PENGARUH PEMBAGIAN KERJA DAN KOMUNIKASI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Organisasi sudah di kenal oleh manusia sejak zaman dahulu, manusia hidup berkelompok
mengatur kehidupan kelompoknya. Adanya organisasi terbentuk karena dipengaruhi aspek-aspek
seperti penyatuan visi dan misi serta mempunyai tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi
dari sekelompok orang tersebut terhadap lingkungan masyarakat. Suatu organisasi yang ideal
seharusnya memiliki tujuan. Tujuan inilah yang kemudian menjadi dasar kegiatan dari
organisasi. Tanpa adanya tujuan, organisasi akan mati karena tidak ada yang diperjuangkan.
Tujuan dari sebuah organisasi harus dijelaskan dengan jelas agar kegiatan yang dilakukan
berorientasi guna meraih tujuan organisasi yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dengan adanya
tujuan menjadi penyemangat kerja serta komitmen bagi para anggotanya.
Organisasi bukan hanya memiliki tujuan, juga memiliki berbagai manfaat organisasi yang
banyak dalam kehidupan. Adanya manfaat organisasi tersebut dapat dirasakan oleh siapa saja
yang mengikuti organisasi tersebut pada berbagai tingkatan. Salah satu manfaat organisasi nyata
dari keikutsertaan dalam berganisasi adalah untuk membentuk mental individu yang berani
dalam mengungkapkan pendapat di depan umum serta dapat terbiasa dalam melakukan kerja
sama untuk memecahkan masalah. Manfaat organisasi tersebut sangat mendukung dalam dunia
pekerjaan. Menurut Stephen P. Robbins “organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang
dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang
bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau

sekelompok tujuan” (2009: 5). Untuk mencapai tujuan yang ditentukan dalam organisasi,
diperlukan proses menguraikan pekerjaan menjadi bagian-bagian kecil yang berguna bagi tujuan
organisasi dan dilaksanakan oleh individua tau kelompok, yang disebut pembagian kerja.
Pembagian kerja merupakan salah satu faktor yang paling penting karena adanya
pembagian kerja akan dapat memberikan kejelasan bagi para pegawai untuk dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik sesuai dengan beban kerja yang menjadi tanggung jawab serta mencegah
kemungkinan terjadinya tumpang tindih pekerjaan, pemborosan dan saling melempar tanggung
jawab bilamana terjadi kesalahan dan kesulitan. Seperti yang dikemukanan Wibowo Pembagian
Kerja adalah pengelompokan jenis-jenis pekerjaan yang mempunyai kesamaan dan persamaan
kegiatan ke dalam satu kelompok bidang pekerjaan. Sebagai contoh, kegiatan penjualan,

penagihan, dan promosi dapat dikelompokkan menjadi satu, yaitu bidang pemasaran. Kegiatan
pembelian bahan, pengawasan proses produksi, dan pengemasan dapat dikelompokkan dalam
bidang produksi (2007:40).
Pembagian kerja disebabkan karena seseorang mempunyai kemampuan terbatas untuk
melakukan segala macam pekerjaan. Oleh karena itu pembagian kerja berarti bahwa kegiatankegiatan dalam melakukan pekerjaan harus ditentukan dan dikelompokkan agar lebih efektif
dalam pencapaian tujuan organisasi.
Dengan adanya pembagian kerja dapat menjadikan orang bertambah ketrampilannya
dalam menangani tugas, karena tugasnya itu merupakan bidang tertentu saja. Pembagian kerja
yang baik merupakan kunci bagi penyelenggaraan kerja terutama dalam memberikan jaminan

terhadap kestabilan, kelancaran dan efisien kerjanya. Sebaliknya jika pembagian kerja itu
dilakukan dengan ceroboh, artinya tidak menyesuaikan kemampuan seseorang dengan bidang
pekerjaannya, maka ia akan berpengaruh tidak baik bahkan dapat menimbulkan kegagalan dalam
melakukan pekerjaannya.
Dengan demikian pembagian kerja perlu dilaksanakan secara seksama dengan penuh
pertimbangan. Tanpa adanya pembagian kerja, mereka akan bekerja menurut kemauan sendirisendiri tanpa menghiraukan tujuan organisasi, oleh karena itu dalam organisasi adanya
pembagian kerja yang baik dapat memberikan penjelasan bagi para pegawai untuk dapat
melaksanakan tugas dengan baik, sesuai dengan beban kerja yang menjadi tanggung jawabnya
(Siswanto,1989). Hal ini berarti dalam pembagian kerja harus ada penyesuaian antara
kemampuan dan jenis pekerjaan yang akan ditangani, disamping itu disertai oleh prosedur dan
disiplin kerja yang mudah dipahami oleh para pekerja yang bersangkutan. Pembagian kerja harus
ditunjang dengan komunikasi organisasi yang baik agar dapat menacapai tujuan yang telah di
capai pula.
Dalam melaksanakan pekerjaan, pegawai tidak lepas dari komunikasi dengan sesama
rekan sekerja, dengan atasan dan dengan bawahan. Komunikasi yang baik dapat menjadi sarana
yang tepat dalam meningkatkan kinerja pegawai. Melalui komunikasi, pegawai dapat meminta
petunjuk kepada atasan mengenai pelaksanaan kerja. Melalui komunikasi juga pegawai dapat
saling bekerja sama satu sama lain. Komunikasi merupakan sebuah pentransferan makna
maupun pemahaman makna kepada orang lain dalam bentuk lambang-lambang, simbol, atau
2


bahasa-bahasa tertentu sehingga orang yang menerima informasi memahami maksud dari
informasi tersebut (Robbins, 1996).
Suatu organisai harus tahu bahwa tidak mudah untuk menciptakan komunikasi yang
positif dalam organisasi, komunikasi yang baik dapat memberikan pengaruh yang positif kepada
pegawainya, namun sebaliknya bila komunikasi di dalan organisasi tidak baik maka
kemungkinan akan mengakibatkan penghambatan kelangsungan kerja untuk mencapai tujuan
yang dikehendaki.
kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan
menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan.
Jika dikaitkan dengan performance sebagai kata benda (noun) di mana salah satu entrinya adalah
hasil dari sesuatu pekerjaan (thing done), pengertian performance atau kinerja adalah hasil kerja
yang dapat dicapai oleh seseorang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak
melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral atau etika (Rivai, 2005:15-17). Syaratsyarat pelaksanaan kerja sudah ditetapkan dalam setiap perencanaan pekerjaan. Masalah kinerja
sangat diperlukan untuk mecapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Apabila tujuan
tersebut tidak dapat tercapai sesuai harapan maka tidak dapat dikatakan tercapai. Begitupun
masalah yang terjadi di BPJS Kesehatan Cabang Sukoharjo yang merupakan Badan Hukum
Publik yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan memiliki tugas untuk
menyelenggarakan jaminan Kesehatan Nasional bagi seluruh rakyat Indonesia yang bercabang di

Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan hasil pengamatan yang terjadi di BPJS Kesehatan Cabang
Sukoharjo adalah belum tercapainya kinerja pegawai yang otimal, hal ini dapat terlihat dari
adanya pegawai yang mengeluh terasa berat dengan pekerjaan yang dibebankan kepadanya
karena pekerjaan yang diberikan tidak sesuai dengan kemampuan pegawai, dan adanya pegawai
yang merasa sungkan dengan pimpinan maupun dengan teman sejawat yang dalam
mengkonsultasikan keluhan maupun permasalahan yang diterima dari pekerjaannya. Dapat
dilihat dari data grafik yang didapat dari pertanyaan singkat yang peneliti berikan kepada 15
pegawai yang ada di PBJS Kesehatan Cabang Sukoharjo, berikut grafiknya:

3

Grafik 1.1
Data Penyebab kinerja Pegawai BPJS Kesehatan Cab. Sukoharjo Tidak Optimal
Penyebab kinerja Pegawai BPJS Kesehatan Cab. Sukoharjo Tidak Optimal
fasilitas kurang

gaji kurang

usia sudah tua


sungkan dengan atasan/sejawat

Pekerjaan tidak sesuai
0

1

2

3

4

5

6

Sumber: data hasil angket penelitian awal di BPJS Kesehatan Cab. Sukoharjo
Sedangkan untuk melihat bagaimana kinerja pegawai BPJS Kesehatan Cab. Sukoharjo dapat
terlihat juga dari data tael berikut ini:

Tabel 1.1
Data Penilaian Kinerja Pegawai
BPJS Kesehatan Cabang Sukoharjo
No Kategori
Nilai

Tahun

1

A

Jumlah
Pegawai
2014
10

(%)

2


B

70

70

70

69,3

68

70,8

66

71,7

3


C

20

20

22

21,8

21

21,9

20

21,7

Total


100

100

101

100

96

100

92

100

10

Jumlah (%) Jumlah

Pegawai
Pegawai
2015
2016
9
8,9
7

(%)

(%)

7,3

Jumlah
Pegawai
2017
6

6,6


Sumber: Data Penilaian Kinerja Pegawai BPJS Kesehatan Cab. Sukoharjo Tahun 2014-2017

4

Keterangan :
A = Sangat baik.
B = Baik.
C = Cukup.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPJS Kesehatan Cabang SukoharjoPresentase
tahun 2014 dari kategori nilai A sebesar 10%, kategori nilai B sebesar 70%, kategori nilai C
sebesar 20%, tahun 2015 dari kategori nilai A sebesar 8,9%, kategori nilai B sebesar 69,3%,
kategori nilai C sebesar 21,8%, tahun 2016 dari kategori nilai A sebesar 7,3%, kategori nilai B
sebesar 70,8%, kategori nilai C sebesar 21,9%, dan tahun 2017 dari kategori nilai A sebesar
6,6%, kategori nilai B sebesar 71,7%, kategori nilai C sebesar 21,7%, Dari data di atas
menunjukan bahwa total presentase yang paling kecil adalah kategori nilai A pada tahun 2017
sebesar 6,6%. Sedangkan yang menjadi keinginan BPJS Kesehatan Cabang Sukoharjo total
presentase kategori A adalah 15% tiap tahunnya.
Dengan adanya permasalahan di atas maka secara tidak langsung akan berakibat terhadap
kinerja para pegawainya di BPJS Kesehatan Cabang Sukoharjo. Dalam menghasilkan pegawai
yang professional dan berkompeten maka dalam pembagian kerja dan komunikasi di dalam
organisasi perlu mendapat pehatian dari perusahaan/kantor dan meruapakan salah satu
pendorong tercapainya tujuan.. Berdasarkan uraian tersebut peneliti pertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai “Pengaruh Pembagian Kerja Dan Komunikasi Organisasi Terhadap
Kinerja Pegawai Di BPJS Kesehatan Cabang Sukoharjo”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Pembagian kerja belum dilakukan secara merata sesuai dengan kemampuan dan keahlian
pegawai.
2. Kurangnya keterampilan yang dimiliki pegawai terhadap bidang pekerjaannya.
3. Kurangnya perhatian dari perusahaan terhadap pentingnnya komunikasi yang terjadi baik
secara vertikal maupun horizontal dalam sebuah organisasi, yang berdampak pada tujuan
perusahaan yang diperoleh tidak maksimal.
4. Komunikasi yang tidak lancer menghambat pencapaian tujuan organisasi.

5

C. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan masalah-masalah di atas, agar tidak berkembang lebih jauh, maka
maslah yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi ebagai berikut:
1. Pengaruh pembagian kerja terhadap kinerja pegawai.
2. Pengaruh komunikasi organisasi terhadap kinerja pegawai.
3. Kinerja pegawai yang di pengaruhi pembagian kerja dan komunikasi organisasi.
D. Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara pembagian kerja terhadap kinerja
pegawai di BPJS Kesehatan Cabang Sukoharjo?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara komunikasi organisasi terhadap kinerja
pegawai di BPJS Kesehatan Cabang Sukoharjo?
3. Apakah terdapat pengaruh antara pembagian kerja dan komunikasi organisasi secara
bersama-sama terhadap kinerja pegawai di BPJS Kesehatan Cabang Sukoharjo?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara pembagian kerja
terhadap kinerja pegawai di BPJS Kesehatan Cabang Sukoharjo.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara komunikasi organisasi
terhadap kinerja pegawai di BPJS Kesehatan Cabang Sukoharjo.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara pembagian kerja dan komunikasi
organisasi secara bersama-sama terhadap kinerja pegawai di BPJS Kesehatan Cabang
Sukoharjo.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ni diharapkan dapat memberikan sumbangan pada dunia ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang ilmu Manajemen Suber Daya Manuia (MSDM) dan ilmu organisasi.

6

2. Manfaat Praktis
a. Pegawai
Diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan bahan masukan tentang pentingnya
pembagian kerja dan komunikasi organisasi dalam kinerja pegawai pada BPJS
Kesehatan Cabang Sukoharjo.
b. BPJS Kesehatan Cabang Sukoharjo
Diharapkan dapat memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan yang bersifat
konstruktif dan membuat keputusan dan berkaitan dengan pembagian kerja

dan

komunikasi organisasi terhadap kinerja pegawai pada BPJS Kesehatan Cabang
Sukoharjo.
c. Peneliti
4. Hasil penelitian dapat dijadikan pengalaman penelitian berkaitan dengan pengaruh
pembagian kerja dan komunikasi organisasi secara bersama-sama terhadap kinerja
pegawai.

