HUBUNGAN EVAPORASI TERHADAP PERTUMBUHAN

HUBUNGAN EVAPORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TERATAI PUTIH (Nymphaea alba) PAPER OLEH : RAMADHIANTIE KARNAIN / 160301199 AGROEKOTEKNOLOGI IVB PROGRAM STUDI AGRO EKOTEKNOLO GI

HUBUNGAN EVAPORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TERATAI PUTIH (Nymphaea alba) PAPER OLEH : RAMADHIANTIE KARNAIN / 160301199 AGROEKOTEKNOLOGI IVB

Paper sebagai salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Agroklimatologi Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

Ditugaskan Oleh Dosen Penanggung Jawab

( Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MS) NIP: 19610831 198803 2 004

LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI PROGRAMSTUDIAGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Judul Paper : Hubungan Evaporasi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Teratai Putih (Nymphaea alba) Nama

: Ramadhiantie Karnain NIM

: 160301199 Group

: AGROEKOTEKNOLOGI IV B

Diperiksa Oleh Asisten Koordinator

(Muhammad Ridho Catur Prasetya) NIM: 130301279

Diperiksa Oleh Diperiksa Oleh Asisten Korektor I

Asisten Korektor II

(Maysyarah Sinambela) (Albi Abdillah) NIM: 120301037

NIM: 120301254

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya.

Adapun judul paper ini adalah “Hubungan Evaporasi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Teratai Putih (Nymphaea alba)” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Agroklimatologi, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata

atau Ibu Dosen Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, M.S; Dr. Nini Rahmawati, S.P, M.S; Dr. Ir. Yaya Hasanah; Ir. Irsal, M.P; Ir. T. Irmansyah, M.P; Ir. Lisa Mawarni, M.P, serta kepada Abang dan Kakak Asisten Laboratorium Agroklimatologi yang telah membantu dalam penulisan ini.

kuliah Agroklimatologi

Bapak

Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membantu serta menyempurnakan paper ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, November 2016

Penulis

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Klimatologi pada dasarnya berisikan pembahasan unsur-unsur cuaca dan iklim yang menyangkut distribusinya baik dalam skala global (dunia), regional (wilayah), maupun local (setempat). Pembahasan bidang klimatologi sangat erat kaitannya dengan aspek geografi seperti garis lintang, ketinggian tempat, posisi permukaan bumi, dan aspek lainnya. Setiap usaha dalam bidang pada dasarnya bertujuan untuk mendapatkan priduktivitas yang setinggi-tingginya dengan kualitas yang sebaik-baiknya. Untuk itu maka persyaratan tumbuh tanaman sedapat mungkin dapat terpenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangannya berlangsung optimal (Sabarudin,2012).

Evaporasi atau penguapan adalah proses berubahnya bentuk zat cair menjadi gas (uap air) dan masuk ke atmosfer. Ada dua macam penguapan, yaitu evaporasi (penguapan air secara langsung dari lautan, dll) dan transpirasi (penguapan air dari tumbuh-tumbuhan, mahluk hidup, dll). Gabungan antara evaporasi dan transpirasi disebut evapotranspirasi (Wuryanto,2000).

Kombinasi dua proses yang saling terpisah dimana kehilangan air dari permukaan tanah melalui proses evaporasi dan kehilangan air dari tanaman melalui proses transpirasi disebut sebagai evapotranspirasi (ET). Proses hilangnya air akibat evapotranspirasi merupakan salah satu komponen penting dalam dalam hidrologi karena proses tersebut dapat mengurangi simpanan air dalam badan- badan air, tanah, dan tanaman. Untuk kepentingan sumber daya air, data ini untuk menghitung kesetimbangan air dan lebih khusus untuk keperluan penentuan kebutuhan air bagi tanaman (pertanian) dalam periode pertumbuhan atau periode produksi. Oleh karena itu, data evapotranspirasi untuk tujuan irigasi atau pemberian air, perencanaan irigasi atau untuk konservasi air (Achmad,2011).

Penguapan cenderung untuk menjadi sangat tinggi pada daerah-daerah yang mempunyai suhu tinggi, angin kuat, dan kelembapan yang rendah. Daerah subtropik biasanya merupakan daerah yang langsung menerima insolasi (pemanasan dari matahari) tanpa terlindung oleh adanya awan. Juga merupakan daerah yang mempunyai angin yang kuat dan mempunyai nilai kelembapan yang rendah. (Hutabarat,1986)

Tanaman teratai termasuk keluarga besar "Nymphaeaceae". Bunga teratai memiliki keistimewaan, ia dapat hidup seolah-olah dalam tiga dunia yang berbeda yaitu akarnya terpancang di tanah, tangkai dan ujung daunnya hidup di air, bunganya sendiri menyembul di udara. Selain itu bunga teratai juga dilambangkan sebagai Dewa Tri Murti. Tanaman teratai banyak dimanfaatkan sebagai sarana upacara adat/banten di Bali, tanaman teratai dapat juga digunakan sebagai obat karena mengandung beberapa kandungan kimia yang berbeda disetiap bagiannya. (Supartha,1998)

Air dan nutrient yang diberikan kepada tanaman dilahan tanah, tidak semuanya digunakan oleh tanaman. Secara normal dari total air yang diberikan hanya sebagian kecil yang diserap tanaman, 70-75 % air diuapkan melalui evaporasi ke atmosfer dan 5% air mengalami run off. Dari air yang diserap oleh tanaman, 90-99% diuapkan melalui proses transpirasi tanaman dan hanya 1-10% yang digunakan oleh tanaman. Adapun nutrient yang diberikan dalam bentuk pupuk anorganik hanya 20-60% digunakan oleh tanaman, sedangkan 40-80% nutrient akan mengalami pencucian. Pencucian tersebut disebabkan oleh air hujan atau air irigasi kemudian masuk kedalam tanah atau bergerak mengikuti aliran air. Aor yang telah mengandung nutrient terlarut dalam jumlah berlebih, dapat mencemari air dan tanah, sehingga mengganggu keseimbangan lingkungan (Agustina,2009).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari paper ini adalah untuk mengetahui Hubungan antara Evaporasi dan tanaman teratai putih (Nymphaea alba)

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari paper ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Agroklimatologi Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Serta, sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Tanaman Teratai (Nymphaea sp.) diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Class: Dicotyledoneae, Ordo: Nymphaeales, Famili: Nymphaeaceae, Genus: Nymphaea, Tanaman teratai hingga sekarang rata-rata berjumlah sekitar 50 species.Nymphaea nouchali Brum F, Nymphaea alba L. (teratai putih), Nymphaea lotus (teratai kecil), Nymphaea rubra (teratai merah). (Warianto,2011).

