Pemeriksaan Kualitas Air Sungai Ayung Untuk Mengetahui Tingkat Pencemaran Bakteri Coliform Di Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung.

(1)

PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUNGAI AYUNG

UNTUK MENGETAHUI TINGKAT PENCEMARAN

BAKTERI COLIFORM DI DESA BONGKASA,

KECAMATAN ABIANSEMAL, KABUPATEN BADUNG

I GUSTI NGURAH ADI SULAKSANA

NIM. 1120015015

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA


(2)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada saat ini masyarakat mulai melupakan pentingnya menjaga kebersihan daerah aliran sungai. Membuang limbah padat dan cair dengan tidak memperhitungkan dampak lingkungan dan kesehatan yang akan ditimbulkannya. Masyarakat hanya memikirkan menjauhkan limbah dari tempat mereka tinggal ataupun tempat mereka bekerja dan membuangnya disembarang tempat, yang nantinya terbawa oleh air hujan yang membawanya ke aliran sungai. Padahal begitu pentingnya air bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Ketika krisis air, masyarakat rela membeli air dengan harga yang mahal demi mencukupi kebutuhan akan air minum maupun air yang digunakan untuk mandi, cuci dan kakus.

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Makhluk hidup di muka bumi ini tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air juga merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitas. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia baik untuk


(3)

kebutuhan sehari – hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya (Lina, 2004).

Salah satu fungsi ekologis dari hutan adalah water regulator yakni sebagai pengatur tata air yang mampu menjaga waktu dan ketersediaan aliran air sungai, menjaga iklim mikro dan mampu melindungi daerah di hilirnya dari berbagai bencana seperti banjir (Asdak dalam Agung, 2013). Pelestarian kualitas air merupakan upaya untuk memelihara fungsi air agar kualitasnya tetap pada kondisi alamiah. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan upaya pengendalian pencemaran air, yaitu dengan upaya memelihara fungsi air sehingga kualitas air memenuhi baku mutu.

Berdasarkan peraturan Gubernur Bali No 8 Tahun 2007 tentang baku mutu lingkungan hidup dan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup pada pasal 1 ayat 7 menyebutkan bahwa baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup , zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada/ atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air. Analisis ini juga dapat membantu dalam upaya menghilangkan atau memperkecil terjadinya pencemaran selama proses mencegah terjadinya re-kontaminasi serta mencegah tumbuh dan meningkatnya mikroba.

Bahaya kesehatan yang selalu mengancam kita melalui media air bersih dan air minum ini adalah bakteri e.coli. bakteri yang sangat identik dengan pencemaran air. Mikroorganisme patogen yang terkandung dalam


(4)

3

air dapat menularkan beragam penyakit bila masuk kedalam tubuh manusia, dalam 1 gram tinja dapat mengandung 1 milyar partikel virus infektif yang mampu bertahan hidup selama beberapa minggu pada suhu di bawah 100 C. Terdapat 4 mikroorganisme pathogen yang terkandung dalam tinja yaitu: virus, protozoa, cacing, dan bakteri yang umumnya diwakili oleh jenis Escherichia coli(Aprianinaim, 2011).

Sungai adalah sumber daya alam dimana pemanfaatan air di hulu akan mempengaruhi air di hilir, pencemaran di hulu akan menimbulkan biaya sosial di hilir. Sungai tapung kiri terletak di Kabupaten Kampar Riau, merupakan kawasan yang rentan terhadap pencemaran air karena sungai merupakan salah satu media pembuangan limbah dan sangat rentan terhadap pencemaran. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan beban lingkungan pada wilayah sungai (Aswir, 2006).

Pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) sebagai bagian dari pembangunan wilayah sampai saat ini masih menghadapi berbagai masalah yang kompleks dan saling terkait. Permasalahan tersebut antara lain terjadinya erosi, banjir, kekeringan, masih belum adanya keterpaduan antar sektor, antar instansi, dan kesadaran masyarakat yang rendah tentang pelestarian manfaat sumber daya alam (Departemen Kehutanan, 2000).

