PENATAAN DESA WISATA BONGKASA PERTIWI, KECAMATAN ABIANSEMAL-BADUNG.

(1)

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Periode Februari 2016

PENATAAN DESA WISATA BONGKASA PERTIWI,

KECAMATAN ABIANSEMAL - BADUNG

Oleh :

I WAYAN WAHYU RADITYA

1204205015

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS TEKNIK


(2)

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Periode Februari 2016

PENATAAN DESA WISATA BONGKASA PERTIWI,

KECAMATAN ABIANSEMAL - BADUNG

Oleh :

I WAYAN WAHYU RADITYA 1204205015

Dosen Pembimbing: Dr. Ir. I Made Adhika, MSP.

I Putu Sugiantara, ST.

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS TEKNIK


(3)

(4)

(5)

(6)

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS TEKNIK - JURUSAN ARSITEKTUR

Jalan Kampus Bukit Jimbaran - Bali (0361) 703384, 703320 Fax : 703384

www.ar.unud.ac.id

PERNYATAAN

Judul Tugas Akhir : Penataan Desa Wisata Bongkasa Pertiwi,

Kecamatan Abiansemal - Badung

Nama : I Wayan Wahyu Raditya

NIM : 1204205015

Program Studi : Arsitektur

Periode : Pebruari 2016

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir ini tidak terdapat karya pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.

Denpasar, 30 Juni 2016

I Wayan Wahyu Raditya


(7)

ABSTRACT

Tourism in Bali has grown quickly, especially in Badung Regency. The most visited tourist attraction is the beach, therefore needed an alternative such as Village Tourism. Bongkasa Pertiwi Village Tourism is one of eleven village tourisms in Badung Regency which has tourist arrivals with an average of 600 ities set by the government yet. So, the research is done due to get the planning concept of this village tourism. The method that used is by maintaining and maximizing the potenti

The end result of the planning concept is an activity that gives tourists chance to know about nature and culture potential in Bongkasa Pertiwi Village Tourism with tourist information centre as the centre of those activities. The activity supports such as public areas and tourist ways also included in the planning, Keywords: Rural Planning, Village Tourism, Nature and Culture Potential

ABSTRAK

Pariwisata di Bali sudah berkembang sangat pesat, khususnya di Kabupaten Badung. Objek wisata yang paling banyak dikunjungi adalah wisata pantai, oleh sebab itu diperlukan wisata alternatif berupa desa wisata. Desa Wisata Bongkasa Pertiwi adalah satu dari sebelas desa wisata di Kabupaten Badung yang memiliki kunjungan wisatawan terbanyak dengan rata-rata 600 orang per-harinya, namun belum didukung oleh fasilitas yang sesuai standar yang ditetapkan pemerintah. Oleh sebab itu dilakukan penelitian untuk mendapatkan konsep penataan desa wisata ini. Metode yang dilakukan adalah dengan mempertahankan dan memaksimalkan potensi yang ada di desa tersebut melalui pendekatan Hamid Shirvani, teori 8 elemen penyusun kawasan. Konsep akhir yang diperoleh adalah adanya kegiatan yang memberikan kesempatan wisatawan untuk mengetahui potensi alam dan budaya di Desa Wisata Bongkasa Pertiwi ini dengan sebuah pusat informasi bagi wisatawan sebagai pusat kegiatannya. Fasilitas penunjang kegiatan seperti ruang publik dan jalur yang dilalui wisatawan pun turut ditata dari segi fungsi dan estetika agar wisatawan lebih nyaman beraktivitas.


(8)

Om Swastiastu,

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun landasan konseptual dengan judul

Pengembangan dan Penataan Desa Wisata Bongkasa Pertiwi, Kec. Abiansemal, Kab. Badung

Landasan konseptual ini membahas tentang penataan Desa Wisata Bongkasa Pertiwi yang belum memenuhi standar Pergub 41 tahun 2010 tentang standarisasi daya tarik wisata. Adapun berbagai permasalah dan potensi juga digali utuk menunjang penataan. Tinjauan dari literatur dan studi banding pada desa wisata lainnya digunakan untuk menambah data sehingga dapat merumuskan program dan konsep yang tepat.

Terimakasih Penulis ucapkan kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini antara lain:

1. Ir. Ngakan Putu Gede Suardana, MT, Ph.D selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Udayana yang telah membantu dalam administrasi.

2. Ir. I Made Suarya, MT, selaku Ketua Jurusan Arsitektur yang telah memberikan bangutan dalam administrasi.

3. Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP. Selaku dosen koordinator yang telah memberikan langkah langkah dan pedoman menyususn Landasan konseptual.

4. Dr. Ir. I Made Adhika, MSP selaku dosen pembimbing 1, atas masukan dan bimbingannya dalam penyusunan Landasan konseptual

5. I Putu Sugiantara, ST selaku dosen pembimbing 2, atas masukan dan bimbingannya dalam penyusunan Landasan konseptual

6. A.A Ngurah Gede Agung, kepala bidang objek daya tarik wisata di Dinas Pariwisata Kabupaten Badung yang telah memberikan gambaran tentang Desa Wisata di Kabupaten Badung

7. I Nengah Moneng, atas kesediannya untuk memberikan gambaran tentang Desa Wisata Panglipuran beserta saran dan masukkannya.


(9)

Pangsan beserta saran dan masukkannya.

9. I Wayan Sudirayasa, kesediannya untuk memberikan gambaran tentang Desa Wisata Batubulan beserta saran dan masukkannya.

10. I Made Suarjana, selaku Perbekel Desa Bongkasa Pertiwi kesediannya untuk memberikan gambaran tentang Desa Wisata Bongkasa Pertiwi beserta saran dan masukkannya.

11.Orang Tua penulis yang telah mendukung baik secara sarana dan prasarana.

12.Teman teman jurusan arsitektur yang telah memberikan semangat dalam penyusunan Landasan konseptual ini.

Penulis menyadari akan kekurangan dalam penyusunan buku ini, oleh karena itu saran dan masukan yang bersifat membangun sangat diperlukan untuk melengkapi kekurangan tersebut sehingga kelah tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Om Santih, Santih, Santih, Om

Gianyar, 19 November 2015 Penyusun, I Wayan Wahyu Raditya


(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……… i

DAFTAR ISI………...ii

DAFTAR GAMBAR……….iii

DAFTAR TABEL………..iv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan... 5

1.4 Metode Penelitian... 6

1.4.1 Konsep Penelitian... 6

1.4.2 Sumber Data... 7

1.4.3 Analisis Data ... 8

1.4.4 Penarikan Kesimpulan... 8

BAB II POTENSI DAN PERMASALAHAN DESA WISATA BONGKASA PERTIWI ... 9

2.1 TINJAUAN UMUM DESA BONGKASA PERTIWI ... 9

2.1.1 Potensi Budaya... 10

2.1.2 Potensi Alam... 13

2.1.3 Sumber Daya Manusia... 16

2.1.4 Letak Geografis... 17

2.1.5 Topografi... 18

2.1.6 Klimatologi ... 19

2.1.7 Aksesibelitas ... 19

2.2 TINJAUAN FISIK DAN FASILITAS... 20

2.2.1 Tinjauan Menurut 8 Elemen Penataan... 20

2.2.2 Tinjauan Menurut Teori... 32

2.2.3 Tinjauan Menurut Peraturan Pemerintah... 34

2.3 POTENSI PENGEMBANGAN ... 36


(11)

2.5.2 Pengembangan Fasilitas Pengelola... 37

BAB III PEMAHAMAN TERHADAP PENATAAN DESA WISATA BONGKASA PERTIWI... 38

3.1 PENGERTIAN UMUM ... 38

3.1.1 Pengertian Penataan... 38

3.1.2 Pengertian Pariwisata ... 40

3.1.3 Jenis-jenis Pariwisata... 41

3.1.4 Komponen Daya Tarik Wisata... 43

3.1.5 Pengertian Desa Wisata ... 44

3.1.6 Komponen Desa Wisata... 45

3.1.7 Pariwisata Berkelanjutan ... 46

3.2 KEBIJAKAN PEMERINTAH ... 47

3.2.1 UU No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan... 47

3.2.2 Peraturan Bupati Badung No 47 Tahun 2010 ... 48

3.2.3 Perda 26 Tahun 2013 tentang RTRW Kabupaten Badung... 49

3.2.4 Pergub No 41 Tahun 2010 Standarisasi Daya Tarik Wisata... 51

3.3 STANDAR MENURUT LITERATUR ... 53

3.3.1 Standar Dimensi Manusia... 53

3.3.2 Standar Tangga... 54

3.3.3 Standar Tempat Duduk... 56

3.3.4 Standar Jalur Sepeda... 57

3.3.5 Standar Parkir... 58

3.3.6 Standar Penerangan ... 59

3.4 TINJAUAN OBJEK SEJENIS ... 60

3.4.1 Desa Wisata Pangsan, Kecamatan Petang - Badung. ... 60

3.4.2 Desa Wisata Panglipuran, Kecamatan Kubu - Bangli... 61

3.4.3 Desa Wisata Batubulan, Kecamatan Sukawati - Gianyar... 65

3.3.4 Kesimpulan ... 68

3.4 SPESIFIKASI UMUM... 68

3.4.1 Pengertian ... 68

3.4.2 Fasilitas ... 69


(12)

