian. Sumber data yang dibutuhkan oleh peneliti sangat berpengaruh terhadap penulisan laporan penelitian dan pendampingan yang akan dilakukan oleh peneliti.


(40)

D. TAHAP-TAHAP PENDAMPINGAN

Adapun tahapan dengan mengikuti cara pendekatan PAR (Participatory

Action Research), di antaranya adalah :

a) Pemetaan awal (Preleminary Mapping)

Pemetaan awal sebagai alat untuk memahamai komunitas, sehingga peneliti akan mudah memahami realitas problem dan relasi sosial yang terjadi. Dengan demikian akan memudahkan masuk ke dalam komunitas baik melalui key people (kunci masyarakat) maupun komunitas.

b) Membangun hubungan kemanusiaan

Peneliti melakukan inkulturasi dan membangun kepercayaan (trust

building) dengan masyarakat, sehingga terjalin hubungan yang setara dan

saling mendukung. Peneliti dan masyarakat bisa menyatu menjadi sebuah simbiosis mutualisme untuk melakukan riset, belajar memahami masalahnya, dan memecahkan persoalannya secara bersama-sama (partisipatif).

c) Penentuan agenda riset untuk perubahan sosial

Bersama komunitas, peneliti mengagendakan program riset melalui teknik PRA untuk memahami persoalan masyarakat yang selanjutnya menjadi alat perubahan sosial. Sambil merintis membangun kelompok-kelompok komunitas, sesuai dengan potensi dan keragaman yang ada.

d) Pemetaan partisipatif (Participatory Mapping)

Bersama komunitas melakukan pemetaan wilayah, maupun persoalan yang dialami masyarakat.


(41)

e) Merumuskan masalah kemanusiaan

Komunitas merumuskan masalah mendasar hajat hidup kemanusiaan yang dialaminya. Seperti persoalan pangan, papan, kesehatan, pendidikan, energi, lingkungan hidup, dan persoalan utama kemanusiaan lainnya.

f) Menyusun strategi gerakan

Komunitas menyusun strategi gerakan untuk memecahkan problem kemanusiaan yang telah dirumuskan. Menentukan langkah sistematik, menentukan pihak yang terlibat (stakeholeders), dan merumuskan

kemungkinan keberhasilan dan kegagalan program. g) Pengorganisasian masyarakat

Komunitas didampingi peneliti membangun pranata-pranata sosial. Baik dalam bentuk kelompok-kelompok kerja, maupun lembaga-lembaga masyarakat yang secara nyata bergerak memecahkan problem sosialnya secara simultan.

h) Melancarkan aksi perubahan

Aksi memecahkan problem dilakukan secara simultan dan partisipatif. Program pemecahan persoalan kemanusiaan bukan sekedar untuk menyelesaikan persoalan itu sendiri, tetapi merupakan proses pembelajaran masyarakat, sehingga terbangun pranata baru dalam komunitas dan sekaligus memunculkan pengorganisir dan pemimpin.

i) Membangun pusat-pusat belajar masyarakat

Pusat belajar merupakan media komunikasi, riset, diskusi, dan segala aspek untuk merencanakan, mengorganisir, dan memecahkan problem sosial.


(42)

Bersama masyarakat pusat-pusat belajar diwujudkan dalam komunitas-komunitas kelompok sesuai dengan ragam potensi dan kebutuhan masyarakat. Dengan demikian kelompok belajar merupakan motor penggerak masyarakat untuk melakukan aksi perubahan.

j) Refleksi (Teoritisasi perubahan sosial)

Berdasarkan hasil riset, proses pembelajaran masyarakat, dan program aksi yang sudah terlaksana. Peneliti dan komunitas merefleksikan semua proses dan hasil yang diperolehnya (dari awal sampai akhir).

k) Meluaskan skala gerakan dan dukungan

Adanya program keberlanjutan oleh sebab itu, peneliti dan komunitas memperluas skala gerakan dan kegiatan. Mereka membangun kelompok komunitas baru di wilayah-wilayah baru yang dimotori oleh kelompok dan pengorganisir yang sudah ada.30

Sebagai pendamping, para pekerja masyarakat tidak selamanya tinggal di masyarakat dampingannya. Terdapat jangka waktu program bagi pendampingan dalam memberikan bantuan. Untuk itu, pendamping harus tahu persis tanda-tanda masyarakat sudah mulai siap untuk ditinggalkan. Di dalam pendampingan yang terpenting adalah bahwa masyarakat tidak merasa kehilangan ketika pendamping keluar dan selesai dari pendampingannya.31

30

Agus Afandi dkk,Modul Participatory Action Research (PAR),hal.104-108

31

Zubaedi,Pengembangan Masyarakat,(Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2013), hal.59-63


(43)

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN PENDAMPINGAN

Teknik pengumpulan data dalam sebuah penelitian adalah hal yang sangat penting yang dibutuhkan oleh peneliti. Maka dari itu peneliti juga harus terampil, kreatif, dan jelas dalam mengumpulkan data, agar data yang diinginkan valid tidak simpang-siur informasinya. Teknik pengumpulan data, data primer adalah dengan teknik wawancara atau interview secara mendalam dan menggali data

dengan masyarakat setempat agar mendapat data-data yang diinginkan.Wawancara tidak hanya berpihak oleh masyarakat setempat saja, namun yang lebih spesifik peneliti membutuhkan pernyataan dari pemilik lahan persawahan yang kehilangan dan terancam lahannya. Dengan adanya wawancara secara langsung sambil bertatap muka si fasiltator dengan subyek dampingan ini diharapkan agar data (bahan) penelitian tidak salah.

