Strategi Pengembangan Subak Menjadi Lembaga Berorientasi Agribisnis di Kabupaten Badung (Kasus Subak Sengempel, Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal).

(1)

i

STRATEGI PENGEMBANGAN SUBAK MENJADI

LEMBAGA BERORIENTASI AGRIBISNIS DI

KABUPATEN BADUNG

(Kasus Subak Sengempel, Desa Bongkasa, Kecamatan

Abiansemal)

SKRIPSI

Oleh

KADEK AYU RATNA BUDHIARTI

KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

i

STRATEGI PENGEMBANGAN SUBAK MENJADI

LEMB STRATEGI PENGEMBANGAN SUBAK

MENJADI LEMBAGA BERORIENTASI AGRIBISNIS

DI KABUPATEN BADUNG

(Kasus Subak Sengempel, Desa Bongkasa, Kecamatan

Abiansemal)

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Oleh

Kadek Ayu Ratna Budhiarti NIM. 1205315062

KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(3)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Saya bersedia dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam aturan yang berlaku apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri atau mengandung tindakan

plagiarism.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Denpasar, 26 Mei 2016 Yang menyatakan,

Materai Rp 6.000,-

Kadek Ayu Ratna Budhiarti NIM. 1205315062


(4)

iii ABSTRACT

Kadek Ayu Ratna Budhiarti. NIM. 1205315062. Subak Development Strategy Being Oriented Organization Agribusiness In Badung (Case Subak Sengempel, Bongkasa Village, District Abiansemal). Supervised by: Prof. Dr. Ir. Wayan Windia, SU., Dr. Ir. Ni Wayan Sri Astiti, MP.

Agricultural development is done through a system approach that is the whole agri-business subsystems are interrelated, interdependent and mutually influential. The purpose of this study to formulate development strategies subak became agribusiness-oriented institution. This research was conducted in Subak Sengempel, District Abiansemal Badung regency.This study uses 16 respondents (14 respondents from the internal and two external respondents) by purposive sampling. Data analysis method used is descriptive qualitative and quantitative alternative strategies will be obtained by using SWOT analysis.

The results showed Subak Sengempel position is in cell one is Growth. This growth position states that Subak Sengempel is currently experiencing growth. Based on the SWOT analysis can be recommended six alternative strategies. The alternative strategy priority is the development strategy of subak became agribusiness-oriented institution. Subak development becomes agribusiness-oriented institution is expected to become an independent organization, profit-oriented, able to survive and compete in the era of globalization.

The proposed recommendation in this research is the development of agribusiness-oriented institution subak be very possible with a real program. It can promote farmer independence, coordination with relevant parties, and create a pilot area of agribusiness that could be a motivation and foster the spirit of farmers in developing subak leading agribusiness-oriented institutions


(5)

iv

ABSTRAK

Kadek Ayu Ratna Budhiarti. NIM. 1205315062. Strategi Pengembangan Subak Menjadi Lembaga Berorientasi Agribisnis Di Kabupaten Badung (Kasus Subak Sengempel, Desa Bongkasa,Kecamatan Abiansemal). Dibimbing oleh: Prof. Dr. Ir. Wayan Windia, SU., Dr. Ir. Ni Wayan Sri Astiti, MP.

Pengembangan pertanian dilakukan melalui pendekatan sistem agribisnis yang merupakan keseluruhan subsistem usaha yang saling terkait, saling tergantung dan saling berpengaruh. Tujuan penelitian ini untuk menyusun strategi pengembangan subak menjadi lembaga berorientasi agribisnis. Penelitian ini dilakukan di Subak Sengempel, Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung. Penelitian ini menggunakan 16 responden (14 responden internal dan dua dari responden eksternal) dengan cara purposive sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif yang nantinya akan diperoleh strategi alternatif dengan menggunakan analisis SWOT

Hasil penelitian menunjukkan posisi Subak Sengempel berada pada sel satu yaitu Growth. Posisi growth ini menyatakan bahwa Subak Sengempel saat ini sedang mengalami pertumbuhan. Berdasarkan analisis SWOT dapat direkomendasikan enam alternatif strategi. Strategi alternatif yang menjadi prioritas adalah strategi pengembangan subak menjadi lembaga berorientasi agribisnis. Pengembangan subak menjadi lembaga berorientasi agribisnis diharapkan dapat menjadi organisasi yang mandiri, berorientasi pada keuntungan, mampu bertahan dan bersaing di era modernisasi.

Saran yang direkomendasikan dalam penelitian ini adalah pengembangan subak menjadi lembaga berorientasi agribisnis sangat memungkinkan dengan program nyata. Hal ini dapat mendorong kemandirian petani, koordinasi dengan pihak terkait, dan membuat kawasan percontohan agribisnis yang bisa menjadi motivasi dan menumbuhkan semangat petani dalam pengembangan subak menuju lembaga beorientasi agribisnis.


(6)

v

RINGKASAN

Pengembangan pertanian tidak dapat dilepaskan dengan eksistensi subak. Tingkat pendapatan petani anggota subak masih relatif rendah disebabkan oleh berbagai masalah baik terdapat di internal dan eksternal subak. Mengatasi masalah ini maka diperlukan adanya pemberdayaan subak untuk mewujudkan subak menjadi lembaga berorientasi agribisnis.

Penelitian ini memiliki tujuan untuk merumuskan strategi pengembangan subak menjadi lembaga berorientasi agribisnis dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman di subak. Ruang lingkup dari penelitian adalah deksripsi yang bertujuan mengetahui atau menganalisa subak dengan melihat dari aspek internal dan aspek eksternal. Selanjutnya berdasarkan analisis SWOT yang menekankan pada aspek sosial ekonomi subak, akan ditemukan alternatif strategi yang terbaik.

Penelitian dilakukan di Subak Sengempel di kawasan Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Penelitian dilakukan dengan mencari data primer dan data sekunder dari 16 responden (14 responden internal dan dua dari responden eksternal) yang diambil dengan cara purposive sampling. Metode analisis pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif deskriptif kuantitatif yang nantinya akan diperoleh strategi alternatif dengan menggunakan analisis SWOT.

Hasil penelitian di peroleh kekuatan dari Subak Sengempel: penerapan konsep Tri Hita Karana; penerapan aturan yang mengikat di subak (awig-awig); pengelolaan unit simpan pinjam; pengadaan infrastruktur yang memadai; pengembangan terhadap agribisnis; adanya rapat dan mempererat hubungan anggota subak; adanya badan hukum yang berlaku. Kelemahan: kemampuan pengurus mengenai administrasi; pendidikan pengurus subak, pelatihan mengenai agribisnis; minat investasi dalam bidang pertanian.

Peluang: tersedianya pasar untuk pemasaran hasil; pelatihan dan subsidi sarana produksi oleh pemerintah; tersedianya lembaga keuangan dalam permodalan. Ancaman: meningkatnya harga sarana pertanian; peluang kerja selain bidang pertanian memberikan hasil yang pasti; kepercayaan terhadap kualitas


(7)

vi

beras dalam negeri; berubahnya lahan pertanian menjadi lahan bangunan; persaingan dalam pengembangan subak yang berorientasi agribisnis.

Subak Sengempel berada pada sel satu yaitu Growth yang menandakan pengembangan Subak Sengempel menjadi lembaga berorientasi agribisnis sedang mengalami pertumbuhan sehingga dimungkinkan untuk terus meraih kemajuan secara maksimal. Berdasarkan analisis matrik SWOT, diketahui ada enam alternatif strategi pengembangan subak menjadi lembaga berorientasi agribisnis di Subak Sengempel.