Akar tanaman Teratai memiliki akar yang berongga. Akar tanaman teratai kurang berkembang dengan baik karena tidak memiliki bulu akar atau tudung akar. Akar disini lebih berfungsi sebagai jangkar atau pencengkraman tanaman agar tanaman bisa berdiri tegak. (Anwar,2011).

Bijinya kaya akan pati, juga mengandung raffinose, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, phosphor dan besi. Kulit biji teratai mengandung nuciferine, oxoushinsunine, N- norarmepavine. Tunas biji teratainya mengandung Liensinine, isoliensinine, neferine, nuciferine, pronuciferine, lotusine, methylcorypalline, demethylcoclaurine, galuteolin, hyperin, rutin. Rimpang: Pati, protein, asparagine, vitamin C. Selain itu juga mengandung catechol,

d-gallocatechol, neochlorogenic acid, leucocyanidin, leucodelphinidin, peroxidase, dll. Akar tumbuhan teratai mengandung Zat tannic dan asparagine. Daun: Roemerine, nuciferine, nornuciferine, armepavine, pronuciferine, N-nornuciferine, D-N-methylcoclaurine, anonaine, liriodenine, quercetin, isoquercitrin, nelumboside, citric acid, tartaric acid, malic acid, gluconic acid, oxalic acid, succinic acid, zat tannic, dll. Dasar daun teratai: Roemerine, nuciferine dan nornuciferine. Tangkai daun: Roemerine, nornuciferine, resin dan zat tannic.

Oxoushinsunine yang terdapat pada kulit biji teratai berkhasiat menekan perkembangan kanker hidung dan tenggorokan, sedangkan biji dan tangkai teratai berkhasiat anti hipertensi. (Rismunandar,1995).

Tangkai bunga teratai tumbuh tegak, sehingga bunga-bunga teratai dapat muncul dan menyembul keluar dari permukaan air. Teratai memiliki batang dengan ruang udara kecil di dalamnya. Rongga-rongga udara ini fungsinya adalah untuk membawa oksigen ke batang dan akar. Walaupun batang dan akarnya berada di dalam air, dengan adanya rongga-rongga udara pada batang, teratai tetap dapat bernapas. Ciri khusus pada tumbuhan teratai ini juga berfungsi membantu teratai untuk tetap tegak dan mengapung di atas permukaan air.(Novary,1997).

Tanaman teratai mempunyai daun yang berbentuk bulat, lebar, tipis, serta tepi daunnya bergerigi. Bagian daun teratai mengapung di atas air, Hal ini karena tangkai daun teratai cenderung tumbuh menjalar. Bagian daun teratai berwarna hijau, sedangkan bagian bawah daun berwarna keunguan dan memiliki tulang daun besar dan tulang daun kecil. Daun teratai juga mempunyai lapisan yang membersihkan diri dari kotoran. (Anwar,2011).

Syarat Tumbuh Iklim

Kondisi iklim/cuaca mikro secara langsung mempengaruhi proses fisiologi karena berhubungan dengan atmosfer di lingkungan tanaman sejak perakaran hingga puncak tajuk. Unsur yang berpengaruh kuat terutama radiasi surya, suhu udara, suhu tanah, kelembapan, kecepatan angin, presipitasi dan evapotranspirasi (Bey, A.1991)

Penyebaran berbagai jenis tumbuhan akan dibatasi oleh kondisi iklim dan tanah serta daya adaptasi dari masing – masing spesies tumbuhan tersebut. Sesungguhnya hubungan antara vegetasi dan iklim merupakan hubungan saling pengaruh. Selain iklim dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, keberadaan vegetasi juga dapat mempengaruhi iklim di sekitarnya. Semakin besar total biomassa vegetasi yang terlibat dan semakin nyata pengaruhnya terhadap iklim wilayah tersebut. Peran vegetasi mirip bentang dan air. Hal ini disebabkan karena tumbuhan mengandung banyak air dan tumbuhan menyumbang banyak uap air ke atmosfer melalui proses transpirasi (Lakitan, 1994).

Teratai merupakan tumbuhan air yang mempunyai toleransi suhu yang lebih sempit dibandingkan tanaman lainnya. Suhu toleransi untuk

0 tumbuhan eratai berkisar antara 21 o c- 24 c, namun tumbuh yang terbaik di

21 O C- 24 C. Bila suhu terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan, bahkan bisa membuat teratai mati. (Rismunandar,1995).

TANAH

Tanah yang gembur dan kaya unsur hara sangat disukai teratai untuk pertumbuhan yang optimal. Teratai dapat hidup dengan baik di tanah lumpur ataupun tanah merah. Lumpur seperti lumpur sawah juga baik bagi teratai. PH yang baik untuk teratai tumbuh optimal berkisar antara 4-5 sampai 6. (Asdak,1995).

Jika tanah terlalu asam, bisa ditambahkan kapur pada tanah. Namun yang perlu diperhatikan adalah pengaplikasian kapur sebaiknya dilakukan 3 bulan sebelumnya agar kapur dapat mengubah pH profil tanah secara lebih merata. Pengolahan tanah juga dapat menambahkan kadar pH tanah menjadi tidak terlalu asam. Jika tanah terlalu asam, kapur bisa di aplikasikan di setiap 2/3 tanaman.

Jika tanah terlalu basa (pH >7), tanah akan kekurangan unsur mangan (Mn), besi (fe), seng (Zn), dan boron (B). Namun demikian, tanah basa memiliki kandungan P (fosfor) yang tinggi karena tanah basa mampu manahan unsur P dengan baik. (Hardjowigeno,2010)

HUBUNGAN EVAPORASI TERHADAP TUMBUHAN TANAMAN TERATAI PUTIH (Nymphaea alba)

Evaporasi

Penguapan adalah pengubahan cairan/es menjadi gas (uap air). Proses ini bisa berlangsung pada permukaan bumi (benda mati) ataupun pada permukaan tanaman (benda hidup). Penguapan yang diperankan oleh benda mati disebut evaporasi, sedangkan penguapan yang diperankan oleh tanaman disebut transpirasi. Dibidang pertanian kedua penguapan berjalan bersamaan, maka penguapan ini disebut evapotranspirasi. Evapotranspirasi juga disebut kebutuhan konsumtif tanaman. Proses ini merupakan komponen dasar daur hidrologi yang membutuhkan energi. Proses ini juga membutuhkan energi yang cukup besar yaitu l.k 2.442 KJ/kg air atau 583 cal/g air. Pada penguapan ini terjadi hilangnya air dan terambilnya energi dari permukaan benda yang menguap. (Asdak,1995).