3.5.1 Pengertian ... 69

3.5.2 Tujuan... 69

3.5.3 Sasaran... 70

3.5.4 Lingkup Penataan dan Pengembangan ... 70

3.5.5 Sistem Pengelolaan... 70

BAB IVPROGRAM PENATAAN DESA WISATA BONGKASA PERTIWI... 72

4.1 Pengertian Tema ... 72

4.1.1 Pendekatan Tema ... 72

4.1.2 Penentuan Tema ... 73

4.1.2 Rumusan Tema... 74

4.1.3 Perwujudan Tema... 74

4.2 Analisis Kebutuhan ... 75

4.2.1 Kebutuhan Berdasarkan Kegiatan yang Diwadahi... 75

4.2.2 Kebutuhan Berdasarkan 8 Elemen Fisik Kawasan... 87

4.2.3 Organisasi ruang... 89

4.3 Program Pengembangan... 90

4.3.1 Program Pengembangan Fasilitas ... 90

4.3.2 Program Penataan 8 Elemen Fisik Kawasan ... 98

4.4 Skenario Penataan ... 107

4.5 Strategi Penataan... 108

BAB V KONSEP PENATAAN DESA WISATA BONGKASA PERTIWI... 109

5.1 Konsep Penataan Menurut 8 Elemen Penataan ... 109

5.1.1 Tata Guna Lahan ... 109

5.1.2 Tata Bangunan... 115

5.1.3 Sirkulasi dan Parkir ... 117

5.1.4 Ruang Terbuka dan Tata Hijau ... 121

5.1.5 Jalur Pejalan Kaki / Pedestrian... 122

5.1.6 Pendukung Aktivitas... 123

5.1.7 Sistem Penanda ... 126


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Alur Pemikiran ... 6

Gambar 2. 1 Muda Mudi Desa Bongkasa Bersiap Untuk Menampilkan Teater... 11

Gambar 2. 2 Kegiatan Perang Sambuk... 12

Gambar 2. 3 Persawahan View Jurang ... 14

Gambar 2. 4 Situasi Sawah dan Jalur Subak... 14

Gambar 2. 5 Potensi Alam Desa Bongkasa Pertiwi ... 15

Gambar 2. 6 Peta Lokasi Desa Wisata Bongkasa Pertiwi... 18

Gambar 2. 7 Tata Guna Lahan Desa Bongkasa Pertiwi ... 21

Gambar 2. 8 Infografik Luasan Wilayah Desa Bongkasa Pertiwi ... 22

Gambar 2. 9 Angkul-Angkul di Bongkasa Pertiwi ... 23

Gambar 2. 10 Tipe atau Ciri Khas Angkul Angkul di Bongkasa Pertiwi... 24

Gambar 2. 11 Layout Rumah Warga di Lingkungan Jalan Dewi Gangga ... 25

Gambar 2. 12 Siteplan Salah Satu Rumah Warga... 26

Gambar 2. 13 Situasi Rumah Warga ... 26

Gambar 2. 14 Sirkulasi Dan Parkir Desa Bongkasa Pertiwi... 27

Gambar 2. 15 Ruang Terbuka Hijau... 29

Gambar 2. 16 Kondisi Pedestrian... 29

Gambar 2. 17 Sistem Penanda yang Sudah Ada ... 31

Gambar 2. 18 Bale Banjar yang dikonservasi di Bongkasa Pertiwi... 31

Gambar 3. 1 Konsep Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan ... 47

Gambar 3. 2 Standar Dimensi Manusia ... 54

Gambar 3. 3 Standar Dimensi Tangga... 55

Gambar 3. 4 Standar Tempat Duduk ... 56

Gambar 3. 5 Standar Jalur Sepeda... 57

Gambar 3. 6 Standar Jalur Sepeda... 57

Gambar 3. 7 Standar Parkir... 58

Gambar 3. 8 Standar Penerangan ... 59

Gambar 3. 9 Homestay milik Bapak Kitha ... 61

Gambar 3. 10 Peta Desa Penglipuran ... 62


(14)

Gambar 3. 12 Guest House yang dikelola oleh Desa Adat... 64

Gambar 3. 13 salah satu homestay milik warga... 65

Gambar 3. 14 Peta Desa Batubulan... 66

Gambar 3. 15 Salah satu toko souvenir di Desa Batubulan... 67

Gambar 3. 16 Pura Puseh Batubulan yang masih dkonservasi sebagai warisan budaya... 68

Gambar 3. 17 Struktur Organisasi Pengelola Desa Wisata... 71

Gambar 4. 1 Aktivitas Paket Satu Hari... 77

Gambar 4. 2 Aktivitas Paket Dua Hari Satu Malam... 78

Gambar 4. 3 Aktivitas Paket Tiga Jam ... 79

Gambar 4. 4 Aktivitas Paket Kegiatan Tertentu... 80

Gambar 4. 5 Aktivitas KegiatanRafting, ATV,danPaintball... 81

Gambar 4. 6 Aktivitas Pengelolaan ... 81

Gambar 4. 7 Organisasi Ruang dan Sirkulasi Pengguna Desa Wisata... 90

Gambar 4. 8 Gambar Tata Guna Lahan... 99

Gambar 4. 9 Gambar Tata Bangunan ... 100

Gambar 4. 10 Penataan sirkulasi ... 101

Gambar 4. 11 Jalur trekking... 102

Gambar 4. 12 Penataan Tata Hijau berupaViewpoint... 103

Gambar 4. 13 Penataan System Penanda... 104

Gambar 4. 14 Penataan Zona Konservasi ... 105

Gambar 4. 15 Peletakan Bale Bengong Sesuai Radius... 106

Gambar 5. 1 Tata Guna Lahan ... 110

Gambar 5. 2 Gambaran lahan hijau desa ... 112

Gambar 5. 3 Segmen 1... 113

Gambar 5. 4 Segmen 2... 114

Gambar 5. 5 Segmen 3... 115

Gambar 5. 6 Konsep Tri Angga ... 116

Gambar 5. 7 Tipe Pndasi di Bagian Tebing Sungai Ayung ... 117


(15)

Gambar 5. 9 Jalur Sirkurlasi Melingkar... 119

Gambar 5. 10 Jalur Sirkulasi Kendaraan Wisatawan ... 120

Gambar 5. 11 Konsep Parkir Sentral ... 120

Gambar 5. 12 Konsep pintu gerbang / Gateaway... 121

Gambar 5. 14 Konsep Rest Area Berupa Bale Bengong ... 122

Gambar 5. 17 Konsep Viewpoint dengan panorama sungai ayung... 124

Gambar 5. 18 Konsep Viewpoint Segmen 1... 124

Gambar 5. 19 Konsep Viewpoint Segmen 3... 125

Gambar 5. 20 Konsep Start Finish Point ... 125

Gambar 5. 21 Ilustrasi Start Finish Point... 126


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Luas Wilayah Kabupaten Badung, Ketinggian dari Permukaan Laut . 17

Tabel 2. 2 Tata Guna Lahan Desa ... 20

Tabel 2. 3 Sarana dan Prasarana Objek Wisata... 32

Tabel 2. 4 Tinjauan Menurut Pergub 41 Tahun 2010... 34

Tabel 2. 5 Fasilitas yang Belum Ada di Desa Wisata Bongkasa Pertiwi ... 36

Tabel 3. 1 Sarana dan Prasarana Objek Wisata... 46

Tabel 4. 1 Analisis Kegiatan, Aktivitas dan Waktu ... 82

Tabel 4. 2 Analisis Kegiatan, Aktivitas dan Fasilitas yang dibutuhkan ... 82

Tabel 4. 3Tabel performasi dari fasilitas yang akan disediakan ... 84

Tabel 4. 4 Table jumlah kunjungan wisatawan... 90

Tabel 4. 5 Tabel pelaksanaan kegiatan ... 91

Tabel 4. 6 Tabel Jumlah wisatawan berdasarkan waktu kegiatan... 92


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode perancangan.

1.1 Latar belakang

Pariwisata di Bali, khususnya Kabupaten Badung sudah sangat berkembang. Di Kabupaten Badung, pariwisata mayoritas berkembang pada Badung Selatan dengan keindahan pantai, bukit dan tebing, meliputi wilayah Kuta, Seminyak, Nusa Dua, Canggu. Pada wilayah ini, pariwisata yang dikembangkan lebih ke hasil buatan manusia. Jumlah wisatawan yang datang ke Bali tahun 2013 adalah 3.278.598 dan kunjungan wisatawan domestic ke Kabupaten Badung pada tahun 2013 sebanyak 437,778. (Badung Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Badung)

Industri kepariwisataan menjadi unggulan di Badung, terlihat dari besarnya kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran mencapai 34, 59% meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 34, 26% (BPS Kab. Badung 2014). Majunya pariwisata memiliki manfaat dan juga kekurangan, manfaat yang


(18)

didapat berupa bertambahnya pemasukan dan lapangan kerja bagi masyarakat (masyarakat bekerja di sektor tersier sebesar 61, 89% pada tahun 2013 (BPS Kab. Badung 2014)), namun seiring perkembangan jaman, potensi alam keberadaan budaya yang notabene tidak dapat diperbarui sering dipertanyakan. Ditambah dengan jumlah hotel yang sudah sangat banyak di Badung sebesar 98 hotel berbintang dan 778 hotel non bintang yang mayoritas di Badung selatan. (BPS Kab. Badung 2014). Karena Badung Selatan sudah mulai sesak dan macet, oleh sebab itu perlu pemerataan pariwisata di Kabupaten Badung, seperti Badung utara dan Badung tengah. adapun daya tarik wisata yang dikembangkan sebaiknya mengusung misi sustainable tourism development (pariwisata berkelanjutan), village tourism(wisata pedesaan), ecotourism (wisata alam).