Strategi S-O, yaitu pengembangan subak menjadi lembaga berorientasi agribisnis. Strategi S-T, yaitu meningkatkan peraturan yang mengikat di subak mengenai standar kualitas hasil pertanian, mengoptimalkan peran koperasi sebagai lembaga yang membantu perekonomian anggota subak. Strategi W-O, yaitu meningkatkan kinerja anggota subak agar dapat dikembangkan melalui peran pemerintah. Strategi W-T, yaitu mengadakan pelatihan mengenai pengelolaan subak yang baik agar menghasilkan produk yang berkualitas untuk menonjolkan potensi subak dari segi tingkat keuntungan. Strategi alternatif yang menjadi prioritas pertama adalah strategi pengembangan subak menjadi lembaga berorientasi agribisnis.

Saran yang direkomendasikan dalam penelitian ini adalah pengembangan subak menjadi lembaga berorientasi agribisnis sangat memungkinkan dengan program nyata, dapat menjadi organisasi yang mandiri, berorientasi pada keuntungan, mampu bertahan dan bersaing di era modernisasi. Menjadi salah satu subak yang lebih baik dengan dapat mempertahankan kekuatan yang dimiliki seperti penerapan konsep Tri Hita Karana dalam subak dan penerapan aturan yang mengikat di subak (awig-awig). Subak Sengempel diharapkan dapat mengintensifkan koordinasi dengan pihak pemerintah agar mendukung pengembangan subak melalui kebijakan yang berpihak kepada petani seperti pemetaan untuk pengembangan subak menjadi lembaga berorientasi agribisnis dan membangun lebih banyak percontohan kawasan subak yang berorientasi agribisnis yang bisa menjadi motivasi dan menumbuhkan semangat petani dalam pengembangan subak menuju lembaga beorientasi agribisnis.


(8)

vii

STRATEGI PENGEMBANGAN SUBAK MENJADI LEMBAGA

BERORIENTASI AGRIBISNIS DI KABUPATEN BADUNG

(Kasus Subak Sengempel, Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal)

Kadek Ayu Ratna Budhiarti NIM. 1205315062

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Wayan Windia, S.U. Dr. Ir. Ni Wayan Sri Astiti, M.P NIP. 19491215 197503 1 001 NIP. 19590506 198702 2 001

Mengesahkan, Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Udayana

Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, M.S. NIP. 19630515 1988 1 001


(9)

viii

STRATEGI PENGEMBANGAN SUBAK MENJADI LEMBAGA

BERORIENTASI AGRIBISNIS DI KABUPATEN BADUNG

(Kasus Subak Sengempel, Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal)

dipersiapkan dan diajukan oleh

Kadek Ayu Ratna Budhiarti NIM. 1205315062

telah diuji dan dinilai oleh Tim Penguji pada tanggal 26 Mei 2016

Berdasarkan SK Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana No. : 103/UN/14.1.23/DL/2016

Tanggal : 26 Mei 2016 Tim Penguji Skripsi adalah:

Ketua : Dr. I Wayan Budiasa, S.P., M.P

Anggota :

1. Drs. I Ketut Rantau, M.Si 2. Ir. I Dewa Gede Agung, M.MA 3. Dr. Ir. Ni Wayan Sri Astiti, M.P 4. Prof. Dr. Ir. Wayan Windia, S.U


(10)

ix

RIWAYAT HIDUP

Kadek Ayu Ratna Budhiarti lahir di Denpasar pada tanggal 30 Maret 1994. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara yang dilahirkan dari pasangan I Gede Arjana, (Ayah) dan I Gusti Ayu Agung Made Suerti (alm), (Ibu).

Penulis menempuh pendidikan pertama di Taman Kanak-Kanak (TK) Widya Santi II Ubung pada tahun 1998 s.d 2000. Pendidikan Sekolah Dasar ditempuh di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Ubung pada tahun 2000 s.d 2006. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 5 Denpasar pada tahun 2006 s.d 2009. Pendidikan Menengah Kejuruan (SMK) PGRI 4 Denpasar pada tahun 2009 s.d 2012. Pada tahun 2012 memasuki jenjang pendidikan perguruan tinggi melalui jalur Penelusuran Minat dan Bakat (PMDK) I dan diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana.

Selama menjadi mahasiswa di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, penulis aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan kepanitiaan baik dalam kegiatan program studi, fakultas maupun universitas. Selain itu, juga aktif dalam organisasi diantaranya pernah menjabat sebagai sekertaris bidang kreasi minat dan bakat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian periode 2013/2014, sekertaris bidang pengembangan sumberdaya mahasiswa Himpunan Mahasiswa Program Studi Agribisnis (HIMAGRI) periode 2014/2015, Dewan Pertimbangan dan Penasehat (DPP) Himpunan Mahasiswa Program Studi Agribisnis (HIMAGRI) periode 2015/2016, Sekertaris kegiatan Agribusiness Cadres Forming 2015 Himpunan Mahasiswa Program Studi Agribisnis (HIMAGRI), Ketua bidang kagiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Udayana Periode X 2015. Beasiswa yang pernah didapatkan beasiswa Dinas Pendidikan dan Olahraga (Disdikpora) pada tahun 2012/2013 dan 2013/2014.


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmatNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban terakhir sebagai mahasiswa guna melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan studi Program Sarjana (S1) pada Fakultas Pertanian Universitas Udayan. Adapun judul skripsi ini adalah “Strategi Pengembangan Subak Menjadi Lembaga Berorientasi Agribisnis Di Kabupaten Badung (Kasus Subak Sengempel, Desa Bongkasa,Kecamatan Abiansemal)”.

Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu serta berpartisipasi dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, antara lain sebagai berikut.

1. Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, MS., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana, karena telah memberikan ijin dan kemudahan dalam pelaksanaan penelitian ini.

2. Dr. Ir. I Dewa Putu Oka Suardi,M.Si, selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana atas segala fasilitas dan kemudahaan yang diberikan selama penyusunan skripsi.

3. Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia, SU., selaku pembimbing I yang telah membimbing dan mendidik penulis dari awal hingga akhir perkuliahan serta memberikan pengarahan serta bantuan dalam penyusunan skripsi. 4. Dr. Ir. Ni Wayan Sri Astiti, MP, selaku pembimbing II yang telah

membimbing dan mendidik penulis dari awal hingga akhir perkuliahan serta memberikan pengarahan serta bantuan dalam penyusunan skripsi. 5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian Universitas Udayana yang telah

mengajar dan mendidik penulis selama mengikuti perkuliahan.

6. Bapak dan Ibu Pegawai Administrasi Fakultas Pertanian Universitas Udayana yang telah banyak membantu dalam pengurusan proses administrasi.

7. Bapak Wayan Suela, selaku ketua subak atau pekaseh Subak Sengempel yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di Subak Sengempel.


(12)

xi

8. Seluruh anggota Subak Sengempel yang turut membantu memberikan informasi dan berpatisipasi terkait dengan penelitian ini.

9. Keluarga tercinta terutama Bapak (I Gede Arjana), Ibu (I Gusti Ayu Agung Made Suerti, S.Pd) di Surga, dan kakak (I Gede Astrana Budhiarsa, SH.H) yang telah meberikan doa, dukungan dan membantu baik moral maupun material yang sangat besar bagi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini, dalam rangka mendapatkan gelar Sarjana Pertanian.