7

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Tinjauan Tentang Kinerja Pegawai
a. Pengertian Kinerja Pegawai
Sebuah organisasi memerlukan manusia sebagai sumber daya pendukung utama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sumber daya manusia yang berkualitas akan turut
memajukan organisasi sebagai suatu wadah peningkatan produktivitas kerja. Kedudukan
strategis untuk meningkatkan produktivitas organisasi adalah pegawai, yaitu individu-individu
yang bekerja pada suatu organisasi atau perusahaan.
Kinerja merupakan prestasi kerja, yakni perbandingan antara hasil kerja dengan standar
kerja yang ditetapkan (Dessler, 1997). Dengan demikian kinerja memfokuskan pada hasil
kerjanya. Menurut Siagian (2003) Kinerja adalah konsep yang bersifat universal yang merupakan
efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan bagian karya berdasar standar dan
kriteria yang ditetapkan. Kinerja merupakan perilaku manusia dalam suatu organisasi yang
memenuhi standar perilaku yang ditetapkan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Menurut
Mangkunegara (2000) Kinerja adalah hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang
dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan.
Berdasarkan uraian dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja pegawai
merupakan tingkat pencapaian atau hasil kerja seseorang dari sasaran yang harus dicapai atau
tugas yang harus dicapai atau tugas yang harus dilaksanakan sesuai dengan tanggung jawab
masing-masing dalam kurun waktu tertentu.
b. Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai
Anggakara (2010) menyatakan bahwa kinerja mencakup variable-variabel yang berkaitan
dengan input, perilaku (proses), output dan outcome (nilai tambah/dampak). Demikian pula
Armstrong dan Baron (1998) menyatakan bahwa kinerja merupakan hasil dari proses kegiatan
yang dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan. Dalam upaya mencapai tujuan perusahaan
ada 2 faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain:
8

1.

Faktor Individu
a. Faktor kepribadian yaitu kepercayaan diri, dimana semakin tinggi kepercayaan diri
pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan, maka semakin tinggi kinerja pegawai tersebut.
b. Faktor motivasi, ketika seorang pemimpin mendorong pegawainya untuk suatu tujuan
tertentu seperti pemberian insentif (Fred Luthans, 2006).
c. Faktor kemampuan (skill) yaitu kemampuan atau keahlian pegawai dalam menyelesaikan
tugas sesuai dengan standar kerja di perusahaan.
d. Faktor kepuasan kerja yaitu perasaan atau sikap pegawai terhadap pekerjaannya (Ida Ayu
Brahmasari dan Agus Suprayetno, 2008)
e. Faktor pengetahuan pekerjaan yaitu luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan

ketrampilan kerja (Ida Ayu Brahmasari dan Agus Suprayetno, 2008).
2. Faktor Organisasi
a. Faktor gaya kepemimpinan yaitu faktor yang mendorong pegawai untuk berkomitmen
pada organisasinya agar mempunyai kemauan yang kuat untuk menjadi anggota
organisasi tersebut dan membuang keinginan untuk berpindah (Cuk Budihardjo, 2008).
b. Faktor tim kerja yaitu kualitas dukungan yang di berikan oleh rekan kerja.
c. Fakor komunikasi organisasi yaitu suatu proses penyampaian dan penerimaan berita atau
informasi dari seseorang ke orang lain (Mifta Thoha, 2005).
d. Faktor teknologi dan fasilitas yaitu dimana perusahaan menggunakan teknologi sesuai
kebutuhan kerja pegawai dan memfasilitasi kebutuhan kerja pegawai (Fred Luthans,
2006).
e. Faktor

konteks

organisasi

yaitu

dimana

organisasi

memberikan penghargaan

kepada pegawai untuk mencoba memotivasi kinerja mereka dan mendorong loyalitas dan
retensi (Fred Luthans, 2006).
Agar mampu menunjukan kinerja yang produktif maka seorang pegawai harus memiliki
ciri individu yang produktif. Anggakara (2010) kinerja yang produktif harus ditumbuhkan dalam
diri pegawai untuk meningkatkan kinerjanya. Adapun ciri-ciri tersebut antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Tindakan yang konstruktif
Kepercayaan diri
Rasa tanggung jawab
Rasa cinta terhadap pekerjaan
Pandangan ke depan
Mampu menyelesaikan persoalan
Penyesuaian diri terhadap lingkungan yang berubah
Memberi kontribusi yang positif terhadap lingkungan
Kekuatan untuk menunjukan potensi diri

9

c. Indikator Kinerja Pegawai
Berhasil tidaknya kinerja yang telah dicapai oleh organisasi tersebut dipengaruhi oleh
tingkat kinerja pegawai secara individual maupun secara kelompok. Dengan asumsi semakin
baik kinerja pegawai maka mengharapkan kinerja organisasi akan semakin baik. Beberapa
pendekatan untuk mengukur sejauh mana pegawai mencapai suatu kinerja secara individual
menurut Bernardin (1993) adalah sebagai berikut:
1.

Kualitas

Tingkat dimana hasil aktifitas yang dilakukan mendekati sempurna dalam arti menyesuaikan
beberapa cara yang ideal dari penampilan aktifitas ataupun memenuhi tujuan yang diharapkan
dari suatu aktifitas.
2.

Kuantitas

Jumlah yang dihasilkan dalam istilah jumlah unit, jumlah siklus aktifitas yang diselesaikan.
3.

Ketepatan Waktu

Tingkat suatu aktifitas diselesaikan pada waktu awal yang diinginkan, dilihat dari sudut
koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktifitas lain
4.

Efektifitas

Tingkat penggunaan sumber daya manusia organisasi dimaksimalkan dengan maksud menaikan
keuntungan atau mengurangi kerugian dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya.
5.

