PENGARUH PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TER

PENGARUH PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP
PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAERAH
KABUPATEN GOWA

Mega Fenisari Adji
Atma Jaya Makassar University

Fenisariadji05@yahoo.com
ABSTRAK
Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang
terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan
peraturan daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh pengelolaan keuangan daerah berdasarkan pendapatan daerah, belanja
daerah dan pembiayaan daerah terhadap Kinerja Ekonomi Kabupaten Gowa
secara simultan dan parsial.Populasi dalam penelitian ini adalah data laporan
realisasi anggaran, neraca, dan catatan atas laporan keuangan Pemerintah
Kabupaten Gowa. Berdasarkan populasi yang ada, maka dipilih sampel dengan
menggunakan purposive sampling yaitu laporan target dan realisasi APBD dalam
sepuluh tahun (2002-2011) dan nilai PDRB dalam sepuluh tahun (2003-2012).
Analisis data yang digunakan adalah Regresi Linier Bergandadengan bantuan
program SPSS 20,0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan

daerah berdasarkan pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah
secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja ekonomi
daerah Kabupaten Gowa. Secara parsial pendapatan daerah berpengaruh positif
dan signifikan, belanja daerah berpengaruh positif dan tidak signifikan, serta
pembiayaan daerah berpengaruh negatif dan signifikan. Kinerja ekonomi daerah
dipengaruhi oleh pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah
sebesar 99,0%, sedangkan sisanya sebesar 1,0% dipengaruhi oleh variabel lain
diluar objek penelitian ini.
Kata kunci : pendapatan, belanja, pembiayaan, kinerja ekonomi

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagian besar negara di dunia telah melakukan dan memeberikan
kepercayaan kepada setiap daerah wilayah untuk mengurus wilayahnya sendiri .
Hal ini sering disebut dengan istilah otonomi daerah.di Indonesia sendiri, telah
melakuakan hal tersebut. otonomi daerah banyak dikemukakan oleh para pakar
seperti : Benyamin Hoesein yang menyatakan bahwa “otonomi daerah adalah

pemerintahan oleh serta untuk rakyat di bagian wilayah nasional Negara secara
informal berada diluar pemerintah pusat”. Vincent Lemius menyatakan bahwa “
otonomi daerah adalah suatu kebebasan atau kewenangan dalam membuat suatu
keputusan politik maupun administrasi yang sesuai dengan yang ada di dalam
peraturan perundang-undangan”
Dengan melihat pengertian otonomi daerah dari kedua ahli diatas maka dapat
disimpulkan bawa otonomi daerah menjadi suatu keleluasaan yang diberikan
kepada wilayah masing-masing untuk mengurus wilayahnya sendiri dalam
membuat suatu keputusan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ini
dibuktikan dengan adanya undang-undang yang mengatur tentang otonomi
daerah yang didasarkan pada UU No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
yang menyatakan bahwa adanya pemberian keleluasaan kepada daerah untuk
menyelenggarakan otonomi daerah. Dengan adanya keleluasaan tersebut maka
setiap daerah dipercaya untuk mengurus wilayah daerahnya sendiri seperti
pengelolaan keuangan daerah dan perkembangan pembangunan daerah. Untuk
pengelolaaan keuangan daerah sendiri diatur dalam UU No.33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antar daerah dan pusat. Dengan adanya
pelimpahan kewengan keuangan kepada daerah masing-masing maka terjadi
sedikit perubahan pada tatanan dan struktur keuangan , seperti adanya efek
ketimpangan antar daerah yang tidak merata sehingga keberhasilan sebuah

otonomi daerah bergantung pada implementasi yang baik serta tingkat
pengambilan keputusan masing-masing daerah yang tetap berpatokan pada
standar yang ditetapkan pemerintah pusat.
Untuk menjamin kelancaran pelaksanaan dalam rangka pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangandaerah dan menghindari adanya penyelewengan,
2

maka perlu diatur dalam bentuk peraturan perundang-undangan.Berdasarkan
ketentuan-ketentuan yang, digariskan di atas maka ditetapkan Peraturan
Pemerintah Nomor 105Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Keuangan Daerah.Kabupaten Gowa sebagai daerah yang cukup potensial
dikembangkan menjadi daerah yang berotonomi, bahkan telah menjadi daerah
percontohan dalam pelaksanaan Otonomi Daerah di Sulawesi Selatan sebagai
mana yangdimaksud dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil pengamatan penulis di wilayah Kabupaten Gowa Provinsi
Sulawesi Selatan, Pembangunan yang infrastruktur masih terbilang minim,
beberapa proyek pengerjaan belum rampung dikerjakan. Banyak program
pembangunan dan rehabilitasi jalan dan jembatan masih tampak kurang