10. Kekasih (I G Angga Dian Putra P) yang selalu menemani dan mendukung selama perkuliahan hingga bersama-sama berjuang untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian.

11. Serta tidak lupa penulis ucapkan terima kasih untuk teman-teman program studi agribisnis angkatan 2012 (ayu gengges, putri gengges, devy, ina, geng PM dan teman-teman lainnya), segenap keluarga besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang senantiasa memberikan bantuan dan motivasi demi kelancaran skripsi ini penulis ucapkan terima kasih.

Sebagai akhir kata, dengan kerendahan hati penulis akan selalu menghormati dan menerima segala kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya di bidang pertanian serta dapat menjadi bahan kajian yang berarti.

Denpasar, 26 Mei 2016


(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... ii

ABSTRACT ... iii

ABSTRAK ... iv

RINGKASAN ... v

HALAMAN PERSETUJUAN ... vii

TIM PENGUJI ... viii

RIWAYAT HIDUP ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1Subak ... 6

2.2 Agribisnis Berbasis Subak ... 9

2.3 Perencanaan Strategi ... 12

2.4 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal ... 13

2.5 SWOT (Strength, Weakness, Oppurtunity, Threat) ... 15

2.6 Penelitian Terdahulu ... 17

2.7 Kerangka Pemikiran ... 19

III. METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

3.2 Data dan Metode Pengumpulan Data ...22

3.2.1 Jenis data ...22

3.2.2 Sumber data ...23

3.2.3 Metode pengumpulan data ...24

3.3 Penentuan Responden Penelitian ... 25

3.4 Variabel, Indikator, Parameter dan Pengukuran Variabel ... 26

3.5 Batasan Operasional Variabel ... 28


(14)

xiii

3.6.1 Analisis lingkungan internal ... 30

3.6.2 Analisis lingkungan eksternal ... 31

3.6.3 Matrik IE (internal-eksternal) ... 32

3.6.4 Matrik SWOT... 33

... IV. GAMBARAN UMUM SUBAK SENGEMPEL ... 35

4.1 Sejarah Subak Sengempel ... 35

4.2 Geografis Subak Sengempel ... 35

4.3 Aspek Kelembagaan Subak Sengempel dan Koperasi Tani Dewi Sri 37

4.4 Aspek Sosial Budaya Subak Sengempel ... 40

4.5 Aspek Agronomi ... 42

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

5.1 Karakteristik Responden ... 45

5.2 Identifikasi Analisis Lingkungan Internal ... 46

5.2.1 Kekuatan (Strength) ... 47

5.2.2 Kelemahan (Weakness) ... 55

5.3 Identifikasi Analisis Lingkungan Eksternal ... 58

5.3.1 Peluang (Oppurtunity) ... 59

5.3.2 Ancaman (Threat) ... 60

5.4 Posisi Subak Sengempel Menjadi Lembaga Berorientasi Agribisnis 64

5.5 Penentu Alternatif Strategi Melalui Matrik SWOT... 66

5.6 Prioritas Strategi Pengembangan Subak Menjadi Lembaga Berorientasi Agribisnis ... 71

VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 74

6.1 Simpulan ... 74

6.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

2.1 Matrik Analisis SWOT ...17

3.1 Variabel dan Pengukuran Strategi Pengembangan Subak Menjadi Lembaga Berorientasi Agribisnis ... 27

3.2 Analisis Lingkungan Internal ... 30

3.3 Analisis Lingkungan Eksternal ... 31

4.1 Nama-nama Munduk, Luas Areal, dan Anggota Subak Sengempel ... 39

5.1 Karakteristis Responden ... 45

5.2 Faktor Internal ditinjau dari Kekuatan dan Kelemahan Subak Sengempel .46 5.3 Analisis Matrik IFAS (Internal Strategy Analysis Summary)... 57

5.4 Faktor Eksternal ditinjau dari Peluang dan Ancaman Subak Sengempel . 58 5.5 Analisis Matrik EFAS (Eksternal Strategy Analysis Summary) ...64

5.6 Prioritas Strategi Pengembangan Subak Menjadi Lembaga Berorientasi Agribisnis...72


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1 Hubungan timbal balik antar elemen Tri Hita Karana ... 8 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian Strategi Pengembangan Subak Menjadi

Lembaga Berorientasi Agribisnis ... 21 3.1 Diagram Matrik IE ... 33 4.1 Struktur Organisasi Subak Sengempel dengan Koperasi Tani ... 37 5.1 Matrik Internal-Eksternal dalam Strategi Pengembangan Subak Menjadi

Lembaga Berorientasi Agribisnis pada Subak Sengempel ...65 5.2 Matrik SWOT (Strength, Weakness, Oppurtunity, Threat)...67


(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuesioner ... 80 2. Hasil Tabulasi Data Perhitungan Nilai Bobot Faktor Internal dan Faktor

Eksternal ... 89 3. Hasil Tabulasi Data Pemberian Rating Faktor Internal dan Faktor Eksternal

91

4. Hasil Tabulasi Perhitungan Bobot, Rating, dan Skor Faktor Internal dan Eksternal ... 93 5. Gambar Lokasi ... 95


(18)

1

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian menempati urutan kedua setelah sektor pariwisata dalam struktur perekonomian Bali. Pada masa sekarang pertanian bukan saja sebagai pilar penting dalam mendukung keberhasilan pariwisata, tetapi pertanian merupakan sektor strategis yang harus dijaga untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sebagian masyarakat di Bali. Pulau Bali sudah diakui dunia sebagai salah satu tempat yang dikenal karena memiliki nilai budaya agraris yang unik.

Memasuki Abad XXI, visi pertanian adalah pertanian modern, tangguh dan efisien, sedangkan misi pembangunan pertanian adalah memberdayakan petani dan peternak menuju masyarakat tani yang mandiri maju, sejahtera dan berkeadilan. Peran pertanian tidak hanya sebagai penyangga ketahanan pangan, tetapi juga dalam penyediaan lapangan kerja, konservasi dan pelestarian sumber daya alam, memelihara nilai-nilai sosial budaya, dan sebagai penarik bagi pertumbuhan industri hulu dan pendorong pertumbuhan industri hilir yang kontribusinya cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi (Rai,2009). Sistem usahatani telah berkembang di berbagai kondisi agroekosistem secara tradisional dan turun temurun yang dipengaruhi oleh lingkungan biofisik (seperti tanah, iklim, hama, gulma, penyakit) dan sosial ekonomi (pasar, kelembagaan, sarana, prasarana, kebijakan pemerintah dan tujuan petani). Lingkungan biofisik digabung dengan sosial ekonomi akan mempengaruhi keputusan petani dalam mengelola usahataninya (Partohardjono, 2003).


(19)

Sektor pertanian di Bali berkaitan dengan sistem subak yang bergerak dalam bidang sistem irigasi, mengatur pola atau jadwal tanam dan pemasaran, sehingga dapat dikatakan bahwa sistem subak menjadi penunjang utama eksitensi sektor pertanian (Windia,2004). Subak adalah organisasi yang anggotanya terdiri atas orang-orang yang memiliki sawah dan memperoleh air dari sumber yang sama, serta mempunyai kebebasan dalam mengatur rumah tangganya sendiri atau otonom. Subak merupakan aset kelembagaan tradisional yang telah terbukti efektivitasnya dalam menyangga pembangunan pertanian dan pedesaan di Bali, karena keunikan dan berbagai karakteristik lainnya subak telah terkenal di seluruh dunia (Sutawan, 1986).