Sumber pencemaran di sungai tentunya diakibatkan oleh kehidupan disekitarnya baik pada sungai itu sendiri maupun prilaku manusia sebagai pengguna. Pengaruh dominan terjadinya pencemaran yang sangat terlihat adalah kerusakan yang diakibatkan oleh manusia dalam kuantitas


(5)

tergantung dari pola kehidupannya. Setiap pinggiran sungai yang padat dengan pemukiman dipastikan akan terlihat saluran – saluran pembuangan yang menuju ke badan sungai. Sehingga apabila diakumulasikan dari beberapa cerobong buangan maka akan menjadikan buangan yang cukup tinggi (Sukadi, 1999).

Desa Bongkasa Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Propinsi Bali berada di utara dari ibu kota Denpasar. Kurang lebih ±20 km dari Denpasar. Desa Bongkasa adalah salah satu desa yang bergeliat dengan aktivitas pariwisatanya yaitu arung jeram, sehingga usaha-usaha kecil dan menengah di sekitar daerah mulai bermunculan dan berkembang. Pada peta pulau Bali, Desa Bongkasa dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :


(6)

5

Di desa Bongkasa masih ada masyarakat yang menggunakan sungai di desanya sebagai tempat untuk MCK (mandi, cuci, kakus). Kehidupan masyarakat masih kental dengan kehidupan tradisional walaupun dibeberapa tempat sudah mulai dimasuki budaya modern. Seperti munculnya usaha perumahan maupun pertokoan yaitu: bengkel, minimart, peternakan ayam, dan bebek serta budidaya ikan, dan lainnya yang ada di radius 1 km dari aliran sungai. Sampai saat ini belum ada laporan adanya gangguan penyakit yang didapat dari penggunaan air sungai terhadap gangguan kesehatan terhadap masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut diatas, perlu untuk dilakukan penelitian tentang kualitas air sungai untuk mengetahui tingkat pencemaran bakteri coliform pada sungai ayung desa Bongkasa Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung.

Rumusan Masalah

Bagaimana Kualitas air Sungai Ayung di Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung?

1.2 Pertanyaan Penelitian

Adakah keterkaitan limbah buangan dari kegiatan masyarakat di sekitar sungai sebagai sumber pencemar lingkungan dan mempengaruhi kualitas air pada aliran sungai?


(7)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui kualitas air sungai Ayung di Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung sesuai dengan baku mutu air bersih yang ditentukan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengetahui kandungan bakteri coliform pada satu ruas aliran air sungai Ayung di Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung.

2) Mengetahui Kualitas satu ruas aliran air sungai Ayung di Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung dibandingkan dengan Peraturan Gubernur Bali no 8 tahun 2007 Tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup Dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup, serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, dan Peruntukannya.

3) Memberi gambaran sumber pencemar yang berdampak pada kualitas air sungai Ayung di Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung.


(8)

7

1.4 Batasan Penelitian

Untuk mencegah biasnya ataupun penafsiran yang luas maupun keliru maka perlu dibatasi sebagai berikut :

1. Pada penelitian ini tidak membuat peta baru, hanya menampilkan letak lokasi penelitian.

2. Fokus utama penelitian ingin mengetahui tingkat kualitas sungai ayung tersebut sesuai parameter yang diperiksa.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Institusi

Memberikan informasi dan dasar pertimbangan kepada Desa Bongkasa khususnya daerah tersebut dijadikan daerah pariwisata terkait kualitas air terhadap bakteri Coliform pada air sungai.

1.5.2 Manfaat Akademik

Menambah informasi di perpustakaan kampus Fakultas Kedokteran program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat tentang penyebaran bakteri coliform pada air sungai di Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung.


(9)

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah:

1. Ruas Sungai yang menjadi objek penelitian adalah ruas sungai Ayung terdapat di Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung.

2. Penentuan 6 (enam) titik lokasi dalam penentuan pengambilan sample air sungai Ayung untuk di periksa secara laboratorium di balai laboratorium kesehatan kota Denpasar

3. Parameter air yang diteliti adalah bakteri coliform, parameter pH dan suhu air sungai sebagai data pendukung dalam pembahasan. 4. Parameter BOD dan COD pada sungai tersebut.

5. Analis menggunakan teknik analisa deskriptif. Dalam arti ini pada penelitian deskriptif sebenarnya tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan atau komparasi, sehingga juga tidak memerlukan hipotesis. untuk membuat penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu serta tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan atau komparasi, sehingga juga tidak memerlukan hipotesis.