Seperti yang dikatakan oleh Pemerintah Kabupaten Badung Provinsi Bali, dalam tulisan I Made Bram Sarjana dan Anak Agung Gede Raka Yuda, yang berjudul “Mewujudkan Pariwisata Kerakyatan di Kabupaten Badung Melalui Pengembangan Pariwisata Pedesaan” dikutip dari http://dokumen.tips/download/link/pariwisata-pedesaan-di-badung pada 1 Oktober 2015, pariwisata pedesaan sangat banyak manfaatnya bagi masyarakat lokal. Adapun tulisan beliau adalah sebagai berikut.

Pariwisata pedesaan yang dimaksud di sini adalah pengembangan aktivitas kepariwisataan di daerah pedesaan dengan mengelola suasana kehidupan sosial ekonomi pedesaan sebagai daya tarik wisata. Pariwisata pedesaan tidak mengubah wajah desa yang sebenarnya, karena justru “menjual” aktivitas keseharian masyarakat sebagai objek dan daya tarik wisata. Wisatawan yang menikmati atraksi wisata pedesaan mengikuti dan menikmati secara langsung suasana kehidupan di desa setempat. Berbagai potensi dan keunikan yang dimiliki masyarakat desa dikelola dengan suatu manajemen yang jelas, sehingga muncul suatu prasyarat dasar terjadinya suatu aktivitas wisata, yaitu adanya something to see(sesuatu objek keindahan/daya tarik untuk dilihat), something to do (suatu aktivitas yang dilakukan), something to buy(sesuatu untuk dibeli), dan tentu saja something to memorize (suatu pengalaman tak terlupakan untuk dikenang). Dengan demikian, masyarakat desa setempat tidak akan mengubah gaya dan pola hidupnya. Penggiat usaha tani tetap bertani, peternak tetap beternak, perajin menjadi tetap perajin. Demikian pula aktivitas seni budaya dan adat, tetap berjalan seperti biasa. Wisatawan yang datang menjadi pengamat (observer)sekaligus pelaku (participant) aktivitas peri kehidupan masyarakat setempat. Pariwisata tersebut diusulkan dalam bentuk Desa Wisata.


(19)

Sesuai dengan Peraturan Bupati Badung Nomor 47 Tahun 2010 tentang Penetapan Desa Wisata di Badung, Terdapat 11 Desa yang ditetapkan untuk menjadi Desa Wisata, salah satunya adalah Desa Bongkasa Pertiwi. Bongkasa pertiwi adalah desa yang terletak di Kecamatan Abiansemal, Badung. Desa ini adalah pemekaran dari Desa Bongkasa, yang hanya terdiri dari 3 banjar, yaitu Banjar Karang Dalem I, Banjar Karang Dalem II, dan Banjar Tegal Kuning. Desa Wisata ini telah dikunjungi oleh wisatawan dengan jumlah rata-rata 500 kunjungan per hari pada 3 objek wisata yaitu Rafting, ATV dan Paintball (Observasi Oktober 2015). Mayoritas dari wisatawan mengunjungi wisata arung jeram/rafting yang memanfaatkan arus Sungai Ayung yang sudah ada sebelum desa ini ditetapkan sebagai salah satu desa wisata di Kabupaten Badung. Selain itu wisatawan juga menikmati persawahan dan jalur terjal dengan memanfaatkan keadaan tanah desa yang dinamis dengan wisata ATV (any terrain vehicle).

Dari sekian jumlah wisatawan yang datang ke Desa Bongkasa Pertiwi tak satupun yang mengunjungi budaya setempat yang dimiliki oleh desa, padahal desa ini memiliki potensi budaya dan alam lainnya yang belum diketahui oleh wisatawan. Wisatawan hanya diarahkan langsung ke lokasi objek wisata buatan yang dimiliki oleh pihak luar desa. Hal ini tentu bertentangan dengan konsep desa wisata yang seharusnya menonjolkan potensi budaya dan alam setempat. Belum adanya lembaga/badan yang mengatur desa wisata merupakan salah satu faktor dari permasalahan tersebut. Selain itu bertambahnya kunjungan tiap tahunnya sebanding lurus dengan bertambahnya kendaraan yang digunakan oleh wisatawan untuk mencapai lokasi wisata, seperti bus, mobil pribadi dan mobil travel. Hal ini menyebabkan terjadinya kepadatan secara perlahan pada jalan lingkungan desa.

Terdapat berbagai potensi budaya yang dimiliki oleh Desa Wisata Bongkasa Pertiwi yang belum diketahui oleh wisatawan. Dikarenakan desa ini merupakan pemekaran dari Desa Bongkasa, maka budaya dan sejarah yang dimiliki mayoritas sama, seperti Tari Beringin, merupakan tari yang bersifat sakral dan dipentaskan pada upacara di Pura Khayangan Tiga. Perang Sambuk (serabut kelapa) pada malam sebelum Nyepi, wayang kulit, Sekaa Gong, Sekaa Angklung, arsitektur setempat yang masih diterapkan pada likungan Jalan Dewi


(20)

Gangga, Banjar Karang Dalem I, dan sebagainya. Masyarakat yang seluruhnya beragama Hindu berpengaruh pada kegiatan adat yang dilaksanakan sehari-hari di desa. Hal ini dapat dimanfaatkan sebagai atraksi langsung/liveoleh wisatawan.

Dari segi potensi alam, Desa Wisata Bongkasa Pertiwi memiliki Sungai Ayung dengan pemandangan tebing yang indah pada tepiannya. Potensi sungai telah dimanfaatkan sebagai arung jeram/rafting. Sawah yang masih membentang luas yang dikelola dengan sistem Subak, yaitu sistem pengairan di Bali yang diatur dalam awig-awig/peraturan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Sistem ini telah digunakan dari dahulu hingga sekarang oleh masyarakat bali dan telah di tetapkan menjadi warisan budaya dunia oleh UNESCO. Objek ini telah dimanfaatkan salah satunya dengan ATV. Dapat juga dikembangkan paket wisata berpetualang mengelilingi desa dan sambil menceritakan budaya setempat dengan trekking ataupun bersepeda/cycling.

Dari sumber daya manusia yang dimiliki, pekerjaan masyarakat selain bertani dan buruh, terdapat pula pengrajin perak yang sudah mendistribusikan hasilnya ke Desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, yang terkenal dengan toko perak. 26 kelompok pengrajin perak sedang diberikan pelatihan oleh sponsor guna meningkatkan kualitas baik manusianya maupun hasil kerajinannya. Beberapa penduduk juga menggeluti usaha seni lukis dan seni patung Kerajinan tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sovenir. Selain itu masyarakat Desa Wisata Bongkasa Pertiwi mayoritas telah mengenal pariwisata hal ini dikarenakan letak desa ini yang bersebelahan dengan Ubud. Beberapa masyarakat bekerja pada objek wisata buatan di desa yaitu Rafting, Atv dan Paintball. Mayoritas muda-mudi di desa ini juga telah menempuh pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan bidang pariwisata.. Hal ini tentu dapat mendukung kegiatan desa wisata kedepannya.

Dari pemaparan tersebut, sekian banyak potensi yang dimiliki desa berpeluang untuk dipasarkan ke 500 wisatawan yang datang perharinya. Diperlukan suatu wadah yang menampung dan mengordinir kegiatan pariwisata di Desa Wisata Bongkasa Pertiwi agar wisatawan yang datang mengetahui tentang


(21)

dapat menjadi alternatif untuk mengurangi kepadatan pada jalan lingkungan desa, sehingga suasana desa masih terjaga. Dengan adanya badan pengelola oleh desa, masyarakat desa akan mendapatkan peluang bekerja di desanya sendiri, tentunya akan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.

Hal yang menjadi prioritas pada penataan ini adalah menjaga, melestarikan dan mensinkronkan penataan Desa Wisata Bongkasa Pertiwi antara yang sudah ada dengan bangunan yang akan ditambahkan. Upaya yang dilakukan dengan tidak memanfaatkan potensi secara bebas, bebas dalam artian tanpa kontrol atau tanpa acuan yang jelas, oleh sebab itu perlu adanya sebuah acuan berupa tata guna lahan. Menjaga keasrian desa dan mempertahankan arsitektur setempat dengan penerapan pada bangunan penunjang pariwisata yang akan dikembangkan, oleh sebab itu diperlukan acuan berupa tata bentuk masa dan bangunan. Penataan juga dilakukan untuk memenuhi syarat sebuah desa wisata menurut regulasi pemerintah dan teori desa wisata yang relevan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa potensi dari Desa Bongkasa Pertiwi dan fasilitas apa saja yang perlu ditata?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat penataan pariwisata di Bongkasa Pertiwi ?

3. Bagaimana konsep penataan desa wisata Bongkasa Pertiwi?

1.3

Tujuan

1. Menata Desa Wisata Bongkasa Pertiwi agar memenuhi standar sebuah daya tarik wisata.

2. Memaksimalkan potensi alam dan budaya setempat untuk dijadikan atraksi dan penunjang kegiatan kepariwisataan.

3. Menata Desa Bongkasa Pertiwi agar nyaman dinikmati wisatawan dan lebih memiliki estetika.


(22)

1.4 Metode Penelitian

Metode penelitian merujuk pada literatur dari Sangadji dan Sopiah (2010) yang berjudul Metode Penelitian : Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Untuk lebih jelasnya dijabarkan sebagai berikut.