Penguapan bisa dihitung secara gravimetri. Cara ini kurang teliti, tetapi setidaknya memberikan gambaran kasar berapa penguapan harian di suatu tempat, misalnya pada rumah kaca. Besarnua penguapan ini dapat digunakan sebagai dasar pemberian air dalam pot di suatu tempat. Pada acara ini akan dipraktikkan pendugaan penguapan air dengan panci evaporasi. (Hakim, et.all, 1986)

Evaporasi merupakan proses fisis perubahan cairan menjadi uap, hal ini terjadi apabila air cair berhubungan dengan atmosfer yang tidak jenuh, baik secara internal pada daun (transpirasi) maupun secara eksternal pada permukaan-permukaan yang basah. Suatu tajuk hutan yang lebat menaungi permukaan di bawahnya dari pengaruh radiasi matahari dan angin yang secara drastis akan mengurangi evaporasi pada tingkat yang lebih rendah. Transpirasi pada dasarnya merupakan salah satu proses evaporasi yang dikendalikan oleh proses fotosintesis pada permukaan daun (tajuk). Perkiraan evapotranspirasi adalah sangat penting dalam kajian-kajian

Tiga istilah evaporasi yang sering digunakan di dalam studi agroklimatologi adalah (1) evaporasi (Epan), yang menggambarkan jumlah air menguap dari permukaan air langsung ke atmosfir (misalnya dari danau dan sungai), (2) evapotranspirasi aktual (ETa), yang menggambarkan jumlah air pada permukaan tanah yang berubah menjadi uap air pada kondisi normal, dan (3) evapotranspirasi potensial (ETp) adalah kehilangan air yang terjadi untuk memenuhi kebutuhan vegetasi yang terjadi pada saat kondisi air tanah jenuh (Runtunuwu, et. All,2008).

Pengukuran air yang hilang melalui penguapan (evaporasi) perlu diukur untuk mengetahui keadaan kesetimbangan air antara yang didapat melalui curah hujan dan air yang hilang melalui evaporasi. Alat pengukur evaporasi yang paling banyak digunakan sekarang adalah Panci kelas A. Evaporasi yang diukur dengan panci ini dipengaruhi oleh radiasi surya yang datang, kelembapan udara, suhu udara dan besarnya angin pada tempat pengukuran (Hanum, 2009).

Evapotranspirasi

Evapotranspirasi merupakan gabungan dua istilah yang menggambarkan proses fisika transfer air ke dalam atmosfer, yakni evaporasi air dari permukaan tanah, dan transpirasi melalui tumbuhan. Evapotranspirasi merupakan komponen penting dalam keseimbangan hidrologi. Di lingkungan terestrial, evapotranspirasi merupakan komponen tunggal terbesar siklus air.

Suatu daerah dengan evaporative demand yang tinggi yang tidak diimbangi dengan curah hujan yang mencukupi dan merata akan sangat terganggu kondisi keseimbangan neraca airnya, dan akan menimbulkan masalah, terutama aktivitas yangmembutuhkan air, antara lain kegiatan pertanian. Melalui neraca bahang, evapotranspirasi mempengaruhi iklim(Usman,2004).

Evapotranspirasi (ET) adalah ukuran total kehilangan air (penggunaan air) untuk suatu luasan lahan melalui evaporasi dari permukaan tanaman. Secara potensial ET ditentukan hanya oleh unsur – unsur iklim, sedangkan secara aktual ET juga ditentukan oleh kondisi tanah dan sifat tanaman (Handoko,1995). Evaporasi merupakan konversi air kedalam uap air. Proses ini berjalan terus hampir tanpa berhenti disiang hari dan kerap kali dimalam hari, perubahan dari keadaan cair menjadi gas ini memerlukan energi berupa panas laten untuk evaporasi, proses tersebut akan sangat aktif jika ada penyinaran matahari langsung, awan merupakan penghalangan radiasi matahari dan penghambat proses evaporasi (Wahyuningsih,2004).

Pengukuran evapotranspirasi meliputi evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi aktual. Evapotranspirasi potensial (ETo) adalah penguapan air dari areal tanaman rumput hijau setinggi 8-15 cm dengan ketinggian seragam dan seluruh permukaan tanah teduh tanpa bagian yang menerima sinar matahari langsung, rumput masih tumbuh aktif tanpa kekuranagn air (Doonrenbos dan Pruitt, 1977).

Eto ini dapat diduga dengan menggunakan rumus empiris. Rumus yang digunakan dapat dengan metode Biancy-cridle, Radiasi, dan Penman. ETo juga dapat diukur langsung dengan panci evaporasi, yaitu panci evaporasi klas A, diameter 121 cm dan kedalaman panic 25,5 cm.(Usman,2004).

Pengukuran langsung evaporasi maupun evapotranspirasi dari air maupun permukaan lahan yang luas akan mengalami banyak kendala. Untuk itu maka dikembangkan beberapa metode pendekatan dengan menggunakan input data-data yang diperkirakan berpengaruh terhadap besarnya evapotranspirasi (Apriyana 2000).

Perkiraan evaporasi dan transpirasi adalah sangat penting dalam pengkajian-pengkajian hidrometeorologi. Pengukuran langsung evaporasi maupun evapotranspirasi dari air ataupun permukaan lahan yang besar adalah tidak mungkin pada saat ini. Akan tetapi beberapa metode yang tidak langsung telah dikembangkan yang akan memberikan hasil-hasil yang dapat diterima (Supartha,1998)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Evaporasi

1. Radiasi Matahari Pada setiap perubahan bentuk zat; dari es menjadi air (pencairan),

dari zat cair menjadi gas (penguapan) dan dari es lengsung menjadi uap air (penyubliman) diperlukan panas laten (laten heat). Panas laten untuk penguapan berasal dari radiasi matahari dan tanah. Radiasi matahari merupakan sumber utama panas dan mempengaruhi jumlah evaporasi di atas permukaan bumi, yang tergantung letak pada garis lintang dan musim.

Radiasi matahari di suatu lokasi bervariasi sepanjang tahun, yang tergantung pada letak lokasi (garis lintang) dan deklinasi matahari. Pada bulan Desember kedudukan matahari berada paling jauh di selatan, sementara pada bulan Juni kedudukan matahari berada palng jauh di utara.

Daerah yang berada di belahan bumi selatan menerima radiasi maksimum matahari pada bulan Desember, sementara radiasi terkecil pada bulan Juni, begitu pula sebaliknya. Radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi juga dipengaruhi oleh penutupan awan. Penutupan oleh awan dinyatakan dalam persentase dari lama penyinaran matahari nyata terhadap lama penyinaran matahari yang mungkin terjadi. (Prawirwardoyo,1996)

2. Temperatur Temperatur udara pada permukaan evaporasi sangat berpengaruh

terhadap evaporasi. Semakin tinggi temperatur semakin besar kemampuan udara untuk menyerap uap air.

