PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KERJASAMA SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON.

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) TERHADAP PENINGKATAN

HASIL BELAJAR DAN KERJASAMA SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON

Oleh :

Nurhayati Saragih NIM. 4103331038

Program Studi Pendidikan Kimia

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2014


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Dan Kerjasama Siswa Pada Pokok Bahasan Hidrokarbon”. Adapun penyusunan skripisi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Drs. Eddiyanto, Ph.D sebagai dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran kepada penulis sejak awal seminar proposal, pelaksanaan penelitian sampai dengan pengolahan data hingga penyusunan skripsi ini dapat selesai. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Alm Prof. Dr. Suharta, M.Si , Bapak Dr. Marham Sitorus, M.Si, Bapak Dr. Mahmud, M.Sc, dan Bapak Dr. Simson tarigan, M.Pd yang telah memberikan masukan dan saran-saran demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak Drs. Bajoka Nainggolan,M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik dan kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Kimia FMIPA UNIMED yang telah membantu penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kepala sekolah SMA Negeri 1 Bandar Khalipah yaitu Bapak Sari Manurung yang telah memberikan izin penelitian di sekolah yang bersangkutan dan kepada Bapak Wakil Kepala Sekolah, Guru-Guru dan Para Pegawai SMA Negeri 1 Bandar Khalipah yang telah banyak membantu penulis selama proses penelitian berlangsung, dan juga kepada uda pentin dan keluarga yang membantu saya selama penelitian.

Teristimewa saya sampaikan terima kasih kepada orang tua tercinta : Ayahanda Labe Saragih dan Ibunda Masdi Sianturi yang telah memberikan dukungan dan semangat, mencucurkan segala keringat, telah bekerja keras demi anaknya, selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk kebahagiaan anak-anaknya, telah membimbing saya dan kakak-adik menjadi anak yang baik dan


(3)

v

tidak pernah lelah selalu memanjatkan do’a demi selesainya studi penulis, kakak-adik tersayang, Fitri Srgh, Meli Srgh, Mita Srgh, Soni Srgh, Yuli Srgh yang telah banyak membantu, dan memberi semangat penulis dan juga kepada my friend Monalisa Pakpahan dan Mesrawati Situmorang.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, September 2014 Penulis,

Nurhayati Saragih NIM. 4103331038


(4)

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) TERHADAP PENINGKATAN

HASIL BELAJAR DAN KERJASAMA SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON

Nurhayati Saragih (NIM 4103331038) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran problem based learning(Pembelajaran Berbasis Masalah) terhadap peningkatan hasil belajar dan sikap kerjasama siswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bandar Khalipah yang terdiri dari 2 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil seluruh populasi yaitu kelas pertama (XI1) sebagai kelas eksperimen dan kelas kedua (XI2) sebagai kelas kontrol. Sampel penelitian kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing berjumlah 30 orang. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar kimia siswa adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda berjumlah 20 soal. Kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan model pembelajaran problem based learning(Pembelajaran Berbasis Masalah) dan kelas kontrol diberikan perlakuan dengan model pembelajaran langsung (Direct Instruction). Dari hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata pretes kelas eksperimen 38.667 dengan standar deviasi 9,87 dan nilai rata post-test adalah 76,33 dengan standar devasi 9,091 sedangkan nilai rata pretest kelas kontrol sebesar 41 dengan standar deviasi 8,449 dan nilai rata-rata post-test adalah 64.67 dengan standar devasi 9.185. Pada pengujian normalitas , pada tes awal pada kelas eksperimen diperoleh sign = 0.292 dan pada kelas control diperoleh sign = 0.249, karena sign > ɑ (0.292 > 0.05 dan 0.249 > 0.05) maka data kedua kelas berdistribusi normal. Pada gain hasil belajar pada kelas eksperimen diperoleh sign = 0.994 dan pada kelas control diperoleh sign = 0.906, Karen sign > ɑ (0.994 > 0.05 dan 0.906 > 0.05) berarti gain kedua kelas berdistribusi normal. Pada uji homogenitas sig yang diperoleh sebesar 0.371. Jika ɑ ≤ sig, artinya data homogen. 0.05 ≤ 0.371 berarti data tersebut homogen. Peningkatan hasil belajar kimia siswa kelas eksperimen lebih besar dari pada hasil belajar kimia kelas kontrol, yaitu 61% dan 39.9% dengan rata-rata nilai keseluruhan kerjasama belajar siswa kelas eksperimen adalah 74.8138. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SPSS 16 for windows diperoleh nilai sig (2 tailed) < ɑ (0.002 < 0.05), berarti Ha2 diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran problem based learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) terhadap peningkatan hasil belajar dan sikap kerjasama siswa.