Selain itu ada juga aturan hukum atau awig-awig mengenai berbagai pengaturan air irigasi, pengaturan hak dan kewajiban baik sebagai pengurus maupun sebagai anggota subak. Pitana (1997) mengatakan subak mempunyai lima ciri yaitu: (1) merupakan organisasi petani pengelola air irigasi untuk anggota-anggotanya dan memiliki pengurus dan peraturan organisasi (awig-awig) baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis; (2) mempunyai satu sumber air bersama, dapat berupa bendung (empelan) di sungai, mata air, air tanah, ataupun saluran bersama suatu sistem irigasi; (3) mempunyai suatu wilayah persawahan; (4) bersifat otonom, baik internal maupun eksternal; dan (5) mempunyai satu atau lebih pura yang berhubungan dengan persubakan.

Subak tidak hanya hamparan sawah yang mempesona, karena di dalam subak mengandung nilai-nilai manajemen, musyawarah, demokrasi , partisipasi, keuletan, keadilan, dan adanya rasa kebersamaan yang biasa disebut dengan gotong royong dan ketaatan menjalankan ajaran agama Hindu terutama srada dan


(20)

bakti. Untuk menyelamatkan sektor pertanian maka sistem subak perlu diberdayakan dangan cara penetaan kembali bangunan sistem subak di Bali agar mampu lebih berdaya menghadapi perubahan lingkungan strategis sebagai akibat adanya arus globalisasi. Subak perlu mengembangkan diri menjadi organisasi yang berorientasi ekonomi, selain melakukan fungsi pokoknya sebagai pengelola air irigasi tanpa harus meninggalkan corak sosio religus, pengembangan ekonomi yang baik dikembangkan adalah agribisnis .

Strategi pengembangan sistem agribisnis diyakini mampu mengantarkan perekonomian Indonesia memiliki daya saing dan bersinergi dalam perekonomian dunia. Sesuai dengan Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1999 menyatakan bahwa masyarakat petani diberikan peluang untuk secara demokratis membentuk unit usaha ekonomi dan bisnis yang berbadan hukum di tingkat usaha tani. Selain itu adanya Peraturan Daerah Provinsi Bali No.09/PD/DPRD/2012 yang menyatakan bahwa subak adalah organisasi tradisional dibidang tata guna air dan atau tata tanaman di tingkat usaha tani pada masyarakat adat di Bali yang bersifat sosio agraris, religius, ekonomis yang secara historis terus tumbuh dan berkembang.

Berdasarkan kedua dasar hukum yang ada, hal itu melatar belakangi pengembangan subak untuk membentuk unit usaha ekonominya sendiri atau berorientasi agribisnis. Dalam pembangunan pertanian, agribisnis diharapkan dapat memainkan peranan penting dalam kegiatan pembangunan daerah maupun pertumbuhan ekonomi nasional, selain itu agribisnis merupakan sektor perekonomian yang mengahasilkan dan mendistribusikan masukan bagi pengusahatani, memasarkan, memproses, serta mendistribusikan produk usahatani


(21)

ke konsumen akhir (Windia dan Dewi, 2007). Pengembangan sektor agibisnis dapat menyerap tenaga kerja yang lebih banyak. Selanjutnya untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi rakyat, maka pembangunan tidak hanya dilaksanakan di perkotaan tetapi sampai di pedesaan. Strategi pengembangan sistem di organisasi subak akan menjadi penggerak ekonomi pedesaan sehingga pemberdayaan ekonomi kerakyatan dapat ditingkatkan dengan catatan pengembangan unsur-unsur manajemen dalam organisasi agribisnis dilaksanakan dengan baik. Suparta (2005) mengatakan bahwa ekonomi kerakyatan diartikan sebagai ekonomi yang dikelola secara demokrasi ekonomi yaitu semua rakyat diberi kesempatan yang sama untuk berperan dan bersaing secara sempurna.

Strategi peningkatan ekonomi di bidang pertanian melalui pendekatan sistem dan perusahan agribisnis yang berkaitan kuat dengan semua sektor pembangunan ekonomi merupakan prasyarat keharusan untuk menikmati hasil secara ekonomi yang akan mengangkat ekonomi kerakyatan (Suparta, 2005). Berdasarkan latar belakang uaraian di atas, maka sangat penting dilakukan penelitian strategi pengembangan subak berorientasi agribisnis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan tentang bagaimana strategi dalam pengembangan subak menjadi lembaga berorientasi agribisnis?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi pengembangan subak menjadi lembaga berorientasi agribisnis.


(22)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat untuk beberapa pihak. Manfaat penelitian ini bermanfaat bagi.

1. Subak, dapat menjadi bahan masukan atau bahan pertimbangan dalam pengembangan subak menjadi lembaga berorientasi agribisnis.

2. Pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dan referensi dalam menyusun atau menentukan kebijakan lainnya untuk mendukung ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis yang berbasis kerakyatan yang mandiri dan berkelanjutan.

3. Peneliti, sebagai tambahan informasi dan arahan bagi kalangan akademisi atau peneliti lain untuk keperluan studi dan peneliti selanjutnya, sehingga dapat menambah pengetahuan dan referensi mengenai strategi pengembangan subak menjadi lembaga berorientasi agribisnis.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian adalah deksripsi yang bertujuan mengetahui atau menganalisa subak dengan melihat dari aspek lingkungan internal untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan subak dengan menggunakan analisis matrik IFAS dan aspek eksternal untuk mengetahui peluang dan ancaman dengan menggunakan analisis matrik EFAS. Selanjutnya di ketahui posisi dari subak pada saat ini dengan menggunakan matrik IE dan berdasarkan analisis SWOT yang menekankan pada aspek sosial ekonomi subak, akan ditemukan strategi alternatif yang terbaik.


(23)

6

2.1 Subak

Dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali No.09/PD/DPRD/2012 pada dasarnya diisyaratkan bahwa subak adalah organisasi tradisional dibidang tata guna air dan atau tata tanaman di tingkat usaha tani pada masyarakat adat di Bali yang bersifat sosio agraris, religius, ekonomis yang secara historis terus tumbuh dan berkembang.

Subak merupakan sistem irigasi yang khas di Bali dijiwai oleh agama Hindu, terutama karena upacara ritual keagamaan yang senantiasa menyertai setiap aktivitasnya, juga memiliki nilai-nilai luhur yang bersifat universal dan sangat relevan dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Nilai-nilai tersebut adalah falsafah Tri Hita Karana terdiri atas (palemahan/ lingkungan sawah, flora dan faunanya), (pawongan/petani) dan parhyangan/budaya subak) yang melandasi setiap kegiatan subak dan terkandung berbagai kearifan lingkungan.

Dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali No.09/PD/DPRD/2012 Pasal 3 mengenai asas dan tujuan, tujuan subak yaitu mencakup memelihara dan melestarikan organisasi subak, mensejahterakan kehidupan petani, mengatur pengairan dan tata tanaman, melindungi dan mengayomi petani, memelihara serta memperbaiki saluran air ke sawah.