1.4.1 Konsep Penelitian

Alur pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1

Berdasarkan Gambar 1.1, judul diambil dari banyaknya hal yang melatar belakangi perlunya penatan di Desa Wisata Bongkasa Pertiwi ini. Selanjutnya dari latar belakang tersebut, dilakukan tinjauan dari potensi dan juga permasalahan yang dimiliki oleh Desa Wisata Bongkasa Pertiwi. Tinjauan ini berfungsi agar penataan yang dilakukan tepat sasaran dan mampu memaksimalkan potensi desa.

Gambar 1. 1Alur Pemikiran

Selanjutnya dilakukan tinjauan literatur, Perda Badung dan Provinsi Bali untuk lebih memahami tentang sebuah desa wisata dan standar-standar yang harus dipenuhi. Selain itu dilakukan pula stud banding pada desa wisata yang memiliki kelebihan pada aspek-aspek pendukung dari desa wisata. Dari data dan pemahaman yang diperoleh, selanjutnya dirumuskan spesifikasi umum tentang

Latar Belakang Pemahaman Teori / Literatur/ Perda Studi Banding Spesifikasi Umum Spesifikasi Khusus Program Kebutuhan Ruang Program Penataan kawasan Tema Potensi dan permasalahan


(23)

penataan yang akan dilakukan. Spesifikasi khusus merupakan penjabaran lebih rinci tentang apa yang akan ditata.

Dari spesifikasi khusus, beranjak ke tahap pemrograman tema. Tema yang digunakan adalah untuk memberikan warna pada penataan yang akan dilakukan. Seanjutnya dilakukan pemrograman dari aktivitas dan kebutuhan ruang yang akan diwadahi. Setelah itu pemrograman tentang penataan tapak yang akan dilakukan yaitu dengan strategi mulai dari tata guna lahan hingga ke tata bangunan dan sebagainya.

Setelah melalui langkah yang telah dijabarkan, maka selanjutnya adalah perumusan konsep penataan Desa Wisata Bongkasa Pertiwi mulai dari yang makro hingga ke hal yang mikro. Konsep ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang bagaimana penataan yang akan dilakukan dengan visualisasi berupa gambar sketsa. Konsep yang akan dibahas adalah konsep tata guna lahan, tata bangunan, tata hijau dan ruang terbuka, sirkulasi dan sebagainya.

1.4.2 Sumber Data

Sangadji dan Sopiah (2010:170) menyatakan terdapat dua jenis sumber data dalam penelitian yaitu data primer dan sekunder. Dalam penelitian ini sumber data diperoleh dengan cara sebagai berikut :

1. Sumber data primer

Data yang dikumpulkan langsung dari sumber aslinya. Data primer ini diperoleh melalui :

a. Wawancara atau tanya jawab dilakukan dengan pihak yang terkait, antara lain: Kepala Desa Bongkasa Pertiwi, dan kepala desa atau pokdarwis atau pengelola desa wisata yang dijadikan studi banding.

b. Observasi langsung ke Desa Bongkasa Pertiwi untuk melihat langsung permasalahan dan potensi desa. Begitu pula observasi ke desa yang dijadikan studi banding untuk mendapatkan data.

2. Sumber Data Sekunder

Data yang dikumpulkan oleh pihak lain, kemudian digunakan sebagai teori pendukung. Data tersebut berupa literatur berupa buku cetak, buku elektronik (ebook), jurnal dan sumber internet.


(24)

1.4.3 Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis komparasional, yaitu membandingkan perbedaan variabel data-data yang telah dikumpulkan (Sangadji dan Sopiah, 2010:210). Dalam hal ini penulis membandingkan objek studi fasilitas sejenis untuk mendukung penataan di Desa Wisata Bongkasa Pertiwi

1.4.4 Penarikan Kesimpulan

Data yang telah dikumpulkan kemudian di simpulkan dengan memilih poin-poin penting yang dapat menambah bobot penataan yang akan dilakukan.


(25)

BAB II

POTENSI DAN PERMASALAHAN DESA WISATA

BONGKASA PERTIWI

Pada bab ini akan dibahas mengenai Tinjauan Umum Desa Wisata Bongkasa Pertiwi, Potensi, Permasalahan, Kondisi Lingkungan, Kondisi Fisik Fasilitas, dan Potensi Pengembangan.

2.1 TINJAUAN UMUM DESA BONGKASA PERTIWI

Desa Bongkasa Pertiwi merupakan satu dari sebelas desa wisata yang di oleh Pemerintah Kabupaten Badung, melalui Peraturan Bupati No 47 Tahun 2010. Desa ini telah masih tergolong muda, karena baru berdiri sejak 2003. Desa ini awalnya merupakan satu desa dinas dengan Desa Bongkasa, namun karena perkembangan penduduk akhirnya dengan musyawarah dari seluruh lapisan pejabat desa, maka desa ini resmi dimekarkan dan ditetapkan oleh bupati badung dalam SK No 1067 tahun 2003 dan I Made Suardana, selaku pejabat Kepala Desa Bongkasa Pertiwi saat itu. Desa ini terdiri dari tiga banjar Dinas, yaitu Banjar Karang Dalem I, Banjar Karang Dalem II, dan Tegal Kuning. Banjar Karang


(26)

Dalem I ditetapkan sebagai lokasi untuk pengembangan desa wisata oleh Pemkab Badung.

2.1.1 Potensi Budaya

Masyarakat desa ini mayoritas adalah Agama Hindu. tradisi dan budaya masih dipertahankan turun-temurun. Masyarakat disini juga melakukan kegiatan tradisional Bali pada umumnya layaknya di daerah-daerah lainnya di Bali. Walaupun desa ini sudah dimekarkan, namun Desa Bongkasa Pertiwi dan Desa Bongkasa, masih terikat dalam satu desa adat, yaitu Desa Adat Bongkasa, sehingga adat dan budayanya masih sama atau satu kesatuan.

Menurut cerita Kepala Desa Bongkasa Pertiwi, I Wayan Suarjana, Oktober 2015, Desa Bongkasa (sebelum dimekarkan) diibaratkan sebagai salah satu sumber mata air kesenian di Bali, terbukti dari banyaknya maestro seni yang berasal dari desa ini, antara lain:

1. Ki Dalang Tangsub, pendiri Desa Bongkasa yang dikenal dengan munculnya geguritan di Bali, dan salah satu yang terkenal adalah “Eda Ngaden Awak Bisa”;

2. Ida Pedanda Sagra atau yang lebih dikenal dengan Dalang Ore, merupakan sesepuh pedalangan di Bali yang terkenal mahir menirukan suara monyet dan setiap pertunjukkannya suasana pertunjukkan dapat dirubahnya seperti berada di sebuah hutan. Oleh karena itu beliau dijuluki Dalang Ore karena dapat menirukan suara monyet/ ore;

3. Dalang Jagra, beliau juga terkenal dengan seni pedalangannya dan menjadi panutan. Di Desa Bongkasa terkenal pewayangan dengan epos Ramayananya dan menjadi salah satu pakem dalam ilmu pewayangan/pedalangan di Bali.

Pada saat upacara agama / odalan masyarakat desa ini sering mengadakan pertunjukan “Calonarang”, yaitu tari-tarian yang mengisahkan tentang Bali yang sengsara oleh kekuatan jahat. Memang jenis tarian ini sering dipentaskan di hampir setiap wilayah di Bali, namun menurut masyarakat desa, tarian di desa ini memiliki tingkat kesakralan yang tinggi. Selain itu Desa Adat Bongkasa juga memiliki tarian sakral khas daerah yaitu “Tari Beringin” yang hanya dipentaskan


(27)

ketika upacara besar keagamaan di Pura Khayangan Tiga atau Pura besar yang ada di desa.

Desa ini juga memiliki potensi di bidang seni budaya lainnya, yaitu Komunitas Kreatif Bongkasa Pertiwi, yaitu seni pertunjukan berupa tari-tarian dan teaterikal. Sanggar teater ini sudah sering pentas baik di desa maupun hingga keluar desa. Teater ini biasanya pentas dengan tema sosial atau pandangan terhadat kehidupan jaman sekarang.

Gambar 2. 1Muda Mudi Desa Bongkasa Bersiap Untuk Menampilkan Teater

Sumber:

http://fajarbali.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2825:jelang%ADlebaran% ADtradisi%ADngotek%ADdilombakan&catid=42:jem&Itemid=64 diunduh pada tanggal 5

Januari 2016

Kegiatan Adat di desa ini masih kental, setiap kegiatan keagamaan akan melibatkan banjar / gotong royong, dan masyarakat yang memiliki kegiatan tidak akan mengeluarkan biaya, karena ditanggung oleh anggaran desa. Hal ini berlaku untuk seluruh warga Desa Bongkasa Pertiwi sesuai dengan awig-awig (peraturan) desa.

Budaya yang tak kalah uniknya, adalah perang sambuk. Perang sambuk

(serabut kelapa) merupakan tradisi para Sekaa Truna Budhi Pawerti Stiti yang dilakukan pada malam pangerupukan yang dalam rangka menyambut hari raya Nyepi. Biasanya perang sambuk dilakukan pada jam dua belas malam setelah selesai melakukan arak-arakan ogoh-ogoh, hal ini dimaksudkan agar tidak mengganggu lalu lintas yang lewat di jalan area Banjar Pengembungan sari. Perang sambukini memiliki makna antara lain: memupuk kebersaan antar anggota


(28)

pemuda, belajar bekerjasama antar anggota pemuda, meningkatkan semangat keberanian setiap pemuda, hiburan tersendiri bagi pemuda.

