Muhammad Alwan Habibi Mushlih1 , Teguh Hadi P

Media Trend

Berkala Kajian Ekonomi dan Studi Pembangunan

http://journal.trunojoyo.ac.id/mediatrend

Perubahan Landscape Ekonomi Wilayah (Studi Kasus Pendekatan Historical Input-Output Di Jawa Timur)

Muhammad Alwan Habibi Mushlih 1* , Teguh Hadi P 2 , Fajar Wahyu P 3

Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan , Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jember

Informasi Artikel

ABSTRACT

Sejarah artikel:

Industrialization grew fast in East Java after 1998 crisis and can be look

Diterima September 2018 Disetujui Oktober 2018

at the first position of the easy of doing business category year 2017 by the

Dipublikasikan Oktober

Asia Competiveness Institute. This study aims to determine the pattern of

economic landscape in East Java by using the input-output table which

Keywords:

is then analyzed into various tables derived from the input-output itself.

Structural Changes,

Structural changes occurred in East Java during the period 2000 to 2015

Input-Output, Multipler Product Matrix

which is shown by changes in economic landscape. This change can be seen in the Multiplier Product Matrix (MPM). In 2000 the highest MPM value was in 2000 the highest MPM value was mining and quarrying sector with other industrial sector with MPM value equal to 0,1247. In 2006 the highest MPM value is fishery sector with trade sector with MPM value equal to 0,11012. In 2010 the highest MPM value of the livestock sector with the sector of financial institutions, building businesses, and services companies with MPM value of 0.141735. In 2015 the highest MPM value is the mining and quarrying sector with other industrial sectors with MPM value of 0.19426.

© 2018 MediaTrend

Penulis korespondensi: E-mail: alwanmushlih@gmail.com

DOI: http://dx.doi.org/10.21107/mediatrend.v13i2.4367 2460-7649 © 2018 MediaTrend. All rights reserved. Terakreditasi Kemenristekdikti Nomor 21/E/KPT/2018

Muhammad Alwan Habibi Mushlih, dkk. MediaTrend 13 (2) 2018 p.343-374

Pendahuluan

yang selaras dengan sektor primer. Sektor Indonesia dalam kurun 30 tahun ter- sekunder mengalami penurunan selama akhir telah mengalami transformasi struk- periode tersebut. Perubahan share yang tural ekonomi yang masif. Parameter yang terjadi akan memberikan implikasi terha- digunakan oleh Asian Deevelopment Bank dap perubahan permintaan tenaga kerja (ADB) dalam melihat perubahan struktural yang dibutuhkan.

yang ada pada suatu negara adalah sum- Dominasi sektor tersier pada per- bangsih tiga sektor utama terhadap PDB. ekonomian Jawa Timur mengindikasikan Dilihat dari PDB Indonesia, kontribusi sek- adanya perubahan struktur perekonomian tor primer terus mengalami penurunan dan di Jawa Timur. Perubahan struktur pereko- sektor tersier menjadi dominasi perekono- nomian Jawa Timur bisa diakibatkan dari mian Indonesia (Siswanto, 2010).

dua faktor utama, yaitu faktor domestik Jawa Timur sebagai salah satu dan faktor internasional. wilayah utama di Indonesia juga mengalami

Dilihat dari faktor domestik, ter- transformasi struktural yang selaras jadinya perubahan struktur perekonomian dengan yang terjadi di nasional. Badan di Jawa Timur diakibatkan sebagai respon Pusat Statistik mencatat pada tahun 2015 dari kebijakan yang terjadi dalam skala na- Jawa Timur mampu memberikan kontribu- sional terhadap daerah-daerah yang ada si PDRB terhadap PDB nasional diurutan di wilayahnya.

kedua, naik satu level dibandingkan peri- Tahun 1998 adalah tahun yang ode sebelumnya, yaitu tahun 2010 berada paling memberikan kesan buruk terhadap pada urutan ketiga. Selama 13 tahun tera- performa perekonomian Indonesia (Bank khir, terjadi perubahan komposisi kontri- Dunia, 2011). Pada tahun ini terjadi kri- busi, jika dilihat dari tiga sektor utama ter- sis meneter yang mengguncang ekonomi hadap PDRB Jawa Timur dengan melihat Indonesia yang membawa dampak yang PDRB Jawa Timur menggunakan harga besar terhadap Indonesia. konstan tahun 2000.

Gambar 1

Kontribusi 3 Sektor Utama Terhadap PDRB Jawa Timur Tahun Konstan 2000

Kontribusi sektor tersier telah men- Krisis ini tidak hanya melanda dominasi aktivitas ekonomi Jawa Timur, Indonesia, akan tetapi negara di Asia menggeser sektor-sektor lainnya. Selama seperti Malaysia, Singapura, Korea tahun 2000 sampai tahun 2012, share Selatan , dan Thailand (Yustika, 2012). sektor primer terus mengalami penu- Dimulai dari adanya contagion effect dari runan. Sektor sekunder memiliki pola penurunan mata uang Bath, Thailand yang

Perubahan Landscape Ekonomi....... MediaTrend 13 (2) 2018 p. 343-374

pada akhirnya membawa dampak terha- dap nilai tukar rupiah (Tambunan, 2010) dan pada saat yang bersamaan utang swasta tehadap luar negeri jatuh tempo dan terjadi capital outflow dari Indonesia (Ratna, 2017); (Raz, et al. 2012).

Dilihat dari kontribusi tiga sektor utama terhadap PDB Indonesia, pada saat sebelum krisis perekonomian Indonesia di- topang oleh sektor sekunder, dan pada saat krisis yang menopang adalah sektor primer.

Dominasi sektor primer pada saat terjadi krisis 1998 tidak pula menunjuk- kan performa yang bagus mengingat nilai ekspor sektor primer mengalami penurunan (Barichello, 1998). Setelah krisis, sektor tersier menjadi dominasi perekonomian Indonesia (Yudanto dan Santoso, 1998).

Di Indonesia, penyelesaian krisis 1998 dilakukan melalui campur tangan In- ternational Monetary Fund (IMF) (Karmeli dan Fatimah, 2008). Penyelesaian yang dilakukan adalah dengan melakukan re- strukturisasi berbagai sektor, seperti sek- tor perbankan dan keuangan, sektor riil, dan sektor kelembagaan. Saran dari IMF tidak hanya dilakukan dalam satu periode dalam satu kali nota kesepahaman, akan tetapi dilakukan beberapa kali penan- datangan kesepahaman antara Indonesia dengan IMF dalam penanggulangan kri- sis. Yang menarik adalah dalam setiap kali pemberian saran, IMF selalu menekankan pada perubahan struktural perekonomian. Pada 31 Oktober 1997 reformasi yang di- rekomendasikan pada poin kelima adalah penyesuaian struktural, dilanjutkan pada

15 Januari 1998 reformasi struktural dan swastanisasi juga menjadi rekomendasi IMF (Tarmidi, 1999); (Nematnejad, 2000).

Implikasi yang diterima dari kebi- jakan ini adalah adanya penilain yang di lakukan oleh Asia Competitivness Insti- tute (ACI) mengenai kemudahan berbisnis di Indonesia, yang artinya adanya kelong- garan terhadap sektor swasta. Pada No- vember 2017, Jawa Timur menduduki peringkat pertama kategori Easy of Do-

ing Business (EDB) atau tingkat kemuda- han berbisnis di Indonesia, naik 2 level dibandingkan periode sebelumnya, yakni pada tahun 2015 menduduki peringkat 3. Dengan demikian, tingkat liberalisasi yang terjadi di Jawa Timur sangat mendominasi perekonomian Indonesia yang tercermin dalam EDB Jawa Timur.