Kemandirian

Tingkat dimana seorang pegawai dapat melakukan fungsi kerjanya tanpa minta bantuan
bimbingan dari pengawas atau meminta turut campurnya pengawas untuk menghindari hasil
yang merugikan.
2. Tinjauan Tentang Pembagian Kerja
a. Pengertian Pembagian Kerja
Sumber dari pembagian kerja adalah analisis jabatan yang merupakan suatu aktivitas
dalam menentukan apa pekerjaan yang dilakukan dan siapa yang harus melakukan tugas
10

tersebut. Aktivitas ini adalah sebuah upaya untuk menciptakan kualitas dari pekerjaan dan
kualitas dari kinerja total suatu organisasi. Organisasi akan baik jika sumber daya manusia
didalamnya telah mampu melaksanakan pekerjaan masing – masing dengan jelas, spesifik, serta
tidak memiliki peran ganda yang dapat menghambat proses pencapaian kinerja. analisis jabatan
perlu dilakukan agar dapat mendesain organisasi serta menetapkan pembagian pekerjaan,
spesifikasi pekerjaan, dan evaluasi pekerjaan.
Manurut Hasibuan (2007:28) “analisis pekerjaan adalah menganalisis dan mendesain
pekerjaan apa saja yang perlu dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, dan mengapa pekerjaan
itu harus dilakukan. analisi pekerjaan adalah informasi tertulis mengenai pekerjaan apa saja yang
harus dikerjakan dalam suatu perusahaan agar tujuan tercapai”.
Manfaat analisis pekerjaan akan memberikan informasi tentang aktivitas pekerjaan,
standar pekerjaan, konteks pekerjaan, persyaratan personalia, perilaku manusia dan alat-alat yang
akan digunakan.
Maka dari itu, penelitian ini akan membahas produk utama dari analisis jabatan yaitu
pembagian kerja atau yang lebih dikenal dengan job description. DI bawah ini pengertian
pembagian kerja (job description) menurut beberapa ahli.
Menurut Hasibuan (2007: 33) “Pembagian kerja yaitu informasi tertulis yang
menguraikan tugas dan tanggung jawab, kondisi pekerjaan, hubungan pekerjaan, dan aspekaspek pekerjaan pada suatu jabatan tertentu dalam organisasi”. Sedangkan menurut Rivai (2004:
125) “Pembagian tugas adalah hasil analisis pekerjaan sebagai rangkaian kegiatan atau proses
menghimpun dan mengolah informasi mengenai pekerjaan”.
Pophal (2008:8) mengemukakan “Pembagian kerja adalah rekaman tertulis mengenai
tanggung jawab dari pekerjaan tertentu. Dokumen ini menunjukkan kualifikasi yang dibutuhkan
untuk jabatan tersebut dan menguraikan bagaimana pekerjaan tersebut berhubungan dengan
bagian lain dalam perusahaan”.
Bedasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
perincian

atau pengelompokan suatu aktivitas

pembagian kerja merupakan

baik berupa tanggung jawab, tugas, dan

semacamnya dan berkaitan erat satu sama lain yang dilakukan oleh suatu organisasi tertentu.

11

b. Manfaat Pembagian Kerja
Manfaat pembagian kerja adalah agar supaya pekerjaan terselenggara dengan baik sesuai
rencana dan dapat diketahui dengan jelas tujuan suatu organisasi, pegawai atau pegawai yang
bertanggung jawab atas terselenggaranya pekerjaan tersebut. (Marzuki, 1981 : 9). Sedangkan
menurut A.S Moenir manfaat pembagian kerja adalah :
1. Memudahkan bagi seseorang untuk melaksanakan tugas pekerjaannya tanpa menunggu
2.
3.
4.
5.
6.

perintah atau komando.
Diketahui dengan jelas batas wewenang dan tanggung jawab dari pekerjaan itu.
Tidak meragukan dalam pemberian tugas atau pelaksanaan pekerjaan.
Memudahkan dalam pengawasan.
Tidak terjadinya simpang siur atau benturan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Menjadi dasar pertimbangan dalam penentuan kebutuhan pendidikan.

c. Alasan Pembagian Kerja
Adapun alasan diadakan pembagian kerja adalah bahwa seseorang tidak akan melakukan
semua pekerjaan yang ada di dalam organisasi seorang diri tanpa bantuan orang lain.
Menurut Sondang P. Siagian ada tiga alasan diadakan pembagian kerja yaitu :
a. Beban kerja yang harus di pikul
b. Jenis pekerjaan yang harus beragam
c. Berbagai spesialisasi yang diperlukan (Sondang P. Siagian, 1983:10)
Dengan adanya pembagian kerja maka pegawai atau pegawai dituntut tanggung jawabnya
didalam penyelesaian setiap tugas yang dibebankan kepadanya. Jenis pekerjaan yang beraneka
ragam merupakan hal yang sudah biasa didalam suatu organisasi yang mempunyai tujuan yang
jelas. Spesialisasi pekerjaan diperlukan karena dalam pembagian kerja terjadi pembagian fungsifungsi dimana setiap fungsi tersebut memerlukan keahlian khusus untuk menyelesaikan setiap
pekerjaan.
d. Indikator Pembagian Kerja
Untuk mengukur pembagian kerja digunakan indikator-indikator sebagai berikut :
1. Penempatan pegawai

12

Penempatan pegawai ialah bahwa setiap pegawai atau pegawai telah ditempatkan sesuai
dengan kemampuan, keahlian dan pendidikan yang dimiliki sebab ketidaktepatan dalam
menetapkan posisi pegawai akan menyebabkan jalannya pekerjaan menjadi kurang lancar dan
tidak maksimal (A. S Nitisemito, 1996 :174)
2. Beban kerja
Beban kerja adalah tugas pekerjaan yang dipercayakan untuk dikerjakan dan tanggung
jawabkan oleh satuan organisasi atau seorang pegawai tertentu. (Sutarto, 1978 : 103)
Beban kerja yang harus dilaksanakan pegawai hendaknya merata, sehingga dapat
dihindarkan adanya seorang pegawai yang mempunyai beban kerja terlalu banyak atau terlalu
sedikit. Namun demikian beban kerja yang merata ini tidak berarti bahwa setiap pegawai di
perusahaan tersebut harus tetap sama beban kerjanya.
3. Spesialisasi pekerjaan
Spesialisasi pekerjaan adalah pembagian kerja berdasarrkan oleh keahlian atau
ketrampilan khusus (Sutarto, 1978 : 110). Spesialisasi pekerjaan sangat diperlukan dalam setiap
organisasi karena tidak semua pekerjaan membutuhkan keahlian dan tidak semua orang
mempunyai keahlian yang sama sebab setiap orang mempunyai kelebihan dan keterbatasan
sendiri.
Agar semua tugas pekerjaan yang ada dapat dilaksanakan dengan baik maka perlu sekali
adanya spesialisasi pekerjaan. Namun walaupun demikian spesialisasi pekerjaan bukan
merupakan tujuan mengkotak-kotakan pegawai atau pegawai.

4. Tanggung Jawab
Tanggung jawab berarti memikul semua kewajiban dan beban pekerjaan sesuai dengan
batas-batas yang ada di job diskripsi. Setiap pegawai wajib bekerja sesuai tanggung jawab, dan
tidak melewati batas-batas tanggung jawab yang ada.