Gambar 2. 2Kegiatan Perang Sambuk

Sumber: http://stbudhipawertistiti.blogspot.co.id/2014/11/perangsambuktradisisetiap.html diunduh pada tanggal 5 januari 2016

Perang sambuk ini melibatkan dua tim yang anggotanya tidak tentu. Pemilihan anggota tim dilakukan seadil-adilnya agar tidak terjadi blok-blokan pemuda atau perselisihan. Pembagian anggota tiap tim biasanya berdasarkan tinggi/berat badan dan umur, pembagian tim dengan system suit. Peraturan dalam permainan ini antara lain:

- Dilakukan pada malam hari dan dalam keadaan lampu dimatikan - Pembagian anggota tim di lakukan seadil-adilnya.

- Sambuk (serabut kelapa) yang digunakan untuk menyerang lawan harus berisi api, apabila menyerang menggunakan sambuk bongol

(tidak berisi api) akan dikenakan hukuman yang telah di sepakati kedua team.

- Apabila terjadi perselisihan permain dihentikan - Lamanya waktu permainan disepakati kedua tIm

- Pada saat melakukan permainan ini di awasi pecalang (Petugas keamanan adat di Bali) dan Kelihan Adat dan Dinas Banjar Pengembungan Sari


(29)

- Selesai permainan tidak boleh ada dendam antar pemuda

2.1.2 Potensi Alam

Bongkasa Pertiwi memiliki beragam potensi alam, salah satu diantaranya adalah Sungai Ayung. Sungai ini menjadi batas sisi timur desa membentang dari utara hingga selatan desa, oleh karena itu seluruh desa dialiri oleh sengai ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.5

Terlihat pada Gambar 2.5 yang ditunjukkan oleh nomor 1 (satu), dan 5 (lima) persawahan pada lingkungan BanjarKarang Dalem I dan II, masih membentang luas.Di Desa Bongkasa Pertiwi, masyarakat masih mempertahankan lahan desanya untuk sawah, dimana 75 km2 dari luasan wilayah desa adalah persawahan. Masyarakat desa ini masih menerapkan sistem pertanian tradisional Bali yaitu Subak. Hingga saat ini, desa ini memiliki 9 kelompok Subak.

Mayoritas masyarakat bekerja di sektor pertanian, memperoleh 34,66% dari angka pendapatan seluruh penduduk desa. System pertanian/ Subak yang diterapkan di desa ini pada umumnya sama dengan Subakdi daerah lain. Pada saat membajak sawah, masyarakat telah beralih menggunakan mesin/traktor, hal ini dikarenakan masyarakat lebih memilih menggunakan sarana yang lebih praktis.

Masyarakat kerap melakukan pergantian jenis tanaman, sesuai dengan kondisi air dan tanah persawahan. Biasanya pergantian ini dari padi ke bunga atau umbi-umbian dengan periode 4-5 kali panen padi. Dapat dilihat pada Gambar 2.4 kondisi persawahan dan jalur petani kesawah atau yang sering disebut denganjalur

Subak.

Kondisi kontur tanah desa yang memiliki kemiringan/ perbedaan ketinggian yang beragam, sehingga berdampak pula pada areal persawahan. Hal ini menyebabkan beberapa sisi dari areal persawahan terdapat pada lahan dengan kemiringan cukup terjal. Hal ini memberikan pemandangan yang eksotis baik ke arah persawahan maupun ke arah sisi miring dari jurang. Lokasi ini dapat dimanfaatkan untuk View point/ tempat melihat view bagi wisatawan. Dapat dilihat pada Gambar 2.3


(30)

Gambar 2. 3Persawahan View Jurang Sumber. Obervasi Oktober 2015

Gambar 2. 4Situasi Sawah dan Jalur Subak. Sumber. Obervasi Oktober 2015


(31)

Gambar 2. 5Potensi Alam Desa Bongkasa Pertiwi Sumber: maps.google.com diolah oleh penulis Oktober 2015

Selain itu indahnya panorama persawahan saat ini dimanfaatkan oleh perusahaan swasta sebagai jalur ATV. Wisatawan dapat menikmati \pemandangan sembari mengendarai kendaraan tersebut dengan memaksimalkan jalur subak


(32)

seperti pada Gambar. Potensi ini juga dapat dimanfaatkan sebagai jalur Trekking

ataupun bersepeda. Penambahan Bale atau rest area untuk beristirahat sambil menikmati viewdapat meningkatkan minat wisatawan untuk menikmati view ini.

Selain itu dapat dilihat pada Gambar 2.5 nomor 2 (dua) ,4 (empat) dan 6 (enam) batas sisi timur desa ini berupa tebing yang memiliki kemiringan yang lumayan terjal. Oleh karena itu, perbedaan ketinggian ini juga memberikan panorama yang menakjubkjan, dari sisi jurang, dapat dilihat pemandangan desa seberang dengan jelas.

Dengan arus air yang deras, sungai Ayung dimanfaatkan sebagai rafting. Salah satunya berada pada titik nomor 7 (tujuh) pada Gambar 2.5. Banyaknya kegiatan rafting di desa ini, mengakibatkan desa ini semakin dikenal oleh wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Pada Gambar 2.5 nomor 3 (tiga) merupakan lingkungan Jalan Dewi Gangga yang masyarkatnya masih menerapkan aturan Arsitektur Tradisional Bali pada bangunan rumahnya.

2.1.3 Sumber Daya Manusia

Jumlah penduduk di Desa Bongkasa Pertiwi sebanyak 2.355 jiwa. Pekerjaan penduduk meliputi, petani, buruh, jasa dan perdagangan, tukang, pengerajin, pegawai negeri dan sebagainya. Berdasarkan wawancara dengan Perbekel/ kepala Desa Bongkasa Pertiwi, I Wayan Suarjana, Oktober 2015 mayoritas penduduk sudah berkecimpung dalam dunia pariwisata seperti bekerja pada perusahaan pariwisata yang ada di desa, maupun di Ubud.

Remaja di desa ini mayoritas sedang menempuh pendidikan SMK tentang pariwisata, hal ini diharapkan mampu mendukung program desa wisata di desa iniSebagian penduduk juga memiliki perkebunan, dan yang paling banyak adalah kebun semangka.Selain bertani, sebagian masyarakat desa ini, memiliki keahlian dalam berkerajinan perak. Menurut data yang diperoleh dari Perbekel/ Kepala Desa Bongkasa Pertiwi, I Wayan Suarjana, Oktober 2015, terdapat 26 industri pengerajin perak di desa ini. Hasil perak biasa dipasarkan ke Desa Celuk yang terkenal dengan kawasan souvenir kerajinan perak di Kecamatan Sukawati, Gianyar. Hasil kerajinan masyarakat ini dapat dijadikan souvenir untuk wisatawan yang berkunjung


(33)

2.1.4 Letak Geografis

Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Bali, dengan Ibukota Mangupura. Letak Geografis Kabupaten Badung antara 8o14’01” – 8o50’52” LS dan 115o05’03” – 115o26’51” BT. Kabupaten Badung memiliki hampir 28% (17 desa) di wilayah pesisir dengan panjang pantai yaitu sepanjang 64 km. Sisanya sebanyak 45 desa berada bukan di wilayah pesisir.

Abainsemal secara geografis terletak pada 08° 26’59’’ – 08° 36’10’’ LS 115° 11’38’’ – 115° 14’57’’ BT. Dapat dilihat pada Tabel 2.2, luas wilayah kecamatan ini seluas 69, 1 km2 dan 16,48% dari luas Kabupaten Badung. Dan ditempuh 15km dari Denpasar. Di Kecamatan Abiansemal terdiri dari 33 Subak, dengan luas lahan 2.862,54 Ha. (BPS Kabupaten Badung, 2014)

Secara Geografis Desa Bongkasa Pertiwi terletak pada 08° 28' 13.4724" LS 115° 14' 19.6152" BT. Desa Bongkasa Pertiwi terdiri dari 3 banjar dinas antara lain, Banjar Dinas Karang Dalem I, Banjar Dinas Karang Dalem II, Banjar Dinas Tegal Kuning.

Tabel 2. 1Luas Wilayah Kabupaten Badung, Ketinggian dari Permukaan Laut dan Jarak ke Denpasar Dirinci per Kecamatan

Kecamatan Luas Wilayah(Km2)

Persentase Luas Wilayah Ketinggian Dari Permukaan Laut (Meter) Jarak Ke Denpasar (Km)

Kuta Selatan 101,13 24,16 28 18,3

K u t a 17,52 4,19 27 9,6

Kuta Utara 33,86 8,09 65 6,6

Mengwi 82,00 19,59 0 - 350 15

Abiansemal 69,01 16,49 75 - 350 15

Petang 115,00 27,48 275 - 2.075 30

B a d u n g 418,52 100,00 0 - 2.075

-Sumber :Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar

Seperti pada Gambar 2.5 batas-batas wilayah Desa Bongkasa Pertiwi, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. sebelah utara adalah Desa


(34)

Carangsari, sebelah timur Desa Kedewatan, sebelah selatan dengan Desa Bongkasa dan sebelah barat yaitu Desa Taman.

SumberProfil Desa Bongkasa Pertiwi

Gambar 2. 6Peta Lokasi Desa Wisata Bongkasa Pertiwi

Sumber :Profil Desa Bongkasa Pertiwi

2.1.5 Topografi

Bagian utara merupakan kawasan pegunungan yang berhawa sejuk dengan tingkat kesuburan yang tinggi sehingga cocok untuk dikembangkan berbagai sektor seperti pertanian, perkebunan dan peternakan. Sedangkan bagian selatan dulunya dikenal sebagai kawasan perbukitan yang tandus dan berpotensi untuk pengembangan galian C seperti batu kapur. Kecamatan Abiansemal berada pada ketinggian 75 – 350 dari permukaan laut.

