PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP POSSITIVE INTERDEPENDENCE SISWA DALAM KELOMPOK: Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas VIII-3 SMPN 1 Bandung.

(1)

No. Daftar FPIPS: 4354/UN.40.2.7/PL/2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE

LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK

MENUMBUHKAN SIKAP POSSITIVE INTERDEPENDENCE

SISWA DALAM KELOMPOK

(Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas VIII-3 SMPN 1 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh :

WIDA WILLIANNITA 1006812

PROGRAM STUDI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

No. Daftar FPIPS: 4354/UN.40.2.7/PL/2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE

LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK

MENUMBUHKAN SIKAP POSSITIVE INTERDEPENDENCE

SISWA DALAM KELOMPOK

(Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas VIII-3 SMPN 1 Bandung)

Oleh Wida Williannita

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Wida Williannita 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

No. Daftar FPIPS: 4354/UN.40.2.7/PL/2014

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE

LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK

MENUMBUHKAN SIKAP POSSITIVE INTERDEPENDENCE

SISWA DALAM KELOMPOK

(Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas VIII-3 SMPN 1 Bandung) Oleh:

Wida Williannita NIM. 1006812

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Dr. Dadang Sundawa, M.Pd NIP. 19600515 198803 1 002

Pembimbing II,

Muhamad Iqbal, S.Pd., M.Si NIP.19801112 200912 1 003

Mengetahui,

Ketua Prodi Pendidikan IPS

Dr. Nana Supriatna, M.Ed NIP. 19611014 198601 1 001


(4)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP POSSITIVE

INTERDEPENDENCE SISWA DALAM KELOMPOK (PenelitianTindakanKelasdi Kelas VIII-3 SMPN 1 Bandung)

Oleh Wida Williannita

Penelitian ini dilatarbelakangi karena beberapa permasalahan siswa dalam sikap saling ketergantungan positif. Hal ini didasarkan pada hasil observasi awalyang menunjukkan kurangnyasikap saling ketergantungan positif siswa dalam kelompok. Dapat dilihat dari siswa tidak dapat bekerjasama, bertanggungjawab, berkontribusi dan berpartisipasi serta menghargai pendapat teman sekelompoknya.Untuk memperbaiki hal tersebut, dilakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigationagar kualitas pembelajaransejalan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: Pertama, mendeskripsikan perencanaan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa. Kedua, mengetahui pelaksanaan pembelajaran cooperative learning tipe group investigation terhadap penumbuhan sikap possitive interdependence siswa. Ketiga, mengetahui kendala dan upaya dalam melaksanakan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation, dan keempat, mengetahui bagaimana pertumbuhan sikap possitive interdependence siswa dalam kelompok. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang diadaptasi dari model Kemmis dan Mc. Taggart. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan. Setiap tahapan terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dalam empat siklus. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu, pada siklus satu dan dua, sikap saling

ketergantungan positif siswa sudah mulai terlihat tetapi masih dalam kategori “cukup”. Pada siklus ketiga, menunjukan peningkatan yang signifikan yaitu berada pada kategori “baik”.

Dan siklus keempat juga mengalami peningkatan dari siklus ketiga, tetapi tidak terlalu signifikan. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa sikap saling ketergantungan positif siswa mengalami pertumbuhan setelah dilakukan pembelajaran dengan menerapkan model cooperative learning tipe group investigation. Siswa mampu bekerjasama dalam kelompok, bertanggungjawab dengan kelompoknya, menghargai pendapat temannya, serta berkontribusi dan berpartisipasi dalam kerja kelompok. Rekomendasi kepada para guru khususnya guru IPS maupun peneliti selanjutnya untuk menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigatin sebagai model pembelajaran yang mampu menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa dalam kelompok.


(5)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING METHOD GROUP INVESTIGATION TYPE TO GROW INTERDEPENDENCE POSITIVE BEHAVIOUR OF

STUDENTS IN GROUP

(Classroom Action Research at Class of VIII-3 SMPN 1 Bandung) By

WidaWilliannita

This research was based on several problems of students in interdependence positive behavior. This was based on the early observation result which showed the lack of positive interdependence behavior of students in group. This can be seen from students who are not able to cooperate, to be responsible, to contribute, to participate and to respect their friends in group. To overcome this problem, a research about class behavior by implementing cooperative learning methods group investigation type in order to have a learning quality which runs in accordance of the wanted learning purpose. The aim of this research are: first, to describe the planning of cooperative learning method group investigation type to grow positive interdependence behavior of students. Second, to understand the implementation of cooperative learning method group investigation type to grow positive interdependence behavior of students. Third, to understand the constraints and the efforts in implementing cooperative learning method group investigation type, and fourth, to understand how the development of students positive interdependence behavior in group. This research is class action research which is adapted by Kemmis and Mc. Taggart model so this research is done in some phases. Every phase consists of planning, implementation, observation, and reflection. This research is done in four cycles. The results are, in the first and second cycle, positive interdependence behavior of students had been seen but it was still at the “enough” category. In the third cycle, it showed improvement, but not so significant. From those results, it was shown that positive interdependence behavior of students improved after being taught by cooperative learning method group investigation type. Students can cooperate in group, be responsible of their group, respect their friends’ opinion, contribute and participate in group work. Recommendation for the next teachers especially IPS teachers or the next researchers to implement cooperative learning method group investigation type as a learning method which can grow interdependence positive behavior of students in group.


(6)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ... 9

B. Model Cooperative Learning ... 11

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok (group Investigation) ... 16


(7)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation dalam

Pembelajaran IPS ... 25

F. Pengertian Ketergantungan Positif (Possitive Interdependence) ... 25

G. Penelitian Terdahulu ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 34

B. Metode Penelitian ... 35

C. Penjelasan Istilah ... 39

D. Instrumen Penelitian ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 45

F. Validasi Data ... 47

G. Analisis Data Penelitian ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi SMP Negeri 1 Bandung ... 51

B. Deskripsi Perencanaan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok ... 52

C. Analisis Hasil Pengolahan Data Penelitian Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation Dalam Menumbuhkan Sikap Possitive Interdependence Siswa Pada Pembelajaran IPS ... 143

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 154

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 158


(8)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(9)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi instrumen penelitian 42

Tabel 4.1 Nama dan anggota kelompok pada pelaksanaan siklus 1 58 Tabel 4.2 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus 1,

kelompok 1 63

Tabel 4.3 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus 1,

kelompok 2 64

Tabel 4.4 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus 1,

kelompok 3 66

Tabel 4.5 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus 1,

kelompok 4 68

Tabel 4.6 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus 1,

kelompok 5 71

Tabel 4.7 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus 1,

kelompok 6 72

Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus 1 75 Tabel 4.9 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus II,

kelompok 1 86

Tabel 4.10 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus II,

kelompok 2 88

Tabel 4.11 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus II,

kelompok 3 90

Tabel 4.12 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus II,

kelompok 4 92

Tabel 4.13 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus II,

kelompok 5 94

Tabel 4.14 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus II,

kelompok 6 96

Tabel 4.15 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus kedua 99 Tabel 4.16 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus ketiga,

kelompok 1 107


(10)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kelompok 2 109

Tabel 4.18 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus III,

kelompok 3 111

Tabel 4.19 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus III,

kelompok 4 113

Tabel 4.20 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus III,

kelompok 5 115

Tabel 4.21 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus III,

kelompok 6 117

Tabel 4.22 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus ketiga 120 Tabel 4.23 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus IV,

kelompok 1 128

Tabel 4.24 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus IV,

kelompok 2 130

Tabel 4.25 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus IV,

kelompok 3 131

Tabel 4.26 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus IV,

kelompok 4 133

Tabel 4.27 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus IV,

kelompok 5 135

Tabel 4.28 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus IV,

kelompok 6 136

Tabel 4.29 Tabel hasil kriteria penilaian keseluruhan kelompok siklus IV 138 Tabel 4.30 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus Keempat 140 Tabel 4.31 Hasil persentase Penerapan model pembelajaran cooperative learning

tipe group investigation pada Setiap Siklusnya 146

Tabel 4.34 Perbandingan sikap saling ketergantungan siswa dalam kelompok


(11)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok


(12)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Dampak Instruksional dan Pengiring 21