(10)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air

Pada Air (H2O) merupakan senyawa kimia yang sangat penting

bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air, mulai dari mandi, membersihakn ruangan tempat tinggalnya, menyiapkan makanan dan minuman sampai dengan aktifitas – aktifitas lainnya. Sebagian besar keperluan air sehari – hari berasal dari sumber air tanah dan sungai, air yang berasal dari PAM (Perusahaan Air Minum / air ledeng), juga bahan bakunya berasal dari sungai, oleh karena itu kuantitas dan kualitas sungai sebagai sumber air harus dipelihara (Rukaesih, 2004).

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari – hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan (fisik, kimia, mikrobiologi, dan radioaktifitas) dan dapat di minum apabila telah dimasak (Peraturan Menteri Kesehatan, Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990). Air merupakan pelarut yang sangat baik bagi banyak bahan, sehingga air merupakan media transport utama bagi zat – zat makanan dan produk buangan atau sampah yang dihasilkan proses kehidupan. Oleh krena itu air


(11)

yang ada di bumi tidak pernah terdapat dalam keadaan murni tetapi selalu ad senyawa atau mineral / unsur lain yang terdapat didalamnya.

Azwir, (2006) menyatakan kualitas air sungai sangat tergantung dari komponen penyusunnya dan juga dipengaruhi oleh masukan komponen yang berasal dari pemukiman sekitarnya. Komponen limbah domestik pemukiman tersebut banyak mengandung bakteri, virus dan berbagai macam parasit patogen. Kualitas air sungai dipengaruhi oleh beberapa parameter pemcemaran yang berasal dari air buangan (limbah) diantaranya :

1) Suhu 2) Kekeruhan

3) Warna, Bau, Rasa 4) Bahan Padat Total 5) Daya Hantar Listrik 6) Kandungan Besi 7) Oksigen Terlarut (DO)

8) Biological Oxygen Demand (BOD5) 9) Chemical Oxygen Demand (COD)

10) Nutrient 11) Logam berat

12) Faecal Coliform

Pemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air


(12)

11

limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai. Beberapa manfaat sungai bagi kehidupan kita adalah :

(1) Sebagai sarana transportasi. (2) Sebagai sumber air irigasi.

(3) Aliran sungai dapat digunakan untuk pembangkit tenaga listrik. (4) Sebagai prasarana olah raga.

(5) Sebagai tempat budidaya perikanan

2.2 Biochemical Oxygen Demand (BOD)

Dekomposisi bahan organic terdiri atas 2 tahap, yaitu terurainya bahan organic menjadi anorganik dan bahan anorganik yang tidak stabil berubah menjadi bahan anorganik yang stabil, misalnya ammonia mengalami oksidasi menjadi nitrit atau nitrat (nitrifikasi). Pada penentuan nilai BOD, hanya dekomposisi tahap pertama ynag berperan, sedangkan oksidasi bahan anorganik (nitrifikasi) dianggap sebagai zat pengganggu. BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik. (Umaly dan Cuvin dalam Agustira dkk, 2013). BOD menunjukkan jumlah oksigen yang dikosumsi oleh respirasi mikro aerob yang terdapat dalam botol BOD yang diinkubasi pada suhu sekitar 20 0C selama. lima hari, dalam keadaan tanpa cahaya (Boyd dalam Azwir, 2006).


(13)

2.3 Chemical Oxigen Demand (COD)

Parameter uji COD (Chemical Oxygen Demand) merupakan parameter uji kebutuhan oksigen secara kimiawi yang menggambarkan jumlah total oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didekomposisi secara biologis (nonbiodegradable). Purwati dkk (2015). Kebutuhan oksigen kimiawi atau COD menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi secara biologis menjadi CO2 dan H2O. (Boyd dalam Azwir 2006). Jika pada perairan terdapat bahan organik yang resisten terhadap degradasi biologis, misalnya tannin, fenol, polisacharida dansebagainya, maka lebih cocok dilakukan pengukuran COD daripada BOD (Azwir, 2006).

2.4 Bakteri Coliform

Wuryastuti dkk (2000) menyatakan bahwa bakteri coliform merupakan grup bakteri Gram negatif berbentuk batang dan beberapa galur dari bakteri tersebut, terutama Escherichia coli diketahui dapat mengakibatkan diare pada manusia dan hewan. Pada umumnya, penyakit bakterial tersebut ditularkan melalui air yang tercemar Selain itu, jenis bakteri yang umum digunakan sebagai indikator penetuan kualitas sanitasi makanan dan air. bakteri jenis ini mudah untuk dikultur dan keberadaannya dapat digunakan sebagai indikator keberadaan organisme


(14)

13

patogen seperti bakteri lain, virus atau protozoa yang banyak merupakan parasit yang hidup dalam sistem pencernaan manusia serta terkandung dalam faeses (Servais dalam Garneta, 2016).