Selanjutnya pada Pasal 8 menyatakan bahwa subak sebagai organisasi tradisional mempunyai fungsi membantu pemerintah dalam meningkatkan pembangunan dibidang pertanian, melaksanakan hukum adat dan adat istiadat dalam subak, menetapkan awig-awig sebagai suatu kesepakatan dalam mengatur


(24)

kepentingan sosial pertanian dan keagamaan, membina dan melestarikan nilai-nilai agama dan adat-istiadat Bali serta tetap menjaga persatuan dan kesatuan anggota berdasarkan paras paros segilik seguluk selunglung sebayantaka artinya bersatu padu dalam suka dan duka dalam menghadapi marabahaya, senasib sepenanggungan, menjaga, memelihara, mengembangkan dan memanfaatkan kekayaan subak dan prasarana-prasarana irigasi lainnya guna menjamin kelancaran tertibnya irigasi dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat, mengembangkan kemampuan krama subak untuk meningkatkan produktifitas, pendapatan dan kesejahteraan petani, dan menjaga kelestarian wilayah subak dan lingkungannya dalam rangka pertanian berkelanjutan.

Windia (2006), bahwa gatra religius pada subak di Bali mencerminkan keberadaan dari konsep parahyangan, palemahan, dan pawongan sebagai salah satu komponen dari Tri Hita Karana merupakan suatu konsep pemikiran yang dijiwai oleh agama Hindu dan relevan dalam kaitannya dengan sistem kebudayaan. Secara etimologis Tri Hita Karana terdiri atas tiga kata, yaitu: Tri

artinya tiga, Hita artinya kesejahteraan, dan Karana artinya penyebab, sehingga

Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kesejahteraan hidup manusia. Hubungan antara elemen Tri Hita Karana (parhyangan, palemahan, dan pawongan) sebagai landasan kegiatan sistem subak, serta kaitannya dengan elemen atau subsistem kebudayaan seperti terlihat pada Gambar 2.1


(25)

Lingkungan

Lingkungan

Gambar 2.1 Hubungan timbal balik antar elemen Tri Hita Karana

Ketiga hubungan antara komponen dalam Tri Hita Karana yang digambarkan di atas berkaitan erat antara yang satu dengan yang lainnya, hubungan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa (Parhyangan), yakni melaksanakan berbagai upacara keagamaan. Hubungan antara manusia dengan manusia (Pawongan), yakni dengan melakukan koordinasi/hubungan dengan organisasi atau masyarakat sekitarnya. Hubungan antara manusia dengan alam

(Palemahan), konsep ini memberikan arahan bagaimana subak dan anggotanya mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam yang terbatas yang terdiri atas tanah atau lahan pertanian, air irigasi, tanaman dan hewan agar dapat memberikan kesejahteraan bagi seluruh anggota subak (Windia, 2006).

Dinas Kebudayaan Provinsi Bali (2002), menyatakan bahwa perwujudan ketiga unsur Tri Hita Karana di dalam sistem subak dicirikan sebagai berikut. (1) Adanya bangunan-bangunan suci sebagai wujud parhyangan seperti

sanggah Catu, Pura Bedugul, Pura Ulun Empelan;

(2) Adanya organisasi dengan perangkatnya, yaitu anggota (krama), pengurus (prajuru) dengan segala peraturan (awig-awig) dan sanksi-sanksi sebagai wujud dari unsur pawongan;

Parhyangan

Pawongan


(26)

(3) Subak memiliki wilayah dengan perbatasan alam yang jelas dan jaringan irigasi (prasarana dan sarana) yang lengkap sebagai perwujudan unsur

palemahan.

Tri Hita Karana secara inflisit mengandung pesan agar kita mengelola sumber daya alam termasuk air secara arif untuk menjaga kelestarian, senantiasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan selalu mengedepankan harmoni dan kebersamaan dalam memecahkan masalah. Terselenggaranya keselarasan dan keharmonisan hidup manusia sebenarnya mutlak merupakan keselarasan dari ketiga dimensi alam tersebut. Manusia harus taat dan patuh terhadap aturan dan hukum alam yang telah digariskan kepadanya melalui ajaran agama yang telah diturunkan oleh Tuhan. Subak sebagai warisan budaya yang bernilai luhur, perlu dilestarikan eksistensinya. Dalam artian bukan hanya sekedar mempertahankan nilai-nilai lama, tetapi sekaligus membina dan mengembangkannya agar subak menjadi lebih kuat dan mandiri sehingga tangguh menghadapi segala macam tantangan moderenisasi (Windia, 2006).

2.2 Agribisnis Berbasis Subak

Agribisnis merupakan cara baru untuk melihat pertanian, apabila agribisnis usahatani dianggap subsistem maka ia tidak terlepas dari kegiatan di agribisnis non usahatani seperti agribisnis hulu dan hilir. Dengan demikian agribisnis merupakan cara baru melihat pertanian menjadi visi pada masa akan datang. Antara (2009) menyatakan, agribisnis diartikan sebagai usaha atau kegiatan pertanian dan terkait dengan pertanian yang berorientasi pada keuntungan atau kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditas pertanian dalam arti luas. Agibrisnis termasuk kedalam semua kegiatan di sektor


(27)

pertanian dimulai dari penyediaan sarana produksi, proses produksi, penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran, sehingga produk tersebut sampai ke tangan konsumen.

Sistem Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa subsistem (Downey dan Erickson, 1992)sebagai berikut.

1. Subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness)

Kegiatan ekonomi yang menyediakan sarana produksi bagi pertanian, seperti industri dan perdagangan agrokimia (pupuk, pestisida, dll), industri agrootomotif (mesin dan peralatan), dan industri benih/bibit serta industri pendukungnya.

2. Subsistem produksi atau usaha tani (on-farm agribusiness)

Kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan oleh subsistem agribisnis hulu untuk menghasilkan produk pertanian primer. Termasuk ke dalam subsistem usaha tani ini adalah usaha tanaman pangan, usaha tanaman hortikultura, usaha tanaman obat-obatan, usaha perkebunan, usaha perikanan, usaha peternakan, dan kehutanan, contoh : usaha tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan, tanaman obat, peternakan, perikanan, kehutanan.

3. Subsistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness)

Berupa kegiatan ekonomi yang mengolah produk pertanian primer menjadi produk olahan, baik produk awal maupun produk akhir, beserta kegiatan perdagangan. Kegiatan ekonomi yang termasuk dalam subsistem agibisnis hilir ini antara lain adalah industri pengolahan makanan, industri pengolahan minuman, industri pengolahan serat (kayu, kulit, karet, sutera, jerami) industri jasa boga, industri farmasi dan bahan kecantikan, industri agrowisata


(28)

4. Subsistem lembaga penunjang

Seluruh kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis, seperti lembaga keuangan, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga transportasi, lembaga pendidikan, dan lembaga pemerintah (kebijakan tata-ruang, serta kebijakan lainnya), contoh : distribusi, konsumsi, promosi, informasi pasar.

Dalam usaha mempercepat laju pertumbuhan sektor agribisnis terutama dihadapkan dengan kondisi petani kita yang serba lemah (modal, skill, pengetahuan dan penguasaan lahan) dapat ditempuh melalui penerapan sistem pengembangan (system of development) agribisnis. Dalam konteks bahasan ini, yang dimaksud “sistem pengembangan agribisnis” adalah suatu bentuk atau model atau sistem atau pola pengembangan agribisnis yang mampu memberikan keuntungan layak bagi pelaku-pelaku agribisnis berupa peningkatan pendapatan, peningkatan nilai tambah dan perluasan kesempatan kerja.