Gambar 3.1 Siklus PTK Model Kemmis dan Taggart (1988) 37

Gambar 4.1 Siswa sedang Melakukan Diskusi Kelompok 61

Gambar 4.2 MZR sedang memakai mukena 68

Gambar 4.3 Siswa sedang Mengerjakan tugas kelompok tentang alat komunikasi 84

Gambar 4.4 kelompok 3 tampak serius melakukan diskusi 92

Gambar 4.5 Siswa Melakukan Penyajian Hasil Diskusi Kelompok tentang


(13)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Hasil Presentase kritetia penilaian keseluruhan kelompok siklus I 74 Grafik 4.2 Diagram hasil kriteria penilaian secara keseluruhan kelompok

siklus II 98

Grafik 4.3 Hasil Presentase kriteria penilaian kelompok secara keseluruhan

siklus III 119

Grafik 4.4 Hasil Presentase kriteria penilaian keseluruhan kelompok siklus IV 139 Grafik 4.5 Hasil Presentase Observasi Penampilan Guru dalam Penerapan

model pembelajaran kooperatif 147

Grafik 4.6 Hasil Presentase Observasi sikap saling ketergantungan positif


(14)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Isu pendidikan adalah salah satu isu yang paling mengemuka saat ini. Terbukti dari seringnya masalah pendidikan dibicarakan dalam forum-forum berskala nasional. bahkan pemerintah banyak membuat program untuk meratakan pendidikan disetiap daerah dengan cara mengutus tenaga pendidik untuk mengajar di daerah terpencil. Hal ini dilakukan karena pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan.

Pendidikan, idealnya tidak hanya mengacu pada masa lalu dan masa kini, tetapi lebih kepada proses memikirkan masa depan, yaitu dengan bagaimana peserta didik mengembangkan kemampuannya terhadap apa yang diminatinya nanti. Pendidikan hendaknya memandang jauh kedepan tentang apa yang akan dihadapi dan dilakukan peserta didik di masa yang akan datang. Sebagaimana yang di sebutkan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, fungsi dari pendidikan nasional adalah:

„Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan dapat dikatakan sebagai faktor penentu utama pengembangan sumber daya manusia, dengan anggapan bahwa semakin terdidik

seseorang maka kualitas hidupnya akan lebih baik‟.

Menurut Lawson (dalam Fitriyanti, 2009, hlm. 1) “effective citizenship tidak mungkin bisa diwujudkan tanpa kemampuan berfikir”. Lebih lanjut Lawson

mengatakan “warga negara yang baik adalah seseorang yang memberikan

kontribusi secara efektif dan bertanggungjawab terhadap berbagai isu dalam

masyarakat serta mampu mengambil peran didalamnya”.

Sebagian besar orang berfikir bahwa isu pendidikan yang harus diwaspadai adalah masalah pergantian kurikulum yang baru-baru ini mulai diterapkan, yang berdampak pada minimnya pengetahuan guru tentang kurikulum


(15)

2

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut. Padahal dibalik itu ada dampak lain dari masalah pendidikan yang luput dari perhatian banyak orang, yaitu masalah yang bersumber dari peserta didik itu sendiri, bagaimana idealnya peserta didik itu menempatkan dirinya dalam pergaulannya bersama teman sekelas.

Pada kenyataannya yang terjadi di lapangan, tujuan dan fungsi pendidikan pada saat ini belum sepenuhnya tercapai. pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan merupakan seperangkat fakta yang harus dihafal dan masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) juga mengalami hal serupa, menurut Muchtar (dalam Effendy, 2012, hlm. 5)hasil penelitian secara umum mengungkapkan bahwa proses pembelajaran IPS terperangkap pada proses menghapal yang hanya menyentuh proses kognitif tingkat rendah. Hal tersebut membuat peserta didik merasa bosan karena terlalu banyak materi yang harus dihafalkan. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan, siswa sulit untuk bekerjasama dalam kelompok dan bertanggungjawab dengan dirinya sendiri maupun kelompok. Siswa hanya ingin berkelompok dengan orang-orang yang memiliki kedekatan dengan dirinya. Sedangkan, siswa cenderung sulit memahami konsep-konsep IPS bila belajar sendiri.

Hal serupa ditemukan peneliti pada saat melakukan pra penelitian di SMP Negeri 1 Bandung, khususnya di kelas VIII-3 bahwa pada saat proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas peneliti menemukan beberapa permasalahan, yaitu pertama, ketika pembelajaran IPS berlangsung dan peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 5-6 orang. Dari jumlah anggota dalam masing-masing kelompok terlihat hanya beberapa orang saja yang menguasai materi dan memberikan kontribusi dalam pembelajaran. Kedua, Peserta didik yang merasa pandai sering kali lebih mementingkan diri sendiri dan kurang menghargai ide-ide yang dilontarkan teman sekelompoknya, bahkan di dalam kelompok tak jarang ide-ide yang dianggap biasa saja dikritisi dan ketika ada siswa yang mengemukakan idenya


(16)

3

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembicaraannya diinterupsi. Sehingga hal ini membuat siswa yang merasa berkemampuan biasa saja enggan untuk mengeluarkan pendapat dan ikut berpartisipasi dalam kelompok. Ketiga, masih ada beberapa anggota kelompok yang lebih memilih mengerjakan tugas mata pelajaran lain dibanding ikut berpartisipasi dalam kelompok. Keempat, peserta didik terkesan kurang menghargai ide yang dikemukaan teman sekelompoknya. Kelima, hanya satu atau dua orang saja yang fokus mengerjakan tugas kelompok yang diberikan sehingga hanya satu atau dua orang saja yang faham terhadap materi yang dikerjakan. Keenam, pada saat presentasi, hanya siswa yang benar-benar mengerjakan tugaslah yang faham dan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan.

Dari berbagai permasalahan tersebut, maka menurut hasil diskusi peneliti dengan guru IPS kelas, keseluruhan masalah yang akan dipecahkan memiliki kaitan satu sama lain. Yaitu bagaimana siswa dapat lebih bertanggungjawab terhadap kelompoknya dengan menumbuhkan sikap ketergantungan positif dalam diri siswa agar kerjasama yang terjadi di dalam kelompok adalah kerjasama yang memiliki manfaat serta menguntungkan satu sama lain dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Proses belajar seharusnya menjadi proses interaksi sosial yang bermakna, yang di dalamnya siswa dapat saling bekerja sama dalam kelompok untuk mencapai keberhasilan pembelajaran bersama. Dilihat dari perspektif filosofis terhadap konsep belajar, untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan atau teman. Maka dari itu model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation merupakan model pembelajaran yang tepat untuk menumbuhkan sikap ketergantungan positif siswa di kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Bandung. Hal ini mengacu pada kenyataanya bahwa hidup di luar kelas memerlukan aktivitas kerjasama dalam kehidupan di dunia nyata dan untuk dapat mewujudkan pembelajaran yang bermakna dibutuhkan adanya kesadaran untuk berinteraksi dan berpartisipasi sosial dalam diri masing-masing individu.