Dari segi bakteri, keberadaan bakteri Coliform yang merupakan parameter ada tidaknya materi fekal di dalam suatu habitat (air) sangat diharuskan untuk penentuan kualitas air yang aman. Bakteri yang paling banyak digunakan sebagai indicator sanitasi adalah Escheriachia Coli, karena bakteri ini adalah bakteri komensal pada usus manusia, umumnya bukan pathogen penyebab penyakit sehingga pengujiannya tidak membahayakan dan relatif tahan hidup di air sehingga dapat di analisis keberadaannya di dalam air yang tentunya bukan merupakan medium yang ideal untuk pertumbuhan bakteri. Keberadaan E. coli dalam air atau makanan juga dianggap memiliki korelasi tinggi dengan ditemukannya pathogen pada pangan (Aprianinaim, 2011).

Menghasilkan verotoksin, dinamai sesuai efek sitotoksinnya pada sel vero, suatu sel hijau dari monyet hijau Afrika. Terdapat sedikitnya dua bentuk antigenic dari toksin, E. Coli Enteroinvansif (EIEC). Menyebabkan penyakit yang sangat mirip dengan Shigellosis. Penyakit sering terjadi pada anak – anak di negara berkembang dan para wisatawan yang menuju ke Negara tersebut. E. Coli Enteroagregatif (EAEC) menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat di negara berkembang. Bakteri ini ditandai dengan pola khas pelekatannya pada sel manusia (Aprianinaim, 2011).


(15)

Khusus untuk kelompok bakteri coliform, kehadirannya di dalam benda (air, bahan makanan, dan sebagainya) yang berhubungan dengan kepentingan manusia sangat tidak diharapkan. Karena kehadiran kelompok bakteri ini pada suatu benda menandakan benda tersebut telah tercemar oleh bakteri fekal, yaitu materi yang berada bersama tinja atau feses atau kotoran manusia.

Indicator kehadiran bakteri coliform merupakan polusi kotoran akibat kondisi sanitasi yang buruk terhadap air dan makanan. Bakteri

coliformada 2 jenis:

1) Fecal: berasal dari tinja manusia dan mamalia (misalnya:

Escherichia coli)

2) Non Fekal: berasal dari sumber lain (misal: Enterobacter aerogenus, Klebsiella).

Untuk melihat kualitas air dengan indikator coliform maka perlu dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif bakteri coliform melalui tiga tahapan yaitu: uji penduga (presumptive test), uji penetapan (confirmed test), uji pelengkap (completed test). Perhitungan bakteri coliform juga dapat menggunakan metode millipore membrane filter membrane steril pori yang berdiameter 0,22 – 0,45 mikron dengan diameter membrane 5 cm (Suriawiria, 1996).


(16)

15

2.5 Standar Kualitas Air

Sesuai aturan yang ditetapkan pada pasal 4 Peraturan Menteri Kesehatan nomor 406 tahun 1990 tentang syarat – syarat dan pengawasan kualitas air dijelaskan bahwa dalam melakukan pengambilan sampel apa saja yang mesti dilakukan antara lain:

1. Pengamatan lapangan dan pengambilan contoh air termasuk pada proses produksi dan distribusi.

2. Pemeriksaan contoh air.

3. Analisis hasil pemeriksaan yang bertujuan agar pemeriksaan bisa dilakukan sesuai standard an prosedur kerja dalam pemeriksaan kualitas air karena menyangkut orang – orang sekitar air sungai.