Faktor internasional yang mempengaruhi perubahan struktur per- ekonomian wilayah adalah kebijakan yang diambil oleh suatu negara berhubungan dengan internasional. Menurut Kuznet (dalam Jhingan , 2003;64) pertumbuhan modern dan perubahan struktural suatu negara akan dipengaruhi hubungan nega- ra tersebut dengan negara lain. Bank dunia memberikan ukuran terhadap hubungan in- ternasional suatu negara melalui degree of openness atau derajat keterbukaan negara.

Secara teoritis, pertumbuhan ekonomi melibatkan perubahan struktur perekonomian suatu negara (Amir dan Nazara, 2005) disamping faktor yang di- paparkan diatas. Perubahan struktur yang terjadi pada suatu daerah tercermin dalam keterkaitan antar sektor ekonomi (Tajerin, 2008) baik keterkaitan kedepan maupun keterkaitan kebelakang (Nassif, Feijo, dan Araujo, 2013) yang di visualisasikan kedalam bentuk Multiplier Product Matrix (MPM) (Borges and Montibeler, 2014); (Szirmai, 2012). MPM akan memberikan gambaran aktivitas perekoniman yang terjadi pada suatu wilayah (Sonis dan Hewings , 1999); (D’Hernoncourt, Cordier, and Hadley, 2011) didapat dari perhitungan keterkaitan langsung tidak langsung dari tabel input-output yang ada pada suatu wilayah. (Guilhoto, Sonis, and Hewings, 1999); (Taylor and Rada, 2006). Peruba- han struktur ekonomi akan memberikan dampak pula terhadap perpindahan tena-

ga kerja dari sektor yang memiliki produk- tivitas rendah kepada sektor yang memiliki produktivitas tinggi serta meningkatkan produktivas tenaga kerja tersebut (Rodrik, 2013) yang ditandai dengan meningkatnya

Muhammad Alwan Habibi Mushlih, dkk. MediaTrend 13 (2) 2018 p.343-374

kontrinbusi sektor tersier hingga 70% ter- Jenis dan Sumber Data

hadap PDB (Szirman, 2012). Data yang digunakan dalam pene- Berdasarkan uraian di atas, maka litian ini adalah data sekunder dengan rumusan masalah dalam penelitian ini sumber Badan Pusat Statistik Jawa Timur, adalah bagaimana pattern of economic berupa Tabel Transaksi Total Atas Harga landscape di Jawa Timur sesudah krisis Produsen dari Tabel Input-Output Jawa ekonomi 1998?.

Timur Tahun 2000, 2006, 2010, 2016 yang Kemudian tujuan yang ingin dica- diagregasikan menjadi 19 sektor. Harga pai dari penelitian ini adalah untuk menge- produsen merupakan harga yang dibayar- tahui apakah belanja daerah berpengaruh kan kepada produsen barang/jasa terse- terhadap PDRB di Kabupaten Jember, un- but pada semua transaksi barang/jasa tuk mengetahui apakah ivestasi berpenga- baik impor maupun domestik (Amir dan ruh terhadap PDRB di Kabupaten Jember, Nazara, 2005). untuk mengetahui apakah tingkat partisipsi

angkatan kerja berpengaruh positif terha- Populasi dan Sampel

dap PDRB di Kabupaten Jember Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu periode ta-

Metode

hun 2000, 2006, 2010, dan 2015 dengan

mempertimbangkan pada tahun tersebut Penelitian ini menggunakan terdapat kondisi setelah krisis 1998 yang pendekatan deskriptif kuantitatif. Pendeka- terjadi di Indonesia dan diduga berpenga- tan kuantitatif yang dilakukan adalah dalam ruh secara signifikan terhadap perubahan penghitungan secara matematis. Pene- perekonomian Jawa Timur. litian ini mengkaji lebih dalam fenomena

Jenis Penelitian

sesudah krisis 1998 terhadap perubahan Metode Analisis Data

struktur Jawa Timur.

Input-Output

Jenis penelitian ini merupakan Tabel input-output merupakan se- penelitian deskriptif kuantitatif. Pendekatan buah matriks yang berisi informasi data deskriptif digunakan untuk memberi gam- statistik yang menggambarkan transaksi baran tentang transformasi struktural yang barang dan jasa antar suatu sektor eko- terjadi selama periode tahun 2000 hingga nomi dan keterkaitannya dengan sektor tahun 2015 di Jawa Timur. Pendekatan ekonomi lain dalam kurun waktu tertentu kuantitaf digunakan untuk mengukur se- (BPS Jatim, 2016 : 5).

berapa besar perubahan tersebut dan Berikut merupakan kerangka dasar bagaimana dampaknya pada perekono- Tabel I-O Jawa Timur yang dipublikasikan mian Jawa Timur.

oleh BPS Jawa Timur.

Tabel 1 Kerangka Dasar Tabe I-O Jawa Timur

Sumber : BPS Jatim, diolah

Perubahan Landscape Ekonomi....... MediaTrend 13 (2) 2018 p. 343-374

Dari tabel input-output Jawa Timur dimana a ij adalah koefisien input sektor i yang sudah dipublikasikan oleh BPS Jawa oleh sektor ke j, x ij adalah penggunaan in- Timur, ada beberapa tahapan yang akan put sektor i oleh sektor ke j, X j adalah out- dilakukan untuk menganalisis data terse- put sektor ke j. but, yaitu :

Pada perhitungan koefisien input

1. Agregasi Sektor dalam penelitian ini, hanya menggunakan Di dalam masing-masing Tabel I-O analisis model input-output terbuka.

Jawa Timur, terdapat pengklasifikasian dalam sejumlah sektor. Tabel I-O Jawa

3. Menyusun Matriks Identitas Timur Tahun 2000 diklasifikasikan menjadi Matriks identitas merupakan

66 sektor dengan matrik 66 x 66, Tabel matriks yang disusun berdasarkan I-O Jawa Timur Tahun 2006, 2010, 2015 banyaknya sektor yang ada pada table in-

diklasifikasikan menjadi 110 sektor dengan put-output (Tanaka) dengan angka 1 pada matrik 110 x 110. Dalam penelitian ini, sek- tiap perkalian sektor itu sendiri dan angka

tor-sektor tersebut akan diagregasi men-

0 di matriks yang lain.

jadi 19 sektor, sebagaimana terlihat pada tabel berikut :

Tabel 2 Klasifikasi 19 Sektor Tabel Input-Output

Sumber : BPS Jatim, diolah

2. Menghitung Koefisien Input

4. Menyusun Matriks Leontif Koefisien input merupakan koefisien yang mengggambarkan kom- Matriks leontif merupakan matriks yang disusun berdasarkan pengurungan

posisi input antara yang digunakan pada antara matriks identitas dengan matriks masing-masing sektor (Leontif, 1986:22). koefisien input (Sargento, 2009)

Rumus koefisien teknologi adalah sebagai berikut :

Muhammad Alwan Habibi Mushlih, dkk. MediaTrend 13 (2) 2018 p.343-374

dimana adalah M L adalah Matriks leontif,

7. Menghitung Keterkaitan Langsung Ti-

I adalah Matriks identitas, A adalah Matriks dak Langsung koefisien input.