(17)

4

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran Kooperatif mengasumsikan pentingnya kerjasama dalam kelompok, akan terjadi pembagian peran, tugas, dan wewenang dari setiap anggota kelompok. Masing-masing anggota kelompok berusaha saling menghargai dan memberikan kontribusi terhadap kegiatan kelompok. Pembelajaran kooperatif dapat memudahkan peserta didik untuk bekerjasama, saling membina, belajar dan berubah bersama, serta maju bersama. Inilah yang dibutuhkan dunia global saat ini. Bila orang-orang yang berasal dari berbagai latarbelakang yang berbeda dapat belajar bekerjasama di dalam kelas, maka dikemudian hari diharapkan mereka juga bisa membangun interaksi positif.

Setiap siswa yang menjadi anggota kelompok harus memegang prinsip tenggelam atau berenang bersama. Dalam pembelajaran kooperatif, setiap anggota kelompok memilliki dua tanggungawab yaitu mempelajari materi yang sudah ditugaskan dan meyakinkan bahwa semua anggota kelompok mempelajari materi yang sudah ditugaskan tersebut. Istilah teknis untuk tanggungjawab ganda inilah

yang disebut interdependensi. Piaget dengan konsepnya “active learning”

berpendapat bahwa para siswa belajar lebih baik jika mereka berfikir secara kelompok, menurut pemikiran mereka maka oleh sebab itu menjelaskan sebuah pekerjaan itu lebih baik dari menampilkan di depan kelas.

Dengan demikian, berdasarkan masalah yang menjadi acuan, penulis akan melakukan penelitian yang mengangkat judul Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation Untuk Menumbuhkan Sikap Possitive Interdependence Siswa Dalam Kelompok (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Bandung).

B. Identifikasi Masalah

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu mengenai rendahnya sikap saling ketergantungan positif siswa di dalam kelompok khususnya pada pembelajaran IPS. Sehingga perlu adanya model pembelajaran yang memungkinkan siswa agar diberi kesempatan untuk dapat menumbuhkan dan


(18)

5

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengembangkan sikap saling ketergantungan positifnya terutama ketika bekerja dalam kelompok. Model pembelajaran yang dirasa cocok diterapkan untuk menumbuhkan sikap saling ketergantungan positif tersebut adalah model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation. Dengan demikian, peneliti memberikan batasan terhadap penelitian ini, yaitu:

1. Penerapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation dalam menumbuhkan sikap saling ketergantungan positif siswa dalam kelompok terutama dalam pembelajaran IPS.

2. Sikap saling ketergantungan positif dalam penelitian ini ditujukan dalam bentuk tugas kelompok yang diberikan kepada setiap kelompok dengan melihat indikator-indikator pada aspek saling ketergantungan positif itu sendiri.

3. Siswa yang diteliti adalah siswa kelas VIII-3 di SMP Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2014/2015.

C. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin dicari jawabannya yang dituangkan dalam bentuk pertanyaan yang lengkap dan terperinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, Suriasumantri (dalam Wulasari, 2011, hlm. 11). Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan diatas, maka fokus permasalahan dalam penelitian ini secara umum dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

“Bagaimana pertumbuhan sikap possitive interdependence siswa dalam kelompok setelah diterapkan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation dalam pembelajaran IPS?

Untuk lebih mengarahkan penelitian, maka rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:


(19)

6

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Bagaimana guru merencanakan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation di kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Bandung sebagai upaya menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa dalam kelompok?

2. Bagaimana guru melaksanakan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation di kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Bandung sebagai upaya menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa dalam kelompok?

3. Bagaimana kendala dan solusi dalam penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation di kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Bandung sebagai upaya menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa dalam kelompok?

4. Bagaimana penumbuhan sikap possitive interdependence siswa dalam kelompok setelah diterapkannya model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation di kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Bandung?

D. Tujuan Penelitian

Adapun yang mejadi tujuan umum dalam penelitian ini adalah: Untuk menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa dalam kelompok melalui pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation. Untuk lebih memperjelas tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan perencanaan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigationuntuk menumbuhkan sikap possitive interdependencepada siswa di kelas VIII-3 SMPN 1 Bandung.

2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencepada siswa di kelas VIII-3 SMPN 1 Bandung.


(20)

7

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Untuk mengetahui bagaimana kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigationserta solusi untuk mengatasi kendala tersebut dalam pembelajaran IPS di kelas VIII-3 SMPN 1 Bandung.

4. Untuk memperoleh informasi bagaimana pertumbuhan sikap possitive interdependence siswa dalam kelompok melalui model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation pada pembelajaran IPS di kelas VIII-3 SMPN 1 bandung.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan di atas, peneliti membagi beberapa manfaat penelitian penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation dalam pembelajaran IPS untuk menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa dalam kelompok. Hasil dari penelitian tindakan kelas ini diharapkan mampu memberikan manfaat yang berarti bagi murid, guru, dan sekolah sebagai suatu sistem pendidikan yang mendukung penumbuhan sikap ketergantungan positif peserta didik.

a. Manfaat bagi Guru

1) Mengembangkan dan meningkatkan profesinya sebagai guru profesional dalam meningkatkan pembelajaran IPS melalui strategi model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation. 2) Meningkatkan kualitas pembelajaran IPS melalui model

pembelajaran cooperative learning tipe group investigation. b. Manfaat bagi peserta didik

1) menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa dalam kelompok dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation di kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Bandung.

2) Meningkatkan antusias siswa dalam kegiatan pembelajaran IPS di kelas.


(21)

8

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Manfaat bagi peneliti

1) Dapat memberikan solusi untuk mengatasi kendala dalam pembelajaran IPS di kelas VIII-3 SMPN 1 Bandung.

2) Memberikan manfaat dalam memperbaiki sistem pembelajaran IPS di kelas VIII-3 SMPN 1 Bandung.

3) Menambah wawasan dan pengetahuan tentang strategi yang baik di terapkan dalam proses kegiatan belajar dan mengajar.

d. Manfaat bagi sekolah

Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran. Sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

e. Bagi Program Studi Pendidikan IPS

Menjadi referensi untuk penelitian yang selanjutnya bagi adik tingkat, baik di Prodi Pendidikan IPS maupun Program studi lainnya.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk memepermudah penulisan sripsi, maka susunan penelitian akan dijabarkan dalam sistematika penulisan seperti dibawah ini:

Bab I Pendahuluan. Pada bab ini berisi tentang, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur kepenulisan.

Bab II Kajian Teori. Pada bab ini memaparkan mengenai rujukan-rujukan teori para ahli yang dijadikan sebagai landasan dalam mengembangkan konseptual permasalahan dan hal-hal yang di kaji di dalam penelitian ini.

Bab III Metode Penelitian. Bab ini terbagi kedalam beberapa sub bab yakni: metode dan desain penelitian, lokasi dan subjek penelitian, prosedur


(22)

9

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penellitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, dan verifikasi data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Di dalam bab ini memaparkan mengenai hasil data yang diperoleh selama dilakukannya penelitian.

Bab V Kesimpulan dan Saran. Bab ini berisi mengenai keputusan dan hasil yang didapatkan berdasarkan rumusan yang di ajukan dalam penelitian ini.