Banyak teknik yang akan dipakai oleh peneliti, karena peneliti menggunakan teknik pendekatan PAR (Participatory Action Research). Di

antaranya adalah:

1) Teknik “inkulturasi” adalah sebelum peneliti mengarah ke hal-hal yang

sangat menyinggung, peneliti mencoba membangun hubungan kepercayaan antara peneliti dengan masyarakat

2) Teknik “Thematic Mapping”adalah menemukan masalah awal dan potensi

yang dimiliki

3) Teknik “Transect” adalah melakukan penelusuran wilayah yang menjadi


(44)

4) Survey rumah tangga dan profil keluarga adalah teknik untuk mengetahui bagaimana masyarakat menghabiskan uang hasil menjual aset mereka selama sebulan. Ketika membelanjankan hasil jual sawah tersebut, apa ada kerugian dan keuntungan dari membelanjakan uang tersebut.

5) Teknik FGD (Focus Group Discussion) adalah diskusi intensif dan tidak

kaku dalam membahas isu-isu yang sangat spesifik antara peneliti dengan subyek dampingan. Dapat mengumpulkan informasi secara cepat dari peserta FGD yang memiliki pandangan berbeda-beda.

6) Analisis pohon masalah dan pohon harapan adalah teknik untuk melihat masalah mulai dari akarnya. Sering dipakai oleh orang karena melibatkan banyak orang dengan waktu yang sama. Dengan teknik ini masyarakat dapat memecahkan masalah serta melihat apa penyebab dari permasalahan ini. Setelah penyebab dilihat, kemudian dampak apa yang terjadi. Setelah mereka sadar bahwa mereka di satu masalah ini, maka mereka dapat membuat pohon harapan.

7) Teknik Diagran Venn untuk mengetahui hubungan institusional dengan

masyarakat. Tujuannya untuk mengetahui pengaruh masing-masing pihak dalam kehidupan masyarakat serta untuk mengetahui harapan-harapan apa dari masyarakat terhadap pihak-pihak.

8) Teknik Trand and Change untuk mengungkapkan kecenderungan dan

perubahan yang terjadi di masyarakat dan daerahnya dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya untuk memahami perkembangan bidang-bidang


(45)

tertentu dan perubahan-perubahan apa yang terjadi di masyarakat dan daerahnya.

9) TeknikSustainable Livehood Frameworkuntuk melihat keberlanjutan aksi

yang dilakukan peneliti sebagai fasilitator dan masyarakat. Melihat dari kondisi kehidupan masyarakat mulai dari aset, kerentanan, kebijakan. Mengevaluasi ulang apa yang dibutuhkan kembali agar program yang telah dilaksanakan tetap berjalan.

Dari beberapa teknik pengumpulan data tersebut, dapat digunakan oleh peneliti untuk menggali sebuah masalah dan menganalisis masalah tersebut. Sehingga peneliti dan masyarakat dapat menyimpulkan, program seperti apa yang dapat membantu permasalahan mereka saat ini. Teknik-teknik yang nantinya akan menjelaskan tentang masalah masyarakat, penyebab, serta dampak. Bukan hanya teknik yang akan dipakai oleh peneliti, namun metode wawancara secara mendalam (indept interview) juga akan dipakai oleh peneliti di setiap kesempatan.

Dengan wawancara secara mendalam, bisa digali apa yang tersembunyi pada hati atau sanubari seseorang. Apakah yang melibatkan masa lampau, masa kini, dan masa depan. Wawancara tak berstruktur yang bisa dilakukan dengan leluasa tanpa ada ikatan dengan masyarakat dan agar peneliti tidak bergantung pada catatan-catatan kecil (pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun). Sesuai dengan itu, peneliti perlu memerankan diri sebagai instrument juga. Bukan untuk menguntungkan peneliti untuk mendapatkan informasi-informasi namun untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tersebut.


(46)

Agar penelitian tidak mengacu atau berpedoman oleh beberapa teknik tersebut, peneliti mengutip beberapa referensi dari sejumlah buku-buku yang telah didapatkan dan juga browsing situs-situs dari internet yang berkaitan dengan penelitian yang akan diteliti tersebut. Buku dan internet diperoleh untuk melengkapi data primer itu sendiri, agar data yang diinginkan oleh peneliti itu semakin valid dan terbukti kejelasannya, tidak mengada-ada. Peneliti mengharapkan penelitian ini nyata apa adanya tidak dibuat-buat.