Keterkaitan langsung tidak lang- Pada perhitungan matriks leontif sung dalam hal ini, dibedakan atas keter- dalam penelitian ini, hanya menggunakan kaitan kebelakang langsung tidak langsung analisis model input-output terbuka.

dan keterkaitan kedepan langsung tidak langsung. Keterkaitan kebelakang lang-

5. Menyusun Matriks Leontif Kebalikan sung tidak langsung dirumuskan sebagai berikut :

dimana adalah M L adalah Matriks leon- tif kebalikan, I adalah Matriks identitas, A

adalah Matriks koefisien input. dimana IKB j adalah Indeks keterkaitan

Pada perhitungan matriks leon- langsung tidak langsung kebelakang sek- tif kebalikan dalam penelitian ini, hanya tor j, b ij adalah unsur matriks kebalikan Le- menggunakan analisis model input-output ontif baris i dan kolom j, n adalah ukuran terbuka.

matriks leontif (ukuran sektoral table IO).

6. Menghitung Keterkaitan Langsung Keterkaitan kedepan langsung tidak lang-

Keterkaitan langsung dalam hal ini, sung dirumuskan sebagai berikut : dibedakan atas keterkaitan kebelakang langsung dan keterkaitan kedepan lang- sung. Keterkaitan kebelakang langsung menunjukkan efek dari suatu sektor terha- dap tingkat produksi sektor sebagai penye- dia input bagi sektor tersebut secara lang- IKD ij adalah Indeks keterkaitan lang- sung dan dapat dihitung secara matematis sung tidak langsung kebelakang sektor i, sebagai berikut :

b ij adalah unsur matriks kebalikan Leontif baris i dan kolom j, n adalah ukuran matriks leontif (ukuran sektoral table IO).

Pada perhitungan keterkaitan lang- sung tidak langsung dalam penelitian ini, hanya menggunakan analisis model input-

Keterkaitan ke depan langsung

output terbuka.

menunjukkan banyaknya output dari suatu sektor yang telah dipakai oleh sektor lain

8. Menghitung Multiplier Product Matrix dengan formulasi rumus sebagai berikut: Untuk melihat terjadinya perubahan

struktur perekonomian digunakan Multipli- er Poduct Matrix (MPM) (Nassif, Feijo, dan Araujo, 2013); (D’Hernoncourt, Cordier , dan Hadley, 2011). MPM menyediakan

Pada perhitungan keterkaitan lang- suatu ukuran interaksi sektor-sektor dalam sung dalam penelitian ini, hanya menggu- perekonomian yang menyajikan pengaruh nakan analisis model input-output terbuka. suatu sektor terhadap sektor-sektor lain-

nya. Besaran pengaruhnya dapat di per- bandingkan dengan sektor lainnya atau sektor itu sendiri untuk waktu yang ber-

Perubahan Landscape Ekonomi....... MediaTrend 13 (2) 2018 p. 343-374

beda. Secara matematis, nilai MPM (Sonis dimana v j adalah Koefisien nilai tambah dan Hewings, 1999) diperoleh dengan for- bruto, VA j adalah Total kuadran 3 untuk mulasi :

sektor j, X j adalah Total kuadram 1 dan 3 untuk sektor j.

Setelah nilai tambah bruto ketahui, selanjutnya adalah disusun dalam sebuah matriks dengan ketentuan sebagai berikut :

dimana MPM adalah Multiplier Product Matrix, V adalah jumlah semua kompo- nen didalam matriks kebalikan leontif, b (i∙) adalah jumlah semua kolom dalam baris ke i dari matriks invers leontif, b adalah

Pada perhitungan koefisien nilai

jumlah semua kolom dalam kolom ke j dari tambah bruto dalam penelitian ini, hanya menggunakan analisis model input-output

(∙j)

matriks invers leontif. Pada perhitungan MPM dalam terbuka. penelitian ini, hanya menggunakan anali- sis model input-output terbuka.

11. Menghitung Dampak Permintaan Akhir Terhadap Nilai Tambah Bruto Untuk menghitung dampak permin-

9. Menghitung Dampak Permintaan Akhir Terhadap Output

taan akhir terhadap nilai tambah bruto, di-

Dampak permintaan akhir terhadap gunakan formulasi sebagai berikut : output di dapat dari perkalian matriks leon- tif invers dengan kuadran 2 tabel input-out- put, dapat diformulasikan sebagai berikut:

dimana VA adalah Dampak permintaan akhir terhadap nilai tambah bruto,

V ̂(I-A) -1 adalah Pengganda nilai tambah bruto, F dimana DF adalah Dampak perminta- adalah Stimulus. an akhir terhadap output,

-1 adalah (I-A) Pada perhitungan dampak per- Matriks leontif inverse, F adalah Kuadran mintaan akhir terhadap nilai tambah bruto

2 tabel input-output. dalam penelitian ini, hanya menggunakan

Pada perhitungan dampak permin- analisis model input-output terbuka. taan akhir terhadap output dalam pene-

litian ini, hanya menggunakan analisis Hasil dan Pembahasan

model input-output terbuka.

A.Tahap Agregasi Sektor Tabel Input- Output Provinsi Jawa Timur Tahun 2000

10. Menyusun Matriks Nilai Tambah Bruto Sampai Tahun 2015 Klasifikasi 19 Sek- Sebelum matriks disusun, yang tor

pertama harus dilakukan adalah mencari Tahap agregasi yang dilakukan nilai tambah bruto pada masing-masing berdasarkan tabel input-output yang disu- sektor, secara matematis dapat dirumus- sun oleh BPS Provinsi Jawa Timur. Ta- kan sebagai berikut :

hun 2000 terdapat 100 sektor dengan matriks input-output 100 x 100, Tahun 2006, 2010, dan 2015 tabel input-output di klasifikasikan menjadi 110 sektor dengan matriks 110x110. Proses agregasi klasifi-

Muhammad Alwan Habibi Mushlih, dkk. MediaTrend 13 (2) 2018 p.343-374

kasi 19 sektor, terdiri dari sektor 01 dengan kode 47 indutri minuman, kode 48 indus- keterangan kode padi, berisikan satu ko- tri rokok, dan kode 49 industri tembakau. moditas saja yakni padi dengan kode 01. Selanjutnya sektor ke 09 pada klasifikasi Sektor 02 pada klasifikasi 19 sektor adalah

19 sektor adalah sektor industry lainnya sektor tanaman bahan makanan makanan, yang terdiri dari kode 50 industri tekstil dan terdiri dari komoditas jagung dengan kode pakaian jadi, kode 51 industri pengolahan

02, ketela pohon dengan kode 03, kedelai dan penyamakan barang dari kulit, kode dengan kode 04, sayur-sayuran dengan

52 industri bambu, kayu, dan rotan, kode kode 05, buah-buahan dengan kode 06,

53 industri kertas, barang-barang dari ker- dan kode 07 dengan keterangan tanaman tas dan karton, kode 54 industri pupuk dan bahan makanan lainnya. Selanjutnya kla- pestisida, kode 55 industri obat-obatan

sifika sektor 03 pada agregasi 19 sektor dan jamu, kode 56 industri kimia lainnya, adalah tanaman pertanian lainnya yang kode 58 industri bahan karet dan plastik, terdiri atas tebu dengan kode 08, kelapa kode 59 industri barang dari mineral bu- dengan kode 09, cengkeh dengan kode kan logam, kode 60 industri semen dan

10, tembakau dengan kode 11, dan kode kapur, kode 61 industri logam dasar, kode

62 industri logam dasar, kode 63 industri perkebunan lainnya. Klasifikasi 19 sektor mesin, kode 64 industri barang-barang

12 yakni kopi, serta kode 13 yakni tanaman

yang keempat adalah sektor peternakan elektronika , kode 65 industri alat pengang- dan hasil-hasilnya yang terdiri dari kode kutan dan perbaikan kecuali kapal, kode

66 industri kapal dan perbaikannya, dan nakan lainnya, kode 16 peternakan hewan k ode 67 industri barang yang tidak di- perah, kode 17 pemotongan hewan, dan golongkan dimana-mana. Sektor 10 pada kode 18 unggas dan hasil-hasilnya. Sek- agregasi ini adalah sektor pengilangan

14 peternakan sapi potong, kode 15 peter-

tor 05 pada klasifikasi 19 sektor adalah minyak bumi yang hanya terdiri dari kode sektor kehutanan, hanya terdiri dari kode

57, yakni industri pengilangan minyak.