Selain itu semakin tinggi temperatur, energi kinetik molekul air meningkat sehingga molekul air semakin banyak yang berpindah ke lapis udara di atasnya dalam bentuk uap air. Oleh karena itu di daerah beriklim tropis jumlah evaorasi lebih tinggi, di banding dengan daerah di kutub (daerah beriklim dingin). Untuk variasi harian dan bulanan temperatur udara di Indonesia relatif kecil. (Yatini,2004)

3. Kelembaban Udara Pada saat terjadi penguapan, tekanan udara pada lapisan udara

tepat di atas permukaan air lebih rendah di banding tekanan pada permukaan air. Perbedaan tekanan tersebut menyebabkan terjadinya penguapan. Pada waktu penguapan terjadi, uap air bergabung dengan udara di atas permukaan air, sehingga udara mengandung uap air.

Udara lembab merupakan campuran dari udara kering dan uap air. Apabila jumlah uap air yang masuk ke udara semakin banyak, tekanan uapnya juga semakin tinggi. Akibatnya perbedaan tekanan uap semakin kecil, yang menyebabkan berkurangnya laju penguapan. Apabila udara di atas permukaan air sudah jenuh uap air tekanan udara telah mencapai tekanan uap jenuh, di mana pada saat itu penguapan terhenti. Kelembaban udara dinyatakan dengan kelembaban relatif.

Di Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan perairan laut cukup luas, mempunyai kelembaban udara tinggi. Kelembaban udara tergantung pada musim, di mana nilainya tinggi pada musim penghujan dan berkurang pada musim kemarau. Di daerah pesisir kelembaban udara akan lebih tinggi daripada di daerah pedalaman. (Wisnubroto,2006)

4. Kecepatan Angin Penguapan yang terjadi menyebabkan udara di atas permukaan

evaporasi menjadi lebih lembab, sampai akhirnya udara menjadi jenuh terhadap uap air dan proses evaporasi terhenti. Agar proses penguapan dapat berjalan terus lapisan udara yang telah jenuh tersebut harus diganti dengan udara kering. Penggantian tersebut dapat terjadi apabila ada angin.

Oleh karena itu kecepatan angin merupakan faktor penting dalam evaporasi. Di daerah terbuka dan banyak angin, penguapan akan lebih besar daripada di daerah yang terlindung dan udara diam.

Untuk di negara Indonesia, kecepatan angin relatif rendah. Pada musim penghujan angin dominan berasal dari barat laut yang membawa banyak uap air, sementara pada musim kemarau angin berasal dari tenggara yang kering. (Triadtmojo,2010).

5. Kelembaban relatif

Peningkatan kelembaban udara akan mengurangi kemampuannya untuk menyerap lebih banyak uap air sehingga laju evaporasi akan berkurang pula.Penggantian lapisan batas udara jenuh dengan udara yang kelembabannyasama tidak akan mempertahankan laju evaporasi, hal ini akan terjadi hanyajika udara yang masuk lebih kering daripada udara yang digantikannya. (Herlambang,2014)

Hubungan Evaporasi Terhadap Pertumbuhan Teratai Putih (Nymphea alba)

Pada tumbuhan , terjadi peristiwa kohesi karena adanya ikatan hydrogen yang berperan pada pengangkutan transport. air yang melawan gravitasi Air mencapaidaun melalui pembuluh-pembuluh mikroskopik yang menjulur ke atas dari akar. Air yang menguap dari daun digantikan oleh air dari pembuluh dalam urat daun. Ikatan hydrogen menyebabkan molekul air yang keluar dari urat daun dapat menarik molekul air yang berada lebih jauh dalam pembuluh, dan tarikan ke depan tersebutakan terus ditransmisi sepanjang pembuluh sampai ke akar. Adhesi air pada dinding pembuluh membantu melawan gravitasi (Campbell,2010).

Akar mengabsorbsi air dengan cara osmosis oleh karena itu absorsi air oleh tanaman mungkin dilakukan dengan mengendalikan potensial air larutan dimana akar itu berada. Jika potensial osmotik larutan luar lebih rendah dari potensial osmotik sel-sel akar, maka air dapat masuk dari larutan luar ke dalam system akar. Dengan meningkatnya konsentrasi zat- zat terlarut maka masuknya air ke dalam akar akan menjadi lebih lambat sampai arah pergerakan air mungkin akan terbalik.

Evaporasi & transpirasi adalah proses penguapan air dari sel-sel yang hidup pada jaringan tumbuh- tumbuhan. Sel hidup tumbuh- tumbuhan berhubungan langsung dengan atmosfer melalui stomata dan lenti sel. (Anggarwulan,2005).

Menurut Dwidjoseputro (1990) transpirasi dapat melalui kutikula, stomata dan lentisel. Sebenarnya seluruh bagian tanaman itu mengadakan transpirasi, akan tetapi yang biasanya dibicarakan hanyalah transpirasi le1at daun, karena hilangnya molekul- molekul air dari tubuh tanaman itu sebagian besar adalah le1at daun. Hal ini disebabkan karena luasnya permukaan daun dan juga karena daun-daun itu lebih terkena udara daripada bagian-bagian lain dari suatu tanaman.

Air di dalam jaringan tanaman selain berfungsi sebagai penyusun utama jaringan yang aktif mengadakan kegiatan fisiologis juga berperan penting dalam memelihara turgiditas yang diperlukan untuk pembesaran dan pertumbuhan sel. Peranan yang penting ini menimbulkan konsekuensi bahwa secara langsung atau tidak langsung defisit air tanaman akan mempengaruhi semua proses metabolisme dalam tanaman yang mengakibatkan tergantungnya proses pertumbuhan (Lestari, 2006).

Tanaman juga memiliki rehidrasi atau cekapan air, tidak hanya kondisi air dan salinitas tinggi. Cekaman kekeringan dapat mempengaruhi sebagai mekanisme seluler, biokimia, dan fisiologi tanaman. Pada tingkat seluler kekeringan mengakibatkan kehilangan air protoplastik sehingga konservasi ion meningkat. Menghambat fungsi-fungsi metabolik dan meningakatkan kemungkinan terjadinya interaksi antar molekul yang dapat menyebabkan denaturasi protein dan fusi membran. Pengaruh negatif cekaman kekeringan terhadap tanaman ditentukan oleh tingkat cekaman dan fase pertumbuhan saat mengalami cekaman (Magnard, 2008).

Dampak Evaporasi Terhadap Pertumbuhan Teratai Putih

(Nymphaea alba)

Air mempunyai fungsi penting dalam tanah, dimana air penting dalam pelapukan mineral dan bahan organik, reaksi yang menyiapkan hara laut

bagi pertumbuhan tanaman, juga membantu proses metabolisme.(Seyhan,1990).