(5)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Daftar Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar viii

Daftar Tabel ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 4

1.3. Rumusan Masalah 5

1.4. Batasan Masalah 5

1.5. Tujuan Penelitian 5

1.6. Manfaat Penelitian 6

1.7. Definisi Operasional 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka teoritis 7

2.1.1. Pengertian Belajar 8

2.1.2. Hakekat Belajar Kimia 9

2.1.3. Hasil Belajar 9

2.1.4. Keaktifan 11

2.1.5. Jenis-Jenis Keaktifan dalam Belajar 12

2.1.6. Sikap Kerjasama 13

2.1.7. Metode Pembelajaran 14

2.1.8. Problem Based Learning 15

2.1.8.1. Pengertian Problem Based Learning 15

2.1.8.2. Karakteristik Problem Based Learning 16

2.1.8.3. Langkah-Langkah Problem Based Learning 16

2.1.8.4. Kelebihan Problem Based Learning 18

2.1.9. Model Pembelajaran langsung 18

2.1.10. Pokok Bahasan Hidrokarbon 19

2.2. Kerangka Konseptual 28


(6)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian 31

3.2. Populasi dan Sampel 31

3.2.1. Populasi Penelitian 31

3.2.2. Sampel Penelitian 31

3.3. Variabel Penelitian 31

3.4. Instrumen Penelitian 32

3.5. Rancangan / Desain Penelitian 34

3.6. Prosedur Penelitian 35

3.7. Teknik Analisis Data 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Instrumen untuk Mengukur Hasil Belajar 43

4.1.1.Validitas Instrumen Tes 43

4.1.2.Reliabilitas Instrumen Tes 43

4.1.3.Tingkat Kesukaran Instrumen Tes 44

4.1.4. Daya pembeda Instrumen Tes 44

4.2. Data Hasil Penelitian 45

4.3. Uji Analisis Data Hasil Penelitian 45

4.3.1. Uji Normalitas Data 45

4.3.2. Uji Homogenitas 46

4.3.3. Uji Hipotesis 47

4.3.3.1. Hipotesis I 47

4.3.3.2. Hipotesis II 48

4.3.4 Peningkatan Hasil Belajar 49

4.4. Pembahasan 49

BAB V KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan 52

5.2. Saran 52


(7)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Tahap-Tahap Pembelajaran Berbasis Masalah 17

Tabel 2.2.Sintaks Model Pengajaran Langsung 18

Tabel 2.3. Beberapa Senyawa Alkana 21

Tabel 2.4. Beberapa Senyawa Alkena 24

Tabel 2.4. Beberapa Senyawa Alkuna 26

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian 34

Tabel 3.2. Pedoman penskoran Indikator Kerjasama Siswa 38

Tabel 4.1. Hasil Belajar Kimia Siswa 45

Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Data 46

Table 4.3. Hasil Uji Homogenitas 46


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1. Desain Pelaksanaan Penelitian 37


(9)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus 56

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 59 Lampiran 3. Kisi-Kisi instrument Tes Sebelum Divalidasi 95

Lampiran 4. Instrumen Tes Sebelum Divalidasi 97

Lampiran 5. Kunci Jawaban Instrumen Tes Sebelum Divalidasi 104 Lampiran 6. Kisi-Kisi instrument Tes Setelah Divalidasi 102