19 yakni kehutanan dan perburuan. Kla- Sektor ke 11 yakni sektor listrik, gas, dan sifikasi sektor 06 sektor pada agregasi 19 air minum yang terdiri atas kode 68 listrik,

sektor adalah sektor perikanan yang terdiri kode 69 gas kota, dan kode 70 air bersih. dari perikanan laut dan hasil laut lainnya Sektor ke 12 dalam agregasi ini adalah dengan kode 20, kode 21 yakni perikanan bangunan/konstruksi yang terdiri dari kode darat dan hasil perikanan darat lainnya,

71, bangunan/konstruksi. Sektor ke 13 dank ode 22 pengeringan dan penggara- adalah sektor perdagangan yang terdiri man ikan. Sektor 07 adalah sektor pertam- dari kode 72 perdagangan. Restoran dan bangan dan penggalian yang terdiri dari hotel adalah klasifikasi sektor ke 14 dalam kode 35 minyak bumi, kode 46 gas bumi, agregasi ini, yang terdiri dari kode 73 hotel, kode 37 belerang, dan kode 38 peng- dan kode 74 restoran. Pengangkutan dan galian. Pada klasifikasi 19 sektor, sektor ke komunikasi menempati sektor 15, yang

08 adalah sektor industri makanan, minu- terdiri dari kode 75 angkutan kereta api, man, dan tembakau yang terdiri dari kode kode 76 bus, kode 77 truk, kode 78 ang-

39 industri pengolahan dan pengawetan kutan darat lainnya, kode 79 angkutan pe- daging, susu, sayur, dan buah-buahan, nyeberangan, kode 80 angkutan laut, kode kode 40 industri minyak dan lemak, kode

81 angkutan udara, kode 82 jasa penun-

41 industri penggilingan padi-padian, kode jang angkutan, kode 83 pos dan giro, dan

42 industri tepung segala jenis, kode 43 in- kode 84 telekomunikasi, serta kode 85 jasa dustri makanan dari tepung, kode 44 indus- penunjang komunikasi. Sektor 16 adalah tri gula, industri makanan lainnya dengan lembaga keuangan, usaha bangunan, dan kode 45, kode 46 industri makanan hewan, jasa perusahaan yang terdiri dari kode 86

Perubahan Landscape Ekonomi....... MediaTrend 13 (2) 2018 p. 343-374

bank dan lembaga keuangan, kode 87 ko- dari tabel utama input-output Jawa Timur. perasi simpan pinjam, kode 88 asuransi Analisis struktur perekonomian Jawa Timur kode 89 pasar modal, kode 90 jasa penun- dilihat dari keterkaitan langsung kedepan jang keuangan lainnya, kode 91 sewa dan kebelakang masing-masing sektor, bangunan, dan kode 92 jasa perusahaan. keterkaitan langsung tidak langsung kede- Sektor 17 adalah pemerintahan umum dan pan dan kebelakang masing-masing sek- pertahanan yang terdiri dari kode 93 yakni tor, dampak permintaan akhir terhadap pemerintahan umum dan pertanahan. Sek- output dan nilai tambah bruto, serta meli- tor 18 adalah sektor jasa-jasa yang terdiri hat nilai multiplier product matrix. dari kode 95 jasa pendidikan, kode 96 jasa kesehatan, kode 97 jasa kemasyarakatan

1. Keterkaitan Langsung Tahun 2000 lainnya, kode 94 jasa hiburan dan kebu- Berdasarkan analisis keterkaitan dayaan, dan kode 98 jasa perorangan dan langsung seperti gambar 2, untuk nilai rumah tangga. Sektor terkahir adalah sek- keterkaitan langsung kebelakang yang ter- tor kegiatan yang tidak yakni sektor 19.

tinggi ada pada tahun 2000 adalah sektor

14 sebesar 0.53857123, artinya jika ter-

B. Tahap Pembuatan Matriks Koefisien jadi peningkatan output pada sektor 14, Input Berdasarkan Tabel Input-Output yakni sektor restoran dan hotel sebagai

Provinsi Jawa Timur Tahun Sampai Ta- akibat permintaan akhir sektor restoran

hun 2015 Klasifikasi 19 Sektor

dan hotel itu sendiri, maka akan ada Matriks koefisien input menggam- peningkatan penggunaan input produksi barkan komposisi input antara yang digu- sektor restoran dan hotel secara langsung. nakan masing-masing sektor dalam ber- Peningkatan penggunaan input adalah produksi. Secara umum, matriks koefisien adalah peningkatan output karena total in-

input tidak perlu diterjemahkan secara put sama dengan total output. Jika terjadi matriks, akan tetapi penjumlahan secara peningkatan satu unit uang output atau baris mencerminkan keterkaitan langsung Rp.1 sektor restoran dan hotel, akan me- kedepan dan penjumlahan secara kolom ningkatkan input sebesar Rp.0,53857123 mencerminkan keterkaitan langsung lang- penyusun sektor restoran dan hotel terse- sung kebelakang. Untuk lebih detail perhi- but. Kondisi ini diikuti oleh sektor 12, yakni

tungan matriks koefisien input berdasar- bangunan dan kontruksi dan peringkat ke- kan tabel input-output tahun 2000 dapat tiga oleh sektor 11 yakni sektor listrik, gas,

dilihat pada lampiran D.1, tahun 2006 dan air minum dengan masing-masing nilai dapat dilihat pada lampiran D.2, tahun keterkaitan langsung kebelakang sebesar 2010 dapat dilihat pada lampiran D.3 dan 0.491999936 dan 0.410914875. Sektor

matriks koefisien input tahun 2015 dilihat yang tidak memiliki nilai keterkaitan kebe- pada lampiran D.4

lakang langsung adalah sektor 17 yakni pemerintahan umum dan pertahanan dan

C. Struktur Perekonomian Jawa Timur sektor 19 yakni sektor kegiatan yang ti- Berdasarkan Tabel Input-Output Tahun dak jelas batasnya yang dicerminkan nilai

2000 Sampai Tahun 2015

keterkaitan langsung kebelakang sebesar Untuk melihat struktur perekono-

0. Keterkaitan kebelakang melihat pening- mian Jawa Timur dari tahun 2000 hingga katan output melalui sisi permintaan input. 2015 dapat dilihat melalui tabel derivasi