13

Perusahaan harus benar-benar melakukan evaluasi dan pengkajian kembali terhadap
setiap tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada pegawai. Sebab, sering sekali perubahan
menjadikan sebuah job diskripsi menjadi tidak efektif. Oleh karena itu, pemberian kepercayaan
pada individu-individu pegawai dalam organisasi perusahaan haruslah dirancang agar para
individu tersebut mampu bertanggung jawab dalam pekerjaan yang sesuai dengan harapan
perusahaan.
3. Tinjauan Tentang Komunikasi Organisasi
a. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam
kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap masyarakat manusia, baik yang primitif
maupun yang modern, berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai
aturan sosial melalui komunikasi. Dikatakan vital karena setiap individu memiliki kemampuan
untuk berkomunikasi dengan individu – individu lainnya sehingga meningkatkan kesempatan
individu itu untuk tetap hidup (Rakhmat, 1998:1).
Setiap saat semua orang selalu berbicara tentang komunikasi. Kata komunikasi sangat
dikenal, tetapi banyak di antara kita yang kurang mengerti makna dari komunikasi walaupun kita
selalu memperbincangannya dan melakukannya.
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasl dari bahasa Latin
communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti
“membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling
sering sebagai asal usul komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang
mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut
secara sama (Mulyana, 2005 : 4).
Effendy (2006: 5) mengungkapkan bahwa secara paradigmatis, komunikasi adalah proses
penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah
sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tal langsung melalui media
(Effendy, 2006 : 5).
Pengertian komunikasi menurut Berelson dan Starainer dalam Fisher adalah
penyampaian informasi, ide, emosi, keterampilan, dan seterusnya melalui penggunaan simbol
14

kata, angka, grafik dan lain-lain (Fisher, 1990:10). Sedangkan menurut Onong U. Effendy
(1984 : 6), komunikasi adalah peristiwa penyampaian ide manusia.
Dari pengertian diatas dapat dilihat bahwa komunikasi merupakan suatu proses
penyampaian pesan yang dapat berupa pesan informasi, ide, emosi, keterampilan dan sebagainya
melalui simbol atau lambang yang dapat menimbulkan efek berupa tingkah laku yang dilakukan
dengan media-media tertentu.
b. Prinsip-prinsip Komunikasi
Menurut Seiler (dalam Arni Muahmmad, 2000;19-20) untuk dapat memahan hakekat
komunikasi, kita perlu mengetahui prinsip dasar dari komunikasi tersebut. Adapun prinsip dasar
komunikasi adalah :
1) Komunikasi adalah suatu proses:
Suatu kegiatan yang berlangsung secara terus menerus secara berkesinambungan. Tidak
ada bentuk yang baku bagi suatu proses, begitu juga dengan komunikasi yang selalu berubahubah menutut variasi dan elemen-elemen yang membentuknya. Dan sebagai suatu proses,
komunikasi juga menuntud adanya hasil dari proses tersebut yaitu perubahan.
2) Komunikasi adalah system:
Proses komunikasi terjadinya karena adanya elemen-elemen yang membangunnya, yaitu
komunikator, pesan, media, komunikate dan feel. Elemen-elemen ini berkaitan satu sama lainnya,
jika salah satu elemen mendapat gangguan maka akan menimbulkan gangguan pula pada elemen
lainnya yang berdampak pada terganggunya proses terebut. Inilah alasan mengapa komunikasi
dikatakan suatu sistem.
3) Komunikasi bersifat transakasi dan interaksi:
Proses komunikasi pada intinya merupakan transmisi pesan antara komunikator dan
komunikan, hal ini penyebab terjadinya transaksi dan berlangsung secara kontiniu. Proses ini
juga mendukung untuk terjadinya interaksi antara mereka yang berkomunikasi
4) Komunikasi dapat terjadi disengaja atau tidak sengaja:

15

Komunikasi yang disengaja terjadi karena pesan yang dikirimkan oleh komunikator
memiliki tujuan khusus terhadap penerima yang dimaksud. Idealnya, hal tersebut dapat
menimbulkan efek yang diharapkan. Tetapi itu bukanlah hal yang mudah, banyak faktor yang
mempengaruhinya. Komunikasi juga dapat terjadi secara tidak sengaja, tetapi dapat diterima
dengan sengaja oleh siapa saja yang saat itu berada dalam jangkaunnya.
Prinsip komunikasi juga dijelaskan oleh Deddy Mulyana (2007: 84) yag menyebutkan
bahwa prinsip komunikasi terdapat dua belas prinsip yang harus ada dalam komunikasi, antara
lain:

1) Komunikasi Adalah Proses Simbolik
2) Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi
3) Komunikasi Punya Dimensi Sisi dan Dimesi Hubungan
4) Komunikasi Berlangsung Dalam Berbagai Tingkat Kesengajaan
5) Komunikasi Terjadi dalam Konteks Ruang dan Waktu
6) Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi
7) Komunikasi Bersifat Sistemik
8) Semakin Mirip Latar Belakang Sosial-Budaya Semakin Efektiflah Komunikasi
9) Komunikasi Bersifat Nonsekuensial
10) Komunikasi bersifat Prosesual, Dinamis, dan Transaksional
11)Bersifat Irreversible
12) Komunikasi Bukan Panasea untuk Menyelesaikan Berbagai Masalah
c. Unsur Unsur komunikasi
komunikasi yang terjadi itu paling tidak akan melibatkan, seseorang yang menyampaikan
ide, ide itu sendiri atau berita yang disampaikan, alat yang digunakan untuk menyampaikan ide
dan orang yang menerima berita, Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi itu akan
terdiri unsur-unsur komunikasi.
Unsur komunikasi menurut Hery Sawiji (2012:8) adalah sebagai berikut:
1. Komunikator, yaitu sumber asal komunikasi.
2. Berita, informasi yang berupa lambing maupun lisan atau tulisan.
3. Saluran, sarana tempat berlangsungnya lambing-lambang atau berita, yang berupa
saluran pendengaran, penciuman dan saluran pengelihatan.
4. Reseptor, orang yang menerima berita.
Sedangkan unsur komunikasi menurut Oteng Sutisna (1989:56) antara lain:
16