(23)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. LokasiPenelitian

Lokasi tempat melaksanakan penelitian adalah SMP Negeri 1 Bandung yang terletak di Jalan Kesatriaan No. 1 Bandung. Di kelas VIII-3 yang berjumlah 31 siswa. Mitra peneliti dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas VIII, yaitu Ibu Dra Yuhelmi dan yang menjadi observer adalah Ayu Rizi Mulyasari. Adapun pemilihan lokasi penelitian ditetapkan dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Permasalahan yang ditemui di kelas VIII-3 sesuai dengan judul skripsi peneliti, yaitu kurangnya sikap saling ketergantungan positif antar siswa dalamkelompok.

b. Metode yang digunakan masih tradisional sehingga perlu menerapkan dan memodifikasi metode dan model pembelajaran yang ada sesuai dengan kebutuhan di kelas VIII-3.

c. Tempat penelitian yang dibarengkan dengan Program Pengalaman Lapangan (PPL).

2. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII-3SMP Negeri 1 Bandung, yang berjumlah 31 orang. Alasan peneliti memilih siswa kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Bandung adalah karena peneliti menemukan permasalahan-permasalahan di kelas yang sesuai dengan judul skripsi peneliti yang harus diperbaiki dalam proses belajar mengajar yang tentunya berhubungan dengan sikap ketergantungan positif siswa dalam kelompok.Objek dari Penelitian ini memfokuskan pada penumbuhan sikap saling ketergantungan positif siswa dalam kelompok dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe


(24)

35

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

group investigation dalam pembelajaran IPS. Dalam hal ini peneliti berkolaborasi dengan guru dan teman sejawat sebagai mitra peneliti.

B. Metode Penelitian

1. Pendekatan penelitian

penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. penelitian kualitatif, yaitu suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi, karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian (McMillan & Schumacher, 2003, hlm. 33). Penelitian kualitatif juga bisa dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya (Strauss & Corbin, 2003, hlm. 12).

2. Penelitian Tindakan Kelas

Jenis penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yaitu penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan, Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2012, hlm. 11) Lebih jauh lagi Hopkins mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas bersifat emansipatoris dan membebaskan karena penelitian ini mendorong kebebasan berpikir dan berargumen pada pihak siswa dan mendorong guru untuk bereksperimen, meneliti dan menggunakan kearifan dalam mengambil keputusan atau judgment. Emansipasi dalam pemahaman bahasa Indonesia sehari-hari mempunyai makna perbaikan nasib, peningkatan status, atau perjuangan kesetaraan.

Suharjono mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerja sama dengan peneliti lainnya (atau dilakukan sendiri oleh guru yang bertindak sebagai peneliti) di kelas atau sekolah tempat dia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan


(25)

36

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

praktis. Penelitian tindakan kelas adalah salah satu jalan yang terbuka untuk pendidik yang ingin menambah ilmu pengetahuan, melaui praktek pembelajaran di kelas dengan berbagai model yang akan mengaktifkan guru dan siswa, mencoba melakukan penelitian untuk secara reflektif melakukan kriktik terhadp kekurangan dan berusaha memperbaikinya agar pendidikan benar-benar menjadi bidang profesi. Penelitian tindakan kelas adalah suatu gerakan sosial untu perbaikan dan peningkatn kualifikasi guru, agar guru merasa percaya diri dalam menjalankan profesinya, dan dengan demikian mendapatkan kembali harga dirinya (Wiriaatmadja, 2011 , hlm. 29).

3. Desain Penelitian

Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model spiral dari Kemmis dan Taggart (1988), karena peneliti menganggap model siklus ini sesuai dengan tema dan tujuan dari penelitian ini. Peneliti menggunakan model spiral dari kemmis dan taggart (1988) yang secara garis besar terdapat empat tahapan di dalamnya, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Model tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :


(26)

37

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1

Siklus PTK Model Kemmis dan Taggart (1988)

Reflect

CYCLE 1 Observe

Reflect

CYCLE 2 Observe

Reflect

CYCLE 3 Observe

Sumber: Wiriaatmadja (2005, hlm. 66)

Gambar 3.1 mengenai penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Taggart tersebut, terdapat penjelasan bahwa PTK dilakukan dengan beberapa siklus. Setelah mengetahui masalah yang akan di teliti maka masuklah ke Tahap awal siklus satu yaitu menyusun rencana (plan), selanjutnya tindakan,

Plan

Revised Plane

Revised Plane

Action Action


(27)

38

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengamatan dan refleksi. dilanjutkan dengan tahap selanjutnya sebanyak beberapa siklus sampai proses pembelajaran berhasil dengan metode yang diharapkan oleh peneliti. Adapun tahap-tahapnya yaitu :

a. Perencanaan (Plan)

Perencanaan merupakan hal yang penting dilakukan agar apa yang diinginkan berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pada penelitian ini rencana tindakan bersifat fleksibel, hal ini dimaksudkan agar peneliti lebih mudah dan dapat menyesuaikan dengan apa yang telah direncanakan dari jauh-jauh hari untuk melakukan penelitian ini. Pada tahap perencaan ini, peneliti menentukan kelas yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian dan melakukan pra penelitian terhadap kelas yang akan digunakan untuk penelitian. selanjutnya, peneliti meyusun waktu penelitian, silabus dan rencana pengajaran yang akan digunakan saat pembelajaran di kelas. Peneliti juga merencanakan penilaian yang akan digunakan dalam proses KBM sehingga dapat mengukur sikap saling ketergantungan positif siswa dalam kelompok, menyusun instrument yang akan digunakan dalam penelitian, merencanakan diskusi yang akan dilakukan oleh peneliti dengan observer, membuat rencana perbaikan sebagai tindak lanjut yang akan di lakukan peneliti dengan observer, serta merencanakan pengolahan data terhadap hasil yang diperoleh dari penelitian.

b. Tindakan (act)

Tahap ke 2 dari penelitian tindakan kelas ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi perencanaan yang telah dibuat. Hal yang perlu diingat dalam tahap ini adalah bahwa pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar dan tidak di buat-buat. Tujuan dari dilaksanakannya tindakan ini adalah untuk menumbuhkan sikap saling


(28)

39

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ketergantungan positif siswa dalam kelompok yang dalam pelaksanaannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok.

c. Pengamatan (observing)

Pada tahapan ini peneliti melakukan kegiatan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan yang sedang dilakukan. Kegiatan pengamatan dan pelaksanaan tindakan berlangsung dalam waktu yang sama. Oleh karena itu, baik guru maupun peneliti melakukan pengamatan balik terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Peneliti juga dapat mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus selanjutnya.

d. Refleksi (reflecting)

Tahap selanjutnya adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Pada tahap ini peneliti melakukan analisis terhadap hasil observasi yang telah dilakukan. Peneliti dan observer juga berdiskusi untuk memperbaiki kekurangan dari tindakan yang telah dilaksanakan. Pada tahap refleksi ini peneliti melakukan:

1) Setelah tindakan dilaksanakan, dilakukan kegiatan diskusi antara peneliti, observer dan siswa.

2) Merefleksikan hasil diskusi untuk siklus yang selanjutnya. Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain. catatan-catatan penting yang dibuat sebaiknya rinci sehingga siapa pun yang akan melaksanakan dalam kesempatan lain tidak akan menjumpai kesulitan.

C. Penjelasan Istilah


(29)

40

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Cooperative learning merupakan model pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil dimana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran, Bern dan Erickson (dalam Komalasari, 2011, hlm. 62).

Group investigationadalah metode yang dikembangkan oleh Sharan dan Sharan. Dalam proses pembelajarannya sudah melibatkan siswa dari mulai tahap perencanaan, baik ketika menentukan topik maupun ketika melakukan investigasi. Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-6 orang. Masing-masing kelompok diberi tugas yang berbeda. Ketika berdiskusi, setiap anggota menentukan informasi apa yang ingin dibahas, bagaimana mengolahnya, dan bagaimana menyajikan hasilnya di depan kelas. Semua anggota harus turut andil dalam kerja kelompok, baik dalam menentukan topik maupun menentukan pembagian kerja.

Tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Tahap persiapan 1) Seleksi topik

Para siswa diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 4-6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.

2) Merencanakan kerjasama

Para siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah (1) di atas.

b. Tahap Pelaksanaan 1) Implementasi


(30)

41

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah (2). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.

2) Analisis dan sintesis

Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah (3) dan merencanakan agar dapat diringkas dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

c. Tahap Penutup

1) Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.

2) Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

2. Possitive Interdependence

Interdependensi atau saling ketergantungan merupakan teori yang lahir dari perspektif liberalis. Dimulai pada tahun 1990, Kurt Koffka dengan teorinya saling ketergantungan sosial menyatakan bahwa kelompok bersifat dinamik dimana saling ketergantungan antara anggotanya dapat bervariasi (Irsyada, terdapat dalam dadanirsyada.wordpress.com/2012/04/19/interdependensi-dalam-kooperatif-learning/). Dimana saling ketergantungan disebabkan oleh kerjasama


(31)

42

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang saling dilakukan oleh dua orang atau lebih (kelompok). Saling ketergantungan yang positif akan menghasilkan interaksi yang bersifat positif untuk meningkatkan dan memotivasi ketika masing-masing individu dalam kelompok saling mendukung kinerja kelompoknya.

C. Instrumen Penelitian

Untuk mengukur ketercapaian tujuan penelitian ini maka diperlukan alat evaluasi atau biasa di sebut instrumen penelitian.Menurut Arikunto (2010) terdapat dua jenis teknik evaluasi yaitu teknik non tes dan teknik tes. Dalam penelitian ini, teknik non tes adalah teknik yang digunakan untuk mengukur sikap ketergantungan positif siswa di dalam kelompok, karena teknik non tes dirasa lebih cocok. Lebih lanjut lagi penelitian terhadap sikap ketergantungan positif siswa di dalam kelompok ini menggunakan skala bertingkat (rating scale). Menurut Arikunto (2010, hlm. 27) skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan. Lebih lanjut Arikunto juga menjelaskan bahwa biasanya angka-angka yang digunakan secara bertingkat dari mulai yang terendah ke yang tinggi. Oleh karena itu, skala ini dikatakan skala bertingkat.

Adapun perangkat-perangkat yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang sikap saling ketergantungan positif siswa di dalam kelompok yaitu sebagai berikut:

1. Lembar Panduan Observasi

Lembar panduan observasi ini merupakan perangkat yang digunakan untuk mengumpulkan data baik pada saat pra penelitian maupun pada saat penelitian dilaksanakan. Data yang diperoleh adalah data pada saat mengamati aktivitas guru dan siswa, yaitu guru IPS dan siswa kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Bandung. Lembar observasi yang digunakan untuk mengukur sikap saling ketergantungan positif siswa dalam kelompok terdiri dari beberapa indikator. Indikator tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(32)

43

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kisi-kisi instrumen penelitian

No Indikator Kriteria Penilaian

Baik Cukup Kurang

1. Setiap anggota kelompok mau mendengarkan gagasan/ide dari anggota

kelompoknya yang lain

Jika sebagian besar siswa (>3 orang) mau mendengarkan gagasan dari anggota kelompoknya yang lain.

Jika ada beberapa siswa (2 orang) mau mendengarkan gagasan dari anggota

keompoknya yang lain.

Jika tidak ada siswa yang mau mendengarkan gagasan dari anggota

keompoknya yang lain. 2. Setiap anggota

kelompok aktif dalam

mengemukakan pendapat sedangkan anggota yang lainnya mau mendengarkan pendapat teman kelompoknya

Jika sebagian besar siswa (>3 orang) aktif mengemukakan pendapat dan mau mendengarkan pendapat teman sekelompoknya

Jika beberapa siswa dalam kelompok aktif

mengemukakan pendapat dan mau mendengarkan pendapat teman sekelompoknya.

Jika tidak ada siswa yang aktif mengemukakan pendapat dan mau

mendengarkan pendapat teman sekelompoknya

3. Setiap anggota kelompok memiliki

kontribusi nyata untuk mencapai kesuksesan kelompok

Jika sebagian besar siswa (>3 orang) berkontribusi dalam kelompoknya

Jika beberapa siswa berkontribusi dalam kelompoknya

Jika hanya ada satu orang siswa yang memiliki kontribusi untuk kelompoknya.

4. Setiap anggota kelompok mendapatkan pembagian tugas yang adil

Jika sebagian besar siswa (>3 orang) dalam kelompok mendapatkan dan mengerjakan bagian tugasnya.

Jika beberapa siswa (2 orang) dalam kelompok mendapatkan dan mengerjakan bagian tugasnya.

Jika hanya satu orang siswa yang

mengerjakan tugas yang diberikan secara kelompok. 5. Membantu jika

masih ada salah satu anggota kelompoknya yang tidak mengerti

Jika sebagian besar siswa 9>3) didalam kelompok

bekerjasama saling membantu.

Jika ada beberapa siswa didalam kelompok (2 orang) yang bekerjasama saling membantu.

Jika di dalam kelompok siswa masih bersikap individualis.

6. Mendiskusikan terlebih dahulu sebelum

membuat suatu keputusan kelompok

Jika sebagian besar (>3 orang) siswa mendiskusikan terlebih dahulu sebelum

memutuskan sesuatu.

Jika beberapa siswa

(2 orang)

mendiskusikan terlebih dahulu sebelum

memutuskan

Jika hanya 1 orang saja yang membuat keputusan utuk kelompok.


(33)

44

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sesuatu.

7. Masing-masing individu dalam kelompok memiliki komitmen bersama untuk kesuksesan kelompok

Jika sebagian besar (>3 orang) siswa memiliki komitmen untuk mencapai kesuksesan

kelompok

Jika ada beberapa siswa ( 2 orang) yang memiliki komitmen untuk mencapai

kesuksesan kelompok

Jika hanya 1 orang siswa saja yang memiliki komitmen untuk mencapai kesuksesan kelompok.

8. Setiap anggota kelompok berusaha untuk mencapai tujuan yang ingin diraih

Jika sebagian besar (>3 orang) siswa berusaha bersama untuk mencapai tujuan

Jika beberapa siswa (2 orang) siswa berusaha untuk mencapai tujuan

Jika hanya 1 orang siswa saja yang berusaha untuk mencapai tujuan yang ingin diraih. 9. Menghargai

pendapat teman kelompoknya

Jika sebagian besar

siswa dapat

menghargai pendapat teman

sekelompoknya

Jika beberapa siswa dapat menghargai pendapat teman sekelompoknya

Jika tidak ada siswa yang dapat

menghargai pendapat teman sekelompoknya 10. Masing-masing

anggota kelompok memperhatikan giliran berbicara anggota

kelompoknya yang lain

Jika sebagian besar siswa

memperhatikan giliran berbicara masing-masing anggota kelompok yang lain

Jika beberapa siswa memperhatikan giliran berbicara masing-masing anggota

kelompoknya yang lain

Jika tidak ada siswa yang memperhatikan giliran berbicara anggota

kelompoknya

11. dapat saling ketergantungan positif (possitive interdependence

) terhadap

semua anggota kelompoknya

Jika sebagian besar siswa dapat saling

memberi dan

menerima dalam konteks tugas pada kelompoknya

Jika beberapa siswa dapat saling

memberi dan

menerima dalam konteks tugas pada kelompoknya

Jika tidak ada siswa yang yang saling memberi dan menerima dalam konteks tugas pada kelompoknya.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara merupakan perangkat yang digunakan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan rencana pelaksanaan tindakan. wawancara merupakan salah satu bentuk alat yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung. Pedoman


(34)

45

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

wawancara ini berisi beberapa pertanyaan yang telah dibuat oleh peneliti sebelumnya yang akan diajukan kepada guru dan siswa. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan data yang diperoleh digunakan unrtuk refleksi guna menunjang penelitian selanjutnya.