Hal ini didukung pula dari beberapa peraturan per-Undang – Undangan yakni Peraturan Pemerintah 20 Tahun 1990, tentang pengendalian pencemaran air, Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air. Serta Undang-Undang No32 Tahun 2009 tentang kesehatan seperti table 1 di bawah ini:

Tabel 1. Baku Mutu air Berdasarkn Kelas

No Parameter Satuan Kadar Maksimum

MIKROBIOLOGI Golongan I Golongan II Golongan III Golongan IV

8 Fecal coliform jml/100 ml 0 1000 2000 2000

9 Total coliform jml/100 ml 3 5000 10000 10000

KIMIA ORGANIK

10 BOD mg/L 2 3 6 12

11 COD mg/L 10 25 50 100


(17)

Keterangan : *Baku Mutu Air Berdasarkan Kelas

Sumber : Peraturan Gubernur Bali No 8 Tahun 2007 Baku Mutu Lingkungan Hidup Dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup

2.6 Pengawasan Kualitas Air

Sesuai Undang – Undang No 23 tahun 1992 tentang kesehatan pada pasal 22 ayat 23 mengatakan bahwa penyehatan air meliputi pengamanan dan penetapan kualitan air untuk berbagai kebutuhan hidup manusia. Berdasarkan Permenkes 492 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Kualitas Air (kelas 1) bahwa standar kualitas air yang aman ialah tidak berbau, tidak berwarna serta memenuhi prasyaratan kimia, mikrobilogi dan fisika serta dalam keadaan normal. Upaya penyehatan air bertujuan untuk menjamin ketersediaan air minum ataupun air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan bagi seluruh masyarakat baik perkotaan maupun pedesaan.

Untuk menjamin tersedianya kualitas air yang memenuhi persyaratan tersebut, berbagai upaya telah dilaksanakan oleh pemerintah maupun masyarakat, seperti pembangunan dan perbaikan sarana air bersih atau air minum. Upaya pengawasan kualitas air dan penyulihan – penyulihan mengenai hubungan kesehatan dengan tersedianya air yang memenuhi persyaratan kesehatan. Kegiatan yang berada dalam perihal pengawasan kualitas air adalah:

1. Pengamatan lapangan atau inspeksi sanitasi bermaksud memberi gambaran tentang serangkaian informasi dan tempat – tempat yang


(18)

17

berpotensi mempunyai masalah. Data yang diperoleh bisa menjabarkan kekurangan, ketidak teraturan, kesalahan penanganan, dan data penyimpangan yang mungkin mempengaruhi produksi dan distribusi.

2. Pengambilan dan Pengiriman Sampel Air

Pengambilan sampel air dimaksudkan untuk mengumpulkan volume sesuatu badan air yang akan diteliti, dengan jumlah sekecil mungkin tetapi masih mewakili (representatif) yaitu masih mempunyai semua sifat – sifat yang sama dengan badan air. Persyaratan pengambilan sampel sebagai berikut:

a) Pengambilan sampel harus direncanakan dan dilaksanakan dengan cermat dengan frekuensi yang cukup sehingga setiap ada perubahan kualitas air sewaktu – waktu dapat diketahui.

b) Sampel harus diambil, disimpan dan dikirim dalam botol yang steril dan sempurna.

c) Volume air yang diambil sesuai dengan pedoman.

d) Sampel harus diambil dari titik – titik dari system penyediaan air yang sedapat mungkin mewakili semuanya.. Waktu pengambilan harus hati – hati sekali untuk mencegah kontaminasi terhadap sampel yang telah diambil.

e) Untuk mencegah adanya perubahan komposisi sampel yang mempengaruhi hasil analisa sangat penting menjamin bahwa sampel diambil deengan tepat dan dikirim secepat – cepatnya.


(19)

f) Prosedur/teknik sampling air minum/air bersih, air kolam renang, air pemandian umum mengacu pada buku pedoman pengambilan sampel yang ada.

2.7 Self Purification Sungai

Self Purification adalah pemurnian diri / upaya pemurnian air dari zat pencemar yang terkandung di dalamnya oleh proses alamiah tanpa adanya pengaruh aktivitas manusia atau salah satu kemampuan lahan basah dalam menyimpan air (Novirina dan Cahyarani, 2013).

Hanya, self-purification atau daya dukung alam hanya bisa muncul pada kondisi pencemaran tertentu. Yang terjadi belakangan, ketika bersentuhan dengan peradaban modern, tingkat pencemaran sudah melebihi ambang batas atau kapasitas daya dukung alam. Alam sebenarnya memiliki kemampuan mengatasi masalah pencemaran yang terjadi. Mekanisme yang disebut self purification itu, lahir bersamaan dan ada dalam diri alam dari zaman ke zaman. Hanya, self purification atau daya dukung alam hanya bisa muncul pada kondisi pencemaran tertentu. Pengembangan pemurnian alami ( self purification ) terdiri dari beberapa zona yaitu :

1. Zona air bersih, zona ini terdapat jauh dihulu sungai, jauh dari sumber pencemaran indikatornya adalah masih dapat dimanfaatkannya air sebagai bahan air minum.