1. Harus ada suatu sumber, yaitu seorang komunikator yang mempunyai sejumlah
kebutuhan, ide atau infromasi untuk diberikan.
2. Harus ada suatu maksud yang hendak dicapai, yang umumnya bias dinyatakan dalam
kata-kata permbuatan yang oleh komunikasi diharapkan akan dicapai.
3. Suatu berita dalam suatu bentuk diperlukan untuk menyatakan fakta, perasaan, atau ide
yang dimaksud untuk membangkitkan respon dipihak orang-orang kepada siapa berita itu
ditujukan.
4. Harus ada suatu saluran yang menghubungkan sumber berita dengan penerima berita.
5. Harus ada penerima berita. Akhirnya harus ada umpan balik atau respon dipihak
penerima berita. Umpan balik memungkinkan sumber berita untuk mengetahui apakah
berita itu telah diterima dan dinterprestasikan dengan betul atau tidak.
d. Pengertian Organisasi
Secara sederhana organisasi dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang merupakan
wadah atau sarana untuk mencapai berbagai tujuan atau sasaran organisasi memiliki banyak
komponen yang melandasi diantaranya terdapat banyak orang, tata hubungan kerja, spesialis
pekerjaan dan kesadaran rasional dari anggota sesuai dengan kemampuan dan spesialisasi
mereka masing-masing.
Dalam hal ini Robbin (1994: 4) menyatakan organisasi adalah kesatuan sosial yang
dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang
bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau
sekelompok tujuan. Sedangkan Sutarto (2002 : 40) menyimpulkan bahwa secara keseluruhan,
organisasi adalah sistem saling mempengaruhi antar orang dalam kelompok yang bekerjasama
untuk mencapai tujuan tertentu.
Lebih lanjut pengertian organisasi dijelaskan oleh Hasibuan (2011: 120) mendefinisikan
bahwa organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur, dan terkoordinasi dari
sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah suatu wadah
yang di dalamnya terdapat sekelompok orang yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama.
e. Pengertian Komunikasi Organisasi
17

Komunikasi merupakan faktor penting dalam sebuah organisasi karena semua anggota
organisasi pasti selalu berinteraksi satu dengan yang lain demi mendapatkan informasi yang
dibutuhkan. Definisi komunikasi organisasi dapat di jelaskan oleh bebrapa ahli, berikut ini
definisi komunikasi organisasi oleh bebrapa ahli.
Komunikasi organisasi menurut Wiryanto dalam Khomsahrial Romli (2011: 2)
adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam
kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal
adalah komunikasi yang di setujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya
berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam
organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus di lakukan
dalam organisasi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang di
setujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih
kepada anggotanya secara individual. Sedangkan komunikasi organisasi
menurut Arni Muhammad (2009: 67) komunikasi organisasi juga dapat di
definisikan sebagai proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam
suatu jaringan hubungan yang saling bergantung satu sama lain untuk
mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah – ubah.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimupulkan bahwa komunikasi
organisasi adalah proses hubungan komunikasi terjalin baik secara langsung
maupun tidak langsung antara pimpinan dengan pegawainya ataupun antar
pegwai satu dengan lainnya, serta komunikasi menyilang dengan organisasi
lainnya.
f. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Komunikasi dirasa penting dalam organisasi, karena komunikasi
memiliki fungsi dalam mengatur dan mengawali kegiatan di dalam suatu
organisasi.

Menurut

Sendjaja

(2004:

42)

menyatakan

bahwa

fungsi

komunikasi dalam organisasi adalam sebagai berikut:
1. Fungsi informatif, organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan
informasi.
18

2. Fungsi regulatif, fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam
suatu organisasi.
3. Fungsi persuasif, dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak
akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan.
4. Fungsi integratif, setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang
memungkinkan pegawai dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.
Scott dan T.R. Mitchell dalam Arni Muhammad (2001: 70) komunikasi mempunyai
empat fungsi dalam organisasi, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Pengendalian (control/pengawasan)
Motivasi
Pengungkapan emosional
Informasi

Sedangkan menurut Djoko Purwanto (2006: 10), komunikasi memiliki dua fungsi, yaitu:
1. Komunikasi memungkinkan orang-orang saling bertukar informasi
2. Komunikasi membantu menghubungkan sekelompok anggota organisasi yang
terpisah dari anggota lainnya.
g. Hambatan-hambatan Komunikasi Organisasi
Dalam setiap melakukan kegiatan/sesuatu, pasti seseorang akan menhalami yang
namanya rintangan atau hambatan yang menggangu kelancaran sesorang untuk mencapati
sesuatu. Sama halnya dengan komunikasi bahwa sesorang juga akan menemukan hambatan
dalam berbagi informasi. Di bawah ini beberapa hambatan atau rintangan yang dihadapi dalam
berkomunikasi.
Menurut Boone dan Kurtz dalam Hery Sawii (2012:29) menyebutkan hambatan dalam
komunikasi ada delapan, yaitu;
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Waktu yang kurang tepat
Informasi yang tidak mencukupi
Saluran yang kurang tepat
Kebisingan
Presepsi yang selsktif
Evaluasi dini
Emosi
Kepercayaan
19

Sedangkan menurut Anwar P Mangkunegara (2009:150) ada tiga rintangan dalam
berkomunikasi, yaitu;
1. Hambatan pribadi, yang disebabkan oleh emosi, alat indera yang terganggu, kebiasaankebiasaan yang nerlaku dapa norma atau nilai budaya tertentu.
2. Hambatan fisik, hambatan ini menyangkut jaraka komunikasi yang jauh antara sender
dan receiver.
3. Hambatan bahasa, kesalahan dalam menginterpretasikan kata kerena ragam Bahasa dan
budaya.
h. Jenis-jenis Komunikasi
Dalam sebuah organisasi komunikasi dibedakan meenjadi beberapa jenis. Seperti yang
disampaikan oleh Zelko dan Dance dalam Arni Muhammad (2001:66) yang menyebutkan
bahwa;
Komunikasi adalah suatu system yang saling bergantung yang mencakup komunikasi
internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi dalam
organisasi itu sendiri seperti antran atasan dan bawahan, komunikiasi dari bawahan ke
atasan, dan komunikasi antar sesame pegawai setingkatnya. Sedangkan komunikasi
eksternal adalah komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya.
Bedasarkan pengertian dari Zelko dan Dance di atas makan komunikasi dbedakan
menjadi dua, yaitu komunikasi internal dan komunkasi eksternal. Yang dapat diuraikan sebagai
berikut:

1. Komunikasi Internal
Komunikasi internal merupakan komunikasi yang lebih ditekankan pada internal perusahaan.
Menurut Brennan dalam Effendi (1994:122) menyebutkan bahwa pengertian komunikasi internal
adalah:
Komunikasi disebut juga sebagai pertukaran gagasan para administrator dan pegawai
dalam suatu perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan struktur yang khas
20