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mencatat hal-hal yang penting di lapangan ketika penelitian berlangsung. Sejalan dengan pendapat Wiriaatmaja

(2005, hlm. 125) yang mengemukakan bahwa “catatan lapangan memuat

deskriptif berbagai kegiatan suasana kelas, iklim sekolah, kepemimpinan, berbagai bentuk interaksi sosial dan nuansa-nuansa lainnya”. Menurut Bodman dan Bilken (dalam Meleong, 2005, hlm.209) “catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan difikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan yang dibuat hanya berupa kata kunci sebagai pokok dari pembicaraan atau pengamatan. Kemudian diubah kedalam catatan lengkap yang ditelaah oleh peneliti guna untuk mendapatkan data yang konkrit.Dalam hal ini peneliti meminta bantuan observer untuk membuat catatan catatan lapangan pada saat pembelajaran IPS berlangsung di kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Bandung.

b) Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, keterlibatan peneliti sangat penting dalam pengumpulan dan analisis data. Peneliti harus terlibat langsung dalam pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik non tes yaitu dengan menggunakan wawancara, observasi, studi dokumentasi dan catatan lapangan.

1. Wawancara

Wawancara memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang beragam dari para responden dalam berbagai situasi dan konteks. Menurut


(35)

46

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

khan dan cannel, wawancara didefinisikan sebagai diskusi antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu (dalam Sarosa, 2012, hlm. 45). Dalam wawancara, peneliti dapat mengajukan pertanyaan mengenai (Silverman 1993, dalam Sarosa, 2012, hlm. 45):

a). Fakta (misalnya mengenai data diri, geografis, demografis) b). Kepercayaan dan perspektif seseorang terhadap suatu fakta c). Perasaan

d). Perilaku saat ini dan masa lalu e). Standar normatif

f). Mengapa seseorang melakukan tindakan tertentu

Wawancara memungkinkan peneliti menggali data yang “kaya” dan

multi dimensi mengenai suatu hal dari para partisipan (Meyers 2009, dalam Sarosa, 2012 hlm. 45). Hasil wawancara adalah persepsi atau ingatan partisipan terhadap suatu hal. Dalam melakukan wawancara, ada beberapa kemungkinan masalah yang akan dihadapi oleh peneliti. Masalah-masalah tersebut antara lain (Meyers dan Newman dalam Sarosa, 2012, hlm. 51):

a. Wawancara yang dibuat-buat

b. Kurangnya kepercayaan partisipan terhadap pewawancara

c. Kurangnya waktu yang menyebabkan data yang terkumpul dari wawancara tidak lengkap atau tidak dapat diandalkan

d. Level entry atau siapa saja yang pertama kali diwawancarai e. Elite biasa

f. Hawthorne effect, yaitu kondisi ketika peneliti sebagai pewawancara mempengaruhi partisipan dalam menjawab pertanyaan

g. Bahasa yang ambigu membuat partisipan salah memahami maksud peneliti


(36)

47

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tujuan utama dari wawancara ini adalah untuk mengumpulkan data guna menunjangpenelitian yang dilakukan. Dalam hal ini yang berkaitan dengan sikap saling ketergantungan positif.

2. Observasi

Melakukan pengamatan secara langsung setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati (Sanjaya, 2009, hlm.86). Observasi ini dibuat dalam bentuk cheklist. Jadi dalam pengisiannya, observer hanya perlu memberikan tanda cheklist pada kolom serta menuliskan keterangan pada kolom yang telah disediakan.

3. Studi Dokumentasi

Lincoln dan Guba (dalam Setiawati, 2009, hlm. 80) mengatakan bahwa dokumentasi dan catatan digunakan sebagai pengumpulan data didasarkan pada beberapa hal yakni :

a. Dokumen dan catatan ini selalu dapat digunakan terutama karena mudah diperoleh dan relatif lebih murah.

b. Merupakan informasi yang mantap baik dalam pengertian merefleksikan situasi secara akurat maupun dapat dianalisis ulang tanpa melalui perubahan didalamnya.

c. Dokumen dan catatan merupakan sumber informasi yang kaya d. Keduanya merupakan sumber resmi yang tidak dapat disangkal,

yang menggambarkan kenyataan formal

Tidak seperti pada sumber manusia, baik dokumen maupun catatan non kreatif, tidak memberikan reaksi dan respon atau pelakuan peneliti.

Dalam penelitian ini kamera digunakan sebagai alat bantu untuk memperoleh data dan mendokumentasikan penelitian yang dilakukan oleh


(37)

48

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peneliti dibantu dengan observer yang melakukan observasi pada saat penelitian berlangsung di kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Bandung.

c) Validasi Data

Validasi ada adalah suatu kegiatan pengujian terhadap keobjektifan dan keabsahan data. beberapa bentuk validasi data yang dapat peneliti lakukan dalam penelitian tindakan kelas menurut Hopkins yaitu member check, triangulasi, audit trail, expert opinion, dan key respondent review (dalam Wiriaatmadja, 2012, hlm.168), untuk menguji derajat keterpercayaan atau derajat kebenaran penelitian, ada beberapa bentuk validasi yang dapat dilakukan dalam penelitian tindakan kelas, yaitu :

1. Member Chek dilakukan untuk meninjau kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber tentang kebenaran data penelitian. Dalam kegiatan ini peneli menginformasikan penemuan yang diperoleh baik kepada guru, maupun siswa pada setiap akhir kegiatan pembelajaran.

2. Triangulasi yaitu kegiatan untuk memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk atau analisis yang diperoleh peneliti dengan menggunakan sumber lain yakni dengan membandingkan kebenaran data dengan sumber lain atau hasil peneliti lain.

3. Audit Trail yakni memeriksa kesalahan-kesalahan dalam metode atau prosedur yang digunakan peneliti dan di dalam mengambil kesimpulan. Selain itu, peneliti juga memeriksa catatan-catatan yang ditulis oleh peneliti atau mitra peneliti. Audit trial dapat dilakukan oleh kawan sejawat peneliti, yang memiliki pengetahuan dan keterampilan melakukan penelitian tindakan kelas yang sama seperti peneliti itu sendiri (Kunandar, 2009, hlm. 108).

4. Expert Opinion dilakukan dengan cara pengecekan data terakhir terhadap kesahihan temuan peneliti kepada pakar profesional. Dalam kegiatan ini peneliti mengkonsultasikan temuan-temuannya kepada pembimbing


(38)

49

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sehingga validasi data temuan yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

d) Analisis Data Penelitian

Menurut Patton 1980 (dalam Basrowi, 2008, hlm. 91) analisis data ialah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Teknik analisis data dilakukan setelah data diperoleh dari hasil observasi, wawancara, studi dokumentasi, studi literature dan studi lapangan. Setelah data hasil penelitian terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data.