diperhatikan oleh pemerintah daerah yang ada. Jalan yang lubang serta berdebu
masih terlihat dibeberapa ruas jalan. Bukan hanya itu, beberapa bangunan
perkantoran pun masih sangat minim fasilitas serta banyak pula yang telah
termakan usia. Proyek pembangunan dan rehabilitasi memang kerap di
sosialisasikan terhadap masyarakat, namun sayang masih ada beberapa yang
belum juga terealisasi secara utuh.
Melihat kenyataan itu, penulis menarik kesimpulan, adanya indikasi ketimpangan
dan kesalahan dalam pengelolaan keuangan daerah. Sebab, maju tidaknya
pembangunan infrastruktur daerah dipengaruhi kuat oleh kualitas pengelolaan
keuangan daerah secara baik dan benar.
Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis berniat untuk melakukan penelitian
dengan mengambil judul : Pengaruh Pengelolaan keuangan daerah terhadap
pembangunan infrastruktur daerah Kabupaten Gowa.

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan permasalahan
pokok sebagai berikut : apakan ada pengaruh Pengelolaan keuangan daerah
terhadap pembangunan infrastruktur daerah Kabupaten Gowa.

3


D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh pengelolaan
keuangan daerah terhadap perkembangan pembangunan daerah.
Tujuan Penelitian ini adalah:
1. Fokus pada pengelolaan keuangan daerah kabupaten Gowa
2. Fokus pada perkembangan pembangunan daerah dengan melihat pertumbuhan
ekonomi
3. Meneliti mengenai pengaruh pengelolaan keuangan daerah terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah.

Manfaat Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi
pengembangan prospek teori dan opini yang terkait khususnya dalam bidang
akuntansi. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
informasi bagi pihak yang berkepentingan yang ingin mengetahui dan membantu
pengelolaan keuangan daerah guna untuk perkembangan pembengunan daerah
khususnya daerah bersangkutan.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun Sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
BAB I. Pendahuluan yaitu yang menjelaskan tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelian, manfaaat penelitian,, sistematika penulisan.
BAB II. Kajian Pustaka yang menjelaskan pengertian Uang, Pengertian
pengelolaan keuangan, Pengertian Pembangunan Infrastruktur daerah, pengaruh
pengelolaan keuangan daerah terhadap pembangunan infrastruktur daerah.

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN DAN SEJARAH UANG
Pengertian uang dibagi menjadi dua, yaitu: Pengertian uang dalam ilmu
ekonomi tradisional dan modern.
 Pengertian uang dalam ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar

yang dapat diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun
yang dapat diterima oleh setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran
barang dan jasa. Uang seperti ini disebut Uang Barang.
 Sedangkan dalam ilmu ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang


tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian
barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya bahkan untuk
pembayaran hutang. Beberapa ahli juga menyebutkan fungsi uang sebagai alat
penunda pembayaran.
SEJARAH UANG
Pada awalnya, dahulu manusia sama sekali belum mengenal pertukaran barang
(barter) apalagi uang, karena kehidupan saat itu belum sekompleks seperti
sekarang ini. Dengan sangat sederhana sekali, manusia saat itu memenuhi
kebutuhan hidup sendiri-sendiri. Misalnya: Berburu kalau lapar, kalau butuh
pakaian mereka membuatnya sendiri dengan bahan sederhana seperti kulit dan
dedaunan pohon, kalau ingin makan lainnya tinggal pergi ke hutan untuk
memetik buah yang bisa dimakan.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, lama-kelamaan manusia menghadapi
kenyataan bahwa apa yang mereka peroleh tidak bisa memenuhi kebutuhannya
sendiri secara menyeluruh. Sehingga dicarilah cara buat tukar-menukar barang
antara individu satu sama yang lain. Cara seperti ini dikenal sebagai sistem barter.
Uang merupakan benda dengan satuan hitung tertentu yang dapat
digunakan sebagai alat pembayaran dalam berbagai macam transaksi serta berlaku