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Awal penelitian hingga akhir penelitian, penulis akan catat di fieldnote untuk dijadikan catatan dan daya ingat peneliti. diharapkan dengan teknik menulis catatan awal penelitian hingga akhir menjadi bahan referensi peneliti. Peneliti menggunakan pendekatan PAR yang berpihak dan ikut terlibat, maka dari setiap pendampingan yang dilakukan oleh peneliti sebagai fasilitator adalah terasmuk teknik analisis yang dilakukan.

Untuk mencapai suatu kesimpulan atas data yang berhasil disimpulkan dan dianalisis maka proses yang dilakukan adalah menyusun kriteria yang berdasarkan pada data yang dikumpulkan baik dari gambaran umum gaya hidup konsumerisme sebagai objek penelitian untuk pendampingan. Teknik analisis data ini sangat penting untuk mendapatkan data-data yang diperlukan peneliti demi sempurnanya suatu laporan penelitian.

Adapun teknik analisis data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut:


(47)

1. Dimulai sejak pengumpulan data

2. Menyelidiki data yang telah terkumpul melalui wawancara secara mendalam dengan menggunakan pendekatan PAR. Akan menerangkan gambaran tentang kondisi dan keadaan yang terjadi pada desa Karangpuri.

3. Menggunakan beberapa metode PAR, di antaranya : survey rumah tangga, transect, trand and change, kalender musim, analisis pohon masalah dan harapan,sustainable development.

4. Menyeleksi data-data dan pemusatan terhadap satu kajian agar fokus penelitian untuk pendampingan tidak melebar kemana-mana sehingga penelitian semakin baik dan memang teruji.

5. Penarikan kesimpulan dilakukan pada tahap terakhir apabila semua data telah terkumpul.

Peneliti menggunakan beberapa teknik tersebut agar data yang telah dikumpulkan oleh peneliti bisa di analisis sesuai data yang ada. Bukan hanya teknik yang dapat dianalisis, namun beberapa foto akan menjadi bukti, bahwa setiap analisis yang dilakukan oleh peneliti benar terbukti. Kebenaran dalam ketika melakukan penelitian sangat relatif, tergantung subyek dampingan. Maka dari itu catatan lapangan, dokumen resmi, data-data desa diperlukan untuk menguji fakta tersebut benar apa adanya. Setelah itu peneliti dapat melakukan tindak lanjut dari data, yakni di analisis. Apabila terjadi kerancuan dalam penulisan kata, sungguh ketidaksengajaan peneliti dalam penulisan.


(48)

G. TEKNIK VALIDASI DATA

Beberapa data yang dikemukakan peneliti masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung setiap tahap pengumpulan data berikutnya. Peneliti masih tetap terbuka untuk menerima masukan data, walaupun data tersebut adalah data yang tergolong tidak bermakna. Namun demikian peneliti pada tahap ini telah memutuskan antara data yang mempunyai makna dengan data yang tidak diperlukan atau tidak bermakna. Data yang dapat diproses dalam analisis lebih lanjut seperti absah, berbobot, dan kuat sedang data lain yang tidak menunjang, lemah, dan menyimpang jauh dari kebiasaan harus dipisahkan. Sehingga penelitian ini semakin valid, tidak terkesan dibuat-buat oleh peneliti.

Pada teknik validasi data peneliti menggunakan teknik Triangulasi. Peneliti

ingin mengecek data dari berbagai penduduk Karangpuri tentang penjualan lahan sawah yang menjadi aset berharga bagi mereka. Teknik triangulasi merupakan

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian. Selain itutriangulasi

juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data.32 Peneliti akan menggunakan teknik trianggulasi data, menggunakan sumber data yang berbeda untuk mengumpulkan data yang sejenis atau sama. Seperti data tentang penjualan hasil lahan sawah yang berdampak pada sifat konsumerisme masyarakat semakin tinggi yang diperoleh melalui wawancara dengan masyarakat yang kehilangan dan terancam lahan pertaniannya. Dalam perkembangan lebih

32

Andi Prastowo,Pengertian Teknik Triangulasi,http://dunia-penelitian.blogspot.co.id/2011 /10/pengertian-teknik-triangulasi.html?m=1, diakses tanggal 31 Maret 2016


(49)

lanjut, peneliti menganalisis data yang terkumpul. Agar data semakin valid dan terbukti kejelasannya.

Peneliti menggunakan teknik triangulasi guna memeriksa ulang kembali, seperti keberagaman teknik PRA. Setiap teknik PRA memiliki kekurangan dan kelebihan. Tidak semua informasi yang dikumpulkan akan diuji dengan menggunakan satu teknik saja, namun akan diuji dengan menggunakan beberapa teknik-teknik yang lain. Informasi tersebut dapat dikaji ulang untuk melihat apakah salah dan benar.

Adapun keterbatasan dari penelitian ini adalah waktu yang sangat sempit dalam melaksanakan tahapan penelitiaan lapangan. Kaji tindak partisipatif yang dilakukan selama kurang lebih 3 bulan hanyalah siklus pertama yang perlu masih dilanjutkan dalam upaya pengembangan pengetahuan masyarakat dengan partispasi masyarakat.