(20)

19

2. Zona Dekomposisi, zona ini terdapat pada daerah sumber pencemaran, limbah yang mengalirakan didekomposisi / dioksidasi proses pembongkaran bahan organik oleh bakteri dan mikroorganisme. Indikator daerah ini kaya akan bakteri dan mikroorganisme.

3. Zona Biodegradasi, pada daerah ini terjadi penurunan oksigen terlarut

Dissolved Oxygen (DO). Sehingga nilai COD di perairan sangat tinggi.

4. Zona pemulihan, pada zona ini kualitas air kembali bersih, nilai oksigen terlarut kembali normal.

2.8 Pencemaran Air

Menurut (Rukaesih, 2004) Pencemaran adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Selain itu Undang Undang no 32 tahun 2009 Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Jadi dapat diartikan bahwa pencemaran air


(21)

adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Menurut kegunaannya/ peruntukannya air digolongkan menjadi:

1. Golongan Kelas pada Air

a. Golongan A: yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

b. Golongan B: yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga.

c. Golongan C: yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

d. Golongan D: yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan listrik Negara.

2. Sumber Pencemar

Puspitasari (2007) menyatakan bahwa banyaknya lokasi pemukiman yang berada disekitar bantaran sungai merupakan suatu permasalahan krusial yang yang memerlukan upaya / tindak lanjut yang berkelanjutan untuk dapat mengatasinya. Salah satu pencemaran air sungai yang ditimbulkan oleh warga seperti pembungan limbah rumah tangga dan membuang sampah langsung kesungai. Untuk itu berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 Tahun


(22)

21

2001 tentang tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air dapat dijelaskan bahwa sumber pencemaran pada sungai dapat diklasifikasikan sebagai berikut yaitu :

1. Point Source Discharges (Sumber Titik) sumber titik atau sumber pencemar yang dapat diketahui secara pasti dapat berupa suatu lokasi seperti air limbah industry maupun domestik serta saluran drainase. Air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan kegiatan yang berwujud cair).

2. Non Point Source (Sebaran Menyebar) ialah berasal dari sumber yang tidak diketahui secara pasti. Pencemar masuk kedalam perairan melalui run off (limpasan) dari wilayah pertanian, pemukiman dan perkotaan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 tentang Standar Kualitas Air di Perairan Umum terhadap penilaian mikroorganisme yang akan ditampilkan dalam petikan peraturan tersebut. Disajikan dalam table sebagai berikut:

Tabel 2. Standar Kualitas Air

Sumber: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 tahun 1990. No Parameter Satuan Kadar Maksimum

Gol A Gol B Gol C Gol D

1 Coliform Tinja Jml/100 ml 0 2000 -


(23)

-2.9 Mikrobiologi Air (Akuatik)

Air merupakan materi penting dalam kehidupan. Semua makhluk hidup membutuhkan air. Misalnya sel hidup, baik hewan maupun tumbuhan, sebagian besar tersusun oleh air, yaitu lebih dari 75% isi sel tumbuhan atau lebih dari 67% isi sel hewan. Dari sejumlah 40 juta milkubik air yang berada di permukaan dan di dalam tanah, ternyata tidak lebih dari 0,5% (0,2 juta mil-kubik) yang secara langsung dapat digunakan untuk kepentingan manusia. Karena dari jumlah 40 juta mil-kubik, 97% terdiri dari air laut dan jenis air lain yang berkadar-garam tinggi, 2,5% berbentuk salju dan es-abadi yang dalam keadaan mencair baru dapat dipergunakan secara langsung oleh manusia (Yanti, 2016).

2.10 Mikrobiologi Air Tawar

Yanti (2016), menyatakan bahwa air alami yang berada di sungai, kolam, danau, dan sumber air lainnya, dengan rumus : H2O + X, dimana X merupakan faktor yang bersifat hidup (biotik) maupun tidak hidup (abiotik) Komponen kehidupan di dalam air, terdiri dari Mikroba : bakteri, jamur, mikroalga, protozoa, virus.