Muhammad Alwan Habibi Mushlih, dkk. MediaTrend 13 (2) 2018 p.343-374

Gambar 2 Keterkaitan Langsung Tahun 2000

Keterangan : sektor (1) Padi, (2) Tanaman Bahan Makanan, (3) Tanaman Pertanian Lain- nya, (4) Peternakan dan Hasil-hasilnya, (5) Kehutanan, (6) Perikanan, (7) Pertambangan dan Penggalian, (8) Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau, (9) Industri Lainnya, (10) Pengilangan Minyak Bumi, (11) Listrik, Gas, dan Air Minum, (12) Bangunan/Kon- struksi, (13) Perdagangan, (14) Restoran dan Hotel, (15) Pengangkutan dan Komuni- kasi, (16) Lembaga Keuangan, Usaha Bangunan, dan Jasa Perusahaan, (17) Pemerin- tahan Umum dan Pertahanan, (18) Jasa-jasa, 19) Kegiatan yang tidak jelas batasnya. Sumber : data sekunder diolah,2017

Nilai keterkaitan langsung kede- Nilai keterkaitan langsung kebe- pan dengan nilai tertinggi adalah sektor lakang yang tertinggi adalah sektor 16

9 dengan nilai 1,049444856. artinya jika seperti gambar 3, yakni sektor lembaga terdapat kenaikan output pada sektor in- keuangan, usaha bangunan dan jasa pe- dustri lainnya, maka aka nada peningka- rusahaan. Nilai keterkaitan langsung ke- tan penggunaan output produksi dari sek- belakang sektor ini 0,48473649, artinya tor industri lainnya secara langsung. Jika jika terjadi peningkatan output pada sektor terjadi peningkatan satu unit uang output lembaga keuangan, usaha bangunan dan atau Rp.1 sektor restoran dan hotel, akan jasa perusahaan sebagai akibat perminta- meningkatkan penggunaan output sebesar an akhir sektor lembaga keuangan, usaha Rp.1,049444856 dari sektor yang meng- bangunan dan jasa perusahaan itu sendiri, gunakan industri lainnya sebagai inputnya. maka akan ada peningkatan penggunaan

Kondisi ini diikuti oleh sektor 15, input produksi sektor lembaga keuangan, yakni pengangkutan dan komunikasi dan usaha bangunan dan jasa perusahaan peringkat ketiga oleh sektor 13 yakni sek- secara langsung. Peningkatan penggu- tor perdagangan dengan masing-masing naan input adalah adalah peningkatan out- nilai keterkaitan langsung kedepan sebe- put karena total input sama dengan total sar 0.452454175 dan 0.312457636. Sektor output. Jika terjadi peningkatan satu unit yang tidak memiliki nilai keterkaitan kede- uang output atau Rp.1 sektor lembaga pan langsung adalah sektor 12 yakni sek- keuangan , usaha bangunan dan jasa pe- tor bangunan/konstruksi, sektor 17 yakni rusahaan, akan meningkatkan input sebe- pemerintahan umum dan pertahanan dan sar Rp. 0,48473649 penyusun sektor lem- sektor 19 yakni sektor kegiatan yang ti- baga keuangan, usaha bangunan dan jasa dak jelas batasnya yang dicerminkan nilai perusahaan tersebut. keterkaitan langsung kedepan sebesar 0. Keterkaitan kedepan melihat peningkatan output melalui mekanisme penawaran out- put.

Perubahan Landscape Ekonomi....... MediaTrend 13 (2) 2018 p. 343-374

2.Keterkaitan Langsung Tahun 2006 dan jasa perusahaan dan peringkat ketiga Kondisi ini diikuti oleh sektor 14, oleh sektor 9 yakni sektor industri lainnya restoran dan hotel dan peringkat ketiga dengan masing-masing nilai keterkaitan oleh sektor 11 yakni sektor listrik, gas, dan langsung kedepan sebesar 0,646780067 air minum dengan masing-masing nilai dan 0,641454731. Sektor yang tidak me- keterkaitan langsung kebelakang sebesar miliki nilai keterkaitan kedepan langsung 0.370664665 dan 0.370634191. Sektor adalah sektor 19 yakni sektor kegiatan yang tidak memiliki nilai keterkaitan kebe- yang tidak jelas batasnya yang dicer- lakang langsung adalah sektor 19 yakni minkan nilai keterkaitan langsung kedepan sektor kegiatan yang tidak jelas batasnya sebesar 0. Keterkaitan kedepan melihat yang dicerminkan nilai keterkaitan lang- peningkatan output melalui mekanisme sung kebelakang sebesar 0. Keterkaitan penawaran output.

kebelakang melihat peningkatan output Nilai keterkaitan langsung kebe- melalui sisi permintaan input.

lakang tahun 2010 yang tertinggi adalah Nilai keterkaitan langsung kede- sektor 8 seperti gambar 4, yakni sektor in- pan dengan nilai tertinggi adalah sektor dustri makanan, minuman, dan tembakau.

13 dengan nilai 0,894239553 artinya jika Nilai keterkaitan langsung kebe- terdapat kenaikan output pada sektor lakang sektor ini 0.567629796, artinya jika perdagangan, maka aka nada peningka- terjadi peningkatan output pada sektor in- tan penggunaan output produksi dari sek- dustri makanan, minuman, dan tembakau tor perdagangan secara langsung. Jika sebagai akibat permintaan akhir sektor in- terjadi peningkatan satu unit uang output dustri makanan, minuman, dan tembakau atau Rp.1 sektor perdagangan, akan me- itu sendiri, maka akan ada peningkatan ningkatkan penggunaan output sebesar penggunaan input produksi sektor industri Rp.0,894239553 dari sektor yang meng- makanan, minuman, dan tembakau secara gunakan perdagangan sebagai inputnya. langsung. Peningkatan penggunaan input Kondisi ini diikuti oleh sektor 16, yakni sek- adalah adalah peningkatan output karena tor lembaga keuangan, usaha bangunan, total input sama dengan total output. Jika

Gambar 3 Keterkaitan Langsung Tahun 2006

Keterangan : sektor (1) Padi, (2) Tanaman Bahan Makanan, (3) Tanaman Pertanian Lain- nya, (4) Peternakan dan Hasil-hasilnya, (5) Kehutanan, (6) Perikanan, (7) Pertambangan dan Penggalian, (8) Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau, (9) Industri Lainnya, (10) Pengilangan Minyak Bumi, (11) Listrik, Gas, dan Air Minum, (12) Bangunan/Kon- struksi, (13) Perdagangan, (14) Restoran dan Hotel, (15) Pengangkutan dan Komuni- kasi, (16) Lembaga Keuangan, Usaha Bangunan, dan Jasa Perusahaan, (17) Pemerin- tahan Umum dan Pertahanan, (18) Jasa-jasa, 19) Kegiatan yang tidak jelas batasnya. Sumber : data sekunder diolah,2017

Muhammad Alwan Habibi Mushlih, dkk. MediaTrend 13 (2) 2018 p.343-374

terjadi peningkatan satu unit uang output perusahaan, maka akan ada peningkatan atau Rp.1 industri makanan, minuman, dan penggunaan output produksi dari sektor tembakau, akan meningkatkan input sebe- lembaga keuangan, usaha bangunan dan sar Rp. 0,48473649 penyusun sektor in- jasa perusahaan secara langsung. Jika dustri makanan, minuman, dan tembakau terjadi peningkatan satu unit uang out- tersebut. Kondisi ini diikuti oleh sektor 12 put atau Rp.1 sektor lembaga keuangan, yakni bangunan/konstruksi dan peringkat usaha bangunan dan jasa perusahaan, ketiga oleh sektor 18 yakni sektor lemba- akan meningkatkan penggunaan output

ga keuangan, usaha bangunan dan jasa sebesar Rp.1,349966574 dari sektor yang perusahaan dengan masing-masing nilai menggunakan lembaga keuangan, usaha keterkaitan langsung kebelakang sebesar bangunan dan jasa perusahaan sebagai 0.440295399 dan 0.401978199.