Suherman (2003) pengembangan lembaga tradisional yaitu subak mengarah ke bidang ekonomi atau komersial yang berpola agribisnis perlu mendapat perhatian yang serius. Dengan pola pengembangan subak menuju agribisnis akan dapat meningkatkan pendapatan dan keuntungan petani. Usaha ekonomi berbasis subak pada prinsipnya adalah agribisnis berbasis pangan atau lahan sawah. Dengan berprinsip bahwa usahatani itu identik dengan perusahaan, maka usahatani ini akan eksis dan berkembang jika mampu menjual hasilnya dengan nilai jual yang layak. Koperasi tani akan menjadi salah satu sumber dana bagi subak terkait dengan tanggung jawab pembiayaan operasi dan pemeliharaan institusi subak. Selain itu, koperasi tani akan menjadi wahana peningkatan kesejahteraan ekonomi anggota.


(29)

2.3 Perencanaan Strategi

David (2004), strategi adalah cara untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang. Manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan, pelaksanaan, dan evaluasi keputusan-keputusan lintasan fungsi yang memungkinkan organisasi mencapai tujuannya. Dalam pengelolaan agribisnis berhasil atau tidaknya tergantung pada efektif tidaknya pemanfaatan sumber daya organisasi oleh manajer. Untuk mengelola agribisnis secara profesional diperlukan prinsip-prinsip manajemen yaitu perencanaan dan pengorganisasian.

Downey dan Erickson (1987) bahwa perencanaan merupakan pemikiran yang mengarah ke masa depan yang menyangkut rangkaian tindakan berdasarkan pemahaman penuh terhadap semua faktor yang terlibat dan yang diarahkan kepada sasaran khusus. Perencanaan strategi dalam hal ini merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal organisasi, menentukan kekuatan dan kelemahan internal organisasi, menetapkan tujuan jangka panjang organisasi, membuat sejumlah strategi alternatif untuk organisasi dan memilih strategi tertentu untuk digunakan. Pengorganisasian meliputi pengesahan suatu rencana untuk menunjukkan saling keterkaitan di antara setiap pekerjaan dan individu dalam organisasi.

Hariadi (2005) menyatakan bahwa ada beberapa langkah yang perlu dilakukan perusahaan dalam merumuskan strategi sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi lingkungan yang akan dimasuki oleh perusahaan di masa depan dan menentukan misi perusahaan untuk mencapai visi yang dicita-citakan dalam lingkungan tersebut.


(30)

2. Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk mengukur kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan dalam menjalankan misinya.

3. Merumuskan faktor-faktor ukuran keberhasilan (key success factors) dari strategi-strategi yang dirancang berdasarkan analisis sebelumnya.

4. Menentukan tujuan dan target terukur, mengevaluasi berbagai alternatif strategi dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki dan kondisi eksternal yang dihadapi.

5. Memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang.

Peran manajemen strategi mengalami pasang surut, ketika pertama kali diperkenalkan hanya dianggap sebagai alat bantu utama sebagai pengambilan keputusan. Penyusunan manajemen strategi dilihat sebagai usaha untuk mengetahui secara lebih dini kekuatan dan kelemahan perusahan agar mampu bertahan menghadapi perubahan lingkungan bisnis yang terus menerus. Manajemen strategi merupakan proses pengembangan suatu rencana bisnis untuk menuntun suatu perusahaan berjuang mencapai misi, tujuan, dan cita-cita yang diinginkan. Di samping itu tujuan perencanaan strategi agar kelompok atau lembaga dapat melihat secara objektif kondisi internal dan eksternal sehingga dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal.

2.4 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal

Reksohadiprojo (1992), analisis lingkungan internal memberikan jawaban bahwa perusahaan memiliki kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) bidang manajemen produksi operasi, pemasaran, organisasi, sumber daya


(31)

manusia, keuangan. Lingkungan internal terdiri dari komponen-komponen atau variabel lingkungan yang berasal atau berada didalam perusahaan. Komponen-komponen dari lingkungan internal ini cenderung dapat dikendalikan oleh organisasi yang berada didalam jangkauan intervensi mereka.

Konsep analisis lingkungan internal berkenaan dengan situasi persaingan yang ketat dan harus dihadapi perusahaan. Faktor tersebut terdiri dari profil langganan, posisi persaingan, saluran distribusi, pemasok, lingkungan ini memberikan tantangan bagi perusahaan saat perusahaan harus berjuang memasarkan barang dan jasanya dengan cara yang menguntungkan (Reksohadiprojo,1992).

Analisis lingkungan eksternal tersusun dari sekumpulan faktor-faktor ancaman (opportunity) dan peluang (threat) yang berada di luar jangkauan yang terlepas dari situasi operasional suatu perusahaan. Faktor-faktor yang terdapat pada analisis lingkungan eksternal adalah politik, ekonomi, sosial, dan strategi. Faktor-faktor ini dapat memberikan ancaman, peluang, dan kendala pada perusahaan, tetapi perusahaan tidak dapat mempengaruhi lingkungan eksternal (Reksohadiprojo,1992).

David (2000), menyebutkan bahwa faktor-faktor analisis lingkungan eksternal terdiri atas: sosial, ekonomi, teknologi, dan pemerintah. Sedangkan menurut Kotler (1996) analisis lingkungan eksternal terdiri dari: kependudukan, ekonomi, fisik, teknologi, hukum politik, dan budaya. Faktor-faktor seperti stabilitas politik, kebijakan, dan peraturan pemerintah telah menjadi pertumbuhan yang semakin penting bagi perusahan dalam merumuskan strategi guna mencapai sasaran yang diinginkan perusahaan.


(32)

2.5 SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat)

Rangkuti (2000), mendefinisikan matrik SWOT adalah alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor stategi perusahaan. Matrik ini menggambarkan dengan jelas peluang (opportunity) dan ancaman (threat) eksternal yang dihadapi perusahaan yang disesuaikan dengan kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) yang dimiliki analisis ini didasarkan pada logika yang memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threat).

Matrik SWOT merupakan suatu alat bantu untuk mengembangkan strategi yang dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal. Matrik SWOT adalah teknik yang selalu digunakan di dalam pengurusan strategi (strategic planning) dengan meningkatkan kecermelangan organisasi, program pembangunan organisasi, dan mengenal dengan pasti kelebihan persaingan. Dalam perencanaan startegi matrik SWOT digunakan untuk memastikan strategi yang digunakan benar-benar berkemampuan untuk merealisasikan visi dan misi organisasi secara objektif. Perumusan strategis yang didasarkan pada logika dengan mengidentifikasi faktor-faktor secara sistematis yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity) serta bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threat).

Suwarsono (1998), bahwa melalui matrik SWOT ditemukan berbagai strategi agar perusahan dapat berjalan sedemikian rupa dengan kelemahan (weakness) dan ancaman (threat) yang paling minimal, dimana keuntungan tetap menjadi pilihan utama dari perusahaan agar kegiatan bisnis tetap bisa berlangsung. Lingkungan internal memberikan gambaran bahwa suatu organisasi


(33)

bisnis atau perusahaan memiliki kekuatan (strength) dan juga kelemahan (weakness) di bidang manajemen produksi, operasi, pemasaran dan distribusi, organisasi, sumber daya manusia, keuangan dan akuntansi.

Mengacu pendapat Rangkuti (2000), ada tahapan dalam merumuskan strategi pengembangan melalui matrik SWOT. Matrik ini mampu menghasilkan empat set kemungkinan strategi sebagai berikut.