(50)

BAB IV

POTRET KEHIDUPAN DESA KARANGPURI

A. KONDISI KEPENDUDUKAN

Desa Karangpuri termasuk desa ramai dengan mayoritas penduduk memeluk agama Islam. Masyarakat desa Karangpuri memiliki tata krama yang ramah, meski ada sebagian yang bersifat egois. Kondisi masyarakat desa Karangpuri juga terkadang sepi karena, masyarakat desa kalau malam jarang untuk keluar bepergian. Lewat dari jam 8 malam semua pintu rumah penduduk desa biasa sudah ditutup, kebanyakan remaja bepergian malam.

Penduduk desa Karangpuri mayoritas dari pendatang, sedangkan penduduk asli desa Karangpuri kini sedikit. Kematian lebih tinggi, daripada pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk keseluruhan desa Karangpuri, yakni ada :

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Keseluruhan desa Karangpuri

No. Status Kelamin Jumlah

1. Laki-laki 2.568 Jiwa 2. Perempuan 3.002 Jiwa

Jumlah 5.570 jiwa

Sumber :hasil dari data desa dan survey rumah tangga

Menurut tabel di atas ada sekitar 5.570 jiwa keseluruhan jumlah penduduk desa Karangpuri dengan jumlah kepala keluarga 2.256. Dari hasil jumlah penduduk tersebut, terdiri dari anak-anak dan orang dewasa yang menetap di desa


(51)

Karangpuri. Tercatat 2.568 jiwa adalah laki-laki dan 3.002 jiwa adalah perempuan. Meningkatnya penduduk desa Karangpuri, karena meningkatnya pula pendatang yang datang dan bukan penduduk asli desa Karangpuri. Sedangkan jumlah penduduk per dusun yakni:

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Keseluruhan per Dusun

No. Dusun Jumlah

1. Duran 1.899 Jiwa 2. Karangnongko 1.559 Jiwa 3. Sampuri 2.112 Jiwa

Jumlah 5.570 jiwa

Sumber :hasil dari data desa dan survey rumah tangga

Jumlah keseluruhan penduduk per dusun tersebut belum semua tercatat. Dusun Duran ada 1.899 jiwa, secara keseluruhan tercatat mulai dari anak-anak hingga orang tua. Dusun Karangnongko pun demikian, ada 1.559 jiwa secara keseluruhan. Dusun Sampuri yang selalu meningkat penduduknya setiap tahun, pada tahun 2015 ada 2.112 jiwa. Keseluruhan penduduk desa Karangpuri kini telah memiliki kartu penduduk asli desa Karangpuri, namun ada yang belum memiliki kartu penduduk dikarenakan hanya pendatang.


(52)

Tabel 4.3

Usia produktif masyarakat desa Karangpuri

No. Usia Jumlah Prosentase

1. Balita 199 3,58 %

2. 5 th–7 th 438 8,74 % 3. 11 th–20 th 487 8,74 % 4. 25 th–30 th 452 8,12 % 5. > 30 th 3.994 71,70 %

JUMLAH 5.570 Jiwa 100 %

Sumber :diperoleh dari data desa dan survey dusun Sampuri

Dari tabel di atas melihatkan bahwa usia produktif masyarakat desa Karangpuri yang memiliki prosentase tertinggi yakni usia > 30 th dengan jumlah 3.994 orang dan prosentase 71,70 %. Sedangkan usia 11 th20 th ada 487 orang dengan prosentase 8,74 menjadi usia produktif kedua yang ada di desa Karangpuri. Umur lebih dari 30 th dan 11 th 20 th menjadi umur yang banyak berada di desa Karangpuri. Sedangkan umur < 20 th menjadi usia yang sedikit.

B. BATAS GEOGRAFIS DESA

Desa Karangpuri adalah desa yang berada di Kabupaten Sidoarjo. Desa Karangpuri termasuk dalam kecamatan Wonoayu. Desa yang kecil namun memiliki banyak penghuni. Mulai dari asli dari desa Karangpuri dan juga dari pendatang. Desa Karangpuri memiliki gang-gang yang telah di paving, gang yang menghubungkan rumah satu ke rumah yang lainnya. Ada sebagian gang yang tidak dapat dimasuki mobil, karena gang yang terlalu sempit.


(53)

Luas desa Karangpuri adalah 166,672 Ha, jarak desa Karangpuri ke kota Sidoarjo ± 10 km dan jarak ke kota Surabaya ± 25 km. Ketinggian tanah desa Karangpuri dari permukaan laut yakni 7 meter. Sedangkan suhu desa Karangpuri sekitar 34°C sampai 35°C. Iklim desa Karangpuri tergolong iklim tropis, karena berpenghuni di Indonesia termasuk negara tropis. Desa Karangpuri ini terdapat 3 dusun yakni Sampuri, Karangnongko, dan Duran. Adapun peta dasar desa Karangpuri, yakni :

Gambar 4.1

Peta dasar desa Karangpuri

Batas desa Karangpuri dengan desa lain dibatasi dengan lahan persawahan dan sungai. Mulai dai persawahan tebu, padi, dan sayuran. Ada beberapa usaha-usaha yang dimiliki masyarakat desa Karangpuri, seperti warung kopi, toko, warung makan, dll. Sarana ibadah seperti masjid sedikit di desa Karangpuri, sedangkan sarana pendidikan telah menunjang, mulai dari PAUD, TK, SD, hingga