Pulau Bali

Kabupaten Badung Kecamatan Abiansemal


(35)

Desa Bongkasa Pertiwi merupakan suatu daerah yang termasuk dataran tinggi dengan ketinggian 312 m dari permukaan laut.

2.1.6 Klimatologi

Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 639,2 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan September 1,4 mm. Keadaan suhu maksimum tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu 31,50C, sedangkan suhu maksimum terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 29,10C. Suhu minimum tertinggi terjadi pada bulan Maret dan April yaitu 25,10C dan terendah pada bulan Agustus yaitu 23,40C. Kelembaban udara di Kabupaten Badung berkisar antara 77% - 84%. Kelembaban tertinggi sebesar 84% terjadi pada bulan Januari sedangkan terendah terjadi pada bulan Agustus, September dan Oktober sebesar 77%. (BPS Kabupaten Badung 2014).

Desa Bongkasa Pertiwi beriklim tropis lembab dengan curah hujan hampir 2000-3000 mm/ enam bulan dengan suhu daerah rata-rata 30-350C (profil Desa Bongkasa Pertiwi)

2.1.7 Aksesibelitas

Dikarenakan letaknya yang jauh dari pusat kota, desa Bongkasa Pertiwi hanya dilalui oleh sebuah jalan Lokal atau Jalan desa. Terdapat juga jalan lingkungan yang menghubungkan rumah warga. Jalan Lokal adalah Jalan yang menghubungkan antar desa, dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah. Jalan local terdiri dari dua jenis, yaitu primer dan sekunder. Jalan local primer memiki ciri lebar tidak kurang dari 6 meter. Bus dan truk masih diperbolehkan untuk menggunakan jalan ini. Jalan lokal sekunder adalah jalan yang memiliki lebar tidak kurang dari 5 meter. Bus dan truk tidak diperbolehkan untuk melintas. Jalan lingkungan adalah jalan yang terdapat pada lingkungan perumahan.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penjabaran letak geografis, topografi, klimatologi dan aksesibilitas Desa Bongkasa Pertiwi adalah bahwa letaknya yang jauh dari pusat kota menyebabkan desa ini masih dipertahankan budaya Bali dan masih belum terjadi polusi udara. Letaknya pada ketinggian 75-300 memang


(36)

sesuai dengan pertanian, sehingga pemandangan pertanian warga masih tersebar luas dan dapat dijadikan daya tarik wisata. Akses yang cukup jauh dari pusat kota Badung mengakibatkan perlu adanya promosi agar wisatawan mengetahui jalur menuju desa ini. Namun jika di tempuh dari Ubud tidak akan menembuh waktu yang lama.

2.2 TINJAUAN FISIK DAN FASILITAS

Tinjauan fisik dan fasilitas berfungsi untuk mengetahui keadaan semula desa wisata bongkasa pertiwi. Tinjauan meliputi tinjauan dari elemen penataan, teori daya tarik wisata, dan peraturan pemerintah tentang syarat-syarat daya tarik wisata.

2.2.1 Tinjauan Menurut 8 Elemen Penataan

Landasan yang digunakan untuk meninjau adalah 8 elemen penataan menurut Shirvani (1985).

1. Tata Guna Lahan

Pengaturan penggunaan lahan bagaimana seharusnya suatu daerah berfungsi.

Tabel 2. 2Tata Guna Lahan Desa

No Kegunaan Lahan Luas Km2

1 Permukiman 38,80

2 Persawahan 75,00

3 Perkebunan 37,17

4 Pura 4,90

5 Lapangan Olahraga 0,16

6 Kuburan 0,30

7 Lain-lain 0,67

Sumber. Profil Desa Bongkasa Pertiwi

Di Desa Wisata Bongkasa Pertiwi, pengaturan tata guna lahan dapat dilihat pada Gambar 2.7 dan Table 2.2. Dari Gambar 2.8 dapat dilihat bahwa mayoritas desa masih berupa lahan hijau. Di desa ini masih memiliki lahan terbuka hijau sebesar 79% dari luas keseluruhan desa. Peruntukkan lahan sebagai


(37)

bangunan adalah sebesar 15,6%. Untuk sirkulasi berupa jalan desa, memiliki prosentase sebesar 5,4%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar. 2.8

Gambar 2. 7Tata Guna Lahan Desa Bongkasa Pertiwi


(38)

Bangunan penduduk mayoritas berada pada jalur jalan desa, dan sebagaian berada pada jalan lingkungan. Oleh karena itu, banyak terdapat warung-warung yang milik warga yang berlokasi tepat pada pinggir jalan dan memanfaatkan sebagian dari telajakan.

Kebanyakan masyarakat masih memiliki halaman belakang rumah (tebe)

dengan luasan yang cukup banyak, yang biasanya digunakan sebagian warga untuk memelihara ternak seperti babi ataupun sapi.


(39)

Bagian belakang rumah warga ada pula yang tidak dimanfaatkan, dan memiliki potensi dengan pemandangan yang indah dan pepohonan yang teduh, hal ini dapat dimaksimalkan sebagai penunjang wisata seperti beberapa unit

homestay.

2. Masa dan Bentuk Bangunan

Berkaitan dengan bentuk bangunan, kepejalan, garis sempadan, penutupan lahan atau amplop bangunan, disamping gaya arsitektural.

Gambar 2. 9Angkul-Angkul di Bongkasa Pertiwi Sumber: Observasi Oktober 2015


(40)

Di desa ini, seluruh bangunan menggunakan gaya arsitektur tradisional Bali, dikarenakan seluruh warga desa adalah beragama Hindu.dengan demikian, tampilan, bentuk bangunan, dan material yang digunakan mayoritas sama, yang membedakan adalah tingkat ekonomi penduduk sehingga hal tersebut berpengaruh pada besaran bangunan dan jenis material yang digunakan.

Gambar 2. 10Tipe atau Ciri Khas Angkul Angkul di Bongkasa Pertiwi Sumber: Observasi Oktober 2015

Dapat dilihat pada Gambar 2.9 dan Gambar 2.10, penggunaan pintu masuk/ angkul-angkul yang merupakan ciri khas dari rumah Bali masih terlestarikan. Terdapat pengulangan bentuk dasar dari Angkul-angkul yang terdapat di desa ini. Pada bagian kolom, terdapat aksen menjorok kedepan. Hal ini tetap diterapkan bahkan dari yang masi sangat tradisional hinggga yang sudah diperbarui.

Bangunan rumah penduduk yang masih menggunakan arsitektur tradisional Bali sebagai konsep penataan lingkungan rumah, dapat dimaksimalkan sebagai potensi wisata. Adapun layout dari rumah warga di lingkungan Jalan


(41)

Dewi Gangga dapat dilihat pada Gambar 2.11 Pada Gambar 2.12 dan Gambar 2.13 dapat dilihat salah satu jenis layout srumah warga dan situasi rumahnya.

Gambar 2. 11Layout Rumah Warga di Lingkungan Jalan Dewi Gangga Sumber: Observasi Oktober 2015


(42)

Gambar 2. 12Siteplan Salah Satu Rumah Warga Sumber: Observasi Oktober 2015

Pada Gambar 2.12 ditampilkan salah satu rumah warga yang tergolong dalam rumah yang belum ditambahkan bangunan lain selain kamar mandi. Itupun kamar mandi/WC merupakan bantuan dan terletak di halaman belakang/ tebe.

Gambar 2. 13Situasi Rumah Warga

1. Angkul-angkul 2. Merajan 3. Dapur 4. Bale Dauh 5. Natah 6. Bale Dangin 7. Bale Daja 8. Tebe dan WC


(43)

3. Sirkulasi dan Perparkiran

Efisiensi lahan untuk upaya menghubungkan kegiatan yang berlangsung pada suatu daerah baik kendaraan maupun manusia.

Gambar 2. 14Sirkulasi Dan Parkir Desa Bongkasa Pertiwi Sumber: Observasi Oktober 2015

Jalan Desa 6m

Jalan Desa 5m

Jalan Lingkungan 4m

Jalan Lingkar 2,5m

Parkir Desa Penunjang Pariwisata

1

4

3

2 1

2

3


(44)

Di desa ini, sirkulasi utama berlangsung pada jalan desa yang melintang dari utara hingga selatan desa. Didukung dengan jalan lingkungan yang menjadi akses untuk mengelilingi desa ataupun menuju rumah penduduk yang berada tidak pada jalan utama desa. Dapat dilihat pada Gambar 2.14, sirkulasi di desa ini terdiri dari jalan utama desa selebar 6m, jalan 5m, jalan lingkungan 4m, dan jalur lingkar selebar 2,5m.

Untuk perparkiran, desa wisata ini telah dilengkapi dengan parkir kendaraan pariwisata. Hingga saat ini parkir tersebut biasa menampung 10 bus pariwisata. Letaknya berada pada Banjar Tegal Kuning. Adanya parkir ini tidak dapat menampung kendaraan wisatawan seluruhnya, oleh karena itu masih memakan parkir pada area wisata seperti finish rafting yang biasanya dipenuhi dengan mobil travel.

Dengan sistem seperti ini, pengunjung tidak mengetahui desa beserta potensi budayanya, dikarenakan wisatawan hanya difokuskan pada kegiatan rafting dan pengelolaan pribadi. Oleh sebab itu perlu penataan agar terjadi sebuah kesatuan pengelolaan yang dapat membuat wisatawan mengenal lebih dalam tentang potensi desa wisata ini.