5


di dalam wilayah tertentu. Uang dapat melancarkan kegiatan ketika tukar menukar
suatu barang dan perdagangan. Keberadaan uang disuatu negara di atur dengan
Undang-undang. Uang dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap kehidupan
seseorang, yang identik dengan kekuasaan dan kekayaan. Sebagian orang berpikir,
segala sesuatu dapat dibeli dengan uang, meskipun pada kenyataannya tidaklah
demikian.
Beberapa para ahli ekonomi memberikan pendapat tentang pengertian uang,
diantaranya :
Uang merupakan segala sesuatu yang umum diterima ketika pembayaran
barang (Roberson, dalam bukunya “money”. Uang merupakan segala sesuatu yang
umum diterima ketika membayar utang (S. Sayers, dalam bukunya “modern”).,
uang merupakan segala sesuatu yang umum dipakai sebagai alat penukar barang
(C. Pigou, dalam bukunya “The Veil of Money”). Uang merupakan segala sesuatu
yang umumnya diterima ketika pembayaran pembelian suatu barang, jasa, serta
membayar utang(Rolling G. Thomas, dalam bukunya “ Our Modern Banking and
Monetary System). Uang merupakan alat tukar yang diterima oleh pelaku ekonomi
untuk memudahkan ketika bertransaksi (Anto pracoyo & Tri Kunawangsih). Uang
merupakan semua hal dapat dilakukan oleh uang (Walker, dalam bukunya “Money
is what money does”).


B. PENGERTIAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Pengertian Keuangan
Ridwan dan Inge (2003). Keuangan merupakan ilmu dan seni dalam
mengelola uang yang mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi.
Keuangan berhubungan dengan proses, lembaga, pasar, dan instrumen yang terlibat
dalam transfer uang diantara individu maupun antara bisnis dan pemerintah.
Menurut Van Der Kamp Keuangan Negara adalah semua hak yang dapat dinilai
dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang atau barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan hak-hak tersebut.

6

Menurut M. Ichwan Keuangan negara adalah rencana kegiatan secara kuantitatif
(dengan angka-angka diantaranya diwujudkan dalam jumlah mata uang), yang akan
dijalankan untuk masa mendatang lazimnya atu rahun mendatang.
Menurut Geodhart keuangan negara merupakan keseluruhan undang-undang yang
ditetapkan secara periodik yang memberikan kekuasaan pemerintah untuk
melaksanakan pengeluaran mengenai periode tertentu dan melanjutkan alat
pembiayaan yang diperluka untuk menutup pengeluaran tersebut.

Menurut Glen A. Welsch Keuangan negara adalah suatu bentuk statement dari
rencana dan kebijaksanaan manajemen yang dipakai dalam suatu periode tertentu
sebagai petunjuk dalam periode tersebut.

Teknik mengimbangi gaya hidup manusia seperti gaya hidup konsumtif
dengan gayahidup produktif seperti investasi, menabung ataupun bisnis. Tujuan
pengelolaan keuangan ini adalah agar kita terhindar dari kondisilebih banyak
hutang daripada pemasukan (Safir Senduk).
Pengelolaan keuangan daerah adalah pengelolaan keuangan yang
bertumpu atau berfokus pada kepentingan publik (public oriented ). Hal ini
tercermin dari besarnya jumlah alokasi anggaran untuk kepentingan pub

lik

serta jumlah partisipasi masyarakat yang ikut dalam perencanaan, pelaksanaan
serta pengawasan keuangan daerah. Maka dari itu, pengelolaan daerah diharuskan
untuk transparan dan mempunyai akuntabilitas yang tinggi sehingga tercipta
pengelolaan daerah yang efektif dan efisien. (PP RI No. 58 tentang pengelolaan
keuangan daerah)
Pengelolaan keuangan daerah adalah suatu rangkaian kegiatan yang

tersusun secara sistematis yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban serta pengawasan terhadap
keuangan daerah. (Halim, 2007:330)
Pengelolaan keuangan daerah menjadi tumpuan pembangunan dan
perekonomian daerah yang berdampak hingga skala Nasional. Olehnya itu,
pemerintah pusat mengeluarkan PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