Lampiran 7. Instrumen Tes Setelah Divalidasi 103

Lampiran 8. Kunci Jawaban Instrument Tes Setelah Divalidasi 106

Lampiran 9. Lembar Analisis Masalah 110

Lampiran 10. Kunci Jawaban Analisis Masalah 116

Lampiran 11. Lembar kerja Siswa 118

Lampiran 12. Kunci Jawaban LKS 124

Lampiran 13. Tabel Validitas Tes 130

Lampiran 14. Perhitungan Validitas Tes 131

Lampiran 15. Tabel Uji Daya Beda 132

Lampiran 16. Perhitungan Uji Daya Beda 133

Lampiran 17. Tabel Tingkat Kesukaran Tes 134

Lampiran 18. Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes 136

Lampiran 19. Tabel Reabilitas Tes 138

Lampiran 20. Data Sikap Kerjasama Siswa 139

Lampiran 21. Rekapitulasi Data 144

Lampiran 22. Uji Normalitas 146

Lampiran 23. Uji Homogenitas 152

Lampiran 24. Uji Hipotesis 153

Lampiran 25. Data Kerjasama Dan Gain Hasil Belajar 154

Lampiran 26. Uji Korelasi 155

Lampiran 27. Perhitungan Peningkatan Hasil Belajar 156

Lampiran 28. Tabel Nilai r-Product Moment 157


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. (Sanjaya, 2011). Menurut Ahmadi (2004), Pembelajaran di sekolah tidak lepas dari peranan guru yang hendaknya dapat mengembangkan cara dan kebiasaan belajar yang baik sehingga murid dapat belajar secara efektif.

SMA Negeri 1 Bandar Khalipah merupakan salah satu sekolah yang masih berpedoman pada sistem pembelajaran dengan dominasi menggunakan model pembelajaran konvensional. Sehingga, hasil belajar yang diperoleh belum maksimal dan kerjasama antar sesama siswa belum terjalin dengan kuat. Padahal pemilihan suatu metode pembelajaran sangat penting untuk meningkatkan hasil pembelajaran siswa. Berdasarkan wawancara yang dilakukan di SMA Negeri 1 Bandar Khalipah pada materi Hidrokarbon, hasil belajar siswa menunjukkan bahwa hasil yang dicapai oleh siswa belum maksimal karena setiap selesai melaksanakan ujian selalu ada siswa yang harus mengikuti remedial.

Penggunaan metode ceramah tanpa divariasikan dengan menggunakan media atau metode lain mengakibatkan kurangnya perhatian siswa dalam belajar dan membuat siswa bosan di dalam kelas sehingga interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil dalam menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan dan siswa cenderung belajar sendiri-sendiri. Akibatnya, hasil belajar siswa menjadi rendah.


(11)

2

Kurikulum 2013 sudah disahkan dan penerapan untuk beberapa jenjang pun sudah dimulai di Tahun Pembelajaran 2013/2014. Penerapan kurikulum 2013 ini didasari dengan disadarinya bahwa guru-guru perlu memperkuat kemampuannya dalam memfasilitasi siswa agar terlatih berpikir logis, sistematis, dan ilmiah. Tantangan ini memerlukan peningkatan keterampilan guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Skenario untuk memacu keterampilan guru menerapkan strategi ini di Indonesia telah melalui sejarah yang panjang, namun hingga saat ini harapan baik ini belum terwujudkan juga. Karenanya, dalam perancangan kurikulum baru ini, pemerintah menggunakan pendekatan ilmiah atau scientific, karena pendekatan ini dianggap lebih efektif hasilnya dibandingkan pendekatan tradisional. Pendekatan Scientific dirancanng dalam silabus kurikulum 2013 (lampiran 1).