(54)

SMP telah ada di desa Karangpuri. Sedangkan batas-batas wilayah desa Karangpuri adalah:

Tabel 4.4

Letak Geografis desa Karangpuri

No. Arah Letak

1. Sebelah Utara Desa Jogosatru

2. Sebelah Timur Ds. Lambangan & Ds. Plaosan

3. Sebelah Selatan Ds. Candinegoro & Ds. Terung Wetan 4. Sebelah Barat Ds. Becirongengor & Ds. Sawocangkring Sumber :Hasil dari data balai desa Karangpuri

Menjangkau desa Karangpuri telah mudah, ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat telah bisa. Jarak antara kota tidak jauh, waktu 1 jam telah sampai kota Surabaya dan kota Sidoarjo. Desa Karangpuri memiliki 3 dusun, meski 3 dusun tersebut dalam cakupan desa Karangpuri. Namun 3 dusun tersebut memiliki perbedaan dan persamaan yang sedikit.

Gambar 4.2

Kondisi pemukiman desa Karangpuri


(55)

Dusun Sampuri yang lebih makmur, karena sistem informasi berada di dusun Sampuri yakni balai desa. Akses jalan telah diperbaiki hingga jalan yang sempit dapat dilalui dengan mobil. Dusun Sampuri terlihat telah makmur, karena ada sekolah dibangun di dusun Sampuri untuk menunjang pengetahuan yang maju anak-anak dusun Sampuri. Dibanding dusun Sampuri, dusun Duran memiliki fasilitas dusun yang bisa dikatakan maju dan makmur. Sekolah bertaraf internasional yang maju, toko-toko menjual segala perlengkapan, klinik, dan bangunan rumah yang gedong.

Beda hal dengan dusun Karangnongko yang kini menjadi pusat budaya konsumerisme, dikarenakan bangunan perumahan yang ada. Gaya hidup yang hidup berlebihan menjadikan masyarakat berbudaya konsumerisme. Perbedaan ketiga dusun tersebut mendominasi memiliki peranan utama yang menjadi pembeda yang terlihat nyata antara dusun Sampuri, Karangnongko, dan Duran.

C. SIFAT SOSIAL YANG TINGGI

Penduduk desa Karangpuri ramah, mereka memiliki aneka macam tradisi, masyarakat dalam lingkungannya. Satu penduduk dengan penduduk yang lain memiliki toleransi tinggi, namun tidak semua penduduk memiliki toleransi. Gotong-royong dan tolong-menolong ciri khas penduduk desa Karangpuri. Desa dengan jumlah penduduk 5.570 jiwa merupakan peningkatan penduduk yang akan menambah pekerjaan aparat desa untuk mengatur keharmonisan desa Karangpuri. Ada beberapa perkumpulan yang dilaksanakan penduduk demi terciptanya penduduk yag stabil maupun harmonis, yakni:


(56)

1. Aktivitas Pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK)

Perkumpulan ibu-ibu PKK dibentuk demi terjalinnya suatu hubungan antar ibu-ibu yang perduli satu sama yang lain. Di dalam perkumpulan ibu-ibu PKK bukan hanya arisan yang menjadi utama dalam kegiatan PKK, namun aktivitas-aktivitas yang mendukung, seperti setiap satu bulan sekali mengadakan pertemuan antar ibu-ibu untuk mempererat tali silaturrahim dan mengadakan acara sehat jasmani setiap satu minggu sekali.

2. Aktivitas Karang Taruna

Karang taruna yakni perkumpulan para remaja yang membentuk sebuah desa yang ramai akan kreativitas mereka masing-masing. Pikiran-pikiran baru yang dapat meniciptakan desa yang berkembang. Ada beberapa aktivitas yang dilakukan remaja karang taruna, yakni setiap 17 Agustus memperingati hari kemerdekaan dengan mengadakan lomba, setiap satu bulan sekali mengadakan perkumpulan demi mempererat hubungan, ikut melaksanakan gotong royong antar warga. Aktivitas remaja karang taruna berhubungan dengan desa, namun tidak mencakup keagaamaan.

3. Aktivitas Remaja Masjid

Ada beberapa aktivitas keagaamaan yang diadakan oleh

remaja masjid, yakni diba’an, istighosah setiap satu bulan sekali,


(57)

masjid-masjid, ikut serta dalam gotong royong memperbaiki tempat ibadah, serta membantu dalam pengadaan kegiatan keagamaan di desa Karangpuri.

4. Aktivitas ibu-ibu Muslimatan

Ibu-ibu muslimatan diikuti seluruh ibu-ibu per rukun tetangga. Setiap rukun tetangga diikuti 89 ibu-ibu dengan berbagai macam segi ekonomi. Aktivitas yang dilakukan ibu-ibu muslimatan yakni mencakup keagaamaan, yakni diba’an,

istighosah, yasinan, dan ziarah wali. 5. Aktivitas Rukun Tetangga (RT)

Rukun tetangga dihadiri oleh bapak-bapak per rukun tetangga, diadakan setiap satu bulan sekali, yakni diadakan di awal bulan. Aktivitas rukun tetangga memiliki manfaat untuk masyarakat per dusun, seperti diadakannya pertemuan setiap satu bulan sekali bukan hanya untuk membayar uang arisan, namun membahas kondisi masyarakat dan fasilitas per dusun. Apabila terdapat fasilitas dusun/desa yang kurang baik atau rusak, maka segera diusulkan.