1. Meletakkan faktor-faktor kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) pada kolom 2 dan 3, faktor-faktor peluang (opportunity) dan ancaman (threat) masing-masing pada baris 2 dan 3 pada matrik SWOT dapat dilihat pada Tabel 2.1.

2. Strategi S-O (Strength-Opportunity), menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil peluang yang ada.

3. Strategi S-T (Strength-Threat), menggunakan kekuatan untuk menghindari dan mengatasi ancaman.

4. Strategi W-O (Weakness-Opportunity), menggunakan peluang yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan.

5. Strategi W-T (Weakness-Threat), berupaya meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.


(34)

Tabel 2.1 Matrik Analisis SWOT Situasi Internal Situasi Ekternal STRENGTH (S) Indetifikasi faktor-faktor kekuatan WEAKNESS (W) Indetifikasi faktor-faktor kelemahan OPPORTUNITY (O) Indetifikasi faktor-faktor peluang STRATEGI (SO) Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI (WO) Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang THREAT (T) Indetifikasi faktor-faktor ancaman STRATEGI (ST) Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

STRATEGI (WT) Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti, 2000

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai strategi pengembangan sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh beberapa penulis, dapat dikemukakan sebagai berikut.

1. Gunawan, (2005) meneliti mengenai strategi pengembangan usaha pengolahan mete gelondongan menjadi kacang mete di Kecamatan Kubu Kabupaten Karangansem. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem pada bulan Mei s.d Juni 2005, pemilihan tempat penelitian serta responden yang digunakan dipilih secara purposive sampling. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan strategi yang akan dikembangkan oleh instansi teknis Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Karangasem dalam pengembangan usaha pengolahan mete gelondongan menjadi kacang mete dengan menggunakan


(35)

analisis SWOT dan Proses Hierarki Analitik(PHA). Faktor-faktor strategis internal dan eksternal disusun dalam matrik SWOT guna memperoleh alternatif strategi. Dari alternatif strategi yang dihasilkan dapat direkomendasi alternatif strategi utama yang dilakukan dalam pengembangan pengolahan mete, alternatif yang ada akan dianalisis kembali menggunakan Proses Hierarki Analitik (PHA).

2. Puspitadewi, (2011) meneliti mengenai strategi pengembangan agrowisata berbasis subak pada Kawasan Ceking Kecamatan Tegalalang Kabupaten Gianyar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus s.d September 2011 di Kawasan Ceking, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar. Dimana penelitian ini melibatkan dua buah desa yaitu, Desa Kedisan dan Desa Tegalalang. Pemilihan tempat penelitian serta responden yang digunakan pada penelitian ini dipilih secara purposive sampling. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi yang dimiliki Kawasan Ceking ditinjau dari faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman serta untuk mengetahui strategi pengembangan agrowisata berdasarkan alternatif dan prioritas strategi pengembangannya dengan menggunakan analisis SWOT.

Dalam hal ini terdapat persamaan dan perbedaan yang dilakukan peneliti dengan peneliti sebelumnya. Persamaan adalah dengan menggunakan alat analisis yang sama yaitu dengan analisis SWOT. Analisis tersebut digunakan untuk mengetahui faktor kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threat). Sedangkan perbedaan dengan peneliti sebelumnya yaitu strategi pengembangan yang diambil, waktu, dan lokasi yang


(36)

menjadi objek penelitian. Penelitian sebelumnya digunakan sebagai tambahan informasi untuk peneliti agar peneliti lebih paham tentang strategi pengembangan.

2.7 Kerangka Pemikiran

Proses perkembangan subak di Bali dari dahulu hingga sekarang mengalami dinamika sesuai dengan pengembangan di sektor pertanian khususnya pertanian tanaman pangan, utamanya padi sawah. Setiap saat terjadi tantangan terhadap keberadaan subak pada era globalisasi. Subak merupakan suatu organisasi sosio-agraris dan religius atau organisasi bersifat sosio-kultural dalam pengelolaan usahatani di lahan sawah. Organisasi ini secara kultural merupakan warisan nenek moyang yang sudah berjalan ratusan tahun dan sudah mempunyai struktur organisasi walaupun sangat sederhana. Subak merupakan aset kelembagaan tradisional yang telah terbukti efektivitasnya dalam menyangga pembangunan pertanian, mengatur pembagian air irigasi dan ada juga kegiatan yang erat kaitannya dengan ritual keagamaan yang dikaitkan dengan tahap-tahap pertumbuhan tanaman. Di dalamnya menyangkut mengenai Tri Hita Karana yang meliputi parhyangan, palemahan, dan pawongan, sehingga organisasi ini merupakan lembaga tradisional yang bercorak sosio agraris religius.

Seriring dengan perkembangan teknologi dan ekonomi, subak di masa mendatang juga diharapkan menjadi suatu lembaga yang berperan untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi anggotanya dan mendukung perekonomian perdesaan. Berbagai program pengembangan di sektor pertanian dilaksanakan melalui kelembagaan subak ini. Suatu program pemerintah dalam pengembangan agribisnis di tingkat subak, keberadaan subak sangat dibutuhkan yang masih tetap mempertahankan nilai-nilai lokal atau modal sosial yang dimilikinya. Sejak tahun


(37)

2011, pengembangan subak menjadi kegiatan ekonomis atau agribisnis di Subak Sengempel sudah mulai berjalan.

Keberadaan subak saat ini mengalami banyak tantangan akibat terdesak oleh kepentingan pembangunan yang lain yang dianggap lebih menjanjikan keuntungan. Subak memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi lembaga berorientasi agribisnis, namun perlu dianalisis dan dilihat situasi lingkungan internal yang terdiri dari kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), sedangkan situasi lingkungan eksternal terdiri dari peluang (oppurtunity) dan ancaman (threat). Dari situasi lingkungan internal dan situasi lingkungan eksternal ini kemudian akan diketahui bobot, rating, dan skor masing-masing situasi yang kemudian dilakukan perhitungan dengan menggunakan analisis matrik IFAS dan analisis matrik EFAS. Setelah melakukan analisis matrik IFAS dan analisis matrik EFAS, selanjutnya di analisis kembali dengan menggunakan matrik IE untuk mengetahui letak atau posisi Subak Sengempel selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan matrik SWOT, sehingga dari analis SWOT ini akan diketahui strategi alternatif pengembangan subak menjadi lembaga berorientasi agribisnis. Strategi yang dihasilkan atau diharapkan tepat dengan tujuan maksimal dan selanjutnya dapat direkomendasikan untuk pengembangan subak menjadi lembaga berorentasi agribisnis yang dapat dilihat pada Gambar 2.2.


(38)

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Penelitian Strategi Pengembangan Subak Menjadi Lembaga Berorientasi Agribisnis

Subak

Subak Berwatak Sosio-Religius

Analisis SWOT Lingkungan Internal:

1. Kekuatan 2. Kelemahan

Lingkungan Eksternal: 1. Peluang

2. Ancaman

Analisis Matrik IFAS Analisis Matrik EFAS

Matrik IE

Strategi Pengembangan Subak Menjadi LembagaBerorientasi Agribisnis

Rekomendasi Matrik SWOT


(1)

bisnis atau perusahaan memiliki kekuatan (strength) dan juga kelemahan (weakness) di bidang manajemen produksi, operasi, pemasaran dan distribusi, organisasi, sumber daya manusia, keuangan dan akuntansi.