(operasi) dan gagasan pertukaran gagasan horizontal dan vertical di dalam perusahaan
atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan manajemen).
Adapun komunikasi internal terdiri dari dua macam, yaitu komunikasi kebawah dan
komukiasi keatas, penjelasannya dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Komunikasi kebawah
Komunikasi kebawah ini merupakan penyampaian informasi dari atasan kebawahan.
Komunikasi ini dapat berupan perintah, teguran, pujian, dan lain-lain.
Adapun tujuan komunikasi kebawah ini menurut Arni Muhammad (2001:108) adalah
untuk menyampaikan tujuan organisasi, merubah sikap, membentuk pendapat,
mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah
kesalahpahaman karena kurang informasi serta menyiapkan anggota organisasi untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan.
b. Komunikasi keatas
Komunikasi keatas ini merupakan penyampaian laporan atau informasi yang mengalir
dari bawahan ke atasan atau dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat lebih tinggi.
Menurut Sukanto R dan T. Hani Handoko (1990:183) “Komunikasi keatas aliranya
melalui tingkatantingaktan hiraki organisasional paling sering berbentuk umpan balik
kerjasama dan secara mendasar dihubungkan dengan fungsi pengawasan”.
2. Komunikasi Eksternal
Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance dalam Arni Muhammad menyebutkan
bahwa: "komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarmya seperti komunikasi
dalam penjualan hasil produksi, pembuatan iklan, dan hubungan dengan masyarakat umum
Dalam sebuah perusahaan komunikas berlangsung antara anggota organisasi baik pimpinan
dengan bawahan maupun pegawai dengan pegawai, serta komunikasi juga terjadi pada
perusahaan satu dengan yang lain Benıkut ini adalah saluran komunikasi menurut Djoko
Purwanto (2006:40) terdiri atas:

1. Komunikasi Vertikal
a. Komunikasi Vertikal Ke Atas. Komurnikasi ke atas adalah penyampaian pesan dengan
alur berasal dari bawah (pegawai) menuju atas (manajer).

21

b. Komunikasi Vertikal Ke Bawah adalah saluran yang dipakai untuk menyampaikan
informasi, mengarahkan, mengoordinasi, memotivasi dan memimpin dan mengendalikan
berbagai kegiatan di level bawah.
2. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal adalah komunikasi yang terjadi antar manajer, antar pegawai
dalam satu organisasi
3. Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal adalah komunikasi yang melibatkan antar dua tingkat (level) dalam
organisasi yang berbeda.
Sedangkan saluran komunikasi menurut A.P Mangkunegara (2009:152) terdiri dari dua
saluran komunikasi keatas dan saluran komunikasi kebawah.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Saluran komunikasi pegawai bawahan terhadap atasan, yaitu:
a. Kontak secara tatap muka
b. Pertemuan kelompok mpengawasan
c. Kontak keluhan tanpa nama
d. Pertemuan pegawai dengan pemegang saham setiap tahun
e. Menggunakan prosedur pengaduan.
2. Saluran komunikasi yang digunakan atasan kepada bawahan, yaitu:
a. Perintah berantai
b. Majalah perusahaan
c. Surat kepada pegawai
d. Buku pedoman pegawai
e. Pertemuan kelompok
f. Laporan tahunan
Dalam penelitian ini komunikasi organisasi yang difokuskan adlah komunikasi internal,
karena permasalahan yang diteliti adalah permasalah yang menyangkut komunikasi di dalam
lingkungan kantor. Selain itu komunikasi yang terjadi di kantor lebih banyak terjadi dalam
kantor.
i. Indikator Komunikasi Organisasi
Variabel komunikasi organisasi dengan tiga sub variable yang diukur dengan
menggunakan indicator yang mengacu pada teori Djoko Purwanto (2006:40), yaitu:
1. Komunikasi Vertikal
a. Komunikasi ke atas
1) Informasi dari bawahan ke atasan yang penting.
22

2) Penyampain saran/pendapat dari bawahan ke atasan.
3) Penyampaian keluhan dari bawahan ke atasan.
4) Penyampaian laporan dari bawahan ke atasan.
b. Komunikasi ke bawah
1) Kejelasan atasan dalam memberikan petunjuk.
2) Pemberian pujian dari atasan ke bawahan.
3) Pemberian teguran dari atasan ke bawahan.
4) Kemudahan koordinasi dari atasan ke bawahan.
2. Komunikasi horizontal
a. Kerjasama antar pegawai dalam meyelsaikan masalah
b. Koordinasi tentang pekerja antar pegawai sederajat
c. Kemudahan memperoleh informasi dari bagian lain
d. Saling membutuhkan inforamsi antar bagian lain
3. Komunikasi diagonal
a. Pengetahuan informasi antar bagian dalam tingkat organisasi yang berbeda.
b. Infromasi cepat disampaikan.

B. Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan yang digunakan peneliti sebagai acuan penyusunan skripsi
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan Vijai N. Giri, B. Pavan Kumar, yang berjudul “Assessing the
impact of organizational communication on job satisfaction and job performance in
Indian Organizational”. Dalam jurnal Psycological Studies, Juni 2010, Volume 55 Issue
2, pp 137-143. Dengan hasil penelitian menjelaskan bahwa komunikasi organisasi
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja dan prestasi kerja pegawai.
Analisis lebih lanjut menunjukan bahwa pegawai pada tingkat yang berbeda maka
merasakan kepuasan kerja berbeda. Dengan deminikan dapat disimpulkan bahwa dalam
organisasi-organisasi Indian, kepuasan kerja dan kinerja sangat tergantung pada perilaku
komunikasi organisasi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Kusmanto yang berjudul Pengaruh Pengawasan Melekat,
Motivasi, Dan Pembagian Kerja Terhadap Kinerja Pegawai PD BPR BKK dalam
Manajemen Sumber Daya Manusia Vol 3, No 2 (2009). Dengan hasil penelitian bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan pembagian kerja terhadap kinerja. Hal itu berarti
semakin baik pembagian kerja maka kinerja pegawai juga akan meningkat. Berdasarkan
nilai t hitung dari masing-masing variabel diketahui bahwa nilai t hitung untuk variabel
X1 (pengawasan melekat) yaitu 8,863 lebih besar dibandingkan dengan nilai t hitung
untuk variabel X2 (motivasi) yaitu 3,451 maupun X3 (pembagian kerja) yaitu 4,950.
23

Dengan demikian maka variabel pengawasan melekat paling besar pengaruhnya terhadap
kinerja pegawai PD. BPR BKK Tasikmadu Kabupaten Karanganar.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Gerry Lengkong dkk, yang berjudul Pengaruh
Kepemimpinan, Pembagian Kerja Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada PT.
Air Manado dalam Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi Vol 3, No 3
(2015): Jurnal EMBA, HAL 001 – 118. Dengan hasil penelitian bahwa hasil uji hipotesis
penelitian yang terdiri dari Kepemimpinan, Pembagian kerja dan Kompensasi memiliki pengaruh
yang signifikan dan signifikan terhadap Kinerja pegawai. Kepemimpinan juga merupakan
variabel paling dominan atau yang paling kuat berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai
dibandingkan dengan variabel lainnya dalam model penelitiannya.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Hariyanti dan Inten Primawestri yang Pengaruh Komunikasi

Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Perawat Dengan Komitmen Organisasi Sebagai
Variabel Moderating (Studi Kasus Pada Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Karanganyar) dalam jurnal PROBANK Vol. 20, No. 22 (Maret 2012) . Dengan hasil
penelitian bahwa hasil uji hipotesis penelitian yang terdiri dari komunikasi, Motivasi Kerja,
dan komitmen organisasi berpengaruh positif kerhadap kinerja perawat. Hasil uji t juga
menunjukkan bahwa komitmen organisasi memoderasi pengaruh komunikasi terhadap
kinerja perawat di RSUD Karanganyar. Hal ini berarti kornunikasi yang baik dan
didukung oleh komitmen organisasi yang tinggi akan

semakin meningkatkan kinerja

perawat.
C. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir pada dasarnya merupakan arahan penalaran untuk sampai pada
pemberian jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Kerangka berfikir dalam
penelitian sebagai petunjuk jalan pikiran yang berdasarkan teori yang relevan.
Kinerja pegawai merupakan tingkat pencapaian atau hasil kerja seseorang dari
sasaran yang harus dicapai atau tugas yang harus dicapai atau tugas yang harus
dilaksanakan sesuai dengan tanggung jawab masing-masing dalam kurun waktu tertentu,
kinerja sangat berkaitan dengan tujuan dari suatu organisasi. Apabila suatu tujuan dapat
dicapai dengan baik , maka dapat dikatakan kinerja pegawainya tinggi/baik.
Kinerja pegawai seyogyanya perlu mendapat perhatian lebih dari pimpinan
organisasi, karena kinerja pegawai akan menjadi sumber utama dari kinerja organisasi.
Dengan kata lain maju atau tidaknya suatu organisasi tentu saja bersumber dari kinerja

24

pegawainya. Maka kinerja pegawai perlu dikelola dengan baik agar senaniasa terjaga
dalam posisi yang optimal.
Faktor yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai diantaranya pembagian kerja
dan komunikasi organisasi.
Pembagian kerja diduga dapat mempengaruhi kinerja pegawai dalam bekerja .
Dengan pembagian kerja yang merata maka waktu yang digunakan dalam bekerja akan
dapat diminimalisir, sehingga tujuan kerja dapat tercapai. Namun, apabila pembagian
kerja idak dilakukan secara merata, maka kinerja para pegawai tidak berjalan dengan
baik. Hal ini sangat berkaitan dengan tujuan organisasi, sehingga untuk dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya diahrapkan kinerja pegawai dapat berjalan
dengan baik.
Komunikasi dalam sebuah organisasi sangat diperlukan, karena komunikasi
merupakan saran penyampaian pesan dalam bentuk lisan maupun tulisan bahkan dapat
berupa bahasa tubuh. Dalam hal ini organisasi harus memperhaikan pegawainya dalam
berkomunikasi. Komunikasi yang berlangsung harus efektif, dengan komunikasi yang
efektif ini diharapkan organisasi mendapatkan informasi yang yang akurat dan relevan
tentang keinginan dan kebutuhan pegawai, sehingga informasi yang diperloeh dapat
dipertimbangkan dan direlaisasikan keputusannya pada pegawai. Komunikasi yang
efektif dimaksud agar terjadi feedback antar pegawai yang akan berdampak positif
terhadap pegawai, dan tentunya berdampak positik terhadap kemajuan organisasi.
Apabila komunikasi pada suatu organisasi tidak berjalan lancar maka organisasi tersebut
akan mengalami ketidakmampuan mengontrol sumber daya terutama sumber daya
manusianya.
Untuk mempermudah di dalam memahami persoalan yang sedang diteliti serta
mengarahkan penelitian pada pemecahan masalah yang dihadapi. Maka peneliti membuat
kerangka berfikir. Kerangka berfikir adalam berupa skeam atau gambar arah pemikiran
yang menunjukan hubungan antar masing-masing variable yang akan dibahas di bawah
ini:
Gambar1. Kerangka Hipotesis Penelitian

25

D. Hipotesis
Menurut Suharsimi Arikunto (1996:67) “Hipotesis diartikan sebagai suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahn peneliian, sampai terbukti melalui
data yang terkumpul”. Sedangkan menurut S. Nasution (2003:39) menyebutkan
“Hipotesis adalah pernyataan tentative yang merupakan dugaan atau terkaan tentang apa
saja yang kita amati dalam usaha yang memahaminya”.
Dalam membuat hipoesis seorang peneliti harus memenuhi persyaratan menurut
Borg dan Gall dalam Suharsimi (2000 : 64) ada empat persyaratan bagi hipotesis yang
baik, yaitu:
1. Hipotesis hendaknya merupakan rumusan tentang hubungan dua atau lebih variabel.
2. Hipotesis yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan atau dasar-dasar teoritik
dan hasil penemuan terdahulu.
3. Hipotesis harus dapat diuji
4. Rumusan hipotesis hendaknya yang singkat dan padat.
26

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pembagian kerja terhadap kinerja di BPJS
Kesehatan Cab. Sukoharjo tahun 2018
2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara komunikasi organisasi terhadap kinerja
pegawai di BPJS Kesehatan Cab. Sukoharjo
3. Ada pengaruh signifkan secara bersamaan antara pembagian kerja dan komunikasi
organisasi terhadap kinerja pegawai di BPJS Kesehatan Cab. Sukoharjo.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian digunakan untuk mendapatkan data, informasi, keterangan dan
hal-hal yang berkaian dengan kepentingan penelitian. Sesuai dengan masalah penelitian
ini yaitu pengaruh pembagian kerja dan komunikasi organisasi terhadap kinerja pegawai
di BPJS Kesehatan Cab. Sukoharjo, maka peneliti mengambil lokasi penelitian di BPJS
Kesehatan Cab. Sukoharjo pertimbangan peneliti memilih lokasi ini adalah:

27

a.

Pengamatan awal peneliti pada BPJS Kesehatan Cab. Sukoharjo menunjukan bahwa
kinerj pegawai masih rendah sehingga hasil kerja kurang optimal.

b.

BPJS Kesehatan Cab. Sukoharjo memiliki pembagian tugas yang bermacammacam.

c.

Data yang diperoleh di BPJS Kesehatan Cab. Sukoharjo sesuai dengan
permasalahan yang diteliti sehingga dapat mendukung dalam menjawab perumusan
malsah dengan sebaik-baiknya.

d.

Terdapat pemberian izin dari instansi sehingga memudahkan peneliti dalam
mengambil data yang diperlukan mengenai masalah yang ada dalam penelitian ini.

2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian direncanakan 8 bulan yaitu pada bulan JanuariSeptember 2018. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan tahap-tahap perincian dalam
tabel terlampir.
B. Desain Penelitian
Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (2002:249), pengertian desain penelitian
adalah rancangan utama penelitian yang menyatakan metode dan prosedur-prosedur yang
digunakan oleh peneliti