4. Ruang Terbuka dan Tata Hijau

Terdiri dari Hard Scape yaitu trotoar, plaza, square, dan Soft Scapeberupa lingkungan alam, atau taman.

Desa ini masih asri, dan jauh dari hiruk pikuk pusat kota. Mayoritas wilayah desa ini adalah lahan pertanian, sehingga ruang terbuka masih sangat banyak, khususnya ruang terbuka hijau seperti Gambar 2.13.

Jika dikaitkan dengan ruang terbuka untuk menunjang kegiatan pariwisata di desa ini, Hard Scape seperti trotoar, plaza dapat dikatakan belum terbangun. Begitupula dengan Soft Scape seperti taman juga belum ada. Kedepannya dapat dikembangkan ruang terbuka yang dapat memfasilitasi wisatawan namun tetap menggunakan konsep ramah lingkungan dan tidak merusak sumber daya alam. Lahan produktif seperti sawah yang dikelola oleh Subak, sebisa mungkin tidak di usik agar mata pencarian penduduk dan budaya tetap terlestarikan.


(45)

Gambar 2. 15 Ruang Terbuka Hijau Sumber. Observasi Oktober 2015

5. Jalur Pejalan Kaki

Tidak hanya sebagai jalur pedestrian, juga sebagai tempat aktivitas pengguna, dan ciri khas suatu lingkungan.

Gambar 2. 16Kondisi Pedestrian Sumber. Observasi Oktober 2015

Lahan Produktif

1

Lahan Hijau

2 1


(46)

Keberadaan pedestrian belumlah memenuhi standar keamanan dan kenyamanan pengguna. Dilihat dari Gambar 2.14 Tidak adanya pembatas pengguna dan kendaraan bermotor menyebabkan kurangnya rasa aman untuk berjalan kaki. Selain itu pohon peneduh yang juga berfungsi sebagai Green Belt

juga belum ada. Ciri khas dari lingkungan juga belum terlihat, oleh karena itu perlu adanya penataan lebih lanjut untuk memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pengguna.

6. Aktivitas Pendukung

Fungsi pelengkap ruang terbuka kota untuk melayani kegiatan masyarakat. Ruang terbuka desa yang berfungsi untuk melayani kegiatan masyarakat dari segi tradisi, desa ini telah memiliki fasilitas public seperti balai banjar dan wantilan pada tempat suci/ pura. Bangunan tersebut digunakan untuk melakukan kegiatan kebudayaan/ keagamaan maupun kegiatan kemanusiaan, seperti rapat, hiburan dan sekedar berkumpul. Dari segi pariwisata, ruang terbuka untuk wisatawan belum tersedia secara khusus, oleh sebab itu perlu penataan lebih lanjut. Adapun ruang terbuka yang dapat dikembangkan dengan melayani kegiatan wisatawan sekedar untuk berkumpul ataupun rekreasi.

7. System Penanda

Sebagai sarana komunikasi dan penanda, sehingga pemberi informasi atau menerangkan suatu tempat/objek.

Di desa bongkasa pertiwi telah terdapat sistem pendanda khususnya nama desa, nama banjar, batas wilayah dan nama jalan seperti gambar 2.15. Untuk mana desa dan banjar sudah mengadopsi gaya arsitektur bali, namun nama jalan masih berupa plat besi, sehingga perlu penambahan unsur arsitektur Bali.

Selain itu penanda yang digunakan sebagai penunjuk arah yang berfungsi untuk mempermudah wisatawan menemukan lokasi tertentu belum terdapat di desa ini, oleh sebab itu pelu penambahan agar pengunjung tidak tersesat.


(47)

Gambar 2. 17Sistem Penanda yang Sudah Ada Sumber. Observasi Oktober 2015

8. Preservasi dan Konservasi

Kegiatan perlindungan terhadap tempat atau asset desa yang sudah ada dan bersejarah.

Di Desa Bongkasa Pertiwi masih kental dengan adat dan budaya tradisional Bali. Kegiatan keagamaan masih kental, begitupun kegiatan gotong royong atau yang dikenal dengan sebutan ngayah masih diterapkan di desa ini. Dengan masih dipertahankannya budaya dan kegiatan tersebut, maka keberadaan tempat suci dan tempat yang menunjang kegiatan adat masih dipertahankan, bahkan diperbaiki untuk menjadi lebih layak dan lebih memiliki estetika. Bangunan yang masih dikonservasi seperti pura, wantilan, dan balai banjar seperti Gambar 2.16.

Gambar 2. 18Bale Banjar yang dikonservasi di Bongkasa Pertiwi


(48)

2.2.2 Tinjauan Menurut Teori

Adapun tinjauan berikutnya dilakukan berdasarkan teori Lothar A. Kreck dalam Yoeti, 1996, dapat dilihat pada table 2.2

Tabel 2. 3Sarana dan Prasarana Objek Wisata

NO SYARAT MENURUT TEORI KONDISI DI DESA

1

OBJEK

Terdapat objek salah satu dari alam, social ataupun budaya

Objek yang paling terkenal adalah sungai ayung, yang dugunakan sebagai arum jeram

2

AKSES

Adanya jalan, adanya kemudahan rute, tempat parkir, dan harga parkir yang terjangkau

Sudah terdapat akses, dapat ditempuh melalui berbagai jalur di Badung.

3

AKOMODASI

Adanya pelayanan penginapan (hotel, wisma, losmen)

Belum terdapat akomodasi yang dikelola oleh desa.

4

FASILITAS

Agen perjalanan, pusat informasi, salon, fasilitas kesehatan, pemadam kebakaran/hydrant, TIC (Tourism Information Centre), Guiding (pemandu wisata), plang informasi, petugas yang memeriksa masuk keluarnya wisatawan (petugas entry dan exit)

Belum ada

5

TRANSPORTASI

Adanya transportasi lokal yang nyaman, variatif, yang

menghubungkan akses masuk


(49)

6

CATERING SERVICE

Adanya pelayanan makanan dan minuman (restaurant, rumah makan, warung nasi, dan lain-lain)

Belum ada

7

AKTIVITAS REKREASI,

Terdapat sesuatu yang dilakukan di lokasi wisata, seperti berenang, terjun paying, berjemur,

berselancar, jalan-jalan dan lain-lain.

Terdapat Rafting dan Paintball dan ATV milik swasta

8

PERBELANJAAN

Adanya tempat untuk membeli barang-barang umum

Sudah ada, kios kios kecil milik warga

9

KOMUNIKASI

Adanya televisi, telepon umum, radio, sinyal telepon, penjual voucher (isi ulang seluler), dan internet akses

Belum mencakup seluruh pelosok desa

10

SYSTEM PERBANKAN

Adanya bank (beberapa jumlah dan jenis bank dan atm beserta

sebarannya)

Belum ada

11

KESEHATAN,

Adanya poliklinik poli umum/ jamian ketersediaan pelayanan yang baik untuk penyakit yang mungkin diderita oleh wisatawan.


(50)

12

KEAMANAN

Adanya jaminan keamanan (petugas khusus keamanan, polisi wisata, pengawas pantai, rambu-rambu perhatian, pengarah kepada wisatawan)

Sudah ada keamanan desa yaitu

Pecalang.

13

KEBERSIHAN

Tempat sampah dan rambu-rambu peringatan tentang kebersihan

Belum ada

14

SARANA IBADAH

Terdapat salah satu sarana ibadah bagi wisatwan

Sudah Ada

15

SARANA PENDIDIKAN Terdapat salah satu pendidikan formal

Sudah terdapat Sekolah Dasar

2.2.3 Tinjauan Menurut Peraturan Pemerintah

Adapun tinjauan berikutnya dilakukan berdasarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 41 tahun 2010 Tentang Standarisai Daya Tarik Wisata Budaya, dapat dilihat pada table 2.2

Tabel 2. 4Tinjauan Menurut Pergub 41 Tahun 2010

NO SYARAT MENURUT PERGUB 41 TH 2010 KONDISI DI DESA

1

Memiliki pengelola obyek wisata dengan manajemen yang tertata dan disarankan berbadan hukum;


(51)

2

Memprioritaskan sumber daya manusia yang dipekerjakan dari masyarakat setempat;

Belum Ada

3 Memiliki toilet yang standar; Sudah ada pada areal parkir

4 Memiliki fasilitas P3K yang memadai;

Sudah terdapat di Puskesmas, dan masing-masing objek wisata buatan, seperti rafting ATV dan paintball

5 Memiliki loket penjualan

tiket/karcis/donasi; Belum ada, 6 Memiliki petugas yang menangani

keamanan;

Sudah ada keamanan desa yaitu Pecalang.

7 Memiliki petugas yang menangani

parkir Belum ada

8 Memiliki petugas yang menangani

kebersihan; Belum ada 9 Memiliki fasilitas parkir; Sudah ada 10 Memiliki fasilitas tempat sampah

yang cukup memadai; Belum ada 11 Memiliki informasi tentang daya

tarik wisata; Belum ada

12

Memiliki usaha penunjang DTW seperti art shop, restoran, warung dan lain-lain yang ditempatkan disekitar tempat parkir.