Air berfungsi sebagai media penggerak hara ke akar akar hara tanaman. Bila air terlalu banyak, hara-hara yang lewat atau ada yang tercuci dan hilang dari perakaran.(Hardjowigeno,1987).

Bila laju evaporasi tinggi, garam-garam terlarut mungkin dapat merusak tanaman. Air yang melewati stomata lebih banyak dibandingkan

Pergerakan air pada tumbuhan, khususnya pada tanaman teratai putih (Nymphea alba) berjalan secara osmosis dan difusi yang berupa pengisapan air dalam tanah.

Akan tetapi pemasukan air pada tumbuhan itu haruslah seimbang dengan pengeluaran air, agar tercapai keseimbangan air pada tumbuhan tersebut yakni dengan cara penguapan, yaitu transpirasi dan evaporasi. (Budi,2008).

Daun berbentuk bundar atau bentuk oval yang lebar dan tipis yang terpotong pada jari-jari menuju ke tangkai. Daun teratai yang bundar, lebar, dan tipis berfungsi memudahkan proses fotosintesis dan mengurangi penguapan.

Jika tanah cukup mengandung air, laju transpirasi yang tinggi, dalam jangka waktu yang pendek, tidak akan menimbulkan kerusakan yang berarti pada tumbuhan. Tetapi jika kehilangan air berlangsung terus melalui absorpsi, pengaruh traspirasi yang merugikan akan kelihtan dengan layunya daun, sebagai akibat hilangnya turgor. Tingkat kelayuan dan kehilangan air yang diperlukan untuk menimbulkan gejala kelayuan pada tumbuhan sangat beragam. Daunnya yang tipis dan terdiri dari sel parenkima yang berdinding tipis akan layu dengan cepat.

KESIMPULAN

1. Evaporasi atau penguapan adalah proses perubahan fase air yang terkandung dalam suatu larutan (cair) maupun dalam bentuk padatan menjadi uap.

2. Evapotranspirasi adalah perpaduan dua proses yakni evaporasi dan transpirasi.

3. Faktor-faktor yang memengaruhi evaporasi adalah suhu air, suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, tekanan udara, radiasi surya, dan lainnya yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.

4. Hubungan evaporasi terhadap petumbuhan Teratai (Nymphea alba) membentuk kurva stasioner, artinya mempunyai batas toleransi maksimum

5. Evaporasi akan berdampak baik bagi pertumbuhan Teratai (Nymphaea alba) untuk membantu metabolisme dan proses pengangkutan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, M., 2011. Buku Ajar Hidrologi Teknik. Makassar: Universitas Hasanudin

Agustina, H., 2009. Efisiensi Penggunaan Air Pada Tiga Teknik Hidroponik Untuk Biaya Rancangan Bayam Hijau. Skripsi. FMIPA UI

Anggarwulan, E., W. Mudyantini, 2005. Pengaruh Ketersediaan Air terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn.). Biofarmasi 3

Anwar, J.T., 2011. Aplikasi Formulasi Insektidi Nabati Campuran Ekstrak Piper retrofactum Vahl. Dan Annona squomosa L. Pada pertanaman Teratai. Jurnal. Respository IPB

Apriyana, E. 2000. Bahan Ajar Etnobotani "Usada". Jurusan Biologi, FMIPA, UNUD Denpasar.

Asdak, C., 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Budi, A.F.S., 2008. Pengelolaan Air Permukaan sebagai Bahan Baku. Jurnal. FITB ITB

Campbell, Neil A., 2010. Biologi JILID I. Jakarta: Erlangga Doorenbos, R.J. dan W.O. Pruit. 1976. Agrometeorological Field Station

Irrigation and Drainage Paper no 27. FAO. Rome. Dwidjoseputro, D., 1990. Dasar- Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan Hakim, N, M. Y. Nyakpa, S. G. Nugroho, A.M. Lubis, M.R. Saul, M. A. Diha, G.

B. Hong, dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.

Hanum, C. 2009. Penuntun Praktikum Agroklimatologi. Program Studi Agronomi,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. PT. Mediyatama Sarana

Perkasa, Jakarta. Hardjowigeno, sarwono. Ilmu tanah . sifat-sifat kimia tanah “penetapan ph tanah”. 2010. Jakarta. Hutabarat. 1986. Manfaat Klimatologi Bagi Pertanian. Bumi Penerbit. Surabaya

Lakitan, B. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi, PT. Raja Grafindo. Persada, Jakarta.

Magnard A. D. 2008. Ekstraksi Komponen Antibakteri dan Antioksidan dari Biji Teratai (Skripsi) Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor

Novary, E.W., 1997. Penanganan dan Pengolahan Sayuran Segar. Penebar Swadaya. Jakarta

Prawirwardoyo, S., 1996. Meteorologi UGM PRESS. Yogyakarta Rismunandar,. 1995. Kayu Manis. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta. Sabaruddin,Laode.2012.Agroklimatologi.Alfabeta:Bandung.

Supartha, N.O.1998. Fungsi Tumbuh-tumbuhan Dalam Upacara Agama Hindu. Prosiding Seminar Nasional Etnobotani III. Denpasar.

Suryatmojo, H. 2006. Konsep Dasar Hidrologi Hutan. Jurusan Konservasi.Sumber Daya Hutan. Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta.

Triatmojo, B., 2010. Hidrologi Terapan BetaOffset. Yogyakarta Warianto. 2011. Ketrampilan Proses Sains. Kencana Prenada Media Group.

Jakarta Wuryanto.2000. Agroklimatologi. USU PRESS.Medan

MANFAAT TANAMAN TERATAI (Nymphaea sp., Nymphaeaceae) di DESA ADAT SUMAMPAN, KECAMATAN SUKAWATI, KABUPATEN GIANYAR,

BALI

THE BENEFITS OF THE LOTUS PLANT (Nymphaea sp., Nymphaeaceae) IN SUMAMPAN VILLAGE, DISTRICT OF SUKAWATI, GIANYAR REGENCY,

BALI.

Gusti Ayu Nyoman Budiwati , Eniek Kriswiyanti

Lab. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana Kampus Bukit

Jimbaran, Kuta Email :budiwatiayu@yahoo.com

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat tanaman teratai di Desa Adat Sumampan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 4 - 16 Februari 2013. Metode yang digunakan survei eksploratif dengan cara observasi langsung dan wawancara terhadap 1 narasumber utama dan 15 KK dari 3 banjar. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 11 macam teratai berdasarkan warna bunga: teratai sudamala (Nymphoides indica) (4,54%), teratai kuning (21,21%), teratai biru tua (Nymphaea stellata Wild) (12,12%), teratai merah muda (16,66%), teratai ungu tua (9,09%), teratai ungu muda (9,09%), teratai putih (Nymphaea nouchali Burm f.) (18,18%), teratai biru muda (Nymphaea stellata Wild) (3,03%), teratai tutur (1,51%), teratai dedari (1,51%) dan teratai brumbun (3,03%). Tanaman teratai tersebut digunakan sebagai sarana upakara/banten 77,41%, sebagai tanaman hias 16,12 %, dan sebagai bahan obat 6,45 %, untuk obat kanker payudara, rematik, sakit kepala, menghilangkan stress, rasa takut, dan membersihkan hati serta pankreas. Dengan cara penggunaan tempel , minum, pupuk dan boreh.