6. Aktivitas gabungan kelompok tani(GAPOKTAN)

Perkumpulan petani untuk menciptakan usaha tani yang kreatif serta mendekatkan para petani untuk saling berbagi ide mengenai pertanian. GAPOKTAN dibentuk oleh desa untuk membentuk para petani agar lebih memahami usaha pertanian,


(58)

sehingga memiliki kemampuan untuk para petani lebih ekspresif menuangkan ide-ide.

Gambar 4.3

Kerja bakti perbaikan masjid

Sumber :Foto dari hasil transect / penelusuran wilayah

Sifat sosial yang tinggi membuat masyarakat saling mengasihi dan saling menyayangi. Ada tetangga sedang kesusahan saling membantu. Ada yang sedang berduka cita, masyarakat ikut memakamkan dan takziah. Membantu membangun rumah dengan diupahi minuman dan makanan ringan. Sifat sosial yang tinggi, serta jarang sekali ada pertengkaran. Sifat yang dimiliki masyarakat desa Karangpuri adalah potensi yang dimiliki sampai sekarang.

D. EKONOMI MASYARAKAT

Keadaan ekonomi desa Karangpuri terbilang layak, karena terlihat dari data kelayakan rumah mereka dan kepemilikan MCK sendiri. Penduduk yang dikatakan sangat layak adalah ekonomi ke atas seperti ukuran bangunan rumah


(59)

yang luas bahkan memiliki usaha masing-masing, di depan rumah dipasang pagar, berkeramik, dan beratapkan genteng + asbes. Rumah yang sangat layak atau tergolong berekonomi ke atas / menengah ada 1.691 KK, sedangkan ekonomi bawah dikategorikan rumah yang mereka huni seperti berlantaikan ubin (plesteran), ukuran rumah yang mereka huni tidak luas ada 565 KK. Hasil yang telah diambil dari data desa dan mensurvey kondisi rumah penduduk.

Tabel 4.5

Kepemilikan WC dan sapiteng

No Kepemilikan Jumlah

1. Memiliki WC & sapti tank 1.691 2. Belum memiliki WC & sapti tank 565

Jumlah 2.256 KK

Sumber :Hasil dari data desa dan survey rumah tangga

Ada beberapa masyarakat masih belum memiliki WC dan sapti tank sendiri. Mereka masih memanfaatkan sungai untuk buang besar, mereka pun tidak tahu bahaya yang terjadi akibat keseringan buang air besar di sungai. Ada sekitar 565 rumah yang belum mempunyai WC sendiri. Total keseluruhan rumah yakni ada 2.256. Terhitung ada 1.691 rumah yang sudah memiliki WC sendiri. Di dusun Sampuri yang paling banyak masyarakat masih buang air besar di sungai yakni di RT 5 dan RT 4, dikarenakan rumah berdekatan dengan sungai. Masyarakat lebih suka buang air besar di sungai dan pengetahuan tentang kesehatan masih rendah,

Perekonomi masyarakat desa Karangpuri terbilang masih standar. Standar dalam indikator yakni perekonomian tidak terlalu rendah dan masih dikatakan mampu untuk menghidupi keluarga. Perekonomian yang standar terbukti dengan


(60)

adanya usaha toko / warung sederhana yang menjual berbagai kebutuhan dasar seperti kebutuhan memasak, energi, sandang, pracangan, material bahkan warung kopi. Adapun beberapa masyarakat yang memiliki usaha sendiri, yakni:

Tabel 4.6

Usaha masyarakat desa Karangpuri

No. Usaha Jumlah

1. Toko (mainan, sandang, pangan, papan) 38

2. Warung kopi 14

3. Warung makan 16

4. Pracangan 8

5. Klinik 2

6. Alfamart 1

Jumlah keseluruhan 79 Sumber:transect (penelusuran wilayah) bersama masyarakat

Usaha yang berada di desa Karangpuri, demi menunjang perekonomian masyarakat akan kebutuhan bahan pokok tang selalu naik. Meski masyarakat desa Karangpuri memiliki usaha, namun tidak semua masyarakat memiliki usaha sendiri. Seperti terlihat dari survey penerima bantuan dari pemerintah ada 43,80 % penerima BLT. Masyarakat menerima bantuan uang sebesar Rp.300.000 dan beras sekitar 3 kg.