7

INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA.
Bahwa untuk melaksanakan Pasal 182 dan Pasal 194 Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 69 dan Pasal 86 UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Pengelolaan keuangan sesuai
dengan regulasi akan tercapai efektifitas dan efisiensi dalam pencapaian program.
Dana otonomi khusus yang diberikan di Gowa memiliki makna afirmatif
action dimana

dana

tersebut

digunakan

untuk

mendukung

percepatan

ketertinggalan masyarakat asli Gowa untuk sama dengan provinsi lainnya.
Pengetahuan tentang makna afirmatif actionharus dipahami oleh pengelola
keuangan, pemahaman afirmatif action sangat perlu karena pengelolaan dana
otsus berbeda dengan

pengelolaan keuangan otonomi daerah sehingga

diperlukan manajemen keuangan secara khusus, dengan mekanisme perencanaan
keuangan strategis sesuai amanat otsus (anggaran pendidikan), Pelaksanaan
program harus sesuai dengan prioritas, Pelaporan penggunaan dana otsus harus
sesuai dengan dana yang telah disediakan dan menjalankan fungsi pengawasan
terhadap pengelolaan dana otsus agar sesuai dengan amanat undang-undang.
Fungsi pengawasan pengelolaan dana otonomi khusus dapat diketahui kepatuhan
pengelolaan keuangan di provinsi Gowa sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dengan pengawasan yang ketat dan kepatuhan mekanisme
pengelolaan keuangan sesuai dengan regulasi otsus diharapkan tercapainya
efektifitas dan efisiensi maksimal, sehingga pengelola dana otsus dalam
memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja
keuangan kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta
keterangan atau pertanggungjawaban dapat diterima dengan baik. Guna tercapai
kinerja keuangan yang maksimal, implementasi kinerja keuangan otonomi khusus
harus dilakukan dan menjadi budaya kerja dalam pengelolaan keuangan dengan
tujuan akuntabilitas keuangan. Dengan implementasi kepatuhan dan pengawasan
fungsi-fungsi manajemen keuangan akan tercapai Value for Money (Efektifiktas,
Efisiensi dan Ekonomis) Pengelolaan dan Otsus adalah keinginan masyarakat
kepada Pemerintah Provinsi Gowa dan Gowa Barat menjalankan prinsip
kepatuhan, pengawasan, pertanggungjawaban dana otonomi khusus yang sesuai
dengan amanat Otsus. Selanjutnya Prinsip-prinsip tersebut mencuat ke

8

permukaan dikarenakan laporan pertanggungjawaban pengelolaan dana otsus
setiap tahunnya menunjukan akuntabilitas yang berpihak kepada pemerintah
provinsi Gowa, bukan berpihak kepada program-program prioritas dan
masyarakat. Fenomena Efektifitas dan Efisiensi mencuat di masyarakat
dikarenakan

laporan

pertanggungjawaban

yang dipublikasikan seringkali

berbeda dengan perencanaan dan pelaksanaan. Apalagi program-program yang
direncanakan tidak memberikan manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat.
(Weber 1944: 2) mengartikan fenomenologi sebagai studi tentang tindakan sosial
antar hubungan sosial. Dimana Pemerintah provinsi Gowa sebagai aktor utama
pemegang kendali otonomi khusus karena mendapatkan Kewenangan sesuai
dengan UU Otsus No 21 Tahun 2001. Maka wajib memberikan pelayanan
kepada masyarakat sebagai sasaran

pembangunan, maka fenomena ini

membentuk Pemerintah kabupaten gowa untuk memberikan akuntabilitas kepada
masyarakat. Selanjutnya sebagai hubungan social maka Masyarakat sebagai
sasaran pembangunan dapat menjadi aktor utama untuk memperoleh informasi
dan manfaat dari pengelolaan Dana Otsus. Peran masyarakat sebagai aktor utama
dalam

pengelolaan dana otsus adalah dengan memahami dengan benar

sejauhmana efektifitas dan efisiensi pengelolaan dana otsus. Keuangan Ada dana
otonomi khusus yang begitu besar. Pengelolaan Keuangan Dana Alokasi Khusus
Ada

sejumlah dana

yang diberikan untuk

peningkatan ekonomi dan

kesejahteraan. Program Pengembangan Efektifitas Ada sejumlah program yang
dilaksanakan