Kata kunci : Survai eksploratif, Manfaat teratai,tempel, pupuk, boreh

ABSTRACT

This purpose of this research was to determine the benefits of the lotus plant in Sumampan Village, District of Sukawati, Gianyar, Bali. The research was conducted

from 4 to 16 February 2013. The method was used in this study is exploratory survey by direct observation and interviews with one main informant and 15 KK from 3 banjar. The results showed there were 11 kinds of lotus : lotus sudamala ( Nymphoides indica ) (4.54 %), yellow lotus (21.21 %), dark blue lotus ( Nymphaea stellata Wild ) (12.12 %), pink lotus (16.66 % ), violet lotus (9.09 %), purple lotus (9.09 %), white lotus (Nymphaea nouchali Burm f.) (18.18 %), light blue lotus (Nymphaea stellata Wild ) (3.03 %), lotus tutur (1.51 %), lotus dedari (1.51 %) and lotus brumbun (3.03 %). The lotus plant is used as a upakara / banten 77.41 % , 16.12 % as ornamental plants, while 6.45 % as a medicine for breast cancer drug, arthritis, headaches, stress, fear, and cleanser the liver and pancreas. As a medicine, lotus plant was used in it’s from as tempel, solutions, pupuk and boreh. Key word: exploratory survey, benefits lotus, tempel, pupuk, boreh

PENDAHULUAN Bali memiliki daya tarik tersendiri bagi Pulau Bali atau pulau Dewata

wisatawan dalam negeri maupun manca wisatawan dalam negeri maupun manca

bagi masyarakat Bali khususnya umat kebudayaannya yang masih dipertahankan

Hindu adalah tanaman teratai. Dalam hingga

prosesi ritual agama Hindu, khususnya di diwariskan secara turun – temurun oleh

Bali, bunga teratai dipandang memiliki para tetua kepada cucu – cucunya melalui

makna yang dalam. Bunga teratai interaksi secara langsung ataupun dari

dilukiskan sebagai padma astadala, yang mulut ke mulut. Budaya yang unik antara

merupakan simbolis alam semesta stana lain pengobatan tradisional yang disebut

Hyang Widhi Wasa (Lembaga Pengabdian Usada dan upacara keagamaan yang

Kepada Masyarakat Universitas Udayana, dilakukan oleh umat Hindu yang disebut

2004). Bunga teratai lebih dikenal dengan upacara Yadnya. Usada berasal dari kata

nama bunga tunjung oleh umat Hindu di “ausadhi” (bahasa sansekerta) yang berarti

teratai memiliki tumbuhan berkhasiat obat. Pengobatan

Bali.

Bunga

keistimewaan, ia dapat hidup seolah – olah tradisional banyak memanfaatkan bahan –

dalam tiga dunia yang berbeda yaitu bahan yang ada disekitar kita, baik berupa

akarnya terpancang di tanah, tangkai dan tanaman, hewan

ujung daunnya hidup di air, bunganya Pengobatan tradisional paling tidak

maupun

mineral.

sendiri menyembul di udara. Selain itu melibatkan tiga pihak yaitu penderita sakit,

bunga teratai juga dilambangkan sebagai dukun (balian) dan penyedia bahan obat

Dewa Tri Murti . Selain digunakan sebagai seperti alam atau pusat pengembangan

sarana upakara/banten, tanaman teratai obat tradisional

dapat juga digunakan sebagai obat karena terutama di pasar – pasar tradisional

maupun pedagang

mengandung beberapa kandungan kimia (Kriswiyanti, 2004).

yang berbeda disetiap bagiannya (Ruang Tanaman

Berkascom., 2013). Di desa adat sarana upacara yadnya sesungguhnya

digunakan

sebagai

Sumampan, bunga teratai hampir ditanam bertujuan untuk menanamkan nilai

disetiap rumah warga, oleh karena itu pelestarian alam pada jiwa setiap umat.

dilakukan penelitian mengenai manfaat Diharapkan dengan nilai tersebut akan

tanaman teratai di Desa Adat Sumampan, tumbuh suatu upaya nyata untuk

Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, memelihara dengan sungguh - sungguh

Bali.

kesejahteraan alam tersebut (Lembaga Pengabdian

Kepada

Masyarakat

MATERI DAN METODE

dirangkum berdasarkan manfaat, macam, Metode

jumlah serta bagian tanaman teratai yang eksploratif dengan cara observasi langsung

penelitian

survei

kemudian dihitung dan

digunakan

selanjutnya data menggunakan kuisioner (Waluyo, 2004).

disampaikan dalam bentuk histogram. Secara acak diambil 15 KK sebagai

Variabel penelitian meliputi manfaat narasumber yang merupakan perwakilan

teratai, macam - macam teratai, jumlah dari 3 banjar yaitu banjar Sumampan,

teratai yang ditemukan serta bagian Medahan dan Batu sepih. Data hasil

tanaman teratai yang digunakan. kuisioner penelitian dikumpulkan dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

(Nymphaea stellata Wild) (3,03%), teratai

Hasil

tutur dengan bunga berwarna merah tua Berdasarkan

(1,51%), teratai dedari dengan bunga diketahui terdapat 11 macam tanaman

hasil

penelitian

yang berubah warna setiap minggunya teratai berdasarkan warna bunga yaitu

(1,51%) dan teratai brumbun dengan teratai sudamala (Nymphoides indica)

bunga berwarna putih (3,03%). Tanaman yang berwarna putih dengan mahkota

teratai di Desa Adat Sumampan banyak bunga yang berukuran kecil dan berbulu

sebagai sarana halus pada permukaannya (4,54%), teratai

dimanfaatkan

upakara/banten (77,41%) yang meliputi : kuning (21,21%), teratai biru tua

upacara pebayuhan, penglukatan, otonan, (Nymphaea stellata Wild) (12,12%),

canang , sarana teratai merah muda (16,66%), teratai ungu

bunga

hiasan

persembahyangan dan upacara ngaben, tua (9,09%), teratai ungu muda (9,09%),

serta tanaman hias (16,12%) dan bahan teratai putih (Nymphaea nouchali Burm

ramuan obat tradisional (6,45%). f.) (18,18%),

teratai biru muda

Gambar 1. Jenis – jenis tanaman teratai di Desa Adat Sumampan

Keterangan : 1.Teratai sudamala dengan bunga bewarna putih (Nymphoides indica) (Harta, 2011); 2. Teratai biru tua (Nymphaea stellata Wild) (Kriswiyanti, 2007); 3. Teratai putih (Nymphaea nouchali Burm f.) ; 4. Teratai kuning ; 5. Teratai biru muda (Nymphaea stellata Wild) (Kriswiyanti, 2007); 6. Teratai brumbun dengan bunga berwarna putih; 7. Teratai ungu tua; 8.Teratai ungu muda; 9. Teratai merah muda; 10. Teratai tutur dengan bunga berwarna merah tua; 11. Teratai dedari dengan bunga yang berubah warna setiap minggunya.