(61)

Gambar 4.4 Klinik desa Karangpuri

Sumber :Foto dari hasil transect / penelusuran wilayah

Tabel 4.7

Penduduk yang Menerima Bantuan Langsung Tunai

No Dusun Rukun Warga Rukun Tetangga Jumlah

1. Sampuri RW 3 RT 1 20 KK

97 KK (27,95%) RT 2 17 KK

RW 5 RT 3 20 KK

RT 4 19 KK RT 5 21 KK 2. Karangnongko RW 1 RT 1 18 KK

98 KK (28,25 %) RT 2 21 KK

RT 3 20 KK RT 4 19 KK RT 5 20 KK

3. Duran RW 2 RT 3 17 KK

152 KK (43,80 %) RT 4 16 KK


(62)

RW 4 RT 6 20 KK RT 7 20 KK RT 8 19 KK RT 9 20 KK RT 10 19 KK

Jumlah Keseluruhan 5 RW 18 RT 347 KK 100 %

Meski penduduk telah menerima BLT, perekonomian masyarakat desa Karangpuri tidaklah sangat miskin/parah. Dari jumlah kepala keluarga 2.256 ada 1.909 dengan prosentase (84,62%) yang tidak menerima bantuan langsung tunai dikarenakan mampu. Sedangkan berjumlah 347 dengan prosentase (15,38%) kepala keluarga yang menerima bantuan langsung tunai. Dari berbagai kepala keluarga yang menerima bantuan langsung tunai, masyarakat lebih mengandalkan pemberian dari pemerintah. Perekonomian masyarakat desa Karangpuri dibantu dengan adanya hewan ternak yang mereka pelihara dan emas-emas yang mereka simpan. Sedangkan pengeluaran warga desa Karangpuri yakni dibedakan dari keluarga atas, keluarga menengah dan keluarga bawah.

Tabel 4.8

Contoh Belanja Per Bulan Satu Rumah Tangga Warga (kelas atas)

No. Konsumsi Satuan Harga Jumlah Prosentase

Pangan

1. Beras 25 kg 9.800 245.000 2. Lauk-pauk 25 hari 30.000 750.000 3. Sesayuran 1 hari 50.000 50.000 4. Bumbu masak 1 hari 50.000 50.000 5. Minyak goreng 5 liter 13.000 65.000 7. Kopi & teh 1 bungkus 124.000 124.000 8. Gula 10 kg 10.000 100.000 9. Susu 3 kaleng 25.000 75.000 10. Rokok 8 bungkus 15.000 120.000


(1)

BAB VIII PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada bab kesimpulan menjelaskan tentang pemaparan hasil pendampingan mulai dari bab pendahuluan yang menjelaskan tentang situasi problematik hingga bab tujuh menjelaskan tentang aksi yang dilakukan masyarakat dengan fasilitator. Pada bab ke delapan penulis memaparkan secara inti tentang hasil pendampingan yang telah dilakukan hingga menyelesaikan aksi bersama-sama. Adapun kesimpulan yang telah dirangkum oleh penulis di antaranya :

1. Pada pendampingan yang berada di Desa Karangpuri, Kecamatan

Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo menggunakan metode PAR

(Participatory Action Research). Metode yang berpihak penuh dan terlibat aktif untuk masyarakat, bahwasannya masyarakat bukan dijadikan obyek penelitian yakni subyek dampingan. Pendampingan yang dilakukan dengan beberapa cara yakni inkulturasi atau pendekatan secara memihak kepada masyarakat untuk mengetahui kondisi wilayah dan permasalahan dan melakukan FGD (Focus Group Discussion) secara informal untuk melihat permasalahan dan merumuskan penyelesaian masalah dengan program sosial yang diadakan.


(2)

126

2. Menumbuhkembangkan keterampilan mereka agar masyarakat siap untuk menghadapi alihfungsi lahan pertanian. Mulai dari tahap produksi hingga pemasaran dikerjakan sendiri tanpa bantuan dari masyarakat luar.

3. Tujuan dari aksi pendampingan, yaitu : pertama, agar petani/pemilik lahan dapat terus memanfaatkan uang hasil menjual lahan dengan sebaik mungkin. Kedua, mengetahui kesiapan masyarakat untuk menghadapi alihfungsi lahan. Ketiga, melatih masyarakat untuk memiliki sikapentrepreneurshipyang tinggi.

4. Dari pendampingan yang telah dilakukan oleh fasilitator untuk merubah petani/pemilik lahan agar tidak dijual, sebagian petani/pemilik lahan setuju dengan keputusan dan sebagian lain tetap menjual lahan dikarenakan kebutuhan.

B. SARAN DAN REKOMENDASI

Sebagai akhir penulisan dan pendampingan yang telah dilakukan oleh penulis diharapkan petani/pemilik lahan dapat mengolah uang hasil menjual lahan pertanian sebaik mungkin agar dapat bermanfaat untuk ke depannya sehingga masyarakat tidak memiliki sifat yang konsumtif. Dari pendampingan tersebut, penulis hanya bisa melakukan semampunya. Sedangkan rekomendasi yang telah dirujuk untuk ke depannya agar masyarakat dapat menghadapi alihfungsi lahan di desa Karangpuri yakni :


(3)

127

1. Mengolah hasil dari lahan persawahan untuk dijadikan konsumsi sendiri atau dipasarkan dengan variasi yang berbeda.

2. Diskusi secara transparan antara masyarakat dan aparat desa bahwa tidak ada lagi saling menutupi, sehingga terbentuk peraturan tentang menguasai lahan.