guna

peningkatan

ekonomi dan

Program

pembangunan

kesejahteraan Efisiensi Ada sejumlah dana yang diberikan pada bidang-bidang
khusus Waktu uang Aparatur yang memahami Otsus Ada aparatur yang khusus
memahami pengelolaan dana otsus Pegawai Dari makna-makna tema penelitian
diperoleh Proposisi Mayor sebagai berikut: “Aparatur pengelolaan dana otonomi
khusus yang mampu memahami teori dan undang-undang efektifitas dan efisiensi
dana otsus, diharapkan mampu mengelola dana otsus sesuai dengan program dan
dana yang diberikan. Dengan memahami Efektifitas dan Efisiensi maka
pembangunan ekonomi dan kesejahteraan dapat dikerjakan dengan dana dan
waktu yang tepat” Dari Proposisi Mayor tersebut maka langkah berikutnya
adalah: Pertama: mengkaji analisis fenomenologi weber. Dimana gejolak sosial
yang terjadi dimasyarakat yang kurang percaya dengan pemerintah daerah dalam
mengelola dana otsus maka dengan memasukkan kajian Proposisi Mayor tersebut
maka gejolak masyarakat dapat dikurangi. Kedua: Dengan mengkaji antara tema-

9

tema dan proposisi mayor dengan teori keuangan maka diperoleh Kajian pada
tabel dibawah ini: Tabel Kajian Proposisi dan Teori Keuangan Proposisi Mayor
Teori Keuangan Aparatur pengelolaan dana otonomi khusus yang mampu
memahami teori dan undang-undang efektifitas dan Kadmasasmita (2007: 9) dan
Mardiasmo (2007: 29) menjelaskan untuk Lebih Menerapkan Konsep efektifitas
dan efisiensi dana otsus, diharapkan mampu mengelola dana otsus sesuai dengan
program dan dana yang diberikan. Dengan memahami Efektifitas dan Efisiensi
maka pembangunan ekonomi dan kesejahteraan dapat dikerjakan dengan dana
dan waktu yang tepat efisiensi dan penataan keuangan Negara menerapkan
konsep value for money atau yang lebih dikenal degan konsep 3 E (Ekonomi,
Efisien, dan Efektif). Maka dari kajian-kajian fenomenologi dan didasarkan
secara teoritis maka ditemukan Proposisi minor sebagai berikut: “Dana Otonomi
Khusus yang sudah berjalan selama 12 Tahun diperlukan pemahaman tentang
kajian efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan secara mendalam dengan
kajian teori dan undang-undang, guna pelaksanaan program-program otsus
secara proporsional dan profesional”. Hasil penelitian mendukung berbagai teori
dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya pada bidang yang terkait dengan
penelitian ini. Beberapa teori dan penelitian pada bidang manajemen keuangan
menyatakan tingkat pencapaian hasil kerja di bidang keuangan daerah yang
meliputi penerimaan dan belanja daerah dengan menggunakan sistem keuangan
yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau peraturan perundang-undangan
selama satu periode anggaran. Pada penelitian ini peraturan perundangundangan otonomi khusus yang mengatur keuangan pada akhirnya membentuk
mekanisme pengeloaan dana otonomi khusus. Pencapaian hasil kerja dari dana
otonomi khusus diharapkan memperoleh prestasi kerja yang baik yaitu hasil yang
efektif, efisien dan memberikan manfaat yang besar pada masyarakat. Prestasi
kerja tersebut harus dilaporkan kepada berbagai pihak sehingga membentuk
Akuntabilitas pengelolaan dana otonomi khusus. Implikasi praktis dari proposisi
jika diterapkan pada pelaksanaan dan pengelolaan

pembangunan maka

diharapkan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
pada Provinsi Gowa dan Gowa Barat lebih maksimal. Sedangkan implikasi
teoritis dari hasil penelitian ini adalah menekan pada teori efektifitas dan
esisiensi aparatur pemerintahan terhadap pengelolaan keuangan.