M anfaat Tanaman Teratai

Keterangan :

Sarana upakara/ bant en 16,12%

(77,41%) Tanam an Hias (16,12%)

Ram uan obat t radisional

Gambar 2. Persentase Penggunaan Tanaman Teratai Berdasarkan Pemanfaatannya

M acam - m acam teratai

Terat ai Kuning 4,54%

Terat ai Put ih

Terat ai M erah M uda 9,09%

Terat ai Biru Tua Terat ai Ungu M uda Terat ai Ungu Tua

Terat ai Sudam ala Terat ai Biru M uda

12,12% Terat ai Brum bun

Terat ai Tut ur Tert ai Dedari

Gambar 3. Diagram Persentase Jumlah Teratai dan Jenis Teratai yang ditemukan di Desa Adat Sumampan

Pembahasan

dengan mahkota bunga yang berukuran Teratai yang ditemukan di Desa

berbulu halus pada Adat Sumampan ada 11 macam teratai

kecil

dan

(Nymphoides indica ) berdasarkan warna bunganya yaitu teratai

permukaannya

(4,54%), teratai kuning (21,21%), teratai sudamala dengan bunga berwarna putih

biru tua (Nymphaea stellata Wild)

(12,12%), teratai merah muda (16,66%), struktur bunga yang berbeda dengan teratai ungu tua (9,09%), teratai ungu

bunga teratai lainnya, bunga berwarna muda (9,09%), teratai putih (Nymphaea

putih berukuran kecil dengan tepi bunga nouchali Burm f.) (18,18%), teratai biru

seperti bulu ayam sehingga disebut juga muda (Nymphaea stellata Wild) (3,03%),

sebagai teratai bulu ayam. Daun teratai teratai tutur dengan bunga berwarna

sudamala (Nymphoides indica) berukuran merah tua (1,51%), teratai dedari dengan

lebih kecil dibandingkan daun teratai pada bunga yang berubah warna setiap

umumnya dengan tepi daun rata. minggunya (1,51%) dan teratai brumbun

Teratai kuning lebih banyak dengan bunga berwarna putih (3,03%).

dibandingkan teratai Teratai juga dimanfaatkan berdasarkan

dimanfaatkan

lainnya karena selain warna bunganya warna bunganya, teratai yang paling

indah, pada setiap upacara piodalan, banyak ditemukan adalah teratai kuning

ngaben serta nyekah selalu menggunakan sebesar 21,21% sedangkan yang paling

teratai kuning. Menurut kidung Aji sedikit ditemukan adalah teratai tutur dan

Kembang penggunaan teratai kuning teratai dedari yaitu sebesar 1,51%.

dalam upacara piodalan merupakan Berdasarkan hasil wawancara

simbolis dari Dewa Mahadewa yang dengan narasumber disebutkan bahwa

berstana di barat, sedangkan penggunaan teratai tutur dan dedari merupakan teratai

teratai kuning pada upacara ngaben serta yang paling jarang ditemukan, teratai ini

nyekah bertujuan agar orang yang sudah juga jarang berbunga. Teratai tutur

meninggal tersebut dalam kelahiran bunganya berwarna merah tua sedangkan

berikutnya (reinkarnasi) menjadi manusia teratai dedari warna bunganya mengalami

yang tekun mengerjakan tapa, brata, dan perubahan warna setiap seminggu sekali,

mempunyai budi yang luhur (Lembaga mulai dari kuning setelah satu minggu

Pengabdian Kepada Masyarakat, 2004). menjadi

Teratai kuning merupakan teratai yang berikutnya berubah menjadi merah, lalu

susah ditemukan di tempat lain, oleh seminggunya lagi merah kehijauan

karena itu warga berkeinginan untuk sampai hijau sekali lalu menjadi hijau

memiliki pot sendiri sehingga pada saat kekuningan, selain itu daun teratai dedari

memerlukan bunga teratai kuning, tidak memiliki perbedaan dengan daun teratai

susah dicari. Langkanya teratai ini dapat pada umumnya, daun teratai dedari

disebabkan karena sering digunakan tanpa menyerupai daun kangkung. Teratai

penanaman kembali serta masyarakat penanaman kembali serta masyarakat

yang berstana di selatan, Bunga teratai tanaman ini.

dan

perawatan

warna jingga digunakan sebagai simbol Pemanfaatan tanaman teratai di

Dewa Rudra yang berstana di barat daya, Desa Adat Sumampan antara lain sebagai

Bunga teratai warna kuning digunakan sarana

sebagai simbol Dewa Mahadewa yang tanaman hias (16,12%) dan bahan ramuan

upakara/banten (77,41%),

berstana di barat, Bunga teratai warna obat (6,45%). Sarana upakara/banten

hijau digunakan sebagai simbol Dewa meliputi

Sangkara yang berstana di barat laut, penglukatan , otonan , bunga hiasan

: upacara

pebayuhan ,

Bunga teratai warna hitam digunakan canang , sarana persembahyangan dan

sebagai simbol Dewa Wisnu yang upacara ngaben. Pemanfaatan tanaman

berstana di utara, Bunga teratai warna teratai sebagai sarana upakara/banten

biru digunakan sebagai simbol Dewa memiliki jumlah persentase paling tinggi

Sambu yang berstana di timur laut, Bunga dalam penggunaannya yaitu sebesar 77,41

teratai warna lima (panca warna ) % sedangkan pemanfaatan tanaman

digunakan sebagai simbol Dewa Siwa teratai sebagai tanaman hias dengan

yang berstana di tengah (Lembaga persentase

Pengabdian Kepada Masyarakat, 2004). pemanfaatan tanaman teratai sebagai

Dalam lontar Aji Kembang bahan ramuan obat memiliki persentase

dan lontar Siwa Pakarana, Bunga teratai terendah sebesar 6,45 %. Teratai

dilukiskan sebagai padma astadala. Hal melambangkan alam kedewataan dan

ini merupakan simbolis alam semesta tempat duduk para Dewa di sembilan

stana Sang Hyang Widhi Wasa. Bunga penjuru mata angin yang dikenal dengan

teratai merupakan bunga yang istimewa nama dengan Dewata Nawa Sanga

karena ia dapat hidup seolah – olah dalam (Supartha, 1998).