1. Mikroba dalam air ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Mikroba air yang menguntungkan, berperan sebagai : a. Makanan ikan : fitoplankton dan zooplankton. Contoh : mikroalga

(chlorella, scenedesmus, hydrodiction, pinnularia, dan lain-lain). b. Dekomposer : pengolahan limbah secara biologis.


(24)

23

c. Produsen : adanya mikroalga yang dapat berfotosintesis sehingga meningkatkan oksigen terlarut.

d. Konsumen : hasil rombakan organisme dimanfaatkan oleh mikroalga, bakteri, jamur.

e. Penyebab Penyakit : Salmonela (Tipus / Paratipus), Shigella

(Disentri Basiler), Vibrio(Kolera), Entomoeba (Disentri Amoeba). f. Penghasil toksin: bakteri anaerobic (Clostridium), bakteri aerobik

(Pseudomonas, Salmonella, Staphylococcus, dan lain – lain), microalgae (Anabaena, Microcystis):

2. Selain itu, ada pula mikroba air yang merugikan antara lain :

a. Blooming menyebabkan perairan berwarna, ada endapan, dan bau amis yang disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan mikroalga (Anabaena flos-aquaedan Microcystis Aerugynosa).

b. Bakteri Besi: Fe2+ (oksidasi oleh bakteri Crenothrixsphaerotilus) menjadi Fe3+.

c. Bakteri belerang: SO4 2- (reduksi oleh bakteri Thiobacillus Cromatium) menghasilkan H2S (bau busuk).

2.11 Kimia Air

2.9.1 Derajat Keasaman atau pH

Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hydrogen dalam perairan. Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan


(25)

dengan pH = 7 adalah netral, pH<7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa (Effendi, 2003). Adanya karbonat, bikarbonat dan hidrokarbonat akan menaikkan kebasaan air, sementara adanya asam mineral bebas dan asam karbonat menikkan keasaman suatu perairan.

2.9.2 Perubahan Temperatur Air

Perubahan temperatur air dapat terjadi apabila air panas akibat proses dalam suatu industri dibuang ke lingkungan. Apabila temperatur air meningkat, maka gas yang larut dalam air akan menguap, berarti makin tinggi temperatur air, makin kecil gas di dalamnya. Dalam hal ini kandungan oksigen yang terlarut dalam dalam air akan menurun.


(1)

2. Zona Dekomposisi, zona ini terdapat pada daerah sumber pencemaran, limbah yang mengalirakan didekomposisi / dioksidasi proses pembongkaran bahan organik oleh bakteri dan mikroorganisme. Indikator daerah ini kaya akan bakteri dan mikroorganisme.

3. Zona Biodegradasi, pada daerah ini terjadi penurunan oksigen terlarut Dissolved Oxygen (DO). Sehingga nilai COD di perairan sangat tinggi.

4. Zona pemulihan, pada zona ini kualitas air kembali bersih, nilai oksigen terlarut kembali normal.

2.8 Pencemaran Air

Menurut (Rukaesih, 2004) Pencemaran adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Selain itu Undang Undang no 32 tahun 2009 Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Jadi dapat diartikan bahwa pencemaran air


(2)

adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Menurut kegunaannya/ peruntukannya air digolongkan menjadi:

1. Golongan Kelas pada Air

a. Golongan A: yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

b. Golongan B: yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga.

c. Golongan C: yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

d. Golongan D: yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan listrik Negara.

2. Sumber Pencemar

Puspitasari (2007) menyatakan bahwa banyaknya lokasi pemukiman yang berada disekitar bantaran sungai merupakan suatu permasalahan krusial yang yang memerlukan upaya / tindak lanjut yang berkelanjutan untuk dapat mengatasinya. Salah satu pencemaran air sungai yang ditimbulkan oleh warga seperti pembungan limbah rumah tangga dan membuang sampah langsung kesungai. Untuk itu berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 Tahun


(3)

2001 tentang tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air dapat dijelaskan bahwa sumber pencemaran pada sungai dapat diklasifikasikan sebagai berikut yaitu :

1. Point Source Discharges (Sumber Titik) sumber titik atau sumber pencemar yang dapat diketahui secara pasti dapat berupa suatu lokasi seperti air limbah industry maupun domestik serta saluran drainase. Air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan kegiatan yang berwujud cair).