10

C. PENGERTIAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

Dalam Pembangunan Infrastruktur, terdapat strategi pendukung pelaksanaan
pembangunan infrastruktur untuk pengembangan wilayah Gowa di atas, perlu diperhatikan beberapa
faktor yang perlu dipastikan atau dikendalikan antara lain :
1. Ketersediaan lahan untuk pembangunan
Faktor paling penting dan menentukan keberhasilan pembangunan infrastruktur adalah
tersedianya lahan. Proses pengadaan tanah sering kali sarat dengan resistensi dari
masyarakat tergusur, yang bahkan cenderung berkembang menjadi konflik. Titik
permasalahan umumnya berawal dari ketidaksepakatan nilai ganti kerugian yang
diberikan pemerintah kepada masyarakat untuk pelepasan hak atas tanahnya. Dengan
berlakunya Undang-Undang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum yang baru (UU 2/2012), yang mengakomodir
kerugian lain (social cost) yang dapat dinilai, sehingga nilai ganti rugi akan lebih
mendekati ekspektasi pihak masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat
tidak akan lagi merasa dirugikan dengan hilangnya hak atas properti yang dimilikinya
akibat adanya proses pengadaaan tanah. Selain itu, dengan adanya sistem konsinyasi
(penitipan uang ganti rugi di Pengadilan Negeri bagi pihak yang menolak), maka
pengambilan hak atas tanah dengan proses eksekusi dapat dilaksanakan.
Peraturan baru ini tampaknya telah mencerminkan win-win solution bagi masyarakat
maupun pemerintah.
2. Komunikasi, Koordinasi dan Komitmen
Merupakan 3 (tiga) aspek yang harus dijaga diantara seluruh stakeholder yang
berkepentingan, seperti : BPWS, Pemda, Tokoh Masyarakat dan masyarakat Gowa
pada umumnya. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara sharing informasi dan
sosialisasi program-program pembangunan yang akan dilakukan. Selain
itu

juga

membentuk

jalur

komunikasi

untuk

saling

bertukar

informasi,misalnya dengan membuat pusat informasi dan layanan pengaduan
masyarakat. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kecurigaan maupun
resistensi oleh pihak-pihak tertentu yang merasa tidak dilibatkan dalam
pembangunan. Koordinasi dapat dilakukan dengan mensinkronisasikan kegiatan dan
pembagian peran di antara pihak-pihak yang terlibat. Dengan cara ini
maka pelaksanaan proses pembangunan yang saling tumpang tindih atau pun

11

benturan kepentingan antar stakeholder akan dapat dihindari. Misalnya
saja pembagian peran dalam pembangunan jalan akses KKJS, dimana Pemda
bertanggungjawab atas pengadaan tanah, Kementerian PUPR dalam hal
pembangunan infrastruktur, serta BPWS berwenang atas pengelolaan jalan yang sudah
dibangun. Komitmen dapat diwujudkan dengan adanya legalisasi dan perkuatan
hukum atas berbagai kesepakatan ataupun janji. Hal ini dilakukan untuk menghindari
penyalahgunaan wewenang atau pun pengingkaran terhadap kewajiban yang harus
dipenuhi. Misalnya saja pembuatan kontrak kerja antara BPWS dengan komunitas
masyarakat yang secara partisipastif diberi kewenangan dalam pengelolaan rest area
sementara di KKJS Gowa.

3. Tersedianya Sumber Daya (r e s o u r c e s )
Sumber daya merupakan faktor yang harus dipenuhi untuk realisasi pembangunan
infrastruktur di Gowa. Dalam ilmu manajemen, ketersediaan sumber daya yang
penting meliputi 5 M (money, man, material, machine, method ). Agar
pembangunan infrastruktur di wilayah Gowa dapat dilaksanakan dengan baik, maka
Pemerintah wajib menyediakan seluruh sumber daya yang dibutuhkan. Dengan
tergesernya perhatian Pemerintah dari pengembangan strategis pulau Gowa (tidak lagi
masuk dalam kebijakan orientasi Wilayah Pengembangan Strategis), maka
komitmen untuk menyediakan sumber daya bagi pembangunan Gowa tampaknya
akan semakin terdesak dengan prioritasi pembangunan di wilayah lainnya.

4. Pengendalian sumber-sumber resistensi dan konflik
Pada dasarnya pembangunan infrastruktur akan memiliki dampak terhadap
perubahan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Tidak jarang hal
ini melatarbelakangi adanya resistensi dari pihak-pihak yang merasa
dirugikan akibat pembangunan tersebut. Resistensi sangat potensial berkembang
menjadi konflik yang berakibat pada penundaan proses pembangunan maupun
kerugian pemerintah karena harus mengalokasikan dana untuk pengelolaan konflik
ini. Oleh karena itu, pemerintah sebaiknya dapat mengendalikan sumbersumber resistensi dan konflik dengan mengedepankan komunikasi dan pelibatan
masyarakat Gowa dalam pembangunan. Misalnya dengan melakukan konsultasi