Mengacu pendapat Rangkuti (2000), ada tahapan dalam merumuskan strategi pengembangan melalui matrik SWOT. Matrik ini mampu menghasilkan empat set kemungkinan strategi sebagai berikut.

1. Meletakkan faktor-faktor kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) pada kolom 2 dan 3, faktor-faktor peluang (opportunity) dan ancaman (threat) masing-masing pada baris 2 dan 3 pada matrik SWOT dapat dilihat pada Tabel 2.1.

2. Strategi S-O (Strength-Opportunity), menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil peluang yang ada.

3. Strategi S-T (Strength-Threat), menggunakan kekuatan untuk menghindari dan mengatasi ancaman.

4. Strategi W-O (Weakness-Opportunity), menggunakan peluang yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan.

5. Strategi W-T (Weakness-Threat), berupaya meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.


(2)

Tabel 2.1 Matrik Analisis SWOT Situasi Internal Situasi Ekternal STRENGTH (S) Indetifikasi faktor-faktor kekuatan WEAKNESS (W) Indetifikasi faktor-faktor kelemahan OPPORTUNITY (O) Indetifikasi faktor-faktor peluang STRATEGI (SO) Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI (WO) Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang THREAT (T) Indetifikasi faktor-faktor ancaman STRATEGI (ST) Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

STRATEGI (WT) Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti, 2000

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai strategi pengembangan sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh beberapa penulis, dapat dikemukakan sebagai berikut.

1. Gunawan, (2005) meneliti mengenai strategi pengembangan usaha pengolahan mete gelondongan menjadi kacang mete di Kecamatan Kubu Kabupaten Karangansem. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem pada bulan Mei s.d Juni 2005, pemilihan tempat penelitian serta responden yang digunakan dipilih secara purposive sampling. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan strategi yang akan dikembangkan oleh instansi teknis Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Karangasem dalam pengembangan usaha pengolahan mete gelondongan menjadi kacang mete dengan menggunakan


(3)

analisis SWOT dan Proses Hierarki Analitik(PHA). Faktor-faktor strategis internal dan eksternal disusun dalam matrik SWOT guna memperoleh alternatif strategi. Dari alternatif strategi yang dihasilkan dapat direkomendasi alternatif strategi utama yang dilakukan dalam pengembangan pengolahan mete, alternatif yang ada akan dianalisis kembali menggunakan Proses Hierarki Analitik (PHA).

2. Puspitadewi, (2011) meneliti mengenai strategi pengembangan agrowisata berbasis subak pada Kawasan Ceking Kecamatan Tegalalang Kabupaten Gianyar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus s.d September 2011 di Kawasan Ceking, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar. Dimana penelitian ini melibatkan dua buah desa yaitu, Desa Kedisan dan Desa Tegalalang. Pemilihan tempat penelitian serta responden yang digunakan pada penelitian ini dipilih secara purposive sampling. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi yang dimiliki Kawasan Ceking ditinjau dari faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman serta untuk mengetahui strategi pengembangan agrowisata berdasarkan alternatif dan prioritas strategi pengembangannya dengan menggunakan analisis SWOT.

Dalam hal ini terdapat persamaan dan perbedaan yang dilakukan peneliti dengan peneliti sebelumnya. Persamaan adalah dengan menggunakan alat analisis yang sama yaitu dengan analisis SWOT. Analisis tersebut digunakan untuk mengetahui faktor kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threat). Sedangkan perbedaan dengan peneliti sebelumnya yaitu strategi pengembangan yang diambil, waktu, dan lokasi yang


(4)

menjadi objek penelitian. Penelitian sebelumnya digunakan sebagai tambahan informasi untuk peneliti agar peneliti lebih paham tentang strategi pengembangan.

2.7 Kerangka Pemikiran

Proses perkembangan subak di Bali dari dahulu hingga sekarang mengalami dinamika sesuai dengan pengembangan di sektor pertanian khususnya pertanian tanaman pangan, utamanya padi sawah. Setiap saat terjadi tantangan terhadap keberadaan subak pada era globalisasi. Subak merupakan suatu organisasi sosio-agraris dan religius atau organisasi bersifat sosio-kultural dalam pengelolaan usahatani di lahan sawah. Organisasi ini secara kultural merupakan warisan nenek moyang yang sudah berjalan ratusan tahun dan sudah mempunyai struktur organisasi walaupun sangat sederhana. Subak merupakan aset kelembagaan tradisional yang telah terbukti efektivitasnya dalam menyangga pembangunan pertanian, mengatur pembagian air irigasi dan ada juga kegiatan yang erat kaitannya dengan ritual keagamaan yang dikaitkan dengan tahap-tahap pertumbuhan tanaman. Di dalamnya menyangkut mengenai Tri Hita Karana yang meliputi parhyangan, palemahan, dan pawongan, sehingga organisasi ini merupakan lembaga tradisional yang bercorak sosio agraris religius.

Seriring dengan perkembangan teknologi dan ekonomi, subak di masa mendatang juga diharapkan menjadi suatu lembaga yang berperan untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi anggotanya dan mendukung perekonomian perdesaan. Berbagai program pengembangan di sektor pertanian dilaksanakan melalui kelembagaan subak ini. Suatu program pemerintah dalam pengembangan agribisnis di tingkat subak, keberadaan subak sangat dibutuhkan yang masih tetap mempertahankan nilai-nilai lokal atau modal sosial yang dimilikinya. Sejak tahun


(5)

2011, pengembangan subak menjadi kegiatan ekonomis atau agribisnis di Subak Sengempel sudah mulai berjalan.

Keberadaan subak saat ini mengalami banyak tantangan akibat terdesak oleh kepentingan pembangunan yang lain yang dianggap lebih menjanjikan keuntungan. Subak memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi lembaga berorientasi agribisnis, namun perlu dianalisis dan dilihat situasi lingkungan internal yang terdiri dari kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), sedangkan situasi lingkungan eksternal terdiri dari peluang (oppurtunity) dan ancaman (threat). Dari situasi lingkungan internal dan situasi lingkungan eksternal ini kemudian akan diketahui bobot, rating, dan skor masing-masing situasi yang kemudian dilakukan perhitungan dengan menggunakan analisis matrik IFAS dan analisis matrik EFAS. Setelah melakukan analisis matrik IFAS dan analisis matrik EFAS, selanjutnya di analisis kembali dengan menggunakan matrik IE untuk mengetahui letak atau posisi Subak Sengempel selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan matrik SWOT, sehingga dari analis SWOT ini akan diketahui strategi alternatif pengembangan subak menjadi lembaga berorientasi agribisnis. Strategi yang dihasilkan atau diharapkan tepat dengan tujuan maksimal dan selanjutnya dapat direkomendasikan untuk pengembangan subak menjadi lembaga berorentasi agribisnis yang dapat dilihat pada Gambar 2.2.


(6)

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Penelitian Strategi Pengembangan Subak Menjadi Lembaga Berorientasi Agribisnis

Subak

Subak Berwatak Sosio-Religius

Analisis SWOT Lingkungan Internal:

1. Kekuatan 2. Kelemahan

Lingkungan Eksternal: 1. Peluang

2. Ancaman

Analisis Matrik IFAS Analisis Matrik EFAS

Matrik IE

Strategi Pengembangan Subak Menjadi Lembaga Berorientasi Agribisnis

Rekomendasi Matrik SWOT