Pada umumnya, para guru kimia belum mampu mengembangkan nilai karakteristik siswa karena hanya menggunakan metode ceramah, dimana penelitian Siregar (2011) menemukan masih banyak guru kimia dalam kegiatan pembelajaran hanya dengan memberikan uraian, latihan menjawab soal dan dilanjutkan dengan pemberian pekerjaan rumah dan para siswa cenderung belajar sendiri-sendiri sehingga karakteristik kerjasama antar siswa kurang dimana karakteristik suatu kelompok kerjasama yang diharapkan menurut Jhonson dan Jhonson dalam Slavin (2005) yaitu terlihat dari adanya lima komponen yang melekat pada program kerjasama tersebut: (1) adanya saling ketergantungan yang positif diantara individu-individu dalam kelompok tersebut untuk mencapai tujuan, (2) adanya interaksi tatap muka yang dapat meningkatkan sukses satu sama lain diantara anggota kelompok, (3) adanya akuntabilitas dan tanggungjawab personal individu, (4) adanya keterampilan komunikasi interpersonal dan kelompok kecil, dan (5) adanya keterampilan bekerja dalam kelompok. Untuk mencapai karakteristik tersebut maka para guru menggunakan rpp kurikulum 2013 yang mamaparkan tentang nilai karakteristik (lampiran 2).


(12)

Dalam pelajaran kimia, kadang-kadang siswa perlu menghafal materi. Kegiatan ini dapat menjadi membosankan dan kurang menantang apalagi bila menyangkut istilah-istilah atau simbol-simbol yang hampir mirip seperti pada materi hidrokarbon. Siswa menjadi malas dan menjauhi kimia. menurut pendapat Ashadi,(2009) bahwa kesulitan siswa mempelajari materi kimia karena kimia merupakan materi yang bersifat abstrak dan guru tidak menggunakan model pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan materi yang abstrak tersebut. Sehingga hasil yang dicapai adalah rendahnya pemahaman siswa dan kurang terbentuknya kerjasama diantara siswa.

Dari masalah diatas perlu metode dan media pembelajaran yang tepat agar siswa mendapatkan suatu kemudahan dan merasa senang dalam belajar kimia sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan kerjasama siswa. Yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Model Problem Based Learning merupakan model yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensialdari materi pelajaran. Menurut Arends (1997), model pembelajaran berbasis masalah sangat berguna untuk mengembangkan cara berpikir seseorang ke tingkat yang lebih tinggi atau berpikir kritis dalam situasi yang berorientasi pada masalah dan mengembangkan sikap kerjasama siswa dalam situasi pemecahan masalah bersama kelompok belajar

Berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan, dapat diketahui bahwa hasil belajar kimia siswa dapat meningkat apabila pembelajaran yang disampaikan oleh guru tidak membosankan dan dapat menyenangkan bagi siswa. Beberapa penelitian dengan menggunakan model Problem Based Learning telah dilakukan dan dapat memberikan hasil yang lebih baik daripada menggunakan cara konvensional. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitrah (2013) telah membuktikan pembelajaran berbasis masalah dengan media MS Frontpage mendapatkan nilai rata-rata gain sebesar 0,75 sedangkan siswa yang dibelajarkan dengan metode ceramah


(13)

4

dengan media Charta mendapatkan nilai rata-rata gain 0,63. Baya Sangadji juga pernah melakukan penelitian dengan penerapan model Pembelajaran Problem Bassed Learning (PBL) pada materi hukum dasar ilmu kimia siswa kelas X SMA Negeri 2 Pulau Haruku. Hal ini dapat dibuktikan pada perolehan hasil tes nilai akhir yang menunjukan bahwa 18 siswa (69,21%) mampu menguasai indikator-indikator pembelajaran dengan kualifikasi sangat baik dan 8 siswa (30,77%) mampu menguasai indikator-indikator pembelajaran dengan kualifikasi baik dan tidak ada siswa dengan perolehan kualifikasi cukup, kurang/gagal. Hasil penelitian Miya Nirwantim hasil tes yang diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen 79,9 sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol 70,1 sehingga kesimpulannya model pembelajaran Problem Based Learning dengan menggunakan LKS lebih baik daripada model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar dan Kerjasama Siswa Pada Pokok Bahasan Hidrokarbon”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Kegiatan pembelajaran yang berpusat pada guru sehingga siswa kurang berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2. Perlunya penggunaan model pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan keaktifan,kerjasama dan tanggung jawab.