1. Analisis Data Kualitatif

Analisis data diwakili oleh momen refleksi putaran penelitian tindakan kelas. Dengan melakukan refleksi peneliti akan memiliki wawasan autentik yang akan membantu dalam menafsirkan datanya (Kunandar, 2009, hlm. 101). Pada dasarnya analisis data kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Analisis data tersebut terdiri atas beberapa komponen kegiatan yang saling terkait satu sama lain yaitu:

a. Redukasi Data dan Kategorisasi

Redukasi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Redukasi data merupakan bentuk analisis yang yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

b. Penyajian data

Penyajian data, yaitu sebagai sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melalui data yang disajikan, kita melihat dan akan memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan


(39)

50

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut.Penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai jemis matriks, grafik jaringan dan bagan. Dengan demikian, peneliti dapat melihat apa yang sedang terjadi dan menentukan apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah melakukan analisis.

c. Menarik Kesimpulan

Menarik kesimpulan dan verifikasi, dilakukan sejak awal data diperoleh.Kesimpulan harus diverifikasi selama penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data harus selalu diuji kebenaran dan kesesuainya sehingga validitasnya terjamin.

2. Analisis Data Kuantitatif

Selain analisis data kualitatif peneliti juga menggunakan analisis data kuantitatif untuk menganalisis data hasil penelitian ini. Pada proses penelitian, menganalisis dan menginterpretasikan data merupakan proses penting, karena data yang telah terkumpul tidak akan ada artinya jika kita tidak mengolahnya. Komalasari (2011, hlm. 156) menuliskan untuk menghitung perolehan skor dapat dilakukan dengan rumus dibawah ini: Perhitungan rata-rata (persentase): Jumlah skor kelompok x 100%

Jumlahskormaksimal

Dari perhitungan rata-rata tersebut nilai keberhasilan terjadi ketika nilai menunjukkan rata-rata sebagai berikut :

Rata-rata (Persentase)

Nilai Skor Persentase

Kurang 0%- 33,3%

Cukup 33,4% - 66,6%


(40)

51

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil rata-rata yang menunjukkan titik keberhasilan suatu penelitian dilihat dari rata-rata hasil persentase 66,7%-100%. Untuk target keberhasilan penelitian tindakan kelas ini, peneliti menentukan batas penelitian harus mencapai maksimal, yaitu ketika skor nilai rata-rata baik mencapai target 70%.


(41)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Pada bagian ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan serta saran yang diajukan oleh peneliti kepada pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil pengamatan dari pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I, II, III dan IV yang dilaksanakan di kelas VIII-3 mengenai “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Group Investigation Untuk Menumbuhkan Sikap Possitive Interdependence Siswa Dalam Kelompok.”, peneliti mengambil kesimpulan secara umum dan

khusus.

Kesimpulan umum yang peneliti dapatkan dari peneltian yang telah dilakukan bahwa melalui penerapan Model PembelajaranCooperative Learning tipe Group Investigation dapat meningkatkan Sikap Possitive Interdependence Siswa Dalam Kelompok khususnya pada pembelajaran IPS.Hal ini disebabkan karena penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Group Investigationdapat membuat siswa bekerja dalam kelompok, dengan cara menginvestigasi dan menganalisis masalah membuat siswa melakukan pembagian tugas karena jika tidak terjadi pembagian tugas yang baik maka tugas tidak akn bisa diselesaikan tepat waktu. Hal ini menuntut siswa untuk saling bekerjasama, menghargai, membantu, ikut berkontribusi, mau mendengarkan dan bertanggung jawab untuk dirinya sendiri serta anggota dalam kelompoknya (saling ketergantungan positif).

Kesimpulan secara khusus dapat peneliti peneliti jabarkan dari hasil penelitain adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Group Investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa dalam kelompok yang dilakukan oleh guru sudah baik. Guru melakukan perencanaan sebelum


(42)

159

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kegiatan pembelajaran dilakukan agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah sibuat sebelumnya. Selain mempersiapkan RPP yang berfokus pada sikap salingketergantungan positif siswa di kelas, guru juga mempersiapkan materi dengan menentukan tema atau topik yang akan dibahas. Peneliti juga mempersiapkan lembar observasi guru dan siswa, catatan lapangan, lembar wawancara serta studi dokumentasi yang akan digunakan untuk penelitian.

2. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Group Investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa dalam kelompok dilakukan guru dengan cukup baik. Kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan melalui tiga tahapan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup. Pada kegiatan pelaksanaan ini guru berusaha untuk menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa melalui tugas investigasi kelompok. Selain itu, guru juga memberikan motivasi seperti ice breakingagar siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guna menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa ialah siswa dibagi menjadi 6 kelompok, siswa diberi masalah untuk diinvestigasi dan dianalisis dengan teman sekelompoknya. Ketika siswa mengerjakan tugas di dalam kelompok sikap siswa dalam saling ketergantungan positif dapat diamati dengan jelas. Begitu pula pada saat presentasi.

3. Kendala dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Group Investigationyang dilakukan oleh guru secara umum yaitu, dalam menentukan waktu penelitian, pada tahap pembuatan RPP dan keterbatasan waktu mengajar di kelas sedangkan materi luas. Selain itu, kendala lain yang dihadapi adalah penyesuaian siswa dengan model pembelajaran yang belum pernah dialami sebelumnya sehingga pada awal siklus siswa masih terlihat bingung. Dalam kegiatan pembelajaran siswa masih mengerjakan tugas kelompok secara individu. Namun, dalam


(43)

160

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kegiatan refleksi yang dilakukan peneliti, peneliti melakukan upaya agar kendala-kendala tersebut dapat teratasi agar kegiatan pembelajaran berikutnya lebih baik lagi.

4. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Group Investigationini mampu menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa dengan mencapai kategori baik.. Hal ini terlihat pada siklus ketiga dan keempat yang dilakukan, siswa terlihat lebih antusias dalam kegiatan pembelajaran sudah menerima anggota kelompoknya, mau bekerjasama dan bertanggungjawab terhadap kelompok.Hasil observasi yang dilakukan pun menunjukkan adanya peningkatan sikap possitive interdependence siswa.

B. Saran

Berdasarkan pengalaman selama melakukan penelitian untuk menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigationdalam pembelajaran IPS, berikut saran bagi beberapa pihak yang terkait di dalam penelitian sebagai bahan rekomendasi yang ditunjukan kepada siswa, guru, dan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Bagi Pendidik yang ingin menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigationsupaya lebih mengembangkan materi yang akan dibahas secara beragam, memilih masalah untuk diinvestigasi yang berkaitan dengan materi agar lebih menarik perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Sehingga peserta didik tidak jenuh selama proses pembelajaran.

2. Bagi siswa, penumbuhan sikap possitive interdependence ditingkatkan lagi dengan cara mau menerima mau mencoba, mau menerima kekurangan orang lain, bertanggungjawab dan bekerjasama pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Sehingga pembelajaran IPS akan lebih terasa menyenangkan.


(44)

161

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Bagi peneliti selanjutnya, upaya menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa melalui penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation pada pembelajaran IPS dapat dikembangkan lagi pada penelitian selanjutnya. Hal ini karena peneliti menyadari bahwa hasil dari penelitian ini masih jauh dari sempurna. Sehingga perlu adanya penelitian selanjutnya dengan menggunakan model pembelajaran cooperativetipe group investigation untuk lebih mengembangkan sikap possitive interdependence siswa dalam pembelajaran IPS pada sekolah yang berbeda.


(1)

159

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kegiatan pembelajaran dilakukan agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah sibuat sebelumnya. Selain mempersiapkan RPP yang berfokus pada sikap salingketergantungan positif siswa di kelas, guru juga mempersiapkan materi dengan menentukan tema atau topik yang akan dibahas. Peneliti juga mempersiapkan lembar observasi guru dan siswa, catatan lapangan, lembar wawancara serta studi dokumentasi yang akan digunakan untuk penelitian.

2. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran

Cooperative Learning tipe Group Investigation untuk menumbuhkan sikap

possitive interdependence siswa dalam kelompok dilakukan guru dengan cukup baik. Kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan melalui tiga tahapan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup. Pada kegiatan pelaksanaan ini guru berusaha untuk menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa melalui tugas investigasi kelompok. Selain itu, guru juga memberikan motivasi seperti ice breakingagar siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guna menumbuhkan sikap

possitive interdependence siswa ialah siswa dibagi menjadi 6 kelompok, siswa diberi masalah untuk diinvestigasi dan dianalisis dengan teman sekelompoknya. Ketika siswa mengerjakan tugas di dalam kelompok sikap siswa dalam saling ketergantungan positif dapat diamati dengan jelas. Begitu pula pada saat presentasi.

3. Kendala dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Group Investigationyang dilakukan oleh guru secara umum yaitu, dalam menentukan waktu penelitian, pada tahap pembuatan RPP dan keterbatasan waktu mengajar di kelas sedangkan materi luas. Selain itu, kendala lain yang dihadapi adalah penyesuaian siswa dengan model pembelajaran yang belum pernah dialami sebelumnya sehingga pada awal siklus siswa masih terlihat bingung. Dalam kegiatan pembelajaran siswa masih mengerjakan tugas kelompok secara individu. Namun, dalam


(2)

160

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kegiatan refleksi yang dilakukan peneliti, peneliti melakukan upaya agar kendala-kendala tersebut dapat teratasi agar kegiatan pembelajaran berikutnya lebih baik lagi.

4. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran

Cooperative Learning tipe Group Investigationini mampu menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa dengan mencapai kategori baik.. Hal ini terlihat pada siklus ketiga dan keempat yang dilakukan, siswa terlihat lebih antusias dalam kegiatan pembelajaran sudah menerima anggota kelompoknya, mau bekerjasama dan bertanggungjawab terhadap kelompok.Hasil observasi yang dilakukan pun menunjukkan adanya peningkatan sikap possitive interdependence siswa.

B. Saran

Berdasarkan pengalaman selama melakukan penelitian untuk menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigationdalam pembelajaran IPS, berikut saran bagi beberapa pihak yang terkait di dalam penelitian sebagai bahan rekomendasi yang ditunjukan kepada siswa, guru, dan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Bagi Pendidik yang ingin menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigationsupaya lebih mengembangkan materi yang akan dibahas secara beragam, memilih masalah untuk diinvestigasi yang berkaitan dengan materi agar lebih menarik perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Sehingga peserta didik tidak jenuh selama proses pembelajaran.

2. Bagi siswa, penumbuhan sikap possitive interdependence ditingkatkan lagi dengan cara mau menerima mau mencoba, mau menerima kekurangan orang lain, bertanggungjawab dan bekerjasama pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Sehingga pembelajaran IPS akan lebih terasa menyenangkan.


(3)

161

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Bagi peneliti selanjutnya, upaya menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa melalui penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation pada pembelajaran IPS dapat dikembangkan lagi pada penelitian selanjutnya. Hal ini karena peneliti menyadari bahwa hasil dari penelitian ini masih jauh dari sempurna. Sehingga perlu adanya penelitian selanjutnya dengan menggunakan model pembelajaran

cooperativetipe group investigation untuk lebih mengembangkan sikap

possitive interdependence siswa dalam pembelajaran IPS pada sekolah yang berbeda.


(4)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta Effendi, Ridwan. dan Malihah, Elly. (2011). Pendidikan Lingkungan Sosial

Budaya. Bandung: CV. Maulana Media Grafika.

Ibrahim, Muslimin,dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika UNESA.

Isjoni. (2010). Cooperative Learning. Bandung: CV Alfabeta

Komalasari, Kokom. (2011). Pembelajaran Kontekstual konsep dan aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.

Moleong, L.J. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Ruhimat.Toto. 2009. Kurikulum Pembelajaran.Bandung: Jurusan Kurtekpen FIP UPI.

Sanjaya, Wina. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sapriya.(2012). Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sarosa, Samiaji. (2012). Penelitian kualitatif. Jakarta : PT. Indeks

Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka

Slavin, R, E. (2009). Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Solihatin, Etin. (2007). Cooperative learning. Jakarta : Bumi aksara

Solihatin, Etin & Raharjo. (2009). Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta : Bumi Aksara

Sugandi, Achmad, dkk. (2004). Teori Pembelajaran. Semarang : UPT MKK UNNES


(5)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugandi, Achmad, dkk. (2000). Belajar Dan Pembelajaran. Semarang : UPT MKK UNNES

Suprijono, Agus. (2013). Cooperative Learning teori dan aplikasi paikem. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Wiriaatmadja, R. (2005). Metode penelitian tindakan kelas. Bandung : PT remaja Rosdakarya

Sumber Skripsi dan Thesis

Dewi, Devi. P. (2010). Penerapan metode cooperative learning tipe group investogation untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran PKN di kelas X-4 SMA Negeri 15 bandung. Skripsi jurusan PKN UPI. Tidak diterbitkan

Effendy, Usman (2012). Kontribusi Pembelajaran Problem Solving Terhadap Hasil Belajar Dan Minat Siswa Pada Mata Pelajaran Sosiologi. Studi Deskriptif Korelasional Pada Siswa SMA Di Kota Cimahi. Thesis UPI. Tidak diterbitkan.

Fitriyanti. (2009). Pengaruh Penggunaan Metode Pemecahan Masalah Terhadap Kemampuan Berfikir Rasional Siswa. Tesis UPI. Tidak diterbitkan.

Mudrika, Tenten. (2007). penerapan model Investigasi kelompok untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah. Skripsi sarjana pada jurusan pendidikan matematika UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Setiawati, Lilis. (2009). Pengaruh Pembelajaran IPS Berbasis Masalah Terhadap Kompetensi Akademik Peserta Didik. Tesis UPI. Tidak diterbitkan.

Wulasari, Wida. (2011). Intervensi The North Atlantic Treaty Organization (NATO) dalam Kejahatan Terhadap Kemanusiaan pada Perang Bosnia.

Skripsi Unpad. Tidak diterbitkan.


(6)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ali, Iqbal. (2013). 8 Tipe Interdependensi Positif. [online]. Tersedia: http://www.iqbalali.com/2013/04/8-tipe-interdependensi-positif.html. (di akses : 16 Desember 2013)

Irsyada, Dadan. (2012). Interdependensi dalam Kooperatif Learning. [Online] tersedia: dadanirsyada.wordpress.com/2012/04/19/interdependensi-dalam-kooperatif-learning/. (di akses : 12 Februri 2014)


Dokumen yang terkait

Penerapan pembelajaran kooperatif model group investigation untuk meningkatkan hasil belajar sosiologi SMA SIT Fajar Hidayah Kotawisata-Cibubur: penelitian tindakan di SMA Fajar Hidayah pada kelas X

0 6 75

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sdit Bina Insani ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Sdit Bina Insani Kelas V Semester Ii Serang-Banten )

0 3 184

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar dalam Pembelajaran Tematik Terpadu Siswa Kelas I B SD Negeri 11 Metro Pusat

1 16 85

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVB SD NEGERI 3 METRO PUSAT

0 5 79

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VIII SMP UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

0 3 130

PENGEMBANGAN SOCIAL CAPITAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM PEMBELAJARAN IPS: Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VII-D SMPN 45 Bandung.

0 1 72

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung.

0 4 36

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH.

0 0 45

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM UPAYA MENUMBUHKAN KERJASAMA SISWA : Penelitian Tindakan Kelas Pada Pelajaran Sejarah di Kelas XI IPA-1 SMAN 1 Ciwidey.

0 0 22

(ABSTRAK) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VIII SMP UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH.

0 0 2