tiga dunia yang berbeda yaitu akarnya Dalam kidung Aji Kembang,

terpancang di tanah, tangkai daun dan bunga teratai digunakan sebagai simbol

ujung daun hidupnya di air, sedangkan Dewata Nawa Sanga . Bunga teratai warna

bunganya sendiri menyembul di udara. putih digunakan sebagai simbol Dewa

Selain itu dalam lontar sejarah perjalanan Iswara yang berstana di timur, Bunga

Dang Hyang Dwijendra , dapat pula teratai warna dadu digunakan sebagai

dijumpai penjelasan tentang bunga teratai simbol Dewa Maheswara yang berstana

sebagai lambang Tri Murti (Lembaga di tenggara, Bunga teratai warna merah

Pengabdian Kepada Masyarakat, 2004).

digunakan oleh masyarakat Hindu Bali dengan narasumber dapat diketahui

Berdasarkan

hasil wawancara

dan istilah ruwat pada masyarakat bahwa pemanfaatan teratai sebagai sarana

berbudaya Jawa (Putra, 2013). Melukat upakara/banten di Desa Adat Sumampan

mempunyai arti yang sama dengan antara

mebayuh , namun perbedaannya yaitu penglukatan , otonan , bunga hiasan

pada benten yang digunakan, melukat canang , sarana persembahyangan dan

bantennya lebih kecil dibanding dengan upacara ngaben . Beberapa contoh

mebayuh . Teratai yang biasa digunakan pemanfaatan teratai sebagai sarana

untuk upacara penglukatan adalah teratai

sudamala (Nymphoides indica), teratai ngenteg linggih , khususnya pada banten

upakara/banten yaitu pada upacara

putih (Nymphaea nouchali Burm f.) dan tebasan panca lingga yang menggunakan

teratai kuning (Hasil wawancara). lima macam teratai yaitu teratai merah,

Otonan berasal dari kata pawetuan putih, kuning, biru dan sudamala. Selain

dan lebih mendasar lagi berasal dari kata upacara ngenteg linggih yaitu pada

wetu , yang artinya keluar atau lebih upacara catur / nyatur menggunakan 4

tepatnya dalam kaitan ini : lahir. Jadi jenis teratai antara lain teratai merah,

otonan adalah upacara memperingati hari putih, kuning dan biru. Pada Sekar Bagia

kelahiran kita (manusia) ( Nuse, 2013). / Pulekerti menggunakan 11 macam

Teratai yang biasa digunakan untuk teratai.

upacara otonan adalah teratai merah Menurut sastra: Lontar Jyotisha

muda, putih, kuning dan biru, salah satu mebayuh atau metubah dilakukan untuk

contohnya pada saat upacara gogo – “mengurangi keburukan dan menambah

gogoan bayi tiga bulanan menggunakan kebaikan” maka upacara itu dilakukan

teratai 4 warna, karena melambangkan

dewa – dewa yang berstana pada seluruh pelaksanaannya menurut perhitungan:

pada saat otonan dimana waktu

penjuru mata angin. Dalam Dewata Nawa wuku, sapta wara, dan panca wara (Nuse,

Sanga terdiri dari dari 4 warna dasar yaitu 2013). Teratai yang digunakan pada

: merah, putih, kuning, dan hitam. Hal ini upacara pebayuhan adalah teratai putih

disebabkan karena warna hijau yang (Nymphaea nouchali Burm f.) dan teratai

berada di barat laut ( barat dan utara ) brumbun (Hasil wawancara). Penglukatan

merupakan perpaduan antara kuning dan dari kata lukat dan ruwatan ada konotasi

hitam ; warna dadu yang berada di pengertian yaitu suatu peningkatan

tenggara ( timur dan selatan ) merupakan tenggara ( timur dan selatan ) merupakan

adalah upacara penyelenggaraan sawa antara merah dengan kuning (Lembaga

(jenasah) bagi orang yang sudah Pengabdian Kepada Masyarakat, 2004).

meninggal (Ardana, 2010). Teratai yang Bunga teratai memiliki warna yang

upacara ngaben indah dan berbau harum sehingga bagus

digunakan

pada

menggunakan teratai putih (Nymphaea digunakan sebagai bunga hiasan canang

nouchali Burm f.) dan kuning yaitu pada dan sarana persembahyangan. Teratai

saat potong rambut sekah (Hasil yang biasa digunakan sebagai bunga

wawancara). Pemanfaatan tanaman teratai hiasan

sebagai sarana upakara/banten di Desa persembahyangan adalah teratai putih

Adat Sumampan hanya terbatas pada (Nymphaea nouchali Burm f.), teratai

bagian bunganya saja, namun bagian merah muda, teratai kuning dan teratai

daunnya juga dapat digunakan yaitu pada biru. Dalam persembahyangan Catur,

saat upacara Pitra yadnya , ketika akan ditentukan warna bunga yang dipilih

dilaksanakan upacara nyiramang layon sesuai dengan warna Dewa – dewa Catur

(memandikan jenasah), daun teratai untuk Lokapala , yang harum, salah satu

menutup kemaluan pada jenasah wanita contohnya yaitu teratai putih dipilih untuk

diharapkan agar bhaga atau vaginanya muspa kehadapan Dewa Iswara, dan

berbentuk bagus dan harum seperti bunga teratai kuning dipilih untuk muspa ke

teratai (Supartha, 1998). hadapan Dewa Mahadewa (Supartha,

Teratai dimanfaatkan sebagai 1998).

tanaman hias karena bunganya yang indah Upacara Ngaben sesungguhnya

dan beraneka macam serta multifungsi. berasal dari kata "beya" artinya bekal,

Selain untuk sarana upakara/banten dan yakni berupa jenis upakara yang

tanaman hias, di Desa Adat Sumampan diperlukan dalam upacara ngaben teratai juga digunakan sebagai bahan

tersebut. Kata beya yang berarti bekal, ramuan obat tradisional untuk obat kanker kemudian dalam bahasa Indonesia

payudara, menghilangkan stress dan rasa menjadi biaya atau "prabeya" dalam

meningkatkan percaya diri, bahasa

takut,

hati (hepar), menyelenggarakan beya dalam bahasa

membersihkan pankreas, obat sakit kepala Bali disebut "meyanin". Kata Ngaben atau

dan obat rematik. Selain itu teratai juga meyanin , sudah menjadi bahasa baku,