12

publik dalam setiap awal kegiatan pembangunan, dan membuka
kesempatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan tersebut.
5. Modal Sosial (t r u s t , n o r m , n e t w o r )
Pengetahuan akan modal sosial masyarakat Gowa menjadi salah satu
faktor yang dapat mendukung percepatan pembangunan infrastruktur secara
signifikan. Karakteristik masyarakat Gowa yang sangat khas dan berbeda
dengan suku lainnya perlu dikenali dan diperhatikan oleh Pemerintah. Dari sisi
trust (kepercayaan) di kehidupan sosial masyarakat Gowa . Oleh karena itu dalam
rangka mensosialisasikan program pembangunan misalnya, dapat dilakukan
pendekatan komunikasi melalui tokoh-tokoh agama atau masyarakat dan
pejabat pemerintah yang disegani oleh masyarakat setempat.
6. Norma
Aturan Gowa merupakan nilai-nilai budaya yang masih dipegang teguh oleh
sebagian besar masyarakat Gowa. Banyak contoh nilai-nilai budaya yang
erat kaitannya dengan pembangunan infrastruktur. Salah satunya adalah posesifitas
masyarakat atas tanah warisan leluhur yang sangat tinggi. Masyarakat
Gowa akan menjaga tanah mereka untuk dapat diwariskan kembali ke keturunannya.
Hal ini tentu sangat tidak menguntungkan bagi pelaksanaan proses pengadaan tanah
bagi pembangunan infrastruktur. Bukti nyata kasus ini terjadi pada pengadaan tanah
waduk Blega yang kebetulan area genangannya melewati makam leluhur masyarakat
Gowa sehingga pembangunannya harus menuai konflik berkepanjangan. Nilai budaya
lainnya adalah karakteristik masyarakat Gowa dalam satu trah keluarga
yang cenderung berkumpul dalam satu lingkungan permukiman. Mereka menjaga
agar lingkungan masyarakat terdekat masih memiliki hubungan kekeluargaan dan
kekerabatan yang baik. Hal ini juga tidak menguntungkan untuk proses
pengadaan tanah apalagi jika perlu merelokasikan sebagian masyarakat Gowa dalam
satu trah tertentu. Resistensi akan terjadi akibat masyarakat Gowa tidak
mau dipindahkan jauh dari kerabat-kerabatnya. Aspek network (jaringan)
dapat dicontohkan dengan keberadaan pesantren-pesantren di seluruh wilayah Gowa
yang berperan menggantikan pendidikan formal bagi masyarakat setempat.
Aktifitas religius yang tinggi dan kesamaan kultur islami menjadikan pesantren
dan hubungan para ulama menjadi sangat erat. Bila dipandang dalam satu kesatuan,
maka keberadaan pesantren-pesantren ini merupakan jaringan yang sangat besar dan
potensial untuk dimanfaatkan. Misalnya saja dengan menggunakan pesantren sebagai

13

jaringan komunikasi untuk mensosialisasikan pembangunan, atau pun
menjadikan lingkungan pesantren sebagai lokasi-lokasi perkembangan pusat
kegiatan wilayah Gowa.

Pada hakekatnya, pengertian pembangunan secara umum pada
hakekatnya adalah proses perubahan yang terus menerus untuk menuju
keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma tertentu. Mengenai
pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacammacam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan
berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah
lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu
kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan
perubahan (Riya di da n Deddy Supriya di Bra ta kusuma h, 2005).
Untuk lebih jelasnya berikut ini pengertian pembangunan menurut beberapa
ahli :
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu
usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan
dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju
modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (na tion building)”.
Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana,

yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya
yang dilakukan secara terencana”.
Alexander (1994) Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang

mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur,
pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya.
Portes (1976) mendefinisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi,

sosial dan budaya.
Sukirno (1995) pembangunan adalah suatu usaha proses yang menyebabkan

pendapatan perkapita masyarakat meningkat dalam jangka panjang.
Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan
masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level
makro (nasional) dan mikro. Makna penting dari pembangunan adalah adanya
kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan diversifikasi. Sebagaimana
dikemukakan oleh para para ahli di atas, pembangunan adalah semua proses

14

perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana
(Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).

D.