3. Perlunya penggunaan model pembelajaran yang tepat pada materi hidrokarbon yang berupa konsep yang bersifat abstrak (tanpa adanya perhitungan dan membutuhkan daya imajinasi)

4. Penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) untuk meningkatkan hasil belajar siswa


(14)

1.3.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) lebih tinggi daripada peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan Pembelajaran Langsung (Direct instruction)?

2. Apakah ada hubungan antara sikap kerjasama dengan peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBM)?

1.4. Batasan Masalah

Yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

2. Hasil belajar siswa dibatasi pada hasil belajar kimia sub pokok bahasan kekhasan atom karbon, penggolongan dan penamaan senyawa hidrokarbon (alkana, alkena dan alkuna), serta keisomeran senyawa hidrokarbon.

3. Karakter yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah kerjasama siswa yang diamati pada proses belajar mengajar.

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui apakah peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) lebih tinggi daripada peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)?

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kerjasama dengan peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)


(15)

6

1.6.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menjadi bahan masukan bagi guru kimia dalam memilih metode pembelajaran yang tepat.

2. Menambah wawasan bagi penulis terhadap model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) yang nantinya dapat digunakan dalam mengajar demi meningkatkan mutu pendidikan.

3. Bagi siswa, dapat memberikan motivasi belajar dengan adanya metode dan media yang menarik.

1.7.Defenisi Operasional

a) Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikapnya. (Arsyad, 2000 )

b) Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. (Suprijono, 2010)

c) Keaktifan adalah aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik. (Elfatru, 2010)

d) Metode pembelajaran merupakan cara- cara yang digunakan oleh guru dalam berkomunikasi/ berinteraksi dengan si belajar pada proses belajar mengajar. (Sabri, 2007)

e) Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. (Kunandar, 2009).


(16)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan yaitu :

1. Peningkatan hasil belajar kimia siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) sebesar 61 % lebih tinggi daripada peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan pembelajaran langsung (Direct Instruction) sebesar 39,9 %.

2. Rataan nilai hasil belajar siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah 76,333 ± 9.091, sedangkan rataan nilai hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran langsung (direct Instruction) adalah 64,667 ± 9.185

3. Dari perhitungan korelasi (hubungan antara keaktifan dengan peningkatan hasil belajar siswa) nilai sig < ɑ (0.002 < 0.05) menunjukkan adanya korelasi positif, yang berarti ada hubungan antara keaktifan dengan peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajar Model Problem Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).

5.2. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas maka peneliti menyarankan hal-hal berikut :

1. Bagi guru dan calon guru, diharapkan dapat menerapakan Model Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) dalam upaya peningkatan hasil belajar kimia siswa.

2. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut disarankan melakukan penelitian dengan pokok bahasan yang berbeda agar dapat dijadikan perbandingan dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya pada mata pelajaran kimia.


(1)

Kurikulum 2013 sudah disahkan dan penerapan untuk beberapa jenjang pun sudah dimulai di Tahun Pembelajaran 2013/2014. Penerapan kurikulum 2013 ini didasari dengan disadarinya bahwa guru-guru perlu memperkuat kemampuannya dalam memfasilitasi siswa agar terlatih berpikir logis, sistematis, dan ilmiah. Tantangan ini memerlukan peningkatan keterampilan guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Skenario untuk memacu keterampilan guru menerapkan strategi ini di Indonesia telah melalui sejarah yang panjang, namun hingga saat ini harapan baik ini belum terwujudkan juga. Karenanya, dalam perancangan kurikulum baru ini, pemerintah menggunakan pendekatan ilmiah atau scientific, karena pendekatan ini dianggap lebih efektif hasilnya dibandingkan pendekatan tradisional. Pendekatan Scientific dirancanng dalam silabus kurikulum 2013 (lampiran 1).