(52)

Tabel 2. 5Fasilitas yang Belum Ada di Desa Wisata Bongkasa Pertiwi

NO FASILITAS YANG BELUM ADA

1 Pengelola yang berbadan hukum 2 TIC (tourist Information Centre)

3 Transportasi Lokal 4 Tempat Makan 5 Toko Souvenir 6 ATM / Bank 7 Loket Tiket

8 Sumber daya manusia, Petugas Keamanan, Kebersihan, Parkir

9 Tempat Sampah

Dari dua tinjauan yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan pada tabel 2.4 bahwa masih banyak sarana dan prasara yang perlu ditata guna menjadikan Desa Bongkasa Pertiwi sebagai Desa Wisata yang layak dan memenuhi standar-standar yang ditetapkan. Hampir keseluruhan dari aspek yang ditinjau masih belum memenuhi standar.

Oleh sebab itu sangat perlu dilakukan penataan. Penataan juga akan dilakukan pada bangunan yang sudah ada di desa yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana wisata untuk memenuhi standar kebersihan dan kenyamanan, seperti Wantilan, Bale Banjar, dan sebagainya.

2.3 POTENSI PENGEMBANGAN

Dari analisa dan tinjauan yang telah dikakukan, maka sudah mulai memiliki gambaran tentang apa saja yang akan ditata dan dikembangkan. Pengembangan dengan langkah penambahan fasilitas pariwisata merujuk pada Tabel 2.3-2.5. Jenis fasilitas yang dikembangkan dikelompokkan menjadi dua yaitu fasilitas pariwisata dan fasilitas pengelola.


(53)

2.5.1 Pengembangan Fasilitas Pariwisata

Pengembangan yang akan dilakukan dengan penambahan loket tiket, area parkir, pusat informasi, pusat souvenir, p3k, toilet dan tempat sampah. Selain itu fasilitas yang juga akan dikembangkan adalah fasilitas yang dapat memaksimalkan potensi desa seperti melihat pemandangan, bersepeda,dan

trekking.

Untuk memperlancar sirkulasi dan mempermudah wisatawan melakukan kegiatan di desa maka akan dikembangkan transportasi lokal yang hemat energy dan rendah emisi seperti sepeda listri atau mobil listrik. Hal ini juga berdampak pada tingkat keamanan pengguna jalan di desa karena jumlah kendaraan wisatawan yang lalu lalang sudah diminimalisir.

2.5.2 Pengembangan Fasilitas Pengelola

Untuk menjalankan kegiatan pariwisata tentunya wajib dikelola oleh manajemen yang berbadan hukum, dam hal ini adalah milik desa. Untuk menunjang kegiatan tersebut, perlu ditambahkan sebuah kantor pengelola.


(1)

2.2.2 Tinjauan Menurut Teori

Adapun tinjauan berikutnya dilakukan berdasarkan teori Lothar A. Kreck dalam Yoeti, 1996, dapat dilihat pada table 2.2

Tabel 2. 3Sarana dan Prasarana Objek Wisata

NO SYARAT MENURUT TEORI KONDISI DI DESA

1

OBJEK

Terdapat objek salah satu dari alam, social ataupun budaya

Objek yang paling terkenal adalah sungai ayung, yang dugunakan sebagai arum jeram

2

AKSES

Adanya jalan, adanya kemudahan rute, tempat parkir, dan harga parkir yang terjangkau

Sudah terdapat akses, dapat ditempuh melalui berbagai jalur di Badung.

3

AKOMODASI

Adanya pelayanan penginapan (hotel, wisma, losmen)

Belum terdapat akomodasi yang dikelola oleh desa.

4

FASILITAS

Agen perjalanan, pusat informasi, salon, fasilitas kesehatan, pemadam kebakaran/hydrant, TIC (Tourism Information Centre), Guiding (pemandu wisata), plang informasi, petugas yang memeriksa masuk keluarnya wisatawan (petugas entry dan exit)

Belum ada

5

TRANSPORTASI

Adanya transportasi lokal yang


(2)

6

CATERING SERVICE

Adanya pelayanan makanan dan minuman (restaurant, rumah makan, warung nasi, dan lain-lain)

Belum ada

7

AKTIVITAS REKREASI,

Terdapat sesuatu yang dilakukan di lokasi wisata, seperti berenang, terjun paying, berjemur,

berselancar, jalan-jalan dan lain-lain.

Terdapat Rafting dan Paintball dan ATV milik swasta

8

PERBELANJAAN

Adanya tempat untuk membeli barang-barang umum

Sudah ada, kios kios kecil milik warga

9

KOMUNIKASI

Adanya televisi, telepon umum, radio, sinyal telepon, penjual voucher (isi ulang seluler), dan internet akses

Belum mencakup seluruh pelosok desa

10

SYSTEM PERBANKAN

Adanya bank (beberapa jumlah dan jenis bank dan atm beserta

sebarannya)

Belum ada

11

KESEHATAN,

Adanya poliklinik poli umum/ jamian ketersediaan pelayanan yang baik untuk penyakit yang mungkin diderita oleh wisatawan.


(3)

12

KEAMANAN

Adanya jaminan keamanan (petugas khusus keamanan, polisi wisata, pengawas pantai, rambu-rambu perhatian, pengarah kepada wisatawan)

Sudah ada keamanan desa yaitu Pecalang.

13

KEBERSIHAN

Tempat sampah dan rambu-rambu peringatan tentang kebersihan

Belum ada

14

SARANA IBADAH

Terdapat salah satu sarana ibadah bagi wisatwan

Sudah Ada

15

SARANA PENDIDIKAN Terdapat salah satu pendidikan formal

Sudah terdapat Sekolah Dasar

2.2.3 Tinjauan Menurut Peraturan Pemerintah

Adapun tinjauan berikutnya dilakukan berdasarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 41 tahun 2010 Tentang Standarisai Daya Tarik Wisata Budaya, dapat dilihat pada table 2.2

Tabel 2. 4Tinjauan Menurut Pergub 41 Tahun 2010

NO SYARAT MENURUT PERGUB 41 TH 2010 KONDISI DI DESA

1

Memiliki pengelola obyek wisata dengan manajemen yang tertata dan disarankan berbadan hukum;


(4)

2

Memprioritaskan sumber daya manusia yang dipekerjakan dari masyarakat setempat;

Belum Ada

3 Memiliki toilet yang standar; Sudah ada pada areal parkir

4 Memiliki fasilitas P3K yang memadai;

Sudah terdapat di Puskesmas, dan masing-masing objek wisata buatan, seperti rafting ATV dan paintball

5 Memiliki loket penjualan

tiket/karcis/donasi; Belum ada,

6 Memiliki petugas yang menangani keamanan;

Sudah ada keamanan desa yaitu Pecalang.

7 Memiliki petugas yang menangani

parkir Belum ada

8 Memiliki petugas yang menangani

kebersihan; Belum ada

9 Memiliki fasilitas parkir; Sudah ada

10 Memiliki fasilitas tempat sampah

yang cukup memadai; Belum ada

11 Memiliki informasi tentang daya

tarik wisata; Belum ada

12

Memiliki usaha penunjang DTW seperti art shop, restoran, warung dan lain-lain yang ditempatkan disekitar tempat parkir.


(5)

Tabel 2. 5Fasilitas yang Belum Ada di Desa Wisata Bongkasa Pertiwi NO FASILITAS YANG BELUM ADA

1 Pengelola yang berbadan hukum 2 TIC (tourist Information Centre) 3 Transportasi Lokal

4 Tempat Makan

5 Toko Souvenir

6 ATM / Bank

7 Loket Tiket

8 Sumber daya manusia, Petugas Keamanan, Kebersihan, Parkir

9 Tempat Sampah

Dari dua tinjauan yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan pada tabel 2.4 bahwa masih banyak sarana dan prasara yang perlu ditata guna menjadikan Desa Bongkasa Pertiwi sebagai Desa Wisata yang layak dan memenuhi standar-standar yang ditetapkan. Hampir keseluruhan dari aspek yang ditinjau masih belum memenuhi standar.

Oleh sebab itu sangat perlu dilakukan penataan. Penataan juga akan dilakukan pada bangunan yang sudah ada di desa yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana wisata untuk memenuhi standar kebersihan dan kenyamanan, seperti Wantilan, Bale Banjar, dan sebagainya.

2.3 POTENSI PENGEMBANGAN

Dari analisa dan tinjauan yang telah dikakukan, maka sudah mulai memiliki gambaran tentang apa saja yang akan ditata dan dikembangkan. Pengembangan dengan langkah penambahan fasilitas pariwisata merujuk pada Tabel 2.3-2.5. Jenis fasilitas yang dikembangkan dikelompokkan menjadi dua


(6)

2.5.1 Pengembangan Fasilitas Pariwisata

Pengembangan yang akan dilakukan dengan penambahan loket tiket, area parkir, pusat informasi, pusat souvenir, p3k, toilet dan tempat sampah. Selain itu fasilitas yang juga akan dikembangkan adalah fasilitas yang dapat memaksimalkan potensi desa seperti melihat pemandangan, bersepeda,dan trekking.

Untuk memperlancar sirkulasi dan mempermudah wisatawan melakukan kegiatan di desa maka akan dikembangkan transportasi lokal yang hemat energy dan rendah emisi seperti sepeda listri atau mobil listrik. Hal ini juga berdampak pada tingkat keamanan pengguna jalan di desa karena jumlah kendaraan wisatawan yang lalu lalang sudah diminimalisir.

2.5.2 Pengembangan Fasilitas Pengelola

Untuk menjalankan kegiatan pariwisata tentunya wajib dikelola oleh manajemen yang berbadan hukum, dam hal ini adalah milik desa. Untuk menunjang kegiatan tersebut, perlu ditambahkan sebuah kantor pengelola.