inputnya. Kondisi ini diikuti oleh sektor 19, yakni sektor kegiatan yang tidak jelas ba-

3.Keterkaitan Langsung Tahun 2010 tasnya dan peringkat ketiga oleh sektor 8 Sektor yang tidak memiliki nilai yakni sektor industri makanan, minuman, keterkaitan kebelakang langsung adalah dan tembakau dengan masing-masing sektor 19 yakni sektor kegiatan yang ti- nilai keterkaitan langsung kedepan sebe- dak jelas batasnya yang dicerminkan nilai sar 0,577823161 dan 0,415406364. Sek- keterkaitan langsung kebelakang sebesar tor yang memiliki nilai keterkaitan kede-

0. Keterkaitan kebelakang melihat pening- pan langsung terkecil pada tahun 2010 katan output melalui sisi permintaan input. adalah sektor 17 yakni sektor pemerin- Nilai keterkaitan langsung kede- tahan umum dan pertahanan yang dicer- pan dengan nilai tertinggi adalah sektor minkan nilai keterkaitan langsung kede-

16 dengan nilai 1,349966574 artinya jika pan sebesar 0,009964703. Keterkaitan terdapat kenaikan output pada sektor lem- kedepan melihat peningkatan output baga keuangan, usaha bangunan dan jasa melalui mekanisme penawaran output.

Gambar 4 Keterkaitan Langsung Tahun 2010

Keterangan : sektor (1) Padi, (2) Tanaman Bahan Makanan, (3) Tanaman Pertanian Lain- nya, (4) Peternakan dan Hasil-hasilnya, (5) Kehutanan, (6) Perikanan, (7) Pertambangan dan Penggalian, (8) Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau, (9) Industri Lainnya, (10) Pengilangan Minyak Bumi, (11) Listrik, Gas, dan Air Minum, (12) Bangunan/Kon- struksi, (13) Perdagangan, (14) Restoran dan Hotel, (15) Pengangkutan dan Komuni- kasi, (16) Lembaga Keuangan, Usaha Bangunan, dan Jasa Perusahaan, (17) Pemerin- tahan Umum dan Pertahanan, (18) Jasa-jasa, 19) Kegiatan yang tidak jelas batasnya. Sumber : data sekunder diolah,2017

Perubahan Landscape Ekonomi....... MediaTrend 13 (2) 2018 p. 343-374

Nilai keterkaitan langsung kebe- adalah sektor 19 yakni sektor kegiatan yang lakang tahun 2015 yang tertinggi adalah tidak jelas batasnya yang dicerminkan nilai sektor 10 seperti gambar 5, yakni sektor keterkaitan langsung kebelakang sebesar pengilangan minyak bumi. Nilai keter-

0. Keterkaitan kebelakang melihat pening- kaitan langsung kebelakang sektor ini katan output melalui sisi permintaan input. 0.617672626, artinya jika terjadi pening- katan output pada sektor pengilangan

4. Keterkaitan Langsung Tahun 2015 minyak bumi sebagai akibat permintaan Nilai keterkaitan langsung kede- akhir sektor pengilangan minyak bumi pan dengan nilai tertinggi adalah sektor itu sendiri, maka akan ada peningka-

9 dengan nilai 1,28368348 artinya jika tan penggunaan input produksi sektor terdapat kenaikan output pada sektor pengilangan minyak bumi secara lang- indsutri lainnya, maka akan ada peningka- sung. Peningkatan penggunaan input tan penggunaan output produksi dari sek- adalah adalah peningkatan output kare- tor indsutri lainnya secara langsung. Jika na total input sama dengan total output. terjadi peningkatan satu unit uang out-

Jika terjadi peningkatan satu unit put atau Rp.1 sektor lembaga keuangan, uang output atau Rp.1 pengilangan minyak usaha bangunan dan jasa perusahaan, bumi, akan meningkatkan input sebesar Rp. akan meningkatkan penggunaan output 0,48473649 penyusun sektor pengilangan

sebesar Rp.1,28368348 dari sektor yang minyak bumi tersebut. Kondisi ini diikuti menggunakan indsutri lainnya sebagai in- oleh sektor 7 yakni pertambangan dan putnya. Kondisi ini diikuti oleh sektor 15, penggalian dan peringkat ketiga oleh sek- yakni sektor pengangkutan dan komu- tor 9 yakni sektor industri lainnya dengan nikasi dan peringkat ketiga oleh sektor 8 masing-masing nilai keterkaitan langsung yakni sektor industri makanan, minuman, kebelakang sebesar 0.599871089 dan dan tembakau dengan masing-masing ni- 0.50758745. Sektor yang tidak memi- lai keterkaitan langsung kedepan sebesar liki nilai keterkaitan kebelakang langsung 1,116572985 dan 0,49460985.

Gambar 5 Keterkaitan Langsung Tahun 2015

Keterangan : sektor (1) Padi, (2) Tanaman Bahan Makanan, (3) Tanaman Pertanian Lain- nya, (4) Peternakan dan Hasil-hasilnya, (5) Kehutanan, (6) Perikanan, (7) Pertambangan dan Penggalian, (8) Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau, (9) Industri Lainnya, (10) Pengilangan Minyak Bumi, (11) Listrik, Gas, dan Air Minum, (12) Bangunan/Kon- struksi, (13) Perdagangan, (14) Restoran dan Hotel, (15) Pengangkutan dan Komuni- kasi, (16) Lembaga Keuangan, Usaha Bangunan, dan Jasa Perusahaan, (17) Pemerin- tahan Umum dan Pertahanan, (18) Jasa-jasa, 19) Kegiatan yang tidak jelas batasnya. Sumber : data sekunder diolah,2017

Muhammad Alwan Habibi Mushlih, dkk. MediaTrend 13 (2) 2018 p.343-374

5. Keterkaitan Langsung Kebelakang Ta- langsung kebelakang tertinggi, tahun 2006 hun 2000 sampai Tahun 2015

sektor 16 yakni lembaga keuangan, usaha Untuk melihat perkembangan bangunan, dan jasa perusahaan, tahun keterkaitan sektor langsung kebelakang 2010 sektor 8 industri makanan, minuman, dari tahun 2000 sampai tahun 2015 dapat dan tembakau, dan tahun 2015 sektor 10 dilihat dari tabel 3. Dari tabel 3 dapat di in- yakni pengilangan minyak bumi yang men- trepetasikan bahwa dominasi sektor yang jadi sektor dengan nilai keterkaitan lang- memiliki nilai keterkaitan kebelakang ter- sung kebelakang tertinggi. tinggi selalu mengalami perubahan dari ta- Untuk melihat keterkaitan langsung kede- hun 2000 hingga tahun 2015. Pada tahun pan tahun 2000 sampai tahun 2015 dapat 2000 sektor 14 yakni restoran dan hotel dilihat dari tabel 4. menjadi sektor yang memiliki keterkaitan

Tabel 3 Keterkaitan Kebelakang Langsung Tahun 2000 sampai Tahun 2015

Keterangan : sektor (1) Padi, (2) Tanaman Bahan Makanan, (3) Tanaman Pertanian Lainnya, (4) Peternakan dan Hasil-hasilnya, (5) Kehutanan, (6) Perikanan, (7) Pert- ambangan dan Penggalian, (8) Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau, (9) In- dustri Lainnya, (10) Pengilangan Minyak Bumi, (11) Listrik, Gas, dan Air Minum, (12) Bangunan/Konstruksi, (13) Perdagangan, (14) Restoran dan Hotel, (15) Pengangku- tan dan Komunikasi, (16) Lembaga Keuangan, Usaha Bangunan, dan Jasa Perusa- haan, (17) Pemerintahan Umum dan Pertahanan, (18) Jasa-jasa,19)Kegiatan yang ti- dak jelas batasnya. Keterkaitan Langsung Kedepan Tahun 2000 sampai Tahun 2015.