Pada umumnya, para guru kimia belum mampu mengembangkan nilai karakteristik siswa karena hanya menggunakan metode ceramah, dimana penelitian Siregar (2011) menemukan masih banyak guru kimia dalam kegiatan pembelajaran hanya dengan memberikan uraian, latihan menjawab soal dan dilanjutkan dengan pemberian pekerjaan rumah dan para siswa cenderung belajar sendiri-sendiri sehingga karakteristik kerjasama antar siswa kurang dimana karakteristik suatu kelompok kerjasama yang diharapkan menurut Jhonson dan Jhonson dalam Slavin (2005) yaitu terlihat dari adanya lima komponen yang melekat pada program kerjasama tersebut: (1) adanya saling ketergantungan yang positif diantara individu-individu dalam kelompok tersebut untuk mencapai tujuan, (2) adanya interaksi tatap muka yang dapat meningkatkan sukses satu sama lain diantara anggota kelompok, (3) adanya akuntabilitas dan tanggungjawab personal individu, (4) adanya keterampilan komunikasi interpersonal dan kelompok kecil, dan (5) adanya keterampilan bekerja dalam kelompok. Untuk mencapai karakteristik tersebut maka para guru menggunakan rpp kurikulum 2013 yang mamaparkan tentang nilai karakteristik (lampiran 2).


(2)

Dalam pelajaran kimia, kadang-kadang siswa perlu menghafal materi. Kegiatan ini dapat menjadi membosankan dan kurang menantang apalagi bila menyangkut istilah-istilah atau simbol-simbol yang hampir mirip seperti pada materi hidrokarbon. Siswa menjadi malas dan menjauhi kimia. menurut pendapat Ashadi,(2009) bahwa kesulitan siswa mempelajari materi kimia karena kimia merupakan materi yang bersifat abstrak dan guru tidak menggunakan model pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan materi yang abstrak tersebut. Sehingga hasil yang dicapai adalah rendahnya pemahaman siswa dan kurang terbentuknya kerjasama diantara siswa.

Dari masalah diatas perlu metode dan media pembelajaran yang tepat agar siswa mendapatkan suatu kemudahan dan merasa senang dalam belajar kimia sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan kerjasama siswa. Yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Model Problem Based Learning merupakan model yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensialdari materi pelajaran. Menurut Arends (1997), model pembelajaran berbasis masalah sangat berguna untuk mengembangkan cara berpikir seseorang ke tingkat yang lebih tinggi atau berpikir kritis dalam situasi yang berorientasi pada masalah dan mengembangkan sikap kerjasama siswa dalam situasi pemecahan masalah bersama kelompok belajar

Berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan, dapat diketahui bahwa hasil belajar kimia siswa dapat meningkat apabila pembelajaran yang disampaikan oleh guru tidak membosankan dan dapat menyenangkan bagi siswa. Beberapa penelitian dengan menggunakan model Problem Based Learning telah dilakukan dan dapat memberikan hasil yang lebih baik daripada menggunakan cara konvensional. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitrah (2013) telah membuktikan pembelajaran berbasis masalah dengan media MS Frontpage mendapatkan nilai rata-rata gain sebesar 0,75 sedangkan siswa yang dibelajarkan dengan metode ceramah


(3)

dengan media Charta mendapatkan nilai rata-rata gain 0,63. Baya Sangadji juga pernah melakukan penelitian dengan penerapan model Pembelajaran Problem Bassed Learning (PBL) pada materi hukum dasar ilmu kimia siswa kelas X SMA Negeri 2 Pulau Haruku. Hal ini dapat dibuktikan pada perolehan hasil tes nilai akhir yang menunjukan bahwa 18 siswa (69,21%) mampu menguasai indikator-indikator pembelajaran dengan kualifikasi sangat baik dan 8 siswa (30,77%) mampu menguasai indikator-indikator pembelajaran dengan kualifikasi baik dan tidak ada siswa dengan perolehan kualifikasi cukup, kurang/gagal. Hasil penelitian Miya Nirwantim hasil tes yang diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen 79,9 sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol 70,1 sehingga kesimpulannya model pembelajaran Problem Based Learning dengan menggunakan LKS lebih baik daripada model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar dan Kerjasama Siswa Pada Pokok Bahasan Hidrokarbon”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Kegiatan pembelajaran yang berpusat pada guru sehingga siswa kurang berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2. Perlunya penggunaan model pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan keaktifan,kerjasama dan tanggung jawab.