PENGARUH

PENGELOLAAN

KEUANGAN DAERAH TERHADAP

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAERAH KABUPATEN GOWA
Pembangunan infrastruktur daerah menjadi salah satu penopang ekonomi
masyarakat. Olehnya itu, infrastruktur sudah sepatutnya dibangun dan dikelola
sebaik-baiknya. Pembangunan dan pengelolaan infrastruktur yang kurang baik
pastinya mempengaruhi perekonomian daerah tersebut. pengelolaan keuangan
daerah yang transparan dan akuntable menjadi salah satu indikator terwujudnya
pembangunan daerah tersebut.

dengan berdasarkan hal tersebut, pemerintah

mengeluarkan peraturan pemerintah republik Indonesia Nomor 58 tahun 20115.
Menurut pasal 1 ayat 6, pengertian pengelolaan keuangan daerah adalah
keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan dan pertanggung jawaban keuangan daerah. Menurut Chabib
(2010:10),

Prinsip-Prinsip

pengelolaan

keuangan yang diperlukan untuk

mengontrol kebijakan keuangan daerah meliputi:
1. Akuntabilitas
2. Value for money
3. Kejujuran dalam mengelola keuangan publik
4. Transparansi
5. Pengendalian
Tujuan pengelolaan keuangan daerah yakni :
a. Memberdayakan dan meningkatkan perekonomian daerah
b. Menciptakan sistem pembiayaan daerah

yang adil, proporsional, rasional,

transparan, partisifatif, bertanggung jawab dan pasti.
c. Menciptakan acuan dalam alokasi penerimaan negara dari daerah
d. Menjadikan pedoman pokok tentang keuangan daerah.
Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut, pengelolaan keuangan daerah diharapkan
bisa memberikan pengaruh positif bagi pembangunan daerah utamanya
pembangunan dibidang infrastruktur. Menurut

P. Eko Prasetyo (2009)istilah

pembangunan ekonomi daerah secara paling sederhana dapat diartikan sebagai

15

pertambahan pendapatan daerah dalamn kurun waktu tertentu misalnya satu
tahun. Pertumbuhan ekonomi tersebut berdampak pula pada membaiknya
pembangunan infrastruktur daerah. Dalam proposal penelitian ini, penulis akan
mencoba meneliti mengenai bangaimana peran pengelolaan keuangan daerah
terhadap petumbuhan dan pembangunan infrastruktur daerah tersebut.

E. KERANGKA BERFIKIR
Pembangunan infrastruktur daerah menjadi satu-satunya landasan dan
tumpuan ekonomi masyarakat. Yang dimaksud infrastruktur daerah disini ialah,
pembangunan secara fisik. Infrastruktur harus dimiliki oleh setiap daerah, karena
dengannya semua aktifitas masyarakat bisa berjalan dengan baik. Dalam hal ini
pembanguan ifrastruktur mengacu pada pembangunan yang direncanakan dan
kerjakan oleh pemerintah daerah dengan beralokasikan dana dari daerah tersebut.
Untuk menyokuong maksud dan tujuan itu, maka dibutuhkan pengelolaan
keuangan daerah yang baik. Sebab, pembangunan infrastruktur sangat bergantung
pada penyedian dana daerah. Dana tersebut akan bisa dikelola dan tersalurkan
dengan baik hanya berdasarkan pengelolaan keuangan yang baik pula. Olehnya
itu, untuk memperjelas alur penelitian ini atau kerangka berfikir, maka dibuat
gambar sebagai berikut :

Pengelolaan keuangan
daerah
Gambar 1. Kerangka berfikir penelitian

Pembangunan
ifrastruktur
daerah

F. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukan diatas,, maka Hipotesis
penelitian ini adalah Diduga adanya pengaruh pengelolaan keuangan daerah
terhadap pembangunan infrastruktur daerah Kabupaten Gowa.

16

DAFTAR REFERENSI

http://www.likethisya.co./pengertian-fungsi-dan-sejarah-uang.html
http://uangindonesia.com
http://kagnas.blogspot.co.id/2013/12/pengertian-keuangan-menurut-para-ahli.html
http://andichairilfurqan.wordpress.com/2012/05/23/pengertian-keuangan-negara/
http://saptawibawa.blogspot.co.id/2012/08/penertian-keuangan-daerah.html
http://gowakab.go.id/pembangunan-infrastruktur-daerah.html

17