Sumber: data sekunder diolah, 2017

Perubahan Landscape Ekonomi....... MediaTrend 13 (2) 2018 p. 343-374

Tabel 4 Keterkaitan Kedepan Langsung Tahun 2000 sampai Tahun 2015

Keterangan : sektor (1) Padi, (2) Tanaman Bahan Makanan, (3) Tanaman Pertanian Lain- nya, (4) Peternakan dan Hasil-hasilnya, (5) Kehutanan, (6) Perikanan, (7) Pertambangan dan Penggalian, (8) Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau, (9) Industri Lainnya, (10) Pengilangan Minyak Bumi, (11) Listrik, Gas, dan Air Minum, (12) Bangunan/Kon- struksi, (13) Perdagangan, (14) Restoran dan Hotel, (15) Pengangkutan dan Komuni- kasi, (16) Lembaga Keuangan, Usaha Bangunan, dan Jasa Perusahaan, (17) Pemerin- tahan Umum dan Pertahanan, (18) Jasa-jasa, 19) Kegiatan yang tidak jelas batasnya.

Sumber: data sekunder diolah, 2017

6. Keterkaitan Langsung Tidak Langsung Keterkaitan langsung tidak lang- Tahun 2000

sung kedepan oleh Rasmussen (Nazara, Keterkaitan langsung tidak lang- 2005:187) memiliki arti sebagai indices of sung memasukkan unsur external shock sensivity of dispertion for forward linkage atau secara eksogen (terjadi penambahan atau sebagai derajat kepekaan dari keter- output) dalam mempengaruhi terjadinya kaitan kedepan. Perhatikan grafik 5 beri- perubahan total. Keterkaitan langsung ti- kut.

dak langsung dibedakan menjadi dua, Dari gambar 6 dapat diketahui yakni keterkaitan langsung tidak langsung bahwa daya penyebaran pada tahun kebelakang dan keterkaitan langsung tidak 2000 yang tertinggi adalah sektor 12, langsung kedepan.

yakni sektor bangunan/konstruksi sebesar Keterkaitan langsung tidak lang- 1,356850291 yang berarti daya penyeba- sung kebelakang oleh Rasmussen ran sektor bangunan/konstruksi diatas ra- (Nazara , 2005:187) memiliki arti sebagai ta-rata daya rata-rata penyebaran seluruh power dispertion for the backward linkage sektor ekonomi. Daya penyebaran yang

atau sebagai daya penyebaran dari keter- diatas seluruh ekonomi lainnya adalah kaitan kebelakang.

sektor 14 yakni sektor restoran dan ho-

Muhammad Alwan Habibi Mushlih, dkk. MediaTrend 13 (2) 2018 p.343-374

tel, sektor 11 yakni sektor listrik, gas, dan sektor 15 pengangkutan dan komunikasi, air minum, sektor 9 yakni industri lainnya, sektor 13 perdagangan, sektor 10 pengi- sektor 8 yakni industri makanan, minu- langan minyak, sektor 4 peternakan dan man, dan tembakau, sektor 7 yakni sek- hasil-hasilnya, sektor 8 industri makanan, tor pertambangan dan penggalian, sektor minuman, dan tembakau, sektor 11 listrik,

13 yakni sektor perdagangan, sektor 18 gas, dan air minum. Sektor-sektor yang yakni jasa-jasa , sektor 16 yakni lembaga disebutkan diatas memiliki nilai derajat keuangan, usaha bangunan, dan jasa pe- kepekaan lebih dari 1 yang artinya derajat rusahaan, karena memiliki nilai daya pe- kepekaan sektor tersebut diatas rata-rata nyebaran lebih dari 1, sedangkan sektor derajat kepekaan seluruh sektor ini. Nilai yang lain yang tidak disebut daya penye- derajat kepekaan pada tahun 2000 yang barannya dibawah rata-rata daya penye- terendah adalah sektor 12 bangunan dan baran sektor ekonomi dan nilai yang paling konstruksi, sektor 17 pemerintahan umum kecil adalah sektor 17 dan 19, yakni sektor dan pertahanan, dan sektor 19 dengan ni- pemerintahan umum dan pertahanan dan lai derajat kepekeaan yang sama, sebesar sektor kegiatan yang tidak jelas batas- 0.792928339.

nya dengan koefisien yang sam sebesar 0,792928339.

Gambar 6 Langsung Tidak Langsung Tahun 2000

Keterangan : sektor (1) Padi, (2) Tanaman Bahan Makanan, (3) Tanaman Pertanian Lain- nya, (4) Peternakan dan Hasil-hasilnya, (5) Kehutanan, (6) Perikanan, (7) Pertambangan dan Penggalian, (8) Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau, (9) Industri Lainnya, (10) Pengilangan Minyak Bumi, (11) Listrik, Gas, dan Air Minum, (12) Bangunan/Kon- struksi, (13) Perdagangan, (14) Restoran dan Hotel, (15) Pengangkutan dan Komuni- kasi, (16) Lembaga Keuangan, Usaha Bangunan, dan Jasa Perusahaan, (17) Pemerin- tahan Umum dan Pertahanan, (18) Jasa-jasa, 19) Kegiatan yang tidak jelas batasnya.

Sumber: data sekunder diolah, 2017

Derajat kepekaan akan tercermin 7.Keterkaitan Langsung Tidak Langsung dari nilai keterkaitan langsung tidak lang- Tahun 2006 sung kedepan. Nilai derajat kepekaan juga Keterkaitan langsung tidak lang- dapat dijadikan untuk menentukan sektor sung kebelakang atau power dispertion unggulan dalam perekonomian. Sektor for the backward linkage dan keterkaitan dengan keterkaitan paling tinggi berarti me- kedepan langsung tidak langsung atau in- miliki potensi menghasilkan output produk- dices of sensivity of dispertion for forward si paling tinggi pula. Nilai derajat kepekaan linkage tahun 2006 tercermin pada gam- tertinggi tahun 2000 adalah sektor 9 sek- bar 7. tor industri lainnya dengan nilai derajat kepekaan sebesar 1,926834465, disusul

Perubahan Landscape Ekonomi....... MediaTrend 13 (2) 2018 p. 343-374

Gambar 7 Keterkaitan Langsung Tidak Langsung Tahun 2006

Keterangan : sektor (1) Padi, (2) Tanaman Bahan Makanan, (3) Tanaman Pertanian Lain- nya, (4) Peternakan dan Hasil-hasilnya, (5) Kehutanan, (6) Perikanan, (7) Pertambangan dan Penggalian, (8) Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau, (9) Industri Lainnya, (10) Pengilangan Minyak Bumi, (11) Listrik, Gas, dan Air Minum, (12) Bangunan/Kon- struksi, (13) Perdagangan, (14) Restoran dan Hotel, (15) Pengangkutan dan Komuni- kasi, (16) Lembaga Keuangan, Usaha Bangunan, dan Jasa Perusahaan, (17) Pemerin- tahan Umum dan Pertahanan, (18) Jasa-jasa, 19) Kegiatan yang tidak jelas batasnya.