3. Perlunya penggunaan model pembelajaran yang tepat pada materi hidrokarbon yang berupa konsep yang bersifat abstrak (tanpa adanya perhitungan dan membutuhkan daya imajinasi)

4. Penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) untuk meningkatkan hasil belajar siswa


(4)

1.3.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) lebih tinggi daripada peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan Pembelajaran Langsung (Direct instruction)?

2. Apakah ada hubungan antara sikap kerjasama dengan peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBM)?

1.4. Batasan Masalah

Yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

2. Hasil belajar siswa dibatasi pada hasil belajar kimia sub pokok bahasan kekhasan atom karbon, penggolongan dan penamaan senyawa hidrokarbon (alkana, alkena dan alkuna), serta keisomeran senyawa hidrokarbon.

3. Karakter yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah kerjasama siswa yang diamati pada proses belajar mengajar.

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui apakah peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) lebih tinggi daripada peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)?

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kerjasama dengan peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)


(5)

1.6.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menjadi bahan masukan bagi guru kimia dalam memilih metode pembelajaran yang tepat.

2. Menambah wawasan bagi penulis terhadap model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) yang nantinya dapat digunakan dalam mengajar demi meningkatkan mutu pendidikan.

3. Bagi siswa, dapat memberikan motivasi belajar dengan adanya metode dan media yang menarik.

1.7.Defenisi Operasional

a) Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikapnya. (Arsyad, 2000 )

b) Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. (Suprijono, 2010)

c) Keaktifan adalah aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik. (Elfatru, 2010)

d) Metode pembelajaran merupakan cara- cara yang digunakan oleh guru dalam berkomunikasi/ berinteraksi dengan si belajar pada proses belajar mengajar. (Sabri, 2007)

e) Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. (Kunandar, 2009).


(6)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan yaitu :

1. Peningkatan hasil belajar kimia siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) sebesar 61 % lebih tinggi daripada peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan pembelajaran langsung (Direct Instruction) sebesar 39,9 %.

2. Rataan nilai hasil belajar siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah 76,333 ± 9.091, sedangkan rataan nilai hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran langsung (direct Instruction) adalah 64,667 ± 9.185

3. Dari perhitungan korelasi (hubungan antara keaktifan dengan peningkatan hasil belajar siswa) nilai sig < ɑ (0.002 < 0.05) menunjukkan adanya korelasi positif, yang berarti ada hubungan antara keaktifan dengan peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajar Model Problem Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).

5.2. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas maka peneliti menyarankan hal-hal berikut :

1. Bagi guru dan calon guru, diharapkan dapat menerapakan Model Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) dalam upaya peningkatan hasil belajar kimia siswa.

2. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut disarankan melakukan penelitian dengan pokok bahasan yang berbeda agar dapat dijadikan perbandingan dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya pada mata pelajaran kimia.


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON DI KELAS X SMA.

1 10 22

PENGARUH PENGGUNAAN MIND MAPPING PADA MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON.

1 11 19

PENGARUH MEDIA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA YANG DIBELAJARKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA POKOK BAHASAN HODROLISIS GARAM.

0 3 20

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBASIS WORD SQUARE TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON.

3 12 23

PENGARUH SUMBER BELAJAR DAN RESITASI TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON.

0 2 16

EFEKTIF MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN MEDIA KOMPUTER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON.

0 1 19

STUDI KEBERHASILAN PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP NILAI KARAKTER DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON.

0 1 25

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN MEDIA PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON.

1 3 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS

0 0 25

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) TERHADAP KETERAMPILAN KOMUNIKASI SAINS DAN HASIL BELAJAR PADA POKOK BAHASAN GERAK LURUS TAHUN AJARAN 20162017

0 0 17