2. Non Point Source (Sebaran Menyebar) ialah berasal dari sumber yang tidak diketahui secara pasti. Pencemar masuk kedalam perairan melalui run off (limpasan) dari wilayah pertanian, pemukiman dan perkotaan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 tentang Standar Kualitas Air di Perairan Umum terhadap penilaian mikroorganisme yang akan ditampilkan dalam petikan peraturan tersebut. Disajikan dalam table sebagai berikut:

Tabel 2. Standar Kualitas Air

Sumber: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 tahun 1990.

No Parameter Satuan Kadar Maksimum

Gol A Gol B Gol C Gol D

1 Coliform Tinja Jml/100 ml 0 2000 -


(4)

-2.9 Mikrobiologi Air (Akuatik)

Air merupakan materi penting dalam kehidupan. Semua makhluk hidup membutuhkan air. Misalnya sel hidup, baik hewan maupun tumbuhan, sebagian besar tersusun oleh air, yaitu lebih dari 75% isi sel tumbuhan atau lebih dari 67% isi sel hewan. Dari sejumlah 40 juta milkubik air yang berada di permukaan dan di dalam tanah, ternyata tidak lebih dari 0,5% (0,2 juta mil-kubik) yang secara langsung dapat digunakan untuk kepentingan manusia. Karena dari jumlah 40 juta mil-kubik, 97% terdiri dari air laut dan jenis air lain yang berkadar-garam tinggi, 2,5% berbentuk salju dan es-abadi yang dalam keadaan mencair baru dapat dipergunakan secara langsung oleh manusia (Yanti, 2016).

2.10 Mikrobiologi Air Tawar

Yanti (2016), menyatakan bahwa air alami yang berada di sungai, kolam, danau, dan sumber air lainnya, dengan rumus : H2O + X, dimana X merupakan faktor yang bersifat hidup (biotik) maupun tidak hidup (abiotik) Komponen kehidupan di dalam air, terdiri dari Mikroba : bakteri, jamur, mikroalga, protozoa, virus.

1. Mikroba dalam air ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Mikroba air yang menguntungkan, berperan sebagai : a. Makanan ikan : fitoplankton dan zooplankton. Contoh : mikroalga

(chlorella, scenedesmus, hydrodiction, pinnularia, dan lain-lain). b. Dekomposer : pengolahan limbah secara biologis.


(5)

c. Produsen : adanya mikroalga yang dapat berfotosintesis sehingga meningkatkan oksigen terlarut.

d. Konsumen : hasil rombakan organisme dimanfaatkan oleh mikroalga, bakteri, jamur.

e. Penyebab Penyakit : Salmonela (Tipus / Paratipus), Shigella (Disentri Basiler), Vibrio(Kolera), Entomoeba (Disentri Amoeba). f. Penghasil toksin: bakteri anaerobic (Clostridium), bakteri aerobik

(Pseudomonas, Salmonella, Staphylococcus, dan lain – lain), microalgae (Anabaena, Microcystis):

2. Selain itu, ada pula mikroba air yang merugikan antara lain :

a. Blooming menyebabkan perairan berwarna, ada endapan, dan bau amis yang disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan mikroalga (Anabaena flos-aquaedan Microcystis Aerugynosa).

b. Bakteri Besi: Fe2+ (oksidasi oleh bakteri Crenothrixsphaerotilus) menjadi Fe3+.

c. Bakteri belerang: SO4 2- (reduksi oleh bakteri Thiobacillus

Cromatium) menghasilkan H2S (bau busuk).

2.11 Kimia Air

2.9.1 Derajat Keasaman atau pH

Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hydrogen dalam perairan. Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan


(6)

dengan pH = 7 adalah netral, pH<7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa (Effendi, 2003). Adanya karbonat, bikarbonat dan hidrokarbonat akan menaikkan kebasaan air, sementara adanya asam mineral bebas dan asam karbonat menikkan keasaman suatu perairan.

2.9.2 Perubahan Temperatur Air

Perubahan temperatur air dapat terjadi apabila air panas akibat proses dalam suatu industri dibuang ke lingkungan. Apabila temperatur air meningkat, maka gas yang larut dalam air akan menguap, berarti makin tinggi temperatur air, makin kecil gas di dalamnya. Dalam hal ini kandungan oksigen yang terlarut dalam dalam air akan menurun.