Sumber: data sekunder diolah, 2017

Dari gambar 7 di dapat diketa- Derajat kepekaan tahun 2006 hui bahwa daya penyebaran pada tahun akan tercermin dari nilai keterkaitan lang- 2000 yang tertinggi adalah sektor 16, sung tidak langsung kedepan. Nilai de- yakni sektor lembaga keuangan, usaha rajat kepekaan juga dapat dijadikan un- bangunan, dan jasa perusahaan sebesar tuk menentukan sektor unggulan dalam 1,344209424 yang berarti daya penye- perekonomian. Sektor dengan keterkai- baran sektor lembaga keuangan, usaha tan paling tinggi berarti memiliki potensi bangunan, dan jasa perusahaan diatas menghasilkan output produksi paling tinggi rata-rata daya rata-rata penyebaran se- pula. Nilai derajat kepekaan tertinggi ta- luruh sektor ekonomi. Daya penyeba- hun 2006 adalah sektor 13 perdagangan ran yang diatas seluruh ekonomi lainnya dengan nilai derajat kepekaan sebesar adalah sektor 11 yakni sektor listrik, gas, 1,673551563, disusul sektor 16 lembaga dan air minum, sektor 9 yakni industri lain- keuangan, usaha bangunan, dan jasa pe- nya, sektor 14 restoran dan hotel, sektor rusahaan, sektor 9 industri lainnya , sektor

15 pengangkutan dan komunikasi, sektor sektor 12 bangunan/konstruksi , sektor 15

17 pemerintahan umum dan pertahanan,

11 listrik, gas, dan air minum, sektor 18 pengangkutan dan komunikasi, sektor 8 in- jasa-jasa. Sektor-sektor yang disebutkan dustri makanan, minuman, dan tembakau, diatas memiliki nilai derajat kepekaan sektor 18 jasa-jasa, sektor 6 perikanan, lebih dari 1 yang artinya derajat kepekaan karena memiliki nilai daya penyebaran sektor tersebut diatas rata-rata derajat lebih dari 1, sedangkan sektor yang lain kepekaan seluruh sektor ini. Nilai derajat yang tidak disebut daya penyebarannya kepekaan pada tahun 2006 yang teren- dibawah rata-rata daya penyebaran sektor dah adalah sektor 19 kegiatan yang tidak ekonomi dan nilai yang paling kecil adalah jelas batasnya dengan nilai derajat kepe- sektor 19, yakni sektor kegiatan yang ti- keaan yang sama, sebesar 0.760600505. dak jelas batasnya dengan koefisien sebe-

sar 0,760600505.

Muhammad Alwan Habibi Mushlih, dkk. MediaTrend 13 (2) 2018 p.343-374

8.Keterkaitan Langsung Tidak Langsung Tahun 2010

Keterkaitan langsung tidak lang- sung kebelakang atau power dispertion for the backward linkage dan keterkaitan

kedepan langsung tidak langsung atau in- dices of sensivity of dispertion for forward

linkage tercermin pada gambar 8. Dari gambar 8 di dapat diketahui bahwa daya penyebaran pada tahun 2000 yang tertinggi adalah sektor 8, yakni sek- tor industri makanan, minuman, dan tem- bakau sebesar 1,309497591 yang berarti daya penyebaran sektor industri makanan, minuman, dan tembakau diatas rata-rata daya rata-rata penyebaran seluruh sektor ekonomi. Daya penyebaran yang diatas seluruh ekonomi lainnya adalah sektor 12 bangunan/konstruksi, sektor 18 jasa-jasa, sektor 11 listrik, gas, dan air minum, sek- tor 15 pengangkutan dan komunikasi, sek- tor 10 pengilangan minyak bumi, sektor 7 pertambangan dan penggalian sektor per- tambangan dan penggalian, karena me- miliki nilai daya penyebaran lebih dari 1, sedangkan sektor yang lain yang tidak dise- but daya penyebarannya dibawah rata-rata daya penyebaran sektor ekonomi dan nilai yang paling kecil adalah sektor 19, yakni

sektor kegiatan yang tidak jelas batas- nya dengan koefisien yang sama sebesar

0,7244201041. Derajat kepekaan akan tercermin dari nilai keterkaitan langsung tidak lang- sung kedepan. Nilai derajat kepekaan juga dapat dijadikan untuk menentukan sek- tor unggulan dalam perekonomian. Sek- tor dengan keterkaitan paling tinggi be- rarti memiliki potensi menghasilkan output produksi paling tinggi pula. Nilai derajat ke- pekaan tertinggi tahun 2010 adalah sektor

16 lembaga keuangan, usaha bangunan , dan jasa perusahaan dengan nilai dera- jat kepekaan sebesar 2,043307244, disu- sul sektor 19 kegiatan yang tidak jelas batasannya, sektor 8 industri makanan, minuman, dan tembakau, sektor 9 indus- tri lainnya, sektor 4 peternakan dan hasil- hasilnya, sektor 1 padi, sektor 11 listrik, gas, dan air minum. Sektor-sektor yang disebutkan diatas memiliki nilai derajat kepekaan lebih dari 1 yang artinya derajat kepekaan sektor tersebut diatas rata-rata derajat kepekaan seluruh sektor ini. nilai derajat kepekaan pada tahun 2010 yang terendah adalah sektor 17 pemerintahan umum dan pertahanan dengna nilai dera- jat kepekaan sebesar 0.732982508.

Gambar 8 Keterkaitan Langsung Tidak Langsung Tahun 2010

Sumber: data sekunder diolah, 2017

Keterangan : sektor (1) Padi, (2) Tanaman Bahan Makanan, (3) Tanaman Pertanian Lain- nya, (4) Peternakan dan Hasil-hasilnya, (5) Kehutanan, (6) Perikanan, (7) Pertambangan dan Penggalian, (8) Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau, (9) Industri Lainnya, (10) Pengilangan Minyak Bumi, (11) Listrik, Gas, dan Air Minum, (12) Bangunan/Kon- struksi, (13) Perdagangan, (14) Restoran dan Hotel, (15) Pengangkutan dan Komuni- kasi, (16) Lembaga Keuangan, Usaha Bangunan, dan Jasa Perusahaan, (17) Pemerin- tahan Umum dan Pertahanan, (18) Jasa-jasa, 19) Kegiatan yang tidak jelas batasnya.

Perubahan Landscape Ekonomi....... MediaTrend 13 (2) 2018 p. 343-374

9. Keterkaitan Langsung Tidak Langsung memiliki nilai daya penyebaran lebih dari Tahun 2015

1, sedangkan sektor yang lain yang tidak Keterkaitan langsung tidak lang- disebut daya penyebarannya dibawah ra- sung kebelakang atau power dispertion ta-rata daya penyebaran sektor ekonomi for the backward linkage dan keterkaitan dan nilai yang paling kecil sektor 19, yakni

kedepan langsung tidak langsung atau in- sektor kegiatan yang tidak jelas batasnya dices of sensivity of dispertion for forward dengan koefisien sebesar 0,655806254