3. Mengajak remaja ikut serta dalam segala kegiatan usaha lokal yang dibentuk oleh kelompok Karangpuri Mandiri.

Demikian tulisan skripsi ini saya buat. Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dalam penulisan skripsi dan pendampingan jauh dalam arti kesempurnaan. Masih banyak kesalahan dari penyusunan skripsi ini. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca, rekan-rekan mahasiswa, serta kepada dosen pembimbing skripsi khususnya yang bersifat membangun guna dalam penyempurnaan skripsi, agar bisa menjadikan motivasi bagi penulis agar kedepannya bisa lebih baik lagi. Ucapan terima kasih juga saya berikan kepada segala pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini sesuai sistematika.Wassalam


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Agus, dkk. Modul Participatory Action Research (PAR),LPPM UIN Sunan Ampel,Surabaya. 2016

__________. Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat Islam, IAIN SA

PRESS,Surabaya. 2013

Andi Prastowo. Pengertian Teknik Triangulasi. http://dunia-penelitian.blogspot. co.id/2011/10/pengertian-teknik-triangulasi.html?m=1, diakses tanggal 31 Maret 2016

Bisri, Hasan.Ilmu Dakwah, Fak. Dakwah IAIN Sunan Ampel, Surabaya. 1998 Burns, Tom R, dkk. Manusia, Keputusan, Masyarakat (Teori Dinamika Antara

Aktor dan Sistem Untuk Ilmuwan Sosial), PT. Pradnya Paramita, Jakarta. 1987

Daldjoeni, N. Perubahan Sosial dan Tanggapan Manusia, Offset Alumni, Bandung.1984

Fakih, Mansour.Tanah, Rakyat, dan Demokrasi, LPSM DIY,Yogyakarta. 1995 _________. Sesat Pikir Teori pembangunan Dan Globalisasi, INSIST, Yogyakarta. 2001

Hamdani.Entrepreneurship, Starbooks, Yogyakarta. 2010

Haryani, Yulia Sri.Mengelola Sumber Daya Manusia dan Hubungan Karyawan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 1995

J, Nugroho. Perilaku Konsumen, edivi revisi, Kencana Prenada Media Group,Jakarta. 2010


(5)

Kartasasmita, Ginandjar dkk. Pembaruan dan Pemberdayaan, Ikatan Alumni ITB,Jakarta. 1996

Mustofa, Kurdi. Dakwah Di Balik Kekuasaan, PT Remaja Rosdakarya Offset,Bandung. 2012

Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto. Sosiologi teks pengantar dan terapan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. 2011 edisi keempat

Pemberdayaan Masyarakat. http://chikacimoet.blogspot.co.id/2013/02/ pemberdayaan-masyarakat.html?m=1. diakses 2 April 2016

Prayitno, Hadi.Pembangunan Ekonomi Pedesaan, BPEE,Yogyakarta. 1987 Prawirosentono, Suyadi. Model Is,e(Model Pendekatan Atas Sumber Daya

Manusia), PT. Bumi Aksara, Jakarta. 1994

Rachmawati, Ike Kusdyah.Manajemen Sumber Daya Manusia, CV Andi Offset, Yogyakarta. 2008

Rizky Dwi Yuliani. Dampak Alih Fungsi Lahan Sawah Terhadap Mata Pencaharian Masyarakat. http://clairedelune.web.unej.ac.id/2015/12/19/ dampak-alih-fungsi-lahan-sawah-terhadap-mata-pencaharian-masyarakat/. diakses 23 Mei 2016

Simandjuntak, B.Perubahan Sosio Kultural, Tarsito,Bandung. 1980

Soimin, Sudaryo.Status Hak dan Pembebasan Tanah, Sinar Grafika,Jakarta. 1994 Suhendar, Endang & Winarni, Yohana Budi. Petani dan Konflik Agraria,

AKATIGA,Bandung. 1997

Sulthon, Muhammad. Desain Ilmu Dakwah, PUSTAKA BELAJAR,Semarang. 2003

Usman, Sunyoto.Pembangunan & Pemberdayaan Masyarakat, PUSTAKA BELAJAR,Yogyakarta. 1998


(6)

Zubaedi. Pengembangan Masyarakat, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. 2013

Daftar Orang yang Diwawancarai

Ana,wawancara, Desa Karangpuri, 11 Juni 2016 Kholifah,wawancara, Desa Karangpuri, 08 Mei 2016

Kusnan,wawancara, Desa Karangpuri, 12 Mei 2016 Mat Sholeh,wawancara, Desa Karangpuri,3 Juni 2016 Mismi,wawancara, Desa Karangpuri, 10 Mei 2016 Slamet,wawancara, Desa Karangpuri, 31 April 2016 Suharto,wawancara, Desa Karangpuri,28 April 2016 Tayib,wawancara, Desa Karangpuri, 12 Mei 2016 Thalib,wawancara, Desa Karangpuri, 10 Mei 2016 Titin,wawancara, Desa Karangpuri,07 Mei 2016

Focus Group Discussion

1. FDG pada tanggal 17 April 2016 2. FDG pada tanggal 29 Mei 2016 3. FDG pada tanggal 12 Juni 2016 4. FGD pada tanggal 3 Juli 2016